Você está na página 1de 17

TUGAS TERSTRUKTUR

GEOLOGI LINGKUNGAN

Analisis pada Resiko Bahaya Gerakan Tanah pada Fasilitas Pengembangan


Panas Bumi di Daerah Wayang Windu Jawa Barat

Oleh:

Shisil Fitriana H1F012013


Allin Dinda A S H1F012025
Muhammad Fauzi H1F012072

KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

PURBALINGGA

2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah daerah yang rawan dengan bencana alam. Hampir setiap
waktu daerah- daerah yang ada di Indonesia ini terancam dengan bencana yang
menyebabkan banyak kerugian, adapun bencana yang sering terjadi di Indonesia
meliputi, gempa bumi, meletusnya gunung berapi, tsunami, terjadinya tanah
longsor, dan juga kebakaran hutan. Sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia
adalah Negara yang terletak antara pertemuan tiga lempeng yaitu lempeng
Eurasia, lempeng pasifik dan juga lempeng Australia. Ketiga lempeng tersebut
bergerak saling bertubrukan antara satu dan lainnya. Akibat daripada tubrukan itu
maka terbentuklah patahan samudra, palung samudra, dan juga munculnya
gunung berapi.
Di Indonesia banyak kita temukan tanah pelapukan yang bersumber dari
letusan gunung berapi. Tanah hasil pelapukan ini mempunyai komposisi tanah
yang sedikit lempung dengan sedikit pasir dan juga subur. Adapun tanah
pelapukan yang terdapat di atas batuan kedap air pada perbukitan dan mempunyai
kemiringan sedang maupun terjal sangat berpotensi mengakibatkan terjadinya
bencana tanah longsor pada musim hujan. Oleh karenanya jika di perbukitan itu
tidak terdapat tanaman dengan akar yang kuat dan dalam maka daerah tersebut
sangat rentan terjadi becana longsor.
Secara alamiah, lapangan panas bumi berkembang di jalur gunung api dan
patahan yang berbukit bukit. Begitu juga lapangan panas bumi Wyang Windu
yang terletak di daerah Pangalengan Bandung Selatan adalah komplek gunung api
tua yang terjal, berbukit dan di banyak bagian di tutupi oleh batuan lemah dan
lapuk.
Pengembngan proyek Geothermal seperti Wayang Windu membutuhkan
pekerjaan sipil maupun kegiatan manusia, mulai dari kegiatan drilling eksplorasi
sampai ke tahap eksploitasi. Bentuk muka bumi di modifikasi sesuai infra struktur
yng akan di bangun. Mulai dari yang minor sampai moderete, bukit- bukit di
potong sesuia kegiatan kontruksi seperti jalan, well pad, pipeline networks, lokasi
power plant, maupun disposal system.
Perubahan- perubaha yang di lakukan terhadap kondisi muka bumi tersebut
mengakibatkan le tidak stabilan terhadapa permukaan tanah yang bisa memicu
gerakan tanah di daerah tersebut. Konsekuensi0 dari gerakan tanah tersebut adalaj
bervariasi tergantung pada tingkat kerusakan terhadapa infar struktur maupun
lingkungan. Resiko yang paling serius dari gerakan tanah pada perusahaan adalah
hilangnya revenue akibat rusaknya fasilitas seperti jalan, wellpad, wells, pipeline.
Oleh karena itu gerakan tanah aalah salah satu hazard yang sangan di
perhitungkan oleh Perusahaan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka makalah ini
membahas tentang Bagaimana penyebaran potensi bahaya gerakan tanah dan
kemungkinan resiko terhadap fasilitas, lingkungan maupun manusia di daerah
Wayang Windu,Jawa Barat.
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengethui penyebaran potensi bahaya
gerakan tanah dan kemungkinan resiko terhadap fasilitas, lingkungan maupun
manusia di daerah Wayang Windu, Jawa Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Gerakan Tanah


Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batuan pada arah tegak,
datar, atau miring dari kedudukannya semula, yang terjadi bila ada gangguan
kesetimbangan pada saat itu.
Gerakan tanah adalah suatu konsekuensi fenomena dinamis alam untuk
mencapai kondisi baru akibat gangguan keseimbangan lereng yang terjadi, baik
secara alamiah maupun akibat ulah manusia. Gerakan tanah akan terjadi pada
suatu lereng, jika ada keadaan ketidakseimbangan yang menyebabkan terjadinya
suatu proses mekanis, mengakibatkan sebagian dari lereng tersebut bergerak
mengikuti gaya gravitasi, dan selanjutnya setelah terjadi longsor, lereng akan
seimbang atau stabil kembali. Jadi longsor merupakan pergerakan massa tanah
atau batuan menuruni lereng mengikuti gaya gravitasi akibat terganggunya
kestabilan lereng. Apabila massa yang bergerak pada lereng ini didominasi oleh
tanah dan gerakannya melalui suatu bidang pada lereng, baik berupa bidang
miring maupun lengkung, maka proses pergerakan tersebut disebut sebagai
longsoran tanah.
2.2 Jenis-jenis Gerakan Tanah
Gerakan massa tanah (mass movement) merupakan gerakan massa tanah
yang besar disepanjang bidang longsor kritisnya. Menurut Cruden dan Varnes
dalam Hardiyatmo (2006) karakteristik gerakan massa pembentuk lereng dapat
dibagi menjadi lima macam :
1. Jatuhan (falls)
2. Robohan (topples)
3. Longsoran (slides)
4. Sebaran (spreads)
5. Aliran (flows)
Jatuhan (falls)
Jatuhan merupakan jenis gerakan tanah lempung yang terjadi bila air
hujan mengisi retakan di puncak sebuah lereng yang terjal. Jatuhan yang
disebabkan oleh retakan yang dalam umumnya runtuh miring ke belakang,
sedangkan untuk retakan yang dangkal rutuhanya ke depan. Menurut
Zakaria, Jatuhan adalah jatuhan atau massa batuan bergerak melalui
udara,termasuk gerak jatuh bebas, meloncat dan penggelindingan bongkah
batu dan bahan rombakan tanpa banyak bersinggungan satu dengan yang
lain..

Gambar 2.1. Jatuhan (falls)


Robohan (topples)
Robohan adalah gerakan material roboh dan biasanya terjadi pada
lereng batuan yang sangat terjal sampai tegak yang mempunyai bidang-
bidang ketidakmenerusan yang relatif vertikal. Tipe gerakan ini hampir
sama dengan jatuhan, hanya gerakan batuan longsor adalah mengguling
hingga roboh, yang berakibat batuan lepas dari permukaan lerengnya.
Faktor utama yang menyebabkan robohan, adalah seperti halnya kejadian
jatuhan batuan, yaitu air yang mengisi retakan.

Gambar 2.2.Robohan (topples)


Longsoran (slides)
Longsoran adalah gerakan material pembentuk lereng yang
diakibatkan oleh terjadinya kegagalan geser, di sepanjang satu atau lebih
bidang longsor. Massa tanah yang bergerak bisa menyatu atau terpecah-
pecah. Longsoran juga terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya adalah
longsor rotasi, longsor translasi, dan kelongsoran blok.

Gambar 2.3. Jenis-jenis longsoran (slides)


2.6.4.Sebaran (spreads)
Sebaran merupakan kombinasi dari meluasnya massa tanah dan turunnya
massa batuan dan terpecah-pecah ke dalam material lunak di bawahnya.

Gambar 2.4 Sebaran (spreads)


2.6.5.Aliran (flows)
Aliran adalah gerakan dari material yang telah hancur ke bawah lereng dan
mengalir seperti cairan kental. Alirannya sering terjadi dalam bidang geser relatif
sempit. Material yang terbawa oleh aliran biasanya terdiri dari berbagai macam
partikel tanah (termasuk batu-batu besar), kayu, ranting,dan lain-lain. Adapun
jenis-jenis dari aliran,adalah :
1. Aliran tanah (earth flow)
Adalah aliran yang terjadi pada tanah lempung dan lanau sehabis hujan lebat.
2. Aliran lumpur (mud flow)
Adalah aliran yang biasanya terjadi pada kemiringan 5 sampai 15 derajat pada
tanah lempung yang padat dan retak-retak di antara lapisan-lapisan pasir yang
bertekanan air pori tinggi.
3. Aliran debris (debris flow)
Merupakan aliran yang biasa terjadi pada material berbutir kasar misalnya pada
lereng yang kering dimana tidak ditumbuhi pepohonan.
4. Aliran Longsoran (flow slide)
Gerakan material pembentuk lereng akibat likuifasi pada lapisan pasor halus atau
lanau yang tidak padat dan umumnya terjadi pada lereng bagian bawah.

Gambar 2.5 Jenis-jenis aliran (flows)


BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian di lakukan di lapangan pengembangan panas bumi wayang windu


dengan desain penelitian survey lapangan dengan metoda analisis resiko.
Kemudia mengukur dan mengamati parameter parameter yang di perlukan untuk
menganalisa ketidaksetabilan lereng. Data lain yang di amati adalah
menginventarisasi elemen resiko yang berpotensi kena dapak bahaya gerakan
tanah, dilokasi potensi gerakan tanah. Elemen resiko bisa berupa properti (jalan,
jaringan pipa, wellpad dll), lingkungan maupun manusia. Parameter yang diamati
adalah:
1. Kondisi fisik lereng
2. Kondisi geologi
3. Kondisi lingkungan
4. Kondisi hidrogeologi

Gambar : Diagram Desain penelitian

Penelitian dilakukan pada 6 lokasi yaitu WWA Pad, WWA production,


Power Plant, Cikakapa, WWA Debris, Cibitung Debris
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil analisa ketidak setabilan lereng


Hasil analisa ketidakstabilan lereng menunjukkan ada tiga lokasi yang
sangat potensial untuk terjadi gerakan tanah yaitu, WWA Pad, WWA Production
dan Power Plant, ini mengindikasikan bahwa daerah tersebut sangat rawan
terhadap bahaya gerakan tanah. Sedangkan untuk ketiga daerah lainnya terlihat
mengelompok di bawah range 2 dengan 6.

Rangking ketidakstabilan lereng pada enam potensi gerakan tanah di atas


adalah (dari yang paling tidak stabil ke yang stabil) sebagai berikut:

4.2 Penilaian Resiko


Hasil analisa potensi kerugian maupun tingkat kerusakan akibat dari
gerakan tanah terhadap fasilitas, proses, lingkungan, maupun korban manusia di
bahas bab ini. Adapun pendekatan yang di lakukan dalam mengevaluasi potensi
resiko dan tingkat kerusakan di gunakan beberapa faktor sebagai pertimbangan:
- Jauhnya landside dari lokasi ke tempat di mana dia berhenti
- Besarnya dan kecepatan dari gerakan tanah
- Fasilitas ada dan jauhnya dari lokasi gerakan tanah
- Manusia yang ada di lokasi dan jauhnya dari lokasi

Rangking potensi kerugian tiap lanside (mulai dari yang paling mahal)
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Potensi landslide di WWA Pad

Lokasi ini merupakan lereng bukit yang di potong yang terdapat 4 buah
sumur produksi beserta alat pendukungnya. Bukit di sekitar lokasi ini sudah
beralih fungsi dari hutan lindung menjadi kebun kentang penduduk. Sudut
kemiringan lereng relatif tinggi brvariasi antara 35-60 derajat. Jenis gerakan tanah
disini cenderung landslide ratasional dengan kecepatan relatif tinggo, jarena
batuannya relatif homogen dan slope relatif besar. Melihat kondisi geologi
maupun environmentnya gerakan tanah disini sngat potensial karena kondisi
batuannya juga sangat mendukung seperti di temukannya hydrithermal aterasi
yang membuat batuan tersebut lemah. Faktor lain yang membuat lokasi ini sangat
rawan dengan gerakan tanah adalah di temukannya seepage atau mata air di dasar
lereng,ini artinya banyak air tanah di lereng tersebut tidak terdranasi hal ini kaan
memicu terjadinya gerakan tanah di musim hujan. Berdasarkan analisa,
ketidakstabilan lereng, gerakan otanah di lokasi ini bisa mengakibatkan kerugian
pada properti, proses lingkungan maupun manusia.

5.2 Potensi landslide di WWA Production line

Lokasi ini berada di lereng bukit dengan kemiringan antara 25-45 derajat.
Melihat kondisi geologinya lokasi ini menunjukkan adanya gerakan tanah atau
landslide tua. Juga di temukan rembesan- rembesan mata air di dasar lereng.
Kondisi lereng tidak begitu terjal tetapi masih cukup curam. Lingkungan di sekitar
lokasi adalah berupa tanaman teh. Tidak ada hutan kayu di sekitar lereng ini.
Berdasarkan analisa, ketidakstabilan lereng, gerakan otanah di lokasi ini bisa
mengakibatkan kerugian pada properti, proses lingkungan maupun manusia.
5.3 Potensi landslide di dekat Power Plant

Lokasi ini terletak di jalan menuju power plant. Potensi landslide di lokasi
ini cenderung ersifat translasi dengan kecepatan rendah karena slopenya rendah
dan batuan relatif inhomogen.

Daerah ini adalah bukit kecil yang di potong untuk keperluan jalan proyek.
Melihat kondisi geologinya, potensi landslide disni juga sangat tinggi batuan yang
di temukan yaitu batuan runtuhan dari kegiatan gunung api tua, berupa debris
dengan matrik clay dari hasil kegitan panas bumi. Di sekitar dasar lereng di
temukan rembesan mata air sebagai pertanda bhwa lereng sangat jenuh air.
Kemiringan lereng nya adalah 25-35 derajat.

Lingkungan lokasi ini adalah perkebunan teh kepunyaan negara. Kearah


hulu adalah lahan hutan lindung terbatas kepunyaan departemen kehutaan, akan
tetapi lahan ini telah banyak berubah fungsi menjadi kebun rakyat untuk tanaman
ketantang. Sehingga daerah hulu sudah sangat tidak terkontrol baik dranasi
maupun tatguna lahan. Berdasarkan analisa, ketidakstabilan lereng, gerakan
otanah di lokasi ini bisa mengakibatkan kerugian pada properti, proses lingkungan
maupun manusia.

5.4 Potensi Gerakan Tanah di Cikakapa


Lokasi ini adalah terletak di jalan utama di utara dari lapangan Wayang
Windu, dekat desa Cikakapa. Sebelumnya dilokasi ini telah terjadi gerakan tanah
dan sudah dilakukan perbaikan.Berdasarkan pengamatan lapangan, ditemukan
retakan, tanah (cracks) sepanjang kira-kira 30 m di dekat lokasi landslide yang ada
sebelumnya.Pola gerakan landslide disini adalah cenderung bersifat rotasional
dengan kecepatan relative tinggi.Pemicu landslide di Cikakapa, berhubungan erat
dengan pemotongan bukit untuk keperluan jalan (road cut).
Daerah ini adalah kebun the kepunyaan Negara berupa bukit kecil dengan
lereng tidak begitu terjal.Melihat kondisi geologinya daerah ini terdiri dari batuan
hydrothermal clay yang sangat lemah dan diatasnya dilapisi oleh soil yang relative
porous.Mata air atau seepage adalah sangat banyak ditemukan didasar lereng
(toe).
Potensi kerugian termasuk pada property,lingkungan,proses,maupun
manusia.

5.5 Potensi Debris Flow di Cibitung dan WWA


Gerakan tanah disini sangat beda dengan potensi landslide yang telah
dibahas sebelumnya. Potensi bahaya gerakan tanah adalah berupa material lepas
dari lereng bukit di sekitar lokasi ketika terjadi hujan lebat.Hal ini mengakibatkan
jalan inspeksi dan pipa produksi tertimbun oleh material lepas tersebut. Gerakan
lumpur tanah disini relative tinggi. Walaupun potensi bahayanya tidak begitu
signifikan, akan tetapi hal ini akan terjadi berulang-ulang sesuai dengan intensitas
hujan yang ada.Potensi kerugian disini adalah biaya membersihkan jalan dari pipa
produksi yang tertimbun.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Dari hasil pemetaan di lapangan menemukan enam lokasi yang berpotensi


untuk terjadinya bahaya gerakan tanah. Potensi bahaya tersebut harus dikelola
secara profesional untuk mengurangi bahaya yang berdampak pada aktifitas
produksi, property dan lingkungan maupun manusia. Hasil analisa
ketidaksetabilan lereng terhadap ke enam lokasi tersebut di atas yag paling rawan
longsor adalah WWA Pad, WWA Production dan power plant.Selain itu,adanya
kegiatan pengusahaan panas bumi di daerah Wayang Windu, Jawa Barat memicu
adanya ketidakstabilan lereng sehingga menyebabkan gerakan tanah di sekitar
daerah tersebut.

6.2 SARAN-SARAN

Beberapa saran dalam rangka mengontrol potensi bahaya gerakan tanah di


lokasi penelitian antara lain : Pendekatan rekayasa teknik dan Pendekatan non
rekayasa teknik berupa pemberdayaan masyarakat setempat akan resiko bahaya
gerakan tanah dan cara pencegahannya.

A. Pendekatan Rekayasa Teknik

Pendekatan ini biasanya merekayasa dua faktor penyebab gerakan tanah


yaitu dengan memperbesar faktor F (shear streghth) dari batuan dan
memperkecil faktor N (shear stress) pada batuan. Rekayasa teknik ini
perlu dilakukan di tiga lokasi yang ketidakstabilannya sangat tinggi.

B. Pendekatan Non Rekayasa Teknik

Pendekatan ini adalah berupa peningkatan peran masyarakat dalam rangka


mengurangi resiko bahaya gerakan tanah berupa :

- Kampanye untuk meningkat kesadaran masyarakat akan


bahaya gerakan tanah
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah
gerakan tanah seperti penyebabnya, faktor-faktor pemicunya
dan potensi bahaya yang ada

- Bekerja sama dengan Departemen Kehutanan dan Pemda


setempat melakukan pelatihan bagi masyarakat mengenai land-
use management.

-
Daftar Pustaka

D Sagala Birean. Analisa risiko bahaya gerakan tanah pada fasilitas


pengembangan panas bumi di daerah Wayang Windu Jawa Barat. 2002.
Jakarta: UI

Website :
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-10400-Chapter1.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsor

Você também pode gostar