Você está na página 1de 11

Apakah kejang deman umum terjadi pada

anak?
Kejang pada anak saat keadaan demam umumnya dikenal dengan nama kejang demam
(Febrile Seizure). Pada umumnya, kejang demam terjadi pada anak berusia 6 bulan
sampai 6 tahun. Biasanya si anak akan mengalami infeksi saluran pernapasan atas seperti
batuk/pilek, maupun gejala pencernaan seperti diare dan muntah-muntah.
Apa penyebabnya?
CKejang demam disebabkan oleh adanya bagian otak yang mengatur suhu, yang
belum berkembang secara sempurna maupun cukup. Infeksi-infeksi umum pada anak
akan memicu terjadinya demam, dan demam ini akan menjadi rangsangan untuk
terjadinya kejang.
Bagaimana ciri kejang yang terjadi pada anak
yang mengalami kejang demam?
Kejang dapat berupa kejang umum dimana terdapat tangan dan kaki yang kaku,
kelojotan, maupun hanya terbatas pada salah satu tangan atau kaki saja. Kejang
dapat berlangsung <5 menit. Setelah anak kejang biasanya akan sadar dan rewel.
Apa yang harus dilakukan jika anak kejang?
Jangan panik! Hadapkan kepala anak ke satu sisi, kendurkan pakaian, dan jangan
masukkan apapun ke dalam mulut anak untuk menghindari kemungkinan tersedak dan
masuknya bahan tersebut ke paru-paru. Segera bawa ke pusat kesehatan terdekat.
Apa yang harus dihindari saat terjadi kejang
demam?
Kejang demam dapat dihindari dengan mencegah terjadinya demam itu sendiri. Hal ini
dapat dilakukan dengan memberikan kompres dengan suhu air keran, dan diseka di
kepala dan lipatan tubuh (leher dan ketiak), bukan hanya diletakkan saja. Selain itu
dapat diberikan obat penurun panas yang dapat diulang tiap 4 jam sekali sesuai dosis.
Apa tatalaksana selanjutnya jika anak terus
mengalami kejang demam?
Jika kejang pada anak masih berlanjut/berulang selama di IGD, anak akan
diberikan obat anti kejang yang dimasukkan lewat lubang bokong. Jika masih
berulang, mungkin diperlukan obat anti kejang melalui pembuluh darah. Anak
yang mengalami kejang demam pertama kali akan dirawat untuk pengawasan
kemungkinan terjadinya kejang berulang dan diberikan pengobatan untuk
mengatasi infeksi penyebab demam, serta dilakukan pemeriksaan darah untuk
melihat kemungkinan adanya gangguan elektrolit.
Untuk anak berusia kurang dari 6 bulan dan lebih dari 6 tahun dengan kejang,
mungkin diperlukan pemeriksaan lebih lanjut berupa pemeriksaan cairan otak
dan pemeriksaan aktivitas listrik otak (Elektroensefalografi). Namun hal ini dapat
didiskusikan dengan dokter anak yang merawatnya.

Kejang demam merupakan keadaan yang sering dijumpai pada anak. Apabila terjadi
kejang pada anak, jangan panik, jaga jalan napas anak agar tetap baik, dan bawa ke pusat
kesehatan terdekat. Untuk menghindarinya dapat mencegah terjadinya demam pada anak
yang merupakan trigger dari kejang tersebut. Semoga membantu teman-teman di sini
sehingga tahu tentang kejang demam pada anak dan cara untuk menanganinya!

Kejang demam pada anak merupakan salah satu kasus yang paling sering
ditemukan dikehidupan kita sehari-hari. Pernahkah anda melihat anak yang
mengalami kejang-kejang?
Kejang sendiri terjadi akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan dalam waktu
tertentu tanpa bisa dikendalikan. Salah satu penyebab terjadinya kejang demam
yaitu tingginya suhu badan anak. Timbulnya kejang yang disertai demam ini
diistilahkan sebagai kejang demam (convalsio febrillis) atau stuip/step. Biasanya
terjadi karena infeksi virus.
Perlu diperhatikan, toleransi masing-masing anak terhadap demam sangatlah
bervariasi. Pada anak yang toleransinya rendah, maka demam pada suhu tubuh
38 C pun sudah bisa membuatnya kejang. Sementara pada anak-anak yang
toleransinya normal, kejang baru dialami jika suhu badan sudah mencapai 39 C
atau lebih.
Penyakit yang dapat menyebabkan kejang :
Faktor keturunan
Batuk pilek
Radang tenggorokan
Infeksi telinga
Trauma saat lahir
Trauma kepala
Infeksi atau radang otak
Tumor otak
Perdarahan otak
Kelainan bawaan pada otak atau susunan syaraf pusat
Gangguan metabolism dan elektrolit
Reaksi alergi
Keracunan obat atau bahan kimia
Ciri-ciri kejang :
Tentu saja dalam hal ini orang tua harus bisa membaca ciri-ciri seorang anak
yang terkena kejang demam. Di antaranya:

gambar : buletinkesehatan.com

Kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang


kuat dan kejang-kejang selama 5 menit
Bola mata berbalik ke atas
Gigi terkatup
Muntah
Tak jarang si anak berhenti napas sejenak.
Pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air
besar/kecil
Pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun
intensitas waktu kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik
sampai puluhan menit.
Bahaya kejang pada anak
Umumnya, kejang yang terjadi dalam waktu singkat tidaklah berbahaya.
Namun, perlu diwaspadai bila kejang berlangsung lama (lebih dari 5 menit) dan
sering berulang. Karena, setiap kali kejang akan terjadi kerusakan sel-sel otak
akibat kekurangan oksigen dalam otak. Sehingga, semakin lama dan semakin
sering kejang terjadi, sel-sel otak yang rusak akan semakin banyak.

Apa yang harus dilakukan bila terjadi kejang demam pada anak di
rumah?
Rebahkan anak Anda di lantai atau matras yang beralas lembut.
Jangan merebahkan anak di ranjang yang sempit sehingga berisiko
terjatuh, sambil ukur suhu dengan thermometer bila tersedia di rumah.
Jika anak mulai muntah atau banyak air liur di mulutnya, pelan-
pelan miringkan tubuhnya agar dia tidak tersedak dan untuk menghindari
tersumbatnya jalan nafas.
Longgarkan pakaian yang ketat, terutama di sekitar leher, dan
dada.
Singkirkan benda-benda berbahaya yang dapat melukai dia.
Jangan menahan gerakan anak Anda selama kejang.
Jangan menaruh benda apa pun ke dalam mulutnya. Dahulu orang
biasa menempatkan batang kayu atau sendok di mulut anak untuk
mencegahnya menggigit lidah, tapi itu adalah gagasan yang buruk karena
berisiko merusak gigi dan cedera mulut lain.
Cobalah untuk tetap tenang. Kejang akan berhenti sendiri dalam
beberapa menit.
Fokuskan perhatian Anda untuk menurunkan demamnya.
Jangan memberi minuman ataupun makanan segera setelah
berhenti kejang, tunggu beberapa saat setelah anak benar benar sadar
untuk menghindari anak tersedak.
Bagaimana cara menurunkan suhu tubuh anak yang sedang mengalami
kejang demam?
Bila tersedia, masukkan diazepam dalam bentuk supositoria semi
padat ke dalam anus anak untuk mempercepat penurunan demam,
karena pada saat kejang tidak memungkinkan untuk minum obat penurun
panas.
Kompres bagian ketiak dan lipatan paha dengan air hangat. Tidak
dianjurkan mengompres anak saat kejang dengan air dingin atau alcohol
karena justru dapat meningkatkan suhu tubuh anak.
Jangan mencoba menurunkan suhu tubuh dengan memindahkan
anak ke tempat yang terlalu dingin, cukup dengan membuka jendela.
Bila kejang sudah berakhir, anak akan terjaga beberapa saat
setelah kejang. Namun harus tetap waspada karena kejang bisa berulang.
Segera periksakan anak ke Dokter untuk mencari tahu penyebab
kejangnya, apa hanya karena demam atau ada factor lain. Anda juga
harus perhatikan berapa lama anak kejang, semakin lama anak kejang
semakin berbahaya dan mengancam jiwa.

KEJANG DEMAM

1. DEFINISI

Seizures that occur in febrile children between the ages of 6 and 60 months who do not have
an intracranial infection, metabolic disturbance, or history of afebrile seizures (AAP, 2008)

Bangkitan kejang yg terjadi pd kenaikan suhu tubuh (rektal > 38oC) tanpa adanya infeksi SSP,
gangguan elektrolit atau metabolik lain, kejang disertai demam pd bayi berusia < 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam (IDAI, 2010)

2. EPIDEMIOLOGI

Febrile seizures are the most common seizure disorder in childhood, affecting 2% to 5% of
children between the ages of 6 and 60 months

Di negara Asia dilaporkan lebih tinggi, sebanyak 80%-90% dari seluruh Kejang demam adalah Kejang
Demam Sederhana (KDS). Umumnya kejang demam timbul pd tahun ke-2 kehidupan (17-23 bulan).
Kejang demam sedikit lebih sering pd anak (Laki-laki) dibandingkan anak perempuan.

3. KLASIFIKASI

Kejang demam dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

1) Kejang Demam Sederhana (KDS)

Jika kejang berlangsung kurang dari 15 menit( < 15 menit) bersifat umum (kejang seluruh tubuh) dan
tidak berulang dalam 24 jam

2) Kejang Demam Kompleks (KDK)


Jika kejang berlangsung lebih dari > 15 menit, atau fokal, & atau multipel ( 2 x kejang dlm 24 jam)

4. FAKTOR RISIKO

Faktor risiko dapat dikelompokkan menjadi, yaitu :

1. Faktor Risiko Kejang Demam Pertama

( 2 faktor risiko Risiko kejang demam sebanyak 30%)

- Riwayat keluarga dengan kejang demam (orang tua atau saudara kandung

- Pemulangan neonatus > 28 hari

- Perkembangan terlambat

- Anak dengan pengawasan

- Kadar Na (natrium) dalam serum darah rendah

- Temperatur yang tinggi

2. Faktor Risiko Kejang Demam Berulang

- Usia muda < 1 tahun

Makin muda usia anak ketika kejang pertama, maka makin besar kemungkinan rekurensinya.
Rekurensi bila serangan pertama pada anak usia < 1 tahun adalah 50% dan usia > 1 tahun adalah
28%

- Riwayat keluarga kejang demam

- Cepatnya timbul kejang setelah demam

- Temperatur yang rendah saat kejang (< 38 0C)

- Riwayat keluarga epilepsi

- Setelah kejang demam pertama, 33% anak mengalami 1 kali rekurensi atau lebih, dan 9 % anak
mengalami 3 kali rekurensi atau lebih

- Usia dini saat kejang demam dan riwayat kejang dalam keluarga merupakan faktor risiko yang kuat
untuk timbulnya rekurensi

- Sebanyak 50% rekurensi terjadi dalam 6 bulan pertama

- Sebanyak 75% berulang pada tahun pertama

- Sebanyak 90% rekurensi terjadi pada tahun kedua


3. Faktor Risiko Menjadi Epilepsi

- Perkembangan abnormal sebelum kejang demam petama

- Riwayat keluarga dengan epilepsy

- Kejang demam kompleks (KDK)

- Sebanyak 2-7% penderita kejang demam akan mengalami epilepsi di kemudian hari. Sebaliknya 10-
15% penderita epilepsi pernah mengalami kejang demam sebelumnya

- Seluruh jenis epilepsi, termasuk absens, tonik-klonik umum, dan parsial kompleks dapat terlihat pada
pasien dengan riwayat kejang demam

- National Institute of Neurologic Disorder and Stroke (NINDS) Perinatal Collaborative Project
(NCPP) melaporkan tingginya risiko epilepsi di antara anak-anak dengan perkembangan abnormal
sebelum kejang demam pertama, adanya riwayat orang tua atau saudara kandung dengan epilepsi
dan anak dengan kejang demam kompleks

- Sebanyak 60% anak dengan kejang demam tidak memiliki satupun faktor risiko di atas, sebanyak 2 %
akan berkembang menjadi epilepsi sebelum usia 7 tahun

- Dari 34% anak dengan satu faktor risiko, sebanyak 3 % akan menjadi epilepsi, dan jika mempunyai 2
atau 3 faktor risiko, maka kejadian epilepsi menjadi 13 %

4. Faktor genetik

Faktor genetik diduga sangat kuat secara autosomal dominan sederhana. Kejang demam
cenderung terjadi dalam keluarga, meskipun belum jelas diketahui cara diturunkannya. Pada anak
dengan kejang deman sering dijumai keluarganya mempunyai riwayat kejang demam. Tingginya
kejadian epilepsi dalam keluarga yang mempunyai anak dengan kejang demam tidak sepenuhnya
terbukti. Risiko epilepsi juga tinggi pada saudara kandung yang mempunyai kejang demam, tetapi
tidak untuk saudara yang lain. Orang tua mungkin menanyakan kemungkinan risiko kejang demam
untuk anak yang lainnya dan ini kira-kira 10-20%, akan lebih tinggi jika orang tuanya mempunyai
riwayat kejang demam.

5. ETIOPATOFISIOLOGI

Berbagai hipotesis telah diajukan, antara lain secara genetika ambang kejang pada anak
berbeda dan akan turun pada kenaikan suhu tubuh. Terdapat interaksi 3 faktor sabagai penyebab
kejang demam :

1. Imaturitas otak dan termoregulator

2. Demam, dimana kebutuhan 02 meningkat

3. Predisposisi genetik : > 7 lokus kromosom (poligenik, autosomal dominan)


Demam pada kejang demam sering disebabkan oleh infeksi yang umum pada anak seperti
tonsillitis, infeksi traktus respiratorius (38-40%), otitis media (15-23%) dan gasrtroenteritis akut (7-
9%). Pada anak usia prasekolah sering mendapat infeksi tersebut dan disertai demam, yang bila
dikombinasikan dengan ambang kejang yang rendah mudah mendapatkan kejang. Hanya 11%
anak dengan kejang demam mengalami kejang terjadi pada suhu <37,9C, 14-40% kejang terjadi
pada 38-38,9C dan 40-56% pada 39-39,9C.

6. MANIFESTASI KLINIS

Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Sering diperkirakan bahwa cepatnya
peningkatan temperatur merupakan pencetus untuk terjadinya kejang. Umumnya serangan kejang
tonik-klonik, awalnya dapat berupa menangis, kemudian tidak sadar dan timbul kekakuan otot.
Semua fase tonik, mungkin disertai henti napas dan inkontinensia. Kemudian diikuti fase klonik
berulang, ritmik dan akhirnya setelah kejang letargi atau tidur .

Bentuk kejang lain adalah mata terbalik ke atas dengan kekakuan atau kelemahan otot,
gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.
Serangan pada bentuk absens atau mioklonik sangat jarang. Sebagian besar berlangsung < 5 menit, <
8% berlangsung > 15 menit dan 4% kejang > 30 menitt. Bila anak kejang lagi perlu diindentifikasi
apakah ada penyakit lain yang memerlukan pengobatan tersendiri. Perlu juga diketahui mengenai
pengobatan sebelumnya, ada tidakknya trauma, perkembangan psikomotor dan riwayat keluarga
dengan epilepsi atau kejang demam.

7. PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

Pemeriksaan fisik, kesadaran, adanya meningismus, UUB yang tegang atau membonjol,
tanda Kerning atau Brudzinski, kekuatan & tonus harus diperiksa dengan teliti dan dinilai ulang
secara periodik. Sebanyak 6% anak akan mengalami rekurensi dalam 24 jam pertama, namun belum
diketahui kasus yg mana akan cepat mengalami kejang kembali. Penyebab lain dari kejang yang
disertai demam harus disingkirkan, khususnya ensefalitis atau meningitis. Pungsi lumbal terindikasi
bila ada kecurigaan klinis meningitis. Adanya sumber infeksi seperti otitis media tdk menyingkirkan
meningitis jika pasien telah mendapat antibiotik maka perlu pertimbangan lumbal pungsi

Penyebab lain kejang yang disertai demam selain meningitis & ensefalitis adalah :
gastroenteritis shigella, obat-obat tertentu seperti difenhidramin, antidepresan trisiklik, amfetamin,
kokain dan dehidrasi yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air-elektrolit.

Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan & dikerjakan untuk mengevaluasi sumber
infeksi. Foto X-ray kepala & neuropencitraan (CT atau MRI) jarang dikerjakan & tidak rutin. Untuk
pemeriksaan ElektroEncephalografi (EEG) tidak memperlihatkan kegunaan dalam mengevaluiasi
kejang demam, EEG yang dikerjakan satu miggu setelah kejang demam dapat abnormal, biasanya
berupa perlambatan di posterior. Sebanyak 95% kasus kejang demam menunjukkan gambaran EEG
abnormal bila dikerjakan segera setelah kejang demam, sekitar 30% penderita akan memperlihatkan
perlambatan di posterior dan akan menghilang 7-10 hari kemudian. Walaupun ada abormalitas
gambaran EEG yang tinggi pada anak dengan kejang demam, namun EEG tidak dapat memprediksi
rekurensi atau risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari. American Association of Pediatric
(AAP) tidak menganjurkan melakukan EEG pada penderita kejang demam sederhana atau kejang
demam kompleks.

8. TATALAKSANA

Tiga hal yg perlu dikerjakan, yaitu:

pengobatan pada fase akut

mencari dan mengobati penyebab

pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam

1. Pengobatan Fase Akut

Sebagian besar kasus kejang demam, akan berhenti sendiri tindakan yang perlu dilakukan
adalah : mencari penyebab demam dan memberikan pengobatan yang adekuat terhadap penyebab
tersebut. Untuk mencegah agar kejang tidak berulang kembali sebaiknya diberikan profilaksis
antikonvulsan, karena kejang masih dapat kambuh selama anak masih demam. Kejang harus segera
dihentikan untuk mencegah agar tidak terjadi kerusakan otak, meninggalkan gejala sisa atau
(meninggal)

Obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan i.v. atau
intrarektal. Dosis i.v. 0,3-0,5 mg/kg diberikan perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/mnt (dosis
maksimal 20 mg). Apabila sukar mencari vena dapat diberikan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg (5
mg utk bb < 10 kg & 10 mg bila bb >10 kg). Apabila kejang belum berhenti, 5 menit kemudian dapat
diulangi lagi pemberian diazepam dengan dosis dan cara yang sama. Bila kejang tidak berhenti,
diberikan fenitoin dosis awal 10-20 mg/kgbb per drip selama 20 menit setelah dilarutkan dalam
cairan NaCl 0,9%. Dosis selanjutnya 4-8 mg/kgbb/hari, 12-24 jam stlh dosis awal Setelah kejang
berhenti harus ditentukan apakah perlu pengobatan profilaksis atau tidak, tergantung jenis kejang
demam dan faktor risiko yang ada pada anak tersebut.

KEJANG

Diazepam i.v. 0,3 - 0,5 mg/kgBB (maks 20 mg) perlahan-lahan, atau rektal: 5 mg (BB <10 kg),
10 mg (BB>10 kg)

Tunggu 5 menit+oksigenasi

MASIH KEJANG

Diazepam iv atau rektal (dosis sama)

Tunggu 5 menit+oksigenasi

MASIH KEJANG
Fenitoin iv 10-20 mg/kgBB (maks 200 mg) dlm NaCl 0,9% drip selama 20 mnt

Tunggu 10 menit + oksigenasi

MASIH KEJANG

Masuk ICU - anestesi umum

Midazolam

2. Pengobatan Profilaksis

Dikenal 2 cara profilaksis, yaitu:

a. profilaksis intermiten pd waktu demam berupa:

- Antipiretik, parasetamol 10-15 mg/kgbb/kali diberikan 4 kali sehari & tdk lebih dari 5 kali
atau ibuprofen 5-10 mg/kgbb/kali, 3-4 kali sehari

- Anti kejang, diazepam oral dgn dosis 0,3 mg/kgbb/kali atau diazepam rektal0,5 mg/kgbb tiap 8
jam pd suhu tubuh >38,5C. Terdpt efek samping (25-39%): ataksia, mengantuk, iritabel & hipotonia

Although antipyretics may improve the comfort of the child, they will not prevent febrile
seizures (AAP, 2008), AAP merekomendasikan untuk tidak memberikan profilaksis intermiten apalagi
profilaksis terus-menerus pada kejang demam sederhana pertama atau yang berulang tanpa faktor
risiko.

2. Profilaksis terus menerus

Pemberian profilaksis terus menerus pada anak dengan kejang demam merupakan sebuah
kontroversi. Sebagian besar penderita kejang demam prognosis baik dan sangat rendahnya
komplikasi yang diakibatkan oleh kejang demam serta pertimbangan akan efektivitas dan efek
samping obat anti konvulsan, pemberian profilaksis terus menerus hanya diberikan secara individual
atau pada kasus tertentu saja.

Pengobatan jangka panjang HANYA diberikan jika kejang demam menunjukkan ciri sebagai
berikut (salah satu):

1. Kejang lama >15 menit

2. Kelainan neurologi yg nyata sebelum/sesudah kejang: hemiparesis, palsi serebral, retardasi mental,
hidrosefalus

3. Kejang fokal (IDAI, 2010)

Pengobatan jangka panjang DIPERTIMBANGKAN jika:


1. Kejang berulang 2 kali dalam 24 jam

2. KD terjadi pada bayi < 12 bulan

3. KD 4 kali per tahun

(IDAI, 2010)

Jenis obat untuk pengobatan jangka panjang:

1. Fenobarbital (dosis 3-4 mg/kgbb/hari dibagi 1-2 dosis) ATAU

2. Asam valproat (dosis 15-40 mg/kgbb/hari dibagi 2-3 dosis)

Efektif dlm menurunkan risiko berulangnya kejang

Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-
2 bulan

Você também pode gostar

  • Referat Perdarahan AntePartum
    Referat Perdarahan AntePartum
    Documento52 páginas
    Referat Perdarahan AntePartum
    Masayu Intan Elfiani
    100% (1)
  • Teks Pidato Remaja
    Teks Pidato Remaja
    Documento1 página
    Teks Pidato Remaja
    Sandy709
    100% (1)
  • Lapsus IUFD
    Lapsus IUFD
    Documento56 páginas
    Lapsus IUFD
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Pamflet Miopia
    Pamflet Miopia
    Documento2 páginas
    Pamflet Miopia
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Case Report Epiglotitis
    Case Report Epiglotitis
    Documento7 páginas
    Case Report Epiglotitis
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Jadwal Jaga Bedah PWD
    Jadwal Jaga Bedah PWD
    Documento2 páginas
    Jadwal Jaga Bedah PWD
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Dr. Mitro Maju Bismillah
    Tugas Dr. Mitro Maju Bismillah
    Documento43 páginas
    Tugas Dr. Mitro Maju Bismillah
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento18 páginas
    Daftar Pustaka
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Jurnal Vitamin C Vitamin E THD PE Indonesia
    Jurnal Vitamin C Vitamin E THD PE Indonesia
    Documento15 páginas
    Jurnal Vitamin C Vitamin E THD PE Indonesia
    Nuri Sakina Suharto
    Ainda não há avaliações
  • Lapsus IUFD
    Lapsus IUFD
    Documento56 páginas
    Lapsus IUFD
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Mashita Jurnal Obsgyn
    Mashita Jurnal Obsgyn
    Documento20 páginas
    Mashita Jurnal Obsgyn
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Percobaan Random Dari Program Gaya Hidup Pada Wanita Infertil Gemuk
    Percobaan Random Dari Program Gaya Hidup Pada Wanita Infertil Gemuk
    Documento13 páginas
    Percobaan Random Dari Program Gaya Hidup Pada Wanita Infertil Gemuk
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • CBD DR Tri Ferry
    CBD DR Tri Ferry
    Documento11 páginas
    CBD DR Tri Ferry
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Lembar Pengesahan Referat
    Lembar Pengesahan Referat
    Documento5 páginas
    Lembar Pengesahan Referat
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Obesitas Dan Risiko Bayi Lahir Mati
    Obesitas Dan Risiko Bayi Lahir Mati
    Documento14 páginas
    Obesitas Dan Risiko Bayi Lahir Mati
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka
    Documento8 páginas
    Tinjauan Pustaka
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Jurnal Ortho
    Jurnal Ortho
    Documento9 páginas
    Jurnal Ortho
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Jurnal Translate Fara
    Jurnal Translate Fara
    Documento9 páginas
    Jurnal Translate Fara
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Refkas Mashi 1
    Refkas Mashi 1
    Documento8 páginas
    Refkas Mashi 1
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Refkas DSS Syok Teratasi
    Refkas DSS Syok Teratasi
    Documento18 páginas
    Refkas DSS Syok Teratasi
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Jurnal Reading 2 After
    Jurnal Reading 2 After
    Documento23 páginas
    Jurnal Reading 2 After
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • CBD Anemia
    CBD Anemia
    Documento33 páginas
    CBD Anemia
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Hy 366 Nichi
    Hy 366 Nichi
    Documento6 páginas
    Hy 366 Nichi
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Documento21 páginas
    Penda Hulu An
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • CBD DR Erwin - Soraya NF
    CBD DR Erwin - Soraya NF
    Documento10 páginas
    CBD DR Erwin - Soraya NF
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iii-Iv
    Bab Iii-Iv
    Documento14 páginas
    Bab Iii-Iv
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Bab I-Ii
    Bab I-Ii
    Documento33 páginas
    Bab I-Ii
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • CA Mashita
    CA Mashita
    Documento33 páginas
    CA Mashita
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações
  • Abses
    Abses
    Documento3 páginas
    Abses
    Masayu Intan Elfiani
    Ainda não há avaliações