Você está na página 1de 9

TEORI EKONOMI KEYNESIAN

Prawacana

Kira-kira pada awal abad ke-20 an paham perekonomian masih sangat kental dengan faham
laissez faire- laissez passer seperti yang diinginkan oleh kaum klasik dan neo klassik.
Didasarkan pada pendapat J.B Say yang mengatakan bahwa penawaran akan selalu berhasil
menciptakan permintaanya sendiri (supply creates its own demand). Dengan begitu
perusahaan berlomba-lomba untuk memproduksi barang sebanyak- banyaknya. Akibatnya,
produksi yang begitu banyak tak terkendali. Dan sampai pada tahun 30 an akhirnya dunia
mengalami ekonomi yang maha dahsyat (depresi besar-besaran). Perekonomian ambruk,
pengangguran merajalela, dan inflasi tinggi tak terkendali. Krisis yang dialami Negara Negara
maju ini, bahkan sampai beberapa pihak menyatakan bahwa ramalan mark tentang kejatuhan
kapitalis menjadi nyata.

Dalam situasi krisis yang maha dahsyat tersebut pakar- pakar ekonomi klasik dan neo-klasik
sama sekali tak bisa menjelaskan apa yang terjadi, apalagi memberikan jalan keluar. Persoalan
yang terjadi terbilang sangat baru yang tak dijumpai di saat-saat sebelumnya. Dan di saat
suasana yang berkecamuk inilah lahir seorang pakar ekonomi yang kemudian menjadi sangat
berpengaruh, yaitu J.M Keynes.

Atas depresi besar-besaran yang tejadi kala itu tentu merangsang timbulnya pertanyaan, bahwa
ada yang salah mungkin dalam teori ekonomi yang dikembangkan oleh mazhab klasik dan neo-
klasik. Keynes pun menyerap seperti apa teori klasik dan neo-klasik. Lalu mencari kenapa
system ekonomi yang didasarkan pada teori klasik dan neo-klasik bisa luluh lantah.

Keynes banyak mengkritik teori yang dikembangkan mazhab klasik dan neo-klasik. Salah
satunya Keynes berpendapat bahwa teori mazhab klasik dan neo-klasik hanya relevan
diterapkan dalam system ekonomi mikro yang sederhan dan tak relevan apabila diterapkan
dalam system ekonomi makro.

Dan sebenarnya Keynes percaya akan faham laissez faire- laissez passer, akan tetapi
menurutnya itu akan sangat lama. Keynes pernah berkata in the long run we`re all dead,
dalam jangka panjang kita akan mati. Dan menurutnya satu satunya jalan untuk menuju titik
seimbang adalah intervensi pemerintah.

John meynard Keynes (1883-1946), adalah dosen di cambridge university. Gelar dosen dia
dapat di usia kurang dari 30 tahun. Orangtuanya john Neville Keynes, juga seorang ahli
ekonomi yang cukup disegani. Pengaruh Keynes sangat besar dalam perjanjian Bretton woods
tahun 1946 dan dalam pembentukan badan moneter internasional IMF (internasional monetary
fund). Atas jasa jasanya yang besar dia diangkat menjadi baron, gelar kebangsawanan yang
sangat tinggi di eropa.

Oleh para tokoh ekonom Keynes disebut bapak ekonomi modern. Karna buah pemikiranya
tentang ekonomi makro. Dan pemikiranya ini menandai runtuhnya fondasi ekonomi kaum
klasik.
PEMIKIRAN DAN KRITIK EKONOMI KEYNES

Underemployment ekuilibrium

Mazhab klasik dengan faham laissez faire- laissez passer nya berpandangan bahwa dengan
fahamnya itu perekonomian akan selalu menuju pada keseimbangan (ekuilibrium).
Keseimbangan yang dimaksud adalah kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan
daya beli untuk membeli barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut diperoleh dari
balas jasa atas factor produksi seperti upah, gaji, suku bunga, sewa, dll. Dan factor produksi
itu akan digunakan sepenuhnya untuk membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan.
Inilah yang dimaksud J.B. Say dengan penawaran akan selalu berhasil menciptakan
permintaanya sendiri (supply creates its own demand).

Posisi ekuilibrium ini dianggap sebagai keadaan yang normal. Jika terjadi perubahan keadaan,
missal kelebihan produksi, kekurangan konsumsi, pengangguran, maka itu dianggap
pergeseran yang temporer(sementara). Dan nanti akan ada invisible hand (tangan tak kentara)
yang akan menyetabilkanya. Mereka juga percaya bahwa adanya keseimbangan semua
sumberdaya, termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh (full employment), dan taka
da pengangguran.

Akan tetapi pemikiran klasik tak sesuai dengan kenyataan yang dialami dalam depresi besar
besaran di dasawarsa 30. Makadari itu Keynes memeriksa kembali system ekonomi klasik dan
neo-klasik beserta asumsi dasarnya.

Akhirnya Keynes berasumsi bahwa dalam dunia modern belum tentu posisi ekuilibrium adalah
posisi yang lazim. Dan keadaanya seperti pengandaian pengandaianya tadi. Dengan kata lain
bahwa ketika proses kegiatan ekonomi dibiarkan begitu terus, underemployment
ekuilibrium lah yang menjadi keadaan lazim. Bahkan dalam hal ini, Keynes mengkritik habis
habisan. Bahwa hal ini adalah sesuatu yang keliru. Keynes mengatakan bahwa biasanya
permintaan lebih kecil dari penawaran. Karna biasanya permintaan dibuat efektif, karna adanya
masyarkat yang menabung, asuransi, dll. sehingga menjadi lebih kecil dari total
produksi. Inilah yang terjadi dalam dasawarsa 30. Produksi menumpuk, disisi lain daya beli
terbatas. Sebagian perusahaan terpaksa mengurangi produksi, bahkan ada yang melakukan
rasionalisasi dengan mengurangi produksi serta mengurangi pekerja-banyak pengangguran.

Peran pemerintah dalam perekonomian

Mengacu pada depresi besar-besaran pada dasawarsa 30, Keynes merekomendasikan agar
system perekonomian tidak begitu saja diserahkan pada mekanisme pasar. Dalam batas tertentu
peran pemerintah sangat dibutuhkan. Misalnya, ketika banyak pengangguran pemerintah bisa
memperbesar pengeluaranya untuk proyek-proyek padat karya. Dengan demikian
pengangguran bisa bekerja lagi, dan otomatis menambah pendapatan masyarakat.

Ketika harga-harga naik cepat, pemerintah bisa menarik jumlah peredaran uang dengan
mengenakan pajak yang lebih tinggi, sehingga infalsi bisa terkendali.
Dari berbagai kebijakan Keynes sering mengandalkan kebijakan fiscal. Dengan menyuntikan
dana, berupa pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek yang mampu menyerap tenaga
kerja. Kebijakan ini dinilainya sangat ampuh untuk meningkatkan output dan memberantas
pengangguran, terutama disaat sumber-sumber daya belum dimanfaatkan secara penuh.

Kalau diamati Keynes sependapat dengan marx bahwa system ekonomi klasik tidak bebas dari
fluktuasi, krisis pengangguran, dll. Marx ingin menghancurkan system kapitalis,
menggantikanya dengan sosialis. Namun sebaliknya Keynes ingin menyelamatkan system
liberal.

Inti Pokok Pemikiran Keynes

Pada hakikatnya, konsep teori Keynes dapat dipandang sebagai suatu teori tentang pendapatan
dan kesempatan kerja. Inti pokok dalam sistem pemikiran dan konsep Keynes terdiri dari tiga
faktor penting, yaitu:

Hasrat berkonsumsi (propensity to consume)

Pendapatan total agregat sama dengan konsumsi total agregat ditambah investasi total agregat.
Tingkat konsumsi bergantung pada hasrat seseorang untuk berkonsumsi, yang merupakan
fungsi dari pendapatan. Begitu juga dengan tabungan, karena tabungan adalah sisa bagian dari
pendapatan yang tidak digunakan untuk berkonsumsi.

Tingkat bunga (interest) yang memiliki kaitan dengan dengan preferensi likuiditas (liquidity
preference). Tingkat bunga menurut Keynes bukanlah pencerminan dari penawaran tabungan
dan permintaan investasi, melainkan tingkat bunga merupakan variabel bebas (independent)
dari kedua hal tersebut. Tingkat tabungan adalah suatu fenomena moneter yang tergantung dari
keinginan orang menahan tabungannya dalam bentuk dana likuiditas. Sehingga tingkat bunga
tergantung dari preferensi likuiditas.

Efisiensi marginal dari investasi modal (marginal efficiency of capital)

Tingkat investasi ditentukan oleh efisiensi marginal dari investasi modal, yang dipengaruhi
oleh ekspektasi investor tentang laba yang akan diperoleh di masa depan dari investasi modal
yang bersangkutan. Jelaslah bahwa ekspektasi tersebut adalah yang positif dan menguntungkan
investor itu.

Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference)

Pada saat masa aliran monetarisme, timbul pertanyaan mengenai demand for money dan supply
of money. Pertanyaan ini dijawab oleh Keynes dengan teorinya, liqudity preference, yang
menjelaskan tentang bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek dan tingkat
bunga tersebut disesuaikan untuk menyeimbangkan demand (permintaan) for
moneydan supply (pasokan) of money.
Teori ini menegaskan bahwa tingkat bunga adalah salah satu determinan dari berapa banyak
uang yang ingin dipegang orang, alasannya karena tingkat bunga merupakan biaya peluang
(opportunity cost) dari memegang uang. Ada tiga motif orang yang memegang uang: Motif
transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi.

Tentang Upah

Kaum klasik mengatakan bahwa sesuai dengan faham laissez faire- laissez passer, tenaga kerja
akan dimanfaatkan secara penuh full employment. Walau dalam keadaan tertentu perusahaan
harus menurunkan upah. Dan kaum klasik yakin para penganggur tetap akan mau bekerja
walau dengan upah yang minimal

Pandangan klasik diatas ditolak Keynes. Menurut Keynes kenyataan pasar tenaga kerja tak
demikian. Dimana para tenaga kerja punya serikat kerja (labor union) yang akan
memperjuangkan kepentingan mereka.

Selanjutnya Keynes berpendapat bahwa tingkat upah bisa turun memang (tapi kemungkinan
ini sangat kecil menurutnya). Ketika upah turun, pndapatan masyarakat tentu akan turun, dan
daya beli masyarakat tentu akan turun pula. Lalu ketika daya beli masyarakat turun akan diikuti
oleh harga- harga yang turun.

Kalau harga-harga turun, kurva nilai produktivitas marginal labor yang dijadikan patokan oleh
pengusaha akan turun. Kalau penurunan harga tak begitu besar, kurva nilai ini hanya turun
sedikit. Walau begitu tetap saja labor yang tertampung semakin kecil. Yang lebih parah
seandainya harga-harga turunya drastis. Ini menyebabkan kurva nilai turun drastic pula. Labor
yang tertampung pun semakin kecil dan pengangguran akan meluas.

Tentang Tabungan (Saving)

Menurut Keynes, tingkat saving harus lebih tinggi dari plan investmen. Tapi juga tidak baik
kalau tingkat saving-nya itu berlebihan, karena akan berdampak pada terjadinya kemerosotan
(resesi) perekonomian bahkan terjadi depresi.

Neo-Keynesian Teori pertumbuhan dan pembangunan

Pandangan mereka disebut Keynesian kerena teori mereka merupakan determinasi pemikiran
Keynes dan disebut Neo kerena pemikiran Keynes tersebut diperbaharui berdasarkan penelitian
empiris yang lebih baru. Neo-Keynes merupakan penerus ajaran Keynes yang banyak berjasa
dalam mengembangkan teori-teori yang berhubungan dengan usaha menjaga stabilitas
perekonomian. Teori-teori tersebut menjelaskan tentang fluktuasi ekonomi (business cycle)
dan teori-teori yang berhubungan dengan pertumbuhan dan pendapatan.

Fluktuasi Ekonomi (Business cycle)

Pada masa sebelumnya, masalah fluktuasi ekonomi ini telah dibicarakan, namun
pembahasannya hanya sepintas dikarenakan sudah begitu melekatnnya kepercayaan orang
terhadap pemikiran klasik, yang mengatakan bahwa perekonomian akan selalu menuju
keseimbangan dan tidak akan terjadi guncangan dalam perekonomian.

Pembahasan tentang fluktuasi ekonomi ini mendapatkan perhatian yang lebih serius pada era
sesudah Keynes (Neo-Keynes). Mereka membahas teori fluktuasi ekonomi secara mendalam
karena mereka memerlukan teori-teori yang mampu menjelaskan apa yang menyebabkan
perekonomian tidak stabil dan yang lebuh penting lagi adalah apa tindakan dan kebijakan yang
dapat dilakukan untuk mencegah gerak perekonomian yang berfluktuasi tersebut agar menjadi
lebih stabil.

Bagi kaum Neo-Keynes, fluktuasi ekonomi terjadi karena dua penyebab utama. Pertama,
terjadinya perubahan-perubahan dalam tingkat investasi dan rendahnya tingkat konsumsi.
Kedua, fluktuasi terjadi karena tidak adanya mekanisme koreksi yang mampu mendorong
perekonomian pada keseimbangan full-employment, yang disebabkan oleh kakunya harga dan
tingkat upah dalam mekanisme penyesuaian. Kerena perekonomian tidak selalu berada pada
keseimbangan, sering terjadi fluktuasi. Ketidakseimbangan perekonomian yang berkaitan
dengan pengangguran dan inflasi menyebabkan kaum neo-keynesian percaya perlunya
intervensi dari pemerintah sebagai langkah koreksi.

Berikut tokoh-tokoh pemikir yang fenomenal dari kaum neo-keynesian:

Alvin Harvey Hansen

Hansen berhasil menyusun secara sistematis serangkaian pikiran dasar Keynes dalam suatu
kerangka analisis yang rapi dan utuh. Dia dengan jelas menujukkan hal-hal pokok pada sistem
pemikirannya dalam ramifikasinya terhadap kebijakan negara secara langsung dan tidak
langsung.

Hansen banyak menjelaskan tentang fluktuasi ekonomi, penyebabnya, dan cara mengatasinya.
Menurutnya fluktuasi ekonomi terjadi karena adanya gerak naik turun dan determinan terhadap
pendapatan nasional. Karenanya ia banyak mengupas tentang pendapatan nasional. Dan
mengaitkan pendapatan nasional investasi, dan kesempatan kerja, dengan fluktuasi ekonomi.

Joseph Schumpeter

Dari masa-masa sebelumnya, pakar pertama yang lebih serius dalam mengembang teori
pertumbuhan adalah Schumpeter. Bagi dia, pelaku utama pertumbuhan ekonomi adalah
adanya entepreneur. Entrepreneur bukan hanya seorang pengusaha atau manajer, melainkan
juga seseorang yang mau menerima risiko dan menghasilkan produk dan teknologi baru dalam
masyarakat.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi akan berkembang pesat dalam lingkungan, masyarakat


yang menghargai dan merangsang orang untuk menggali penemuan-penemuan baru, seperti
lingkungan masyarakat penganut laissez faire. Dalam masyarakat yang demikian, insentif bagi
penemuan baru lebih tinggi.
Juga depresi tahun 30-an, menurut Schumpeter, bukan karena kelemahan sistem kapatilis tetapi
justru karena kekuatannya, yang pada saat itu perekonomian sedang berada dalam salah satu
titik terendah dalam suatu gelombang panjang. Jika ditemukan inovasi dan teknologi baru,
perekonomian akan membaik kembali.

Simon Kuznets

Kuznets berperan dalam kegiatan yang bersangkut-paut dengan data statistik yang selanjutnya
berkembang menjadi ilmu pengetahuan dengan kerangka analisis berdasarkan teknik dan
metode matematika canggih. Kuznets memantau kegiatan ekonomi dalam masyarakat dengan
berpangkal pada suatu kerangka perhitungan nasional dengan dilengkapi tentang unsur-unsur
komponen dalam pendapatan nasional.

Berkat karya kuznets tersebut, pengertian-pengertian pokok dalam kerangka teori Keynes
dapat diberikan wujud nyata secara kuantitatif-empiris, seperti mengenai hubungan antara
pendapatan-konsumsi-tabungan-investasi dalam masyarakat secara agregat. Dan segala
sesuatu itu dapat diamati dan dikaji secara berturut-turut sesuai tahapan dalam perkembangan
waktu. Hal ini dikenal sebagai time series analysis. Dengan teri ini kita bias menghitung
pertumbuhan ekonomi lebih eksak.

Paul Samuelson

Di bawah pengaruh Samuelson, kerangka dasar pemikiran Keynes disempurnakan sampai pada
tingkat yang lebih manju dan dalam lingkup pembahasan yang lebih luas.

Ada dua hal yang berjasa dari ulasan Samuelson. Pertama, diperlihatkannya tentang hubungan
timbal-balik antara faktor multiplier dan asas accelerator, yang berimplikasi
bahwa multiplier dan accelerator saling memperkuat perannya dalam jalannya perekonomian
secara agregat. Permintaan efektif dari masyarakat dipengaruhi oleh investasi langsung
(autonomous investment), yang selanjutnya melalui faktor angka
pengganda (multiplier)menyebabkan tambahan pendapatan dengan berlipat. Permintaan
efektif pun dapat diberi stimulan yag berawal dari pengeluaran konsumen, yang selanjutnya
melalui asas accelerator secara tidak langsung menyebabkan bertambahnya investasi (induced
investement).

Bidang kedua adalah mengenai lalu lintas perdagangan dan pembayaran internasional.
Samuelson memperjelas hubungan antara kebijakan fiskal dengan keseimbangan dalam lalu
lintas pembayaran internasional. Hal ini memperllihatkan peranan foreign trade multiplier
(dampak multiplier yang berasal dari perdangan luar negeri) dan berbagai kemungkinan
penyimpangan dari keseimbangan internasional. Di sini dapat dilihat adanya integrasi
mengenai segi ekulibrium internasional ke dalam kerangka umum teori ekonomi makro.

Walt Withman Rostow

Teori pembangunan yang paling terkenal adalah ulasan dari Rostow, yang mengatakan bahwa
negara-negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan sebagai
berikut.
Tahap tradisional statis

Yang dicirikan oleh keadaan IPTEK yang masih sangat rendah dan tidak berpengaruh terhadap
kehidupan dan perekonomian pun masih didominasi sektor pertanian-pedesaan. Struktur
sosial-politik masih kaku.

Tahap transisi

IPTEK mulai berkembang, sehingga produktivitas semakin meningkat dan industri semakin
berkembang. Tenaga kerja mulai beralih dari sektor pertanian ke sektor industri, pertumbuhan
tinggi, kaum pedagang bermunculan, dan struktur sosial-politik semakin membaik.

Tahap lepas landas (take-off)

Dicirikan oleh keadaan suatu hambatan sosial-politik yang umumnya dapat diatasi. Tingkat
kebudayaan dan IPTEK semakin maju, investasi dan pertumbuhan tetap tinggi, dan mulai
adanya ekspansi perdagangan ke luar negeri.

Tahap dewasa

Masyarakat semakin tinggi penguasaan IPTEK, sehingga terjadi perubahan komposisi


angkatan kerja di mana jumlah skilled labor lebih banyak daripada unskilled labor. Serikat
dagang dan gerakan buruh semakin maju dan berperan. Pendapatan perkapita tinggi.

Tahap mass consumption

Masyarakat hidup serba kecukupan, kehidupan aman tentram, dan laju pertumbuhan penduduk
semakin rendah.

Proses di atas hanya bisa berlangsung jika dipenuhi beberapa kondisi, seperti pemerintahan
yang stabil, adanya perbaikan tingkat pendidikan, adanya kelompok inovator dan
wiraswastawan, meningkatnya tabungan dan investasi hingga mencapai 10 persen dari
pendapatan nasional, dan adanya reformasi sosial.

New-Keynesian

Nicholas Gregory Mankiw

Mankiw adalah Professor Ekonomi di Harvard University. Penelitiannya mencakup banyak


bidang dalam ilmu ekonomi dan meliputi berbagai tulisan mengenai penyesuaian harga,
perilaku konsumen, pasar keuangan, kebijakan moneter dan fiskal, dan pertumbuhan ekonomi.

Dalam konsep makroekonominya yang sangat terkenal dan merupakan bidang ahlinya,
Mankiw menawarkan keseimbangan dalam pembahasan isu-isu makroekonomi jangka pendek
dan jangka panjang, mengintegrasikan wawasan teori klasik dan teori Keynes, menyajikan
teori ekonomi dengan beberapa variasi model sederhana, dan memberikan penekanan bahwa
makroekonomi adalah disiplin ilmu empiris yang banyak berkaitan dengan bidang-bidang ilmu
lainnya.

Mankiw merumuskan teori-teori ekonomi ke dalam Ten Principles of Economics-nya.


Tujuannya adalah untuk menjelaskan overview tentang apa itu ekonomi. Kesepuluh prinsip
tersebut adalah:

1. Orang menghadapi berbagai trade-off (efisiensi dan equality)


2. Biaya adalah sesuatu yang dikorbankan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu hal
yang lain
3. Orang rasional berpikir terhadap margin (perubahan marginal)
4. Orang bereaksi terhadap insentif
5. Perdagangan/pertukaran dapat membuat setiap orang menjadi lebih baik
6. Pasar merupakan sebuah solusi yang baik untuk mengorganisir aktivitas ekonomi
(tentang ekonomi pasar)
7. Pemerintah terkadang dapat meningkatkan kinerja pasar (tentang kegagalan pasar,
eksternalitas, dan kekuatan pasar)
8. Standar hidup sebuah negara bergantung pada kemampuannya dalam memproduksi
barang dan jasa (tentang produktivitas)
9. Harga-harga meningkat ketika pemerintah mencetak uang terlalu banyak (tentang inflasi)
10. Masyarakat menghadapi trade-off jangka pendek antara inflasi dan pengangguran
(tentang fluktuasi ekonomi)

David Romer

Romer adalah Professor ekonomi politik di University of California, Berkeley. Dia merupakan
pakar ekonomi di bidang makroekonomi. Dalam karya terbarunya, Romer bekerja sama
dengan istrinya, Christina Romer, pada kebijakan fiskal dan moneter dari tahun 1950 hingga
saat ini, dengan menggunakan catatan dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC)
dan bahan-bahan dari staf The Fed untuk mempelajari bagaimana Federal Reserve membuat
keputusan. Karyanya menunjukkan bahwa beberapa dari kredit untuk pertumbuhan ekonomi
yang relatif stabil pada tahun 1950, should lies dengan good policy oleh Federal Reserve, di
samping itu anggota FOMC telah membuat keputusan yang lebih baik dengan mengandalkan
lebih dekat pada perkiraan yang dibuat oleh staf The Fed tersebut.

Baru-baru ini, Romers (David dan Christina) berfokus pada dampak kebijakan pajak
pemerintah dan pertumbuhan ekonomi secara umum. Karya ini terlihat pada catatan sejarah
perubahan pajak Amerika Serikat dari 1945-2007, tidak termasuk perubahan pajak endogen,
yang dibuat untuk melawan resesi atau meringankan biaya pengeluaran baru pemerintah. Ia
menemukan bahwa ada peningkatan pajak eksogen, dibuat misalnya untuk mengurangi
pewarisan defisit anggaran, mengurangi pertumbuhan ekonomi (meskipun dengan jumlah yang
lebih kecil setelah tahun 1980 dari sebelumnya). Romers juga menemukan, Tidak ada
dukungan untuk hipotesis bahwa pemotongan pajak mengendalikan pengeluaran pemerintah,
memang pemotongan pajak bisa saja meningkatkan pengeluaran. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa efek utama dari pemotongan pajak pada anggaran pemerintah adalah
mendorong timbulnya peningkatan pajak berikutnya
Ia juga menulis tentang beberapa mata pelajaran bagi ekonom makro, seperti Do Students Go
to Class? Should They? dan Do Firms Maximize? Evidence from Professional Football.

Kebijakan fiskal Vs Moneter

Kebijakan fiskal adalah merujuk pada kebijakan pemerintah yang dibuat untuk mengarahkan
suaatu ekonomi Negara melalui pengeluaran dan pendapatan berupa pajak. Berbeda dengan
kebijakan moneter yang bertujuan untuk mensetabilkan perekonomian dengan cara mengontrol
tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.

Beberapa pakar, dipimpin Keynes dan para pengikutnya menganggap kebijakan moneter
dengan cara memanipulasi jumlah uang beredar tidak efektif dalam menstabilkan
perekonomian. Sebaliknya mereka percaya bahwa yang lebih ampuh adalah kebijakan fiskal.

Ada lima hal yang yang perlu diperhatikan dari pemikiran pasca Keynes.

1. Penyesuaian lebih banyak terjadi lewat penyesuaian kwantitas daripada harga.


2. Pendistribusian pendapatan antara laba dan upah penting dalam penentuan investasi.
3. Ekspektasi, bersama sama dengan laba adalah penentu utama investasi.
4. Unsur kelembagaan kredit dan keuangan berintegrasi mempengaruhi siklus ekonomi
5. Focus mereka menjawab pertanyaan mengapa perekonomian tidak bekerja dengan mulus
sesuai asumsi klasik.

Daftar Pustaka

Deliarnov. 2005. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi Keempat Revisi. Jakarta: PT


Rajagrafindo Persada

Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi I. Jakarta:


Yayasan Obor Indonesia.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/kebijakan fiskal

tbahran.blogspot.com/2012/08/pemikiran-konsep-ekonomi-keynes.html

Você também pode gostar