Você está na página 1de 9

ANALISA PERBANDINGAN DAYA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA

PENGAPIAN STANDAR DENGAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN


BOOSTER PADA MESIN TOYOTA KIJANG SERI 7K

Oleh:
Akhmad Ali Fadoli, Mustaqim, Zulfah
Program Studi Tenik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Pancasakti Tegal
Jl. Halmahera No.1 Tegal

ABSTRAK

Pada motor bensin, tenaga yang dihasilkan merupakan hasil dari proses pembakaran
campuran bahan bakar dan udara. Proses tersebut terjadi karena adanya percikan bunga api busi
dari suatu rangkaian listrik yang biasa disebut sistempengapian. Pada awalnya sistem pengapian
bermula dari konvensional dan
berkembang menjadi elektronik. Pada sistem pengapian konvensional cara kerjanya masih secara
mekanik, sehingga masih banyak kekurangannya.
Seiring dengan kemajuan teknologi maka semakin banyak pula komponen yang
diproduksi yang ditujukan untuk memperbaiki atau meningkatkan performa mesin kendaraan
bermotor. Salah satunya adalah komponen untuk memperbaiki sistem pengapian yaitu booster
pengapian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan daya dan
konsumsi bahan bakar antara pengapian standar dengan pengapian yang menggunakan booster
pada mesin Toyota seri 7K dengan variasi putaran mesin 1000,1400, 1800, 2200, 2600, 3000,
3400, 3800, 4200, dan 4600 rpm.
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
metode Observasi dan Eksperimen yaitu dengan cara pengamatan langsung serta mencatat hasil
pada obyek yang diamati, pada metode eksperimen pengujian yang pertama dilakukan yaitu
menggunakan sistem pengapian standar kemudian dilanjutkan dan dibandingkan dengan
pengapian yang menggunakan booster, Sedangkan analisis data hasil penelitian dengan analisis
deskriptif yang dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan daya dan konsumsi bahan bakar
mesin Toyota Kijang seri 7K pada beberapa variasi putaran mesin.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan positif pada daya mesin dan
konsumsi bahan bakar Spesifik (sfc) antara pengapian standar dengan pengapian yang
menggunakan booster. Daya mesin maksimal yang dihasilkan pada sistem pengapian yang
menggunakan booster sebesar 27,85 kW pada 2200 rpm atau naik 4,77% dari daya mesin
maksimal sistem pengapian standar (26,58 kW). Prosentase kenaikan reratanya sebesar 5,7%.
Sedangkan untuk konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) minimum sebesar 0,143 kg/kW-h pada
1800 rpm atau turun 2,45% dari pengapian standar (0,147 kg/kW-h). Prosentase penurunan
reratanya sebesar 6,91%. Sehingga pemakain booster baik digunakan untuk memperbaiki system
pengapian karena dapat meningkatkan daya dan menghemat pemakaian bahan bakar.

Kata Kunci : Booster, Daya, sfc

1
A. PENDAHULUAN yang ditujukan untuk meningkatkan
performa mesin. Salah satu diantaranya
Motor bensin merupakan salah satu adalah komponen untuk meningkatkan
jenis motor pembakaran dalam (internal kinerja sistem pengapian. Dengan
combustion engine). Motor bensin sangat menggunakan booster pengapian ada
banyak digunakan karena mempunyai beberapa keunggulannya yaitu:
beberapa keuntungan, diantaranya yaitu meningkatkan tenaga mesin dan torsi pada
harganya yang relatif murah, mudah dalam kendraan, Meningkatkan akselerasi
hal perawatan, dan mudah dalam kendaraan, menghemat pemakaian bahan
memodifikasi mesin (Imam Kurniawan, bakar, emisi gas buang lebih rendah, dan
2005). Pada motor bensin, tenaga yang mempermudah starting mesin (Banyak
dihasilkan merupakan hasil dari proses yang menjanjikan peningkatan performa
pembakaran campuran bahan bakar dan kendaraan jika konsumen menggunakan
udara. Proses pembakaran adalah proses produk tersebut dan kemudahan dalam
secara fisik yang terjadi di dalam silinder pemasangan juga merupakan salah satu
selama pembakaran terjadi. Proses keuntungannya.
pembakaran dimulai pada saat busi Penggunaan booster pengapian
memercikkan bunga api hingga terjadi merupakan salah satu jalan alternatif untuk
proses pembakaran (Wardan Suyanto, 1989 memodifikasi mesin yang ditujukan untuk
: 252). Syarat untuk terjadinya proses meningkatkan performa kendaraan. Booster
pembakaran adalah adanya api untuk pengapian bertujuan untuk mengurangi
membakar, adanya udara, adanya bahan kelemahan dan kekurangan sistem
bakar, dan adanya kompresi. pengapian.
Pembakaran campuran bahan bakar
dan udara diperoleh dari percikan bunga api B. LANDASAN TEORI
dari busi. Bunga api dihasilkan oleh suatu
rangkaian listrik yang sering disebut sistem 1. Motor Bensin 4 Langkah
pengapian. Sistem pengapian ini berfungsi Secara garis besar prinsip kerja
untuk menaikkan tegangan primer baterai motor bensin 4 langkah adalah sebagai
(12 volt) menjadi tegangan sekunder yang berikut: Campuran bahan bakar dan
tinggi dengan besar tegangan 10.000 - udara yang dihasilkan oleh karburator
20.000 volt atau lebih, sehingga akan dihisap masuk ke dalam silinder, ataupun
terjadi loncatan bunga api pada elektrode yang sudah menggunakan system injeksi
busi. yaitu dengan cara menginjeksikan
Kendaraan diharapkan selalu dalam campuran bahan bakar dan udara ke
performa yang tinggi dan mesin yang dalam silinder kemudian dimampatkan
optimal. Kendaraan dengan mesin bensin dan dibakar. Karena panas yang timbul,
mempunyai beberapa keuntungan, salah gas tersebut mengembang dan karena
satunya adalah mudah dalam memodifikasi ruangan tersebut terbatas, maka tekanan
mesin. Modifikasi mesin dilakukan dengan di dalam silinder tersebut meningkat
tujuan untuk meningkatkan performa yang pada akhirnya mendorong piston ke
kendaraan. Modifikasi dapat dilakukan bawah sehingga menghasilkan usaha.
pada beberapa bagian. Biasanya dilakukan Oleh batang piston diteruskan ke poros
dengan cara meningkatkan perbandingan engkol dan poros engkol akan berputar
kompresi, perbaikan sistem bahan baker, (Imam Kurniawan, 2005).
dan perbaikan system pengapian (Imam Siklus kerja dari motor bensin 4
Kurniawan, 2005). langkah adalah : Langkah hisap, Langkah
Perbaikan pada sistem pengapian Kompresi, Langkah Usaha, Langkah
ditujukan agar terjadi proses pembakaran buang.
sempurna di dalam silinder. Proses
pembakaran sempurna akan mempengaruhi 2. Sistem Pengapian
daya dan torsi mesin. Selain itu Sistem penyalaan adalah salah
pembakaran sempurna juga akan satu sistem yang ada dalam motor bakar
mempengaruhi emisi gas yang menjamin motor dapat bekerja
Seiring dengan pesatnya (Wardan Suyanto, 1989 : 266). Sistem
perkembangan teknologi, maka banyak pengapian berfungsi untuk
macam komponen yang beredar di pasaran membangkitkan bunga api yang dapat

2
membakar campuran bahan bakar dan Booster adalah alat yang
udara di dalam silinder. Sistem berfungsi untuk memperbesar pengapian
pengapian yang dibutuhkan motor motor yang menggunakan pengapian arus
bensin adalah sistem yang menghasilkan DC (aki). Selain itu berfungsi untuk
loncatan bunga api yang besar sehingga menstabilkan tegangan dan arus listrik
tekanan pembakaran yang dihasilkan motor selama motor berjalan
akan lebih besar. Secara umum sistem Dalam perkembangannya booster
pengapain konvensional bekerja apabila pengapian ini disempurnakan lagi menjadi
kunci kontak dihubungkan ON arus suatu rangkaian komponen. Di dalam
listrik akan mengalir dari beterai melalui booster terdapat rangkaian elektronik
kunci kontak ke kumparan primer, ke berupa amplifier tegangan dan penyearah
breaker point ke masa. Dalam keadan ini yang berfungsi untuk memaksimalkan
breaker point masih dalam keadaan energi pembakaran.
tertutup, akibat mengalir arus pada penggunaan booster pengapian
kumparan primer maka inti besi akan bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi
menjadi magnet. Dalam keadaan ini besi pembakaran, daya output, dan hemat
menjadi magnet bila breaker point di bahan bakar seperti yang dilakukan oleh
buka arus yang mengalir pada kumparan peneliti Ulf Arens. Dinyatakan juga
primer akan terputus dan kemagnetan bahwa sistem pengapian high-
inti besi akan berkurang hilangnya performance berpengaruh pada tenaga
kemagnetan ini akan mengakibatkan (power) dan emisi gas buang. Booster
kumparan primer dan kumparan pengapian dapat meningkatkanm torsi
sekunder timbul tegangan induksi. sebesar 2,8 % dan daya sebesar 3,2 %.
Karena jumlah gulungan pada kumparan
sekunder lebih banyak dari kumparan
primer, maka tegangan yang keluar pada
kumparan sekunder akan lebih besar dari
kumparan primer atau pada kumparan
sekunder akan timbul tegangan tinggi.
Tegangan tinggi ini selanjutnya
disalurkan ke rotor distributor untuk Gambar Pemasangan booster
dibagi-bagikan ke busi pada tiap silinder
pada akhri langkah kompresi, 3. Daya
selanjutnya tegangan tinggi pada busi Daya motor merupakan salah satu
dirubah menjadi percikan api guna parameter dalam menentukan performa
membakar gas pada ruang bakar. motor. Pengertian dari daya itu adalah
Terjadinya tegangan tinggi pada besarnya kerja motor selama kurun
kumparan sekunder ini untuk kali waktu tertentu (Arends&Berenschot
putaran rotor adalah 4 kali, karena 1980: 20) Sebagai satuan daya dipilih
terjadi 4 kali pemutusan arus pada watt.
kumparan primer yang akan
menyebebkan terjadinya tegangan tinggi Untuk menghitung besarnya daya
pada kumparan sekunder sebanyak 4
kali pula. motor 4 langkah digunakan rumus :

2 .n.T
P (kW )
60000

Dimana :
P = Daya (Watt)
n = Putaran mesin (rpm)
T = Torsi mesin (Nm)

Dalam penelitian ini untuk


Gambar Sistem Pengapian konvensianal mengukur daya motor digunakan alat

3
dynamometer yang maenggunakan bahan bakar spesifik/ spesific fuel
system hidrolik yaitu Hydraulic Engine consumption (sfc).
Test Bed. Prinsip kerja alat uji daya
Hydraulic Engine Test Bed adalah
dengan memanfaatkan pompa hidrolik
jenis roda gigi (Hydraulic gear pump) Vbb . Rapat Relatif
yang dihubungkan satu poros dengan sfc =
poros motor untuk menangkap daya t.P
poros motor yang diuji . Pompa hidrolik
akan diputar oleh poros yang terhubung Keterangan :
ke motor, kemudian aliran fluida yang Sfc = specific fuel
dipompa oleh pompa hidrolik direm consumption (kg/kW-
dengan menutup kran pipa tempat fluida h)
yang keluar dari pompa hidrolik. Setelah Vbb = volume bahan bakar
itu dicatat tekanan masuk dan tekanan yang dikonsumsi (cc)
keluar fluida yang melewati pompa Rapat relative = rapat relative bahan
hidrolik. Juga dicatat debit fluidanya. bakar (kg/dm3)
Hasil dari pengujian daya motor t = waktu yang
menggunakan Hydraulic Engine Test Bed dibutuhkan untuk
akan ditunjukan dengan perubahan menghabiskan bahan
kondisi yang terjadi pada panel-panel bakar (detik)
Hydraulic Engine Test Bed yaitu : P = daya output (kW)
a. Tekanan fluida masuk (Pa in) dalam
kg/m2 Tingkat pemakaian bahan bakar
b. Tekanan fluida keluar (Pa out) dalam dalam suatu motor ditentukan dengan
kg/m2. banyaknya bahan bakar yang diberikan
c. Debit fluida (Q) dalam m3/s. dan daya yang dihasilkan saat itu,
sehingga akan berbeda dengan
Untuk menghitung besarnya daya yang pemakaian pada saat motor berjalan.
Tidak selamanya mesin dengan volume
dihasilkan motor dihitung dengan silinder yang besar akan berarti konsumsi
rumus : bahan bakarnya boros / tinggi.

C. METODOLOGI PENELITIAN
P = Q . Pa (kgm/s)
1. Metode Penelitian
Dimana : Penelitian merupakan kegiatan yang
P = Daya output motor (kgm/s) dilakukan untuk memahami,memecahkan
masalah secara ilmiah, sistematis dan logis.
Pa = Tekanan fluida keluar tekanan
Dalam setiap penelitian ilmiah, masalah
fluida masuk (kg/m2) dan metode merupakan faktor yang ikut
Q = Debit fluida (m3/s) menentukan berhasil tidaknya penelitian
yang dilakukan. Penelitian ini
menggunakan metode pendekatan dengan
4. Konsumsi Bahan Bakar Spesific ( sfc) analisis deskriptif yaitu mengamati
langsung hasil eksperimen kemudian
Besarnya daya dan torsi suatu membandingkan perbedaan daya dan
motor merupakan hasil dari pembakaran konsumsi bahan bakar pada pengapian
campuran bahan bakar dan udara dalam standar dengan pengapian yang
ruang silinder. Banyaknya bahan bakar menggunakan booster pada mesin Toyota
yang diubah menjadi daya ditunjukkan Kijang Seri 7K, kemudian menyimpulkan
dalam satuan kilogram (Imam dan menentukan hasil penelitian yang
Kurniawan, 2005). Maka berarti paling baik (Arikunto 1996 : 275).
banyaknya bahan bakar yang dikonsumsi
oleh motor dibandingkan daya yang 2. Metode Pengumpulan Data
dihasilkan dalam tiap satuan waktu akan Metode adalah cara kerja untuk dapat
diperoleh besaran yang disebut konsumsi memahami obyek yang menjadi sasaran

4
ilmu yang bersangkutan. Peranan metode 2) Bahan Penelitian
sangat penting digunakan dalam penelitian Bahan dan media yang digunakan
karena baik buruknya suatu hasil penelitian, dalam penelitian ini adalah:
tergantung pada metode yang akan a) Motor 4 langkah 4 silinder
digunakan, untuk itu metode harus Toyota Kijang 7K
diperhatikan secara cermat.
Metode yang dipakai dalam
paenelitian ini adalah menggunakan metode
eksperimen. Metode Eksperimen adalah
metode pengumpulan data dengan cara
melakukan percobaan pada sesuatu obyek
yang akan diteliti.
Adapun beberapa tahapan yang harus
dilakukan sebelum melakukan experimen
adalah sebagai berikut :
a. Persiapan Alat dan Bahan Gambar Mesin Toyota Kijang 7K

1) Alat Spesifikasi:
a) Hydraulic Engine Test Bed, Tipe motor : Toyota Kijang 7K /
digunakan untuk mengukur daya 4 silinder
Mekanisme katup : OHV (Over
motor.
Head Valve)
Diameter x langkah : 80,5 x 73,0
mm
Isi silinder : 1.486 cc
Sistem pengapian : konvensional
Sistem pendingin : pendingin air

b) Booster pengapian dengan merk


9power

Gambar Hydraulic Engine Test Bed

b) Tachometer, digunakan untuk


mengukur putaran motor dalam
Gambar Booster Pengapian
rpm sesuai yang dibutuhkan.
c) Dwell tester, untuk mengukur
c) Bahan bakar premium.
dan menyetel sudut dwell.
d) Stop Watch, digunakan untuk
b. Penyetelan dan Pemeriksaan Alat dan
menghitung banyaknya waktu
Bahan
yang Diperlukan.
Sebelum pelaksanaan pengujian,
e) Feeler gauge, digunakan untuk
perlu dilakukan persiapan dan
mengukur celah platina dan
pengecekan pada peralatan dan
busi.
perlengkapan alat uji. Hal ini sangat
f) Timing light, digunakan untuk
penting dalam membantu keakuratan
mengukur derajat pengapian.
pengambilan data yang diinginkan serta
g) Gelas burret, untuk mengukur
menghindarkan dari hal-hal yang tidak
konsumsi bensin.
diinginkan seperti terjadinya kecelakaan.
h) Tool set, digunakan sebagai alat
Ada dua tahapan persiapan
untuk mem`bongkar pasang
pengujian ini sebelum dilakukan
bagian bagian yang diperlukan.
pengujian yaitu :
i) Lembar observasi, digunakan
1) Penyetelan dan pemeriksaan bagian
untuk mencatat hasil penelitian
mesin uji :
atau data yang diperoleh.

5
a) Melakukan pengecekan kondisi throttle valve 30 (1/3
mesin uji yang meliputi : kondisi pembukaan throttle valve)
minyak pelumas mesin, busi, Dalam kondisi putaran mesin
kabel tegangan tinggi, dan kabel- dengan pembukaan throttle
kabel sistem kelistrikan yang valve 30 kran pengatur
lainnya. beban pada dynamometer
b) Melakukan servis atau tune up dibuka perlahan sehingga
pada mesin uji yang meliputi menimbulkan pembebanan
penyetelan sudut pengapian 8o pada mesin yang diuji.
sebelum TMA, penyetelan katup Pembebanan dilakukan terus
dengan ukuran in : 0,20 mm, ex : hingga putaran mesin yang
0,30 mm, celah busi : 0,8 mm, ditentukan. Mencatat semua
celah platina : 0,45 mm. kondisi yang terjadi pada
2) Pemeriksaan bagian alat uji : Hydraulik Engine Test Bed
a) Memeriksa Pemasangan alat uji antara lain :
dan perangkat alat uji. Putaran mesin
b) Memeriksa selang, pipa dan Tekanan Fluida masuk
sambungan untuk memastikan Tekanan Fluida keluar
tidak terdapat kebocoran fluida Dedit Fluida
ataupun hal yang lain pada Waktu untuk
hydraualik enggine test bed yang menghabiskan bahan
dapat menghambat proses bakar 20 cc
pengujian. Setelah semua tercatat,
c) Memastikan semua peralatan uji pengatur beban dibuka
atau instrumen bisa bekerja perlahan dan pembukaan
dengan baik untuk mendapatkan throttle valve juga dikurangi
hasil yang optimal dan perlahan.
menghindarkan terjadinya Mematikan mesin untuk
kecelakaan kerja. pendinginan.
Mengulang semua langkah 1
c. Pengambilan Data - 4 untuk setiap perlakuan
Adapun langkah langkah dan pada putaran yang
Alur Pengambilan data pengambilan data ditentukan hingga sepuluh
dalam melakukan eksperimen ini adalah : kali pengulangan agar
1) Langkah langkah Pengambilan data didapat data yang valid. Data
a) Menyiapkan peralatan dan hasil observasi kemudian
mengeset alat yang akan dimasukkan ke dalam rumus
digunakan untuk pengambilan untuk menghitung daya dan
data. konsumsi bahan baker
b) Mengkondisikan mesin dalam spesifik (sfc).
kondisi standar yaitu dengan
melakukan Tune up Pemeriksaan
mesin setelah distart : D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah mesin distart jalankan
mesin kurang lebih 5 menit pada 1. Daya
putaran sedang sampai dicapai
suhu kerja mesin. Tabel Hasil Perhitungan daya pada mesin
Indikasi lain bahwa mesin Toyota Kijang seri 7K dengan pengapian
sudah dalam kondisi kerja standar dan Pengapian menggunakan Booster
adalah dari getaran dan bunyi
yang sudah stabil. Daya ( kW )
Putaran Prosentase
c) Pelaksanaan eksperimen untuk Mesin kenaikan
Tanpa Booster Dengan Booster
sistem pengapian standar dan
1000 14.54 14.64 0.68%
pengapian yang menggunakan
1400 18.17 18.37
booster. 1.09%

Menghidupkan mesin 1800 23.80 24.38 2.43%


dengan sudut pembukaan 2200 26.58 27.85 4.77%
2600 22.40 24.75 10.48%
3000 20.45 21.57 5.47%
3400 17.62 18.79 6.65%
3800 14.23 15.29 7.44%
4200 10.60 11.47 8.23%
4600 7.78 8.54 9.71%
6
Dari tabel data hasil eksperimen dapat diketahui pada putaran mesin yang sama sebesar 27,85
bahwa pada tiap variasi putaran mesin terdapat kW atau lebih besar 1,27 kW (4,61 %) dari daya
perbedaan daya pada sistem pengapian standar maksimal pengapian standar. Pada kisaran
dan sistem pengapian yang menggunakan putaran mesin tersebut dimungkinkan
booster. Langkah eksperimen dilakukan dengan pemasukan bahan bakar paling optimal,
menggunakan mesin yang sama, suhu ruangan, efisiensi volumetrik dan pengisian optimal, dan
suhu mesin, dan waktu untuk masing-masing pengapian juga optimal sehingga daya yang
pengulangan dikontrol agar relatif sama agar dihasilkan akan maksimal pula. Akan tetapi
diperoleh data yang valid. dengan menggunakan booster berpengaruh pada
tegangan pengapian sehingga bunga api yang
Grafik Hubungan Daya dan Putaran Mesin dihasilkan akan lebih besar, lebih kuat dan
stabil. Gaya dorong hasil pembakaran juga
30,00
meningkat sehingga pada kisaran putaran mesin
25,00 tersebut daya yang dihasilkan juga akan lebih
20,00
tinggi bila dibandingkan pengapian standar.
Tanpa
Daya ( kW)

Booster
15,00 Daya pada sistem pengapian menggunakan
Dengan
10,00 Booster
booster nilai reratanya lebih besar dibandingkan
dengan sistem pengapian standar. Prosentase
5,00
kenaikan daya reratanya yaitu sebesar 5,7% dari
0,00 sistem pengapian standar.
2600
1000
1400
1800
2200

3000
3400
3800
4200
4600

2. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (sfc)

Tabel Hasil perhitungan Konsumsi bahan bakar


Berdasarkan Tabel diatas hasil penelitian spesisfik pada mesin Toyota Kijang seri 7K
menunjukkan perbedaan daya antara sistem dengan pengapian standar dan pengapian yang
pengapian standar dengan sistem pengapian menggunakan booster
yang menggunakan booster pada mesin Toyota
seri 7K pada tiap variasi putaran mesin. Putaran mesin
sfc ( kg/kW-h )
Prosentase
(rpm) Penurunan
Pada sistem pengapian standar daya pada Tanpa Booster Dengan booster

putaran mesin 1000 rpm yaitu 14,54 kW. 1000 0.157 0.154 2.00%
Sedangkan pada sistem pengapian yang
menggunakan booster pada putaran mesin 1000 1400 0.152 0.147 3.32%

rpm daya yang dihasilkan sebesar 14,64 kW 1800 0.147 0.143 2.45%
lebih besar 0,10 kW (0,68 %) dari daya pada
2200 0.160 0.149 6.69%
sistem pengapian standar. Hal ini dapat
dianalisa meskipun pada saat putaran mesin 2600 0.223 0.187 16.27%
rendah pemasukan bahan bakar masih kurang
3000 0.276 0.256 7.03%
optimal (bahan bakar yang dihisap kurang
maksimal), namun pada sistem pengapian yang 3400 0.357 0.330 7.62%
menggunakan booster mengalami peningkatan
3800 0.489 0.455 7.00%
tegangan sehingga pengapiannya lebih tinggi
dan stabil maka bunga api yang terjadi juga 4200 0.728 0.683 6.20%
lebih besar dan kuat sehingga dapat 4600 1.080 0.966 10.56%
meningkatkan temperatur dan tekanan
pembakaran, gaya dorong hasil pembakaran
Dari data pada table hasil eksperimen dapat
juga akan lebih optimal, dan kualitas
diketahui bahwa pada tiap variasi putaran mesin
pembakaran akan semakin meningkat sehingga
terdapat perbedaan konsumsi bahan bakar
daya yang dihasilkan juga lebih tinggi bila
spesifik pada sistem pengapian standar dan
dibanding sistem pengapian standar.
sistem yang menggunakan booster. Langkah
Berdasarkan Tabel daiatas pada putaran eksperimen dilakukan dengan menggunakan
mesin 2200 rpm, daya maksimal sistem mesin yang sama, suhu ruangan, suhu mesin,
pengapian standar yang dihasilkan sebesar dan waktu untuk masing-masing pengulangan
26,58 kW. Sedangkan pada sistem pengapian dikontrol agar relatif sama agar diperoleh data
yang menggunakan booster daya maksimal yang valid.

7
Grafik hubungan konsumsi bahan bakar spesific ( sfc )
waktu konsumsi dan daya yang dihasilkan.
dengan Putaran Mesin Maka berdasarkan konsep tersebut dapat
1,200 disimpulkan bahwa sfc paling minimum secara
1,000 keseluruhan akan tercapai pada daya maksimal
sfc ( kg/kW-h )

0,800 karena pada saat tersebut terjadi pembakaran


0,600
yang sempurna.
Tanpa
Boster
0,400
Dengan
Setelah putaran mesin 2600 rpm mulai
0,200 Boster terjadi kenaikan sfc. Berdasarkan Tabel 4.2 sfc
0,000 maksimum terjadi pada putaran mesin yang
1000 1400 1800 2200 2600 3000 3400 3800 4200 4600
paling tinggi. Dapat dianalisa bahwa kenaikan
Putaran Mesin (rpm) sfc dikarenakan secondary system karburator
mulai bekerja pada kisaran putaran mesin
Dari Tabel diatas hasil penelitian menengah (2600 rpm) sehingga akan
konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) meningkatkan konsumsi bahan bakar. Dengan
menunjukkan bahwa pada sistem pengapian putaran mesin yang semakin tinggi maka
yang menggunakan booster lebih hemat efisiensi volumetrik dan efisiensi pengisiannya
dibandingkan dengan sistem pengapian standar juga akan semakin turun. Konsumsi bahan
pada tiap variasi putaran mesin. bakar spesifik (sfc) cenderung meningkat
seiring dengan putaran mesin karena pada saat
Menurut Tabel diatas pada sistem putaran mesin tinggi diperlukan bahan bakar
pengapian standar sfc yang dihasilkan sebesar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mesin.
0,157 kg/kW-h pada putaran mesin 1000 rpm. Selain itu juga terjadi penurunan tegangan
Berbeda dengan pengapian yang menggunakan pengapian pada putaran mesin yang semakin
booster. Pada putaran mesin yang sama sfc yang bertambah (karakteristik pengapian baterai
dihasilkan sebesar 0,154 kg/kW-h atau lebih konvensional) dan bunga api yang dihasilkan
kecil 0,24 kg/kW-h (2 %) dari pengapian akan melemah sehingga kualitas
standar. Hal ini dapat dianalisa bahwa meskipun pembakarannya juga akan menurun.
pada putaran rendah tegangan pengapian tinggi
tetapi dengan menggunakan booster maka Pada pengapian menggunakan booster
tegangan pengapian akan lebih tinggi dan bunga nilai sfcnya lebih kecil dibandingkan pengapian
api yang dihasilkan juga akan lebih kuat standar. Karena pada putaran mesin tinggi
daripada pengapian standar sehingga proses meskipun terjadi penurunan tegangan pengapian
pembakaran yang terjadi akan lebih sempurna namun dengan menggunakan booster,
dan menghemat konsumsi bahan bakar. penurunan tegangan pengapiannya lebih kecil.
Tegangan pengapian lebih tinggi dan bunga api
Pada sistem pengapian yang yang dihasilkan lebih kuat dan stabil bila
menggunakan booster nilai sfc minimum dibanding pengapian standar yang mana akan
sebesar 0,143 kg/kW-h pada putaran mesin menyebabkan terjadinya proses pembakaran
1800 rpm atau lebih kecil 0,04 kg/kW-h atau lebih sempurna sehingga konsumsi bahan
turun sebesar 2,45% dibandingkan system bakarnya akan lebih irit/hemat.
pengapian standar pada putaran mesin yang
sama. Hal ini dapat dianalisa karena pada Konsumsi bahan bakar (sfc) pada sistem
kisaran putaran mesin 2200 rpm efisiensi pengapian menggunakan booster nilai reratanya
volumetrik dan efisiensi pengisiannya optimal, lebih kecil atau lebih hemat dibandingkan
daya yang dihasilkan juga maksimal dan proses dengan sistem pengapian standar. Prosentase
pembakaran yang berlangsung terjadi sempurna penghematan reratanya yaitu sebesar 6,91% dari
sehingga menyebabkan nilai sfc yang dihasilkan sistem pengapian standar.
paling minimum. Namun dengan menggunakan
booster maka sfc yang dihasilkan akan lebih E. KESIMPULAN
kecil dikarenakan tegangan pengapian yang
dihasilkan lebih besar sehingga bunga api Berdasarkan data hasil pengujian analisa
semakin kuat dan stabil yang mana akan penggunaan booster pengapian terhadap daya
memperbaiki proses pembakaran, pembakaran dan konsumsi bahan bakar pada mesin Toyota
menjadi lebih sempurna dan akhirnya dapat Kijang seri 7K.maka dapat disimpulkan bahwa :
menghemat pemakaian bahan bakar.
Berdasarkan persamaan 3 pada bab II tentang 1. Ada perbedaan daya pada mesin Toyota
sfc maka faktor yang sangat berpengaruh adalah Kijang seri 7K antara pengapian standar dan

8
pengapian yang menggunakan booster. Daya dibanding mesin yang tidak menggunakan
pada pengapian yang menggukan booster booster. Konsumsi bahan bakar specific pada
meningkat jika dibandingkan dengan Putaran 2600 rpm adalah 0,223 kg/kW-h
pengapian yang masih standar. Pada putaran setelah menggukan booster pengapian
motor yang menghasilkan daya mesin mengalami penurunan sebesar 16, 27 % yaitu
tertinggi yaitu pada putaran 2200 rpm daya menjadi 0,187 kg/kW-h pada putaran mesin
yang dihasilkan adalah 22,40 Kw setelah yantg sama. Sedangkan Prosentase
mengunakan booster daya mengalami penghematan konsumsi bahan bakar pada
penigkatan sebesar 10,48 % yaitu menjadi pengapian yang menggunakan booster
24,75 kW pada putaran mesin yang sama. reratanya yaitu sebesar 6,91% dari sistem
Sedangkan prosentase kenaikan daya pada pengapian standar.
pengapian menggunakan booster reratanya
yaitu sebesar 5,7% dari sistem pengapian
standar.

2. Ada perbedaan penggunaan konsumsi bahan


bakar pada mesin Toyota Kijang seri 7K
antara pengapian standar dan pengapian yang
menggunakan booster. Daya pada pengapian
yang menggunakan booster mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan
pengapian yang masih standar. Pada putaran
2600 rpm tejadi penurunan paling tertinggi

DAFTAR PUSTAKA

Arends BPM, Berenchot H. 1980. Motor Bensin. Jakarta : Erlangga

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka
Cipta

Arismunandar, Wiranto. 1994. Penggerak Mula Motor Bakar Torak. Bandung : ITB

Autofieldguide.com.EXR Eletonic Booster. Diakasesdarihttp://www.autofieldguide.com/exr


electronic booster/showthread.php, April 2011

Batavia online. Ignition Booster. Diakses dari http://www.bataviaonline.tripod.com, Maret 2011

Imam Kurniawan, 2005, Studi Perbandingan Daya dan Konsumsi Bahan Bakar Antara
Pengapian Standar dengan Pengapian Menggunakan Booster pada Mesin Toyota Seri 5K,
Universitas Negeri Semarang.

Suyanto, Wardan. 1989. Teori Motor Bensin. Jakarta : P2LPTK

Toyota.1994. Training Manual Electrical Group. Jakarta : PT. Toyota Astra Motor.

A. Toyota. 1995. New Step 1 Training Manual. Jakarta : PT. Toyota Astra Motor.

Você também pode gostar