Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan
menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya bergantung dari curah hujan.secara
teoritis, lahan kering di Indonesia lahan kering dibedakan menjadi dua kategori, yaitu : (1)
Lahan kering beriklim basah, banyak ditemui di kawasan Indonesia bagian barat, (2) Lahan
kering beriklim kering, banyak ditemui di kawasan Indonesia bagian timur. Banyak tifologi
wilayah pengembangan lahan kering yang terdapat di dua kategori tersebut. Namun wilayah
pengembangan lahan kering yang dominan di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan potensi
dan dominasi vegetasinya. Pendayagunaan lahan memerlukan pengelolaan yang tepat dan
sejauh mungkin mencegah dan mengurangi kerusakan dan dapat menjamin kelestarian sumber
daya alam tersebut untuk kepentingan generasi yang akan datang. Pada sistem lingkungan
tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan ialah rehabilitasi, pengawetan, perencanaan, dan
pendayagunaan lahan yang optimum.
Lahan kering dibagi menjadi empat kategori, yaitu :
1. Hyper Arid : indek kekeringan (rasio antara curah hujan dan evapotranspirasi potensial)
0.03, tidak ada vegetasi tanaman kecuali hanya beberapa rumpun rumput di daerah lembah,
penggembalaan ternak berpindah-pindah, hujan tahunan rendah (di bawah 100 mm/tahun),
serta hujan terjadi tidak menentu, bahkan kadang-kadang tidak terjadi hujan sepanjang
tahun. Daerah ini terdapat di pe-gurun-an Saudi Arabia Rubul Kholi atau yang dikenal
dengan empty quarter.
2. Arid : indek kekeringan 0.03-0.20 yang ditandai dengan adanya peternakan, kegiatan
pertanian dilakukan dengan irigasi tetes dan sprinkler, terdapat tanaman musiman dan
tahunan yang letaknya terpisah-pisah, dan curah hujan tahunan antara 100 300
mm.Terdapat di Jeddah, Saudi Arabia dan Negara-negara Timur Tengah pada umumnya.
3. Semi Arid : indek kekeringan 0.2-0.5 yang ditandai dengan adanya kegiatan pertanian denga
mengandalkan air hujan meski produktifitasnya masih rendah, terdapat kegiatan peternakan
komunal, dan curah hujan tahunan 300-800 mm.Biasanya terdapat di perbatasan daerah
tropis dan sub-tropis.
4. Sub Humid: indek kekeringan 0.5-0.75. Daerah sub humid juga dimasukkan ke dalam area
lahan kering, meski sebenarnya memiliki karakter yang dekat dengan daerah lahan
basah. Di Indonesia kawasan timur memiliki karakter Sub-Humid, yang mana terdapat
beberapa kendala untuk budidadaya pertanian di daerah tersebut.
Penggunaan lahan atau tanah yang kurang tepat akan menyebabkan lahan atau tanah
tersebut menjadi rusak (kritis) dan kehilangan fungsinya. Hilangnya fungsi produksi dari
sumber daya tanah dapat terus menerus diperbaharui, karena diperlukan waktu puluhan bahkan
ratusan tahun untuk pembentukan tanah tersebut.
B. Komponen Penyusun
Lahan kering (tegalan) memiliki 2 komponen penyusun, yaitu:
1. Komponen Abiotik
Komponen abiotic merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-
benda tak hidup. Secara terperinci, komponen abiotic merupakan keadaan fisik dan kimia di
sekitar organisme yang menjadi medium dan substart untuk menunjang berlangsungnya
kehidupan organisme tersebut. Beberapa contoh komponen abiotic adalah cahaya matahari, air,
udara,tanah, topografi dan iklim.
Cahaya matahari
Tingginya radiasi cahaya matahari di daerah lahan kering mengakibatkan tingginya
evapotranspirasi, rendahnya suplai oksigen (O2) dan salinasi atau penggaraman di tanah.
Air
Hampir semua makluk hidup membutuhkan air. Karena itu, ar merupakan komponen
yang vital. bagi kehidupan. Pada lahan kering, air yag terdapat dalam tanah dapat ditaha oleh
masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air atau keadaan drainase yang kurang baik.
Rendahnya curah hujan pada tegalan, akan menjadi ciri khas yang hanya memiliki
keterbatasan/ketersediaan air.
Tanah
Sifat fisik tanah pada lahan kering kurang baik yaitu berstruktur padat kelembapan
lapisan tanah atas (top soil) maupun lapisan tanah bawah (sub soil) rendah sirkulasi udara
agak terhambat dan kemampuan tanah untuk menyimpan air relative rendah. Lahan kering
sebagian besar terdiri dari tanah-tanah ultisol incaptisol atau alufial alfisol dan oksisol namun
tetap berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan yang produktif dengan pemilihan
teknologi dan jenis komuditi yang sesuai. Allufial merupakan tanah yang berkembang dari
bahan allufium muda (receen) mempunyai susunan berlapir atau kadar C-organik tak teratur
dengan kadar fraksi pasir kurang dari 60% pada kedalaman antara 25-100 cm dari permukaan
tanah mineral. Tanah allufial hanya meliputi lahan yang sering atau baru saja mengalami
banjir atau merupakan hasil endapan bahan-bahan kolluvial akibat angkutan dari daerah di
atasnya
Suhu
Pada semua ekosistem, suhu sangat berpengaruh. Karena di ekosistem yang berbeda suhu
akan berbeda. Seperti pada tegalan, memiliki suhu yang cukup panas, sehingga jenis tanaman
yang dapat ditanam sangat sedikit.
Kelembapan
Kelembapan udara tidak banyak berpengaruh pada pertumbuhan asalkan kadar air cukup
tersedia di dalam tanah, optimumnya < 80%
Biota tanah adalah kumpulan jasad hidup yang menjadikan tubuh tanah sebagai ruang
hidup untuk menjalankan sebagai atau seluruh kegiatan ekologisnya. Biota tanah merupakan
bagian tidak dapat terpiahkan tubuh tanah yang antara keduanya terdapat hubungan timbal
balik. Biota tanah merupakan salah factor pembentuk tanah yang kegiatan ekofisiologisnya
mengendalikan aneka proses pedogenik tanah, antara lain melalui perombakan
(mineralisasi), menghancurkan dan merombak bahan organik (humifikasi, mineralisasi) dan
mencampur aduk bahan penyusun tanah (pedoturbasi)
Hewan Ternak
Lahan kering bisa juga menjadi tempat berlangsungnya keanekaragaman hayati
dimana terdapat beberapa hewan yang hidup di lahan kering.
Irawan, B dan T. Pranaji. 2002. Kebijakan Pemberdayaan Lahan Kering Untuk mendukung
Pengembangan Agribisnis dan Pertanian Berkelanjutan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Ma`shum, M., Lolita, E.S., Sukartono, dan Soemeinaboedhy, I.N. 2000. TeknikPemanenan
Aliran Permukaan lahan Kering. Journal Agroteksos, Vol 11-3, 2000.
Wisnu, I.M.W, I. Basuki dan Johanes. 2005. Alternatif Sistem Usahatani dan Pengelolaan
sumberdaya air dalam pengembangan lahan kering di NTB. Prosiding Seminar
Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Pembangunan Pertanian Lahan
Kering. Kerjasama. PSE dan UNIB. 33 hal.