Você está na página 1de 2

Aplikasi pemberian hadiah

Pemberian reward atau hadiah kepada seorang anak dapat dilakukan untuk menumbuhkan
motivasi dirinya agar mau berbuat baik. Pemberian hadiah memiliki beberapa syarat, seperti:
pertama, pemberian hadiah harus ada batasnya, bahwa pemberian hadiah tidak bisa menjadi
metode yang dipergunakan selamanya. Proses ini cukup difungsikan hingga tahapan
menumbuhkan kebiasaan pada anak saja. Ketika anak telah dirasa memiliki pembiasaan yang
cukup, maka pemberian hadiah harus diakhiri. Untuk mengakhiri pemberian hadiah tersebut
perlu adanya hal penting yang harus dilakukan yaitu memberikan pengertian sedini mungkin
kepada anak tentang pembatasan tersebut. Sampaikan dalam berbagai kesempatan, bahwa
tujuan pemberian hadiah hanyalah untuk menumbuhkan pembiasaan semata dan hal tersebut
harus disampaikan seawal mungkin untuk menghindari tumbuhnya harapan anak yang terlalu
besar terhadap perolehan hadiah. Ketika pembiasaan telah dicapai maka pemberian hadiah
pun harus ditiadakan.

Kedua, berikan perhatian. Karena hadiah berupa materipun belum tentu menjadi alternatif
yang terbaik dalam pemberian reward, perhatian verbal maupun fisik adalah alternatif
lainnya. Perhatian verbal bisa berupa komentar-komentar pujian seperti, Bagus sekali
gambaranmu itu, Merdu sekali suaramu, Nak atau Hebat sekali kamu, Nak. Sementara
perhatian fisik bisa berupa elusan di kepala, acungan jempol atau pemberian tepuk tangan.
Seorang guru bisa memberikan ucapan-ucapan selamat terhadap prestasi perbuatan baik yang
dilakukan murid-muridnya, hanya melalui lembaran surat-surat cantik. Atau dengan
memberikan tanda bintang yang bisa mereka tempel di dinding kelas. Dengan hal sederhana
tersebut anak akan merasa lebih dihargai keberadaannya, sehingga dapat menimbulkan
semangat dan termotivasi untuk melakukan hal baik.

Ketiga, hati-hati pemberian hadiah dengan uang. Pemberian hadiah berupa uang akan
memiliki banyak faktor negatifnya. Persoalannya, bagi anak-anak uang dirasakan sebagai
benda ajaib, dengan uang mereka bisa menukarnya dengan berbagai macam barang menarik
yang mereka inginkan. Sementara itu, setiap anak belum tentu bisa memanfaatkan uangnya
dengan benar bisa saja uang itu dapat berguna untuknya atau bahkan dapat mencelakakannya.
Pemberian hadiah berupa uang boleh dilakukan sepanjang orang tua dan pendidik menyertai
pemberian tersebut dengan bimbingan dan arahan agar anak mampu menggunakan uang
tersebut dengan baik. Akan lebih bagus apabila pemberian hadiah berupa uang tersebut
disertai syarat untuk ditabung atau untuk membeli keperluan sekolah.
Keempat, distandarkan pada proses , bukan pada hasil. Banyak orang bahwa hasil lebih
penting daripada proses, padahal proses jauh lebih penting karena di dalam proses tersebut
terdapat lahan perjuangan anak yang sesungguhnya dan hasil yang didapatkan nantinya tidak
bisa dijadikan patokan keberhasilannya. Orang yang cenderung lebih mengutamakan hasil
tidak terlalu mempermasalahkan apakah dalam proses pencapaian hasil tersebut dilakukan
dengan benar atau salah.

Kelima, dimusyawarahkan kesepakatannya. Maksudnya dalam pemberian hadiah tersebut


lakukan musyawarah dulu dengan anak agar anak ikut dalam menetapkan keputusan-
keputusan yang berkaitan dengan diri mereka sehingga anak akan lebih termotivasi untuk
melakukannya serta dapat mematuhi keputusan tersebut. Setiap anak yang ditanya tentang
hadiah yang diinginkan, tentu anak akan menyebutkan barang yang paling diinginkannya dan
disukainya serta tak jarang juga anak-anak meminta barang yang tidak terjangkau dompet
orangtuanya. Lebih baik dengarkan dulu keinginan mereka. Setelah itu barulah orang tua
mengupas kemungkinan-kemungkanannya satu per satu. Sampaikan secara detil sesuai
dengan tahapan berpikirnya, alasan demi alasan mengapa keinginannya tidak bisa langsung
dipenuhi begitu saja. Berikan pengertian bahwa dalam hidup keinginan itu tak semua dapat
terpenuhi. Kemudian, sedikit demi sedikit berikan tawaran yang lebih rendah dari keinginan
mereka. Dengan cara ini anak akan merasa pendapatnya dihargai, sehingga anak akan lebih
semangat dan termotivasi untuk melakukan hal baik.

Keenam, hadiah sesuai rangking yang menyesatkan. Sebuah kebiasaan yang kerap dilakukan
orang tua adalah memberikan hadiah kepada anak-anak atas hasil nilai rapor yang mereka
dapatkan. Semakin tinggi rangking yang diperoleh, semakin besar pula hadiah yang
diberikan. Banyak orang tua menganggap anak akan termotivasi belajar dengan dijanjikan
hadiah untuk nilai akhirnya tersebut. Untuk tahap awal cara memotivasi ini bisa jadi
bermanfaat karena membuat anak mau giat belajar. Akan tetapi, ketika hasil yang diperoleh
ternyata tidak sesuai dengan harapan, lebih rendah dari target, sehingga hadiah yang
dijanjikan tidak berhasil diperoleh, maka anak pun menjadi kecewa, bahkan jauh lebih
kecewa daripada mereka yang tidak dijanjikan mendapatkan hadiah. Hal tersebut terjadi
karena anak terlanjur memendam harapan terhadap perolehan hadiah.

Você também pode gostar