Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pendahuluan
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit sistemik, kronis, dan multifaktoral
yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia (Baradero, 2009).DM terjadi
karena adanya masalah dengan produksi hormon insulin oleh pankreas, baik hormon itu
tidak diproduksi dalam jumlah yang besar maupun tubuh tidak bisa menggunakan
hormon insulin dengan benar (Soegondo, dkk, 2011).
Prevalensi DM di Indonesia menduduki urutan ke empat di dunia setelah India,
Cina dan Amerika Serikat (Depkes RI, 2005 dalam http://www.depkes.go.id). Pada tahun
2011, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk indonesia yang mengidap diabetes. Berdasarkan
analisis data WHO, pasien DM di Indonesia diprediksi naik dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (PERKENI, 2006). Jumlah pasien DM di Bali berada
diatas rata-rata nasional dibanding dengan kota-kota lainnya yaitu sebesar 5,9 % dari
jumlah penduduk yang berkisar 4 juta orang (Swastika, 2012 dalam http://penabali.com).
Penyakit DM menimbulkan berbagai komplikasi yang menyerang organ tubuh
(Baradero, 2009). Komplikasi DM dapat diklasifikasikan menjadi komplikasi akut dan
kronis. Komplikasi yang bersifat akut berupa hipoglikemi, ketoasidosis diabetik dan
koma hiperosmolar non ketotik, sedangkan komplikasi yang bersifat kronis berupa
makroangiopati, mikroangiopati, rentan infeksi dan kaki diabetik (Riyadi dan Sukarmin,
2008).
Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti
(Waspadji dalam Sudoyo (2009). Menurut Tambunan dalam Soegondo, dkk (2011) kaki
diabetik adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes mellitus yang tidak
terkendali. Kelainan kaki diabetik disebabkan oleh adanya gangguan pembuluh darah,
gangguan persyarafan dan adanya infeksi (Tambunan dalam Soegondo, dkk, 2011).
Keadaan kaki diabetik lanjut yang tidak ditangani secara tepat dapat berkembang menjadi
suatu tindakan amputasi kaki.
Data amputasi kaki non traumatic di dunia 60-80% disebabkan oleh diabetes
(American Diabetes Association, 2010 dalam http://www.ADA.com). Data di Ruang
Perawatan Penyakit Dalam RS Ciptomangunkusumo tahun 2007 menunjukkan, dari 111
pasien diabetes yang dirawat dengan masalah kaki diabetik, angka amputasi mencapai
35%, terdiri atas 30% amputasi mayor dan 70% amputasi minor. Jumlah angka kematian
akibat amputasi tersebut sekitar 15%. Pada tahun 2010-2011 justru memperlihatkan
peningkatan angka amputasi menjadi 54%. Sebagian besar merupakan amputasi minor,
yakni bagian bawah pergelangan kaki sebanyak 64,7%, dan amputasi mayor berjumlah
35,3% (Sarwono, 2011 dalam http://www.pdpersi.co.id).
Salah satu program untuk mencegah dan mengendalikan kaki diabetik adalah
dengan melakukan pencegahan primer yaitu perawatan kaki (Tambunan dalam
Soegondo, dkk 2011). Perawatan kaki yang baik dapat dilaksanakan apabila pasien DM
mempunyai dasar perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) yang jelas tentang
perawatan kaki.
Peran kader posyandu lansia dalam memberikan perubahan perilaku bagi pasien
DM atau masyarakat risiko DM dalam perawatan kaki sehari-hari sangat penting. Kader
Posyandu Lansia dapat melakukan tindakan promotif dan preventif pada lansia setiap
kegiatan Posyandu Lansia. Kemampuan kader posyandu lansia tersebut bisa didapat dari
pelatihan yang diberikan secara komprehensif yaitu pemberian teori, praktik dilanjutkan
dengan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan posyandu lansia.
Berdasarkan hal tersebut diatas pengabdi tertarik untuk mengadakan pengabdian
masyarakat berupa Pelatihan Metode Massage dalam Perawatan Kaki untuk Mencegah
Kaki Diabetik bagi Kader Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas I Sukawati
Kabupaten Gianyar.
Rumusan Masalah : Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat dirumuskan masalah
dalam pengabdian masyarakat ini yaitu: Apakah aplikasi akupresur dapat meningkatkan
sensorik kaki pada pasien DM tipe II di Puskesmas I Sukawati?. Dalam pengabdian
masyarakat ini pengabdi ingin mendefinisikan tentang sensorik kaki pasien DM tipe II
mengalami penurunan. Berdasarkan asumsi tersebut maka lingkup batasan pengabdian
masyarakat yang dilakukan oleh pengabdi adalah mengaplikasikan akupresur dalam
meningkatkan sensorik kaki pada pasien DM tipe II, sampai tahap evaluasi sebelum dan
setelah pengabdian masyarakat.
Tujuan Kegiatan : Secara umum setelah pelatihan aplikasi akupresur diharapkan
meningkatkan sensasi sensorik kaki pasien DM tipe II di Puskesmas I Sukawati. Secara
khusus diharapkan pasien Kader Posyandu lansia memiliki pengetahuan tentang aplikasi
akupresur dalam perawatan kaki untuk meningkatkan sensasi sensorik kaki, mampu
merasakan meningkatnya sensasi sensorik kaki dan mampu mempraktikan ketrampilan
akupresur dalam perawatan kaki untuk meningkatkan sensasi sensorik kaki.
Manfaat Kegiatan : Khalayak sasaran dapat memiliki pengetahuan, ketrampilan dan
mampu melakukan tindakan preventif dengan mempraktikkan akupresur dalam
perawatan kaki untuk meningkatkan sensasi sensorik kaki.
Pelaksanaan Kegiatan
Kerangka pemecahan masalah dalam kegiatan pengabdian masyarakat sebagai berikut :
Karakteristik Patofisiologi DM:
Pasien DM
Peningkatan glukosa
1. Umur darah
2. Jenis kelamin
3. Pekerjaan
4. Pendidikan
Perilaku perawatan
kaki pasien DM
Penatalaksanaan DM Komplikasi DM
1. Baik : 75-
1. Edukasi Komplikasi akut dan 100%.
Penyuluhan Aplikasi
Faktor internal Akupresur dalam
Perawatan Kaki Bagi
Faktor eksternal Kader Posyandu
Keterangan:
: dievaluasi
: tidak dievaluasi
: ada hubungan
Gambar 1.
Kerangka Konsep Pelatihan Aplikasi Akupresur Dalam Perawatan Kaki
Untuk Mencegah Kaki Diabetik Bagi Kader Posyandu Lansia
Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dalam pengabmas ini adalah kader Posyandu Lansia di wilayah
kerja Puskesmas I Sukawati. Jumlah sasaran direncanakan sebanyak 13 orang kader
Posyandu Lansia.
Metode
Kegiatan dilakukan dengan metode ceramah secara kelompok pada semua sasaran
tentang materi aplikasi akupresur, dilanjutkan dengan praktik akupresur, serta kader akan
meredemontrasikan. Kegiatan dilanjutkan dengan praktik aplikasi akupresur oleh kader
pada lansia pada saat pelaksanaan posyandu lansia.
Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pre tes pada awal pelatihan dan
post tes pada akhir pelatihan untuk pengetahuan dan ketrampilan Aplikasi akupresur
dengan menggunakan kuesioner.Evaluasi tentang ketrampilan kader posyandu dalam
mengaplikasikan akupresur dalam perawatan kaki akan diobservasi pada saat sasaran
disuruh mempraktikan aplikasi akupresur kaki yang dilakukan pada lansia saat
pelaksanaan posyandu lansia.
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa jenis kelamin sasaran adalah
semuanya perempuan yaitu 13 orang (100%).
Distribusi karakteristik sasaran berdasarkan pendidikan pada pengumpulan data
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Sasaran Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas I Sukawati Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa sikap sasaran tentang akupresur
kaki sebelum pelatihan sebagian besarbaik yaitu 8 orang (61,5%). Setelah pelatihan sikap
sasaran tentang akupresur kaki meningkat yaitu 13 orang (100%) mempunyai sikap
sangat baik.
Ketrampilan Sasaran Tentang Akupresur Kaki.
Tabel 7. Ketrampilan Sasaran Tentang Akupresur Kaki.Sebelum dan Setelah Pelatihan di Puskesmas I
Sukawati Tahun2017
Simpulan
Berdasarkan hasil pengabdian masyarakat yang telah diuraikan di atas dapat
disimpulkan sasaran paling banyak berada pada kelompok umur < 40 tahun, jenis kelamin
semuanya perempuan, pendidikan SMA, dan pekerjaan sasaran sebagian besar
wiraswasta, pengetahuan sasaran meningkat setelah pengabdian masyarakat berdasarkan
kategori pengetahuan baik dari 5 orang (38,5%) menjadi 13 orang (100%), sikap sasaran
tentang akupresur kaki mengalami peningkatan yaitu berdasarkan kategori sikap sangat
baik dari 5 orang (38,5%) menjadi 13 orang (100%)., ketrampilan sasaran dalam aplikasi
akupresur dalam peningkatan sensori kaki mengalami peningkatan berdasarkan kategori
ketrampilan baik dari 0% menjadi 84,6% (11 orang).
Daftar Pustaka
Alimul, A., 2011, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Jakarta:
Salemba Medika.
Anonim, 2012, Pedoman Penyusunan KTI untuk Mahasiswa Poltekkes Denpasar, Edisi
revisi ke-3, Denpasar: Poltekkes Kemenkes Denpasar.
Baradero, dkk, 2009, Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin, Jakarta:
EGC.
Departemen Kesehatan RI, 2005, Penderita Kencing Manis di Indonesia ke-4 Dunia,
(online), available : http://www.depkes.go.id (24 Desember 2012).
Mubarak, W.I., dkk., 2006, Ilmu Keperawatan Komunitas 2, Jakarta: PT. Sagung Seto.
______, 2007a, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Price, S.A., and Wilson, 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi
6, Jakarta: EGC.
Riyadi, S., dan Sukarmin, 2008, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Eksokrin dan Endokrin Pada Pankreas, Ed. 1, Yogyakarta: Graha Ilmu.