Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui terjadinya keausan pada transmisi
1
1.4 Batasan Masalah
Masalah yang muncul dapat diselesaikan dengan baik dan
rancangan ini mencapai tujuan yang diinginkan , maka diperlukan
batasan masalah yang meliputi antara lain:
Kendaraan yang dirancang HINO
Kecepatam perputaran
1.5 Manfaat
Bab I : Pendahuluan,
Bab ini berisikan tentang latar belakang perencanaan, tujuan
perencanaan, batasan masalah, metodologi penulisan dan sistematika
penulisan.
2
Bab II : Tinjauan pustaka,
Bab ini berisikan teori-teori tentang transmisi roda gigi, serta cara
kerja unit transmisi roda gigi, pelumasan pada roda gigi dan rumus-
rumus yang digunakan pada perencanaan roda gigi.
Bab IV : Penutup,
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.
3
mulai
Data
Perhitungan
- Putaran ban
- P. Output transmsi
- Diameter. Jarak bagi
- Jumlah jarak bagi
- Diameter lingkaran kepala dan kaki
- Kecepatan keliling
- Gaya tangent sial
- Lebar gigi
- Roda gigi mundur
- Diameter poros input , output dan perantara
- Spline untuk poros input, output dan perantara
- Temperatur
Gambar
Belum
Kesimpulan
Selesai
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam kebanyakan hal poros akan sejajar satu sama lain. Tetapi
garis sumbunya dapat juga saling memotong atau saling menyilang, ada juga
kemungkinan poros itu terletak sejajar, seperti terlihat pada gambar 2.1
a. Transmisi langsung, dimana sebuah piringan atau roda pada poros yang satu
dapat menggerakkan roda yang serupa pada poros kedua melalui kontak
langsung.
5
Dalam kategori ini termasuk roda gesek dan roda gigi, seperti terlihat pada
gambar 2.2.
Pada roda gesek dan sabuk, yang memindahkan gerakan poros yang satu
ke poros yang lain ialah gaya gesek. Keuntungannya ialah jika ada beban lebih
akan terjadi slip, jadi gaya tersebut agak bekerja seperti kopling slip, karena
sabuk bersifat elastic maka dapat meredam tumbukan dan getaran.
Kerugiannya ialah jumlah putaran poros yang digerakkan tidak seluruhnya
dapat di tentukan karena slip.
6
Pada roda gigi, rantai dan sabuk bergigi mempunyai sistem gigi sehingga
gerakan menjadi dipaksakan atau tanpa terjadi slip. Dalam suatu sistem
transmisi, roda gigi merupakan elemen yang paling banyak diterapkan karena
cocok untuk memindahkan daya yang sangat besar pada kecepatan putaran
tingi. Namun roda gigi memerlukan ketelitian yang lebih besar dalam
pembuatan, pemasangan dan pemeliharaan.
Menurut letak poros, arah putaran dan bentuk jalur gigi, roda gigi
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :
Adalah roda gigi di mana giginya berjajar pada dua bidang silinder (jarak
bagi lingkaran), kedua bidang tersebut bersinggungan dan yang satu
menggelinding pada yang lain dengan sumbu yang tetap sejajar.
7
b. Roda Gigi Miring.
Mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada jarak bagi lingkar. Pada
roda gigi miring, jumlah pasangan gigi saling membuat perbandingan kontak
yang lebih besar dari pada roda gigi lurus, sehingga pemindahan putaran dapat
berlangsung dengan halus, sangat cocok untuk mentransmisikan putaran tinggi
dan beban besar.
Roda gigi miring memerlukan kotak roda gigi yang lebih kokoh, karena
jalur gigi yang berbentuk ulir tersebut menimbulkan gaya reaksi yang sejajar
dengan poros, seperti yang terlihat pada gambar 2.4.
8
Gambar 2.5 : Roda gigi miring ganda.
9
Gambar 2.7 : Pinyon dan batang bergigi.
Bentuk dasarnya adalah dua buah kerucut dengan puncak gabungan yang
saling menyinggung menuru sebuah garis lurus.
10
b. Roda Gigi Kerucut Spiral.
Mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar dari pada roda gigi
kerucut lurus, sehingga dapat meneruskan putaran tinggi dan beban besar.
Sudut poros roda gigi kerucut spiral biasanya di buat 90 Derajat, seperti pada
gambar 2.9.
Bentuk dasarnya ialah dua buah silinder atau kerucut yang letak porosnya
saling bersilangan satu sama lain.
11
a. Roda Gigi Miring Silang.
12
c. Roda Gigi Cacing Globoid.
Dapat meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi yang besar dan
mampu mentransmisikan daya yang lebih besar bila di bandingkan dengan
roda gigi cacing silindris karena roda gigi cacing globoid mempunyai
perbandingan kontak yang lebih besar, seperti pada gambar 2.13.
13
2.3 Nama Nama Bagian Roda Gigi.
Nama nama bagian roda gigi dapat dilihat pada gambar 2.6 di bawah ini,
sedangkan ukuran gigi dinyatakan dengan Jarak Bagi Lingkar , jarak
sepanjang lingkaran jarak bagi antara profil dua gigi yang berdekatan.
Jika jarak lingkaran bagi dinyatakan dengan d (mm), dan jumlah gigi z,
maka jarak bagi lingkar t (mm) dapat ditulis sebagai berikut :
t=xd .. ( 2 . 1 )
Jadi, jarak bagi lingkar adalah keliling lingkaran jarak bagi dibagi dengan
jumlah gigi.
Dengan demikian ukuran gigi dapat ditentukan dari besarnya jarak bagi
lingkar tersebut. Namun, karena jarak bagi lingkar selalu mengandung faktor
, pemakaianya sebagai ukuran gigi kurang praktis. Untuk mengatasi hal ini,
diambil ukuran yang di sebut modul dengan lambang m, di mana :
d
m = .. ( 2 . 2 )
z
14
Dengan cara ini, maka dapat ditentukan sebagai bilangan bulat atau bilangan
pecahan yang lebih praktis. Maka modul dapat menjadi ukuran gigi.
Keterangan gambar :
1. Lingkaran jarak bagi (Pitch circle) yaitu lingkaran imajiner yang dapat
memberikan gerakan yang sama seperti roda gigi sebenarnya.
2. Tinggi Kepala (Addendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke
puncak kepala.
3. Tinggi kaki (Dedendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke
dasar kaki.
4. Lingkaran kepala (Addendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang melalui
puncak kepala dan sepusat dengan lingkaran jarak bagi.
5. Lingkaran kaki (Dedendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang melalui
dasar kaki dan sepusat dengan lingkaran jarak bagi.
6. Lebar gigi (Tooth space) yaitu sela antara dua gigi yang saling berdekatan.
7. Tebal gigi (Tooth thickness) yaitu lebar gigi antara dua sisi gigi yang
berdekatan.
8. Sisi kepala (Face of the tooth) yaitu permukaan gigi di atas lingkaran jarak
bagi.
9. Sisi kaki (Flank of the tooth) yaitu permukaan gigi di bawah lingkaran jarak
bagi.
10. Lebar gigi (Face width) yaitu lebar gigi pada roda gigi secara paralel pada
sumbunya.
15
2.4 Cara Kerja Roda Gigi.
Cara kerja dari suatu unit transmisi roda gigi akan di jelaskan
dengan berpedoman pada gambar. Pada gambar akan terlihat berbagai posisi
dari roda gigi yang menghasilkan kombinasi yang berlainan sesuai dengan
yang di inginkan. Perlu juga di perhatikan pada gambar bahwa roda gigi
pembanding utama dan poros gigi counter tidak pernah di lepaskan
hubungannya.
1. Gigi pertama.
Pada gigi pertama ini, Jika tuas ditarik ke belakang maka gear selection
fork akan menghubungkan unit sincromesh untuk berkaitan dengan gigi
tingkat 1. Posisi 1 akan menghasilkan putaran yang lambat tetapi momen pada
poros out put besar
Gambar 2.16 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi pertama.
16
Posisi 1 :
2. Gigi kedua.
Gambar 2.17 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi ke dua.
Posisi 2 :
17
3. Gigi ketiga.
Pada gigi ketiga, Jika tuas ditarik ke belakang maka gear selection fork
akan menghubungkan unit sincromesh untuk berkaitan dengan gigi tingkat 3.
Posisi 3 akan menghasilkan putaran yang cepat dibanding posisi 2, seperti
terlihat pada gambar 2.18.
Gambar 2.18 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi ketiga.
Posisi 3 :
4. Gigi keempat.
Pada gigi ini, roda gigi tingkat 4 disejajarkan dengan roda gigi
pembanding 4 sehingga terjadi kontak gigi tingkat 4 dengan roda gigi
pembanding 4.
18
Dengan aliran putaran dayanya adalah :
Gambar 2.19 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi keempat.
Posisi 4 :
5.Gigi kelima
Pada gigi ini, roda gigi tingkat 5 disejajarkan dengan roda gigi
pembanding 5 sehingga terjadi kontak gigi tingkat 5 dengan roda gigi
pembanding 5.
19
Dengan aliran putaran dayanya adalah :
Gambar 2.20 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi kelima.
Posisi 5 :
20
6. Gigi mundur.
Pada gigi ini, roda gigi tingkat R disejajarkan dengan roda gigi
pembanding R sehingga terjadi kontak gigi tingkat R dengan roda gigi
pembanding R.
Gambar 2.20 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi mundur.
Posisi R :
21
2.5. Pengertian Poros
Poros adalah bagian terpenting dari sebuah mesin yang berfungsi untuk
meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Poros memegang peran
paling utama dalam transmisi karena itu kita harus terlebih dahulu mengetahui
bentuk-bentuknya.
Macam-macam poros :
1. Poros transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir lentur. Daya
yang ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, sabuk atau
sproket, rantai dan lain-lain.
2. Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta
ukurannya harus teliti.
3. Gandar.
Jenis poros ini merupakan poros yang dipasang antara roda-roda kereta
barang dimana tidak mendapat beban puntir, bahan kadang-kadang tidak boleh
berputar, disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali
jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir.
Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros
engkol sebagai poros utama penggerak mesin torak, dan lain-lain.
22
Hal-hal penting dalam perencanaan poros.
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau beban lentur
atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban
tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin. Pengaruh
kosentrasi tegangan kalau poros diperkecil (poros bertangga) atau bila
mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan
untuk dapat menahan beban-beban yang tersebut diatas.
2. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi
pada turbin, motor torak, motor listrik dan dapat mengakibatkan kerusakan
pada poros bagian-bagian lainnya. Jika mungkin poros harus direncanakan
sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.
3. Korosi.
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeler dan pompa
bila terjadi kontak dengan fluida yang korotif. Demikian pula untuk poros-
poros yang terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang sering terhenti
lama. Sampai batas-batas tertentu dapat pula dilakukan perlingdungan
terhadap korosi.
4. Bahan poros.
Poros untuk mesin biasanya menggunakan bahan dari baja batang yang
ditarik, baja karbon kontruksi mesin (bahan S-C) yang dihasilkan dari inggot
yang di kill (baja yang dioksidasi dengan ferro silicon dan dicor, kadar
karbon terjamin)
23
Gambar 2.1 Poros dengan berbagai ukuran
Pada perhitungan nantinya poros yang digunakan adalah dari bahan JIS G
4501 S 55 C dengan Kekuatan tarik 66 Kg/mm2
1. Perencanaan poros
Dalam perencanaan poros pada transmisi roda gigi di ketahui daya dan
putaran mesin, jika daya yang akan ditransmisikan adalah daya normal maka
harga faktor koreksi (Fc) adalah 1,0 1,5 (Menurut buku Sularso, 1983, hal
7). Maka daya rencana dihitung menurut persamaan berikut :
pd = fc p . ( 2 . 3 )
Di mana :
fc = Faktor koreksi.
Pd
T = 9,74 105 ..( 2 . 4 )
n
24
Di mana :
T = Momen puntir/ torsi (kg.mm).
Bahan poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan difinis, bahan karbon konstruksi mesin (di sebut bahan S C) yang
dihasilkan dari ingot yang di kill (Baja yang di deoksidasikan dengan
ferrosilikon dan di cor; kadar karbon terjamin), meskipun demikian bahan ini
kelurusannya kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena tegangan
yang kurang seimbang misalnya bila diberi alur pasak karena ada tegangan
sisa di dalam terasnya. Tetapi penarikan dingin membuat permukaan poros
menjadi keras dan kekuatannya bertambah besar.Standar dan macam bahan
poros dapat dilihat pada ( Tabel 2.1 ) .
Tabel 2.1 : Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin untuk
poros.
Kekuatan
Standar dan Perlakuan
Lambang tarik Keterangan
macam panas
(kg/ mm2)
S50C Penormalan 62
S55C Penormalan 66
Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan pemeliharaan elemen mesin
(Lit 1 hal. 3)
25
Sedangkan faktor keamanan terbagi atas 2 macam yaitu :
b
Ta = .( 2 . 5 )
Sf1 Sf 2
Di mana :
Ta = Tegangan geser (kg/ mm2).
5,1xKtxCbxT
Ds = 3 ( 2 . 6 )
Ta
Di mana :
26
Maka :
Db = Dv 2 Tb ( 2 . 7 )
Di mana :
60 V
Nb = ( 2 . 8 )
Db
Di mana :
Nb = Putaran ban (rpm).
Untuk putaran output transmisi untuk tiap tingkat kecepatan dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
No = Nb ig ( 2 . 9 )
Di mana :
n
ir = .. ( 2 . 10 )
No
Di mana :
ir = Perbandingan reduksi roda gigi.
27
3. Perhitungan pada roda gigi untuk tiap tingakat kecepatan
2 a
D1 =
1 ir
2 air
D2 = ... ( 2 . 11 )
1 ir
Di mana :
D1 = Diameter jarak bagi roda gigi 1 (mm).
Untuk perhitungan jumlah roda gigi pada roda gigi maka dirumuskan sebagai
berikut:
D
Z = ... ( 2 . 12 )
m
Di mana :
Z = Jumlah gigi pada roda gigi (buah).
Harga modul diambil dari tabel harga modul standar JIS B 1701 1973 (Buku
Sularso, 1983, hal 216).
Dk = Z 2 m .... ( 2 . 13 )
28
Di mana :
Dg = Z m cos ( 2 . 14 )
Di mana :
Dn
V = ( 2 . 15 )
60 1000
Di mana :
V = Kecapatan keliling untuk tiap roda gigi (m/s).
102 Pd
Ft = ( 2 . 16 )
V
Di mana :
Ft = Gaya tangensial (kg).
29
Bahan untuk kontruksi roda gigi dapat di lihat pada ( Tabel 2.2 ).
Tegangan
Kekuatan Kekerasan lentur yang
FC 20 20 160 180 9
FC 25 25 180 240 11
FC 30 30 190 240 13
SC 46 46 160 19
SC 49 49 190 20
S 15 K 50 400 30
dgn minyak)
pengerasan 600
SNC 21 80 34
kulit (di celup dingin 40
SNC 22 100
dlm
40 -
minyak) 55
Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan pemeliharaan elemen mesin
(Lit 1 hal. 241)
30
Untuk harga beban lentur ditentukan dengan rumus berikut :
Fb = a m Y Fv .. ( 2 . 17 )
Di mana :
Fv = Faktor dinamis.
Sedangkan harga faktor dinamis diambil dari tabel faktor dinamis (Buku
Sularso, 1983, hal 240), di mana harganya ditentukan berdasarkan tingkat
kecepatan pada tiap roda gigi, di mana untuk kecepatan rendah dapat
menggunakan rumus
Kecepatan V (m/s) fv
3
Kecepatan rendah 0,5 10
3v
6
Kecepatan sedang 5 20
6v
5,5
Kecepatan tinggi 20 50
5,5 v
Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan pemeliharaan elemen
mesin
(Lit 1 hal. 240)
31
Dengan diperolehnya harga beban lentur, maka lebar gigi dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Ft
b = . ( 2 . 19 )
Fb
Fb
Di mana :
Dan untuk mencari diameter lingkaran jarak bagi yang sebenarnya adalah :
D = Z m . ( 2 . 20 )
4. Perhitungan Spline
Gaya tangensial total yang terjadi pada poros dirumuskan sebagai berikut :
2T
F = ( 2 . 21 )
ds
Di mana :
32
Sedangkan besarnya gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline dirumuskan
sebagai berikut:
F
Fn = ( 2 . 22 )
n
Di mana :
Berdasarkan tabel ukuran pasak dan alur pasak (Sularso, kiyokatsu suga
,Elemen mesin) tentang ukuran standar pasak yang dapat dijadikan acuan
dalam menentukan ukuran spline karena adanya persamaan prinsip kerja pada
keduanya sehingga ukuran utama spline berdasarkan ukuran diameter poros
yang diketahui dapat ditentukan yaitu lebar spline, tinggi spline, kedalaman
alur spline dan kedalaman alur spline pada roda gigi.
Maka ukuran panjang spline dari hasil perhitungan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Fn
L .... ( 2 . 23 )
pA t
Di mana :
33
5. Perhitungan temperatur
TBP = 140 Cn CR ( 2 . 24 )
Di mana :
gigi ,0c
1,5 E
Cn = ... ( 2 . 25 )
2 E
Di mana :
E = derajat engler apda pelumas pada temperatur 500C.
Untuk mengetahui harga E untuk setiap jenis pelumas dapat di cari pada
tabel 16.1 tentang jenis jenis minyak pelumas (Buku Sularso, 1983, hal 305)
dan tabel 16.5 tentang konversi harga E menurut DIN 51560 (Buku
Sularso,1983, hal 310).
1,9 Sm
CR = .. ( 2 . 26 )
4 Sm
34
Di mana :
CR = Harga faktor kekerasan roda gigi.
2 S1 S 2
Sm = .. ( 2 . 27 )
S1 S 2
Dimana :
S1 = Harga kekerasan roda gigi 1 ().
Berdasarkan standar yang telah ditentukan bahwa roda gigi yang digerinda
dan dihaluskan dengan baik mempunyai harga S = 0,25 0,5 (). Sedangkan
roda gigi yang bermutu baik dalam perdagangan mempunyai harga S = 0,6
0,9 ().
Dalam perencanaan ini digunakan roda gigi yang bermutu baik dalam
perdagangan dengan harga S1= S2 = 0,8 ().
35
harus di ganti dengan yang baru. Hal ini untuk mencegah terjadinya gesekan
antara permukaan kontak roda gigi yang bekerja sehingga laju keausannya
dapat dikurangi dan umur elemen mesin lebih lama yang berdampak
terhindarnya hal hal yang tidak diinginkan sewaktu kendaraan di gunakan.
Jadi pelumas merupakan salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan
karena dapat melindungi dan menjamin kelangsungan proses kerja setiap
komponen permesinan termasuk transmisi roda gigi yang sangat vital.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam memilih pelumas yang baik adalah :
Viskositas/ tingkat kekentalan harus sesuai dengan jenis operasi mesin yang
digunakan.
Mempunyai daya lekat yang baik dengan komponen mesin sehingga dapat
mengurangi gesekan yang terjadi.
Memiliki titik nyala yang tinggi dan tidak mudah menguap
Dapat membuang panas yang di hasilkan oleh mesin.
36
Jenis pelumas dapat di bedakan atas 2 jenis yaitu :
Angka yang di sertai huruf W maka batas kekentalannya di ukur pada batas
00F.
Angka yang tidak di sertai huruf W maka batas kekentalannya di ukur pada
batas 2100F.
Minyak pelumas yang digunakan akan menjadi encer bila dipanaskan tetapi
minyak pelumas yang berkualitas baik maka proses pengencerannya dapat
dihambat dengan penambahan zat aditif, terutama minyak pelumas yang
menggunakan huruf W. Oleh karena itu, contohnya minyak pelumas SAE 10
W memiliki kekentalan yang hampir sama dengan minyak pelumas SAE 30,
40, bahkan 50.
37
keausan benda yang di lumasi. Tipe ini hanya cocok untuk mobil
buatan tahun 1950-an.
Kode SC adalah kode minyak pelumas yang bermutu tinggi yang
pertama kali di produksi. Minyak pelumas ini mengandung zat aditif
yang dapat mencegah karat dan mencegah besi menjadi keropos.
Minyak pelumas ini khusus di buat untuk mesin buatan 1960-an.
Kode SD adalah minyak pelumas yang bermutu lebih baik lagi yang di
buat untuk mobil buatan 1970-an.
Kode SE adalah minyak pelumas yang bermutu terbaik untuk mobil
penumpang yang cocok digunakan untuk semua mobil buatan 1970-an
ke atas. Minyak pelumas ini mempunyai daya pelindung yang lebih
besar terhadap oksidasi, korosi dan kotoran yang timbul akibat suhu
tinggi.
b. Untuk mesin diesel yaitu : CA, CB, CC dan CD.
Kode CA adalah kode minyak pelumas yang cocok digunakan untuk
mobil penumpang dan mobil mobil pick up yang membawa beban
kecil.
Kode CB adalah kode minyak pelumas yang cocok digunakan untuk
mobil pick up dan truk kecil yang membawa beban sedang.
Kode CC adalah kode minyak pelumas yang serba guna yang cocok
digunakan untuk mobil penumpang dan truk yang membawa beban
yang kecil sampai beban yang berat.
Kode CD adalah kode minyak pelumas yang bermutu terbaik yang
cocok digunakan untuk mobil penumpang dan truk besar yang di
lengkapi dengan turbo charger samapi mesin mesin diesel yang
besar.
38
BAB III
PERHITUNGAN RODA GIGI, POROS, SPLINE DAN
TEMPERATUR
V1 0 40 40 11,11
V2 50 90 90 25
VR 0 30 30 8,33
Db = 0,4064 m + ( 2 x 0,1905 m )
= 0,7874 m
39
a. Perhitungan putaran ban.
Perhitungan putaran ban untuk masing masing tingkat kecepatan dapat
dilihat pada persamaan 2.8 tentang tingkat kecepatan putaran.
Maka :
60 xV1
nb1 =
3,14 xDb
60 x11,11m / s
=
3,14 x0,78m
= 272,17 rpm
Dengan cara yang sama maka nilai untuk putaran ban dapat dilihat pada
tabel 3.1 :
Putaran ban, nb
No Tingkat kecepatan, V (m/s) Db (m)
(rpm)
2 25 0.78 613
3 38,88 953
0.78
4 50 1225
0.78
5 66,66 1634
0.78
6 8,33 0,78 205
40
Maka harga putaran output transmisi untuk tiap tingkat kecepatan dapat di
hitung Dari pers. 2.9 pada tingkat putaran adalah:
no = nb x ig
ig = reduksi
Maka :
no1 = nb1 x ig
= 1496,93 rpm
Dengan cara yang sama maka nilai untuk putaran gardan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
n
Ir1 =
n 01
41
2500rpm
= = 1,67
1496,93rpm
Dengan cara yang sama maka nilai untuk reduksi roda gigi dapat dilihat pada
tabel 3.3 :
Spesifikasi perencanaan :
- Perbandingan reduksi ip : 1
a. Daya rencana.
Sebelum menghitung daya rencana, terlebih dahulu diambil faktor koreksi
(fc) dari pembahasan bab II. Maka fc : 1,2.
42
Maka :
= 207,27 kW
2 200
=
11
= 200 mm
2 a ip
Dp =
1 ip
2 200mm 1
=
11
= 200 mm
DQ
ZQ =
m
200
=
6
= 40 buah
43
DP
Zp =
m
200
=
6
= 40 buah
DkQ = ( ZQ + 2 ) x m
= ( 40 + 2 ) x 6 mm
= 252 mm
Dkp = ( Zp + 2 ) x m
= ( 40 + 2 ) x 6 mm
= 252 mm
DgQ = ZQ x m x cos 20
= 40 x 6 mm x 20
= 187,93 mm
Dgp = Zp x m x cos 20
= 40 x 6 mm x 20
= 187,93 mm
44
f. Kecepatan keliling.
252mm2500rpm
Vp = VQ =
601000
= 32,97 m/s
g. Gaya tangensial.
102 207,27 kW
Ftp = FtQ =
32,97m / s
= 641,235 kg
h. Faktor dinamis ( Fv ).
Dengan memperhatikan nilai dari VP maka nilai n dapat dilihat dari tabel
2.1
Maka :
5,5
Fv =
5,5 32,97 m / s
= 0,48
Zp = 40 ; Yp = 0,3882
ZQ = 40 ; YQ = 0,3882
Bila bahan roda gigi P dan Q adalah sama yaitu S 15 CK lit 1 hal 241
- Kekerasan HB = 400
45
Maka harga beban lentur dapat dihitung
FbQ = a x m x YQ x fv
= 10,48 kg/mm2
Fbp = b x m x Yp x fv
= 10,48 kg/mm2
j. Lebar gigi ( b )
641,235 kg
bp = bQ =
10,48 kg / mm
= 61,18 mm
Spesifikasi perencanaan :
46
a. Diameter sementara lingkaran jarak bagi.
2a
DA =
1 i1
2 200 mm
=
1 1,67
= 149,81 mm
2ai
D1 =
1 i1
2 200 mm 1,67
=
1 1,67
= 250,18 mm
DA
ZA =
m
149.81 mm
=
5 mm
= 29,96 buah
= 30
D1
Z1 =
m
250,18 mm
=
5 mm
= 50,03 buah
= 51
47
Perbandingan gigi yang di ambil mendekati i1 = 1,67 : 1, yaitu 30 : 51
= 30 x 5 mm
= 150 mm
D1 = Z1 x m
= 51 x 5 mm
= 255 mm
= ( 30 + 2 ) x 5 mm
= 160 mm
Dk1 = ( Z1 + 2 ) x m
= ( 51 + 2 ) x 5 mm
= 265 mm
= 30 x 5 mm x cos 200
= 140,95 mm
= 51 x 5 mm x cos 200
= 239,62 mm
48
f. Kecepatan keliling
100 mm 2500 rpm
VA = V1 =
60 1000
= 13,08 m/s
g. Gaya tangensial.
102 207,27 kW
FtA = Ft1 =
13,08 m / s
= 1616,32 kg
h. Faktor dinamis.
VA = 20 50 m/s
5,5
Fv =
5,5 13,08 m / s
= 0,60
ZA = 18 ; YA = 0,308
Z1 = 63 ; Y1 = 0,432
Bila bahan roda gigi A dan 1 adalah sama yaitu S 15 CK Lit 1 hal 241
- Kekerasan HB = 400
49
Maka harga beban lentur :
FbA = a x m x YA x fv
= 27,72 kg/mm2
Fb1 = a x m x Y1 x fv
= 38,88 kg/mm2
j. Lebar gigi.
1050 , 54 kg
bA = b1 =
24 , 95 kg / mm2
= 42,11 mm
Spesifikasi perencanaan :
50
a. Diameter sementara lingkaran jarak bagi :
2a
DB =
1 i2
2 200 mm
=
1 0,74
= 133,78 mm
2 2
2 =
1 + 2
2 200 0,74
=
1 + 0,74
= 108,02 mm
Db
ZB =
m
145,98 mm
=
5
= 29,19 buah
= 30
D2
Z2 =
m
108,02 mm
=
5 mm
= 21,60 buah
= 22
51
Perbandingan gigi yang di ambil mendekati i2 = 0,74 : 1, yaitu 30 : 22
= 30 x 5 mm
= 150 mm
D2 = Z2 x m
= 22 x 5 mm
= 110 mm
= ( 30 + 2 ) x 5 mm
= 160 mm
Dk2 = ( Z2 + 2 ) x m
= ( 22 + 2 ) x 5 mm
= 120 mm
= 30 x 5 mm x cos 200
= 1409,53 mm
= 22 x 5 mm x cos 200
= 103,36 mm
52
f. Kecepatan keliling
Dengan pers. 2.15 diperoleh :
60 x 1000
= 19,625 m/s
g. Gaya tangensial.
FtB = Ft2 = 102 x 207,27 kW = 1077,27 kg
19,625 m/s
h. Faktor dinamis.
Di mana VB 20 50 m/s.
Fv = 5,5
= 0,55
ZB = 28 ; YB = 0,3492
Z2 = 54 ; Y2 = 0,4122
Bila bahan roda gigi B dan 2 adalah sama yaitu S 15 CK lit 1 hal 241
- Kekerasan HB = 400
53
Maka harga beban lentur :
FbB = a x m x YB x fv
= 28,809 kg/mm2
Fb2 = a x m x Y2 x fv
= 34,006 kg/mm2
j. Lebar gigi.
BB = b2 = 1077,27 kg
28,809 kg/mm
= 37,39 mm
Spesifikasi perencanaan :
1 + i3
= 2 x 200 mm
1 + 0,47
= 272,1 mm
54
D3 = 2 x a x i3
1 + i3
= 2 x 200 mm x 0,47
1 + 0,47
= 127,89 mm
ZC = DC
= 272,1 mm
5 mm
= 54,42 buah
= 55
Z3 = D3
= 127,89 mm
5 mm
= 25,57 buah
= 26
55
c. Diameter lingkaran jarak bagi yang sebenarnya.
DC = ZC x m
= 55 x 5 mm
= 275 mm
D3 = Z3 x m
= 26 x 5 mm
= 130 mm
= ( 55 + 2 ) x 5 mm
= 285 mm
Dk3 = ( Z3 + 2 ) x m
= ( 26 + 2 ) x 5 mm
= 140 mm
= 55 x 5 mm x cos 200
= 258,41 mm
= 26 x 5 mm x cos 200
= 122,16 mm
56
f. Kecepatan keliling
VC = V3 = x 285 mm x 2500 rpm
60 x 1000
= 37,28 m/s
g. Gaya tangensial.
FtC = Ft3 = 102 x 207,27 kW
37,28 m/s
= 567,1 kg
h. Faktor dinamis.
Di mana VC 20 50 m/s.
Fv = 5,5
= 0,47
ZC = 34 ; YC = 0,371
Z3 = 47 ; Y3 = 0,402
Bila bahan roda gigi C dan 3 adalah sama yaitu S 15 CKlit 1 hal 241
- Kekerasan HB = 400
57
Maka harga beban lentur :
FbC = a x m x YC x fv
= 26,15 kg/mm2
Fb3 = a x m x Y3 x fv
= 28,34 kg/mm2
j. Lebar gigi.
BC = b3 = 567,1 kg
28,34 kg/mm
= 28,9 mm
Spesifikasi perencanaan :
2 a
DD =
1 i4
58
2 200 mm
=
1 0,37
= 291,97 mm
2 a i4
D4 =
1 i4
2 200 mm 0,37
=
1 0,37
= 108,02 mm
DD
ZD =
m
291,97 mm
=
5 mm
= 58,39 buah
= 59
D4
Z4 =
m
108,02 mm
=
5 mm
= 21,6 buah
= 22
59
Perbandingan gigi yang diambil mendekati i4 = 0,37: 1yaitu 59 : 22
DD = ZD x m
= 59 x 5 mm
= 295 mm
D4 = Z4 x m
= 22 x 5 mm
= 110 mm
DkD = ( ZD + 2 ) x m
= ( 59 + 2 ) x 5 mm
= 305mm
Dk4 = ( Z4 + 2 ) x m
= ( 22 + 2 ) x 5 mm
= 120 mm
= 59 x 5 mm x cos 200
= 277,2 mm
60
Dg4 = Z4 x m x cos 200
= 22 x 5 mm x 200
= 103,36 mm
6 Kecepatan keliling
= 15,7 m/s
7 Gaya tangensial.
102 207,27 kW
FtD = Ft4 =
15,7 m/s
= 1346,5 kg
8 Faktor dinamis.
5,5
Fv =
5,5 15,7 m/s
= 0,58
ZD = 40 ; YD = 0,3882
61
Z4 = 40 ; Y4 = 0,3882
- Kekerasan HB = 400
FbD = a x m x YD x fv
= 33.77 kg/mm2
Fb4 = a x m x Y4 x fv
= 33,77 kg/mm2
10 Lebar gigi.
1346,5 kg
BD = b4 =
33,77 kg/mm
= 39,87 mm
Spesifikasi perencanaan :
62
- Jarak sumbu poros yang di rencanakan a = 200 mm
1 + i5
= 2 x 200 mm
1 + 0,27
= 314,96 mm
D5 = 2 x a x i5
1 + i5
= 2 x 200 mm x 0,27
1 + 0,27
= 85,03 mm
ZE = DE
= 314,96 mm
5 mm
= 62,992 buah
= 63
63
Z5 = D5
= 85,03 mm
5 mm
= 17 buah
= 17
= 63 x 5 mm
= 315 mm
D5 = Z5 x m
= 17 x 5 mm
= 85 mm
= ( 63 + 2 ) x 5 mm
= 325 mm
Dk5 = ( Z5 + 2 ) x m
= ( 17 + 2 ) x 5 mm
= 95 mm
64
= 63 x 5 mm x cos 200
= 296 mm
= 17 x 5 mm x 200
= 79,87 mm
f. Kecepatan keliling
VE = V5 = x 325 mm x 2500 rpm
60 x 1000
= 42,52 m/s
g. Gaya tangensial.
FtE = Ft5 = 102 x 207,27 kW
42,52 m/s
= 497,21 kg
h. Faktor dinamis.
Di mana VE 20 50 m/s.
Fv = 5,5
= 0,45
ZE = 44 ; YE = 0,397
Z5 = 36 ; Y5 = 0,381
65
Bila bahan roda gigi E dan 5 adalah sama yaitu S 15 CK lit 1 hal 241
- Kekerasan HB = 400
FbE = a x m x YE x fv
= 26,79 kg/mm2
Fb5 = a x m x Y5 x fv
= 25,71 kg/mm2
j. Lebar gigi.
BE = b5 = 497,21 kg
26,79 kg/mm
= 18,55 mm
Spesifikasi perencanaan :
66
- Jarak sumbu poros a1 = 120 mm
1 + i6
= 2 x 120 mm
1+2
= 80 mm
DG = 2 x a1 x i6
1 + i6
= 2 x 120 mm x 2
1+2
= 160 mm
a1 = D F x ( 1 + i6 )
= 80 x ( 1 + 2 )
= 120 mm
a2 = D F x ( 1 + i7 )
= 80 x ( 1 + 1,65 )
67
= 212 mm
DH = 2 x a2 x i7
1 + i7
= 2 x 212 mm x 1,65
1 + 1,65
= 264 mm
a = DF + DH
= 80 + 264
= 172 mm
ZF = Df
= 80 mm
5 mm
= 16 buah
ZG = DG
68
= 160 mm
5 mm
= 32 buah
ZH = DH
= 264 mm
5 mm
= 52,8 buah
= ( 16 + 2 ) x 5 mm
= 90 mm
DkG = ( ZG + 2 ) x m
= ( 32 + 2 ) x 5 mm
= 170 mm
DkH = ( ZH + 2 ) x m
= ( 52,8 + 2 ) x 5 mm
= 274 mm
= 16 x 5 mm x cos 200
= 75,1754 mm
69
= 32 x 5 mm x 200
= 150,35 mm
= 52,8 x 5 mm x 200
= 248,0789 mm
e. Kecepatan keliling.
VH = VG= VF = x 90 mm x 2500 rpm
60 x 1000
= 11,775 m/s
f. Gaya tangensial
FtH = FtG = FtF = 102 x 207,27 kW
11,775 m/s
= 1795,45 kg
g. Faktor dinamis.
Di mana VF kecil dari 20 m/s.
Fv = 6
6 + 11,775 m/s
= 0,63
ZF = 16 ; YF = 0,295
70
ZG = 32 ; YG = 0,3645
ZH = 52 ; YH = 0,4106
- Kekerasan HB = 400
FbF = a x m x YF x fv
= 27,87 kg/mm
FbG = a x m x YG x fv
= 34,44 kg/mm
FbH = a x m x YH x fv
= 38,80 kg/mm
i. Lebar gigi.
BF = bG =bH = 840,42 kg
27,87 kg/mm
= 30,15 mm
71
3.9 Perhitungan Poros
a = b
Sf1 x Sf2
= 66 kg/mm2
6,0 x 1,5
= 7,33 kg/mm2
Sebelum menghitung daya rencana, terlebih dahulu diambil faktor koreksi (fc)
dari pembahasan bab II. Maka fc = 1,2 untuk mendapatkan satuan dalam kW
maka harus dikonversikan, dimana harga dalam 1 Ps = 0,735 kW dari data
yang diperoleh daya minimal output dari motor penggerak sebesar P = 235 Ps
dan putaran n = 2500 rpm.
Pd = fc x p
Dimana :
Fc = faktor koreksi
P = 235 Ps x 0,735 kW
= 172,725 kW
72
Maka :
Pd = fc . p
= 1,2 x 172,725 kW
= 207,27 kW
T = 9,74 . 105 x Pd / n
2500 rpm
= 80752,3 kg.mm
5,1 kt cb T
= 3
a
= 13,30 mm
Berdasarkan tabel harga standar diameter poros (lit 1 tabel 1.7 ), maka
diperoleh harga diameter standar poros, diameter standar poros adalah 40
mm.
73
input dengan poros perantara adalah satu sehingga putaran poros sama
dengan poros input yaitu 2500 rpm.
207,27kW
T = 9,74.105
2600rpm
= 77646,53 kg.mm
5,11,51,577646,53kg.mm
Ds = 3
7,33kg / mm2
= 13,12 mm
Berdasarkan tabel harga standar diameter poros (lit 1 tabel 1.7 ), maka
diperoleh harga diameter standar poros, diameter standar poros adalah 14
mm.
T = 9,74 . 105 x Pd / nm
1500 rpm
= 134587,32 kg.mm
5,11,51,5134587,32kg.mm
Dsm = 3
7,33kg / mm 2
= 15,76 mm
74
Berdasarkan tabel harga standar diameter poros (lit 1 tabel 1.7 ), maka
diperoleh harga diameter standar poros, diameter standar poros adalah 17
mm.
T1 = 9,74 x 105 x Pd / n
207,27kW
= 9,74.105
1496,93 rpm
= 134863,34 kg.mm
5,11,51,5134863,34 kg.mm
ds1 = 3
7,33kg / mm 2
= 59,54 mm
Berdasarkan tabel harga standar diameter poros (lit 1 tabel 1.7 ), maka
diperoleh harga diameter standar poros, diameter standar poros adalah 16
mm.
Dengan cara yang sama untuk transmisi tingkat satu ( I ) sampai tingkat
kelima ( V ) dapat di lihat pada tabel 3.4.
75
Tabel 3.4 : Perencanaan poros output untuk tingkat kecepatan ke1-5
ds ds standar
No n (rpm) T (Kg . mm)
(mm) (mm)
F = 2xT
ds
F = 2 x 80752,3 kg.mm
14
= 11536,04 kg
76
Sedangkan besarnya gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline
Fn = F
Fn = 11536,04
= 1442 kg
b x h = 10 x 8
t1 = 5,0
t2 = 3,3
L Fn
Maka :
L 1442 kg
10 kg/mm2 x 3,3 mm
L 43,69 mm
77
Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya 0,25 0,.35 dari
diameter poros dan ujung spline sebaiknya 0,75 1,5 dari diameter,
sehingga dengan memperhatikan hasil perhitungan dan faktor di atas
maka direncanakan ukuran pasak sebagai berikut :
bxh= 10 mm x 8 mm
t1 = 5,0
t2 = 3,3
L = 28,5 mm 19 mm
b. Poros perantara
Besarnya gaya tangensial total yang terjadi pada poros
F = 2xT
ds
F = 2 x 77646,53 kg.mm
16
= 9705,81 kg
Fn = F
Fn = 9705,81 kg
= 1213,22 kg
78
b x h = 14 x 9
t1 = 5,5
t2 = 3,8
Maka ukuran panjang spline hasil perhitungan
L Fn
Maka :
L 1213,22 kg
10 kg/mm2 x 3,8 mm
L 31,92 mm
bxh = 14 mm x 9 mm
t1 = 5,5
t2 = 3,8
L = 36 mm 15,75 mm
F = 2xT
Ds
79
F = 2 x 134587,32 kg.mm
55
= 4894,08 kg
Fn = F
Fn = 4894,08 kg
= 611,76 kg
b x h = 15 x 10
t1 =5
t2 =5
Maka ukuran panjang spline hasil perhitungan
L Fn
Maka :
L 611,76 kg
10 kg/mm2 x 5 mm
80
L 12,23 mm
Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya 0,25 0,.35 dari diameter
poros dan ujung spline sebaiknya 0,75 1,5 dari diameter, sehingga dengan
memperhatikan hasil perhitungan dan faktor di atas maka direncanakan
ukuran pasak sebagai berikut :
bxh = 15 mm x 10 mm
t1 = 5
t2 = 5
L = 41,25 mm 82,5 mm
TBp = 140 x Cn x CR
Cn = 1,5 x E
2+E
Dari buku sularso (1980, hal 119), di peroleh derajat engler pada pelumas
pada temperatur 500C. Maka di peroleh harga E : 12,02.
Cn = 1,5 x 12,02
2 + 12,02
1,9 Sm
CR = 3
4 Sm
81
Untuk menentukan harga kekerasan roda gigi dapat di peroleh dengan
menggunakan pers.
Sm = 2 x S1 x S2
S1 + S2
S1 = S2 : 0,85 ().
Sm = 2 x 0,85 x 0,85
0,85 + 0,85
= 0,85
Maka :
1,9 Sm
CR = 3
4 Sm
= 0,9
Sehingga :
= 162 0C
82
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan.
83
No Yang dihitung Spesifikasi
No Notasi Nilai Satuan
1 nb1 273 rpm
1 Perhitungan putaran ban 2 nb2 613 rpm
3 nb3 953 rpm
4 nb4 1225 rpm
No Notasi Nilai Satuan
1 no1 1496,93 rpm
2 Perhitungan putaran gardan 2 no2 3368,44 rpm
3 no3 5238,58 rpm
4 no4 6736,84 rpm
No Notasi Nilai Satuan
1 ir1 1,67
Perhitungan perbandingan
3 2 ir2 0,74
reduksi
3 ir3 0,47
4 ir4 0,37
84
roda gigi A dan 1 1 Daya rencana Pd 207,27 Kw
DA 149,81 mm
2 Diameter lingkaran jarak bagi
D1 250,18 mm
ZA 30 buah
3 Jumlah gigi
Z1 51 buah
DkA 160 mm
4 Diameter lingkaran kepala
Dk1 265 mm
DqA 140,95 mm
5 Diameter lingkaran kaki
Dq1 239,62 mm
6 Kecepatan keliling VA = V 1 13,08 m/s
7 Gaya tangensial FtA = Ft1 1616,32 kg
8 Faktor dinamis Fv 0,60
FbA 24,95 kg/ mm
9 Beban lentur yang di izinkan
Fb1 27,72 kg/ mm
10 Lebar gigi bA = b1 42,11 mm
No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Daya rencana Pd 207,27 Kw
2 DB 133,78 mm
Diameter lingkaran jarak bagi
D2 108,02 mm
3 ZB 30 buah
Jumlah gigi
Z2 22 buah
4 DkB 160 mm
Diameter lingkaran kepala
Dk2 120 mm
Perencanaan 5 DqB 1409,53 mm
3 Diameter lingkaran kaki
roda gigi B dan 2
Dq2 103,36 mm
6 Kecepatan keliling VB = V 2 19,625 m/s
85
roda gigi C dan 3 1 Daya rencana Pd 207,27 Kw
2 DC 272,1 mm
Diameter lingkaran jarak bagi
D3 127,89 mm
3 ZC 55 buah
Jumlah gigi
Z3 26 buah
4 DkC 285 mm
Diameter lingkaran kepala
Dk3 140 mm
DqC 258,41 mm
Diameter lingkaran kaki
5 Dq3 122,16 mm
6 Kecepatan keliling VC = V 3 37,28 m/s
86
roda gigi E dan 5 1 Daya rencana Pd 207,27 Kw
ZF 16 buah
Perencanaan 3 Jumlah gigi ZG 32 buah
7
roda gigi mundur
ZH 52,8 buah
DkF 90 mm
4 Diameter lingkaran kepala DkG 170 mm
DkH 274 mm
DqF 75,17 mm
5 Diameter lingkaran kaki DqG 150,35 mm
DqH 248,079 mm
87
6 Kecepatan keliling VF= VG = VH 11,775 m/s
6 Bahan poros S 55 C
1 Poros input
7 Kekuatan tarik t 66 Kg/mm2
Sf1 6,0
8 Factor keamanan
Sf2 1,5
88
5 Momen punter yang terjadi Mp 134587, Kg.mm
32
6 Bahan poros S 55 C
7 Kekuatan tarik t 66 Kg/mm2
Sf1 6,0
8 Factor keamanan
Sf2 1,5
9 Tegangan punter yang terejadi p 7,33 Kg/mm2
10 Faktor koreksi momen punter Kt 1,5
11 Faktor koreksi beban lentur Cb 1,5
12 Diameter poros D 15,76 mm
D(standar) 42 mm
No Yang dihitung Spesifikasi
No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Daya yang ditrasmisikan P 235 Ps
172,725 Kw
2 Putaran poros penggerak N 1496,93 rpm
3 Faktor koreksi Fc 1,0
4 Daya rencana Pd 207,27 Kw
5 Momen punter yang terjadi Mp 13486,4 Kg.mm
6 Bahan poros S 55 C
Perencanaan
1 poros output 7 Kekuatan tarik t 66 Kg/mm2
untuk gigi 1
8 Sf1 1,5
Factor keamanan
Sf2 1,5
9 Tegangan punter yang terejadi p 7,33 Kg/mm2
10 Faktor koreksi momen punter Kt 1,5
D(standar) 51 mm
89
5 Momen punter yang terjadi Mp 59933,7 Kg.mm
6 Bahan poros S 55 C
7 Kekuatan tarik t 66 Kg/mm2
8 Sf1 1,5
Factor keamanan
Sf2 1,5
9 Tegangan punter yang terejadi p 7,33 Kg/mm2
10 Faktor koreksi momen punter Kt 1,5
11 Faktor koreksi beban lentur Cb 1,5
12 Diameter poros D 88,26 mm
D(standar) 90 mm
No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Daya yang ditrasmisikan P 235 Ps
172,725 Kw
2 Putaran poros penggerak N 5238,58 rpm
90
5 Momen punter yang terjadi Mp 29966,7 Kg.mm
6 Bahan poros S 55 C
7 Kekuatan tarik t 66 Kg/mm2
8 Sf1 1,5
Factor keamanan
Sf2 1,5
9 Tegangan punter yang terejadi p 7,33 Kg/mm2
10 Faktor koreksi momen punter Kt 1,5
91
2 Spline untuk 6 Tinggi spine yang digunakan h 9 mm
poros perantara
7 Kedalaman alur pada poros t1 5,5 mm
roda gigi mundur
8 Kedalaman alur pada roda gigi t2 3,8 mm
9 Tekanan permukaan yang PA 10 Kg/mm2
diizinkan
10 Panjang alur spilne L 31,92 mm
No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Poros input ds 55 mm
2 Jumlah spline ns 8 mm
3 Gaya tangensial total pada poros F 4894,08 Buah
4 Besar gaya yang bekerja pada Fn 611,76 Kg
spline
92
Saran
Saran yang dapat diperoleh dalam perencanaan transmisi roda gigi adalah ;
Perhitungan lebar gigi dan posisi roda gigi tiap tingkat kecepatan pada
poros harus tepat agar diperoleh kinerja kendaraan yang optimal
dengan kotak transmisi yang sesuai dengan kendaraan yang
bersangkutan.
Penggunaan minyak pelumas harus memperhatikan standar yang telah
ditentukan oleh pabrik pembuatnya untuk menjamin keawetan
komponen transmisi roda gigi.
Penggunaan velg dan ban kendaraan harus menggunakan standar yang
telah ditentukan, karena hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat
kecepatan kendaraan dan umur komponen mesin.
93