Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TUBERKULOSIS PARU
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
CASE REPORT
TUBERKULOSIS PARU
Oleh :
Sandy Murtiningtyas
J510165090
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari..................tanggal..........................2017
Pembimbing :
dr. Abdul Aziz, Sp. Rad (.............................................)
Dipresentasikan dihadapan :
dr. Abdul Aziz, Sp. Rad (.............................................)
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. P
Usia : 36 tahun
Alamat : Sukoharjo
No RM : 346xxx
Tanggal pemeriksaan : 01 Februari 2017
Jenis Pemeriksaan : X Foto Thoraks PA
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tuberkulosis adalah infeksi bakteri melalui percikan liur/droplet yang
dapat tersebar di udara disebabkan oleh organisme Mycobakterium tuberculosis
(MTB) terutama mempengaruhi paru, meskipun organ lain juga dapat terlibat4.
B. Epidemiologi
Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit paling mematikan di dunia.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun 8 juta kasus
TB baru dan 3 juta orang meninggal. Sembilan puluh lima persen kasus TB
terjadi di negara berkembang. Diperkirakan bahwa 19-43% populasi dunia
terinfeksi Mycobacterium tuberculosis4.
C. Etiologi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri berbentuk batang (basil) berukuran sekitar 0,4 x 3 um yang dikenal
dengan nama Mycobacterium tuberculosis sebagian besar organisme ini terdiri
dari lipid yang memiliki sifat tahan terhadap asam sehingga disebut Basil
Tahan Asam (BTA), peptidoglikan dan arabinoman6.
D. Patofisiologi
Mycobacterium tuberculosis terhirup masuk kesaluran napas
selanjutnya terjebak dibagian atas saluran pernapasan dimana sel goblet
penghasil mukus ada di daerah tersebut, mengakibatkan produksi mukus
meningkat dan aktif hal ini dikarenakan untuk menangkap zat asing selanjutnya
silia pada permukaan sel terus bekerja untuk mengalahkan kuman yang
terperangkap tadi untuk proses removal. Sistem tersebut bertujuan untuk
pertahan fisik awal mencegah infeksi disebagian besar orang yag terkena TB.
Namun apa bila hal itu gagal maka Mycobacterium tuberculosis akan masuk
melewati mukusiliar dan mencapai alveoli dengan cepat dikelilingi dan ditelan
oleh makrofag alveolar serta sel-sel efektor, setelah tertelan oleh makrofag
Mycobacterium bertambah banyak dan melakukan pembelahan yang terjadi
setiap 25-32 jam selama 2 sampai 12 minggu mikroorganisme terus tumbuh
sampai mencapai jumlah yang cukup untuk sepenuhnya memperoleh respon
imun yang diperantai oleh sel, dan terjadilah TB serta hal tersebut
mengakibatkan pasien TB dapat di deteksi dengan menggunakan tes kulit atau
skin tes7.
E. Klasifikasi
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), kasus TB
diklasifikasikan berdasarkan:
1. Gejala respiratorik
Batuk 2 minggu
Batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita
terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat
dalam proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk.
Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
Demam
Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstra paru
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat,
misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang
lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis
tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis
tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi
yang rongga pleuranya terdapat cairan2.
H. Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,
pemeriksaan fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan
pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Gejala klinis seperti yang sudah diuraikan sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik/jasmani
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang akan dijumpai tergantung dari
organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat
tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal)
perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan
kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior
terutama daerah apex dan segmen posterior, serta daerah apex lobus
inferior. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas
bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan
paru, diafragma & mediastinum.
Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung
dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak,
pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi
yang terdapat cairan.
Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah
bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor),
kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat
menjadi cold abscess8(PDPI, 2011).
3. Pemeriksaan bakteriologi
a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan
untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan
pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, feses dan jaringan
biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 2 kali, dengan minimal satu kali dahak
pagi hari. Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering
di gelas objek atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat
ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium.
c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dan bahan lain
(cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung,
kurasan bronkoalveolar (BAL), urin, feses dan jaringan biopsi, termasuk
BJH) dapat dilakukan dengan cara:
Mikroskopik
Biakan
1) Pemeriksaan mikroskopik:
Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin
Menurut rekomendasi WHO, interpretasi pemeriksaan mikroskopis
dibaca dengan skala International Union Against Tuberculosis and Lung
Disease (IUATLD), yaitu:
Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif.
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman
yang ditemukan.
Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
2) Pemeriksaan biakan kuman:
Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan cara :
Fibrotik
Kalsifikasi
Schwarte atau penebalan pleura
bakteriologik untuk memastikanaktivitas proses penyakit
Ada 3 macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang dicurigai TB,
yaitu :
2. Proyeksi Lateral
Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di belakang
kepala. Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan napas dan
akhir inspirasi dalam.
3. Proyeksi Top Lordotik
Proyeksi Top Lordotik dibuat bila foto PA menunjukkan kemungkinan
adanya kelainan pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi tambahan ini
hendaknya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila terdapat kesulitan
dalam menginterpretasikan suatu lesi di apeks. Pengambilan foto
dilakukan pada posisi berdiri dengan arah sinar menyudut 35-45 derajat
arah caudocranial, agar gambaran apeks paru tidak berhimpitan dengan
klavikula3.
Cara pembagian kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen. Salah
satunya adalah menurut bentuk kelainan:
Gambar 3. Tuberculoma
Gambar 4. TB pada dewasa
J. Penatalaksanaan TB
Tujuan pengobatan TB adalah:
Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan
produktivitas.
Mencegah kematian karena penyakit TB aktif atau efek lanjutannya.
Mencegah kekambuhan
Mengurangi transmisi atau penularan kepada yang lain.
Mencegah terjadinya resistensi obat serta penularannya.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakanterdiri dari
paduan obat utama dan tambahan.
2. Paduan OAT
Pengobatan TB standar dibagi menjadi:
Pasien baru
Paduan obat yang dianjurkan 2RHZE/4RH dengan pemberian
dosis setiap hari. Bila menggunakan OAT program, maka
pemberian dosis setiap hari pada fase intensif dilanjutkan dengan
pemberian dosis 3 kali seminggu dengan DOT 2RHZE/4R3H3.
Pada pasien dengan riwayat pengobatan TB lini pertama,
pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi secara
individual. Selama menunggu hasil uji resistensi, diberikan
paduan obat 2 RHZES/5RHE
Pasien Multi Drug Resistant (MDR).
TB paru dan TB ekstra paru diobati dengan regimen
pengobatan yang sama dan lama pengobatan berbeda:
Meningitis TB, lama pengobatan 9-12 bulan karena berisiko
kecacatan dan mortalitas. Etambutol sebaiknya digantikan dengan
streptomisin.
TB tulang, lama pengobatan 9 bulan karena sulit untuk menilai
respon pengobatan.
Kortikosteroid diberikan pada meningitis TB dan perikarditis TB
Limfadenitis TB, lama pengobatan minimal 9 bulan.
3. Efek Samping OAT :
Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikanpengobatan
tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapatmengalami efek
samping, oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek
samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping
yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan
dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat
dilanjutkan8.
Tabel 3. Pendekatan berdasarkan masalah penatalaksanaan OAT
PENUTUP
2. Alsagaff, H dan Mukty, A., 2006. Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: Airlangga University Press.