Você está na página 1de 10

Anjuran Islam tentang Etos Kerja dan Profesionalisme

Kamis, 26 November 2015 10:00Khutbah

Bagikan

Dalam Islam, kata amal bertebaran dalam al-Quran. Etos kerja menjadi hal kunci yang cukup mendapat
banyak perhatian. Tak hanya kerja untuk kehidupan akhirat kelak, tapi juga kerja untuk keberlangsungan
hidup di dunia. Islam melarang umatnya berpangku tangan atau menunggu belas kasihan orang.
Sebaliknya, agama samawi ini menekankan pentingnya kerja keras dan profesionalitas.<>



.



. .

.
Bapak-bapak, saudara-saudara, para jamaah yang kami muliakan!

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, umat Islam diarahkan oleh agamanya agar meningkatkan kualitas
takwa dan keimanannya secara terus menerus dan berkesinambungan.

Meningkatkan kualitas taqwa, seorang muslim pasti akan meningkatkan pemahaman dan pengamalan
ajaran agamanya secara baik dan lebih sempurna. Islam mengarahkan umatnya agar memiliki etos kerja
yang tinggi dan mengarah pada profesionalisme. Bila kita perhatikan ayat-ayat al-Quran yang
menekankan tentang iman kepada Allah, selalu diikuti dengan amal yang saleh yaitu bekerja secara baik,
dengan etos kerja yang tinggi, rencana yang telah disiapkan dan mengarah pada profesionalisme.
Dalam al-Quran banyak kita jumpai bimbingan dan pengarahan pada kegiatan seperti disebutkan di atas,
misalnya:




Artinya: Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka Tuhan mereka
memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya. Itulah kemenangan yang nyata. (QS. al-Jatsiah, 45:30)

Hadirin sidang Jumat yang berbahagia!

Manusia yang beriman dan bekerja dengan baik, sehingga melahirkan karya-karya besar yang bermanfaat
bagi sesamanya, disebutkan al-Quran sebagai manusia yang paling baik dan terpuji. Sesungguhnya
manusia yang paling mulia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi sesamanya dan makhluk
lain secara menyeluruh.



Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan melakukan pekerjaan yang baik, mereka itu adalah sebaik-
baik makhluk. (QS. al-Bayyinah, 98:7)

Ayat lain dalam al-Quran menyebutkan bahwa orang-orang yang beriman dan bekerja secara baik dan
profesional akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dua kebahagiaan itu merupakan suatu
kemenangan yang agung yang kita dambakan.





Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar. (QS. al-Buruj, 85:11)

Istilah bekerja dengan menggunakan kata amal dalam al-Quran, bukan saja dipakai dalam arti beramal
atau bekerja untuk kehidupan akhirat, tapi digunakan juga untuk bekerja bagi kehidupan dunia. Sebagai
contoh dapat dikemukakan ayat berikut ini:

(*)





Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman): Hai gunung-
gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud, dan Kami telah melunakkan besi
untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan
yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Saba`, 34:10-11)

Hadits Rasulullah saw banyak yang mengarahkan umat manusia agar beretos kerja yang tinggi dan
mengarah kepada profesionalisme sesuai dengan pengarahan dan bimbingan dari al-Quran seperti yang
disebutkan di atas, diantaranya:

:

:


) (
Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: Sesungguhnya Allah mencintai seseorang
yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional. (HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334).

Dari hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, diceritakan bahwa ada seorang sahabat yang meminta
bantuan kepada Nabi. Nabi memberi bantuan kepada sahabat itu, tetapi kemudian ia meminta lagi. Nabi
memperingatkan sahabat itu dan mengajarkannya supaya ia tidak selalu meminta, mencari belas kasihan
orang lain. Karena sesungguhnya tangan di atas atau memberi adalah lebih baik dari tangan di bawah yang
meminta.

Selanjutnya Nabi bertanya kepada sahabatnya itu, apakah ia masih memiliki sesuatu di rumahnya. Sahabat
itu menjawab bahwa ia tidak memiliki suatu apapun, kecuali sebuah mangkok tua. Nabi berkata padanya,
Besok kamu bawa mangkok itu, akan aku lelangkan kepada sahabat yang lain. Esok harinya sahabat itu
membawa mangkok tersebut dan diserahkan kepada Nabi. Nabi mengumumkan pada para sahabat, siapa
yang akan menolong temannya dengan jalan membeli mangkok miliknya. Beberapa sahabat berkenan
membelinya, akhirnya diambillah harga yang paling tinggi senilai dua dirham.

Nabi menyerahkan kepada pemilik mangkok itu satu dirham untuk membeli makanan bagi keluarganya.
Kata Nabi, yang satu dirham lagi kamu belikan kapak besar, lalu bawa kemari. Setelah diberikan kepada
Nabi, Nabi memasangkan gagangnya lalu berkata, Sekarang kamu pergi cari kayu dan jual ke pasar.
Selama lima belas hari aku tidak mau melihatmu. Sahabat itu kemudian bekerja sesuai dengan yang
disarankan Nabi. Setelah itu ia kembali kepada Nabi dengan membawa keuntungan sepuluh dirham. Nabi
bersabda padanya, Hal ini lebih baik bagimu daripada meminta belas kasihan orang lain yang akan
menjadi noda pada wajahmu di hari kiamat.

Betapa kerasnya Islam mengarahkan umatnya agar mau bekerja keras dan bekerja secara profesional serta
mencela mereka yang besikap pemalas dan suka meminta belas kasihan orang lain. Hal itu tergambar
dalam hadits berikut ini, Abu Abdirrahman Auf bin Malik al-Asyjai berkata:

:

:
:

:
: :


.
) (
Ketika kami sedang duduk bersama beberapa orang sahabat, jumlah kami kira-kira tujuh, delapan atau
sembilah orang, datang pada kami Rasulullah saw seraya bersabda, Tidakkah kamu berbaiat kepada
Rasulullah?. Saat itu kami baru saja berbaiat kepadanya. Maka kami menjawab, Wahai Rasulullah,
sesungguhnya kami telah berbaiat kepadamu. Kemudian Nabi saw bersabda lagi, Tidakkah kamu
berbaiat kepada Rasulullah?. Maka kami pun kembali menjawab, Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami
telah berbaiat kepadamu. Lalu beliau bersabda lagi, Tidakkah kamu berbaiat kepada Rasulullah?.
Maka kami segera mengulurkan tangan untuk berbaiat sambil berkata, Kami telah berbaiat, wahai
Rasulullah, maka baiat apa lagi yang harus kami sampaikan?. Nabi menjawab, Berbaiat untuk
menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, kemudian shalat lima waktu serta
taat kepada Allah. Kemudian Nabi saw merendahkan suaranya sambil bersabda, Dan jangan meminta-
minta suatu apapun kepada orang lain. Betapa kesungguhan para sahabat menerima baiat Nabi tadi,
perawi hadits meriwayatkan bahwa ia melihat sebagian dari mereka yang ada di situ, cambuk
kendaraannya jatuh, dan ia tidak meminta pertolongan kepada siapa pun untuk mengembalikannya. (HR.
Muslim: No.1729)

Sungguh amat tercela orang yang selalu meminta-minta belas kasihan orang lain, ia akan menghadap
kepada Allah di hari kiamat dengan muka bagaikan tengkorak.







) (
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw bersabda, Seorang tidak henti-hentinya meminta
belas kasihan kepada orang lain, hingga nanti ia akan datang pada hari kiamat dengan bentuk muka yang
tidak berdaging (seperti tengkorak). (HR. Bukhari: No. 1381 dan Muslim: No. 1725)

Keterangan di atas menjelaskan kepada kita betapa besarnya bimbingan ajaran Islam agar manusia
memiliki iman dan takwa yang sempurna, beretos kerja tinggi dan mengarah pada profesionalisme.
Dengan demikian kehadirannya di dunia ini akan bermakna, memberikan andil yang baik bagi peradaban
umat manusia dan dapat melahirkan karya-karya besar yang spektakuler bagi sesama makhluk-Nya.

Para jamaah yang berbahagia!

Memberi bantuan kepada sesama umat manusia yang membutuhkan dan sesuai dengan ajaran agama,
adalah merupakan suatu perbuatan yang sangat baik dan terpuji. Islam menetapkan syarat-syarat bagi
orang yang boleh meminta bantuan. Diantaranya; (1) orang yang memiliki tanggungan, bisa berupa denda
atau tanggungan lainnya. (2) orang yang harta bendanya tertimpa musibah sehingga musnah. Dan (3)
orang yang sangat membutuhkan. (HR. Muslim)

Pemberian bantuan seperti itu harus dilakukan oleh setiap umat yang memiliki kemampuan. Namun
bantuan itu hendaknya tidak diberikan di jalan-jalan raya, di sekitar lampu pengatur lalu lintas, dan tempat-
tempat keramaian lainnya, karena sangat mengganggu dan membahayakan. Pemberian bantuan sebaiknya
disalurkan melalui lembaga-lembaga resmi yang banyak tersebar di berbagai wilayah. Dengan cara itu,
maka ketertiban dan keselamatan para pengguna lalu lintas dapat terjaga dengan baik. Selain itu, para
fuqara, masakin, dan kaum dhuafa hendaknya diperhatikan kehidupan mereka melalui lembaga-lembaga
sosial yang resmi.

Hadirin sidang Jumat yang berbahagia!

Kita semua berharap semoga umat Islam secara keseluruhan dapat memperbaiki kinerjanya secara baik,
sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM kita menuju SDM yang unggul dan dapat bersaing dengan
dunia internasional. Dengan demikian, kita akan menjadi bangsa yang memiliki keunggulan setarap
dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju. Semoga kita semua memperoleh bimbingan serta ridha dari
Allah swt dalam segala kehidupan kita. Amin ya Rabbal Alamin.








***
Khutbah Kedua

.
.

.


.
:

:

.
.
.

.



.
.


!

.

Oleh Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, Rais Syuriyah PBNU


Dalam Islam, kata amal bertebaran dalam al-Quran. Etos kerja menjadi hal kunci yang cukup mendapat
banyak perhatian. Tak hanya kerja untuk kehidupan akhirat kelak, tapi juga kerja untuk keberlangsungan
hidup di dunia. Islam melarang umatnya berpangku tangan atau menunggu belas kasihan orang.
Sebaliknya, agama samawi ini menekankan pentingnya kerja keras dan profesionalitas.<>



.



. .

.
Bapak-bapak, saudara-saudara, para jamaah yang kami muliakan!

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, umat Islam diarahkan oleh agamanya agar meningkatkan kualitas
takwa dan keimanannya secara terus menerus dan berkesinambungan.

Meningkatkan kualitas taqwa, seorang muslim pasti akan meningkatkan pemahaman dan pengamalan
ajaran agamanya secara baik dan lebih sempurna. Islam mengarahkan umatnya agar memiliki etos kerja
yang tinggi dan mengarah pada profesionalisme. Bila kita perhatikan ayat-ayat al-Quran yang
menekankan tentang iman kepada Allah, selalu diikuti dengan amal yang saleh yaitu bekerja secara baik,
dengan etos kerja yang tinggi, rencana yang telah disiapkan dan mengarah pada profesionalisme.

Dalam al-Quran banyak kita jumpai bimbingan dan pengarahan pada kegiatan seperti disebutkan di atas,
misalnya:

Artinya: Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka Tuhan mereka
memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya. Itulah kemenangan yang nyata. (QS. al-Jatsiah, 45:30)

Hadirin sidang Jumat yang berbahagia!

Manusia yang beriman dan bekerja dengan baik, sehingga melahirkan karya-karya besar yang bermanfaat
bagi sesamanya, disebutkan al-Quran sebagai manusia yang paling baik dan terpuji. Sesungguhnya
manusia yang paling mulia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi sesamanya dan makhluk
lain secara menyeluruh.



Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan melakukan pekerjaan yang baik, mereka itu adalah sebaik-
baik makhluk. (QS. al-Bayyinah, 98:7)

Ayat lain dalam al-Quran menyebutkan bahwa orang-orang yang beriman dan bekerja secara baik dan
profesional akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dua kebahagiaan itu merupakan suatu
kemenangan yang agung yang kita dambakan.





Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar. (QS. al-Buruj, 85:11)

Istilah bekerja dengan menggunakan kata amal dalam al-Quran, bukan saja dipakai dalam arti beramal
atau bekerja untuk kehidupan akhirat, tapi digunakan juga untuk bekerja bagi kehidupan dunia. Sebagai
contoh dapat dikemukakan ayat berikut ini:

(*)




Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman): Hai gunung-
gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud, dan Kami telah melunakkan besi
untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan
yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Saba`, 34:10-11)

Hadits Rasulullah saw banyak yang mengarahkan umat manusia agar beretos kerja yang tinggi dan
mengarah kepada profesionalisme sesuai dengan pengarahan dan bimbingan dari al-Quran seperti yang
disebutkan di atas, diantaranya:

:

:


) (
Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: Sesungguhnya Allah mencintai seseorang
yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional. (HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334).
Dari hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, diceritakan bahwa ada seorang sahabat yang meminta
bantuan kepada Nabi. Nabi memberi bantuan kepada sahabat itu, tetapi kemudian ia meminta lagi. Nabi
memperingatkan sahabat itu dan mengajarkannya supaya ia tidak selalu meminta, mencari belas kasihan
orang lain. Karena sesungguhnya tangan di atas atau memberi adalah lebih baik dari tangan di bawah yang
meminta.

Selanjutnya Nabi bertanya kepada sahabatnya itu, apakah ia masih memiliki sesuatu di rumahnya. Sahabat
itu menjawab bahwa ia tidak memiliki suatu apapun, kecuali sebuah mangkok tua. Nabi berkata padanya,
Besok kamu bawa mangkok itu, akan aku lelangkan kepada sahabat yang lain. Esok harinya sahabat itu
membawa mangkok tersebut dan diserahkan kepada Nabi. Nabi mengumumkan pada para sahabat, siapa
yang akan menolong temannya dengan jalan membeli mangkok miliknya. Beberapa sahabat berkenan
membelinya, akhirnya diambillah harga yang paling tinggi senilai dua dirham.

Nabi menyerahkan kepada pemilik mangkok itu satu dirham untuk membeli makanan bagi keluarganya.
Kata Nabi, yang satu dirham lagi kamu belikan kapak besar, lalu bawa kemari. Setelah diberikan kepada
Nabi, Nabi memasangkan gagangnya lalu berkata, Sekarang kamu pergi cari kayu dan jual ke pasar.
Selama lima belas hari aku tidak mau melihatmu. Sahabat itu kemudian bekerja sesuai dengan yang
disarankan Nabi. Setelah itu ia kembali kepada Nabi dengan membawa keuntungan sepuluh dirham. Nabi
bersabda padanya, Hal ini lebih baik bagimu daripada meminta belas kasihan orang lain yang akan
menjadi noda pada wajahmu di hari kiamat.

Betapa kerasnya Islam mengarahkan umatnya agar mau bekerja keras dan bekerja secara profesional serta
mencela mereka yang besikap pemalas dan suka meminta belas kasihan orang lain. Hal itu tergambar
dalam hadits berikut ini, Abu Abdirrahman Auf bin Malik al-Asyjai berkata:

:

:
:

:
: :



.
) (
Ketika kami sedang duduk bersama beberapa orang sahabat, jumlah kami kira-kira tujuh, delapan atau
sembilah orang, datang pada kami Rasulullah saw seraya bersabda, Tidakkah kamu berbaiat kepada
Rasulullah?. Saat itu kami baru saja berbaiat kepadanya. Maka kami menjawab, Wahai Rasulullah,
sesungguhnya kami telah berbaiat kepadamu. Kemudian Nabi saw bersabda lagi, Tidakkah kamu
berbaiat kepada Rasulullah?. Maka kami pun kembali menjawab, Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami
telah berbaiat kepadamu. Lalu beliau bersabda lagi, Tidakkah kamu berbaiat kepada Rasulullah?.
Maka kami segera mengulurkan tangan untuk berbaiat sambil berkata, Kami telah berbaiat, wahai
Rasulullah, maka baiat apa lagi yang harus kami sampaikan?. Nabi menjawab, Berbaiat untuk
menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, kemudian shalat lima waktu serta
taat kepada Allah. Kemudian Nabi saw merendahkan suaranya sambil bersabda, Dan jangan meminta-
minta suatu apapun kepada orang lain. Betapa kesungguhan para sahabat menerima baiat Nabi tadi,
perawi hadits meriwayatkan bahwa ia melihat sebagian dari mereka yang ada di situ, cambuk
kendaraannya jatuh, dan ia tidak meminta pertolongan kepada siapa pun untuk mengembalikannya. (HR.
Muslim: No.1729)

Sungguh amat tercela orang yang selalu meminta-minta belas kasihan orang lain, ia akan menghadap
kepada Allah di hari kiamat dengan muka bagaikan tengkorak.






) (
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw bersabda, Seorang tidak henti-hentinya meminta
belas kasihan kepada orang lain, hingga nanti ia akan datang pada hari kiamat dengan bentuk muka yang
tidak berdaging (seperti tengkorak). (HR. Bukhari: No. 1381 dan Muslim: No. 1725)

Keterangan di atas menjelaskan kepada kita betapa besarnya bimbingan ajaran Islam agar manusia
memiliki iman dan takwa yang sempurna, beretos kerja tinggi dan mengarah pada profesionalisme.
Dengan demikian kehadirannya di dunia ini akan bermakna, memberikan andil yang baik bagi peradaban
umat manusia dan dapat melahirkan karya-karya besar yang spektakuler bagi sesama makhluk-Nya.

Para jamaah yang berbahagia!

Memberi bantuan kepada sesama umat manusia yang membutuhkan dan sesuai dengan ajaran agama,
adalah merupakan suatu perbuatan yang sangat baik dan terpuji. Islam menetapkan syarat-syarat bagi
orang yang boleh meminta bantuan. Diantaranya; (1) orang yang memiliki tanggungan, bisa berupa denda
atau tanggungan lainnya. (2) orang yang harta bendanya tertimpa musibah sehingga musnah. Dan (3)
orang yang sangat membutuhkan. (HR. Muslim)

Pemberian bantuan seperti itu harus dilakukan oleh setiap umat yang memiliki kemampuan. Namun
bantuan itu hendaknya tidak diberikan di jalan-jalan raya, di sekitar lampu pengatur lalu lintas, dan tempat-
tempat keramaian lainnya, karena sangat mengganggu dan membahayakan. Pemberian bantuan sebaiknya
disalurkan melalui lembaga-lembaga resmi yang banyak tersebar di berbagai wilayah. Dengan cara itu,
maka ketertiban dan keselamatan para pengguna lalu lintas dapat terjaga dengan baik. Selain itu, para
fuqara, masakin, dan kaum dhuafa hendaknya diperhatikan kehidupan mereka melalui lembaga-lembaga
sosial yang resmi.

Hadirin sidang Jumat yang berbahagia!

Kita semua berharap semoga umat Islam secara keseluruhan dapat memperbaiki kinerjanya secara baik,
sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM kita menuju SDM yang unggul dan dapat bersaing dengan
dunia internasional. Dengan demikian, kita akan menjadi bangsa yang memiliki keunggulan setarap
dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju. Semoga kita semua memperoleh bimbingan serta ridha dari
Allah swt dalam segala kehidupan kita. Amin ya Rabbal Alamin.








***
Khutbah Kedua


.

.

.


.
:

:

.
.
.

.



.
.


!

.

Você também pode gostar