Você está na página 1de 18

Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

Hadits Ketujuh
AGAMA ADALAH NASEHAT

)) : ,
: :((
.(( , , ,))
.
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Daary , bahwasanya Nabi
bersabda, "Agama itu nasehat". Kami pun bertanya, "Hak siapa
(nasehat itu)?". Beliau menjawab, "Nasehat itu adalah hak Allah,
kitab-Nya, rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan
rakyatnya (kaum muslimin)".
Diriwayatkan oleh Muslim.

DERAJAT HADITS:
Shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya,
hadits no: 55 dan no: 95.

BIOGRAFI SINGKAT PERAWI HADITS:


Perawi hadits ini, Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Daary
adalah salah seorang shahabat Nabi yang berasal dari negeri
Palestina, tepatnya di kota Bait al-Lakhm (Betlehem). Meninggal pada
tahun 40 H. Beliau termasuk shahabat yang sedikit riwayat
haditsnya, di dalam kutub as sittah1 beliau hanya memiliki sembilan
hadits saja, di dalam shahih muslim hanya ada satu hadits saja yang
beliau riwayatkan, yaitu hadits yang akan kita bahas kali ini, yang
mana dia merupakan hadits yang paling masyhur di antara hadits-
hadits yang beliau riwayatkan2.

KEDUDUKAN HADITS INI:


Hadits ini merupakan salah satu hadits yang sangat agung
kedudukannya, karena dia mencakup seluruh ajaran agama Islam,
entah itu yang berkaitan dengan hak-hak Allah, hak-hak rasul-Nya
maupun hak-hak umat manusia pada umumnya3.

PENJELASAN MENGENAI HADITS INI:


_______________________________________________________________________


"Agama itu nasehat".

Kata ad-dien dalam bahasa Arab mempunyai dua makna:



1. Pembalasan, contohnya firman Allah

Artinya:
"Yang menguasai hari pembalasan". QS. Al-Fatihah: 4.
2. Agama, contohnya firman Allah ,
Artinya:
"Dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu". QS. Al-
Maidah: 3.

1
Kutub as-Sittah adalah enam buku inti yang menghimpun hadits-hadits nabi ,
buku-buku itu adalah: Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan
at-Tirmidzi, Sunan an-Nasai dan Sunan Ibn Majah.
2
Lihat: Siyar A'lam an-Nubala (II/442-448).
3
Lihat: Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Shalih Alu Syaikh, hal 54.

1
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

Adapun dalam hadits kita ini, yang dimaksud dengan kata ad-dien
adalah: agama1.
Kata an-nashihah berasal dari kata an nush-hu yang secara
etimologi mengandung dua makna:
1. Bersih dari kotoran-kotoran dan bebas dari para sekutu.
2. Merapatnya dua sesuatu sehingga tidak saling berjauhan.
Adapun definisi an-nashihah secara terminologi dalam hadits ini
adalah: Mengharapkan kebaikan orang yang dinasehati, definisi ini
berkaitan dengan nasehat yang ditujukan kepada pemimpin umat
Islam dan rakyatnya. Adapun jika nasehat itu diarahkan kepada Allah,
kitab-Nya dan Rasul-Nya, maka yang dimaksud adalah merapatnya
hubungan seorang hamba dengan tiga hal tersebut di atas, di mana
dia menunaikan hak-hak mereka dengan baik.
Dalam memahami sabda Nabi "agama itu nasehat", para
ulama berbeda pendapat; ada yang mengatakan bahwa semua ajaran
agama Islam tanpa terkecuali adalah nasehat. Sebagian ulama yang
lain menjelaskan maksud dari hadits ini adalah bahwa sebagian besar
ajaran agama Islam terdiri dari nasehat, menurut mereka hal ini
senada dengan sabda Nabi ,

"Do'a adalah ibadah" 2.
Juga semisal dengan sabda Nabi ,

"Haji adalah Arafah" . 3

Bukan berarti bahwa ibadah dalam agama Islam itu hanya berbentuk
do'a saja, juga bukan berarti bahwa ritual ibadah haji hanya wukuf di
Arafah saja, yang dimaksud dari kedua hadits adalah: menerangkan
betapa pentingnya kedudukan dua macam ibadah tersebut.
Akan tetapi jika kita amati dengan seksama hal-hal yang
memiliki hak untuk mendapatkan nasehat -yang disebutkan dalam
hadits ini- akan kita dapati bahwa betul-betul ajaran agama Islam
semuanya adalah nasehat, tanpa terkecuali. Entah itu yang
berkenaan dengan akidah, ibadah, maupun mu'amalah4.
Nabi sengaja tidak langsung menjelaskan dari awal siapa saja
yang berhak mendapatkan nasehat ini, agar para shahabat sendiri
yang bertanya untuk siapakah nasehat itu. Tujuan metode ini -yakni
metode melemparkan suatu masalah secara global kemudian setelah
itu diperincikan-, adalah agar ilmu tersebut membekas lebih dalam.
Hal itu dikarenakan tatkala seseorang mengungkapkan suatu hal
secara global, para pendengar akan mengharap-harap perincian hal
tersebut, kemudian datanglah perincian itu di saat kondisi jiwa
berharap serta menanti-nantikannya, sehingga membekaslah ilmu itu
lebih dalam di dalam jiwa. Hal ini berbeda jika perincian suatu ilmu
sudah disampaikan kepada pendengar sejak awal pembicaraan5.

1
Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin,
hal: 135-136.
2
HR Abu Dawud (II/109 no: 1479), at-Tirmidzi (V/456 no: 3372) dan Ibn Majah
(V/354 no: 3828). At-Tirmidzi berkata: hadits ini hasan shahih, Ibnu Hajar dalam
Fath al Bary (I/49) berkata sanadnya jayyid (bagus), Al-Albani berkata: shahih.
3
HR. At-Tirmidzi (III/228 no: 889), an-Nasai (V/256), Ibn Majah (IV/477 no 3015),
Ahmad (IV/309) dan Ibn Khuzaimah (IV/257). Al-Albani berkata: shahih.
4
Lihat: Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Shalih Alu Syaikh, hal 54-55.
5
Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
hal: 136.

2
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

_______________________________________________________________________
:
Kami (para shahabat) bertanya, "Hak siapa nasehat itu wahai
Rasulullah?"
Huruf lam dalam perkataan para shahabat fungsinya adalah
untuk istihqaq (menerangkan milik atau hak), yang berarti: nasehat
ini haknya siapa wahai Rasulullah?1.

_______________________________________________________________________
, , , :.
Beliau menjawab, "Nasehat itu adalah hak Allah, kitab-Nya,
Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan rakyatnya (kaum
muslimin)".
Dalam jawaban beliau ini diterangkan bahwa yang berhak
untuk mendapatkan nasehat ada lima:

Pertama: Nasehat untuk Allah .


Nasehat untuk Allah artinya: menunaikan hak-hak Allah baik
itu hak yang wajib maupun yang sunnah2.
Hak-hak Allah yang wajib mencakup antara lain:
1. Beriman terhadap rububiyah Allah , yang berarti: meyakini
bahwa Allah-lah satu-satunya Rabb segala sesuatu, satu-satunya
pencipta, Yang memberi rizki, Yang menghidupkan dan
mematikan, Yang mendatangkan manfaat dan melindungi dari
marabahaya, Yang mengabulkan doa, Yang Maha memiliki dan
menguasai segala sesuatu, tidak ada sekutu bagi-Nya3. Allah
berfirman,


artinya: "Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam". QS. Al-
Fatihah: 1.
2. Beriman terhadap uluhiyah Allah , yang berarti: mengesakan
Allah dalam segala macam bentuk ibadah4. Jadi kita harus
mengikhlaskan semua ibadah kita, mulai dari shalat, doa,
kurban, sampai al-khauf (rasa takut), al-mahabbah (cinta), dan
ibadah-ibadah yang lainnya. Allah ta'ala berfirman,



Artinya: "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan
manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku". QS.
Adz-Dzariyat: 56.
3. Beriman terhadap asmaa' (nama-nama) dan shifaat (sifat-sifat)
Allah . Maksudnya adalah: Mengesakan Allah dalam nama-
nama-Nya yang mulia serta sifat-sifat-Nya yang agung, yang
disebutkan di dalam al-Qur'an dan al-Hadits, sembari
mengimani makna dan hukum-hukumnya5, tanpa mengotorinya

1
Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Shalih Alu Syaikh, hal 55.
2
Ibid, lihat pula: Ta'dzim Qadr ash-Shalah, karya Muhammad bin Nashr al-Marwazy
(II/691-692).
3
Taisir al- 'Aziz al-Hamid, oleh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul
Wahab, hal 26.
4
Al-Irsyad ila Shahih al-I'tiqad, karya Dr. Shalih al-Fauzan, hal 30.
5
Mu'taqad Ahlus Sunnah wal Jama'ah fi Tauhidil Asma' wash Shifat, karya Prof. Dr.
Muhammad bin Khalifah at-Tamimi, hal 31.

3
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

dengan tahrif (mengubah), ta'thil (menafikan), takyif (berusaha


mencari-cari caranya), atau tamtsil (meyakini bahwa sifat-sifat
Allah seperti sifat-sifat para makhluk). Allah berfirman,



Artinya: "Tidak ada sesuatupun yang serupa
dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat". QS. Asy-Syuraa: 11.
4. Melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan-Nya
dan menjauhi larangan-larangan yang diharamkan-Nya. Ini
adalah salah satu tanda rasa cinta seorang hamba kepada
Rabbnya1. Allah berfirman,
*

Artinya: "Katakanlah, "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,


ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-
dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Katakanlah, "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang kafir". QS. Ali Imran: 31-32.
Hal-hal yang wajib contohnya: mendirikan shalat, menunaikan
zakat, berpuasa di bulan ramadhan, berdakwah kepada agama
Allah dan lain-lain. Contoh larangan-larangan: syirik, berzina,
bermain judi, dan lain sebagainya.
5. Tidak rela melihat larangan-Nya dilanggar, serta merasa
bahagia jika melihat para hamba-Nya taat dalam menjalankan
perintah-Nya2.

Adapun hak-hak Allah yang sunnah, contohnya adalah:


1. Mengutamakan hal-hal yang dicintai oleh Allah atas hal-hal
yang dicintai oleh diri sendiri. Jika suatu saat seorang hamba
dihadapkan kepada dua perkara salah satunya berkaitan
dengan pribadinya dan yang lain berkaitan dengan hak Allah,
maka dia mendahulukan yang merupakan hak Allah, serta
mengakhirkan hak pribadinya3. Tentunya yang dimaksud di sini
adalah perkara-perkara yang mustahab hukumnya.
2. Selalu mengingat bagaimana kelak di hari kiamat dia berdiri di
hadapan Allah4.

Kedua: Nasehat untuk kitab-Nya (al-Qur'an).


Nasehat untuk al-Qur'an maksudnya adalah: menjalankan hak-hak
al-Qur'an, baik itu hak-hak yang wajib maupun yang sunnah
hukumnya.
Adapun hak-hak al-Qur'an yang wajib antara lain:
1. Meyakini bahwasanya al-Qur'an itu betul-betul kalam
(perkataan) Allah , baik itu huruf-hurufnya maupun makna
yang terkandung di dalamnya. Allah benar-benar berfirman
dengannya, lantas malaikat Jibril menyampaikannya kepada
Rasulullah , agar dibacakan kepada umatnya Kita harus
1
Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaid al-Arba'in an-Nawawiyah, karya Dr. Bandar
al-'Abdaly, hal 37.
2
Ta'dzim Qadr ash-Sholah (II/692).
3
Ibid (II/691).
4
Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Shalih Alu Syaikh, hal 56.

4
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

mengagungkan dan mencintainya karena dia adalah kalamullah


yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, Allah
berfirman,

Artinya: "Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk
kepada (jalan) yang lebih lurus". QS. Al-Israa: 9.
2. Beriman bahwasanya al-Qur'an adalah sebaik-baik perkataan,
juga hukum-hukum yang terkandung di dalamnya adalah
sebaik-baik hukum, tidak ada yang setara dengannya. Allah
berfirman,


Artinya: "Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik
(yaitu) al-Qur'an". QS. Az-Zumar: 43.
3. Menjalankan perintah-perintah Allah yang Dia wajibkan di
dalamnya, serta menjauhi larangan-larangan yang Dia
haramkan atas umat-Nya di dalamnya.
4. Meyakini kebenaran berita-berita yang disebutkan di dalamnya,
tanpa dicemari dengan keraguan sedikitpun. Jika Allah telah
memberitakan di dalamnya tentang adanya kehidupan sesudah
dunia yang fana ini, kitapun harus mempercayainya, tanpa
berusaha untuk memustahilkannya dengan otak kita yang
terbatas. Sebagaimana yang diperbuat oleh para ahli filsafat
dari dulu sampai sekarang, yang terlalu mendewakan akal
mereka yang lemah. Allah menceritakan perkataan nenek
moyang mereka,



Artinya: "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita
sekali-kali tidak akan dibangkitkan". QS Al-An'am: 29.
5. Melindungi al-Qur'an dari ulah orang-orang yang
menafsirkannya semaunya sendiri, serta membantah dan
mengungkap kebatilan mereka1.

Sedangkan hak-hak al-Qur'an yang sunnah hukumnya, contohnya:


1. Memperbanyak dalam membaca, menghapalkan dan
menghayatinya. Ini adalah salah satu bentuk merapatnya
hubungan seorang hamba dengan kitab Rabbnya2. Rasulullah
menerangkan keutamaan membaca al-Qur'an dalam sabdanya,

Artinya: "Bacalah al-Qur'an, sesungguhnya dia akan menjadi
syafa'at di hari kiamat bagi orang-orang yang membacanya" 3.
Dan masih banyak hadits-hadits nabawi lainnya yang
menceritakan keutamaan membaca kitabullah yang agung ini.
Menilik besarnya keutamaan membaca al-Qur'an para salaf
sangat memperhatikan hal itu, sebagai contoh: Ubay bin Ka'ab
senantiasa mengkhatamkan al-Qur'an setiap delapan hari
sekali, Tamim ad-Daary seminggu sekali, dan al-Aswad bin
Yazid enam hari sekali4.

1
Shiyanah Shahih Muslim, karya Ibnu ash-Sholah, hal 224, dan Syarh al-Arba'in an-
Nawawiyah, oleh Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin hal: 136
2
Lihat: Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Shalih Alu Syaikh, hal 56.
3
HR. Muslim (I/553 no 804).
4
Lihat: Fadhail al-Qur'an, karya Ibnu Katsir, hal 250-251.

5
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

2. Tentunya seorang muslim yang menginginkan kebaikan di dunia


dan di akheratnya tidak mencukupkan diri dengan hanya
membaca dan menghapal al-Qur'an saja, akan tetapi dia juga
berusaha semampunya untuk memahami makna-makna yang
terkandung di dalamnya. Sebab hal itu akan melapangkan
hatinya, mendatangkan rasa bahagia dan ketenangan jiwa,
serta membantu agar bisa mengamalkannya. Di antara faktor
yang amat membantu seorang muslim dalam memahami
kitabullah, adalah kembali kepada kitab-kitab tafsir di saat dia
menemukan kesulitan. Tafsir Ibnu Katsir dan tafsir as-Sa'dy,
merupakan salah satu pilihan terbaik seorang muslim yang
ingin menghayati isi al-Qur'an1. Ibnul Qayim dengan sangat
piawai berpetuah, "Seandainya orang-orang tahu apa yang yang
akan mereka petik jika mereka membaca al-Qur'an dengan
tadabbur (perenungan), niscaya dia akan menyibukkan diri
dengannya dan tidak mempedulikan urusan lainnya. Di saat
melewati suatu ayat, yang kebetulan dia sangat
membutuhkannya untuk mengobati sebuah penyakit yang
bercokol di hatinya, dia akan mengulang-ulanginya meskipun
sampai seratus kali atau bahkan semalam suntuk. Membaca al-
Qur'an dengan penghayatan dan pemahaman lebih baik
daripada mengkhatamkan al-Qur'an tanpa merenungi dan
memahami maknanya. Sebab tadabbur itu akan lebih
bermanfa'at untuk hati, lebih menambah keimanan, serta
seorang hamba bisa lebih merasakan manisnya al-Qur'an"2.
3. Mengajarkan al-Qur'an terhadap kaum muslimin dan
memasyarakatkannya3. Rasulullah menghasung,

"Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang
mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya".

Ketiga: Nasehat untuk Rasul-Nya .


Nasehat untuk Rasulullah adalah sebagaimana yang diterangkan
oleh Imam al-Qurthuby tatkala beliau menafsirkan ayat:

" Jika mereka menunaikan nasehat untuk Allah dan Rasul-Nya".
QS. At-Taubah: 91. Beliau berkata: "Nasehat untuk Rasul-Nya
berarti: mempercayai kenabiannya, senantiasa menaatinya di setiap
perintah dan larangannya, mencintai siapa yang mencintainya serta
memusuhi siapa yang memusuhinya, menghormatinya, mencintainya
dan mencintai keluarganya, mengagungkannya serta mengagungkan
sunah-sunahnya dengan cara menghidupkannya tatkala dia padam,
mencari dan berusaha memahaminya, melindungi, menyebarkan dan
mengajak umat manusia untuk kembali kepadanya, serta berusaha
untuk berakhlak dengan akhlak Nabi yang mulia"4.
Jadi, nasehat untuk Rasulullah mencakup berbagai hal, antara
lain:
1. Meyakini bahwa beliau benar-benar utusan Allah , dan beliau
adalah Rasul yang jujur dan terpercaya, tidak berdusta maupun
didustakan. Juga beriman bahwasanya beliau adalah Nabi
1
Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaid al-Arba'in an-Nawawiyah, hal 38.
2
Miftah Daar as-Sa'adah, karya Ibnul Qayyim (I/553).
3
Ta'dzim Qadr ash-Shalah (II/693), dan Qawa'id wa Fawa'id min al-Arba'in an-
Nawawiyah, oleh Nadzim Muhammad Sulthan, hal 93.
4
Tafsir al-Qurthuby (VIII/210).

6
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

yang paling akhir yang merupakan penutup para nabi. Setiap


ada yang mengaku-aku sebagai nabi sesudah beliau adalah
dusta, palsu dan batil1.
2. Mentaati perintahnya dan menjauhi larangan. Allah
menegaskan,

Artinya: "Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka


terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah". QS. AL-Hasyr: 7.
3. Membenarkan berita-berita yang beliau sampaikan, baik itu
berupa berita-berita yang telah terjadi maupun yang belum
terjadi, karena hal itu adalah wahyu yang bersumber dari Allah
. Di dalam al-Qur'an,
.
Artinya: "Dan tiadalah yang diucapkannya itu, menurut kemauan
hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya)". QS. An-Najm: 3-4.
4. Beribadah kepada Allah dengan tata-cara yang telah diajarkan
oleh Rasulullah , tanpa ditambah-tambahi ataupun dikurangi.
Allah berfirman,
Artinya:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu". QS. Al-Ahzab; 21.
Juga Nabi kita telah menjelaskan,

Artinya: "Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang
tidak sesuai dengan petunjukku, maka amalan itu akan ditolak"
2
.
5. Meyakini bahwa apa yang berasal dari Nabi setingkat dengan
apa yang datang dari Allah dari segi keharusan untuk
mengamalkannya, karena apa yang disebutkan di dalam as-
Sunnah, serupa dengan apa yang disebutkan di dalam al-
Qur'an3. Allah berfirman,



Artinya: "Barang siapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya
ia telah mentaati Allah". QS. An-Nisa: 80.
6. Membela Rasulullah tatkala beliau masih hidup, dan membela
ajarannya setelah beliau wafat. Dengan cara menghapal,
memahami dan mengamalkan hadits-hadits Nabi .
Menghidupkan sunnahnya serta menyebarkannya di kalangan
masyarakat.
7. Mendahulukan cinta kepadanya dari cinta kepada selainnya.
Suatu hari Umar bin Khattab berkata, "Demi Allah wahai
Rasulullah, sesungguhnya engkau benar-benar lebih aku cintai
dari segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri!". Nabi pun
menyahut, "Tidak demi Allah, hingga aku lebih engkau cintai

1
Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
hal: 137, Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaid al-Arba'in an-Nawawiyah, hal 38, Syarh
al-Arba'in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Shalih Alu Syaikh, hal 56.
2
HR. Muslim (III/1344 no 1718).
3
Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
hal: 138.

7
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

dari dirimu sendiri!". Maka Umar berkata, "Adapun sekarang


demi Allah engkau betul-betul lebih aku cintai dari diriku
sendiri!". Nabi pun bersabda, "Sekarang baru (engkau benar-
benar mencintaiku)"1.
Akan tetapi jangan sampai dipahami bahwa cinta kita kepada
Rasulullah akan membawa kita untuk bersikap ghuluw
(berlebih-lebihan), sehingga mengangkat kedudukan beliau
melebihi kedudukan yang Allah karuniakan kepada Nabi-Nya.
Sebagaimana halnya perbuatan sebagian orang yang
mengarahkan ibadah-ibadah yang seharusnya dipersembahkan
untuk Allah , dia persembahkan untuk Rasulullah . Contohnya:
beristighatsah dan memohon kepadanya, meyakini bahwa
beliau mengetahui semua perkara-perkara yang ghaib, dan lain
sebagainya. Jauh-jauh hari Nabi kita telah memperingatkan
umatnya agar tidak terjerumus ke dalam sikap ekstrim ini,
: , ,
"Janganlah kalian terlalu berlebih-lebihan dalam memujiku
sebagaimana orang-orang Nashrani terlalu berlebih-lebihan
dalam memuji (Isa) bin Maryam, sesungguhnya aku hanyalah
hamba-Nya, maka ucapkanlah (bahwa aku): hamba Allah dan
rasul-Nya"2.
8. Termasuk tanda mencintai Rasulullah , adalah mencintai
orang-orang yang dicintainya. Mereka antara lain: keluarga dan
keturunannya (ahlul bait), para shahabatnya3, serta setiap
orang yang mencintai beliau . Juga masih dalam kerangka
mencintai Nabi , adalah kewajiban untuk memusuhi setiap
orang yang memusuhinya serta menjauhi orang yang
menyelisihi sunnahnya dan berbuat bid'ah 4.

Keempat: Nasehat untuk Pemerintah Kaum Muslimin 5.


Kata ( para pemimpin) jika diithlaqkan (digeneralisir/ tidak
dibatasi), maksudnya adalah pemimpin dalam urusan pemerintahan
(pemerintah), dan bukan pemimpin dalam ilmu agama (ulama),
karena demikianlah istilah yang telah berlaku.
Beda dengan kata waliyyul amr, yang sesungguhnya pada asalnya
berarti pemimpin tertinggi kaum muslimin; sebab waliyyul amr pada
zaman khulafaur rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ) dan di
zaman Mu'awiyah , mereka memadukan antara kepiawaian dalam
mengurusi perkara duniawi dengan pemahaman yang mumpuni
terhadap agama. Adapun sesudah zaman mereka, para ulama telah
menjelaskan: bahwa waliyyul amr terdiri dari dua unsur; ulama dan
umara (pemerintah) masing-masing menangani hal-hal yang menjadi
keahliannya. Pemerintah menangani perkara-perkara duniawi kaum
muslimin, sedangkan para ulama, mereka menangani perkara agama
umat manusia. Demikianlah ceritanya bagaimana istilah waliyyul amr

1
HR. Bukhari no: 6632.
2
HR. Bukhari no: 3445.
3
Asy-Syifa bita'rifi Huquq al-Mushthafa, karya al-Qadli 'Iyadl (II/573), Majmu'
Fatawa Ibn Taimiyah (III/407), untuk pembahasan lebih luas silahkan lihat: Huquq
an-Nabi 'Ala Ummatihi fi Dhaui al-Kitab wa as-Sunnah, karya Prof. Dr. Muhammad
bin Khalifah at-Tamimi (I/344-358).
4
Asy-Syifa bi Ta'rifi Huquq al-Mushthafa,(2/575), untuk pembahasan lebih lanjut
silahkan lihat: Huquq an-Nabi 'Ala Ummatihi (I/359-361).
5
Lihat kitab Muamalah al-Hukkam fi Dhaui al-Kitab wa as-Sunnah, karya Syeikh Dr.
Abdussalam bin Barjas.

8
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

kemudian dipakai untuk ulama dan pemerintah, hal itu dikarenakan


tampuk pemerintahan di zaman bani Umayah dan bani Abbas dan era
sesudah mereka, banyak dipegang oleh para raja yang bukan ulama1.
Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan bentuk nasehat kepada
pemerintah, "Membantu mereka dalam mengemban amanat yang
dibebankan kepadanya, mengingatkan mereka tatkala mereka lalai,
menutupi kekurangan mereka tatkala keliru, menyatukan kalimat di
bawah kepemimpinan mereka, mendekatkan hati yang menjauh dari
mereka, dan merupakan nasehat yang paling agung bagi pemerintah
melindungi mereka dengan baik dari kedzaliman"2.
Jadi, nasehat untuk pemerintah kaum muslimin berarti:
menunaikan hak-hak mereka yang telah diterangkan oleh Allah dan
Rasul-Nya 3, dan itu mencakup berbagai hal, antara lain4:
1. Meyakini kepemimpinan dan kepemerintahan mereka, barang
siapa yang tidak berkeyakinan demikian berarti dia belum
dianggap menasehati pemerintah, karena orang yang tidak
meyakini bahwa mereka adalah pemerintah, tidak mungkin dia
akan mentaati perintah dan menjauhi larangan mereka. Maka
kita harus meyakini kepemimpinan pemerintah, karena
Rasulullah bersabda,

Artinya: "Barang siapa yang mati dalam keadaan tidak
membaiat (pemerintah) mati sebagaimana matinya orang
jahiliyah" 5. Barang siapa yang berkuasa atas kaum muslimin
walaupun dengan cara penaklukan, dia tetap dianggap
pemimpin, entah dia berasal dari suku Quraisy maupun tidak.
2. Menyebarkan kebaikan-kebaikan mereka di kalangan para
rakyat, karena hal tersebut akan menumbuhkan rasa cinta
mereka terhadap pemerintah. Jika telah mencintai pemerintah,
niscaya mereka akan mudah untuk taat terhadap peraturan. Hal
ini sangat bertolak belakang dengan apa yang diperbuat oleh
sebagian orang yang mempunyai hobi untuk menyebarkan aib-
aib pemerintah dan menutup-nutupi atau pura-pura lupa akan
kebaikan mereka, ini betul-betul perbuatan dzalim dan ketidak
adilan.
3. Mentaati pemerintah baik dalam hal-hal yang diperintahkan
maupun yang dilarang, kecuali jika hal tersebut merupakan
maksiyat kepada Allah, sebab kita tidak boleh mentaati makhluk
dalam hal yang dilarang oleh Khaliq. Perlu diketahui bahwa
mentaati pemerintah adalah merupakan suatu bentuk ibadah,
dan bukan hanya sekedar untuk kepentingan politik. Dalilnya,
Allah telah memerintahkan hal itu,

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amr di antara kalian". QS. An-
Nisa: 59. Allah menjadikan hal itu dalam daftar perintah-
perintahnya, segala yang diperintahkan Allah adalah ibadah.
Perlu diingat bahwa bukan merupakan syarat ditaatinya
pemerintah, sucinya mereka dari noda-noda maksiyat. Akan
1
Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Shalih Alu Syaikh, hal 58.
2
Fath al-Bary (I/138).
3
Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Shalih Alu Syaikh, hal 56.
4
Lihat: Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Muhammad bin Shalih al-
Utsaimin hal: 140-143.
5
HR. Muslim (III/1478 no 1851).

9
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

tetapi taatilah mereka meskipun mereka sendiri terjerumus ke


dalam maksiyat, sebab kita diperintahkan untuk taat kepada
mereka meskipun mereka sendiri berbuat maksiyat. Taatilah
mereka dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan agama
kita, adapun jika memerintahkan hal-hal yang terlarang dalam
agama, maka tidak perlu kita taati dalam hal itu saja.
4. Berusaha menutupi aib-aib mereka semampunya. Bukan
termasuk nasehat jika kita membeberkan aib-aib mereka,
karena itu hanya akan menjadikan hati rakyat dipenuhi dengan
rasa benci, dengki dan jengkel terhadap pemerintah. Jika hati
telah dipenuhi dengan penyakit-penyakit tersebut di atas,
akibatnya yang akan muncul adalah sikap durhaka. Bahkan
mungkin pemberontakan terhadap pemerintah, yang mana hal
itu akan menimbulkan kerusakan dan keburukan yang Allah
Maha Mengetahuinya.
Jangan dipahami dari perkataan kita: menutupi aib, bahwa kita
mendiamkan aib tersebut, akan tetapi kita berusaha untuk
menasehati mereka secara langsung jika memungkinkan, atau
dengan perantara orang-orang yang dekat dengan mereka,
entah itu ulama ataupun orang yang memiliki kedudukan. Dan
ini hukumnya fardhu kifayah, jika sebagian ulama atau yang
semisal mereka telah melakukannya, maka kewajiban tersebut
akan jatuh dari umat yang lain. Kemudian perlu diketahui
bersama, bahwa menasehati pemerintah ada etikanya
tersendiri, antara lain1:
a. Nasehat tersebut harus disampaikan dengan
lemah lembut dan kata-kata yang sopan, karena
rata-rata tipe pemerintah merasa berat untuk
menerima nasehat, kecuali jika disampaikan
dengan penuh kelembutan. Sampai orang
biasapun kebanyakan mereka susah menerima
nasehat, kecuali jika disampaikan dengan cara
yang baik. Sebab jika nasehat itu disampaikan
dengan kata-kata yang kasar, niscaya akan
menyebabkan ditolaknya nasehat, padahal kita
menginginkan kebaikan dari mereka. Di dalam
wasiat Allah kepada nabi Musa dan Harun
'alaihimassalam tatkala akan mendatangi raja
Fir'aun yang lalim, terdapat suri teladan yang
bagus sekali untuk kita semua,

Artinya: "Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-
mudahan ia ingat atau takut". QS. Thaha: 44.
b. Nasehat itu harus disampaikan kepada mereka
secara sembunyi-sembunyi dan tidak di depan
umum; karena pada asalnya yang namanya
nasehat -baik itu untuk pemerintah maupun yang
lainnya- harus disampaikan dengan sembunyi-
sembunyi. Beda halnya dengan al-inkar
(pengingkaran) yang disebutkan dalam hadits Abi
1
Lihat: Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Shalih Alu Syaikh, hal 57-58,
untuk pembahasan lebih luas silahkan lihat:. Muamalah al-Hukkam fi Dhaui al-
Kitab wa as-Sunnah, hal: 103-132.

10
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

Sa'id al-Khudry (" ) Barang


siapa yang melihat kemungkaran hendaklah ia
mengingkarinya dengan tangannya" 1, yang pada
asalnya pengingkaran itu dilakukan di depan
umum. Adapun nasehat, maka pada asalnya
disampaikan secara sembunyi-sembunyi. Maksud
dari menyampaikan nasehat kepada pemerintah
secara sembunyi-sembunyi adalah: penyampaian
nasehat itu tidak diketahui kecuali oleh orang
yang menyampaikannya, serta dia tidak berusaha
menyebarluaskan kepada orang lain bahwa ia
telah melakukan ini dan itu; sebab justru hal itu
mungkin akan merusak maksud dari nasehat
tersebut, bahkan mungkin malah menyebabkan si
pemerintah enggan menerimanya, karena sudah
terlanjur tersebar bahwa sang pemerintah telah
dinasehati, dan lain sebagainya. Etika seperti ini
telah diterangkan sejak empat belas abad yang
lalu oleh panutan kita ,
( , ,
,)
Artinya: "Barang siapa yang ingin menyampaikan
nasehat kepada penguasa, hendaknya jangan
menyampaikannya di depan umum, akan tetapi
genggamlah tangannya dan menyendirilah
dengannya. Jika ia mau menerima nasehat
tersebut, maka itulah (yang diharapkan), jika tidak
maka sesungguhnya ia telah melaksanakan
kewajibannya" 2. Para shahabat Nabi berusaha
untuk menerapkan petuah beliau. Ibnu Abbas
radhiyallahu 'anhuma pernah ditanya, "Bolehkah
aku mengingkari (kesalahan) pemerintah di depan
umum?. Beliau menjawab, "Jangan! Akan tetapi
sampaikanlah secara sembunyi-sembunyi" 3. Di
dalam Shahih Bukhari diceritakan, "Suatu saat
Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhuma pernah
didatangi oleh sekelompok orang, lantas mereka
berkata, "Nasehatilah Utsman!, tidakkah engkau
melihat kondisi kita saat ini?". Beliaupun
menjawab, "Adapun aku, demi Allah, tidak ingin
membuka pintu fitnah, sesungguhnya aku telah
menasehatinya secara sembunyi-sembunyi" 4.
Dalil-dalil tersebut di atas menunjukkan bahwa
nasehat kepada pemerintah harus disampaikan
secara sembunyi-sembunyi. Jika ada yang berkata,
"Mustahil bisa masuk ke kantor presiden dan
menyampaikan nasehat secara-sembunyi-sembunyi
1
HR. Muslim no: 49 dan 78.
2
HR. Ahmad (III/403) dan Ibnu Abi 'Ashim (II/737 no: 1130, 1131). Al-Haitsami
dalam Majma' az-Zawaid berkata: "Rijalnya (para perawinya) tsiqat (terpercaya),
dan sanadnya muttashil (bersambung)", al-Albani berkata: "shahih".
3
R. Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (XV/75), al-Baihaqy dalam Syuab al-Iman
(XIII/273) dan lain-lain, dishahihkan oleh Syeikh Dr. Abdussalam bin Barjas dalam
Muamalah al-Hukkam fi Dhaui al-Kitab wa as-Sunnah, hal: 131.
4
R. Bukhari 7098 dan Muslim IV/2290.

11
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

kepadanya?". Kita katakana, "Tulislah surat


kepadanya, atau sampaikan nasehat tersebut lewat
orang dekatnya, kalau tidak bisa juga, Allah telah
berfirman,


Artinya: "Allah tidak membebani seseorang kecuali
dengan kesanggupannya". QS. Al-Baqarah: 286.
Jangan malah lantas menempuh jalan-jalan yang
tidak disyari'atkan di dalam agama kita!.
5. Tidak melakukan kudeta atau pemberontakan terhadap
pemerintah, walaupun mereka kolusi, korupsi, nepotisme atau
berbuat maksiyat lainnya. Imam an-Nawawi menjelaskan,
"Adapun memberontak dan memerangi pemerintah, maka hal
itu termasuk perbuatan yang diharamkan berdasarkan ijma'
(kesepakatan) kaum muslimin, meskipun pemerintah tersebut
fasiq dan dzalim. Banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan
hal tersebut. Ahlus sunnah telah berijma' bahwa kekuasaan
pemerintah tidak dicabut dari mereka (hanya) dengan kefasikan
mereka"1. Senada dengan perkataan Imam Nawawi, penjelasan
al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, tatkala menukil perkataan
Ibnu Baththal, "Di dalam hadits ini2 terdapat dalil tentang
dilarangnya memberontak kepada penguasa meskipun mereka
bertindak lalim. Para fuqaha' (ahli fiqih) telah berijma' tentang
wajibnya mentaati as-sulthan al-mutaghallib (penguasa yang
berhasil merebut kekuasaan pemerintah sebelumnya) juga
wajibnya jihad bersama mereka. Taat kepada mereka lebih baik
daripada melakukan kudeta; karena dengan itu jatuhnya korban
jiwa dapat terhindari, serta rakyat akan hidup aman dan
tentram. Para fuqaha dalam hal ini berdalilkan dengan hadits
ini dan hadits-hadits lain yang semisal, mereka sama sekali
tidak memberikan dispensasi dalam masalah ini kecuali jika
penguasa melakukan kekufuran yang nyata" 3. Di antara hadits-
hadits Nabi yang menegaskan prinsip ini,
( , ,
)
Artinya: "Barang siapa yang dipimpin oleh seorang penguasa,
kemudian ia melihatnya berbuat maksiyat, hendaknya
membenci perbuatan maksiyat tersebut, tapi janganlah hal itu
menyebabkan dia tidak mentaatinya) 4.
Juga tatkala Rasulullah ditanya bagaimana menyikapi
pemerintah yang tidak menunaikan hak-hak rakyatnya, Beliau
menjawab,
( ,)
"Tunaikanlah kewajiban kalian, dan mintalah hak kalian
kepada Allah" 5.

1
Syarh Shahih Muslim (XI-XII/432, hadits no: 432).
2
Maksudnya hadits no: 7054 yang berbunyi, "Barang siapa yang melihat dari
pemerintahnya sesuatu yang ia benci, hendaklah bersabar. Karena barang siapa
yang memisahkan dari jamaah kaum muslimin satu jengkal saja kemudian ia mati,
niscaya ia mati sebagaimana matinya orang jahiliyah.
3
Fath al-Bary (XIII/9).
4
HR. Muslim no: 1855.
5
HR. Bukhari no: 7054 dan Muslim no: 1843.

12
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

Adakah penjelasan yang lebih jelas dari dua mutiara nabawi


tersebut di atas?.
Kemudian, di akhir keterangan Ibnu Baththal tersebut di atas,
telah disinggung kapan bolehnya kudeta terhadap pemerintah;
yakni di saat mereka melakukan perbuatan kufur yang nyata.
Hal itu berlandaskan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh
'Ubadah bin Shamit ,
(

)
Artinya: "Kami telah berbai'at1 kepada Rasulullah untuk selalu
mendengar dan mentaati (pemerintah), baik itu di saat kami
semangat maupun di saat kami tidak suka, baik di saat kita
dalam keadaan susah maupun senang, ataupun di saat mereka
bernepotisme. Juga tidak memberontak kepada pemerintah,
kecuali jika kalian melihat kekufuran yang nyata di dalam diri
mereka, berlandaskan dalil yang meyakinkan (bahwa perbuatan
itu adalah perbuatan kufur)" 2.
Di dalam hadits ini dan hadits-hadits lain terdapat patokan-
patokan yang jelas kapan seorang rakyat boleh berkudeta:
a. Jika penguasa berbuat kekufuran.
b. Perbuatan kekufuran itu benar-benar nyata dan
tampak dari si penguasa, bukan hanya
berdasarkan kabar burung.
c. Ada dalil yang jelas bahwa perbuatan itu betul-
betul perbuatan kufur, dan bukan termasuk
perkara yang diperselisihkan kekufurannya oleh
para ulama.
d. Menegakkan hujjah (menerangkan dalil-dalil
kekufuran perbuatan yang penguasa kerjakan,
sampai dia betul-betul mengerti bahwa yang dia
perbuat adalah kekufuran, hingga tidak tersisa
sama sekali syubhat-syubhat di kepala dia).
e. Rakyat yang berkudeta harus memiliki kekuatan
dan kemampuan yang memadai untuk
menggulingkan penguasa yang ada, serta
menggantinya dengan seorang muslim3.
f. Kudeta tersebut tidak menimbulkan kerusakan
yang lebih besar daripada kerusakan tetap
berkuasanya penguasa yang kafir tersebut. Entah
kerusakan itu berbentuk melayangnya nyawa
orang-orang yang tidak berdosa, pelecehan
terhadap kehormatan wanita, ataupun kerusakan-
kerusakan lainnya. "Barangkali tidak pernah
dikenal dalam sejarah, setiap terjadi kudeta,
melainkan selalu menimbulkan kerusakan yang

1
Bai'at adalah: perjanjian antara umat dengan nabi atau penguasa untuk selalu
mendengar dan ta'at. Syarh Syeikh Ibrahim ar-Ruhaily terhadap Riyadhush Shalihin
(kaset).
2
HR. Bukhari no 7199, dan Muslim no: 1709 dan 42.
3
Lihat: Fath al-Bary XIII/9.

13
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

lebih parah daripada kerusakan yang dimaksudkan


untuk dihilangkan"1 2.
Banyak orang mengira bahwa larangan untuk
kudeta itu semata-mata hanya untuk maslahat pemerintah
saja. Tentunya ini suatu anggapan yang keliru.
Sebenarnya yang pertama kali akan merasakan faidah
dari larangan berontak adalah rakyat sendiri. Betapa
banyak kekacauan dan huru-hara yang ditimbulkan akibat
kudeta, belum lagi jatuhnya ribuan korban jiwa yang tidak
berdosa. Tentunya masih segar dalam ingatan kita, situasi
carut marut yang pernah dialami tanah air kita, tatkala
sebagian orang mengumandangkan lagu reformasi,
beberapa tahun yang silam. Saat itu rakyat hidup dalam
ketakutan yang mencekam, situasi ekonomi, sosial dan
politik tidak menentu dan masih banyak kerugian-
kerugian lain yang kita alami saat itu. Jadi sebenarnya
Islam melarang kudeta atau pemberontakan adalah demi
maslahat rakyat, pemerintah dan negeri secara
keseluruhan, bukan semata-mata untuk kepentingan
sebagian pihak. Barangkali bisa dikatakan bahwa tujuan
larangan ini antara lain -sebagaimana dalam istilah Jawa-,
dalam rangka mewujudkan negara yang gemah ripah loh
jinawi toto tentrem kerto raharjo (makmur, serba banyak,
subur, tertata, tentram, bahagia dan sejahtera).
6. Mendoakan kebaikan untuk mereka. Imam Ahmad bin Hanbal
berkata, "Seandainya aku hanya memiliki satu doa saja yang
dikabulkan oleh Allah , niscaya akan kutujukan kepada
pemerintah"3.
Kami rasa perlu juga disebutkan di makalah ini, bentuk nasehat
terhadap ulama, karena sebagian kitab-kitab yang menjelaskan kitab
al-Arbain an-Nawawiyah ini juga menerangkan di dalamnya bentuk
nasehat terhadap ulama. Sebelum lebih lanjut memasuki pembahasan
ini, perlu diterangkan siapa sebenarnya ulama yang dimaksud dalam
pembahasan kita ini?. Mereka adalah para ulama yang rabbani, yaitu
yang mewarisi ilmu Nabi , ibadahnya, akhlaknya serta metode
dakwahnya4.
Adapun nasehat untuk ulama tersebut di atas, adalah berupa:
1. Mencintai mereka, karena jika kita tidak mencintai seseorang,
tidak mungkin kita akan meneladaninya.
2. Membantu mereka dalam menerangkan al-haq, dengan cara
menyebarluaskan buku-buku mereka dengan berbagai macam
media yang memungkinkan.
3. Berusaha untuk membela kehormatan mereka. Jika ada
seseorang yang menisbatkan suatu perkara yang buruk kepada
mereka, maka sikap kita adalah:
a. Tatsabbut (klarifikasi/memastikan) kebenaran penisbatan
perkara tersebut kepadanya. Betapa banyak hal-hal yang
dinisbatkan kepada seorang alim, padahalnya sebenarnya
hal itu adalah dusta. Jika hal itu benar, maka kita akan
memasuki langkah selanjutnya, yaitu:

1
Minhaj as-Sunnah, karya Ibnu Taimiyah (III/391).
2
Syarh Syeikh Ibrahim ar-Ruhaily terhadap Riyadhush Shalihin (kaset)..
3
Hilyah al-Auliya, karya Abu Nuaim (VIII/91)
4
Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
hal: 138.

14
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

b. Meneliti dengan cermat apakah hal itu merupakan


sesuatu yang perlu dikritik?. Karena betapa banyak
perkara yang pada awalnya kita kira salah, setelah lebih
kita dalami ternyata hal itu adalah haq.
c. Jika ternyata hal itu bukan termasuk perkara yang perlu
dikritik, maka kewajiban kita selanjutnya adalah:
membela mereka dan menyebarluaskan kenyataan yang
benar di antara umat, serta kita terangkan kepada
mereka bahwa 'alim ini berada di atas kebenaran,
meskipun menyelisihi apa yang diperbuat oleh
kebanyakan orang.
d. Jika setelah kita perdalam ternyata hal itu termasuk yang
perlu dikritik, dan benar penisbatannya kepada 'alim itu,
maka kewajiban kita adalah: berusaha menghubunginya
dengan penuh adab dan penghormatan, sambil berkata,
Kami mendengar ini dan itu tentang antum, maka kami
ingin mengetahui duduk sisi perkara tersebut, karena
antum lebih 'alim dari kami. Jika dia menerangkan
permasalahan tersebut, maka kita berhak untuk
berdiskusi dengannya, tentunya dengan adab dan penuh
penghormatan, sesuai dengan kedudukannya, dan sesuai
dengan hal yang pantas untuknya. Hal ini amat bertolak
belakang dengan yang diperbuat oleh sebagian orang,
tatkala mereka mendatangi seorang 'alim yang
menyelisihi pendapatnya, mereka datang dengan kasar
dan keras, malah barangkali memukul wajah sang 'alim
sembari berkata, "Mengapa kamu buat perkataan yang
baru ini?!" "Mengapa kamu mengatakan pendapat yang
mungkar ini? Apakah kamu tidak takut kepada Allah?!.
Kemudian setelah mencermati duduk perkaranya,
ternyata justru perkataan sang 'alim tersebut yang sesuai
dengan hadits Nabi , dan merekalah yang menyelisihinya.
Kebanyakan kasus ini terjadi disebabkan kekaguman
mereka terhadap diri mereka sendiri, dan perasaan
bahwa merekalah yang ahlus sunnah, merekalah yang
berada di atas manhaj salaf. Padahal kenyataannya
mereka adalah orang yang paling jauh dari jalan salaf dan
sunnah. Orang jika mengagumi dirinya sendiri -semoga
Allah melindungi kita dari penyakit ini- dia akan
memandang orang lain bagaikan seekor semut kecil. Hati-
hatilah dari perkara ini!.
4. Jika kita melihat suatu kesalahan dalam diri seorang ulama,
janganlah kita mendiamkannya dengan alasan bahwa beliau
lebih tahu permasalahan dari kita. Akan tetapi diskusikanlah
perkara tersebut dengan penuh adab dan penghormatan.
Karena terkadang seorang manusia tidak mengetahui suatu
hukum, jika diperingatkan oleh orang lain yang notabene
berada di bawahnya dalam tingkatan ilmu, dia akan tersadar.
Perhatikanlah, ini merupakan salah satu bentuk nasehat
terhadap ulama.
5. Memberikan informasi kepada para ulama tentang
permasalahan seputar mendakwahi umat, yang bisa membawa
kebaikan. Jika kita melihat seorang ulama amat bersemangat
dalam berdakwah, selalu menasehati umat di segala waktu dan
tempat, sehingga masyarakat merasa jenuh dan berkata,
Ulama itu telah memberatkan kita, maka merupakan salah

15
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

satu bentuk realisasi nasehat terhadap ulama, kita beritahukan


kepadanya, Hendaklah berbicara sesuai dengan situasi dan
kondisi. Dan ini sama sekali tidak termasuk usaha untuk
menghalangi penyebarluasan ilmu, bahkan ini salah satu usaha
untuk melestarikan ilmu, karena jika masyarakat merasa jenuh,
akibatnya mereka akan bosan terhadap ulama dan ceramah-
ceramahnya. Oleh karena itu kita dapatkan bahwa Rasulullah
tidak terlalu memperbanyak nasehat-nasehatnya kepada para
shahabat, karena ditakutkan akan membuat mereka merasa
bosan1. Padahal untaian kata-kata beliau dicintai oleh mereka.
Seyogyanya dalam bersikap dengan masyarakat, kita bagaikan
seorang penggembala; memilih hal-hal yang bermanfaat dan
berguna bagi mereka2.

Kelima: Nasehat untuk Kaum Muslimin.


Imam an-Nawawy menguraikan penjelasan tentang nasehat untuk
kaum muslimin dengan perkataannya, Memberikan petunjuk kepada
mereka terhadap hal-hal yang membawa kebaikan dalam perkara
duniawi dan ukhrawi. Tidak menyakiti mereka. Mengajari hal-hal
agama yang belum mereka ketahui. Membantu mereka dengan
perkataan dan perbuatan. Menutupi aurat dan kekurangan mereka.
Melindungi mereka dari marabahaya, serta berusaha mendatangkan
manfaat. Menyuruh mereka terhadap kebaikan dan mencegah dari
kemungkaran dengan lemah lembut dan penuh keikhlasan. Menaruh
belas kasihan kepada mereka. Menghormati yang tua dan
menyayangi yang muda. Menyampaikan nasehat yang baik kepada
mereka, juga tidak iri atau menipu mereka. Senang mendatangkan
kebaikan untuk mereka, sebagaimana kita senang mendatangkannya
untuk diri sendiri, juga membenci tertimpanya mereka dengan
keburukan, sebagaimana kita benci jika kita tertimpa keburukan.
Melindungi harta, kehormatan serta keadaan mereka yang lain
dengan ucapan dan perkataan kita. Menghasung mereka untuk
berakhlak dengan hal-hal yang telah kita sebutkan. Menggugah
semangat mereka untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Sampai-
sampai sebagian salaf rela mengorbankan kepentingan duniawinya,
demi tersampaikannya nasehat kepada kaum muslimin 3.
Dan nasehat itu tidak terbatas hanya untuk umat Islam saja, akan
tetapi juga harus disampaikan kepada golongan non muslim. Panutan
kita Rasulullah , selalu menasehati kaumnya yang notabene orang-
orang musyrik. Beliau mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki
untuk menyelamatkan mereka dari kegelapan syirik dan paganisme
(pemujaan terhadap berhala), hingga beliau menghadapi cobaan dan
siksaan yang bertubi-tubi tatkala meniti jalan tersebut4.

BEBERAPA PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK DARI HADITS


INI5:
1. Pentingnya menyampaikan nasehat dalam lima perkara tersebut
di atas, sebab Nabi menjadikannya sebagai agama.

.HR. Bukhari, no: 68 1


2
Ibid hal: 138-140.
.Syarh Shahih Muslim, I/239 3
.Qawaid wa Fawaid, hal: 94 4
.Lihat: Syarh al-Arbain, oleh Syeikh al-Utsaimin, hal: 143-145 5

16
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

2. Metode pengajaran Nabi yang amat bagus, tatkala


memulainya dengan sesuatu yang global, kemudian setelah itu
menyampaikannya secara terperinci6.
3. Semangat para shahabat dalam menuntut ilmu, mereka selalu
menanyakan setiap hal yang dibutuhkan umat.
4. Memulai segala sesuatu dari hal yang paling penting kemudian
yang penting. Ini ditunjukkan tatkala Nabi memulai dengan
menerangkan nasehat untuk Allah, kemudian untuk al-Quran,
untuk Rasul-Nya , untuk pemerintah, ditutup dengan nasehat
untuk kaum muslimin.
Al-Quran didahulukan atas Rasul , karena al-Quran akan
kekal, adapun Rasul maka ia meninggal. Dan itu tidak menutupi
adanya kaitan yang amat erat antara nasehat untuk Rasul
dengan nasehat untuk al-Quran. Sebab barang siapa yang
menunaikan nasehat untuk al-Quran berarti ia telah
menunaikannya untuk Rasulullah , demikian sebaliknya.
5. Hadits ini mengisyaratkan keharusan dipimpinnya suatu
komunitas muslim oleh seorang pemimpin.

DAFTAR PUSTAKA:
1. Al-Quran dan Terjemahannya.
2. Ad-Durar as-Saniyah bi Fawaid al-Arbain an-Nawawiyah, Dr.
Bandar bin Nafi al-Abdaly.
3. Al-Irsyad ila Shahih al-Itiqad, Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan.
4. Al-Jami fi Ahkam al-Quran, al-Qurthuby.
5. Al-Mushannaf, Ibn Abi Syaibah.
6. As-Sunnah, Ibn Abi Ashim.
7. Asy-Syifa bi Tarifi Huquq al-Mushthafa, al-Qadhi al-Iyadh.
8. Fadhail al-Quran, Ibnu Katsir.
9. Fath al-Bary fi Syarh Shahih al-Bukhary, Ibnu Hajar al-Asqalany.
10. Hilyah al-Auliya, Abu Nuaim al-Asfahany.
11. Huquq an-Nabi ala Ummatihi fi Dhaui al-Kitab wa as-
Sunnah, Prof. Dr. Muhammad bin Khalifah at-Tamimy.
12. Majmu Fatawa Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah.
13. Miftah Dar as-Saadah, Ibnu Qayim al-Jauziyah.
14. Minhaj as-Sunnah, Ibn Taimiyah.
15. Muamalah al-Hukkam fi Dhaui al-Kitab wa as-Sunnah,
Dr. Abdussalam bin Barjas al-Abdul Karim.
16. Mutaqad Ahlus Sunnah wal Jamaah fi Tauhid al-Asma
wa ash-Shifat, Prof. Dr. Muhammad bin Khalifah at-Tamimy.
17. Musnad Ahmad, Ahmad bin Hambal.
18. Qawaid wa Fawaid min al-Arbain an-Nawawiyah, Nadzim
Muhammad Sulthan.
19. Shahih al-Bukhary, Muhammad bin Ismail al-Bukhary.
20. Shahih Ibnu Khuzaimah, Ibnu Khuzaimah.
21. Shahih Muslim, Muslim bin Hajjaj.
22. Shiyanah Shahih Muslim, Ibnush Shalah.
23. Siyar Alam an-Nubala, Syamsuddin adz-Dzahaby.
24. Sunan Abi Dawud, Sulaiman bin Asyats as-Sijistany.
25. Sunan at-Tirmidzy, Abu Isa at-Tirmidzy.
26. Sunan Ibn Majah, Ibn Majah al-Qazwiny.
27. Syarh al-Arbain an-Nawawiyah, Muhammad bin Shalih al-
Utsaimin.
28. Syarh al-Arbain an-Nawawiyah, Shalih Alu Syeikh.

.Lihat hal: 2 6

17
Hadits Ketujuh : Agama Adalah Nasehat

29. Syarh Riyadh ash-Shalihin, Dr. Ibrahim bin Amir ar-


Ruhaily (kaset).
30. Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syaraf an-Nawawy.
31. Syuab al-Iman, al-Baihaqy.
32. Tadzim Qadr ash-Shalah, Muhammad bin Nashr al-
Marwazy.
33. Taisir al-Aziz al-Hamid, Sulaiman bin Abdullah bin
Muhammad bin Abdul Wahab.

_______________________________Purbalingga, Jumat 17 Jumadal


Ula 1426 H

18

Você também pode gostar