Você está na página 1de 11

PAPER

BAHASA DESAIN RI1412124


SEMESTER 5 TAHUN AJARAN 2017/2018

HOTEL DU PETIT MOULIN PARIS

Dosen Pembimbing:
Ir. Budiyono, M.Sn.

Penulis:

Sarah Handayani Nizomi (3815100011)


Vriskha Brahmanisloka (3815100013)
Siti Durrotun Nashihah (3815100015)

DEPARTEMEN DESAIN INTERIOR


FAKULTAS ARSITEKTUR DESAIN DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
ABSTRAK

Hotel du Petit Moulin adalah sebuah hotel yang terletak di Marais Utara, distrik
seni dan toko mode di Paris, Perancis. Hotel ini menempati bangunan yang telah berdiri
sejak abad ke-17 dengan faade kaca yang dicat. Interior kamar Hotel du Petit Moulin
menampilkan keindahan dari nuansa Paris kuno. Ketujuh belas kamar hotel benar-benar
memiliki desain yang berbeda satu sama lain dengan keberanian tabrak warna, motif,
dan kain yang berlapis-lapis. Perpaduan unik antara sejarah Marais dan style Christian
LaCroix membuat hotel ini dipuja-puja oleh banyak orang. Hotel du Petit Moulin
sangat modis, tetapi interior ruangnya lebih menimbulkan kesan persembunyian rahasia
(secret hideaway) daripada pamer (show off). LaCroix mengambil inspirasi dari
perjalanannya berkeliling dunia, dengan mempertemukan sketsa, pattern, balok-balok
kuno, taffeta, bulu, dan furnitur 60an.

Kata kunci: Christian LaCroix, interior, Paris kuno

ABSTRACT

Hotel du Petit Moulin is a gorgeous intimate hotel amid the art galleries and
fashion shops of the northern Marais district in Paris, France. In two linked 17th-
century buildings with its painted glass faade. The rooms have been created in keeping
with the listed parts of the hotel, with their picturesque and old Paris style. The
seventeen rooms for once really are all different with boldly clashing colours, patterns,
and lush fabrics. A unique blend of Marais history and the design flair of Christian
LaCroix have quickly made this a cult address. It's fashionable but with an atmosphere
that is more secret hideaway than show off. LaCroix took inspiration from the idea of
the voyage in both time and place in a heady mix that takes in sketches, patterns,
ancient beams, heavy taffetas, fur, and 60s furniture.

Keywords: Christian LaCroix, interior, old Paris

i
PEMBAHASAN

Gambar 1. Superior Room 103 di Hotel du Petit Moulin

1
Deskripsi

Hotel du Petit Moulin Paris ini merupakan hasil rancangan Christian LaCroix
yang resmi dibuka pada awal tahun 2005 di Distrik Marais. Christian LaCroix adalah
seorang fashion designer asal Perancis yang dikenal dengan ide-ide kreatifnya yang
segar, cheerful, dan exuberance, yang dituangkan ke dalam interior hotel berlanggam
eklektik ini, dengan memadukan berbagai macam jenis kain, furnitur, wallpaper, cat,
dan aksesoris. Tidak hanya di lobby dan kamar, sentuhan khas Lacroix berlanjut di
keseluruhan bangunan yang telah berdiri sejak abad ke-17 ini.

Hotel du Petit Moulin memiliki tujuh belas kamar dengan empat tipe kamar,
yaitu Comfort Room, Superior Room, Deluxe Room, dan Junior Suite, yang tersebar di
empat lantai dan masing-masing kamar memiliki desain interior yang berbeda-beda.
Salah satu dari tiga kamar Superior Room di Hotel du Petit Moulin, yaitu Superior
Room 103, adalah objek pembahasan dalam paper ini.

1. Pattern
Kegemaran Christian LaCroix dalam memadukan pattern dituangkan
dalam lantai, dinding, dan furnitur kamar ini. Seperti karakter karya-karyanya
dalam fashion, LaCroix mengaplikasian aksen bunga pada lantai ruangan lewat
lapisan karpet dengan motif bunga-bunga mawar besar dalam berbagai warna.
Dinding kecil pembatas kamar dan pintu masuk memiliki pattern segiempat khas
baroque berwarna hitam dengan dasaran merah. Bed cover bulu bermotif garis
horizontal yang pernah popular di tahun 60an dengan kombinasi warna coklat
gelap dan terang yang batas antar warnanya blurry dan tidak kaku. Motif retro
khas 60an juga muncul pada tirai dengan motif geometris berlapis.

2. Warna
Dinding ruangan dengan jendela menerapkan analogi warna panas dan
dingin, dengan dinding bercat tosca yang memberi kesan sejuk pada ruangan yang
diimbangi dengan warna hangat pada tirai yang berwarna kuning, meja kerja
berwarna kuning yang ditempatkan berdempetan dengan dinding, dan dinding
kecil bermotif baroque yang didominasi warna merah. Warna hangat juga
dimunculkan pada karpet dengan dasaran warna coklat tua dengan motif bunga
berwarna merah, pink, dan kuning, bed cover bermotif garis dengan warna coklat

2
tua dan muda, dudukan Tulip Chair berwarna coklat yang ada di dekat televisi,
dan kursi berwarna coklat keabuan yang terletak di pojok ruangan dekat jendela.
Aksen ruangan berupa wallpaper lukisan dinding yang mengandung warna ivory,
coklat, biru, merah, dan pink, dengan warna pink yang sama juga merupakan
warna dari headboard retro yang berbentuk seperti backrest sofa tufted.
Kombinasi berbagai macam warna dengan beragam pattern diimbangi
dengan warna plain white pada seluruh langit-langit kamar hotel, seprai tempat
tidur, pintu, stand TV, dan Tulip Chair. Selain plain white ada juga warna krem
pada side table dan background wallpaper lukisan.

3. Furnitur
Furnitur dalam ruang hotel didominasi oleh furnitur retro khas 60an
dengan upholstery sirkular seperti pada headboard tempat tidur, dan meja kerja
kotak berwarna kuning dengan kaki mengerucut pada bagian bawahnya di pojok
ruangan. Selain itu, Furnitur Space Age yang sempat populer di tahun 60an juga
melengkapi kamar hotel, yaitu kursi coklat keabuan yang berada di dekat jendela,
bentuk stand televisi, dan Tulip Chair. Eklektik dari ruangan ini disempurnakan
dengan side table modern baroque berwarna krem di kedua sisi tempat tidur.

4. Material
Lantai kamar hotel dilapisi karpet wol. Tempat tidur diberi aksen material
bulu pada bed cover dan kain beludru pink pada headboard-nya. Tirai bermaterial
printed taffeta berwarna kuning dengan motif geometris retro 60an. Taffeta
merupakan kain sutra yang halus dan glossy dengan tektur yang lebih kaku
daripada kain satin dan adalah material yang digunakan sebagai material utama
pakaian wanita pada era baroque. Langit-langit kamar hotel tidak dibiarkan polos,
tetapi juga ditambahkan balok-balok kayu tua yang dicat plain white untuk
menambahkan tekstur pada langit-langit.

5. Aksentuasi
Wallpaper lukisan pada dinding di atas headboard adalah lukisan portrait
seorang wanita. Wanita dalam lukisan ini digambarkan memiliki karakter wajah
yang berhidung kecil dan berbibir mungil, berpipi chubby, dan rahangnya tidak
tajam, seperti portrait-portrait wanita renaissance, tapi dengan menggunakan

3
teknik sketsa digital, bukan teknik oil painting seperti pengerjaan lukisan
renaissance pada umumnya. Pemilihan warnanya pun adalah warna-warna cerah,
tidak kontras, dan aksentuasinya lumayan mencolok seperti lukisan kontemporer,
berkebalikan dengan lukisan renaissance yang didominasi warna-warna gelap
terutama warna background-nya, mengutamakan depth, juga shadow dan
highlight yang lumayan intens walau tidak seintens lukisan baroque. Efek stained
paper pada background lukisan juga memberikan kesan vintage.

Analisa

Estetika pada interior Superior Room 103 mengarah ke postmodernisme karena


pada dasarnya estetika postmodernisme tidak sempit tetapi berbauran, menolak segala
batas. Interior Superior Room 103 cenderung masuk dalam estetika postmodernisme
dikarenakan interiornya menawarkan sesuatu yang baru, kontradiktif dengan prinsip
desain interior yang sudah ada, tidak merepresentasikan nilai-nilai sosial budaya, dan
dinamis.

1. Spot 1

Gambar 2. Spot 1

4
Salah satu pencapaian estetika dalam ruangan ini didapatkan melalui
penerapan kontras warna yang jelas terlihat pada dinding dan plafon ruangan.
Dinding didominasi warna gelap dan bermacam warna pada aksentuasi lukisan
diseimbangkan dengan plafon plain white. Begitu pula dengan seprai berwarna
putih yang menjadi pemisah bed cover bulu garis-garis coklat dengan headboard
beludru pink. Secara psikologis, warna tosca pada dinding menimbulkan
ketenangan yang mengantarkan pada kenyamanan beristirahat dengan bantuan
pencahayaan yang sedikit redup.
Perpaduan warna pada tempat tidur membuat kesan seolah-olah tempat
tidur itu adalah dua elemen yang berbeda. Warna headboard justru diambil dari
salah satu elemen warna pada lukisan di belakangnya, sedangkan warna bed cover
dari karpet yang melapisi lantai. Tetapi sedemikian rupa perpaduan warna ini
tetap membuat tempat tidur menjadi kesatuan yang harmoni.
Pilihan LaCroix untuk melapisi lantai kamar menggunakan karpet wol
coklat dengan nonfinite pattern bunga mawar sangat bertentangan dengan estetika
interior pada umumnya yang menerapkan lantai polos atau lantai kayu minimalis
untuk meredam furnitur-furnitur dan aksesoris interior dengan pattern yang ramai
sehingga ruangan tidak menjadi chaos. Namun pattern clashing lantai dan
aksesoris ruangan memiliki beberapa unsur warna yang sama membuat
kombinasinya harmonis dan anehnya tetap masuk akal.
Keharmonisan yang unik pada ruangan disempurnakan oleh aksenstuasi
lukisan di belakang headboard. Perpaduan antara renaissance, kontemporer, yang
pada saat bersamaan juga memberikan kesan lukisan vintage membuat lukisan
menjadi aksentuasi yang kuat dan tidak terkalahkan oleh elemen interior lainnya
yang juga mempunyai pattern. Tone kecoklatan pada lukisan membuatnya tetap
harmonis dengan elemen kecoklatan lain pada ruangan dan berhasil tidak
menimbulkan chaos.
Tambahan tekstur yang diberikan balok-balok kayu tua yang melintang
pada plafon memberi keindahan yang sangat menyenangkan di mata. Retakan-
retakan kayu yang dibiarkan terlihat walaupun keseluruhan balok sudah dicat
putih memberikan kesan modern sekaligus rustic.

5
2. Spot 2

Gambar 3. Spot 2

Spot ini menggunakan pencapaian estetika lewat kontras warna yang


sama dengan

Desain dinding yang ditunjukkan oleh hotel ini telah banyak dijumpai tetapi
berbeda dengan desain dinding lainnya. Perbedaan ini terlihat dari segi konsep yang
digunakan. Konsep baroque dengan sentuhan surrealism merupakan perpaduan yang
senada sehingga menimbulkan kesan dramatis seperti yang ingin ditunjukkan oleh
Christian LaCroix sebagai desainer hotel ini.

Plafon pada Superior Room 103 ini yang ingin ditonjolkan adalah tekstur yang
dapat menambah kesan dramatis dari ruangan tersebut lewat lekukan-lekukannya yang
menciptakan bayangan pada plafon.

6
Lantai merupakan penutup permukaan tanah dalam ruangan dan sekitarnya.
Lantai juga bagian bangunan yang digunakan untuk pijakan kaki. Seiring dengan
perkembangan zaman dan teknologi bangunan, bahan lantai juga mengalami kemajuan
yang pesat. Berbagai macam produk lantai mulai bermuncul mulai dari bentuk yang
sederhana sampai yang kompleks, selain itu dari segi harga juga beragam, dari yang
murah sampai yang mahal. Sedangkan lantai yang digunakan dalam desain ruangan
hotel du petit ini mungkin berbeda seperti umumnya karena menggunakan bahan seperti
fabric bermotif. Selain agar telihat lebih dramatis, penggunaanya dapat mendukung
konsep desain itu sendiri yaitu surrealism.

Warna merupakan elemen yang paling dominan dan juga aspek yang paling
relatif dalam desain dan kehidupan. Persepsi terhadap warna melibatkan respon
psikologi dan fisologi manusia. Apabila ditinjau dari psikologis atau emosi manusia,
makna dan arti warna-warna yang ada itu bisa menunjukan kesan perasaan akan sesuatu,
objek, cahaya, mata dan otak terlibat dalam proses sensasi dan persepsi yang kompleks.
Sedangkan dalam gambar sebelumnya, terlihat warna tosca mendominasi seluruh
dinding. Tetapi, disalah satu sudut terlihat menarik dengan adanya lukisan sehingga
menjadi point of interest dari ruangan tersebut. Warna tosca sendiri dapat menimbulkan
kesan ketenangan dan kesabaran, sehingga saat pengunjung berada diruangan tersebut
dapat merubah psikologis pengunjung menjadi sangat nyaman berada di dalamnya
dengan bantuan pencahayaan yang sedikit redup menimbulkan kesan romantis. Selain
tosca, terdapat warna kuning yang diaplikasikan de gorden jendela. Warna kuning
sendiri dapat memberikan keceriaan, bahagia, energik, serta optimis. Warna kuning
dalam ruangan ini sendiri juga dapat sebagai warna yang menonjol jika dilihat pertama
kali. Dari warna- warna tersebut, desainer ingin menbuat pengunjung nyaman ketika
berada di Superior Room 103 serta gembira ketika berada di area tersebut, dengan
kesan dramatis yang terletak di dinding, lantai serta furniturenya

Interpretasi

Kesimpulan

7
Interior pada Superior Room 103 menganut estetika postmodernisme yang
universal, bebas, dan tanpa batas dengan tingkat estetika yang sangat tinggi. Interior
Superior Room 103 sangat bertentangan dengan estetika interior pada umumnya.
Pattern clashing dan penerapan warna yang beragam pada ruangan dapat tetap
menghasilkan perpaduan yang harmonis walau dengan keberadaan beberapa elemennya
yang sangat berpotensi menimbulkan chaos, seperti pattern baroque yang tiba-tiba
muncul di tengah ruangan yang didominasi retro tahun 60an dengan aksentuasi lukisan
renaissance semi kontemporer. Keseimbangan dan keharmonisan dalam ruangan
tetaplah tercapai dengan cara yang unik dan sangat kental dengan karakter khas
desainernya, Christian LaCroix.

8
REFERENSI

Baudot, Franois. 1997. Christian Lacroix. New York: Universe/Vendom

Htel du Petit Moulin Herman Miller. Web. 4 Oktober 2017. <


http://www.hotelpetitmoulinparis.com>

Htel du Petit Moulin in Paris Ann M. Morrison. Web. 4 Oktober 2017. <
http://www.nytimes.com/2005/06/26/travel/hotel-du-petit-moulin-in-paris.html >

ii

Você também pode gostar