Você está na página 1de 189

01

M
TO ATER
P L ID
EV AN
EL LAT
- X IH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP
TN

GEOGRAFI
SESI 1
KARTOGRAFI

A. Pengertian Peta
Peta merupakan gambaran konvensional dan selektif dari permukaan bumi pada bidang
datar yang diperkecil dengan skala.

B.
Macam Peta
a.
Berdasarkan Isi Peta
1. Peta Umum (tanpa tema)
Peta yang menggambarkan segala sesuatu yang bersifat umum dari kenampakan
yang ada di permukaan bumi.
Peta Topografi (Peta Rupa Bumi)
Tanpa tema dengan garis kontur.
Contoh:
- Peta Topografi Bogor
- Peta Rupa Bumi Jawa Barat
- Peta Topografi Pulau Jawa
- Peta Rupa Bumi Indonesia
Peta Korografi
Tanpa tema dan tanpa garis kontur.

1
Contoh:
- Peta Kawasan DKI Jakarta
- Peta Daerah Madura
- Peta Wilayah Indonesia
- Peta Kawasan Eropa
- Peta Dunia
2.
Peta Khusus (Peta Tematik)
Peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan tertentu di permukaan
bumi.
Contoh:
Peta Pertambangan Indonesia
Peta Geologi Pulau Jawa
Peta Pariwisata Jawa Barat
Peta Iklim Dunia
Peta Penduduk
Peta Navigasi

b. Berdasarkan Jenis Peta


1. Peta Foto
Dari mozaik foto udara.
2. Peta Garis
Dalam bentuk titik, garis, dan arah.

c. Jenis Peta Lain


1. Peta Dasar
Hanya menggambarkan garis pantai dan sungai.
2.
Atlas
Kumpulan beberapa peta yang dibukukan. Indeks atlas menunjukkan letak (posisi)
objek.
Contoh:
Pada indeks Kota Kairo, tertulis C5.55. Itu artinya Kota Kairo terletak pada halaman
55, kolom C, baris ke 5.

C. Unsur (Komponen) Peta


a. Judul: menunjukkan isi peta dan jenis peta.
b. Tanda orientasi: menunjukkan arah mata angin.
c. Garis astronomi: menunjukkan letak (lokasi).
d. Skala: perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya.

2
e. Simbol: tanda-tanda konvensional (umum).
f. Warna: untuk membedakan keadaan tempat yang digambarkan.
Contoh:
1. Biru: tubuh air (sungai, danau, rawa, laut
2. Hijau: dataran rendah
3. Kuning: dataran tinggi
4. Coklat: pegunungan.
g. Legenda: keterangan dari simbol.
Contoh:
1. = gunung.
2. = rel kereta api
h. Lettering: sistem penulisan pada peta.
Contoh:
1. Tubuh air ditulis miring.
2. Objek lainnya ditulis tegak.
i. Insert menunjukkan posisi peta pada daerah yang lebih luas.
j. Sumber data menunjukkan dari mana asal data.
k. Garis tepi dibuat rangkap dua.
l. Proyeksi peta.

D. Simbol Peta
a. Titik (Dot)
Bersifat kuantitatif dan menyatakan persebaran (penyebaran).
Contoh:
1. Persebaran penduduk
2. Persebaran tambang
3. Persebaran kota
4. Persebaran gunung api
5. Persebaran titik pusat pelayanan: sekolah, SPBU, masjid, dan pasar.

b. Garis (Linear)
1. Bersifat kualitatif
Garis yang bersifar kualitatif menyatakan objek yang punya panjang.
Contoh:
Jalan, rel kereta api, sungai garis pantai, garis batas wilayah, dan angin.
2. Bersifat kuantitatif
Contoh:
Garis kontur, flow lines, dan iso lines.

3
c. Area (Luasan)
Area (luasan) bersifat kualitatif dan menyatakan objek yang punya luas.
Contoh:
Hutan, danau, rawa, laut, kawasan industri, kawasan pemukiman, daerah kapur, daerah
gurun, wilayah sensus, dan wilayah pertanian.

d. Lingkaran dan Batang


Lingkaran dan batang bersifat kuantitatif, menyatakan jumlah (produktivitas) dan luasan.

e. Bola
Bola bersifat kuantitatif dan menyatakan isi volume.

f. Warna Bergradasi
1. Bersifat kualitatif
Menyatakan jenis. Contoh: jenis tanah, jenis vegetasi, jenis batuan, jenis penggunaan
lahan, jenis wilayah.
2. Bersifat kuantitatif
Contoh: jenis ketinggian, ketinggian suhu, ketinggian tekanan udara, ketinggian
curah hujan, kepadatan penduduk, jumlah objek, volume objek, luasan objek.

E. Skala dan Jenis Peta


a. Skala Numerik (angka)
1:5.000.000
Artinya, jarak 1 cm di peta = 5.000.000 cm (50 km) di lapangan.

b. Skala Grafik (Garis/Batang)


0 20 km

Artinya, jarak 1 cm di peta = 5 km di lapangan.


1. Keunggulan skala grafik: jika peta diperbesar atau diperkecil dengan fotokopi maka
perbandingan ukuran skalanya tetap.
2. Kelemahan skala grafik: hanya cocok untuk peta berskala besar (wilayah sempit).

F. Menentukan Skala Peta


Skala peta dapat ditentukan dengan cara:
a. Membandingkan jarak di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan.
b. Membandingkan jarak di peta dengan jarak lintang/bujurnya di lapangan.
1 lintang/bujur = 111 km
1 60 (60 menit)

4
c. Membandingkan peta yang skalanya tidak diketahui dengan peta lain/foto udara
yang memiliki skala.

G. Mengubah Ukuran Peta
Ukuran peta bisa diubah (diperbesar atau diperkecil) dengan cara:
a. Metode grid (square method)
b. Fotokopi
c. Fotografi
d. Pantograf
e. Scan
f. Mengubah skala peta

H. Interpretasi Peta
a. Sungai lurus menunjukkan daerah tersebut tinggi (miring) dengan gradien sungai
besar.
b. Sungai berbelok-belok (ber-meander) menunjukkan bahwa daerah tersebut datar
dengan gradien sungai kecil.
c. Sungai yang tiba-tiba hilang (putus-putus) menunjukkan bahwa daerah tersebut
medan karst, berlitologi kapur.
d. Peta penyebaran penduduk menunjukkan kepadatan penduduknya atau
sebaliknya.
e. Peta yang banyak gunung, lembah, pegunungan, ngarai, bukit, sungai menunjukkan
bahwa daerah tersebut berelief kasar.
f. Iso lines merupakan garis yang menghubungkan tempat-tempat yang sama kondisi
fisiknya.
Contoh:
1. Isoterm, sama temperatur (suhu)
2. Isobar, sama tekanan udara
3. Isohyet, sama curah hujan
4. Isoseista, sama kekuatan gempa
5. Isohline, sama salinitas

5
CONTOH SOAL

1. Jarak A B di peta = 4 cm
Jarak A B di lapangan = 12 km
Skala peta tersebut = ?
Pembahasan:
Jarak 4 cm di peta = 12 km di lapangan
1 cm di peta = 3 km di lapangan
1 cm di peta = 300.000 cm di lapangan
Skala peta 1 : 300.000

2. Posisi A pada 6 LU
Posisi B pada 4 LU
Jarak titik A ke titik B di peta = 10 cm
Skala petanya = ?
Pembahasan:
10 cm di peta = (6 - 4) di lapangan
10 cm di peta = 2 di lapangan
10 cm di peta = (2 111 km) di lapangan
10 cm di peta = 222 km di lapangan
1 cm di peta = 22,2 km di lapangan
1 cm peta = 2.220.000 cm di lapangan
Skala petanya 1:2.220.000

3. Pada peta I/foto udara jarak A B = 20 cm


Skala peta I/foto udara 1:100.000
Pada peta II jarak A B = 5 cm
Skala peta II = ?
Pembahasan:

20 100000
= 400000 maka skalanya 1:400.000
5

6
02
M
TO ATER
P L ID
EV AN
EL LAT
- X IH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP
TN

GEOGRAFI
SESI 2
PENGERTIAN PROYEKSI PETA

Suatu bentuk harus memenuhi syarat luas, bentuk, dan jarak serta bentuk harus sesuai
dengan aslinya karena bentuk permukaan bumi melengkuk maka tidak mungkin dapat
dipetakan pada bidang datar tanpa mengalami distorsi. Untuk mengurangi distorsi, perlu
dilakukan proyeksi peta sehingga minimal satu syarat terpenuhi.
Proyeksi peta adalah memindahkan koordinat lintang (paralel) dan bujur (meridian) dari
global ke peta (dari bidang lengkung ke bidang datar). Di bidang geodesi (pemetaan), proyeksi
peta bertujuan untuk memindahkan unsur-unsur titik, garis, dan sudut dari permukaan bumi
yang elipsoid ke bidang datar. Dengan demikian, tercapai yang diinginkan.

A. Sistem Koordinat Proyeksi Peta


Pemindahan unsur titik, garis, dan sudut dari permukaan bumi ke peta menggunakan
sistem koordinat kartesian (grid kartesian) 2 dimensi.
x Sumbu x = bujur (meridian)
Sumbu y = lintang (paralel)

1
B. Jenis Proyeksi Peta menurut Bidang Proyeksinya
a. Proyeksi Murni
1. Proyeksi Zenithal (Azimuthal)
Proyeksi globe ke bidang datar.
Menyinggung bola bumi pada salah satu kutub.
Untuk menggambarkan wilayah kutub (lintang tinggi).
2. Proyeksi Kerucut (Conical)
Proyeksi globe ke bidang kerucut.
Menyinggung bola bumi antara kutub dan ekuator.
Untuk menggambarkan wilayah lintang tengah (sedang).
3. Proyeksi Silinder (Cylindrical)
Proyeksi globe ke bidang silinder (tabung).
Menyinggung bola bumi pada garis ekuator.
Untuk menggambarkan wilayah ekuator (lintang rendah).

b. Proyeksi Gubahan (Arbitrarry/Unique)


1. Proyeksi Gall untuk peta dunia.
2. Proyeksi Eckart untuk peta dunia.
3. Proyeksi Mollweide untuk peta bumi.
4. Proyeksi Stereographic untuk wilayah sekitar kutub.
5. Proyeksi Mercator untuk wilayah luar kutub.
6. Proyeksi Polyender untuk wilayah di luar kutub.
7. Proyeksi Polu Conic untuk wilayah lintang tengah (sedang).

C. Jenis Proyeksi Peta menurut Kedudukan Bidang Proyeksinya


a. Proyeksi normal, kedudukan bidang proyeksinya berhimpit dengan sumbu bumi
(menyinggung kutub).
b. Proyek transversal, kedudukan bidang proyeksinya berhimpit dengan ekuator
(menyinggung ekuator).
c. Proyeksi obligue (miring), kedudukan bidang proyeksinya antara sumbu bumi dan
ekuator (menyinggung antara kutub dan ekuator).

Berdasarkan tiga jenis proyeksi yang ada, sistem proyeksi peta yang sering digunakan,
antara lain:
1. Sistem proyeksi UPS (Universal Transverse Stereographic)
Proyeksi ZenithalNormalKonform.
Untuk menggambarkan wilayah kutub dan sekitarnya.

2
2. Sistem proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator)
Proyeksi SilinderTransversalKonform.
Untuk menggambarkan wilayah 84LU - 80LS dengan arah utara-selatan.
3. Sistem proyeksi Polyeder
Proyeksi KerucutNormalKonform.
Untuk menggambar wilayah lintang tengah (sedang) dengan arah barattimur.
Peta-peta wilayah Indonesia menggunakan Sistem Proyeksi Peta UTM dan
Polyeder.

D. Peta Topografi (Peta Rupa Bumi)


Peta topografi menggambarkan permukaan bumi, reflief, serta dimensinya. Relief adalah
tinggi rendahnya permukaan tanah, seperti bukit, tebing, lembah, dan dataran. Relief
digambarkan dengan garis kontur.
a. Garis kontur menunjukkan:
1. Ketinggian tempat
2. Kemiringan (kecuraman lereng)
3. Jarak 2 titik
4. Arah titik satu ke titik yang lain

b. Garis kontur memiliki sifat:


1. Memisahkan wilayah yang lebih tinggi dengan wilayah yang lebih rendah
2. Tidak berpotongan
3. Tidak bercabang
4. Garis yang rapat (berhimpit) berarti curam (terjal)
5. Garis yang renggang (berjauhan) berarti landai
6. Garis pantai ditandai angka nol
7. Kedalaman laut diberi tanda negatif

E. Menentukan Skala Peta Topografi

1
Contour interval (Ci) = x penyebut skala
2000

Satuan Ci adalah meter.

3
F. Menentukan Kemiringan Peta Topografi

Countur Interval (m)


Kemiringan Lereng= x100%
Jarak Titik (m)

Contoh soal

1. Peta topografi dengan interval garis kontur 25 meter memiliki skala ....
Pembahasan :
1
Ci = penyebut skala
2000
1
25 = p.s
2000

p.s = 25 2000
= 50000
Skala peta topografi adalah 1:50.000

2. Interval garis kontur sebuah peta topografi berskala 1:50.000 adalah ....
Pembahasan :
1
Ci = p.s
2000
1
Ci = 50000
2000

Ci = 50
= 25 meter

3. Peta topografi berskala 1:100.000


Titik A berada pada ketinggian 2.500 meter
Titik B berada pada ketinggian 3.000 meter.
Jarak titik A ke titik B di peta = 5 cm, maka kemiringan lereng adalah ... %

4
Pembahasan :
a. Contour interval = 3.000 m 2.500 m = 500 m
b. Skala peta 1:100.000
1 cm di peta = 100.000 cm (1.000 m) di lapangan
Jarak titik A B 5 cm di peta = 5.000 m di lapangan.
500
c. Kemiringan lereng= 100% = 10%
5000

5
03
M
TO ATER
P L ID
EV AN
EL LAT
- X IH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP
TN

GEografi
SESI 3
REMOTE SENSING

A. Pengertian Pengindraan Jauh (Indraja)


Pengindraan jauh (remote sensing) adalah cara memperoleh data atau informasi tentang
objek/gejala/daerah dengan sensor buatan tanpa kontak langsung.

B. Asas Indraja Sistem Fotografik

5. Wahana
1. Sumber 4. Sensor
Tenaga

6. Keluaran
2. Atmosfer
(medium)

Pantulan

Pancaran

3. Objek

1
C. Unsur Indraja Fotografik
a. Sistem Tenaga (Energi)
1. Sinar matahari
2. Sinar bulan
3. Sinar buatan
Tenaga sinar matahari berupa gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik
terdiri dari 7 spektrum, yaitu:

SINAR ULTRA TAMPAK GELOMBANG GELOMBANG


SINAR X INFRAMERAH
GAMMA VIOLET MATA MIKRO RADIO

Dari ketujuh spektrum tersebut, spektrum yang digunakan untuk inderaja fotografik
hanya 3 spektrum, yaitu spektrum inframerah, tampak mata, dan ultraviolet.

b. Atmosfer (Zat Perantara)


Tenaga sinar matahari (gelombang elektromagnetik) masuk ke bumi melalui atmosfer
karena banyak hambatan dari partikel-partikel atmosfer seperti: awan, debu, uap air,
hujan, kabut, CO2, dan ozon. Sehingga hanya sebagian kecil spektrum elektromagnetik
yang mencapai bumi. Bagian atmosfer yang dapat melanjutkan spektrum elektromagnetik
sampai ke bumi dan dapat ditangkap oleh sensor disebut jendela atmosfer.

c. Objek
Objek yang di indraja berada di:
1. Daratan dan lautan: litosfer, biosfer, antroforper, dan hidrosfer.
2. Udara: atmosfer
3. Antariksa
Objek berinteraksi dengan elektromagnetik berupa serapan dan pantulan.
Contoh:
1. Objek kering, tidak menyerap sinar sehingga sinar yang dipantulkan objek sensor
banyak maka citranya cerah.
2. Objek basah, menyerap sinar sehingga sinar yang dipantulkan objek sedikit maka
citranya gelap.

d. Sensor (Alat Perekam Data)


1. Sensor fotografik berupa kamera
Kamera kartografik (metrik) untuk pemetaan.
Kamera tinjau untuk merekam kualitas objek.
Kamera multispektral untuk memotret satu objek dengan beberapa kamera atau
satu kamera dengan beberapa lensa.

2
2. Detektornya berupa film
Film pankromatik, menggunakan spektrum tampak dengan 7 saluran: me.ji.
ku.hi.bi.ni.u.
Film ortokromatik, menggunakan saluran biru + hijau.
Film inframerah, menggunakan spektrum inframerah.
Film inframerah modifikasi, menggunakan spektrum inframerah + saluran
jingga/hijau.
Film ultraviolet, menggunakan spektrum ultraviolet.

Wujud terkecil yang dapat direkam oleh film disebut resolusi spasial. Semakin kecil wujud
objek yang dapat direkam, semakin baik mutu sensor dan semakin tinggi resolusinya.

e. Wahana (Kendaraan Pembawa Sensor)


1. Balon udara (balon stratosfer)
2. Burung merpati
3. Pesawat terbang
4. Satelit

f. Keluaran (Hasil)
Hasil pengindraan jauh berupa citra. Citra adalah gambaran objek yang tampak pada
sensor atau yang sudah dicetak. Sensor fotografik menghasilkan:
1. Foto udara
Hasil pemotretan kamera dari balon udara/merpati/pesawat terbang.
Foto pankromatik hitam putih
Foto pankromatik berwarna (true color)
Foto ortokromatik
Foto inframerah (false color)
Foto inframerah modifikasi
Foto ultraviolet
Foto multispektral
2. Foto satelit
Hasil pemotretan kamera dari satelit.
Foto gemini
Foto mercury
Foto apollo
Foto skylab
Objek yang digambarkan pada foto udara dan foto satelit terbatas pada objek yang
tampak. Objek di bawah tanah/tertutup vegetasi, tidak dapat tergambarkan pada foto.
Namun, ada objek yang tidak tampak dapat ditafsirkan berdasarkan objek yang tampak.

3
Contohnya, jenis tanah pasir dapat ditafsirkan berdasarkan vegetasi penutupnya (kelapa)
dan lokasinya (di tepi laut).
Dibandingkan foto satelit, foto udara menyajikan informasi lebih rinci karena wahananya
lebih rendah. Semakin rendah terbang wahana, semakin besar citranya. Semakin besar
skalanya, semakin sempit cangkupan wilayahnya. Jadi, jarak pemotretan memengaruhi
besar atau kecilnya citra yang diperoleh. Contohnya, foto udara skala 1:5.000 dapat
membedakan jenis truk dan bis dengan jenis sedan dan jip.

D. Indraja NonFotografik Sistem Gelombang Mikro


a. Istilah nonfotografik berarti nonkamera (sensornya bukan kamera). Sistem gelombang
mikro artinya menggunakan spektrum gelombang mikro sebagai tenaga. Indraja
menggunakan spektrum gelombang mikro ada dua, yaitu:
1. Sistem pasif (sistem gelombang mikro)
2. Sistem aktif (sistem radar)
b. Asas sistem pasif (sistem gelombang mikro)

c. Unsur sistem gelombang mikro


1. Sumber tenaga
Menggunakan tenaga elektromagnetik yang berasal dari pancaran: objek bumi, awan,
gas-gas di atmosfer, atmosfer, sinar matahari, dan sinar dari angkasa (sinar alami).
Karena pancaran lemah, kualitas (resolusi spasial) citranya rendah dibandingkan
kualitas citra radar, citra inframerah termal, dan foto udara.
2. Objek
Seluruh permukaan bumi yang lembab, seperti: kelembaban tanah, tutupan salju,

4
konsentrasi es di laut, angin laut, suhu laut, kandungan uap air, dan kandungan
curah hujan, kecuali kutub utara dan kutub selatan.
3. Sensor
Radiometer terdiri dari:
- Antena yang dipasang tetap (tidak bergerak).
- Amplifier untuk memperkuat sinyal gelombang mikro yang
lemah.
- Perekam dan penyaji data.
- Tenaga yang dipancarkan benda-benda di bumi diterima antena lalu
diperkuat sinyal oleh amplifier, kemudian direkam oleh sensor.
Penyiam
Komponennya sama dengan radiometer. Perbedaannya antena bergerak-gerak
dengan arah tegak lurus terhadap jalur terbang.
4. Wahana
Pesawat terbang (dari dirgantara)
Satelit (dari antariksa)
5. Keluaran
Hasilnya citra gelombang mikro.
d. Interpretasi citra gelombang mikro
Interpretasi citra gelombang mikro berdasarkan tinggi atau rendahnya suhu objek dan
nilai pancarannya yang menghasilkan rona pada citra.
Contoh:
Sungai dan sawah pancarannya lemah dan ronanya gelap.
Topografi kasar dan vegetasi hutan pancarannya kuat dan ronanya cerah.
e. Keunggulan citra gelombang mikro
Dapat beroperasi siang dan malam.
Dapat menembus awan dan hujan.
Hal ini penting bagi daerah yang selalu tertutup awan, seperti beberapa daerah di
Sumatera, Kalimantan, dan Papua, serta daerah lintang tinggi di musim dingin dengan
malam hari yang lebih panjang.
f. Kelemahan citra gelombang mikro
Resolusi spasialnya rendah (kualitas citranya rendah).
g. Kegunaan citra gelombang mikro
1. Pemetaan penutupan lahan
2. Pemetaan penggunaan lahan
3. Pemetaan kelembaban tanah
4. Bidang pertanian
5. Bidang hidrologi, oseanografi, meteorologi

5
Karena resolusi spasialnya rendah, citra gelombang mikro lebih cocok untuk inderaja
secara global dari satelit.

E. Indraja NonFotografik Sistem Radar


Radar merupakan singkatan dari radio detection and ranging, mendeteksi jarak objek
berdasarkan gelombang radio.

a. Asas Sistem Aktif (Sistem Radar)

b. Unsur Sistem Radar


1. Sumber tenaga
Sistem radar disebut sistem aktif karena menggunakan tenaga elektromagnetik
yang dibangkitkan pada sensor (sinar buatan). Tenaga ini berupa pulsa bertenaga
tinggi yang dipancarkan sensor ke arah tertentu. Jika pulsa radar mengenai objek,
maka pulsa tersebut akan dipantulkan kembali oleh objek ke sensor. Kemudian:
Sensor akan mengukur dan mencatat waktu (dari saat pulsa dipancarkan sensor,
sampai kembali ke sensor), sehingga dapat mengetahui jarak dan posisi objek.
Sensor akan mengukur dan mencatat intensitas (kekuatan) tenaga balik pulsa,
sehingga dapat mengetahi jenis objek.
2. Objek
Permukaan bumi sampai kutub, di bawah tanah dan lapisan udara.
3. Sensor
Menggunakan sensor SLAR (Side Looking Airbone Radar) yang dapat merekam daerah
lawan dari sampling. Sensor SLAR terdiri dari:
RAR (Real Aperture Radar), antena panjang.
SAR (Synthetic Aperture Radar), antena pendek tetapi berfungsi sebagai antena
panjang.

6
4. Wahana
Pesawat terbang
Satelit
Permukaan tanah
5. Keluaran
Data noncitra
- Sistem radar doppler
Perubahan frekuensi sinyal yang dipancarkan sensor dan kembali ke
sensor akan mengubah nada bunyi klakson (sirene) saat kendaraan
mendekati dan menjauhi radar. Efek doppler ini berguna untuk megukur
kecepatan kendaraan, seperti pesawat terbang, satelit, dan kapal.
- Radar PPI (Plan Position Indicator)
Gambaran pada layar lintas udara dan lingkaran akibat dari antena radar
yang terus berputar. PPI berguna untuk:
~ Pengawasan lalu lintas udara dan pelayaran.
~ Penerbangan dan pelayaran saat malam gelap, contohnya pesawat
pengebom.
~ Mendeteksi lintasan pesawat dan kapal.
~ Merekam daerah lawan dari samping.
~ Prakiraan cuaca.
Citra radar

c. Interpretasi Radar Citra


Dengan mengamati rona:
1. Objek yang permukaan kasar (jalan terjal, hutan rimba), pantulan kasar, dan ronanya
cerah.
2. Objek yang lembab (delta sungai, hutan rawa), pantulannya besar, dan ronanya
cerah.
3. Logam (jembatan, rel K.A.), pantulannya besar, dan ronanya cerah.
4. Objek yang permukaannya halus (jalan aspal) dan objek kering (batuan), pantulannya
kecil, dan ronanya gelap. Jadi, cerah atau gelapnya objek tergantung dari kekasaran
dan kelembaban objek.

d. Keunggulan Citra Radar


1. Dapat mengatasi segala hambatan cuaca, khususnya di daerah tropis yang selalu
tertutup awan.
2. Dapat menembus tanah khususnya tanah kering, seperti menembus struktur geologi
dan situs perkampungan zaman batu pada kedalaman ;ebih dari 2 meter.
3. Dapat beroperasi siang maupun malam hari.
4. Dapat melakukan liputan yang lebar dan memanjang ke arah samping

7
5. Liputan ke arah samping menimbulkan bayangan yang memperjelas kondisi relief.
6. Sangat peka terhadap kekasaran dan kelembapan objek sehingga bermanfaat di
bidang vegetasi, geologi, dan geomorfologi.

e. Kelemahan Citra Radar


1. Harganya mahal sehingga jarang dipakai.
2. Resolusinya rendah sehingga tampilan objek tidak rinci.

f. Indraja Nonfotografik Sistem Termal


Indraja sistem termal bertujuan untuk mengukur suhu objek, tepatnya mengukur
perbedaan suhu objek yang menyebabkan perbedaan ke sensor sehingga objek dapat
dikenali.

a. Asas sistem termal


1. Sensor noncitra
Proses Digital (elektrik) Keluaran

Detektor: mengubah tenaga pancaran menjadi sinyal elektrik,


sehingga dapat diproses secara digital (secara elektrik).

Optik: pengumpul tenaga pancaran (tenaga elektromagnetik)


dari objek.

Objek (sumber pancaran inframerah)

Sensor pembentukan citra


Keluaran
Perekam Inframerah

Detektor Inframerah

Optik Mekanik

Objek (sumber pancaran inframerah)

8
b. Unsur sistem termal
Sumber tenaga
Berasal dari tenaga pancaran objek yang masuk ke sensor melalui jendela atmosfer.
Karena suhu objek berubah setiap saat sehingga jumlah tenaga termal yang
dipancarkan juga berubah-ubah. Perekaman dilakukan pada saat objek mengalami
perubahan suhu yang sangat besar. Misalkan, setelah matahari terbit dan menjelang
senja.
Objek
Semua benda di permukaan bumi, baik yang tampak mata maupun tidak tampak
mata.
Sensor
Sensor terdiri dari pembentuk citra dan noncitra
Wahana
Wahana terdiri dari pesawat terbang dan satelit
Keluaran
Keluaran terdiri dari:
~ Citra inframerah termahal
Berupa gambaran 2 dimensi (gambarn piktorial) seperti televisi.
~ Noncitra
Berupa garis (kurva spektral) satu angka atau serangkaian angka yang
mencerminkan suhu pancaran objek dari waktu ke waktu.
c. Interpretasi citra inframerah termal
Interpretasi citra inframerah termal selalu melihat karakteristik temporal (waktu
perekaman)
Siang: tubuh air dan pohon lebih dingin daripada tanah dan batuan sehingga air dan
pohon ronanya gelap.
Malam: tubuh air dan pohon lebih panas daripada tanah dan batuan sehingga air dan
pohon ronanya cerah.
Siang: rumput dan vegetasi rendah lebih panas daripada pohon sehingga rumput
dan vegetasi rendah ronanya cerah.
Malam: rumput dan vegetasi rendah lebih dingin daripada pohon sehingga rumput
dan vegetasi rendah ronanya gelap.
Siang dan malam:
~ Tanah lembab lebih dingin (gelap) daripada tanah kering (cerah).
~ Permukaan logam lebih dingin (gelap) daripada sekitarnya.
~ Aspal dan batu kerikil lebih panas (cerah) daripada sekitarnya.
Jadi, objek yang panas maka nilai pancarannya tinggi. Oleh karena itu, ronanya cerah.
Objek yang dingin nilai pancarannya rendah sehingga ronanya gelap.

9
d. Keunggulan citra inframerah termal
1. Perekaman dapat dilakukan siang maupun malam
2. Dapat merekam wujud yang tidak tampak
Contoh:
Merekam kebocoran pipa gas bawah tanah.
Merekam kebakaran tampang batu bara bawah tanah.
Merekam ttik panas pada bangunan industri.
Merekam perbedaan air panas dengan air dingin.
Ini semua bermanfaat untuk pengelolaan lingkungan.

e. Kelemahan citra inframerah termal


Distorsinya (penyimpangan) lebih besar dibandingkan dengan penyimpangan foto
udara.

f. Kegunaan citra inframerah termal

Bidang Penggunaan Sasaran Penginderaan


Jenis tanah
Jenis tanaman
1. Pertanian
Penyakit tanaman
Sensus hewan
Mata air dingin dan mata air panas
Batas air tawar dan air asin
2. Hidrologi
Batas air dan es
Muara sungai bawah tanah
Profil suhu
3. Meteorologi Komponen atmosfer
Sebaran suhu horizontal
Jenis batuan
Patahan dan lipatan
4. Geologi Gunung api aktif
Deteksi gua di daerah karst
Kabakaran tambang batubara bawah tanah
Kebocoran pipa gas bawah tanah
Konsentrasi energi
5. Kekotaan Titik panas bangunan industri
Model penggunaan listrik
Konservasi energi

10
Evapotranspirasi
6. Vegetasi Kebakaran hutan
Gangguan hama pada hutan

G. Indraja NonFotografik Sistem Satelit


a. Unsur Satelit Landsat
1. Sumber tenaga
Berupa tenaga elektromagnetik dengan spektrum tampak, spektrum gelombang
mikro, dan spektrum inframerah termal. Jika menggunakan spektrum tampak,
hasilnya foto satelit. Jika menggunakan spektrum gelombang mikro atau spektrum
inframerah termal, hasilnya citra satelit dan data digital (non-citra).
2. Objek
Bumi
Antariksa
3. Sensor satelit landsat
Kamera RBV (Return Beam Vidicon)
~ Bekerja secara elektronik (digital) dengan detektor foto konduktor,
sedangkan foto udara bekerja secara fotografik dengan detektor film.
~ Merekam secara serentak wilayah seluas 185 km x 185 km
~ Hasil rekamannya disebut citra landsat RBV, dalam bentuk gambar
(analog).
Penyiam MSS (Multi Spectral Scanner)
~ Merekam bagian demi bagian wilayah seluas 56 m x 79 m (1 pixel).
~ Hasil rekamannya disebut citra landsat MSS, dalam bentuk citra hitam
putih dan citra komposit warna.
Keduanya dapat mengatasi hambatan atmosfer.

b. Asas
1. Asas RBV

Kamera RBV dikirim ke stasiun penerima data di bumi

Daerah liputan
185 km x 185km

11
2. Asas MSS

c. Jenis satelit
1. Jenis satelit berawak
Sensornya fotografik, hasilnya foto satelit.
Gemini
Merkurius
Apollo
Skylab: stasiun eksperimen antaraiksa
Surveyor: memotret bulan
Mariner: memotret Mekurius, Venus, Mars
Pioneer: memotret Jupiter
Vayoger: memotret Jupiter dan Saturnus
2. Jenis satelit tak berawak
Sensornya nonfotografik, hasilnya citra satelit.
Satelit sumber daya bumi: landsat, spot, ERS, MOS, dan seasat.
Satelit cuaca: NOAA, Nimbus, GOES, dan Meteosat.

d. Kegunaan
1. Identifikasi jenis tanah/tanah.
2. Identifikasi jenis tanaman.
3. Inventarisasi tanaman padi pada sawah irigasi.
4. Menaksir produk perhektar.

12
5. Menaksir luas tanaman, luas hutan.
6. Perhitungan luas permukaan air dan volume air.
7. Menilai kerusakan hutan.
8. Pemetaan: intruksi batuan beku, perubahan garis pantai, klasifikasi hutan.
9. Klasifikasi bentuk penggunaan lahan.
10. Mendeteksi bentang budaya: kota, jalan raya.
11. Mendeteksi: objek di bawah permukaan air, kualitas air, garis batas antara air, dan
daratan.
12. Pembedaan lahan kota dengan lahan desa.
13. Perencaan wilayah.
14. Pemetaan jaringan transportasi.
15. Mendeteksi akibat bencana alam.

13
04
M
TO ATER
P L ID
EV AN
EL LAT
- X IH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP
TN

GEografi
SESI 4
REMOTE SENSING

A. PERBEDAAN SENSOR FOTOGRAFIK DENGAN SENSOR NONFOTOGRAFIK

Sensor Fotografik Sensor Elektronik


a. Berupa kamera a. Nonkamera (alat elektronik)
b. Skala lebih besar b. Skala lebih kecil
c. Wilayah cakupan lebih sempit c. Wilayah cakupan lebih luas
d. Hasilnya lebih rinci d. Hasilnnya kurang rinci, tetapi lebih
e. Resolusi lebih rinci tepat
f. Biayanya lebih murah e. Resolusi lebih rendah
g. Caranya sederhana f. Biayanya lebih mahal
h. Integritas geometri bagus g. Caranya rumit
i. Dapat menghindari awan h. Integritas geometri buruk
j. Hasilnya berupa foto penginderaan i. Dapat mengatasi hambatan
jauh (foto udara dan foto satelit) atmosfer
j. Hasilnya berupa citra pengindraan
jauh (citra dan data noncitra)

1
B. Menentukan Skala Citra

panjang fokus sensor (cm)


Skala Citra =
jarak objek ke sensor (cm)

C. Interpretasi Citra
Interpretasi, yaitu:
a. Menafsirkan dan mengklasifikasi citra berdasarkan karakteristiknya sehingga objek
dapat dikenali.
b. Menganalisis citra dengan melakukan pemisahan wujud rona atau warna objek.
c. Menganalisis citra berdasarkan unsur objek.

D. Unsur Interpretasi Citra


a. Rona
Rona adalah cerah atau gelapnya objek.
Contoh:
1. Pada foto pankromatik hitam putih, air tampak gelap.
2. Pada foto inframerah hitam puih, air tampak gelap sekali.
Ronanya objek dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu:
1. Karakteristik objek
2. Waktu pemotretan/perekaman
3. Cuaca
4. Letak objek, jenis objek, jarak objek dari sensor
5. Bahan (emulsi film) yang digunakan
6. Proses

b. Warna
Warna terbentuk oleh proses aditif (biru, hijau, merah) dan proses substratif (cyan, kuning,
magenta). Warna lain terbentuk sesuai dengan jenis emulsi filmnya.
Contoh:
1. Pada foto pankromatik berwarna, air dan pohon tampak hijau.
2. Pada foto inframerah berwarna, air tampak biru dan pohon tampak magenta.

c. Bentuk
Bentuk adalah kerangka objek.

2
Contoh:
Gunung api dan pohon pinus berbentuk kerucut, lapangan sepak bola berbentuk persegi,
dan gedung sekolah berbentuk letter I.L.U.

d. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail objek atau memperjelas profil objek.
Contoh:
Tembok stadion dan gawang sepak bola, cerobong asap, dan menara yang bayangannya
sangat tampak. Bayangan objek menunjukkan posisi objek di daerha tinggi, miring, atau
terjal.

e. Situs
Situs adalah letak objek terhadap objek lain.
Contoh:
Situs pemukiman di tepi jalan, rel kereta api, sungai, pantai, dan tanggul alam; situs teh di
pegunungan.

f. Pola
Pola adalah susunan keruangan, contohnya:
1. Pola pemukiman transmigrasi, teratur.
2. Pola pemukiman di tepi jalan/rel kereta api/sungai/pantai memanjang.
3. Pola delta di muara, menandakan DAS hulu mengalami kerusakan (erosi besar).

g. Asosiasi
Asosiasi adalah hubungan antarobjek, contohnya:
1. Gawang berasosiasi dengan lapangan sepak bola.
2. Rel kereta yang bercabang berasosiasi dengan stasiun.
3. Perkampungan berasosiasi dengan jalan dan lahan pekarangan.

h. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra, contohnya:
1. Hutan bertekstur kasar.
2. Belukar bertekstur sedang.
3. Sawah bertekstur halus.
4. Air bergelombang bertekstur kasar.

i. Ukuran
Ukuran antara lain jarak, luas, tinggi, kemiringan, volume, contohnya:
1. Ukuran rumah berbeda denga pabrik.
2. Ukuran lapangan berbeda dengan pekarangan.

3
E. Karakteristik Citra
Karakteristik citra, antara lain:
a. Karakteristik spektral: rona warna.
b. Karakteristik spasial: bentuk, bayangan, situs, asosiasi, tekstur, ukuran.
c. Karakteristik temporal: waktu pemotretan, unsur objek, umur objek.

F. Tahapan Interpretasi Citra


Ada pun tahapan interpretasi citra, yaitu:
a. Deteksi
b. Identifikasi
c. Analisis
d. Dedukasi
e. Klasifikasi

G. Dasar-dasar Interpretasi Citra Fotografik


Berikut dasar-dasar interpretasi citra fotografik, yaitu:
a. Rona gelap: hutan hujan tropis, hutan rawa/mangrove, hutan sagu, hutan bakau,
laut, dan sungai.
b. Rona agak gelap: hutan musim/gugur, hutan bambu, perkebunan tebu, perkebunan
kelapa, dan kelapa sawit.
c. Rona cerah/terang: hutan lumut (tunra), nipah, savana, stepa, sawah, rawa, gurun,
delta, kipas aluvial, jalan raya, rel kereta api, dan stasiun.
d. Tekstur kasar, gelap: hutan hujan tropis, hutan rawa/mangrove, hutan sagu, hutan
bakau, laut, dan jalan bergelombang.
e. Tekstur sedang, agak gelap: hutan musim, hutan bambu, perkebunan tebu,
perkebunan kelapa, dan kelapa sawit.
f. Tekstur halus, cerah/terang: hutan lumut, stepa, sungai, delta, kipas aluvial, sawah,
rawa, gurun, jalan raya, rel kereta api, dan sekolah.
g. Tinggi tidak seragam, gelap: hutan hujan tropis, hutan rawa, dan hutan sagu.
h. Tinggi seragam, cerah/agak gelap: hutan musim, stepa, nipah, hutan bambu,
perkebunan tebu, perkebunan kelapa dan sawit, hutan baku, hutan lumut, sawah,
serta pemukiman desa.
i. Bertajuk bintang: sagu, nipah, kelapa sawit, dan palem.
j. Bentuk kerucut: pinus dan gunung api.

H. Keunggulan Citra Penginderaan Jauh


a. Cara kerja cepat, akurat, dan tepat.
b. Hemat waktu, biaya, dan tenaga.
c. Dapat meliput daerah yang luas.

4
d. Gambar/citra yang direkam bersifat permanen.
e. Dapat menghasilkan gambar 3 dimensi jika dilihat dengan stereoskop.
f. Merupakan satu-satunya cara pemetaan daerah bencana.
g. Merupakan alat pemantau terhadap perubahan bentang alam dan bentang
budaya.
h. Tanpa resiko yang besar.
i. Ketelitiannya dapat diandalkan khususnya daerah terestrial (daratan).

I. Kelemahan Citra Pengindraan Jauh


Kelemahan citra pengindraan jauh, yaitu tidak dapat mengenali:
a. Saat (waktu) terjadinya bencana.
b. Komposisi tanah, batuan, dan bahan tambang(harus dianalisis di laboratorium).
c. Batas wilayah dan batas persil kepemilikan tanah (harus dicek langsung di
lapangan).
d. Status tanah, status bangunan, pemiiliki tanah, dan pemilik bangunan.
e. Status penduduk dan komposisi penduduk.
f. Sensor fotografik dengan tenaga elektromagnetik hanya bisa beroperasi siang hari.

J. Asas Stereoskopik
Pengamatan stereoskop menafsirkan citra dengan menggunakan stereoskop
sehingga menghasilkan gambaran atau foto 3 dimensi. Umumnya, pengamatan
stereoskopik dilakukan pada citra foto udara. Perwujudan 3 dimensi menunjukkan beda
tinggi dan kemiringan lereng sehingga bermanfaat untuk pembuatan peta kontur (peta
topograf ). Pengamatan stereoskopik juga bisa dilakukan dengan cara:
a. Sepasang foto udara bertabrakan yang menggambarkan daerah yang sama.
b. Masing-masing foto disinari proyektor. Proyektor kiri dipasang filter hijau dan
proyektor kanan dipasangi filter merah.
c. Sinar proyektor yang mengenai foto, yaitu sinar hijau mengenai foto kiri dan sinar
merah mengenai foto kanan.
d. Pengamat menggunakan kaca mata filter. Filter hijau di kiri dan filter merah di mata
kanan.
e. Mata kiri melihat foto kiri dan mata kanan melihat foto kanan. Dengan demikian,
terjadi fusi otak yang menimbulkan gambaran 3 dimensi.

K. Manfaat Pengamatan Stereoskopik


Kenampakan 3 dimensi memudahkan pengenalan objek, menghasilkan modul
medan ikonik (mirip wujud aslinya), mengetahui tinggi, dan lereng dengan teliti.

5
L. Manfaat Citra Pengindraan Jauh
Berikut ini manfaat dari citra pengindraan jauh berdasarkan bidang-bidangnya, antara
lain:
a. Bidang pertanian
1. Pengenalan jenis tanaman dan jenis pohon.
2. Evaluasi kondisi tanaman.
3. Estimasi jumlah produksi.
4. Sensus hewan ternak.
5. Identifikasi situs pertanian.
6. Memantau penggunaan lahan pertanian dan lahan ternak.
b. Bidang kehutaan
1. Identifikasi spesies pohon dan kerusakan lahan hutan.
2. Perkiraan volume kayu.
3. Inventarisasi hasil hutan.
4. Memantau perkembangan hutan.
5. Memetakan kerusakan hutan oleh kebakaran hutan.
c. Manfaat pada bidang sumber daya bumi
1. Pemetaan tanah, bentuk lahan, dan tata guna lahan.
2. Inventarisasi sumber daya alam.
3. Mendeteksi pencemaran.
4. Evaluasi kerusakan alam oleh banjir.
d. Bidang perlindungan satwa liar
1. Mendeteksi habitat.
2. Mendeteksi pencacahan jumlah populasi hewan.
e. Bidang lingkungan hidup
Penilaian dampak lingkungan akibat ulah manusia, seperti:
1. Peningkatan zat pencemaran.
2. Perubahan kondisi aliran air, erosi, dan sedimentasi.
3. Perubhana suhu, perubahan kekeruhan air.
4. Perubahan vegetasi akibat penebangan.
5. Perubahan populasi.
f. Bidang perencanaan kota dan wilayah
1. Penaksiran jumlah penduduk.
2. Studi kualitas perumahan.
3. Pemilihan letak berbagai bangunan.
4. Studi lalu lintas, penentuan jalur transportasi.

6
5. Pemilihan jalur transmisi.
6. Menentukan batas wilayah kota.
7. Pemetaan penggunaan lahan kota.
g. Bidang oseanografi
1. Mendeteksi garis batas daratan dan laut.
2. Mendeteksi suhu permukaan air laut, salinitas air laut, arus laut dan gelombang,
pencemaran air laut, sedimentasi pelabuhan, banjir rob, dan pengelolaan ikan.
3. Mengamati perubahan pantai.
h. Bidang hidrologi
1. Mendeteksi air permukaan: air sungai, danau, rawa, mata air, geyser, dan saluran
irigasi.
2. Analisis pola aliran sungai, sebaran salju, kondisi es, serta batas air tawar dan air
asin.
3. Pemetaan DAS, banjir, dan kelembaban tanah.
i. Bidang geologi
1. Mengenali jenis batuan, patahan dan lipatan, pegunungan dan daratan, serta
gunung api aktif.
2. Mendeteksi gua di daerah karst.
3. Eksplorasi mineral.
4. Inventarisasi sumber daya mineral dan struktur litologi (batuan dan tanah).
j. Bidang meteorologi
1. Mendeteksi komposisi atmosfer.
2. Pemetaan profil suhu atmosfer.
3. Prakiraan cuaca.
4. Mendeteksi kecepatan angin dan kandungan uap air di atmosfer.
k. Bidang kartograf
1. Pemetaan topografi wilayah.
2. Pemetaan korografi.
3. Memantau perubahan penggunaan wilayah.

7
Contoh soal

1. Sebuah pesawat terbang dengan ketinggian 3.000 m, terpasang kamera dengan panjang
fokus 30 cm. Maka foto yang dibuat mempunyai skala ...
Pembahasan :
panjang fokus sensor (cm)
Skala Citra =
jarak objek ke sensor (cm)

30 cm 150 mm 1
= = =
3000 m 300000 cm 10000
= 1:10000

2. Sebuah pesawat yang terbang pada ketinggian 5.000 m, ketinggian objek 2.000 m di atas
muka laut. Panjang fokus perekam objek 150 mm. Berapa skala foto yang dihasilkan?
Pembahasan :
panjang fokus sensor (cm)
Skala Citra =
jarak objek ke sensor (cm)

150 mm 150 mm 1 1
= = = =
5000-2000 m 3000 cm 300000 mm 20000

= 1:10000

8
05
M
TO ATER
P L ID
EV AN
EL LAT
- X IH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP
TN

geografi
SESI 5
SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

A. Pengertian SIG
SIG adalah teknik menyimpan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan kembali
kondisi alam dan sosial dengan bantuan data spasial dan data atribut. SIG merupakan
sistem informasi yang berbasis komputer dan menekankan pada unsur informasi geografi,
posisi objek dan keterangan-keterangan/atributnya.

B. Asas SIG

Data
Sig: Manajemen: Data
Data Input Hardware Manipulasi Output
Software Analisis

C. Komponen SIG
a. Perangkat keras (hardware): komputer (PC), mouse, digitizer, plotter, scanner, dan
printer.
b. Perangkat lunak (software): modul program atau sistem.

1
c. Data dan informasi geografi.
d. Manajemen orang-orang yang memiliki keahlian SIG.

D. Sistem Kerja SIG


Data Manajemen
Data Input dan Manipulasi
a. Peta: topograf, tematik Data Output
b. Foto udara Penyimpan
(Data Base) a. Peta tematik
Foto satelit b. Tabel
Citra dirgantara c. Diagram
Citra satelit d. Histogram
c. Pengukuran lapangan e. Grafik
Hasil sensus Pengambilan
f. Informasi digital
Statistik g. Laporan
Monografi daerah
Tabel laporan Pengolahan
d. Data digital
e. Data lainnnya a. Manipulasi
b. Modifikasi
c. Klasifikasi

E. Sumber Data SIG


Data-data yang diolah SIG berasal dari:
a. Peta
1. Peta topografi
2. Peta korografi
3. Peta tematik
b. Hasil penginderaan jauh
1. Foto udara
2. Foto satelit
3. Citra dirgantara
4. Citra satelit
5. Data noncitra
c. Hasil survei lapangan
1. Hasil sensus
2. Statistik
3. Monografi daerah
4. Administrasi peternakan
5. Perusahaan-perusahaan
6. Lokasi usaha
7. Lokasi bencana

2
8. Pemukiman
9. Cagar alam
10. Tata guna tanah
d. Data digital dari komputer
Data yang berasal dari peta dan foto udara atau satelit harus diubah menjadi data
digital dengan alat digitizer. Data yang berasal dari citra satelit sudah dalam bentuk
digital sehingga dapat langsung digunakan.

F. Jenis Data SIG


a. Data spasial, grafis, atau data keruangan adalah data yang mengidentifikasi
kenampakan yang menunjukkan lokasi atau tempat-tempat di permukaan bumi.
Data spasial berasal dari peta dan hasil indraja. Bentuk data spasisal berupa:
1. Titik: sekolah, SPBU, rumah sakit, restoran, kota, bandara, gunung, masjid,
kuburan, dan sumur.
2. Garis: jalan, rel kereta api, pipa PAM, saluran pembuangan, dan jaringan pipa
kabel.
3. Poligon: batas kota, batas persil tanah, hutan, danau, pemukiman, dan kawasan
industri.
b. Data nonspasial, nongrafis, atribut, dan deskriptif berupa penjelasan tentang
kuantitas dan kualitas objek. Kuantitiasnya, yaitu ketinggian tempat, luas lahan,
jumlah penduduk, kepadatan penduduk, kerapatan hutan, produktivitas lahan, dan
kadar pencemaran. Kualitasnya berupa jenis tanah, jenis tambang, kelas jalan, tata
guna lahan, status tanah, dan kode pos habitat. Data nonspasial berasal dari hasil
survei lapangan, data teritis, atau data teristrial.

G. Model Data Spasial


Data spasial disajikan dengan dua model, yaitu:
a. Model data vektor berupa titik, garis, dan poligon. Model ini menyimpan dan
menampilkan data spasial berupa titik-titik, garis-garis (kurva), dan poligon dengan
sistem koordinat kartesian 2 dimensi (x,y). Poligon disimpan sebagai sekumpulan
titik-titik tempat titik awal dan akhir memiliki nilai koordinat yang sama (poligon
tertutup sempurna).

3
b. Model data raster berupa pixel, grid, dan matriks. Model ini menyimpan dan
menampilkan data spasial beruap pixel atau struktur matriks yang membentuk grid,
contoh data raster. Data raster, yaitu citra satelit, citra radar, dan model ketinggian
digital.

H. Cara Kerja SIG


SIG merepresentasikan dunia nyata di monitor komputer. Menyimpan informasi deskriptif
sebagai atribut dalam basis data kemudian menyimpan dalam tabel. Setelah itu, SIG
menghubungkan unsur dalam peta dengan atribut dengan bentuk tabel.

4
Tabel
Luas Status Tata guna
No. Lokasi
Tanah Tanah tanah
1.
2.
3.
4.

I. Keunggulan SIG
a. Memiliki kemampuan analisis spasial dan nonspasial.
b. Dapat menggunakan data spasial dan data atribut secara terintegrasi.
c. Dapat mengubah presentasi dalam berbagai bentuk.
d. Dapat memvisualkan data spasial berikut atribut-atributnya.
e. Manipulasi data dapat dilakukan dengan mudah dan fleksibel.
f. Dapat menurunkan sata secara otomatis.
g. Dapat menghasilkan peta tematik hanya dengan memanipulasi atributnya.
h. Dapat menghasilkan peta dan gambaran 3D.
i. Hasilnya cepat, tepat, dan akurat.
j. Dapat membuat kontur 3D.
k. Dapat melakukan overlay 3D dengan peta tematik atau citra tertentu.

J. Analisis SIG
Analisis spasial SIG memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Klasifikasi
1. Dengan menggunakan data ketinggian tempat, dapat dibuat data kemiringan
atau gradien permukaan bumi.
2. Dengan menggunakan data kadar air dan kedalaman air tanah, dapat dibuat
data kesuburan tanah.
b. Overlay
Overlay (teknik tumpang susun) memiliki tiga data, yaitu data ketinggian tempat,
jenis tanah, dan kadar air tanah. Overlay dapat menghasilkan wilayah yang sesuai
untuk budidaya tanaman tertentu.
c. Analisis 3D
Analisis 3D untuk menetapkan manfaat suatu tempat yang harus meninjau tiga
data, yaitu data tata guna tanah, jaringan jalan, dan kemiringan tempat.

5
K. Aplikasi SIG
a. Bidang Sumber Daya Alam
1. Inventarisasi dan manajemen kesesuaian lahan untuk pertanian, perkebunan, dan
kehutanan.
2. Perencanaan tata guna lahan.
3. Analisis daerah rawan bencana alam.

b. Bidang Perencanaan Wilayah


1. Perencanaan pemukiman transmigrasi.
2. Perencanaan tata ruang wilayah.
3. Perencanaan kota.
4. Perencanaan lokasi dan relokasi industri.
5. Perencanaan pemukiman dan pasar.

c. Bidang Kependudukan
1. Penyusunan data penduduk.
2. Penyediaan informasi sensus penduduk.
3. Sisitem informasi untuk pemilihan umum.

d. Bidang Lingkungan
1. Pemantauan pencemaran sungai, danau, dan laut.
2. Evaluasi pengendapan lumpur di sekitar danau, sungai, dan pantai.
3. Pemodalan pencemaran udara dan limbah berbahaya.

e. Bidang Utility
1. Inventarisasi dan manajemen informasi jaringan PA.
2. Perencanaan pemeliharaan jaringan PAM dan jaringan listrik.
3. Sistem informasi pelangganan PAM dan listrik.
4. Inventarisasi infrastruktur/fasum.

f. Bidang Bisnis
untuk penentuan lokasi bisnis yang prospektif untuk bank, swalayan, mesin ATM, counter,
outlet, dan gudang.

g. Bidang Perpajakan
1. Menaksir potensi pendapatan dari pajak bumi bangunan (PBB).
2. Sistem informasi untuk penarikan pajak.

6
h. Bidang kelautan
untuk inventarisasi dan manajemen stasiun pengamatan pasang surut, daerah pesisir
pantai, daerah wisata laut, dan tanah laut.

i. Bidang pendidikan
1. Penentuan kesesuaian lokasi pendidikan.
2. Sistem informasi akademis.

j. Bidang transportasitasi
1. Inventarisasi jaringan transportasitasi.
2. Perencanaan perluasan jaringan transportasitasi.
3. Analisis rawan kemacetan dana bahaya kecelakaan.
4. Analisis alternatif rute tersingkat.

k. Bidang kesehatan
1. Penyediaan data spasial dan data atribut yang menggambarkan pola penyebaran
penderitaan suatu penyakit.
2. Inventarisasi tenaga medis dan fasilitas pendukungnya.

L. Komponen Geodesi untuk Data Spasial


Data spasial, seperti sekolah, jalan, dan pemukiman harus berefrensi geografi. Alat referensi
data spasial, yaitu konsep geodesi (geodesi merupakan ilmu pengukuran dan pemetaan
permukaan bumi). Konsep geodesi menentukan posisi (koordinat) horizontal, yaitu posisi
berdasarkan lintang dan bujur. Posisi horizontal ini dikonversikan ke sistem koordinat 2D
dengan ketinggiannya atau kedalamannya dikonversikan ke sistem koordinat kartesian
3D.
z
x
y
x,y

y
x
Sistem koordinat Sistem koordinat
kartesian 2D kartesian 3D

7
06
M
TO ATER
P L ID
EV AN
EL LAT
- X IH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP
TN

geografi
SESI 6
INDUSTRI

A. Pengertian Industri
a. Semua kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat produktif.
b. Semua kegiatan yang bersifat mengubah atau mengolah bahan mentah menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi.

B. Syarat Berdirinya Industri


a. Tersedia modal
b. Tersedia bahan mentah
c. Tersedia tenaga kerja
d. Tersedia energi
e. Tersedia pasar (konsumen)
f. Tersedia alat transportasi dan komunikasi
g. Stabilitas politik dan keamanan terjamin
h. Melaksanakan AMDAL

C. Faktor yang Menentukan Lokasi Industri


a. Dekat dengan bahan mentah atau baku
b. Dekat tenaga kerja
c. Dekat energi
d. Dekat pasar

1
e. Transportasi lancar
f. Air cukup
g. Lahan luas dan datar
h. Ada manajemen yang handal
i. Ada kebijakan pemerintah

D. Substitusi Industri
Substitusi industri adalah kebijakan substitusi impor dengan cara memproduksi barang-
barang yang diimpor.

a. Manfaat Substitusi Impor (SI)


1. Mengurangi ketergantungan pada impor
2. Memperkuat sektor industri
3. Memperkuat kesempatan kerja sehingga tenaga kerja yang melimpah di sektor
pertanian dapat diserap oleh sektor industri tanpa mengurangi pengeluaran sektor
pertanian
4. Menghemat devisa

b. Kelemahan Substitusi Impor


1. Menguntungkan perusahaan asing yang menanam modal di sektor industri SI
2. Menimbulkan gejala monopoli (pembatasan produsen)

E. Klasifikasi Industri
a. Aneka industri : makanan, minuman, dan kerajinan.
Industri logam : besi, baja, timah, dan mesin.
Industri kimia : pupuk, obat, semen, ban, kertas, dan cat.
Industri kecil/tekstil : batik, pemintalan, rajutan, dan konveksi.
b. Berdasarkan bahan mentah
1. Industri agraris: bahan mentahnya hasil pertanian.
Contoh: minyak goreng, teh, gula, kopi, dan tekstil.
2. Industri non-agraris: bahan mentahnya dari hasil pertambangan.
Contoh: besi, baja, semen, dan minyak bumi.
c. Berdasarkan proses produksi
1. Industri hulu: mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi.
Contoh: kertas, koran, kain, lembaran karet, lembaran besi, dan aluminium.
2. Industri hilir: mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi.
Contoh: kertas koran menjadi koran, lembaran karet menjadi ban, dan
aluminium menjadi alat-alat dapur.

2
d. Berdasarkan hasil produksi
1. Industri berat: menghasilkan mesin-mesin dan alat-alat produksi.
Contoh: baja, mesin-mesin pabrik, dan kendaraan.
2. Industri ringan: menghasilkan barang jadi yang langsung dipakai masyarakat.
Contoh: makanan, minuman, obat-obatan, hasil kerajinan, dan tekstil.
e. Berdasarkan asal modal
1. Industri PMDN: modal dari penanaman modal dalam negeri (pemerintah dan
pengusaha swasta nasional)
2. Industri PMA: modalnya dari penanam modal asing.
3. Industri patungan: modalnya dari swasta nasional dan modal asing.
f. Berdasarkan pasarnya
1. Industri lokal: pasarnya di negeri saja karena mudah rusak.
Contoh: kue basah, ikan segar, dan daging segar.
2. Industri dasar: pasarnya di dalam dan di luar negeri.
Contoh: tekstil, mebel, dan pesawat.
g. Berdasarkan produktivitas perdagangan
1. Industri primer: menghasilkan barang-barang tanpa pengolahan lebih lanjut.
Contoh: anyaman bambu, kerajinan tanah liat, dan kulit.
2. Industri sekunder: menghasilkan barang-barang yang membutuhkan
pengolahan lebih lanjut.
Contoh: benang, kain, terigu, karton, kawat, coklat, pipa, besi, dan plastik.
3. Industri tertier: bergerak di bidang jasa, pelayanan, atau fasilitas.
Contoh: transportasi, keuangan, pendidikan, kesehatan, dan asuransi.
h.
Jenis-Jenis industri lain
1. Industri campuran: menghasilkan lebih dari satu macam barang karena saling
membutuhkan.
2. Industri trafik: semua bahan mentahnya dari impor.
Contoh: wol, anggur, dan bir.
3. Industri ekstraktif: bahan mentahnya langsung diambil dari alam.
Contoh: ikan asin, bandeng, udang, anyaman bambu dan rotan, buah, bunga
hias, besi, serta emas.

F. Orientasi Lokasi Industri


a. Industri Berlokasi Dekat Bahan Baku.
1. Contohnya industri semen, batu bara, dan kayu lapis. Faktor penyebab:
Butuh bahan baku banyak.
Indeks material (IM) lebih besar dari satu.
Ongkos angkut bahan baku lebih mahal dibandingkan ongkos angkut barang jadi.

3
2.
Contoh industri susu, gula, dan gas. Faktor penyebab:
Butuh bahan baku banyak.
Indeks material labih besar dari satu.
Ongkos angkut bahan baku lebih mahal dibandingkan ongkos angkut barang
jadi.
Bahan baku cepat rusak.

Berat Bahan Baku
Indeks Material =
Barang-barang Jadi

b. Industri Berlokasi Dekat Pasar


Contohnya makanan, keramik, kaca, dan pakaian. Faktor penyebab:
1. Bahan baku sedikit dan ada di mana-mana.
2. Indeks material lebih kecil dari satu.
3. Ongkos angkut barang jadi lebih mahal dibandingkan ongkos angkut bahan baku.
4. Barang jadinya cepat rusak.

c. Industri Berlokasi di Dekat Tenaga Kerja


Industri berlokasi di dekat tenaga kerja disebut juga industri padat karya. Contohnya,
tekstil, garmen, sepatu, rokok, batik, jamu, elektronik, mie, ukir-ukiran, dan pahatan. Faktor
penyebabnya, yaitu kebutuhan tenaga kerja yang banyak, baik tenaga ahli atau terampil
maupun tenaga kasar.

d. Industri Berlokasi Dekat Energi


Contohnya industri peleburan bauksit menjadi alumunium, peleburan besi, dan nikel
menjadi baja. Faktor penyebabnya, industri ini membutuhkan energi yang cukup
banyak.

G. Teori Lokasi Industri


a. Teori Susut Ongkos
1. Semakin besar susutnya, lokasi pabrik semakin mendekati bahan baku.
2. Semakin besar ongkos transportasinya, lokasi pabrik semakin mendekati pasar.

b. Teori Lokasi Industri Alfred Weber


Lokasi industri berada di tempat-tempat yang ongkos transportasinya paling
murah.

4
1. Teori lokasi industri
Unit fasilitas homogen dalam iklim, topografi dan penduduknya, kondisi pasar
dalam persaingan sempurna.
Bahan baku terdapat di daerah tertentu.
Pasar terdapat di daerah tertentu.
Tenaga kerja berada di daerah tertentu.
Alat transportasi hanya satu jenis.
Lokasi pabrik hanya di satu tempat.
Biaya transportasi tergantung pada bobot produk dan jarak.

2. Menurut Weber, biaya produksi dipengaruhi beberapa faktor


Biaya transportasi bahan baku ke lokasi industri.
Biaya transportasi produk jadi ke pasar.
Biaya tenaga kerja (upah).
Harga bahan baku.

3. Segitiga Lokasional Weber

LI
ABB ABB

P : Pasar
LI: Lokasi Industri
ABB: Asal Bahan Baku
Jika IM > 1 maka mendekati bahan baku.
Jika IM < 1 maka mendekati pasar.

Berat Bahan Baku
Indeks Material =
Barang-barang Jadi

5
c. Teori Tempat Sentral/Central Place Theory (W. Christaller)
Lokasi industri harus berada di tempat yang sentral, yaitu tempat yang banyak
penduduknya. Jadi, penduduk tersebut dapat berperan sebagai produsen dan
konsumen.
1. Teori Christaller
Topografi wilayah seragam.
Tingkat ekonomi penduduk homogen.

2. Syaratnya produsen
Range: jangkauan pasar, jarak yang harus ditempuh penduduk untuk
memenuhi kebutuhannya.
Threshold: jumlah minimal penduduk yang diperlukan bagi kelancaran suplai
barang.
Luasan pemasaran tergantung pada tingkat kepadatan penduduk. Makin tinggi
kepadatan penduduk, maka makin kecil wilayah pemasarannya.

d. Teori Lokasi Industri (Losch)


Lokasi industri dipilih berdasarkan permintaan terbesar sehingga dapat menjangkau
wilayah pemasaran yang luas. Losch memandang suatu permukaan lahan yang datar dan
homogen jika suplai oleh pusat (industri) akan menghasilkan volume penjualan yang
berbentuk kerucut. Artinya, semakin jauh dari pusar industri, volume penjualan barang
semakin tinggi sebagai akibat dari naiknya biaya transportasi yang dibutuhkan.

6
07
M
TO ATER
P L ID
EV AN
EL LAT
- X IH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP
TN

GEografi
SESI 7
TEORI LOKASI PERTANIAN (VON THUNEN)

Teori lokasi pertanian menitikberatkan pada dua hal, yaitu jarak lokasi pertanian ke pasar
dan sifat produk pertanian (keawetan, harga, dan beban angkut).
Harga sewa lahan pertanian berbeda-beda tergantung dari tata guna lahannya. Lahan
yang dekat kota atau pusat pasar lebih mahal dibandingkan lahan yang jauh dari kota atau
pusat pasar karena semakin jauh jarak, semakin besar biaya transportasinya.
Teori ini membandingkan hubungan biaya produksi dan biaya transportasi dengan harga
pasar. Kewajiban petani adalah memaksimalkan keuntungan dari harga pasar, biaya produksi,
dan transportasi. Aktivitas yang paling produktif, seperti berkebun, berternak ayam potong,
berternak ayam telur, produksi susu sapi, dan aktivitas yang membutuhkan biaya transportasi
tinggi (produk kayu bakar yang lokasinya harus dekat dengan pasar.)

A. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Industri


a. Intensifikasi Industri
1. Peningkatan produktivitas
2. Peningkatan keterampilan
3. Perbaikan infrastruktur (saran pendukung)
4. Pengembangan teknologi
5. Perlindungan tenaga kerja
6. Revitalisasi (menggiatkan kembali)
7. Verifikasi (pemeriksaan kebenaran laporan)

b. Ekstensifikasi Industri
1. Peningkatan volume
2. Peningkatan jumlah barang/aset
3. Peningkatan jumlah tenaga kerja
4. Perluasan lahan produksi

2
B. Industri Regional
Regional adalah bagian permukaan bumi yang memiliki karakteristik khusus. Industri
regional merupakan industri yang mendorong investasi lokal untuk memperkuat usaha
komoditas unggulan daerah. Contohnya, industri regional I (Medan) dan industri regional
II (Padang).

No. Jenis Industri Lokasi Industri


Bandung, Karawang, Purwakarta, Bekasi, Tangerang,
1 Tekstil Serang, Pemalang, Yogyakarta, Malang, dan
Makassar.
Padang (PT Indarung I, II, III, dan IV), Cibinong (PT
Semen Cibinong), Cirebon (PT Semen Tiga Roda),
2 Semen Cilacap (PT Semen Nusantara), Gresik (PT Semen
Gresik), Makassar (PT Tonasa), Kupang (PT Semen
Kupang).
3 Kayu Lapis Sumatera, Kalimantan, Maluku, Papua
Palembang (PT Pupuk Sriwijaya), Cikampek (PT
4 Pupuk Pupuk Kujang), Bontang (PT Pupuk Kalimantan),
Aceh (PT Pupuk ASEAN).

5 Besi Baja Cilegon (Banten)

6 Galangan Kapal Surabaya, Jakarta


Pematang Siantar, Padalarang, Banyuwangi,
7 Kertas
Martapura
Perakitan dan Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Palembang,
8
Perbengkelan Makassar

C. Bentuk Kerjasama Industri


Permukaan bumi memiliki perbedaan dan persamaan sehingga terjadi hubungan kerja
sama yang bersifat saling membutuhkan dan menguntungkan. Kerja sama industri
meliputi beberapa bidang, yaitu:
a. Permodalan
Indonesia meminjam modal dari beberaoa negara maju, seperti Jepang, Amerika
Serikat, dan Jerman. Di sisi lain untuk pembangunan industri, pemerintah Indonesia
juga berusaha semaksimal mungkin memberi modal pada pengusaha besar dan
kecil.

3
b. Tenaga kerja
Pengiriman tenaga kerja dari suatu negara ke negara lain. Hanya saja ada kendalanya,
yaitu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki pekerja masih kurang.
c. Pemasaran
Bentuk kerja sama di bidang pemasaran, seperti saling membeli dan menjual.
d. Bahan Baku
e. Teknologi

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembangunan Industri


a. Faktor Pendukung
1. Kaya bahan mentah
2. Tenaga kerja banyak
3. Jumlah penduduk banyak sebagai konsumen
4. Letak geografis yang menguntungkan
5. Sumber tenaga/energi yang mencukupi
6. Stabilitas politik dan kebijaksanaan pemerintah
7. Banyaknya sarana dan prasarana industri

b. Faktor Penghambat
1. Teknologi kurang canggih
2. Mutu barang masih rendah
3. Promosi keluar masih kurang
4. Modal masih kecil
5. Jenis barang tertentu bahan bakunya masih tergantung dari luar
6. Sikap mental yang lebih menyukai produk luar negeri
7. Iklim usaha yang tidak sehat (monopoli)

E. Dampak Positif dan Negatif Pembangunan Industri


a. Dampak Positif
1. Memperluas lapangan kerja
2. Terpenuhinya berbagai kebutuhan
3. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
4. Menambah devisa negara
5. Menunda usia nikah
6. Mengurangi kebergantungan pada produk luar begeri

b. Dampak Negatif
1. Terjadi pencemaran lingkungan
2. Konsumtif

4
3. Terjadi perubahan mata pencarian
4. Terjadi urbanisasi
5. Timbul pemukiman kumuh (Slum Area)
6. Berkurangnya lahan pertanian
7. Terjadi perubahan perilaku

F. Aglomerasi Industri
Aglomerasi industri adalah pemusatan berbagai macam industri di suatu lokasi. Aglomerasi
industri terjadi karena:
a. Terkonsentrasinya beberapa faktor produksi pada satu lokasi.
b. Adanya keterkaitan dalam produksi.
c. Meminimalisasi biaya angkut yang tinggi sehingga mengurangi biaya produksi.
d. Adanya sarana dan prasarana yang lengkap.

Pemusatan industri dilakukan dengan membentuk kawasan industri, contohnya kawasan


industri Pulo Gadung dan Sunter (Jakarta), Cikarang (Bekasi), Cilegon (Banten), Cilacap
(Jawa Tengah), Rungkut (Surabaya), Makassar (Sulawesi Selatan), Batam, dan Medan
(Sumatera Utara). Tujuan dibentuknya kawasan industri:
a. Mempercepat pertumbuhan industri
b. Memberikan kemudahan bag kegiatan industri, misalnya lokasi, perizinan, serta
sarana dan prasarana.
c. Mendorong kegiatan industri agar terpusat dan berlokasi di kawasan tersebut.
d. Menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan.
e. Menghemat biaya produksi.

G. Kawasan Berikat/Bounded Zone/Export Processing Zone


Kawasan berikat adalah suatu kawasan dengan batas-batas tertentu di wilayah pabean
dengan ketentuan khusus. Ketentuan khusus tersebut pada barang yang dimasukkan
dari luar atau dalam daerah pabean tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan bea cukai
sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor, ekspor, atau re-ekspor. Barang-
barang yang diproduksi sebagian besar untuk ekspor.
Kawasan berikat berfungsi untuk tempat penyimpanan, penimbunan, dan pengolahan
barang-barang yang berasal dari dalam dan luar negeri. Industri berikat memiliki
keterkaitan proses, produk, jasa, dan subkontak. Contohnya, K.B. Nusantara (Marunda
Jakarta) terbesar di Indonesia, K.B. Tanjung Priok (Jakarta), K.B. Tanjung Mas (Semarang),
dan K.B. Tanjung Perak (Surabaya).

5
H. Relokasi Industri
Pemindahan lokasi industri dari negara maju ke negara berkembang.

a. Penyebab
1. Mahalnya upah tenaga kerja
2. Terbatasnya bahan mentah
3. Ketatnya aturan pemerintahan
4. Mengurangi polusi di negara maju
5. Memperluas usaha industri
6. Memperluas pasar

b. Kondisi Negara Tujuan


1. Upah tenaga kerja murah
2. Bahan mentah banyak
3. Aturan pemerintah tidak ketat
4. Jumlah penduduk banyak sebagai konsumen

c. Dampak Positif
1. Menambah lapangan pekerjaan
2. Menambah devisa
3. Menambah pendapatan
4. Terjadi pengalihan teknologi
5. Terjadi pengalihan modal

d. Dampak Negatif
1. Mengurangi sumber daya alam
2. Menambah polusi

e. Beberapa negara yang merelokasi industrinya di Indonesia


1. Proyek peleburan biji alumunium di proyek Asahan bekerja sama dengan Jepang.
2. Kerja sama industri di lingkungan ASEAN dengan mendirikan pabrik pupuk urea di
Aceh.
3. IPTN bekerja sama dengan perusahaan penerbangan CASA Spanyol membuat
pesawat untuk jarak pendek yang diberi nama Tetuko.
4. IPTN juga bekerja sama dengan Jerman merencanakan membuat produksi bersama
pesawat MMB dan dengan Amerika Serikat membuat pesawat Boeing.

6
5. Kerja sama dengan UNIDO (United Nations Industrial Development Organization),
mendapat bantuan teknis tentang program-program pelatihan, penelitian, dan
menyediakan berbagai informasi yang berkaitan dengan peluang peningkatan
kegiatan perdagangan dan industri.
6. Bekerja sama dengan Australia dalam bidang pariwisata dengan adanya jalur
penerbangan Jakarta-Denpasar-Port Darwin.

7
08
M
TO ATER
PL ID
EV AN
EL LA
- X TIH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP

geografi
TN

SET 08
KERUANGAN DESA

A. PENGERTIAN DESA
Desa adalah wilayah hukum adat yang memiliki hak otonomi.

B. KLASIFIKASI DESA
a. Desa Tradisional (Pra desa)
1. Sangat tergantung pada alam.
2. Adat istiadat yang sangat kuat.
3. Tertutup (tidak ada interaksi dengan pihak luar).
4. Desa terpencil, suku terasing.

b. Desa Swadaya
1. Kegiatan penduduk dipengaruhi keadaan alam.
2. Profesi homogen sebagai petani.
3. Hasil pertanian digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri (Subsistence
Farming).
4. Produktivitas tanah rendah.
5. Tingkat pendidikan rendah.
6. Lembaga sosial masih sederhana.
7. Interaksi lambat.
8. Penduduknya jarang.

1
9. Berada di bukit-bukit dan pegunungan.
10. Adat istiadatnya masih kuat.
11. Semangat gotong royong masih kuat.

c. Desa Swakarya
1. Mata pencaharian mulai beraneka ragam (heterogen) tidak hanya agraris.
2. Kelebihan hasil pertanian mulai dijual ke daerah lain.
3. Mulai berinteraksi dan mulai terpengaruh budaya luar.
4. Roda pemerintahan mulai berkembang.
5. Lembaga sosial mulai berkembang.
6. Kesadaran membangun desa mulai tumbuh.
7. Gotong royong mulai luntur.
8. Telah mampu meningkatkan ekonomi.
9. Adat istiadat mulai longgar (sedang mengalami perubahan/transisi).

d. Desa Swasembada
1. Dapat memenuhi kebutuhan sendiri.
2. Tingkat pendidikan tinggi.
3. Interaksi tinggi.
4. Kesadaran pada kesehatan tinggi.
5. Sudah menyerap tenaga terampil/ahli.
6. Dapat memanfaatkan potensi desa.
7. Peralatan modern, sarana lengkap.
8. Lembaga sosial berfungsi dengan baik.
9. Administrasi desa teratur.
10. Adat istiadat sudah ditinggalkan.
11. Mata pencaharian sangat beragam cenderung ke sektor industri, seperti,
perdagangan dan jasa.
12. Gotong royong hampir hilang.

C. DESA MENURUT AKTIVITASNYA


a. Desa Industri
Desa yang memiliki kegiatan industri primer / industri kecil seperti: Industri anyaman,
gerabah, genteng , bata dll.

b. Desa Agraris
Desa yang memiliki kegiatan pertanian dan perkebunan seperti: perkebunan teh,
pertanian dll.

2
c. Desa Nelayan
Desa yang memiliki kegiatan seperti: mencari ikan, budidaya rumput laut, dll.

D. UNSUR DESA
a. Daerah (Wilayah)
Berkaitan dengan letak, luas, bentuk, batas topografi.

b. Penduduk
Berkaitan dengan jumlah, kepadatan, komposisi, pekerjaan.

c. Tata Kehidupan
Memiliki hukum informal (tidak resmi), yaitu hukum yang berasal dari dalam masyarakat
seperti adat, aturan, dan norma.

E. POTENSI DESA
a. Potensi Fisik
1. Manusia, penduduk, tenaga kerja.
2. Tanah, kesuburan tanah, air.
3. Sumber daya alam: ternak dan tanaman.
4. Iklim.
5. Luas desa, lokasi desa.
6. Bentang alam: daratan, perbukitan, pegunungan.

b. Potensi Non Fisik


1. Sifat gotong royong.
2. Pendidikan dan pekerjaan.
3. Lembaga sosial, organisasi sosial.
4. Masyarakat, suku (etnis).
5. Aparatur, pamong desa, perangkat desa.

F. SISTEM TRANSPORTASI DESA


Dipengaruhi oleh faktor:
1. Letak (lokasi),
2. Topografi (relief ),
3. Fungsi desa.

3
G. Fungsi Desa
a. Sebagai Hinterland Kota
1. Sumber bahan mentah (bahan pangan).
2. Sumber tenaga kerja (SDM).
3. Sumber industri kecil (kerajinan rakyat).
4. Sumber keindahan alam (wisata).
5. Tempat pemasaran barang-barang dari kota.
6. Mitra pembangnan kota.

H. CIRI-CIRI DESA
1. Gemeinschaft.
2. Paguyuban.
3. Gotong royong.
4. Homogen (petani/agraris).
5. Mobilitas penduduk rendah.
6. Kepadatana penduduk rendah.
7. Man land ratio besar.
8. Toleransi sosial kuat.
9. Proses sosial lambat.
10. Tergantung pada alam.
11. Tanah dominan untuk lahan.
12. Industri primer.
13. Hukum informal.

I. POLA PEMUKIMAN DESA


a. Memanjang (Linear)
Disepanjang jalan, rel kereta api, sungai, dan pantai.

b. Melingkar (Radial)
1. Melingkari gunung berapi (tanah vulkanik).
2. Melingkar mengelilingi sumber air, sumber daya alam, sumber daya buatan, dan
tanah subur.
3. Melingkar di daerah topografi halus (dataran).

c. Memusat/Konsentris (Concentric)
Mengelompok (bergerombol) di pegunungan, berasal dari satu keturunan.

4
d. Menyebar (Random)
1. Di daerah karst (batu kapur).
2. Di daerah topografi kasar (perbukitan, pegunungan yang tinggi).

J. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEBARAN PEMUKIMAN


1. Topografi, relief, morfologi.
2. Jaringan jalan, sungai.
3. Kesuburan tanah.
4. Kondisi air.
5. Sumber daya alam.
6. Lokasi ( letak wilayah).
7. Iklim.

K. PENGHAMBAT PEMBANGUNAN DESA


1. Tingkat kelahiran dan kematian tinggi.
2. Tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan rendah.
3. Mata pencaharian homogen (petani).
4. Jumlah tenaga kerja (usia produktif ) banyak.
5. Bersifat tradisional.
6. Lambat menerima inovasi baru.
7. Sistem transportasi buruk.

L. PROGRAM PEMBANGUNAN DESA


Pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Menurut
Bank Dunia, pembangunan masyarakat desa adalah memajukan kehidupan sosial dan
ekonomi bagi penduduk miskin di pedesaan. Menurut PBB, ada 2 unsur pembangunan
masyarakat desa:
1. Membina prakarsa penduduk untuk meningkatkan taraf hidupnya.
2. Bantuan dari pemerintah untuk merangsang prakarsa tersebut.
Pembangunan pedesaan menitikberatkan pada pembangunan pertanian. Pembangunan
pedesaan di Indonesia dilakukan oleh berbagai departemen, yaitu:
1. Departemen Transmigrasi, yang membentuk wilayah pedesaan baru.
2. Departemen Pertanian, yang membentuk Pertanian Inti Rakyat (PIR).
3. Departemen Dalam Negeri, memiliki Direktorat Jendral yang khusus melaksanakan
pembangunan masyarakat desa di desa yang sudah ada, dan menyelenggarakan
pemukiman kembali (resettlement).

5
09
M
TO ATER
PL ID
EV AN

geografi
EL LA
- X TIH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP
TN

SET 09
KERUANGAN KOTA DAN INTERAKSI DESA-KOTA

A. PENGERTIAN KOTA
Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk
yang tinggi, strata ekonomi sosial yang heterogen, dan corak materialistis. Menurut
Christaller, kota adalah pusat pelayanan.

B. CIRI-CIRI KOTA
a. Gesselschaft.
b. Patembayan.
c. Individualis dan materialistis.
d. Mata pencaharian heterogen (non agraris).
e. Mobilitas penduduk tinggi.
f. Kepadatan penduduk tinggi.
g. Man land ratio kecil.
h. Tanah dominan untuk industri.
i. Industri sekunder (manufaktur) dan industri tersier (fasilitatif/jasa).
j. Hukum formal.
k. Rasional.
l. Strata sosial ekonomi heterogen.
m. Sex ratio rendah (jumlah pria lebih sedikit).
n. Dominan golongan umur produktif (15 - 64 tahun).

1
o. Cepat berganti pekerjaan.
p. Ada segregasi keruangan (sekat pemisah antar komplek peumahan, karena
perbedaan ekonomi, sosial, dan budaya).
q. Ada open space dan ruang terbuka hijau.

C. FAKTOR PEMBENTUK KOTA


Suatu kota bisa terbentuk oleh adanya potensi alam maupun aktivitas penduduknya.
Contoh:
- Kota Kisaran terbentuk karena munculnya usaha perkebunan karet.
- Bangka, Belitung, Lingga dan Singkap menjadi kota karena adanya tambang timah.
- Medan, Jakarta, Surabaya dan Makassar tumbuh sebagai kota karena berperan
sebagai pusat pemerintahan.
Faktor Pembentuk Kota:
a. Faktor Fisik
1. Letak / lokasi / situs (yang straregis).
2. Sumber Daya Alam (perkebunan, tambang, keindahan alam).
3. Fisiografi (topografi halus, tanah subur, iklim menunjang).
b. Faktor Non Fisik
1. Kualitas penduduk.
2. Fasilitas sosial.
3. Pusat kegiatan, perdagangan, pekerjaan.

D. FUNGSI KOTA
Kota berfungsi sebagai:
a. Pusat Pelayanan.
b. Pusat Kegiatan.
c. Pusat Pemasaran.
d. Pusat Industri.
e. Pusat Pendidikan.
f. Pusat Kesehatan.
g. Pusat Peribadatan.
h. Pusat Pemerintahan.

E. TAHAP PERKEMBANGAN KOTA


a. Eopolis : Setengah kota (desa teratur)
b. Polis : Kota dominan agraris
c. Metro Polis : Kota dominan industri

2
d. Mega Polis : Gabungan beberapa metropolis, seperti New York, Singapura
e. Tyrano Polis : Kota kacau, kemacetan dan kriminal
f. Nekro Polis : Kota mati

F. POLA PENGGUNAAN LAHAN KOTA


a. Teori Konsentris (Concentric Zone)
5
4
3
2
1 2 3 4 5

Sumber: http://rizaldyberbagidata.blogspot.com
Gambar: Pola Penggunaan Lahan Konsentris
Keterangan:
1. Central Bussines Distric (CBD)
Berupa pusat kegiatan perkantoran, bank, pasar induk, pertokoan, hotel, pusat
perbelanjaan, bioskop, terminal dan rumah yang dihuni pejabat dan orang kaya.
2. Zona Transisi (Zona Peralihan)
Industri manufaktur, industri ringan, kawasan niaga, grosir, rumah kos, kontrakan,
slum area (pemukian kumuh) yang dihuni golongan kurang mampu.
3. Pemukiman Kelas Rendah (Murba Wisma)
Dihuni kaum buruh (proletar)
4. Pemukiman Kelas Menengah (Madya Wisma)
5. Pemuiman Kelas Atas/Elit (Adi wisma)
Dihuni kaum commuter/penglaju, pergi kerja ke pusat kota, sore pulang ke rumah.
Penjelasan:
1. Penggunaan tanah/lahan secara melingkar.
2. CBD di tengah-tengah kota.
3. Zona pemukiman ditetapkan bedasarkan jenis aktivitas, jenis kegiatan, atau jenis
pekerjaan penduduk.
4. Tanah di tepi luar dari kota harganya mahal.
5. Makin ke tepi pemukiman semakin banyak.

3
b. Teori Sektoral (Sector Theory)

2
3

3
4

1 3
5

2
3
4

Sumber: http://geoenviron.blogspot.com
Gambar: Pola Penggunaan Lahan Kota Sektoral
Keterangan:
1. CBD
2. Industri dan grosir
3. Pemukiman kelas rendah
4. Pemukiman kelas menengah
5. Pemukiman kelas atas/elit
Penjelasan:
1. Penggunaan tanah/lahan berbentuk satu lingkaran yang dipotong-potong menjadi
beberapa sektor, seperti: sektor industri, sektor perdagangan, pendidikan, perbankan
dan lain-lain.
2. Perkembangan tiap sektor dipengaruhi oleh jenis aktivitas/jenis pekerjaan penduduk
dan topografinya.
3. CBD di tengah-tengah kota.
4. Kota berkembang secara horizontal dan vertikal, karena harga lahan mahal dan sulit
mencari lahan kosong.
5. Pertumbuhan secara vertikal terdapat di sektor-sektor yang dihuni orang kaya.
6. Pada sektor yang dihuni orang miskin, terjadi pertumbuhan memadat. Sehingga
muncul slum area dan pemukiman liar sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai), rel
kereta api, dan di bawah jembatan.
7. Harga sewa tanah/rumah tergantung dari jumlah jaringannya (jaringan jalan, sungai,
jaringan pipa kabel dan PAM).
8. Industri berkembang di sepanjang jaringan.

4
c. Teori Inti Ganda (Multiple Nuclei Theory)

Sumber: geografitok.blogspot.com
Gambar: Pola Penggunaan Lahan Inti Ganda
Keterangan:
1. CBD.
2. Industri dan grosir.
3. Pemukiman kelas rendah.
4. Pemukiman kelas menengah.
5. Pemukiman kelas atas/elit.
6. Industri berat.
7. Daerah di luar CBD.
8. Pemukiman sub urban.
9. Daerah industri sub urban.
Penjelasan:
1. Penggunaan tanah/lahan tidak berorientasi pada suatu pusat kegiatan (satu CBD),
tetapi beberapa pusat kegiatan (beberapa CBD).
2. Tiap CBD berkembang sendiri-sendiri.
3. CBD tidak harus di tengah-tengah kota.
4. Contoh: kota metropolitan di tepi pantai atau di tepi sungai.

G. PENGERTIAN INTERAKSI
Interaksi adalah hubungan timbal balik dua wilayah karena tidak mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri.

H. UNSUR INTERAKSI
a. Adanya Usaha Untuk Saling Melengkapi (Regional Complementarity)
1. Interaksi tinggi.
2. Karena perbedaan sumber daya.

5
b. Adanya Kemudahan Transfer Barang/Orang (Spatial Transfer Ability)
1. Interaksi tinggi.
2. Karena punya barang pengganti.

c. Adanya Kesempatan Berinteraksi (Interventing Opportunity)


1. Interaksi lemah.
2. Karena punya barang pengganti.

I. ZONA INTERAKSI DESA-KOTA

Sumber: www.google.com
Gambar: Zona Interaksi Desa-Kota
Keterangan:
1. City : pusat kota.
2. Sub Urban : commuter / penglaju.
3. Sub urban Fringe : peralihan kota-desa.
4. Urban Fringe : batas paling luar dari kota.
5. Rural Urban Fringe : antara kota dan desa, ditandai dengan
penggunaan lahan campuran.
6. Rural : desa.

J. TEORI KEKUATAN INTERAKSI


a. Teori Gravitasi (Reilly)

Kekuatan Interaksi =
Penduduk A Penduduk B
Jarak 2
Kekuatan interaksi tergantung dari jumlah penduduk dan jarak.

b. Teori Titik Henti (Breaking Point Theory)


Jarak
Lokasi Titik Henti (Lokasi Ideal) =
1+
Penduduk >
Penduduk <

6
Lokasi ideal untuk pusat pelayanan, harus mendekati wilayah yang penduduknya lebih
sedikit.

c. Teori Grafik (Kansky)



Indeks Konektivitas =
Jaringan jalan
Kota
Semakin banyak jalan, semakin besar konektivitasnya (semakin kuat interaksinya).

K. DAMPAK INTERAKSI DESA-KOTA


a. Dampak Bagi Kota
1. Kebutuhan kota dipasok dari desa, seperti: bahan mentah/pangan, tenaga kerja,
dan hasil kerajinan rakyat.
2. Kota memasarkan barang-barang industri ke desa.
3. Meningkatkan daya saing produksi.
4. Terjadinya urbanisasi .
5. Pencemaran meningkat.
6. Kemacetan meningkat.
7. Muncul slum area.

b. Dampak Bagi Desa


1. Fasilitas desa semakin lengkap, seperti: pendidikan, kesehatan, komunikasi, dan
transportasi.
2. Menghambat laju urbanisasi.
3. Perubahan mata pencaharian (heterogenisasi mata pencaharian).
4. IPTEK penduduk meningkat.
5. Pendapatan dan kesejahteraan penduduk meningkat.
6. Pemanfaatan lahan meningkat.
7. Tenaga kerja produktif desa pindah ke kota.
8. Lahan desa terbengkalai.
9. Lahan desa banyak dibeli orang kota dan dijadikan tempat peristirahatan/villa.
10. Terjadi penetrasi penebusan budaya kota ke desa, yang menyebabkan dekadensi
moral.

7
10
M
TO ATER
PL ID
EV AN

geografi
EL LA
- X TIH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP
TN

SET 10
KONSEP WILAYAH, PUSAT PERTUMBUHAN, NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG

A. PENGERTIAN WILAYAH
Wilayah adalah suatu area yang memiliki karakteristik tertentu.

B. JENIS WILAYAH
a. Wilayah Formal
1. Ciri-ciri:
Homogen (seragam),
Statis,
Tidak aktif.
2. Berdasarkan satu kriteria.
3. Terbentuk oleh satu kesamaan kenampakan.
4. Contoh:
Wilayah pedesaan.
Wilayah dataran dan pegunungan.
Wilayah gurun.
Wilayah tropis, subtropis, dan kutub.
Wilayah WIB, WITA, dan WIT.

1
b. Wilayah Fungsional (Wilayah Terpusat)
1. Ciri-ciri:
Heterogen (tidak seragam),
Dinamis,
Aktif.
2. Merupakan wilayah yang difungsikan .
3. Terbentuk oleh ketidaksamaan kenampakan .
4. Contoh:
Wilayah kota (sentral).
Wilayah pelabuhan.
Wilayah pemukiman.
Wilayah perkebunan.

C. PERWILAYAHAN (REGIONALISASI)
Perwilayahan (regionalisasi) adalah pengelompokan atau pembatasan wilayah bedasarkan
kriteria tertentu. Pewilayahan (regionalisasi) diperlukan untuk:
a. Perencanaan Pembangunan
b. Analisis Wilayah
Pengelompokan (pembatasan) wilayah terdiri atas:
1. Pengelompokan wilayah homogen berdasarkan:
Generalisasi wilayah (penyamarataan wilayah).
Klasifikasi wilayah (pembagian wilayah menurut kelas-kelas tertentu).
Jadi, dengan ini akan ada keseragaman sifat.
2. Pengelompokan wilayah heterogen, berdasarkan:
Fungsinya.
Interaksinya (analisis aliran barang/orang).
Potensinya.
Jadi, ada keberagaman sifat.

D. PENGERTIAN PUSAT PERTUMBUHAN


Pusat pertumbuhan adalah lokasi (wilayah) yang menjadi pusat berbagai kegiatan
ekonomi, yang memiliki pertumbuhan lebih pesat dibandingkan wilayah lain dan dapat
mempengaruhi wilayah sekitarnya.

2
E. TEORI PUSAT PERTUMBUHAN
a. Teori Tempat Sentral/Central Place theory (Christaller)
1. Pusat pelayanan harus terletak di tempat yang sentral (tempat yang memungkinkan
partisipasi penduduk dalam jumlah maksimal, baik sebagai produsen maupun
konsumen).
2. Jika topografi wilayah seragam dan tingkat ekonomi penduduk homogen, maka
pusat pelayanan akan tersebar dalam wilayah berbentuk heksagonal (segi 6).
3. Pusat pelayanan dapat tumbuh dan berkembang jika ada threshold (jumlah
penduduk minimal yang dibutuhkan untuk kelancaran suplai barang). Jika jumlah
penduduk tidak mencukupi, maka pusat pelayanan tidak akan terbentuk.
4. Pusat pelayanan dapat tumbuh dan berkembang jika ada range (jagkauan/jarak
yang harus ditempuh penduduk untuk memenuhi kebutuhannya).

b. Teori Kutub Pertumbuhan/Growth Pole Theory (Perroux)


1. Pertumbuhan suatu pusat tidak serentak, tetapi muncul di tempat-tempat (kutub-
kutub) tertentu dengan intensitas yang berbeda. Pertumbuhan dimulai dari kutub-
kutubnya, lalu menyebar ke daerah yang tingkatnya lebih rendah.
2. Suatu kutub pertumbuhan merupakan pusat kegiatan ekonomi yang mampu
mempengaruhi pusat-pusat lainnya.
Contoh: industri yang berkembang di sebuah kota akan mempengaruhi wilayah
sekitarnya, jika industri tersebut mengolah SDA dari wilayah sekitarnya (wilayah
hinterland nya).

F. WILAYAH PUSAT PERTUMBUHAN DI INDONESIA


Pusat pertumbuhan di Indonesia tidak terpusat di satu wilayah saja, tetapi dibentuk dengan
Sistem Regionalisasi. Pemerintah membentuk 4 Regional dengan 4 wilayah pembangunan
utama dan X (10) wilayah pembangunan.

3
Tabel 1. Pusat Wilayah Pembangunan di Indonesia

Pusat Pertumbuhan
Utama
No. Regional (Wilayah Wilayah Pembangunan
Pembangunan
Utama)

Aceh dan Sumut pusatnya di


I
Medan
1. A Medan
Sumbar, Riau dan Kep. Riau
II
pusatnya di Pekan Baru

Jambi, Sumsel, Bengkulu, dan Ba-


III
Bel pusatnya di Palembang

Lampung, Jakarta, Jabar, Jateng,


2. B Jakarta
IV Banten dan DI Yogyakarta
pusatnya di Jakarta

VI Kalbar, Pusatnya di Pontianak

Jatim dan Bali pusatnya di


V
Surabaya
3. C Surabaya Kalteng, Kaltim dan Kalsel
VII pusatnya di Balikpapan dan
Samarinda
NTB, NTT, Sulsel dan Sultra
VIII
pusatnya di Makassar

Sulteng, Sulut dan Gorontalo


IX
4. D Makassar pusatnya di Manado

Maluku, Maluku Utara dan Papua


X
(Irian Jaya) pusatnya di Sorong

4
Pusatpusat pertumbuhan tersebut dibentuk dengan tujuan:
1. Untuk pemerataan pembangunan.
2. Membendung arus migrasi ke pulau Jawa.

Suatu wilayah dapat menjadi pusat pertumbuhan jika memiliki salah satu atau beberapa
faktor berikut ini:
1. Kondisi fisik wilayah
2. Kekayaan sumber daya alam
3. Sarana dan prasarana transportasi
4. Adanya industri
5. Kondisi sosial budaya masyarakat

Gambar: Peta Wilayah Pusat Pembangunan Di Indonesia

G. INDIKATOR NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG


a. Pendapatan Nasional (Gross National Product)
Merupakan pendapatan dari produk barang dan jasa selama satu tahun.
b. Pendapatan Perkapita
Pendapatan nasional dibagi dengan jumlah penduduk.

Pendapatan Nasional (GNP)
Pendapatan Per Kapita =
Jumlah Penduduk

5
c. Indeks Mutu Hidup
Indeks mutu hidup ditentukan berdasarkan faktor:
1. Angka kematian bayi
2. Angka harapan hidup dari umur 1 tahun
3. Tingkat melek huruf
Poin 1 dan 2 dipengaruhi oleh pendapatan perkapita, nutrisi, kesehatan, dan lingkungan.
Poin 3 dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.

d. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI)


HDI ditentukan bedasarkan faktor:
1. Standar hidup
2. Pendidikan
3. Kesehatan
4. Umur

e. Pemenuhan Kebutuhan Pokok


Meliputi kebutuhan nutrisi, kesehatan, sanitasi, suplai air, pendidikan dan perumahan.

H. KARAKTERISTIK NEGARA MAJU


1. Angka pertumbuhan penduduk kecil.
2. Persebaran penduduk terkonsentrasi di daerah kota.
3. Tingkat pendidikan penduduk tinggi/kualitas sumber daya manusia tinggi.
4. Tingkat kelahiran dan kematian rendah.
5. Tingkat kesehatan tinggi.
6. Tingkat harapan hidup tinggi.
7. Kegiatan ekonomi penduduknya sebagian besar industri.
8. Menggunakan teknologi canggih.
9. Pendapatan perkapita tinggi/taraf kehidupan tinggi.
10. Modal besar
11. Ketergantungan pada ekspor hasil industri
12. Mutu dan kualitas produksi tinggi.
13. Berorientasi pada perdagangan dalam negeri dan luar negeri.
14. Nilai ekspor lebih besar dari pada nilai impor.
15. Sumber daya alam sudah dimanfaatkan secara optimal.
16. Tingkat produktivitasnya tinggi.
17. Daya beli masyarakat tinggi.
18. Angka kriminalitas dapat ditekan.

6
19. Informasi cepat.
20. Merupakan produsen barang-barang industri.
21. Mengekspor barang-barang industri.

I. CONTOH NEGARA MAJU


Contoh negara maju menurut United Nation Development Programme (UNDP) :
1. Afrika Selatan di Benua Afrika.
2. Rusia di Eropa Timur.
3. Jepang di Benua Asia, sekarang kita mengenal dengan istilah the new industrial
country (negara industri baru), di Asia yaitu Korea Selatan dan Singapura.
4. Negara di Oceania (negara Australia dan Selandia Baru).
5. Inggris, Belanda, Perancis, dan Jerman di Eropa Barat.
6. Amerika Serikat dan Kanada di Amerika Utara.

J. KARAKTERISTIK NEGARA BERKEMBANG


1. Angka pertumbuhan penduduk besar.
2. Persebaran penduduk terkonsentrasi di daerah desa.
3. Tingkat pendidikan penduduk rendah/kualitas sumber daya manusia rendah.
4. Tingkat kelahiran dan kematian tinggi.
5. Tingkat kesehatan rendah.
6. Tingkat harapan hidup rendah.
7. Kegiatan ekonomi penduduknya sebagian besar petani/agraris.
8. Menggunakan teknologi sederhana.
9. Pendapatan per kapita rendah/taraf kehidupan rendah.
10. Modal kecil.
11. Ketergantungan pada ekspor hasil pertanian.
12. Mutu dan kualitas produksi rendah.
13. Berorientasi pada perdagangan luar negeri.
14. Nilai ekspor lebih kecil dari pada nilai impor.
15. Sumber daya alam belum dimanfaatkan secara optimal.
16. Tingkat produktivitasnya rendah.
17. Daya beli masyarakat rendah.
18. Angka kriminalitas tinggi.
19. Angka pengangguran tinggi.
20. Informasi terbatas.
21. Merupakan produsen barang-barang primer.
22. Mengekspor barang-barang produksi primer, seperti: bahan pangan dari hasil
pertanian, bahan mentah/dasar, dan biji besi.

7
K. CONTOH NEGARA BERKEMBANG
1. Semua negara di Benua Afrika kecuali negara Afrika Selatan.
2. Semua negara di Asia kecuali Jepang dan negara industri baru, yaitu Korea Selatan
dan Singapura.
3. Semua negara yang ada di Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Amerika Latin).
4. Semua negara yang ada di Teluk Karibia.
5. Semua negara yang ada di Samudra Pasifik Selatan (negara-negara Oceania) kecuali
Australia dan Selandia Baru.
6. Beberapa negara yang ada di Eropa Barat, yaitu negara Portugal, Yunani, dan Turki.
7. Islandia.

8
11
M
TO ATER
PL ID
EV AN

geografi
EL LA
- X TIH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP
TN

SET 11
HAKIKAT GEOGRAFI

A. PENGERTIAN GEOGRAFI
Menurut hasil seminar dan loka karya Ikatan Geografi Indonesia (IGI) di Semarang tahun
1988, Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena
geosfer, dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks
keruangan.

B. KAJIAN GEOGRAFI
a. Geografi Absolut
Mengkaji berbagai fakta matematika yang berkaitan dengan bumi, bentuk, dimensi,
gerak, ukuran, dan berbagai fakta lainnya.

b. Geografi Relatif
Mengkaji pengaruh matahari, bintang, iklim, panjang hari dan perbedaan waktu.

c. Geografi Komparatif
Mengkaji letak relatif,pembuatan peta, globe dan navigasi.

1
C. LANDASAN KAJIAN GEOGRAFI
a. Geografi Sebagai Ilmu Holistik
Mempelajari permukaan bumi secara menyeluruh.

b. Geografi Sebagai Ilmu Analisiis Sintesis


Mempelajari interaksi antara lingkungan fisik dengan lingkungan sosial.

c. Geografi Sebagai Ilmu Wilayah


Mempelajari sumber daya wilayah.

D. PENATAAN RUANG (UU. No. 24 Tahun 1992)


a. Ruang adalah wadah tempat tinggal manusia yang meliputi ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara beserta sumber daya yang terkandung di dalamnya.
b. Unsur pembentuk ruang adalah tanah, air, udara dan sumber daya (SDA, SDM,
SDB).

E. RUANG LINGKUP (ASPEK) GEOGRAFI


a. Aspek Fisik (Bentang Alam)
Benda-benda yang ciptaan Tuhan yaitu, gunung, laut, tumbuhan, hewan dll.

b. Aspek Sosial (Bentang Budaya)


Benda-benda buatan manusia, bangunan, kendaraan, pakaian dll.

c. Aspek Hubungan Timbal Balik Antara Fisik dan Sosial (Non Fisik)
Aspek fisik relatif statis, aspek sosial lebih dinamis (cepat berubah). Karena geografi
mempelajari aspek fisik (alam) dan aspek sosial maka geografi disebut ilmu Campuran.

F. ILMU YANG BERKAITAN DENGAN GEOGRAFI


1. Geomorfologi : Mempelajari bentuk muka bumi dan proses yang menghasilkan
bentukan tersebut.
2. Geologi : Mempelajari proses terjadinya bumi, perkembangan bumi,
struktur dan komposisi tanah, batuan, tambang.
3. Oseanografi : Mempelajari perairan laut.
4. Hidrologi : Mempelajari perairan darat.
5. Klimatologi : Mempelajari iklim.
6. Meteorologi : Mempelajari cuaca.
7. Potamologi : Mempelajari aliran permukaan (aliran sungai).
8. Krilogi : Mempelajari es dan salju.
9. Pedologi : Mempelajari tanah.

2
10. Kartografi : Mempelajari perpetaan.
11. Antropologi : Mempelajari manusia dan lingkungan.
12. Demografi : Mempelajari kependudukan.
13. Penginderaan Jauh
14. Sistem Informasi Geografi

G. OBJEK GEOGRAFI
a. Objek Material
Berupa fenomena geosfer (lapisan bumi):
1. Atmosfer.
2. Hidrosfer.
3. Litosfer dan Pedosfer.
4. Biosfer.
5. Antroposfer.

b. Objek Formal
Berupa pendekatan/analisis, untuk mempelajari materi geografi.

H. PENDEKATAN GEOGRAFI
a. Pendekatan Keruangan/Spasial
Analisis yang menekankan pada keberadaan ruang (where) dan gejala alam pada suatu
wilayah atau beberapa wilayah.
Contoh:
1. Saat hujan seharian Jakarta banjir.
2. Di muara kali Brantas Jawa Timur terjadi pembentukan delta.
3. Tanaman teh tumbuh subur di daerah pegunungan.
4. Ranah Minang longsor akibat gempa bumi.

b. Pendekatan Kelingkungan/Ekologi.
Analisis yang menekankan pada keterkaitan (interaksi) antara lingkungan alam dengan
manusia, pada suatu wilayah.
Contoh:
1. Jakarta banjir akibat sampah.
2. Depok longsor karena hutannya ditebangi.

c. Pendekatan Kompleks Wilayah/Regional


Analisis yang menekankan pada keterkaitan (interaksi) antara gejala alam dengan
manusia, pada wilayah yang berbeda.

3
Analisis yang menekankan pada karakteristik suatu wilayah, yang membedakannya
dengan wilayah lain.
Contoh:
1. Kasus banjir di Jakarta dipengaruhi oleh kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur)
yang rusak daerah resapan airnya.
2. Pemerintah menggalakkan program transmigrasi untuk mengatasi pengangguran
di Pulau Jawa.
3. Urbanisasi terjadi karena di desa lapangan kerjanya sempit.
4. Tahun 2009 terjadi gempa bumi di Ranah minang dengan kekuatan 7,6 skala
Richer.
5. Wilayah kapur memiliki corak khas berupa goa kapur, stalaktit dan stalakmit.

d. Pendekatan Waktu/Temporal
Sudut pandang geografi menitikberatkan kepada ruang dan waktu. Analisis waktu
menekankan pada saat kejadian.
Contoh:
1. Batu bara terbentuk dari fosil tumbuhan pada zaman tersier.
2. Banjir terjadi pada saat curah hujan tinggi, atau saat air laut meluap ke darat.

I. PRINSIP GEOGRAFI
a. Prinsip Pesebaran/Distribusi
Prinsip yang menyatakan bahwa gejala fisik dan gejala sosial tersebar tidak merata.
Contoh:
1. Tambang batu bara terdapat di Bukit Asam dan Ombilin, gas alam terdapat di Arum
dan Bontang.
2. Sebaran penduduk Indonesia yang jumlahnya paling banyak terdapat di pulau
Jawa.
3. Kajian tentang variasi jumlah penderita flu burung bedasarkan jarak dari pusat
kota.

b. Prinsip Timbal Balik/Interelasi


Prinsip yang menyatakan keterkaitan antara gejala geosfer, gejala fisik dengan disik, gejala
sosial dengan sosial dan gejala fisik dengan sosial.
Contoh:
1. Sekitar gunung berapi pada umumnya subur, karena abu vulkanik gunung berapi
mengandung nutrisi yang diperlukan tanaman.
2. Beberapa jembatan di Indonesia roboh akibat penambangan pasir dan batu
sungai.

4
3. Perkembangan industri di daerah perkotaan memicu terjadinya pencemaran udara,
air dan tanah.

c. Prinsip Deskripsi
Prinsip yang menyatakan bahwa gejala fisik dan gejala sosial dapat dijelaskan dengan:
kalimat, gambar, peta, tabel, diagram, grafik.
Contoh:
1. Efek rumah kaca menyebabkan kenaikan suhu udara global, sehingga kutub mencair,
air laut naik dan terjadi banjir rob.
2. Pemerintah menjelaskan pentingnya foging bagi kesehatan masyarakat.
3. Arus transmigrasi dari Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa dijelaskan dengan peta.

d. Prinsip Korologi
Prinsip yang menyatakan gejala fisik atau gejala sosial secara menyeluruh. Merupakan
perpaduan 3 prinsip sebelumnya.
Contoh:
1. Aktivitas pertanian sangat bergantung pada berbagai faktor, yaitu faktor fisik, faktor
sosial, dan faktor ekonomi.
2. Gempa bumi dengan kekuatan 6,2 skala Richter di Yogyakarta tahun 2006
menimbulkan kerusakan hebat pada bangunan, pemukiman, dan korban jiwa
sekitar 5.000 orang.
3. Badan penanggulangan bencana alam melakukan penelitian untuk mengetahui
penyebab terjadinya longsor dan kecenderungan perluasannya.
4. Para ilmuwan melakukan penelitian untuk memperoleh penjelasan tentang
fenomena globalisasi yang dicirikan dengan perubahan iklim.
5. Pemerintah mengkaji dampak urbanisasi, perubahan yang ditimbulkan serta
perkembangan dan perluasannya.

J. KONSEP (ESENSIAL) GEOGRAFI


a. Konsep lokasi
Menunjukkan letak absolut dan letak relatif.
Contoh:
1. Indonesia berada pada posisi 6oLU 11oLS dan 95oBT 141oBT.
2. Di bantaran sungai banyak pemukiman kumuh yang tergenang air setiap musim
hujan.

b. Konsep Aglomerasi
Kecenderungan mengelompok/pemusatan suatu gejala.

5
Contoh:
1. Pemusatan kegiatan industri terkonsentrasi di kawasan industri.
2. Penduduk yang berstatus ekonomi tinggi tinggal di pemukiman elit.

c. Konsep Diferensiasi Daerah/Perbedaan Wilayah


Karakteristik suatu gejala.
Contoh:
1. Daerah lembang memiliki ciri khas berupa patahan, dengan tanah subur bekas
letusan Gunung Sunda Purba.
2. Sebelum tanggal 28 Oktober 1928, organisasi kepemudaan bercorak kedaerahan
seperti Jong Java, Jong Sumatera, dan Jong Celebes.
3. Di dataran rendah tumbuh kelapa, tebu, padi, jagung, dan pada dataran tinggi
tumbuh tembakau, teh , kopi dan cokelat.

d. Konsep Interaksi Interdependensi


Saling behubungan dan saling ketergantungan antar gejala.
Contoh:
1. Desa memasok hasil pertanian ke kota dan kota memasok hasil industri ke desa.
2. Wilayah dataran menjual beras ke wilayah pantai dan wilayah pantai menjual ikan ke
daerah dataran.

e. Konsep Jarak (Jarak Absolut, Jarak Relatif)


Terjangkau atau tidaknya suatu objek tergantung kondisi dan sarana.
Contoh:
1. Dengan adanya tol Cipularang, Jakarta-Bandung sejauh 120 KM dapat ditempuh
sekitar 2 jam.
2. Jalan tol mempersingkat waktu tempuh sehingga jarak dua kota semakin dekat.

f. Konsep Keterjangkauan
Terjangkau atau tidaknya suatu objek tergantung kondisi dan sarana.
Contoh:
1. Para donatur mengalami kesulitan mencapai lokasi bencana karena kondis medan
yang berat.
2. Sarana komunikasi di daerah terpencil sangat kurang.

g. Konsep Keterkaitan Keruangan


Keterkaitan antargejala dalam ruang .

6
Contoh:
1. Semakin tinggi suatu tempat, semakin dingin suhunya.
2. Tundra tumbuh di daerah Kutub.

h. Konsep Morfologi
Menggambarkkan bentuk muka bumi.
Contoh:
1. Pembangunan sarana transportasi di daerah dataran lebih mudah dibandingkan
dengan daerah perbukitan.
2. Daerah dataran tinggi yang terjal rawan erosi dan longsor.

i. Konsep Nilai Guna


Perbedaan dan manfaat.
Contoh:
1. Laut dengan ombak besar bermanfaat bagi peselancar, tetapi tidak bermanfaat bagi
nelayan.
2. Pantai menjadi objek wisata bagi penduduk kota, sementara bagi penduduk
setempat biasa saja.

j. Konsep Pola
Susunan keruangan.
Contoh:
1. Pemukiman penduduk memanjang di sisi kiri dan kanan jalan, rel kereta api dan
sungai.
2. Pada kerucut gunung berapi aliran sungainya menyebar, dari puncak ke arah
lereng.
3. Pemukiman penduduk transmigrasi tersusun secara teratur.

7
12
M
TO ATER
PL ID
EV AN

geografi
EL LA
- X TIH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP
TN

SET 12
KARAKTERISTIK WILAYAH INDONESIA

A. LETAK INDONESIA
a. Letak Astronomi
Pada 6o LU - 11o LS (lintang rendah) dan pada 95o BT 141o BT (46o bujur).
15o bujur = 1 jam.
46o bujur = 3 jam 4 menit.
1. Akibat letak lintang
Beriklim tropis,
Temperatur tinggi,
Curah hujan tinggi,
Pelapukan kimia tinggi,
Jenis flora dan fauna banyak,
Bebas topan dan badai (yang lewat di atas lintang 10).
2. Akibat letak bujur
Terbagi menjadi 3 wilayah waktu.
Waktu Indonesia Barat (WIB).
Patokannya, meridian/bujur 105o BT.
Berbeda 7 jam dari Greenwich.
Sumatera, Jawa, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.

1
Waktu Indonesia Tengah (WITA).
Patokannya, meridian 120o BT.
Berbeda 8 jam dari Greenwich.
Bali, NTB, NTT, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara,
dan Sulawesi.
Waktu Indonesia Timur (WIT).
Patokannya, meridian 135o BT.
Berbeda 9 jam dari Greenwich.
Maluku dan Papua.

b. Letak Geografi
Di antara 2 benua (Asia dan Australia) dan 2 Samudera (Pasifik dan Hindia).
Akibat Letak Geografi
1. Beriklim musim/muson.
2. Dilalui angin muson barat yang bertiup dari Benua Asia yang bersifat basah/kaya
akan uap air. Membawa musim hujan yang berlangsung pada bulan September
Maret.
3. Dilalui angin muson timur yang bertiup dari Benua Australia yang bersifat kering/
miskin akan uap air. Membawa musim kemarau yang berlangsung pada bulan
Maret September.
4. Karena tidak memiliki musim dingin/bebas beku, maka usaha pertanian, peternakan
dan perikanan dapat berjalan sepanjang tahun.

c. Letak Geologi
1. Berdasarkan formasi geologinya, Indonesia diapit 3 lempeng, yaitu:
Lempeng Erasia/EuroAsia,
Lempeng Pasifik,
Lempeng Hindia/Indo-Australia.
2. Akibat tabrakan 2 lempeng, maka terbentuk:
Jalur pegunungan (pembengkakan lempeng benua),
Jalur gunung berapi,
Jalur gempa tektonik-vulkanik,
Jalur palung laut,
Jalur cekungan minyak bumi,
Aktivitas vulkanik di lempeng benua,
Hiposentrum atau sumber gempa dangkal dan dalam.
3. Indonesia memiliki gunung api aktif terbanyak di dunia.

2
4. Wilayah rawan gempa tektonik: Sumatera bagian barat, Jawa, Bali, Nusa Tenggara
bagian selatan, Maluku, Papua
5. Kalimantan bebas gempa, karena tidak dilalui Ring Of Fire.
6. Jalur cekungan minyak bumi: Sumatera bagian timur, Jawa bagian utara, Kalimantan
bagian timur, Sulawesi bagian utara dan tenggara, kepala burung Papua.
7. Berdasarkan formasi geologinya, Indonesia menjadi tempat pertemuan 2 jalur
pegunungan muda yaitu, Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania/Sirkum Alpen-Banda.
Sirkum Pasifik (sistem busur tepi Asia).
Dari Semenanjung Kamsyantka Jepang Filipina Indonesia (Sulawesi
Maluku Laut Banda).
Sirkum Mediteran / Alpen-Banda (Sistem Sunda)
Dari pegunungan Alpen (Swiss) Himalaya (India) Arakan (Yoma) Andaman
Indonesia (membentuk pegunungan Busur Dalam dan Busur Luar).
Busur Dalam (Vulkanik) : Sumatera Jawa Bali Lombok Sumbawa
Flores Solor Alor Wetar Damar Laut Banda.
Busur Luar (Non Vulkanik) : lepas pantai barat Sumatera Sumba Sawu
Rote Timor Aru Seram Buru Laut Banda.
8. Akibat dilalui 2 jalur pegunungan:
Rawan gempa vukanik (kecuali Kalimantan).
Tanahnya labil, khususnya di Laut Banda.
Abu vulkaniknya menyuburkan tanah.
Kaya tambang logam dan non logam.

d. Letak Geomorfologi
Letak berdasarkan bentuk muka bumi. Bentuk muka bumi wilayah Indonesia sangat
bervariasi, yakni dataran rendah, dataran tinggi, dataran tinggi rata (Plato), pegunungan,
gunung, bukit, lembah, ngarai, pantai. Akibatnya: suhunya berbeda-beda, jenis tanaman
berbeda-beda, dan kepadatan pemukiman berbeda-beda.

e. Letak Maritim
Indonesia diapit oleh Laut Cina Selatan, Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Luas
wilayah laut Indonesia 2/3 dari total wilayah Indonesia, sehingga disebut negara maritim.
Oleh karena itu, Indonesia memiliki potensi besar di bidang perikanan, pelayaran dan
pelabuhan.

f. Letak Sosio Kultutal


Indonesia mempunyai persamaan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara
seperti:

3
1. Warna kulit (sawo)
2. Pertumbuhan penduduk (tinggi)

g. Letak Ekonomi
Karena Indonesia diapit oleh 2 benua dan 2 samudera serta kaya akan SDA, maka Indonesia
merupakan pusat lalu lintas pelayaran dan perdagangan, sehingga banyak negara-negara
industri yang menanamkan modalnya di Indonesia.

B. BENTUK WILAYAH INDONESIA


Wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan. Luas wilayah laut lebih besar daripada
wilayah daratan. Sebagai akibatnya, Indonesia memiliki:
1. Iklim laut.
2. Kelembaban udara tinggi.
3. Amplitudo suhu (perbedaan suhu siang dan malam) rendah , + 3o C.

C. BATAS DARATAN DAN BATAS PERAIRAN WILAYAH INDONESIA.


a. Batas Daratan
Indonesia berbatasan dengan negara Malaysia di sebelah utara, Timor Leste di sebelah
selatan, dan Papua Nugini di sebelah timur.
b. Batas Laut
1. Batas Teritorial
Batas teritorial merupakan batas laut wilayah, dengan syarat:
Sejauh 12 mil dari garis dasar (titik terluar pulau-pulau di Indonesia saat surut).
Hak mutlak (kedaulatan penuh) atas laut, dasar laut dan udara di atasnya.
2. Batas Landas Kontinen
Landas kontinen adalah dasar laut yang merupakan kelanjutan dari benua Asia dan
benua Australia. Lautan yang berada di atasnya merupakan laut dangkal dengan
kedalaman < 200 meter. Contoh: Dangkalan Sunda, (Selat Sunda, Selat Karimata, Laut
Jawa, Selat Malaka, Selat Madura, Selat Bali dan perairan sebelah barat Sumatera)
dan Dangkalan Sahul (Laut Arafuru). Memiliki syarat:
Maksimal 200 mil.
Jika kurang dari 400 mil dan dimiliki 2 negara, maka dibagi dua dengan
perjanjian bilateral, seperti dengan Malaysia, Australia, Thailan, Myanmar dan
India.
Hak memanfaatkan SDA.
3. Batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

4
Zona untuk pemanfaatan sumber daya laut. Dengan syarat:
Sejauh 200 mil dari garis dasar laut Teritorial.
Memiliki hak mendapatkan kesempatan pertama untuk memanfaatkan SDA,
meliputi hak eksplorasi, hak eksploitasi, hak pengolahan, dan hak melakukan
pelestarian.
Memiliki kewajiban untuk menghormati lalu lintas laut dalam.

5
13
M
TO ATER
PL ID
EV AN

geografi
EL LA
- X TIH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP
TN

SET 13
POTENSI GEOGRAFI INDONESIA

A. POTENSI FISIK
a. Iklim
Indonesia memiliki 3 iklim:
1. Iklim Tropis
Suhu tinggi rata-rata 26oC menyebabkan Indonesia bebas beku dan mendukung
proses fotosintesis.
Suhu tinggi (Rumus: > 18oC) menyebabkan penguapan tinggi, kondensasi
tinggi, dan curah hujan tinggi. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan
pelapukan kimia tinggi, sehingga membantu proses pelapukan batuan
menjadi tanah.
Curah hujan tinggi (Rumus: > 100 mm/bulan), tetapi tidak merata, menimbulkan
berbagai jenis hutan. Curah hujan menggemburkan tanah.
2. Iklim Muson/Iklim Musim
Musim hujan membantu aktivitas pertanian.
Musim kemarau (cuaca cerah) memperlancar transportasi udara, laut, darat,
dan memperlancar distribusi hasil pertanian maupun hasil industri.

1
3. Iklim Laut
Kelembaban tinggi menjaga kondisi suhu udara dan menjaga agar tanah tetap
lembab.
Amplitudo suhu yang rendah menyebabkan siang tidak terlalu panas dan
malam tidak terlalu dingin.
b. Angin
1. Angin membantu penyerbukan.
2. Angin darat dan angin laut sangat berguna bagi nelayan untuk menangkap ikan.
3. Arus angin bermanfaat untuk kelancaran komunikasi dengan telepon, radio, dan
televisi yang dibantu oleh satelit.

c. Bentang Alam
1. Dataran rendah menghasilkan kelapa, tebu, padi, dan palawija.
2. Dataran tinggi menghasikan karet, kina, kopi, teh, tembakau, dan hortikultura.
3. Pegunungan menghasilkan teh, pinus, dan cemara.

d. Gunung Api
1. Abu vulkanik gunung api menjadikan tanah subur.
2. Gunung api mengandung tambang logam dan tambang non logam.

e. Tanah
1. Di dalam tanah tersimpan bahan galian tambang seperti batu bara, minyak bumi,
gas alam, tambang logam dan non logam.
2. Selain tanah vulkanik, Indonesia memiliki tanah aluvial dan tanah humus yang
subur.

B. POTENSI SOSIAL
a. Jumlah Penduduk
1. Bedasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, penduduk Indonesia
berjumlah 237.556.363 jiwa. Laki-laki berjumlah 119.507.580 jiwa dan perempuan
118.048.783 jiwa. Jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sekitar 70 %. Hal
ini merupakan potensi yang besar, jika diarahkan pada usaha peningkatan kualitas
SDM, sehingga mampu bersaing secara global.
2. Jumlah penduduk yang tinggi selain bisa menjadi produsen, juga bisa menjadi
konsumen/pasar yang memperlancar roda perekonomian.

2
b. Keragaman Suku/Etnis Budaya Daerah
1. Kurang lebih 1.340 suku bangsa dengan budaya daerah yang berbeda-beda
memperkaya potensi pariwisata Indonesia.
2. Kearifan lokal yang dimiliki setiap suku mendukung pelestarian SDA.

c. Mata Pencaharian Penduduk


1. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di bidang pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan dan kehutanan.
2. Urutan berikutnya adalah bidang pertambangan dan industri.
3. Urutan terakhir adalah bidang perdagangan dan jasa.

d. Kualitas Penduduk
1. Standar hidup (tolak ukurnya adalah pendapatan per kapita).
2. Pendidikan.
3. Kesehatan (tolok ukurnya adalah angka harapan hidup dan angka kematian bayi).
4. Umur.

C. POTENSI PANGAN
a. Pengertian Pangan
1. Menurut UU. No. 18 Tahun 2012, Pangan adalah sumber daya hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, perairan dan air (Sebagai makanan
dan minuman).
2. Menurut FAO (Food and Agriculture Organization) Makanan pokok adalah bahan
pangan yang dimakan secara teratur oleh sebagian besar penduduk.
3. Sebuah rumah tangga memiliki ketahanan pangan jika penghuninya tidak berada
pada kondisi kelaparan atau terancam kelaparan.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan


1. Lahan.
2. Iklim dan cuaca.
Petani tergantung pada hujan (untuk pengairan)
Nelayan tergantung pada angin yang tidak kencang (untuk melaut)
Fenomena iklim global seperti El Nino (kemarau panjang) dan La Nina (banjir
bandang) mengganggu ketersediaan pangan.
3. Infrastruktur.
Yaitu sarana dan prasarana perhubungan darat, laut, dan udara.

3
4. Teknologi.
Teknologi pengolahan ikan kaleng.
Penggunaan mesin traktor untuk membajak.
Penggunaan GPS (Global Positioning System) untuk menentukan lokasi
penangkapan ikan.

c. Luas Daratan
Indonesia memiliki daratan seluas 192 juta ha, dengan tata guna lahan sebagai berikut:
1. Kawasan hutan lindung 68 juta ha (35,4%), kondisinya terus menyusut akibat illegal
logging (penebangan hutan dan dibawa ke pabrik pengrajinan kayu).
2. Kawasan pemukiman, industri, perdagangan, jasa, dan infrastruktur 23 juta ha (12%),
kondisinya terus bertambah seiring pertambahan penduduk.
3. Kawasan budi daya pertanian sebesar 101 juta ha (52,6%), kondisinya baru 47 juta
ha yang diefektifkan sebagai lahan pertanian dan cenderung menyusut akibat
kebutuhan perumahan dan industri (akibat perubahan tata guna lahan). Sisanya 54
juta ha masih berupa lahan tidur. Untuk memanfaatkannya dapat dilakukan revolusi
hijau.
4. Meskipun potensi pangan Indonesia besar, kenyataannya masih mengimpor beras,
jagung, kedelai, gandum, terigu, gula pasir, gula tebu, garam dan sapi pedaging.
Penyebab impor ini adalah:
Jumlah peduduk sangat besar.
Luas lahan pertanian semakin sempit.
Ketergantungan pada bahan baku pangan impor karena mahalnya biaya
transportasi di Indonesia.
5. Usaha Swasembada Pangan
Melakukan pembangunan pertanian berkelanjutan.
Melakukan konservasi (pelestarian) lahan potensial.

D. POTENSI INDUSTRI
a. Zona Potensi Geografis Indonesia
Zona potensi geografi indonesia terdiri dari zona:
1. Kaya SDA, kaya SDM : Pulau Jawa dan Bali.
2. Kaya SDA, miskin SDM : Pulau Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua.
3. Miskin SDA, kaya SDM : Kota-kota besar.
4. Miskin SDA, miskin SDM : Nusa Tenggara dan Maluku.
Pengembangan industri harus difokuskan pada zona tertinggal, yaitu Nusa Tenggara dan
Maluku.

4
b. Kelompok Industri
1. Industri Pengolahan Pangan.
Industri penggilingan padi, pembuatan minyak kelapa dan kelapa sawit, minyak
jagung sintola, tepung jagung maizena, tepung singkong tapioka, teh, kopi,
coklat, gula, dan lain-lain.
2. Industri Tekstil.
3. Industri Kulit.
Tas, koper, sandal, sepatu, dompet, ikat pinggang, jaket, kipas, wayang.
4. Industri Pengolahan Kayu.
Kayu lapis, meja kursi, lemari, jendela, pintu, bahan bangunan.
5. Industri Kertas.
Kertas, tisu, karton, kardus.
6. Industri Kimia dan Farmasi.
Pupuk, insektisida, cat, plastik, garam kimia, bahan kosmetik, obat-obatan, mesiu.
7. Industri Pengolahan Karet.
Ban kendaraan, perlengkapan kendaraan, alat rumah tangga, bola, mainan anak-anak.
8. Industri Pengolahan Logam.
Baja, besi, beton, seng, pipa besi, senjata tajam.
9. Industri Non Logam.
Semen, keramik, gelas, kaca, lampu.
10. Industri Peralatan.
Pesawat terbang, kapal, mobil, sepeda motor, alat-alat elektronik, alat pertanian,
dan alat pertukangan.
11. Industri Pertambangan.
Minyak bumi, gas bumi/gas alam, batu bara.
12. Industri pariwisata.
Keindahan alam, tradisi dan atraksi budaya daerah, peninggalan sejarah.

E. POTENSI ENERGI ALTERNATIF


Karena cadangan energi konvensional semakin menipis, maka dibutuhkan energi
alternatif yang terbarukan dan ramah lingkungan.
a. Energi Matahari/ PLTS
Syarat pembangkit listrik tenaga surya:
1. Sinar matahari sepanjang tahun,
2. Suhu/temperatur rata-rata tinggi.
Sel surya pertamakali digunakan di Bali, kemudian dibangun 165 lokasi PLTS di kawasan
timur Indonesia yang belum tersentuh listrik, namun memerlukan biaya yang besar.

5
b. Energi Air/PLTA
Syarat pembangkit listrik tenaga air:
1. Arusnya deras,
2. Aliran air konstan/stabil.
PLTA dibangun dengan membendung sungai yang berarus deras, atau air terjun. Pada
sungai yang berarus kkecil, dapat dibangun PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikroo
Hidro), dengan syarat hutannya lebat.

c. Energi Angin / PLTB


Syarat pembangkit listrik tenaga banyu:
1. Kecepatan angin konstan,
2. Arah angin cenderung tidak berubah.
PLTB membutuhkan lautan luas karena turbin angin dipasang dengan cara sebagai
berikut.
Menjorok ke laut, 10 km dari pantai,
Di dataran pinggir pantai, 3 km dari garis pantai,
Di pantai.
PLTB berupa kincir angin yang berfungsi sebagai:
Energi listrik,
Penggerak pompa air ke saluran irigasi.
Wilayah yang berpotensi sebagai PLTB adalah:
Sumatera bagian barat, Jawa bagian selatan, Nusa tenggara, Sulawesi. Di jalur pantura
seperti Indramayu, kincir angin digunakan untuk mengairkan air laut ke darat, untuk
pembuatan garam.

d. Energi Kelautan
Syarat energi kelautan:
1. Lautnya luas
2. Gelombang laut konsisten dan besar
3. Perbedaan pasang surut besar
4. Perbedaan salinitas besar

Energi kelautan berupa :


1. Energi gelombang/PLTGL dari gerakan gelombang laut yang menuju daratan atau
sebaliknya, seperti di Pantai Baron Yogyakarta.
2. Energi pasang-surut berasal dari gerakan air laut akibat perbedaan pasang dengan
surut, seperti di Rokan Hilir Riau dan di Merauke Papua.
3. Konvensi energi dari perbedaan salinitas.

6
e. Energi Panas Bumi / Geothermal / PLTP
Berasal dari interaksi antara panas yang dipancarkan intrusi magma dengan air tanah.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dibangun di Kawah Kamojang, Jawa Barat dan
dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah.
Indonesia memiliki 256 lokasi panas bumi di sepanjang jalur vulkanik (sekitar 40% dari
potensi panas bumi dunia, tetapi baru dimanfaatkan sekitar 4%.

f. Energi Biomassa
1. Biobriket
Energi biomassa dari sekam, arang sekam, serbuk kayu, serbuk gergaji, yang
dijadikan padat (Briket).
2. Biodiesel
Energi biomassa cair dari minyak kelapa, minyak goreng bekas, jarak, kedelai,
ganggang, dan lemak hewan.
3. Biogas
Energi bio massa gas, dari berbagai limbah seperti limbah sawit, limbah sagu,
kotoran hewan dan sampah organik yang menghasilkan gas metana.
4. Biotanol
Energi biomassa cair, dari singkong, jagung, sorghum.

7
14
M
TO ATER
PL ID
EV AN

geografi
EL LA
- X TIH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP
TN

SET 14
LITOSFER DAN PEDOSFER

A. PENGERTIAN LITOSFER
Litosfer adalah lapisan kulit bumi yang paling atas, tersusun atas batuan yang 75 % nya
berupa silikon aluminium dan silikon magnesium (sial,sima), sehingga litosfer disebut
lapisan silikat.

B. BATUAN PEMBENTUK LITOSFER


a. Batuan Beku (BB)
Berasal dari magma yang membeku.
1. Batuan Beku Dalam (Tubir).
Membeku jauh di dalam kulit bumi (di dalam dapur magma).
Pembekuannya lambat.
Berkristal sempurna/besar.
Contoh: granit, gabro, sienit, diorit.
2. Batuan Beku Dalam (Intrusif )
Membeku di dekat permukaan bumi (di lapisan litosfer).
Pembekuannya agak cepat.
Berkristal sedangatau campuran.
Contoh: profir granit, profir gabro, profir sienit, profir diorit.

1
3. Batuan Beku Luar (Ekstrusif )
Membeku di luar kulit bumi.
Pembekuannya cepat
Berkristal halus/kecil.
Contoh: andesit, basalt, obsidian, riolit, trasit, zeolit.

b. Batuan Sedimen/Endapan (BS)


Berasal dari batuan beku yang lapuk, lalu diangkut oleh air, angin, air laut, es, kemudian
diendapkan di tempat lain.
1. Berdasarkan tenaga yang mengendapkannya
Batuan Sedimen Aquatis : diendapkan oleh air
Batuan Sedimen Aeolis : diendapkan oleh angin
Batuan Sedimen Marine : diendapkan oleh air laut
Batuan Sedimen Glasial : diendapkan oleh es/gletser
2. Bedasarkan Tempat Diendapkannya
Batuan Sedimen Fluvial : diendapkan di sungai, contoh; konglomerat (bulat-
bulat), breksi (runcing-runcing).
Batuan Sedimen Teristris : diendapkan di darat, contoh; tanah loss (debu gurun),
tanah tuff (debu gunung).
Batuan Sedimen Marine : diendapkan di laut, contoh; kaolin, gips, batu karang.
Batuan Sedimen Glasial : diendapkan di daerah es, contoh; moraine (morena).
Batuan Sedimen Paludal : diendapkan di danau, contoh; tuff danau.
Batuan Sedimen Limnis :diendapkan di rawa, contoh; gambut (dari pembusukan
tanaman rawa).
3. Bedasarkan Proses Pengendapannya
Batuan Sedimen Mekanik: saat mengendap susunan batuan asalnya tetap,
contoh; konglomerat, breksi.
Batuan Sedimen Kimiawi : saat mengendap, susunan kimia batuan asalnya
berubah, contoh; stalakmit, stalaktit di goa kapur
Batuan Sedimen Organik : saat mengendap diantu organisme, hewan, atau
tumbuhan. Contoh; batu bukit di Peru (dari
kotoran burung Guano), batu karang/kapur (dari
tulang binatang karang), (dari tanaman rawa).

c. Batuan Metamorf/Malihan (BM)


Berasal dari batuan beku dann batuan sedimen yang berubah bentuknya. Perubahan
(bentuk metamorfosa) disebabkan oleh faktor:
1. Suhu yang tinggi
2. Tekanan yang tinggi

2
3. Mendapat tambahan unsur lain,
4. Waktu yang lama.

1. Jenis Batuan Metamorf (BM)


Batuan Metamorf Dinamo Dinamik.
Karena tekanan yang tinggi dari lapisan diatasnya, contoh; batu sabak/batu
tulis (dari liat).
Batuan Metamorf Geothermal.
Karena pengaruh panas bumi yang tinggi, contoh; marbel (dari kapur halus).
Batuan Metamorf Hidrothermal.
Karena pengaruh air panas bumi, contoh; emas.
Batuan Metamorf Pneumatolotik.
Karena pengaruh gas panas magma, contoh; bauksit.
Batuan Metamorf kontak/Thermal.
Karena kontak langsung dengan magma yang bersuhu tinggi, contoh; marmer/
pualam (dari batu kapur), intan (dari batu granit).
Batuan Metamorf Metasimatisme.
Karena tambahan unsur lain dan suhu yang tinggi, contoh; timah (batu granit + unsur
timah), tembaga (batu granit + unsur azurit), turmalin/permata (kuarsa + unsur bovium),
topaz (kuarsa + unsur flovium).
Jika suhu dan tekanan meningat terus, batuan metamorf akan melebur kembali menjadi
magma, sehingga membentuk siklus batuan.

C. TENAGA ENDOGEN PENGUBAH BENTUK MUKA BUMI


Tenaga Endogen berasal dari dalam bumi, bersifat membangun (konstruktif ). Aktivitasnya
meliputi tektonisme, vulkanisme, dan gempa.
a. Tektonisme/Diatropisme
Yaitu tenaga endogen dengan arah horizontal dan vertikal. Hasilnya dapat berupa lipatan
(fold) atau patahan (fault).
1. Hasil aktivitas tektonisme
Lipatan (Fold)
Tenaga endogen horizontal yang dapat menyebabkan pelengungan pada kulit
bumi, sehingga terbentuk:
Tonjolan lakolit.
Dome/kubah dan cekungan.
Antiklinal dan sinklinal.
Antiklinorium dan sinklinorium.
Contoh: pegunungan lipatan muda (Sirkum Mediterania, Sirkum Australia dan
Sirkum Pasifik).

3
Patahan (Fault)
Tenaga endogen horizontal dan vertikal. Tenaga ini menyebabkan patahan atau
retakan pada kulit bumi, sehingga terbentuk:
Horst (puncak patahan).
Spenk /graben (lembah patahan).
Contoh: patahan Semangko (di Bukit Barisan), patahan Matano (di Sulawesi),
patahan Lembang (di Jawa Barat).
2. Gerak tektonisme
Orogenesa
Gerak pembentuk pegunungan.
Waktunya singkat.
Wilayah cakupannya sempit.
Hasilnya: pegunungan lipatan dan patahan.
Epirogenesa
Gerak pengangkatan/penurunan benua.
Waktunya lama.
Wilayah cakupannya luas.
Hasilnya:
a) Epirogenesa negatif : pengangkatan pulau Timor dan pulau
Buton.
b) Epirogenesa positif : penurunan sebagian benua Gondwana
menjadi dasar samudera Hindia.
c) Epirogenesa negatif berkali-kali : pantai berteras, seperti pantai Parang
Tritis.

b. Vulkanisme
Yaitu gerakan magma dari dapur magma ke lapisan di atasnya. Gerakanya disebut intrusi
dan ekstrusi magma.
1. Intrusi Magma/Plutonisme.
Gerakan magma tidak sampai permukaan bumi, tetapi hanya menyusup ke lapisan
diatasnya. Hasilnya adalah, batoit, lakolit, sill, gang, apofisa, diaterma.
2. Ekstrusi magma/Vulkanisme.
Gerakan magma sampai ke permukaan bumi, hasilnya adalah, erupsi atau letusan.
Erupsi Eksplosif/ledakan : mengeluarkan bahan padat.
Erupsi efusif/lelehan : mengeluarkan bahan cair.
Bahan yang dikeluarkan tenaga vulkanisme
1. Bahan Padat/Eflata : bom, lapili, kerikil, pasir, debu, batu apung (batu yang berpori-
pori).
2. Bahan Cair : lava, lahar panas/dingin/hujan.

4
3. Bahan Gas : solfatar (gas belerang), fumarol (gas uap air), Mofet (gas asam
arang).
Bentukan gunung api sebagai hasil erupsi
1. Erupsi Sentral, letusannya melalui satu titik, menghasilkan 3 bentuk gunung berapi.
Gunung Api Perisai/Tameng.
a) Terjadi karena erupsi efusif/lelehan.
b) Membentuk lereng sangat landai
c) Contoh: gunung Mauna Loa dan Kilanca di Hawai.
Gunung Api Maar.
a) Terjadi karena erupsi eksplosif/ledakan satu kali.
b) Membentuk danau vulkanik/kawah/kaldera.
c) Contoh: gunung Lamongan, gunung Galunggung, gunung Kerinci.
Gunung Api Strato/Kerucut.
a) Terjadi karena erupsi eksplosif dan efusif berkali-kali (erupsi campuran berkali-
kali).
b) Bentuknya berlapis-lapis.
c) Contoh: sebagian besar gunung berapi di Indonesia seperti gunung Merapi,
gunung Kelud, gunung Soputan.
2. Erupsi Areal, letusannya melalui lubang yang sangat besar/eksplosif. Contoh: gunung
Agung, gunung, Tambora.
3. Erupsi Linier, letusannya melalui celah yang panjang/efusif, lava cair yang keluar
membentuk plateu/plato. Contoh; plato Sukadana.
Tipe letusan gunung berapi
1. Tipe Vulkano
Letusannya merupakan erupsi campuran, yaitu erupsi eksplosif dan efusif berkali-kali.
2. Tipe Merapi
Letusannya berupa diaterma disertai awan panas.
3. Tipe Perret
Letusannya sangat dahsyat dan sangat merusak.
Gejala pasca vukanik
Yaitu gejala yang menunjukkan baha gunung api tersebut dapat meletus lagi. Gejalanya
dapat berupa:
1. Sumber air panas.
2. Sumber air mineral/makdani.
3. Sumber gas/ekshalasi.
4. Geyser.

c. Gempa/Seisme
Gempa adalah getaran permukaan bumi, akibat tenaga endogen.

5
1. Istilah Gempa.
Hiposentrum : sumber gempa
Episentrum : bagian permukaan bumi yang tegak lurus dengan
hiposentrum.
Episentral : jarak episentrum ke stasiun gempa.
Isoseista : garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat dengan
kekuatan gempa (kerusakan) yang sama.
Pleisoista : garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat gempa
terkuat.
Homoseista : garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang
mencatat gelombang primer pada waktu yang sama.
2. Gelombang Gempa.
Gelombang Primer (Longitudinal)
a) Merambat dari sumber gempa (Hiposentrum) ke segala arah.
b) Pertama kali tercatat oleh seismograf.
c) Pertama kali kita rasakan.
Gelombang Sekunder (Transfersal)
Mengikuti gelombang primer.
Gelombang Permukaan (Panjang)
a) Merambat di permukaan bumi.
b) Menimbulkan kerusakan (gelombang perusak).
Untuk mengetahui letak episentrum, digunakan Rumus Laska, yaitu:

= {(S - P ) - 1'} 1 mega meter

Keterangan:
= Jarak episentral
S-P = Selisih menit gelombang sekunder dengan primer
1 = 1 menit
1 mega meter = 1.000 km.

Contoh soal:
Di stasiun gempa, gelombang primer tercatat pk. 11.03 dan gelombang sekunder pk.
11.06. Maka jarak episentralnya adalah?
Jawab:
= {(11.06' - 11.03' ) - 1'} 1mega meter

= {3 menit - 1'} 1mega meter
= 2' 1mega meter
= 2 mega meter
= 2000 km

6
Untuk mengetahui pusat gempa, gunakan data tersebut dari 3 stasiun gempa.
3. Alat pencatat Gempa.
Alat pencatat gempa adalah seismograf, hasil catatan seismograf disebut
seismogram.
Seismograf Horizontal, dengan arah barat-timur.
Seismograf Horizontal, dengan arah utara-selatan.
Seismograf Vertikal.
Stasiun gempa menggunakan dua seismgraf horizontal yang dipasang dengan
arah Barat-Timur dan Utara-Selatan, serta satu seismograf vertikal, sehingga
ditemukan letak episentrum/pusat gempa.
4. Skala Gempa.
Skala gempa digunakan untuk mengetahui kekuatan getarannya.

Tabel. Skala gempa menurut Ritcher, Mercalli dan Omori.

(1) Skala
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 - -
RITCHER
(2) Skala
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
MERCALLI
(3) Skala
I II III IV V VI VII
OMORI

Keterangan:
5-6 : merusak
6-7 : distruktif
7-8 : gempa besar
8-9 : bencana nasional
Skala Mercali digunakan di Indonesia, karena gempa di Indonesia sangat beragam dari
yang paling lemah sampai yang terkuat. Skala Omori digunakan di Jepang, karena gempa
di jepang sangat kuat.
5. Jenis Gempa.
Bedasarkan Penyebabnya
a) Gempa Tektonik (Dislokasi), gempa yang kuat arealnya luas. Terjadi karena
pergeseran/dislokasi kulit bumi, 90% gempa yang terjadi adalah gempa
tektonik di dasar laut. Gempa tektonik di dataran terjadi di sepanjang patahan
Semangko (di Bukit Barisan).
b) Gempa Vulkanik, gempa berkekuatan sedang, arealnya lebih sempit. Terjadi
karena letusan gunung api. Dirasakan sebelum, saat, dan setelah letusan.
c) Gempa Runtuhan (Land Slide), gempa yang lemah, dengan areal yang sempit.
Terjadi karena runtuhnya tanah. Contoh: runtuhnya goa kapur dan lorong-
lorong pertambangan.

7
Bedasarkan Bentuk Episentrumnya.
a) Gempa Linier, episentrum berbentuk garis.
b) Gempa Sentral, episentrumnya berbentuk titik.
Bedasarkan Letak Episentrumnya.
a) Gempa Darat, episentrumnya di daratan.
b) Gempa Laut, episentrumnya di lautan.
Bedasarkan Kedalaman Hiposentrumnya.
a) Gempa dangkal: H. < 100 km.
b) Gempa sedang/Intermidier: H. 100-300 km.
c) Gempa dalam: H. > 300 km.
Bedasarkan Intensitasnya.
a) Makroseisme, gempa kuat yang dapat dirasakan tanpa alat.
b) Mikroseisme, gempa lemah yang hanya dapat diketahui dengan alat.

8
15
M
TO ATER
PL ID
EV AN

geografi
EL LA
- X TIH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP
TN

SET 15
LITOSFER DAN PEDOSFER 2

A. TENAGA EKSOGEN PENGUBAH BENTUK MUKA BUMI


Tenaga eksogen berasal dari luar bumi sifatnya merusak/destruktif. Aktivitasnya meliputi,
pelapukan, pengikisan, pencucian, (masswasting), pengendapan (sendimentasi). Berikut
merupakan beberapa penyebab tenaga eksogen:
1. Radiasi matahari.
2. Air.
3. Angin.
4. Gletser.
5. Makhluk hidup.

a. Pelapukan
Proses hancurnya batuan dari gumpalan besar menjadi butir-butir yang lebih kecil.
1. Pelapukan Fisik/Mekanik/Klastik.
Susunan kimiawi batuan asal tidak berubah
Sebagian besar terjadi di daerah gurun, daerah salju, dan pantai.
Disebabkan oleh suhu, salju, gelombang.

1
Contoh:
a) Amplitudo suhu di gurun sangat tinggi (siang sangat panas dan malam sangat
dingin). Karena perbedaan suhu tersebut sangat besar, sehingga batuan
mudah pecah.
b) Siang hari salju mencair dan mengisi celah-celah batuan. Malamnya membeku
kembali sehingga dapat memecahkan batuan.
c) Gelombang laut memecahkan batuan pantai, menjadi kerikil pasir.
2. Pelapukan Kimiawi.
Susunan kimiawi batuan asal berubah.
Disebabkan oleh curah hujan.
Sebagian besar terjadi di daerah tropis dan daerah kapur.
Contoh: Hutan didaerah kapur menimbulkan karst (pori-pori di batu kapur) sehingga
air hujan meresap dan memunculkan; dolina, uvala, stalaktit, stalakmit, gua kapur.
3. Pelapukan organik.
Disebabkan oleh aktivitas makhluk hidup antara lain:
Akar yang menembus batuan.
Binatang yang melubangi batuan.
Bakteri, lumut, dan cendawan memcahkan batuan.
Manusia mengangkut dan memcahkan batuan.

b. Pengikisan
Pengikisan dapat disebabkan oleh:
1. Air, disebut erosi.
Contoh hasil erosi:
Palung berbentuk V cekung menjadi cembung.
Delta: endapan keriikil, pasir, dan lumpur di muara sungai.
Estuarium : muara sungai berbentuk corong.
Meander : kelok-kelokan sungai.
2. Gelombang, disebut abrasi.
Contoh hasil abrasi:
Relung: cekungan di dinding pantai yang terbentuk karena terkikis gelombang.
Blow Hole: lubang yang menembus atap goa di pantai.
Cliff: lereng pantai yang curam.
3. Gletser, disebut eksarasi.
Contoh hasil eksarasi:
Morena, Fyord: teluk sempit, panjang dan curam di daerah gletser.
Palung berbentu U.
4. Angin, disebut deflasi (oleh angin saja) dan disebut korasi (oleh angin dan pasir).

2
Contoh deflasi:
Tanah loss.
Tanah tuff.
Sand dunes (bukit-bukit pasir).
Contoh Korasi:
Monadnok/Mushroom Rock (batuan yang bagian bawahnya terkikis angin
yang membawa pasir, sehingga membentuk jamur). Pulau Bangka dan Pulau
Belitung merupakan monadnock yang tergenang air laut.
Arch, batuan yang berlubang seperti terusan.

c. Pencucian Tanah (Mass Wasting)


Yaitu perpindahan puing-puing batuan secara besar-besaran ke bawah karena gravitasi
yang dibantu oleh air. Jenis-jenis mass wasting yaitu:
1. Slow Flowage (Rayapan): gerakannya sangat lambat dan tidak terlihat, tetapi
gejalanya tampak (tanah miring, batang pohon bengkok).
2. Rapid Flowage: gerakannya cepat (lahar dingin).
3. Landslide (Tanah Longsor): massa batuanruntuh kebawah lereng.
4. Subsidence: massa tanah runtuh secara vertikal (runtuhnya goa kapur dan atap
galian tambang).

d. Pengendapan (Sedimentasi)
Yaitu pengendapan material batuan yang diangkut oleh air, gletser dan angin.
1. Air sungai
Pengendapan oleh air sungai menyebabkan terbentuknya:
Bar: endapan pasir dari laut di muara sungai, yang memisahkan laut dengan
sungai.
Dataran Aluvial/Flufial: daratan yang terjadi karena endapan lumpur di kiri
kanan sungai.
Meander.
Delta.
Flood Plain
2. Air Laut
Pengendapan oleh air laut menyebabkan terbentuknya:
Gosong: endapan pasir di dekat pantai/teluk, kedua ujungnya bertemu dengan
daratan.
Beting: endapan pasir agak jauh dari pantai.
Nehrung: endapan pasir yang panjang
Spit: endapan pasir berbentuk corong, salah satu ujungnya bertemu dengan
daratan.
Tombolo: endapan pasir ayang menghubungkan pulau dengan daratan.

3
3. Gletser
Pengendapan oleh gletser yang menyebabkan terbentuknya:
Tillplain: dataran hasil pengendapan gletser
Drumlin: bukit-bukit gletser.
Kame: dataran tinggi hasil pengendapan gletser.
4. Angin
Pengendapan oleh angin menyebabkan terbentuknya:
Barkan: bukit pasir bulan sabit.
Bukit-bukit pasir.

B. PENGERTIAN PEDOSFER
Pedosfer adalah lapisan tanah.

C. PROSES PEMBENTUKAN TANAH


a. Pengertian Tanah
Tanah adalah batuan dan sisa organisme yang mengalami pelapukan.

b. Proses Terbentuknya Tanah


Tanah terbentuk dari batuan beku, batuan sedimen, sisa tanaman dan fosil hewan.

c. Unsur-Unsur Tanah
1. Bahan mineral (liat, debu, pasir, feldspar, gipsum, mika, turmalin)
2. Bahan organik
3. Udara
4. Air
5. Kehidupan jasad renik (bakteri yang berupa ganggang biru-ganggang hijau, ganggang
kersik, cacing, jamur, dan serangga tanah seperti, semut, rayap, kelabang, kaki seribu,
jangkrik, orong-orong).

d. Faktor Pokok Pembentuk Tanah


1. Bahan induk/bahan asal.
2. Faktor yang bekerjasama dengan bahan induk.

e. Faktor Pembentuk Tanah Lainnya


1. Bahan induk/bahan asal.
2. Iklim (sinar matahari, suhu yang panas, suhu dingin, kelembaban, curah hujan, angin).
3. Organisme.
4. Topografi/relief.
5. Waktu.

4
f. Faktor Pembentuk Tanah Aktif
1. Iklim .
2. Organisme.

g. Faktor Pembentuk Tanah Pasif


1. Bahan induk .
2. Topografi.
3. Waktu.

h. Faktor Utama Pembentuk Tanah


Bahan induk merupakan faktor utama dalam proses pembentukkan tanah. Karena sangat
berpengaruh terhadap jenis tanah.

i. Jenis Tanah
1. Tanah Humus : dari pembusukan tanaman, hitam, subur.
2. Tanah Aluvial /Fluvial: dari endapan lumpur sungai, subur.
3. Tanah andosol: dari pelapukan batuan vulkanik, subur, disebut tanah tuff.
4. Tanah Regosol: dari pasir vulkan subur.
5. Tanah Organosol/Gambut: dari pembusukan tanaman rawa, coklat sampai hitam,
asam, sangat tidak subur.
6. Tanah Grumosol: tanah liat/lempung, tidak menembus air, pecah-pecah di musim
kemarau, tidak subur.
7. Tanah Podsol: mengandung kuarsa, tidak subur.
8. Tanah Laterit: mengandung zat besi dan aluminium, merah, tidak subur.
9. Tanah Kapur: dari karang laut, tidak subur, untuk jati, palawija tembakau.
10. Tanah Terra Rosa: dari liat merah di dasar dolina merupakan sisa batuan kapur yang
tidak dapat larut, sangat tidak subur.

D. TEKSTUR TANAH
a. Pengertian Tekstur Tanah
1. Tekstur Kasar: pasir
2. Tekstur halus: liat
3. Tekstur geluh/lekat : campuran pasir 50%, liat 20%, lanau/debu 30%.
4. Tekstur geluh merupakan tekstur ideal.

b. Pasir
1. Daya serap air tinggi/cepat meneruskan air.
2. Daya meningkat/menahan air rendah.

5
3. Sirkulasi udara bagus.
4. Pengolahan tanah ringan.

c. Liat
1. Daya serap air rendah.
2. Daya mengikat air tinggi.
3. Sirkulasi udara buruk.
4. Pengolahan tanah berat.

d. Pengaruh tekstur tanah


Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap daya serap air/daya rembesan air.

E. STRUKTUR TANAH
a. Pengertian Struktur Tanah
Struktur tanah adalah bentuk dan derajat tanah.
1. Bentuk tanah : lempeng, pipih, prisma, bulat, gumpalan, berpori-pori.
2. Derajat tanah : pejal dan lepas-lepas.

b. Pengaruh Struktur Tanah


Struktur tanah sangat berpengaruh terhadap:
1. Sirkulasi udara dalam tanah.
2. Pengaliran air dalam tanah.
3. Tingkat perkolasi tanah.
4. Tingkat pengikisan/ erosi tanah.

F. BAHAN ORGANIK TANAH


a. Pengertian Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah merupakan hasil penguraian dari jasad renik tanah.
b. Sumber Bahan Organik Tanah
1. Sisa tanaman/serasah dimakan jasad renik, lalu diuraikan menjadi tanah.
2. Kotoran hewan dan bangkai hewan pemakan tanaman, juga diuraikan jasad renik
menjadi tanah.
c. Peran Bahan organik Tanah
1. Peran Fisik : menyediakan unsur hara
2. Peran Kimia : menyediakan senyawa karbohidrat, protein, lemak.
d. Kandungan Bahan Organik Tanah
Kandungan bahan organik tanah berbeda-beda tergantung jenis tanahnya.

6
Contoh:
1. Tanah humus/bunga tanah: bahan organiknya paling banyak. Humus berasal dari
sisa tanaman di daerah panas dan lembab, lalu diserang oleh berbagai jasad renik
yang menguraikannya menjadi humus.
2. Tanah organosol/gambut: bahan organiknya juga banyak, tetapi masam/asam.

G. WARNA TANAH
a. Umumnya tanah berwarna putih, merah, kuning, cokelat, hitam.
b. Tanah yang berwarna gelap, akan menyerap panas lebih banyak, sehingga evaporasi
lebih besar dan tanah cepat mengering.
c. Semakin banyak kandungan bahan organik, warna tanah semakin gelap, dan tanah
semakin subur.
d. Tanah yang berwarna cerah disebabkan oleh kandungan kuarsa, sehingga kurang
subur.

H. HORISON TANAH
Regolith (bagian atas tanah), terdiri dari 3 horison.
a. Horison A
1. Mengandung sisa tanaman dan organisme lain
2. Mengandung humus.
3. Berwarna gelap.
4. Merupakan tanah yang sebenarnya, yang dimanfaatkan untuk tanaman pangan
berumur pendek.

b. Horison B
1. Air hujan melakukan pencucian pada tanah-tanah halus di horison A. Lalu
mengendapkannya di horison B.
2. Tebalnya 1-2 meter.
3. Banyak menyerap air.
4. Banyak mengandung mineral yang di endapkan air.
5. Tidak mengandung bahan organik.
6. Untuk pertumbuhan tanaman berumur panjang.

c. Horison C.
1. Bagian atasnya berupa batuan induk yang lapuk (batuan besar dan batuan kecil).
2. Batuan bawahnya berupa batuan induk.
3. Mengandung mineral.
4. Tidak mengandung bahan organik.
5. Untuk pertumbuhan tanaman yang perakarannya dalam.

7
I. POTENSI HIDROGEN (PH) TANAH.
Potensi hidrogen tanah adalah derajat keasaman atau derajat kebasaan tanah.

PH=
ASAM BASA
0 6,5-7 14
+ Gamping/kapur + Blerang/Sulfur

8
16
MA
TO TERI
P L DA
EV
EL N LAT

GEOGRAFI
-X
II S IHAN
MA SO
ALS
BM
PT
N

SET 16
ATMOSFER 1

A. LAPISAN ATMOSFER
Lapisan atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti permukaan bumi.
a. Mengandung gas atom Nitrogen 78%, Oksigen 21%, Argon 0,9%, CO2, Hidrogen,
Helium, Kripton, Neon, Xenon, dan Ozon.
b. Atmosfer berputar bersama-sama bumi, dalam bentuk rotasi dan revolusi.

B. KARAKTERISTIK LAPISAN ATMOSFER

Km Angkasa Luar
800 Eksosfer a. Lapisan atmosfer paling luar, gravitasi bumi
lemah.
b. Gas atom meloloskan diri ke angkasa/gas atom
sedikit.

1
80 Termosfer/ a. Filter penahan radiasi matahari.
Ionosfer b. Akibat pancaran sinar UV, atom-atom terionisasi
sehingga membentuk aliran listrik yang kuat.
c. Tempat pemantulan gelombang radio, TV, dan
-400 telepon seluler.
F d. Lapisan D memantulkan gelombang panjang
dan menengah.
-200 Lapisan E memantulkan gelombang pendek
E sampai 1500 km.
Lapisan F memantulkan gelombang pendek
-100 sampai jarak > 1.500 km dari pemancar radio.
D e. Terjadi arus inversi (udara semakin naik semakin
panas).
50 Mesosfer Metode terbakar dan terurai.
18 Stratosfer a. Terdapat ozon (berfungsi menyerap UV)
b. Tidak ada gejala cuaca dan pesawat jet.
c. Uap air, embun, dan debu sangat sedikit.
d. Arus konveksi sangat sedikit, arus adveksi
sangat tenang.
0 Troposfer a. Lapisan terbawah, gravitasi bumi kuat.
b. Padat gas atom, N, O2, Ar, CO2, H, He, Kr, Ne, Xe,
dan O3.
c. Banyak mengandung uap air, embun, dan
debu.
d. Sinar matahari diserap secara langsung oleh
uap air, debu dan CO2.
e. Terjadi gejala cuaca: awan, hujan, petir, angin
kencang.
f. Pesawat berbaling-baling.
g. Terjadi arus konveksi (udara semakin naik
semakin dingin).
h. Terjadinya gradien temperatur (tiap naik 100 m,
temperatur turun 0,5 C).
i. Terjadi arus adveksi dan arus turbulensi.

2
C. UNSUR PEMBENTUK CUACA DAN IKLIM
a. Pengertian Cuaca dan Iklim
1. Cuaca adalah keadaan udara pada suatu wilayah yang sempit dengan jangka waktu
yang singkat. Ilmu yang mempelajari cuaca disebut Meteorologi.
2. Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah yang luas dengan jangka
waktu yang lama. Ilmu yang mempelajari iklim disebut Klimatologi.

b. Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim


1. Unsur utama ada lima, yaitu:
Suhu udara/temperatur
Tekanan udara
Kelembaban udara
Curah hujan
Angin
2. Unsur pelengkap ada tiga, yaitu:
Intensitas penyinaran matahari
Awan
Listrik di udara/guntur/halilintar

D. PROSES PEMANASAN
Pemanasan terbagi atas:
a. Pemanasan langsung (absorpsi/difusi/refleksi).
b. Pemanasan tidak langsung, berasal dari panas matahari yang diserap bumi dan disebarkan
secara vertikal/horizontal.
1. Pemanasan vertikal
Konduksi, pemanasan dengan kontak langsung antara permukaan bumi lapisan
udara paling bawah.
Konveksi terjadi karena adanya gerakan udara secara vertikal sehingga udara
di atas yang belum panas akan menjadi panas karena pengaruh udara di
bawahnya yang sudah panas.
2. Pemanasan horizontal
Adveksi terjadi akibat gerak udara panas secara horizontal dan menyebabkan
udara di dekatnya juga menjadi panas.
Contoh: gerakan udara dari kutub ke equator, dari laut ke darat, dari darat ke
laut.
Turbulensi, penyebaran panas secara tidak teratur/berputar-putar. Hal ini
menyebabkan udara yang sudah panas bercampur dengan udara dingin
sehingga udara yang dingin akan menjadi panas pula.

3
Contoh: gerakan udara yang ditimbulkan oleh pesawat, menabrak bukit, hutan,
dan bangunan.

E. SUHU UDARA
Banyak panas matahari yang diterima permukaan bumi tidak sama sehingga menyebabkan
perbedaan suhu udara.
a. Perbedaan suhu udara disebabkan oleh:
1. Lamanya penyinaran matahari
2. Sudut datang sinar matahari/kemiringan sinar maahari/sudut bujur suatu tepat
3. Jarak tempat dari laut
4. Tinggi tempat dari permukaan laut
5. Keadaan permukaan bumi/relief permukaan bumi
6. Keadaan udara (banyak/sedikit awan)
7. Keadaan tanah (kasar, licin, hitam, putih)
8. Angin dan arus laut
9. Letak lintang (di lintang rendah, sedang, tinggi)
b. Perubahan suhu di Indonesia disebabkan beberapa faktor, yaitu:
1. Adanya perbedaan siang dan malam. Suhu maksimum pukul 13.00 dan suhu
minimum pukul 03.30
2. Ketinggian tempat yang berbeda-beda. Tiap naik 100 meter, suhu udara turun
0,5oC
c. Alat ukur suhu adalah termometer dan termograf.
d. Suhu rata-rata Indonesia tinggi (>18oC). Amplitudo suhu rendah (3oC) karena lautnya
luas sehingga siang tidak panas (rata-rata 26oC) dan malam tidak dingin (rata-rata
23oC).

F. TEKANAN UDARA
Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan udara pada bidang seluas 1 cm2.
a. Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh:
1. Perbedaan suhu.
Semakin tinggi suatu tempat, maka semakin rendah tekanan udaranya.
2. Perbedaan ketinggian.
Semakin tinggi suatu tempat, maka semakin rendah tekanan udaranya.
b. Alat pengukur tekanan udara adalah barometer dan barograf. Alat pengukur tekanan
udara di ruang tertutup adalah manometer. Barometer pengukur ketinggian tempat/
ketinggian terbang pesawat adalah altimeter.
c. Gradien barometrik, tiap naik 8,6 m tekanan udara turun 1 mb (milibar).

4
Contoh:
Tekanan udara di tempat N adalah 960 mb, maka tekanan udara pada ketinggian 275 m
di atas N adalah..
Jawab:
275
Tekanan udara = 960 mb mb
8,6
= 960 mb 32 mb
= 928 mb

G. KELEMBABAN UDARA
Kelembaban udara adalah banyak sedikitnya (kandungan) uap air di dalam udara.
a. Uap air berasal dair peguapan sungai, danau, rawa, air tanah, laut, tumbuhan, dan lain-
lain. Karena uap air menyerap panas, maka makin lembab udara, makin rendah suhunya.
b. Alat pengukur kelembaban udara adalah higrometer dan higrograf.
c. Kelembaban udara dibedakan menjadi:
1. Kelembaban mutlak/absolut yaitu jumlah uap air yang terdapat di dalam 1 m3
udara.
2. Kelembaban relatif/nisbi yaitu perbandingan antara jumlah uap air dalam 1 m3 udara,
dengan jumlah uap air maksimum pada suhu yang sama.

uap air per 1 m3 udara


Kelembaban Relatif = x 100 %
uap air maksimum

Contoh:
1 m3 udara mengandung uap air 4 g. Pada suhu 27oC udara tersebut mengandung
uap air 25 g. Maka kelembaban relatifnya adalah..
Jawab:
4g
Kelembaban relatif = 100 %
25 g

= 16 %

Udara pada ruangan berukuran 2 m 2 m 2 m mengandung uap air 320 gram.


Pada suhu 19oC udara tersebut mengandung uap air 50 gram. Hitunglah:
- kelembaban absolut.
- kelembaban nisbi.

5
Jawab:
320 g
- Kelembaban absolut =
8 m3
= 40 g/m3

40 g
- Kelembaban absolut = 100%
50 g
= 80 %
d. Jika suhu naik, kelembaban relatifnya akan berkurang dan sebaliknya.

H. CURAH HUJAN
Curah hujan adalah banyaknya uap air hujan yang jatuh ke tanah, baik cair maupun padat
(hujan es dan hujan salju).
a. Jenis Hujan
1. Hujan konveksi/zenithal/hujan naik ekuator
Terjadi karena udara panas bergerak konveksi/vertikal, lalu berkondensasi menjadi
awan cumulonimbus dan jatuh sebagai hujan. Di khatulistiwa terjadi sepanjang
tahun terutama di musim kemarau. Ciri-ciri hujan konveksi, yaitu:
Deras di musim kemarau
Awan cumulonimbus
Lebat
Singkat
Petir
Angin kencang
2. Hujan orografis/naik pegunungan
Terjadi karena udara yang bergerak vertikal terhalang oleh pegunungan. Kemudian
naik di sepanjang lereng, berkondensasi menjadi awan, dan jatuh sebagai hujan di
lereng pertama.
3. Hujan frontal
Terjadi karena pertemuan massa udara panas dengan udara dingin di lintang tengah
(60o LU/LS)
b. Alat pengukur curah hujan adalah fluviometer.
c. Tanda-tanda akan turun hujan, yaitu:
1. Awan nimbus (cumulonimbus atau nimbostratus).
2. Kelembaban relatif > 60%.
3. Udara panas sejenak.

6
d. Perbedaan curah hujan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Letak DKAT (Daerah Konvergensi Antar-Tropis)
DKAT yaitu daerah dengan suhu udara tinggi sehingga DKAT disebut Equator termal.
Karena suhu tinggi, penguapan besar, kondensasi besar, dan curah hujan besar
(hujan konveksi).
2. Letak geografis
3. Bentuk medan/topografi/relief
Medan berbukit/bergunung curah hujannya lebih besar daripada medan yang rata.
4. Arah lereng medan
Lereng yang menghadap angin curah hujan besar dan lereng yang membelakangi
angin (daerah bayangan hujan) curah hujan sedikit.
5. Arah angin sejajar garis pantai
Jika garis pantai sejajar dengan arah angin, suhu tidak akan turun sehingga tidak
terkondensasi dan tidak tejadi hujan. Contoh: Pantai Utara Jawa, Madura (Sumenep),
Aceh (Pidi). Cocok untuk tambak garam.
6. Jarak perjalanan angin di atas medan datar
Angin ini berasal dari perairan menuju ke daratan. Jika medan yang dilalui angin itu
panjang dan datar, hujan akan turun di dekat pantai, kecuali gejala Cibinong.

Selatan
Utara
Jan-Feb X
LAUT Bogor
Tg. Priok Cibinong
X
X
Apr-Mei

e. Curah hujan di Indonesia rata-rata tinggi, > 100 mm/bulan tetapi tidak merata.

I. POLA HUJAN INDONESIA


a. Pantai barat curah hujannya lebih besar dibandingkan pantai timur.
b. Wilayah bagian barat curah hujannya lebih besar, semakin ke timur semakin sedikit.
c. Hujan bergeser dari barat ke timur.
1. November: pantai barat Sumatera Bengkulu.
2. Desember: Lampung Bangka.
3. Januari: Pantura Bali NTB NTT.
4. Mei: Sulawesi Maluku.
d. Pada musim hujan, hujan jatuh di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.

7
e. Pada musim kemarau, hujan jatuh di Maluku dan Sulawesi.
f. Pada musim pancaroba/peralihan, hujan jatuh di daerah rawa yang luas dan daerah
pedalaman/pegunungan, seperti Bandung, Purwokerto, dan Malang.
g. Semakin tinggi tempat, semakin besar hujannya.
h. Batas daerah hujan Indonesia Barat dengan Indonesia Timur 120 BT (Sulawesi).

8
17
MA
TO TERI
P L DA
EV
EL N LAT

GEOGRAFI
-X
II S IHAN
MA SO
ALS
BM
PT
N

SET 17
ATMOSFER 2

A. ANGIN
Menurut Hukum Buys - Ballot, angin merupakan udara yang bergerak dari daerah
bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum. Di sebelah utara khatulistiwa
membelok ke kanan dan di sebelah selatan khatulistiwa membelok ke kiri. Pembelokan
angin tersebut disebabkan oleh rotasi bumi (dari Barat ke Timur) dan bentuk bumi bulat.
a. Angin Tetap
Angin tetap yaitu angin yang arah tiupnya tetap sepanjang tahun. Terdiri dari:
1. Angin Timur
Angin yang bergerak turun dari kutub (maksimum) ke subpoler (minimum).
2. Angin Barat (anti-passat)
Angin yang bergerak naik dari sub tropis (maksimum) ke subpoler (minimum).
3. Angin Passat
Angin yang bergerak tutun dari subtropis (maksimum) ke tropis. Passat timur laut
dari utara dan passat tenggara dari selatan.
b. Angin Tidak Tetap
Angin tidak tetap yaitu angin yang arah tiupannya berubah dan bertiup di suatu wilayah
tertentu.

1
1. Angin Laut
Pada siang hari daratan lebih cepat panas daripada laut sehingga tekanan udara
daratan berkurang dan laut bertambah. Bertiuplah angin dari laut ke darat.
Umumnya angin laut basah (mengandung uap air) sehingga menyebabkan awan
cumulus (Cu) di daratan.
2. Angin Darat
Pada malam hari daratan lebih cepat dingin daripada laut sehingga tekanan udara
daratan bertambah dan laut berkurang. Bertiuplah angin dari barat ke laut. Angin
laut dan darat dimanfaatkan oleh nelayan untuk mencari ikan.
3. Angin Lembah
Pada siang hari puncak gunung lebih cepat panas daripada lembah sehingga
tekanan berkurang dan lembah bertambah. Bertiuplah angin dari lembah ke puncak
gunung. Angin lembah tidak stabil karena melewati lereng gunung yang terjal.
Karena itu, terbang dengan pesawat ringan di daerah pegunungan pada siang hari
agak berbahaya.
4. Angin Gunung
Pada malam hari puncak gunung lebih cepat dingin daripada lembah sehingga
tekanan udara puncak bertambah dan lembah berkurang. Bertiuplah angin dari
gunung ke lembah. Angin gunung bersifat dingin, makin turun semakin dingin
sehingga dapat membekukan tanaman.
5. Angin Muson Barat dan Angin Muson Timur
Bumi berevolusi mengelilingi matahari dengan kemiringan sudut ecliptika 660
selama 365 hari (1 tahun). Hal ini menyebabkan panas matahari hanya mengenai
kawasan GBU (230LU) sampai GBS (230LS). Akibatnya, peredaran semu matahari
terjadi seperti berikut ini:
Pada saat bumi di belahan bumi utara (GBU), terjadi tekanan minimum dan
di belahan bumi selatan (GBS) tekanan maksimum. Akibatnya, angin bergerak
dari selatan (Australia) ke utara (Asia). Karena di Australia angin ini melewati
gurun pasir yang cukup luas dan hanya melewati Laut Arafuru yang dangkal,
angin ini kering. Akibatnya, di Indonesia terjadi musim kemarau. Angin ini
disebut Angin Muson Timur.
Sebaliknya pada saat matahari di belahan bumi selatan (GBS), terjadi tekanan
minimum dan di belahan bumi utara (GBU) tekanan maksimum. Akibatnya
angin bergerak dari utara (Asia) ke selatan (Australia). Karena melewati samudra
yang luas dan laut-laut serta selat-selat yang banyak, angin ini basah (banyak
mengandung uap air). Akibatnya di Indonesia musim hujan. Angin ini disebut
Angin Muson Barat. Angin muson berlangsung 6 bulan dengan arah yang
tidak tetap.
Pada saat matahari di ekuator (21 Maret dan 23 September), di Indonesia
Musim Pancaroba (pergantian musim).

2
21 Juni
21 Juni
April Pancaroba
21 Maret 23 September
Oktober
21 Juni
22 Desember
6. Angin Fohn/Angin Jatuh/Angin Terjun
Angin yang menabrak gunung/pegunungan mendaki lereng gunung. Setelah
berkondensasi, terjadilah hujan orografis di lereng pertama. Saat angin turun di
lereng berikutnya, angin ini kering, panas, dan bergerak cepat. Semakin turun
semakin panas. Jika angin yang turun ini lebih panas daripada tempat yang
didatanginya maka disebut Angin Jatuh Panas. Jika tempat yang didatanginya lebih
panas daripada angin yang mendatanginya, disebut Angin Jatuh Dingin.

Nama Sifat Daerah


Bohorok Panas, kering Deli (Sumut)
Kumbang Panas Cirebon dan Tegal (Jateng)
Gending Panas Probolinggo dan Pasuruan (Jatim)
Brubu Panas Makasar (Sulsel)
Wambrau Panas P. Biak (Irian)
Sirroco Panas, kering Italia Selatan
Chinook Panas, kering Kanada
Fohn Panas, kering Pegunungan Alpina Utara
Harmattan Panas, kering Sahara
Khamsin Panas, kering Mesir
Bora Dingin Pantai Adriatik
Mistral Dingin Lembah Rhone Hilir (Perancis)

c. Angin Siklon dan Anti-Siklon


1. Siklon: tekanan udara daerah rendah (despressi). Daerah tekanan rendah dikelilingi
oleh daerah tekanan tinggi sehingga terjadi putaran angin menuju pusat yang
disebut Angin Siklon.
2. Anti siklon: tekanan udara tinggi (pressi). Daerah tekanan tinggi dikelilingi oleh daerah
tekanan rendah sehingga terjadi putaran angin keluar dari pusat yang disebut Angin
Anti-siklon.
Kecepatan angin dengan alat Anemometer. Penyebab terjadinya angin adalah perbedaam
tekanan udara di dua wilayah yang berdekatan. Makin besar perbedaan, maka makin
kencang gerakan angin. Perbedaan tekanan disebabkan oleh perbedaan suhu dan
perbedaan suhu disebabkan oleh perbedaan pemanasan matahari. Kecepatan/kekuatan
angin dipengaruhi oleh:

3
1. Gradien barometris
2. Gradien temperatur/thermometris
3. Isobar bulanan
4. Isotherm bulanan
5. Ketinggian tempat
6. Jarak antara daerah yang berbeda tekanan udaranya
7. Relief/topografi (relief rata: cepat; relief kasar: lambat)
8. Vegetasi (vegetasi sedikit: cepat; vegetasi banyak: lambat)

K. JENIS IKLIM
Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca dalam masa bertahun-tahun (30 tahun) pada
wilayah yang luas. Unsur-unsur iklim adalah unsur-unsur cuaca yang telah dirata-rata
dalam waktu yang lama. Sehingga unsur iklim bersifat stabil, tidak seperti unsur cuaca
yang selalu berubah.
a. Iklim Matahari
Berdasarkan letak lintang, maka semakin menjauhi equator dan suhu semakin dingin.

90 oLU
Artik
661/2 oLU
Sub Artik
40 oLU
Sub Tropis
231/2 oLU
Tropis 0o
231/2 oLS
Sub Tropis
40 oLS
Sub Artik
661/2 oLS
Artik
90 oLS

b. Iklim Koppen
Berdasarkan rata-rata suhu (temperatur) dan curah hujan, terdiri dari iklim A, B, C, D, dan E.
A = Tropis
Suhu rata-rata > 180C
Curah hujan > penguapan
Af = hutan hujan tropis (Sumatera dan Kalimantan).
Curah hujan sepanjang tahun cocok untuk pertanian lahan basah (sawah).
Am = hutan musim (Jawa dan Sulawesi).
Aw = sabana (Bali dan Nusa Tenggara).
Cocok untuk pertanian lahan kering dan peternakan hewan besar.

4
B = Kering
Suhu rata-rata > 18C
Penguapan > curah hujan
Tidak ada kelebihan air sehingga tidak ada aliran sungai yang permanen.
BS = stepa (NTT)
BW = gurun
C = Sedang (pegunungan)
Suhu terpanas > 18C
Cocok untuk tanaman teh dan tembakau.
D = Dingin (pegunungan salju)
Suhu terpanas > 10C
Puncak Jayawijaya
E = Es/kutub
Suhu terpanas > 10C
ET = tundra (lumut)
EF = es abadi

c. Iklim Junghuhn
Junghuhn membuat klasifikasi iklim berdasarkan ketinggian tempat dan kesesuaiannya
dengan kehidupan tanaman.
Lumut

iklim dingin > 2.500 m


Pinus dan

iklim sejuk 1.500-2.500 m


Kopi, teh, karet dan kina

iklim sedang 700-1.500 m


Padi, tebu, kelapa dan
jagung
iklim panas 0-500 m

d. Iklim Schmidt Ferguson


Berdasarkan curah hujan tiap bulan, yaitu perbandingan rata-rata bulan kering dan rata-
rata bulan basah dikalikan 100% (Q).
Rumus

Rata-rata bulan kering


Q= 100 %
Rata-rata bulan basah

5
Bulan basah curah hujan > 100 mm/bulan
Bulan kering curah hujan < 60 mm/bulan
Contoh soal:
Sejak Januari sampai dengan Desember jumlah rata-rata bulan kering 5. Jumlah rata-rata
bulan basah = 12 5 = 7. Tipe iklim (Q) = 5/7 100% = 71,4%, terletak antara 60% - 100%
tipe D.

Pe
rb
an
H

di
ng
700%

an
G

ra
ta
-ra
300%
Jumlah rata-rata bulan kering

ta
F

bu
la
169%

Q
ke
E

rin
g
100%

de
ng
D

an
60%

bu
la
C

n
ba
33,3%

sa
h
x1
B

00
14,3

%
A
0%

Jumlah rata-rata bulan basah

L. DAERAH TENANG
Daerah tenang adalah daerah yang tidak didatangi angin kencang dan topan/taifun,
yaitu:
a. Daerah minimum ekuator = 00 - 100 lintang.
b. Daerah maksimum subtropik = 300 - 400 lintang.
c. Daerah kutub = 900 lintang.

M. FRONT
Front adalah bidang pemisah dua jenis massa udara. Massa udara panas lebih ringan
sehingga naik ke atas massa udara dingin. Front ada yang di permukaan bumi dan ada
yang di atas udara. Di sepanjang front banyak embun, awan, dan hujan. Front ada dua
jenis, yaitu:
a. Front panas, jika udara panas bergerak ke daerah udara dingin.
b. Front dingin, jika udara dingin bergerak ke daerah udara panas.

6
N. PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
a. Perubahan iklim global adalah perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan
global.
b. Pemanasan global adalah meningkatnya suhu bumi oleh gas-gas panas yang tertangkap
atmosfer, disebut dengan gas rumah kaca (GRK).
c. Efek rumah kaca adalah efek yang ditimbulkan oleh GRK. Sinar matahari masuk ke
bumi diserap oleh benda-benda bumi, sebagian diserap GRK. Oleh bumi, sinar tersebut
dipancarkan kembali ke atmosfer tetapi sebagian besar ditangkap oleh GRK dan
dipantulkan lagi ke bumi.
d. Perubahan iklim global disebabkan oleh:
1. Pembakaran bahan bakar fosil.
2. Alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan sawit.
3. Penigkatan konsentrasi gas buangan.
4. Radiasi balik dari bumi yang semakin besar.
5. Emisi GRK: karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous
oksida (N2O0, CFC.
6. Kerusakan ozon oleh CFC (chloro fluro carbon).
e. Dampak pemanasan global, yaitu:
1. Suhu bumi naik
2. Kutub mencari
3. Air laut naik
4. Banjir rob
5. Gagal panen
6. Perubahan ekstrim elnino, lanina
7. Gurun bertambah luas
8. Ekosistem laut dan ekosistem lain dapat terganggu
f. Usaha mengurangi pemanasan global, antara lain:
1. Efisiensi energi
2. Konservasi energi
3. Penghutanan kembali

7
18
MA
TO TERI
P L DA
EV
EL N LAT

GEOGRAFI
-X
II S IHAN
MA SO
ALS
BM
PT
N

SET 18
HIDROSFER 1

A. PENGERTIAN HIDROSFER
Hidrosfer adalah lapisan air yang terdiri dari semua air yang ada di bumi, baik cair, padat
(salju, gletser, es), maupun gas (uap air di atmosfer).

B. SIKLUS HIDROLOGI
a. Jumlah air di bumi tetap karena adanya siklus air (siklus hidrologi)
1. Siklus kecil

Kondensasi B

A
C

Laut Darat

Karena pemanasan matahari, terjadi penguapan air laut yang berkumpul menjadi
awan. Pada ketinggian tertentu, karena kondensasi terjadi titik-titik air yang
berkumpul semakin lama semakin besar volumenya, kemudian jatuh sebagai hujan.
Selanjutnya air kembali ke laut.

1
2. Siklus sedang

C
Kondensasi
B
A D
E
Aliran Sungai
Laut Aliran Tanah Darat

Mula-mula terjadi penguapan air laut sehingga terbentuk awan. Awan terbawa oleh
angin ke daratan dan terjadi kondensasi. Karena kondensasi, akhirnya awan jatuh
sebagai hujan. Sebelum kembali ke laut, air hujan tersebut masuk ke dalam tanah,
selokan-selokan, terus mengalir ke sungai-sungai, dan kembali ke laut.

3. Siklus besar

B D
Kondensasi Sublimasi
C
E xxxxxxxxxxxx
A F
Aliran Sungai Gletser
Laut Aliran Tanah Darat

Prosesnya sama dengan siklus sedang. Hanya saja setelah terjadi kondensasi, titik-
titik air terbawa angin ke tempat yang lebih tinggi sehingga menjadi kristal-kristal
es. Kristal-kristal es tersebut masih terbawa angin ke puncak gunung kemudian jatuh
sebagai salju, terjadi gletser, mengalir ke sungai, dan akhirnya kembali ke laut.

2
4. Siklus campuran atau siklus hidrologi

http://4.bp.blogspot.com

b. Besar kecilnya infiltrasi air hujan


Besar kecilnya infiltrasi air hujan disebabkan oleh:
1. Kelembaban tanah.
2. Porositas ranah/batuan.
3. Kemiringan tanah.
4. Vegetasi penutupan tanah.
5. Jenis tanah.
6. Tebalnya lapisan tanah.
7. Tekstur tanah.
8. Struktur tanah.
9. Udara dalam tanah.
10. Intensitas curah hujan.

c. Limpasan air permukaan


Limpasan air permukaan berasal dari:
1. Hujan.
2. Sungai dan anak-anak sungai.
3. Run off/air yang mengalir di atas permukaan tanah.

3
C. PERAIRAN DARAT
a. Aktivitas aliran sungai
1. Pengikisan/erosi
Erosi vertikal/ke bawah menyebabkan terbentuknya air terjun/jeran di hulu
sungai dan lembah sungai bertambah dalam.
Erosi lateral/ke samping menyebabkan lembah bertambah lebar dan
terbentuknya kelokan-kelokan /meander.
2. Pengangkutan
Mengangkut material batu, kerikil, pasir, dan lumpur.
3. Pengendapan/sedimentasi
Sedimen di pinggir sungai tidak berbentuk tanggul alam, daratan aluvial,
daratan banjir/flood land.
Sedimentasi di dalam kelokan/meander membentuk sungai mati, laut mati,
danau tapal kuda, oxbow delta.
Sedimentasi di hilir/muara sungai membentuk delta.
b. Profil daerah aliran sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan bagian bumi yang airnya mengalir ke sungai saat
hujan.
1. DAS Hulu
Berbukit-bukit, tinggi, dan miring.
Gradien sungai besar.
Lembah sungai berbentuk V cembung
Erosi vertikal.
Lereng curam.
Aliran deras (tampak lurus pada peta).
Banyak jeram/air terjun.
Untuk hutan dan perkebunan.
2. DAS Tengah
Agak miring.
Aliran tidak begitu deras.
Jalur transportasi murah.
Untuk segala aktivitas seperti pertanian, perdagangan, perindustrian,
pemukiman, dll.
Lereng landai.
Lembah sungai berbentuk V cekung/lurus.
Erosi vertikal sama dengan lateral.
3. DAS Hilir
Datar.
Gradien sungai kecil.

4
Lembah sungai melebar.
Erosi lateral.
Lereng landai.
Aliran air lambat (tampak berkelok-kelok pada peta).
Sangat subur (karena aluvial dan delta).
Untuk pertanian dan pemukiman.
c. Bentuk DAS
1. DAS bulu burung

Debit banjirnya kecil karena waktu tibanya air dari anak-


anak sungai berbeda-beda.
Banjir berlangsung lama.

Laut

2. DAS kipas/radial

Debit banjirnya besar karena anak-anak


sungai memusat ke satu titik.
Banjir berlangsung cepat.

Laut

5
3. DAS paralel

Debit bajirnya besar karena dua jalur aliran


yang bersatu di bagian hilir. Banjir terjadi di titik
pertemuan dua jalur aliran.
Banjir berlangsung agak cepat.

Laut

Debit DAS, debit banjir, dan corak banjir dipengaruhi oleh faktor:
Bentuk DAS.
Topografi.
Geologi.
Vegetasi.
d. Jenis sungai berdasarkan sumber air
1. Sungai mata air
Air berasal dari mata air pegunungan.
Aliran airnya tetap.
Contoh: sungai di lereng gunung yang berhutan lebat (hutan tropis) dengan hujan
sepanjang tahun (hujan tropis)
2. Sungai gletser
Air berasal dari gletser.
Aliran airnya tetap.
Contoh: hulu Sungai Mamberamo dan hulu Sungai Digul di Papua.
3. Sungai hujan
Air berasal dari hujan.
Debit airnya besar di musim hujan dari kecil bahkan kering di musim
kemarau.
Contoh: sebagian besar sungai di Indonesia, hilir Sungai Mamberamo dan Digul.

6
4. Sungai campuran
Air berasal dari hujan dan gletser atau dari mata air dan gletser.
Debit airnya besar di musim hujan dan kecil di musim kemarau. Jadi tidak
kering.
Contoh: Sungai Mamberamo dan Sungai Digul (Papua).
e. Jenis sungai berdasarkan kondisi air
1. Sungai episodik (perenial/permanen), airnya tetap sepanjang tahun.
2. Sungai periodik (intermiten/musiman), airnya banyak di musim hujan dan sedikit
bahkan kering di musim kemarau. Contoh: sebagian besar sungai-sungai di
Indonesia.
3. Sungai ephermel, airnya hanya ada di musim hujan. Saat hujan berhenti, sungainya
hilang karena air meresap ke dalam tanah. Contoh: sungai-sungai di Nusa Tenggara
dan Wadi di Gurun Pasir.
f. Jenis sungai berdasarkan arah aliran
1. Sungai konsekuen, sejajar kemiringan lereng (merupakan induk, sehingga lembah
sungai paling rendah dibandingkan sungai-sungai lainnya).
2. Sungai subsekuen, sungai yang mengalir tegak lurus pada sungai konsekuen.
3. Sungai obsekuen, sungai yang alirannya berlawanan dengan kemiringan lapisan
batuan daerah itu, merupakan anak sungai subsekuen.
4. Sungai resekuen, sungai yang alirannya ke bawah, arahnya sama dengan sungai
konsekuen yang asli.
5. Sungai insekuen, sungai yang alirannya tidak teratur.
g. Jenis sungai berdasarkan muara
1. Sungai endoreik, sungai yang bermuara ke danau.
2. Sungai eksoreik, sungai yang bermuara ke laut. Contoh: sebagian besar sungai-
sungai di Indonesia.
3. Sungai areik, sungai yang tidak bermuara karena airnya hilang secara perlahan-lahan
karena meresap ke dalam tanah dan menguap sehingga sungai tersebut hilang.
Contoh: sungai-sungai di Nusa Tenggara.
h. Pola aliran sungai
1. Pola aliran radial sentrifugal, arahnya menyebar dari satu tempat (kubah/dome, bukit,
gunung) menuruni lereng.
2. Pola aliran radial sentripedal, arahnya memusat ke suatu tempat (sekung, kawah,
danau, laut).
3. Pola aliran trelis, muaranya berbentuk sudut 900. Terdapat di daerah lipatan (sinklinal).
bermuara di dangkal. Contoh: sungai-sungai di Sumatera bagian timur, Jawa bagian
utara, Kalimantan bagian selatan, Irian bagian selatan. Ciri-cirinya, yaitu:

7
Aliran lambat.
DAS luas.
Pengikisan kecil.
4. Pola aliran pinate/paralel, muaranya membentuk sudut lancip. Terdapat di daerah
lipatan yang terjal. Bermuara ke laut dalam. contoh: sungai-sungai di Sumatera
bagian barat, Jawa bagian selatan, Irian bagian utara. Ciri-cirinya, yaitu:
Aliran deras.
DAS sempit
Pengikisan besar.
5. Pola aliran anular, karena puncak pada radial sentrifugal tererosi, pola aliran berubah.
Sungai utamanya melingkar.
6. Pola aliran rectanglar, satu sama lain tegak lurus (membentuk sudut siku-siku).
Terdapat di daerah patahan.
7. Pola aliran dendritik, tidak teratur (muaranya berbentuk lancip dan tumpul). Terdapat
di daerah Plato dengan batuan homogen. Plato adalah dataran tinggi yang rata.

Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan Pulau Jawa


1. Sungai panjang-panjang 1. Sungai pendek-pendek
2. Aliran tenang 2. Aliran deras
3. Erosi kecil 3. Erosi besar
4. Muara berbentuk corong/estuari 4. Muara tidak berbentuk corong/
5. Untuk lalu lintas air estuari
5. Tidak untuk lalu lintas air

8
19
MA
TO TERI
P L DA
EV
EL N LAT

GEOGRAFI
-X
II S IHAN
MA SO
ALS
BM
PT
N

SET 19
HIDROSFER 2

A. DANAU
a. Danau vulkanik terjadi karena letusan gunung sehingga terbentuk kawah dan terisi
air hujan. Contoh: Danau Batur (Bali), Danau Kalimutu (Flores), Danau Kerinci (Jambi),
Danau Kawah Kelud (Jatim).
b. Danau tektonik terjadi karena tenaga tektonik (diskolasi pergeseran kulit bumi) yang
menyebabkan patahan. Lembahan patahan (slenk/graben) tergenang air. Bentuk
danau sempit dan memanjang. Contoh: Danau Laut Tawar (Aceh), Danau Singkarak
dan Maninjau (Sumbar), Danau Tondano (Sulut), Danau Poso (Sulteng).
c. Danau vulkanotektonik terjadi karena letusan dan tenaga tektonik (dislokasi).
Contoh: Danau Toba (Sumut).
d. Danau karst/dolina terjadi di daerah kapur (karst). Tanah kapur/gamping yang retak
terisi air hujan, sifatnya temporer. Dolina yang besar disebut uvala. Contoh: dolina
di pegunungan kapur utara/Pulau Sewu (Jawa), dolina di pegunungan kapur Maros
(Sulawesi Selatan).
e. Danau glasial terjadi akibat pencairan di ujung gletser yang tertahan oleh morena
sebagai tanggulnya. Contoh: danau di kaki puncak gunung bersalju Irian.
f. Danau tapal kuda terbentuk karena meander terputus.
g. Danau bendungan terjadi karena aliran air terbendung, baik secara alami maupun
buatan (waduk).

1
Manfaat danau, yaitu:
Irigasi PLTA
Perikanan
Rekreasi dan olah raga
Menampung kelebihan air sungai sehingga tidak banjir.

B. RAWA
a. Rawa Tergenang
Air tidak mengalami pergantian.
Air dan tanah sangat asam, warna kemerahan.
pH 4,5.
Tanah gambutnya tebal.
Tidak dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian dn perikanan.
Terdapat di pedalaman/pegunungan.
b. Rawa tidak tergenang/rawa pantai
Airnya mengalami pergantian.
Saat laut pasang, air sungai yang tawar masuk ke rawa. Saat laut surut, rawa agak
mengering.
Air dan tanah tidak terlalu asam.
Air payau/setengah asin.
Dapat dimanfaatkan untuk sawah pasang surut, tambak udang, dan tambak ikan
bandeng.
Terdapat di daerah pantai dan daerah muara sungai.
Ditumbuhi hutan mangrove.
Mangrove tumbuh di pantai-pantai landai dekat muara sungai karena delta sungai
menghasilkan lumpur. Jenis-jenis mangrove, yaitu:
Acanthus
Avecenia
Bruguera
Nipah dan rumbia
Rhizopora/bakau
Soneratia
Manfaat rawa, yaitu:
Hutan sawah pasang surut.
Hutan mngrove/bakau (untuk kayu bakar, bahan penyamak kulit, bahan korek api
dan mesiu).
Rumbia dan nipah untuk atap.
Menghasilkan ikan, tambak bandeng, dan udang.

2
Untuk pemukiman dengan rumah-rumah bertiang tinggi dan perahu sebagai alat
angkutnya.
Setelah dikeringkan, untuk lahan pertanian dan pemukiman.
Contoh: rawa-rawa di Sumatera bagian timur, Jawa bagian utara, kalimantan bagian
selatan, Irian bagian selatan (rawa pantai menghadap ke laut dangkal).

C. AIR TANAH
a. Air tanah berasal dari:
Air hujan/air meteorit/air vados.
Air magma/air juvenil.
Air connate/air dalam batuan sedimen.
b. Terdiri dari:
Air tanah dangkal/permukaan (freatik) terdapat di atas lapisan kedap air.
Air tanah dalam (artesis) terdapat di antara dua lapisan kedap air.

Mata Air

Lapisan Permeabel/tembus air Pasir, batu apung, karst


A

Lapisan Impermeabel/kedap air NAPAL, LIAT, LEMPUNG, GRANIT

B Lapisan Aquifer

Lapisan Impermeabel/kedap air NAPAL, LIAT, LEMPUNG, GRANIT

c. Perubahan kedalaman muka air tanah dangkal dipengaruhi oleh:


Musim
- Musim hujan air banyak (dangkal).
- Musim kemarau air sedikit (dalam)
Pemompaan secara berlebihan.
Pengurangan daerah resapan air.
- Penebangan liar dan penggundulan hutan.
- Pemusnahan tanaman-tanaman dan jalur hijau.
d. Perbedaan kedalaman air tanah disebabkan oleh:
Ketinggian/kemiringan.
Jarak tempat dari laut.
Dejarat permeabilitas (daya tembus air).
Pemompaan air tanah dalam yang berlebihan akan menurunkan permukaan air tanah
dalam (terutama pada musim kering) sehingga:
Sungai dan mata air menjadi kering.
Tanah amblas sehingga bangunan-bangunan besar retak/miring.

3
Di pantai menyebabkan perembesan air laut ke darat sehingga air tanah dalam yang
semula tawar berubah menjadi payau bahkan asin.
Polusi pada air tanah yang disebabkan oleh B3 (bahan beracun dan berbahaya) seperti
limbah dan sampah dapat menurunkan kualitas air tanah.
BODDO : kualitas air jelek
BODDO : kualitas air bagus
Biochemical Oksigen Demand (BOD) adalah oksigen yang dibutuhkan untuk kehidupan
dalam air dan proses pembusukan bahan pencemar seperti sampah-sampah organik
sehingga jumlah oksigen dalam air berkurang dan kualitas air menurun. Dissolved Oksigen
(DO) adalah jumlah oksigen dalam air.

D. PERAIRAN LAUT
a. Jenis Laut Berdasarkan Proses Terjadinya
1. Laut Transgenik (dangkal atau -200 m)
Terjadinya jenis laut ini karena:
Air laut naik, akibat mencarinya es di kutub.
Contoh: Laut Arafuru (di dangkalan Sahul), Selat Sunda, Selat Karimata, Laut
Jawa, Selat Malaka, Selat Madura, Selat Bali (di dangkalan Sunda).
Daratan turun, sehingga tergenang air.
Contoh: Pantai Belanda dan Pantai Prancis.
2. Laut Ingresi (dalam atau +200 m)
Terjadinya jenis laut ini karena dasar laut turun akibat tenaga tektonik.
Contoh: Palung Banda, Selat Makassar, Laut Timor, Basin Sulawesi, Laut Maluku, Selat
Lombok (laut-laut di antara Paparan Sunda dan Paparan Sahul).
b. Jenis Laut Berdasarkan Letaknya
1. Laut tepi terletak di tepi benua, terpisah dengan samudera karena adanya gugusan
pulau-pulau.
Laut Cina Selatan (terpisah dengan Samudera Pasifik oleh Kepulauan Indonesia
dan Kepulauan Filipina).
Laut Jepang (terpisah dengan Samudera Pasifik oleh Kepulauan Jepang).
Laut Andaman (terpisah dengan Samudera Hindia oleh Kepulau Andaman dan
Kepulauan Nikobar).

2. Laut tengah terletak di antara dua benua.


Laut-laut di Indonesia (antara Asia Australia).
Laut Tengah/Laut Mediteran (antara Eropa Afrika).
3. Laut pedalaman terletak di pedalaman benua, di kelilingi daratan.
Laut Baltik, Laut Hitam, Laut Merah, Laut Mati, Laut Kaspia

4
c. Jenis Laut Berdasarkan Kedalamannya
1. Zona litoral (wilayah pasang)
Bagian laut yang saat pasang tertutup air dan saat surut menjadi daratan.
2. Zona neritik/fotik (wilayah laut dangkal)
Kadalaman - 200 m. Sinar matahari sampai ke dasar laut, sehingga subur dan kaya
organisme. Laut-laut di Paparan Sunda dan Paparan Sahur yang merupakan Laut
Landas Kontinen.
3. Zona batial/disfotik (wilayah laut dalam)
Kedalaman antara 200 2000 m. Sinar matahari tidak sampai ke dasar laut, sehingga
kurang subur dan jarang organisme.
4. Zona abisal/afotik (wilayah laut sangat dalam)
Kedalaman lebih dari 2000 m. Suhu sangat rendah sampai titik beku. Tidak ada
tumbuhan, binatang sangat terbatas.
d. Morfologi Dasar Laut
1. Paparan benua (continental shelf): dasar laut dangkal dengan kedalaman - 200 m.
2. Lereng benua (continental slope): kedalaman 200 2000 m.
3. The deep (ocean floor): kedalaman lebih dari 2000 m.
Bentuk the deep ada dua macam, yaitu:
Lubuk laut/ledok laut (basin): berbentuk huruf U, dasarnya datar. Contoh: Ledok
Banda, Ledok Sulu, Ledok Sulawesi, Basin Maluku.
Palung laut (trough): berbentuk huruf V, dasarnya sempit dan dalam. Contoh:
Palung Mindanao (merupakan laut terdalam di dunia), Palung Sunda di selatan
Pulau Jawa, Palung Jawa di sebelah barat Pulau Sumatera, Palung Laut di di
Kepulauan Banda.
e. Mengukur Kedalaman Laut
Kedalaman dasar laut dapat diketahui dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan:
1. Batu duga (draadluding) dapat mengetahui endapan di dasar laut (fosil binatang,
tumbuhan, dan jenis tanah).
2. Gema duga (echoluding)
Pukul 09.15.24 ditembakkan gelombang suara. Setelah sampai di dasar laut,
dipantulkan kembali dan ditangkap oleh Hydrofon pada pukul 09.15.28 (di dalam
air, suara merambat dengan kecepatan 1500 m/detik). Kedalaman laut adalah:
09.15.24 09.15.24
1500 m =
2
4
1500 m = 2 1500 m = 3000 m
2

5
f. Salinitas Air Laut
Kadar garam air laut (salinitas) adalah banyaknya kadar garam yang dikandung tiap 1 kg
(1.000 g) air laut. Kadar garam air laut yang normal adalah 3,5% (35o/oo). Kadar garam air
laut berbeda-beda. Ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu banyaknya air tawar yang masuk
(dari hujan dan dari sungai) dan besarnya penguapan air laut.
1. Di laut terbuka seperti laut-laut tropis.
Suhu tinggi dan penguapan tinggi tetapi curah hujan lebih tinggi (hujan
konveksi).
Kadar garam normal/rendah.
2. Di laut tertutup (Laut Baltik, Laut Hitam, Laut Merah, Laut Mati, Laut Kaspi).
Suhu tinggi, penguapan tinggi, air yang masuk sedikit, dan air tidak sempat
mengalir ke luar (tidak mempunyai outlet).
Kadar garam tinggi.
3. Di perairan laut Indonesia timur, misal Laut Banda.
Kadar garam tinggi (4%).
Karena penguapan > curah hujan.
4. Di perairan laut Indonesia barat, misal Laut Jawa.
Kadar garam normal (3,5%).
Karena curah hujan > penguapan dan banyak sungai yang bermuara ke Laut
Jawa.
Laut Mati 26% (danau dengan kadar garam tertinggi), karena tidak mempunyai outlet dan
berada di daerah iklim semi arid.
g. Warna Air Laut
Warna air laut dan faktor penyebabnya:
1. Hijau: organisme (binatang dan tumbuhan).
2. Biru: pemantulan sinar matahari.
3. Kuning: lumpur yang dibawa sungai.
4. Hitam: lumpur organik dan humus.
5. Merah: ganggang merah.
h. Mineral Organisme Laut
1. Mineral (anorganik)
Kapur, berasal dari binatang karang. Di dasar laut dangkal, terdapat tumpukan
kapur dari rumah-rumah binatang karang yang membentuk barisan bukit karang
dan disebut terumbu karang. Syarat laut yang dapat dihuni binatang karang:
- Dangkal ( 60 m)
- Arus dan gelombang lemah
- Plankton banyak
- Amplitudo rendah (- 60C)

6
- Tropis (suhu air laut + 200C)
- Perairan terbuka
- Kadar garam normal/rendah
- Air jernih, bebas sedimen
Dengan kata lain binatang karang tumbuh di perairan yang sempurna karena
binatang karang sangat rentan dan mudah terganggu jika mendapat tekanan
dari luar. Rumah-rumah karang dapat naik ke permukaan laut karena tenaga
tektonik sehingga terbentuk pegunungan kapur. Contoh: Pegunungan Kapur Jawa
(Pegunungan Sewu) dan Pegunungan Kapur Maros (Sulsel).
Garam, penambakan garam dilakukan di pantai dengan mengalirkan air laut ke
tambak. Lalu menguap oleh sinar matahari sehingga tinggal garamnya di dasar
tambak.
Fosfat, berasal dari tulang-tulang ikan dan kotoran burung pemakan ikan untuk
bahan pupuk.
Endapan metalik, beruapa endapan timah, tembaga, emas, perak, bauksit, dll.
2. Organisme laut (organik)
Bentos, hidup di dasar laut dangkal. Contoh: karang, kerang, kepiting, tiram, cacing,
dan tumbuh-tumbuhan dasar laut.
Plankton, terapung dan melayang-layang dalam air, gerakannya tergantung pada
arus laut. Contoh: ubur-ubur, binatang bersel satu, rumput laut.
Nekton, bergerak bebas. Contoh: ikan, udang, penyu, anjing laut. Contoh: ikan,
udang, penyu, anjing laut. Nekton dan plakton disebut pelagos (tidak bergantung
pada dasar laut).
i. Gerakan Air Laut
Gerakan air laut meliputi arus, gelombang, pasang.
1. Arus laut
Gerakan naik turunnya air dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Arus laut
terjadi karena:
Perbedaan kadar garam
Di dasar laut, arus bergerak dari tempat yang kadar garamnya tinggi ke tempat
yang kadar garamnya lebih rendah.
Perbedaan suhu air laut
Arus bergerak dari tempat yang bersuhu tinggi ke tempat yang suhunya lebih
rendah. Arus ini disebut arus panas (arus yang suhunya lebih panas dari suhu
air laut yang dilewatinya). Arus panas bergerak dari khatulistiwa menjauhi
da erah khatulistiwa. Kebalikan dari arus panas adalah arus dingin (arus yang
suhunya lebih dingin dari suhu air laut yang dilewatinya). Arus dingin bergerak
menuju khatulistiwa.

7
Arus Thermo Haline

Arus Dingin
Tropis A. Atas/Permukaan Kutub
Suhu Tinggi Suhu rendah

A. Vertikal

A. Vertikal
Kadar garam rendah

Kadar garam tinggi


Arus Panas
A. Bawah/Dasar

Tiupan angin
Arus bergerak searah dengan gerakan angin. Jadi, angin tetap menyebabkan
arus tetap, angin muson menyebabkan arus berubah arah 6 bulan sekali, angin
darat dan angin laut menyebabkan arus berubah arah sehari semalam dua
kali.
Angin tetap yang menyebabkan arus tetap ialah angin passat, angin barat, dan
angin timur. Kekuatan dan lamanya arus di permukaan laut tergantung dari
kekuatan dan lamanya angin bertiup. Semakin ke dalam laut, maka kekuatan
arusnya semakin berkurang karena angin tidak bisa menembus ke dalam laut.
Pengaruh pasang/surut
Pasang surut pada teluk, selat, dan muara lebih besar daripada laut terbuka.
Saat pasang naik, air bergerak dari laut terbuka ke dalam teluk dan selat. Karena
teluk dan selat tertahan oleh daratan, maka air laut naik lebih tinggi. Saat surut,
air bergerak dari teluk dan selat ke laut terbuka. Karena di laut terbuka tidak
ada daratan yang menahannya, maka arus laut bergerak secara cepat dan kuat
dari teluk dan selat menuju laut terbuka.
Pasang surut air laut dipengaruhi oleh posisi bulan dan matahari terhadap
bumi. Gaya tarik bulan dan matahari ini mempengaruhi ketinggian air laut.
Pasang naik dan surut terjadi dua kali sehari. Tiap hari mundur 50 menit karena
bulan terbit selalu terlambat 50 menit.
Arus panas disebabkan oleh angin passat (timur laut dan tenggara). Arus dingin
disebabkan oleh angin timur dari kutub. Di Samudera Atlantik, bertemu arus
gulfstream yang panas dengan arus labrador yang dingin sehingga Samudera
Atlantik menjadi daerah perikanan laut yang subur. Di Samudera Pasifik, bertemu
arus kurosyiwo dengan arus oyasyiwo. Di equator, bertemu arus khatulistiwa dengan
arus anti khatulistiwa.
Manfaat arus laut, yaitu:
Arus laut yang menyusuri pantai menyejukkan iklim pantai.
Arus panas di Samudera Atlantika menyebabkan pelabuhan-pelabuhan di
Rusia tidak membeku.

8
Tempat pertemuan arus panas dan arus dingin merupakan daerah.
Arus laut dapat digunakan untuk pembangkit listrik yang murah.
Arus laut dapat menyebarkan beberapa jenis tumbuhan, seperti kelapa.
Arus laut merupakan pengantar makanan binatang karang.

Permasalahan arus laut, yaitu:


Arus mengikis pantai yang tidak ada tumbuh-tumbuhannya.
Arus dingin menyebabkan iklim gurun karena suhu arus dingin rendah
sehingga tidak terjadi penguapan. Dengan demikian angin yang bertiup di
atas arus tersebut tidak membawauap air ke daratan.
Arus dingin dari tubud sering membawa gunung-gunung es yang
membahayakan pelayaran.
Petemuan arus panas dan arus dingin sering menyebabkan kabut tebal
karena uap air dalam massa udara panas mengalami pendinginan oleh massa
udara dingin sehingga terjadi kondensasi dan terbentuk kabut/awan yang
membahayakan pelayaran.
Daerah konsentrasi ikan ada tiga, yaitu:
Zona neritik.
Tempat pertemuan arus panas dan dingin.
Daerah upwelling.
Upwelling adalah naiknya massa air laut dari bawah ke permukaan. Terjadi di
pantai-pantai barat yang memiliki arah angin sejajar garis pantai saat angin
musim timur di musim kemarau. Saat angin darat menuju ke laut, aliran air
permukaan menjauhi pantai menuju laut lepas. Kemudian massa air dari
bagian bawah naik.
Karena belum bersentuhan dengan atmosfer, kandungan oksigennya rendah.
Akibatnya, yaitu:
- Suhu permukaan air laut sampai kedalaman 200 m turun 30C.
- Salinitas naik 1% (0,1 %).
- Kandungan unsur hara fosfat dan nitrat naik 2 kali lipat.
- Plankton naik 2/3 kali lipat.
- Konsentrasi ikan naik 2/3 kali lipat.
2. Gelombang (ombak)
Gelombang yaitu gerakan turun naiknya air laut tanpa berpindah tempat. Besarnya
gelombang ditentukan oleh:
Kekuatan angin (semakin kuat anginnya, semakin besar gelombangnya).
Jarak angin (semakin dekat anginnya, semakin besar gelombangnya).
Dalamnya laut (semakin dalam, semakin besar gelombangnya).
Gelombang laut disebabkan oleh:
Perbedaan kadar garam.

9
Angin.
Pasang surut.
Letusan gunung dan gempa laut.
Gaya tarik-menarik antara bumi, bulan, dan matahari.
Perbedaan kadar garam menyebabkan gelombang internal (gerakannya lambat
tetapi lebih tinggi daripada yang dihasilkan tiupan angin). Letusan gunung di dasar
laut dan gempa laut menyebabkan gelombang tsunami/tidal/seismik/pasang.
Contoh: gelombang tsunami akibat letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda tahun
1883.
Gaya tarik menarik (gravitasi) menyebabkan gelombang pasang. Gravitasi matahari
lebih besar dari gravitasi bulan. Tetapi karena jarak matahari lebih jauh, gravitasi
bulan ke bumi lebih besar dari gravitasi matahari. Pasang naik dan surut terjadi dua
kali sehari. Pasang purnama (tertinggi) dua kali sebulan yaitu saat bulan baru dan
saat bulan purnama. Di laut terbuka, perbedaan pasang naik dan surut tidak begitu
besar. Tetapi di teluk, selat-selat, dan muara-muara sungai perbedaannya sangat
besar.

BULAN BARU
BUMI MATAHARI
Pasang Purnama

BULAN PURNAMA
BUMI MATAHARI
Pasang Purnama

BUMI MATAHARI
Pasang Perbani

Manfaat dari pasang naik adalah:


Pelabuhan-pelabuhan dangkal dapat dimasuki kapal-kapal saat pasang naik.
Daerah pantai sekitar laut pasang dapat dijadikan sawah pasang surut atau
perikanan air payau.
Manfaat gelombang sebagai sumber tenaga listrik. Sedangkan permasalahannya,
yaitu:
Mengikis pantai (abrasi).
Gelombang besar membahayakan pelayaran.
Arus balik (backswash) dari hempasan gelombang (ombak) di pantai landai
dapat menghanyutkan orang-orang yang sedang mandi.

10
20
MA
TO TERI
P L DA
EV
EL N LAT

GEOGRAFI
-X
II S IHAN
MA SO
ALS
BM
PT
N

SET 20
BIOSFER

A. PENGERTIAN BIOSFER
Biosfer adalah lapisan flora dan fana yang meliputi persebarannya, tanah, air, dan udara.

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEBARAN FLORA DAN FAUNA


a. Faktor fisiografik: topografi/relief/tinggi rendah permukaan tanah.
b. Faktor edafik: kondisi jenis tanah, tekstur tanah, air tanah, keasaman tanah.
c. Faktor klimatik: suhu/temperatur, kelembaban, curah hujan, angin.
d. Faktor biotik: hewan, tumbuhan, manusia.

C. FUNGSI HUTAN
a. Fungsi Langsung
1. Fungsi ekonomis: menambah devisa (dijual).
2. Fungsi estetis: keindahan alam (ajang rekreasi).
3. Fungsi strategis: pertahanan dan keamanan (benteng).
b. Fungsi Tak Langsung
1. Fungsi klimatologis: mengatur kelembaban tanah/iklim dan cuaca.
2. Fungsi hidrologis: mengatur debit air.
3. Fungsi orologis: mencegah erosi dan banjir.
4. Fungsi suaka alam: melindungi tanaman dan hewan-hewan langka.

1
c. Fungsi Hutan Menurut Tujuannya
1. Hutan produksi, untuk diambil hasilnya, berupa: kayu gelondong, kayu bakar, arang,
bahan penyamak kulit, rotan, kapur barus (dari getah damar), minyak terpentin
(dari getah pinus), bahan baku pulp (dari kayu pinus), bambu, minyak kayu putih,
cendana.
2. Hutan wisata, untuk rekreasi.
3. Hutan lindung, untuk:
Melindungi tanah dari banjir, erosi, dan longsor.
Menyimpan dan mengatur air tanah.
Menjaga kesuburan tanah (terdapat di lereng-lereng pegunungan).
4. Hutan suaka alam, untuk melindungi tumbuhan dan hewan-hewan langka agar
tidak punah.
5. Hutan cadangan, sebagai cadangan untuk hutan produksi, hutan wisata, hutan
lindung, dan hutan suaka alam.
d. Manfaat Hutan
1. Menghasilkan humus sehingga menyuburkan tanah.
2. Mengatur peredaran air dalam tanah.
3. Mencegah erosi dan banjir.
4. Mengurangi polusi, karena tumbuhan menyerap CO2 dan mengeluarkan O2 di siang
hari.
5. Menghasilkan O2.
6. Keindahan alamnya menjadi obyek wisata.
7. Hasilnya menambah devisa.

D. JENIS HUTAN BERDASARKAN KARAKTERISTIKNYA


a. Hutan Hujan Tropis
1. Di daerah tropis, suhu rata-rata 26oC, di daratan rendah dan pegunungan, sebagian
besar di Papua.
2. Curah hujan tinggi sepanjang tahun 300 400 cm/tahun, tidak tampak perubahan
musim.
3. Pohon tinggi, rapat, berdaun lebat, daunnya hijau sepanjang tahun.
4. Tanah lembab, kelembaban relatif > 80%, gelap, sinar matahari tidak menembus
dasar hutan.
5. Terdapat liana, epifit, parasit, dan saprofit.
6. Jenis pohon bermacam-macam atau heterogen.
7. Pohon tersusun tiga tingkat, beratap/bertajuk/berkanopi.

2
Terdapat tujuh tumbuhan utama, yaitu:
1. Pohon, terdiri dari tiga lapis/tingkat:
Tingkat 1: pohon tinggi 40 m disebut atap/tajuk/kanopi.
Tingkat 2: pohon setinggi 15 30 m.
Tingkat 3: pohon setinggi 5 15 m.
Pohon besar-besar, rapat, dan lebar daun sedang. Diselingi dengan semak-
semak tinggi dan bambu.
2. Terna, tumbuhan paku, lumut, dan semak-semak rendah yang tidak berkembang
dengan baik karena kurang cahaya.
3. Palma yang memanjat/membelit yang disebut liana: rotan.
4. Epifit: anggrek, alga, lumut kerak, lumut daun.
5. Parasit, benalu dan bunga rafflesia yang tidak berdaun dan berbatang.
6. Saprofit, cendana/jamur/fungi yang tumbuh di dekat permukaan tanah, hidup di
serasah daun, dan tidak berwarna.
7. Pencekik pohon, sejenis epifit tetapi akarnya turun ke bawah tanah. Sering
membunuh pohon inangnya karena terkurung oleh akar-akar yang kuat.
b. Hutan Hujan Subtropis
1. Di daerah subtropis dengan musim dingin berlangsung panjang.
2. Curah hujan tinggi sepanjang tahun 150 300 cm/tahun.
3. Pohon agak pendek, kurang lebat.
4. Musim panas pohon tumbuh.
5. Terdapat liana, epifit, terna, palma kecil, dan paku tiang.
c. Hutan Musim Tropis
1. Di daerah tropis.
2. Perbedaan musim hujan dan musim kemarau tampak jelas.
3. Musim kemarau daunnya rontok/meranggas.
4. Dipengaruhi angin muson/angin musim.
5. Berdaun lebar.
6. Pohon agak pendek, jarak pohon agak jauh.
7. Sinar matahari tembus ke dasar hutan.
8. Epifit sedikit.
9. Terdiri dari satu jenis pohon/homogen.
d. Hutan Musim Subtropis
1. Di daerah subtropis.
2. Pohon kurang lebat, jarak pohon agak jarang.
3. Daun lebar.
4. Musim dingin daun gugur/meranggas. Musim panas daun tumbuh hijau.
5. Curah hujan 70 150 cm/tahun.
6. Epifit dan liana sedikit.

3
e. Sabana
1. Semak belukar dan rumput.
2. Di daerah tropis dan subtropis.
3. Tinggi pohon 25 cm, pohon kerdil.
4. Curah hujan 250 500 mm/tahun (25 50 cm/tahun).
5. Musim kemarau lebih dari lima bulan untuk daerah tropis.
6. Porositas tanah rendah.
7. Cocok untuk peternakan hewan besar atau padang penggembalaan.
f. Stepa
1. Di daerah tropis dan subtropis.
2. Disebut juga putza, prairi, dan pampa.
3. Padang rumput rapat.
4. Curah hujan sangat rendah.
g. Hutan Mangrove
1. Di daerah tropis, terdiri dari enam jenis tumbuhan.
2. Di daerah pasir berlumpur: muara sungai dan teluk yang saat pasang surut terjadi
endapan lumpur sungai.
3. Berakar tunjang dengan akar nafas yang keluar dari lumpur.
4. Air payau.
5. Iklim panas dan lembab.
h. Hutan Berdaun Kaku
1. Di daerah tropis dan subtropis.
2. Selalu hijau bersifat xerophyta.
3. Daun kecil, keras, tebal seperti tulang.
4. Pohon rendah, batang benjol-benjol.
5. Heterogen: kaktus, zaitun, aloe, di Australia ada eucalyptus yang tinggi.
i. Hutan Berdaun Jarum/Konifera/Taiga/Boreal
1. Di belahan bumi utara, daerah subartik.
2. Selalu hijau.
3. Tidak rapat.
4. Heterogen: pinus, cemara.
j. Tundra
1. Padang lumut di daerah kutub utara/artik.
2. Musim dingin 9 bulan.
3. Di daratan rendah dan pegunungan.
4. Berupa lumut dan lumut kerak dengan ketebalan 15 35 cm.
Tundra artinya daratan tanpa pohon.

4
E. JENIS HUTAN BERDASARKAN IKLIM

Iklim Jenis Hutan


Artik Tundra
Subartik Taiga
Subtropis Hutan hujan, hutan gugur, sabana, stepa, hutan berdaun kaku
Hutan hujan tropis, hutan musim, sabana, sepa, hutan
Tropis
mangrove.

F. PERSEBARAN HUTAN DI INDONESIA


a. Berdasarkan Karakteristiknya

Jenis Hutan
Hutan Hujan Tropis Sabana Stepa Hutan Mangrove
Hutan Musim

Sumatera, Pantai Sumatera bagian


Jawa, Bali, timur, Jawa bagian
Kalimantan, Papua NTT
Pesebaran Sulawesi, NTB utara, Kalimantan
bagian utara.
Maluku bagian selatan, Papua
bagian selatan.

Beringin, damar,
tengkawang, Semak
Acanthus, avecenia,
Jenis getah perca, pinus belukar Padang
Jati bruguera, nipah,
Tumbuhan mercuri, jelutung, dan rumput
rhizopora, soneratia
kayu besi, meranti, rumput
kamper, samin

b. Berdasarkan Iklim

Iklim Af

Iklim Am

Iklim Aw
Hutan hujan tropis Hutan musim Sabana

Sumatera, Kalimantan Jawa, Sulawesi Bali, Nusa Tenggara

5
1. Iklim Af
Curah hujan tinggi sepanjag tahun.
Perbedaan musim hujan dan kemarau tidak tampak.
Cocok untuk pertanian lahan basah/sawah.
2. Iklim Am
Curah hujan sedang.
Perbedaan musim hujan dan kemarau tampak jelas.
Musim hujan untuk pertanian lahan basah/sawah, musim kemarau untuk
pertanian lahan kering/tegalan.
3. Iklim Aw
Curah hujan rendah.
Cocok untuk pertanian lahan kering dan peternakan hewan besar.

G. PERSEBARAN FAUNA INDONESIA

wandylee.files.wordpress.com

6
Fauna Indonesia Barat/ Fauna Indonesia Fauna Indonesia
Asiatis/Oriental Tengah/Peralihan/ Timur/Australia
Wallace
Sumater, Kalimantan, Sulewesi, Nusa Maluku, Papau.
Jawa, Madura, Bali. Tenggara.

GARIS WALLACE

GARIS WEBER
Banteng, badak, beruang
Kanguru, koala,
madu, bekantan, burung
Anoa, babi rusa, kakak tua, kaswari,
beo, burung merak,
biawak, komodo, cendrawasih,
burung kepodang, elang
kera hidung panjang, burung nuri,
bondol, gajah, harimau,
maleo, rusa timor, walabi, musang
jalak bali, lutung, macan,
rangkong, tarsius, berkantung.
orang utan, rusa, siamang,
ikan duyung, burung
singa, tapir.
mandar.

H. PELESTARIAN FLORA DAN FAUNA


a. Pembangunan taman nasional, suaka margasatwa, dan cagar alam.
b. Pembinaan hutan lindung.
c. Pengembangan wisata alam.
d. Pembinaan cinta alam dan penyuluhan konservasi lingkungan hidup.
e. Monitoring dampak lingkungan hidup.
f. Perlindungan dan pengamanan hutan.
g. Pengembangan sarana dan prasarana.
h. Kerja sama dengan luar negeri.
i. UU perlindungan satwa liar dan langka.

7
21
M
AD ATER
VA I DA
NC N
E A LA
ND TIH
TO AN
P L SO
EV AL
EL SB
MPT

GEOGRAFI
N

SET 21
SUMBER DAYA ALAM

A. SKEMA PENGGOLONGAN SDA


1. Pertanian lahan basah
Contoh : sawah
1. SDA Nabati 2. Pertanian lahan kering
Contoh: perkebunan, tegalan
3. Kehutanan
1. Hewan besar : sapi, kerbau, kuda
1. Pertenakan 2. Hewan Kecil : kambing, domba, babu
1. Terbaharui 3. Unggas : ayam, itik, burung puyuh
(Renewable Resourcess) 2. SDA Hewani
1. Darat Tawar
2. Perikanan Payau (1/2 asin), Tambak
2. Laut
1. Sinar Matahari
3. SDA Sumber Tenaga 2. Angin
SDA 3. Air
4. Panas Bumi

4. SDA BIO-Energi/Bio fuel

5. SDA Lahan 1. Minyak dan Gas Bumi (Gas Alam)


2. Batubara
1. SDA Sumber Tenaga
3. Uranium
4. Nuklir
2. Tak Terbaharui
(Unrenewable Resourcess) 1. Timah 5. Emas dan Perak
2. SDA Galian Logam, Meliputi 2. Nikel 6. Besi
3. Tembaga 7. Mangan
4. Bauksit

1. Abu Bumi 6. Fosfat 10. Pasir Kwarsa


3. SDA Galian Nonlogam 2. Aspal 7. Yodium 11. Marmer/ Batu Pualam
(Galian Industri) meliputi 3. Batu Gamping 8. Intan 12. Wolfram
4. Batu Granit 9. Kaolin 13. Chromium
5. Belerang

1
B. SDA YANG DAPAT DIPERBAHARUI
a. Pertanian Lahan Basah
1. Sawah pasang surut/sawah bencah (0 3 m dml)
Di sepanjang pantai pesisir dan rawa-rawa pantai yang menghadap ke laut
dangkal.
2. Sawah irigasi
Pengairan teratur.
Panen dua kali setahun.
Panen tidak bergantung musim.
Tanaman padi.
3. Sawah tadah hujan
Panen sekali setahun.
Panen bergantung pada musim hujan sehingga perlu sarana irigasi
berupa waduk/bendungan.
Padi ditanam awal musim dan musim kemarau ditanami palawija (jagung,
ubi, ketela pohon, kacang, kedelai).
4. Sawah ledak
Terletak di sisi sungai.

b. Pertanian Lahan Kering


1. Perkebunan
Perkebunan Besar Perkebunan Rakyat
Dikelola pemerintah/swasta. Dikelola rakyat/anggota keluarga.
Modal besar. Modal kecil.
Lahan luas. Lahan sempit.
Alat modern. Alat sederhana/tradisional.
Administrasi keungan teratur. Administrasi keungan tidak teratur.
Hasilnya untuk perdagangan: Hasilnya untuk kebutuhan sendiri: padi,
karet, tembakau, teh, tebu. jagung, ketela pohon, ubi.
Tanaman tahunan. Tanaman musiman

2. Tegalan
Tanaman palawija: jagung, ubi, ketela pohon, kacang, kedelai.

2
c. Peternakan
1. Peternakan hewan besar: sapi, kerbau, kuda (diambil tenaganya untuk pacuan).
2. Peternakanan hewan kecil: kambing, babi, domba (biri-biri), kelinci.
3. Peternakan unggas: ayam, burung puyuh, titik alabio (dari kalse).
d. Perikanan
1. Perikanan darat
Perairan umum yaitu sungai, danau, rawa.
Perairan budidaya yaitu tambak/payau, keramba, sawah.
Perairan darat dilakukan di air tawar (sungai, kolam, danau, keramba, sawah)
dan air payau (tambak).
Sungai
Sungai-sungai besar merupakan habitat ikan yang berpotensi untuk kebutuhan
sehari-hari.
Danau
Danau dan bendungan (danau buatan yang disebut waduk) juga merupakan
habitat ikan yang potensial. Danau Tempe (Sulsel) terbesar hasil ikannya.
Kolam/empang
Jenis yang diternak yaitu ikan mas (kolam air deras), gurame, tawes, sepat,
mujair, lele, dan udang windu. Pemeliharaan ikan di kolam paling banyak
hasilnya.
Keramba
Keramba yaitu pagar bambu dalam sungai atau laut. Ikan yang diternak
gabus.
Sawah
Sawah irigasi teknis dapat ditanami ikan gabus dan disebut mini padi.
Tambak
Terletak di tepi pantai dengan air payau, yang diternakkan yaitu udang dan
bandeng. Kawasan tambak terdapat di pantai: Sumatera bagian timur, Jawa
bagian utara (Pantura), Kalimantan, Irian bagian Selatan.
2. Perikanan laut
Dilakukan di pantai dan di tengah laut, baik oleh nelayan tradisional (dengan kapal
layar dan jala) maupun nelayan modern (dengan kapal mesin dan jala tarik/trawl/
pukat harimau).

Perairan Indonesia Barat (Paparan Sunda), ciri-ciri ikan lebar dan pipih karena
hidup di sela-sela karang laut dangkal. Jenisnya yaitu: kakap, bawal, layyang, selar,

3
kembung, lemuru, ekor kuning. Contohnya terdapat pada perairan:
Perairan Selat Malaka, pusat: bagian Siapi-api (Sumut) nomor satu di
Indonesia.
Perairan Selat Bali, pusat: Muncar (Jatim) nomor dua di Indonesia.
Perairan Laut Jawa
Perairan Indonesia Timur (Perairan Maluku dan Irian), ciri-cirinya panjang, besar dan
bulat karena hidup di laut dalam. Jenisnya yaitu: cakalang (tongkol), cucut, hiu, tuna,
udang galah. Diekspor ke Jepang dan terdapat pada perairan: Laut Maluku, Laut
Halmahera, Laut Banda, Laut Seram, Laut Sulawesi, Laut Flores.

C. SDA YANG TIDAK DAPAT DIPERBARUI


a. SDA sebagai Sumber Tenaga Tak Terbaharui
1. Minyak bumi dan gas bumi/gas alam (mineral organik)
Terjadi dari binatang laut yang mengendap di cekungan laut kemudian tertimbun
lapisan batuan sedimen (pada zaman tersier). Karena tekanan yang besar, suhu
yang tinggi, dan waktu yang sangat lama, plakton-plankton tersebut melalui proses
kimiawi berubah menjadi minyak bumi.

Di atas minyak bumi terdapat gas. Gas yang ditambang bersama minyak bumi
disebut LPG (Liquid Petroleum Gas) yaitu gas minyak bumi yang dicairkan. LPG
digunakan untuk industri petrokimia seperti: serat tiruan, bahan tekstil, pupuk urea,
racun pemberantas hama, bahan bakar memasak. Ada juga gas yang berdiri sendiri
(ditambang langsung dari dalam bumi). Gas ini dicairkan dengan nama LNG (Liquid
Natural Gas) yaitu gas alam yang dicarikan.

ANTIKLIN

Gas bumi
(Gas alam)
SINKLIN
Minyak bumi

Air Asin

Pengeboran minyak bumi lepas pantai dilakukan di kawasan cekungan sedimentasi


marine yaitu lepas pantai Laut Jawa, Selat Malaka, lepas pantai Kaltim dan Laut
Natuna. Kilang gas alam terdapat di Arun (Aceh) dan Badak/Bontang (Kaltim).
Kilang minyak bumi terdapat di:
Cepu dan Cilacap (Jateng).
Wonokromo (Jatim).

4
Perlak dan Langkat (Aceh).
Pangkalan Brandam dan Pangkalan Susu (Sumut).
Dumai dan Sungai Pakning (Riau).
Plaju dan Sungai Gerong (Sumsel).
Pantai Tarakan dan Pantai Bunyu Kaltim).
Minyak bumi diolah dengan cara cracking dan destilasi bertingkat dan hasilnya
yakni avigas (bahan bakar pesawat jet), solar, bensin, oil, ter/aspal, lili, parafin, dan
minyak tanah. Ditambang di darat dan di lepas pantai.
Bensin untuk mobil dan generator.
Solar untuk mobil dan PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel)
Aspal untuk pengeras jalan.
Minyak tanah dan memasak.
2. Batu bara (mineral organik)
Berasal dari tumbuhan yang hidip di daerah rawa. Karena tekanan besar dan waktu
yang sangat alam, zat kayu berubah menajdi batu bara (proses metamorfosis
dinamo) pada zaman terzier. Kadar karbon batu bara di Indonesia sekitar 60 70%
sehingga mutunya kurang baik, dan disebut batubara muda karena terbentuk di
zaman terzier. Batu bara yang terbentuk di zaman karbon disebut batubara tua/
antrasit dengan karbon 90%.
Tambang batu bara terdapat di:
Bukit Asam (Sumsel): penambangan terbuka karena batu bara terletak
dekat permukaan bumi.
Ombilin (Sumbar): penambangan tertutup karena batubara jauh dari
permukaan bumi.
Pantai, laut, lembah Sungai Mahakam dan Sungai Kapuas (Kalimantan):
penambang tertutup.
PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Batubara) terdapat di Suralaya (Banten). Untuk
bahan bakan memasak, batubara dijadikan arang/briket.

b. SDA Galian Logam


1. Timah
Terjadi dalam batuan granit. Jika batuan granit terkikis biji timah akan terakngat
dan mengendap di muara sungai dan dasar laut. Timah sebagai pelapis besi, kaleng,
tube, pembungkus, dll. Terdapat di Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau Lingga, dan
Pulau Singkep. Keempatnya merupakan jalur timah Indonesia. Pabrik pengolahan
timah di Muntok (Pulau Bangka).

5
2. Tembaga
Biji tembaga mengandung sedikit perak dan emas. Sifatnya kuat, liat, tahan karat, dan
penghantar listrik yang baik. Untuk eletronik, alat-alat listrik, senjata, dll. Terdapat di
Gunung Bijih (Irian). Diolah di Tembagapura (Irian), campuran tembaga, timah, dan
seng yang disebut Perunggu.
3. Bauksit
Bauksit mengandung alumunium oksida (Al2O3). Setelah diolah menjadi alumunium
yang sifatnya ringan, mudah dibentuk, dan tahan karat, bauksit dilebur menjadi
alumunium di Asahan (Sumut) karena memerlukan energi listrik dari PLTA Asahan.
Terdapat di Tembiling (Pulau Bintan), Pulau Kelong, dan Pulau Dendong. Untuk uang
logan, badan pesawat dan kapal laut.
4. Besi
Berupa pasir besi. Biji besi di Indonesia ada tiga jenis, yaitu:
Leterik, di batuan yang tercuci air hujan.
Magnetik hematit, di batuan beku.
Titan, di pasir hitam.
Biji besi banyak di daerah tropik yang memiliki musim hujan dan kemarau. Semakin
merah warnanya, semakin besar unsur magnetiknya. Terdapat di Cilacap (Jateng).
5. Nikel
Logam putih mengkilat dan anti karat. Nikel merupakan hasil pelapukan dan
pencucian. Sebagai campuran besi baja dan membuat uang logam. Terdapat di
Pomala (Sulteng), Soroako (Sulsel), dan Pulau Gede (Maluku Utara).
6. Emas dan perak
Emas adalah logam mulia. Dalam penambangan emas, ditemukan perak dan platina.
Dalam penambangan tembaga ditemukan emas. Terdapat di Cikotok dan Cikondang
(Jabar), Meulaboh, Manggani, Logas, Sebong (Sumatera), Sungai Kahayan, Sungai
Lakang, Sungai Gula, dan Gunung Emas Kunyi (Kalteng).
7. Mangan
Campuran besi baja. Terdapat di Kliripan dan Kulon Progo (Yogyakarta).

c. SDA Galian Non-Logam/Galian Industri


1. Abu bumi
Untuk menjernihkan minyak bumi dan minyak goreng. Berasal dari abu vulkanik.
Terdapat di Kulon Progo (Yogyakarta).

6
2. Aspal
Untuk pengeras jalan, bahan baterai, dan pewarna tinta cetak. Diperoleh dari minyak
bumi atau terpisah (berdiri sendiri). Terdapat di Pulau Buton (Sulteng).
3. Batu gamping/kapur
Untuk bahan bangunan, bahan baku semen. Terdapat di Gunung Kapur.
4. Batu granit
Batuan yang paling keras. Untuk jalan dan bahan bangunan. Ditambang dengan
diledakkan. Terdapat di Pantai Karimun (Jateng), Pulau Bangka, dan Pulau Belitung.
5. Belerang
Untuk obat-obatan kimia, insektisida, bahan korek api, dan mesiu. Penambangan
terbuka. Terdapat di Gunung Telaga Bodas (Jabar), Daratan Tinggi Dieng (Jateng),
Gunung Welirang dan Gunung Ijen (Jatim), dan Gunung Soputan (Sulut).
6. Fosfat
Bahan pembuat pupuk. Terdapat di Bogor, Tasikmalaya, Ciamis (Jabar), Pati, Kebumen,
Ajibarang (Jateng), Tuban, Lamogan, dan Madura (Jatim).
7. Yodium
Pencegah penyakit gondok. Untuk industri kimia dan obat-obatan. Terdapat di
Semarang (Jateng), Sekar Putih, Pujon, Kedung Utara (Jatim).
8. Intan
Untuk perhiasan dan mata bor pada pengeboran minyak. Intan adalah batuan
dengan tingkat kekerasan paling tinggi. Berasal dari batuan granit yang berubah
wujud. Terdapat di Kalbar, Kalteng, dan Kalsel. Terdapat penggosokan intan di
artapura (Kalteng).
9. Kaolin
Terjadi dari pelapukan batuan granit. Untuk semen putih, keramik, dan cat. Terdapat
di Pulau Belitung.
10. Pasir kwarsa
Bahan dasar industri gelas dan kaca.
11. Marmer/batu pualam
Terdapat di kawasan gunung api dan gunung kapur. Kapur berubah wujud menjadi
marmer. Terdapat di Tulung Agung (Jatim), dan Citatah (Jabar). Untuk ubin, patung,
nisan, dan pilar.
12. Wolfram
Bahan untuk lampu.
13. Chromium (stainless)
Pelapis tahan kuat.

7
D. USAHA PENINGKATAN HASIL PERTANIAN
a. Intensifikasi Pertanian (Meningkatkan Produktivitas)
Merupakan usaha meningkatkan produksi pertanian pada lahan yang sudah ada (tetap).
Banyak dilakukan di Pulau Jawa, Bali, dan Madura, karena lahan pertanian tidak dapat
diperluas akibat penduduknya yang padat. Program Panca Usaha Tani dan Sapta Usaha
Tani merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian dengan
cara sebagai berikut:
1. Pengolahan tanah yang baik.
2. Penggunaan bibit unggul.
3. Pengairan.
4. Pemupukan.
5. Pemberantasan hama, penyakit dan gulma (tanaman pengganggu).
6. Bimbingan dan penyuluhan dari Bimas.
7. Pasca-panen.

b. Ekstensifikasi Pertanian (Meningkatkan Volume)


Merupakan kegitan memperluas lahan pertanian, dengan mencetak sawah-sawah baru
di daerah yang belum digarap. Dilakukan di luar P. Jawa, Madura dan Bali, karena banyak
lahan kosong. Dilakukan melalui kegiatan transmigrasi. Daerah Lampung dan Sitiung
(Sumbar) menjadi lumbung padi sehingga dapat mempertahankan swasembada beras.
Sedangkan lumbung padi untuk P ulau Jawa yaitu terdapat di Karawang, Bekasi, Cikampek,
Purwakarta, Subang, dan Indramayu.

c. Mekanisasi Pertanian
Kegiatan pertanian yang menggunakan alat-alat modern seperti traktor. Hal ini hanya
dilakukan di daerah luar P.Jawa, Madura dan Bali, karena minim SDM namun lahannya
sangat luas.

d. Diversifikasi Pertanian
Merupakan kegiatan memperbanyak ragam kegiatan, metode tanam, dan jenis tanaman
seperti:
1. Memperbanyak jenis tanaman pada satu lahan sehingga mengurangi risiko gagal
panen akibat hama dan penyakit (tumpang sari masuk di dalamnya).
2. Memperbanyak jenis kegiatan pertanian. Misalnya: Mina Padi (menanam padi
sambil memelihara ikan di sawah), Ternak Padi (beternak di atas sawah).

e. Rehabilitasi Pertanian
Merupakan kegiatan perawatan terhadap tanamanan pertanian yang meliputi kegiatan:

8
1. Memperbaharui tanaman yang tua/ rusak dengan tanaman yang muda/baru.
Misalnya: tanaman kelapa tua diganti dengan kelapa muda. Tanaman kelapa diganti
tanaman kopi, sebab kopi lebih menguntungkan.
2. Memperbaharui cara-cara bertani. Misalnya: lahan pertanian kering diubah menjadi
sawah dengan membuat saluran irigasi.

E. PROSES PEMBENTUKAN ENERGI


a. Proses Pembentukan Minyak Bumi dan Gas Bumi
Organisme laut yang mati berkumpul di cekungan laut dangkal, lalu tertimbun oleh
sedimen (batu, kerikil, pasir, liat). Karena waktu yang lama (jutaan tahun), suhu yang
tinggi (dari panas bumi) dan tekanan sedimen yang besar, maka membentuk senyawa
karbon. Semakin lama, semakin tinggi suhunya dan semakin besar tekanan sedimennya
sehingga mengubah karbon menjadi minyak mentah karena berat jenis minyak mentah
lebih ringan dari berat jenis air, maka minyak mentah bergerak naik.

Bersamaan dengan proses pembentukan minyak mentah, dasar laut mengalami gerak
orogenesa, sehingga melengkung membentuk antiklinal. Minyak mentah yang bergerak
naik, menuju ke antiklinal dan terperangkap dalam cebakan antiklinal. Gas bumi yang
lebih ringan berada di atas dan minyak bumi yang lebih berat berada di bawahnya.

b. Proses Pembentukan Batu Bara


Batu bara merupakan batuan sedimen yang dapat terbakar. berasal dari pembusukan
tanaman rawa, dengan unsur pembentuk karbon, hidrogen dan oksigen. Tahap-tahap
proses pembentukan batu bara yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Biokimia
Sisa tumbuhan rawa tertimbun oleh lapisan sedimen (batu, kerikil, pasir, liat),
sehingga unsur hidrogen dan oksigennya menguap, dan sisanya mengeras menjadi
gambut (pembusukan tumbuhan rawa yang masih dapat dikenali sebagai sisa
tumbuhan).
2. Tahap Geokimia
Karena waktu yang lama, suhu yang tinggi, dan tekanan sedimen yang besar, unsur
hidrogen dan oksigennya terus berkurang, dan unsur karbon gambut semakin besar,
sehingga membentuk batu bara. perubahan waktu, suhu, dan tekanan mengubah
bentuk dengan urutan:
Gambut/peat Batuan Beku Muda/Lignit Batuan Beku Subbitumen Batuan
Beku Bitumen Antrasit.

9
F. PENGGOLONGAN BAHAN TAMBANG BEDASARKAN UU. NO. 11 TAHUN 1967
a. Golongan A (Strategis)
1. Menjamin perekonomian bangsa dan negara.
2. Minyak bumi, gas bumi, batu bara, bahan radioaktif, besi, bauksit, tembaga, timah,
mangan dan nikel.

b. Golongan B (Vital)
1. Menjamin hajat hidup orang banyak.
2. Emas, perak, platina, intan, batu permata, mika, magnesium, asbes, seng, wolfram.

c. Golongan C (Industri)
1. Untuk bahan baku industri.
2. Batu gamping, batu apung, batu tulis, batu granit, batu pualam, pasir, pasir kuarsa,
liat, kaolin, belerang, fosfat, yodium.

G. KEGIATAN PERTAMBANGAN
a. Observasi
Kegiatan untuk mengenali ada atau tidaknya satu jenis tambang di suatu lokasi. dengan
penelitian lapangan dapat diketahui secara pasti bahwa suatu lokasi mengandung barang
tambang tertentu.

b. Eksplorasi
Kegiatan lebih lanjut untuk menyelidiki:
1. Posisi tambang.
2. Jumlah material yang dapat ditambang.
3. Biaya operasional yang dibutuhkan.
4. Sarana dan prasarana yang transportasi yang dibutuhkan

c. Eksploitasi
Kegiatan melaksanakan penambangan yang memiliki jenis-jenis penambangan :
1. Penambangan Terbuka
Penambangan dengan cara membuka lapisan tanah diatas posisi tambang. Hal ini
dilakukan jika letak tambang jauh dari permukaan tanah.
2. Penambangan Tertutup
Penambangan dengan cara menggali terowongan yang menuju kearah posisi
tambang. Hal ini dilakukan jika letak tambang jauh dari permukaan tanah.

10
3. Pengeboran
Penambangan dengan cara mengebor batuan sampai mencapai posisi tambang.

H. PENGELOLAAN SDA
Pengelolaan SDA bedasarkan prinsip berwawasan lingkungan adalah mengelola SDA
dengan memperhatikan kelestarian lingkungan, seperti:
1. Pengolahan tanah minimal dalam rangka pengawetan tanah.
2. Menggunakan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan.
3. Menjauhkan lokasi pertambangan dari pemukiman.
4. Membangun instalasi pengelolaan limbah dan pengelolaan limbah industri.
5. Melakukan konservasi, rehabilitasi, adan reklamasi.
6. memberikan sanksi yang tegas terhadap perusakan SDA.

I. PEMANFAATAN SDA
Pemanfaatan SDA harus dikelola dengan baik yaitu dengan cara:
1. Mengutamakan pemanfaatan SDA yang dapat di perbaharui.
2. Mengadakan SDA alternatif untuk mengganti SDA yang sudah ada.
3. Memanfaatkan SDA dengan prinsip mengurangi, bukan menghabiskan.
4. Menghemat SDA yang langka.
5. Menghasilkan produk yang tahan lama.
6. Menghasilkan produk yang dapat di daur ulang.

11
22
M
AD ATER
VA I DA
NC N
E A LA
ND TIH
TO AN
P L SO
EV AL
EL SB
MPT

GEOGRAFI
N

SET 22
ANTROPOSFER

A. KUALITAS PENDUDUK
Indikator kualitas penduduk meliputi:
1. Tingkat pendidikan.
2. Tingkat kesehatan.
3. Mata pencaharian.
4. Pendapatan per kapita.

a. Tingkat Pendidikan
Penduduk Indonesia masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Jumlah masyarakat
Indonesia yang melek huruf yaitu sebesar 88% dan sisanya sebesar 12% merupakan
masyarakat yang buta huruf. Tingkat pendidikan masyarakat lulusan SD sebesar +30%,
lulusan SMP sebesar +21%, lulusan SMA sebesar +30% dan Perguruan Tinggi sebesar
+7%. Hal ini disebabkan oleh:
1. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih rendah.
2. Pendapatan masyarakat masih rendah.
3. Sarana pendidikan belum merata.

1
b. Tingkat Kesehatan
Tinggi rendahnya tingkat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari:
1. Angka kematian kasar.
2. Angka kematian ibu hamil/saat melahirkan.
3. Angka kematian bayi.
4. Umur.
5. Harapan hidup.
Tingkat kesehatan dipengaruhi oleh faktor:
1. Makanan dan gizi.
2. Lingkungan.
3. Fasilitas kesehatan.
4. Ketersediaan tenaga medis.

Kekurangan Gizi menyebabkan lost generation (generasi yang hilang), akibat dari
rendahnya ketahanan belajar, cara berfikir, dan kreativitas. Umur harapan hidup penduduk
Indonesia adalah rata-rata 72 tahun, menyebabkan jumlah penduduk lansia meningkat.

c. Mata Pencaharian
Mayoritas penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian di bidang Pertanian. Terbesar
di pertanian pangan, terkecil di perikanan. Jumlah petani gurem jumlahnya lebih banyak.
Tenaga kerja muda kurang terampil, lapangan kerja kurang banyak sehingga upah rata-
rata rendah.

d. Pendapatan Per Kapita


Pendapatan per kapita penduduk Indonesia rendah yaitu sebesar US$ 4,4, sedangkan
Singapura sebesar US$ 57,2, Brunei US$ sebesar 47,2, Malaysia sebesar US$ 14,6.
Pendapatan yang rendah juga disebabkan persebaran penduduk yang tidak merata yaitu,
penduduk miskin di pedesaaan lebih banyak daripada di perkotaan.

B. SUMBER DATA PENDUDUK


Data kependudukan dapat diketahui melalui:
1. Sensus penduduk.
2. Registrasi penduduk.
3. Survei Penduduk.

a. Sensus Penduduk
Sensus penduduk merupakan pencacahan Jiwa penduduk yang dilakukan setiap 10
tahun sekali.

2
1. Jenis Sensus Penduduk
Sensus de Facto : Sensus dengan cara menghitung jumlah penduduk yang
berada di wilayah tersebut, termasuk para pendatang (umumnya dilakukan di
kota-kota).
Sensus de Jure : Sensus dengan cara menghitung jumlah penduduk yang
benar-benar tinggal di wilayah tersebut, para pendatang tidak ikut serta
(umumnya dilakukan di desa-desa).
2. Metode Sensus Penduduk
House Holder : kepala keluarga yang mengisi daftar pertanyaan.
Canvasser : petugas sensus yang mengisi daftar pertanyaan.
3. Fungsi Sensus Penduduk
Mengetahui Jumlah penduduk dan perubahan jumlah penduduk.
Penyebaran penduduk.
Kepadatan penduduk.
Komposisi/susunan penduduk.

b. Registrasi Penduduk
Registrasi penduduk adalah pencatatan resmi dari petugas pemerintah setempat, meliputi
kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, pengangkatan anak, dan perpindahan
penduduk.

c. Survei Penduduk
Survei penduduk adalah pencacahan jiwa dengan sistem sampel dalam bentuk studi
kasus. Sifat dan perilaku penduduk di survei secara mendalam.

C. PERTUMBUHAN PENDUDUK
a. Jenis dan Rumus Pertumbuhan Penduduk
Berikut merupakan jenis dan rumus untuk menghitung pertumbuhan penduduk:
1. Pertumbuhan penduduk alami

Pertumbuhan penduduk alami = L - M

2. Pertumbuhan penduduk migrasi

Pertumbuhan penduduk migrasi = I E

3
3. Pertumbuhan penduduk sosial/total

Pertumbuhan penduduk sosial/total = ( L M ) + ( I E )

4. Jumlah penduduk akhir tahun

Pt = Po + ( L M ) + ( I E )

5. Tingkat pertumbuhan penduduk


(Pertumbuhan penduduk total) 1.000
Po

Keterangan :
Pt = Penduduk akhir tahun
Po = Penduduk awal tahun
L = Lahir
M = Mati
I = Imigrasi
E = Emigrasi

CONTOH SOAL

Pertengahan tahun 2011 jumlah penduduk negara x sebanyak 20.000.000 jiwa. Selama
tahun tersebut, lahir 800.000 bayi, angka kematian sebanyak 450.000 jiwa. Jumlah WNA
(imigrasi) sebanyak 50.000, dan jumlah TKI (Emigrasi) sebanyak 100.000 jiwa. Berapakah
angka pertumbuhan penduduk alami, migrasi, total, penduduk akhir tahun, dan tingkat
pertumbuhan?
Jawaban:
1. Pertumbuhan penduduk alami = L - M.
800.000 450.000 = 350.000 jiwa.
2. Pertumbuhan penduduk Migrasi = I E.
50.000 100.000 = (- 50.000) jiwa.

4
3. Pertumbuhan penduduk sosial/total = ( L M ) + ( I E ).
350.000 + (-50.000) = 300.000 jiwa.
4. Jumlah penduduk akhir tahun , Pt = Po + ( L M ) + ( I E ).
Pt = 20.000.000 + 350.000 + (-50.000)
= 20.000.000 +300.000
= 20.300.000 jiwa
5. Tingkat pertumbuhan penduduk.
300.000 1.000 = 15
20.000.000

Artinya, selama tahun 2011, tiap 1.000 penduduk di negara x bertambah 15 orang.

D. PROYEKSI PENDUDUK
a. Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi penduduk digunakan untuk menghitung jumlah penduduk pada tahun yang
akan datang.

Pt = Po ( I + R )n

Keterangan:
Pt = Jumlah penduduk akhir.
Po = Jumlah penduduk awal.
r = Persentase pertumbuhan penduduk.
n = Jangka waktu / jumlah waktu.

b. Proyeksi Double Time


Proyeksi ini digunakan untuk menghitung jumlah penduduk double time (dua kali lipat).
70
DT = 1 tahun
R

Keterangan :
DT = Double Time (waktu yang dibutuhkan untuk mencapai jumlah penduduk dua kali
lipat).
r = Angka pertumbuhan penduduk.

5
E. ANGKA KELAHIRAN
a. Jenis dan Rumus Menghitung Angka Kelahiran
1. Angka Kelahiran Kasar (CBR = Crude Birth Rate)
Merupakan Jumlah kelahiran hidup dari 1.000 orang dalam 1 tahun.
L
CBR = 1.000
Penduduk

CBR < 20 = rendah


20-30 = sedang
>30 = tinggi

CONTOH SOAL

Pertengahan tahun 2011, Penduduk negara x sebanyak 20.000.000 jiwa. Kelahiran


selama tahun tersebut sebanyak 800.000 jiwa. Berapakah CBR pada tahun tersebut?
800.000
CBR = 1.000 = 40
20.000.000

Artinya, pada tahun 2011 setiap 1.000 penduduk lahir 40 bayi.

2. Kelahiran Umum (GFR = General Fertility Rate)


Merupakan jumlah kelahiran hidup dari 1.000 wanita usia reproduksi (15-44 tahun)
dalam 1 tahun.
L
GFR = x 1.000
Wanita (15-44 tahun)

CONTOH SOAL

Pertengahan tahun 2011 penduduk negara x sebanyak 20.000.000 jiwa. Jumlah wanita
usia reproduksi sebanyak 4.000.000 jiwa. Jumlah kelahiran selama tahun tersebut sebanyak
800.000 jiwa. Berapakah GFR pada tahun tersebut?

800.000
GFR = 1.000 = 200
20.000.000

Artinya, pada tahun 2011 setiap 1.000 wanita usia reproduksi (15-44 tahun) lahir 200
bayi.

6
3. Angka Kelahiran Menurut Umur (ASFR/ASBR = Age Specific Fertility/Birth Rate )
Merupakan jumlah kelahiran hidup dari 1.000 wanita usia tertentu dalam 1 tahun.
L
ASFR/ASBR = 1.000
Wanita (usia tertentu)

CONTOH SOAL

Pertengahan tahun 2011 wanita usia 20-24 tahun sebanyak 2.500.000 jiwa, dari kelompok
tersebut lahir 125.000 bayi. Berapakah ASFR/ASBR pada tahun tersebut?

125.000
ASFR/ASBR = 1.000 = 50
2.500.000

Artinya, pada tahun 2011 setiap 1.000 wanita usia 20-24 tahun lahir 50 bayi.

b. Faktor Pendukung Kelahiran / Pro Natalitas


1. Kawin usia muda.
2. Pemahaman banyak anak banyak rejeki
3. Anak sebagai penerus keturunan.
4. Anak sebagai tumpuan di hari tua.
5. Penilaian tinggi terhadap anak.
6. Tingginya angka kematian bayi.

c. Faktor Pendukung Kelahiran /Anti Natalitas


1. KB (Keluarga Berencana).
2. Penundaan usia kawin.
3. Undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974, yang membatasi usia nikah.
4. Adat di Bali hanya menyediakan nama untuk 4 orang anak : Putu, Made, Nyoman,
Ketut.
5. Anak merupakan beban
6. Pembatasan tunjangan anak.

F. ANGKA HARAPAN HIDUP


Merupakan usia yang diperkirakan dapat dicapai seseorang. Misalnya, angka harapan
hidup bangsa Indonesia pada tahun 2014 adalah 74. Artinya, rata-rata usia penduduk
Indonesia pada tahun 2014 adalah 74 tahun dari usia lahir.

7
23
M
AD ATER
VA I DA
NC N
E A LA
ND TIH
TO AN
P L SO
EV AL
EL SB
MPT

GEOGRAFI
N

SET 23
ANTROPOSFER 2

A. KOMPOSISI PENDUDUK
Merupakan susunan penduduk/ pengelompokan penduduk bedasarkan kriteria tertentu
seperti:
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Pendidikan
4. Mata pencaharian
5. Tempat tinggal
6. Agama
7. Status perkawinan

a. Struktur Umur
Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian.
1. Struktur umur muda : jika kelompok usia muda (< 15 tahun) adalah 35%.
2. Struktur umur tua : jika kelompok usia muda (< 15 tahun) adalah 15%.

1
3. Komposisi penduduk muda (usia muda > usia tua), membutuhkan lapangan
pekerjaan yang banyak.
4. Bagi perencanaan pembangunan, komposisi menururt umur dapat digunakan
untuk mengetahui:
Rasio ketergantungan/ beban tanggungan.
Proporsi wanita usia subur.
Kelompok usia non produktif.
Kelompok usia produktif.

b. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Komposisi ini dapat digunakan untuk mengetahui sex ratio/nisbah jenis kelamin.

c. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan


Komposisi ini dapat digunakan untuk mengetahui:
1. Penggolongan jenis pekerjaan.
2. Persebaran jenis pekerjaan.
3. Peningkatan penghasilan pekerja.
4. Menciptakan lapangan pekerjaan.

d. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharaian


Komposisi ini dapat digunakan untuk menyelenggarakan jenis pendidikan tertentu guna
meningkatkan keterampilan.

e. Komposisi Penduduk Menurut Tempat Tinggal


Komposisi ini dapat digunakan untuk:
1. Menggambarkan persebaran penduduk.
2. Mengetahui kepadatan penduduk.
3. Menentukan jumlah fasilitas dan sarana.

f. Komposisi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin


Komposisi ini dapat menggambarkan bentuk piramida penduduk.

H. RASIO KETERGANTUNGAN
Rasio ketergantungan/dependency ratio yaitu, perbandingan jumlah penduduk non
produktif dengan jumlah penduduk produktif.

Jumlah penduduk non produktif


Rasio ketergantungan = 100
Jumlah penduduk produktif

2
Keterangan:
Non Produktif = 0-14 tahun.
Produktif = 15-64 tahun.

CONTOH SOAL

Dari 20.000.000 penduduk negara x yang berusia :


0-14 tahun = 10.000.000 jiwa.
15-64 tahun = 8.000.000 jiwa.
>64 tahun = 2.000.000 jiwa.
Berapakah rasio ketergantungan di negara x?

10.000.000 + 2.000.000
Rasio ketergantungan = 100 = 150
8.000.000

Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif menanggung beban 150 penduduk non
produktif.

I. RASIO JENIS KELAMIN (SEX RATIO)


Rasio jenis kelamin (sex ratio) yaitu, perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah penduduk perempuan.

laki-laki
Sex Ratio = 100
perempuan

CONTOH SOAL

Bedasarkan sensus penduduk DKI Jakarta tahun 2010, penduduk laki-laki sebanyak
4.650.000 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 5.000.000 jiwa. Maka sex ratio DKI
Jakarta pada tahun 2010 adalah?

4.650.000
Sex Ratio = 100
5.000.000

Artinya, setiap 100 penduduk perempuan, terdapat 93 penduduk laki-laki.

Jika sex ratio kurang dari 100, maka sex ratio-nya rendah. Hal ini akan menyebabkan:

3
1. Poligami
2. Angka kelahiran tinggi
3. Rasio ketergantungan besar

J. KEPADATAN PENDUDUK
Kepadatan penduduk atau density of population yaitu, jumlah penduduk dalam satuan
luas (km2). kepadatan penduduk suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain. Hal ini
disebabkan oleh tidak meratanya pesebaran penduduk.

a. Kepadatan Penduduk Aritmatik


Merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah.

Jumlah penduduk
Kepadatan penduduk aritmatik =
Luas wilayah (km2)

b. Kepadatan Penduduk Agraris (Netto)


Merupakan perbandingan antara jumlah penduduk petani dengan luas lahan pertanian (km2).

Jumlah penduduk petani


Kepadatan penduduk agraris =
Luas wilayah pertanian (km2)

CONTOH SOAL

Dari 2.000.000 jiwa penduduk negara x, 10.000.000 jiwa merupakan petani, 3.000.000 jiwa
pegawai dan sisanya buruh serta pengangguran. Luas wilayah negara x yaitu 5.000.000
km2, dan 100.000 km2 merupakan lahan sawah, 100.000 km2 tegalan, dan sisanya jalan,
selokan dan pemukiman. Berapakah Kepadatan penduduk secara aritmatik dan agraris
negara x?
1. Kepadatan penduduk aritmatik:
20.000.000
Kepadatan penduduk aritmatik = = 40 jiwa/km2
500.000 (km2)

2. Kepadatan penduduk agraris/netto :


10.000.000
Kepadatan penduduk agraris = = 50 jiwa/km2
200.000 (km2)

4
K. TRANSISI DEMOGRAFI
Merupakan turunnya tingkat kelahiran dan kematian secara bertahap, dari tingkat yang
tinggi ke tingkat yang lebih rendah.
Tahap Kelahiran Kematian Pertumbuhan Alami
I Stasioner Tinggi Tinggi Tinggi Nol
Awal
II Tinggi Menurun Lambat
Perkembangan

Akhir Menurun lebih cepat


III Menurun Cepat
perkembangan dari pada kelahiran

IV Stasioner rendah Rendah Rendah Nol

Lebih tinggi dari pada


V Menurun Rendah Negatif
kelahiran

L. DINAMIKA PENDUDUK
Dinamika penduduk adalah perubahan jumlah penduduk. Dinamika penduduk dapat
dipengaruhi oleh:
1. Kelahiran (Natalitas).
2. Kematian (Mortalitas).
3. Perpindahan/Migrasi (Transmigrasi, Urbanisasi, Ruralisasi, Sirkulasi, Imigrasi,
Emigrasi, dan Remigrasi).

M. MOBILITAS PENDUDUK
Mobilitas penduduk yaitu gerak perpindahan penduduk.

a. Mobilitas Vertikal
Merupakan gerak perpindahan status sosial penduduk.

b. Mobilitas Horizontal
Merupakan gerak perpindahan tempat. Mobilitas horizontal meliputi:
1. Imigrasi : masuknya seseorang ke suatu negara dan menetap di sana.
2. Emigrasi : keluarnya seseorang dari sebuah negara dan menetap di
negara tujuan.
3. Remigrasi : keluarnya seseorang dari suatu negara dan menetap di
negara tujuan, kemudian kembali ke negara asalnya.

5
4. Transmigrasi : perpindahan penduduk dari daerah padat penduduk ke
daerah yang lebih jarang penduduk.
5. Urbanisasi : perpindahan penduduk dari desa ke kota.
6. Ruralisasi : perpindahan penduduk dari kota ke desa.
7. Sirkulasi/sirkuler : mobilitas penduduk musiman dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, bekerja ke kota sambil menunggu musim panen,
dan saat musim panen tiba penduduk kembali ke desa.
8. Penglaju/Commuter : mobilitas penduduk dalam waktu satu hari, seperti pagi hari
bekerja di kota namun sore hari kembali kerumah.
9. Evakuasi : perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain
atau dari suatu wilayah ke wilayah lain, untuk menghindari
bahaya atau bencana.

Mobilitas horizontal terdiri dari 2 jenis yaitu


1. Mobilitas permanen/migrasi
Migrasi Intern/nasional: transmigrasi, urbanisasi, ruralisasi.
Migrasi ekstern/internasional: imigrasi, emiigrasi, dan remigrasi.
2. Mobilitas non permanen/sirkuler.
Sirkulasi.
Penglaju/Commuter.

c. Jenis-Jenis Migrasi
1. Transmigrasi
Perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah laindalam satu negara. Orang
yang melakukan transmigrasi disebut transmigran. Tansmigrasi memiliki bebrapa
macam yaitu:
Transmigrasi umum: biaya dari pemerintah.
Transmigrasi spontan/Swakarsa Mandiri: biaya sendiri (kesadaran penduduk),
pemerintah menyediakan lahan di tempat tujuan.
Transmigrasi lokal: Transmigrasi dalam suatu wilayah (Provinsi)
Transmigrasi khusus: Transmigrasi Khusus ABRI, khusus tenaga-tenaga ahli.
Transmigrasi bedol desa: Transmigrasi yang memindahkan seluruh warga
dan aparat desa karena alasan tertentu seperti: bencana alam, terkena proyek
pembangunan pemerintah.

6
Tujuan Transmigrasi:
Pemerataan penyebaran penduduk.
Mengatasi pengangguran di Pulau Jawa.
Meningkatkan produktivitas daerah.
Meningkatkan Hankamnas.
Daerah Asal Transmigrasi:
Tandus
Padat penduduknya.
Tertimpa bencana/rawan bencana.
Terkena proyek pemerintah.
Kegagalan Transmigrasi:
Penduduk sulit meninggalkan tempat kelahirannya.
Tradisi makan nggak makan asal kumpul.
Ingin mati di tanah kelahiran.
Budaya melestarikam tanah leluhur.

2. Urbanisasi
Urbanisasi dapat didefinisikan sebagai berikut:
Perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Perubahan suasana desa ke kota.
Perubahan gaya hidup desa ke gaya hidup kota.
Perkembangan/perluasan/pemekaran wilayah kota.

Penyebab Urbanisasi:
Faktor Pendorong Urbanisasi.
Di desa lapangan kerja sedikit.
Di desa lahan semakin sempit.
Di desa sulit memasarkan hasil produksi.
Di desa kurang sarana pendidikan.
Di desa upahnya rendah.
Faktor Penarik Urbanisasi.
Di kota banyak lapangan kerja.
Di kota mudah memasarkan hasil produksi.
Di kota banyak fasilitas pendidikan, kesehatan, hiburan, dll.
Di kota banyak kesempatan mengembangkan karir.
Di kota upahnya lebih tinggi.

7
Dampak Urbanisasi Bagi Kota Yang Didatangi.
Banyak pemukiman kumuh (slum area).
Sulit menata ruang di wilayah kota.
Pencemaran kota.
Kebisingan kota.
Bahang yang merupakan pencemaran yang diakibatkan oleh mesin-
mesin pabrik dan kendaraan serta CO2.

Dampak Urbanisasi Bagi Desa Yang Ditinggalkan.


Lahan pertanian tidak terurus.
Berkurangnya tenaga kerja di desa.
Perkembangan desa semakin tertinggal.

Usaha Mencegah Urbanisasi.


Desentralisasi industri.
Meningkatkan industri rumah tangga.
Mendirikan KUD.
Memperlancar sarana transportasi dan informasi antara desa-kota.
Pengarahan dan penyuluhan.

3. Mobilitas Non Permanen.


Merupakan gerak perpindahan tempat tanpa menetap di daerah tujuan.
terdiri dari sirkulasi dan penglajuan (commuter). Faktor-faktor penyebab mobilitas
non permanen ini adalah:
Faktor Sentifugal.
Yaitu faktor yang mendorong penduduk untuk meninggalkan daerahnya.
Faktor Sentripetal.
Yaitu faktor yang mengikat penduduk untuk tetap tinggal di daerahnya.
Sarana transportasi yang memadai.
Tingginya biaya hidup di kota.

N. PIRAMIDA PENDUDUK
Piramida penduduk adalah piramida yang menggambarkan komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin.

8
a. Piramida Kerucut/Muda/Expansive.

1. Kondisi penduduk berkembang/bertumbuh.


2. Pertumbuhan penduduk cepat.
3. Kelahiran > kematian.
4. Kelahiran tinggi, CBR > 30 per seribu jiwa.
Skema bentuk dasar piramida ekspansif Kematian tinggi, CDR > 20 per seribu jiwa.
5. Usia muda > usia tua.
6. Rasio ketergantungan besar.
7. Kelompok umur semakin tua semakin
berkurang jumlahnya.
8. Butuh lapangan kerja luas.

b. Piramida Nisan/Tua/Dewasa
1. Kondisi penduduk semakin berkurang.
2. Pertumbuhan penduduk lambat.
3. Kelahiran < kematian.
4. Usia muda < usia tua.
5. Rasio ketergantungan kecil.
Skema bentuk dasar piramida konstruktif 6. Kelompok umur semakin tua semakin
bertambah jumlahnya.
7. Butuh TKW dan TKI.

c. Piramida Stasioner/Tetap
1. Kondisi penduduk tetap/stabil.
2. Pertumbuhan penduduk tetap/stabil.
3. Kelahiran dan kematian seimbang.
4. Kelahiran rendah, CBR < 20 per seribu jiwa.
Kematian rendah, CDR < 10 per seribu jiwa.
Skema bentuk dasar piramida stasioner 5. Usia muda dan usia tua seimbang.
6. Rasio ketergantungan nol.

9
Keterangan:
1. Sumbu vertikal distribusi umur.
2. Sumbu horizontal untuk jumlah penduduk, dapat berupa jumlah absolut
maupun persentase.
3. Dasar piramida untuk umur tua sering disebut dengan sistem open end interval
yang artinya, misal untuk umur 75, 76, 77, 78, dan seterusnya, cukup dituliskan
75+.
4. Bagian sebelah kiri untuk penduduk laki-laki dan bagian sebelah kanan untuk
penduduk perempuan.
5. Besarnya balok diagram untuk masing-masing kelompok umur harus sama.

Kegunaan Piramida Penduduk.


1. Dapat mengetahui komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.
2. Dapat mengetahui jumlah penduduk.
3. Dapat mengetahui rasio ketergantungan (dependency ratio).
4. Dapat mengetahui usia non produktif, usia produktif dan improduktif.
5. Dapat mengetahui sex ratio (rasio jenis kelamin).
6. Dapat mengetahui model pertumbuhan penduduk.
7. Dapat mengetahui struktur penduduk.
8. Dapat meramalkan jumlah penduduk di masa yang akan datang.
9. Dapat menganalisis program KB.
10. Dapat menganalisis program tenaga kerja.

10
24
M
AD ATER
VA I DA
NC N
E A LA
ND TIH
TO AN
P L SO
EV AL
EL SB
MPT

GEOGRAFI
N

SET 24
KERAGAMAN BUDAYA DAN KEARIFAN DALAM MEMANFAATKAN SUMBER
DAYA ALAM (SDA)

A. PENGARUH GEOGRAFI TERHADAP KERAGAMAN BUDAYA LOKAL


a. Sumber Daya Budaya
1. Unsur Fisik
Berupa benda-benda peralatan dan benda-benda peninggalan purbakala.
2. Unsur Non Fisik
Berupa mata pencaharian, tradisi, adat istiadat, kesenian, bahasa, sistem religi,
organisasi sosial.

b. Kondisi Geografi Mempengaruhi Unsur Fisik dan Non Fisik Suatu Budaya
Kondisi geografi meliputi, kondisi topografi, kondisi iklim disik/iklim lokal/kondisi tanah
yang beragam dan keberagaman kondisi geografi menyebabkan timbulnya beragam
budaya lokal. Contoh: di daerah pantai mata pencaharian penduduknya nelayan,
peralatannya sampan, dayung, jaring, obor/lampu. Kebiasaannya melaut bergotong
royong mengambil ikan yang besar dan mengembalikan ikan yang kecil.

c. Kondisi Geografi Membentuk Keragaman Suku/Etnis


Kondisi geografi Indonesia yang berbentuk kepulauan memaksa masyarakat untuk
menempati daerah dengan kondisi yang berbeda-beda sehingga membentuk berbagai

1
macam suku/etnis dengan budaya yang beragam seperti, perbedaan bahasa, adat istiadat,
dan tradisi.

B. KEARIFAN LOKAL
a. UU. No. 32 Tahun 2009
Kearifan lokal yaitu, nilai-nilai luhur yang dianit masyarakat tertentu untuk mengelola dan
melindungi lingkungan hidupnya agar tetap lestari.
b. Fungsi Kearifan Lokal
1. Untuk konservasi/pelestarian alam.
2. Untuk membangun SDM yang cinta lingkungan.
3. Untuk pedoman hidup masyarakat dalam melakukan aktivitasnya.

C. BENTUK KEARIFAN LOKAL DALAM PELESTARIAN SDA

a. Nyabuk Gunung
Merupakan kegiatan menyabuk lereng gunung dengan terasering. Dilakukan oleh
masyarakat Jawa dan Bali yang tinggal di lereng-lereng gunung atau pegunungan.

b. Hutan Larangan
Merupakaan larangan pada masyarakat kampung Naga Jawa Barat untuk memasuki
hutan. Jika ada yang masuk kedalam hutan, maka akan celaka.

c. Menanam Pohon dan Menanam Batu Kapur


Kegiatan menanam pohon dan menata batu kapur di sekeliling dolina/danau karst.
Tujuannya adalah agar air danau tidak cepat habis di musim kemarau dan tidak kotor
dimusim hujan.

d. Subak
Merupakan kelompok masyarakat Bali yang mengelola sistem irigasi untuk pertanian.

e. Sistem Bera
Masyarakat Kalimantan Barat memberi waktu istirahat pada lahan pertanian yang telah
digunakan.

f. Tana ulen
Kegiatan masyarakat suku Dayak Kalimantan Timur mengambil hasil hutan dari Tana
Ulen untuk kepentingan umum. Dilarang menebang pohon dan membakar hutan untuk
ladang.

2
g. Mitos Terhadap Pohon-Pohon Keramat
Dengan adanya mitos ini banyak pohon yang tidak ditebangi.

h. Tradisi Nelayan
Tradisi mengembalikan sepasang ikan ke laut sebagai bentuk terima kasih kepada laut.

D. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BUDAYA NASIONAL

a. Arti Globalisasi
Globalisasi artinya mendunia, menyebar ke berbagai negara sehingga batas budaya antar
negara menjadi samar.

b. Pemicu Globalisasi
Globalisasi dipicu oleh teknologi komunikasi dan transportasi yang canggih, sehingga
pesebarannya meluas.

c. Sarana Globalisasi Yang Memengaruhi Budaya Nasional


1. Media massa.
2. Komunikasi.
3. Transportasi.
4. Perdagangan internasional.
5. Pariwisata internasional.
6. Migrasi internasional.
7. Kerjasama antar negara.

d. Akibat Adanya Sarana Globalisasi


Dari ke 7 sarana globalisasi tersebut dapat menyebebkan unsur budaya dan paham-
paham dari luar masuk ke Indonesia. Paham-paham tersebut yaitu:
1. Individualisme.
2. Materialisme.
3. Sekularisme.
4. Hedonisme

e. Akibat Tidak Meratanya Globalisasi


Karena tidak semua masyarakat dapat menerima globalisasi, akibatnya terjadi:
1. Kesenjangan budaya/cultural lag.
2. Gegar Budaya/cultural shock.

3
E. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PELESTARIAN SDA

a. Teknologi Pengelolaan SDA Yang Canggih


Teknologi pengelolaan SDA yang makin canggih, mengakibatkan eksploitasi SDA secara
berlebihan sehingga merusak lingkungan.

b. Komoditas Luar Negeri


Masuknya komoditas impor, mengakibatkan timbulnya pola hidup konsumtif. Industri
lokal terancam punah dan kecintaan terhadap produk dalam negeri luntur.

c. Transportasi Meningkat
Peningkatan penggunaan alat transportasi, mengakibatkan peningkatan penggunaan
bahan bakar dan pencemaran lingkungan.

F. POTENSI BUDAYA LOKAL SEBAGAI BENTUK EKONOMI KREATIF

a. Pengertian Ekonomi Kreatif


Ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi yang input dan outputnya berasal dari ide/
gagasan.

b. Tujuan Ekonomi Kreatif


Tujuannya adalah mempromosikan dan melestarikan budaya lokal.

c. Sumber Daya Budaya Yang Menjadi Bagian Ekonomi Kreatif


1. Atraksi tarian tradisional
Tari saman, kuda lumping, tari kecak, sendra tari ramayana, jaipong, tor-tor.
2. Musik tradisional
Tarling, gamelan, angklung, gambang kromong.
3. Alat musik tradisional
Sasando, tifa.
4. Kesenian tradisional
Ondel-ondel, reog ponorogo, lompat batu, debus.
5. Ritual Tradisional
Prosesi pemakaman di Tana Toraha, sedekah laut di Yogyakarta, sedekah bumi di
Bromo.
6. Kain tradisional
Batik Jawa, ulos Tapanuli, kain songket, dan tenun ikat Nusa Tenggara.
7. Permainan Tradisional
Karapan sapi Madura, sepak takraw Sulawesi.

4
8. Makanan Tradisional
Gudeg Yogya, papeda Papua, ayam Betutu Bali.
9. Rumah Adat
Rumah Joglo Jawa Tengah, rumah bolon Tapanuli, rumah gadang Sumater Barat,
rumah Tongkonan Sulawesi.
10. Kampung adat Bena NTT yang berbentuk perahu.

G. KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SDA PERTANIAN, PERTAMBANGAN DAN


INDUSTRI

a. Kearifan dalam Pemanfaatan SDA Pertanian


1. Memanfaatkan SDA pertanian dengan meminimalkan dampak negatif
terhadap lingkungan.
2. Mengutamakan penggunakan SDA hayati yang ramah lingkungan.
3. Melakukan diversifikasi pertanian / usaha tani terpadu, seperti
Agroforestry/wana tani: menanam tanaman pertanian/tanaman musiman dan
tanaman tahunan/hutan secara bersamaan.
Agrofisher/mina tani: menanam tanaman pertanian dan perikanan.
Agropasture: menanam tanaman pertanian dan rumput pakan ternak.
4. Tidak menggunakan secara berlebihan
Sistem pengolahan tanah modern.
Bibit unggul hasil rekayasa genetika.
Pupuk kimia/pupuk anorganik.
Pestisida dan herbisida sebagai pemberantas hama, penyakit dan gulma.
Sistem penanaman monokultur.
5. Melakukan konservasi lahan
Dengan cara vegetatif (untuk pengawetan tanah):
Penghijauan.
Reboisasi.
Tanaman searah garis kontur (contour strip cropping).
Tanaman penutup lahan (cover crop).
Tanaman bergilir (crop rotation).
Tanaman pelindung di akhir panen.
Penggunaan serasah (mulching).
Pemberian pupuk organik.
Dengan cara mekanik (untuk mencegah erosi dan meningkatkan daya serap air ke
dalam tanah):
Mengolah tanah sejajar garis kontur (countour tillage).
Membajak tanah mengikuti garis kontur (contour bloughing).

5
Membuat teras pada lereng /teraserring/ sengkedan.
Membuat tanggul/galengan/guludan.
Membuat check dam, untuk membendung aliran air. Berupa rorak/parit.
Membuat saluran pelepasan air.
Dengan cara kimia:
Menambah senyawa garam pada tanah.

b. Kearifan dalam Pemanfaatan SDA Pertambangan


1. Eksplorasi pertambangan menggunakan teknologi tepat guna yang ramah
lingkungan.
2. Eksplorasi pertambangan harus berprinsip bahwa pertambangan merupakan
aset generasi yang akan datang.
3. Penambangan secara efisien.
4. Mendistribusikan hasil tambang secara adil.
5. Mempertahankan manfaat pertambangan.
6. Memperkecil dampak negatif dari kegiatan pertambangan seperti:
Pencemaran logam berat, emisi udara, debu.
Pencemaran air dan tanah, kebisingan.
Radiasi yang meningkat akibat energi yang meningkat.
Pelumpuran sungai dan longsor.
Perusakan situs arkeologi.

c. Kearifan dalam Pemanfaatan SDA Industri


1. Penggunaan SDA terbarukan sebagai bahan baku, tidak boleh melebihi masa
pembaruan SDA tersebut.
2. Penggunaan SDA tidak terbarukan, tidak boleh melebihi jumlah penggantinya
yang terbarukan.
3. Polusi yang dihasilkan tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi lingkungan.
4. Melaksanakan baku mutu limbah cair, yaitu batas maksimum limbah cair yang
boleh dibuang ke lingkungan alami.
5. Tanggung jawab terhadap efek domino dan memberikan kontribusi positif.

H. PEMANFAATAN SDA DENGAN PRINSIP EKOEFISIENSI

a. Arti Prinsip Ekoefisiensi


Merupakan penggunaan SDA secara efisien dan menjaga kelestarian ekosistem.

6
b. Prinsip Ekoefisiensi dalam Menggunakan SDA
1. Pengolahan tanah minimal.
2. Melestarikan lahan potensial dengan metode vegetatif, mekanik dan kimia.
3. Tidak melakukan alih fungsi lahan.
4. Memperhatikan kemampuan lahan dengan kesesuaian tanaman.
5. Tidak menebang hutan diikuti dengan reboisasi.
6. Melaksanakan sistem tebang pilih.
7. Penebangan hutan diikuti oleh reboisasi.
8. Menciptakan ruang terbuka hijau dan biopori untuk menyimpan cadangan air.
9. Tidak membuang MCK, sampah, limbah ke sungai, kecuali sudah dinetralkan.
10. Menjaga jarak antara sumur dengan WC atau tempat sampah, + 15m.
11. Tidak membuang limbah langsung ke laut
12. Melarang menggunakan pukat harimau, bahan peledak dan racun di laut.
13. Membatasi jumlah hasil tangkapan dan waktu tangkapan ikan di laut.
14. Meminimalkan penggunaan bahan bakar fosil, dan menciptakan bahan bakar
alternatif.
15. Ekspor barang tambang dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi, bukan
dalam bentuk bahan mentah.
16. Menggalakkan eksplorasi, untuk menemukan daerah tambang baru sebagai
cadangan.
17. Efisiensi bahan baku dan energi.
18. Menghasilkan produk yang tahan lama.
19. Menghasilkan produk yang dapat didaur ulang.
20. Mengutamakan SDA yang dapat diperbaharui.
21. Melaksanakan AMDAL.

I. EKOLABEL

a. Arti Ekolabel
Ekolabel adalah label/tanda yang ada pada suatu produk atau kemasan.

b. Fungsi Ekolabel
Untuk memberi informasi kepada konsumen, bahwa produk tersebut memenuhi standar,
dan memberi dampak lingkungan yang lebih kecil dibandingkan dengan produk lain
yang sejenis tanpa ekolabel.

7
c. Contoh Ekolabel
No. Negara Ekolabel
1 Indonesia Ramah Lingkungan
2 Singapura, Hongkong Green Label
3 Jerman Blue Angel
4 Jepang Eco Mark
5 Amerika Serikat Green Seal

e. Keuntungan Penggunaan Ekolabel


1. Memberi citra yang positif terhadap produk (brand).
2. Mendorong konsumen untuk memilih produk yang ramah lingkungan.
3. Meningkatkan daya saing produk.
4. Meningkatkan efisiensi penduduk melalui program 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

8
25
M
AD ATER
VA I DA
NC N
E A LA
ND TIH
TO AN
P L SO
EV AL
EL SB
MPT

GEOGRAFI
N

SET 25
PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

A. PENGERTIAN LINGKUNGAN HIDUP


a. Menurut UU. No. 33 Tahun 1997
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan sumber dayanya.
b. Bedasarkan Wujud Benda
Lingkungan hidup meliputi benda hidup/lingkungan biotik dan benda mati/lingkungan
abiotik.
c. Bedasarkan Sumber Daya
Lingkungan hidup meliputi SDA, SDM, SDB.

B. PENCEMARAN LINGKUNGAN
a. Menurut UU. No. 32 Tahun 2009
Pencemaran lingkungan adalah masuknya unsur-unsur baru atau meningkatnya unsur-
unsur tertentu melalui kegiatan manusia, hingga melampaui baku mutu lingkungan
hidup.

b. Dampak Pencemaran Lingkungan


Pencemaran lingkungan dapat menimbulkan gangguan ringan hingga berat terhadap
kualitas lingkungan.

1
c. Macam-Macam Pencemaran Lingkungan
1. Pencemaran Udara.
Penyebabnya:
Pembakaran fosil/migas dan batu bara.
Pembakaran hutan.
Pembakaran sampah.
CFC
Akibatnya:
Efek rumah kaca.
Menipisnya lapisan ozon.
Hujan asam.

2. Pencemaran Air.
Penyebabnya:
Zat kimia : Limbah industri, pupuk an-organik, pestisida, detergen yang sulit
dinetralkan.
Pembusukan sampah organik, mengurangi oksigen.
Endrin, DDT yang sulit di netralkan.
Akibatnya:
Persediaan air bersih kurang.
Kehidupan biota air terganggu.
Baku Mutu Air:
Golongan A: air minum tanpa pengolahan.
Golongan B: air yang diolah umtuk air minum.
Golongan C: air yang diolah untuk air minum dan kebutuhan rumah tangga.
Golongan D: air untuk pertanian, industri, dan PLTA.

3. Pencemaran Tanah.
Penyebabnya:
Limbah industri, limbah pertambangan, pestisida, tumpahan minyak.
Sampah plastik, kertas, kaleng, botol, besi bekas.
Pestisida, DDT, pupuk pabrik.
Infiltrasi air laut.
4. Pencemaran Suara.
Penyebabnya:
Suara mesin industri/mesin pabrik.
Suara motor, mobil, kereta api, pesawat.
Suara klakson, sirine.

2
Akibatnya:
Kebisingan.
Gangguan syaraf, jantung dan gelisah.

5. Pencemaran Suhu Panas/Thermal Pollution


Penyebabnya:
Limbah Radioaktif : Aradiasi elektromagnetik.
Limbah mesin industri.
Pembangkit tenaga listrik.

C. KERUSAKAN LINGKUNGAN
a. Penyebabnya
1. Banjir.
2. Tanah longsor.
3. Pencemaran.
4. Letusan gunung.
5. Gempa bumi.
6. Angin topan dan angin putting beliung.
7. Musim kemarau panjang.
8. Tsunami.

D. PELESTARIAN BIOGEOKIMIA
Pelestarian biogeokimia dilakukan dengan melestarikan tanaman, tanah, dan air.
Prosesnya yaitu:
a. Tanaman Mati
Tanaman yang mati akan mengalami pelapukan. Jika oksigen dalam tanah banyak, maka
pelapukan bahan organik pada tanah berlangsung cepat dan menghasilkan senyawa
kimia berupa karbon, nitrogen, fosfor, dan sulfur. Semakin banyak oksigen tanah, semakin
banyak karbon yang teroksidasi (bersenyawa dengan oksigen).
b. Fungsi Nitrogen dalam Pelapukan
Nitrogen berasal dari udara/atmosfer, lalu masuk ke tanah melalui curah hujan. Berfungsi
sebagai pembentuk protein, klorofil, meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan mikroorganisme dalam tanah yang membantu pelapukan bahan organik.
c. Fungsi Fosfor dalam Pelestarian Tanah
Fosfor berasal dari sisa tanaman/bahan organik dan dari pelapukan batuan menjadi tanah.

3
Berfungsi mempercepat pertumbuhan akar, memperkokoh tanaman dan meningkatkan
produksi biji-bijian.
d. Sulfur Berasal dari Tanah
e. Fungsi Pelestarian Biogeokimia
Pelestarian tanaman, tanah dan air (biogeokimia), akan menjamin kelangsungan siklus
hidrologi dan siklus C.N.P.S.

E. PELESTARIAN LINGKUNGAN
a. Upaya Pelestarian Hutan
1. Hutan lindung yaitu, suatu kawasan yang bertujuan melindungi tata air dan tanah
pada suatu kawasan tertentu.
2. Taman nasional yaitu, sistem pengelolaan terpadu yang meliputi perlindungan,
pengawetan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya hayati yang terdapat di
dalamnya. Contoh taman nasional di indonesia yaitu, Taman Nasional gunung Leuser
di Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di
Jawa Barat.
b. Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Bentuk pelestarian keanekaragaman hayati sifatnya perlindungan terhadap makhluk
hidup. Contohnya: suaka marga satwa (perlindungan hewan-hewan langka), cagar alam
(perlindungan hewan dan tumbuhan), dan adanya daerah-daerah konservasi.
c. Upaya Pelestarian Sumber Daya Udara
Pelestarian udara dapat dilakukan melalui pengurangan pengguanaan berbagai alat/
mesin yang memiliki gas buang terutama karbondioksida (CO2) yang berasal dari
asap kendaraan bermotor, industri, dan gas buang hasil pembakaran lainnya. Untuk
mengurangi kadar pencemaran karbondioksida (CO2) di udara, dapat dilakukan dengan
melakukan penghijauan dan melestarikan hutan karena tumbuhan dapat berfungsi
sebagai penyaring udara melalui proses fotosintesis yang dilakukan tumbuhan melalui
mulut daun (stomata).
d. Upaya Pelestarian Tanah dan Sumber Daya Air
Pelestarian sumber daya air dilakukan dengan mencegah pencemaran, merawat dan
membersihkan pintu-pintu air, dan menghemat air. Hutan-hutan di sekitar sungai, danau,
mata air, dan rawa perlu dipertahankan luas dan kelestariannya. Upaya untuk mengurangi
pencemaran sungai, di antaranya melalui pelaksanaan program kali bersih (prokasih)
pada sungai-sungai yang tercemar.

4
F. PENGERTIAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Pembangunan berwawasan lingkungan juga dikenal dengan pembangunan berkelanjutan
(sustainable development), yaitu pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, efisien dan
memperhatikan kepentingan generasi masa kini, serta generasi yang akan datang.
Konsep pembangunan berkelanjutan yaitu:
1. Gagasan Kebutuhan.
2. Gagasan Keterbatasan.

Hal-hal penting dalam pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan antara lain


sebagai berikut:
1. Proses pembangunan hendaknya berlangsung terus-menerus dengan ditopang
kualitas lingkungan dan kualitas manusia yang berkembang secara berkelanjutan.
2. Pembangunan meningkatkan kesejahteraan generasi sekarang tanpa mengurangi
kesejahteraan generasi yang akan datang.
3. Lingkungan hidup memiliki keterbatasan sehingga dalam pemanfaatannya akan
mengalami pengurangan.
4. Semakin baik kualitas lingkungan, maka semakin baik pula pengaruhnya terhadap
kualitas hidup. Hal ini tercermin antara lain pada meningkatnya usia harapan
hidup.
5. Penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dilakukan sehemat
mungkin dan dilakukan pengembangan sumber daya alternatif.

G. CIRI-CIRI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


1. Menggunakan pendekatan integratif.
2. Menggunakan pendekatan jangka panjang.
3. Menjamin pemerataan dan keadilan.
4. Menghargai keanekaragaman hayati.

H. SIKAP YANG MENCERMINKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


1. Pembangunan yang dilaksanakan mampu meminimalkan kerusakan dan
pencemaran lingkungan.
2. Pembangunan yang dilaksanakan memperhatikan keseimbangan antara lingkungan
fisik dan lingkungan emosi.

5
3. Pembangunan yang dilaksanakan mampu mengendalikan pemanfaatan sumber
daya alam secara efektif, efisien dan bijaksana.
4. Pembangunan yang dilaksanakan mendasar pada nilai-nilai kemanusiaan serta
memperhatikan moral atau nilai-nilai adat yang dianut dalam masyarakat.
5. Pembangunan yang dilaksanakan harus memiliki sifat-sifat fundamental dan ideal
serta berjangka pendek dan panjang.
6. Pembangunan yang dilaksanakan mampu memperluas lapangan dan kesempatan
kerja.
7. Pembangunan yang dilaksanakan mampu meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan rakyat.
8. Pembangunan yang dilaksanakan harus mampu melakukan pemerataan atau
keseimbangan kesejahteraan hidup antar golongan dan antar daerah.
9. Pembangunan yang dilaksanakan mampu menunjukkan peningkatan produksi
nasional dengan ditunjukkan dalam tingkat laku pertumbuhan ekonomi nasional
yang tinggi.
10. Pembangunan yang dilaksanakan harus berpedoman untuk selalu mempertahan-
kan stabilitas politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan nasional.
Pembangunan berwawasan lingkungan yang diterapkan di Indonesia, hakikatnya
bercirikan pada keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan
masyarakat, dan manusia dengan alam.

Você também pode gostar