Você está na página 1de 17

MAKALAH

ENERGI TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI


AUDIT EFISIENSI ENERGI GEDUNG TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS DIPONEGORO

DISUSUN OLEH :
1. Fiorentina Sinurat 21080115120016
2. Aaf Efiana 21080115120034
3. Ika Yunita Saputri 21080115120045
4. Aida Nor Muzdalifah 21080115120054
5. Monica Merybath Siregar 21080114120019
6. Arum Choirun Nisa 21080114120037
7. Dickie Perdana Mukti 21080113120016
8. Ervando Tommy Al Hanif 21080113140081
9. Oxzha Audiba Indra T. 21080112140029
10. Rezananda Anggriawan 21080112140137

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................2

1.3 Tujuan .........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................3

2.2 Kriteria Audit Energi .................................................................................4

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN ......................................................9

3.1 Hasil Pengamatan ......................................................................................9

BAB IV KESIMPULAN ....................................................................................15

4.1 Kesimpulan ................................................................................................15

4.2 Saran ..........................................................................................................15


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Energi merupakan kebutuhan dasar untuk menggerakkan hampir seluruh


aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. Dari waktu ke waktu kebutuhan energi
semakin meningkat, sedangkan cadangan energi global semikin langka. Penggunaan
energi secara boros dan berlebihan akan berdampak pada kerusakan lingkungan,
penurunan daya saing produk dan gejolak sosial ekonomi jangka panjang. Seiring
dengan permasalahan energi yang semakin komplek, manajemen penggunaan energi
pada sisi beban khususnya pada gedung perkantoran dan industri, sudah saatnya
menjadi bagian penting dalam struktur manajemen instansi terkait.
Audit energi pada bangunan gedung dilakukan untuk mengetahui profil
penggunaan energi dan peluang penghematan energi pada bangunan gedung untuk
menungkatkan efiiensi penggunaan energi pada bangunan gedung yang
bersangkutan. Sehingga penggunaan energy pada bangunan gedung tersebut bisa
lebih efisien dan menghemat biaya
Pada penelitian ini, audit energi dilakukan di Gedung Teknik Elektro
Universitas Diponegoro. Dari audit energi ini, akan diketahui tingkat efisiensi
penggunaan energi di gedung tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penggunaan energi di Gedung Teknik Elektro Universitas
Diponegoro?
2. Apakah penggunaan energi di Gedung Teknik Elektro Universitas
Diponegoro sudah efisien?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui penggunaan energi di Gedung Teknik Elektro Universitas
Diponegoro
2. Mengetahui efisiensi energi di Gedung Teknik Elektro Universitas
Diponegoro

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Audit Energi


2.1.1. Definisi Audit Energi

Seperti halnya manajemen keuangan, untuk menelusuri penggunaan keuangan


dan mengontrol penggunaannya yang tepat, maka digunakan audit keuangan sebagai
alatnya. Dengan audit keuangan akan dapat diketahui penggunaan keuangan yang
tidak tepat dan tidak benar sehingga pemborosan bisa ditekan dan bisa
mengkondisikan pengelola keuangan untuk menyusun manajemen keuangan yang
baik.
Demikian juga pada manajemen energi, untuk mengetahui dan menelusuri
aliran penggunaan energi digunakan audit energi sebagai alatnya. Dengan audit
energi ini akan diketahui kebocoran-kebocoran penggunaan energi di gedung
sehingga dapat ditentukan langkah-langkah yang tepat untuk menekan kebocoran
kebocoran tersebut dan pengelolaan energinya menjadi baik.

2.1.2. Petunjuk Teknis Audit Energi Bangunan Gedung


Petunjuk teknis konservasi energi bidang audit energi pada bangunan gedung
ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan gedung dalam rangka peningkatan
efisiensi penggunaan energi sehingga dapat menekan pengeluaran biaya energi. Audit
energi bertujuan mengetahui potret penggunaan energi dan mrncari usaha yang perlu
dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Lingkup bahasan
petunjuk teknis ini meliputi :
a. Kriteria audit energi
b. Audit energi awal
c. Audit energi rinci
Petunjuk teknis ini menggunakan standar yang berlaku di Indonesia. Apabila
ada besaran yang belum diatur di Indonesia, dapat digunakan standar lain yang dapat
diterima oleh masyarakat profesi, antara lain standar ASHARE, JIS dan lain
sebagainya selama standar tersebut tidak bertentangan dengan peraturan yang
berlaku di Indonesia.

3
2.2 Kriteria Audit Energi
2.2.1 Kriteria Umum
Audit energi dianjurkan untuk dilaksanakan terutama pada gedung
perkantoran, pusat belanja, hotel, apartemen, dan rumah sakit.
Dengan melaksanakan audit energi diharapkan :
a. Dapat diketahui besarnya intensitas konsumsi energi (IKE) pada bangunan
tersebut.
b. Dapat dicegah pemborosan energi tanpa harus mengurangi tingkat
kenyamanan gedung yang berarti pula penghematan biaya energi.
c. Dapat diketahui profil penggunaan energi
d. Dapat dicari upaya yang perlu dilakukan dalam usaha meningkatkan
efisiensi penggunaan energi.

2.2.2 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik dan Standar

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik merupakan istilah yang


digunakan untuk menyatakan besarnya pemakaian energi dalam bangunan gedung
dan telah diterapkan di berbagai negara (ASEAN, APEC), dinyatakan dalam

satuan kWH/m2 per tahun.


Sebagai target, besarnya IKE listrik untuk indonesia, menggunakan hasil
penelitian yang dilakukan oleh ASEAN- USAID pada tahun 1987 yang laporannya
baru dikeluarkan pada tahun 1992 dengan rincian sebagai berikut :

a. IKE untuk perkantoran (komersial) : 240 kWH/m2 per tahun.

b. IKE untuk pusat belanja : 330 kWH/m2 per tahun.

c. IKE untuk hotel / apartemen : 300 kWH/m2 per tahun.

d. IKE untuk rumah sakit : 380 kWH/m2 per tahun.


Tidak menutup kemungkinan nilai IKE tersebut berubah sesuai dengan
kesadaran masyarakat terhadap penggunaan energi, seperti mahalnya Singapura

yang telah menetapkan IKE listrik untuk perkantoran sebesar 210 kWH/m2 per
tahun.
Dalam menghitung besarnya IKE listrik pada bangunan gedung, ada
beberapa istilah yang digunakan, antara lain :

4
a. IKE listrik per satuan luas kotor gedung.
Luas kotor = luas total gedung yang dikondisikan (ber AC) + luas
total gedung yang tidak dikondisikan (tanpa AC).
b. IKE listrik persatuan luas total gedung yang dikondisikan (netto)
c. IKE persatuan luas ruang dari gedung yang disewakan ( net
product)
Sebagai pedoman, telah ditetapkan nilai standar IKE untuk bangunan di
Indonesia yang telah ditetapkan oleh Depatemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia tahun 2004.
Tabel 2.1
Standar IKE Departemen Pendidikan Nasioal Republik Indonesia

Ruangan AC Ruangan Non AC


Kriteria
(KWh/m2/bln) (KWh/m2/bln)

Sangat 4,17 - 7,92 0,84 1,67


Efisien
Efisien 7,92 12, 08 1,67 2,5
Cukup 12,08 14,58 -
Efisien
Agak 14,58 19,17 -
Boros
Boros 19,17 23,75 2,5 3,34
Sangat 23,75 37,75 3,34 4,17
Boros
Tidak menutup kemungkinan nilai IKE tersebut berubah sesuai dengan
kesadaran masyarakat terhadap penggunaan energi.

2.2.3 Proses Audit Energi

Proses audit energi terdiri dari dua bagian yaitu audit energi awal dan audit
energi rinci. Audit energi awal pada dapat dilakukan pemilik/pengelola gedung
yang bersangkutan berdasarkan data rekening pembayaran energi yang dikeluarkan
dan luas gedung.
Disarankan IKE dari hasil audit energi awal disampaikan kepada asosiasi
profesi atau instansi yang bersangkutan untuk dijadikan bahan informasi dan
masukan dalam menetapkan IKE yang baru.
Audit energi terinci dilakukan apabila nilai IKE lebih besar dari nilai standar.
Rekomendasi yang disampaikan oleh TIM hemat Energi (THE) yang dibentuk oleh

5
pemilik/.pengelola gedung bangunan dilaksanakan sampai diperolehnya nilai IKE
sama atau lebih kecil dari nilai standar, dan selalu diupayakan untuk dipertahankan
atau diusahakan lebih rendah di masa mendatang.
Proses audit energi yang disarankan seperti ditunjukkan dalam bagan di
bawah ini.

Gambar 2.1 Diagram alir proses audit energi.

2.2.4 Perhitungan dan Optimasi Pemakaian Listrik

Berikut adalah langkah-langkah perhitungan dan optimasi pemakaian listrik


untuk pencahayaan ruangan (SNI 03-6197-2000):

1. Tentukan tingkat pencahayaan rata-rata (lux) sesuai dengan fungsi


ruangan
2. Tentukan sumber cahaya (jenis lampu) yang paling efisien (efikasi tinggi)
sesuai dengan penggunaan termasuk renderasi warnanya;

6
3. Tentukan armatur yang efisien;
4. Tentukan tata letak armatur dan pemilihan jenis, bahan dan warna
permukaan ruangan (dinding, lantai, langit-langit);

5. Hitung jumlah Fluks luminus (lumen) dan jumlah lampu yang diperlukan;
dengan menggunakan persamaan :

F
E
A x Kp x Kd

a. Kp = koefisien penggunaan
b. Kd = koefisien depresiasi

6. Tentukan jenis pencahayaan, merata atau setempat;


7. Hitung jumlah daya terpasang dan periksa apakah daya terpasang per
meter persegi tidak melampaui angka maksimum yang telah ditentukan
8. Rancang sistem pengelompokan penyalaan sesuai dengan letak lubang
cahaya yang dapat dimasuki cahaya alami siang hari;
9. Rancang sistem pengendalian penyalaan yang dapat menyesuaikan atau
memanfaatkan pencahayaan alami secara maksimal yang masuk ke dalam
ruangan
Tabel 2.2
Tingkat Pencahayaan Rata-rata
Fungsi Ruangan Tingkat Pencahayaan (Lux)
Ruang kelas 250
Perpustakaan 300
Laboratorium 500
Ruang gambar 750
Kantin 200
Sumber: SNI 03-6197-2000
Sebagai contoh dalam ruangan tingkat minimal tingkat terang adalah 350 lux,
kemudian setelah diukur dengan alat ukur pencahayaan tingkat terangnya
menunjukkan 400 lux, maka pada ruangan tersebut dapat dilakukan pemadaman
sejumlah lampu sehingga rata-rata tingkat terangnya turun menjadi 350 lux.

7
2.2.5 Nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE)

Salah satu ukuran hemat tidaknya suatu bangunan dalam memakai energi
adalah Intensitas Konsumsi Energi (IKE). Intensitas Konsumsi Energi (IKE) adalah
perbandingan antara konsumsi energi dengan satuan luas bangunan gedung.


IKE (kWh/m2) =

Tabel 2.2
Standar IKE

Sumber: SNI 03-6197-2000

8
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pengukuran penerangan dilakukan di Gedung Teknik Elektro Universitas


Diponegoro yaitu pada lantai 1, lantai 2 dan lantai 3.
3.1 Hasil Pengamatan
3.1.1 Gedung A
1. Lantai 1
Ruang Kuliah

E = 52 lux
Jumlah lampu (18 watt) = 6 buah = 108 watt/hour
Luas = 60 m2
AC (Split National 1 pk) 2750 watt = 2 buah = 5500 watt/hour
Penggunaan energi :
100 8 20
Lampu =
108 8 20
= 60 2


= 288 2


= 0,288 2

5500 8 20
AC =
5500 8 20
= 60 2


= 14666 2


= 14,666 2

Total = 0,288 + 14,666 = 14,954 kwh/m2/bulan
2. Lantai 2
Ruang Kuliah

E = 53 lux
Jumlah lampu (18 watt) = 6 buah = 100 watt/hour
Luas = 60 m2

9
AC (Split National 1 pk) 2750 watt = 2 buah = 5500 watt/hour
Penggunaan energi :
100 8 20
Lampu =
108 8 20
= 60 2


= 288 2


= 0,288 2

5500 8 20
AC =
5500 8 20
= 60 2


= 14666 2


= 14,666 2

Total = 0,288 + 14,666 = 14,954 kwh/m2/bulan
3. Lantai 3
Ruang Kuliah

E = 53 lux
Jumlah lampu (18 watt) = 6 buah = 100 watt/hour
Luas = 60 m2
AC (Split National 1 pk) 2750 watt = 2 buah = 5500 watt/hour
Penggunaan energi :
100 8 20
Lampu =
108 8 20
= 60 2


= 288 2


= 0,288 2

5500 8 20
AC =
5500 8 20
= 60 2

10

= 14666 2


= 14,666 2

Total = 0,288 + 14,666 = 14,954 kwh/m2/bulan

3.1.2 Gedung B

1. Lantai 1

Ruang Admin
E = 114 lux
Jumlah lampu (25 watt) = 4 buah = 100 watt/hour
Luas = 80 m2
AC (Split National 1 pk) 2750 watt = 2 buah = 5500 watt/hour
Penggunaan energi :
100 8 20
Lampu =
100 8 20
= 60 2


= 267 2


= 0,267 2

5500 8 20
AC =
5500 8 20
= 60 2


= 14666 2


= 14,666 2

Total = 0,267 + 14,666 = 14,933 kwh/m2/bulan
2. Lantai 2
Ruang Kuliah

E = 134 lux
Jumlah lampu (10 watt) = 11 buah = 110 watt/hour
Luas = 90 m2

11
AC (Split National 1 pk) 2750 watt = 2 buah = 5500 watt/hour
Penggunaan energi :
110 8 20
Lampu =
48 8 20
= 90 2


=195,5 2


= 0,195 2

5500 8 20
AC =
5500 8 20
= 60 2


= 14666 2


= 14,666 2

Total = 0,195 + 14,666 = 14,861 kwh/m2/bulan
3. Lantai 3
Ruang Kuliah

E = 28 lux
Jumlah lampu (18 watt) = 3 buah = 48 watt/hour
Luas = 90 m2
AC (Split National 1 pk) 2750 watt = 2 buah = 5500 watt/hour
Penggunaan energi :
48 8 20
Lampu =
48 8 20
= 90 2


= 85,3 2


= 0,0853 2

5500 8 20
AC =
5500 8 20
= 60 2

12

= 14666 2


= 14,666 2

Total = 0,0853 + 14,666 = 14,751 kwh/m2/bulan

3.1.3 Gedung A
Berdasarkan hasil pengukuran, dapat diketahui bahwa tingkat pencahayaan
pada ruang kelas lantai 1,2 dan 3 sangat rendah, yaitu 52 lux, 53 lux dan 53 lux.
Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa penggunaan energi pada
ruang kelas gedung A lantai 1-3 sebesar 14,954 Kwh/ m2/bulan. Menurut
Standar IKE Departemen Pendidikan Nasioal Republik Indonesia, penggunaan
energi di ruang informasi dapat dikategorikan kedalam kategori agak boros.
Dapat ditarik kesimpulan, bahwa ruang kelas di Gedung A perlu
ditingkatkan tingkat pencahayaannya.
3.1.4 Gedung B
Berdasarkan hasil pengukuran, dapat diketahui bahwa tingkat pencahayaan
pada ruang admin lantai 1 yaitu 114 lux, ruang kuliah lantai 2 yaitu 134 lux dan
ruang kuliah lantai 3 yaitu 28 lux.
Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa penggunaan energi pada
gedung B antara lain sebesar 14,966 Kwh/ m2/bulan, 14,861 Kwh/ m2/bulan,
14,751 kwh/m2/bulan Menurut Standar IKE Departemen Pendidikan Nasioal
Republik Indonesia, penggunaan energi di ruang informasi dapat dikategorikan
kedalam kategori agak boros.
Dapat ditarik kesimpulan, bahwa ruang kelas di Gedung B juga perlu
ditingkatkan tingkat pencahayaannya terutama untuk ruang kuliah lantai 3.

13
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Pada ruang kuliah gedung A Teknik Elektro menggunakan energi sebesar
14,954 Kwh/ m2/bulan. Sementara penggunaan energi pada gedung B yaitu
ruang admin lantai 1, ruangg kuliah lantai 2 dan 3antara lain sebesar 14,966
Kwh/ m2/bulan, 14,861 Kwh/ m2/bulan, 14,751 kwh/m2/bulan
Berdasarkan Standar IKE Departemen Penddikan Nasioal Republik
Indonesia, Gedung Teknik Elektro termasuk kategori agak boros .
4.2 Saran
Pencahayaan di gedung Teknik Elektro perlu ditingkatkan supaya dapat
meningkatkan kenyamanan dan mengurangi penggunaan energi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal ELTEK, Vol 8 Nomor 3, Oktober 2012 ISSN 1693-9085, Marzuki, Audit
Energi pada Bangunan Gedung Direksi PT. Perkebunan Nusanntara XIII
(Persero)
SNI 03-6197-2000. Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung, Konservasi
Energi Sistem Tata Udara Pada Bangunan Gedung dan Konservasi Energi
Sistem Pencahayaan Bangunan Gedung. Departemen Pendidikan Nasional.
Hadiputra, Hendra Rizki. 2007. Audit Energi pada Bangunan Gedung Rumah Sakit
Dr. Karyadi Semarang. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro Universitas
Diponegoro : Semarang.

Você também pode gostar