Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
GLAUKOMA
Disusun Oleh:
Kelompok B4/Sub kelompok 3
Prisca Anggela (1720343809)
Purwanita Indah K. (1720343810)
Rahmatul Insyirah (1720343811)
PENDAHULUAN
1.2. PATOFISIOLOGI
Glaukoma disebabkan oleh obstruksi aliran aqueous humor. Substansi aliran
keluar disudut antara kornea dan iris (glaukoma sudut tertutup akut) dapat timbul
mendadak akibat infeksi atau cidera. Usia yang berhubungan dengan fibrosis disudut
tersebut atau saluran lain yang berperan dalam mengalirkan aqueous humour, dapat
secara perlahan meningkatkan intraokulus.
Glaukoma biasanya ditandai dengan berkurangnya lapang pandang akibat
kerusakan syaraf optikus. Kerusakan ini berhubungan dengan derajat TIO yang
terlalau tinggi untuk berfungsinya syaraf optikus secara normal. Semakin tinggi
tekanannya maka semakin cepat kerusakan syaraf optikus itu berlangsung.
Peningkatan TIO terjadi akibat perubahan patologis yang menghambat peredaran
normal humour aqueous. Pada keadaan dimana terjadi peningkatan TIO, diskus
menjadi lebih cekung, sehingga mengakibatkan kerusakan syaraf optikus dan
kehilangan penglihatan. Batas diskus juga tampak kabur tanpa tepi yang tegas, seperti
terlihat pada edema papil (pembengkakan diskus optikus) dan peningkatan tekanan
intra kranial yang mempengaruhi pusat mual-muntah. Peningkatan TIO pada ruang
kamera posterior dapat mendesak keruang kamera anterior. Dengan adanya desakan
yang terus-menerus dapat terjadi kebocoran pada ruang anterior. Begitu air bocor
kedalam kornea, kornea menjadi buram dan berkabut, yang akan mempengaruhi
penglihatan.
1.3. ETIOLOGI
Penyebab tersering adalah tekanan bola mata di atas 21 mmHg (normal 10-20
mmHg). Tekanan di atas normal ini akibat cairan dalam bola mata yang berada
dibilik mata depan tidak lancar mengalir keluar. Tekanan bola mata tersebut secara
mekanik akan menekan serabut saraf mata sehingga terjepit. Selain itu juga akan
terjadi proses iskemia (jaringan kekurangan nutrisi dan oksigen) karena darah tidak
mengalir dengan baik di daerah saraf mata, terjadilah kematian sel-sel saraf mata.
Semua jenis glaukoma harus dikontrol secara teratur ke dokter mata selama
hidupnya. Hal tersebut dikarenakan tajam penglihatan dapat menghilang secara
perlahan tanpa diketahui penderitanya. Obat-obatan yang dipakai perlu dikontrol oleh
dokter spesialis mata agar disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Satu hal yang perlu
ditekankan adalah, bahwa saraf mata yang sudah mati tidak dapat diperbaiki lagi.
Obat-obatan seperti obat tetes mata, obat makan, dan tindakan seperti laser dan bedah
hanya untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari saraf mata tersebut.
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intra okular ini disebabkan oleh:
1. Faktor keturunan.
2. Komplikasi penyakit lain, seperti Diabetes Melitus.
3. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.
4. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil (glaukoma hambatan pupil).
5. Pemakaian kortikosteroid dalam waktu yang lama.
1.4. KLASIFIKASI
Berdasarkan gangguan aliran humor akuos, glaukoma diklasifikasikan
menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Sedangkan
berdasarkan adanya keadaan lain yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intra okuler (TIO), glaukoma dibedakan menjadi glaukoma primer dan sekunder.
a. Open Angle Glaukoma (OAG)
Penyebab spesifik dari neuropati optik pada Primary Open Angle Glaukoma
(POAG) tidak diketahui. Namun diduga peningkatan tekanan intraokular (TIO)
merupakan penyebab utama timbulnya glaukoma. Meskipun TIO tidak dapat
dijadikan dasar untuk menentukan kapan pasien akan kehilangan penglihatan, risiko
kehilangan penglihatan meningkat dengan meningkatnya TIO. Sedangkan faktor lain
yang mungkin beperan pada glaucoma adalah peningkatan kerentanan dari saraf optik
menjadi iskemia, penurunan atau ketidakteraturan aliran darah, eksitotoksisitas, reaksi
autoimun, dan proses fisiologi abnormal lainnya.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kerusakan pada sel ganglion retina ada
kaitannya dengan peran glutamate yang berlebihan dan ditemukannya nitrit oksid
pada pasien glaucoma. Hal ini menjelaskan terjadinya glaucoma pada pasien dengan
tekanan intraokular normal. Open-Angle Glaucoma sekunder terjadi karena penyakit
sistemik, trauma, operasi, rubeosis, perubahan lensa, penyakit inflamasi okular, dan
obat-obatan. Obat-obatan yang dapat memicu OAG antara lain kortikosteroid mata
(risiko tinggi), kortikosteroid sistemik, kortikosteroid nasal/inhaler, fenoldopam,
antikolinergik mata, suksinilkolin, vasodilator (risiko rendah), dan simetidin (risiko
rendah).
d. Glaukoma Kongenialis
Glaukoma kongenitalis sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat gangguan
perkembangan pada saluran humor aquoeus. Glaukoma kongenitalis seringkali
diturunkan.
a. Usia
Usia merupakan faktor risiko terbesar dalam perkembangan munculnya
glaukoma. Setiap orang dengan usia di atas 60th sangat beresiko untuk
menderita glaukoma, dimana pada usia ini resiko akan meningkat hingga 6 kali
lipat.
b. Ras
Pada ras tertentu, seperti pada orang-orang berkulit hitam resiko terjadinya
glaukomameningkat sangat segnifikan dibandingkan dengan ras yang lain. Alasan
perbedaan ini belumdapat dijelaskan. Pada orang-orang asia cenderung untuk
menderita glaukoma sudut tertutup, sedangkan pada orang ras yang lain justru
beresiko untuk terjadi glaukoma meskipun tekananintraokuler rendah.
c. Riwayat Keluarga dengan Glaukoma
Jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan glaukoma, akan berpotensi
untuk menderita glaukoma, riwayat keluarga meningkatkan resiko 4 hingga 9 kali
lipat.
d. Kondisi Medis
Diabetes meningkatkan reskio glaukoma, selain itu riwayat darah tinggiatau
penyakit jantung juga berperan dalam meningkatkan resiko. Faktor risiko
lainnyatermasuk retinal detasemen, tumor mata dan radang pada seperti uveitis kronis
dan iritis.Beberapa jenis operasi mata juga dapat memicu glaukoma sekunder.
e. Cedera Fisik
Trauma yang parah, seperti menjadi pukulan pada mata, dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan mata. Selain itu cedera juga dapat menyebabkan terlepasnya
lensa, tertutupnya sudut drainase. Selain itu dapat juga menyebabkan glaukoma
sekunder sudut terbuka. Glaukoma jenis ini dapat terjadi segera setelah terjadinya
trauma atau satu tahun kemudian. Cedera tumpul seperti mata memar atau cedera
tumbus pada matadapat merusak sistem drainase mata, kerusakan pada sistem
drainase ini yang seringkali memicu terjadinya glaukoma. Cedera paling umum yang
menyebabkan trauma pada mata adalah aktivitas yang berhubungan dengan olahraga
seperti baseball atau tinju.
f. Penggunaan Kortikosteroid Jangka Panjang
Resiko terjadinya glaukoma meningkat pada penggunaan kortikosterid dalam
periode waktu yang lama. Pada beberapa kasus membuktikan hubungan antara
penggunaan kortikosteroid dengan glaukoma. Sebuah studi yang dilaporkan dalam
Journal of American Medical Association, 5 Mar 1997, menunjukkan terjadi
peningkatan 40% insiden hipertensi bola mata dan glaukoma sudut terbuka pada
orang dewasa yang membutuhkan sekitar 14 sampai 35 puffs corticosteroid inhaler
untuk mengontrol asma. Ini merupakan dosis yang sangat tinggi, yang hanya
diperlukan dalam kasus-kasus asma parah.
g. Kelainan Pada Mata
Kelainan struktural mata dapat menjadi penyebab terjadinyaglaukoma
sekunder, sebagai contoh, pigmentary glaukoma. Pigmentary glaukoma
adalahglaukoma sekunder yang disebabkan oleh pigmen granule yang di lepaskan
dari bagian belakang iris, granule-granule ini dapat memblokir trabecular meshwork.
1.6. DIAGNOSIS
Pemeriksaan mata yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan dengan
oftalmoskop bisa menunjukkan adanya perubahan pada saraf optikus akibat
glaucoma :
a) Pengukuran tekanan intraokuler dengan tonometri, Tekanan di dalam bilik
anterior disebut tekanan intraokuler dan bisa diukur dengan tonometri.
Biasanya jika tekanan intraokuler lebih besar dari 20-22 mm, dikatakan telah
terjadi peningkatan tekanan. Kadang glaukoma terjadi pada tekanan yang normal.
b) Pengukuran lapang pandang, dengan perimetri atau kampimetri
c) Ketajaman penglihatan
d) Tes refraksi
e) Respon refleks pupil, Tampak pupil midilatasi, mengkerut, bahkan kadang
irregular.
f) Pemeriksan slit lamp, Peninggian tekanan intraokuler sampai ke level yang tinggi
menyebabkan edema epitel kornea, yang memberi gejala pada penglihatan. Selain
itu juga dapat terlihat kongesti episklera dan pembuluh darah konjungtiva, juga
BMD dangkal yang kadang memperlihatkan beberapa sel aquous juga kadang
terlihat sinekia posterior.
g) Pemeriksaan gonioskopi (lensa khusus untuk mengamati saluran humor aqueus.)
h) Gonioscopy, untuk melihat keadaan sudut bilik mata depan, apakah ada
penyempitan/ penutupan. Pemeriksaan rutin menggunakan gonioskopi dapat
memprediksikan kemungkinan terjadinya serangan akut. Suatu lensa yang khusus
yang berisi suatu cermin ditempatkan di depan mata dan lebar sudut dapat terlihat
secara visual. Pasien dengan sudut yang sempit dapat diperingatkantentang gejala
awal penyakit ini, sehingga mereka dapat mencari perawatan yang segera bila
tanda tersebut muncul.
PENATALAKSANAAN TERAPI
1. Terapi Farmakologi
Algoritma Terapi Open Angle Glaucoma
a. Pengobatan Hipertensi Ocular
Pengobatan pasien dengan TIO lebih besar dari 25 mm Hg, vertikal cangkir-
disk rasio lebih besar dari 0,5, atau ketebalan kornea sentral kurang dari 555
m. Faktor risiko seperti riwayat keluarga glaukoma, ras hitam, miopia berat,
dan pasien dengan hanya satu mata juga harus dipertimbangkan ketika
memutuskan pengobatan individu.
Pasien dengan faktor risiko signifikan biasanya ditoleransi dengan agen
topikal seperti agen -blocking, 2-agonis (brimonidine), anhydrase inhibitor
karbonat topikal (CAI), atau prostaglandin analog, tergantung pada
karakteristik individu pasien. Optimalnya, terapi dimulai di satu mata untuk
menilai efektivitas dan toleransi. Penggunaan agen lini kedua atau ketiga
(misalnya, pilocarpine atau dipivefrin) ketika agen lini pertama gagal untuk
mengurangi TIO tergantung pada penilaian manfaat-risiko setiap pasien.
(Biaya, ketidaknyamanan, dan sering efek samping dari terapi kombinasi,
antikolinesterasi inhibitor, oral CAIs)
Tujuan terapi adalah untuk menurunkan TIO ke tingkat yang berhubungan
dengan penurunan risiko kerusakan saraf optik, biasanya setidaknya 20%, jika
tidak 25% - 30% menurun dari TIO awal.
Terapi obat harus dimonitor dengan pengukuran TIO, pemeriksaan disk optik,
penilaian dari bidang visual, dan evaluasi pasien untuk efek obat yang
merugikan dan kepatuhan pada terapi. Pasien yang tidak responsif atau tidak
toleran obat harus dialihkan ke agen alternatif daripada diberi tambahan obat.
2. Pendekatan Farmakoterapi
Obat yang paling sering digunakan untuk mengobati glaukoma adalah
nonselektif -blocker, analog prostaglandin (latanoprost, travoprost, dan
bimatoprost), brimonidine (2-agonis), dan kombinasi tetap timolol dan
dorzolamide.
Sebelum tahun 1996, -bloker yang digunakan tidak memberikan
kontraindikasi, memberikan kombinasi kemanjuran klinis dan tolerabilitas.
Agen baru, khususnya analog prostaglandin, brimonidine, dan Cais topikal,
juga dianggap cocok terapi lini pertama atau alternatif terapi awal pada pasien
dengan kontraindikasi atau keprihatinan dengan -bloker (Gambar logarithm).
Pilocarpine dan dipivefrin digunakan sebagai terapi lini ketiga karena
meningkat frekuensi efek samping/menurunkan efikasi.
Terapi optimal dimulai dengan agen tunggal pada satu mata (kecuali pada
pasien dengan TIO sangat tinggi atau hilangnya lapang penglihatan) untuk
mengevaluasi khasiat obat dan toleransi. Pemantauan terapi harus secara
individual: respon awal terhadap terapi ini biasanya dilakukan 4 sampai 6
minggu setelah pengobatan dimulai. Setelah level TIO tercapai, TIO dipantau
setiap 3 sampai 4 bulan. Bidang visual dan perubahan disk biasanya dipantau
setiap tahun atau sebelumnya jika glaukoma tidak stabil atau ada kecurigaan
penyakit memburuk. Pasien harus selalu dipertanyakan tentang kepatuhan dan
toleransi terapi. Bila menggunakan lebih dari satu obat, tetes tiap agen
setidaknya 5 sampai 10 menit untuk memberikan kontak mata yang optimal
untuk setiap agen.
Profil Obat
a. Parasimpatomimetik, Kolinergik agonis
Mekanisme kerja
karbakol bekerja secara langsung sebagai obat parasimpatomimetik yang
menyebabkan terjadinya konstriksi pupil, menstimulasi otot siliari, dan
meningkatkan aliran aqueous humor sehingga menurunkan tekanan pada
intraokular.
Data farmakokinetik Karbakol dan pilokarpin
Miotik Onset Puncak Durasi
Karbakol
Intra okular Detik 2-5 menit 1-2 jam
Topikal 10-20 menit - 4-8 jam
Pilokarpin
Topikal 10-30 menit - 4-8 jam
1. Karbakol
Karbakol adalah derivat-uretan dari kolin yang penguraiannya oleh
enzim tidak secepat Ach, sehingga kerjanya lebih lama. Khasiat muskarinik
dan nikotiniknya sama kuatnya, efek samping lebih ringan dan jarang terjadi
pada dosis biasa. Digunakan sebagai miotikum pada glaukoma dan pada
atonia organ dalam.
Indikasi : Menurunkan tekanan intraokuler
Efek samping : Bradikardia, hipersalivasi, bronko-spasme,
berkeringat dan kolik usus setelah
penyerapan sistemik
Sediaan beredar : Isotic Litrapres (Pratapa Nirmala)
2. Pilokarpin
Merupakan suatu alkaloid yang terdapat pada daun tanaman Amerika,
Pilocarpus jaborandi. Khasiatnya terutama berkhasiat muskarinik, efek
nikotiniknya ringan sekali. SSP permulaan distimulasi kemudian ditekan
aktivitasnya. Penggunaan utamanya adalah sebagai miotikum pada
glaukoma. Efek miotisnya (dalam tetes mata dimulai sesudah 10-30 menit
dan bertahan 4-8 jam).
Toleransi dapat terjadi setelah digunakan untuk waktu yang lama yang
dapat ditanggulangi dengan jalan menggunakan kolinergik lain untuk
beberapa waktu, misalnya karbakol atau neostigmin.
Indikasi : Mengendalikan tekanan intraokuler
Efek samping : Bradikardia, hipersalivasi, bronkospasme,
berkeringat dan kolik usus setelah penyerapan
sistemik
Sediaan yang beredar :
Epikarpin, (Cendo), Cendokarpin (Cendo), Ximex Opticar
(Konimek), PV Carpine (Darya Varia).
Dosis agonis kolinergik kerja langsung
Agonis kolinergik kerja
Bentuk sediaan Dosis
langsung
2-3 x 1 tetes
Karbakol Larutan 0,75; 1,5; 2,25; 3%
perhari
Pilokarpin Larutan 0,25; 0,5; 1; 2; 4; 8; 10 1 tetes 2-3 x
1
Generic Larutan
0.5 tetes
Betaxolol
b.i.d Reduce
betoptic-S Suspensi 0.25 1 aquaeous
tetes production of
b.i.d cilliary body
1
Generic Larutan
Carteolol 1 tetes
b.i.d
1
Larutan 0,25;
Levibunolol Betagan tetes
0,5
b.i.d
1
Optipranolo Larutan
Metilpranolol 0,3 tetes
l
b.i.d
1
Timoptic, tetes
Larutan 0,25;
Betimol, q.d
0,5
Istalol atau
Timolol
b.i.d
1
Timoptic- Larutan 0,25;
tetes
XE gel 0,5
q.d
Nonspesific
adrenergic
agonists
1 Incrase
Propine Larutan tetes aquaeous
Dipivefrin 0,1
b.i.d humor
outflow
2-adrenergic
agonist s
Reduce
1
aquaeous
tetes
Larutan humor
Apraclonidine Iopidine 0,5;1 b.i.d
production;
atau
brimonidine
t.i.d
juga
1
meningkatka
tetes
0,15;0, n
Brimonidin alphagan P Larutan b.i.d
1 uveouscleral
atau
outflow
t.i.d
Chollinergict
agonists
direct acting
1
carboptic, tetes
Carbacol Isopto, Larutan b.i.d
1,5;3 Increase
Carbachol atau
aquaeous
t.i.d
humor
1
outflow
0,25; tetes
Isopto through
0,5; b.i.d
Carpine, Larutan trabecular
Pilokarpin 1,2; atau
Pilocar, Gel meshwork
4; 6; t.i.d
Pilopine HS
8; 10 setiap
4 jam
sekali
Cholinesteras
e inhibitors
1x
Phospholine Larutan sehari
Echothiophate 0,125
Iodide atau
b.i.d
Carbonic
anhidrase
inhibitors
b.i.d Reduce
Brinzolamide Azopt suspensi 1 atau aquaeous
t.i.d humor
b.i.d production
Larutan
Dorzolamide Trusopt 2 atau by the ciliary
t.i.d body
Analog
prostaglandin
Increase
aquaeous
uveouscleral
1
Larutan outflow and
Latanoprost Xalatan 0,005 drop
to a lesser
q.h.s
extent
trabecular
outflow
1
Larutan
Bimatoprost Lumigan 0,03 drop
q.h.s
1
Larutan
0,004 drop
Travoprost Travatan
q.h.s
Kombinasi
Timolol
1
Timolol- Laruta 0,5%
Combigan drop
brimonidine n brimonide
b.i.d
0,2 %
Timolol
Laruta 1
0,5%
Timolol- Cosopt n drop
dorzolamid
dorzolamide b.i.d
e 2%
3. Terapi Non Farmakologi
a. Prosedur Laser dan Bedah
Ketika terapi obat gagal, tidak ditoleransi, atau terlalu rumit, prosedur bedah
seperti trabeculoplasty laser (argon atau selektif) atau bedah trabeculectomy
(prosedur penyaringan) dapat dilakukan untuk meningkatkan arus keluar.
Trabeculoplasty laser biasanya merupakan langkah menengah antara terapi obat dan
trabeculectomy. Prosedur dengan tingkat komplikasi tinggi (perusakan tubuh ciliary
(cyclodestruction)) ini , mungkin diperlukan bila metode lain gagal. Metode bedah
untuk mengurangi TIO ini melibatkan penciptaan sebuah saluran dimana aqueous
humor dapat mengalir dari ruang anterior ke ruang subconjunctival, dimana diserap
kembali oleh pembuluh darah. Agen antiproliferatif 5 fluorourasil dan mitomycin C
digunakan pada pasien yang menjalani operasi glaukoma-penyaringan untuk
meningkatkan tingkat keberhasilan dengan mengurangi proliferasi fibroblast dan
konsekuen jaringan parut.
b. Closed angle glaucoma (CAG)
Tujuan terapi awal untuk CAG akut dengan TIO tinggi, cepat mereduksi TIO
untuk mempertahankan penglihatan dan untuk menghindari bedah atau laser
iridectomy pada hipertensi.
Iridectomy (laser atau bedah) adalah pengobatan pasti CAG, menghasilkan
sebuah lubang di iris yang memungkinkan aliran aqueous humor bergerak
langsung dari ruang posterior ke ruang anterior, membuka blok di meshwork
trabecular. Obat terapi serangan akut biasanya melibatkan pemberian
pilocarpine, agen hyperosmotic, dan sekretorik inhibitor (a -blocker, 2-
agonis, prostaglandin F2 analog, atau CAI topikal atau sistemik). Dengan
miosis yang dihasilkan oleh pilocarpine. Miotics dapat memperburuk CAG
oleh peningkatan blok pupil dan menghasilkan gerakan anterior lensa karena
induksi obat.
Pada TIO lebih besar dari 60 mm Hg, iris mungkin iskemik dan
tidak responsif terhadap miotics. Selama waktu ini, dorongan untuk
menggunakan jumlah berlebihan dari pilocarpine harus dilawan. Dosis
pilocarpine umum digunakan adalah larutan 1% atau 2% setiap 5 menit untuk
dua atau tiga dosis dan kemudian setiap 4 sampai 6 jam. Namun, banyak
praktisi menunda penggunaan pilocarpine sampai TIO dikurangi dengan agen
lainnya, dan kemudian single drop pilocarpine 1% sampai 2%
untuk menghasilkan miosis. Dalam kasus lain, tidak terpengaruh kontralateral
mata harus diperlakukan dengan miotic setiap 6 jam untuk mencegah
pengembangan angle closure. Sebuah agen osmotik umum diberikan karena
obat ini menghasilkan penurunan TIO yang paling cepat. Gliserin Oral 1
sampai 2 g / kg dapat digunakan jika agen oral ditoleransi, jika tidak,
intravena manitol 1 sampai 2 g/kg harus digunakan. Agen osmotik
menurunkan TIO dengan menarik air dari mata untuk gradien osmotik antara
darah dan mata.
Kortikosteroid topikal sering digunakan untuk mengurangi peradangan ocular
dan mengurangi pengembangan sinekia pada mata CAG, setelah TIO
dikendalikan, dapat diberikan pilocarpine setiap 6 jam sampai iridectomy
dilakukan.
BAB II
STUDI KASUS GLAUKOMA
KASUS
Joko (44 tahun) dengan riwayat glaukoma sudut terbuka lanjut menyampaikan
kepada dokter spesialis mata keluhan penglihatan berkabut dan tidak jelas di mata kiri
yang bertahan 6-12 jam. Keadaan ini kadang-kadang berkembang menjadi tunnel
vision (hilangnya area pandangan yang membuat mata terfokus seperti diselimuti
lorong panjang), dengans ensitivitas kronis terhadap lampu neon dan sakit kepala
berdenyut-denyut sepertidiremas yang berlangsung selama berjam-jam.
Dia juga mengeluh gangguan secara berkala pada mata kiri selama 3 bulan
terakhir, kadang-kadang dikaitkandengan pandangan kabur daerah pusat. Meskipun
kondisinya demikian, ia tetap terus beraktivitas sendiri, dia masih sering menyetir
sendiri.
Dia dalam keadaan kesehatan yang normal sampai ia mengalami kecelakaan
terjun payung 19 tahun yang lalu dan mengalami retak pada thoracic spine (tulang
belakang bagian dada) di level T9-10. Selama dirawat di rumah sakit, ia mengeluh
penglihatan kabur. Dia ditangani dokter spesialis mata selama beberapa tahun, yang
meresepkan Timoptic 0.5% pada kedua mata BID, Propine 0.1% pada kedua mata
BID, and Ocusert Pilo-40 pada mata kanan and Ocusert Pilo-20 pada mata kiri sekali
setiap minggu.Dia kemudian dirujuk ke spesialis glaukoma karena kondisinya
semakin memburuk. Dia telah menjalani Laser trabeculoplasty di kedua mata
sebelum dirujuk. Spesialis glaukoma memeriksa pasien, dan diagnosis lengkap telah
dilakukan pada kunjungan awal.
Laser trabeculoplasty bilateral dilakukan 18 tahun yang lalu dengan
penurunan awal IOP; Namun IOP kemudian meningkat beberapa bulan
kemudian.Operasi penyaringan dilakukan di Boston pada kedua mata 17 tahun yang
lalu.MRI otak menunjukkan tidak ada yang temuan yang abnormal. Riwayat mata
lainnya meliputi miopia parah sejak kecil, mata kering, dan memakai lensa kontak.
I. Identitas pasien
Pola makan/diet
Merokok
Ya / tidak ................batang/hari
Meminum Alkohol
Ya/ tidak
V. Riwayat Alergi :
Terapi Farmakologi :
Laser trabeculoplasty
Miopia parah
sejak kecil, mata
kering, memakai
lensa kontak.
Asma
Amandel
IX. OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI
X. ANALISIS SOAP
Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sgit, J. L., Sukandar, E. Y. 2008. ISO
Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan : Jakarta.
Anonim. 2015. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 14, 2014/2015. Jakarta :
Penerbit Asli (MIMS Pharmacy Guide).
Arif, mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius.: Jakarta.
Di Piro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., et all, 2015, Pharmacotherapy : A
pathophysiologic Approach, Buku 4, Edisi 9, hal. 665-672, Mc Graw Hill
Companies, USA.