Você está na página 1de 16

FENOMENA PERILAKU MENYIMPANG REMAJA DALAM

MEMANFAATKAN TAMAN MUSIK SEBAGAI RUANG PUBLIK DI KOTA


BANDUNG
Catur Satria Pamungkas*, Faqih Samlawi, Neiny Ratmaningsih

Pendidikan IPS, FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia


e-mail: catursp69@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penyalahgunaan fungsi taman musik yang
dilakukan oleh remaja yang mengunjungi taman musik untuk meminum-minuman
keras dan melakukan tindakan asusila. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
jawaban dari pertanyaan bentuk perilaku menyimpang remaja dalam memanfaatkan
taman musik, faktor apa saja yang mempengaruhi remaja melakukan perilaku
menyimpang dalam memanfaatkan taman musik, pemanfaatan taman musik sebagai
ruang publik oleh pengunjungnya, dan dampak perilaku menyimpang remaja serta
upaya yang dilakukan oleh masyarakat sekitar terhadap perilaku menyimpang yang
dilakukan oleh remaja dalam memanfaatkan taman musik sebagai ruang publik di kota
Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus.
Teknik penelitian ini melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan studi
literatur. Temuan penelitian ini (1) bentuk perilaku menyimpang remaja dalam
memanfaatkan taman musik yaitu penyimpangan primer yang dilakukan secara
individu dan kelompok. (2) faktor yang mempengaruhi remaja melakukan perilaku
menyimpang yaitu a) faktor keluarga, b) faktor lingkungan sosial, c) faktor
pelampiasan rasa kecewa, dan d) faktor kegagalan proses sosialisasi. (3) Pemanfaatan
fungsi taman musik oleh pengunjungnya yaitu fungsi ekologis, fungsi sosial-budaya,
fungsi ekonomi, dan fungsi estetika dapat dimanfaatkan oleh pengunjung taman
musik. (4) dampak serta upaya masyarakat setempat untuk mengatasi perilaku
menyimpang remaja yaitu a) kerusakan fasilitas taman musik, b) pola perilaku remaja
yang kurang baik, c) terganggunya kenyamanan pengunjung, d) kekhawatiran
masyarakat sekitar, e) teguran dari masyarakat, dan f) tidak adanya upaya yang
dilakukan pengelola taman.

Kata Kunci: Perilaku Menyimpang, Remaja, Ruang Publik

1
THE PHENOMENON OF TEENAGERS DEVIANT BEHAVIOR IN
UTILIZING MUSIC PARK AS PUBLIC SPACE IN BANDUNG

ABSTRACT

This study was derived from the malfunction of music park by teenagers who visited
the place in order to have a drunk and immoral behavior. The aims of this study was to
find out the answer of questions about what deviant behaviors were caused by teenagers
in utilizing the music park, then factors influencing the deviant behavior in utilizing
the music park, the utilization of music park as public space by the visitors, the impact
of deviant behaviors in teenagers, and also the efforts done to cope with the deviant
behavior in music park as public space in Bandung. This study used qualitative
approach and case study method. The data were collected through interview,
observation, document study, and literature study. The findings of this study were 1)
the deviant behaviors of teenager in utilizing music park was considered as primer
deviant committed by individual and group. 2) Several factors influencing the deviant
behavior were a) family, b) social environment, c) expression of disappointment, d)
failure in socialization 3) the utilization of music park by visitors fulfilled some
functions including ecology, social-cultural function, economy, and aesthetics. 4) The
impact and efforts made from citizens to handle the deviant behaviors by the teenagers
were a) damage in facility of music park, b) negative attitude of teenagers, c) disruption
toward visitors comfort, d) worries of surrounding citizens, e) reprimand form the
surrounding citizens and f) effortless attempt by park managerial

Key words : deviant behavior, teenagers, public space

A. Pendahuluan

Penelitian ini berangkat dari perkembangan pembangunan berbagai taman tematik


yang sedang dikembangkan oleh walikota Bandung yaitu Ridwan Kamil.
Pembangunan taman-taman tematik di kota Bandung seharusnya memiliki manfaat
yang cukup baik dimana taman-tersebut dapat digunakan masyarakat sebagai tempat
rekreasi, beristirahat, dan hal positif lainnya. Masyarakat perkotaan yang setiap harinya

2
disibukan dengan kesibukan dan kebisingan kota setidaknya dapat melakukan rekreasi
di taman-taman tematik yang dibangun sesuai dengan tema dari taman tersebut.

Berdasarkan fakta yang didapatkan oleh peneliti dari hasil observasi awal di
lapangan yaitu di taman musik centreum, peneliti menemukan data yang menunjukan
perilaku-perilaku pengunjung taman tersebut tidak sesuai dengan fungsi taman
tersebut. Perilaku pengunjung taman tersebut dapat dikatakan sebagai perilaku yang
menyimpang karena tidak sesuai dengan norma atau peraturan yang berlaku di taman
tersebut. Perilaku menyimpang yang terjadi di taman musik tersebut, sebagian besar
dilakukan oleh kalangan remaja yang memanfaatkan taman musik tersebut.

Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja di taman musik yaitu merokok,
meminum minuman beralkohol, dan vandalisme. Berangkat dari latar belakang
masalah yang telah dijelaskan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai fenomena perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja dalam
memanfaatkan taman musik sebagai ruang publik di kota Bandung. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui 1) Bagaimana pemanfaatan fungsi taman musik sebagai
ruang publik oleh pengunjungnya, 2) bagaimana bentuk perilaku menyimpang yang
dilakukan oleh remaja dalam memanfaatkan taman musik di kota Bandung, 3) Faktor
apa saja yang mempengaruhi remaja melakukan perilaku menyimpang dalam
memanfaatkan taman musik sebagai ruang publik di kota Bandung, dan 4) Bagaimana
dampak yang dirasakan oleh masyarakat serta upaya yang dilakukan oleh masyarakat
setempat untuk mengatasi perilaku menyimpang remaja dalam memanfaatkan taman
musik di kota Bandung.

Definisi Taman atau Ruang Terbuka Hijau menurut Spreiregen (Hakim, 2012,
hlm.24) mengemukakan bahwa Ruang Terbuka Hijau adalah Area atau ruang kota
yang tidak dibangun dan permukaannya dipenuhi oleh tanaman yang berfungsi
melindungi habitat, sarana lingkungan, pengamanan, jaringan prasarana, sumber
pertanian, kualitas atmosfer, dan menunjang kelestarian air dan tanah. Kemudian
Ruang Terbuka Hijau menurut pengertian atau definisi dari Undang-undang No. 26

3
tahun 2007 tentang penataan ruang yaitu Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area
yang memanjang berbentuk jalur dan atau area mengelompok, yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun sengaja di tanam. Menurut penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa
taman atau ruang terbuka hijau merupakan lahan terbuka yang berada di perkotaan dan
berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem kehidupan di kota.

Ruang tidak dapat dipisahkan dari manusia baik secara psikologis, emosional
ataupun dimensional. Semua perencanaan dan rancangan pembangunan tentunya
memiliki tujuan dan fungsi yang berguna untuk dapat dinikmati oleh masyarakat umum
atau publik. Dibangunnya taman atau ruang terbuka hijau tentunya memiliki tujuan
yang nantinya memiliki fungsi, tidak hanya semata-mata dibuat begitu saja.
Berdasarkan Medco Foundation (2014) dalam lamannya menyebutkan bahwa
fungsinya antara lain 1) Fungsi ekologis antara lain : paru-paru kota, pengatur iklim
mikro, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa,
penyerap polutan dalam udara, air, dan tanah, serta penahan angin, 2) Fungsi sosial
budaya : menggambarkan ekspresi, ekpresi budaya lokal, media komunikasi, dan
tempat rekreasi warga, 3) Fungsi ekonomi : sumber produk yang bisa dijual seperti
tanaman bunga, buah, daun, dan sayur-mayur. Beberapa juga berfungsi sebagai bagian
dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan lain-lain, 4) Fungsi estetika :
meningkatkan kenyamanan, memperoleh lingkungan kota baik skala mikro (halaman
rumah/lingkungan pemukiman), maupun makro (lansekap kota secara keseluruhan),
menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.
Kemudian mengenai remaja, menurut Mapprire (Ali dan Asrori, 2009, hlm.26)
masa remaja berlangsung antara umur dua belas sampai dengan dua puluh satu tahun
bagi wanita dan tiga belas sampai dengan dua puluh dua tahun bagi pria. Masa remaja
merupakan masa berkembangnya jati diri, pada masa ini remaja mulai mencari
identitas diri. Erikson (Yusuf, 2007, hlm.201) mengemukakan bahwa perkembangan
jati diri pada masa remaja berkaitan erat dengan komitmennya terhadap okupasi masa
depan, peran-peran masa dewasa dan ssstem keyakinan pribadi. Sejak masa anak,

4
sudah berkembang kesadaran akan diri dan masa remaja merupakan saat pertama
berkembang usahanya yang sadar untuk menjawab pertanyaan tentang siapa dirinya.
Dalam kehidupan bermasyarakat sering dijumpai adanya perilaku yang
menyimpang. Perilaku menyimpang merupakan proses sosialisasi yang tidak sempurna
yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran. Penyimpangan sosial merupakan perilaku
dari para warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan
atau norma sosial yang berlaku (Narwoko dan Suyanto, 2011, hlm. 98). Terjadinya
perilaku menyimpang haruslah dilihat dari situasi dan kondisi masyarakat yang ada,
karena setiap individu memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda. Secara rinci,
beberapa faktor yang menyebabkan warga masyarakat berperilaku menyimpang dari
norma yang berlaku menurut Soekanto (Narwoko dan Suyanto, 2011, hlm. 133) : 1)
karena kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena tidak
memenuhi kebutuhan dasarnya, 2) Karena kaidah yang ada kurang jelas
perumusannya, sehingga menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan, 3) karena
didalam masyarakat terjadi konflik antara peranan-peranan yang dipegang warga
masyarakat, dan 4) karena memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan
warga masyarakat secara merata.
Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku menyimpang menurut setiadi
(Rahmawati, 2016, hlm.3), yaitu : sikap mental yang tidak sehat, ketidakharmonisan
dalam keluarga, pelampiasan rasa kecewa, dorongan kebutuhan ekonomi, pengaruh
lingkungan dan media massa, ketidaksanggupan menyerap norma, proses sosialisasi
nilai-nilai subkultur menyimpang, kegagalan dalam proses sosialisasi, dan adanya
ikatan sosial yang berlainan.

Bentuk-bentuk penyimpangan lainnya yang dikemukakan oleh Sutarto dkk, (2008,


hlm.158) antara lain : 1) Penyimpangan primer, penyimpangan ini bersifat sementara
dan tidak diulang kembali. Individu yang melakukan penyimpangan ini masih tetap
sebagai orang yang dapat diterima secara sosial karena pola hidupnya tidak didominasi
oleh perilaku menyimpang. Ciri-ciri penyimpangan primer antara lain : a) Hanya
bersifat sementara, b) Gaya hidup tidak didominasi oleh perilaku menyimpang, c)

5
Masih dapat diterima secara sosial. Kemudian 2) Penyimpangan sekunder, individu
secara khas memperlihatkan perilaku menyimpang dan secara umum dikenal sebagai
individu yang menyimpang. Masyarakat tidak menginginkan individu semacam ini,
ciri-cirinya sebagai berikut : a) tidak diterima oleh masyarakat, b) masyarakat telah
mengetahui individu tersebut, c) gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang.
Selanjutnya 3) Penyimpangan individu, apabila individu melakukan penyimpangan
dari sub-kebudayaan yang telah mapan dan nyata-nyata menolak norma-norma
tersebut, maka ia disebut sebagai penyimpang individual. Ciri-cirinya sebagai berikut
: a) bertindak sendirian, b) tidak merencanakan penyimpangan dengan siapapun dan
yang terakhir 4) Penyimpangan kelompok, penyimpangan kelompok adalah kegiatan
yang dilakukan oleh kelompok secara kolektif dengan cara yang bertentangan terhadap
norma-norma yang berlaku. Contohnya seperti gang kejahatan, sindikat terorisme, dan
mafia.
Pada penelitian ini teori dasar yang digunakan ialah teori Interaksi Simbolik.
Peneliti menggunakan teori tersebut agar dapat mengetahui informasi mengenai
perilaku menyimpang remaja dari sudut pandang pelakunya tersebut. Perilaku Sosial
remaja dapat dikaitkan dengan teori interaksionisme simbolik. Penulis menggunakan
teori interaksi simbolik sebagai teori utama dalam membahas perilaku sosial remaja
dalam memanfaatkan taman musik sebagai ruang publik di kota Bandung, karena untuk
memahami perilaku sosial harus menggunakan teori yang sesuai dimana teori interaksi
simbolik adalah teori mengenai Social Behavior. Teori interaksi simbolik menurut
Mead (Soeprapto, 2002, hlm. 69) merupakan teori yang mempelajari tentang interaksi
antar individu manusia melalui pernyataan simbol, sebab esensi interaksi simbolik
terletak pada komunikasi melalui simbol-simbol yang bermakna. Individu dilihat
sebagai objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya
dengan individu lain. Penjelasan mengenai apa yang melatarbelakangi para remaja
melakukan perilaku sosial dalam memanfaatkan taman, khususnya perilaku disini
adalah perilaku yang negatif atau menyimpang dapat diketahui melalui teknik
penelitian yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi yang berlandaskan teori
interaksionisme simbolik dimana teori tersebut mempelajari tindakan sosial dengan

6
menggunakan teknik introspeksi untuk dapat mengetahui latar belakang tindakan sosial
dari sudut pandang aktor, menurut Mead (Ritzer, 2013, hlm. 51).

B. METODE

Metodologi penelitian merupakan bagian penting yang terdapat dalam sebuah


penelitian, karena mencakup beberapa aspek diantaranya adalah mengenai teknik apa
yang digunakan sebagai cara untuk memperoleh data dan bagaimana cara mengolah
dan menganalisis data yang telah didapat. Berbagai hal yang berkaitan dengan metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut. Perilaku
menyimpang dikalangan remaja merupakan suatu masalah yang cukup penting untuk
diketahui sebab dan penyelsaiannya, maka sangatlah penting tafsiran-tafsiran
kualitatif guna memberikan gambaran yang integratif.
Maka dari itu, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, karena melalui pendekatan kualitatif ini akan mempermudah peneliti dalam
mempelajari yang tentang fenomena yang terjadi pada perilaku remaja dalam
memanfaatkan taman. Selain itu, dengan pendekatan kualitatif ini, peneliti dapat
mengumpulkan data atau informasi dari narasumber mengenai masalah perilaku
menyimpang remaja dalam memanfaatkan taman kota sebagai ruang publik tersebut
sehingga dapat pula dijadikan acuan dalam kehidupan sosial. Hal ini diungkapkan oleh
Bogdan (Moleong, 2012, hlm. 4) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Ikbar (2012, hlm. 146) Pendekatan Kualitatif
merupakan pendekatan penelitian yang berlandaskaan fenomenologi dan paradigma
konstruksivisme dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu pendekatan umum yang
mengkaji dan mencari jawaban atas permasalahan penelitian.
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, Untuk mendapatkan data yang
akurat untuk menjawab permasalahan mengenai perilaku menyimpang remaja dalam
memanfaatkan taman musik di kota Bandung maka secara metodologis penelitian ini
menerapkan metode studi kasus yaitu metode yang menguraikan dan penjelasan

7
komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu
organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial (Mulyana, 2013,
hlm.201). Menurut Stake dalam (Creswell, 2009, hlm. 52) bahwa studi kasus
merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat
suatu peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Peneliti studi kasus
berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Metode
yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu : wawancara (riwayat hidup), pengamatan,
penelaahan dokumen, (hasil) survei, dan data-data apapun untuk menguraikan suatu
kasus secara terinci.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bagian ini, peneliti akan mengemukakan pembahasan berdasarkan hasil
temuan-temuan yang telah di paparkan sebelumnya, baik yang diperoleh dari
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi untuk dihubungkan dengan teori yang
telah ada pada bab dua. Dengan demikian penelitian yang telah peneliti lakukan di
Taman Musik kota Bandung akan ada keterkaitan antara teori dengan fakta yang ada
dilapangan. Adapun pembahasan hasil penelitian akan diuraikan sebagai berikut: 1)
Pemanfaatan fungsi taman musik sebagai ruang publik, Berdasarkan hasil temuan
peneliti di lapangan, fungsi dari taman musik cukup baik, seperti yang diungkapkan
oleh responden fungsi ekologis dari taman musik menurut DM Dapat membantu
menetralisir udara sekitar taman musik yang memang tempatnya dekat dengan jalan
raya sehingga terdapat polusi udara yag dihasilkan oleh kendaraan. Selanjutnya,
fungsi sosial budaya taman musik dapat dimanfaatkan dengan baik dan dapat menjadi
sebuah tempat terjadinya interaksi sosial dan kegiatan sosial seperti menggelar
pertunjukan musik. Menurut DM fungsi sosial budaya dari taman musik yaitu
Sangat tepat untuk dijadikan tempat rekreasi dan dapat dijadikan sebuah tempat
untuk mengembangkan kreativitas masyarakat. Sedangkan menurut NR Bagus,
hanya saja harus ada pengawasan terkait kebersihan dan ketertiban lingkungan
sekitar.

8
Selanjutnya mengenai fungsi ekonomi dari taman musik yaitu dapat dijadikan
sebagai tempat terlaksananya kegiatan ekonomi, sepert wisata kuliner atau kegiatan
ekonomi lainnya. ISN yang memang merupakan pedagang yang berjualan di taman
musik mengungkapkan Saya sendiri menggunakan fungsi tersebut untuk
berdagang. Fungsi ekonomi dari taman musik tersebut dimanfaatkan oleh ISN
karena taman musik cukup ramai pengunjung, sehingga ia memanfaatkan hal tersebut
dengan menjadikan pengunjung taman musik sebagai target atau konsumennya.
Kemudian menurut pandangan RO mengenai fungsi ekonomi dari taman musik ialah
Adanya taman musik ini banyak masyarakat yang menyelenggarakan sebuah
kegiatan-kegiatan sehingga banyak orang yang datang beramai-ramai kesana. Hal
tersebut menjadi lahan bagi pedagang-pedagang seperti pedagang makanan, kaos
dll untuk mencari keuntungan dgn berjualan disana.
Kemudian mengenai fungsi estetika dari taman musik dianggap sudah cukup
baik, seperti yang diungkapkan oleh DM Sudah bagus, dibandingkan beberapa
tahun yang lalu lebih tepatnya sebelum direnovasi oleh wali kota Bandung.
Kebijakan walikota Bandung bapak Ridwan Kamil yang mengembangkan taman
tematik di kota Bandung cukup positif, terbukti dengan renovasi yang dilakukannya
terhadap taman musik. 2) Bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja
dalam memanfaatkan taman musik di kota Bandung, perilaku menyimpang yang
dilakukan oleh remaja dalam memanfaatkan taman musik tergolong ke dalam
penyimpangan primer, karena masih dianggap sebagai perilaku yang wajar terbukti
dengan minimnya tindakan yang dilakukan oleh pengelola taman serta masyarakat
sekitarnya yang seolah-olah membiarkan saja perilaku tersebut terjadi di taman
musik.
Kemudian bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja di taman
musik tersebut ada yang dilakukan secara individu (merokok di taman musik,
membuang sampah sembarangan, melakukan tindakan vandalisme, dll) dan perilaku
menyimpang yang dilakukan secara kolektif atau berkelompok (kelompok remaja
yang meminum-minuman keras dan berpacaran atau melakukan tindakan asusila di
taman musik). 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan perilaku

9
menyimpang dalam memanfaatkan taman musik sebagai ruang publik di kota
Bandung, Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan, pengunjung taman musik
yang tergolong kedalam kelompok remaja cukup banyak dan cenderung melakukan
perilaku menyimpang di taman musik tersebut. Terjadinya perilaku menyimpang
remaja tersebut tentu saja didorong oleh faktor-faktor yang berbeda-beda. Adapun
faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku menyimpang menurut setiadi
(Rahmawati, 2016, hlm.3), yaitu : sikap mental yang tidak sehat, ketidakharmonisan
dalam keluarga, pelampiasan rasa kecewa, dorongan kebutuhan ekonomi, pengaruh
lingkungan dan media massa, ketidaksanggupan menyerap norma, proses sosialisasi
nilai-nilai subkultur menyimpang, kegagalan dalam proses sosialisasi, dan adanya
ikatan sosial yang berlainan.
Perilaku menyimpang remaja yang terjadi di taman musik lebih dipengaruhi
oleh faktor ketidakharmonisan dalam keluarga, seperti yang diungkapkan oleh
remaja yang bernama SM Saya berasal dari keluarga yang broken home, jadi
terbiasa hidup sendiri. Kedua orang tua saya bekerja. Pengakuan SM tersebut dapat
mengakibatkan tidak adanya pengawasan dari keluarganya terhadap perilakunya
sehari-hari, sehingga SM tidak merasa takut untuk melakukan perilaku menyimpang.
Setiap responden yang diwawancarai oleh peneliti cenderung memiliki pola interaksi
yang tertutup dengan keluarganya dan tentu saja hal tersebut dapat mengakibatkan
dampak yang kurang baik pada remaja, salah satunya melakukan perilaku
menyimpang karena peran keluarga sangat dibutuhkan oleh individu yang sedang
memasuki masa remaja.
Selanjutnya faktor pelampiasan rasa kecewa seperti yang terjadi pada S ketika
ditanyai mengenai masalahnya sebagai remaja, S menjawab Masalah ekonomi, saya
sulit mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan. Masalah ekonomi tersebut
mengakibatkan S tidak memiliki aktivitas yang jelas, sehingga kegiatannya terisi
hanya untuk berkumpul bersama teman-temannya sambil merokok dan mabuk-
mabukan. Selanjutnya faktor ketidaksanggupan menyerap norma, seperti yang terjadi
pada S yang tidak mengetahui mengenai norma yang berlaku di taman musik maupun
di masyarakat. Menurut S norma yang berlaku di masyarakat tersebut tidak jelas,

10
seperti norma yang melarang mabuk-mabukan menurut S hal tersebut sudah menjadi
kebebasan seseorang.
Faktor selanjutnya karena pengaruh lingkungan dan media massa. Pengaruh
lingkungan sangat berperan aktif terhadap terjadinya perilaku menyimpang yang
terjadi di taman musik, karena setiap responden mengaku bahwa mereka melakukan
perilaku menyimpang berawal dari ajakan temannya. Lingkungan bermain seorang
remaja pada umumnya sangat mempengaruhi terhadap pola hidup individu, begitu
juga terhadap perilakunya sehari-hari. Apabila lingkungan bermain seseorang
tersebut kurang baik, maka hal tersebut dapat memberikan dampak yang kurang baik
pula pada pola hidup seseorang tersebut.
Maksud dari lingkungan bermain yang kurang baik disini, yaitu lingkungan
bermain yang akan memberikan dampak yang kurang baik bagi perilaku dan pola
hidup seseorang tersebut. Faktor teman sebaya yang berada di lingkungan bermain
remaja yang melakukan perilaku menyimpang di taman musik, sangat mempengaruhi
remaja tersebut dalam masalah perilaku menyimpang tersebut. Pada umumnya remaja
memiliki kecenderungan untuk meniru atau mengikuti kelompok teman sebayanya.
Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti itu menampilkan sikap dan perilaku
sesuai moral yang baik, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan
pribadinya yang baik pula. Tetapi apabila kelompok teman sebaya yang diikuti itu
menampilkan sikap dan perilaku yang tidak baik, maka remaja akan menampilkan
perilaku seperti kelompoknya tersebut. Faktor selanjutnya adalah faktor kegagalan
dalam proses sosialisasi seperti yang dialami oleh SAM yang pernah terlibat dalam
masalah kenakalan remaja, seperti yang dikatakannya Sejak SMA saya sering bolos
sekolah dan pernah ikut-ikutan dengan anggota geng motor, tetapi tidak sampai
menjadi anggotanya. Sebagai remaja yang sedang mengalami masa yang rawan,
proses sosialisasi remaja tersebut lebih diperhatika agar remaja tersebut dapat
melewatkan masa remajanya dengan baik dan terjauhi dari hal-hal negatif seperti
kenakalan remaja.
Remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini mengaku pernah terlibat
dengan masalah kenakalan remaja, seperti bolos sekolah atau kuliah. Masalah

11
kenakalan remaja tersebut merupakan bukti dari kegagalan remaja dalam proses
sosialisasinya. 4) Dampak yang dihasilkan dari perilaku menyimpang remaja serta
upaya yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk mengatasi perilaku
menyimpang remaja dalam memanfaatkan taman musik di kota Bandung, Dengan
adanya perilaku menyimpang yang terjadi di taman musik, seperti pengunjung yang
merokok akan memberikan dampak polusi udara di taman musik karena asap yang
dihasilkan oleh rokok tersebut, selanjutnya perilaku menyimpang membuang sampah
sembarangan akan memberikan dampak terhadap perawatan taman musik dalam hal
kebersihan taman, kemudian perilaku menyimpang tindakan vandalisme dan buang
air sembarangan akan merusak keyamanan taman musik karena taman akan menjadi
bau sehingga menghilangkan fungsi estetika dari ruang publik tersebut. Terakhir,
mengenai perilaku menyimpang remaja yang mabuk-mabukan dan melakukan
tindakan asusila di taman musik akan memberikan citra yang tidak baik bagi taman
musik.
Perilaku menyimpang yang terjadi di taman musik, seperti pengunjung yang
merokok dan mabuk-mabukan akan memberikan dampak yang tidak baik bagi
kesehatan remaja tersebut, karena merokok dan mengkonsumsi minuman keras dapat
merusak tubuh remaja tersebut. Selanjutnya perilaku menyimpang membuang
sampah sembarangan, buang air sembarangan, dan tindakan vandalisme akan
memberikan dampak terhadap kebiasaan remaja tersebut dalam hal keterampilan
sosial yang kurang baik. Kemudian perilaku menyimpang seperti tindakan asusila
akan merusak masa depan dari remaja yang melakukannya dan merupakan contoh
yang buruk bagi orang lain yang melihatnya.
Sejalan dengan hal yang berdampak pada remaja, masyarakat sekitar taman pun
akan merasakan dampak yang tidak baik, seperti terganggu ketentramannya akibat
dari perilaku menyimpang yang terjadi di taman musik. Selain itu, terdapat dampak
sosial pada psikologis remaja yang berada di sekitar taman musik tersebut, terutama
siswa-siswi dari SMAN 5 dan SMAN 3 kota Bandung yang lokasi sekolahnya sangat
dekat dengan taman musik. Orang tua para siswa-siswi tersebut pun akan merasa

12
khawatir karena takut anaknya melakukan hal-hal yang menyimpang seperti yang
dilakukan oleh remaja yang melakukan perilaku menyimpang di taman musik.
Dalam pelaksanaannya proses kontrol sosial tersebut tidak berlangsung dengan
baik, karena ketika peneliti melakukan observasi ke taman musik tersebut tidak
terdapat pihak yang menindak lanjut individu yang melanggar peraturan tersebut.
Selain itu, fakta ini diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
terhadap remaja yang melakukan perilaku menyimpang dan masyarakat sekitar taman
musik. Remaja yang melakukan perilaku menyimpang, mengaku tidak pernah ditegur
atau diberi hukuman ketika mereka melakukan perilaku menyimpang di taman musik.
Begitu pula hasil wawancara dengan masyarakat yang cenderung apatis atau
membiarkan begitu saja perilaku menyimpang tersebut terjadi di taman musik. Alasan
dari masyrakat yang diwawancarai tersebut karena merasa tidak memiliki hak untuk
menindak lanjuti masalah perilaku menyimpang tersebut. Dari pihak petugas taman
pun, peneliti tidak menemukan adanya tindakan dan upaya yang dilakukan untuk
mengatasi masalah perilaku menyimpang di taman musik.
Perilaku remaja yang menyimpang terkadang terjadi karena pemikiran remaja
yang tidak begitu memikirkan akan akibat yang terjadi dari perilaku menyimpang
yang dilakukannya. Dari perbuatan yang tanpa proses berpikir panjang membuat
perilaku remaja melanggar norma-norma dan peraturan sosial yang berada di
masyarakat. Apabila terdapat tindakan yang tegas dari pihak yang berwenang dalam
mengatasi dan memperbaiki pemanfaatan taman secara negatif oleh remaja menuju
pemanfaatan secara positif, sehingga tidak akan ada lagi remaja yang mengunjungi
taman musik untuk melakukan perilaku menyimpang. Remaja tersebut akan merasa
jera dan menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku
dalam kehidupan bermasyarakat dan taman musik dapat dimanfaatkan dengan baik
sesuai dengan fungsinya.

D. Simpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka
pada bagian ini peneliti menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul Perilaku

13
Menyimpang Remaja dalam Memanfaatkan Taman Musik sebagai Ruang Publik di
Kota Bandung. Berikut simpulan dari penelitian ini. 1) Bentuk perilaku menyimpang
remaja dalam memanfaatkan taman yaitu penyimpangan primer yang berupa perilaku
membuang sampah sembarangan, merokok, membuang air kecil sembarangan,
melakukan tindakan vandalisme, mengkonsumsi minuman keras, dan melakukan
tindakan asusila di taman musik, 2) faktor-faktor yang mempengaruhi remaja
melakukan perilaku menyimpang dalam memanfaatkan taman musik yaitu faktor
keluarga yang tidak harmonis, faktor lingkungan sosial atau teman sebaya, faktor
pelampiasan rasa kecewa, dan faktor kegagalan proses sosialisasi, 3) pemanfaatan
fungsi taman musik sebagai ruang publik oleh pengunjungnya yaitu fungsi ekologis
dari taman musik dapat membantu menetralisir udara sekitarnya karena terdapat
banyak pohon yang rindang, fungsi sosial budaya taman musik dapat dimanfaatkan
untuk mengembangkan kreativitas masyarakat, fungsi ekonomi taman musik dapat
dimanfaatkan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan usaha atau kegiatan
ekonomi, dan fungsi estetika dapat dinikmati oleh pengunjung karena kondisi taman
musik cukup asri, 4) dampak yang dihasilkan dari perilaku menyimpang remaja serta
upaya yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk mengatasi perilaku
menyimpang remaja dalam memanfaatkan taman musik di kota Bandung yaitu
kerusakan fasilitas taman musik serta nama baik taman musik, pola perilaku remaja
yang kurang baik di masa depan, terganggunya kenyamanan pengunjung taman
musik, dan kekhawatiran masyarakat sekitar. Kemudian tindakan teguran dari
masyarakat dan tidak adanya upaya yang dilakukan pengelola taman.

1. PUSTAKA ACUAN
Pustaka acuan yang digunakan dalam menulis jurnal artikel penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
Ali, M. dan Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Cresswell, J, W. (2009) Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Jogyakarta : Pustaka Belajar

14
Hakim, R. (2012). Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
Ikbar, Y. (2012). Metode Penelitian Sosial Kualitatif. Bandung : PT Refika
Aditama
Moleong, L, J. (2012). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Narwoko, J, D. dan Suyanto, B. (2011). Sosiologi : Teks Pengantar & Terapan.
Jakarta: Prenada Media Group
Ritzher, George. (2013). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Soeprapto, Riyadi. (2002). Interaksionisme Simbolik, Perspektif Sosiologi
Modern. Malang : Averroes
Yusuf, Syamsu. (2007). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung :
Remaja Rosdakarya

Sumber Jurnal :

Rahmawati. (2014). Peengaruh Tayangan Korean Wave di Internet Terhadap Perilaku


Komunitas Korean Beloved Addict (KBA). Skripsi. Universitas Islam Negeri
Jakarta

Online
Medco Foundation Mengenai Ruang Terbuka Hijau
http://www.medcofoudation.org/mengenal-ruang -terbuka-hijau/

Undang-undang.
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau

15
16

Você também pode gostar