Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstrak
Angiofibroma nasofaring belia adalah tumor jinak pembuluh darah yang jarang ditemukan,
bersifat agresif biasanya berasal dari foramen sphenopalatina dan mengenai pasien dewasa
muda. Diagnosis angiofibroma nasofaring belia didapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang berupa Computed Tomography (CT) scan atau Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
histopatologi. Terapi dari angiofibroma nasofaring belia adalah dengan tindakan
pembedahan. Dilaporkan seorang laki-laki usia 22 tahun datang dengan adanya benjolan pada
hidung kiri disertai mimisan dan hidung tersumbat. Berdasarkan hasil biopsi pertama adalah
hemangioma kapilare, dilakukan tindakan pembedahan ekstirpasi massa dengan pendekatan
rinotomi lateral dan didapatkan hasil histopatologi pasca operasi adalah angiofibroma
nasofaring belia. Kasus ini bertujuan untuk mengingatkan kembali mengenai angiofibroma
nasofaring belia serta patofisiologi Hemangioma kapilare dan perbedaan kedua diagnosis dari
segi histopatologis.
Abstract
Juvenile angiofibroma is a benign tumors of blood vessels, which is rare but aggressively
destructed arise from sphenopalatine foramen on young man patient. Diagnosis made from
the history, physical examination, and investigation through Computed Tomography ( CT)
scan and Magnetic Resonance Imaging (MRI).The gold standard was histopathologic
examination. Therapy of juvenile angiofibroma is surgery. Reported a 22-year- old man
came with chief complaints lump in the left nostril with nosebleeds and nasal obstruction.
From the first biopsy result was hemangioma capillary and mass extirpation with lateral
rhinotomy approach with histopathology result post operation was showed juvenile
angiofibroma. This case was aimed to remind us about juvenile angiofibroma with
pathophysiology of capillary hemangioma and the difference of both diagnosis from the
histopathologic.
PENDAHULUAN
Massa hidung pertama kali dideskripsikan bahwa tumor ini berasal dari nasofaring
oleh Hippocrates yang mungkin juga sehingga dikenal dengan nasofaring
angiofibroma nasofaring termasuk angioma belia.
didalamnya. Pada tahun 1847, Chelius
mendeskripsikan adanya massa fibrosa di Secara makroskopik tumor pembuluh
hidung pada pasien laki-laki dewasa muda. darah mempunyai penampakan yang
Pada tahun 1906, Chaveau menyatakan hampir sama, yaitu tumor tampak
UNIVERSITAS INDONESIA
2
berwarna mulai dari pucat hingga Data dari Departemen Patologi Anatomi
berwarna merah hingga keunguan dan FKUI/RSCM tahun 2000-2005
sangat mudah terjadi perdarahan bila menyebutkan bahwa tumor nasal dan
trauma. Terkadang baik hemangioma paranasal menempati posisi ke 5 dari
maupun angiofibroma dapat dilapisi semua tumor daerah kepala leher sebesar
dengan jaringan nekrotik putih, sehingga 9.84%
sangat sulit untuk membedakannya dengan
tumor lain seperti papiloma inverted.2,13 ETIOLOGI
Friedbergs pada tahun 1940 menganalisis Penyebab ANB belum diketahui secara
pemeriksaan histologi dari tumor ini dan jelas, namun diduga berhubungan dengan
menjelaskan bahwa tumor ini terdiri dari hormon seks. Pengamatan yang
jaringan ikat dan terdapat komponen menunjukkan tumor secara khas muncul
pembuluh darah sehingga dikenal dengan pada remaja laki-laki, dan bahwa lesi
angiofibroma nasofaring belia. 1,2 sering regresi setelah perkembangan
lengkap karakteristik seks sekunder
Gambaran histologis pada hemangioma memberikan bukti pengaruh hormonal
terlihat pembuluh darah yang terdiri dari pada pertumbuhan tumor.1
sel-sel endotel single layer yang extensi
tidak teratur diantara jaringan ikat, Pada hemangioma, adanya peningkatan
tergantung pada komponen pembuluh faktor pembentukan angiogenesis dan
darah yang dominan. Pada hemangioma penurunan kadar angiogenesis inhibitor
kapiler terdiri dari pembuluh darah kapiler berperan dalam etiologi terjadinya tumor
yang dilapisi dengan epitel gepeng dan ini. 21
dipisahkan oleh stroma kolagen.13
PATOFISIOLOGI
EPIDEMIOLOGI Beberapa literatur mengatakan adanya
Angiofibroma nasofaring belia (ANB) kemungkinan tumor tumbuh dibawah
merupakan tumor dengan kekerapan pengaruh sirkulasi dan fluktuasi hormon
berkisar 0,05% dari semua tumor kepala seksual selama masa pubertas.
dan leher, dengan frekuensi satu diantara Pertumbuhan dari jaringan tumor
5.000-60.000 pasien THT di Amerika berkaitan dengan over produksi dari
Serikat. Meskipun jarang, ANB mengenai estrogen dan kurangnya produksi dari
secara eksklusif pada laki-laki. Usia saat hormon androgen. Akumulasi -catenin
terkena umumnya pada dekade kedua, yang merupakan koaktifator dari androgen
antara 7-19 tahun, dan jarang terjadi pada reseptor pada nukleus, menjelaskan
usia lebih dari 25 tahun.3 mengapa tumor ini banyak pada pasien
dewasa muda, dan juga kadar hormon pada
Hemangioma dapat terjadi pada segala serum yang normal.Disamping itu adanya
usia. Namun paling sering ditemukan pada dietilstilbestrol yang menurunkan potensial
wanita kulit putih usia lebih dari 40 pertumbuhan dari sel endotelial dan
tahun.12 Sedangkan pada usia kurang dari meningkatkan stimulasi dari jaringan
18 tahun, paling sering dijumpai pada laki- fibrosa. 4 Tetapi hingga saat ini belum ada
laki.13 Perbedaan dalam distribusi jenis penelitian yang membuktikan adanya
kelamin dengan usia menunjukkan adanya keterkaitan antara pertumbuhan tumor dan
keterlibatan faktor hormonal dalam perubahan kadar estrogen dan androgen. 1
etiologi hemangioma kapiler. Stimulasi
Penyebab hemangioma sampai saat ini
hormon progesterone meningkat, sehingga
masih belum jelas. Angiogenesis
meningkatkan kejadian hemangioma.12
kemungkinan memiliki peranan dalam
pertumbuhan pembuluh darah. Cytokines,
UNIVERSITAS INDONESIA
3
21
seperti Basic Fibroblast Growth Factor Perbedaan dalam distribusi jenis kelamin
(BFGF) dan Vascular Endotelial Growth dengan usia menunjukkan adanya
Factor (VEGF), mempunyai peranan keterlibatan faktor hormonal dalam
dalam proses angiogenesis. Peningkatan etiologi hemangioma kapiler. Stimulasi
faktor-faktor pembentukan angiogenesis hormon progesteronmeningkat, sehingga
seperti penurunan kadar angiogenesis meningkatkan kejadian hemangioma.
inhibitor misalnya gamma-interferon, Perkembangan hemangioma kemungkinan
tumor necrosis factorbeta, dan ada hubungannya dengan proliferasi
transforming growth factorbeta berperan pembuluh darah lokal dan peningkatan
dalam etiologi terjadinya hemangioma. tekanan hidrostatik yang berulang.21
GAMBARAN KLINIS Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain dengan Computed
Gambaran klinis tergantung dari letak Tomography (CT) Scan dengan resolusi
tumor dan perluasannya serta saat tumor tinggi dan Magnetic Resonance Imaging
terdiagnosis. Pola dari penyebaran tumor (MRI). Diagnosis ditegakkan berdasarkan
secara submukosa dan jaringan lunak lokasi dari tumor dan pola penyebarannya
disekitar lesi lemah. Tumor dapat yang dapat dilihat dengan jelas
menyebar ke anterior ke dalam kavum menggunakan kontras pada pemeriksaan
nasi, ke arah superior menuju sinus CT Scan. Pada ANB biasanya tumor
sphenoid dan sella, ke arah lateral melalui berasal dari regio foramen sphenopalatina,
foramen sphenopalatina menuju fosa maka biasanya didapatkan pembesaran
pterygomaksila,fosa infratemporal dan foramen ini pada hasil CT Scan. MRI
fisura infaorbita. Tumor dapat menyebar dengan kontras dapat membedakan antara
ke intrakranial melalui sella atau melalui tumor dengan jaringan sekitar dan sangat
foramen lacerum menuju ke fossa kranii sensitif untuk mengidentifikasi adanya
media. penyebaran tumor ke intrakranial, begitu
juga dengan CT Scan. 1,2
Pasien mayoritas datang dengan keluhan
hidung tersumbat dan epistaksis spontan Arteriografi mempunyai nilai diagnostik
yang masif. Pasien dengan massa yang dan terapetik, dengan melakukan
besar dapat juga disertai dengan proptosis, embolisasi feeding vessel tumor. Keduanya
gangguan pendengaran konduktif, bengkak dapat dilakukan terpisah atau bersama.
pada pipi, dan bahkan defisit pada nervus Pola retikuler yang khas biasanya terlihat
kranialis III-VI. Pemeriksaan klinis harus pada awal fase arteri, dengan blush
dengan menggunakan endoskopi untuk homogen padat yang menetap sampai fase
melihat regio nasal sampai nasofaring. vena. Adanya awal draining vein jarang
Penampakan dari tumor menggambarkan terjadi. 6
vaskularisasi dari tumor itu sendiri, dapat
berwarna pucat jika tumor didominasi oleh Identifikasi suplai darah preoperatif
jaringan fibrosa, atau merah tua jika merupakan hal yang penting untuk
didominasi oleh jaringan vaskular. Pada menentukan strategi pembedahan yang
pemeriksaan nasoendoskopi biasanya tepat. Meskipun magnetic resonance
didapatkan massa polipoid atau massa angiography (MRA) dapat membantu
submukosa yang memenuhi nasofaring dalam penilaian vaskular, gambaran
dan menyebabkan sumbatan pada nares lengkap dari semua pembuluh darah
posterior. Tumor yang lebih besar lagi memerlukan angiografi. Feeding vessel
dapat menyebabkan pendorongan pada juvenile angiofibroma nasofaring berasal
palatum molle yang menyebabkan sistem karotis eksternal terutama dari
pembengkakan pada antrum maksila dan cabang arteri maksilaris interna distal,
meluas hingga fossa infratemporal. 1,2 umumnya cabang sphenopalatina, palatina
UNIVERSITAS INDONESIA
4
UNIVERSITAS INDONESIA
5
UNIVERSITAS INDONESIA
6
UNIVERSITAS INDONESIA
7
UNIVERSITAS INDONESIA
8
12-24 jam setelah embolisasi dan diobati maksilaris. Hal ini dapat diatasi dengan
dengan steroid. Bradikardi sementara injeksi atropin. 5, 17
dapat terjadi selama injeksi arteri
Gambar 3. Angiogram menggambarkan angiofibroma sebelum dan sesudah embolisasi, suplai darah tumor dari
arteri maxillaris interna
UNIVERSITAS INDONESIA
9
Insisi transoral ini diperkenalkan oleh anterior maksila ditembus sehingga massa
Conley 1979 dimana letak insisi adalah dapat terekspos maksimal.
pada sulkus ginggivobukal dari tuberositas
maksila ke tuberositas maksila Tumor yang meluas dan melibatkan sinus
kontralateral dan diperluas hingga ethmoid dan nasofaring dapat dilakukan
mencapai apertura piriformis dan dinding pendekatan rinotomi lateral.
UNIVERSITAS INDONESIA
10
Pada pendekatan transpalatal, palatum molle diinsisi dan diretraksi. Kemudian palatum
durum direseksi agar lapangan operasi dapat terlihat lebih jelas. Tulang palatum juga
direseksi sehingga aspek inferior dari pterigoid dapat terlihat.
UNIVERSITAS INDONESIA
11
UNIVERSITAS INDONESIA
12
cerebralis, didapatkan hasil multipel lesi dengan stimulasi hormon estrogen yang
hipervaskular berasal dari arteri faringeal meningkat.
asenden kiri, arteri meningea aksesoris
kiri, arteri maksilaris interna kanan kiri, Pasien mengeluh terdapat benjolan di
arteri facialis kanan dan segmen servikal dalam hidung kiri sejak 3,5 tahun lalu
arteri karotis interna kiri, dengan saran yang makin membesar. Pasien sering
dilakukan embolisasi. mengalami mimisan dan hidung tersumbat.
Tidak ada nyeri pada hidung. Hal ini
Pada cancer meetingberikutnya diputuskan sesuai dengan teori yang menyatakan
pasien untuk dikonsulkan ke Bedah bahwa secara klinis, keluhan utama
vaskular dan direncanakan embolisasi. Di meliputi hidung tersumbat dan mimisan.1,2
bagian bedah vaskuler, pasien didiagnosa Nyeri biasanya tidak ada pada keluhan
dengan kecurigaan pada suatu malformasi pasien dengan angiofibroma nasofaring
dari pembuluh darah vena dan belia.2
direncanakan meeting kembali pada bagian
bedah vaskuler dengan mengundang Pada pemeriksaan fisik pasien kasus ini,
bagian Radiologi, Patologi Anatomi dan sesuai dengan teori bahwa angiofibroma
THT. nasofaring belia tampak berwarna merah
atau ungu dan mudah berdarah bila terjadi
Pasien dikonsulkan kembali ke THT oleh trauma.1, 2.
Bedah Vaskuler dan direncanakan
ekstirpasi dengan embolisasi praoperasi. Pemeriksaan CT scan didapatkan tumor
Embolisasi praoperasi dilaksanakan pada yang menyangat heterogen pasca
tanggal 10 April 2014 terhadap a. pemberian kontras yang berbatas tidak
Maksilaris interna kanan dan kiri dengan tegas yang mengisi sinus maksilaris
menggunakan PVA (Polyvinyl alcohol). kanan, etmoidalis bilateral, sphenoid
Ekstirpasi tumor pada tanggal 11 April bilateral, yang memenuhi lumen
2014 dengan pendekatan rinotomi lateral nasofaring dan orofaring, mengobliterasi
dan transpalatal dengan jumlah perdarahan torus tubarius, fossa rossenmuller,
500 cc dan hasil pemeriksaan histopatologi parapharyngeal space bilateral, dan
didapatkan tumor merupakan suatu melibatkan m. Pterogoid medial kanan
angiofibroma juvenilis. kiri, m.pterigoid lateral kiri, m. Longus
capitis kanan kiri, m. Tensor dan levator
Follow up 3 bulan pasca operasi veli palatini kanan kiri, m. Splenius
didapatkan keluhan mimisan sudah tidak capitis, palatum molle, palatum durum,
ada, luka insisi baik, dan dari hasil otot-otot lidah, mendestruksi septum nasi
pemeriksaan endoskopi sudah tidak dan erosi tulang-tulang di regio massa
didapatkan adanya massa, serta pasien saat tersebut. Limfadenopati cervical profunda
ini sudah dekanulasi. curiga malignansi.Terdapat penyangatan
kontras pada kasus ini yang sesuai dengan
DISKUSI teori bahwa pada tumor pembuluh darah
akan tampak penyangatan kontras. CT
Angiofibroma biasanya terjadi pada scan dipakai untuk melihat keikutsertaan
dekade kedua yaitu usia antara 7-19 tahun, tulang sedangkan untuk melihat jaringan
namun jarang terjadi pada usia diatas 25 lunak MRI lebih baik. Pada kasus ini, MRI
tahun. Sering ditemukan pada laki-laki tidak dilakukan karena masalah biaya dan
usia muda. 1,2 Hal ini sesuai dengan kasus, pemeriksaan CT scan sudah cukup untuk
yaitu pasien laki-laki usia 22 tahun. menunjukkan lesi dan perluasan tumor.
Walaupun etiologi belum diketahui secara
pasti namun kemungkinan ada kaitannya Berdasarkan hasil CT Scan didapatkan
tumor sudah mencapai fossa
UNIVERSITAS INDONESIA
13
UNIVERSITAS INDONESIA
14
UNIVERSITAS INDONESIA
15
UNIVERSITAS INDONESIA