Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Home
Posts RSS
Comments RSS
Edit
About Me
titin restanti
Lihat profil lengkapku
my pet
Diberdayakan oleh Blogger.
clock!
o
Blog Archive
o 2014(11)
Juni(11)
ASKEP SOLUSIO PLASENTA
askep abortus
KEHAMILAN EKTOPIK
ASKEP ABRUPSIO PLASENTA
ASKEP RETENSIO PLASENTA
ASKEP HIPOSPADIA
SINDROME NEFROTIK
askep DM
makalah UROLITHIASIS
ASKEP OSTEOPOROSIS
MAKALAH ASI
o 2012(2)
Followers
Followers
Blog Archive
o 2014 (11)
Juni (11)
ASKEP SOLUSIO PLASENTA
askep abortus
KEHAMILAN EKTOPIK
ASKEP ABRUPSIO PLASENTA
ASKEP RETENSIO PLASENTA
ASKEP HIPOSPADIA
SINDROME NEFROTIK
askep DM
makalah UROLITHIASIS
ASKEP OSTEOPOROSIS
MAKALAH ASI
o 2012 (2)
About Me
titin restanti
Lihat profil lengkapku
Copyright 2009 Titin Restanti Blog
Free WordPress Themes designed by EZwpthemes
Entries RSS & Comments RSS
Converted by Theme Craft
03.29
BAB 1
KONSEP MEDIK
1.1 Definisi
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah
kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta (habitual retensio plasenta).
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi sebagai benda
mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas
korio karsioma. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus
tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala
dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus
tidak berkurang. (Prawiraharjo, 2005).
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam.
Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah
lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Bila retensio plasenta tidak
diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta
akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta. (Manuaba, 2006).
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan hemorrhage yang
tidak tampak, dan juga disadari pada lamanya waktu yang berlalu antara kelahiran bayi dan
keluarnya plasenta yang diharapkan.beberapa ahli klinik menangiani setelah 5 menit, kebanyakan
bidan akan menunggu satu setengah jam bagi plasenta untuk keluar sebelum menyebutnya untuk
tertahan (Varneys, 2007).
Retensio Placenta adalah tertahannya atau keadaan dimana placenta belum lahir dalam
waktu satu jam setelah bayi lahir. Pada proses persalinan, kelahiran placenta kadang mengalami
hambatan yang dapat berpengaruh bagi ibu bersalin. Dimana terjadi keterlambatan bisa timbul
perdarahan yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu pada masa post partum. Apabila
sebagian placenta lepas sebagian lagi belum, terjadi perdarahan karena uterus tidak bisa
berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas antara dua bagian itu. Selanjutnya apabila
sebagian besar placenta sudah lahir, tetapi sebagian kecil masih melekat pada dinding uterus,
dapat timbul perdarahan masa nifas.
1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya Retensio Placenta adalah :
a. Placenta belum lepas dari dinding uterus
Placenta yang belum lepas dari dinding uterus. Hal ini dapat terjadi karena (a) kontraksii uterus
kurang kuat untuk melepaskan placenta, dan (b) placenta yang tumbuh melekat erat lebih
dalam. Pada keadaan ini tidak terjadi perdarahan dan merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya.
b. Placenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Keadaan ini dapat terjadi karena atonia uteri
dan dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan adanya lingkaran konstriksi pada
bagian bawah rahim. Hal ini dapat disebabkan karena (a) penanganan kala III yang keliru/salah
dan (b) terjadinya kontraksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi placenta (placenta
inkaserata).
Menurut Wiknjosastro (2007) sebab retensio plasenta dibagi menjadi 2 golongan ialah sebab
fungsional dan sebab patologi anatomik.
1. Sebab fungsional
a) His yang kurang kuat (sebab utama)
b) Tempat melekatnya yang kurang menguntungkan (contoh : di sudut tuba)
c) Ukuran plasenta terlalu kecil
d) Lingkaran kontriksi pada bagian bawah perut
2. Sebab patologi anatomik (perlekatan plasenta yang abnormal)
Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam. Menurut
tingkat perlekatannya :
a) Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.
b) Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua endometrium
sampai ke miometrium.
c) Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa.
d) Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding rahim.
1.3 Prognosis
Prognosis tergantung dari lamanya,jumlah darah yang hilang, keadaansebelumnya serta
efektifitas terapi.Diagnosa dan penatalaksanaan yangtepat sangat penting.
1.4 Maninfestasi Klinik
a. Waktu hamil
1) Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal
2) Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya menyertai
plasenta previa
3) Terjadi persalinan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh perdarahan
4) Kadang terjadi ruptur uterib.
b. Persalinan kala I dan II
Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal
c. Persalinan kala III
1) Retresio plasenta menjadi ciri utama
2) Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat perlekatan
plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter kebidanan ketika ia mencoba
untuk mengeluarkan plasenta secara manual
3) Komplikasi yang seriun tetapi sering dijumpai yaitu invertio uteri, keadaan ini dapat tejadi
spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-usaha untuk mengeluarkan plasenta
4) Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta
1.6 Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secaraspontan berkontraksi. Kontraksi danretraksi otot-
otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel
miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengankontr
aksi yang berlangsung kontinyu,miometrium menebal secara progresif,dan kavum uteri me
ngecil sehinggaukuran juga mengecil. Pengecilanmendadak uterus ini disertaimengecilnya daer
ah tempat perlekatanplasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka pla
senta yang tidak dapatberkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan
yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jala
n, dan pelepasanplasenta terjadi di tempat itu. Pembuluhdarah yang terdapat di uterus berad
a diantara serat- serat oto miometrium yangsaling bersilangan. Kontraksi serat-
seratotot ini menekan pembuluh darah danretaksi otot ini mengakibatkanpembuluh darah terj
epit sertaperdarahan berhenti.
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah di dalam uterus masih terbuka.
Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-
sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup,
kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti.
Pada kondisi retensio plasenta, lepasnya plasenta tidak terjadi secara bersamaan dengan janin,
karena melekat pada tempat implantasinya. Menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi
otot uterus sehingga sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.
1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
1. Komplikasi yang berhubungandengan transfusi darah yangdilakukan.
2. Multiple organ failure yangberhubungan dengan kolaps sirkulasidan penurunan perfusi org
an.
3. Sepsis
4. Kebutuhan terhadap histerektomidan hilangnya potensi untuk memilikianak selanjutnya
1.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap
Untuk menentukan tingkathemoglobin (Hb) dan hematokrit(Hct), melihat adanya trom
bositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukositbi
asanya meningkat.
2. Menentukan adanya gangguan koagulasi :
Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin Time (PT) dan
Activated Partial Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan
perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain
1.9 Penatalaksanaan
a. Retensio plasenta dengan sparasi parsial
1. Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil.
Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi tidak terjadi, coba
traksi terkontrol tali pusat.
2. Beri drips oksitosin dalam infuse NS/RL. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol per
rectal. (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul
dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri)
3. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta secara
hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi dan perdarahan. Lakukan
trasnfusi darah apabila di perlukan.
4. Beri antibiotika profilaksis (ampisilin IV/ oral + metronidazol supositoria/ oral)
5. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi syok neurogenik.
b. Plasenta inkaserata
1. Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan pemeriksaan.
2. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontriksi serviks
dan melahirkan plasenta.
3. Pilih fluethane atau eter untuk kontriksi serviks yang kuat, siapkan drips oksitosin dalam
cairan NS/RL untuk mengatasi gangguan kontraksi yang diakibatkan bahan anestesi
tersebut.
4. Bila prosedur anestesi tidak tersedia dan serviks dapat dilakukan cunam ovum, lakukan
maneuver skrup untuk melahirkan plsenta.
Pengamatan dan perawatan lanjutan meliputi pemantauan tanda vital, kontraksi uterus,
tinggi fundus uteri dan perdarahan pasca tindakan. Tambahan pemantauan yang di
perlukan adalah pemantauan efek samping atau komplikasi dari bahan bahan sedative,
analgetika atau anastesi umum misalnya mual, muntah, hipo/ atonia uteri, pusing/
vertigo, halusinasi, mengantuk
c. Plasenta akreta
1. Tanda penting untuk diagnosis pada pemerisaan luar adalah ikutnya fundus atau korpus
bila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit di tentukan tepi plasenta karena
imolantasi yang dalam.
2. Upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan dasar adalah menentukan
diagnosis, stabilisasi pasien dan rujuk ke rumah sakit rujukan karena kasus ini
memerlukan operatif bagan.
d. Sisa plasenta
1. Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan
kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan
pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kemabali lagi ke tempat bersalin
dengan keluhan perdarahan setelah beberapa hari pulang ke rumah dan subinvolusi
uterus
2. Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala metritis. Antibiotika yang
di pilih adalah ampisilin IV dilanjutkan oral dikombinasikan dengan metronidazol
supositoria.
3. Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau
jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta
dengan dilatasi dan kuretase.
4. Bila kadar Hb<8g/dL berikan transfuse darah. Bila kadar Hb> 8g/ dL, berikan ferosus.
Pada kelainan yang luas, perdarahan menjadi berlebihan sewaktu dilakukan upaya untuk
melahirkan plasenta. Pada sebagian kasus plasenta menginfasi ligamentum latum dan seluruh
serviks (Lin dkk., 1998). Pengobatan yang berhasil bergantung pada pemberian darah pengganti
sesegera mungkin dan hampir selalu dilakukan tindakan histerektomi (operasi pengangkatan
rahim).
Pada plasenta akreta totalis, perdarahan mungkin sangat sedikit atau tidak ada. Paling tidak
sampai di lakukan upaya pengeluaran plasenta secara manual. Kadang-kadang tarikan tali pusat
dapat menyebabkan inversion uteri. Inversion uteri adalah uterus terputar balik sehingga fundus
uteri terapat dalam vagina dengan selaput lendirnya sebelah luar. Inversion uteri paling sering
menimbulkan perdarahan akut yang mengancam nyawa.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan retensio placenta
adalah sebagai berikut :
a. Identitas klien
Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat
penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas), dan pola
kegiatan sehari-hari sebagai berikut :
1. Sirkulasi :
Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkin tidak tejadi sampai kehilangan darah
bermakna)
Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa tertahan)
Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah.
2. Eliminasi :
3. Nyeri/Ketidaknyamanan :
4. Keamanan :
Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi)
dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat pada labia mayora/labia
minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie, ekstensi
episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada serviks.
5. Seksualitas :
Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen placenta
yang tertahan)
b. Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan obstetrik (inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi).
Pemeriksaan laboratorium. (Hb 10 gr%).
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
2. Nyeri akut
3. Ansietas
4. Resiko Infeksi
2.3 Web Of Caution (WOC)
Wajah tegang
Peningkatan keringat
Terguncang
Tremor di tangan
Suara bergetar
Kesadaran terhadap gejala-gejala
fisiologis
Faktor yang Berhubungan:
Ancaman atau perubahan pada
status peran, fungsi peran,
lingkungan, status kesehatan,
status ekonomi, atau pola
interaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Harry Oxorn, Ilmu Kebidanan Patofisiologi dan Persalinan, Edisi Human Labor and Birth, Yayasan Essentia
Medica : 1990.
Mary Hamilton, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta : 1995.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta :2002.
Manuaba, I.G.B, dkk. Pengantar kuliah obstetri. Buku Kedoktera. Jakarta : 2007.
Anonim. Retensio Plasenta (http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/retensio-plasenta.pdf). Di
akses pada tanggal 17 February 2014 (Pukul 19.00 WITA).
Anonim. Makalah Retensio Plasenta(http://dahliayaya.blogspot.com/2012/05/makalah-retensio-
plasenta.html). Di akses pada tanggal 17 February 2014(Pukul 19.00 WITA).
Debelto Dasto. ASKEP Retensio Plasenta (http://dastodebelto.blogspot.com/2010/02/retensio-
plasenta.html). Di akses pada tanggal 17 February 2014(Pukul 19.00 WITA).
Read Users' Comments (0)
Posting Komentar