Você está na página 1de 12

A.

KONSEP DASAR CIDERA KELA RINGAN


1. Pengertian
Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 14-15 (sadar penuh) tidak ada
kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala, hematoma, laserasi dan abrasi
(Mansjoer, 2000:4).
Cedera kepala ringan adalah hilangnya fungsi neurology atau menurunnya kesadaran tanpa
menyebabkan kerusakan lainnya (Smeltzer, 2001:2211).
2. Klasifikasi
Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan, dan morfologi
cedera.
Mekanisme berdasarkan adanya penetrasi duramater :
a. Trauma tumpul
b. Trauma tembus
Keparahan cedera :
a. Cedera kepala ringan GCS 14-15
b. Cedera kepala sedang GCS 9-13
c. Cedera kepala berat GCS 3-8
Morfologi :
a. Fraktur tengkorak
b. Lesi intrakranial (Mansjoer, 2000)
3. Etiologi
Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.
Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
Cedera akibat kekerasan.

4. Manifestasi Klinis
Setelah mengalami cedera kepala penderita biasanya pingsan pada keadaan yang berat dapat
berlangsung berhari-hari hingga berminggu-minggu, karena terdapat kerusakan jaringan otak.
Pada penderita dijumpai kelainan neurologis tergantung pada daerah yang luka dan luasnya
lesi.
Tanda dan gejala yang terjadi karena cedera kepala adalah :
Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
Kebingungan
Iritabel
Pucat
Mual dan muntah
Pusing kepala
Terdapat hematoma
Kecemasan
Sukar untuk dibangunkan
Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea)
dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal
5. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi akibat dari cedera Kepala antara lain :
Hemoragik
Infeksi
Edema
Pneumonia
Kejang

6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Doenges (2000), pemeriksaan penunjangnya antara lain :
CT scan/MRI
Angiografi serebral
Sinar X
Laboratorium : darah lengkap
7. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan umum cedera kepala
Monitor respirasi : Bebaskan jalan napas, monitor keadaan ventilasi, berikan oksigen bila
perlu.
Monitor TIK
Atasi syok bila ada
Kontrol tanda vital
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Operasi : Dilakukan untuk mengeluarkan darah pada intraserebral, debridemen luka
Pengobatan
Diuretik : Untuk mengurangi edema serebral, misalnya manitol 20%, ferosemid
(lasik).
Antikonvulsan : Untuk menghentikan kejang, misalnya dengan dilantin, tegretol,
valium.
Kortokosteroid : Untuk menghambat pembentukan edema misalnya dengan
deksametazon.
Antagonis histamin : Untuk mencegah terjadi iritasi lambung kerena hipereksresi
akibat cedera kepala, misalnya dengan cemetidin, ranitidin.
Antibiotik bila ada luka yang besar.
B. Konsep Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Data Dasar Pengkajian Klien (Doenges, 2000).

1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Merasa lelah, lemah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, puandreplegia,
ataksia, cara berjalan tidak tegang.
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi, takikardi.
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, angitasi, bingung, depresi dan
impulsif.
4. Makanan/cairan
Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda : muntah, gangguan menelan.
5. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia, kandung kemih atau usus atau mengalami
gangguan fungsi.
6. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia, vertigo,
sinkope, kehilangan pendengaran, gangguan pengecapan dan penciuman, perubahan
penglihatan seperti ketajaman.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental, konsentrasi, pengaruh emosi atau tingkah laku dan memoris.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat, merintih.
8. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh
hiperventilasi nafas berbunyi)
9. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan rentang
gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami paralisis, demam, gangguan
dalam regulasi suhu tubuh.
10. Interaksi sosial
Tanda : Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara
berulang-ulang, disartria.
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alkohol/obat lain.
Pertimbanga : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 12 hari.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien Cidera Kepala Ringan (Doenges, 2000).
a. Perubahan perfusi jaringan serebral disebabkan oleh: Penghentian aliran darah oleh
SOL (hemoragi hematoma). Edema serebral (respon lokal atau umum pada cedera).
Perubahan metabolik. Penurunan tekanan darah.
b. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
(cedera pada pusat pernapasan otak).
c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis.
d. Perubahan proses pikir berhubungan dengan: Perubahan fisiologis. Konflik
psikologis.
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan: Penurunan kekuatan atau tahanan.
Terapi tirah baring. Imobilisasi.
f. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan: Jaringan trauma, kulit rusak.
Penurunan kerja silia, statis cairan tubuh. Kekurangan nutrisi. Perubahan integritas
sistem tubuh (kebocoran SS).
g. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan:
Perubahan kemampuan untuk mencerna nutrient (penurunan tingkat kesadaran).
Kelemahan otot yang diperlukan untuk mengunyah, menelan.
h. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan: Kurang pemajanan, tidak mengenal
informasi/sumber-sumber informasi.Kurang mengingat/keterbatasan kognitif.
3. Intervensi Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral.
Tujuan:
Mempertahankan tingkat kesadaran/perbaikan kognitif dan fungsi motorik/sensori.
Mendemonstrasikan tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK.
Intervensi:
Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang
menyebabkan koma/penurunan perfusi jaringan otak dan potensial peningkatan TIK.
Rasional : Menentukan pilihan intervensi.
Pantau/catat status neurologist secara teratur (GCS).
Rasional : Mengkaji adanya kecenderungan peningkatan TIK dan bermanfaat dalam
menentukan lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP dan menentukan tingkat
kesadaran.
Pantau Tekanan Darah
Rasional : Peningkatan tekanan darah sistematik yang diikuti oleh penurunan tingkat
kesadaran. Hipovolemia/Hipertensi, dapat juga mengakibatkan kerusakana/iskemia serebral.
Pantau pernafasan meliputi pola dan iramanya.
Rasional : Nafas yang tidak teratur dapat menunjukkan lokasi adanya gangguan
serebral/peningkatan TIK dan memerlukan intervensi yang lebih lanjut termasuk
kemungkinan dukungan napas buatan.
Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran ketajaman, kesamaan dan reaksi terhadap cahaya.
Rasional : Untuk menentukan apakah batang otak masih baik.
Kaji perubahan pada penglihatan, seperti adanya penglihatan yang kabur, ganda, lapang
pandang menyempit dan kedalaman persepsi.
Rasional : Gangguan penglihatan yang dapat diakibatkan oleh kerusakan mikroskopik pada
otot, mempunyai konsekuensi terhadap keamanan dan juga akan mempengaruhi pilihan
intervensi.
Kaji letak/gerakan mata.
Rasional : Posisi dan gerakan mata membantu menemukan lokasi area otak yang terlibat.
Tanda awal dari peningkatan TIK adalah kegagalan dalam abduksi pada mata,
mengindikasikan penekanan/trauma pada saraf Cranial V. hilangnya dolls eye
mengindikasikan adanya penurunan pada fungsi batang otak dan prognosisnya jelek.
Catat ada/tidaknya refleks-refleks tertentu seperti refleks menelan, batuk dan babinski, dsb.
Rasional : Penurunan refleks menandakan adanya kerusakan pada tingkat otak tengah atau
batang otak dan sangat berpengaruh langsung terhadap keamanan pasien.
Pantau suhu tubuh. Berikan kompres hangat saat demam timbul.
Rasional : Demam dapat mencerminkan kerusakan hipotalamus. Peningkatan kebutuhan
metabolisme dan konsumsi oksigen terjadi (terutama saat demam dan menggigil) yang
selanjutnya akan meningkatkan TIK.
Pantau pemasukan dan pengeluaran.
Rasional : Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan
perfusi jaringan.
Pertahankan kepala/leher pada posisi tengah atau pada posisi netral, sokong dengan
gulungan handuk kecil atau bantal kecil.
Rasional : Kepala miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran
darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan hipoksemia.
Berikan obat sesuai dengan indikasi diuretic, contohnya manitol, Furosemid.
Antikonvulsan, contohnya feniton.
Rasional : Diuretik menurunkan edema otak dan TIK. Antikonvulsan mencegah terjadinya
aktivitas kejang.
b. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif.
Tujuan : Pasien akan mempertahankan pola pernafasan normal/efektif, bebas sianosis.
Intervensi
Kaji kecepatan, kedalaman frekwensi, irama bunyi nafas.
Rasional : Perubahan yang terjadi menunjukkan adanya komplikasi pulmonal dan luasnya
bagian otak yang terkena.
Atur posisi semi fowler.
Rasional : Supaya ekspansi paru tidak terganggu.
Ajarkan pasien untuk melakukan nafas dalam yang efektif jika pasien sadar.
Rasional : Untuk mencegah terjadinya ateletasis.
Lakukan penghisapan dengan lebih hati-hati, jangan lebih dari 10-15 detik. Catat karakter,
warna dan kekeruhan sekret.
Rasional : Penghisapan untuk membersihkan jalan nafas. Penghisapan yang terlalu lama
menyebabkan/meningkatkan hipoksia.
c. Perubahan persepsi sensori
Tujan : Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
Intervensi
Pantau secara teratur perubahan orientasi, kemampuan berbicara, alam perasaan/efektif
sensorik dan proses pikir.
Rasional : Menentukan pilihan intervensi
Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan, panas/dingin, benda tajam/tumpul dan
kesadaran terhadap gerakan dan letak tubuh. Perhatikan adanya masalah penglihatan atau
sensasi yang lain.
Rasional : Informasi penting untuk keamanan pasien.
Bicara dengan suara yang lembut dan pelan. Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana
pertahankan kontak mata.
Rasional : Pasien mungkin mengalami keterbatasan perhatian/pemahaman selama fase akut
dan penyembuhan tindakan ini dapat membantu pasien untuk memunculkan komunikasi.
Berikan stimulus yang bermanfaat: verbal (berbincang-bincang dengan pasien), penciuman
(seperti pada kopi atau minyak tertentu), taktil (sentuhan, memegang tangan pasien), dan
pendengaran (dengan tape, radio, televisi).
Rasional : Bermanfaat untuk menstimulasi pasien koma dengan baik secara melatih
kembalinya fungsi kognitif.
d. Perubahan proses pikir.
Tujuan :
Mempertahankan/melakukan kembali orientasi mental dan realitas.
Mengenali perubahan berpikir/perilaku.
Intervensi :
Kaji tentang perhatian, kebingungan dan catat tingkat ansietas pasien.
Rasional : Rentang perhatian/kemampuan untuk berkonsentrasi mungkin memendek secara
tajam yang menyebabkan dan merupakan potensi terhadap terjadinya ansietas yang
mempengaruhi proses pikir pasien.
Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif, argumentasi dan konfrontasi.
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya respon pertengkaran atau penolakan.
Dengarkan dengan penuh perhatian semua hal yang diungkapkan pasien.
Rasional : Perhatian dan dukungan yang diberikan pada individu akan meningkatkan harga
diri dan mendorong kesinambungan usaha tersebut.
Beritahu pasien/orang terdekat bahwa fungsi intelektual, tingkah laku dan fungsi emosi
akan meningkat secara perlahan namun beberapa pengaruhnya mungkin tetap ada selama
beberapa bulan atau bahkan bisa menetap/permanen.
e. Kerusakan Mobilitas Fisik
Tujuan : Mendemosntrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan dilakukannya kembali
aktivitas.
Intervensi
Kaji tingkat kemampuan mobilisasi.
Rasional : Untuk menentukan tingkat aktivitas dan bantuan yang diberikan.
Ubah posisi secara teratur.
Rasional : Dapat meningkatkan sirkulasi pada bagian tubuh.
Berikan/bantu untuk melakukan latihan rentang gerak.
Rasional : Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal ekstremitas dan
menurunkan terjadinya vena yang statis.
Tingkat aktivitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan.
Rasional : Keterlibatan pasien dalam perencanaan dan kegiatan sangat penting untuk
meningkatkan kerjasama pasien dari suatu program tersebut.

f. Resiko Tinggi Terhadap Infeksi.


Tujuan :
Mempertahankan normotermia.
Bebas tanda-tanda infeksi.
Mencapai penyembuhan luka tepat pada waktunya.
Intervensi :
Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan daerah yang terpasang alat invasi
(terpasang infus).
Rasional : Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan
dengan segera dan pencegahan terhadap komplikasi selanjutnya.
Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam, mengigil, dia foresis dan penurunan
kesadaran.
Rasional : Dapat mengindentifikasikan perkembangan sepsis yang selanjutnya memerlukan
evaluasi atau tindakan dengan segera.
Batasi pengunjung.
Rasional : Menurunkan pemajanan terhadap pembawa kuman penyebab infeksi.
Berikan antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : Antibiotik untuk membentuk/memberantas kuman penyebab infeksi.

g. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


Tujuan :
Mendemonstrasikan pemeliharaan/kemajuan peningkatan berat badan sesuai tujuan.
Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi dengan nilai laboratorium dalam rentang normal.
Intervensi :
Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi.
Rasional : Menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus terlindung
dari aspirasi.
Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien, seperti meninggikan kepala tempat
tidur selama pasien makan atau selama pemberian makanan lewat selang NGT.
Rasional : Menurunkan resiko regurgitasi dan atau terjadinya aspirasi.
Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang
diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan.
Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai pasien.
Rasional : Meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makan.
Berikan makan dengan cara yang sesuai seperti melalui selang NET, melalui oral dengan
makanan lunak dan carian yang kental.
Rasional : Pemilihan rute pemberian tergantung pada kebutuhan dan kemampuan pasien.

h. Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Kondisi dan Kebutuhan


Pengobatan.
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi aturan pengobatan.
Potensial komplikasi.
Melakukan prosedur yang diperlukan dengan benar.
Intervensi :
Kaji kemampuan dan kesiapan untuk belajar pasien dan keluarga.
Rasional : Memungkinkan untuk menyampaikan bahan yang didasarkan atas kebutuhan
secara individual.
Berikan kembali informasi yang berhubungan dengan proses trauma dan pengaruh
sesudahnya.
Rasional : Membantu dalam menciptakan harapan yang realistis dan meningkatkan
pemahaman pada keadaan saat ini dan kebutuhannya.
Diskusikan rencana untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Rasional : Berbagai tingkat bantuan mungkin perlu direncanakan yang didasarkan atas
kebutuhan yang bersifat individual.
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta : CV.
Sagung Seto.

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC.

Smeltzer. 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 3. EGC, Jakarta.

Doenges, Marilyn. E. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran :


EGC, Jakarta.

Masjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta kedokteran, Edisi 3 Jild 2. Jakarta : Media Aesculaplus.

Você também pode gostar