Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
anak?
Kejang pada anak saat keadaan demam umumnya dikenal dengan nama kejang demam
(Febrile Seizure). Pada umumnya, kejang demam terjadi pada anak berusia 6 bulan
sampai 6 tahun. Biasanya si anak akan mengalami infeksi saluran pernapasan atas seperti
batuk/pilek, maupun gejala pencernaan seperti diare dan muntah-muntah.
Apa penyebabnya?
CKejang demam disebabkan oleh adanya bagian otak yang mengatur suhu, yang
belum berkembang secara sempurna maupun cukup. Infeksi-infeksi umum pada anak
akan memicu terjadinya demam, dan demam ini akan menjadi rangsangan untuk
terjadinya kejang.
Bagaimana ciri kejang yang terjadi pada anak
yang mengalami kejang demam?
Kejang dapat berupa kejang umum dimana terdapat tangan dan kaki yang kaku,
kelojotan, maupun hanya terbatas pada salah satu tangan atau kaki saja. Kejang
dapat berlangsung <5 menit. Setelah anak kejang biasanya akan sadar dan rewel.
Apa yang harus dilakukan jika anak kejang?
Jangan panik! Hadapkan kepala anak ke satu sisi, kendurkan pakaian, dan jangan
masukkan apapun ke dalam mulut anak untuk menghindari kemungkinan tersedak dan
masuknya bahan tersebut ke paru-paru. Segera bawa ke pusat kesehatan terdekat.
Apa yang harus dihindari saat terjadi kejang
demam?
Kejang demam dapat dihindari dengan mencegah terjadinya demam itu sendiri. Hal ini
dapat dilakukan dengan memberikan kompres dengan suhu air keran, dan diseka di
kepala dan lipatan tubuh (leher dan ketiak), bukan hanya diletakkan saja. Selain itu
dapat diberikan obat penurun panas yang dapat diulang tiap 4 jam sekali sesuai dosis.
Apa tatalaksana selanjutnya jika anak terus
mengalami kejang demam?
Jika kejang pada anak masih berlanjut/berulang selama di IGD, anak akan
diberikan obat anti kejang yang dimasukkan lewat lubang bokong. Jika masih
berulang, mungkin diperlukan obat anti kejang melalui pembuluh darah. Anak
yang mengalami kejang demam pertama kali akan dirawat untuk pengawasan
kemungkinan terjadinya kejang berulang dan diberikan pengobatan untuk
mengatasi infeksi penyebab demam, serta dilakukan pemeriksaan darah untuk
melihat kemungkinan adanya gangguan elektrolit.
Untuk anak berusia kurang dari 6 bulan dan lebih dari 6 tahun dengan kejang,
mungkin diperlukan pemeriksaan lebih lanjut berupa pemeriksaan cairan otak
dan pemeriksaan aktivitas listrik otak (Elektroensefalografi). Namun hal ini dapat
didiskusikan dengan dokter anak yang merawatnya.
Kejang demam merupakan keadaan yang sering dijumpai pada anak. Apabila terjadi
kejang pada anak, jangan panik, jaga jalan napas anak agar tetap baik, dan bawa ke pusat
kesehatan terdekat. Untuk menghindarinya dapat mencegah terjadinya demam pada anak
yang merupakan trigger dari kejang tersebut. Semoga membantu teman-teman di sini
sehingga tahu tentang kejang demam pada anak dan cara untuk menanganinya!
Kejang demam pada anak merupakan salah satu kasus yang paling sering
ditemukan dikehidupan kita sehari-hari. Pernahkah anda melihat anak yang
mengalami kejang-kejang?
Kejang sendiri terjadi akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan dalam waktu
tertentu tanpa bisa dikendalikan. Salah satu penyebab terjadinya kejang demam
yaitu tingginya suhu badan anak. Timbulnya kejang yang disertai demam ini
diistilahkan sebagai kejang demam (convalsio febrillis) atau stuip/step. Biasanya
terjadi karena infeksi virus.
Perlu diperhatikan, toleransi masing-masing anak terhadap demam sangatlah
bervariasi. Pada anak yang toleransinya rendah, maka demam pada suhu tubuh
38 C pun sudah bisa membuatnya kejang. Sementara pada anak-anak yang
toleransinya normal, kejang baru dialami jika suhu badan sudah mencapai 39 C
atau lebih.
Penyakit yang dapat menyebabkan kejang :
Faktor keturunan
Batuk pilek
Radang tenggorokan
Infeksi telinga
Trauma saat lahir
Trauma kepala
Infeksi atau radang otak
Tumor otak
Perdarahan otak
Kelainan bawaan pada otak atau susunan syaraf pusat
Gangguan metabolism dan elektrolit
Reaksi alergi
Keracunan obat atau bahan kimia
Ciri-ciri kejang :
Tentu saja dalam hal ini orang tua harus bisa membaca ciri-ciri seorang anak
yang terkena kejang demam. Di antaranya:
gambar : buletinkesehatan.com
Apa yang harus dilakukan bila terjadi kejang demam pada anak di
rumah?
Rebahkan anak Anda di lantai atau matras yang beralas lembut.
Jangan merebahkan anak di ranjang yang sempit sehingga berisiko
terjatuh, sambil ukur suhu dengan thermometer bila tersedia di rumah.
Jika anak mulai muntah atau banyak air liur di mulutnya, pelan-
pelan miringkan tubuhnya agar dia tidak tersedak dan untuk menghindari
tersumbatnya jalan nafas.
Longgarkan pakaian yang ketat, terutama di sekitar leher, dan
dada.
Singkirkan benda-benda berbahaya yang dapat melukai dia.
Jangan menahan gerakan anak Anda selama kejang.
Jangan menaruh benda apa pun ke dalam mulutnya. Dahulu orang
biasa menempatkan batang kayu atau sendok di mulut anak untuk
mencegahnya menggigit lidah, tapi itu adalah gagasan yang buruk karena
berisiko merusak gigi dan cedera mulut lain.
Cobalah untuk tetap tenang. Kejang akan berhenti sendiri dalam
beberapa menit.
Fokuskan perhatian Anda untuk menurunkan demamnya.
Jangan memberi minuman ataupun makanan segera setelah
berhenti kejang, tunggu beberapa saat setelah anak benar benar sadar
untuk menghindari anak tersedak.
Bagaimana cara menurunkan suhu tubuh anak yang sedang mengalami
kejang demam?
Bila tersedia, masukkan diazepam dalam bentuk supositoria semi
padat ke dalam anus anak untuk mempercepat penurunan demam,
karena pada saat kejang tidak memungkinkan untuk minum obat penurun
panas.
Kompres bagian ketiak dan lipatan paha dengan air hangat. Tidak
dianjurkan mengompres anak saat kejang dengan air dingin atau alcohol
karena justru dapat meningkatkan suhu tubuh anak.
Jangan mencoba menurunkan suhu tubuh dengan memindahkan
anak ke tempat yang terlalu dingin, cukup dengan membuka jendela.
Bila kejang sudah berakhir, anak akan terjaga beberapa saat
setelah kejang. Namun harus tetap waspada karena kejang bisa berulang.
Segera periksakan anak ke Dokter untuk mencari tahu penyebab
kejangnya, apa hanya karena demam atau ada factor lain. Anda juga
harus perhatikan berapa lama anak kejang, semakin lama anak kejang
semakin berbahaya dan mengancam jiwa.
KEJANG DEMAM
1. DEFINISI
Seizures that occur in febrile children between the ages of 6 and 60 months who do not have
an intracranial infection, metabolic disturbance, or history of afebrile seizures (AAP, 2008)
Bangkitan kejang yg terjadi pd kenaikan suhu tubuh (rektal > 38oC) tanpa adanya infeksi SSP,
gangguan elektrolit atau metabolik lain, kejang disertai demam pd bayi berusia < 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam (IDAI, 2010)
2. EPIDEMIOLOGI
Febrile seizures are the most common seizure disorder in childhood, affecting 2% to 5% of
children between the ages of 6 and 60 months
Di negara Asia dilaporkan lebih tinggi, sebanyak 80%-90% dari seluruh Kejang demam adalah Kejang
Demam Sederhana (KDS). Umumnya kejang demam timbul pd tahun ke-2 kehidupan (17-23 bulan).
Kejang demam sedikit lebih sering pd anak (Laki-laki) dibandingkan anak perempuan.
3. KLASIFIKASI
Jika kejang berlangsung kurang dari 15 menit( < 15 menit) bersifat umum (kejang seluruh tubuh) dan
tidak berulang dalam 24 jam
4. FAKTOR RISIKO
- Riwayat keluarga dengan kejang demam (orang tua atau saudara kandung
- Perkembangan terlambat
Makin muda usia anak ketika kejang pertama, maka makin besar kemungkinan rekurensinya.
Rekurensi bila serangan pertama pada anak usia < 1 tahun adalah 50% dan usia > 1 tahun adalah
28%
- Setelah kejang demam pertama, 33% anak mengalami 1 kali rekurensi atau lebih, dan 9 % anak
mengalami 3 kali rekurensi atau lebih
- Usia dini saat kejang demam dan riwayat kejang dalam keluarga merupakan faktor risiko yang kuat
untuk timbulnya rekurensi
- Sebanyak 2-7% penderita kejang demam akan mengalami epilepsi di kemudian hari. Sebaliknya 10-
15% penderita epilepsi pernah mengalami kejang demam sebelumnya
- Seluruh jenis epilepsi, termasuk absens, tonik-klonik umum, dan parsial kompleks dapat terlihat pada
pasien dengan riwayat kejang demam
- National Institute of Neurologic Disorder and Stroke (NINDS) Perinatal Collaborative Project
(NCPP) melaporkan tingginya risiko epilepsi di antara anak-anak dengan perkembangan abnormal
sebelum kejang demam pertama, adanya riwayat orang tua atau saudara kandung dengan epilepsi
dan anak dengan kejang demam kompleks
- Sebanyak 60% anak dengan kejang demam tidak memiliki satupun faktor risiko di atas, sebanyak 2 %
akan berkembang menjadi epilepsi sebelum usia 7 tahun
- Dari 34% anak dengan satu faktor risiko, sebanyak 3 % akan menjadi epilepsi, dan jika mempunyai 2
atau 3 faktor risiko, maka kejadian epilepsi menjadi 13 %
4. Faktor genetik
Faktor genetik diduga sangat kuat secara autosomal dominan sederhana. Kejang demam
cenderung terjadi dalam keluarga, meskipun belum jelas diketahui cara diturunkannya. Pada anak
dengan kejang deman sering dijumai keluarganya mempunyai riwayat kejang demam. Tingginya
kejadian epilepsi dalam keluarga yang mempunyai anak dengan kejang demam tidak sepenuhnya
terbukti. Risiko epilepsi juga tinggi pada saudara kandung yang mempunyai kejang demam, tetapi
tidak untuk saudara yang lain. Orang tua mungkin menanyakan kemungkinan risiko kejang demam
untuk anak yang lainnya dan ini kira-kira 10-20%, akan lebih tinggi jika orang tuanya mempunyai
riwayat kejang demam.
5. ETIOPATOFISIOLOGI
Berbagai hipotesis telah diajukan, antara lain secara genetika ambang kejang pada anak
berbeda dan akan turun pada kenaikan suhu tubuh. Terdapat interaksi 3 faktor sabagai penyebab
kejang demam :
6. MANIFESTASI KLINIS
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Sering diperkirakan bahwa cepatnya
peningkatan temperatur merupakan pencetus untuk terjadinya kejang. Umumnya serangan kejang
tonik-klonik, awalnya dapat berupa menangis, kemudian tidak sadar dan timbul kekakuan otot.
Semua fase tonik, mungkin disertai henti napas dan inkontinensia. Kemudian diikuti fase klonik
berulang, ritmik dan akhirnya setelah kejang letargi atau tidur .
Bentuk kejang lain adalah mata terbalik ke atas dengan kekakuan atau kelemahan otot,
gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.
Serangan pada bentuk absens atau mioklonik sangat jarang. Sebagian besar berlangsung < 5 menit, <
8% berlangsung > 15 menit dan 4% kejang > 30 menitt. Bila anak kejang lagi perlu diindentifikasi
apakah ada penyakit lain yang memerlukan pengobatan tersendiri. Perlu juga diketahui mengenai
pengobatan sebelumnya, ada tidakknya trauma, perkembangan psikomotor dan riwayat keluarga
dengan epilepsi atau kejang demam.
Pemeriksaan fisik, kesadaran, adanya meningismus, UUB yang tegang atau membonjol,
tanda Kerning atau Brudzinski, kekuatan & tonus harus diperiksa dengan teliti dan dinilai ulang
secara periodik. Sebanyak 6% anak akan mengalami rekurensi dalam 24 jam pertama, namun belum
diketahui kasus yg mana akan cepat mengalami kejang kembali. Penyebab lain dari kejang yang
disertai demam harus disingkirkan, khususnya ensefalitis atau meningitis. Pungsi lumbal terindikasi
bila ada kecurigaan klinis meningitis. Adanya sumber infeksi seperti otitis media tdk menyingkirkan
meningitis jika pasien telah mendapat antibiotik maka perlu pertimbangan lumbal pungsi
Penyebab lain kejang yang disertai demam selain meningitis & ensefalitis adalah :
gastroenteritis shigella, obat-obat tertentu seperti difenhidramin, antidepresan trisiklik, amfetamin,
kokain dan dehidrasi yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air-elektrolit.
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan & dikerjakan untuk mengevaluasi sumber
infeksi. Foto X-ray kepala & neuropencitraan (CT atau MRI) jarang dikerjakan & tidak rutin. Untuk
pemeriksaan ElektroEncephalografi (EEG) tidak memperlihatkan kegunaan dalam mengevaluiasi
kejang demam, EEG yang dikerjakan satu miggu setelah kejang demam dapat abnormal, biasanya
berupa perlambatan di posterior. Sebanyak 95% kasus kejang demam menunjukkan gambaran EEG
abnormal bila dikerjakan segera setelah kejang demam, sekitar 30% penderita akan memperlihatkan
perlambatan di posterior dan akan menghilang 7-10 hari kemudian. Walaupun ada abormalitas
gambaran EEG yang tinggi pada anak dengan kejang demam, namun EEG tidak dapat memprediksi
rekurensi atau risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari. American Association of Pediatric
(AAP) tidak menganjurkan melakukan EEG pada penderita kejang demam sederhana atau kejang
demam kompleks.
8. TATALAKSANA
Sebagian besar kasus kejang demam, akan berhenti sendiri tindakan yang perlu dilakukan
adalah : mencari penyebab demam dan memberikan pengobatan yang adekuat terhadap penyebab
tersebut. Untuk mencegah agar kejang tidak berulang kembali sebaiknya diberikan profilaksis
antikonvulsan, karena kejang masih dapat kambuh selama anak masih demam. Kejang harus segera
dihentikan untuk mencegah agar tidak terjadi kerusakan otak, meninggalkan gejala sisa atau
(meninggal)
Obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan i.v. atau
intrarektal. Dosis i.v. 0,3-0,5 mg/kg diberikan perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/mnt (dosis
maksimal 20 mg). Apabila sukar mencari vena dapat diberikan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg (5
mg utk bb < 10 kg & 10 mg bila bb >10 kg). Apabila kejang belum berhenti, 5 menit kemudian dapat
diulangi lagi pemberian diazepam dengan dosis dan cara yang sama. Bila kejang tidak berhenti,
diberikan fenitoin dosis awal 10-20 mg/kgbb per drip selama 20 menit setelah dilarutkan dalam
cairan NaCl 0,9%. Dosis selanjutnya 4-8 mg/kgbb/hari, 12-24 jam stlh dosis awal Setelah kejang
berhenti harus ditentukan apakah perlu pengobatan profilaksis atau tidak, tergantung jenis kejang
demam dan faktor risiko yang ada pada anak tersebut.
KEJANG
Diazepam i.v. 0,3 - 0,5 mg/kgBB (maks 20 mg) perlahan-lahan, atau rektal: 5 mg (BB <10 kg),
10 mg (BB>10 kg)
Tunggu 5 menit+oksigenasi
MASIH KEJANG
Tunggu 5 menit+oksigenasi
MASIH KEJANG
Fenitoin iv 10-20 mg/kgBB (maks 200 mg) dlm NaCl 0,9% drip selama 20 mnt
MASIH KEJANG
Midazolam
2. Pengobatan Profilaksis
- Antipiretik, parasetamol 10-15 mg/kgbb/kali diberikan 4 kali sehari & tdk lebih dari 5 kali
atau ibuprofen 5-10 mg/kgbb/kali, 3-4 kali sehari
- Anti kejang, diazepam oral dgn dosis 0,3 mg/kgbb/kali atau diazepam rektal0,5 mg/kgbb tiap 8
jam pd suhu tubuh >38,5C. Terdpt efek samping (25-39%): ataksia, mengantuk, iritabel & hipotonia
Although antipyretics may improve the comfort of the child, they will not prevent febrile
seizures (AAP, 2008), AAP merekomendasikan untuk tidak memberikan profilaksis intermiten apalagi
profilaksis terus-menerus pada kejang demam sederhana pertama atau yang berulang tanpa faktor
risiko.
Pemberian profilaksis terus menerus pada anak dengan kejang demam merupakan sebuah
kontroversi. Sebagian besar penderita kejang demam prognosis baik dan sangat rendahnya
komplikasi yang diakibatkan oleh kejang demam serta pertimbangan akan efektivitas dan efek
samping obat anti konvulsan, pemberian profilaksis terus menerus hanya diberikan secara individual
atau pada kasus tertentu saja.
Pengobatan jangka panjang HANYA diberikan jika kejang demam menunjukkan ciri sebagai
berikut (salah satu):
2. Kelainan neurologi yg nyata sebelum/sesudah kejang: hemiparesis, palsi serebral, retardasi mental,
hidrosefalus
(IDAI, 2010)
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-
2 bulan