Você está na página 1de 19

1. Mengapatimbulnyeripadadaerahdiataskemaluan?

kecelakaan lalulintas atau kecelakaan kerja yang menyebabkan fragmen patah tulang pelvis
sehingga mencederai kandung kemih

http://m.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=707

Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur pelvis.Fiksasi buli- buli
pada tulang pelvis oleh fasia endopelvik dan diafragma pelvis sangat kuat
sehinggacedera deselerasi terutama jika titik fiksasi fasia bergerak pada arah berlawanan
(seperti padafraktur pelvis), dapat merobek buli-buli.Robeknya buli-buli karena fraktur
pelvis bisa pulaterjadi akibat fragmen tulang pelvis merobek dindingnya.
Dalam keadaan penuh terisi urin, buli-buli mudah sekali robek jiak mendapatkantekanan
dari luar berupa benturan pada perut sebelah bawah. Buli-buli akan robek padadaerah
fundus dan menyebabkan ekstravasasi uri ke rongga intraperitoneum.
Tindakan endourologi dapat menyebabkan trauma buli-buli iatrogenic antara lain pada
reseksi buli-buli transurethral (TUR buli-buli) atau pada litotripsi. Demikian pula
partuskasep atau tindakan operasi di daerah pelvis dapat menyebabkan trauma
iatrogenic pada buli- buli.
Bila buli-buli yang penuh dengan urine mengalami trauma, maka akan
terjadi peningkatan tekanan intravesikel dapat menyebabkan contosio
buli-buli / buli-buli pecah. Keadaan ini dapat menyebabkan ruptura
intraperitoneal.
Secara anatomik buli-buli atau bladder terletak di dalam rongga pelvis dilindungi
oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cidera.Ruda paksa kandung kemih
karena kecelakaan lau lintas atau kecelakaan kerja dapat menyebabkan fragmen
patah tulang pevis sehingga mencederai buli-buli.Jika fraktur tulang panggul
dapat menimbulkan kontusio atau ruptur kandung kemih, tetapi hanya terjadi
memar pada dinding buli-buli dengan hematuria tanpa ekstravasasi urin.
Rudapaksa tumptul juga dapat menyebabkan ruptur buli-buli terutama bia
kandung kemih penuh atau terdapat kelainan patologik seperti tuberculosis,
tumor atau obstruksi sehingga rudapaksa kecil menyebabkan ruptur.

2. ApamaksuddaripxfisikABCDbaik,danjelaskainterpretasinya!
www.primarytraumacare.org/wp-content/uploads/.../PTC_INDO.pdf

3. Mengapaterdapatjejasdannyeritekansuprapubis?
4. Apasajatandatandaakutabdomen?
fkunmul04.files.wordpress.com/2008/10/akut-abdomen.pdf

5. Bilamanajikaadahematompadaskrotumdanperineum?
Pada kasus trauma urethra sering menunjukkan adanya hematom scrotum dan perineum.
Dr. Adam Suryadi, Sp. B, MM

6. Mengapapasienjugamengeluhtdkbisakencing?

Proses miksi yang terjadi karena adanya koordinasi harmonik antara otot- otot
detrusor buli -buli sebagai penampung dan pemompa urin dengan uretra yang
bertindak sebagai pipa untuk menyalurkan urin. Anuria, terjadi akibat adanya
penyumbatan pada uretra, kontraksi buli buli yang tidak adekuat, atau tidak
adanya koordinasi antara buli buli dan uretra. Jika pada buli buli terjadi cidera
maka bu li buli tidak bisa kontraksi sempurna untuk mengeluarkan urin.
(Manuputty, 1995)
Trauma vesikaurinaria terbanyak karena kecelakaan lalu lintas/kecelakaan kerja
yang menyebabkan fragmen patah tulang pelvis mencederai buli-buli. Trauma vesika
urinaria tumpul dapat menyebabkan rupture buli-buli terutama bila kandung kemih
penuh atau terdapat kelainan patelegik sepetrti tuberculosis, tumor atau obstruksi
sehingga menyebabkan rupture. Trauma vesikaurinaria tajam akibat luka trusuk
atau luka tembak lebih jarang ditemukan. Lua dapat melalui daerah suprapubik
ataupun transperineal dan penyebab lain adalah instrumentasi urologic.
Fraktur tulang panggul dapat menimbulkan kontusio atau rupture kandung kemih,
pada kontusio buli-buli hanya terjadi memar pada dinding buli-buli dengan
hematuria tanpa eksravasasi urin. Ruptur kandung kemih dapat bersifat
intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Rupture kandung kemih ekstraperitoneal
biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis pada dinding depan kandung
kemih yang penuh. Pada kejadian ini terjadi ekstravasasi urin dari rongga
perivesikal.

7. Organapaajayangmungkinterkena?
VU,Uretra
8. DD?
Trauma buli-buli

Pada waktu lahir hingga usia anak, buli-buli terletak di rongga abdomen. Namun semakin
bertambahnya usia, tempatnya turun dan terlindung di dalam kavum pelvis, sehingga kemungkinan
mendapatkan trauma dari luar jarang terjadi. Angka kejadian trauma pada buli-buli pada beberapa
klinik urologi kurang lebih 2% dari seluruh truma pada sistem urogenitalia.

Etiologi

o fraktur pelvis 90%

Fiksasi buli-buli pada tulang pelvis oleh fasia endopelvik dan diafragma pelvis sangat kuat sehingga
cedera deselerasi terutama jika titik fiksasi fasia bergerak pada arah berlawanan (seperti pada fraktur
pelvis), dapat merobek buli-buli. Robeknya buli-buli karena fraktur pelvis bisa pula terjadi akibat
fragmen tulang pelvis merobek dindingnya (Gambar 6-3B).
Gambar 6-3. Ruptura bull-bull. A. Intraperitoneal robeknya bull-bull pads derah fundus, menyebabkan
ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum, B. Ekstraperitoneal akibat fraktura tulang pelvis.

o Trauma tumpul benturan pada perut sebelah bawah

Dalam keadaan penuh terisi urine, buli-buli mudah sekali robek jika mendapatkan tekanan dari luar
berupa benturan pada perut sebelah bawah. Buli-buli akan robek pada daerah fundus dan
menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum (Gambar 6-3A).

o Trauma iatrogenik

Tindakan endourologi dapat menyebabkan trauma buli-bull iatrogenik antara lain pada reseksi buli-
buli transuretral (TUR Buli-buli) atau pada litotripsi. Demikian pula partus kasep atau tindakan operasi
di daerah pelvis dapat menyebabkan trauma latrogenik pada buli-buli.

o Trauma spontan

Rupture buli-buli dapat pula terjadi secara spontan, hal ini biasanya terjadi jika sebelumnya terdapat
kelainan pada dinding buli-buli. Tuberkulosis, tumor buli-buli, atau obstruksi infravesikal kronis
menyebabkan perubahan struktur otot buli-buli yang menyebabkan kelemahan dinding buli-buli. Pada
keadaan itu bisa terjadi rupture bulibuli spontanea
Patofisiologi

Jika penderita kencing sebelum terjadi kecelakaan kecil kemungkinan adanya rupture
intraperitoneal

Jika penderita belum kencing sebelum terjadi kecelakaan buli-buli dalam keadaan penuh jika
terjadi trauma benturan buli-buli robek, ruptur ektravasasi urin dan darah ke intraperitoneal
dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam lagi pada dinding anterior abdomen.

Klasifikasi

Secara klinis cedera buli-buli dibedakan menjadi

1. kontusio buli-buli,

hanya terdapat memar pada dindingnya,

mungkin didapatkan hematoma perivesikal, tetapi tidak didapatkan ekstravasasi urine ke


luar buli-buli.

2. cedera buli-buli ekstra peritoneal,

kurang lebih 45-60% dari seluruh trauma buli-buli

3. cedera intra peritoneal.

merupakan 25-45% dari seluruh trauma buli-buli.

Kadang-kadang cedera buli-buli intraperitoneal bersama cedera ekstraperitoneal (2-12%).

Manifestasi klinis

o Setelah mengalami cedera pada abdomen sebelah bawah, pasien mengeluh nyeri di daerah
suprasimfisis, miksi bercampur darah atau mungkin pasien tidak dapat miksi.

o Gambaran klinis yang lain tergantung pada :

etiologi trauma,

bagian buli-buli yang mengalami cedera intra/ekstraperitoneal,


adanya organ lain yang mengalami cedera,

penyulit yang terjadi akibat trauma.

Dalam hal ini mungkin didapatkan tanda fraktur pelvis, syok, hematoma perivesika, atau tampak
tanda sepsis dari suatu peritonitis atau abses perivesika.

Umumnya fraktur tulang pelvis disertai perdarahan hebat sehingga tidak jarang penderita datang
dalam keadaan anemik bahkan syok.

Pada abdomen bagian bawah tampak jejas atau hematom dan terdapat nyeri tekan di daerah
suprapubik ditempat hematom. Pada ruptur buli-buli intraperitoneal urin masuk ke rongga
peritoneum sehingga memberi tanda cairan intra abdomen dan rangsang peritoneum

PP

1. sistograft

o cara :

dengan memasukkan kontras ke dalam buli-buli sebanyak 300-400 ml secara gravitasi (tanpa tekanan)
melalui kateter per-uretram. Kemudian dibuat beberapa foto, yaitu (1) foto pada saat buli-buli terisi
kontras dalam posisi anterior-posterior (AP), (2) pada posisi oblik, dan (3) wash out filar yaitu foto
setelah kontras dikeluarkan dari buli-buli.

o Interpretasi:

Jika didapatkan robekan pada buli-buli, terlihat ekstravasasi kontras di dalam rongga perivesikal yang
merupakan tanda adanya robekan ekstraperitoneal. Jika terdapat kontras yang berada di seta-seta
usus berarti ada robekan buli-buli intraperitoneal. Pada perforasi yang keeil seringkali tidak tampak
adanya ekstravasasi (negatif palsu) terutama jika kontras yang dimasukkan kurang dari 250 ml.

2. kateterisasi

o Sebelum melakukan pemasangan kateter uretra, harus diyakinkan dahulu bahwa


ticlak ada perdarahan yang keluar dari muara uretra.

o Interpretasi Keluarnya darah ari muara uretra merupakan tanda dari cedera
uretra.

3. foto PIV

Jika diduga terdapat cedera pada saluran kemih bagian atas di samping cedera pada buli-buli,
sistografi dapat diperoleh melalui foto PIV.
4. uji pembilasan buli-buli

o cara :

dengan memasukkan cairan garam fisiologis stern ke dalam buli-buli sebanyak 300 ml kemudian
cairan dikeluarkan lagi.

o Interpretasi :

Jika cairan tidak keluar atau keluar tetapi kurang dari volume yang dimasukkan, kemungkinan besar
ada robekan pada buli-buli.

o Cara ini sekarang tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan infeksi atau
menyebabkan robekan yang lebih luas.

Terapi

1. Pada kontusio buli-buli pemasangan kateter,

o Tujuan untuk memberikan istirahat pada buli-buli.

o Dengan cara ini diharapkan buli-buli sembuh setelah 7-10 hari.

2. Pada cedera intraperitoneal eksplorasi laparotomi

o untuk mencari robekan pada bui-buli serta kemungkinan cedera pada organ lain.

o Cara :

1. Rongga intraperitoneum dicuci,

2. robekan pada bull-bull dijahit 2 lapis,

3. kemudian dipasang kateter sistostomi yang dilewatkan di luar sayatan laparotomi.

3. Pada cedera ekstraperitoneal,

o robekan yang sederhana (ekstravasasi minimal) :

memasang kateter selama 7 10 hari,

tetapi sebagian ahli lain menganjurkan penjahitan buli-buli dengan pemasangan


kateter sistostomi.

4. ruptur buli-buli + cedera organ lain yang membutuhkan operasi sebaiknya dilakukan
penjahitan buli-buli clan pemasangan kateter sistostomi. jika ahli ortopedi memasang plat
untuk memperbaiki fraktur pelvis, mutlak harus dialkukan penjahitan buli-buli guna
menghindari tejadinya pengaliran urine ke fragmen tulang yang telah dioperasi.

5. Untuk memastikan bahwa buli-buli telah sembuh, sebelum melepas kateter uretra atau
kateter sistostomi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan sistografi guna melihat
kemungkinan masih adanya ekstravasasi urine. Sistograft dibuat pada hari ke-10-14 pasta
trauma. Jika masih ada ekstravasasi kateter sistostomi dipertahankan sampai 3 mmggu.

Prognosis

o Jika tidak mendapatkan perawatan dengan segera 10-20% cedera buli-buli akan berakibat
kematian karena peritonitis atau sepsis.

o Pada cedera intraperitoneal, jika tidak dioperasi ekstravasasi urine ke rongga


intraperitoneum dapat menyebabkan peritonitis.

o Pada cedera ekstraperitoneal dg robekan yang sederhana (ekstravasasi minimal) tanpa


tindakan pembedahan kejadian kegagalan penyembuhan luka 15%, clan kemungkinan
untuk terjadinya infeksi pada rongga perivesika sebesar 12%.

Penyulit

o Pada cedera buli-buli ekstraperitoneal,

ekstravasasi urine ke rongga pelvis yang dibiarkan dalam waktu lama dapat menyebabkan infeksi clan
abses pelvis.

o Yang lebih berat lagi adalah robekan buli-buli intraperitoneal,

jika tidak segera dilakukan operasi, dapat menimbulkan peritonitis akibat dari ekstravasasi urine pada
rongga intraperitoneum.

o Kedua keadaan di atas dapat menyebabkan sepsis yang dapat mengancam. jiwa.

o Kadang-kadang dapat pula terjadi penyulit berupa keluhan miksi, yaitu frekuensi dan urgensi yang
biasanya akan sembuh sebelum 2 bulan.

Trauma uretra
Penyebab utama dari trauma uretra adalah patah tulang panggul dan karena kedua kaki mengangkang
(pada pria). Prosedur pembedahan pada uretra atau alat yang dimasukkan ke dalam uretra juga bisa
melukai uretra, tetapi lukanya relatif ringan.

Gejalanya adalah ditemukannya darah di ujung penis, hematuria dan gangguan berkemih. Kadang air
kemih merembes ke dalam jaringan di dinding perut, kantung zakar atau perineum (daerah antara
anus dan vulva atau kantung zakar).

Penyempitan ureter (striktur) di daerah yang terkena biasanya merupakan komplikasi yang bisa terjadi
di kemudian hari. Hal ini bisa menyebabkan impotensi akibat kerusakan arteri dan saraf penis.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan uretrogram retrograd.

Pengobatan untuk memar ringan adalah memasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih
selama beberapa hari untuk mengeluarkan air kemih dan uretra akan membaik dengan sendirinya.

Untuk cedera lainnya, pengeluaran air kemih dari uretra dilakukan dengan cara memasang kateter
langsung ke dalam kandung kemih. Untuk striktur uretra dilakukan perbaikan melalui pembedahan.

Diagnosis trauma uretra

Ruptur uretra posterior harus dicurigai bila terdapat darah sedikit di meatus uretra disertai patah
tulang pelvis.

Selain tanda setempat, pada RT prostat seperti mengapung karena tidak terfiksasi pada
diafragma urogenital, kadang malah prostat tidak teraba sama sekali. RT harus dilakukan hati-hati
karena fragmen tulang dapat mencederai organ lain seperti rektum.

Kecurigaan ruptur uretra anterior timbul bila ada riwayat cedera kangkang atau instrumentasi dan
darah yang menetes dari meatus uretra.

Pemeriksaan radiologik dengan ureterogram retrograd dapat memberi keterangan letak dan tipe
ruptur uretra.

fraktur pelvis

1. DEFINISI

Fraktur pelvis berhubungan dengan injuri arteri mayor, saluran kemih bagian bawah, uterus, testis,
anorektal dinding abdomen, dan tulang belakang. Dapat menyebabkan hemoragi (pelvis dapat menahan
sebanyak + 4 liter darah) dan umumnya timbul manifestasi klinis seperti hipotensi, nyeri dengan
penekanan pada pelvis, perdarahan peritoneum atau saluran kemih.
Fraktur pelvis berkekuatan-tinggi merupakan cedera yang membahayakan jiwa. Perdarahan luas
sehubungan dengan fraktur pelvis relatif umum namun terutama lazim dengan fraktur berkekuatan-
tinggi. Kira-kira 1530% pasien dengan cedera pelvis berkekuatan-tinggi tidak stabil secara
hemodinamik, yang mungkin secara langsung dihubungkan dengan hilangnya darah dari cedera pelvis.
Perdarahan merupakan penyebab utama kematian pada pasien dengan fraktur pelvis, dengan
keseluruhan angka kematian antara 6-35% pada fraktur pelvis berkekuatan-tinggi rangkaian besar.

2. ETIOLOGI

1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat tersebut.

2. Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

3. Proses penyakit: kanker dan riketsia.

4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan fraktur
kompresi tulang belakang.

5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat menyebabkan
fraktur (misal; elektrik shock dan tetani).

3. MANIFESTASI KLINIS

Pengkajian awal yang perlu dilakukan adalah riwayat kecelakaan sehingga luasnya trauma tumpul dapat
diperkirakan. Sedangkan untuk trauma penetrasi, pengkajian yang perlu dilakukan adalah posisi
masuknya dan kedalaman. Klien dapat menunjukkan trauma abdomen akut. Pada kedua tipe trauma
terjadi hemoragi baik baik internal maupun eksternal. Jika terjadi rupture perineum, manifestasi
peritonitis berisiko muncul,seluruh drainase abdomen perlu dikaji untuk mengetahui isi drainase
tersebut.

Bilas abdomen umumnya dilakukan untuk mengkaji adanya perdarahan diseluruh abdomen yang
mengalami luka, dengan cara memasukkan cairan kristaloid ke dalam rongga peritoneum diikuti dengan
paracentesis (rainase isi abdomen).Catat dan dokumentasikan warna dan jumlah drainase.
4. KOMPLIKASI

1. Komplikasi awal

a) Shock Hipovolemik/traumatik

Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) perdarahan

kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak shock

hipovolemi.

b) Emboli lemak

c) Tromboemboli vena

Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi otot/bedrest.

d) Infeksi

Fraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor tanda

infeksi dan terapi antibiotik.

e) Sindrom kompartemen

2. Komplikasi lambat

a. Delayed union

Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan

biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan proses

infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang.

b. Non union

Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini


disebabkan oleh fibrous union atau pseudoarthrosis.

c. Mal union

Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan

bentuk).

d. Nekrosis avaskuler di tulang

Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang.

5. PENCEGAHAN

Pencegahan fraktur pelvis yaitu:

1. dengan membuat lingkungan lebih aman

2. mengajarkan kepada masyarakat secara berkesinambungan mengenai pada saat bekerja berat.

6. PENATALAKSANAAN

1. Rekognisi:

menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di rumah sakit.

a. Riwayat kecelakaan

b. Parah tidaknya luka

c. Diskripsi kejadian oleh pasien

d. Menentukan kemungkinan tulang yang patah

e. Krepitus

2. Reduksi:
reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:

a. Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau gips

b. Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui pembedahan, biasanya melalui
internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.

3. Retensi:

menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen-fragmen tersebut


selama penyembuhan (gips/traksi)

4. Rehabilitasi:

langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur karena sering
kali pengaruh cedera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck).

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS

1) Pemeriksaan rontgen: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma

2) Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal

3) Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan


bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah
respons stress normal setelah trauma.

4) CT scan merupakan pemeriksaan diagnostic yang perlu dilakukan untuk mengkaji injuri intrra
abdomen Angiografi, pielografi intravena dan pemeriksaan lain dapat dilakukan untuk mengkaji derajat
trauma pada organ yangberbeda.

Você também pode gostar