Você está na página 1de 15

1

ANGIOFIBROMA NASOFARING BELIA DENGAN DIAGNOSIS AWAL


HEMANGIOMA KAPILARE
Nimim Putri Zahara

Abstrak

Angiofibroma nasofaring belia adalah tumor jinak pembuluh darah yang jarang ditemukan,
bersifat agresif biasanya berasal dari foramen sphenopalatina dan mengenai pasien dewasa
muda. Diagnosis angiofibroma nasofaring belia didapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang berupa Computed Tomography (CT) scan atau Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
histopatologi. Terapi dari angiofibroma nasofaring belia adalah dengan tindakan
pembedahan. Dilaporkan seorang laki-laki usia 22 tahun datang dengan adanya benjolan pada
hidung kiri disertai mimisan dan hidung tersumbat. Berdasarkan hasil biopsi pertama adalah
hemangioma kapilare, dilakukan tindakan pembedahan ekstirpasi massa dengan pendekatan
rinotomi lateral dan didapatkan hasil histopatologi pasca operasi adalah angiofibroma
nasofaring belia. Kasus ini bertujuan untuk mengingatkan kembali mengenai angiofibroma
nasofaring belia serta patofisiologi Hemangioma kapilare dan perbedaan kedua diagnosis dari
segi histopatologis.

Kata kunci: angiofibroma nasofaring, hemangioma kapilare, mikroskopis, tatalaksana, terapi

Abstract

Juvenile angiofibroma is a benign tumors of blood vessels, which is rare but aggressively
destructed arise from sphenopalatine foramen on young man patient. Diagnosis made from
the history, physical examination, and investigation through Computed Tomography ( CT)
scan and Magnetic Resonance Imaging (MRI).The gold standard was histopathologic
examination. Therapy of juvenile angiofibroma is surgery. Reported a 22-year- old man
came with chief complaints lump in the left nostril with nosebleeds and nasal obstruction.
From the first biopsy result was hemangioma capillary and mass extirpation with lateral
rhinotomy approach with histopathology result post operation was showed juvenile
angiofibroma. This case was aimed to remind us about juvenile angiofibroma with
pathophysiology of capillary hemangioma and the difference of both diagnosis from the
histopathologic.

Keywords: juvenile angiofibroma, hemangioma capilary, microscopic,management, therapy

PENDAHULUAN
Massa hidung pertama kali dideskripsikan bahwa tumor ini berasal dari nasofaring
oleh Hippocrates yang mungkin juga sehingga dikenal dengan nasofaring
angiofibroma nasofaring termasuk angioma belia.
didalamnya. Pada tahun 1847, Chelius
mendeskripsikan adanya massa fibrosa di Secara makroskopik tumor pembuluh
hidung pada pasien laki-laki dewasa muda. darah mempunyai penampakan yang
Pada tahun 1906, Chaveau menyatakan hampir sama, yaitu tumor tampak

UNIVERSITAS INDONESIA
2

berwarna mulai dari pucat hingga Data dari Departemen Patologi Anatomi
berwarna merah hingga keunguan dan FKUI/RSCM tahun 2000-2005
sangat mudah terjadi perdarahan bila menyebutkan bahwa tumor nasal dan
trauma. Terkadang baik hemangioma paranasal menempati posisi ke 5 dari
maupun angiofibroma dapat dilapisi semua tumor daerah kepala leher sebesar
dengan jaringan nekrotik putih, sehingga 9.84%
sangat sulit untuk membedakannya dengan
tumor lain seperti papiloma inverted.2,13 ETIOLOGI

Friedbergs pada tahun 1940 menganalisis Penyebab ANB belum diketahui secara
pemeriksaan histologi dari tumor ini dan jelas, namun diduga berhubungan dengan
menjelaskan bahwa tumor ini terdiri dari hormon seks. Pengamatan yang
jaringan ikat dan terdapat komponen menunjukkan tumor secara khas muncul
pembuluh darah sehingga dikenal dengan pada remaja laki-laki, dan bahwa lesi
angiofibroma nasofaring belia. 1,2 sering regresi setelah perkembangan
lengkap karakteristik seks sekunder
Gambaran histologis pada hemangioma memberikan bukti pengaruh hormonal
terlihat pembuluh darah yang terdiri dari pada pertumbuhan tumor.1
sel-sel endotel single layer yang extensi
tidak teratur diantara jaringan ikat, Pada hemangioma, adanya peningkatan
tergantung pada komponen pembuluh faktor pembentukan angiogenesis dan
darah yang dominan. Pada hemangioma penurunan kadar angiogenesis inhibitor
kapiler terdiri dari pembuluh darah kapiler berperan dalam etiologi terjadinya tumor
yang dilapisi dengan epitel gepeng dan ini. 21
dipisahkan oleh stroma kolagen.13
PATOFISIOLOGI
EPIDEMIOLOGI Beberapa literatur mengatakan adanya
Angiofibroma nasofaring belia (ANB) kemungkinan tumor tumbuh dibawah
merupakan tumor dengan kekerapan pengaruh sirkulasi dan fluktuasi hormon
berkisar 0,05% dari semua tumor kepala seksual selama masa pubertas.
dan leher, dengan frekuensi satu diantara Pertumbuhan dari jaringan tumor
5.000-60.000 pasien THT di Amerika berkaitan dengan over produksi dari
Serikat. Meskipun jarang, ANB mengenai estrogen dan kurangnya produksi dari
secara eksklusif pada laki-laki. Usia saat hormon androgen. Akumulasi -catenin
terkena umumnya pada dekade kedua, yang merupakan koaktifator dari androgen
antara 7-19 tahun, dan jarang terjadi pada reseptor pada nukleus, menjelaskan
usia lebih dari 25 tahun.3 mengapa tumor ini banyak pada pasien
dewasa muda, dan juga kadar hormon pada
Hemangioma dapat terjadi pada segala serum yang normal.Disamping itu adanya
usia. Namun paling sering ditemukan pada dietilstilbestrol yang menurunkan potensial
wanita kulit putih usia lebih dari 40 pertumbuhan dari sel endotelial dan
tahun.12 Sedangkan pada usia kurang dari meningkatkan stimulasi dari jaringan
18 tahun, paling sering dijumpai pada laki- fibrosa. 4 Tetapi hingga saat ini belum ada
laki.13 Perbedaan dalam distribusi jenis penelitian yang membuktikan adanya
kelamin dengan usia menunjukkan adanya keterkaitan antara pertumbuhan tumor dan
keterlibatan faktor hormonal dalam perubahan kadar estrogen dan androgen. 1
etiologi hemangioma kapiler. Stimulasi
Penyebab hemangioma sampai saat ini
hormon progesterone meningkat, sehingga
masih belum jelas. Angiogenesis
meningkatkan kejadian hemangioma.12
kemungkinan memiliki peranan dalam
pertumbuhan pembuluh darah. Cytokines,

UNIVERSITAS INDONESIA
3

21
seperti Basic Fibroblast Growth Factor Perbedaan dalam distribusi jenis kelamin
(BFGF) dan Vascular Endotelial Growth dengan usia menunjukkan adanya
Factor (VEGF), mempunyai peranan keterlibatan faktor hormonal dalam
dalam proses angiogenesis. Peningkatan etiologi hemangioma kapiler. Stimulasi
faktor-faktor pembentukan angiogenesis hormon progesteronmeningkat, sehingga
seperti penurunan kadar angiogenesis meningkatkan kejadian hemangioma.
inhibitor misalnya gamma-interferon, Perkembangan hemangioma kemungkinan
tumor necrosis factorbeta, dan ada hubungannya dengan proliferasi
transforming growth factorbeta berperan pembuluh darah lokal dan peningkatan
dalam etiologi terjadinya hemangioma. tekanan hidrostatik yang berulang.21
GAMBARAN KLINIS Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain dengan Computed
Gambaran klinis tergantung dari letak Tomography (CT) Scan dengan resolusi
tumor dan perluasannya serta saat tumor tinggi dan Magnetic Resonance Imaging
terdiagnosis. Pola dari penyebaran tumor (MRI). Diagnosis ditegakkan berdasarkan
secara submukosa dan jaringan lunak lokasi dari tumor dan pola penyebarannya
disekitar lesi lemah. Tumor dapat yang dapat dilihat dengan jelas
menyebar ke anterior ke dalam kavum menggunakan kontras pada pemeriksaan
nasi, ke arah superior menuju sinus CT Scan. Pada ANB biasanya tumor
sphenoid dan sella, ke arah lateral melalui berasal dari regio foramen sphenopalatina,
foramen sphenopalatina menuju fosa maka biasanya didapatkan pembesaran
pterygomaksila,fosa infratemporal dan foramen ini pada hasil CT Scan. MRI
fisura infaorbita. Tumor dapat menyebar dengan kontras dapat membedakan antara
ke intrakranial melalui sella atau melalui tumor dengan jaringan sekitar dan sangat
foramen lacerum menuju ke fossa kranii sensitif untuk mengidentifikasi adanya
media. penyebaran tumor ke intrakranial, begitu
juga dengan CT Scan. 1,2
Pasien mayoritas datang dengan keluhan
hidung tersumbat dan epistaksis spontan Arteriografi mempunyai nilai diagnostik
yang masif. Pasien dengan massa yang dan terapetik, dengan melakukan
besar dapat juga disertai dengan proptosis, embolisasi feeding vessel tumor. Keduanya
gangguan pendengaran konduktif, bengkak dapat dilakukan terpisah atau bersama.
pada pipi, dan bahkan defisit pada nervus Pola retikuler yang khas biasanya terlihat
kranialis III-VI. Pemeriksaan klinis harus pada awal fase arteri, dengan blush
dengan menggunakan endoskopi untuk homogen padat yang menetap sampai fase
melihat regio nasal sampai nasofaring. vena. Adanya awal draining vein jarang
Penampakan dari tumor menggambarkan terjadi. 6
vaskularisasi dari tumor itu sendiri, dapat
berwarna pucat jika tumor didominasi oleh Identifikasi suplai darah preoperatif
jaringan fibrosa, atau merah tua jika merupakan hal yang penting untuk
didominasi oleh jaringan vaskular. Pada menentukan strategi pembedahan yang
pemeriksaan nasoendoskopi biasanya tepat. Meskipun magnetic resonance
didapatkan massa polipoid atau massa angiography (MRA) dapat membantu
submukosa yang memenuhi nasofaring dalam penilaian vaskular, gambaran
dan menyebabkan sumbatan pada nares lengkap dari semua pembuluh darah
posterior. Tumor yang lebih besar lagi memerlukan angiografi. Feeding vessel
dapat menyebabkan pendorongan pada juvenile angiofibroma nasofaring berasal
palatum molle yang menyebabkan sistem karotis eksternal terutama dari
pembengkakan pada antrum maksila dan cabang arteri maksilaris interna distal,
meluas hingga fossa infratemporal. 1,2 umumnya cabang sphenopalatina, palatina

UNIVERSITAS INDONESIA
4

desenden, dan alveolar posterior superior. Biopsi massa merupakan suatu


Terkadang arteri faringealis asenden ikut kontraindikasi karena adanya resiko
mensuplai tumor. 3 perdarahan disamping karena diagnosis
yang akurat sudah dapat ditegakkan
Arteriografi sebelum pembedahan dengan menggunakan modalitas radiologi.
diindikasikan untuk menentukan luasnya Saat ini peranan angiografi sebelum
lesi, jumlah vaskularisasi dan asal feeding embolisasi untuk mengurangi pasokan
vessel. Dalam menentukan batas tumor, darah pada tumor sangat penting. 1
penilaian perluasan intrakranial sangat
penting karena operasi dapat menyebabkan Penentuan stadium pada tumor
bahaya lain. Gambaran angiografi berdasarkan hasil CT Scan. terdapat 4
merupakan ciri khas, dan diagnosis sistem pengklasifikasian yaitu
preoperatif biasanya memungkinkan berdasarkan Session, Fisch, Chandler dan
dikerjakan sebelum biopsi. 7 Redkowski yang dapat dilihat padatabel
dibawah.

Session Fisch Chandler Redkowski


IA: terbatas pada I: terbatas pada I: terbatas pada IA: terbatas pada
kavum nasi dan atau kavum nasi, nasofaring kavum nasi dan atau
nasofaring nasofaring, tanpa nasofaring
1B: Mengenai > destruksi tulang 1B: Mengenai >
sinus sinus
IIA: minimal pada II: fossa II: mengenai kavum IIA: minimal pada
Fossa pterygomaksila, sinus nasi, dan sinus Fossa
Pterygomaksila paranasal dan disertai sphenoid Pterygomaksila
IIB: mengenai destruksi tulang IIB: mengenai
seluruh fossa seluruh fossa
pterygomaksila dan pterygomaksila dan
atau mengerosi atau mengerosi
tulang orbita tulang orbita
IIC: mengenai fossa IIC: posterior sampai
infratemporal dengan pterygoid plate
atau tanpa
keterlibatan pipi

III: perluasan III:fossa III: mengenai IIIA: mengerosi basis


intrakranial infratemporal, antrum, sinus kranii (intrakranial
dengan atau regio ethmoid, fossa minimal)
parasellar yang masih pterygomaksila, fossa IIIB: mengerosi basis
berada di lateral dari infratemporal dan kranii, perluasan
sinus kavernosus atau pipi. intrakranial sampai
sinus kavernosus.
IV: sinus kavernosus, IV: perluasan
kiasma optikum intrakranial
dengan atau tanpa
disertai fossa pituitari
Tabel 1. Klasifikasi Angiofibroma nasofaring1,6

UNIVERSITAS INDONESIA
5

Setiap sistem pengklasifikasian diatas kranial. Pada angiografi polip angiomatosa


berdasarkan penyebaran tumor dan mempunyai tampilan hipovaskuler atau
semakin tinggi tingkatan, semakin luas lesi avaskuler. Pada CT scan polip tidak
yang ditimbulkan. Pengklasifikasian ini menyangat atau hanya menyangat
berguna dalam rencana penatalaksanaan minimal. Polip dapat dieksisi dengan
dan hasil yang dilaporkan, sehingga mudah dan jarang terjadi kekambuhan.
sebenarnya pengklasifikasian yang bersifat Angiografi dan embolisasi tidak
universal sangat dibutuhkan. diperlukan pada polip. 8

DIAGNOSIS BANDING Tumor yang meluas ke fossa


pterigopalatina dapat menyebabkan
Diagnosa dari angiofibroma nasofaring pendorongan pada dinding posterior
ditegakkan berdasarkan gejala klinis, maksila seperti rabdomyosarcoma,
pemeriksaan fisik dan pola penyebaran hemangioma dan neurilemmomas harus
tumor yang ditemukan pada pemeriksaan dapat dibedakan dengan angiofibroma.
CT Scan, walaupun banyak terdapat jenis Pada beberapa tumor dengan lesi vaskuler
tumor lain yang terdapat di kavum nasi juga dapat terlihat pada MRI sehingga sulit
yang juga memberikan gejala yang sama untuk dibedakan dengan angiofibroma
dan pada kelompok usia yang sama juga. sehingga diperlukan pemeriksaan sitologi.

Polip angiomatosa adalah polip GAMBARAN HISTOPATOLOGI


inflamatorik hidung yang mempunyai
komponen vaskuler dan fibrosa. Secara Secara makroskopik, gambaran
histologi merupaka tumor jinak dan mirip angiofibroma sangat tergantung pada
dengan angiofibroma nasofaring. Polip komponen penyusunnya, yaitu komponen
tidak mempunyai predileksi jenis kelamin. pembuluh darah dan komponen jaringan
Kemungkinan adanya polip angiomatosa fibrosa. Gambaran massa sangat bervariasi
harus selalu dipikirkan sebelum mulai dari putih pucat sampai merah dan
mempertimbangkan diagnosa terdapat lapisan pembuluh darah yang
angofibroma, pada pasien dewasa dan rapuh. Tumor jenis ini tidak berkapsul dan
perempuan. Gejala yang paling sering meluas melalui submukosa dan infiltrasi
muncul adalah hidung tersumbat dan lokal. Pada spesimen yang besar, tumor
sering mimisan. Pembesaran lesi secara biasanya berlobulasi dengan ketebalan
perlahan dapat menyebabkan erosi tulang, yang bervariasi. 1 Gambaran mikroskopik
pendesakan struktur tulang di dekatnya, dari tumor ini merupakan variasi dari
pipi bengkak dan eksoftalmus. 8 angioma karena adanya komponen
vaskuler diantara jaringan ikat padat. Dari
Polip angiomatosa terletak terutama di mikroskop elektron disimpulkan bahwa sel
fossa nasalis dan bukan di nasofaring, stroma dapat berasal dari fibroblas dan
tidak meluas ke fossa pterigopalatina, miofibroblas yang sering dapat dilihat
1
sinus sphenoidalis, maupun ke intra pada kelainan fibroproliferatif.

UNIVERSITAS INDONESIA
6

Gambar 2. Gambaran makroskopik dan mikroskopik dari Angiofibroma nasofaring

HEMANGIOMA dengan hemangioma.Hemangioma dalam


Hemangioma dapat terjadi pada seluruh rongga hidung sering di diagnosis banding
bagian tubuh, namun paling sering muncul dengan poliposis perdarahan atau polip
pada wajah, kulit kepala, dada atau angiofibromatous, dan biasanya terjadi
punggung. Pengobatan hemangioma pada septum hidung bagian anterior.12
biasanya tidak diperlukan, kecuali apabila
mengganggu penglihatan atau pernapasan. Tumor ini tampak berwarna merah atau
Hemangioma dapat muncul pada saat lahir, ungu dan mudah berdarah bila terjadi
tetapi lebih sering muncul pada usia trauma. Terkadang, hemangioma dapat
beberapa bulan.9 dilapisi dengan jaringan nekrotik putih,
Hemangioma pada hidung adalah lesi yang sehingga
jarang terjadi namun tetap harus sangat sulit untuk membedakan
dipikirkan sebagai diagnosis banding hemangioma hidung dengan tumor lain
massa intra-nasal dengan perdarahan.10 seperti penyakit papiloma inverted.13
Pada gambaran histologis, terlihat
Hemangioma adalah tumor jinak pembuluh darah yang terdiri dari sel-sel
pembuluh darah, yang berasal dari kulit, endotel single layer yang extensi tidak
mukosa dan struktur dalam seperti tulang, teratur diantara jaringan ikat.
otot dan
kelenjar.Hemangiomabisajugaterjadipada Meskipun sebagian besar hemangioma
rongga hidung dan sinus paranasal.11 kongenital hilang secara alami,
hemangioma septum hidung membutuhkan
Hemangioma terdiri dari dua jenis utama, terapi mendasar. Terapi radiasi, dan
yaituhemangiomakapiler dan operasi fundamental atau pendukung dapat
kavernosa.Hemangiomalainnyaadalahhem diterapkan tetapi metode yang paling
angiomatipecampur. 10 efektif pada kasus lokal adalah tindakan
pembedahan. Secara umum, metode
Sebagian besar darineoplasmainiadalah terbaik pengobatan adalah dengan reseksi
hemangiomakapiler dan ditemukan luas tumor hingga dasar mukosa dan
melekat pada septum hidung. perikondrium. 12
Hemangioma kavernosasering ditemukan Pada tumor yang lebih luas, terapi pilihan
pada dinding lateral rongga hidung. 10 tetap dengan eksisi ditambah dengan
persiapan pra operasi yaitu embolisasi.
Secara klinis, keluhan utama meliputi
Metode lain yang efektif untuk manajemen
hidung tersumbat dan mimisan. Nyeri
hemangioma termasuk skleroterapi,
biasanya tidak ada pada keluhan pasien

UNIVERSITAS INDONESIA
7

cryotherapy dan reseksi dengan didapatkan teori bahwa kemoterapi


13
menggunakan laser. diberikan pada tumor residu dimana tidak
Pendekatan lain diperlukan untuk ada indikasi untuk operasi maupun
mengatasi kelainan vaskular,beberapa di raditerapi. Penggunaan terapi radiasi masih
antaranya adalah dengan terapi steroid, diperdebatkan karena adanya risiko
bleomycin, dan propranolol, yang dapat transformasi sarkomatoid. Beberapa
membantu menekan perkembangan penulis merekomendasikan terapi radiasi
hemangioma sebelum dilakukan terapi sebagai terapi ajuvan pada unresectable
pembedahan.21 tumor, terdapat residu tumor atau terdapat
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa perluasan intrakranial yang luas.17
propranolol adalah terapi yang efektif
untuk hemangioma kepala leher terutama Embolisasi
ketika dimulai sejak dini pada fase Embolisasi preoperatif direkomendasikan
pertumbuhan yang cepat. 21 sebagai prosedur standar untuk
mengurangi kehilangan darah selama
PENATALAKSANAAN operasi, sehingga memungkinkan eksisi
Terapi yang dapat dilakukan meliputi total, mengurangi komplikasi dan
pembedahan, radiasi, krioterapi 14, meminimalkan residu tumor. Tujuannya
elektrokoagulasi, terapi hormonal, adalah mengurangi suplai darah ke
embolisasi, dan injeksi agen sklerosing. 15 tumor, dan hal ini akan efisien jika agen
Pembedahan merupakan penatalaksanaan emboli dapat masuk ke pembuluh darah di
yang dianjurkan dan paling banyak dalam tumor, yang paling baik dicapai
diterima, tetapi terdapat risiko perdarahan dengan partikel berukuran kecil seperti
yang besar akibat tingginya vaskularisasi polivinil alkohol. Pemilihan ukuran
tumor, seringkali lebih besar dari 2.000 ml. partikel merupakan keseimbangan antara
Saat ini banyak yang memberikan terapi keamanan dan efisiensi dan tergantung
embolisasi sebelum dilakukannya operasi apakah posisi kateter dapat dicapai dengan
dan pemberian radioterapi setelah operasi. injeksi langsung agen emboli ke dalam
Tetapi penelitian yang dilakukan oleh tumor. Partikel kecil akan masuk lebih
Fonseca dkk didapatkan bahwa masih dalam ke dalam tumor tetapi mempunyai
dapat untuk dilakukan ekstirpasi tumor risiko yang lebih tinggi untuk terjadi
sampai stadium Fisch III tanpa dilakukan nekrosis kulit dan kelumpuhan saraf
embolisasi praoperasi mengingat para ahli kranial. Bahan yang paling sering
Radiologi intervensi tidak selalu tersedian digunakan adalah polivinil alkohol atau
di semua sentra pelayanan kesehatan.16. gelfoam. Embolisasi dapat mengurangi 60-
70% perdarahan intraoperatif. Pembedahan
Pengobatan konservatif juga telah dicoba dilakukan 2-5 hari setelah embolisasi. 5, 17
yaitu dengan memberikan estrogen analog
yang terkenal pada tahun 1970-1980 Ujung kateter ditempatkan sedekat
sebagai terapi dari adanya stimulasi respon mungkin dengan lesi, biasanya di distal
analog. Tetapi terapi ini sekarang sudah arteri karotis eksterna di setinggi
banyak ditinggalkan. Goepfert pada tahun bifurkasio ke arteri temporalis superfisial
1985 telah memberikan kemoterapi pada 5 dan maksilaris interna. Posisi kateter yang
pasien dengan 2 regimen yang berbeda. tepat sangat penting untuk mencegah
Regimen yang pertama yaitu kombinasi refluks ke arteri karotis interna. Injeksi
dari doxorubicin dan dacarbazine, sedang dengan kecepatan melebihi aliran arteri
regimen kedua adalah vincristin, juga dapat mengakibatkan refluks ke
dactinomycin dan cyclophosphamid. trunkus arteri proksimal dan bisa terjadi
Kelima pasien mengalami regresi besar embolisasi intrakranial. Komplikasi ringan
tumor. Berdasarkan penelitian inilah seperti demam dan nyeri lokal dapat terjadi

UNIVERSITAS INDONESIA
8

12-24 jam setelah embolisasi dan diobati maksilaris. Hal ini dapat diatasi dengan
dengan steroid. Bradikardi sementara injeksi atropin. 5, 17
dapat terjadi selama injeksi arteri

Gambar 3. Angiogram menggambarkan angiofibroma sebelum dan sesudah embolisasi, suplai darah tumor dari
arteri maxillaris interna

PEMBEDAHAN Penelitian yang telah dilakukan oleh


Oliveira dkk menyatakan bahwa waktu
Pengangkatan tumor tetap merupakan operasi yang dibutuhkan pada pendekatan
penatalaksanaan utama, dimana dengan endoskopik lebih sedikit
pendekatan dari insisi yang akan dibandingkan dengan waktu yang
digunakan sangat ditentukan oleh stadium dibutuhkan pada pendekatan terbuka dan
tumor berdasarkan hasil pemeriksaan kebutuhan transfusi intraoperatif yang
radiologi. Pendekatan yang digunakan lebih sedikit. 18
harus dapat memvisualisasi tumor secara
keseluruhan untuk mempermudah proses Sedangkan pada penelitian Llorente dkk
operasi. Caroll dalam bukunya menulis didapatkan kesimpulan bahwa pendekatan
bahwa pendekatan untuk pengangkatan endoskopik baik digunakan pada
tumor ini dapat transfasial maupun angiofibroma stadium awal (Fisch 1 dan
transbasal. Dimana pendekatan secara II), sedang pembedahan terbukan baik
transfasial lebih jauh lagi dapat dibagi digunakan pada stadium lanjut (Fisch III-
menjadi transoral, transnasoethmoidal dan IV). 19
transmaksila. Sedangkan pendekan
transbasal dapat dibagi lagi menjadi Tumor yang berada pada kavum nasi dan
anterior dan lateral. meluas ke anterior dan inferior ke sinus
maksila dapat dilakukan insisi midfasial
degloving.

UNIVERSITAS INDONESIA
9

Gambar 4. Midfasial degloving

Insisi transoral ini diperkenalkan oleh anterior maksila ditembus sehingga massa
Conley 1979 dimana letak insisi adalah dapat terekspos maksimal.
pada sulkus ginggivobukal dari tuberositas
maksila ke tuberositas maksila Tumor yang meluas dan melibatkan sinus
kontralateral dan diperluas hingga ethmoid dan nasofaring dapat dilakukan
mencapai apertura piriformis dan dinding pendekatan rinotomi lateral.

Gambar 5. Rinotomi lateral

Pendekatan yang dilakukan harus diangkatnya prosesus maksila, dinding


memperhitungkan kedudukan tulang pada nasoantral dibawah konka inferior, tulang
piramid hidung sebagai sisi estetis jangka lakrimal, lamina papirasea dan sel etmoid
panjang. Tumor yang meluas dan anterior sampai posterior sampai pada
melibatkan seluruh kavum nasi dan sinus lempeng kribriform, sedang bagian yang
maksila dengan erosi dari dinding dipertahankan ialah sakus lakrimal dan
posterior sinus, dapat dilakukan insisi dustusnya serta periosteum dari dinding
Weber-Ferguson, dimana massa dapat medial orbita.
terekspos secara maksimal dengan

UNIVERSITAS INDONESIA
10

Gambar 6. Insisi Weber Ferguson

Pada pendekatan transpalatal, palatum molle diinsisi dan diretraksi. Kemudian palatum
durum direseksi agar lapangan operasi dapat terlihat lebih jelas. Tulang palatum juga
direseksi sehingga aspek inferior dari pterigoid dapat terlihat.

UNIVERSITAS INDONESIA
11

Gambar 7. Pendekatan transpalatal


RADIOTERAPI telah mencapai intrakranial dan melibatkan
sinus kavernosus dan kiasma optikus.
Pemberian radiasi eksternal pada ANB dan Komplikasi jangka panjang dari pemberian
hemangioma kapilare umumnya diberikan radioterapi eksternal adalah adanya
pada tumor yang besar yang diperkirakan retardasi pertumbuhan, panhipopitutari,
tidak dapat direseksi, misalnya tumor yang nekrosis lobus temporal, katarak. 17
LAPORAN KASUS Dari pemeriksaan CT Scan pada
didapatkan massa yang menyangat
Dilaporkan 1 kasus, laki-laki 24 tahun, heterogen pasca pemberian kontras batas
datang ke Poli Onkologi THT dengan tidak tegas yang mengisi sinus maksilaris
keluhan hidung tersumbat sudah 1.5 tahun kanan, etmoidalis bilateral, sphenoid
dengan VAS 10, yang disertai dengan bilateral, yang memenuhi lumen
mimisan. Selain itu, 1 tahun terakhir nasofaring dan orofaring, mengobliterasi
dirasakan adanya benjolan yang tumbuh torus tubarius, fossa rossenmuller,
dari hidung kiri. Pasien juga mengeluhkan parapharyngeal space bilateral, dan
nyeri disekitar hidung dan telinga rasa melibatkan m. Pterogoid medial kanan
penuh. kiri, m.pterigoid lateral kiri, m. Longus
capitis kanan kiri, m. Tensor dan levator
Dari pemeriksaan fisik hidung didapatkan
veli palatini kanan kiri, m. Splenius
kavum nasi kanan sempit karena septum
capitis, palatum molle, palatum durum,
terdorong oleh massa dari kavum nasi kiri,
otot-otot lidah, mendestruksi septum nasi
sedang pada kavum nasi kiri tampak massa
dan erosi tulang-tulang di regio massa
pucat kemerahan berbenjol-benjol dan
tersebut. Limfadenopati cervical profunda
mudah berdarah. Dari tenggorok
curiga keganasan.
didapatkan celah orofaring sempit dan
terdapat massa yang mendorong palatum. Hasil patologi anatomi adalah
Terdapat juga pembesaran kelenjar getah Hemangioma kapilare.
bening level II dengan ukuran 2x2x1 cm
dengan perabaan kenyal, mobile, dan tidak Dari hasil cancer meeting, pasien
nyeri tekan. Saat itu pasien didiagnosis direncanakan untuk radiasi sebanyak 22
massa sinonasal dengan ancaman kali. Dan dari hasil CT Scan evaluasi pasca
sumbatan jalan napas atas derajat 1 dan radiasi didapatkan lesi terlihat sedikit
telah dilakukan trakeostomi dan biopsi mengecil di daerah kavum nasi dan rongga
massa. mulut, masticator-parotid space dan sinus
sfenoethmoidalis. Kemudian pasien
dilakukan pemeriksaan arteriografi

UNIVERSITAS INDONESIA
12

cerebralis, didapatkan hasil multipel lesi dengan stimulasi hormon estrogen yang
hipervaskular berasal dari arteri faringeal meningkat.
asenden kiri, arteri meningea aksesoris
kiri, arteri maksilaris interna kanan kiri, Pasien mengeluh terdapat benjolan di
arteri facialis kanan dan segmen servikal dalam hidung kiri sejak 3,5 tahun lalu
arteri karotis interna kiri, dengan saran yang makin membesar. Pasien sering
dilakukan embolisasi. mengalami mimisan dan hidung tersumbat.
Tidak ada nyeri pada hidung. Hal ini
Pada cancer meetingberikutnya diputuskan sesuai dengan teori yang menyatakan
pasien untuk dikonsulkan ke Bedah bahwa secara klinis, keluhan utama
vaskular dan direncanakan embolisasi. Di meliputi hidung tersumbat dan mimisan.1,2
bagian bedah vaskuler, pasien didiagnosa Nyeri biasanya tidak ada pada keluhan
dengan kecurigaan pada suatu malformasi pasien dengan angiofibroma nasofaring
dari pembuluh darah vena dan belia.2
direncanakan meeting kembali pada bagian
bedah vaskuler dengan mengundang Pada pemeriksaan fisik pasien kasus ini,
bagian Radiologi, Patologi Anatomi dan sesuai dengan teori bahwa angiofibroma
THT. nasofaring belia tampak berwarna merah
atau ungu dan mudah berdarah bila terjadi
Pasien dikonsulkan kembali ke THT oleh trauma.1, 2.
Bedah Vaskuler dan direncanakan
ekstirpasi dengan embolisasi praoperasi. Pemeriksaan CT scan didapatkan tumor
Embolisasi praoperasi dilaksanakan pada yang menyangat heterogen pasca
tanggal 10 April 2014 terhadap a. pemberian kontras yang berbatas tidak
Maksilaris interna kanan dan kiri dengan tegas yang mengisi sinus maksilaris
menggunakan PVA (Polyvinyl alcohol). kanan, etmoidalis bilateral, sphenoid
Ekstirpasi tumor pada tanggal 11 April bilateral, yang memenuhi lumen
2014 dengan pendekatan rinotomi lateral nasofaring dan orofaring, mengobliterasi
dan transpalatal dengan jumlah perdarahan torus tubarius, fossa rossenmuller,
500 cc dan hasil pemeriksaan histopatologi parapharyngeal space bilateral, dan
didapatkan tumor merupakan suatu melibatkan m. Pterogoid medial kanan
angiofibroma juvenilis. kiri, m.pterigoid lateral kiri, m. Longus
capitis kanan kiri, m. Tensor dan levator
Follow up 3 bulan pasca operasi veli palatini kanan kiri, m. Splenius
didapatkan keluhan mimisan sudah tidak capitis, palatum molle, palatum durum,
ada, luka insisi baik, dan dari hasil otot-otot lidah, mendestruksi septum nasi
pemeriksaan endoskopi sudah tidak dan erosi tulang-tulang di regio massa
didapatkan adanya massa, serta pasien saat tersebut. Limfadenopati cervical profunda
ini sudah dekanulasi. curiga malignansi.Terdapat penyangatan
kontras pada kasus ini yang sesuai dengan
DISKUSI teori bahwa pada tumor pembuluh darah
akan tampak penyangatan kontras. CT
Angiofibroma biasanya terjadi pada scan dipakai untuk melihat keikutsertaan
dekade kedua yaitu usia antara 7-19 tahun, tulang sedangkan untuk melihat jaringan
namun jarang terjadi pada usia diatas 25 lunak MRI lebih baik. Pada kasus ini, MRI
tahun. Sering ditemukan pada laki-laki tidak dilakukan karena masalah biaya dan
usia muda. 1,2 Hal ini sesuai dengan kasus, pemeriksaan CT scan sudah cukup untuk
yaitu pasien laki-laki usia 22 tahun. menunjukkan lesi dan perluasan tumor.
Walaupun etiologi belum diketahui secara
pasti namun kemungkinan ada kaitannya Berdasarkan hasil CT Scan didapatkan
tumor sudah mencapai fossa

UNIVERSITAS INDONESIA
13

pterygomaksila sehingga dalam sistem kehilangan darah selama operasi, sehingga


klasifikasi Chandler pasien sudah memungkinkan eksisi total dan
mencapai tumor stadium III, sedang mengurangi komplikasi serta
menurut Redkowski, pasien dalam tumor meminimalisir residu tumor. 5,7 Hal ini
stadium IIC. Karena adanya perbedaan sudah sesuai dengan prosedur yang
inilah, sangat dibutuhkan dilakukan pada kasus ini yaitu dengan
pengklasifikasian yang sifatnya universal, ekstirpasi massa dengan embolisasi pre-
sehingga tata laksana akan optimal, operatif.
sehingga prognosis akan lebih baik.
Hasil histopatologi dari jaringan yang
Hasil biopsi pertama pada bulan diambil pada saat operasi didapatkan
didapatkan Hemangioma kapilare. Hal ini sesuai dengan angiofibroma juvenilis.
dapat sesuai dengan teori yang Hingga saat ini etiologi dari angiofibroma
menyatakan adanya gejala klinis mimisan juvenilis belum dapat dipastikan, namun
dan hidung tersumbat. Pemeriksaan fisik angiogenesis kemungkinan memiliki
menunjukkan tampak massa pada hidung peranan dalam pertumbuhan pembuluh
yang mudah berdarah dan berwarna darah. Dari hasil kedua pemeriksaan
kemerahan. Keluhan dan pemeriksaan histopatologis didapatkan perbedaan
fisik tersebut mengarah ke diagnosis dimana pada hasil yang pertama tumor
adanya tumor pembuluh darah. Untuk merupakan suatu hemangioma kapilare,
mengurangi massa tumor, pasien diradiasi, tetapi pada pemeriksaan hasil histopatologi
sesuai dengan literatur yang menyatakan pasca operasi, tumor merupakan suatu
bahwa terapi efektif adalah radiasi dan angiofibroma juvenilis. Hal ini dapat
operasi. Pasca radiasi, tumor mengecil dan dimungkinkan karena adanya jumlah
keluhan epistaksis sangat berkurang. spesimen yang tidak cukup banyak untuk
menggambarkan suatu tumor secara
Secara umum, metode terbaik pengobatan keseluruhan.
adalah dengan reseksi luas tumor hingga
dasar mukosa. 2 Hal ini berperan dalam Pasien harus dimonitoring setidaknya 5
pencegahan kekambuhan. Embolisasi tahun pertama setelah terapi untuk
preoperatif direkomendasikan sebagai mengetahui adanya kekambuhan dini.
prosedur standar untuk mengurangi

UNIVERSITAS INDONESIA
14

Daftar Pustaka Foundation for Medical Education


and Research; 2013.
1. Camila MAC, Irving P, Patrick JG. 10. Archontaki, Stamou AK,
Head and Neck Oncology. London: Hajiioannou JK, Kalomenopoulou
2003; Martin Dunitz. M, Korkolis DP, and Kyrmizakis.
2. Panda NK, Gupta G, Sharma S, Cavernous hemangioma of the left
Gupta A. Nasopharyngeal nasal cavity. Acta Otorhinolaryngol
Ital. 2008; 28(6): 30911.
angiofibroma-changing trends in
11. Bestari J Budiman, Ricki Octiza.
the Management. Indian J Capillary Hemangioma of Nasal
Otolaryngol Head Neck Surg. Septum. Department of
2012; 64(3):233-9 Otorhinolaryngology Head and
3. Garca MF, Yuca SA, Yuca K. Neck surgery. Faculty of Medicine,
Juvenile Nasopharyngeal Andalas
Angiofibroma. Eur J Gen Med. university/Dr.M.DjamilHospital.
http://repository.unand.ac.id/16688/1/Capillary_hem
2010;7(4): 419-25 angioma_of_nasal_septum.pdf
4. Moneag AG, Tretiakova M, 12. Kim ST, Kim SH, Gu GY, M.D.
Rivhardson M. Steroid hormone Cha HE. Three Cases of
reseptor expression in Hemangioma in Nasal Septum. J
Nasopharyngeal Angiofibromas. Rhinol 2000. Department of
Am J Clin Pathol. 2006; 125: 832- Otorhinolaryngology-Head and
Neck Surgery,Gil Hospital,Gachon
7.
Medical School, Inchon, Korea
5. Sutton D, Gregson RHS. 13. Nobuko I, Kenji H, Takashi N,
Arteriography and Interventional Takahiro T. Hemangioma of the
Angiography. In: Sutton D. nasal cavity:A clinicopathologic
Textbook of Radiology and study. Auris, Nasus, Larynx 29;
Imaging. 7th ed. Churchill 2002: 335-9
Livingstone. 2008 : 1544-83 14. Maniglia AJ, Mazzarella LA,
Minkowitz S et al. Maxillary sinus
6. Naz N, Ahmed Z, Shaikh SM,
angiofibroma treated with
Marfani MS. Juvenile
cryosurgery. Arch Otolaryngol
nasopharyngeal Angiofibroma
1969; 89:111116
Role of Imaging in Diagnosis,
15. Chen WL, Huang Z, Li J, Chai Q,
Staging and Recurrence. Pakistan
Zhang D. Percutaneius
Journal of Surgery. 2009; 25 (3):
sclerotherapy of juvenile
185-9
nasopharyngeal angiofibroma
7. Roberson GH, Price AC, Davis
using fibrin glue combined with
JM, Gulati A. Therapeutic
OK-432 and bleomycin.
Embolization of Juvenile
international journal of Pediatric
Angiofibroma. AJR. 1979; 133:
Otorhinolaryngology. 2010. vol 74.
657-63
422-5
8. Verma N, Kumar N, Azad R,
16. Fonseca AD, Vinbaes E,
Sharma N. Angioamtous Polyp : A
Boaventura V, Andrade N, Dias L,
Condition Difficult to Diagnose.
Medeiros V et al. Surgical
Otorhinolaryngology Clinics: An
treatment of non-embolized
International Journal. 2011; 3(2):
patients with nasoangiofibroma.
93-7
Rev Braz Otorrinolaringol. 2008;
9. Mayoclinic. Diseases and
74 (4): 583-7
Conditions Hemangioma. Mayo

UNIVERSITAS INDONESIA
15

17. Nicolai P, Schreiber A, Villaret the treatment of Juvenile


AB. Juvenile Angiofibroma: nasopharyngeal angiofibroma. Acta
Evolution of Management. Otorinolaringol Esp. 2011;62(4):
International Journal of Pediatrics. 279-86.
2012: 1-11 20. Kushner, B. J., Maier, H.,
18. Oliveira JAA, Tavares MG, Aguiar Neumann, R., Drolet, B. A.,
CV, Azevedo J, Sousa J, Almeida Esterly, N. B., & Frieden,I. J
P et al. Comparison between (1999). Hemangiomas in Children.
endoscopic and open surgery in 37 Balai Penerbit FKUI.
patients with nasopharyngeal 21. Barry M. Zide, DMD, MD, and
angiofibroma. Braz J Steven M. Levine, MD.
Otorhinolaryngol. 2012;78 (1); 75- Hemangioma Update Pearls From
80. 30 Years of Treatment. Ann Plast
19. Llorente JL, Lopez F, Suarez V, Surg 2011; 000000
Costales M, Suarez C. Evolution in

UNIVERSITAS INDONESIA

Você também pode gostar