Você está na página 1de 3

STUDI KASUS DAN IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN

PERIKANAN NO. 2 TAHUN 2015 DI WILAYAH PANTAI UTARA (PANTURA) BREBES


DAN TEGAL JAWA BARAT
Oleh Achmad Yasin (C24140069)

Latar Belakang

Sumberdaya perikanan merupakan salah satu sumberdaya hayati yang terbukti memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap kesejahteraan bangsa. Sifat sumberdaya perikanan meskipun
dapat diperbaharui (renewable) namun perlu diperhatikan dalam pemanfaatannya untuk menjamin
keberlanjutan, baik dalam jumlah maupun kemampuannya untuk regenerasi. Sifat sumberdaya yang
demikian menjadikan masyarakat perikanan banyak terjun dalam ranah perikanan penangkapan.
Dengan karakteristiknya yang unik tersebut maka dalam pemanfaatannya dapat menyebabkan
penangkapan berlebih (over fishing). Kondisinya menjadi berbahaya ketika upaya penangkapan tidak
mengindahkan kaidah-kaidah keberlanjutan sumberdaya. Akhirnya kelestarian sumberdaya ikan
menjadi terancam dan itu berarti keberlanjutan sumberdaya juga terancam (Cahyani 2013).
Salah satu usaha yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengatasi
permasalahan - permasalahan tersebut adalah dengan menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela
(Trawls) dan Pukat Tarik (Seine nets).
Alat penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) merupakan alat
tangkap ikan yang tidak selektif. Pukat Hela merupakan kelompok alat penangkapan ikan yang
terbuat dari jaring berkantong yang dilengkapi dengan atau tanpa alat pembuka mulut jaring dan
pengoperasiannya dengan cara dihela di sisi atau di belakang kapal yang sedang melaju.
Pengoperasiannya dilakukan pada kolom maupun dasar perairan, umumnya untuk menangkap ikan
pelagis maupun ikan demersal termasuk udang dan crustacea lainnya tergantung jenis pukat hela yang
digunakan. Pukat tarik (seine nets) kelompok alat penangkapan ikan berkantong tanpa alat pembuka
mulut jaring, pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan ikan dan menariknya ke kapal
yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap dan tali
selambar (Syauqi 2016).
Peraturan mengenai pelarangan penggunaan dua alat tangkap ini mengalami pro-kontra di
masyarakat. Sebagian masyarakat yang pro menganggap peraturan tersebut akan berdampak baik
bagi kelestarian biota laut pada masa akan datang. Sedangkan masyarakat yang tidak setuju yang pada
umumnya berprofesi sebagai nelayan menganggap peraturan ini akan berdampak pada hasil
tangkapan mereka.

Studi Kasus

Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 2 tahun 2015 memutuskan
untuk melarang penggunaan alat tangkap jenis cantrang. Walaupun demikian, Presiden Joko Widodo
masih memperbolehkan penggunaan alat cantrang hingga akhir Desember 2017. Namun para nelayan
di wilayah Pantai Utara (Pantura) Brebes hingga Tegal pengguna cantrang masih juga belum berani
melaut. Mereka menunggu kepastian aturan karena merasa masih ada ganjalan. Bahkan Ratusan kapal
cantrang milik nelayan hanya bersandar di pelabuhan sejak setengah tahun belakangan. Kondisi
kapal-kapal nelayan berukuran lebih dari 10 GT sebagian sudah berkarat. Kondisi serupa juga terjadi
beberapa mesin kapal berukuran 30 GT. Ada mesin yang sengaja dikeluarkan dan ditaruh di atas dek
kapal. Bahkan, ada kapal yang nyaris tenggelam karena sudah terlalu lama tak digunakan melaut oleh
nelayan.
Pemilik kapal berukuran 30 GT itu tak melaut karena belum mengantongi Surat Izin Usaha
Perikanan (SIUP) dan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI). Proses pengurusan Surat Izin dianggap
nelayan membutuhkan waktu yang lama. Padahal nelayan sudah melakukan pengurusan
perpanjangan sejak Desember 2016 lalu namun, tetap belum keluar surat izin sampai pertengaahan
tahun 2017.
Kendala lainnya yang dialami oleh nelayan yaitu minimnya modal untuk memberangkatkan
kapalnya ke laut. Meskipun izin sudah keluar, meraka tidak ingin mengambil risiko merugi lantaran
modal yang dikeluarkan cukup besar. Pasalnya, biaya untuk sekali berangkat dibutuhkan biaya sekitar
Rp 200 juta. Nelayan juga enggan mengganti alat tangkap cantrang ke alat tangkap lain karena
beranggapan biaya yang mahal (Nugroho 2017).

Pembahasan

Alat tangkap jenis Trawl dan Seine Nets hingga saat ini masih merupakan alat tangkap yang
paling efektif dan ekonomis untuk menangkap berbagai jenis komoditi ikan dan udang. Karena sangat
efektif dan menguntungkan sehingga alat tangkap ini berkembang dengan pesat Modifikasi alat
tangkap jenis Trawl dan Seine Nets banyak dilakukan oleh nelayan di lapangan, baik nelayan skala
industri maupun skala kecil. Berbagai jenis alat tangkap trawl modifikasi tersebut antara lain : pukat
ikan, pukat udang, jaring arad, cantrang, dogol, lampara dasar dan sebagainya (Kusnandar, 2002). .
Cantrang banyak dipilih nelayan untuk menangkap ikan demersal, karena dilihat dari fungsi
dan hasil tangkapannya cantrang ini hampir memiliki kesamaan dengan jaring trawl (Cahyani 2013).
Selain itu, cantrang juga mudah dibuat dan relatif tidak memakan biaya tinggi, baik dalam pembuatan
maupun perawatannya. Alat tangkap ini juga banyak digunakan oleh nelayan di daerah pantai utara
jawa seperti tegal dan brebes.
Kondisi ini harus segera diantisipasi oleh pemerintah yaitu dengan melakukan pengaturan
melalui pengelolaan sumberdaya perikanan di wilayah pesisir dan laut secara baik dan benar dengan
berazaskan pada kelestarian sumberdaya dan keberlanjutan kegiatan perikanan. Pengaturan tersebut
telah tertuang dalam PERMEN KP Nomor 2 Tahun 2015 .Cantrang adalah sejenis pukat yang
biasanya digunakan untuk menangkap udang dan ikan demersal. Menurut beberapa penelitian,
cantrang diindikasikan sebagai alat tangkap ikan yang kurang ramah lingkungan karena hampir mirip
dengan trawl yang dilarang oleh pemerintah yang menangkap ukuran ikan kecil maupun sedang
matang gonad sehingga dikhawatirkan akan menghambat keberlanjutan sumberdaya ikan demersal.
Selain itu rendahnya selektivitas alat tangkap ini mengakibatkan hasil tangkapan sampingan dalam
jumlah yang lebih besar dibandingkan hasil tangkapan target serta degradasi sumberdaya perikanan
(Pramono, 2006).
Peraturan menteri tersebut mendapat protes dari nelayan dikarenakan peraturan menteri
tersebut dapat mengganggu perekonomian nelayan di samping juga mengganggu pola kemitraan lokal
yang selama ini dilakukan oleh kapal-kapal nelayan lokal .Nelayan menyatakan menolak tegas
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2 tahun 2015, tentang Larangan Penggunaan Alat
Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawl) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Indonesia. Larangan penggunaan kedua alat tangkap tersebut yang dianggap dapat sumber
terjadinya ledakan pengangguran. Selain itu, membutuhkan dana yang mahal untuk mengganti jenis
alat tangkap selektif Unit usaha pengolahan ikan akan kekurangan bahan baku secara mendadak
sampai terjadi keseimbangan yang baru (pengalihan usaha bisnis) (Suhaidi 2016). Hal ini dibuktikan
dengan ratusan kapal cantrang milik nelayan hanya bersandar di pelabuhan daerah pantai utara berbes
dan tegal sejak setengah tahun belakangan. Kondisi kapal-kapal nelayan berukuran lebih dari 10 GT
sebagian sudah berkarat. Kondisi serupa juga terjadi beberapa mesin kapal berukuran 30 GT. Ada
mesin yang sengaja dikeluarkan dan ditaruh di atas dek kapal. Bahkan, ada kapal yang nyaris
tenggelam karena sudah terlalu lama tak digunakan melaut oleh nelayan (Nugroho 2017).
Kesimpulan

Kebijakan terkait penerapan PERMEN-KP No. 2 Tahun 2015 tentang Larangan Penggunaan
Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawl) dan Pukat Tarik (Seine Nets) dapat menjadi solusi dalam
pemulihan stok dan habitat sumber daya ikan di alam. Namun, kebijakan tersebut juga dapat
menghentikan operasi alat penangkapan ikan yang sudah sangat dominan di masyarakat. Hal ini akan
menurunkan hasil tangkapan ikan secara nyata dan penghasilan atau sumber mata pencaharian
sebagian besar nelayan. ;

Saran

Pengaturan hukum mengenai alat tangkap cantrang yang diatur dalam Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan No.2/PERMEN-KP/2015 merupakan regulasi yang benar dan mendukung
prinsip pembangunan perikanan berkelanjutan. Namun, pengaturan hukum tersebut tidak
memberikan solusi bagi nelayan besar yang menggunakan alat tangkap cantrang sehingga
menimbulkan dampak ekonomi dan sosial di kalangan nelayan dan tidak menimbulkan keadilan bagi
masyarakat terutama bagi nelayan padahal tujuan hukum adalah untuk keadilan, kepastian hukum
dan kemanfaatan. Sebaiknya Pemerintah dalam membuat suatu regulasi harus memperhatikan
kesejahteraan masyarakat karena sudah menjadi tanggungjawab negara dalam menyelenggarakan
kesejahteraan sosial.

Daftar Putsaka

Cahyani Rochmah T. 2013. Kajian Penggunaan Cantrang Terhadap Kelestarian Sumberdaya Ikan
Demersal (Analisis Hasil Tangkapan Dominan yang Didaratkan di TPI Wedung Demak).
[Teesis ] : Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Kusnandar. 2000. Perikanan Cantrang di Tegal dan Kemungkinan Pengembangannya.[Tesis] :
Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Nugroho Fajar Eko. 2017. Polemik Cantrang Bikin Nelayan Pantura Jadi Pengangguran. Diakses dari
http://www.liputan6.com. Pada tanggal 20 September 2016 Pukul 16.33 WIB.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 2/PERMEN-KP/2015 tentang Larangan
Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawl) dan Pukat Tarik (Seine nets)
Pramono . 2006. Strategi Pengelolaan Perikanan Jaring Arad Yang Berbasis di Kota Tegal .[Tesis] :
Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Suhaidi. 2016. Implementasi Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan No. 2/Permen-Kp/2015
Tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik
(Seine Nets) Terhadap Usaha Perikanan Tangkap oleh Nelayan di Sibolga. USU Law Journal.
Vol.4.No.4 (Oktober 2016) 40-52
Syauqi Firhat. 2016. Penerapan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Ri Nomor 2/Permen-
Kp/2015 Tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan
Pukat Tarik (Seine Nets) di Kabupaten Lamongan.[Skripsi] : Fakultas Syariah dan
Hukumuniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Você também pode gostar