Você está na página 1de 18

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak yang
ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan
bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Gangguan hiperaktivitas atau kurang konsentrasi adalah perilaku yang
ditandai dengan kurang konsentrasi, sifat impulsif dan hiperaktivitas.
Gangguan hiperaktivitas diistilahkan sebagai gangguan kekurangan perhatian
yang menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak
yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperkinesis, kerusakan otak
minimal atau disfungsi serebral minimal.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian
dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficitand hyperactivity disorder
(ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu
kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Gangguan
hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa
perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak
mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini
mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa. Dr. Seto
Mulyadi dalam bukunya Mengatasi Problem Anak Sehari-hari mengatakan
pengertian istilah anak hiperaktif adalah: Hiperaktif menunjukkan adanya
suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai
dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak
sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat
kompleks; gejalanya berbeda-beda.

1.2 Etiologi
Berikut ini adalah factor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
1) Faktor neurologic
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir
dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan,
distresfetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimiagravidarum
atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di
samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan
rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol
juga meninggikan insiden hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak yang
lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak
dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak
yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna
untuk memelihara proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah
tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-
prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan
2) Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet
memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di
samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat,
ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat
hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
3) Faktor genetic
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga
dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan
saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini
juga terlihat pada anak kembar.
4) Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru
antara orang tua dengan anaknya.

1.3 Tanda Gejala


1. Seringkali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya
menggeliat-geliat.
2. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan.
3. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing.
4. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatu permainan
atau keadaan didalam suatu kelompok.
5. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan.
6. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari
orangtua.
7. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas
atau aktivitas-aktivitas bermain.
8. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke
kegiatan lainnya.
9. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang.
10. Senang berbicara dengan berlebihan.
11. Sering menyela atau mengganggu orang lain.
12. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang
dikatakan kepadanya.
13. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas
atau kegiatan-kegiatan di sekolah atau dirumah.
14. Sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akibatnya (mis,
berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).
(Townsend, Mary C. 1998)

1.4 Patofisiologi
Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan
konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang
meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan
biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang berusia antara 6 9 tahun
serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan
yang baik terhadap pengobatanpengobatan stimulan, memperlihatkan
derajat perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan
syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan,
sebagaimana yang berhasil diukur dengan mempergunakan
elektroensefalografi, potensialpotensial yang diakibatkan secara auditorik
serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk
kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian
mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta
perawatan, maka angkaangka laboratorik menjadi lebih mendekati normal
serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan
tingkah laku yang lebih baik.
1.5 Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis
gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas
dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang
bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan
adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi
penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang
dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan
penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada anak itu.

1.6 Komplikasi
1) Diagnosis sekunder sampai gangguan konduksi, depresi dan penyakit
ansietas.
2) Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan
mengejakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)
3) Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku
agresif dan kata-kata yang diungkapkan)

1.7 Penatalaksanaan
1. Keperawatan
1) Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang
mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial
lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada
kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang
bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan anak
tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada
anak itu sendiri.
2) Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara
teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan
rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.
3) Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat
haruslah dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat
santai setelah bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan
fisik yang kuat dan keras
4) Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan
cara menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang,
permainan-permainan yang keras dan jungkir balik.
5) Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa,
barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
6) Teknik-teknik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat
membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa
bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam
tingkah laku mereka.
2. Medis
1) Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang
mengalami gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan
adalah dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta
fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan
yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah
dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan
fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas.
Oleh karena respon yang akan mereka berikan terhadap pengobatan
tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu
masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu
dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah
akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
2) Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar
hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan
tidur penderita.
a. Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan
usia masing-masing anak akan tetapi berat badan tidak
berpengaruh terhadap dosis.pada awalnya mereka diberikan 5 mg
pada saat makan pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak
ada respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5 mg
dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9
tahun dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu
anak yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan dosis sampai 40
mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari.
Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian
obat ini sudah berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih
dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan mengalami pengurangan 5
cm dari tinggi yang diharapkan.
b. Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan
(showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah
10 mg dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita
hanya membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu
sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis
metilfenidat, berkisar antara 10-20 mg/jam.
c. Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal
sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah
tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk
menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari obat
tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta
kejutan otot yang meningkat.
d. Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang
bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas
serta distonia.
Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut
diatas adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut
bagian atas serta sukar tidur, anak akan mudah menangis serta
peka terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung yang
meningkat serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal
demikian maka pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan
obat-obatan perlu dihentikan.

1.8 Pathway
II. Rencana Asuhan Pasien Dengan ADHD
2.2 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperwatan
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak
berdasarkan umur atau usia anak antara lain
1. Neonatus (0-28 hari)
1) Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?
2) Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?
3) Bagaimana kemampuan menghisap ?
4) Kapan mulai mengangkat kepala ?
5) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya
kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita
memberikan respons terhadap jari atau tangan) ?
6) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi
terhadap su`ra atau bel) ?
7) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya
tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali
seseorang ?
2. Masa bayi /Infant (28 1 tahun)
1) Bayi usia 1-4 bulan.
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya
mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar
dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh
terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri,
komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil
berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring,
posisi lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha
untuk merangkan) ?
b. Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya
memegang suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi
lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam
mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan
tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan,
menagan benda di tangan walaupun hanya sebentar)?
c. Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan
bersuara dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup,
berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh/ahh,
tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau berekasi
dengan mengoceh) ?
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya :
mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas
senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak,
tersenyum pada wajah manusia, walaupun tidur dalams ehari
lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur
bangun, menangis menjadi sesuatu yang berbeda,
membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal,
senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja
apabila ada orang asing) ?
2) Bayi Umur 4-8 bulan
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya
dapat telungkup pada alas dan sudah mulau mengangkat
kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua
tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu
memalingkan ke kanan dan ke kiri , sudah mulai mampu
duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan,
bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dan
dada terangkat dan menumpu pada lengan, berayun ke
depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke
tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu
singkat) ?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya :
sudah mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari
dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda
yangs edang dipegang, mengambil objek dengan tangan
tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan
secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu
kesatuan, memindahkan obajek dari satu tangan ke tangan
yang lain) ?
c. Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya :
menirukan bunyi atau kata-kata, menolek ke arah suara dan
menoleh ke arah sumber bunyi, tertawa, menjerit,
menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan
kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua
bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?
d. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya
merasa terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan
mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi
dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang
kesal)?
3) Bayi Umur 8-12 bulan
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya
duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit
terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri) ?
b. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya
mencari dan meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu
memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu
memegang dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan
mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai
mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh
hingga mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2
kata)?
d. Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak
(misalnya kemampuan bertepuk tangan, menyatakan
keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan
kegiatan orang lain, main-main bola atau lainnya dengan
orang) ?
3. Masa Toddler
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya:
mampu melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga
dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil,
menendang bolan dan mulai melompat)?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya :
mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus)?
c. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki
sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan dan
mengenal serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi,
mampu menunjukkan dua gambar, mampu
mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan
lambaian anggota badan) ?
d. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial
(misalnya: membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka,
mulai menggosok gigi serta mencoba memakai baju) ?
4. Masa Prasekolah (Preschool)
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya:
kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik,
melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari
kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan
dengan bantuan) ?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya :
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua
atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan
menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu
menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan
tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam
wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan
menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari,
membuat coretan diatas kertas)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu
menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu hingga dua
warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau
mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengertio
beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan bunyi
yntum mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan
bebagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespons
terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga dekat)?
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya :
bermain dengan permainan sederhana, menagis jika dimarahi,
membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh,
menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan,
mengenali anggota keluarga) ?
5. Masa school age
a. kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah ?
b. Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami
disekolah ?
c. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak
(menyesuaikan dengan lingkungan sekolah)?
d. Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah ?
e. Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan
tugas di sekolah?
f. Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan
teman sekolah ?
g. Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak ?
h. Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah ?
6. Masa adolensence
a. Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah
yang dialami secara mandiri ?
b. Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi
terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ?
c. Bagaimana kematangan identitas seksual ?
d. Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas
perkembangannya sebagai remaja ?
e. Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan
orang tua di rumah (misalnya membersihkan rumah,memasak)
?
7. Pengkajian riwayat penyakit
a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan
mengalami masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang
tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah
atau day care.
b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang
kehidupan yang utama, seperti sekolah atau bermain dan
menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang
membahayakan di rumah.
c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin
mampu menghadapi perilaku anak.
d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk
mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dans emua
itu sebagian besar tidak berhasil.
8. Penampilan umum dan perilaku motorik
a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta
bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya.
b. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke
benda lain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak
dapat melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab
pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal
memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.
d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu
topik ke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau
terlambat tahap perkembangannya

9. Mood dan Afek


a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau
temper tantrum.
b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan
tampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat
menimbulkan perlawanan dan kemarahan
10. Proses dan isi piker
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit
untuk mengkaji anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia
atau tahap perkembangan.
11. Sensorium dan proses intelektual
a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan
sensori atau persepsi seperti halusinasi.
b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau
berkonsentrasi tergangguan secara nyata.
c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD
yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih
ringan.
d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali
menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi
perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti
memikirkan sesuati.
e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan
jarang yang mampu menyelesaikan tugas
12. Penilaian dan daya tilik diri
a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan
penilaian yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum
bertindak
b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan
tindakan impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari
tempat yang tinggi.
c. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada
anak kecil.
d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu
menilai jika dibandingkan dengan anak seusianya.
e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak
menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari
perilaku orang lain.
f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang
menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat
menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka
sendiri
13. Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil,
tetapis ecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD
adalah rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat
mempunyai banyak teman, dan mengalami masalah dalam
mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil
sana merasa diri mereka buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka
sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh
14. Peran dan hubungan
a. Anak biasanya tidak berhasil dis ekolah, baik secara akademik
maupun sosial.
b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang
menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang
tua.
c. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras
kepala dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai
anak yang didiagnosis dan diterapi.
d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki
keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi
tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau
merusak barang-barang miliki keluarga.
e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental
maupun secara fisik.
f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua
dan pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk
mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan
penolakan anak.
15. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak
meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak
dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur
dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika
anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga
ada riwayat cedera fisik.
2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari
system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta
penganiayaan dan pengabaian anak
3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
4. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep
diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan
hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan
5. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu
tidak efektif
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan
balik atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan
penurunan makna diri
8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah
yang berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota
keluarga mengenai perilaku anak, kepenatan orang tua karena
menghadapi anak dengan gangguan dalam jengka waktu lama
9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan
kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi,
interpretasi yang salah tentang informasi

2.3 Perencanaan
1. Diagnosa Kep. I : Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas
dan perilaku impulsif
Tujuan : Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dengen
kriteria hasil:
1. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa
tidak perlu melakukan agresi
2. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang
sebenarnya
3. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan
konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri
Rencana Tindakan
a. Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui
aktivitas sehari-hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya
rasa waspada dan kecurigaan
R / Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran
memerlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan
yang membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain
b. Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan
bunuh diri
R / Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh diri, "
atau "Tak lama ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan diri karena
saxa" atau perilaku-perilaku non verbal seperti memnbagi-bagikan
barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah.
Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah
menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau nonverbal.
c. Tentukan maksud dan alat-alat yang memungkinkan untuk bunuh
diri. Tanyakan " Apakah anda mempunyai rencana untuk bunuh
diri?" dan "Bagaimana rencana anda untuk melakukannya
R / Pertanyaan-pertanyaan yang langsung, menyeluruh dan
mendekati adalah cocok untuk hal seperti ini. Anak yang
mempunyai rencana yang dapat digunakan adalah berisiko lebih
tinggi dari pada yang tidak
d. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang
menyatakan persetujuannya untuk tidak mencelakaka diri sendiri
dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana
pemikiran kearah tersebut timbul
R / Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan
seseorang yang dipercaya memberikan suatu derajat perasaan lega
pada anak. Suatu perjanjian membuat permasalahan menjadi
terbuka dan menempatkan beberapa tanggung jawab bagi
keselamatan dengan anak. Suatu sikap menerima anak sebagai
seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan.
e. Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk
menerima perasaan-perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri.
Apakah anak telah menyimpan suatu : buku catatan kemarahan"
dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan.
R / Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan, respon
perilaku dan persepsia nak terhadap situasi juga harus dicatat.
Diskusikan asupan data dengan anak, anjurkan juga respons-
respons perilaku alternatif yang diidentifikasi sebagai maladaptif.
f. Bertindak sebagai model peran untuk ekspresi yang sesuai dari
percobaan memastikan
R / Hal ini vital bahwa anak mengekspresikan perasaan-perasaan
marah, karena bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri
lainnya seringkali terlihat sebagai suatu akibat dari kemarahan
diarahkan pada diri sendiri
g. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan
anak
R / Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari keperawatan.

h. Coba untuk mengarahkan perilaku kekerasan fisik untuk ansietas


anak (misalnya : kantung pasien untuk latihan tinju, joging, bola
voli)
R / Ansietas dan tegangan dapat diredakan dengan aman dan
dengan adanya manfaat bagi anak dengan cara ini.
i. Usahakan untuk bisa tetap bersama anak jika tingkat kegelisahan
dan tegangan mulai meningkat
R / Hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa
aman
j. Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesanaan dokter
atau dapatkan pesanaan jika diperlukan. Pantau kefektifan obat-
obatan dan efek sfek samping yang merugikan
R / Obat-obatan antiansietas (misalnya diazepam,
klordiazepoksida, alprazolam) memberikan perasaan terbebas dari
efek-efek imobilisasi dari ansietas dan memudahkan kerjasama
anak dengan terapi.
2. Diagnosa Kep II : Koping individu tidak efektif berhubungan
dengankelainan fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego
yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak
Tujuan : Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan
koping yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial dengan
kriteria hasil :
1. Anak mampu menundakan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa
terpaksa untuk menipulasi orang lain
2. Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat
diterima secara sosial
3. Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping
alternatif yang dapat diterima secara sosial sesuai dengan gaya
hidup dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai
respons terhadap rasa frustasi
Rencana Tindakan
a. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis
R / penting bagi anak untuk nmencapai sesuatu, maka rencana
untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses
adalah mungkin. Sukses meningkatkan harga diri
b. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak
R / Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadapnya sebagai
makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri
c. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke satu basis
dan pada aktivitas-aktivitas kelompok
R / Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa
bahwa dia berharga bagi waktu anda
d. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari
dan dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah
karakteristik yang lihatnya sebagai negatif
R / identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu
mengembangkan aspek positif sehingga mempunyai koping
individu yang efektif
e. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu
mekanisme sikap defensif. Memberikan bantuan yang positif bagi
identifikasi masalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku
koping yang lebih adaptif
R / Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan
meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima
oleh anak
f. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi
rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-
aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru. Beri
pangakuan tentang kerja keras yang berhasil dan penguatan positif
bagi usaha-usaha yang dilakukan
R / Pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga diri

3. Diagnosa Kep. III : Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas


dan hiperaktif
Tujuan : Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6
sampai 7 jamn setiap malam dengan kriteria hasil:
1. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada
waktu tidur
2. Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti oleh perawat
3. Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama
6 sampai 7 jam tanpa terbangun
Rencana Tindakan
a. Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu
tidur
R / Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan
b. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung
berhubungan dengan rasa takut dan ansietas-ansietas tertentu
R / Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola
tidur anak sehingfga perlu diidentifikasi penyebabnya
c. Duduk dengan anak sampai dia tertidur
R / kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman
d. Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein
dihilangkan dari diet anak
R / Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu tidur
e. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok
punggung, latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu
hangat dan mandi air hangat)
R / Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan membuat bisa
tidur
f. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari
jadwal ini
R / Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus
rutin dari istirahat dan aktivitas
g. Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada
malam hari dan dalam keadaan ketakutan
R / Kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman

Daftar Pustaka
Adam, (2008). ADHD. http://www.seanadam.net/contents.php?cid=25.
Diakses tanggal 18 April 2009
Anonim, (2009). Pendidikan sekolah Anak ADHD.
http://www.adhd.or.id/school.html. Diakses tanggal 18 April 2009
Baihaqi, MIF, Sugiarmin, M. (2006). Memahami Anak ADHD. Cetakan I.
Bandung : Penerbit PT Refika Aditama
Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam
Setting Pendidikan Inklusi. Cetakan I. Bandung : penerbit PT Refika Aditama
Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. (2007). Rencana
asuhan keperawatan Psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Ginanjar, A.S. (2009). Penanganan Terpadu Bagi Anak Autis.
http://www.lspr.edu/csr/autismawareness/media. Diakses tanggal 18 April 2009
Isaac, A. (2005). Panduan Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik
(terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC
Klikdokter. (2008). ADHD. http://www.klikdokter.com/illness/detail/47.
Diakses tanggal 18 April 2009
Martin, G. I. (1998). Terapi Untuk Anak ADHD (terjemahan). Cetakan II.
Jakarta : Penerbit BIP Kelompok Gramedia
Permadi,B. (2007). Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
panduang Bagi keluarga. http://www.kesulitanbelajar.org/index.php?option=com
Diakses tanggal 18 April 2009
Permadi. (2009). Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADD/ADHD)
Panduan Bagi Keluarga . http://www.bundazone.com/ADHD. Diakses tanggal 18
April 200
Pikiran Rakyat. (2009). Terapi dan Pendampingan Anak Hiperaktif.
http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=16731. Diakses
tanggal 18 April 2009

Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada


Keperawatan Psikiatri pedoman Untuk Pembuatan rencana Perawatan
(terjemahan). Edisi 3. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC
Banjarmasin, Desember 2016

Preseftor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )

Você também pode gostar