Você está na página 1de 25

Anda disini Anatomi Otot Manusia

Anatomi Otot Manusia


Fitness Tools
Sebelum anda belajar tentang jenis-jenis latihan dalam binaraga, anda harus dapat mengenali
macam-macam otot-otot beserta fungsinya. Disini kami membahas otot-otot penting yang dilatih
untuk membesar. Otot-otot ini dapat dikelompokkan menjadi 7 grup seperti di bawah ini. Model
pengelompokkan ini nantinya bisa dipakai untuk merancang program split workout.

1. Bahu (shoulders)

Otot Deltoid, yakni otot yang bertugas untuk memutar dan mengangkat lengan. Otot
berbentuk segitiga bundar ini terdiri atas tiga kepala, yakni anterior untuk mengangkat ke
depan, middle untuk mengangkat ke samping dan posterior untuk mengangkat ke
belakang. Apabila otot ini dilatih dengan baik, akan menciptakan efek V-Shape dimana
bagian atas tubuh terlihat seperti huruf V - lebar di bahu, mengecil di pinggang.
Otot Trapezius, yakni otot di belakang leher yang memanjang sampai ke punggung.
Tugasnya untuk mengangkat rangka bahu. Otot ini sangat berpengaruh dalam pose Most
Muscular.

2. Dada (chest)

Otot Pectoralis Major, yakni otot yang bertugas untuk mendorong bahu ke depan.
Fungsi utamanya adalah untuk gerakan menekan atau mendorong. Otot dada merupakan
salah satu otot 'pertunjukan' bagi pria.

3. Punggung (back)

Otot Latissimus Dorsi, adalah otot terbesar di bagian tubuh atas manusia yang berfungsi
untuk menarik bahu ke belakang dan ke bawah. Apabila otot ini dilatih dengan baik, akan
menciptakan efek V-Shape dimana masing-masing sisi tubuh terlihat seperti mempunyai
sayap.
Otot-otot punggung atas (upper back), merupakan kumpulan otot-otot yang sangat
kompleks dan saling bertindihan. Otot-otot ini berfungsi sebagai penggerak bahu (rotator
cuff) dan menjaga tubuh supaya tegak.
Otot-otot punggung bawah (lower back), merupakan kumpulan otot-otot di punggung
sebelah bawah yang bertugas untuk menegakkan tubuh. Apabila otot ini dilatih dengan
baik, maka punggung bawah anda akan terlihat seperti pohon natal. Otot-otot ini adalah
termasuk otot yang paling lambat pulih dari latihan.

4. Perut (abdominals)

Otot Rectus Abdominis, yakni otot yang membentang sepanjang perut. Fungsinya untuk
menekuk tubuh. Penampakan otot ini menjadi indikasi kebugaran tubuh karena otot ini
hanya terlihat jika kandungan lemak tubuh di bawah 15%. Di dunia fitness, muncul
istilah populer Six Packs, yang menunjukkan otot perut yang terbentuk atas 6 bagian
yang menyerupai papan cucian (washboard). Namun demikian bentuk otot perut ini
tidak sama untuk setiap orang. Apakah anda nantinya memiliki Six Packs, Five Packs
atau Four Packs tergantung kepada genetika anda. Tapi kalau One Packs, itu nama lain
dari perut yang membulat karena gendut.
Otot External Obliques, yakni otot kecil di sisi perut yang berfungsi untuk memutar dan
menekuk tubuh. Otot ini sebaiknya tidak perlu diberi latihan tambahan karena jika ia
membesar, otomatis ukuran pinggang anda akan membesar dan ini akan merusak efek V-
Shape yang anda cari.

Kumpulan dari otot-otot perut, hip flexors dan punggung bawah disebut juga dengan otot inti
(core) karena fungsinya untuk menopang, menegakkan dan menjaga keseimbangan tubuh.

5. Lengan (arms)

Otot Biceps, yakni otot lengan atas yang berfungsi untuk menekuk lengan. Otot ini
adalah otot yang paling digemari dan diimpikan. Ketika seseorang diminta untuk
menunjukkan ototnya, maka ia tidak menunjukkan otot dada atau otot pahanya, tetapi
yang pertama kali ia lakukan adalah menunjukkan otot Biceps ini. Otot Biceps
mempunyai dua kepala, pendek dan panjang. Selain itu ada juga yang namanya
Brachialis, yakni otot kecil yang terletak di sebelah luar.
Otot Triceps, yakni otot lengan atas yang berfungsi untuk meluruskan lengan. Karena
letaknya menghadap belakang, maka otot ini sering tidak diperhatikan. Padahal otot ini
menyumbang 2/3 dari keseluruhan otot lengan atas. Oleh sebab itu jika anda ingin
memiliki lengan yang besar, maka utamakanlah otot Triceps. Otot yang terdiri atas tiga
kepala ini jika dilatih dengan baik akan menyerupai seperti sepatu kuda (horseshoe).
Otot-otot lengan bawah (forearms), yakni terdiri atas beberapa otot kecil yang kompleks
yang bertugas untuk memutar dan menggerakkan tangan.

6. Paha dan Pinggul (thighs & glutes)

Otot Quadriceps, adalah otot manusia yang paling besar. Fungsinya untuk meluruskan
kaki. Otot ini terletak di bagian depan paha dan terdiri atas 4 kepala, yakni Rectus
Femoris, Vastus Intermedius, Vastus Medialis dan Vastus Lateralis. Jika dilatih dengan
baik, bentuk dua kepala otot yang terakhir ini akan menyerupai tetesan air mata
(teardrop).
Otot Biceps Femoris (hamstrings), yakni otot yang terletak di bagian belakang paha.
Fungsinya untuk menekuk kaki. Otot ini termasuk yang paling sering dilupakan karena
letaknya yang tidak terlihat.
Otot Glutes Maximus, yakni otot pantat yang memungkinkan manusia menjadi satu-
satunya makhluk hidup yang bisa berdiri dan berjalan tegak. Sebagian besar pria
menghindari otot pantat yang terlalu besar.

7. Betis (calves)

Otot Gastrocnemius, yakni otot betis yang paling menonjol yang letaknya ada di bagian
belakang betis berbentuk seperti intan (diamond). Tugasnya adalah untuk menggerakkan
telapak kaki. Otot betis merupakan otot yang paling bandel untuk dilatih. Akan tetapi
tidak ada fisik yang lengkap tanpa otot betis yang berkembang dengan baik.
FROZEN SHOULDER

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN FUNGSIONAL LENGAN DEXTRA PADA KONDISI


FROZEN SHOULDER AKIBAT TENDINITIS SUPRASPINATUS

BAB I

PENDAHULUAN

` Fisioterapi sebagai salah satu tenaga kesehatan berperan dan memelihara, meningkatkan dan
memperbaiki kemampuan gerak dan fungsi, beberapa diantaranya kasus yang sering terjadi pada
lingkungan masyarakat yaitu frozen shoulder yang mengalami gangguan gerak dan fungsi. Frozen
shoulder ditinjau dari segi bahasa dimana frozen adalah kaku, sedangkan shoulder adalah bahu. Frozen
shoulder merupakan gejala untuk semua gangguan gerakan sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan
keterbatasan gerak. Akan tetapi penderita frozen shoulder biasanya menganggap kondisi ini sesuatu hal
biasa saja. Artinya dapat sembuh dengan sendirinya, hanya dengan meminum obat penurun nyeri tanpa
latihan yang khusus, tetapi jika dibiarkan terus menerus akan dapat mengakibatkan hl yang lebih buruk
yaitu keterbatasan gerak pada sendi bahu.

Sebagaimana yang dikemukakan Priguna Sidharta (1994) Frozen shoulder merupakan wadah semua
gangguan sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan keterbatasan lingkup gerak. Sedangkan menurut
Callient (1997), berpendapat bahwa frozen shoulder identik dengan capsulitis atau periarthritis yang
ditandai dengan keterbatasan gerak baik secara aktif maupun pasif, pada seluruh pola gerak sendi
glenohumeral yang pada umumnya terjadi pada usia 40-60 tahun.

Penyakit-penyakit pada muskuloskeletal saat ini banyak diderita oleh populasi usia produktif dan usia
tua. Salah satu diantaranya adalah penyakit kaku sendi pada bahu yang dikenal dengan frozen
shoulder.

Dipandang secara anatomis, sendi bahu merupakan salah satu sendi yang paling mobile pada tubuh kita.
Mobilitas sendi bahu yang luas sangat membantu posisi lengan dan tangan untuk melakukan aktifitas
sehari-hari. Karena besarnya mobilitas pada sendi bahu maka tidak mengherankan banyak keluhan-
keluhan yang dijumpai, berupa nyeri, kekakuan, gangguan gerak dan fungsi lainnya.

Insiden frozen shoulder lebih banyak menyerang wanita daripada laki-laki, usia 40-60 tahun dan sekitar
10%-20% dari penderita diabetik. Frozen shoulder merupakan reaksi autoimmobilisasi yang
berhubungan dengan faktor degenarasi, dan adanya patologi lain pada bahu.
BAB II

ANATOMI FISIOLOGI

Tulang

Sendi-sendi dalam kompleks bahu dibentuk oleh 4 tulang yaitu humerus, scapula, clavicula, dan
sternum. Sendi glenohumeralis dibentuk oleh caput humeri dari tulang humerus dan cavitas glenoidalis
scapula, sedangkan acromioclavicularis joint dibentuk oleh processus acromion dari tulang scapula dan
ujung lateral dari clavicula. Antara ujung sternal (medial) clavicula dan sternum membentuk sendi
sternoclavicularis. Tulang scapula pada bagian anterior yang tertutup oleh otot subscapularis juga
bersendi dengan costa walaupun bukan sendi yang sebenarnya. Kemudian acromion bersama dengan
processus coracoideus dan ligamen coracoacromialis membentuk atap bahu. Ruangan yang berada
diantara atap bahu dengan caput humeri membentuk ruangan subacromialis atau dikenal dengan sendi
suprahumeralis yang juga bukan merupakan sendi yang sebenarnya.

Sendi Glenohumeral

Sendi Glenohumeralis merupakan sendi peluru (ball and socket) yang dibentuk oleh caput humerus
yang berbentuk bola kecil dan fossa glenoid scapula yang dangkal. Permukaan cavitas glenoidalis
menghadap ke lateral serong ventrocranial. Caput humeri membentuk inklinasi 130o 150o terhadap
shaft humeri dan retroversi 20o 30o. Oleh karena caput humerinya besar maka hanya caput
humeri yang dapat kontak dengan fossa glenoid pada gerakan tertentu. Fossa glenoid adalah struktur
yang dangkal, yang diperdalam oleh labrum glenoidalis yang mengelilingi pinggiran fossa glenoid.

Menurut Grays Anatomy, fungsi labrum sebagai pelindung tepi persendian, memperdalam konkavitas
sendi, dan menambah lubrikasi (pelicin) sendi, yang sama dengan meniscus. Mosseley dan Overgaard
berpendapat bahwa labrum adalah lipatan lebih pada kapsul yang disusun oleh fibrous yang tebal dari
jaringan ikat.

glenohumeral1Fossa glenoidalis menghadap kearah lateral. Ada beberapa perbedaan pendapat tentang
kemiringan kearah superior atau inferior pada fossa glenoidalis. Freedman dan Munro menemukan
bahwa glenoidalis menghadap kearah bawah pada 80,8% bahu yang mereka teliti dengan radiography.
Basmajian dan Bazant menggambarkan suatu kemiringan kearah superior, dan hipotesanya menjelaskan
bahwa glenoidalis dapat membantu stabilitas sendi. Faktor lain yang memberikan stabilitas pada sendi
ini adalah glenoid yang menghadap kearah bawah. Humeri dan permukaan artikularis glenoid dibatasi
oleh kartilago sendi. Kartilago paling tebal pada perifer fossa glenoid dan pada pusat caput humeri.

Gambar 2.1 Struktur Sendi Glenohumeral

Otot

Otot merupakan stabilisator dan penggerak aktif sendi. Pada sendi glenohumeralis diperkuat oleh otot-
otot rotator cuff (otot supraspinatus, infraspinatus, subscapularis dan teres minor), otot pectoralis
mayor, teres mayor dan tendon biceps caput longum. Bagian atas diperkuat oleh otot supraspinatus
dan biceps caput longum, ke bawah oleh otot triceps caput longum, di depan diperkuat oleh otot
subscapularis dan perpanjangan fibrous di kedua otot pectoralis mayor dan teres mayor dan dibelakang
diperkuat oleh otot infraspinatus dan teres minor.

Otot-rotator1Otot supraspinatus bersama-sama dengan otot deltoid middle berfungsi sebagai


penggerak utama saat gerakan abduksi. Otot deltoid anterior, pectoralis major yang dibantu oleh otot
coracobrachialis berfungsi pada saat gerakan fleksi. Sedangkan pada saat gerakan adduksi dilakukan
oleh otot latissimus dorsi dan dibantu oleh otot teres major. Otot infraspinatus dan teres minor
berfungsi pada saat gerak rotasi eksternal. Otot subscapularis (prime mover) yang dibantu oleh otot
teres major, otot pectoralis major berfungsi pada saat gerak rotasi internal.

Gambar 2.2 Struktur Rotator Cuff Muscle

Otot-otot Penggerak Shoulder :

1. Fleksi

a. M. Coracobrachialis

Otot ini berorigo pada processus coracodeus scapula, berjalan pada permukaan depan humerus sampai
apda pertengahan humerus bagian ventromedial

b. M. Biceps

Terdiri dari caput longum dan caput brevis. Caput logum berorigo pada supraglenoidalis scapula dan
caput brevis pada processus scapula, berjalan dari sulcus intertubercularis dan berinsertio pada
tubersitas radii.

c. M. Brachialis

Berorigo pada distal dataran anterior os humeri dan berinsertio pada tubersitas ulna.

d. M. Deltoid

Otot ini terbagi 3 :

1) Pars Anterior : Berorigo pada extremitas acromioclavicula 1/3 lateral

2) Pars Posterior : Berorigo pada scapula bagian bawah

3) Pars Medial : Berorigo pada acromion bagian lateral


Otot ini berinsertio pada tubersitas deltoidea os humeri

2. Ekstensi

a. M. Teres Mayor

Berorigo pada permukaan belakang angulus inferior scapula

Insertio melekat pada crista tuberculi minoris humeri.

b. M. Lasitimus Dorsi

Berorigo pada processus transversus vertebra Th5 Th11

Insertio berjalan convergen ke lateral atas dengan 1 tendo yang melekat pada crista tuberculi minor
humeri

c. M. Triceps

Caput longum berorigo pada Tubersitas infraglenoidalis scapula.

Caput medial berorigo 1/3 medial distal facies posterior humeri.

Caput lateral berorigo pada facies posterior dan lateral 1/3 proksimal humeri

3. Abduksi

a. M. Deltoideus

b. M. Supraspinatus

Origo 2/3 medial dari fossa supraspinatus

Insertio melekat pada tubersitas Mayor Humeri

c. M. Seratus Anterior

- Upper Part

Berorigo pada permukaan satu dan dua costa

Insertio angulus medialis scapula

- Midle Part

Berorigo pada costa 2 dan costa 3

Insertio pada Margo Vertebralis scapula

- Lower Part
Berorigo pada costa 4 dan costa 6

Insertio angulus inverior pada bagian yang menghadap ke costa.

4. Adduksi

a. M. Pectoralis Mayor

b. M. Lasitimus Dorsi

c. M. Teres Mayor

5. Endorotasi

a. M. Infraspinatur

Berorigo pada 2/3 medial fossa infraspinatus

Insertio tubersitas mayus humeri

b. M. Teres Minor

Berorigo pada permukaan dorsal scapula (2/3 atas margo axillaris scapula)

Insertio pada crista mayor humeri

6. Exorotasi

a. M. Supraspinatus

Berorigo pada 2/3 medial facies costalis scapula

Insertio pada tuberculum minus humeri dan permukaan depan scapula articulatio

b. M. Latissimus Dorsi

c. M. Pectoralis Mayor

d. M. Deltoideus

Kapsul-Ligamen

Kapsul dan ligamen-ligamen memperkuat stabilitas sendi glenohumeralis. Kapsul sendi merupakan
struktur yang relatif luas dengan 2 kali luasnya area permukaan caput humeri. Kapsul melekat di sekitar
tepi glenoidalis dan membentuk suatu pembungkus disekitar caput humeri, melekat pada collum
anatomicum humeri kecuali kearah medial, dimana capsulnya mengarah kebawah sekitar inchi. Kapsul
ini dibatasi oleh membran sinovial yang menutupi seluruh sendi dan memanjang melalui sulcus
bicipitalis dengan membentuk pembungkus tendon caput longum biceps. Kapsul terbentuk oleh
membran fibrous bagian luar dan membran synovial bagian dalam. Kapsul merupakan struktur yang
longgar, sehingga caput humeri dapat terjadi distraksi sekitar inchi ketika lengan dalam posisi
istirahat. Untuk membantu stabilitas sendi, maka kapsul diperkuat oleh ligamen-ligamen dan otot-otot
pada bagian anterior dan posterior. Pada bagian inferior kapsul tidak ada struktur penyanggah sendi,
yang menyebabkan kelemahan kapsul pada bagian ini.

Kapsul bagian anterior diperkuat oleh ligamen glenohumeralis dengan serabut superior, middle, dan
inferior. Ligamen glenohumeralis bagian superior berasal dari tepi atas glenoid yang melewati caput
humeral. Bagian middle berasal dari tepi atas glenoid di depan humerus, dan bagian inferior melalui tepi
anterior glenoid dan di bawah caput humeral.

Ligamen coracohumeralis merupakan ligamen penyangga yang paling kuat pada sendi glenohumeralis,
yang melekat dari sisi lateral processus coracoid dan membentang kearah anterior sendi pada sisi
medial tuberculum majus (insersio tendon supraspinatus) dan tuberositas minus (insersio otot
subscapularis). Ligamen ini menyatu dengan otot supraspinatus dan membantu memelihara posisi
normal istirahat dari sendi glenohumeralis. Ligamen ini juga memperkuat bagian atas dari kapsul sendi.

glenohumeral joint

Gambar 2.3 Struktur Kapsul-Ligamen Glenohumeral

Pada saat abduksi, kapsulo-ligamen glenohumeralis bagian middle dan inferior meregang, dan terjadi
benturan caput humeri terhadap labrum glenoid sisi kranial sedangkan bagian superior rileks. Dan pada
saat rotasi eksternal terjadi peregangan kapsulo-ligamen sisi anterior dan terjadi benturan caput humeri
terhadap labrum glenoid sisi posterior, saat rotasi internal terjadi peregangan kapsulo-ligamen sisi
posterior dan terjadi benturan caput humeri terhadap labrum glenoid sisi caudal.

Ada beberapa bursa pada daerah sendi bahu, diantaranya bursa subdeltoid dan bursa subacromialis
yang terletak di dalam ruangan subacromialis. Bursa subdeltoid merupakan bursa yang besar dan
terletak antara otot deltoid dan kapsul sendi. Bursa subacromialis terletak di bawah acromion dan
ligamen coracoacromialis, antara kedua struktur tersebut dan kapsul sendi, serta seringkali bersambung
dengan bursa subdeltoid.

BAB III
PATOLOGI TERAPAN

Secara pasti frozen shoulder belum diketahui penyebabnya dengan jelas, namun ada beberapa
pendapat yang menyatakan keadaan ini terjadi akibat kelanjutan dan beberapa lesi pada bahu misalnya,
karena rotator cuff syndrom berupa timbulnya peradangan sekitar kapsula sendi pada akhirnya
mengakibatkan reaksi fibrous. Gangguan rotator cuff dapat berupa tenditis supraspinatus, tenditis
bicipitalis, bursitis, rupture rotator cuff. Selain itu bisa juga terjadi karena gangguan otot-otot yang lain
yang berada disekitarnya seperti M. Deltoideus, M. Biceps Brachii, M. Triceps.

Trauma arthritis adalah suatu kondisi dimana terjadi peradangan di dalam persendian (intraarticular)
yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

1. Tidak diketahui penyebabnya

2. Trauma langsung ataupun tidak langsung pada persendian

3. Sebagai akibat lanjut dari penyakit lain

Gejala-gejala dari trauma arthritis :

1. Pertama nyeri yang sangat di sekitar sendi bahu, kemudian menjalar ke dalam persendian

2. Pada gerakan tertentu ROM terbatas, kaku terasa terkunci

3. Otot-otot di sekitar shoulder (area dermatom C5) mengalami kelemahan

Dari sejumlah gejala di atas jika terjadi dan tidak ditangani dengan cepat maka akan berakhir dengan
kekakuan sendi atau frozen shoulder

Fase-Fase Frozen Shoulder

Pengetahuan mengenai fase-fase ini sangat penting artinya terutama dalam pelaksanaan terapi
Fisioterapi

Fase I

Dari 24 jam minggu I setelah trauma dengan gejala-gejala; nyeri yang dominan, gerakan sendi terbatas
ke segala arah karena sakit, dan kadang-kadang disertai bengkak.

Fase II

Dari minggu II sampai dengan IV setelah trauma, dengan gejala-gejala yang dominan : Jarak gerak sendi
(ROM) terbatas, kaku trauma pada abduksi dan exorotasi, nyeri tajam pada akhir ROM dan gangguan
koordinasi dan aktivitas lengan / bahu

Fase III
Setelah minggu IV, dengan gejala-gejala dominan: bahu kaku dan terkunci pada ROM tertentu serta
timbulnya sybtle sign, gerakan sendi bahu sangat terbatas membesarnya otot-otot daerah gelang bahu
dan sedikit rasa nyeri

Frozen Shoulder Akibat Tendinitias Supraspinatus

Otot supraspinatus dengan tendonnya sering menjadi korban pekerjaan atau trauma. Karena bekerja
terlampau berat dan berkepanjangan dengan lengan yang harus mengangkat (kontraksi isotonik) atau
harus mendorong, menyangga (kontraksi isometric) dan sebagainya, maka otot-otot rotator cuff bisa
mengalami gangguan dan kerusakan.

Tendinitis supraspinatus ini disebabkan oleh kerusakan akibat gesekan atau penekanan yang berulang-
ulang dan berkepanjangan oleh tendon otot biceps dalam melakukan gerakan ekstensi lengan dan ke
depan. Tendon otot supraspinatus dan tendon otot biceps bertumpang tindih dalam melewati
terowongan yang dibentuk oleh caput humeri yang dibungkus oleh capsul sendi glenohumeral sebagai
lantainya, dan ligamentum ccoracoacromialis serta akromiom sebagai atapnya. Adakalanya berkus
neurovakuler yang mendampingi tendon otot supraspinatus ikut terjebak,s ehingga terjadi ischemia otot
supraspinatus.

Adanya gerakan atau penekanan yang berulang-ulang akan diikuti dengan proses peradangan akut
proses peradangan akan ditandai dengan nyeri dan oedema pada sendi baku, diikuti spasme otot sekitar
shoulder dan fuctional lesa. Jika terjadi proses peradangan fisiologi maka dalam 3 minggu keadaan ini
menjadi baik, tetapi jika berubah menjadi proses patologi maka akan terjadi proses peradangan
berlanjut yang ditandai dengan adanya; deformity, disability, atropi, oedema dan nyeri yang terjadi pada
daerah bahu.

1. Frozen / Kaku / Keterbatasan Gerakan Glenohumeral Joint

Pada tahap regenerasi (4 hari 3 minggu) tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka nosisensorik
tetap meninggi (proses radang terus berlanjut) penderita sulit bergerak karena nyeri bahu, jaringan
parut yang dihasilkan tidak maksimal terulur, selain itu akibat proses peradangan kronis suplai makanan
berkurang sehingga terjadi atropi atau kematian jaringan pada kapsula sendi. Kapsula menjadi mengerut
terjadi perlengketan dan berkurang elastisitasnya. Atropi biasanya terjadi pada hampir seluruh sisi
kapsula (dominan anterior dan caudal) yang ditandai dengan gerakan eksorotasi dan abduksi paling
sering terbatas.

2. Nyeri Bahu / Pain

Proses peradangan yang berlanjut bisa diakibatkan proses regenerasi jaringan tidak terjadi. Nosisensorik
tetap peka dengan NAR yang rendah. Keadaan ini menyebabkan setiap pergerakan di bahu
menimbulkan nyeri / sakit gerak. Nyeri akan dirasakan pada C3-C4 sehingga otot-otot yang dipersafinya
bisa mengalami spasme seperti : M. Deltoid, M. Supra / Infra, M. Teres Minor, yang berakibat
menambah frozen shoulder
3. Atropi otot dan Kelemahan pada M. Deltoid, Supra / Infra

Keadaan kronis pada bahu yang berulang dari 4 hari / 2-3 minggu ke atas menyebabkan otot tidak dapat
digunakan secara baik. Akibat nyeri, spasme pada Frozen, otot cenderung tidak digunakan, akibatnya
sifat fisiologi otot menurun. Serabut otot (myofibril) mengalami atropi sehingga fleksibilitas dan
ekstensibilitas menurun. Atropi secara langsung berdampak pack fungsi motor unit saraf motorik yang
bertanggung jawab sehingga kekuatan otot akan menurun.

BAB IV

STATUS KLINIK

A. Data-Data Medis Rumah Sakit

Diagnosa : Frozen shoulder

B. Pemeriksaan Fisioterapi

Anamnesis

a. Umum

Nama : Zainal Abidin

Umur : 53 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Agama : islam

Pekerjaan : Pensiunan

Alamat : Kompleks Daeng Indah persada Blok 6 no 5

b. Khusus

Keluhan utama : Kaku dan nyeri

Lokasi keluhan : Bahu kanan / Sinistra

Sifat keluhan : nyeri local di daerah bahu


Kapan terjadi : 1 Tahun yang lalu

RPP : pasien merasakan nyeri sekali secara tiba-tiba setelah menggerakkan bahunya. Lalu
pasien ke puskesmas lalu di rujuk ke RSUD Daya Makassar.

c. Anamnesis System

System musculoskeletal : Baik

System Respirasi : Baik

System Neuromuscular : Terganggu

Kardiovaskular : Baik

Inspeksi

a. Statik

- Bahu dalam keadaan simetris

- Tidak ada atropi otot

b. Dinamis

Nyeri terasa jika di gerakan

Pemeriksaan Fungsi

a. Tes Orientasi

- Pasien tidak bisa memegang tulang belikat (scapula) sisi kontraletal

- Pasien tidak bisa memegang telinga sisi kontralateral

b. Pemeriksaan Fungsi Dasar

- Aktif

Fleksi : Nyeri, ROM Terbatas


Ekstensi : Nyeri, Full ROM

Endorotasi : Nyeri, ROM Terbatas

Exorotasi : Nyeri, ROM Terbatas

Abduksi : Nyeri, ROM Terbatas

Adduksi : Nyeri, ROM Terbatas

- Pasif

Fleksi : tidak ada nyeri full ROM, soft end feel

Ekstensi : Nyeri, Full ROM, elastis end feel

Endorotasi : tidak nyeri Hard end fell

Exorotasi : tidak nyeri, full ROM, hard end feel

Abduksi : Nyeri, hard end feel

Adduksi : Nyeri, Full ROM, elastis end feel

- TIMT

Fleksi : Normal

Ekstensi : Nyeri

Endorotasi : Normal

Exorotasi : Nyeri, kelemahan otot

Abduksi : Nyeri

Adduksi : Nyeri

Pemeriksaan Fungsi

a. Palpasi

- Nyeri tekan pada otot deltoideus

- Spasme pada otot deltoideus pars medial


b. Sircumferensia Test

Tidak ada atropi otot

ADL Test

Membuka baju : Pasien sulit melakukanya disertai nyeri

Menyisir rambut : Pasien sulit melakukanya disertai nyeri

Mengambil dompet : Pasien sulit melakukanya disertai nyeri

Kesimpulan : Gangguan ADL

Pengukuran Nyeri

Tidak ada nyeri ada nyeri nyeri tak tertahankan

0 5 5,6 10

7. Dan hasilnya: setelah pasien diberi alat ukur nyeri / VAS, pasien menunjuk angka 5,6.

C. Diagnosa

Gangguan Fungsional Lengan Dextra Pada Kondisi Frozen Shoulder Akibat Tendinitis Supraspinatus.

Problematik Fisioterapi

Nyeri pada sendi bahu saat lengan kanan digerakkan

Keterbatasan ROM akibat nyeri dan kekakuan

Kelemahan otot sendi bahu

ADL terganggu memakai pakaian dan mengambil benda-benda di atas kepala


D. Peranan Fisioterapi

Tujuan

a. Jangka Panjang

Mengembalikan dan memaksimalkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional penderita.

b. Jangka Pendek

- Mengurangi nyeri gerak sendi

- Menambah luas gerak sendi

- Meningkatkan kekuatan otot Lengan Dan Bahu

- Memperbaiki ADL

Tindakan

a. Metodologi Fisioterapi

1) Metodologi Ideal

a) IRR dan TENS

b) Exercise therapi

2) Metodologi Alternative

a) IRR dan TENS

b) Exercise Therapi : Traksi-Translasi, strengthening, stretching

E. Pelaksanaan Fisioterapi
Infra Red

Tujuan : melancarkan sirkulasi darah, merelaksasikan otot dan sebagai preliminary exercise

F : 3X Semingggu

I : 43 cm

T : Luminous

T : 15 Menit

AROMEX

Tujuan : menambah ROM dan mencegah perlengketan yang berlanjut

F : 3X Semingggu

I : Toleransi Pasien

T : AROMEX

T : 5x Repetisi

Strengthening

Tujuan : Penguatan otot-otot lengan untuk memelihara kekuatan otot dan sifat fisiologis ototnya

F : 3X Semingggu

I : Toleransi Pasien

T : kontraksi isotonik maupun isometric

T : 3 x 8 hitungan

Exercise therapi
Traksi-Translasi

Tujuan : Melepaskan perlengketan jaringan dan menambah gerak sendi

F : 3X Semingggu

I : Toleransi Pasien

T : kontraksi isotonik maupun isometric

T : 3 x 8 hitungan

Traksi arahnya : Lateral ventro cranial

- Translasi arahnya :

Abduksi : Caudal

Adduksi : Lateral

Endorotasi : Dorsal sedikit lateral cranial

Eksortasi : Ventral sedikit medio caodal

TENS

Tujuan : untuk menaikan sirkulasi darah secara local dan membantu mengurangi nyeri.

F : 3 X seminggu

I : 45 Ma

T : Kontak langsung (2 pet)

T : 15 Menit

Stretching

Tujuan : Merileksasikan otot-otot sekitar bahu

F : 3X Semingggu

I : Toleransi Pasien

T : kontak langsung hold rileks.

T : 5 x repetisi
HOME PROGRAM

o Pasien diminta untuk kompres air hangat pada daerah yang sakit

o Pada saat tidur pasien diminta untuk tidak menindis lengan atau bahu yang sakit.

o Pasien disuruh melatih bahu dengan melatih menggerakkan bahu

I. Evaluasi

Sesaat

Pasien nampak lelah dan kesakitan namun nyeri sedikit berkurang dan ada penambahan luas gerak
sendi sebesar 5 pada sendi bahu bagian dextra.

Berkala

Setelah beberapa kali terapi ada perkembangan yaitu nyeri berkurang, dan ROM bertambah.

Tidak ada nyeri ada nyeri nyeri tak tertahankan

0 4,5 5 10

Dan hasilnya: setelah pasien diberi alat ukur nyeri VAS, pasien menunjuk angka 4,5

FOLLOW UP
Tanggal

Tindakan Fisioterapi

Hasil terapi

Selasa, 10 Januari 2012

IRR,TENS,traksi-translasi, Strecthing.Strengtening.

Nyeri ( Vas 4,5)

Fleksi : 105 055

Adduksi : 27 0 76

Eksorotasi : 15 0 90

Kamis, 12 Januari 2012

IRR, TENS,traksi-translasi, Strecthing.Strengtening.

Nyeri mulai berkurang (VAS 4)

Fleksi : 110 055

Adduksi : 27 0 76

Eksorotasi : 15 0 95

ROM Meningkat.

Senin, 16 Januari 2012


IRR,TENS,traksi-translasi, Strecthing.Strengtening.

Nyeri Meningkat ( Vas 6,5)

Fleksi : 105 055

Adduksi : 25 0 76

Eksorotasi : 12 0 90

Di akibatkan pasien menindis tangannya pada saat dia tidur.

Kamis,19 Januari 2012

IRR,TENS,traksi-translasi, Strecthing.Strengtening.

Nyeri Menurun ( Vas 4 )

Fleksi : 105 060

Adduksi : 29 0 79

Eksorotasi : 15 0 92

ADL Menyisir sudah bisa di lalukuan dan sudah bisa sedikit memegang benda di atas kepalanya

Sabtu, 21 Januari 2012

IRR,TENS,traksi-translasi, Strecthing.Strengtening.

Nyeri Menurun ( Vas 3,5)

Fleksi : 110 065

Adduksi : 34 0 83
Eksorotasi : 18 0 95

ADL Menyisir sudah bisa di lalukuan dan memegang benda di atas kepalanya sudah bisA di lAkukan
walaupun belum full ROM

DAFTAR PUSTAKA

Buckup, Clinical Test For The Musculoskeletal System.2008- Hal 60-110

Arnold G. Nelson and Jouko J. Kokkonen, STRETCHING ANATOMY. 2007

http./ www.kaku bahu/.com

bee de joe. Orthopedic shoulder surgeon, 2004

Você também pode gostar