Você está na página 1de 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Taat secara bahasa artinya senantiasa tunduk dan patuh. Secara istilah taat
adalah tunduk dan patuh, baik terhadap perintah Allah Swt, Rasul-Nya, maupun ulil
amri (pemimpin). Taat kepada allah Swt berarti bahwa setiap mukmin harus
melaksanakan segala perintah-Nya sebagaimana yang terdapat didalam Al qur~an
dan menjauhi larangan-Nya Karena apapun yang diperintahkan Allah Swt itu
mengandung maslahat (kebaikan) dan apa yang dilarang oleh-Nya mengandung
mudarat (keburukan).. Taat kepada Rasul-Nya berarti setiap mukmin harus
melaksanakan ajaran-ajaran yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad
Saw. Taat kepada ulil amri berarti setiap mukmin harus taat kepada peraturan-
peraturan pemimpinnya selama tidak menyimpang dari ajaran islam. Bahkan tidak
hanya terhadap pemimpin, tetapi juga orang-orang mempunyai yang kuasa atau
kedudukan lebih tinggi, seperti anak kepada orang tua, murid kepada guru, istri
kepada suami, dan masyarakat kepada pemimpin setempat.

kompetisi merupakan naluri setiap insan. Ia bisa menjadi energi positif bagi
seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Namun, bisa juga menjadi energi negatif.
Keduanya sama-sama memerlukan badzlu al-juhud, pengerahan segenap
kemampuan, potensi, waktu, pikiran, dan tenaga guna meraih kesuksesan. Hal yang
membedakan di antara keduanya adalah niat dan motivasi yang menggerakkan
seseorang untuk berkompetisi.

Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia,
baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal
yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Inilah pengertian
kerja yang bisa dipakai dalam dunia ketenaga-kerjaan dewasa ini, sedangkan
bekerja dalam lingkup pengertian ini adalah orang yang bekerja dengan menerima
upah baik bekerja harian, maupun bulanan dan sebagainya.
Taat Kepada Aturan

Taat memiliki arti tunduk (kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku
curang, dan atau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus
dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan
yang telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya.
Di sekolah terdapat aturan, di rumah terdapat aturan, di lingkungan masyarakat
terdapat aturan, di mana saja kita berada, pasti ada aturannya. Aturan dibuat tentu
saja dengan maksud agar terjadi ketertiban dan ketenteraman. Mustahil aturan
dibuat tanpa ada tujuan. Oleh karena itu, wajib hukumnya kita menaati aturan yang
berlaku.
Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu
terdapat pada al-Quran. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh Nabi
Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang
dibuat oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun
pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga.
Peranan pemimpin sangatlah penting. Sebuah institusi, dari terkecil sampai pada
suatu negara sebagai institusi terbesar, tidak akan tercapai kestabilannya tanpa ada
pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah negara, tentulah
negara tersebut akan menjadi lemah dan mudah terombang-ambing oleh kekuatan
luar. Oleh karena itu, Islam memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin
karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama tidak maksiat), akan
terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad),
dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya. (Q.S. an-Nis/4: 59).
Asbbu al-Nuzl atau sebab turunnya ayat ini menurut Ibn Abbas adalah
berkenaan dengan Abdullah bin Huzaifah bin Qays as-Samhi ketika Rasulullah saw.
mengangkatnya menjadi pemimpin dalam sariyyah (perang yang tidak diikuti oleh
Rasulullah saw.). As-Sady berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan
Amr bin Yasir dan Khalid bin Walid ketika keduanya diangkat oleh Rasulullah saw.
sebagai pemimpin dalam sariyah.
Q.S. an-Nis/4: 59 memerintahkan kepada kita untuk menaati perintah Allah
Swt., perintah Rasulullah saw., dan ulil amri. Dengan demikian perintah ketaatan
itu dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :
1. Taat kepada Allah Swt
Taat kepada Allah Swt berarti bahwa setiap mukmin harus melaksanakan segala
perintah-Nya sebagaimana yang terdapat didalam Al qur~an dan menjauhi
larangan-Nya. Karena apapun yang diperintahkan Allah Swt itu mengandung
maslahat (kebaikan) dan apa yang dilarang oleh-Nya mengandung mudarat
(keburukan).
2. Taat kepada Rasul-Nya
Taat kepada Rasul-Nya berarti setiap mukmin harus melaksanakan ajaran-ajaran
yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad Saw. Sebagai rasul Allah Swt, beliau
mempunyai tugas menyampaikan amanah kepada umat-Nya. Oleh karena itu, bagi
setiap muslim yang taat kepada Allah Swt juga harus taat kepada Rasul-Nya (Nabi
Muhammad saw)
3. Taat kepada Ulil Amri (Pemimpin)
Taat kepada ulil amri berarti setiap mukmin harus taat kepada peraturan-peraturan
pemimpinnya selama tidak menyimpang dari ajaran islam . Bahkan tidak hanya
terhadap pemimpin, tetapi juga orang-orang mempunyai yang kuasa atau
kedudukan lebih tinggi, seperti anak kepada orang tua, murid kepada guru, istri
kepada suami, dan masyarakat kepada pemimpin setempat.
B. Contoh Perilaku Taat
Diantara contoh perilaku taat, baik kepada Allah Swt, Rasulullah Saw, maupun ulil
amri adalah sebagai berikut :
1.Melaksanakan rukun iman, yaitu iman kepada Allah Swt, malaikat, rasul, kitab,
qada dan qadar, serta hari akhir.
2. Melaksanakan rukun Islam, yaitu membaca kedua syahadat, salat, puasa, zakat,
dan haji(jika mampu).
B. Pengertian Berkompetisi
Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan objek
sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against
(melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa
disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi tertentu.
Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas
mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu
atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari
struktur reward dalam suatu situasi..
Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi
tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut
menuju kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai(value), apabila kebaikan itu
bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkrit.
Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalanyang ditempuh.
Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu, dalampelaksanaanya yang
pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan yangditempuh mendapatkan nilai dari
tujuan akhir.
Manusia harus mempunyai tujuan akhir untuk arah hidupnya. Tujuan harus ada,
supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika tidak,manusia akan hidup secara
serampangan. Tetapi bisa juga orang mengatakanhidup secara serampangan menjadi tujuan
hidupnya.Akan tetapi dengan begitu manusia tidak akan sampai kepada kesempurnaan
kebaikan selaras dengan derajat manusia.Untuk setiap manusia, hanya terdapat satu tujuan
akhir. Seluruh manusiamempunyai sifat serupa dalam usaha hidupnya, yaitu menuntut
kesempurnaan.Tujuan akhir selamanya merupakan kebaikan tertinggi, baik manusia
itu mencarinya dengan kesenangan atau tidak.
Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila membimbing
manusia ke arah tujuan akhir, yaitu dengan melakukan perbuatan yang membuatnya baik
sebagai manusia
Berdasarkan norma susila, kebaikan atau keburukan perbuatan manusia dapat
dipandang melalui beberapa cara, yaitu :
a) Objektif, keadaan perseorangan tidak dipandang.
b) Subjektif, keadaan perseorangan diperhitungkan.
c) Batiniah, berasal dari dalam perbuatan sendiri (kebatinan, intrinsic).
Lalu, bagaimanakah selayaknya kompetisi bagi orang-orang yang beriman? Allah
Swt. telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang
beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya:

Artinya: Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qurn) kepadamu (Muhammad)


dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang
diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau
mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang
telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan
aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlombalombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali,
lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu
perselisihkan. (Q.S. al-Midah/5: 48)
Pada Q.S. al-Midah/5:48 Allah Swt. menjelaskan bahwa setiap kaum diberikan
aturan atau syariat. Syariat setiap kaum berbeda-beda sesuai dengan waktu dan
keadaan hidupnya. Meskipun mereka berbeda-beda, yang terpenting adalah
semuanya beribadah dalam rangka mencari ria Allah Swt., atau berlomba-lomba
dalam kebaikan.
Allah Swt. mengutus para nabi dan menurunkan syariat kepadanya untuk
memberi petunjuk kepada manusia agar berjalan pada rel yang benar dan
lurus. Sayangnya, sebagian dari ajaran-ajaran mereka disembunyikan atau
diselewengkan. Sebagai ganti ajaran para nabi, manusia membuat ajaran sendiri
yang bersifat khurafat dan takhayul.
Ayat ini membicarakan bahwa al-Qurn memiliki kedudukan yang sangat
tinggi; al-Qurn sebagai pembenar kitab-kitab sebelumnya; juga sebagai penjaga
kitab-kitab tersebut. Dengan menekankan terhadap dasar-dasar ajaran para
nabi terdahulu, al-Qurn juga sepenuhnya memelihara keaslian ajaran itu dan
menyempurnakannya.
Akhir ayat ini juga mengatakan, perbedaan syariat tersebut seperti layaknya
perbedaan manusia dalam penciptaannya, bersuku-suku, berbangsa-bangsa.
Semua perbedaan itu adalah rahmat dan untuk ajang saling mengenal. Ayat ini
juga mendorong pengembangan berbagai macam kemampuan yang dimiliki oleh
manusia, bukan malah menjadi ajang perdebatan. Semua orang dengan potensi
dan kadar kemampuan masing-masing, harus berlomba-lomba dalam
melaksanakan kebaikan. Allah Swt. senantiasa melihat dan memantau perbuatan
manusia dan bagi-Nya tidak ada sesuatu yang tersembunyi.
Mengapa kita diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan? Paling
tidak ada beberapa alasan, antara lain sebagai berikut.
Pertama, bahwa melakukan kebaikan tidak bisa ditunda-tunda, melainkan harus
segera dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas, begitu juga
kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. Oleh karena itu,
begitu ada kesempatan untuk berbuat baik, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi
segera dikerjakan.
Kedua, bahwa untuk berbuat baik hendaknya saling memotivasi dan saling
tolong-menolang, di sinilah perlunya kolaborasi atau kerja sama. Lingkungan yang
baik adalah lingkungan yang membuat kita terdorong untuk berbuat baik. Tidak
sedikit seorang yang tadinya baik menjadi rusak karena lingkungan. Lingkungan
yang saling mendukung kebaikan akan tercipta kebiasaan berbuat baik secara
istiqmah (konsisten).
Ketiga, bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan
kesungguhan. Allah Swt. bersabda:

Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan


dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan... (Q.S. al-Midah/5: 2)

C. Kerja Keras
A. Pengertian dan Dalil Kerja keras
Sudah menjadi kewajiban manusia sebagai makhluk yang memiliki banyak
kebutuhan dan kepentingan dalam kehidupannya untuk berusaha memenuhinya.
Seorang muslim haruslah menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat.
Tidaklah semata hanya berorientasi pada kehidupan akhirat saja, melainkan
harus memikirkan kepentingan kehidupannya di dunia. Untuk menyeimbangkan
antara kehidupan dunia dan akhirat, wajiblah seorang muslim untuk bekerja.
Bekerja adalah kodrat hidup, baik kehidupan spiritual, intelektual, fisik biologis,
maupun kehidupan individual dan sosial dalam berbagai bidang. Seseorang layak
untuk mendapatkan predikat yang terpuji, seperti potensial, aktif, dinamis,
produktif atau profesional, semata-mata karena prestasi kerjanya. Karena itu, agar
manusia benar-benar hidup, dalam kehidupan ini, ia memerlukan ruh (spirit).
Untuk ini, al-Qurn diturunkan sebagai spirit hidup, sekaligus sebagai nur
(cahaya) yang tak kunjung padam agar aktivitas hidup manusia tidak tersesat.
Dalam al-Qurn maupun hadis, banyak ditemukan literatur yang memerintahkan
seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi
kebutuhan duniawi. Salah satu perintah Allah kepada umat-Nya untuk bekerja
termaktub dalam Q.S. at-Taubah/9:105 berikut ini.

Artinya: Dan katakanlah, Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat


pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha mengetahui yang
gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan. (Q.S. at-Taubah/9: 105)
Q.S. at-Taubah/9: 105 menjelaskan, bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada
kita untuk semangat dalam melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya. Allah
Swt. akan melihat dan menilai amal-amal tersebut. Pada akhirnya, seluruh
manusia
akan dikembalikan kepada Allah Swt. dengan membawa amal perbuatannya
masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan diberi pahala atas perbuatannya
itu. Mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan atas perbuatan yang telah
mereka lakukan selama hidup di dunia.
B. Contoh Perilaku Kerja Keras
Pak Jahid seorang pedagang sayuran yang bekerja tanpa kenal lelah. Suatu hari,
usaha yang dilakukan Pak Jahid kurang menguntungkan karena sayuran yang sudah
dibawa ke pasar induk tidak habis terjual. Pak Jahid terus berusaha supaya
dagangannya laris terjual dan hasilnya diserahkan kepada istrinya untuk membiayai
keluarga.
C. Cara Membiasakan Perilaku Kerja Keras Agar terbiasa bekerja keras dalam
mengerjakan sesuatu, lakukanlah beberapa hal berikut ini.
a. Bekerja harus dilandasi niat yang baik. Niatkan untuk beribadah kepada Allah
swt..
b. Awali suatu pekerjaan dengan menyebut nama Allah.
c. Kerjakan dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh.
d. akhiri dengan menyebut nama Allah
e. Serahkan segalanya kepada Allah swt ( Tawakal ) .

BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Taat secara bahasa artinya senantiasa tunduk dan patuh. Secara istilah taat
adalah tunduk dan patuh, baik terhadap perintah Allah Swt, Rasul-Nya, maupun ulil
amri (pemimpin).
Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan objek
sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against
(melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa
disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi tertentu.
Kerja keras berarti berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Dalam salah satu hadis Rasulullah pernah bersabda, Tidak ada satu
makanan pun yang dimakan seseorang yang lebih baik daripada makanan hasil
usahanya sendiri. ( H.R Bukhari dan Nasai ) .
3.2 Saran
Taatlah kepada aturan agama, aturan pemimpinan dan orang yang berkuasa.
Berkompetisi dengan objek yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik, dalam
berkarya dan mencari pahala dari allah, karena berlomba-lombalah kalian dalam
mencari kebaikan. Kerja keras sangat dianjurkan oleh ALLAH, kerja keras mencari
nafkah menghidupi keluarga adalah kewajiban dan sekaligus untuk mencari ridho
ALLAH.

Você também pode gostar