Você está na página 1de 8

PENGARUH KEBUDAYAAN

TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI


MASYARAKAT PEDESAAN
7052012
Abstrak

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum
dan adat-istiadat dan lain-lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, larangan-
larangan dan tindakan-tindakan yang diizinkan. Kebudayaan itu bersifat spesifik sebab aspek ini
menggambarkan pola kehidupan. Setiap kesatuan masyarakat pola kehidupannya berbeda. Masyarakat
adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan. Mereka merupakan suatu sistem
hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok
merasa dirinya terikat satu dengan lainnya. Keterikatan ini menyebabkan kebudayaan memiliki pengaruh
bagi setiap perilaku masyarakat. Dalam makalah ini, saya akan menganalisis pengaruh-pengaruh
kebudayaan terhadap kehidupan masyarakat pedesaan terutama kehidupan ekonominya serta bagaimana
dampak-dampak yang timbulkan akibat pengaruh itu. Makalah ini menggunakan metode data sekunder
dimana data-data untuk menyusun makalah ini didapat dari literatur seperti buku, jurnal, dan internet.

Kata Kunci: kebudayaan, masyarakat, pengaruh, perilaku, kehidupan ekonomi.

KATA PENGANTAR

Kebudayaan yang dikembangkan oleh setiap kelompok masyarakat senantiasa akan mencari dan
membentuk nilai-nilai dan norma-norma yang fungsional untuk dirinya sehingga menghasilkan wujud yang
sangat beraneka ragam antar kelompok masyarakat. Kebudayaan dapat diidentifikasikan sebagai sebagai
hadirnya seperangkat nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pedoman atau acuan perilaku bagi
masyarakat yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu, kebudayaan memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi
setiap kehidupan masyarakat, termasuk di dalamnya kehidupan ekonomi masyarakat tersebut. Akibat
keterkaitan itu, seringkali kebudayaan yang tidak sesuai dapat menjadi faktor penyebab kemiskinan.

Puji syukur penulis panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan rahmay-Nya,
akhirnya penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih pada pihak-pihak
yang baik secara langsung atau pun tidak langsung telah membantu proses penulisan makalah yang
berjudul Pengaruh Kebudayaan terhadap Kehidupan Ekonomi Masyarakat Pedesaan dari awal hingga akhir.
Secara garis besar, makalah ini akan membahas pengaruh kebudayaan terhadap kehidupan ekonomi
masyarakat pedesaan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis ucapkan maaf jika makalah ini belumlah
sempurna. Penulis sadar, masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.

Bogor, Desember 2011

Anggita
Widasari I34100023

Daftar Isi

Abstrak. i

Kata Pengantar. ii

Daftar Isi iii

PENDAHULUAN 1

KEBUDAYAAN

Kebudayaan.. 2

Pengaruh Kebudayaan terhadap Kehidupan Ekonomi 2

PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI MASYARAKAT PEDESAAN

Pengaruh Kebudayaan terhadap Kehidupan Ekonomi Masyarakat Pedesaan 4

SIMPULAN. 6

DAFTAR PUSTAKA. 7
Pendahuluan

Kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia oleh karenanya kebudayaan mengalami
perubahan dan perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia itu. Perkembangan tersebut
dimaksudkan untuk kepentingan manusia itu sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk
manusia. Menurut E. B. Taylor, kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat, sehingga kebudayaan mancakup seluruh hal yang diperoleh atau dipelajari manusia
sebagai anggota masyarakat meliputi seluruh pola pikir, merasakan dan bertindak. Sedangkan menurut Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi berpendapat bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya
kemampuan menghasilkan teknologi dan kebudayaan materi), rasa (kemampuan jiwa manusia dalam
mewujudkan norma dan sistem nilai lainnya), cipta (kemampuan mental dan pikiran untuk menghasilkan
filsafat dan ilmu pengetahuan) masyarakat. Sistem nilai budaya merupakan wujud abstrak dari sebuah
kebudayaan. Sebuah sistem nilai budaya yang hidup di masyarakat dapat mempengaruhi tindakan orang-
orang yang terikat dengan budaya itu sendiri. Masyarakat adalah orang atau manusia yang hidup bersama
yang menghasilkan kebudayaan, keduanya tidak dapat dipisahkan.

Oleh karena itu, kebudayaan memiliki pengaruh yang kuat bagi setiap tindak tanduk masyarakat yang hidup
didalamnya. Akibat pengaruh ini, seringkali terjadi masalah didalamnya. Salah satunya adalah masalah
ekonomi. Kebudayaan yang tidak sesuai bisa saja menjadi salah satu penyebab kemiskinan di masyarakat.

Saya akan menganalisis pengaruh kebudayaan terhadap kehidupan ekonomi masyarakat pedesaan serta
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Adapun tujuan penulisan antara lain mengkaji bagaimana
pengaruh kebudayaan terhadap kehidupan ekonomi masyarakat pedesaan serta menganalisis faktor-faktor
apa saja yang menyebabkan kebudayaan memiliki pengaruh terhadap kehidupan ekonomi masyarakat
pedesaan.

KEBUDAYAAN

Kebudayaan

Dalam pengertian sehari-hari, istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian, terutama seni
suara dan seni tari. Akan tetapi apabila istilah kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu sosial, maka
kesenian merupakan salah satu bagian saja dari kebudayaan. Kata kebudayaan berasal dari (bahasa
sansekerta) buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Ralph Linton, seorang
ahli antropologi yang terkemuka, mengemukakan bahwa kebudayaan secara umum diartikan sebagai way of
life suatu masyarakat (Linton 1936). Way of life dalam pengertian ini tidak sekedar berkaitan dengan
bagaimana cara orang untuk bisa hidup secara biologis, melainkan jauh lebih luas dari itu. Dijabarkan secara
lebih rinci, way of life mencakup way of thinking (cara berfikir, bercipta), way of feeling (cara berasa,
mengekspresikan rasa), dan way of doing (cara berbuat, berkarya). Hampir bersamaan dengan pendapat ini,
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi mendefinisikan kebudayaaan sebagai semua hasil karya, rasa dan
cipta masyarakat (1964: 113).

Pengaruh Kebudayaan terhadap Kehidupan Masyarakat Pedesaan

Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang
ada di alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran sehingga mampu
untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini. Disamping itu
manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan
semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa menciptakan kebudayaan. Ada hubungan
antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah
produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan manusia
dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia
sebagai pendukungnya. Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat.
Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam,
maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu,
manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materiil. Kebutuhan-
kebutuhan masyarakat tersebut di atas untuk sebagian dipengaruhi oleh kebudayaan yang bersumber pada
masyarakat itu sendiri.

masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain, sedangkan
kebudayaan adalah sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan masyarakat tersebut
(Horton dan Hunt 1987).

Pengertian kebudayaan memang sangat luas. Hampir tidak ada segala sesuatu yang berada di sekitar
kita ini yang tak tercakup atau tak terjamah oleh konsep kebudayaan. Kebudayaan mencakup aspek materiil
maupun non-materiil. Kebudayaan dapat bersifat kompleks sekali, namun juga dapat bersifat bersahaja,
sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakatnya. Batasan yang dikemukakan oleh Horton dan Hunt di
atas lebih berkaitan dengan aspek kebudayaan non-materiil, lebih melihat kebudayaan sebagai sistem nilai
dan norma.

Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian,
tak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa
masyarakat sebagai wadah pendukungnya. Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat
karena semua aspek dalam kehidupan masyarakat dapat dikatakan sebagai wujud dari kebudayaan,
misalnya gagasan atau pikiran manusia , aktivitas manusia, atau karya yang dihasilkan manusia. Segala
sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan oleh adanya kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu.

Kadiah-kaidah kebudayaan berarti peraturan tentang tingkah laku atau tindakan yang harus
dilakukan dalam suatu keadaan tertentu. Peraturan bertujuan membawa suatu keserasian dan memerhatikan
hal-hal yang bersangkut-paut dengan keadaan lahiriah maupun batiniah. Dengan demikian, maka kaidah
sebagai bagian dari kebudayaan mencakup tujuan kebudayaan maupun cara-cara yang dianggap baik untuk
untuk mencapai tujutan tersebut. Kaidah-kaidah kebudayaan mencakup bidang yang luas sekali. Berlakunya
kaidah dalam suatu kelompok manusia tergantung pada kekuatan kaidah tersebut sebagai petunjuk tentang
seseorang bagaimana harus berlaku. Artinya, sampai berapa jauh kaidah-kaidah tersebut dapat diterima
oleh anggota kelompok, sebagai petunjuk prilaku yang pantas. Apabila manusia sudah dapat
mempertahankan diri dan menyesuaikan diri pada alam, juga telah dapat hidup dengan manusia-manusia
lain dalam suasana damai, timbullah keinginan manusia untuk menciptakan sesuatu untuk menyatakan
perasaan dan keinginannya kepada orang lain, yang juga merupakan fungsi kebudayaan. Dengan demikian,
fungsi kebudayaan sangat besar bagi manusia, yaitu untuk melindungi diri terhadap alam, mengatur
hubungan antarmanusia dan sebagai wadah segenap perasaan manusia.

Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia. Walaupun hal itu jarang
disadari oleh manusia sendiri, namun tak mungkin seseorang mengetahui dan meyakini seluruh unsur
kebudayaannya. Betapa sulitnya bagi seorang individu untuk menguasai seluruh unsur-unsur kebudayaan
yang didukung oleh masyarakat sehingga seolah-olah kebudayaan dapat dipelajari secara terpisah dari
manusia yang menjadi pendukungnya.

PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI MASYARAKAT PEDESAAN

Pengaruh Kebudayaan terhadap Kehidupan Ekonomi Masyarakat Pedesaan

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global. Artinya kemiskinan merupakan masalah yang
dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang. Semua negara di dunia ini sepakat bahwa kemiskinan
merupakan problema kemanusiaan yang menghambat kesejahteraan dan peradaban.

Kemisikinan cultural merupakan kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Faktor ini
secara khusus sering menunjuk pada konsep kemiskinan kultural yang menghubungkan kemiskinan dengan
kebiasaan hidup atau mentalitas. Penelitian Oscar Lewis di Amerika Latin menemukan bahwa orang miskin
memiliki sub-kultur atau kebiasaan tersendiri, yang berbeda dengan masyarakat kebanyakan (Suharto,
2008).

Dari analisis faktor kemiskinan oleh masyarakat, muncul bahwa biaya ritual yang tinggi menjadi penyebab
kemiskinan. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan ritual itu, mereka harus merelakan diri untuk meminjam
uang atau berhutang kepada renternir walaupun dengan jumlah bunga yang cukup besar. Berikut adalah
contoh kasus bahwa kebudayaan dapat menyebabkan kemiskinan.

Ritual Banjar-Banjar Desa Bentek, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Barat, NTB
Kekompakkan dalam gotong royong tampak jelas manakala ada hajatan-hajatan dan musibah yang
menimpa salah satu anggota Banjar. Ada dua upacara adat dalam ritual besar untuk menjalankan apa yang
disebut sebagai bagian dari Adat Krama (adat perkawinan) dan Adat Gama (upacara adat yang berkaitan
dengan agama). Upacara-upacara ini disebut Gawe yang dibagi menjadi Gawe Ala dan Gawe Ayu.

Gawe Ala adalah upacara-upacara ritual yang berkaitan dengan upacara kemiskinan yang
membutuhkan pembiayaan tidak sedikit mulai dari rangkaian acara penguburan, selamatan nyusur tana-7,
malam tahlilan, upcara hari ke-7, hari ke-9, hari ke-40, hari ke-100, nekolang hingga hari ke-1000 atau
menyonyang (mengakhiri semua urusan dengan yang meninggal).

Gawe Ayu adalah upacara-upacara ritual yang berkaitan dengan upacara hidup (terkadang disebut
Gawe Urip). Upacara-upacara ini seperti upacara cukur rambut, asah gigi, sunatan, pesta perkawinan dan
lain-lain.

Dalam proses ritual atau acara-acara adat dan hajatan di kampung-kampung tidak sedikit biaya
yang dibutuhkan. Karena kebiasaan yang terjadi di masyarakat adat Desa Bentek adalah dalam pelaksanaan
acara begawe atau tasyakuran harus mengundang seluruh anggota Banjar dan jumlahnya cukup banyak dan
yang dijamu dengan aneka raggam makanan mulai dari jenis tradisional hingga jenis kue modern. Pada
acara ini pos pembiayaan yang punya hajatan sangat tinggi mulai dari persiapan acara dimana warga Banjar
tempat tinggalnya dan keseluruhan warga Banjar yang bekerja ini dijamu untuk makan siang dan malam
harinya.

Budaya Nyumbang di Jawa

Bagi masyarakat Jawa tentu tidak asing dengan budaya nyumbang. Budaya ini sudah begitu akrab di telinga
kita. Nyumbang biasanya dilakukan dengan membantu kerabat, tetangga, teman, saudara yang sedang
punya hajat, entah itu hajat melahirkan, mantu (mantenan), sunatan, maupun kematian. Bentuk sumbangan
bisa berwujud uang, barang, tenaga maupun pikiran.

Semula nyumbang sebagai sesuatu yang bernilai agung, wujud solidaritas sosial masyarakat guna
mengurangi beban warga yang sedang hajatan. Ketika ada tetangga, rekan atau kerabat yang sedang punya
hajat, masyarakat sekitar secara suka rela membantunya, sehingga warga yang hajatan tidak terlalu
terbebani. Masyarakat Jawa warna budayanya sangat kental. Hampir setiap tahapan kehidupan bisa
dipastikan ada ritual-ritual yang mesti dijalankan, sejak lahir, sunatan, hamil, melahirkan, ritual kematian
hingga pascakematian. Jika perayaan ritual ini semua ditanggung sendirian, akan memakan biaya yang tidak
sedikit.

Seiring perjalanan waktu, tradisi nyumbang ikut mengalami pergeseran nilai. Tradisi yang semula bernilai
solidaritas sosial tinggi ini pada akhirnya mengalami proses kapitalisasi. Nyumbang yang awalnya kental
dengan nuansa solidaritas organis, solidaritas berdasarkan ketulusan, telah berubah menuju solidaritas
mekanis, solidaritas berdasarkan untung rugi. Penyelenggaraan hajatan tidak lagi semata-mata wujud akan
ketaatan kepada tradisi, namun kepentingan-kepentingan ekonomi ikut bermain. Tradisi nyumbang sudah
bergeser dari orientasi sakral menuju kepentingan uang.

Dari dua contoh kasus diatas, dapat kita bayangkan betapa besarnya biaya yang dibutuhkan untuk
acara-acara semacam itu, belum lagi mereka harus memotong hewan kurban. Satu ekor sapi saja bisa
dikatakan tidak cukup dalam prosesi adat itu, minimal dua ekor sapi untuk dipergunakan dalam acara
tersebut yang akan disuguhkan kepada semu undangan yang hadir. Menariknya lagi, ketika akan
dilaksanankan acara hajatan semacam itu, tidak mengenal apakah orang tersebut kaya atau miskin, kondisi
acaranya berbeda, suguhannya pun juga tidak jauh berbeda. Orang kaya memotong kerbau, orang miskin
pun memotong kerbau. Inilah kondisi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat danterjadi secara turun-
temurun. Bahkan untuk melaksanakan prosesi tersebut masyarakat rela untuk meminjam uang,
menggadaikan apa yang dimiliki, serta menjual harta keluarga. Sehingga biaya ritual tinggi menjadi sebuah
kebiasaan turun temurun, yang berdampak pada tingkat ekonomi masyarakat khususnya masyarakat
pedesaan.

Ritual sebagai perwujudan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam konteks adat, budaya
rasa syukur tidak cukup hanya dengan lisan, namun perlu diwujudkan dalam bentuk upacara ritual dan
kalimat syukur itu diucapkan berbarengan dengan acara ritual.

Tidak sebanding dengan nilai kepuasan bathin yang sulit diukur, nilai negative yang ditimbulkan
oleh acara adalah sebagai sebuah pemborosan, yang menyebabkan kemiskinan yang berdampak pada :

Timbulnya hutang

Hidup dalam pas-pasan tanpa memperhatikan gizi makanan karena sebagian penghasilan disimpan untuk
persiapan hajatan

Menggadaikan hak miliknya untuk kepentingan ritual

Budaya gengsi

SIMPULAN

Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian,
tak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa
masyarakat sebagai wadah pendukungnya. Segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan
oleh adanya kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu.

Kebudayaan merupakan perangkat peraturan tentang tingkah laku atau tindakan yang harus
dilakukan oleh masyarakat yang hidup di dalamnya dalam suatu keadaan tertentu. Namun terkadang karena
keterikatan ini, timbul adanya suatu ketimpangan. Ketimpangan ini terjadi akibat kebudayaan yang tidak
sesuai dimana ketidaksesuaian ini menjadi masalah terutama masalah ekonomi di suatu masyarakat di
pedesaan. Dengan kata lain, kebudayaan ini bisa disebut sebagai salah satu faktor kemiskinan yang terjadi
di suatu masyarakat pedesaan.

Masalah seperti ini memang sangat sulit dan membutuhkan waktu untuk mengatasinya. Karena
kebudayaan yang telah mengakar pada suatu masyarakat tertentu sulit untuk dirubah bahkan dihilangkan.
Untuk itu, diperlukan cara untuk meminimalisir kebudayaan yang tidak sesuai serta mencari alternatif agar
unsur yang tidak sesuai tersebut tidak tetap tumbuh dalam kebudayaan sehingga tidak menyebabkan
kemisikinan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Jurnal antropologi dan konsep kebudayaan. [Internet] [diunduh 10 November 2011]. Dapat
diunduh dari: http://www.papuaweb.org

Anonim. 2010. Kemiskinan budaya .[Internet] [diunduh 7 Desember 2011]. Dapat diunduh
dari: http://www.antaranews.com

Lason. 2008. Makalah pengentasan kemiskinan. [Internet]. [diunduh 10 November 2011]. Dapat diunduh
dari: http://www.lasonearth.com

Raharjo. 2004.Pengantar sosiologi pedesaan dan pertanian. Yogyakarta[ID]: Gadjah Mada University Press.

Rahmatullah. 2008. Kemiskinan kultural buah dari kemiskinan structural .[Internet] [diunduh 10 November
2011]. Dapat diunduh dari: http://www.banten-institute.org

Ranjabar J. 2006. Sistem sosial budaya indonesia. Bogor[ID]: Ghalia Indonesia.

Soekanto S. 2009. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta[ID]: Rajawali Pers.

Você também pode gostar