Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Insiden ini memiliki angka
Departemen Kesehatan 2010, proporsi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mencapai
bahwa, angka kematian bayi premature dan sangat prematur (usia gestasi <32
minggu) lebih tinggi 15 dan 75 kali lipat dibandingkan dengan bayi yang lahir
aterm.
preterm disebabkan oleh kelainan medik dan obstetrik seperti hipertensi, plasenta
previa, solusio plasenta, dimana persalinan harus segera diakhiri dan tidak bisa
ditunda lagi. Dua pertiga persalinan preterm terjadi secara spontan yang belum jelas
diketahui penyebabnya. Sampai saat ini pemicu awal persalinan kurang bulan
spontan masih belum bisa dijelaskan secara pasti. Beberapa konsep yang ada telah
kejadian infeksi, iskemia, inflamasi dan respon umum pada jaringan khorioamnion
dan desidua.2
1
Diagnosis dan penatalaksanaan persalinan preterm yang baik dapat menurunkan
tanpa ada tanda penyulit dan komplikasi, maka kehamilan akan diusahakan
1.2 Tujuan
Pada laporan kasus ini akan dibahas lebih lanjut mengenai PPI (Partus
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kehamilan kurang dari atau sama dengan 37 minggu, dimana janin dapat
bertahan hidup tapi belum cukup bulan. Usia kehamilan yang menjadi
preterm ialah bila setiap persalinan dengan berat badan lahir janin dibawah
2.2 Epidemiologi
Pemicu obstetri yang mengarah pada PPI antara lain: (1) persalinan
atas indikasi ibu ataupun janin, baik dengan pemberian induksi ataupun
seksio sesarea; (2) PPI spontan dengan selaput amnion utuh; dan (3) PPI
atau melalui seksio sesarea. Sekitar 30-35% dari PPI berdasarkan indikasi,
3
40-45% PPI terjadi secara spontan dengan selaput amnion utuh, dan 25-30%
pada wanita kulit putih lebih umum merupakan PPI spontan dengan selaput
amnion utuh, sedangkan pada wanita kulit hitam lebih umum didahului
ketuban pecah dini sebelumnya. PPI juga bisa dibagi menurut usia
minggu (extreme prematurity), sekitar 15% terjadi pada usia kehamilan 28-
kelahiran preterm meningkat dari 6,3% pada tahun 1981 menjad 6,8% pada
tahun 1992. Pada penelitian ini, peningkatan kelahiran preterm ini dikaitkan
4
2.3 Etiologi
banyak keadaan atau faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya suatu
preterm dapat dibagi menjadi faktor maternal, faktor fetal, dan faktor
A. Faktor Maternal
sosial ekonomi, riwayat obstetri ibu, serta riwayat penyakit ibu sebelumnya
persalinan preterm.4,5
preterm antara lain perilaku merokok, gizi buruk, penambahan berat badan
peranan penting pada kejadian dan berat badan lahir rendah dan persalinan
preterm. Hal ini diperlihatkan oleh penelitian yang dilakukan Hickey, dkk.
persalinan preterm disertai dengan peningkatan resiko cedera otak pada bayi
5
tembakau bertanggung jawab atas 32000 sampai 61000 berat badan lahir
rendah setiap tahunnya di Amerika Serikat. Faktor ibu yang lain adalah usia
ibu yang muda, kemiskinan, tinggi badan rendah, pekerjaan berat, dan stres
hari. Ibu dengan serviks inkompeten juga memiliki resiko untuk terjadinya
ini disebabkan oleh karena sirkulasi antara ibu dan janin tidak sebaik ibu
B. Faktor Fetal
6
janin, perkembangan janin yang terhambat yang mungkin dikarenakan
terjadinya solusio plasenta menjadi lebih besar yaitu 11%. Plasenta previa
7
prostaglandin yang merangsang persalinan. Sempitnya kavum uteri antara
lain dapat disebabkan oleh karena mioma uteri dan uterus bikornu.6
dini sehingga bila terjadi pada saat umur kehamilan belum cukup bulan,
2.4 Patofisiologi
aterm, hanya saja umur kehamilannya kurang dari 37 minggu. Ada beberapa
struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf, dan nutrisi. Schwarz dkk.
dkk. (1981). Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cox, dkk.
8
(1989) dimana pemberian endotoksin bakteri (lipopolisakarida) yang
ketuban yang mengandung bakteri, dan hasil uji yang positif memberikan
oleh tubuh yang dirangsang oleh pelepasan sel netrofil poli morfonuklear
pengaktif trombosit di paru dan ginjal janin. Faktor ini terlibat secara
pelepasan faktor ini menguntungkan janin karena dapat melepaskan diri dari
9
Perbedaan yang terlihat adalah kadar protease yang meningkat
Dan selanjutnya akan memicu pecah ketuban yang akan diikuti dengan
persalinan.1,2
10
lipid peroksidase dan radikal bebas ini akan meningkatkan produksi
2.5 Diagnosis
dipastikan bahwa usia kehamilan adalah belum cukup waktu atau aterm.
Usia kehamilan ini dapat ditegakkan berdasarkan hari pertama haid terakhir,
dimana berat badan lahir yang dimaksud adalah dibawah 2500 gram.1,2,4,5
antara lain kontraksi uterus yang adekuat dengan frekuensi sedikitnya sekali
setiap 10 menit dan lama kontraksi 30 detik atau lebih, nyeri perut kram
seperti saat menstruasi, keluar lendir dan darah, penekanan pada panggul,
11
ketuban pecah dini. Menurut WHO, kriteria untuk persalinan preterm adalah
minggu dengan interval kontraksi 5-8 menit atau kurang disertai satu atau
amnion dan darah ibu harus dihindari. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada
usia kehamilan 24 minggu atau lebih dengan uji positif bermakna terjadinya
12
dan laju endap darah untuk menilai kemungkinan tanda-tanda infeksi
selanjutnya.2,5
A. Kriteria Diagnosis
1) Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259
hari,
sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10
menit,
13
1) Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau
c. Tanya dan cari gejala yang termasuk faktor risiko mayor dan
minor
sampai 37 minggu.
persalinan preterm
2.6 Penatalaksanaan
a. Anamnesis
14
b. Pemeriksaan klinis
pertimbangan.
supervisor.
- Ritodrine
minggu:
15
- Glukokortikoid tidak boleh diberikan apabila ada tanda-tanda
infeksi.
ml/jam.
tercapai.
jam.
16
g. Jika kontraksi uterus timbul kembali setelah dosis efektif
dipertahankan 24 jam.
17
kemudian Ritodrine oral dapat diberikan sampai umur kehamilan
tetap berlangsung.
dihentikan.
sel ke dalam sel otot polos uterus. Aktivitas otot polos termasuk
18
nifedipine adalah 40 mg dalam 2 jam dan 160 mg dalam 24 jam. Hari ke II
dan III dapat diberikan adalat oros 3x30 mg per hari sub lingual.8 Pada
beberapa protokol terapi disebutkan pula dosis awal yang diberikan adalah
terbutalin dan salbutamol. Obat ini bekerja pada reseptor -adrenergik dan
kontraksi uterus. Efek samping yang dapat ditimbulkan antara lain muka
edema paru. Dikarenakan dosis toksik yang rendah maka perlu diawasi
19
B diberikan ampisillin atau penisilin, sedangkan eritromisin dan
keluar air pervaginam maka harus dicurigai sebagai ketuban pecah dini
5. Di ruang obstetri:
setiap 3 hari.
pemeriksaan dalam.
20
c. Dalam observasi selama 1 minggu, dilakukan pemeriksaan
2.7 Komplikasi
yang memburuk, kecilnya berat badan janin, atau semakin rendahnya umur
sedikit atau bahkan tidak mengalami komplikasi, sedangkan bayi yang lahir
21
tersebut dapat berupa depresi pernapasan, perdarahan intakranial neonatal,
22
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. D
Umur : 24 tahun
Agama : Hindu
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Swasta
3.2 Ananmesa
Keluhan Utama:
keluhan utama nyeri perut. Nyeri perut dirasakan sejak pagi kurang
lebih pukul 01:00 wita (2 jam SMRS). Nyeri dirasakan hilang timbul
23
Riwayat keluar air (+) sejak pukul 22.00 wita (14/04). Keluhan
Riwayat menstruasi
tahun dengan siklus teratur setiap bulan, setiap 28 hari sekali. Durasi
pembalut 2-3 kali/hari (50 ml). Keluhan pada saat haid disangkal
2017.
Riwayat Perkawinan
Riwayat Obstetri
I. 2016/abortus/18minggu/curetage
Sp.OG.
Riwayat Kontrasepsi
24
Riwayah Penyakit Terdahulu
ataupun makanan.
Riwayat Sosial
Tanda Vital
Nadi : 82x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,4 C
Berat Badan : 63 kg
25
Status General
THT : dbn
kebersihan (cukup)
Status Obstetric
Abdomen:
Palpasi:
(kesan punggung)
ekstremitas)
26
Mcd : 28cm
HIS : 1-2x/1010
Vagina :
Darah lengkap
HCT : 34,0 %
3.5 Diagnosis
(PBB:2480gram)
3.6 Penatalaksanaan
Planning
27
Pemeriksaan UL
USG
Terapi
MRS
IVFD RL 20 tpm
Dexamethasone 2 x 12,5 mg IM
Observasi
Tanda tanda inpartu, keluhan pasien, His, DJJ, dan tanda vital
slyme (+)
28
baik, keluar air dari jalan Observasi: pengeluaran
Nadi: 80x/menit
Tax: 36,7C
O: KU baik
TD: 100/70mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 18x/menit
Tax: 36,1C
His: (-)
O: KU baik Cek DL
Nadi: 78x/menit
29
RR: 20x/menit Hasil:
Tax: 36,7C
WBC : 12,6 x 103 /uL
His (+) 1-2x/10 10-15 HGB : 11,3 g/dL
DJJ: 147x/menit HCT : 33,7 %
VT: tidak dilakukan PLT : 151 x103/uL
30
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Anamnesa
Teori Kasus
Faktor Resiko :
kurang adekuat.
31
faktor yang termasuk dalam
Dari anamnesa kemungkinan faktor resiko pada kasus ini berasal ari faktor
maternal.
Teori Kasus
Keluhan : Keluhan :
kaku menstruasi
back pain),
32
Pada kasus ini keluhan pasien yaitu, usia kehamilan kurang dari 37minggu, dengana
danya tanda tanda inpartu seperti nyeri perut hilang timbul, keluar lendir bercampur
Teori Kasus
lebih,
Pada pasien ini gejala klinis yang dapat ditemukan dari pemeriksaan fisik yang
Teori Kasus
33
DL Darah lengkap WBC: 10,7 dan
peningkatan leukosit dengan nilai WBC 10,7 x 103 /uL dan meningkat setelah DL
4.4 Penatalaksanaan
Teori Fakta
Penatalaksaan : Penatalaksaan :
34
5. Pemberian tokolitik pada 4. Usia kehamilan pasien yaitu 35-36
pada kasus ini adalah pemberian nipedipine, dexametason, dan cefotaxime, serta
tirah baring dan pemantauan tanda tanda akan melahirkan serta observasi DJJ
serta his.
35
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
pada kehamilan kurang dari 37 minggu. Dimana pada peralinan prematur janin
dapat bertahan hidup tapi belum cukup bulan. Usia kehamilan yang menjadi batasan
adalah antara 28 sampai 36 minggu. Dahulu dikatakan persalinan preterm ialah bila
setiap persalinan dengan berat badan lahir janin dibawah 2500 gram.
kemungkinan kausa pada pasien ini dan mencegah timbulnya kontraksi uterus
sehingga kehamilan dapat dilanjutkan sampai usia aterm. Pada kasus didapatkan
kemungkinan kausa dari ancaman persalinan preterm pada pasien ini, yaitu adanya
pertanda infeksi yang ditunjukkan dari hasil lab DL dan adanya factor maternal
dimana pada kehamilan sebelumnya pasien mengalami abortus pada usia kehamilan
pasien dilakukan pulang paksa oleh keluarga pasien, namun dari pihak rumah sakit
sudah disarankan untuk segera memeriksakan pasien apabila adanya keluhan atau
tanda tanda inpartu. Secara umum, alur penegakkan diagnosis dan penatalaksaan
sudah tepat.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham GE, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC. Preterm lobour.
p.235-250.
and Obstetrics, ed.2. Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore Maryland. 2002,
p.339-360.
6. Sweet RL, Gibbs RS. Infectious Diseases of The Female Genital Tract, ed.4,
Pedoman Diagnosis dan Bagan Alir Pelayanan Pasien. Lab/SMF Obstetri dan
2003, p.2-10
obstetrics. 7th edition. New Central Book Agency. Kolkata. 2013: 241-259.
37
9. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, Casey
Ilmu Kandungan, edisi II. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta
2014: 250-258.
11. Sarella L, Chinta A. A Study On maternal and Perinatal Outcome in Placent Previa.
16. Oppenheimer, L. Diagnosis and Management of Placenta Previa. JOGC. 2007; 186:
261-266
17. Wiknjosastro, H., dkk (eds). Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta. Yayasan Bina
38