Você está na página 1de 2

Alkoholisme, Antara Stigma dan Budaya

Alkohol (miras / minuman keras), jika kata ini terdengar di telinga sebagian
masyarakat kita adalah benda yang memabukkan dan harus di jauhi. Minuman
beralkohol; yang dapat membuat siapa pun yang meminumnya dengan takaran dosis
tertentu dapat membuat seseorang mabuk. Itulah mungkin pengertian yang termudah.
Ada banyak minuman yang mengandung alkohol yang tersebar di masyarakat kita dengan
bentuk dan variasi nama tersendiri dari setiap daerah- daerah. Seperti arak Bali, arak
Tuban, tuak, ciu, dan lain sebagainya. Jika kita meluas lagi ke tingkat Negara, ada juga
minuman keras yang diproduksi oleh luar Negara Indonesia dan dikonsumsi oleh
masyarakat kita seperti Jack Daniels, Cocktail: Long Island; Zombie, Chivas Regal, Red
Label, Tequilla, dan lain sebagainya.

Alkohol layaknya stimulan memabukkan lainnya, seperti ganja atau obat terlarang
apa pun jenisnya, sebagian masyarakat kita menyukainya karena benda tersebut
memabukkan. Hal tersebut biasanya membantu untuk merasa senang, bahagia (tertawa);
melayang. Itulah efek yang timbul ketika benda ini diminum dengan dosis tertentu.
Beberapa alasan yang membuat masyarakat meminum alkohol antara lain ; ketika
menghadapi keadaan yang sulit, karena dengan meminumnya dapat menimbulkan sensasi
melayang-layang. Selain itu alkohol oleh sebagian masyarakat kita juga dijadikan
identitas suatu masyarakat daerah setempat, dan diembel embelkan pada minuman
khasnya. Seperti arak Bali, arak Tuban dan lain sebagainya, disini nama daerah
disematkan pada minuman keras yang mereka produksi sehingga menjadikan alkohol ini
sebagai identitas mayaraka.

Lain halnya dengan persepsi budaya luar negri seperti Eropa dan lainnya mengenai
alkohol. Disana budaya minum alkohol cenderung sebagai hal yang biasa, apalagi bagi
mereka yang tinggal di iklim yang dingin seperti Inggris, Irlandia, Jerman, Austria dan
Skandinavia misalnya. Mereka mengkonsumsi karena dalam hal kebutuhan
menghangatkan tubuh salah satunya. Alkohol dalam peradaban setiap negara mempunyai
kekhasan tersendiri. Alkohol muncul pertama kalinya di peradaban Mesir Kuno.
Selanjutnya alkohol juga muncul di peradaban Yunani Kuno dan Romawi Kuno. Seiring
perjalanan waktu di negara-negara lain muncul berbagai macam minuman keras dengan
kekhasan tersendiri, seperti Perancis terkenal dengan wine-nya, Rusia dengan vodka,
Jepang dengan shochu dan sake, dan masih banyak lagi daerah-daerah yang
menghasilkan khas minuman beralkohol.

Dengan maraknya peradaban dan budaya alkohol, Indonesia mempunyai stigma-


stigma tersendiri mengenai konsumsi alkohol tersebut. Seseorang mendapatkan konsepsi
tentang minuman beralkohol melalui norma masyarakat di mana ia tinggal. Faktor sosial
dan ritual memiliki pengaruh sangat penting dalam budaya alkohol. Alkohol dimata
sebagian masyarakat adalah benda yang memabukkan dan benda yang wajib di jauhi.
Pandangan ini juga terkonstruksi oleh pandangan agama yang tidak memperbolehkan
mengkonsumsi alkohol, karena alkohol mempunyai efek membuat tidak sadar bagi
peminumnya yang ditakutkan akan melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama.
Maka dari itu konstruksi itu melekat pada diri manusia sehingga menimbulkan anggapan
jelek mengenai alkohol tersebut.

Selain karena konstruksi agama, alkohol ini juga memiliki beberapa efek samping
terhadap kesehatan. Seperti bahaya liver, ginjal, syaraf dan lain sebagainya. Maka dari
itu bahaya terhadap alkohol ini semakin memperkuat pemikiran manusia dan memberi
anggapan bahwa benda tersebut harus dijauhi, selain agar bisa menjalankan peraturan
agama juga demi menjaga kesehatan mereka

Beberapa studi menunjukkan gender juga mempengaruhi konsumsi alkohol. Pria


cenderung lebih banyak mengonsumsi alkohol dibandingkan wanita. Di samping itu,
penyalahgunaan alkohol juga sering terkait dengan kekerasan seksual pria terhadap
wanita. Kaitan semu antara alkohol dan kejantanan menjadi faktor utama yang
menyebabkan perbedaan konsumsi alkohol antargender ini. Padahal sejak lima abad lalu,
Shakespeare telah mengatakan tentang alkohol, It provokes the desire but it takes away
the performance.

Oleh karena itu, perlu pendidikan baik formal maupun non formal terhadap perilaku
yang menyimpang dalam agama dan norma masyarakat salah satunya budaya minum
alkohol. Diperlukan pembiasaan berkarakter baik seperti tauladan kita, Rasululloh SAW.
Selain itu penempatan individu pada lingkungan yang baik juga dianjurkan, sehingga
terbentuk perilaku yang baik pula.

Dikutip dari tulisan, Achmad Wigy Wicaksono dan Cokhy Indira Fasha

http://galerietnofotografi.blogspot.co.id/2013/03/edisi-alkoholisme.html

http://cokhy.blogspot.co.id/2011/10/celotehan-tentang-budaya-alkohol-bagian_24.html

Você também pode gostar