Você está na página 1de 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Bronchitis adalah salah satu penyakit pada paru-paru yang peradangannya menyerang
bronchus dengan prevalensi kesakitan di Indonesia cukup besar jumlahnya. Hal ini disebabkan
karena peningkatan pertumbuhan industry yang mengakibatkan terjadinya polusi udara, juga
meningkatnya angka perokok terutama di usia remaja dan produktif.
Biasanya penyakit bronchitis ini mengalami batuk-batuk kering, nafas agak sesak lama-
kelamaan batu disertai juga adanya peningkatan suhu tubuh. Bronchitis adalah suatu penyakit
yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus local yang bersifat patologis dan berjalan kronik.
Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus
berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena
umumnya bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi.
Bronchitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama pada seorang pasien,
dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap
yang dinamakan cronik obstructive pulmonary disease (COPD). Bronkitis kronik termasuk
kelompok penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Penyakit ini merupakan penyebab kemati
urutan ke lima (Abdul Waris Aly Imran, 2008)

1.2. TUJUAN

- Umum :

Kita bisa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan keperawatan
secara komprehensif terhadap klien bronchitis kronis.

- Khusus :

Setelah melakukan pembelajaran tentang asuhan keperawatan dengan bronchitis kronis. Maka,
mahasiswa diharapkan mampu :
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan bronchitis kronis
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan bronchitis kronis
3. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan bronchitis kronis

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. DEFENISI

BRONKHITIS KRONIS, merupakan penyakit di saluran nafas yang diakibatkan oleh


reaksi peradangan yang berlangsung lama dan selanjutnya akan berkembang menjadi Penyakit
Paru Obstruktif Menahun (PPOM), karena kelainan yang ada di selaput lender akan
menimbulkan gejala berupa penyumbatan.
Bronkhitis adalah hipersekresi mucus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama
3 bulan per tahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui
tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490)

Defenisi Bronkhitis Kronis Menurut Beberapa Ahli :


Bronkhitis Kronis adalah gangguan pernapasan atau inflamasi jalan nafas dan
peningkatan produksi sputum mukoid menyebabkan ketidak cocokan ventilasi perfusi
dan penyebab sianosis. (Sylvia A Price)
Bronkhitis Kronis adalah penyakit atau gangguan pernapasan paru obstruktif yang
ditandai dengan produksi mucus yang berlebih (Sputum Mukoid) selam kurang 3 bulan
berturut-turut dalam 1 tahun untuk 2 tahun berturut-turut (Elizabeth J Corwin)
Bronkhitis Kronis secara fisiologis di tandai oleh hipertrofi dan hipersekresi kelenjar
mukosa bronchial, dan perubahan structural bronki serta bronchioles. Bronchitis Kronis
dapat disebabkan oleh iritan fisik atau kimiawi (misalnya, asap rokok, polusi udara) atau
disebabkan infeksi (bakteri atau virus)
Secara harafiah bronchitis dapat digambarkan sebagai penyakit gangguan respiratorik
dengan gejala utama adalah batuk. Ini berate bronchitis bukan merupakan penyakit yang
berdiri sendiri, tetpi juga penyakit lain yang bronchus sebagai pemegang peran
(Perawatan Anak Sakit, EGC, 1995)

2.2. ETIOLOGI
Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah
penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok
dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok
berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mucus bronkus dan metaplasia skuamus
epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang
kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling
banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.

Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai factor penyebab, tetapi bila ditambah
merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis
adalah zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon,
aldehid, ozon
Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah peningkatan sekresi bronkus tampaknya
mempengaruhi bronchiolus yang kecil-kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus
tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Factor etiologi pertama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat
pada daerah industry. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan
pagositosis, sehingga timbunan mucus meningkat sedangkan mekanisme
pertahanannya sendiri melemah.
Mucus yang berlebihan terjadi akibat dysplasia. Sel-sel penghasil mucus di bronchus.
Selai itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mucus dan sel-sel silia ini
mengganggu system ekskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mucus
dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

Bronchitis Kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh,
yaitu :
1. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun
miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronchus melemahkan daya tahan sehingga
infeksi bakteri mudah terjadi.
2. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan sumber bakteri yang
dapat menyerang dinding bronchus.
3. Dilatasi bronchus (bronklnektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding
bronchus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
4. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lender bronchus sehingga
drainase lender terganggu. Kumpulan lender merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.
Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit ini terjadi antara lain :
1. Kebiasaan merokok
2. Pencemaran / polusi udara
3. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja
4. Riwayat infeksi saluran nafas
5. Bersifat genetic
6. Jangkitan paru-paru berulang seperti pneumonia, virus, tibi, dll.

2.3. MANIFESTASI KLINIS

1) Batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab
2) Sering mengalami infeksi saluran nafas (seperti misalnya pilek atau flu) yang dibarengi
dengan batuk
3) Gejala bronkitis akut lebih dari 2-3 minggu
4) Demam tinggi
5) Sesak nafas jika saluran tersumbat
6) Produksi dahak bertambah banyak berwarna kuning atau hijau

2.4. MASALAH YANG LAZIM MUNCUL

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d bronkokonstriksi, peningkatan produksi lendir,


batuk tidak efektif, dan infeksi bronkopulmonal
2) Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan, hiperventilasi paru, deformitas
dinding dada
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d laju metabolic, anoreksia,
mual/muntah, dispnea, kelemahan
4) Hipertermi b.d pemajanan lingkungan yang panas, proses penyakit peradangan.
2.5 PATOFISIOLOGI

Saluran nafas dalam Invasi virus respiratory


sinsitial, adenon virus
parainfluinsa,
Gangguan pembersih di rhinovirus, allergen,
Hipertermi paru-paru emosi/stress, obat-
obatan, infeksi, asap
Radang / inflamasi pd Radang bronkial rokok
bronkuse

Akumulasi mukus Produksi mukus Kontriksi berlebihan

Timbul reaksi balik Edema/pembengkakan Hiperventilasi paru


pada mukosa/secret >>

Pengeluaran energy Atelektasis


berlebihan Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Hipoxemia
Kelelahan
Intoleransi aktivitas
Kompensasi frekwensi
Anoreksia nafas
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Ketidakefektifan pola
nafas

Você também pode gostar