Você está na página 1de 5

Epilepsi merupakan penyakit yang ditandai dengan kejadian kejang yang berulang dan reversibel.

Serangan kejang yang merupakan gejala atau manifestasi klinik utama epilepsi disebabkan oleh berbagai
hal, yang dapat menimbulkan kelainan fungsional (motorik, sensorik, otonom atau psikis). Serangan
epilepsi berkaitan dengan pengeluaran impuls oleh neuron serebral yang berlebihan dan berlangsung
lokal. Pelepasan mendadak muatan listrik memberikan gerakan maupun persepsi abnormal yang
berlangsung singkat.

Ditinjau dari penyebab, epilepsi dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu: a. Epilepsi primer atau epilepsi
idiopatik Epilepsi primer tidak ditemukan kelainan pada jaringan otak. Diduga terdapat kelainan atau
gangguan keseimbangan zat kimiawi dalam sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal. Dalam
jenis ini, tidak ada kelainan anatomik seperti trauma maupun neoplasma yang menimbulkan kejang,
maka sindrom ini disebut epilepsi idiopatik atau primer. Kejang dapat ditimbulkan karena abnormalitas
susunan sistem saraf pusat (Harsono, 2001)

b. Epilepsi sekunder Disebut epilepsi sekunder berarti gejala yang timbul ialah akibat dari adanya
kelainan pada jaringan otak. Kelainan ini dapat disebabkan bawaan sejak lahir atau adanya jaringan
parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak. Gangguan
ini bersifat reversibel, misalnya karena tumor, trauma, luka kepala, infeksi atau radang selaput otak,
penyakit keturunan seperti fenilketonuria (FKU) dan kecenderungan timbulnya epilepsi yang diturunkan.

Serangan epilepsi disebabkan adanya proses eksitasi di dalam otak lebih dominan daripada proses
inhibisi, dalam arti lain terjadi gangguan fungsi neuron. Perubahan-perubahan di dalam eksitasi aferen,
disinhibisi, pergeseran konsentrasi ion ekstraseluler, voltage-gated-ion-channel opening dan
menguatnya sinkroni neuron sangat penting artinya dalam hal inisiasi dan perambatan aktivitas
serangan epileptik. Neurotransmiter eksitasi yaitu glutamat, aspartat dan asetilkolin, sedangkan
neurotransmiter inhibisi yang paling dikenal adalah gamma amino butyric acid (GABA) dan glisin. Dalam
keadaan istirahat, membran neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan
polarisasi. Potensial aksi akan mencetuskan depolarisasi membran neuron dan seluruh sel akan melepas
muatan listrik

Aktivitas neuron diatur oleh konsentrasi ion-ion dalam ruang ekstraseluler dan intraseluler, serta
gerakan keluar masuk ion-ion menembus membran neuron (Harsono, 2001). Aktivitas dari ion-ion
tersebut yang menimbulkan potensial membran sel. Potensial membran neuron bergantung pada
permeabilitas selektif membran neuron, yakni membran mudah dilewati oleh ion K dari ekstraseluler ke
intraseluler dan kurang untuk ion Ca, Na dan Cl. Perbedaan konsentrasi yang dibuat ini yang akan
menimbulkan potensial membran.
Epilepsi berasal dari bahasa Yunani epilepsia yang artinya adalah gangguan neurologis umum kronis
yang ditandai dengan kejang berulang tanpa alasan, kejang sementara dan/atau gejala dari aktivitas
neuronal yang abnormal, berlebihan atau sinkron di otak. Epilepsi oleh Hipocrates diidentifikasi sebagai
sebuah masalah yang ada kaitannya dengan otak. Epilepsi terkait dengan kinerja sistem saraf pusat di
otak kita. Saraf di otak berfungsi sebagai koordinator dari semua pergerakan seperti, penglihatan,
peraba, bergerak, dan berpikir. Pada penderita epilepsi, sistem saraf pusat di otak mengalami gangguan,
sehingga koordinasi dari sistem saraf di otak tidak dapat mengirimkan sinyal ke sistem panca indera.
Terganggunya pengiriman sinyal ke sistem panca indera penderita epilepsi dapat disebabkan oleh
beberapa hal seperti pernah mengalami trauma kepala berupa benturan atau cedera dibagian kepala,
atau menderita tumor otak. Penyakit epilepsi dapat muncul karena penderita mengalami kerusakan otak
pada saat dilahirkan. Namun selain penyebab yang telah disebutkan di atas, penyebab epilepsi masih
belum dapat dipastikan. Epilepsi yang berkembang di tengah masyarakat adalah semacam penyakit yang
ditandai dengan kejang-kejang tiba-tiba serta mengeluarkan air liur berwarna putih. Pada umumnya
epilepsi dapat muncul karena penderita mengalami kelelahan atau mengalami benturan dibagian
kepala, yang disusul dengan tidak sadarkan diri, terjatuh, tubuh tegang, lalu disusul dengan
gerakangerakan kejang tanpa terkendali di seluruh tubuh. Kejang biasanya berlangsung paling lama lima
menit. Sesudahnya penderita bisa mengalami sakit kepala, linglung sementara dan merasa sangat lelah.
Biasanya penderita tidak dapat mengingat apa yang terjadi setelah kejang.

Você também pode gostar