Você está na página 1de 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TETANUS

Di susun oleh :

1. Ana violeta 11. Georgerius juliando


2. Ayistina 12. Helaria belli
3. Ayong hera 13. Hendrianus sulis
4. Basilica enti 14. I made dwi putra arcana
5. Carolin rahayu kristiawati 15. Irmarika ramadhanty
6. Claudia tamara 16. Kornelius gultom
7. Egidius firi sade 17. Maria elisa
8. Elsy yuniarti bajopung 18. Maria mery vinsi
9. Fransiskus sabier 19. Mariana dina
10.Gabriel ryan franela 20. Martina

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA INSAN PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2017-2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium


tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh
badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.

Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium
tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan
seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot
rangka.

Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium
tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan
seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka

Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4
0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk golongan Gram positif dan hidupnya
anaerob. Spora dewasa mempunyai bagian yang ber bentuk bulat yang letaknya di ujung,
penabuh genderang (drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik.
Toksin ini (tetanospasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer
setempat. Toksin mi labil pada pemaanasan, pada suhu 650C akan hancur dalam 5 menit.
Di samping itu dikenai pula tetanolisin yang bersifat hemolisis, yang perannya kurang
berarti dalam proses penyakit.
B. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan malah ini adalah:

1. Mengetahui Pengertian dari Tetanus


2. Mengetahui Etiologi dari Tetanus
3. Mengetahui Patofisiologi dari Tetanus
4. Mengetahui Tanda dan gejala dari Tetanus
5. Mengetahui Gambaran Umum yang Khas pada Tetanus
6. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik pada Tetanus
7. Mengetahui Komplikasi pada Tetanus
8. Mengetahui Prognosa dari Tetanus
9. Mengetahui Pencegahan dari Tetanus
10. Mengetahui Penatalaksanaan pada Tetanus
11. Mengetahui Askep pada pasien anak dengan Tetanus
BAB II

PEMBAHASAN

I. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman


Clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti
kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka

Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena


mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu
tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana
spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum,
melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis
pernapasan.

2. Etiologi

Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh


genderang berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan
toksin yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan
kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium
tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.

Faktor predisposisi

a. Umur tua atau anak-anak


b. Luka yang dalam dan kotor
c. Belum terimunisasi
3. Patofisiologi

Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berploriferasi dapat disebabkan


berbagai keadaan antara lain :

1). Luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng, pisau,
cangkul dan lain-lain.

2). Luka karena kecelakaan kerja (kena parang0, kecelakaan lalu lintas.

3). Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.

Cara kerja toksin

Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu limbik masuk ke
sirkulasi darah dan masuk ke Susunan Saraf Pusat (SSP). Toksin bersifak antigen , sangat
mudah diikat jaringan syaraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan
oleh toksin spesifik. Toksin yang bebas dalam darah sangat mudah dinetrakan oleh
antitoksin spesifik.

Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram positif


anaerob, Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah inokulasi
bentuk spora ke dalam darah tubuh yang mengalami cedera (periode inkubasi). Penyakit
ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang manifestasi klinis utamanya adalah hasil
dari pengaruh kekuatan eksotoksin (tetanus, gas ganggren, dipteri, botulisme).

Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan
hewan peliharaan dan di daerah pertanian. Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa
berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya
benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka
geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan
dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan.
4. Manifestasi Klinis

1). Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari

2). Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak)

3). Kesukaran membuka mulut (trismus)

4). Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang

5). Saat kejang tonik tampak risus sardonikus

Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului dengan ketgangan otot


terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus)
karena spsme otot massater. Kejang otot ini akan berlanjut ke kuduk (opistotonus)
dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan kejang tonik sedang
berlangsung serimng tampak risus sardonukus karena spsme otot muka dengan gambaran
alsi tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada
gigi. Gambaran umum yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan
epistotonus, tungkai dalam ekstrensi lengan kaku dan tangan mengapal biasanya
kesadaran tetap baik. Serangan timbul proksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara,
cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi otot
sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur
collumna vertebralis (pada anak). Kadang dijumpai demam yang ringan dan biasanya
pada stadium akhir

5. Pemeriksaan diagnostik

1). Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang

2). Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L, peninggian tekanan otak, deteksi
kuman sulit

3). Pemeriksaan ECG dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler


6. Komplikasi

1). Bronkopneumoni

2). Asfiksia dan sianosis

7. Pencegahan pada Tetanus

Pencegahan penyakit tetanus meliputi :

1). Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan

2). Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X

3). Pencegahan terjadinya luka & merawat luka secara adekuat

4). Pemberian anti tetanus serum.

8. Penatalaksanaan

a. Umum

Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan harus


segera diberikan :

1). Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobulin tetanus disekitar luka
9 tidak boleh diberikan IV).

2). Sedativa-terapi relaksan ; Thiopental sodium (Penthotal sodium) 0,4% IV drip;


Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB diberikan secara IM, iV atau PO tiap 3-6 jam,
paraldehyde 9panal) 0,15 mg/kg BB Per-im tiap 4-6 jam.

3). Agen anti cemas ; Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-4 jam, dosis
ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg BB/24 jam untuk dewasa.

4). Beta-adrenergik bolcker; propanolol 9inderal) 0,2 mg aliquots, untuk total dari 2 mg
IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik, digunakan untuk pengobatan
sindroma overaktivitas sempatis jantung.
5). Penanggulangan kejang; isolasi penderita pada tempat yang tenang, kurangi
rangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemeberian obat penenang.

6). Pemberian Penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi0 dapat diganti dengan
tetraciklin atau klinamisin untuk membunuh klostirida vegetatif.

7). Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.

8). Diit tKTP melalui oral/ sounde/parenteral

9). Intermittent positive pressure breathing (IPPB) sesuai dengan kondisi klien.

10). Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urine.

11). Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali fungsi optot dan
ambulasi selama penyembuhan.

b. Pembedahan

1). Problema pernafasan ; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa minggu; intubasi


trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas.

2). Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi.
II. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas pasien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medik, rencana terapi
b. Identitas orang tua:
c. Keluhan utama/alasan masuk RS.
d. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang


2) Riwayat kesehatan masa lalu
3) Ante natal care
4) Natal
5) Post natal care
6) Riwayat kesehatan keluarga

e. Riwayat imunisasi
f. Riwayat tumbuh kembang

1) Pertumbuhan fisik
2) Perkembangan tiap tahap

g. Riwayat Nutrisi

1) Pemberin asi
2) Susu Formula
3) Pemberian makanan tambahan
4) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

h. Riwayat Psikososial
i. Riwayat Spiritual
j. Reaksi Hospitalisasi

1) Pemahaman keluarga tentang sakit yang rawat nginap

k. Aktifitas sehari-hari

1) Nutrisi
2) Cairan
3) Eliminasi BAB/BAK
4) Istirahat tidur
5) Olahraga
6) Personal Hygiene
7) Aktifitas/mobilitas fisik
8) Rekreasi

l. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum klien


2) Tanda-tanda vital
3) Antropometri
4) Sistem pernafasan
5) Sistem Cardio Vaskuler
6) Sistem Pencernaan
7) Sistem Indra
8) Sistem muskulo skeletal
9) Sistem integument
10) Sistem Endokrin
11) Sistem perkemihan
12) Sistem reproduksi
13) Sistem imun
14) Sistem saraf : Fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi motorik,
fungsi sensorik, fungsi cerebelum, refleks, iritasi meningen
m. Pemeriksaan tingkat perkembangan

1) 0 6 tahun dengan menggunakan DDST (motorik kasar, motorik


halus, bahasa, personal sosial)
2) Tahun keatas (perkembangan kognitif, Psikoseksual, Psikososial)

n. Tes Diagnostik
o. Terapi
2. Diagnosa Keperawatan

a. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan


sputum pada trakea dan spame otot pernafasan.
b. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat
spasme otot-otot pernafasan.
c. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin
(bakterimia)
d. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot
pengunyah
e. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang
f. Risiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
intake yang kurang dan oliguria
g. Hubungan interpersonal terganggu berhubungan dengan kesulitan bicara
h. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi
lemah dan sering kejang
i. Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit tetanus dan
penanggulangannya berhbungan dengan kurangnya informasi.
j. Kurangnya kebutuhan istirahat berhubungan dengan seringnya kejang
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi.3.Jakarta: EGC

http:// likalikuluke.multiply.com/journal/item/9+pengertian+Tetanus

http://keperawatan-agung.blogspot.com/2009/05/askep-
tetanus.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tetanus

http://7hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-tetanus/+askep+tetanus

http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/05/asuhan-keperawatan-dengan-tetanus.html

cre : 06 PSIK USK

Você também pode gostar