Você está na página 1de 403

k

:4 ELEMEN
ru
FOTOGRAIVI ETRI -
ru
W

Uy GADJAH tvlADA uNtvERslli PRESS


_T

PAUL R. WOLF
(r

ELEMEN
FOTOGRAMETRI
Dengan Interpretasi Foto Udara
dan Penginderaan Jauh
Edisi kedua
t

Penerjemah:
Drs. Gunadi
Drs. Totok Gunawan, M.S.
Drs. Zuharnen
Penyunting:
Prof. Dr. Sutanto
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada

BUKU INI DITERBITKAN DALAM RANGKA PENGADMN BUKU TEKS UNI'UK


PERGURUAN TINGGI, BEKERJASAMA DENGAN PROYEK PENGEM-
BANGAN PENDTDTKAN TtNGG| (WORLD BANK EDUCATTON tX PROJEC]),
$r';-)
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI, DEPARTEMEN PENDi.
DIIGN DAN KEBUDAYMN. IIIADA U.NTVERSITY PRESS
\r

h4 lLlK
oluoo*
PERPl :i::'1,:. Perptrstlrkaan Daerah
4, (r Jawa Timur

I e7bl tPrtt ( tl99e,.

PRAKATA

Original English edition : ELEMENTS OF PHOTOGRAMMETRY Sejak diterbitkannya edisi pertama buku ini, perkembangan teknologi
With Air Photo lnterpretation and Remote baru ternyata besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan fotogrametri. Satu di
Sensing, Second edition. antara tujuan utama dilakukannya revisi ini ialah memperbaharui buku ini
By : PAUL R. WOLF, Ph.D.
dengan menghubungkannya terhadap perkembangan baru tersebut. Akan teta-
Prolessor of Civil and Environmental Engineering
pi, tujuan lain yang tak kalah pentingnya ialah untuk memasukkan banyak
The University of Wisconsin, Madison
Copyright @ 1983, 1974 by McGraw-Hill, lnc. All Rights reserved. e perbaikan bernilai yang telah disarankan kepada penulis oleh para guru besar
dan mahasiswa yang telah menggunakan edisi pertama untuk perkuliahan.
lndonesian edition: ELEMEN FOTOGRAMETRI Tingkat, luas lingkup, dan gaya penyajian edisi kedua ini diatur serupa
Dengan Interpretasi Foto Udara dan Peng- dengan edisi pertama. Maksud penulis ialah terus menghasilkan buku ini
inderaan Jauh, Edisi kedua. sebagai buku yang cocok bagi kursus pengantar fotogrametri pada tingkat
This edition is translated and published by arrangement with the McGraw-Hill Book perguruan tinggi. Ini meliputi kursus yang diberikan pada universitas,
Company, A Division of McGraw-Hill, lnc. akademi, perguruan tinggi seni dan teknologi, dan sekolah militer. Buku ini
Copyright @ 1993, by GADJAH MADA UNIVEHSTTY PRESS juga telah ditulis sedemikian sehingga cocok untuk belajar sendiri atau
P.O. Box 14, Bulaksumur, Yogyakarta, lndonesia.
sebagai rujukan. Oleh karena itu maka akan selalu bermanfaat sebagai
Cetakan pertama 1993 tambahan penting bagi perpustakaan untuk fotogrametriwan, kartografiwan,
pakar keteknikan, pakar kehutanan, geologiwan, geogra.fiwan, pakar bangunan
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin teftulis dari penerbit, sebagian keindahan alam, dan pakar lain yang di dalam pekerjaannya menggunakan peta
atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, photoprint, microfilm dan dan foto.
sebagainya. Di samping banyak perbaikan kecil yang telah dimasukkan pada edisi
kedua ini, banyak pula perubahan besar dan tambahan yang ditampilkan.
650.57.09.93 a Susunan beberapa bab telah diubah sedemikian sehingga perbincangan tentang
kontrol medan dan perencanaan proyek disajikan setelah plotter stereo,
Dicetak oleh:
pemotretan orto, dan rianggulasi udara. Karena tiga butir perbincangan ini
GADJAH MADA UNIVERSITY PBESS fror9l lsruuuraan FsrPur'sncad
harus dipertimbangkan bagi kontrol medan dan perencanaan proyek, dengan
Anggota ll(APl
8907115-C2E
trrrr Timur susunan ini maka urutanl penyajiannya menjadi lebih baik. Bab tentang
fci:, *r v,.t lwa perencana:i{r proyek tetah diperluas untuk meliput bagian baru yang terpisah
lsBN 979-420-278-9 tentang perkiraan bi.aya pap penjadwalan, dan disajikan sebuah soal contoh.
:,tlr
Y I
vi vll

Bab tentang trianggulasi udara diperluas dan disusun kembali menjadi tiga dicantumkan setelah tiap bab telah merupakan tambahan yang berarti, dan
bagian: Bagian I metode analog, Bagian II metode semianalitik, dan peiuniut penyelesaiannya tersedia bagi instruktur dari penerb-it. sebagai
Bagian III - -
metode analitik. Pada Bab III dimasukkan bagian baru tentang iamUat aniertradap penyediaan jawaban bagi seluruh soal numerik,
petunjuk

triang g
-
ulasi udara den gan mengg unakan
-peng
ukuran densitas gambar. Liputan penyelesaian ini mimiilt<i daftar program komputer dengan contoh-cohtoh
rektifikasi foto sendeng diperluas dan melipriti perbincangan tentang metode i"gun*nryu dalam menyelesaikan beberapa soal fotogrametri komputasional
grafik, analitik, optik mekanik, dan elektio optik. Bab tentang plotter yang memerlukan waktu lebih banyak.
stereo dan pemotretan - orto diperbaharui agar- meliput alat terbaru, dan Sekali lagi penulis menyampaikan penghargaar.l ,yang -mendalam
perbincangan tentang plotter analitik banyak diperluas sehubungan dengan kepada banyak in*aivioua yang telah mengamtil bagian di dul"t
pertama
edisi
perkembangan yang pesat dalam penggunaan instrumen ini. Bab tentang buku ini yang merupakan landasan bagi edisi sekarang. Untuk edisi_kedua,
penginderaan jauh diubah secam menyeluruh utuk menyajikan perkembangan ucapan t#*l kasih ditujukan terutama kepqfa Professor David Tyler dari
mutakhir di dalam bidang yang berkembang pesat ini. university of Maine dan Robert Turpin dari Texas A & M University yang
Seperti pada edisi pertama, materi pada edisi kedua ditulis dengan membacaseluruh manuskrip, kepada Professor James Schersz dari University
menggunakan istilah elementer sebanyak mungkin, dan banyak digunakan of wisconsin Madison yang merevisi Bab 3 tentang Asas Pemotretan dan
ilustrasi dan diagram. Soal-soal contoh sering disertakan untuk memperjelas
-
yang memberikan saran penting untuk seluruh buku, kepada Professor Alan
prosedur penghitungan. Satuan metrik dan satuan Inggris digunakan silih Von?erotre dari Universiiy of Wisconsin Madison yang mereview bagian-
-
bagian penting manuskrip ini, kepada Professor Alan vonderohe dari
berganti di dalam buku dengan imbangan sekitar 50V0. Agau. buku ini sesuai
bagi mahasiswa berbagai tingkat yang bersangkutan dengan matematik, tubuh University of *isconsin Madison yang mereview bagian-bagian-penting
teks disajikan sedemikian sehingga hanya memerlukan pengetahuan elementer
-
manuskrip ini, kepada hofessor Ralph Kiefer dari University of Wisconsin
tentang aljabar, ilmu ukur, dan ilmu ukur sudut. Pengembangan matematik Madison yang merevisi Bab 19 tentang Interpretasi Foto Udara, kepada
yang lebih sulit dicantumkan pada lampiran, dimana ketersediaannya
-Professor Ttromls Lillesand dari University of Minnesota yang merevisi
diperuntukan bagi rujukan maupun bagi mahasiswa yang memiliki latar seluruh Bab 20 tentang Penginderaan Jauh dan memperbaharuinya, kepada
I professor Donald Graff dari university of wisconsin Madison yang
belakang matematik yang diperlukan.
melakukan kontribusi penting pada seluruh buku ini, -
akan tetapi terutama
Susunan penyajiannya diatur sedemikian sehingga bab-bab awal
menyajikan asas fundamental, sedang bab-bab selanjutnya membincan gkan untuk Bab 14 tentang triangguiasi Udara, kepada Professor Joseph Ulliman
aspek yang lebih khusus tentang fotogrametri yang lebih menekankan pada dari University of Idaho, Steven Johnson dari Virginia Polytechnic and State
terapan praktis. Secara umum setiap bab disusun sedemikian sehingga hal University, dan Joseph Colcord dari University of Washington yang
yang lebih penting disajikan terlebih dahulu. Ini menyebabkan kenyamanan memberikan banyak saran penting, kepada hofessor Terrence Keating dari
untuk hanya meliput bagian-bagian awal bab tertentu apabila keterbatasan university of Maine yang menyajikan gambar-gambar dan mereview bagian
waktu tidak memungkinkan untuk meliput seluruh buku. Sementara materi baru tentang Triangulasi Analitik Dengan Menggunakan Densitas Citra
dibuat seelementer mungkin, kedalamanan liputan yang memadai Terangka, kepada Tuan Randal olson dari u.S. Geological Survey, Menlo
menyebabkan buku ini sesuai pula bagi kursus fotogrametri lanjut. Liputan Park, california yang mereview bagian baru tentang Rektifikasi, kepada Tuan
bab-bab akhir dan lampiran terucama bermanfaat bagi kursus lanjut. Lampiran David smith dari Divid and Associates, Portland oregon yang menyajikan
A membincangkan kesalahan acak dan penyesuaian kuadrat terkecil, Lampiran banyak saran bagi materi baru tentang Perencanaan Proyek dan Perbicaraan
B meliput perbincangan tentang alih ragam koordinat, dan Lampiran C Biaya, kepada Tuan Bon Dewitt, mahasiswa University of wisconsin -
menyajikan pengembangan persamaan kolinearitas. Materi ini merupakan Madison yang menyelesaikan banyak soal pada akhir bab untuk menjamin
landasan bagi fotogrametri komputasional modern. agar layak dan dapat dikerjakan, dan yang juga menyajikan program komputer
Sebuah daftar rujukan terpilih diberikan pada akhir tiap bab. Dari untuk Petunjuk Penyelesaian, dan kepada banyak lagi lainnya, termasuk
materi yang dirujuk, para mahasiswa dapat mengembangkan pengetahuannya mahasiswa tingkat sarjana dan sarjana muda yang telah melakukan berbagai
atas hal tertentu yang menarik perhatiannya. Untuk menghemat ruang, hanya kontribusi bagi edisi yag baru ini.
diberikan rujukan kunci yang terbatas jumlahnya, tetapi banyak dari padanya Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pabrik
juga memiliki bibliografi yang baik sekali yang akan menuntun mahasiswa pembuat instrumen, badan pemetaan pemerinfah dari firma fotogrametri
ke artikel tambahan yang banyak. Jumlah soal pekerjaan rumah yang iwasta yang menyajikan banyak di antara gambar dan diagram yang digunakan
_Y

vlll

di dalam buku ini. Ucapan terima kasih juga dialamatkan kepada Robert
Holdridge dan lain-lain dari Bagian Pelayanan Keteknikan Wisconsin
Department of Transportation untuk peran serta mereka. Akhirnya, ucapan
terima kasih secara khusus dialamatkan kepada Louise Shafer yang bekerja
berjam-jam untuk mengubah konsep penulis menjadi sebuah manuskrip
ketikan yang bagus.

Paul R. Wolf

DAFTAR ISI

Prakata
Bab I Pendahuluan ............

Definis i Fotogrametri/S ejarah Fotogrametri0enis Foto/


Membuat Foto VertikaUFoto Udara yang Ady'Kegunaan
I Fotogrametri/Organisasi Fotogrametri Profesiona/lJnit
Ukuran Fotogrametri/Bilangan Penting/Rujukan/Soal

Bab 2 IImu Optik Untuk Fotogrametri ....................... 24

Pengantar/Pembiasan cahaya/Pemantulan cahaya/Cermin


Datar/Prisma/Lensa Sederhana/Formula Lensa/Persyarat-
an Scheimpfl u8/Gambar Nyata dan Semu/Pembesaran
Mendatar (Lateral)/Lensa TebaUl(ualitas Lensa/Jan g-
kauan Medan/Rujukary'Soal

Bab 3 Asas Fotografi .......... 51

Pengantar/Perbandingan Kamera Lubang dan Kamera


Lensa/PenyinaranAlubungan antara Bukaan dan Kece-
(, patan Menutup/Ikrakteristik Emulsi Fotografik/Pemro-
sesan Emulsi Hitam-Putihfl(epekaan Spektral Emul-
si/Filter/Pemrosesan Emulsi Berwarna/Pemrosesan Film
Udara Hitam Putih/Pemelaan Secara Kontak/Pence-
-
takan dengan hoyeksi/Proses Halftone/Rujukan/Soal
xl

Bab 4 Kamera Dirgantara 78 Bab E Paralaks Stereoskopik 202

Pengantarfienis Kamera Udara/Kamera Konver- I Pengantar/Sumbu'Jalur Terbang' Fotografik untuk


geny'Bagian Utama Kamera Kerangka Dirgantara/Bidang Pengukuran Paralaks/]vletode Stereoskopik untuk Pengu-
Fokal dan Tanda FidusiaUPenutup/Penyang ga Kame- kuran Paralaks/Asas Tanda ApungMetode Stereoskopik
ralPengatur KameralPerekaman Da[a secara Otoma- (t Untuk Pengakuan ParalakslPersamaan Paralaksfl(e-
tis/Kalibrasi Kameralvletode Laboratorium Kalibrasi ting gian Berdasarkan Beda Paralaks/Persam aan Kuran g
Kamera,/Kalibrasi Kamera Dengan Metode Medan dan Teliti Bagi Ketinggian Berdasarkan Beda Para-
Metode Bintang/Kalibrasi Resolusi Kamera/Rujuk- laks/Pengukuran Beda Paralaks/Grafik Untuk Koreksi
anlSoal Paralaks/Menghitung Tinggi Terbang dan Basis
Udara/Pemetaan dengan Stereoskop dan Batang
Bab 5 Pengukuran Fotografik dan Perbaikan .............. 110
Paralaks/Evaluasi Kesalahan/Rujukan/Soal
Pengantar/Sistem Koordinat FotografiVSkala Sederhana
Bagi Pengukuran Fotografikflt4engukur Koordinat Foto Bab 9 Metode Elementer Pemetaan Planimetrik de-
dengan Skala Sederhana/Metode Trilateratif untuk Peng- ngan Foto Tegak 243
ukuran Koordinat Fcto/Piranti Pengukuran Jarak Pen-
dek/Pengukuran Monokomparator atas Koordinat Pengantar/Pemetaan Planimetrik dengan Penyidikan
Foto/Perbaikan Koordinat Gambar Terukur8eduksi Langsung/Pemetaan Planimenik dengan Instrumen Pan-
Koordinat ke Aslinya pada Titik Utama/Pengkerutan dan tulan atau Proyeksi/Trianggulasi Garis Radial/Asas
Pemekaran Film dan Kertas Fotografik/Koreksi Fundamental Triang gulasi Garis-Radial/lvletode Grafik
Pen gkerutany'Koreksi Bagi Distorsi Radial Len safforek- r Trianggulasi Garis-Radial/Titik Penerus/Reseksi Tiga
si Pembiasan Atmosferilq(Koreksi lrngkung Permukaan Titi$lrianggulasi Garis Radial Bagi Blok Foto/Lokasi
Bumi/Pengukuran Densiti Gambar/Rujukar/Soal Titik KonEoftemplet Terkunci,Ilemplet Mekaniffiesa-
lahan dalam Trianggulasi Garis-Radial/lvletode Numerik
Bab 6 Foto Udara Tegak 151
Trian g gulasi Garis -Radial/Pemetaan Plani m etrik dengan
Penggambaran Garis Radial/Rujuka(Soal
Geometri Foto Udara Tegak/Skala-skala Foto Udara
Tegak di Atas Medan Yang Datar/Skala Foto Udara
Tegak di Atas Medan Yang Tidak Datar/Skala Foto Rata-
Bab 10 Peta Foto dan Mosaik 268
ratalBeberapa Cara Lain untuk Menentukan Skala Foto Pengantarfi(eunggulan dan Keterbatasan Peta Foto dan
Udara Tegakfl(oordinat Medan Dari Suatu Fotografi Mosaik/I(egunaan Pela Foto dan Mosaikflenis Mosa-
Vertikal/Perpindahan Letak Gambar oleh Relief Dalam ikffaterial Untuk Penyusunan Mosaik/Penyusunan
Foto Udara Tegak/Tinggi Terbang Foto Udara Mosaiklr4etode Garis AsimutMosaik Ortofoto/Repro-
Tegalr/Penilaian Kesalahan/R uj ukailS oal duksi8ujukan/Soal

Bab 7 Pengamatan Stereoskopik ......... 179


Bab 11 Foto Sendeng ..........-. 285
Persepsi Kedalamann\4ata N4anusia/?ersepsi Kedalaman
Pengantar/Orientasi Sudut Dalam Kesendengan, Pu-
Stereoskopiklt4engamati Foto Secara StereoskopilVSte-
taran, dan Asimut/Sistem Koordinat Bantu Foto
reoskop/Kegunaan Stereoskop/Penyebab Paralaks
Sendeng/Skala Foto Sendengl(oordinat Medan Foto
Y/Pembesaran Tegak Dalam Pengamatan Stereos-
Sendeng/Pergeseran Letak oleh Relief pada Foto
kopiffiujukan/Soal
Y
xu
xlll

S endeng/Pergeseran Letak oleh Kesenden gan/Orientasi


atan Garis Tinggi Otomatik Selama Pembuatan Foto
sudut dalam Omega, Phi, dan Kappa/Penentuan Unsur
Orto[nsrumen untuk Membuat Cira Foto Orto Secara
Elekronik/4Fotc Orto Dengan Pemrosesan Citra DigitaV
Orientasi LuarflVIetode Titik-Skala Anderson/]vletode
Perencanaan Penerbangan untuk Foto OrtoflRujuk-
Church/Reseksi Ruang dengan Kolinearitas/Posisi Titik-
anlSoal
titik Baru Berdasarkan Pengukuran Pasangan Stereofoto
Sendeng/Rektifikasi untuk Foto yang Mengalami Kemi-
ringan/Geometri Bagi Rektifikasiffeori Harmanik atau
Bab 14 Trianggulasi Udara 441
Rasio Silang/Rektifikasi Grafik/Rektifikasi Anali- Pengantar/Bagian I Trianggulasi Udara Analog: Tri-
tik/Rektifikasi Optik-Mekanik/ Rektifikasi Elektro- -
anggulasi Udara dengan Instrumen Proyektor Multi/titik
Optiffiujukan/Soal Penerus Tepi untuk Trianggulasi Udara secara Analog/-
Triang gulasi Udara dengan Instrumen Universal/Bagian
Bab 12 fnstrumen Plotter Stereoskopik ............... II Trianggulasi Udara Semianalitik Uraian Umum/-
-
Koordinat Titik Pusat Perspektif/Bagian III -_ Tri-
Pengantarfl(lasifikasi Plotter Stereoskopik/B ag ian I
Stereoplotter Proyeksi Optik Secara Langsung: Kompo- - anggulasi Udara Analitik: Pengantar/Kondisi Keber-
nen/Sistem Proyeksi/S istem Pengamatan/S istem Pen gu-
samaan GarisI(ondisi Kebersamaan Bidang/Titik Pe-
Analitffiengukuran
nerus Tepi bagi Trianggulasi Udara
kuran dan Penyidikan/Orientasi Bagian Dalam/Orientasi
Koordinat Foto/Pemurnian Koordinat Foto/Orientasi
Relatif/Orientasi Absolut/Kompilasi Peta/B agian II-
Relatif Pasangan Stereo dengan Kebersamaan Ga-
Stereoplotter dengan Proyeksi Mekanik atau Optik
Mekanik: InsEumen Proyeksi Mekanik/Paralelogram-
ris/Penyusunan Jalur/Penyesuaian Jalur/Blok Foto/Pe-
nyesuaian "Berkas" Secara Serentak/Persyaratan Kon-
Zeissflnstrumen yang Menggunakan Sistem Proyeksi
trol,/I(egunaan Komputer dan Analisis Data/Trianggulasi
Paralelogramflnstrumen dengan hoyeksi Optik
- Me-
kaniVSkala Model Peta dan Skala Peta Pada Instrumen
Udara Analitik dari Densiti Cira Terangfta/Rujukan/Soal
dengan Proyeksi MekaniklKoordinatograf Otomatik Ter- Bab 15 Kontrol Medan Bagi Fotogrametri Udara .,....... 493
digitlBagian III: Plotter Analitik: Penganlar/Komponen
Pengantar/lvlemilih Gambar untuk Kontrol Foto/Jumlah
Sistem dan Metode OperasilKeunggulan Plotter Anali-
dan Letak Kontrol Foto/Perencanaan Survei KontroVSis-
tik/Orientasi Plotter Analitikfenis Peng gunaan Plotter
Analitik/Bagian lV-Plotter dengan Korelator Gambar tem Koordinat Medan bagi Kontrol Mendatar/Bidang
Rujukan Tegakfr'Ietode Medan untuk Pengadaan Kontrol
Otomatik: Pen gantar/Korelator Gambar Otomatik/Ko-
Mendatar/Iv1etode Medan untuk Pengadaan Kontrol
relator Gambar Elektronik dan Stereomat B. 8
Tegak/Sistem Lain untuk Survei Kontrol Foto/Sasaran
Wildflnstrumen Lain yang Menggunakan Korelator
Gambar Otomatiffi uj ukan/S oal
BuatanMembuat Indeks Kontrol MedanAujukary'Soal

Bab 13 Fotografi Orto Bab 16 Perencanaan Proyek 515


Pertimbangan di Dalam Perencanaan Proyek/Bagian I
Pengantar/Keung gulan dan Kegunaan Foto Ortoffiasi- -
Perencanaan Penerbangan: Pengantarffampalan Depan
fikasi Instrumen untuk Membuat Foto Orto[nstrumen
Foto Orto Proyeksi Optik Serenlak (On-Line)lnstrumen dan Tampalan Samping Fotografik/Maksud Pernotretan/
Foto Orto Dengan Proyeksi Optik Terpisah (Off-Line)/ Skala Foto/tinggi Terbang/Pertimbangan Plotter Stere-
Keuntungan Produksi Foto Orto secara Terpisah/Pembu- oskopik/Liputan Medanfl(ondisi CuacaMusim/Peta
Jalur Terbang/Spesifikasi/Bagian II Perkiraan Biaya
-
dan Penyusunan Jadwat Perkiraan Biaya/Perkiraan Biaya
Cuplikenflr4enyusun Jadwal/RujukadSoal

.za
xv
xiv
'Pasif/Penginderaan Jauh dari Antadksafl(esimpulan/Ru-
555
Bab 17 Foto Condong dan Foto Panoramik jukan/Soal
Bagian I Foto Condong: Pengantar/Foto Agak Con-
-
Oofrg/F"to Sangat Condong/Sistem Koordinat Foto Sa-
Lampiran
ngat" Condon[Tst ata foto Sangat Condong/Sudut
Mendatar danludut Tegak pada Foto Sangat Condong/ A Kesalahan Acak dan Penyesuaian Kuadrat Terke' 701
Posisi Stasiun Pemotretan dan Asimut Sumbu Kame- cil
ra,tMenentukan Letak Titik dari Foto Sangat Condong
Klasifikasi Kesalahan/Definisi/HistogramlDistribusi Normal
yang Bertampalan/Grid Perspektif/Panjang Garis. pada
Kesalahan Acat'/Pengantar Bagi Kuadrat Terkecil/Pengamatan
Foti rurggil Sangut Condong/Cakrawala Asli dan
Terbobot/Menerapkan Kuadrat Terkecil/Formulasi Sisternatik
Sudut Dep'risi Aslidengan Metode Titik Lenyap dan
Persamaan Normalfir{etode Matriks Dalam Penyesuaian
Titik Nadirpagian II - Foto Panoramik: Pengan- Kuadrat Terkecil/Persama:m Matriks bagi Ketelitian Jumlah
tarfi(amera Pinomerik/Geometri Foto Panoramik Tersesuaikan/Contoh haktis/Rujukar/Soal
iegak/Skala Foto Panoramik TegakI(oordinat Medan
Seidasartan Pengukuran Foto Panoramik Tegaly'Dis- B Transformasi Koordinat 721
torsi Gambar pada Foto Panoramikfiujukan/Soal
Pengantarfiransformasi Koordinat Konform Dua-DimensionaV
Bab 18 Fotogrametri Terestrial dan Fotogrametri Ja- IrAet6Oe Bersemilih Transformasi Konform Dua-DimensionaV
Dekat 600
rak Transformasi Koordinat dengan Pengulangan/Tvletode Matriks
dalam Transformasi Koordinatlfransformasi Koordinat Afin
Pengantarfferapan Fotogrametri Terestrial dan Fotogra-
Dua-DimensionaVTransformasi Koordinat Konform Tiga-
meti J urak Dekat/Kamera Terestrial/Fototeodolitfifumera Dim ensionaflIransformasi Koordinat Proyeksi Dua-Dimensi-
Stereometrik/Sudut Mendatar dan Sudut Tegak dari Fgtg
onafifransformasi Koordinat Proyektif Dua-Dimensional8u-
Mendatarffenenhrkan Letak Titik dengan Interseksi dari jukary'Soal
Dua Foto Mendatar Atau Lebih/Persamaan Paralaks/Foto
Terestrial Condong/Letak Stasiun Pemotrelan dan Arah C Pengembangan Persamaan Kondisi Kolineari'
S umbu Kamera/Instrumen Plotting Stereoskopik/Kon- tas............. 752
trol B agi Foto grametri Terestrial/P-enyelesaian -Umum/
Pengantar/Rotasi Menumt Omega, Phi, dan Kappa/Pengem-
Fotogrametri Sinar-XAlologrametri/Rujukan/Soal
ban[an Persamaan Kondisi Kolinearitas/Pelurusan Persamaan
Bab 19 Interpretasi Fotografik .....""""' &5 Kolinearitasfierapan Kolinearitas/Rotasi Asimut, Kesendengan,
dan Swing/Persamaan Kolinearitas Menggunakan Rotasi
Pen gantarflfurakteri stik Dasar Citra Foto grafiMn-terpreta-
Asimut, Kesendengan, dan Swing/Penggunaan dari satu Sistem
si F6to untuk KehutananBlemen Dasar dalam Interpre- Rotasi ke Sistem Lain/Rujukan/Soal
tasi Fotografik untuk Analisis MedanfinterPretasi Bentuk
Lahanflnierpretasi Jenis Batuan IndukiRujukan/Soal Indeks 767

Bab 20 Penginderaan Jauh 665

Pengantarfiadiasi Elektromagnetililsistem Penginderaan


Jauti yang IdeaVS umber Tenaga,/Interaksi Tenaga {:lq3n
fenampitan di Permukaan Bumi/Pengaruh Atmosfir/Sis-
tem Penginderaan Jauh PraktislData Rujulanlsislem-Fo-
tografi Multisaluran/Radiometer/?enyiam/Radar tg9Snt
Simping dari Udara/Sistem Gelombang Mikro
BAB
1

PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI FOTOGRAMETRI


P-erkumpulauuEolog;rarnetriwan,A,me. rika m,endgfinisikan.futogramptrr
rebagai-ffim_ilmu_dan"..tpfrnplqgi "untuk'rrlemp-eralah. infpr.ma*r_.[emp"rsaya
tentang-sUigh"fisikdan""linskungnn melalui proses. perekaman . penfilkumn,
dan"in-tpnrptasi.gamharan.fotografik danpola radiasi tenaga elektrbmagnptih
yang tprqkam. Sesuai dengan namanya maka ilmu ini mula-mula hanya
menganalisis foto. Meskipun akhir-akhir ini arti fotogrametri telah diperluas
hingga meliputi analisis rekaman lain selain foto. seperti misalnya pancaran
pola tenaga akustik dan gejala magnetik, namun foto masih merupakan sum-
ber informasi utama di dalam fotogrametri. Perbincangan dalam buku ini
ditekankan pada fotogrametri fotografik. Meskipun demikian, sumber infor-
masi lain juga diperbincangkan.
Arti fotogrametri yang tersirat pada definisi tersebut mencakup dua
bidang yang berbeda, yaitu: (l) fotogrametri metrik dan (2) fotogrametri
interpretatif. Fotogrametri metrik terdiri dari pengukuran cermat befdasarkan
foto dan sumber informasi lain yang pada umumnya digunakan untuk menen-
tukan lokasi relatif titik+itik. Dengan demikian dimungkinkan untuk mem-
pcroleh ukuran jarak, sudut, luas, volume, elevasi, ukurdn dan bentuk objek.
Tcrapan fotogrametri metrik yang paling banyak ialah untuk menyusun petra
planimctrik dan peta topografi berdasarkan foto. Pada umumnya digunakan
foto udara(dibuat dari wahana udara), akan tetapi juga digunakan foto
terestrial(dibuat dengan kamera di muka bumi).
Fotogrametri interpretatif terutama mempelajari pengenalan dan identi-
l'ikasi objck serta menilai arti pentingnya objek tersebut melalui suatu anali-
sis sistematik dan cermat. Fotogrametri interpretatif meliputi cabang ilmu
intarpretasifoto urlara dan p_eryt7fury-qn_jauh. Interpretasi foto udara meliputi
lrcngkajian citra foto. Penginderaan jauh yffig- merupakan cabang ilmu lebih
\

,, 3

daerah pegunungan Kanada Barat yang bertopografi kasnr. Dnas Survai Pantai
baru dari fotogrametri interpretatif, tidak hanya meliputi analisis folo letapi dan Geodesi Amerika Serikat menggunakan fotogrametri pada tahun 1894
jugu p.ngguni* Out" yang diperoleh dari berbagaijenis piranti penginderaan untuk memetakan daerah perbatasan antara Kanada dengan teritorial Alaska.
j.in y*-g-rneliputi dmera multispehtral, sensor inframerah, penyiam atau Sementara itu terjadilah perkembangan di dalam bidang piranti, terma-
;1gner (sianner) termal, dan radar udara dengan arah perekaman-ke samping suk perbaikan kamera dan film yang menyebabkan fotograntetri berkembang
tSiAnj. piranti penginderaan jauh yang sering dibarva oleh wahana berupa lebih jauh lagi. Pada tahun 1861 dikembangkan proses fotografi dengan
.at"rit yung ,"rrgor-bit bumi, mampu menyajikan informasi kualitatif dan menggunakan tiga warna. Film gulungan disempurnakan pada tahun 1891.
iri"rr".i fuantititif objek. Dengan kesadarart manusia untuk melestarikan Pada tahun 1909, Dr. Carl Pulfrich dari Jerman memulai percobaannya
ii^gtr"g"" dan sumbeidaya alamiah seperti sekarang ini, interpretasi foto dengan pasangan foto stereo. Hasil penelitiannya merupakan landasan bagi
,-Ai*-*?rprn penginderaan jauh digunakan secara luas sebagai suatu alat di pengembangan teknik pemetaan dengan pirantinya yang digunakan sekarang
dalam pengelolaan dan perencanaan' ini.
Penemuan pesawat udara oleh Wright Brothers pada tahun 1902 meru-
pakan awal bagi pengembangan fotogrametri udara. Hampir semua pekerjaan
1.2 SEJARAH FOTOGRAMETRI fotogrametri hingga tahun tersebut hrupa fotogrametri terestrial. Pesawat
udara digunakan untuk pertama kalinyapada tahun 1913, yaitu guna memper-
Ilmu fotogrameri telah dimulai jauh sebelum ditemukiunnya fotografi. oleh foto udara untuk maksud pemetaan. Foto udara digunakan secara luas
proses
Pada tahun 3SO Setelum Masehi, Aristoteles telah mengutarakan-
-*i*-p-yitii[an pada Perang Dunia Pertama, terutrma untuk pengamatan medan lawan. Antara
ke- 1 8,
,rt"t gamUaran objek secara optik. Pada.awal abad perang dunia pertama dan kedua, fotogrameEi udara untuk pemetaan berkem-
perspektif linier- Segera
-Lamberfpendapatnya tentang
Dr. Brook'iayior menyitakan bang pesat ke pembuatan peta secara besar-besaran. Pada periode ini banyak
setelah itu maka J. H. menyatakan bahwa asas perspektif dapat di- perusahaan swasta serta badan pemerintah di Amerika Serikat dan Eropa
manfaatkan untuk membuat Peta. terlibat di dalam kegiatan fotogrametri.
Penerapan fotogrametri yang sebenamya tentu saja tidak dapat dilaksa- Selama perang dunia kedua, teknik fotogrametri digunakan secara luas
nakan sebelum dikembangkannya proses fotografi. Proses fotografi dimulai untuk memenuhi permintaan peta-peta baru yang besar jumlahnya. Interpreta-
puou tut rn 1839, yaitu pada saat Louis Daguene dari Paris mengumumkan si foto udarajuga diterapkan secara lebih luas bila dibanding terhadap periode
irot.r fotografi secara iargsung. Pada proses iniyaitu
pemotretannya dilakukan
dengan jalan melapis-
sebelumnya, yaitu untuk maksud pengamatan dan penelitian medan lawan.
fada pelat l6gam yang dibuit pe[a terhadap sinar, Dari program pemetaan yang dipercepat selama perang tersebut dibuahkan
lin pe.at io[iO piOanya. Proies yang digunakan sekarang ini pada dasarnya perkembangan piranti maupun teknik.
merupakan proses Daguerre.
'Setairun setelah penemuan Daguene, seorang geodesiwan pada Akade-
Kontribusi di dalam bidang piranti dan teknik selama 35 tahun terakhir
terlalu banyak untuk dirinci. Akan tetapi bila perkembangan tersebut dipan-
mi Sains Perancis bernama Arago memperagakan penggunaan foto udara dang secara keseluruhan, hasilnya telah membuahkan fotogrametri yang aku-
untuk survai topOgrafi. Pengalaman pertama penggunaan fotogrametri untuk rat, efisien, dan menguntungkan sehingga pada saat ini sebagian besar peker-
p"*.tu- topogruli dilakukan pada tahun 1849. Pekerjaan ini dipimpin oleh jaan pemetaan topografi dilakukan dengan menggunakan fotogrametri. Hanya
kolonel Aime iaussedat dali Korps Ahli Teknik Angkatan Darat Perancis' Di pemetaan persil dan sebagian kecil pemetaan topografi saja yang tidak meng-
g gunaan layan g-
antara pen galaman-pen galaman Kolonel Laussedat ial ah pen gunakan fotogrametri. Meskipun pemetaan topografi merupakan bidang uta-
iuv-g'o*"taon untuk pemotretan dari udara. Karena kesulitan yang dihadapi ma penerapan fotogrametri, cara fotogrametri juga digunakan di dalam bidang
Ai aaiam membuat foto udara, ia meninggalkan bidang penelitian ini dan Iain. Pada Butir 1.6 dibincangkan banyak penerapan khususnya.
memusatkan upayanya untuk pemetaan dengan menggunakan foto terestrial.
pada tahun tgjg, Xoionel Laussedat mengutarakan keberhasilannya di dalam
p"nggun* foto untuk pemetaan. Pekerjaan rintisan serta dedikasinya di I.3 JENIS FOTO
ifauii UiOung ini menyebibkan ia dipandang sebagai bapak fotogrametri.
Pemetaan topografi dengarr menggunakan fotogrametri di Amerika Ada dua jenis foto yang digunakan di dalam ilmu fotogrametri, yaitu
Utara dimulai pada tahun 1886 oleh Kapten Deville, Pimpinan Surveyor Ka- foto udara dtnfoto terestiol. Foto terestrial dibuat dengan kamera di muka
nada Dia berpendapat bahwa asas Laussedat sangat bagus untuk memetakan
Gambar 1.1 Fototeodolit yang digunakan untuk membuat foto terestrial (Seizin Gambar 1.2 Foto terestrial. (Seizin Wild Heerbrugg Instruments, Inc.)
Wild Heerbrugg Instruments, Inc.)
bumi, dan posisi stasiun kamera secara akurat. Cara kerjanya dengan menggu-
bumi yang pada umumnya diketahui posisi dan orientasinya yang sering nakan kamera yang konstantanya diketahui secara pasti, bersama dengan posi-
diukur secara langsung pada saat pemotreian. Berbagai jenis kamera sering si bintang sebagai latar belakangnya yang diketahui pula. Pada akhir-akhir
digunakan untuk membuat foto terestrial, yaitu dari kamera sederhana yang ini, cara ini digunakan untuk menyusun jaringan titik kontrol lingkup dunia
dipegang tangan sekedar untuk hobi hingga kamera khusus yang dirancang dan untuk menentukan s@ara akurat posisi relatif benua, pulau-pulau di laut
dengan presisi tinggi dan dipasang pada penyangga berkaki tiga (tripod). Fato- yang jauh, dsb.
teodolit seperti yang disajikan pada Gambar 1.1. merupakan gabungan antara Foto udara pada umumnya dibedakan atasfoto vertikal dwtfoto con-
kamera dan teodolit yang dipasang pada penyangga hrkaki tiga. Ia digunakan dong.Fc/ro vertikal dibuat dengan sumbu kamera yang axahnya setegak mung-
untuk membuat foto terestrial. Teodolit tersebut memungkinkan pengarahan kin. Bila sumbu kamera pada saat pemotretan benar-benar vertikal, bidang
kamera menurut asimut tertentu. Salah satu contoh terestrial disajikan pada foto sejajar bidang datum dan foto yang dibuahkannya disebut foto vertikal.
Gambar 1.2. Pada kenyataannya, jaran g sekali sumbu kamera b e na r - b e n ar v e r ti kal. IIal ini
Karnera balistik merupakan kamera terestrial jenis lain yang contohnya disebabkan oleh terjadinya kemiringan pesawat terbang. Bila sumbu kamera
disajikan pada Gambar 1.3. Kamera yang besar ini dipasang pada stasiun secara tidak disengaja membentuk sudut kecil terhadap garis vertikal, fotonya
bumi tertentu dan digunakan untuk memotret satelit buatan yang sedang disebut/alo sendeng. Kesendengan tak tersengaja pada umumriya kurang dari
mengorbit, dengan bintang-bintang sebagai latar belakangnya. Foto tersebut lo dan jarang sekali melebihi 3o. Untuk maksud penggunaan praktis maka
dianalisis untuk menghitung lintasan satelit, ukuran, bentuk dan gravitasi foto yang mengalami kecondongan dapat dipandang sebagai foto tegak tanpa
t,

Gambar 1.4 Kamera udara model Zeiss RMK 1523. Dengan kontrol eleknik dan
pemasangan di pesawat terbang. (Seizin Carl Zeiss, Oberkochen')

Gambar 1.3 Kimera balistik wild BC-4. (Seizin wild Heerbrugg Instruments,
Inc.)

akibat yang serius. Piranti dan prosedur fotogrametri yang telah-dikembang-


t"" *6ru"ngkinkan untuk mengontrol kecondongan tanpa kehilangan kete-
puturny". Gimbar 1.4 mencerminkan kamera udara dengan mekanisme kon-
tot se|ara elektrik serta kerangka pemasangannya untuk menempatkannya
puAu p"tu*ut terbang. Foto udara yang disajikan pldq 9q'!t 1'5 dibuat
a;;g6n jenis kamera yang disajikanpada CamUar 1.4, dari ketinggian 1.500
kaki di atas medan.
Foto udara condong dibuat dengan sumbu kamera yang sengaja diarah-
kan menyudut terhadap sumbu vertikal. Foto udara sangat condongmexggam-
barkan c'akrawala, sedang foto udara agak condong tidak menggambarkannya.
Cu*U, 1.6 menyajikai orientasi kamera untuk foto udara vertikal, agak
condong, dan sangat condong. Di samping itu juga menggambarkan.wujud
p"t k-p"i^k garis ii medan yang tergambar pada foto udara. Gambar 1.7 dan
'Cr.Ui" 1.8 irasing-masing mencerminkan foto agak condong dan foto sangat
condong.
Gambar 1J Foto udara vertikal. (Seizin Carl Zeiss, Oberkochen')
Vertikal Agak condong Sangat condong

Orientasi kamera pada tiga jenis foto udara

Yertikal Agakcondong
ffi'
Sangatcondong
Petak garis bujur sangkar yang tergambar
pada tiga jenis foto udara

Gambar 1.6 Orientasi kamera pada tiga jenis foto udara.

Jenis foto yang baru ialahfoto ekstraterestriol yutg digunakan di dalam


penelitian antariksa. Foto tersebut dibuat dengan roket yang diluncurkan ting-
gi atau dengan wahana antariksa lainnya. Akhir-akhir ini telah banyak dibuat
foto ekstraterestrial yang berupa foto bulan dan foto satelit yang dekat bumi. Gambar 1.7 Foto udara agak condong. (perhatikan bahwa cakrawala tidak
Fotogrametri dengan foto terestrial merupakan harapan masa mendatang. tergambar pada foto) (SeizinState of Wisconsin, DePartment of Transportation).
Gambar 1.9 ialah foto ekstraterestrial sangat condong untuk memotret bulan
dengan bumi sebagai latar belakangnya. Foto tersebut dibuat oleh misi Apol-
lo akhir-akhir ini. tu jalur terbang, menggambarkan sebagian daerah yang tergambar pada foto
sebelumnya. Tampalan sepanjang jalur terbang tersebut dinamakan tampalan
depan. Daerah tampalan depan ini disebut daerah tampalan stereoskopik.
Pasangan fotonya disebutpasan ganfoto stereo. Berdasarkan alasan yang akan
1.4 MEMBUAT FOTO VERTIKAL dibincangkan pada bab berikutnya, besarnya tampalan depan pada umumnya
dibuat antara 557o hingga657o. Posisi kamera pada tiap pemo6etan, misalnya
Bila suatu daerah digambarkan oleh foto udara maka fotonya dibuat posisi l, 2, 3, dan seterusnya disebut stasiun pemotretan. Ketinggian kamera
sepanjang serangkaian garis sejajar yang disebutjalur terbang. Seperti terlihat disebut ting gi terbang.
pada Gambar 1.10, foto-foto tersebut pada umumnya dibuat sedemikian Jalur-jalur terbang yang berdampingan juga dibuat sedemikian sehing-
sehingga daerah yang digambarkan oleh foto udara yang berurutan di dalam sa- ga ada tampalanle arah samping. Tampalan ini disebut tampalan samping,
10 11

Gambar 1.9 Foto ekstraterestrial sangat condong yang menggambarkan bulan


dengan bumi sebagal latar belakangnya. (Seizin National Space Science Data
Center.)

Gembrr l.t Foto uden $ngat condong daerah mineapolir. (perhatikan cakrawala yang
tcqgamber pada foro) (Scizin statc of wiconsin, Dcpartment of Transporration).

seperti tercermin pada Gambarl.l l. Pada umumnya tampaPl samping dibuat


ieifmr 30%. Raligkaian foto udara yang terdiri dari dua jalur terbang atau
lebih disebut afi kelomPokfoto.

15 FOTO UDARA YANG ADA

Fotogramefiwan dan penafsir foto udara dapat memperoleh foto udara


dengan dua cara, yaitu dengan membeli foto udara yang telah tersedia atau
dengan memesan pemo6e1,; baru. Penggunaan foto udara yang telah tersedia Gambar 1.10 Tampalan depan foto dalam sebuah jalur terbang.
t2 13

fotogrametri. Pada saat ini Dinas Survei Geologi Amelk1 Serikat, suatu
Ialur ter- lembaga federal yang diserahi pemetaan wilayah Amerika serikat, mengguna-
bang No.l + kan fotogrametri untuk hampir seluruh peta yang dibuat secara kompilasi. Di
I
M Jalur ter-
samping kornpilasi peta, banyak titik konrol medan yang dibuat secara foto-
grametri, yaitu dengan menambahkan pada titik kontrol medan yang jarak an-
f, tar titifnya jauh. Kerja medan tidak dapat dihapuskan seluruhnya. Ia diperlu-
bang No.2
kan untuk pengukuran titik kontrol utama dan untuk menguji kecermatan
fotogrametrik 6agi peta kompilasi. Di samping untuk peme0aan topografi,
uanyat peta lain yang dibuat secara fotogramerik. Peta-petr tersebut skalanya
Gambar 1.11 Tampalan samping jalur terbang yang berdekatan. bervariasi dari skala besar hingga skala kecil. Penggunaannya untuk perenca-
naan jalan raya, jalan kereta api, jembatan, jaringan pipa, akuaduk, jaringan
sering tidak bersifat ekonomik karena jarang dapat memenuhi kehendak transmisi, bendungan hidro-elektrik, struktur pencegahan banjir, perbaikan
pengluna foto udara yang ada sering hanya cocok untuk pengenalan awal sungai dan pelabuhan, proyek pembaharuan kota, dsb.
itailuntut interpretasi foto udara. Bila foto yang tersedia kurang memuaskan
- Fotogrametri telah menjadi alat yang sangat bermanfaat di dalam sur-
sehubungan dengan ketuaan usia, skala, kamera, dan sebagainya, perlu dipe- vei lahan, Sebagai contoh, foto udara dapat digunakan sebagai peta dasar se-
san pemotretan baru. Sebelum diputuskan apakah akan menggunakan foto cara kasar untuk menggambarkan batas pemilikan lahan yang ada. Bila titik
udari yang tersedia atau memesan pemotretan baru, tentu saJa hqus dipelajari awal atau sembarang sudut dapat digambarkan sesuai dengan wujudnya di
terlebih dahulu secam teliti liputan foto udara yang ada bagi daerah tertentu. medan yang tampak pada foto, seluruh persil dapat digambarkan pada foto se-
Foto udara tersedia hampir di seluruh Amerika Serikat dan Kanada. suai dengan wujud medan yang dapat diidentifikasi. Bila penggambaran sudut
untuk beberapa daerah bahkan telah dilakukan pemotretan beberapa kali ini dilakukan di medan maka akan banyak membantu di dalam menemukan
sehingga keteisediaannya mencakup foto dengan be$agai skala dan jenis. Se- l) sudut pemilikan lahan yang sebenarnya. Foto udara dapat pula digunakan
bagian besar foto udara yang tersedia berupa foto udara vertikal yang dibuat untuk merencanakan survei medan. Dengan pengamalan stereoskopik maka
dengan, lensa tunggal. daerah survei dapat dikaji di dalam tientuk tiga dimensional. Jalur pencapaian
- Foto tersebut dibuat oleh atau untuk badan-badan pemerintah federal. ke daerah yang jauh dapat dikenali sehingga dapat ditemukan hambatan terke-
Ada peta indeks berjudul "status pemotretrn udara" yang dapat dipesan dari cil untuk melalui medan yang sukar atau daerah hutan. Fotogrametriwan da-
Dinas survei Geologi Amerika Serikat (uscs). Peta ini menyajikan pat membuat sebuah peta daerah tanpa menginjakkan kakinya di daerah itu.
keterangan tentang seluruh daerah Amerika Serikat yang telah dipotret oleh Ha ini merupakan keuntungan di dalam mengatasi masalah untuk mencapai
berbagai lembaga pemerintah federal. Petanya dirinci atas negafa-negara lahan pribadi bagi survei teresrial.
bagian. Peta tersebut juga menyajikan keterangan tentang liputan foto udara Bidang perencan&rn dan perancangan jalan raya merupakan contoh yang
yang tersedia pada beberapa lembaga pemerintah, lembaga kota, dan perusaha- baik sekali untuk menggambarkan betapa pentingnya fotogrametri bagi keper-
an swasta. Pada peta tersebut dicantumkan nama dan alamat lembaga yang luan rekayasa (engineering). Untuk maksud ini pada umumnya dibuat mosaik
memotret dan menyimpan foto udara serta keterangan tentang skala foto dan foto udara guna membantu mengkaji daerah dan koridor bagi pemilikan jalur
panjang fokus kamera. Permintaan keterangan lebih lanjut dan pemesanan terbaik. Peta topografi berskala kecil disiapkan untuk perencanaan awal,
ioto udara dapat dialamatkan langsung ke lembaga yang bersangkutan. Seba- sedang peta topografi berskala besar digunakan untuk perancangan akhir' Pe-
gian besar departemen jalan raya juga memiliki liputan foto udara yang cukup kerjaan medan untuk penampang lintang dilakukan guna memperoleh jumlah
banyak dan dapat dipesan oleh umum. kontrak. Di dalam beberapa hal maka sebagian perencanaan lembaran-lembar-
an peta profil rencana jalan raya dibuat berdasarkan foto udara. Biaya parsial
dan bahkan jumlah biaya akhir sering ditaksir berdasarkan pengukuran foto-
1.6 KEGUNAAN FOTOGRAMETRI grametrik. Penggunaan fotogrametri di dalam rekayasa jalan raya tidak hanya
mengurangi biaya, akan tetapi juga memungkinkan pembuaian rancang ba-
Penerapan paling awal bagi fotogrametri ialah untuk pemetaan topo- ngun (design) jalan raya secara menyeluruh yang lebih baik.
grafi. Sekarang pun pemetaan topografi masih merupakan kegunaan utama
15
t4
graphic Interpretation", "Manual of Color Aerial Photo8BPhy" "Manual of
mengurangi biaya, akan terapi juga memungkinkan pembuatan rancang ba-
ngun (design) jalan raya secara menyeluruh yang lebih baik. i.e,rote Seniing", dan "Handbook of Non-Topograpic Photogrammetry"'
Di samping bidang rekayasa juga banyak bidang yang memanfaatkan Dalam ,enyusu-n publikasi tersebut maka para fotogrametriwT daT instansi
pemerintah,-perusahaan swastia dan pribadi, dan lembaga pendidikan berperan-
fotogrametri, yaitu antara lain untuk pembuatan peta pajak bumi, pela [anah,
pela hutan, peta geologi, dan peta bagi perencanaan serta pewilayahan kota ierta sebagii penulis maupun pembantu penulis tiap bab sesuai dengan
dan daerah. Foto udara juga digunakan di dalam bidang astronomi, arsilektur,
(.) bidang tea-trtiannya. Perkumpulan Fotogrametriwan Amerika juga menerbit-
kepurbakalaan, ekologi, dan mineralogi. Foto stereoskopi memungkinkan kan majalah bulanan tentang perkembangan baru fotggrametli m?up.y,n
t'
keadaan medan dikaji di kantor atau di laboratorium untuk pengamatan dan terapannya, yaitu "Phologramelric Engineering and Remote Sensing"
pengkajiannya secara tiga dimensional. Perkumpulan tersebut membantu secara tetap bagi pertemuan-pertemuan
Fotogrametri telah digunakan secara berhasil di dalam pengelolaan lalu ilmiah di berbagai tempat di Amerika Serikat. Pertemuan semacam ini
menyebabkan beikumputnya sejum lah besar fotogrametriwan u tuk m enyaj i-
lintas dan penelitian kecelakaan lalu lintas. Manfaatnya untuk penyelidikan
kan kertas kerja, membincangkan gagasan dan masalah baru, dan pengamatan
kecelakaan lalu lintas ialah bahwa foto udara tidak menunjukkan sesuatu yang
secara langsung piranti fotogameri terbaru'
berlebihan yang mungkin diperlukan kemudian untuk merekonstruksi kecela-
kaan tersebut, dan dimungkinkan pula untuk memperbaiki secara cepat kearah
ni&ngldtogrametri dan handasah sangat erat kaitannya sehingga sulit
untuk membedakannya. Keduanya merupakan ilmu pengukuran untuk mem-
arus lalu lintas yang normal. Di dalam bidang kedokteran dan kedokteran gigi,
pengukuran berdasarkan sinar-X dan foto lainnya ternyata besar manfaatnya buahkan peta. Meskipun perhatian utamanya pada handasah, Konggres Ameri-
bagi diagnosa dan pengobalan. Salah satu kegunaan tertua dan masih merupa-
ka untukHandasah dan pemetaan (American Conggress on Surveying and
kan kegunaan utama hingga saat ini ialah untuk pengumpulan informasi Mapping/ACSM) juga besar perhatiannya pada fotogrametri. ACSM yang
kemiliteran. Eksplorasi antariksa merupakan salah satu bidang penggunaan didilkan pada tahun 1941 secara teratur ikut membantu ASP untuk pertemu-
an-pertemuan ilmiah. Majalah ACSM yang terbit tiap tiga bulan, yaitu
baru yang menakjubkan bagi fotogrameri.
" sirveying and Mappirtg", sering memuat artikel yang berkaitan dengan foto-
FotogrameEi merupakan alat penelitian yang penting karena keunggul- r.t o grametri.
annya yang unik, yaitu perekaman pada film pada saat peristiwa-peristiwa
yang dinamis terjadi. Pengukuran berdasarkan foto udara atas jumlah seperti
Bagian Handasah dan Pemetaan Perkumpulan Rekayasawan Sipil
pembengkokan balok penyangga atau jalan aspal di bawah pengaruh beban, Amerikan (the Surveying and Mapping Division of the American Society of
dapat dilakukan secara fotografis dengan mudah. Pengukuran semacam ini
Civil Engineers/AscE) juga diperuntukkan bagi handasah dan fot-ogrametri,
Artikel f6togrameri sering diterbitkan di dalam majalah ini, yaitu 'Journal of
sulit dilaksanakan dengan cara lain.
the Surveying and Mapping Division".
Agaknya sulit untuk membincangkan semua hal yang menyangkut
penggunaan asas dan metode fotogrametri di dalam mengatasi masalah peng-
tnititut Handasah Kanada (the Canadian Institute of Surveying/ClS)
merupakan organisasi profesional terkemuka di Kanada yang berkaitan dengan
ukuran. Meskipun merupakan ilmu yang relatif baru, fotogrametri besar pe-
ranannya bagi rekayasa maupun bidang lainnya. Terapan baru agaknya terba-
fotoglametri. CIS secara tetap membantu pertemuan ilmiah. Majalahnya ya-
ijnt';The Canadian Surveyor" juga memuat artikel fotogramef.i. "Auslralian
tas hanya oleh imaginasi manusia, sedang ilmu ini harus berkembang terus di
masa mendatang.
Surveyor" dan"Photogrammetric Record' merupakan majalah serupa yang
sirkulasinya meliput lingkup dunia. Dua majalah ini diterbitkan di dalam ba-
I.7 ORGANISASI FOTOGRAMETRI PROFESTONAL hasa Inggris, masing-masing oleh organisasi profesional Australia dan
Inggris.
Di Amerika Serikat terdapat beberapa organisasi yang berkepentingan
Perkumpulan Fotogrametri dan Penginderaan Jauh Intemasional (the
dengan fotogrametri. Organisasi tersebut pada umumnya bertujuan untuk me-
International Society for Photogrammetry and Remote SensinlSPRS) yang
majuka4 ilmu fotogrametri, menggalakkan komunikasi antar fotogrametri-
didirikan pada tahun 1910 merupakan arena bagi pertukaran pendapat dan
wan, dan meningkatkan standar dan etika di dalam penerapan fotogrametri.
informasi di antara pafa fotogrametriwan seluruh dunia. Anggotanya terdiri
' Perkumpulan Fotogrametriwan Amerika (American Society of Photo-
grammetry/ASP) yang didirikan pada tahun 1934 merupakan organisasi profe-
sional fotogrametriwan terkemuka di Amerika Serikat. Salah satu kontribusi l. jumal ini diubah dai Photogrammetric Engineering menjadi Photo-
Pada talrun 1975 judul
utamanya berupa publikasi "Manual of Photogrammetry", "Manual of Photo- grammetric Englheering and Remote Sensing'
Prdlck $drilblnlo Pcrpusakaen

dari organisasi profesi serup4, Pg5kumpulan Fotogramgtriwal Amerika yang inci=2,54 sentimeter'
rcrseb; pada himpir seratui'ne$gra lain. ISPRS membiayai konferensi-inter- kaki = 304,80 milimeter
nasional-sekali tiap empat tahun. Majalahnya ialah'?hotogrammetria" yang meter = 32808 kaki
terbit dua kali tiip tahun. ISPRS mempunyai tujuh komisi teknis yang meter = 39,370 inci
masing-masing mengurusi bidang khusus di dalam fotogrameEi dan penginde- I kilometer = 0,62137 mil
raan jiuh. Tiap komisi mengadakan simposium periodik dimana para fotogra- t) r ranai Gunter (Gunter's chain) = 66 kaki
*.t i*un berkumpul untukhendengarkan sajian kertas kerja tentang subjek rantai Gunter = 100 mata rantai
fotogrametri yang menyangkut kepentingan internasional. Majalah yang mata ranhi = 0,66 kaki
OiterUi*an oleh ISPRS ialah " P ho to gr amme t ria" yang berbahasa Ing gris.
2) Ekivalen sudut
pi (r) = 3,14159265
180 derajad = phi radian
1.8 UNIT UKURAN FOTOGRAMETRI I lingkaran = 360o
1 lingkaran = 2 (Phi) radian
Untuk memecahkan masalah fotogrametri pada umumnya diperlukan 10 = 60'
ukuran panjang, sudut, dan luas. Ukuran panjang dapat berupa sistem Inggris 1'= 60"
yaitu inii dan kaki atau sistem meter, sentimeter, milimeter, dan mikrometer 17'44,8"
radian = 180'/bhi = 57o
(mikron). Konversi dari sistem Inggris ke sistem metrik atau sebaliknya se-
radian= 57295778'
ring diperlukan. Fotogrametriwan di Amerika Serikat dengan cepat memilih
radian = 206.2&.8"
sistem mefik untuk ukuran panjang sesuai dengan anjuran Akademi Nasional
lo = 0,01745329 radian
Ilmu Pengetahuan (National Academy of Sciences). Buku teks juga hants se-
jalan dengan anjuran ini. oleh karena itu maka pada buku ini digunakan sis-
I lingkaran = 400 grad
1 grad= 100sentigrad
tem metrik. grad = 1.000 miligrad
lJkuran sudut di Amerika Serikat pada umumnya dinyatakan dengan grad = 0P' (tepat)
sistem rel6ig esimal yaitu derajad, menit, dan detik. Piranti fotogrametri buat- grad = 0,01570/!b radian
an Eropa banyak yang menggunakan sistem sudut grod. Oleh kar.ena itu
I sentigrad = 0,54'
sering diperlulan konversi antara dua sistem itu. Komputer elektronik pada
I miligrad =324"
umumnyi menggunakan ukuran sudut yang berupa radian sehingga konversi
dari derajad atau grad ke radian atau sebaliknyajuga sering dipgrlukan. 3) Ekivalen luas
Tabel berikut tentang unit panjang, sudut, dan luas diharapkan dapat 1 aker = 43.5@ kaki persegi
membantu para mahasiswa fotogrametri. 1 aker = 4.W.9 meter persegi

1) Ekivalen panjang
kaki = 12 inci
. Padr tahun 1959, Amcrika Serikat secara resmi mengambil I inci sama
dengan 254 cm'
atau I kaki rame dcngan 03048000 mctcr, yang sekarang disebut u.s.
standord Foot.
yard = 3 kaki I
kaki rame dcngrn
rod = 16,5 kaki
I
Pade mulanye mctir dirctujui rama dcngan 39,37 inci, atau
0,3u8006 m. Pcrtcdaan rntara kcdur ukuran buku ini hanya kira'kira I bagian
dehm
mil = 5.280 kaki 500.000. olch Larena semua survci yang dilahukan cebelum tahun 1959 mengguneken
milimeter = 1.000 milrrometer (mikron) uluran beku tcrdahulu, maka pcngubahannyr mcnyulitkan dan mcmbingungkan.
Jadi
sentimeter = 10 milimeter nkurrn baku tcrdahulu tcrscbut, yang kini disebut U'S' Survey Foot qpcara resmi
tidek
meter = 100 sentimeter dipcrtahmkan untuk remua pcngukuran survci. Umumnya operasi fotogrametri
kilometer = 1.000 meter dipcngeruhi olch kcdua ukurrn buku ini karcne pcrbcdaannya sangat kecil. Namun
dcorikim mahrsirwa yang mclalnrkan survei haru! beftati-hati terhadap kedua ukunn
baku

ini.Lareneukprrntersebutmcmprrnyaisignifikanridalampresisipengawasansurvei.
Prda huku ini di-p.kai U.S. Standard Food, kecueli disebut lain'
18 19

I aker= l0rantai Gunteipigig$ataua'; kalau ditandai dengan sebuah garis di atasnya atau dengan memindahkan
640 aker = I mil persbgl '
titik desimal ke arah kiri seraya menyatakan jumlahnya dengan bilangan
247,1 aker = I kilometer per segi sepuluh berpangkat.
t hektar =2471aker Contoh:
1 aker = 0.4M7 ha
f, tr 380 = 3,8 x 102 duabilanganpenting
380 = 3,80 x 102 tiga bilangan penting
1.9 BILANGAN PENTING 1.600 = 1,600 x 103 empatbilanganpenting
Di dalam penghitungan yang menggunakan nilai terukur, jawaban
Menurut definisi, nilai ukuran mengandung sejumlah bilangan penting harus diberikan dengan sejumlah bilangan penting sesuai dengan jumlah bi-
yang jumlahnya sama dengan jumlah digit yang pasti ditambah s$t digil tak- langan penting pada data yang digunakan untuk menghitungnya. Baik jumlah
iirin. SeAagai contoh, misalnya sebuah jarak sebesar 24,37 milimeter yang bilangan penting yang kurang maupun yang lebih dari seharusnya mengisya-
diukur denfan sebuah skala yang bagian terkecilnya 1/10 milimeter. Tiga ratkan hasil penghitungan yang tidak cermat.
digit pertama berupa nilai pasti, akan tetapi digit yang keempat (7) hanya di- Di dalam penjumlahan dan pengurangan, penghitungan dilakukan tian-
taksiiberdasarkan skala antara 0,3 milimeter dan 0,4 milimeter. oleh karena pa memperhatikan jumlah bilangan penting, akan tetapi bilangan penting
itu nilai 24,37 mengandung empat bilangan penting. Semua bilangan penting yang paling kanan pada pembulatan akhir jawabannya diletakkan pada lajur
perlu dicatat di dalam pengukuran. Pembulatan bilangan maupun kegagalan paling kanan.
mencatat bilangan taksiran yang terakhir tersebut merupakan pemborosan Contoh :
waktu tambahan yang digunakan untuk menambah kecermatan. Sebaliknya,
4,735
bila dicatat digit taksiran yang jumlahnya lebih dari satu digit, kecermatan
2,05
hasilnya akan berkurang.
24
Bilangan nol yang dicatat dapat bbrupa bilangan penting maupun bu-
kan bilangan penting. Pentingnya bilangan nol tersebut tergantung pada 30,785
letaknya, sesuai dengan aturan berikut: jawaban = 3l (dua bilangan penting ditentukan oleh24)
1) Bilangan nol yang terletak di sebelah kiri bilangan bukan nol hanya me- 1.130
nunjukan letak titik desimal dan bilangan nol tersebut bukan bilangan pen-
ting. -83.073
LO46,9n
jawaban= 1.050 (tiga bilangan penting yang ditentukan oleh 1.130)
Contoh:
0,003 satu bilangan Penting
Di dalam perkalian dan pembagian, jumlah bilangan penting pada
jawaban sama dengan jumlah terkecil bilangan penting sembarang data yang
0,057 dua bilangan Penting
digunakan di dalam penghitungan itu.
0,00281 tiga bilangan Penting
Contoh :
2) Bilangan nol yang terletak di sebelah kanan bilangan bukan nol merupakan
bilangan penting. 1.738 x 24 = 41.712 jawaban = 42.0N (dua bilangan penting yang
ditentukan oleh 24).
Contoh : 648,1 x 0,0523 = 33,89563 jawaban 33,9 (tiga bilangan penting
=
0,10 dua bilangan Penting yang ditentukan oleh 0,0523).
7,50 tiga bilangan Penting 23,985113 = 1,845 jawaban = 1,8 (dua bilangan penting ditentukan
483,000 enam bilangan penting oleh 13).
3) Bilangan nol yang terletak di sebelah kanan bilangan nol akan tetapi letak- Di dalanl perkalian dan pembagian dengan konstante pasti, konstante
nya di sebelah kiri titik desimal tidak merupakan bilangan penting, kecuali itu tidak meneniirkan jumlah bilangan penting pada jawaban.

\-
20 2t

Contoh: Gruner, H.: Photogrammetry 1776-1976, Photogrammetric Engineering and


Remote Sensing, vol. 43, no. 5, hlm. 569, L977.
Lrbatrlah 15,73 kaH menjadi inci Landen, D.: History of Photogrammetry in the United States, Piotogrammetric
Iawfun: Engineering, vo. 18, no.5, hlm. 854,1952.
Latham, J. P.: Perspective on Education in Photogramme[ry and Remote Sensing,
15,73 x 12 inci/kaki = 188,76 jawaban = 188,8 (empat bilangan
a} Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 43, no. 3, hlm.
penting ditentukan oleh 15J3, bukan 12). 257, 19',t7.
Di dalam buku ini istilah "nominal" sering digunakan untuk menun- :
McCulloch, T.: The CIS and the International World of Surveying and Mapping,
jutkan kedekatan terfiadap suatu nilai tertentu, misalnya sebuah kamera de- Canadian Surveyor, vol. 31, no. 4, hlm. 293,1977.
ngan panjang fokus nominal 6 inci. Di dalam konteks ini maka nominal Nealey, L. D.: Remote Sensing/Photogrammetry Education in the United State and
dapat diasumsikan sebagai dua bilangan penting tambahan (oleh karena itu Canadg Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 43, no.
sebuah kamera dengan panjang fokrs nominal dapat dianikan sebuah panjang 3, hlm. 259, 1977.
fotus sebesar 6,00 inci). Parker,L.: Highway Plans from Photogrammetrically Compiled Maps, ASCE
hda penghitungan antara biasanya dilakukan penambahan satu bilang- Journal of the Surveying and Mapping Division, vol. 90, no. SUl, hlm.
an penting terhadap jumlah bilangan penting yang diperlukan, dan kemudian l 3t, 1964.
membulatkan jawaban akhir untuk melakukan koreksi terhadap jumlah Radlinski, W. A.: Surveying, Mapping, Photogrammetry, and Remote Sensing in
bilangan penting. Support of National Energy hograms. Surveying and Mapping, vol. 37,
no. 4, hlm. 305, 1977.
i
Richter, D. M.: An Airphoto Index to Physical and Cultural Features in Western
RUJUKAN I
U.5., Photogrammetric Engineering, vol. 33, no. 12, hlm. 1402, 1967.
Urban Photo Index for Eastern U.5., Photogrammetric Engineering,
American Society of Photogrammetry: "Handbook of Non-Topographic Photo- vol.32, no. l, hlm. 54, l9'll.
grammeE5/," Falls Church, Vo., 1979, Southard, R. B.: The Changing Scene in Surveying and Mapping, Photo-
'Murual of Color Acrial Photography," Falls Church, Va., 1958. grammetric Engineering and - Remote Sensing, vol.46, no. ll, hlm.
"Manual of Photorammetry," ed. ke-4, Falls Church, Va., 1980. -: 1415, 1980.
'Manual of Phoographic Interpretation," Falls Church, Va., 1950. Stanton, B.T.: Education in Photogrammetry, Photogrammetric Engineering, vol.
"Manual of Remote Sensing," Falls Church, Va., 1975. 32, no.3, hlm. 293, 1971.
-:
Avery, T.E., dan D. M. Richrcr: An Airphoto Index to Physical and Cultural Stone, K.: World Air Photo Coverage, Photogrammetric Engineering, vol. 27,
-: Features in Eastern U.5., Photogrammetric Engineering, vol. 31, no. 5, no. 2, hlm. 214, 1961.
-: htm. 895, 1955. Thompson, M. M.: Surveying and Mapping Research 1978-1988: An Overview,
-:
Brandenberger, A.J."Srweying and Mapping in the Soviet Union," Surveying and ASCE Journal of the Surveying and Mapping Division, vol. 105, no. SU1,
hlm. 43, 1979.
Mapping, vol. 35, no. 2, hlm. 137,1975.
World-Wide Mapping Survey, Photogranmetric Engincering, vol. USGS Mapping: The Last Three Decades, Photogrammerric Engi-
36, no.4 hlm. 355, 1970. neering and Remote Sensing, vol. 45, no. 12, hlm. 1607, 1979.
Dix, W.S.: Surveying and Mapping-50 Years of Progress-1928-1978, Surve- Whitten, C. A.l Metrication for Surveying and Mapping, ASCE Journal of the
ying and Mapping, vol. 38, no. 4, hlm. 301, 197E. Surveying ond Mapping Division, vol. 104, no. SUl, hlm. 7, 1978.
-:
Doyle, F.J.: Photogrammctry: The Next Two Hundred Yeus, Photogrammetric -:
Williams, O. W.: Outlook on Future Mapping, Charting, and Geodesy Systems,
Enginecring and Remote Sensing, vol.43, no.5, hlm. 575,1977. Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 46, no. 4, hlm.
Eldrige, rt.H.: Photogrammetry for Property Surveying, Surveying and Map- 487, 1980.
ping, vol.27, no. I, hlm. 63, 195'1. Wolf, P. R.: Surveying-Current Status and Future Challenges, Surveying and
Eliel, L. T.: One Hundred Yeare of Photogrammety, Photogranrmetric Engineer- Mapping, vol. 35, no. 2, hlm. 155, 1976.
izg, vol. 25. 3, hlm. 359, 1959.

\..
22 23

1 .16 Nyatakan bilangan berikut dalam derajad, menit, dan detik:


a) 65 grad
SOAL b) 921,48 grad
c) 1,023 radian
1.1 Jelaskan beda antara fotogrametri metrik dan fotogrametri interpretatif. d) 0,9M radian
1.2 Jelaskan berbagai klasifikasi foto udara. iln 1 .1 7 Llbahlah bilangan berikut ke grad sentigrad, dan miligrad:
1.3 Apakah beda pokok antaxa foto udara agak condong dan sangat condong. a) 42o08'
1.4 Apa yang dimaksud dengan foto ekstraterestrial. b) 39'53jO"
1.5 Apa yang dimaksud dengan fototeodolit. c) 1,301 radian
1.6 Berikan definisi istilah fotogeometri berikut: PertamPalan depan, per- d) 2,426 rudian
tampalan samping Pasangan stereo, stasiun Pemotretan, dan tinggi ter- I .1 8 Nyatakan sudut berikut dalam radian:
bang. a) l47o
1.7 Apa yang dimaksud dengan suatu kamera balistik dan apa pula keguna- b) 26"53iO"
annya. c)297,425 grad
l.t Jelaskan beberapa kegunaan utama fotogrametri. d) 39,48 grad
1.9 Jelaskan kegunaan utama fotogrametri terestrial. 1.1 9 Lakukanlah konversi luar berikut:
I .1 0 Jelaskan cara memperoleh foto udara bagi daerah yang sudah tersedia foto a) Nyatakan l'7,215 aker dalam kaki pangkat dua
udaranya. D) Nyatakan 497,5 aker dalam hektar
1.1 I Seberapa jauhkah foto udara digunakan untuk Perencanaan jalan raya di ne- c) Nyatakan 1,325 mil pangkat dua dalam aker
gara bagian anda? d) Nyatakan 1,000 kaki pangkat dua dalam sentimeter pangkat dua
1 .1 2 Ubahlah ukuran panjang berikut ke inci: | 1 .2 0 Berapakah jumlah bilangan penting pada angka berikut:
a) 75,28 mm 17,O5; 2l; 42O;2,O?5O3; 8,00; 19,300; 7,382,080
b) 152,44 mm 1 .2 1 Nyatakan angka berikut dengan menggunakan sepuluh pangkat dua dan
c) 0,93 mm pertahankan jumlah bilangan pentingnya:
d)37,21mm 28.074,2; 32.050; 26.000; 0.007130; 19.381.420; 12
1 .13 Ubahlah ukuran panjang berikut ke milimete.r: 1.22 Nyatakan jawaban soal berikut sesuai dengan jumlah bilangan penting
a) 5,73 inci yang benar:
D) 0,85 inci a) 38,121 + 170 + 0,O748 + 20,@l
c) 4,80 kaki b) 5,982 62,083
d) 31,29 yud c) 382,00
- 0.013 U
I .1 4 Lakukanlah konversi ukuran panjang berikut: d) 48 x29,075
- -
a) Nyatakan 626 meter dalam kaki e\ (42,5)2
D) Nyatakan 92 mil dalam kilometer
fl 17,593 : 39,40
c) Nyatakan 8,749 kaki dalam meter
d) Nyatakan 3,751 kilometer dalam yard
I .1 5 Ubahlah ukuran panjang berikut ke kaki: a
a) 1O,52 rantai Gunter
b) 325,0 m
c) 160 yard
d) 7846,2 mm

.;-3
25

sumber-cahaya disebut laju gerombang (verocity). r,aju gelombang


mempu-
BAB nyai hubungan dengan besarnya angka getaran O* pr"i*?grfrrUirg'.rru_
rutpersamaan.
2
v =fL (2.r)
ILMU OPTIK UNTUK FOTOGRAMBTRI fI Dalam Persamaan g..t), V adalah laju gelombang, biasanya
dalam saruan panjang kaki (arau merer) riapd;ik,f adarii,
dinyatakan
u,g[u?t*ir, puou
gelombang, biasanya dinyatakan dalam satuan panjang
i
umumnya diketahui dalam putaran (cycle) setiap detik; aan aa"atatr
porj*g
kaki toto, **t!rl. ca-
haya.m empunyai_ suatu, kcc epatan gerak yang sa, ga t t"in g g
i, krg".rk ;.n gun
nilai keceparan 186.282 A inii/Aeril.
Di dalam ilmu optika geometris, cahaya dianggap bergerak mulai
dari
satu titik sumber merar-ui sritu zat p.ngtrntu, aar["rr'urutJa,ir'iuru.
oan
disebut s i ns r. G ambar 2 2, mer uki skan ao'anya sej umlah,ir*
funl ,n"r*.u,
2.I PENGANTAR ke segala arah mulai dari satu titik sumber. Seturirtr trumputinffi'c-on
garis tersebut dinamakan satu berkas sinar.
ga.ir-
Konsep tentang pancaran sinar
tersebut berkembang secara logika dimurai dari ilmu
Agar dapat berfungsi dengan baik maka secara praktis semua piranti
orang hanya memperhatikan terhadap arah jaran yang
optik"a iiriti upruilu
fotogrametri dalam beberapa hal tergantung kepada bagian-bagian optiknya. dilarui or.r, p.frir'oatun
Jumlah serta jenis bagian-bagian optik yang dipergunakan tersebut sangat
beraneka ragam sesuai dengan tipe piranti. Sebagai contoh, stereoskop saku
kecil hanya menggunakan lensa-lensa sederhana yang tipis saja, kamera untuk
pemotretan udara mempunyai susunan lensa yang diatur sangat teliti serta ma-
t\ Celombang
hal harganya, dan piranti ploter stereoskopik yang canggih kebanyakan meng- cahaya
Caris
gunakan lensa, cermin dan prisma yang banyak jumlahnya.
sinar
Ilmu pengetahuan optik terdiri atas dua macam cabang utama, yaitu:
ilmu optika fisika dan ilmu optika geometris. Di dalam ilmu optika fisika
cahaya dianggap bergerak melalui suatu zat penghantar misalkan udara dalam
suatu rangkaian gelombang elektromagnetik yang memancar dari suatu titik
sumber cahaya. Secara konsepsual hal ini dapat dipandang sebagai suatu
kelompok lingkaran-lingkaran sepusat yang mengembang atar rumancar
keluarmenjauhi suatu sumber cahaya, seperti dilukiskan pada Gambar z.l.Di
alam bebas, suatu kejadian yang sangat mirip dengan cara gelombang cahaya
itu merambat dapat diciptakan dengan cara menjatuhkan sebutir kelereng ke
dalam kolam yang airnya tenang untuk menimbulkan gelombang-gelombang
yang merambat secara radial keluar menjauhi titik tempat kelereng tadi dija-
tuhkan. Seperti halnya air, maka setiap gelombang cahaya masing-masing
mempunyai angka getaran atau frekuensi (frequency),lebar getaran (amplitu-
do), dan panj an g ge lomb ang (wavelength). Angka getaran adalah banyaknya
panjang gelombang yang melalui suatu titik tertentu dalarn satu satuan wak-
tu; lebar getaran adalah ukuran tinggi puncak dan dalamnya lembah; dan pan- Gambar 2.1 Gelombang cahaya terpancar dari satu titik sumber
jang gelombang adalah jarak antara suatu gelombang dengan gelombang beri- menurut konsep
ilmu optika fisika.
kutnya yang berurutan. Kecepatan gerak suatu gelombang meninggalkan

\ 4
26 27

gelombang
titik tertentu yang terdapat pada suatu gelombang cahay-aselamacontoh' pada luinya. Cahaya memperoleh kecepatannya yang maksimum sewaktu bergerak
tersebut bergerak *enjauhi iumber cahava' Seba'gai
*.turlioi menembus ruang hampa udara, agak lebih lambat gerakannya dalam menem-
Gambar 2.1, titik , ,..un.ari.iitft b, c' d' e' dan seterusnya' pada saat bus udara, dan bergerak lebih lambat lagi dalam melalui air dan kaca.
sehingga tercipta
gelombang cahaya te.seUrt bergerali menjauhi sumber' Ukuran besarnya nilai kecepatan cahaya dalam menembus sesuatu zat
dikenal dengan istilah angka indeks bias zat tersebut. Untuk mudahnya angka
"*'-
suatu garis sinar.
5;I., menganalisis dan memecahkan persoalan-persoalan fotograme- Yr indeks bias merupakan perbandingan antara besarnya kecepatan cahaya dalam
yang diperkecil.
ri, seringtati aipeiruran oiag*r-aiugru* garis dalam bentuk
penggambaran garis-
ruang hampa udara dengan kecepatannya dalam menembus sesuatu Tat,atau;
il;tuk ;Hpeisiapkannya pada umumnya memerlukan
saris vans dilalui sinar menembus udara maupun bermacam-macam
bagian n=ic (2.2)
3i,ii.'s;itri.-b""*ii oi"eir', semacam ini serin gkali,g!11s.:T31 sebagai

siatu dasar untuk menghiilt - rumus-rumus dasar dalam fotogrametri. Ber- Dalam Persamaan (2.2), n adalah angka indeks bias sesuatu bahan, c
perilaku
;;k-;* uUrrr-u'tu*n inilah maka pengetahuan dasar tent'ang adalah kecepatan cahaya di dalam ruang hampa udara, dan V adalah kecepatan
geom.etrik' merupakan syarat utama
cahuyu, dan terutama tentang ilmu optika cahaya di dalam zat. Angka indeks bias untuk sesuatu bahan ditentukan mela-
ontut memattam i ilmu pengetahuan fotogrametri' lui percobaan pengukuran. Nilai-nilai yang telah banyak dikenal mengenai
angka indeks bias untuk bahan perantara yang umum adalah 1,000 bagi ruang
Garis Sinar hampa udara, 1,0003 bagi udara; I ,33 bagi air; dan I ,5 hingga I ,7 bagi kaca. "
Apabila sinar bergerak melalui dua bahan tembus cahaya yang homo-
gen dengan angka indeks bias yang berbeda, maka arah garis sinar tersebut
berbelok atau dibiaskan. Pembiasan tidak terjadi apabila ia memotong bahan
yang kedua tadi tegak lurus terhadap bidang batas antara kedua bahan tersebut,
jika perpotongan itu terjadi dalam arah miring, seperti ditunjukkan dalam
Gambar 2.3, maka sudut datang $ harus dihubungkan dengan sudut bias$'
melalui hukum pembiasan yang sering disebut hukum Snellius. Hukum ini
dituliskan sebagai berikut:
n Sin 0=n'sin 0' (2.3)

n adalah angka indeks bias bahan yang pertama dan a' adalah angka indeks
bias bahan yang kedua.
Dalam Gambar 2.3, IA adalah sinar datang, AR adalah sinar vang dibi-
askan, dan NN' adalah garis tegak lurus terhadap bidang batas antara kedua
macam bahan tersebut. Sudut 0 dnn 0'diukur mulai dari NN' berturut-turut
ke sinar datang dan ke sinar yang dibiaskan. Suatu sinar cahaya dibiaskan se-
demikian rupa sehingga sinar datang dan sinar bias terletak dalam satu bidang
yang sama. Sudut 0 disebut sudut deviasi yang sebenarnya.
Gambar2.2Berkassinaryangterpancardarisatutitiksumbermenurutkonsep ar 0=0-0' (2.4)
ilmu optika geometris' kaca yang mempunyai
Apabila sebuah sinar diarahkan kepada sebidang
dua buah sisi yang benar-benar sejajar, maka sinar tersebut akan keluar dari
2.2 PEMBIASAN CAHAYA kaca itu dengan arah sejajar terhadap arahnya sewaktu sinar itu memasuki
kaca. Apabila sinar menembus kaca tersebut dengan arah condong, maka sinar
Apabilacahayamenembusdarisuatubahankebahanlainnya,makaia itu akan bergerak letaknya ke samping sejauh ft seperti ditunjukkan pada
dengan sifat susunan bahan yang dila-
..nguruii p"-uahan kecepatan sesuai Gambar 2.4. Sinar yang bergeser tersebut akan keluar dari dalam kaca dan

L.
28 29

Gambar 2.4
Gambar 2.3 Pembiasan sinar.
2.3 PEMANTULAN CAHAYA
tetap terletak pada satu bidang dengan sinar datang, dan jarak pergeseran letak-
nyaakan semakin besar sesuai dengan pertambahan besarnya sudut datang dan
Apabila seberkas sinar mengenai suatu permukaan yang halus misal-
tebal kaca.
kan permukaan logam yang telah digosok halus sekali, maka sinar itu dipan-
Persamaan berikut ini dapat dipergunakan untuk menghitung besarnya
tulkan sedemikian rupa sehingga sudil pantulan Q" samabesarnya dengan
pergeseran ke samping tersebut, apabila tebal kaca sebesar t angka indeks
sudut datang Q, seperti tampak pada Gambar 2.5. Kedua buah sudut tadi terle-
Lias-, sebesar n dan n'sudut-sudutnya sebesar 0 dan 0'
tak pada satu bidang bersama dan diukur dari'NN' yaitu garis tegak lurus ter-
ncos0 hadap permukaan benda yang memantulkan sinar.
ft = rsin a(t
'\ ) (2.s)
- n'cos0) Dari seluruh permukaan itu sebagian membiaskan sinar dan sebagian
lagi memantulkannya, seperti tampak dalam Gambar 2.5. Semakin besar su-
Contoh 2.1 dut datang, semakin besar bagian sinar yang dipantulkan. Untuk suatu berkis
Sinar dipancarkan melalui udara menembus sekeping kaca pipih sete- sinar yang menembus mulai dari suatu zat dengan angka indeks bias yang
bal ll4 inci, yang kedua belah sisinya saling sejajar, dengan s_udut datang se- besar masuk ke zat lain dengan angka indeks bias lebih rendah (contohnya,
besar 60o. Birap-arkah besar pergeseran letrknya pada saat keluar-kembali ke dari kaca ke air), terdapat suatu sudut datang tertentu yang menghasilkan sudut
udara di sisi lain dari kaca tersebut (misalkan n untgk udara = 1 dan n'untuk bias tepat sebesar 90". Sudut datang yang menyebabkan terjadinya keadaan
jelas = 1,520). serupa itu disebut sudut kritis, Q". Apabila besarnya angka indeks bias dari
Dari Persamaan (2.3) dua macam zat diketahui, maka besarnya sudut kritis itu dapat dihitung
dengan menggunakan modifikasi hukum Snellius berikut ini di mana sinus
sudut bias yang sebenarnya 90o itu adalah 1,000:
t0,t*0) = 0,5698 diperoleh 0 = 34"44'
sin Q' =
ffi n'
sin Q. =- (2.6)
Dari Persamaan (2.5)
[ - t.ooo (o,sooo)'] = 0,,r.", Dalam Persamaan (2.6), Q" adalah sudut datang kritis dan n sertra n'
h = 0,25 (o,86do)
Ll
- l,s2o (0,8218)J adalah angka indeks bias seperti telah diterangkan sebelumnya.

,14
30
3l
Contoh 2.2 depan (fi'st-swface mtnor) yaitu cermin yang mempunyai lapisan perak di
Hitunglah besarnya sudut lnitis untuk berkas sinar yang melalui kaca bagian depan kaca, seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.7. Meskipun cermin
(r = 1,520) dan masuk ke air (n'= 1,000). yang dibuat dengan cara ini secara optik dapat diterim4 tetapi benda tersebut
Den gan persam aan (2.6). mudah sekali menjadi kabur oleh bekas jari, asap, dan sebagainya, dan umum-
nya tidak digunakan apabila barang tersebut dapat diganti dengan prisma
1.000
sin Q" -ffi= 0'6579 diperoleh 0"'= 41o0'8' Pada piranti fotogrametri tertentu dimungkinkan untuk secara serentak
mengamati suatu gambaran hasil pantulan dan gambaran suatu objek yang
Bagi sudut datang yang lebih besar daripada sudut kritis, akan terjadi terletak di belakang cermin pemantul. Hal ini dapat ditempuh dengan meng-
pantulan penuh dan oleh karenanya tidak terdapat sinar yang hilang sebagai gunakan cermin setengah tembus sinw (half-silvered minor). Cermin ini ter-
akibat pembiasan. Seperti akan diterangkan lebih lanjut kemudian' faktor diri atas sekeping kaca dengan suatu lapisan perak tipis demikian rupa sehing-
yang penting ini merupakan dasar utama dalam penggunaan prisma dalam sis- ga seperdua intensitas sinar yang membawa gambaran objek nrenembus cer-
tem optik. min, sedang yang seperdua lagi dipantulkannya. Dalam Gambar 2.8, berkas
sinar dari A' dipantulkan oleh cermin dan berkas sinar dari A dapat menembus
cermin. Jadi suatu cermin setengah tembus cahaya memungkinkan dua buah
objek yang berlainan dapat diamati bersama-sama dalam keadaan saling ber-
I

I
tampalan. Seperti diuraikan dalam Bab 9, hal ini berguna untuk memindahkan
bagian gambar dari sebuah foto ke peta dengan secara langsung. Sebagai con-
Sinar datang Sinar yang terbias
tohnya yaitu untuk penggambaran detail peta planimetrik ke suatu peta di A'
dari suatu foto udara yang terletak di A. Asas ini disebut comero lusida.

Permukaan yang memantulkan sinar


Sinar datang Sinar utama

,// I // y'/ ,
yang terpantul

I .// rl Sinar datang Sinar yang


terpan!ul
Gangguan sinar
Bagian Sinar terbias
yang terpantul Lapisan perak
,rK*ar'./
tKaca / /
Gambar 2.5 Pantulan sinar Lapisan pcrak

2.4 CERMIN DATAR


Gambar Z.J C"..in dengan lapis- Gambar 2.7 Cermindengan lapis-
Cermin datar yan g diperg unakan untuk keperl uan -keperl uan non-ilmiah an pemantul di belakang an pemantul di depan
pada umumnya terbuat dari lembaran kaca datar dengan suatu lapisan peman-
tul dari perak tipis di belakangnya. Lapisan perak tersebut biasanya ditutup
dengan cat sebagai pelindung. Akan tetapi jenis cermin dengan lapisan pe- 2.5 PRISMA
mantul di belakang ini secara optik kurang menguntungkan, karena cermin
ini memantulkan banyak sinar yang berbaur dengan berkas sinar utama yang Untuk sudut datang yang lebih besar daripada sudut kritis tidak terjadi
dipantulkan, seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.6. Pantulan-pantulan yang pcmbiasan, tetapi setiap berkas sinar mengalami pemantulan sempurna.
tidak dikehendaki ini dapat dihindari dengan menggunakan cermin berlapis Pcngertian dasar ini digambarkan dengan prisma bersudut siku-siku dalam

\-
33
32

Sinar yang terseraP


pada saat melalui
cermln

Mata

Sinar ynng terpantul Cermin


setengah
tembus sinar

Gambar 2.8 Kegunaan cermin setengah tembus sinar Gambar 2.9 Pantulan sempurna melalui prisma bersudut siku-siku (0lebih besar
daripada Q6).
Gambar 2.9. Berkas sinar /A masuk menembus prisma dengan arah tegak lu-
rus terhadap salah satu permukaannya. Berkas sinar itu mengalami pemantul-
Prisma Porro
an sernpurna di A (0 adalah 45o, yang lebih besar daripada 0".), dan teluar Prisma bersudut
menurut arah garis AR. Suatu keuntungan penggunaan prisma dibandingkan siku-siku
dengan cermin berlapis depan ialah bahwa pemantulan sinal secara sempuma
dapit dicapai tanpa menggunakan lapisan perak dan oleh karenanya permukaan
kaia tidak mudah menjadi suram. Oleh karena itu maka prisma banyak digu-
nakan sebagai bagian pemantul sinar dalam piranti fotogrametri.
Beberapa tipe-tipe prisma yang lazim digunakan digambarkan pada
Gambar 2.104 hingga d Tipe bersudut siku-siku pada Gambar 2.10a yang
diuraikan di atas, adalah prisma yang paling umum. Fungsinya ialah untuk
membelokkan sinar sebesar 90o. Gambar 2.10b menggambarkan pisma por-
ro, suatu prisma bersudut siku-siku yang diatur arah pemasangannya sehingga (a)
sinar yang dipantulkannya dibelokkan 180o dari arah darangnya. Perlu dicatat
Penta Prisma
bahwa baik prisma d maupun b kedua-duanya membuat kenampakan gambar- Prisma Dove
nya terbalik. Prisma dove pada Gambar 2.10c memutar gambaran sebesar
l80o mengitari sumbu memanjang prisma akan tetapi tidak mengubah arah
lalannya sinar. Prisma bersisi lima atau penta-prisma pada Gambar 2.10d
membelokkan berkas sinar sebesar 90o trnpa memandang arah orientasi pris-
ma. Semua prisma tersebut ini biasa digunakan dalam piranti fotogrametri
untuk merubah arah perjalanan sinar maupun orientasi gambaran objek.

2.6 LENSA SEDERHANA


Sebuah lensa sederhana biasanya terbuat dari sekeping kaca optik yang (ilmbar 2.10 Tipe'-tipe prisma umum.
telah diasah sehingga dua belah permukaannya melengkung atau sebelah

L. )
34' 35

Positif miniskus
Planokonkaf
Bikonveks
__fi=-_
-+-- (r)
Lensa konvergen
(r

(Positi0
Negatif Miniskus
Bikonkaf
n- _+=--
Planokonveks

lt t(
t\ Gambar 2.12 l*nsa lubang jarum dari kamera lubang jarum.
I\-- --{\--
kl U)

l,ensa divergen
(NegatiQ

Gambar 2.11 Berbagai tipe lensa tipis'

melengkungdanbelahanlainnyagatar.Menurutketentuan,suatulensatipis
tipis disajikan pada Bidang gambar
oauad. ieruagai macam.tipe lensa menembus lensa
ketebalannya oapat
a;;#iifiii"gg"7. s"'k"t-Gi[ot sinar daiang vang
"r;;;;;$;titO sama satu
i-ttii,ggu c dibiaskan, ke alah saling mendekati
d hingga/membiaskan
lain menurut hukum SnJf[i"' l*nsa cekung(negatifl)
tJ.* tim Ort rg drlr. .'h menyebar seperti tampak dalam Slmbar'
yang ber-
Fungg!-utama ruut, l.n* iaiah mengumpulkan berkas sinar
,iiru."i"t oun mengumpulkannya ke arah
asal dari seruruh titit vani
di. sisi lain di balik lensa. Lensa
"u.i;r.
;t,tk A y*g t"rf"t t paia jarak
tarinu
rerte.nru.
prinsip pembiasan sinar' Perkakas Gambar 2.13 Berkas sinar dan pembentukan gambar.
daoat berfungsi demkialr
'"'gifuti
sederhana guna memperagakan fungsi
su1!1 lensa
ffi;;ii;;"il;i;-din memungkinkan masuknya Keunggulan suatu lensa jika dibandingkan dengan lubang jarum ialah
ialah sebuah lubang l.ru. yung seiara teotetis
dari objek. Lubang kecil
suatu sinar runggal r;; u;;l dari seriap
ritik adanya peningkatan jumlah sinar yang dapat melaluinya. Sebuah lensa
u'"*
;;;;; ;;; teilan a p?,au suato lubang-jarum vang digambarkan dalam mengumpulkan seluruh berkas sinar yang berasal dari setiap titik pada objek
Gambar 2. 2 membuaf,'tun
I gambarin- objek- dalam keadaan terbalik' dan bukan hanya sebuah sinar tunggal saja. Sebagaimana telah dibicarakan
Gambaran rersebut r.rr#oi.iir tirt"At puOu titik apiunpa mempcrhatikan sebelumnya dan dilukiskan pada Gambar 2.2, apabila sesuatu objek disinari,
j;;;6;1;b-giutt* t"oiti-uio-g 8|[bar dalam kamera itu' Meskipun maka setiap titik pada objek tersebut memantulkan seberkas sinar. Keadaan
untuk dilalui sinar yang sa-
ii"riti*, tubanglirum h*yr "'ungtintan seperti ini juga dilukiskan pada Gambar 2.13. Sebuah lensa yang ditempatkan
,i"iilliri*trigiu,ir"*y'" *"!at teiratr dan tidak sesuai untuk pekerjaan di depan objek akan mengumpulkan berkas sinar yang berasal dari tiap titik
i
g"i&suta" "utu, praktis, maka lubang jarum
iu*n-alasan dan mengarahkan qinar-sinar ini ke titik api yang terletak pada suatu bidang
l[agr"*.t
ten*ut digantikan dengan lensa kaca'

\ ..j
il
37
36
Sebuah bidang datar tegak lurus sumbu optik dan melalui titik api di-
datar di bagian belakang lensa yang disebut bidang gambar.. Gambaran titik- sebut bidang fokus tak terhingga atau bidang fokas saja. Semua sinar sejajar
titik yang iiOat terbatas jumlahnya yang dipusatkan pada bidang gambar, yang memasuki lensa konvergen, berapa pun besarnya arah sudut terhadap
membentuk gambman objek secarakeselunrhan. Perlu diperhatikan dari Gam- sumbu optik, secara ideal akan mengumpul pada fokus tak terhingga (perhati-
bar2.l3 bahwa gambar tenebut terbalik oleh adanya lensa tipis. kan garis patah-patah pada Gambar 2.14). Titik bersatunya sinar-sinar tersebut
Swttbu oprir( suatu lensa tipis didefinisikan sebagai garis yang meng- terjadi pada tempat di mana sinar utama menembus bidang fokus tadi. Yang
hubungkan titik-titik pusat lengkungan permukaan bola lensa. Dalam Gam- dimaksud dengan sinar utama ialah garis sinar yang tidak mengalami penyim-
bw 2.14, O1 dan 02 adaleh titik-titik pusat dua buah permukaan bola lensa, pangan arah serta menembus bagian tengah lensa. Perlu dicatat bahwa pe-
dan R 1 serta R2 adalah jari-jari permukaan bola tersebut. Sumbu optik yang nyimpangan arah ke samping yang disebabkan oleh ketebalan lensa dapat
dimaksudkan tadi adalah guis OlO2.Untuk sebuah lensa yang mempunyai diabaikan.
satu permukaan datar, maka sumbu optiknya ditentukan sebagai garis tegak Jarak antara bidang fokus tak terhingga (bidang fokus) ke tengah-
lurus pada permukaan yang datar tersebut serla menembus titik pusat leng- tengah lensa yaitu sebesar/. Jarak ini disebut jaral< fokuslensa itu. Hal ini
kungan permukaan yang lain. dilukiskan pada Gambar 2.14. Jankfokus lensa merupakan fungsi dari indeks
Sinar yang sejajar sumbu optik pada waktu memasuki lensa akan bias bahan gelas pembuat lensa dan jari-jari lengkungan permukaan bola. Per-
mengumpul di titik F, yaitu titik fokus lensa tersebut. Hal ini disajikan pada sam:uul berikut menggambarkan hubungan antaxa parameter-parameter ini:
Gambar 2.14. Sebagai kesimpulan uraian tersebut ialah, titik fokus suatu len-
sa rnerupakan titik pada sumbu optik yang memenuhi syarat bahwa semua
sinar yang melalui titik ini pada saat memasuki lensa, akan diteruskan dalam
arah sejajar sumbu optik setelah dibiaskan oleh lensa tersebut. Pada kenyata-
j= u -,) (ol. ^|) (2.7)

annya setiap lensa pada jarak yang sama terhadapnya. Apabila berkas sinar Dalam Persamaan (2.7), f adalah panjang fokus lensa, n adalah in-
datang sejajar sumbu optik memasuki lensa dari sebelah kanan (Gambar 2.14) deks bias kaca atau bahan pembuat lensa, dan R1 serta R2 adalah jari-jari per-
maka sinar-sinar tersebut akan keluar mengumpul ke satu titik pada sumbu mukaan lensa yang diasah licin. Dalam menggunakan persamaan ini diumpa-
optik di sebelah kiri lensa pada jarak yang sama dengan letak titik F yang makan bahwa sinar berjalan dari axah kiri ke kanan: iR1 berlaku bagi permuka-
berada di sebelah kanan lensa. an pertama yang menghadap datangnya sinar dan dianggap positif apabila titik
pusat lengkungannya terletak di sebelah kanan lensa dan negatif apabila terle-
tah di sebelah kirinya, R2 berlaku bagi permukaan lensa sebelah lainnya dan
dianggap positif apabila terletak di sebelah kiri lensa dan negatif apabila di ka-
nan. Apabila panjang fokus lensa bertanda positif, maka lensa itu bersifat
mengumpulkan sinar (converging lens); apabila bertanda negatif, maka lensa
tersebut bersifat menyebarkan sinar (diverging lens). Pemukaan yang datar
pada lensa planokonfeks dan planokonkaf dianggap mempunyai jari-jari tak
terhingga panjangnya.

Contoh 2.3
Hitunglah besarnya panjang fokus suatu lensa bikonfeks terbuat dari
kaca yang mempunyai indeks bias sebesar 1,52 dan yang permukaan bagian
kirinya berjari-jari 50,0 mm sedang bagian kanan berjari-jari 75,0 mm.
Dengan Persamaan (2.7).

|= o.t -r.oo)
(#.71.)
Gambar 2.14 Sumbu optik, jarak fokus, dan bidang fokus tak terhingga sebuah
lensa tipis. f=57,7mm \

L.
38 39

.l
i=ffi=0,505m=50,5cm

2.T PERSYARATAN SCHEIMPFLUG


Apabila pada saat pembuatan gambar melalui suatu lensa, kedudukan
bidang gambar dalam keadaan miring teftadap bidang objek, maka, persyarann
Scheimpflug hanrs dipenuhi agar supaya diperoleh gambar yang tajam di selu-
ruh bagian. Persyaratan Scheimpflug seperti terlukis pada Gambar 2.16,
menegaskan bahwa untuVmemperoleh gambar yang sempurna, maka bidang
Gambsr 2.15 Jarak gambar bertambah besar apabila jarak objek semakin kecil. gambar, bidang objek dan bidang lensa (bidang yang melalui pus:lt optik len-
sa sertia tegak lurus terhadap sumbu optik) semuanya harus saling berpotongan
pada satu garis (Apabila bidang gambar dan bidang objek saling sajajar, maka
2.7 FORMULA LENSA bidang lensa juga harus sejajar bidang-bidang tersebut di atas, dalam hal ini
garis perpotongan ketiga bidang tersebut secara teoritis terjadi pada tempat tak
Seberkas sinar datang yang berasal dari suatu objek padajarak tak ter- terhingga).
hinggajauhnya dari lensa akan berjalan sejajar, seperti dilukiskan dalam Gam- Dalam Gambar 2.16 bidang gambar dalam keadaan condong terhadap
bar 2.14, dan gambar akan menjadi jelas pada bidang fokus tak terhingga. Ba- bidang objek dan kedua buah bidang tersebut saling berpotongan sepanjug
gi objek yang terletak padajarak tertentu sajajauhnya dari lensa, makajarak garis S. Sebagai akibat kecondongan tersebut maka jarak objek yang tergam-
gambar Camk dari tengah-tengah lensa ke bidang fokus) lebih besar daripada bar menjadi bermacam-macam, tergantung pada letaknya dalam bidang gam-
panjang fokus. Dari Gambar 2.15 jelas bahwa semakin dekat objek rersebut bar. Sebagai contoh, juakoa terhadap gambar D lebih besar daripada Oo ter-
kepada lensa, maka akan semakin jauh letak titik jelas gambamya di belakang hadap gambar c. Untuk mempertahankan fokus yang tajam, maka formula
lensa. Persamaan berikut yang disebut formula lensa, menggambarkan hu- lensa (Pers. 2.8), yar:.g mengkaitkan jarak gambar dengan jarak objek untuk
bungan antarajarak objek o danjarak gambar i dengan panjang fokus/suatu
lensa positif:
1ll (2.8)
o'i f
Apabila panjang fokus suatu lensa dan jaraknya ke objek diketahui,
maka jarak gambar yang terjadi di bidang gambar dapat dihitung dengan
menggunakan formula lensa" ,D-

Contoh 2.4
)
\
Hitunglah jarak gambar suatu objek yang berjarak 50,0 m dan panjang b"l
fokus lensa sebesar 50,0 cm.
Dengan Persamaan (2.8),

lt1
5oO*, =oJo
111
i 0,s s0,0 Gambar 2.16 Geomgtri persyaratan Scheimpflug.
40 4t

suatu lensa tertentu harus dapat bedaku bagi seluruh gambar. Apabila jarak
objek bertambah besar, maka jarak gambar sehilusnya bertambah kecil agar
seiuai dengan formula lensa- Hal ini dapat ditempuh dengan cara memiring-
kan lensaieperti ditunjukkan dalam Gambar 2.16 sehingga bidang-lensa
melalui guid S. (perlu dicatat bahwa jarak gambar dan jarak objek diukur
tegak lurus terhadap bidang lensa). ('.
Di datam fq-togrameri, keadaan di manapersyaratan scheimpflug-hams
dilaksanakan ialah pada rektifikasi foto udara condong (lihat Seksi 1 1.9) dan
dalam mengorientaiit<an foto udara condong dalam ploter stereoskopis (lihat
Bagian 17 .z\.Didalam kedua hal tersebut ini bidang gambgl berada dalam ke-
adin condong terhadap bidang objek dan jarak objek relatif pendek, sehingga
fokusnya merupakan fokus kritis. Dalam mengambil foto udara secara con-
dong, tidaklah perlu menerapkan persyaratan Scheimpflug karenajarak objek Gambar 2.17 Gambar semu yang terbentuk oleh lensa divergen.
(tinigi terbang) besar bila dibandingkan dengan jarak gambar, dan gambar
yang tajam dapat diusahakan dengan mengatur kedudukan lensa untuk jarak
tak terhingga
2.10 PERBESARAN MENDATAR (LATERAL)

Perbesaran mendatar suatu lensa adalah perbandingan antara besarnya


2.9 GAMBAR NYATA DAN SEMU ukuran bayangan dan ukuran objek. Untuk lensa pada Gambar 2.13, perbesar-
an mendatarnya merupakan perbandingan o b I AB . Dengan memperbandingkan
Gambar yang terbentuk oleh sebuah lensa dikatakan nyata apabila segitiga sebangun, maka diperoleh persamaan perbesaran berikut:
gambar tersebut dapat dibuat tampak mata dengan menempatkan sebuah layar
Oi UiOang gambar. Hal serupa itu sama halnya dengan gambar pada Gambar
2.13. Leisa konvergen pada Gambar 2.1 | a hngga c semuanya men ghasilkan M=* (2.e)
gambar nyata apabila objeknya diletakkan pada jarak objek yang lebih besar
daripada panjang fotus lensa. Gambar semu tidak dapat terbentuk di atas layar M adalah perbesaran mendatar dan o serta I berturut-turut merupakan jarak
karena garis-garis sinar kenyataannya tidak dapat terkumpul pada satu titik objek dan jarak gambar seperti disebutkan di depan. Dalam Gambar 2.17 dan
fokus. Sebaliknya, garis-garis sinar harus diproyeksikan ke arah belakang 2.18, perbesaran mendatamya merupakan perbandingan antara A'O'IOA.
sampai berpotongan, seperti ditunjukkan dengan garis patah-patah pada Gam-
au 2.fi oan z.ts. Semua lensa divergen membuahkan gambar semu; demiki-
an juga halnya lensa konvergen apabila jarak objek lebih kecil daripada pan-
jang fokus.
Dalam Gambar 2.18 jarak objek lebih kecil daripada panjang fokus
lensa konvergen. Dalam hal ini maka ukuran gambar semu lebih besar
daripada gambar nyata seped tercermin pada penggunaan sebuah lensa sebagai
kaca pembesar. Garis-garis sinar yang berasal dari A oleh lensa dibiaskan da-
lam keadaan mengumpul tetapi tidak cukup memungkinkan untuk bertemu
pada fokus. Bagi seorang pengamat yang ada di sebelah kanan, garis-garis.
;inar tersebut tampaknya berasal dari O' dan A'bukan dari O dan A seperti
kenyataannya. Oleh karenanya O'A'merupakan gambar semu OA yang diper- Gambar 2.18 Gambar semu pada lensa konvergen (lensa pembesar).
besar.

\- _-d
42 43

2.11 LENSA TEBAL


Analisis terhadap lensa tipis datam uraian sebelumnya telah disederha-
nakan dengan menganggap bahwa ketebalan lensa tersebut dapat diabaikan.
Pada lensa tebal maka anggapan ini tidak dapat dipertahankan terus. Lensa
tebal dapat terdiri atas satu elemen tunggal yang tebal atau sebuah gabungan
antara dua elemen atau lebih yang boleh juga direkatkan menjadi satu ikatan
atau secara teliti diletakkan pada tempat yang tetap dengan rongga udara di an-
tara elemen-elemen tersebui. Suatu "susunan" lensa tebal yang digunakan pa-
da kamera pesawat udara disajikan pada Gambar 2.19. Perlu diperhatikan bah-
wa susunan lensa tersebut terdiri atas 12 buah elemen tunggal'
Dua buah titik yang disebut liril< pusat (nodal poins) harus ditetapkan
untuk lensa tebal. Titii<+itik tersebut ini diberi istilah titik pusdt depan (inci'
dent nodal point) dan titik pusat belakong (emergent nodal-point), keduanya
terletak padh su4bu oBtik. Titik tersebut tadi memiliki sifat khusus bahwa Gambar 2.20 Titik-titik pusat (Nodal Points) sebuah lensa tebal.
setiap sinar yang\pnenlarah ke titik pusat depan menembus_ke titik pusat
belali,ang dari munbut di sisi lensa yang lain dalam suatu arah yang sejajar rut-turut merupakan titik pusat depan dan titik pusat belakang bagi lensa tebal
dengan iran OaAngnya sinar yang asli. Dalam Gambar 2.20, gwis sinar AN tersebut.
aan-ly'a keduanya sejajar, demikian juga BN dan N'b. Titik N dan N'bertu- Apabila garis sinar datang yang sejajar (sinar berasal dari objek pada
jarak takterhingga) menembus sebuah lensa tebal, maka sinar-sinar tersebut
-akan
mengumpul menjadi satu pada bidang fokus tak terhingga. Panjang fo-
kus suatu lensa rcua merupakan jarak dari titik pusat belakang N' ke bidang
fokus tak terhingga ini.

2.I2 KUALITAS LENSA

Tidaklah mungkin bagi suatu lensa tunggal untuk membuahkan gam-


bar yang sempurna; sebaliknya gambar tersebut akan selalu tampak kabur.
Ketidaksempumaan : yang mengurangi ketajaman gambar tersebut dinamakan
aberasi (abirrations). Keadaan teisebut menggalakkan penggun:um lensa-lensa
gabungan yang dibicarakan dalam bagian terdahulu. Melalui penggunaan bagi-
in-bafian lensa tambahan, perancang lensa dapat mengadakan pembetulan
terhadap aberasi ini dan mengusahakannya hingga batas-batas yang dapat dite-
rima.
Aberasi lensa yang terutama ialah (1) aberasi sferis, (2) 'coma', (3)
'astigmatisme' dan lengkungan medan, dan (4) aberasi kromatik. Aberosi
s/erri (spherical aberration), seperti yang terlukis pada Gambar 221, adalah
kemeroiotan mutu gambar di sekitar sumbu lensa. Keadaan ini disebabkan
super aviogon. (Seizin Wild Heerbrugg Instru- oleh kesalahan dalam mengarah ke permukaan lengkung lensa dan berakibat
Gambar 2.19 Irisan tegak lensa
terhadap sinar yaqg masuk di dekat terhadap lensa bila dibandingkan dengan
ments. Inc.)
sinar yang masulimelalui bagian dekat pusat lensa. Gambar suatu titik yang

\-
M 45

Bidang gambar
yang membuahkan
lingkaran tak jelas
paling kecil

Gambar 2.23 Aberasi kromatik.

suatu bidang yang agak melengkung. Keadaan demikian ini disebut lengkung'
an medan (curvature of field). Astigmatisme dan lengkungan medan dapat
Gambar 2.21 Abercsi sperik. diperkecil dengan menggunakan gabungan benda yang disusun dari elemen
yang mengumpulkan dan menyebarkatr sinar.
terbentuk merupakan suatu lingkaran yang disebut lingkaron tak jelas (circle Abirasi kromatik disebabkan oleh perbedaan sifat pembiasan berma-
of confusion).Jika terdapat aberasi sferis pada suatu lensa, maka besarnya cam-macam warna yang apabila tergabung membentuk cahaya putih. Seperti
lingkaran takjelas tersebut dapat diperkecil dengan jalan rnengatur kedudukan ditunjukkan dalam Gambar 2.23, sinu biru dibiaskan lebih banyak dibanding
bidang gambar sampai diperoleh lingkaran yang sekecil mungkin (lingkaran sinar merah, dan oleh karena itu kedua macam wama ini tidak berhasil menca-
kacau yang paling kecil).\*lakbidang gambff yang menghasilkan lingkaran pai fokus pada titik yang sama. Pengaruh aberasi kromatik juga dapat diper-
tak jelas paling kecil dilukiskan dalam Gambar 2.21.'Coma' serupa dengan bait<i Oengan jalan menggunakan gabungan lensa konvergen dan divergen.
aberasi sferis.Bedanya ialah bahwa coma disebabkan oleh kegagalan sinar mi- Aberosi seperti diuraikan ini mengurangi kualitas atau ketajaman garn-
ring yang seharusnya sejajar sumbu, untuk mencapai fokus pada satu titik. t) e bar. Sebaliknya distorsi lensa, tidak mengurangi kualitas gambar tetrpi meru-
Gambar yang seharusnya berbentuk suatu lingkaran berbentuk seperti sebuah sak nilai geometrinya (atau ketelitian letak). Distorsi lensa dibedakan menjadi
komet. distorsi ridial aan distorsi tangensial. Kedua-duanya terjadi apabila sinar terte-
'Astigmatisme' adalah keadaan di mana garis-garis yang saling tegak lok atau berubah arahnya, sehingga setelah sinar-sinar tersebut menembus
lurus yang terdapatpada objek tidak dapat tergambar secarajelas padajarak lensa akan keluar dengan arah yang tidak sejajar lagi dengan arahnya sewaktu
gambar yang sama jauhnya. Seperti terlukis pada Gambar 2.22, gais sinar I datang. Sesuai dengan namanya distorsi radial, menyebabkan semua bagian
dan2 dat', objek berupa garis vertikal terkumpul pada titik n, sedangkan garis gambar diubah letaknya menurut arah jari-jari, bermula dari sumbu optik. Ke-
sinar 3 dan 4 yang membentuk garis tegak lurus pada objek, terkumpul di jadian ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam pengasahan bagian-bagian
titik b. 'Astigmatisme' disebabkan oleh penggosokan permukaan lensa yang lensa. Distorsi radial ke arah luar dianggap positif dan distorsi radial ke arah
kurang sempurna. Hat ini banyak terjadi pada mata manusia. Dengan lensa dalam dianggap negatif. Distorsi tangensial terjadi pada arus tegak lurus terha-
astigmatisme, gambar yang menggambarkan titik-titik pada objek dengan dap garis jari-jari mulai dari sumbu optik. Keadaan ini disebabkan oleh kesa-
jarak yang sama panjang, tetapi yang garis-garis sinarnya membentuk sudut lahan dalam mengatur lemk pusat lensa dari bagian-bagian dalam suatu susun-
yang berbeda-beda terhadap sumbu optik, tidak akan memperoleh gambar an lensa gabungan. Distorsi tangensial pada umumnya sangat kecil pengaruh-
yang jelas pada satu bidang gambar yang sama. Mereka akan membentuk nya dibandingkan dengan distorsi radial dan seringkali dapat diabaikan. Dalam
I Gambar 2.24, guis-garis sinar datang yang seharusnya membentuk gambar
pada letak yang benar yaitu di a,padakenyataannya membentuk gambar di a.
Besarnya distorsi radial adalah Ar (dalam hal ini positif karena mengarah
4
keluar), dan besarnya distrosi tangensial adalah Ar.
Apabila betul-betul terjadi distorsi yang disebabkan oleh lensa kamera,
maka para ahli fotogrametri akan memperoleh kesalahan dalam pengukuran
bagi letak-letak gambar dalam potret yang dihasilkannya. Distorsi yang terda-
Gambar 2.22 Astigmatisme pat pada suatu lUnsa tertentu dapat ditetapkan dengan pengujian kalibrasi

L.
47
46

cim foto haruslah tajam dan tergambar dengan jelas guna penSuku:m secara
tepat dan untuk pekerjaan penafsiran secara teliti. Bagaimanapull juga daya
I rinci fotografit bukan merupakan fungsi lensa kamera saja tetapi tergantung
o,ryt
a a
juga kepada kualitas filrn dan prcses pencuciannya flihat Bab 3.5).

'///
2.31 JANGKAUAN MEDAN (DEPTH OF FIELD)
-v
ot
langkawnmedan(Depth of field) suatu lens:r adalah daerah jelajah (ra-
nge) bagi iarat ouiet yang dapat diterima oleh lensa tanpa menimbulkan ke-
,urOrran nilai ying berarti bagi kejelasan gambar' Dalam Gambar 2.25a
maka garis-garis sinar yang berasal dari titik B secara sempurna tergambar
sebagai titik b pada bidang gambar. sebaliknya, garisgarig sinar yang berasal
I
aari Oan C tergambar sebagai lingkaran-lingkaran takjelas dengan garis te-
ngahx. Semakin besar lingkaran tersebut, berarti semakin kacau gambar ter-
Gambar 2.24 Distorsi lensa radial dan tangensial. sebut. Dengan menentukan suatu batas tertentu atas lebar garis tengah yang
dapat diteriha untuk lingkaran yang tak jelas tadi, maka jangkauan medan
seperti diterangkan dalam Bab 4, dan pembetulan dapat dilaksanalian terhadap
menjadi terbatas. Dalam Gambar 2.25a, jangkauan medan terbatas hingga
pengukuran-pengukuran untuk meniadakan pengaruh distorsi tersebut. Prose-
selaun a C dengan lebar garis tengah sebesar r bagi daerah lingkaran takjelas.
dur pembetulan tersebut diuraikan dalam Bab 5.
Bidmg gmbr
Distorsi dan aberasi tidak dapat dihilangkan seluruhnya dalam pembu-
atan lensa, tetapi hal itu dapat diperkecil dengan penggunaan lensa gabungan. l) n ,lmgkaunnedn
Seringkali pengurangan satu jenis distorsi atau aberasi membuahkan perbe-
saran distorsi atau aberasijenis lain, dan oleh karenanya merancang lensa me- i i --=-==:4
l-,--==:-==:_\
--f mbu oPtik
s
rupakan suatu ilmu pengetahuan tentang pengambilan jalan tengah dalam n
- ==-_-_
mencoba untuk mendapatkan kemungkinan yang sekecil-kecilnya tentang ada-
nya gabungan semua distorsi dan aberasi. Perhitungan tentang perancangan
lensa besar sekali jumlahnya apabila ditelili dengan seksama mengenai ke-
mungkinan jalan tengahnya. Dengan adanya komputer maka pma perancang
lensa telah melakukan perhitungan-perhitungan ini dengan lebih mudah, dan
menghasilkan lensa-lensa yang semakin baik. Dewasa ini distorsi pada berba-
gai gabungan lensa telah begitu diperkecil hingga jumlah yang dapat diabai-
kan sehingga seringkali mereka dipandang sebagai lensa-lensa bebas distorsi.
Resolusi atau daya rizci (resolving power) sesuatu lensa adalah ke-
mampuan lensa tersebut untuk menampilkan bagian-bagian terkecil. Satu -a Sumbuoptit
metode yang umum dalam pengukuran resolusi lensa adalah dengan menghi-
tung banyaknya posangon-pasangan garis, (garis hitam dipisahkan oleh garis
putih dengan ketebalan sama) di dalam satuan lebar I mm yang dapat dibeda-
bedakan dengan jelas pada suatu gambar yang dihasilkan oleh lensa tersebut
'Modulation transfer function' (MTF) merupakan cara lain untuk merinci
sifat-sifat resolusi lensa. Kedua macam metode dalam menelaah daya rinci Gambar 2.25 (a) Jangkauan medan sebuah lensa, (b) Jangkauan medan bertam-
diuraikan dalam Bab 4.16, dan suatu pola uji pasangan garis ditunjukkan bah besar dengan lemakin kecilnya bukaan lensa.
dalam Gambar 4.16. Daya rinci yang baik penting dalam fotogrametri karena

l- t
48 49

Untuk sesuatu lensa tertentu,jangkauan medan dapat diperbesar dengan Wright, R. H.: An Advanced Optical Objective Lens, Photogrammetric
jalan mengurangi ukuran besarnya bukaan lensa (aperture) seperti ditunjukkan Engineering and Remote Sensing, vol. 42, no. 8, hlm' 1049' 1975'
dalam Gambu 2.25b.Ini membalasi luas daerah pada lensa yang dapat digu-
nakan hingga bagian tengah saja. Untuk pemotretan udara, jangkauan medan
jarang berpengaruh kardna variasi janak objek pada umumnya merupakan
SOAL
suatu persentase yang sangat kecil bila dipandang dari jarak objek keseluruh-
annya. Semakin pendek jarak fokus suatu lensa, maka semakin besar jangkau-
2.L Terangkan perbedaan antara ilmu optika fisika dan ilmu optika geometris'
anmedan dan demikian pula sebaliknya. Jadi, apabila jangkauan medan sangat
2.2 Berapakah kecepatan cahaya dalam kilometer setiap detik?
terbatas, maka hal tersebut sedikit dapat disesuaikan keadaannya melalui
2.3 Suatu tenaga elektromagnetik merambat di dalam ruang hampa udara de-
pemilihan suatu lensa yang cocok.
getaran 24.500.000 siklus/detik. Berapakah panjang gelombang (pembu-
Jangkauanfokas (depth of focus) yang serupajangkauan medan, adalah
Iatan sampai kaki) tenaga ini?
daerah jelajah bagi jarak gambar yang dapat diterima tanpa menimbulkan ke-
2.4 Apabila suatu jenis kaca tertentu mempunyai indeks bias sebesar 1,550,
munduran nilai yang berarti bagi kejelasan gambar.
berapakah kecepatan cahaya melalui kaca ini?
2.s Sebuah sinar dari udara menembus kaca (indeks 1,570)dengan arah sudut
datang sebesar 25o. Hitunglah besarnya sudut-sudut bias serta deviasinya'
RUJUKAN
2.6 Sama dengan S oal2.5, tetapi arah sudut datangnya sebesar 38o dan indeks
bias kaca sebesarl,550
American Society of Photogrammetry: "Manual of Photogrammetry," ed. ke-4,
2.7 Sebuah sinar yang dipancarkan dari dalam air (indeks 1,333) membentuk
Falls Church, Va., 1980, Bab 3.
sudut 40o terhadap garis normal permukaan air. Berapakah besarnya sudut
_: "Manual of Photogrammetry," ed. ke-3, Falls Church, Va., 1966,
yang terbentuk antara sinar bias dengan garis normal pada saat muncul ke
Bab 3. t, ,r udara (indeks 1,000)?
Brown, E. B.: "Modem Optics," Reinhold Publishing Corporation, New York.
2.8 Sama dengan Soal 2.7, tetapi garis sinar membentuk sudut 35o terhadap
1965.
garis normal.
Carlson, F. P.: "Introduction to Applied Optics for Engineers," Academic Press,
2.9 Suatu sinar melalui udara (indeks 1,000) diarahkan ke sebuah keping kaca
Inc., New York, 1976.
setebal 6,35 mm (indeks 1,570) yang kedua belah sisinya saling sejajar
Fritz, L. W., dan H. H. Schmid: Stellar Calibration of the Orbigon Lens, Photo-
dan arah datangnya sinar tersebut membentuk sudut sebesar 25o terhadap si-
grammetric Engineering, vol. 40, no. 2, hlm. l0l, 1974.
si-sisi kaca. Berapakah besarnya perpindahan mendatar sinar tersebut pada
Ghatak, A.: "An Introduction to Modern Optics," McGraw-Hill Book Company,
saat muncul kembali ke udara?
New York, 1972.
Greenleaf, A. R.: '?hotographic Optics," "The Macmillan Company," New York,
2.1 0 Sama dengan Soal 2.9, tetapi sudut datangnya sebesar 35o dan ketebalan
kaca sebesar 0,25 inci.
I 950.
Habell, K. J., dan A. Cox:"Engineering Optics," edisi revisi., Sir Isaac Pitman &
2.1 1 Hitunglah berapa besarnya sudut kritis apabila sebuah garis sinar berjalan
rnelalui kaca (indeks 1,600) tembus ke udara (indeks l'000).
Sons, Ltd., London, 1953.
Jensen, N.: "Optical and Photographic Reconnaissance Systemr,'l John Wiley &
2.12 Sama dengan soal 2.11, tetapi indeks bias kaca besarnyal,520.
2.1 3 Hitunglah besarnya sudut kritis apabila sebuah garis sinar berjalan melalui
Sons, Inc., New York, 1968.
| kaca (indeks 1,750)tembus ke air (indeks 1,333).
Kissam, P.: "Optical Tooling," McGraw-Hill Book Company, New York, 1962. l)
Levine, H., dan S. Rosin: "The Geocon IV Lens, Photogrammetric Engineeringl,
2. 1 4 Berapakah besarnya penyimpangan sudut bagi sebuah garis sinar yang ber-
gerak dari kaca bening (indeks 1,520) ke kaca kwarsa (indeks l'750)
vol. 36, no. 4, hlm. 335,1970.
apabila sudut datangnya sinar sebesar 35o?
Smith,. Warren J.: "Modern Optical Engineering," McGraw-Hill Book Company,
New York, 1965. )
2. I 5 Jabarkan Persamaan (2.5) bagi perpindahan ke samping dari sebuah garis
sinar yang menembus suatu lempengan yang mempunyai sisi-sisi saling
Washer, F. E.: Resolving Power Related to Aberration, Photogrammetric Engi-
sejajar..
neering, vol.32, no. 2, hlm. 213, 1966.

l-
50

2.1 6 Jelaskan perbedaan antara cermin dengan lapisan pemantul di depan dan
lapisan pemantul di belakang. Apakah keuntungan dan kerugian mempu- BAB
nyai cermin dengan lapisan pemantul di depan? 3
2.1 7 Dua permukaan lensa biconvex tipis yang berbentuk bola dari seperti pada
Gambar 2.lla dengan radius R1 dan^R2 masing-masing sebesar 10,0 cm
dan 15,0 cm. Jika indeks pembiasan kaca sebesar 1,550, berapa panjang l; ih ASAS FOTOGRAFI-)
titik api lensanya?
2.18 Seperti Pertanyaan 2.17, tetapi dengan indeks pembiasan 1,520?
2.19 SepertiPertanyaan 2.17, dengat Iensa planoconvex seperti pada Gambar
2.llb dengan satu permukaan berbentuk bola yang mempunyai radius 12,5
cm?
2.20 Seperti Pertanyaan 2.17, dengan lensa biconvex seperti pada Gambar
2.11, permukaan berbentuk bola dengan radius R1 danR2 masing-masing
100,0 mm dan indeks pembiasan 1,750? 3.I PENGANTAR
2.2 I Suatu radius kurva dua permukaan lensa equiconvex yang berbentuk bola
(lensa biconvex dengan radius permukaan sama) dengan panjang titik api Fotografi yang berarti penggambaran dengan sinar telah dikenal lama
85,0 mm dan indeks pembiasan I,570? sebelum digunakan kamera dan film fotografik yang peka terhadap cahaya.
2.22 Suatu objek terletak45,0inci di depan lensa tipis dengan panjang titik api Bangsa Arab kuno menemukan bahwa di dalam suatu tenda yang gelap dapat
l0,Oinci dari lensa pada sisi yang lain. Berapa panjang titik api lensa itu? terbentuk gambaran terbalik objek di luar tenda yang terkena sinar. Gambaran
2.23 Panjang titit api suatu lensa tipis sebesar 100,0 mm. Berapa jarak objek tersebut dibentuk oleh pancaran sinar yang melalui lubang-lubang kecil pada
untuk suatu gambar yang difokuskan pada juak citra 155 mm? tenda. Asas ilu digunakan dalam lubang kamera yang disajikan pada Gambar
2 .2 4 Siapkah suatu tabel jarak bayangan (dalam milimeter) dengan jarak objek 2.12. Dalam tahun 1700-an ahli-ahli seni Perancis menggunakan prinsip
l, 2, 5, 10, 100, 1.000 dan 10.000 kaki untuk suatu lensa yang mempu- lubang kecil tersebut untuk membantu dalam penggambaran bentuk pers-
nyai panjang titik api 210,00 mm. pektif objek yang terkena sinar. Selama berada di dalam suatu ruang gelap,
2.25 Suatu ob-iek dengan tinggi 10,0 cm terletak 13,8 inci di depan lensa mereka dapat melacak keseluruhan objek yang diproyeksikan pada suatu
dengan panjang titik api 64,00mm. Berapa jarak gambar pembesaran late- bidang yang berhadapan dengan lubang kecil tersebut.
ral dan ketinggian gambar yang dibesarkan? Dalam tahun 1839 Louis Daguerre dari Perancis mengembangkan film
fotogratik yang dapat merekam g:unbaran sebagai catatan permanen berdasar-
kan sinar yang mengenainya. Dengan meletakkan film di dalam suatu kotak
gelap yang berlubang kecil, dapat diperoleh gambar tanpa bantuan seorang
ahli seni.
Kotak tersebut digunakan dalam menggabungkan film fotografik, yang
kemudian dikenal sebagai kamera.

3.2 PERBANDINGAN ANTARA KAMERA LUBANG DAN


KAMERA LENSA
Film fotografi semakin lama semakin berkembang, tetap masih belum
cukup peka untuk merekam gambaran yang diproyeksikan melalui suatu

*) Oleh Dr.James P. Scherz, Guru Besar Teknik Sivil dan Lingkungan, Univenitas Wis-
consin, Madisorli Wis
53
52
pembukuan lensa. Satuan penyinaran adalah meter-lilin. Satu meter-lilin ialah
lubang kecil dalam waktu pendek. Oleh karena itu perlu meningkatkan ukuan pada jarak satu
pembukuannya agar lebih banyak sinar yang dapat masuk. Jika lubang diper- |enyinaran yang dihasilkan oleh satu meter-lilin (meter-candle)
meter.-
besar, maka hasil gambar yang diperoleh menjadi kabur. Dengan mengganti
Penyinaran sebanding denganjumlah sinar yang melalui lensa terbuka
lubang dengan suatu lensa, dimungkinkan memperbesar lubang dan memper-
dan juga sebanding dengan luas pembukaan lensa. Karena luas pembukaan
tahankan fokus yang tetap tajam.
a, tensa iUesar n&t{Wni"aran sebanding dengan peubah &,yutukuadrat dari
Geometri kamera lensa pada Gambar 3.1 identik dengan geometri
diameter pembukuaan lensa"
kamera lubang pada Gambar 2.12, i*a ketebalan lensa sebesar t diabaikan.
Jarak gambar merupakan faktor lain yang mempengaruhi penyinaran.
Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa pembukaan lensa telah ditingkatkan dari
Seperti yang disajikan pada Gambar 3.2 garis tengah luas bidang gambar yang
ukuran lubang sebesar d1 pada Gambar 2.12 meniadi diameter d2 pada Gambar
Oiiinari otetr sinar yang melewati sebuah lensa berbanding lurus dengan jarak
gambarnya. Dengan segitiga sebangun pada Gambar 3.2 misalnya, jika iz =
2i1,makar2=2rt dengan demikian maka luas bidang yang disinari sebanding
dengan truadrat garis iengatrnya, yaitu At=nrt? danA2=16122. Penyinaran

idang bayangan I

Bidang bayangan 2

Gambar 3.1 Geometri kamera lensa

3.1. Berbeda dengan jarak objek dan jarak gambar yang tidak tertentu pada
kamera lubang, pada kamera lensa maka jarak ini ditentukan oleh Persamaan
lensa 2.8. Untuk memenuhi persamaan ini maka kamera lensa hanrs difokus-
kan bagi tiap objek yang jaraknya be6eda, yaitu dengan mengatur jarak gam-
bar. Apabila jarak objek tidak terbatas, misalnya untuk objek-objek jarak
jauh, nilai llo pada Persamaan 2.8 mendekati nol, dan jarak gambar i padi
Irj,
sama panjang dengan titik api lensa/. Pada foto udara, jarak objek besar se- Gambar 3.2 Penyinaran sebagai fungsi jarak gambar.
kali bila dibanding dengan jarak gambar. Oleh karena itu kamera udara dibuat
dengan panjang titik api tidak terbatas. [Ial ini dapat dilakukan dengan mem- berbanding terbalik terhadap luas bidang yang disinari dan karena keseban-
buat jarak gambar sama besar dengan panjang titik api lensa kamera. dingan i din r, maka penyinaran sebanding dengan Uiz.Di dalam fotografi,
biasanya jarak objek cukup besar sehingga nilai Uo dalam Formula 2.8
mendekati nol, dalam hal ini , sama besar dengan/. Jadi penyinaran sebanding
3.3 PENYINARAN dengan peubah llfKuenapenyinaran itu sebanding dengan & maupun llf
Penyinaran pada tiap pemotretan merupakan kecerahan atau jumlah maka dua angka ini dapat digabungkan sehingga penyinaran sebanding dengan
sinar yang diterima pada tiap satuan luas permukaan bidang gambar selama &tf . e** pangst dua nilai tersebut dinamakan/attor kecerahan, ata,o

l-
54 55

diafragma, suatu lubang berbentuk lingkaran yang dapat membesar dan me-
= =faktor kecerahan
(3.1) ngecil dan mengakibatkan perubahan diameter pembukuaan lensa dan menga-
1 tur jumlah sinar yang diinginkan.
^[F Dengan suatu kamera lensa bila diameter pembukaan lensa mening'
kat, akan memungkinkan waktu pemotretan yang lebih cepat, kedalaman me-
Kebalikan Persamaan 3.1 juga merupakan suatu pernyataan kebalikan l) dan berkurang dan distorsi lensa lebih parah. Ada saat-saat di mana pembuka'
penyinaran dan secara umum disebut f-stop atau nilai/. Bila disajikan dalam an lensa sebaiknya kecil, tetapi ada pula saat-saat yang menghendaki pembu-
bentuk persamaan maka: kaan lensa besar. Untuk pemotretan suatu pemandangan dengan jarak objek
yang sangat bervariasi dan untuk membuat jarak titik api tajam bagi semua
gambar, dibutuhkan kedalaman medan yang besar. Dalam hal ini untuk me-
f - stop =t (3.2)
maksimumkan kedalaman lapangan, pemotretan harus dilakukan dengan kece-
patan tutupan yang lambat dan penyetelan/-stop yang besar untuk mengim-
bangi diameter pembukaan lensa yang kecil. Sebaliknya, untuk pemotretan
Menurut Persamaan 3.2,f-stop merupakan perbandingan antara pan- objek yang bergerak cepat atau untuk pemotretan dari wahana yang bergerak
jang titik api dan diameter pembukaan lensa atau 'aperture'. Dengan mening- misalnya pesawat terbang, diperlukan kecepatan tutupan yang cepat untuk
lutnya pembukaan lensa, nilai/-stop menurun dan penyinaran meningkat, menghindari kekaburan gambar yang dihasilkan. Dalam situasi demikian,
jadi hanya memerlukan waktu pemotretan yang pendek atau kecepatan penu- diperlukan penyetelan /-stop kecil sehubungan dengan diameter pembukaan
iup yang lebih cepat. Karena hubungan antara/-stop dan kecepatan penutup lensa yang besar, untuk pemoEetan yang tepat.
ini, maka/-stop digunakan untuk menyatakan kecepatan lensa atau daya Dari perbincangan ini tampak jelas adanya hubungan erat antara/-stop
sebuah lensa untuk mengumpulkan sinar. Penyinaran yang dihasilkan oleh dan kecepatan tutupan lensa. Jika waktu pemotretan diperkecil hingga seper-
suatu lensa tertentu secara tepat dinyatakan dengan Formula 3.2 baik bagi dua jumlah exposure juga meniadi seperdua. Sebaliknya, kalau luas bukaan
lensa yang diameternya sangat kecil dengan panjang titik api pendek maupun dilipatkan dua, jumlah exposure juga berlipat dua. Bila waktu pemotretan
yang diameternya sangat besar dengan panjang titik api yang panjang. Jika diperkecil seperdua dan luas bukaan dilipatkan dua maka jumlah exposure
dua lersa yang berbeda mempunyaifstop yang sama, maka penyinaran pada tetap, tidak berubah.
masing-masing gambarnya akan sama pula. Kecuali untuk model sederhana, kamera dilengkapi dengan kemampuan
untuk mengatur berbagai kecepatan tutupan lensa dan nilai /-stop. Nilai
nominal /-stop sebesar l, 1,4 2,0,2,8 4,0 5,6 8,0, I l, 16, 22 dan 32. Tidak
3.4 HUBUNGAN ANTARA BUKAAN LENSA DAN KECE. semua kamera mempunyai nilai nominal tersebut, tetapi kamera yang mahal
PATAN MENUTUP mempunyai sebagian besar angka-angka nominal tersebut. Kamera yang
disajikan pada Gambar 3.3 mempunyai/-stop dengan kisaran/= 1,4 hingga
Seorang yang mandi sinar matahari akan mengalami pemanasan olch F 16. Kamera ini juga dilengkapi dengan berbagai kecepatan tutupan lensa
sinar sehingga kulitnya berwarna coklat. Kegelapan warna coklat atau hingga l/1000 detik. F-stop yang bernilai I dinamakan/-I, dan sesuai dengan
keparahan pemanas:rnnya disebabkan oleh penyinaran matahari ftecerahan) dan formula 3.2 maka hal ini terjadi bila diameter bukaan lensa sama dengan
lamanya waktu terbuka terhadap sinar matahari . Jumlah penyinaran yang me- panjang titik api lensa. Penyetelan dengan nilai/-1,4 berarti setengah luas
ngenai film fotografi juga merupakan hasil penyinaran dan lamanya film daerah bukaan lensa padaf l. Didalam kenyataannya masing-masing urutan
tersebut terbuka terhadap sinar. Satuan penyinaran selama pemotretan tersebut f) angka yang terca[at pada/-stop nominal tersebut mengisyaratkan luas daerah
ialah me te r-lilin-detik. bukaan lensa seperdua luas daerah bukaan dengan penyetelan nilai sebelum-
Dalam melaksanakan pendekatan, jumlah penyinaran dan waktu yang nya. Pada urulan nilai tersebut maka nilai di depannya merupakan akar
tepat diatu dengan menggunakan sluafii ukuran slnar( light meter). Penyinaran pangkat dua nilai di belakangnya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
diatur dengan berbagai nilai/-stop kamera, sedang waktu pemotretan diatur
dengan menyetel kecepatan yang berbeda-beda. Variasi nilaiy'-stop merupakan
Misalnya d1 = f , di mana dl merupakan diameter bukaan lensa.
variasi diame ter pembukaan lensa, (aperture), yang dapat diatur dengan suatu Kemudian/d1 1l=/-stop. Pada/-stop = l, maka:
57
56

Contoh i.l
Luas bukaan lensa = O, =Y Misalnya suatu film fotografik dipotretkur secara optimal dengan su-
Jika diameter bukaan lensa diubah menjadi d2, maka luas bukaan lensa sete- sunanfstop sebesar/-4 dan kecepatan tutupan 1/500 detik. Berapakah susun-
nsah Ar. kemudian: any'stop yang tepat jika kecepatan tutupan diubah menjadi l/1000 detik?

t) Jowab:

dt Jumlah exposure dibuahkan oleh luas daerah diafragma dan kecepatan


Dari runnus tersebut, dz= l'tTaru;. angkafstop adalah:
tutupan. Hasil ini akan tetap besarnya baik pada kecepatan tutupan U1000
1-rtop=ff= tfi= rA detik maupun pada 1/500 detik, atau
luasl x waktul - luas2 x waktu2
Hubungan antara/-stop dan kecepatan tutupan lensa membuahkan variasi atau.
yang menguntungkan di dalam pemoretan yang tepat. Waktu2
____L ___"r
Luas2=luas1 x waktu2
(a)

misal d1 dan d2 merupakan diameter diafragma untuk waktu tutupan l/500


detik dan l/100 detik, maka luas diafragma masing-masing adalah,
Susunan f'-stop yang
n(1'\Z n(dr\2
Luasl = -7- dan Luas2 = -;' (b)
berkisar dari
t'-1.4-t-1 6. Sesuai dengan Persamaan 3.2 maka:
ff
dt =Ff;p, dan karena/-stopl - 4. maka dr =f, (c)

Substitusi (D) dan (c) ke dalam (a)


n(dz)2 l/soo
4 -{fr- -
-t1+12-111000 (c)

dengan reduksi

500 x 16
Panjang
titik api
100
lensa 50 nrm
makaf-2,8 adalah/-stop yang diperoleh. Perhitungan tersebut secara sederhana
membuktikan pernyataan sebelumnya bahwa urutan angka /-stop nominal
yang terletak secara berturut-turut merupakan setengah luas bukaan lensa
dengan nilai yang terletak di depannya, atau dalam hal inif-2,8 dua kali luas
bukaan lensa paday'4, dengan mempertahankan hasil pemotreLan yang tetap
f-stop maksimum: 1,4 sama bila waktu tutupan diperkecil seperdua.
r)

3.5 KARAKTERISTIK EMULSI FOTOGRAFIK


Film-film fotografik terdiri dari dua bagian yaitu emulsi dan penyong-
Gambar 3.3 Kamera refleks lensa tunggal dengan susunan /-stoP dari /-
1'4
detik. ga atar penopang. Emulsi mengandung kristal perak halid yang peka terhadap
hingga/-16 dan kecepatan tutupan lensa yang dapat diubah hingga 1/100
(Seizin Paillard Inc.)

l-
58 59

sinar. Kristal ini diletakkan di atas penyangga dalam suatu lapisan tipis se- akan dibuahkan sebuah kurva yang disebut kurva karakteristik yang juga
perti tampak pada Gambar 3.4. Bahan penyangga biasanya berupa kertas, lem- disebut kurva D-Log E ata:u kurva H dan D. Sebuah kurva karakteristik yang
baran plastik atau kaca. menceritakan disajikan pada Gambar 3.5. Kurva karakteristik bagi emulsi
Bila kristal perak halid terkena sinar, ikatan antara perak dan halid yang berbeda juga akan berbeda, tetapi bentuk umumnya tetap serupa Bagian
menjadi lemah. Sebuah emulsi yang telah terkena sinar mengandung gambar bawah kurva yang cukup ke arah atas diwbut daerah ibu jai. Bagian atas yang
objek yang belum tampak yang disebut gambar laten. Apabila gambar laten i, cekung ke arah bawah disebut daerah pundak. Antara ibu jari dan pundak
itu dikembangkan, daerah emulsi yang terkena sinar kuat berubah menjadi tedapat bagian yang merupakan garis lurus.
bagian perak bebas dan menjadi hitam. Daerah-daerah emulsi yang tidak
terkena sinar akan menjadi putih apabila penyangganya berupa kertas putih
(daerah itu menjadi terang jika penyangganya berupa kaca atau lapisan plastik
tembus cahaya). Tingkat kegelapan gambar yang dikembangkan merupakan Prndet
fungsi dari hasil exposure total (produk dari penyinaran dan waktu) pada
emulsi untuk membentuk gambar laten. Dalam setiap exposure fotografik,
ada variasi cahaya yang diterima dari objek yang berbeda di dalam liputan
daerah yang terpotret. Oleh karena itu akan terjadi berbagai tingkat kehitaman
antara yang hitam dan putih yang disebabkan oleh perbedaan penyinaran. Se-
benarnya kristal-kristal akan menjadi hitam, bukan kelabu, apabila terkena
sinar yang cukup. Walaupun demikian, jika sinar yang diterima dalam suatu
daerah tertentu hanya cukup untuk bereaksi pada sebagian kristal, akan terben-
tuk rona kelabu yang merupakan campuran hitam dan putih. Semakin kuat
sinarnya, maka persentase hitam dalam campuran juga lebih besar dan akan
menghasilkan rona kelabu yang lebih gelap. Ibu j ari

Emulsi kristal perak


1.0 r.o o.o t.o
bgaritma penyinann

Material penyangga
Gambar 3.5 Kurva tipikal karakteristik emulsi fotografik
Gambar 3.4 Irisan melindungi film fotografik.
Kurva karakteristik bermanfaat untuk memberikan karalCeristik emulsi
Tingkat kegelapan emulsi yang telah dikembangkan, dinamakan densi- fotografik. Bagian lereng lurus kurva misalnya merupakan ukuran bagi kon-
ti. Densiti yang lebih besar menghasilkan emulsi lebih gelap. Densiti me- tras film. Semakin curam lerengnya, semakin besar kontrasnya (perubahan
rupakan ukuran jumlah sinar yang dapat menembus emulsi, misalnya emulsi densiti) bagi suatu kisaran exposure. Kontras sebuah film dinyatakan dengan
hitam berarti tidak tertembus sinar dan emulsi terang berarti penembusan atau gomma, sebuah iangen sudut antara lereng lurus kurva dan sumbu absisnya,
transmisi sinar hampir 1007o. Opasitas merupakan kebalikan sifat tembus seperti tampak pada Gambar 3.5. Dari Gambar 3.5 terbukti bahwa uniuk
cahaya. Ukuran densiti ialah logaritma opasitas. Sebagai contoh, jika ll%o suatu exposure yang nilainya nol, ada nilai densiti bagi film yang bersang-
cahaya dapat menembus, transrnisinya sebesar l/10, opasitasnya sebesar r) kutan. Densiti emulsi yang tidak terkena sinar disebut kabut. pida turva
l/0,10 auau 10, dan densitinya merupakan logaritma 10 atau 1,0. Jumlah maka densiti ini berada pada bagian bawah bagian ibu jari. Hal itu pada
sinar datang pada suatu emulsi dan jumlah yang ditransmisikan dapat diukur Gambar 3.5 tampak bahwa exposure harus melebihi batas minimum tertentu,
dengan suatu alat yang disebut densitometer (lihat Butir 5.5). sebelum terjadi densiti yang lebih besar dari kabut. Juga, exposure pada ba-
Jika penyinarannya berbeda bagi emulsi tertentu, maka akan diperoleh gian pundak hanya sedikit pengaruhnya terhadap densiti. oleh kareni itu ma-
nilai densiti yang berbeda. Bila nilai depersi diletakkan pada bidang ordinat ka foto yang dipotret dengan tepat berarti penyetelan yang tepat bagi kisaran
dan logaritma exposure pada bidang absis bagi sebuah emulsi tertentu, maka exposure sepaniang kurva bagian garis lurus.

L.
60 6l
Seperti halnya kulit manusia yang mempunyai kepekaan berbeda terha- 3.6 PEMROSESAN EMULSI HITAM.PUTIH
dap sinar matahari, demikian juga kepekaan emulsi. Kepekaan emulsi foto
terhadap sinar merupakan fungsi dari ukuran dan jumlah kristal perak halid Ada lima tahap prosedur ruang gelap untuk pernrosesan emulsi hitam-
atal butir-butir dalam emulsi. Apabila sejumlah sinar yang diperlukan me- putih yang telah dipotretkan, yaitu:
ngenai sebuah butir emulsi, maka seluruh butir itu terkena sinar tanpa meng-
hiraukan ukurannya. Jika satu emulsi butirnya lebih kecil daripada emulsi 7. Pengembang'an (developing).Pada tahap ini emulsi yang telah dipotretkan
l1
lain yang kira-kira jumlah luas butirnya dua kali sebanyak luas butir-butir dalam larutan kimia yang disebut pengembang (developer). Pengembangan
tadi, emulsi ini juga akan memerlukan sinar sebanyak dua kali untuk pemo- ini menyebabkan butir-butir perak halid yang mendapat sinar berubah
tretannya. Sebaliknya, bila ukuran butir semakin besar jumlah total butir menjadi hitam bebas per:rk. Perak yang bebas ini menghasilkan gambar
dalam emulsi menurun dan jumlah sinar yang diperlukan untuk pemotretan- dengan tingkat keabuan, tergantung bentukan gambarnya. Pengembang
nya juga menurun. Film dikatakan lebih peka dan lebih cepat apabila sinar bervariasi dalam hal kekuatan dan karakteristik lainnya, oleh karena itu
yang diperlukan untuk pemofietan lebih sedikit. Film yang lebih cepat sangat harus hati-hati untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pada umumnya
menguntungkan untuk pemotretan objek yang bergerak cepat. waktu perendaman film dalam obat pencuci aniara satu hingga 15 menit,
Bila kepekaan dan ukuran butir semakin besar, gambar yang dibuahkan tergantung padajenis film dan obat pencuci yang digunalian. Kekontrasan
menjadi kasar dan resolusinya (ketajaman atau kecermatannya) menurun. Oleh gambar akhir dapat diubah dengan mengubah waktu pengembangan dan
karena itu untuk memperoleh gambar yang berkualitas tinggi di dalam pemo- suhu obat pengembang.
tretan, diperlukan emulsi dengan butir-butir halus yang kecepatannya rendah. 2. Penghentian pencelupan (stop bath). Apabila kegelapan yang tepat dan ke-
Resolusi film dapat diuji dengan memotret suatu pola uji yang baku. Pola itu kontrasan gambar telah cukup, maka kegiatan pengembangan harus dihen-
terdiri atas kelompokpasangan garis (garis-garis paralel yang bervariasi kete- tikan. Ini dikerjakan dengan suatu alat yaitu 'stop bath', suatu larutan
balannya dan dipisahkan oleh spasi yang lebarnya sama tlengan tebal garis). 'acetie' untuk menetralkan larutan pengenrbang yang bersifat basa. Emulsi
Resolusi dapat ditentukan dengan menghitung jumlah garis maksimum tiap dimasukkan ke dalam stop balh untuk beberapa detik.
ti 3. Pencelupar (fixing). Tidak semua butir perak halid diubah menjadi perak
milimeter dalam pola garis yang paling kecil yang dapat dilihat secara jelas
pada film yang telah dicuci, atau dengan modulation transfer funuian. Topik hitam bebas setelah pengembangan. Banyak butir-butir yang tidak terkem-
ini dijelaskan lebih lanjut pada Bab 4. 13. bangkan juga menjadi hitam bila terkena siniu jika butir-butir itu tidak di-
Ahli-ahli foto telah menyusun pedoman pemotretan bagi film dengan pindahkan. Untuk mencegah pengembangan lebih lanjut sehingga dapat
berbagai jenis kepekaan. Di Amerika Serikat digunakan sistem yang telah merusakkan gambar, butir-butir perak halid yang tidak terkembangkan,
dibakukan, yaitu ASA (American Standards Assosiation). Dalam sistem ini kemudian dilarutkan dalam larutan bahan pencelup. Bahan pencelup ter-
maka nilai ASA bagi film secara kasar sama dengan kebalikan kecepatan sebut dapat menguatkan emulsi. Waktu pencelupan normal kedalam bahan
tutupan (dalam detik) yang dibutuhkan bagi sinar matahari untuk pembukaan pencelup sebesar l0 hingga 20 menit.
lensa pada/-16. Berdasarkan aturan permainan ini, bila film digunakan untuk 4. Pencucian (washing) Pada tahap ini emulsi dicuci dalam air jernih yang
pemorehn tepat dengan sinar matahari murni pada/-16 dan U200 detik, di- mengalir untuk menghilangkan sisa-sia larutan kimia. Jika tidak dihi-
klasifikasikan kedalam ASA 200. Aturan permainan ini sekarang jarang digu- langkan, sisa-sisa larutan kimia ini dapat menyebabkan adanya noda atau
nakan karena telah tersedianya ukuran sinar yang secara otomatis membuah- kekaburan pada gambar. Waktu pencucian normal adalah l0 hingga 20
kan pemotretan tepat (/-stop dan kecepatan tutupan) pada kondisi penyinaran menit. Dalam pencucian dapat ditambahkan deterjen untuk mengurangi
tertentu, dengan memperbaiki nilai ASA film yang digunakan. Di Eropa, waktu pencucian.
ukuran baku pemotretan yang digunakan disebut DIN. Sebagian besar ukuran .) 5. Pengeringan (drying). Pada tahap akhir ini emulsi dikeringkan untuk
sinar sekarang menggunakan skala yang dapat digunalcan pada sistem ASA menghilangkan air pada emulsi dan pada bahan penyangganya. Pengering-
maupun DIN. Sekarang banyak kamera yang dibuat dengan sistem bukaan an dapat dikerjakan dengan berbagai cara, dari yang sederhana yaitu dike-
otomatis. Sistem ini teidiri dari sebuah sel peka sinar yang mengukur kondisi ringkan di udara hingga pengeringan dengan alat pengering.
ambang batas sinar yang diterima dan mengatur bukaan lensa secara otomatis
dan atau kecepatan tutupan untuk mencapai nilai optimum bagi kondisi ter- Peralatan modern dapat rnelakukan secara otomatis lima tahap di atas
tentu. dalam kamar gelpp secara terus-menerus. Hasil yang diperoleh dari pe-
62 63

mrosesan film hitam-putih adalah gambar negatif. Jika nama negatif ber-
pangkal dari kenyataan warna dan geometri yang berkebalikan terhadap
kenyataan yang dipotret, misalnya objek hitam tampak putih dan sebaliknya.
Sebuah gambar positif diperoleh dari negatif dengan mengulangi pro-
ses fotografi. Proses ini dapat mengubah wama dan geometri untuk mengha- Sinar Gamma Celombang radio
silkan rona dan geometri yang benar. Dalam mencetak positif dari negatif, itl
kertas cetak berlapiskan emulsi disinari dengan jalan melewatkan sinar mela-
lui negatif ke arah emulsi itu. Sinar menembus berbagai daerah negatif sesuai l,l, r, l, t, l,-[rl' lI I rl
l0ro l0 s tO 6 l0 I l0 2 I l0r 104 106 lo8 l0r0
dengan kecerahan negatif tersebut, misalnya daerah hitam tidak akan tertem-
Panjang gelombang, mikrometcr
bus sinar sehingga tidak akan berbentuk gambar pada kertas cetak. Sebagai
akibat penyinaran melalui negatif, akan terbentuk gambar laten pada kertas
cetak. Gambar laten tersebut diproses dengan melalui lima tahap tersebut dan Gambar 3.6 Klasifikasi spektrum elektromagnetik dengan panjang gelombangnya
dikerjakan dalam kamar gelap.
Di samping menggunakan kertas cetak, positif juga dapat dibuat pada Sinar tampak terdiri dari tenaga yang panjang gelombangnya sebesar
film plastik atau kaca lembaran. Dalam fotogrametri, positif yang dibuat pada (0,4-4,7) mikrometer (pm). Tenaga yang panjang gelombangnya lebih pen-
kaca lembaran atau pada bahan plastik tembus cahaya disebut diapositif. dek dari 0,4 pm disebut ultraviolet, sedang tenaga dengan panjang gelombang
lebih dari 0,7 pm disebut inframerah dekat. Ultraviolet dan inframerah dekat
tidak dapat dideteksi dengan mala manusia.
3.7 KEPEKAAN SPEKTRAL EMULSI Dalam panjang gelombang sinar tampak, mata manusia dapat membe-
dakan warna-warna yang berbeda. Warna-warna primer yaitu biru, hijau dan
Marahari dan bermacam-macam sumber sinar buatan seperti pancaran 11 merah terbentuk dari panjang gelombang yang sedikit berbeda. Warna biru ter-
cahaya lampu, memancarkan berbagai tenaga yang disebut tenaga elektromag- bentuk oleh tenaga dengan panjang gelombang dari 0,4 pm hingga 0,5 pm
neril<. Seluruh kisaran tenaga elektromagnetik ini disebut spektrum elektro- hingga 0,6 pm dan merah dari 0,6 pm hinggan 0,7pm. Warna-warna lain
magnetik. Sinar-X, sinar tampak, dan gelombang radio merupakan contoh merupakan kombinasi dari warna-warna primer, misalnya kunin! merupakan
bagi macam-macam tenaga dalam spektrum elektromagnetik. Tenaga elektro- kombinasi dari sinar merah dan hijau. Banyak warna yang dapat dibentuk de-
magnetik yang bergerak secala sinusoidal teratur disebut gelombang,. Variasi ngan berbagai kombinasi warna primer. Sinar putih merupakan campuran dari
dalam tenaga elektromagnetik diklasifikasikan menurut variasi panjang ge- seluruh warna pada spektrum tampak. Sinar putih dapat dirinci menjadi warna
lombangnya atau frekuensi gerak perambatannya. Kecepatan tenaga elektro- komponennya dengan melewatkannya melalui suatu prisma, seperti ditunjuk-
magnetik dalam ruang hampa bersifat tetap dan dapat dinyatakan dengan kan pada Gambar 3.7. Pemisahan warna terjadi karena perbedaan pembiasan
frekuensi dan panjang gelombang, yang dapat dinyatakan sebagai berikut sebagai akibat dari tenaga yang panjang gelombangnya berbeda.
(lihatjuga pada Sub-bab 2.1). Untuk mata manusia, suatu objek tampak dengan warna-warna terten-
tu karena pantulan tenaga dengan panjang gelombang yang dapat menghasil-
kan warna tersebut. Jika suatu objek memantulkan semua tenaga tampak,
c = f)' (3.3)
maka objek tersebut akan tampak putih. Sebaliknya, jika suatu objek me-
nyerap semua sinar dan tanpa memantulkannya, objek tersebut akan tampak
Dalam Formula 3.3, c adalah kecepatan tenaga elektromagnetik dalam ,) hitam. Jika suatu objek menyerap seluruh hijau dan merah tetapi memantul-
ruang hampa, / mewakili frekuensi dan X merupakan panjang gelombang. kan objek tersebut akan tampak biru.
Gambar 3.6 menggambarkan klasifikasi panjang gelombang spektrum elek- Seperti halnya retina mala manusia yang peka terhadap berbagai pan-
tromagnetik. Sinar tampak (tenaga elektromagnetik pada kepekaan mata kita) jang gelombang, emulsi fotografi juga dapat dibuat dengan kepekaan yang
hanya merupakan bagian yang sangat kecil dalam spektrum elektromagnetik berbeda-beda terhadap panjang gelombang. Emulsi hitam putih yang merupa-
(lihat Gambar 3.6) kan campuran perak halid tanpa perlakuan lebih jauh, hanya peka terhadap
tenaga biru dan ulthviolet. Suatu objek berwarna merah misalnya, tidak akan
Y
tr

65
&

L l,J --l-
I
Kertas cetak ,.Film pankromatikr-Film infra
I

(,
fo

e
0., u --r
,",tA
$"
---Biru
n.t,
uor-l
j I

I
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 I I
Panjang ielombang (mikrometer)
1.2

[glioler g.3,1-
I
i
Gambar 3.8 Kepekaan berbagai emulsi hitam putih.

3.8 FILTER

Gambar3.TWamaputihdipisahkanmenjadiwarna.walnaindividualdarispek. Warna aman seperti warna merah dan kuning yang telah dijelaskan da'
trum ta.mpak dan spekuum dekat tampak melalui prisma' lam bagian sebelumnya biasanya merupakan sinar putih yang dipasangi filter
merah atau kuning. Filter merah menghalangi panjang gelombang biru dan
menghasilkan gambar pada emulsi tersebut. Emulsi yang belum mengalami hijau sehingga hanya merah saja yang dilewatkan. Filter yang diletakkan di
*,dd; ini bi"asanya digunakan kertas cetak ini dapat digunakan sinar merah depan lensakamera juga hanya melewatkan panjang gelombang tertentu mela-
il;k;;il;b;t; siiar aman untuk membantu menyinari ruang_gelap lui lensa sehingga dapat mengenai film. Penggunaan filter pada kamera dapat
t,,.nu *rrn'u-*rrio ini yang hanya peka ter-
tidak mempengaruhi kertas celub menguntungkan untuk jenis fotografi tenentu.
hadap wama biru. Kabut atmosferik terutama disebabkan oleh hamburan panjang gelom-
Emulsi perak halid hitam-putih dapat dioperasikan dengan mengguna- bang ultraviolet dan gelombang biru pendek. Walaupun atmosfer berkabut,
,nuor"scent' agar emulsi-tersebut peka_terhadap panjang ge- dapit dibuat gambar jelas dengan menggunakan filter yang dapat menahan
kan lapis *u*i,
hi- kaLut. Filter ini dapat menahan lewatnya hamburan sinar gelombang pendek
ilb*g tain setain biru. Emulii yang pek3 terhadap k]qaral biru hingga
j;; ;tr;il; itokromatik, sedang'varigpeta terhadap biru, hij.1 dan merah yang tidak dikehendaki (yang menghasilkan kabut) dan menghalanginya me-
';;;;;;;rt romotik. Emulsi ju[aoap-ai dibuat peka terhadap kisaran.infra- masuki kamera untuk mengenai film. Karena keuntungan ini, filter kabut
rn"rat deUt. Emulsi ini diseLut infiamerahatau IR. Film inframerah me- hampir selalu digunakan pada setiap kamera udara.
mungkinkan untuk memperoleh fotb dengan tenaga yTg tidat tampak
oleh Filter uniuk kamera udara dilengkapi dengan kaca optik berkualitas
matamanusia.Penerapanpertamatipeemulsiiniialahuntukmendeteksi tinggi. Hal ini perlu karena sinar yang akan membentuk gambar harus lewat
bentuk samaran (camouflage) yang iernyata bahwa tetumbuhan mati
atau metitui filter sebelum masuk kamera. Selama melalui filter, sinar mengalami
warna hijau bukan tetumbriai, ,"i',Uuahkan wama lain bagi mala manusia gangguan yang disebabkan oleh filter. Karena itu kamera harus dikalibrasi
karena pantulannya yang berbeda terhadap inframerah' Perbedaan
ini dapat di- (.titriiSuU-Uab 4.10 hingga 4,13), filter harus betul-betul tetap di tempatnya.
Fitm inframerah sekarang banyak digunakan Setelah kalibrasi, filter tidak boleh diubah agar tidak mengubah katibrasi.
deteksi melalui f6toinfimerah.
t"p"tti untuk mendeteksi tanaman yangmengalami
untuf U"rUugai keperluan,
3'8
gangguan (il.t0, p"tn.tuun'tp"sies tumbuhan, dan sebagainya' Gambar
iiinl"goruita, [e'p"tuan yang berueda bagi berbagai emulsi'
6 67

3.9 PEMROSESAN EMULSI BERWARNA Dalam pemotretan berwarna cahaya yang masuk ke kamera bereaksi
dengan lapis emulsi sesuai dengan warna atau kombinasi warna objek di
Emulsi warna normltl dan warna inframerah merupalcan kemajuan baru alam. Berbagai film berwarna yang tersedia, masing-masing memerlukan
yang sekarang banyak digunakan dalam fotogrameti. Emulsi benvarna terdiri proses pengembangan yang berbeda. Pada tahap pertama pengembangan film
dari-tiga lapis perak halid, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.9. Lapis atas berwarna membuahkan hasil sama dengan pengembangan film hitam putih.
peka terhadap cahaya biru, lapis kedua peka terhadap cahaya hijau dan biru, Halid yang terkena sinar pada masing-masing lapis kembali menjadi kristal
dan lapis dasar peka terhadap cahaya merah dan biru. Filter biru dipasang perak hitam. Proses selebihnya tergantung pada jenis film, apakahllm nega-
dalam emulsi di antara lapis atas dan lapis kedua, untuk mencegah cahaya biru tif ber*,arna atatJ color reversal film. Pada film negatif berworna, hasilnya
masuk dua lapis bawah. Hasilnyaberupa tiga lapis yang peka terhadap cahaya berupa negatif dan dari negatif dapat dibuat foto berwama. Color reversal film
biru, hijau dan merah (dari lapis atas ke lapis bawah). Kepekaan masing- secara langsung menghasilkan film transparansi benwama asli pada film. Cara
masing lapis ditunjukkan pada Gambar 3.10. ini digunakan untuk membuat film slide berwarna.
Dalam pengembangan film negatif berwarna, perak halid dalam ma-
Peka terhadap cahaya biru
sing-masing lapis yang berubah menjadi hitam pada tahap awal, kemudian
Filter penahan biru
diganti dengan larutan zat warna komplementer sesuai dengan kepekaannya;
Peka terhadap cahaya biru dan hijau
misalnya butir-butir perak hitam pada lapis teratas atau lapis yang peka biru
Peka terhadap catraya biru dan merah diganti dengan zat wdrna kuning (kuning merupakan wama komplementer
terhadap biru yang terbentuk dari kombinasi panjang gelombang hijau dan
merah). Kristal perak hitam pada lapis kedua atau lapis peka hijau diganti
Material penyangga
dengan zat warna ragenta (magenta merupakan wama komplementer terhadap
hijau yang terbentuk dari kombinasi panjang gelombang biru dan merah), dan
a tristai peiat pada lapis ketiga atau lapis peka merah diganti dengan zat wuna
Gambar 3.9 Irisan melintang film berwarna normal. cyan (cyan merupakan warna komplementer terhadap merah yang terbentuk
dari kombinasi panjang gelombang biru dan hijau).
(atas Lapis (tengah) Lapis (bawah)
Dalam pembuatan foto berwarna dan negatif, cahaya putih (kombinasi
peka biru peka hijau peka merah dari semua cahaya pada panjang gelombang dalam kisaran sinar tampak)
diarahkan melalui negatif hrwarna untuk menyinari tiga lapis emulsi berwar-
na. Negatif berwarna bertindak sebagai suatu filter di dalam penyinaran tiga
lapis itu menjadi tiga warna, yaitu kuning, magenta dan cyan. Di dalam pe-
ngembangan kertas cetak yang telah disinari, dari tiga warna komplementer,
dt yaitu kuning, megenta dan cyan masing-masing dihasilkan warna biru, hijau
.dl
JI dan merah. Hasil pembalikan warna yang kedua ini setelah dicetak membuah-
&l
rDl kan warna-wama asli objek yang terpotret.
v Dengan color reversal film, pertama-tama emulsi dikembangkan secara
parsial. Emulsi itu kemudian disinari lagi dan proses pengembangan diulang
untuk memperoleh pembalikan warna. Proses ini sama dengan pemrosesan
,l I tl film negatif berwarna, kecuali dua proses itu dikerjakan pada film asli. Hasil
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 akhir berupa transparansi berwama yang terbentuk dari wama-warna asli objek
Panjang gelombang yang terpotret.
(mikrometer) Selama Perang Dunia II ada minat yang besar untuk meningkatkan
efektifitas film pada @erah spektrum inframerah. Minat ini menyebabkan pe-
Gambar 3.10 Kepekaan tiga lapis film berwarna normal. ngembangan film berwarna semua atau inframerah berwarna. Pihak militer
menamakannyafilm pendeteksi benluk samaran karena film tersebut me-

)
!o
*

68 69

mungkinkan penafsirnya dengan mudah dapat membedakan antara daun{aunan 3.10 PEMROSESAN FILM UDARA HITAM.PUTIH
samaran dan asli. Seperti film berwarna normal, film inframerah berwarna
juga terdiri dari tiga lapis emulsi yang masing-masing peka terhadap bagian Film udara hitam-putih dikembangkan secara langsung dalam bentuk
spektrum yang berbeda. Gambar 3.ll menyajikan kurva kepekaan masing- gulungan. Metode yang paling sederhana dalam pengembangan film udara ada-
masing lapis film inframerah berwarna. Lapis atas peka terhadap tenaga ultra- lah proses memutar kembali (rewind). Peralatan untuk proses ini disajikan
:
violet, biru dan hijau. Lapis tengah mempunyai puncak kepekaan pada bagian t,: pada Gambar 3.l2yang terdiri dari tiga rangki, masing-masing satu untuk pe-
spektrum merah, tetapi juga peka terhadap cahaya ultraviolet. Lapis dasar ngembang, penghentian pencelupan, dan pencelup. Di samping itu ada sebuah
peka terhadap ultraviolet dan inframerah. Film inframerah berwama umumnya alat pemutar kembali yang terdiri dari dua penggulung dan terletak pada satu
digunakan bersama filter kuning yang dapat menahan panjang gelombang kerangka. Alat itu dihubungkan dengan tangki-tangki tersebut. Film dipasang
lebih pendek dari 0,5 mikrometer. Daerah yang diarsir pada Gambar 3.11 pada salah satu penggulung mula-mula dimasukkan ke dalam tangki pengem-
mencerminkan pengaruh penutupan oleh filter kuning. bang. Dengan menggunakan motor listrik atau putaran dengan tangan, film
bergerak dari satu rol ke rol yang lain selama pengembangan. Prosedur pe-
mutaran kembali film diulangi untuk "stop bath" dan pencelup. Film kemu-
dian dicuci dalam air jernih yang mengalir dan dikeringkan. Film untuk
pemotretan udara biasanya diproses di kamar yang benar-benar gelap, karena
film tenebut peka terhadap semua panjang gelombang sinar lampak.
Ada alat pemrosesan yang lebih canggih yang secara otomatis me-
ngembangkan, mencuci, dan mengeringkan gulungan film hitam-putih- Alat
tersebut juga dapat digunakan untuk pemrosesan secara terus-menerus bagi
st film-film untuk foto udara berwama.
$r

0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0

lT',T:i#*o-'
Gambar 3.ll Kepekaan film inframerah berwarna (berwarna semu).

Dengan film inframerah berwarna dan filter kuning, setiap objek yang
memantulkan tenaga inframerah akan tampak merah pada akhir pemrosesan
gambar. Objek-objek yang memancarkan merah akan tampak hijau dan objek
yang memancarkan hijau akan tampak biru. Wama yang berlainan dengan
warna asli inilah yang menyebabkan film itu dinamakan wama semu (false
color). Walaupun film inframerah berwarna dikembangkan oleh militer, telah ,tl lt
digunakan secara luas pula di katangan sipil. Beberapa pengguniumnya dijelas-
Gambar 3.12 Peralatan untuk pemrosesan fiIm foto udara hitam putih (seizin
kan dalam Bab 20. Carl Zeiss, Oberkochen).

3.11 PENCETAKAN SECARA KONTAK


Cetakan setara kontak merupakan proses pembuatan foto positif secara
{

70 7t

langsung dari negatif. Permukaan emulsi sebuah negatif diletakkan dengan bagian negatif sehingga diperoleh hasil optimum bagi seluruh cetakan foto
kontak langsung terhadap emulsi di atas kertas cetrk bahan plastik, atau kaca sesuai dengan perbedaan dentisi. Pada alat pencetak secara kontak pada
lembaran yang belum terkena sinar. Dua bahan itu secara bersama-sama dile- Gambar 3.12, seberkas sinar diatur menjadi sebuah bentuk empat persegi
takkan pada pencetak secara kontak dengan emulsi positif diletakkan ke arah panjang dari garis-garis pada tahap penyinaran. Dodging dikerjakan secara
sumber cahaya. Gambar 3.13 menggambarkan sebuah kerangka pencetak manual dengan mematikan lampu pada berbagai posisi hingga tercapai penyi-
secara kontak. Instrumen ini dilengkapi dengan alat pengatur waktu yang 1t naran keseluruhan secara optimum.
secara otomatis dapat bekerja sesuai dengan waktu yang diinginkan. Dua Alat pencetak 'T-og Etronic" dapat melakukan dodging secara otomatis.
penahan penggulung yang terletak pada tiap sisi memungkinkan untuk meng- Dengan alat ini maka sebuah sumber sinar dari tabung sinar katoda melaku-
gerakkan film udara dengan mudah. Selaput karet pada penutup alat cetak diisi kan pemotretan dengan cara menyiam secara sistematis menyilang seluruh
dengan udara, sehingga apabila penutup itu ditutup dan dilakukan penyinaran, negatif. Sebuah tabung foto memantau sinar yang menembus negatif dan
semua bagian positif dan negatif ditekan hingga rapat betul pada bidang kaca. secara otomatis menambah atau mengurangi kecepatan penyiaman untuk
Alat pencetak secara kontak yang dapat bekerja secara otomatis dan terus- mempemleh penyinaran optimum sesuai dengan densiti negatif yang berbeda-
menerus memproses seluruh rol film udara negatif sekarang telah tersedia. Di beda. Gambar 3.14 menunjukkan Log Etronic Mark IV dodging pencetak
dalam pencetak secara kontak, positif yang diperoleh berukuran sama dengan serara kontak.
negatifnya.

Gambar 3.13 Kerangka alat cetak tunggal KG-30 (Seizin Carl Zeiss, Ober- r) It
kochen.

Penyinaran sama kuat bagi seluruh negatif selama pemotretan akan


membuahkan kurang sinar pada bagian negatif yang densitinya tinggi dan ke-
lebihan sinar pada bagian yang densitinya rendah. Hal ini dapat diatasi dengan
Gambar 3.14 Alat pencetak Log elektronic variable contact printer (Seizin Lag
proses yang disebut dodging, yang berupa penyesuaian jumlah sinar bagi tiap
Etronics, Inc.).
\
73
72

sistem hampa ini menahan positif tetap rata untuk menghindari terjadinya
3.12 PENCETAKAN DENGAN PROYEKSI
distorsi oleti lipatan. Kuda-kuda dan lensa beberapa alat pembesar (enlarger)
Jika dikehendaki positif yang skatanya diperbesar atau diperkecil dari dapat dimiringkan untuk menghilangkan distorsi oleh kemiringan foto. Foto
ukuran negatifaslinya, maka digunakan proses pencetakan dengan proyeksi. ceiakan yang dibuat dari foto udara yang mengalami kemiringan c tetapi telah
Geometri pencetakan dengan proyeksi disajikan pada Cambar 3.15. Di dalam dikoreksi kemiringannya, geometrinya dapat disamakan dengan foto vertikal.
proses ini, negatif diletakkan pada proyektor alat pencetak dan disinari dari a) Fotonya disebutpto yang telah mengalami rekffikasi (rectified photograph).
atas. Misalnya sinar yang membawa gambaran c dan d dari negatif, melalui Rektifikasi dibincangkan lebih jauh pada Sub-bab 11.14 hingga 11.20. Alat
lensa proyektor dan akhimya mencapai lokasi C dan D pada positif yang terle- pencetak dengan proyeksi yang mampu memperbesar dan merektifikasi
tak pada bidang di bawah proyektor. Emulsi positif yang telah tersinari ditunjukkan pada Gambar I1.19.
kemudian diproses dengan cara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya

3.13 PROSES HALFTONE


Sumber sinar
Apabila reproduksi tinta harus dibuat dari gambar asli yang untuk
Proyektor memperbanyak mengandung berbagai rona, misalnya foto udara, mosaik dan
Rol pengisi Tempat putaran sebagainya, maka perlu menggunakan proses 'halftone' . Kebutuhan untuk
film membuat'halftone' berpangkal dari kenyataan bahwa di dalam reproduksi,
baik tinta digunakan untuk mencetak ataupun tidak, tidak ada proses setengah
tinta (half-ink) yang dapat menghasilkan berbagai tingkat kehitaman (rona)'
Apabila tinta yang digunakan untuk mencetak, maka akan menghasilkan
warna hitam dan jika tidak untuk mencetak, akan dihasilkan warna putih jika
t# r'
di gunakan kertas putih.
t. Untuk mendapatkan tingkat kehitaman yang berbeda-beda, dibuat half-
tone dari foto aslinya dengan menggunakan suatu /ayar tembus cahaya ber-
1

sambung bersama alat pencetak dengan proyeksi. l,ayar tersebut merupakan


bahan tembus cahaya dengan garis-garis halus hitam yang telah digoreskan
padanya untuk memberikan pola berstigi empat. Di samping kepadatan spasi-
nya, layar itu akan tampak sepe(i pintu kaca. Layar tersebut diletakkan pada
kuda-kuda di atas emulsi film yang akan menjadi halftone. Layar itu memecah
sinar yang menuju emulsi film menjadi bujur-sangkar kecil-kecil sehingga
Kuda-hda Posilif -a gambar yang dihasilkan merupakan kombinasi himpunan titik-titik kecil
) hitam dan putih. Ukuran titik-titik hitam kecil pada bagian tertentu tergan-
tung pada intensitas cahaya yang menembus negatif. Intensitas cahaya yang
tinggi lebih mampu menembus bagian negatif yang cerah bila dibanding de-
ngan cahayaberintensitas rendah yang akan membuahkan titik-titik berukuran
Gembar 3.15 Geometri pembesaran dengan alat cetak proyeksi. lr lebih besar. Di dalam proses reproduksi, titik-titik itu akan mencetakkan tinta
1)
dan bagian antaranya tidak mencetakkan tinta. Karena itu bagian yang titik-
Jarak.A dan B pada Gambar 3.15 dapat dibuat berbeda sehingga positif
titiknya besar akan menghasilkan wujud mendekati hitam, sedangkan bagian
dapat dicetak pada berbagai skala dan formula lensa yaitu Formula 2.8 dapat
yang titik-titiknya sangat kecil akan tampak mendekati putih, titik-titik yang
terpenuhi. Perbandingan dalam pembesaran atau pengecilan terhadap ukuran
berukuran sedang akan menghasilkan wujud kelabu.
negatif ke positif sama dengan perbandingan B/A.
Titik-titik pada cetakan halftone pada umumnya kecil dan saling berde-
Kuda-kuda alat pencetak dengan proyeksi sering berlubang-lubang kecil
katan sehingga mala manusia tidak begitu jelas melihatnya dan wujud keselu-
dan banyak, yang dihubungkan dengan sistem hampa. Pada saat pemotretan,
il
:t4 75

Harman, W., Jr.: Recent Developments in Aerial F1lm, Photogrammetric


Engineering, vol. 27, no. l, hlm. 151, 1961.
James, T. H., dan G. C. Higgins: 'Fundamentals of Photographic Theory"' ed. ke-
..2,,Morgan and Morgan, Inc., New York, 1960-
Larmore, L.: "Introduction to Photographic Principles," ed. ke-2, Dover
It Publications, Inc., New York, 1965.
Malan, O. G.: Color Balance of Color-IR Frlm, Photogrammetric Engiieering,
vol. 40, no. 3, hlm.3ll, 1974.
Mees, C. E. K.: 'The Theory of the Photographic Process," rev. ed., The Macmil-
lan Company, New York, 1954'
Michener, B. C.: Drying of Processed Aerial Films' Photogrammetric Engi'
neering, vsl. 29, no. 2, hlm. 321, 1963.
RUJUKAN Norton, C. L., et al,: Optical and Modulation Transfer Function, Photogrammetric
Engineering and Remote Sensing, vol. 43, no' 5, hlm. 613, 1977.
Rosenbruck, K.: Considerations Regarding Image Geometry and Image Quality'
Photogrammetria, vol.33, no.5, hlm. 155, 1977.
Scarpace, F. L., dan G. Friedricks: A Method of Determining Spectral Analytical
Dye Densities, Phologrammetric Engineering and Remote Sensing, vol.
44, no. 10, hlm. 1293, 1978.
Schallock, G. W.: Metric Tests of Color Photography, Photogrammetric
Engineering, vol. 34, no. 10, hlm. 1063, 1968.
aj rr Sorem, A. L.: Principles of Color Photography, Photogrammetric Engineering,
vol.33, no.9, hlm. 1008, 1967.
Specht, M. R.: IR dan Pan Fllms, Photogrammetric Engineering, vol. 36, no. 4,
hlm. 360, 1970.
Stephens, P. R.: Comparison of Color, Color Infrared and Panchromatic Aerial
Photography, Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol.
42, no. 10, hlm. 1273,1975'
Tarkington, R. G.: Kodak Panchromatic Negative Films for Aerial Photography,
Photogrammetric Engineering, vol.25, no.5, hlm. 695, 1959.
dan A. L., Sorem: Color and False Color Films for Aerial Photography'
Photogrammetric Engineering, vol. 29, no. I' hlm. 88' 1963..
Welch. R.: Photogrammetric Image Evaluation Techniques, Photogrammetria,
vol. 31, no. 5, hlm. 16l, 1975.
Progress in the Specification and Analysis of Image Quality' Photo'
r) tt grammetric Engineering and Remote Sensing, vol' 43, no. 6, hlm. 709'
1977.
-:
warsfold, R. D.: More on color compensating Filters with Infrared Film,
Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol' 44, no. l, hlm'
i:;:rrrur'i:.i 97, 1978.
Color Compensating Filters with Infrared Frlm, Photogrammetric
ili{!rriJ3l| ili;itrtr'l Engineering,gnd Remote Sensing, rol. 42, no. I l, hlm. 1385' 1976

-:
il
76 7?

SOAL 3.22. Uraikan proses halftone, dan mengapa diperlukan proses tersebut?
3.23. Perhatikan Gambar 3.3 dengan menggunakan kaca pembesar, kemudian
3.1. Jelastan mengapa kamera lensa menggantikan kamera lubang uraikan jumlah baris per inci dari layar half. tone yang digunakan?
3.2. Definisikan istilah fotografi berikut: penyinaran, aperture, emulsi,
gambar laten, dan kabut.
3.3. . Sebuah kamera mempunyai jarak fokus 55,0 mm. Nilaiy'-stopnya diatur ,) fr
darif-1,4 sampaif-22. Berapa diameter maksimum dan diameter minimum
aperture?
3 .4 . Buatlah tabel diameter apertur lensa lawanfstop nominal yang diatur dari
/-l sampai/-30 untuk sebuah lensa dengan jarak fokus 80,0 mm.
3.5. Suatu penyinaran mencapai optimum pada kecepatan tutupan l/250 Aet*
dernf4. Jika diperlukan mengubah kecepatan tutupan menjadi l/t.OOO a"-
tik, apa yang harus dilakukan terhadap /-stop agar penyinaran tetap op-
timum.
3,5. Sama dengan Soal 3-5, jika diperlukan untuk penyinaran pada 17100
detik.
3.7 , Suatu penyinaran mencapai optimum pada kecepatan penutupan l75OO de-
tik padaf5,5. Untuk menaikkan jangkauan medan perlu penyinaran pada
f-22, Berapa kecepatan penutupan yang diperlukan untuk
mempertahankan penyinaran optimum?
3. E. Sebuah kamera mempunyii jarak fokus 64,0 mm. Berapa jarak gambar l) .\
yang diperlukan agar fokus sempurna jika jarak ke benda adalah 5 kaki?
l0 kaki? 20 kaki?
3.9. Seperti Soal 3.8, dengan jarak fokus kamera 28,0 mm?
3. 1 0. Apa hubungan antara kecepatan film dan ukuran butir emulsi?
3. I I . Apa hubungan antara resolusi dan ukuran butir emulsi?
3. .12 Apa sifat-sifat kurve I/ dan D, atau kurve D log E?
3.
3. I Diskusikan prosedur ruang gelap untuk pemrosesan emulsi hitam-putih?
3.14. Uraikan spektrum elektromagnetik dalam besaran panjang gelombang
berbagai jenis tenaga.
3.15. Berapa panjang gelombang tenaga yang membentuk warna-warna primer?
3. I 5 . Apa warna-warna komplementer untuk kuning, magenta, dan cyan?
3.17 . Jelaskan kapan dan mengaps "sinar aman" dapat digunakan di dalam ruang
gelap.
3.1t. Uraikan sifat-silat film warna inframerah. ;
3.I 9. Jelaskan mengapa filter penahan kabut digunakan pada kamera udara? t li ,,
3.2O. Misalkan pada Gambar 3.15 jarak negatif cd terukur 4,28 inci dan jarak
positif CD terukur 12,05 inci. Berapa faktor pembesaran untk pencetakan i
ini?
3.2i. Misalkan pada Gambar 3.15 jarak ,4 adalah 213 mm, dan jika positifnya
padi fokus sempurna, B sama dengan 382 mm. Berapa jarak fokus lensa
pembesarari? Berapa faktor pembesaran untuk pencetakan positif ini?

i
79

bergerak cepat, maka waktu pemotretan dan pemotretan ularigiftnlls singkat,


BAB
lensa bekerja cepat, dan penutup bekerja secara efisien. Kamera hams mampu
4 memenuhi fungsi tersebut di dalam kondisi cuaca ekstrim maupun dalam
keadaan pesawat yang bergetar.
Kamera udara pada umumnya dilengkapi dengan film gulungan dan
KAMERA DIRGANTARA ,) magasen berkapasitas 200 kaki hingga 400 kaki atau lebih. -Kamera telah
dikembangkan untuk secara otomatis memotret gambar paddThia lembaran.
Meskipun cara ini membuahkan ketelitian paling tinggi, tetapi tidak diguna-
kan secara luas karena pelaksanaan pemotretannya kurang menyenangkan dan
harganya lebih mahal.
Kamera misi penerbangan untuk pemotretan cukup mahal dan karena
kondisi cuaca serta kondisi lain sering menghalangi pemotretan dari udara
untuk periode waktu cukup panjang, maka di dalam pembuatan kamera udara
4.I PENGANTAR sangat penting untuk memperhatikan serta menjamin kualitas dan reabilitas
pada tiap misi pemotretan' .rr:t{rnri!i,,r:i1 i.).
Di dalam fotogrametri terdapat sedemikian banyak instrumen penting
sehingga tidak mudah untuk menyatakan mana yang paling penting. Aka;
tetapi kamera merupakan salah satu instrumen terpenring tareni kame-ra digu- 4.2 JENIS KAMERA UDARA
nakan untuk membuat foto yang merupakan alat utama ai aaa. fotogrametri.
Untuk memahami ilmu fotogrametri, terutama geometri foto harui dikuasi Ada empat jenis kamera udara, yaitu (l) kamerq:lkeiriaii:kiibertensa
pengerlian dasar tentang kamera dan cara kerjanya. I tt tunggal, (2) kamera kerangka multilensa, (3) komera fl,ffp,,$an,(*).1kamera
panoramik, Pemeriannya disajikan berikut: irr! itl:trili,r iil, , :, i: ;)
-. - _ Keberhasilan yang menonjol di dalam fotogrametri pada akhir-akhir ini
di dalam banyak hal disebabkan oleh perkembangan ketelitian kamera. per- :d;ir:l .,r,ici;
kembangan kamera yang paling penting agaknya berupa penyempurnaan dapat
4.2.1 Kamera Kerangka Berlensa Tunggal .;,',, , i_
Hal-ini sangat meningta*an tietetitian roiog'rameteri. Di samping
$alaitan.
ifu juga Kamera kerangka berlensa tunggal merupata6 t'*.rl'yun g lbkarang
terjadi banyak perbaikan penting pada konsuukii dan cara kerja kame-
ra secara umum. paling banyak digunakan. Kamera ini hampir selalu digun'akan untuk maksud
Dua klasifikasi foto secara mendasar telah diutarakan pada Bab l, yaitu perpetaan karena hasilnya berupa gambaran geometri yang kualitasnya paling
foto terestrial
dan foto udara,dan diperikan dengan masing-masing contoh. tinggi. Pada sebuah kamera kerangka berlensa tufiggall,lh3ad'lpdsrihg tetap
-secara
seirama dengan kategori lotograli ini, gans-besar mata rameri dibeda- terhadap bidang fokal. Pada waktu pemotretan rff&ltd,bBdsahyutfi'tndipasair!
kan atas kamera terestrial dan kamera udara. Meskipun pada akhir-akhir ini pada kedudukan yahg tetap, meskipun film itu Ofgeref<lta+t,srirjd,stdild,irr**t*
penggunaan dan kegunaan foto terestrial meningkat, penggunaan foto udara mengimbangi gerak relatif benda yang dipotrt.Sbt{rrutlrke'?.iridHa'Uipotfdt
masih mendominasi industri fotogrametri. oleh karena itulah maka kamera SeCaraberSamaandenganjalanmembukapenutirp.i !,r;i1 ..,:rrir ltlil;':iri i:l',.8
udara dibincangkan secara tersendiri pada bab ini, sedang berbagai aspek foto- Kam era f eran g ti
berlensa tu n g g al s.edrr[ di,k'l{b i rilcflilktifi in{bri Bln t
grametri udara dibincangkan pada beberapa bab berikutnya. Kameraierestrial sudut pandangnya (angulw tield of view)-. Sepefu,tercurtlirl,p&a$6&rrrdarE.tf
I )$. rr
dibincangkan pada Bab 18. 1 sudut pandang ialah sudut G yang pada tilik;m'daFbdl.il{fingp5eu,ua} ,leif$A
Persyaratan kamera udara sangat berbeda dari kamera amatir biasa t,,a
kamera dibatasi oleh diagonal format gambdfitlaitu'6*&-*U$t$j{rktiraii'fbirnat
seperti. disajikan pada Gambar 3.3. Persyaratan utama kamera fotogrametri kamera udara untuk pemetaan yang paling i$fi11filtr&vlsShtri9,iiitdl ffi&urE3
udara ialah sebuah lensa yang kualitas geometrinya tinggi. Kameia udara senrimeter persegi. Krasirikasi roto uoara y;oay,tf,Hqiil.*X*F,I:
harus dapat digunakan untuk pemotretan sejumlah besar foio dengan pergan- iilfli
tian secara cepat dan tepat. Karena fungsi ini harus dipenuhi dari pesawit yang a). Sudutnormal (hingga 75o)rr:ir:el ii;t[i i,t I.l' ,rilrri' ':1 i'ti;r'j
D). Sud.it lebar (75'-1CI) :!,ilii.iii,,t r:li.
j "ril:r::rirri?r,r :niifu{ti,'1 illiir,l

lt
;
.i
{
c
:]1

80 81

c). Sudut sangat lebar (melebihi 100') kamera dengan panjang fokus lebih kecil membuahkan liputan medan lebih
besar bagi tinggi teruang yang sama, bila dibanding dengan liputan medan
kamera yang p"nj-g fokusnya besar. Kamera dengan paniang fokus kecil dan
dengan iormatt&it-telah digunakan secara umum dalam program antariksa, di
rnana dimensi fisis kamera agak terbatas oleh nrang yang tersedia pada satelit.
,) Kamera udara untuk pemetaan merk RMK 15/23 disajikan pada Gam-
bar 4.1. Gambar 4.2 menyajikan kamera udara untuk pemetaan merk Fairchild
KC-GA, dan Gambar 4.3 menyajikan kamera. Wild RC-10. Tiga kamera ini,
bersama dengan sejumlah kecil kamera lainnya, sekarang digunakan dalam
pembuatan sejumlah besar foto udzira untuk maksud pemetaan. Tig.a-\amera
ini memiliki iensa tunggal dengan presisi tinggi dan format 9 inci (23 cm)
se(a kapasitas film sekitar 400 kaki (120 m). Kamera KC-GA dan RMK
1523 keduanya memiliki lensa dengan panjang fokus nominal 89 mm, 152
mm,210 mm, dan 305 mm.

Gambar 4.1 Sudut pandang sebuah kamera.

Sudut pandang kamera dapat diperhitungkan berdasarkan formula berikut:

a=ztal| q9 (4-r)
Untuk sebuah kamera dengan panjang fokus nominal sebesar 6 inci
, ,,
(152 mm) dengan format gambar 23 cm x 23 cm maka besarnya sudut pan-
dang ialah:

d= z tan-tlry)=
2(6)
e3" (sudut lebar) (4-2)
[ )
Kamera kerangka berlensa tunggal dibuat dengan berbagai panjang
fokus, dan pemilihannya sangat bergantung pada tujuan pemotretannya. Yang
paling banyak digunakan sekarang untuk maksud pemetaan ialah panjang fo-
kus 6 inci (152 mm) dan 9 inci (23 mm), meskipsn yang 3,5 inci (89 mm), Gambar 4.2 Kamera udara untuk Pemetaan, merk KG-GA. (Seizin Fairchild
8,25 inci (210 mm), dan 12 inci (305 mm) dengan format 23 cm x 23 cm Space and Defense SYstems).
juga digunakan. Format dengan panjang fokus sebesar 6 inci dan 9 inci
membuahkan kombinasi terbaik bagi keunggulan geometri dan skala foto Gambar 4.4 menyajikan kamera kerangka berlensa tunggal dan bgry:
untuk maksud pemetaan. Panjang fokus yang lebih besar misalnya 12 inci, {t /(, kuran besar (large format) merk ITBK I-FC. Panjang fokusnya sebesar 305
terutama digunakan dalam pemotrelan untuk membuat mosaik, maksud tin- mm. Formatnyig inci x 18 inci (23 cm x 46 cm) dan kapasitas filmnya
jau, dan penafsiran. Kamera ini memungkinkan perolehan foto berskala besar 4.000 kaki (o2n m). Kamera ini dirancang untuk program antariksa dan
meskipun dengan terbang lebih tigggi, dan mengurangi pergeseran letak gam- akan dioperasikan dengan menggunaftan pesawat utang-alik atau wahana lain,
baran oleh pe6edaan relief (lihat Bagian 6.8). meskipun kamera ini juga dapat digunakan dengan pesawat udara biasa. Di
Dari Formula 4.1 terlihat bahwa untuk suatu ukuran format tertentu, samping untuk maksud pemetaan, kegunaan utama kamera LFC ialah untuk
sudut pandang membesar bila panjang fokus mengecil. Oleh karena itu maka
I I

82 83

,)

Gambar 4.5 Kamera hassel blad MK-70. (Seizin Paillard' Inc')

memanlau lingkungan dan untuk eksplorasi gelogis.


Kamera Hasselblad yang disajikan pada Gambar 4'5 merupakan kamera
kerangka berlensa tunggal yang formatnya kecil dan telah digunakan secara
luas untuk pemotretan dari antariksa. Kamera ini menggunakan film 70 mm
lt dan panjang fokus lensanya beraneka. Sebagai salah satu contoh foto antarik-
Gsmbar 4.3 Kamera udara Pemetaan. merk RC-10'(Seizin lVild Heerbrugg sa yang dibuat dengan sebuah kamera Hasselblad disajikan pada Gambar 1.9.
Instruments, Inc.)

4.2.2. Kamera Kerangka Multilensa


Karakteristik dasar kamera kerangka multilensa sama dengan kamera
kerangka berlensa tunggal. Bedanya terletak pada lensa yang berjumlah dua
buah atau lebih yang membuahkan dua potret atau lebih. Gambar 4.6. menya-
jikan kamera multilensa berlensa enam. Jenis kamera ini semakin populer dan
sekarang digunakan untuk pantauan lingkungan, pemetaan surnber daya alam
dan sumber daya kultural, dan sebagainya. Semua kamera memotret daerah
yang sama secara bersamaan, akan tetapi kamera yang berbeda berisi emulsi
film yang kepekaannya tertentu bagi daerah spektrum elektromagnetik yang
berbeda. Oleh karena itu kamera ini juga disebut kamera multispektral. Per-
bedaan foto yang dihasilkan merupakan kunci penting yang berguna di dalam
() identifikasi dan penafsiran objek yang terpotret.
Pada tahun-tahun yang lampau, kamera multilensa digunakan untuk
memperoleh luas liputan yang lebih besar daripada luas liputan yang dapat
diperoleh dengan kamera berlensa tunggal. kamera Survei Geodetik Nasional
yang disebut kamera berlensa sembilan (nine lens camera) misalnya, mem-
buahkan satu foto vertikal di bagian tengah yang dikelilingi oleh delapan foto

Gambar 4.4 Kamera kerangka berlensa hrnggal format besar, LFG (Seizin ITEK
Optical System).
84 85

4.2.4. Kamera Panoramik

Kamera panoramik memotret sejalur medan yang dibatasi oleh dua


cakrawala dengan jalur menyilang arah terbang. Tentang foto panoramik akan
dipaparkan lebih lanjut pada Bagian 17.12 hingga 17 .17 .
1t

4.3. KAMERA KONVERGEN


Sebuah kamera konvergen seperti yang disajikan pada Gambar 4.7.
merupakan suatu gabungan khusus dua kamera kerangka berlensa tunggal
yang dipasang dan dioperasikan secara bersamaan. Sebuah kamera diarahkan
ke depan searahjalur terbang dan kamera lainnya diarahkan ke belakang. Ha-
silnya berupa dua foto agak condong yang diponet dari titik pemotretan yang
sama. Foto konvergen menyajikan ketelitian fotogrametri yang termasuk

Gambar 4.6 Kamera multilensa merk MpC. (Seizin ITEK Optical System).
Ir
dengan sebuah sistem tiga kamera. Dua kamera membuahkan foto sangat
condong di bagian tepi, sedang kamera yang ketiga secara bersarnaan membu-
at.foto.vel+ql di bagian tengah. Tiga kamera itu meliput sebuah daerah yang
dibatasi oleh dua cakrawala dengan arah menyilang jalur terbang.
. Komera konvergen dapat pula diklasifikasikan sebagaikamera multi-
lensa karena kamera itu memotret secara bersamaan dan ienghasilkan dua
foto. Kamera ini dibincangkan pada Butir 4.3.

4.2.3. Kamera Strip


. Kamera strip membuahkan sebuah foto panjang yang meliput daerah
sempit memanjang di bawah pesawat terbang. Fernoi.etinnya dilakukan
dengan menggerakkan film di atas celah sempit pada bidang fokal kamera,
dglq- kecepatan gerak film sesuai dengan kecepitan gerak rllatif gambaran
objek pada bidang fokal. Berkas cahayadari suatu tititfu medan yai'g *ema- {) tt
suki lensa kamera difokuskan pada satu titik pada film selama periotretan.
Kamera strip umumnya berlensa satu, tetapi dapat pula berlensa dua misalnya
saja satu kamera diarahkan dengan sudut 20o ke arah depan dan kamera lainnya
mengarah 20o ke belakang. Susunan kamera semacam ini membuahkan foto Gambar 4.7 Kamera konvergen merk zeiss 2-RMK 21118 (Seizin Carl Zeiss,
s_te-reo. Meskipun tidak digunakan secara luas, pemotretan strip bermanfaat Oberkochen).
dalam studi jalur untuk jalan raya, jalan kereta api, pipa, dan sebigainya. \
El

86 87

Pada tubuh kamera juga


tinggi yang memungkinkan pengaturan nilu rasio basis+inggi terbang alau .terdffi pada umumnya berasal dari motol eletrik'
penggerak
elekrik'
'base height ratio" (lihat Butir 7.8) yang besar, suatu kondisi geometri yang p{;gan ur,tuk membawa kamera dan hubungan
menguntungkan dalam pemotretan untuk maksud pemetaan. Pemotretan kon-
vergen memungkinkan perolehan tampalan samping hingga 100 persen, suatu
faktor yang dapat mengurangi jumlah titik kontrol medan yang diperlukan
4.4.3 KelomPok Kerucut Lensa
untuk proyek pemetaan. lt Kelompok kerucut lensa berisikan sejumlah bagian dan m.e]ay_ani bebe-
funssi. Pada kelompok kerucut lensa terdapat:
(l) lensa, (2) ftlter, dan
'O\iitire^a
raoa
(lihat Gambar 4.8). Pada sebagian besar kamera pemetaan ke-
4.4 BAGIAN UTAMA KAMERA KERANGKA DIRGANTARA
Meskipun konstruksi kamera kerangka udara agak berbeda-beda, kons- tr
truksi itu dapat dipandang serupa sehingga dapat disusun pemerian umum 0)
o
(!
yang mencirikannya. Seperti tercermin pada Gambar 4.8, kamera kerangka o0
Gt
udara terdiri dari tiga komponen dasar atau kelompok yang berupa: (l) a
mogasen, (2) tubuh kamera, dan (3) kelompok kerucut lensa. Perata film \<Z2Film
4.4.1. Magasen Kamera
Pada magasen kamera terdapat penggulung untuk tempat fim kosong
maupun film yang telah dipotrtkan. Di samping itu juga terdapat mekanisme
penggerak rtaju film dan perata film. Bagi kamera udara, perata film teramat optis-"1 ionl*g c
,) )\jumbu
penting karena kalau film tidak rata pada saat pemotretan posisi gambar pada ts
o
foto tidak akan benar. Perataan film dapat dilakukan dengan satu di antara a
o
empat c:ra, yaitu dengan: (l) merentang film pada saat pemotretan, (2) mene-
kan film dengan kuat terhadap sebuah kaca bidang fokal yang terletak di depan o
'!a
film, (3) menggunakan tekanan udara atas kerucut kamera yang tekanan J(
udaranya besar sehingga menekan film pada sebuah pelat datar yang terletak di &
belakang bidang fokal, atau (4) menarik film kuat-kuat pada sebuah pelat Lehsa o
q)
vakum yang permukaannya terletrk pada bidang fokal. Sistem vakum temyata Diirficgma, V
paling memuaskan dan merupakan metode yang paling banyak digunakan Titik,nodal
untuk meratakan film pada kamera udara. Kaca bidang fokal sebaiknya tidak i t iir'lir ..

dipasang di depan film karena posisi gambar dapat mengalami distorsi sehu-
bungan dengan pembiasan berkas cahaya yang melalui kaca itu (lihat Bagian i'P'T81?3::
2.2). Akan tetapi distorsi ini dapat ditentukan melalui kalibrasi dan efeknya
dapat dihapus di dalam operasi fotogrametrik brikutnya.
lt tt
4.4.2. Tubuh Kamera
Tubuh kamera ialah sebuah kotak untuk menempatkan mekanisme
pe4ggerqk.r mel<anisme penggerak mengoperasikan kamera melalui sebuah
siklus yang terdiri dari: (l) menggerakkan film maju, (2) meratakan film, (3)
membuka penutup, dan (4) menutup penutup. Tenaga untuk mekanisme
88 89

dalam, tubuh kamera dan kerucut lensa luar secara bersama memegang lensa penutup berkisar dari sekirar 38 mm padaf.4 hingga sekitar 7 mm padaf .22.
sesuai dengan bidang fokal. Kemcut dalam sebuah kamera udara disajikan pada Pada umumnya diafgrama terletak pada ruang udara antara unsur lensa kamera
Gambar 4.9. udara dan terdiri dari serangkaian daun yang dapat diputar untuk mengubah
ukuran lubangnya.

Tanda fidusiel( lt (r
iiierangkc 4.5 BIDANG FOKAL DAN TANDA FIDUSIAL
bidang
IoFt Bidangfokal kamera udara ialah suatu bidang di mana seluruh berkas
sinar datang difokuskan. Di dalam pemotretan dari udara, jarak objek relatif
besar bila dibanding dengan jarak gambar. Oleh karena itu maka fokusnya
ditetapkan untuk jarak objek tak terhingga. HaI ini dilakukan dengan meletak-
kan bidang fokal setepat mungkin pada jarak sebesar panjang fokus di bela-
kang titik nodal belakang lensa kamera. Bidang fokal ditetapkan berdasarkan
permukaan atas kerangka bidang fokal. Bidang ini merupakan bidang tempat
emulsi film berada pada saat pemotretan. Kerangka bidang fokal kerucut lensa
disajikan cukup jelas pada Gambar 4.9.
Kelompok Tanda fidusial kamera pada umumnya berjumlah empat atau delapan
Penutup buah, dan letaknya pada bagian tengah pinggiran pembukaan bidang fokal,
pada sudut-sudutnya, atau pada dua tempat itu. Tanda ini digambarkan pada
,t negatif pada saat pencetakan gambar. Foto udara pada Gambar 1.5 berisikan
Gambar 4.9 Kerucut bagian dalam kamera dirgantara (Seizin Fairchild Space dan a)
Defense Systems).
tanda tepi empat sisi, foto pada Gambar 1.4 dan 1.8 mempunyai tanda fidu-
sial pada empat sudut dan empat sisi.
Tanda fidusial mempunyai beberapa fungsi. Garis-garis yang menghu-
Lensa kamera merupakan bagian kamera udara yang paling penting
(dan paling mahal). Lensa mengumpulkan berkas cahaya dari ruang objek dan bungkan dua tanda fidusial yang berhadapan saling berpotongan pada sebuah
memfokuskannya pada bidang fokal di belakang lensa. Lensa yang digunakan titik yang disebut pasat kolimasi (point of collimation). Kamera udara dibuat
dalam kamera udara berupa lensa yang terdiri dari beberapa unsur dan menga- sedemikian cermat sehingga pusat kolimasi terletak sangat dekat dengan titik
lami koreksi sangat cerrnat. Lensa yang disajikan pada Gambar 2.19 mi- utama (principal point). Titik utama ialah titik pada bidang fokal di mana
salnya, berupa lensa Super Aviogon dengan panjang fokus 3,5 inci (89 mm) sebuah garis dari titik nodal belakang lensa kamera dan tegak lurus terhadap
yang digunakan pada kerucut lensa bersudut-sangat-lebar (super-wide-angle) bidang fokal, memotong bidang fokal. Seperti yang akan disajikan pada Bab
kamera udara untuk pemetaan, merk Wild RC-9 dan RC-10.
lima, titik utama merupakan titik rujukan paling penting di dalam pekerjaan
Filler digunakan untuk tiga tujuan, yaitu: (l) mengurangi efek kabut fotogrametri. Di samping letak yang sangat berdekatan terhadap titik utama,
garis yang menghubungkan tanda fidusial yang berhadapan juga merupakan
atmosferik, (2) membantu meralakan disnibusi sinar pada seluruh format, dan
(3) melindungi lensa terhadap kerusakan dan debu. sebuah sistem koordinat berbentuk empat segi panjang untuk mengukur
Penutup dan diafragnw secara bersama-sama mengatur lamanya waktu posisi gambar pada foto (diperikan pada Butir 5.2). Di samping manfaat ini,
bagi sinar yang dikehendaki masuk melalui lensa untuk maksud pemotretan. t\ tanda fidusial juga penting untuk melakukan koreksi bagi deformasi foto
Penutup mengatur lamanya waktu di mana sinar diperbolehkan masuk mela- sehubungan dengan pengkerutan atau pengembangan bahan fotografik (lihat
lui lensa. Tentang penutup dibincangkan lebihjauh pada Bagian 4.6. Seperti Butir 5.10 dan 5.11).
yang dibincangkan pada Butir 3.4, diafragma mengaturfstop kamera dengan
mengubah ukuran lubang untuk mengatur jumlah sinar yang melalui lensa. 4.6 PENUTUP
F-stop kamera udara berkisar dart f.4 hinggaf.Z2. Dengan demikian maka
bagi lensa dengan panjang fokus nominal 6 inci (152 mm), diameter lubang Karena pesawat terbang yang membawa kamera bergerak sangat cepat,
90 91

gambar akan bergerak pada bidang fokus selama pemotretan. Bila waktu pe- kecepatan dan umur penutup.
motretan lama atau ketinggian terbang rendah, akan dihasilkan foto yang Penutup jenis lembaran terdiri dari empat keping, dua untuk membuka
gambarnya kabur. Oleh karena itu penutup harus dibuka pada saat yang sangat dan dua untuk menutup. Cara kerjanya seperti guillotine. Bila penutup dibu-
pendek pada saat pemotretan. Waktu pemotretan yang singkat juga mengu- ka, dua keping tipis pembuka bergerak melintas diafragma untuk membuka
rangi efek merugikan oleh getaran pesawat terbang atas kualitas foto. penutup. Bila untuk pemotretan berakhir, dua keping penutup menutupnya.
Kecepatan penutup pada kamera udara berkisar dari 0,01 hingga 0,001 detik. r) Penutup jenis cakram berputar terdiri dari serangkaian cakram berputar
Penutup dirancang untuk bekerja secara efisien sehingga dapat membuka yang berkesinambungan. Tiap cakram mempunyai bagian jaket (curaway).
secara cepat, tetap membuka sesuai dengan waktu yang dikehendaki, dan me- Bila jaket terbuka, berarti kamera memotret. Kecepatan rotasi cakram dapat
nutup secara cepat pula sehinga memungkinkan sinar seragam bagi semua berbeda-beda sehingga waktu pemotretan yang dikehendaki dapat diatur. Pe-
bagian pada bidang fokal. nutup jenis ini sangat efisien karena tidak memerlukan bagian pemula atau
Ada sejumlah jenis penutup kamera yang berbeda-beda. Kamera udara penyetop, seperti pada jenis penutup lainnya.
pada umumnya menggunakan penutup yang dikategorikan terletak antora Penutup bidang fokal dinamakan demikian karena letaknya di depan
lensa-lensa ata:u penutup bidang fokaL Penutup yang terletak antara lensa bidang fokal. Jenis penutup bidang, fokal yang paling umum yaittjenis tabir
paling banyak digunakan pada kamera udara. Penutup ini diletakkan pada ru- atau tirai (curtain type), terdiri dari sebuah tabir dengan sebuah celah. Lebar
ang udara anlara unsur-unsur lensa kamera, seperti yang disajikan pada Gam- tabir sama dengan dengan lebar bidang fokal. Bila penutup dibuka, celah itu
bar 4.8. Jenis penutup antara lensa yang paling lazim ialah jenis daun (leaf bergerak melintas bidang fokal. Waktu pemotretan diatur dengan mengubah
lype), jenis lembaran (blade type), dan jenis cakram berputar (rotating disk kecepatan gerak tabir atau dengan mengubah lebar celah. Penutup ini membu-
type). Sebuah diagram bagan jenis daun disajikan pada Gambar 4.10. Penu- ka daerah bidang fokal dengan luas yang berbeda-beda pada saat yang sedikit
tup itu biasanya terdiri dari lima daun atau lebih yang dipasang pada sumbu di berbeda. Perbedaan ini menyebakan kesalahan posisi relatif gambar pada foto
sekitar pinggiran diafragrha. Bila penutup dibuka, daun-daun itu berputar di yang dihasilkan. Oleh karena itu penutup jenis ihi tidak sesuai bagi kamera
sekitar sumbu ke arah posisi terbuka, seperti tercermin pada Gambar 4.10b, a) untuk pemetaan, melainkan digunakan untuk kamera tinjau.
tetap teftuka sesuai dengan waktu yang dikehendaki, dan kemudian menggeser Jenis penutup bidang fokal lainnya ialah penutup kisi-kisi (louver).
kembali ke posisi tertutup seperti pada Gambar 4.10a. Ada beberapa penutup Penutup ini terdiri dari sejumlah kisi-kisi yang bekerja secara bersamaan
kamera yang menggunakan dua rangkaian daun, satu untuk membuka dan dengan cara serupa cara kerja kerai. Penutup jenis ini tidak seefisien jenis
yang lain untuk menutup. Cara ini menambah efisiensi kerja penutup, lain, dan bayangan yang dibentuk oleh kisi-kisi yang terbuka menyebabkan
penyinaran tak seragam pada bidang fokal.
Kamera telah disempurnakan untuk kompensasi gerak gambar yang
Titik sumbu Pembukaan diafragma terjadi selama pemotretan. Kompensasi gerak gombar (lmage motion compen-
sation, IMC) pada umumnya dilakukan dengan sedikit menggerakkan film
melintas bidang fokal selama pemotretan, dengan arah dan kecepatan sesuai
dengan gerakan gambar.

4.7 PENYANGGA KAMERA


.) la
Penyangga kamera merupakan mekanisme yang digunakan untuk
mengikatkan kamera pada pesawat terbang. Penyangga kamera dilengkapi de-
ngan alat peredam getar untuk mencegah getaran pesawat terbang terbawa ke
kamera. Penyangga pada umumnya dirancang sedemikian sehingga kamera
dapat diputar sesuai dengan arah asimut untuk mengoreksi terjadinya 'crab'.
Gambar 4.10 Diagram skematik penutup jenis daun, (a) penutup tertutup, (b) Crab merupakan perubahan orientasi kamera pada pesawat terbang sehubung-
penutup terbuka. an dengan arah lerak pesawat yang sebenarnya. Hal ini pada umumnya
93
92
4.t PENGATUR KAMERA
disebabkan oleh tiupan angin ke arah samping yang menyebabkan arah gerak
pesawat terbang menyimpang dari arah sebenarnya, seperti tercermin pada Peniatur kamera ialah alat yang diperlukan untuk mengoperasikan
Gambar 4.1la. Crab dapat merupakan penyimpangan yang besar. Besarnya kamera dan berbagai rangkaian atau kedudukan kamera yang berbeda-beda
sehubungan dengan kondisi pada $mt pemotretan. 'lntervalometer' ialah suatu
a) alat yang secara otomatis menggerakkan penutup dan mengatur siklus kamera
sesuai dengan waltu yang dikehendaki. Intervalometerjenis lama dapat disetel
secara otomatik untuk memotret dengan interval waktu tertentu. Interval wak-
tu dapat diperhitungkan berdasarkan atas panjang fokus kamera dan ukuran
formatnya, trmpalan samping yang diinginkan, tinggi terbang, dan kecepatan
terbang. Keterbatasan intervalometer jenis ini ialah bahwa dengan interval
Kamera waktu tertentu maka akan terjadi perbedaan tampalan samping sehubungan
Tanpa korekasi dengan perbedaan tinggi medan, tinggi terbang, dan kecepatan pesawat ter-
bang.
Jenis intervalometer yang baru seperti tercermin pada Gambar 4.12
dapat digunakan untuk memotret dengan persentase tampalan samping sesuai
dengan kehendak meskipun ada perbedaan medan, tinggi terbang, dan kecepat-

\\t\\\ t)
an pesawat terbang. Hal ini dapat dilakukan dengan sebuah rantai pemutar
yang terdapat pada penemu pandangan (view finder). Penemu pandangan me-
mungkinkan operator secara terus-menerus mengamati medan di bawah pesa-
wat terbang untuk mengetahui liputan medan tiap foto. Rantai itu bergerak
di dalam penemu pandangan searah dengan gambar yang bergerak. Operator

)
I 3
t
I
I
I
I

Gambar 4.ll (a) Kamera yang memotret dari udara dengan mengalami crab, (D)
Tampalan foto udara yang mengalami crab, (c) Tampalan foio udara tanpa crab.

crab sangat bergantung pada arah dan kecepatan angin. Akibatnya akan
mengurangi luas tampalan foto stereoskopik, seperti tercermin pada Gambar ,,)
4.llb. Gambar 4.1lc mengisyaratkan liputan tampalan di medan apabila
kedudukan kamera diputar pada penyangganya agar arah tepi format folo tetap
sejajar terhadap arah sebenarnya. Kamera udara pada umumnya dilengkapi
dengan 'level vial' untuk menjaga agar kamera terorientasikan secara tepat
bagi foto vertikal. Gambar 4.12 Intervalometer IRU. (Seizin Carl Zeiss, Oberkochen).
\
94 95

dapat mengubah kecepatan gerak rantai dengan menggunakan suatu alat peng- lapangan, dan (3) metde ' stellor' . Di antara ketiganya ini maka metode labo-
atur tenaga listrik (rheostat), sehingga kecepatan gerak rantai sama besar de- ratoium ternyata paling banyak digunakan dan pada umumnya dilakukan oleh
ngan kecepatan gerak gambar. Tampalan samping yang dikehendaki disetel pembuat kamera maupun oleh Badan-Badan Pemerintah Federal. Pada satu di
pada pelat nomer intervalometer. Bila rantai telah menggerakkan angka yang antara metode laboratorium yang menggunakan svatu' maltic ollinutor', dan
sesuai terhadap tampalan samping yang dikehendaki, intervalometer secara di lapangan serta cara kerja stellar, pendekatan yang umum terdiri dari pemo'
otomatis mengaktifkan siklus kamera. Operator dapat pula mengaktitkan l) Ir tretan serangkaian sasaran yang posisi relatifnya diketahui dengan tepat.
secara manual siklus kamera sesuai dengan waktu yang diinginkan. Ia juga Unsur orientasi bagian dalam kemudian ditentukan dengan melakukan peng'
dapat melakukan koreksi crab dengan jalan memutar penemu pandangan ukuran teliti atas sasaran dan dengan membanding terhadap lokasi gambar se-
sedemikian sehingga gambar yang bergerak searah dengan tepi format foto. benarnya apabila kamera benar-benar membuahkan pandangan perspektif
Kemudian kamera dipuur dengan angka putaran sedemikian sehingga crab ter- sempurna. Pada metode laboratorium lain yang menggunakan sebuah gonio-
hapus. meter, drlak*anpengukruan langsung atas titik-titik pada bidang fokal yang
Alat pengatur kamera udara lainnya berupa mekanisme pengatur pemo- dilakukan pengukuran langsung atas titik+itik pada bidang fokal yang loka-
tretan (exrySure control mechanism). Alat ini terdiri dari sebuah 'exposure sinya ditentukan berdasarkan grid dan diproyeksikan melalui lensa kamera.
meter' yang mengukur kecerahan medan dan menghubungkannya terhadap Kemudian dilakukan pembandingan tedradap proyeksi yang bnar.
kombinasi optimum antara pembukaan diafragma dan kecepatan penutup. Unsur orientasi bagian dalam yang dapat ditentukan melalui katibrasi
Unit pengatur pemotretan yang tersedia dapat bekerja secara otomatis serta kamera ialah:
secara terus-menerus mengubah penyetelan kamera untuk memperoleh hasil l. Panjang fokus ekivalen. Panjang fokus yang efektif di dekat pusat lensa
pemotretan optimum. kamera-
2. P anj an g fokus te rkalibrasi (sering disebut konstantr kamera). Panjang fo
kus yang menghasilkan distribusi distorsi radial lensa rata'rata sec:lra
4.9 PEREKAMAN DATA SECARA OTOMATIS t) menyeluruh.
3. Distorsi radial lensa rata-rata. Distorsi posisi gambar di sepanjang garis
Kamera udara untuk pemetaan yang paling modent dilengkapi dengan radial dari titik utama
sistem perekaman data yang secara otomatis menghasilkan data penting pada 4. Distprsi tangensial lensa. Distorsi posisi gambar dengan arah tegak lunts
foto. Data tersebut biasanya berupa tanggal, tinggi terbang, panjang fokus terlradap garis radial dari titik utama (pada umumnya sangat kecil dan dapat
kamera terkalibrasi, nomer foto, identifikasi pekerjaan, dan sebagainya. Infor- diterima pada kebanyakan pekerjaan teliti, biasanya kesalahan ini dapat
masi ini dimasukkan pada blok data yang dipotretkan pada film pada saat diabaikan).
pemotretan. Gambar hasil sistem perekaman data secara otomatis disajikan di 5. Lokasi titik utara. Koordinat titik utama yang dinyatakan terhadap r dan
sepanjang tepi atas foto udara pada Gambar 1.5. Perekaman data secara otoma- y sumbu fidusial (meskipun pembuat kamera bermaksud menempatkan
tis bersifat menghemat waktu dan menghindari kesalahan-kesalahan pada saat tanda fidusial sedemikian sehingga pasangan yang berhadapan berpotongan
penggunium foto udara. pada titik utama, hampir selalu ada penyimpangan kecil terhadap kondisi
ideal ini).
6. Jarak antara dua tandafidusial yang berhadapan (sering dinyaakan dengan
4.10 KALIBRASI KAMERA koordinat tanda fidusial itu).
7. Sndut perpotongan garis-garisfiduslal (sehanrsnyasebesar9ff + I menit)
Setelah selesai dibuat dan sebelum digunakan, kamera udara dikalibrasi () 8. Kerataan bidangfokal (seharirsnya tidak menyimpang lebih dari 10,0005
secara cermat untuk menentukan nilai yang tepat bagi sejunllah konstanta. inci atau 0Ol mm dari bidang datar).
Pada umumnya konstanta ini disebut unsur orientasi bagian dalam (elemenls Di samping penentuan unsur orientasi bagian dalam tersebtt, resolusi
of interior orientation). Unsur orientasi ini diperlukan untuk menentukan data
ftetajaman atau kerincian gambar yang dihasilkan oleh kamera) pada umum-
foto yang akurat. nyajuga diperoleh sebagai bagian kalibrasi kamera.
Metode kalibrasi kamera pada umumnya dibedakan menurut satu di Cara kerja untuk menentukan Butir I hingga 5 agak berbeda-beda,
antara tiga kategori dasar, yaitu: (1) metode laboratorium, (2) metode bergantung atas alakah metodenya berupa metode laboratorium, lapangan,
1
I

96

aiau metde bintang (steltar). Bagaimanapun juga, matematika pada tahap


kalibrasi kamera dapat menjadi rumit. Butir 6 dan Butir 7 diperoleh melalui
pengukuran cermatiecara langsung pada pelat gelas yang dipotret di mana
Bidang fokal
tanda fidusial tergambarkan. Pada Bab 5 dan Bab 6 diuUarakan jarak x dan y kamera diagonal
yang dikalibrasi dan penting untuk melakukan koreksi pengukuran fotografik
ata$pengkerutan dan pengembangan film. Butir 8 diukur langsung dengan (, lr
l,ensa kamera
cara khusus. Resolusi ditentukan berdasarkan pengamatan dan pengukuran Titik modal depan Titik modal belakang
gambar yang dihasilkan oleh lensa tertentu.

4.T1 METODE LABORATORIUM KALIBRASI KAMERA


,,1
\' .
Seperti dijelaskan pada butir sebelum ini, metode multikolimator dan

tz4r. , " it
metode goniomiter merupakan dua jenis cara kerja laboratorium untuk kali-
brasi kamera. Metode multikolimator berupa pemotretan gambar pada sebuah
pelat kaca yang diproyeksikan melalui sejumlah kolimator individual yang di- .ox.<.

Oh;';,!=,i,t$
pasang pada sebuah jajaran menyudut yang dikerahui secara tepat. Kolimator
iunggal-terdiri dari sebuah lensa dengan sebuah tanda silang pada bidangnya
dengan fokus ke jarak tak terhingga. oleh karena itulah maka berkas sinar
yan! membawa fambar silang diproyeksikan melalui lensa kolimator dan
iimUut sejajar. Bila berkas sinar ini diarahkan ke lensa sebuah kamera udara
silang itLain tergambar sempurna pada bidang fokal kamera karenl kamera
uaari difotuskan untuk berkas sinar sejajar (bagi objek yang jaraknya tak
A

,ry[ilil.\\
terhingga).
-Sout, '
multikolimator untuk kalibrasi kamera terdiri atas beberapa
'-Kolimator pusat
kolimator individual yang dipasan g pada dua bidang saling tegak lurus. Satu
bidang kolimator disajikan pada Gambar 4.13. Kolimator individual dipasang Gambar 4.13 Bank yang terdiri dari 13 kolimator untuk kalibrasi kamera.
secara kuat sehingga sumbu optik kolimator yang berdekatar memotong
secara tepat dengin sudut tertentu, seperti misalnya 0 pada Gambar 4.13. Jarak antara tanda silang pada pelat yang telah diprotret diukur secara
Kamera iang atan dikalibrasi diletakkan sedemikian sehingga bidang fokal cermat, Panjangfokus ekivalen (Equivalent focal length, EFL) ialah panjang
tegak lurus terhadap sumbu kolimator tengah dan titik nodal depan_lensanya fokus yang efektif pada bagian tengah lensa kamera yang bebas distorsi. Pada
piOu p"rpotongan iumbu seluruh kolimator. Pada orientasi ini, Gambar 9 bidang gambar, daerah ini berada di dalam lingkaran yang pusatnya terletak
paOa totimatoitengah yang disebut titik otokolinusi utama (principal point pada gambar kolimator pusat 8 yang garis menengahnya merupakan jarak
bf outocotlli.ation), teiOapat sangat dekat terhadap titik utama, dan jgga sa- rata-rata antara empat gambar kolimator yaitu/ t, h, dan s. Panjang fokus
ngat dekat terhadap perpotongan garis-garis fidusial (pusat kolimasi). Kamera ekivalen dihitung dengan empat jarak terukur rata-rata Cf, Sh, gs, dan gt
dlorientasikan teUitr tan;ut sehingga pada saat dilakukan pemotretan untuk dibagi tangen 0, atau:
kalibrasi, silang kolimasi atan tergambarkan di sepanjang diagonal format
kamera, seperti tercermin pada Gambar 4.14 (4.2)
Silang kolimasi A hingga |vLpada Gambar 4'13 misalnya' disambar' 4tan0
kan pada a hingga mpadaCambar 4.14. Silang-silang pada bidang kolimator Berdasarkan EFL, jarak teoretik dari kolimator sentral g ke arah semua
yanf sating tegak lurus digambarkan pada n hingga y pada Gambar 4' 14' silang kolimator lai-nnya dapat dihitung. Misalnya, iarak ge, 8i, 8u,dan gr
secara teoretik haru] sama dengan EFL x tan20. Empat jarak ini diukur,
I
98
99

sedang distorsi radial lensa padaZ|diperoleh dengan jalan mengurangkan bahwa panjang fokus yang berbeda akan membuahkan distorsi radial lensa
juakierhitung teoretikterhadap empat jarak terukur rata-rata tersebut. Dengan yang U6rUeaa. fanjan! fo[us terkalibrasi (calibrated focal length, CFL) se-
pendekatan ini maka distorsi radial lensa dapat diperhitungkan bagi tiap per- 6ru[ bnru ialah pinjang fokus yang membuahkan distribusi distorsi radial
tambahan sudut 0. lensa rata-rata keieluruhan, dan dipilih sedemikian sehingga distorsi radial
lensa yang maksimum sama besar dengan distorsi radial negatif maksimum.
(, Panjang fokus terkalibrasi merupakan nilai yang umumnya. digunakan untuk
Contoh 4.1 pertiitunlan fotogrametri, karena bila distoni radial lensa diabaikan, akan di-
Tabel berikut menyajikan empat jarak terukur rata-rata terhadap silang timbulkan efek perusakan minimum.
kolimator dan nilai sudut dari silang tengah. Hitunglah panjang fokus ekiva-
len (EFL) berdasarkan atas silang 7,5o, dan tentukan distrosi radial lensa rata-
rata berdasarkan atas EFL tersebul

Sudut Jarak terukur


0 ratra-ratra, mm
7,5 20,183
l5 4l,048 Silang
63,481
kolimasi
22,5 dan pada
30 88,574 resolusi
37,5 117,662
45 153,1 35

Jawaban:
berdasarkan Formula 4.2.
EFL-?+
tan /,) = 153,305 mm
Berdasarkan EFL, distoni radial lensa rata-rata Ar, silang l5o sebesar
Ar = 41,048 153,305 tan l5o = {),030
Perhitungan ini dan- perhitungan untuk silang lainnya ditabelkan sebagai
berikut:
Gambar 4.14 Gambar sasatan kolimator yang terPotret.
Sudut Jarak terukur EFL tan sudut Distorsi radial Oleh karena itu pada buku ini istilah panjang fokus yang digunakan dengan
f) rata-ratta, mm (mm) lensa, Ar, mm simbol /, merupakan panjan g fokus terkalibrasi.
15 41,048 41,078 - 0,030
22,5 63,481 63,501 - 0,020 ll
0,063 Contoh 4.2
30 88,574 E8,511
37,5 117.62 117,635 0.027 Untuk Contoh 4.1, hitunilah panjang fokus terkalibrasi (CFL) yang
45 153,135 153,505 - 0,170 menyfibabkan distorsi radial lensa maksimum positif sama besar dengan
negaiif. Kemudian hitunglah distorsi radial lensa berdasarkan CFL.
Berdasarkan perbincangan sebelumnya, jelas bahwa suatu panjang fo-
kus kecuali EFL dapat digunakan untuk menghitung distorsi radial lensa dan
100 l0t

Jovaban: di mana distorsi lensa secara praktis tidak terjadi, dan sedikit di daerah luar
format cii mana distorsi lensa secara praktis tidak terjadi, dan sedikit di daerah
Pada Contoh 4.1 maka distorsi radial lensa positif yang maksimum luar format di mana distorsi lensa maksimum. Masalah ini dapat diatasi baik
tedadi pada sudut 30o, sedang distoni negatif minimum terjadi pada sudut 45o. dengan metode lapangan maupun metode bintang.
Dengan perubahan kecil pada panjang fokus, nilai maksimum positif dan Kalibrasi kamera dengan cara laboratorium goniometer sangat mirip
negatifmasih akan tedadi pada sudut tersebut. Sebuah persamaan sehubungan metode multikolimator, akan tetapi terdiri dari pemusatan pelat grid dengan
fr
dengan CFL yang akan menyebabkan dua nilai itu sama besar ialah: tepat pada bidang fokal kamera. Grid ini disinari dari belakang dan diproyeksi-
Ar positif maksmum + Ar , negatif maksimum = 0 kan melalui lensa kamera pada arah yang berlawanan. Sudut di mana sinar
88,574 CFL tan 30o + 153,135 CFL tan 45=0 grid yang diproyeksikan timbul, diukur dengan sebuah goniometer. CFL dan
-
241,709 = 1,577350 CFL - distorsi radial kemudian ditentukan dengan membandingkan sudut terukur
CFL = 153,237 mm sebenamya terhadap sudut yang benar menurut teori.
Dengan menggunakan CFL ini maka distorsi radial lensa dapat dihi-
tung dengan cara tabel seperti pada perbincangan sebelumnya.
4.I2 KALIBRASI KAMERA DENGAN METODE MEDAN
Sudut Jarak terukur CFL tan sudut, Distorsi radial DAN METODE BINTANG.
(") rata-rata, mm mm lensa, &, mm
Baik metode multikolimator maupun metode goniometer yang kedua-
1,5 20.182 20,174 + 0,008 nya merupakan kalibrasi kamera dengan cara laboratorium, memerlukan alat
l5 4l,048 41,060 0,012
))\ 63.481 63.473 -+ 0,008 khusus yang tepat dan mahal. Salah satu keunggulan metode bintang ini ialah
bahwa tidak diperlukan alat khusus dan mahal itu. Pada saat ini telah dikem-
30 88,574 88,472 + 0,102 bangkan beberapa cara yang berbeda untuk melakukan kalibrasi kamera dc-
31,5 117.662 117.583 + 0,019
ngan metode bintang. Prosedur medan menghendaki diadaliannya serangkaian
45 I 51 11i t53.237 0.t02
- rirar- diletakhan cukupjauh dari letak kamera sehingga tidak ada degradasi
Apabila jark lcrukur terhadap kolimator sama sudut memotong sepan- Kurva distorsi radial
jang empat diagonal berukuran sama, distorsi lensa yang ditentukan dengan lensa kamera AC 98188
cara tersebut di atas bersifat simetris di sekitar silang kolimator pusat. Bila C)
Zeiss RMKA 15-23
distorsinya tidak simetris di seputar kolimator pusat, titik pusat simetrisnya o CFL = 152.44mm
yang disebut titik utama simetri (principal pt-rint of symmetry) dapat ditentu- o
kan. Akan tetapi, terkecuali bagi pekerjaarr fotogranretri analitik yang paling X+5
teliti, karena titik utama terletali demikian dekat terhadap silang kolimator
d
pusat dan distorsinya hampir simetri, maka titik utama dapat dipandang titik
simctri untuk melakukan koreksi terhadap distorsi. Cara untuk melakukan 6)

koreksi distorsi radial lensa diperikan pada Butir 5.12. d


'du
Suatu,tarva distorsi radial dapat digambarkan dengan meletakkan dis- d

torsi radial pada ordinat dan jarak radial dari gambar kolimator pusat sebagai
absis. Salah satu contoh kurva ini disajikan pada Gambar 4.15. Pada penga- o
matan sepintas maka kurva itu menunjukkan distorsi radial lensa tertentu.
Perhatikan bahwa kurva pada Gambar 4.15 didasarkan atas CFL, karena 5
0 20 40 60 80 100 120 140 160
distorsi positif maksimum dan distorsi negatif maksimum pada dasarnya sama Jarak radial, mm.
besar.
Suatu paradoks sehubungan dengan metode multikolimator untuk Gambar 4. 15 Kurva distorsi radial lensa bagi kamera udara merk Zeiss Pleogon
kalibrasi kamera ialah bahwa sasarannya banyak terdapat di dekat pusat format Pleogon. (Seizin {jsconsin Department of Transportation).
tuz 103

garnbar yang terjadi (ingat bahwa kamera udara disetel pada fokus dengan jarak pola uji lebih halus, ketajaman dan kejelasan antara garis dan ruang antara
tak terhingga). menurun, dan pola terhalus yang masih dapat diamati dengan jelas menjadi
Pada metode bintang, dilakukan pemotretan atas serangkaian sasaran agak subjektif. Pengukuran resolusi yang lebih disukai ialah dengan alih
yang terdiri dari binrang yang dapat diidentifikasi, dan saat pemotretannya modulasi.
dicatat. Penaikan (ascension) dan deklinasi bintang yang benar dapat diperoleh
dari satu saat pendek untuk waktu pemotreLrn yang tepat sehingga sudut per- t.t (r
panjangan bintang pada letak kamera dapat diketahui. Sudut ini kemudian
dibandingkan terhadap sudut yang diperoleh dari pengukuran tepat alas gamba,
bintang. r .
Pada tahun-tahun terakhir ini para peneliti telah meneliti kalibrasi ka-
mera pada saat penerbangan, di mana serangkaian sasaran kontrol medan yang
disurvai secara teliti dipotret. Keuntungan potensial metode ini berupa
konstanta kalibrasi baru pada tiap kali kamera digunakan yang agaknya mem-
buahkan ketelitian lebih besar sehubungan dengan dilakukannya kalibrasi pada
kondisi sedang beroperasi.

4.I3 KALIBRASI RESOLUSI KAMERA


Di samping untuk menentukan unsur orientasi bagian dalam, metode
laboratorium kalibrasi kamera juga memungkinkan evaluasi daya pisah (resol-
ving power) kamera. Seperti tercantum padaPutir 2.12, adadua metode yang
ill -rla EIU
IAo
r iiii,l
.b=lll
.b=lll
ill r .5
lazim bagi spesifikasi daya pisah lensa, satu di antaranya berupa perhitungan
langsung jumlah garis maksimum per milimeter yang dapat dihasilkan oleh
suatu lensa, sedang lainnya ialah fungsi alih modulosi (modulation transfer
function) lensa itu. Metode kalibrasi yang digunakan juga menentukan perhi- r .b=lll
rv
-
tungan gads yang terdiri dari pemotretan pola uji resolusi dengan mengguna-
kan emulsi yang resolusinya sangat tinggi. Pola uji yang salah satu contoh-
nya disajikan pada Gambar 4.16, dibuat dari berbagai rangkaian posangan
garis-garis hiram sejajar dengan beraneka ketebalan dengan jarak sama dengan
ltt=o .b=lll
fllE r
ketebalannya. Ukuran tebal garis bagi tiap rangkaian ialah jumlah garis tiap Gambar 4.15 Pola uji resolusi yang digunakan dalam kalibrasi (Seizin Wild
milimeter. Variasi tebal garis pada pola uji tertentu dapat berkisar antara 10 Heerbrugg Instruments, Inc.).
hingga 80 garis per milimeter atau lebih. Bila digunakan metode kolimator
untuk melakukan kalibrasi kamera, pola itu dapat diproyeksikan oleh kolima- Untuk menentukan alih modulasi, penyiaman densiti dengan menggu-
tor secara bersamaan dengan silang kolimator dan digambarkan pada diagonal nakan mikrodensitometer (lihat Butir 5.15) dilakukan menyilang pola uji se-
format kamera. Setelah foto dibuat, gambar yang dihasilkan diamati dengan perti yang digunakan pada cara kerja penghitungan garis. Untuk garis tebal
pembesaran untuk menentukan garis sejajar yang paling halus yang dapat
r) I I dengan jarak antara lebar, agihan kecerahan aktual (variasi densiti) menyilang
dipisahkan dengan jelas. Rata-rata empat resolusi pada tiap sudut pertambah- pola objek akan tampak seperti tersajikan pada Gambar 4.17a. Akan tet':pi,
an dari kolimator pusat dilaporkan pada sertifikat kalibrasi. agihan kecerahan yang diukur dengan densitometer menyilang gambar phda
Ivleskipun metode penghitungan garis malisimum seperti yang dijelas- pola ini akan tampak seperti pada Gambar 4.lTb.Perhatikan bahwa tepinya
kan ini merupakan cara yang relatif sederhana untuk kuantifikasi daya pisah, agak membulat pada Gambar 4.17b, akan tetapi amplitudo (atau modulosi\
cara ini bukan tanpa keterbatasan. Pada prosedur penghitungan garis dengan perbedaan kecerahan sama bagi pola gambar seperti objek aslinya. Oleh kare-
IM 105

na itu pada frekuensi spasial pola ini, alih modulasi dikatakan 1007o. Penyi-
mungkinkan untuk menaksir efek gabungan dari sistem perekaman tertentu.
aman densiti pada gambar yang jarak antara polanya semakin pendek akan
olehilasan ini maka MTF dengan cepat menjadi metode yang disukai untuk
menghasilkan pola resolusi yang semakin kecil, seperti tercermin pada menyatakan resolusi.
Gambar 4.1'lc.Dalam hal ini maka amplitudo sebesar seperdua objek asli,
dan pengubahan modulasi sebesar 50 persen. Dengan jalan mengukur densiti
atas berbagai pola dengan frekuensi spasial yang berbeda-beda, dan menggam-
l)
barkan hasil alih modulasi pada ordinat dengan frekuensi sebagai absisnya,
akan dibuahkan kurva seperti tercermin pada Gambar 4.18. Kurva ini merupa-
kan fungsi alih modulasi (MTF). MTF mempunyai sejumlah kelebihan.
MTF merupakan indikator yang sangat peka bagi efek tepi dan MTF juga me-
mungkinkan kemampuan menduga resolusi yang dapat diharapkan pada s
tingkat kerincian tertentu. Lebih jauh lagi, kurva MTF dapat dikombinasikan d
bagi lensa yang berbeda-beda, film, dan proses film. Dengan demikian me - )
'o

t-
o
tr
1 E
Kecerahan EC'
M odulasi

I
,.o
object oo
tr
I o
ct

t-
Kecerahan
r) tt
object
40 60 tlo 100

Frekuensi spasial (garis/mm)

object Gambar 4.18 Kurva fungsi pengalih modulasi (MTF)'

(c)

Gambar 4.17 (a) Objek uji modulasi, (D) Alih modulasi gambar objek uji yang
sama, (c)alih modulasi gambar yang frekuensi spasialnya lebih rapat. (Perhatikan RUJUKAN
pada (b) yang terjadi modulasi 100 persen, tetapi gambar itu menunjukkan Abdel-Aziz, Y.: Asymmetrical Lens Distortion, Photogrammetric Engineering and
pengurangan ketajaman tepi bila dibanding dengan objek pola uji. Pada (c) maka Remote Sensing, vol.4l, no.3, hIm.337,1975'
ketajamannya lebih menurun lagi, dan alih modulasi menurun hingga 50 persen American Society of Photogrammetry: ';Manual of Photogrammetry," ed. ke-3'
objek pola uji itu). Falls Church, Ya., 1965, Bab 4'
"Manual of Photogrammetry," ed' ke-4, Falls Church' Va" 1980'
Bab 4. r

-i
-f
,I

106 to7

Anderson, J. M., dan C. Lee: Analytical In-Flight Calibration, Phologrammetric Tayman, W.: Calibration of Lenses and Cameras at the USGS, Photogrammetric
Engineering and Remote Sensing, vol. 41, no. tr1, hlm. 1377, 1975. Engineering, vol. 40, no. ll, hlm. 1331, 1974.
Bormann, G. E.: The New Wild RC-10 Film Camera, Photogrammetric Washer, F. E.: The Precise Evaluation of Lens Distortion, Photogrammetric
Engineering, vol. 35, no. 10, hlm. 1033, 1969. Engineering, vol.29, no. 2, hlm. 327, 1963'
Brock, G. C.: The Possibilities for Higher Resolution in Air Survey Photo- Welch, R., dan J. Halliday: Imaging Characteristics of Photogrammetric Camera
graphy, Photogrammetric Record, vol. VIII, no. 47, hlm. 589, 1916. a) lr Systems, Photogram metria, vol. 29, no. l, hlm' l, 1973-
Carman, P. D.: Camera Calibration Laboratory at N. R. C., Photogrammetric
Engineering, vol. 35, no. 4, hlm. 3'12, 1969.
_: Camera Vibration Measurements, Canadian Surveyor, vol. 27, no. SOAL
3, hlm. 208, 1973.
Doyle, F. J.: A Large Format Camera for Shuttle, Phologrammetric Engineering 4,1 Sebutkan persyaratan bagi sebuah kamera udara untuk pemetaan teliti'
and Remote Sensing, vol. 45, no. l, hlm. 73, 1979. 4.2 Sebutkan dan uraikan secara ringkas beraneka jenis kamera udara.
Hakkarainen, J.: Image Evaluation of Reseau Cameras, Phologrammetria, vol.33, 4.3 Pemotretan dilakukan dengan sebuah kamera strip yang panjang fokusnya
no. 4, hlm. ll5, 1977. 6 inci dari ketinggian 5.000 kaki di atas permukaan bumi. Apabila kece-
Hallert, B.: The Method of Least Squares Applied to Multicollimator Camera patan pesawat terbang sebesar 200 mil/jam, berapakah kecepatan gerak
Calibration, Photogrammetric Engineering, vol. 29, no. 5, hlm. 836, film sepanjang bidang fokal karnera (dalam inci per menit) untuk meng-
t963. hindari kekaburan gambar?
Helava, U. V.: New Significance of Errors of Inner Orientation, Phologrammetric 4.4 Sama dengan Soal 4.3, kecuali tinggi terbang sebesar 10'000 kaki dan
Engineering, vol. 29, no. l, hlm. 126, 1963. kecepatan pesawat terbang sebesar 600 mil/jam.
Karren, R. J.: Camera Calibration by the Multicollimator Method, Photo- 4.5 Sebuah kamera udara memotret dengan kecepatan penutup sebesar l/500
grammetric Engineering, vol. 34, no. 7, hlm. 706, 1968.
l) rr detik, Bila kecepatan pesawat terbang sebesar 300 mil/jam, berapa
Livingston, R. G.: A History of Military Mapping Camera Development, Photo- jauhkah pesawat terbang bergerak selama pemotretan?
grammetric Engineering, vol. 30, no. I, hlm. 97, 1964. 4.6 Sama dengan Soal 4.5, kecuali kecepatan penutup sebesar 1/1.000 detik
Lockwood, H. E., dan L. Perry: Shutter/Aperture Settings for Aerial Photography, dan kecepatan pesawat terbang sebesar 550 miVjam.
Photogrammetric Engineering and Remole Sensing, vol.42, no. 2, hlm. 4.7 Sebuah kamera udara dengan panjang fokus 3.5 inci dipasang pada
239, 1976. psawat terbang dengan kecepatan 150 mil/jam. Apabila tinggi terbang
McNeil, G. T.: Normal Angle Camera Calibrator, Photogrammetric Engineering, sebesar 3.000 kaki dari permukaan bumi dan bila waktu pemotretan
vol. 28, no. 4, hlm. 633, 1962" sebesar l/200 detik, berapa jauhkah sebuah gambar bergerak sepanjang
Merchant, D. C.: Calibration of the Air Phr:to System, Photogrammetric Engine- bidang fokal selama pemotretan?
ering, vol.40, no. 5, hlm. 605, 1974. 4.8 Sama dengan Soal 4.7, kecuali bahwa panjang fokus sebesar 8,25 inci dan
Merritt, E. L.: Methods of Field Camera Calibration, Photogrammetric Engi- waktu pemotretan sebesat 1/500 detik.
neering, vol. 18, no. 4, 1952. 4.9 Berapa sudut pandang sebuah kamera dengan format 53 mm bujur sangkar
Nielsen, V.: More on Distortions by Focal Plane Shutters, Photogrammetic dan panjang fokus 100 mm?
Engineering and Remote Sensing, vol. 41, no. 2, hlrn. 199, 1975. 4.10 Sama dengan Soal 4.9. kecuali format kamera sebesar 70 mm bujur
Rampal, K. K.: System Calibrertion of Metric Cameras, ASCE Journal of the sangkar dan panjang fokus l0O mm?
Surveying and Mapping Division, vol. 104, no. SUl, hlm. 51, 1978. Bagi sebuah kamera dengan format 9 inci bujur sangkar, berapdkah
Ir 4,ll
Rhody, B.: A New Versatile Stereo-Camera System for Large-Scale Helicopter kisaran panjang fokusnya agar dapat dikategorikan kamera bersudut
Photography of Forest Resources, Photogrammetric , vol.32, no.5, hlm. lebar?
183,1977. 4.12 Sebutkan dan uraikan secara singkat bagian utama sebuah kamera
Scholer, H.: On Photogrammetric Distortion, Photogrammetric Engineering and
kerangka udara.
Remote Sensing, vol. 41, no. 6, hlm. 761, L9'75.
4.13 Uraikan secara singkat beraneka jenis penutup kamera.
4.14 Apakah funlti penyangga kamera? Juga intervalometer?
-,

109
108
4.23 Sama dengan Soal 4.21, kecuali datanya yang menggunakan data pada
4.15 Apakah crab itu dan apa pula sebabnya? soal 4.22.
4.16 Mengapa kalibrasi kamera PentinS? 4.24 Sebutkan dan uraikan secara ringkas dua metode spesifftasi resolusi.
4.17 Apa saja unsur orientasi bagian dalam kamera yang dapat ditentukan di
dalam kalibrasi kamera.
4.19 Untuk menentukan secara kasar panjang fokus suatu kamera, rod sepan-
l)
jang kaki dipegang tepat pada jarak 20 kaki dari lensa kamera, dan kemu-
dian dilakukan pemotretan. Rod itu dipegang tegak lurus terhadap sumbu
kamera, dan pemotretan dilakukan sedemikian sehingga penanda pada
rod 6 kaki tersebut digambarkan pada pusat foto. Jarak negatif terukur pa-
da rod datar dari ujung satu ke ujung lainnya, sebesar 29,95 mm. Berapa-
kah panjang fokus lensa kamera itu?
4.20 Tabel berikut menyajikan daftar empat jarak terukur lata-rata ke silang
kolimator dengan nilai sudut dari silang pusat. Hitunglah panjang fokus
ekivalen berdasarkan 7,5o dan gambarkan kurva distorsi radial berdasar-
kan EFL.

Sudut Jarak terukur


(')
7,5 20,081
l5 40,87 6 () tt
)', < 63.201
30 88.097
37,5 t t-l ,06'l
45 153,482

4.2L Hitunglah panjang fokus terkalibrasi bagi data pada Soal 4.20 (Buatlah
distorsi radial positif maksimum sama besar dengan distorsi radial
negatif maksimum). Gambarkan kurva distorsi radial berdasarkan CFL'
4.22 Sama dengan Soal 4.20, kecuali data berikut:

Sudut Jarak terukur


f) rata-rata, mm
18,345
5
l0
15
36,970
56,191
.)t ,t

i
(.

20 7 6,331 F

25 97 ,7 87
30 tzt,o54
35 146,839

i
rll
BAB dapan melalui satu garis lurus, seperti disajikan pada Gamlg 5.la' S-umbu x
biasanya merupakan garis fidusial yang paling mendekati sejajar terhadap
jalur
5 terbang, positii padaarah jalur terbang. Sumbu y posilif bersudut 90o terha-
dap jaluf terbani dan mengarah berlawanan denga11arym.j1m. Asal sistem
tobrAinat itu ialah perpotongan garis-garis fidusial. Titik ini sering disebut
PENGUKURAN FOTOGRAFIK DAN a) (, pusat kolimasi (center of collimation). Bagi kamera pemetaan yang teliti,
PERBAIKAN titik ini terletak sangat dekat dengan titik utama.

t
C
D
*x,--i

2T F.
,l '..
,,- Jd
\.ai

5.1 PENGANTAR
Gris
fidusial
)
/l

/ \0 I
,/ ll
,;fr
+x
.J' tt...
Untuk memecahkan masalah fotogrametri pada umumnya diperlukan
pengukuran fotografik. Pengukurah ini dapat mencakup panjang garis antara
o
-.
T

ln
Arah terbang I i,,o 'i Arah
l"rb-t-
tcr

".I
dua titik gambar, sudut anlara titik, atau posisi titik pada foto yang dinyata-
V;_ _-'1x
ro b

kan dengan koordinat rektangguler. Koordinat rektangguler merupakan jenis --1


yang paling banyak dilakukan di dalam pengukuran fotografik, dan digunakan
A B
secara lansung dalam banyali pers:rma:rn fotogrametri. Pengukuran fotografik (b)
pada umumnya dilakukan pada kertas cetak positif, film, dan kaca.
Pcngukurannya juga dapat dilakukan atas negatif. Akan tetapi hal ini jarang
dilakukan karena dapat merusak foto dan upaya melindungi negatif guna
membuat cetakan lagi merupakan hal penting. Di samping pengukuran jarak Gambar 5.1. Sistem koordinat fotografik. (a) Tanda fidusial tepi, (b) Tanda
fidusial sudut
dan kmrdinat, densiti cira juga merupakan cara pengukuran fotografik yang
lazim dan hal ini dibincangkan pada Butir 5.15.
Piranti untuk melakukan pengukuran fotografik berbeda-beda dari jenis Posisi suatu gambar pada foto, seperti misalnya titik a pada Gambar
yang murah, skala sederhana hingga mesin yang rumit dan canggih yang 5.1a, ditentukan berdasarkan koordinat rektangguler x, dan yr, di mana xo
membuahkan keluaran digital otomatis. Piranti yang beraneka dan cara peng- merupakan jarak tegak lurus dari sumbu y ke a dan yo ialah jarak tegak lurus
gunaannya diperikan pada bab ini. Sehubungan dengan beberapa efek, ada ke-
dari sumbu xke a. Dengan cara yang sama maka posisi gambar D juga diten-
salahan sistematik yang secara praktis terjadi pada pengukuran fotogrametrik.
tukan dengan koordinat rektangguler.r6 &n,a.
Sumber kesalahan dan cara menghapuskannyajuga dibincangkan pada bab ini.
Bila kamera dilengkapi dengan tanda fidusial sudut, seperti pada kamera
r/ (a Wild, sumbu acuan bagi pengukuran fotografik dapat ditentukan secara bebas
seperti misalnya sistem x'y'yang disajikan pada Gambar 5.10. Pada sistem
5.2 SISTEM KOORDINAT FOTOGRAFIK
ini maka positif .r' diambil pada arah terbang. Perpotongan garis diagonal
yang menghubungkan tanda fidusial sudut terletak sangat dekat dengan titik
Bagi kamera dengan tanda fidusial samping, sistem rujukan yang pa-
utama. Koordinat yang diukur pada sistem r'y'diubah menjadi sistem xy
ling banyak digunakan untuk koordinat fotografik ialah sistem sumbu rek-
yang lebih enak dan berasal pada titik utama, dengan menggunakan persamaan
tangguler yang dibentuk dengan menghubungkan tanda fidusial yang berha-
berikuf \
tt2 113

xa=xa'-xo (s.t1
rendah dapat diterima, skala keteknikan (engineer's scale) biasanya telah
mernadai. Dengan skala ketelnikan, ketelitiur dapat ditingkatkan &ngan jalan
!o = !o'- !o menggunakan skala 50 atau 60. Bila dikehendaki ketelitian lebih tinggi, dapat
dimana digunalan alat seperti penggaris mikro logarn pada Gambar 5.2 atau skala
kaca pada Gambar 5.3. Dengan salah satu skala itu maka nilai terukur dapat
xC'
- _xB'+4
*o- t, ditingkatkan ketelitiannya dengan jalan mengambil rata-rata hasil beberapa
pengukuran.
dan

.. -!o' + !c'
!o- 4

Pada saat ini banyak kamera yang dilengkapi dengan delapan tanda
fidusial yang terleak pada tepi dan pada sudut. Gambar 1.7 dan 1.8 menyaji-
kan koniigurasi tanda fidusial ini. Sistem koordinat fotografik di dalam hal
ini disaji[an pada Gambar 5.14. Delapan tanda fidusial memungkinkan
koreksi yang agak lebih teliti yang dilakukan atas kesalahan sistematik di
dalam koordinat gambar terukur. Gambar 5.2 Penggaris miko untuk pengukuran fotografik. (Seizin Theo.
Koordinat rektangguler merupakan pengukuran fotografik yang paling teneder and Sons.)
dasar dan paling umum, karena dari padanyalah jarak dan sudut antara titik-
titik dapat dihitung berdasarkan geometri analitik sederhana. Jarak fotografik
ab padi Gambar 5.1a misalnya, dapat dihitung berdasarkan koordinat rek- t' I

tangguler berikut:

ab=ffi (s.2)

Sudut 0 dan Q pada Gambar 5.la juga dapat dihitung berdasarkan


kmrdinat a danb berikut:

e= r"r-' (f)
(s.3)

0= tan-r (u)
Sudut aob merupakan jumlah sudut 0 dan 0.
Gambar 5.3 Skala kaca untuk pengukuran fotografik (Seizin Teledyne-
Gurley Co.).
(/ (r Skala kaca seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.3 dapat diperoleh
5.3 SKALA SEDERHANA BAGI PENGUKURAN FOTOGRA. dengan panjang 6 inci maupun 12 inci dengan pembagian skala milimeter
FIK atau inci (pembagian terkecil ialah sebesar 0,005 inci). Untuk pembrcaannya
dapat ditopang dengan menggunakan alat pengamat dengan pembesaran yang
Ada berbagai skala sederhana yang tersedia untuk pengukuran fotogra- dapat digerall<an sepanjang skala itu. Dengan suatu skala kaca maka pembrca-
sangat bergantung pada keteliti-
fik. Pilihan tertennr bagi piranti pengukuran annya dapat ditaksir dengan mudah hingga sepersepuluh bagian tertecil. Skala
an yang diharapkan bagi masalah fotogrametri yang dihadapi. Bila ketelitian kaca tidak dapat dig{makan untuk 'lay ofF jarak.
tt4 ll5
5.4 MENGUKUR KOORDINAT FOTO DENGAN SKALA SE. 189,89 mm dan 100,47 mm.
DERHANA Jawafun

Cara konvensional untuk mengukur koordinat foto bila digunakan dengan Persamaan 5.2,
skala keteknikan, penggaris mikro, atau skala kaca, biasanya terdiri atas /B
pertama-tama sistem sumbu koordinat foto. Sistem sumbu ini dapat dilaku- 0) = t(I13,00)2 + (113,00)2112 = 159,81 mm
kan dengan meletakkan secara hati-hati suatu tepi lurus sepanjang landa Berdasarkan hukum kosinus,
fidusial dan membuat garis dengan sebuah silet (razor blade), jarum, atau pen-
S + (AB)2 Sr2
sil 4h atau 5h yang sangat runcing. Koordinat rektangguler kemudian dipe- cosO = o2
2(5")(AB)
-
roleh melalui pengukuran langsung jarak tegak lurus dari sumbu-sumbu ini.
Bila titik-titik koordinat yang akan diukur berupa titik jelas dan mudah _ (l89.89)2 + (159,81)2 (100.47)2
dikenali, tidak perlu identifikasi lebih jauh. Bila tidak, titik itu dapat dii- -
2(lEg,ggx15g,g1) = 0,M8591
dentifikasi dengan tusukan sebuah jarum. Penusukan ini harus dilakukan de-
ngan hati-hati di bawah alat pembesar, karena titik-titik yang tandanya tidak
0 = 31o5628"
luga
benar akan menyebabkan kesalahan sistematik pada koordinat foto yang
diukur. 6= ran-r (i+r = 45ooo'oo"
Bagi koordinat rektangguler yang terukur perlu diberi tanda aljabar ,,*)
yang tepat. Kesalahan dalam hal ini menyebabkan kesalahan dalam
memecahkan masalah fotogrametri. Titik-titik yang terletak di sebelah kanan
sumbu y mempunyai koordinat x bernilai positif, sedang x di sebelah kirinya
bernilai negatif. Titik-titik di atas sumbu x berupa koordinat y bernilai l,l
positif, sedang yang di bawahnya bemilai negatif.

5.5 METODE TRILATERATIF UNTUK PENGUKURAN KO.


ORDINAT FOTO
Koordinat foto memang dapat diperoleh dengan menggunakan skala
sederhana seperti dibincangkan pada Butir 5.3, tetapi tanpa memotong atau
menggoreskan garis fidusial. Di dalam cara kerja ini, yang disebut metode
trilateratif (trlaterative method), jarak seperti So, 56, S", dan S7 dapat diukur
dari tanda fidusial ke titik gambar seperti tercermin pada Gambar 5.4. Dari ko-
ordinat foto bagi tanda fidusial yang diperoleh dalam kalibrasi kamera,
koordinat titik-titik gambar kemudian dapat dihitung dengan menggunakan
trigonometri. Prosedur ini dapat diterapkan pada tanda fidusial tepi maupun
tanda fidusial suduL < ) la

Contoh 5.1
Misalnya koordinat fidusial terkalibrasi A dan B pada Gambar 5.4a
ialah -rr1 = mm, )A = 0,00 trl. Jg = 0,00 mm, dan yB = 113,00
-133,00 Gambar 5.4 Metode trilateratif pengukuran koordinat foto.
mm. Hitunglah x, dan y, apabila Sa dan 56 terukur masing-masing sebesar
116
tt7
Kemudian

0 =6
- 0 - (45" 00'00')
-
(31"
56' 28") = 13" 03' 32"
ra = So(cos 0) + xa = 189,89(0,974138)
- 113,00 = 71,98 mm
lc = -So(sin Q) - 189,89(0,225952) = - 42,9O mm
Jawaban trilateratif menjadi lemah bila sudut E pada Gambar 5.4 men-
dekati l80o atau 0o. Jawaban terkuat diperoleh bila sudut ( mendekati 90".
Karena dua di antara empat jarak terukur S menghasilkan jawaban unik bagi
koordinat foto suatu titik gambar, pilihan harus berupa dua jarak yang mem-
buahkan sebuah sudut ( yang hsiunya mendekati 90o. Di samping itu,
ketepatan dapat ditingkatkan dengan menghitung koordinat foto lebih dari
hanya satu jawaban tersendiri, dan kemudian mengambil rata-ratanya- Sebagai
,}
contoh, salah satu pemecahan kmrdinat gambar titik e pada Gambar 5.4 dapat 4
dibuat berdasarkan So dan 56, sedang yang lain dapat dibuat dengan S, dan S7,
dan sebagainya. Di dalam perhitungan ini harus dibuat gambar/bagan untuk
menguran gi kesalahan yang mungkin.
Bila tersedia komputer, metde rilateratif dapat diprogramkan sebagai
jawaban. Seperti diperikan pada satu rujukan yang dicantumkan pada bagian
akhir bab ini, prosedu trilateratif juga dapat diperluas hingga meliputi semua Gambar 5,5 Macroscop zoom untuk pengukuran teliti jarak pendek pada foto
jarak S terukur di dalam sebuah pemecahan 'least squares' secara serentak. (Seizin Bausch and Lumb).
Keunggulan metode trilateratif terhadap pengukuran langsung atas garis
fidusial yang ditandai ialah:(l) ketelitiannya lebih besar, (2) kesalahan dang besarnya penyimpangan sumbu y diukur dengan x6 dan xa. Jarak fidu-
sistematik untuk menandai garis fidusial terhapus, dan (3) tidak diperlukan sial terukur .r dan y ialah x,, dan y^. Pernyataan umum untuk menghitung
garis fidusial yang merusak wujud citra.
koordinat x' dan )' terkoreksi bagi titik e adalah:

5.6 PIRANTI PENGUKURAN JARAK PENDEK x"' = x, + x4 + (x6-*n('^''r: ") (5.4)

Piranti seperti 'Zoom Macroscope' yang disajikan pada Gambar 5.5


memungkinkan untuk mengukur jarak pendek secara tepat pada foto. Piranti !e' = Je + Jo + (!r-yr)( r?) (5.s)
khusus ini mempunyai lensa Zoom yang dapat memperbesar gambar dari l0
x hingga 30 x. Pada medan pandang dipasang lembar tembus cahaya dengan Pada Persam aan 5.4 dan 5.5 perlu digunakan tanda aljabar yang benar
petak-petrk bujur sangkar kecil berukuran 0,0001 kaki. Piranti ini penting bagi yr, x6, x7. Dalam contoh yang disajikan pada Gambar 5.6, semua nilai
bagi interpretasi foto udara untuk pengukuran jarak pendek yang sering yang digambarkan berupa nilai positif.
diperlukan (misalnya untuk menentukan ukuran objek). Pimnti tersebut juga
bermanfaat di dalam fotogrametri metrik untuk melakukan koreksi kesalahan
Contoh 5.2
sistematik yang terjadi pada tusukan titik atau di dalam membuat garis fidu-
sial yang tidak melalui tanda fidusial dengan tpat. Misalnya koordinat terukur pada Gambar 5.6 yaitu x" dan y, masing-
Penandaan garis fidusial yang salah disajikan pada Gambar 5.6. Ko- masing sebesar 38,27 mm dan 49,40 mm. Jarak fidusial terukur x^ dan y^
ordinat foto ke arah titik e dapat diukur berdasarkan kesalahan sistem sumbu. sebesar 232,68 mm dan 232,43 mm, sedang la = 0,54 mm, .rD = 0,82 mm,
Besarnya penyimpangan fidusial dari sumbu x diukur dengan y, dan y. se-
)c = 0,69 mm, dan xd = 0,48 mm. Berapakah koordinat foto xr' dan y"'
terkoreksi bagi sistem sumbu Iidusial?
I
119
u8
Berdasarkan Fersarnaan 5.4 maka:
232, 4312 49,40
= 38,27 +0,48 + (0,28 0,48)(
xc
- 232,43
= 38,85 mm
Berdasarftan krsamaan 5.5 maka:
t,
232, 6812 +38,27
= 49,40 + 0,54 + (0,69 0,54)(
!c - 232, 68

= 50,04 mm

5.7 PENGUKURAN MONOKOMPARATOR ATAS KOORDI.


NAT FOTO
Bila dikehendaki ketelitian tinggi di dalam pengukuran koordinat foto, Roda penggerek Roda Penggerek
hanrs digunakan piranti teliti yang disebut komparator.Piranti ini dinamakan iekrup timah Y' sekruP dmah'X'

-l l'-', Gambar 5.7 Komparator mono tipe mann 422-F (Seizin David W. Mann Co')

demikian karena kerjanya membandingkan posisi fotografik titik gambar

I r_::+ terhadap skala pengukuran alat itu. Ada dua jenis utama komparator, yaitu
ko mp a r a t o r mo n o (monocomparator) dan k o mp ar a t o r s I e r e o (stereocompara-
tor). Komparator mono yang dibincangkan pada bab ini melakukan
pengukuran atas satu foto pada satu saat. Dengan komparator stereo dapat
I Oiuliur posisi gambar secara bersamaan dengan mengamati pertampalan
ym
pasangan foto stereo. Komparator stereo dibincangkan pada Bab 14. Kompa-
iator terutama digunakan untuk memperoleh koordinat foto yang teliti dan
-t_
Ir diperlukan untuk kalibrasi kamera dan untuk fotogrametri analitik
T Jenis umum sebuah komparator mono disajikan pada Gambar 5.7.
Tyo
[*-- xa yc
Piranti ini diklasifikaskan sebagai komparator mono sekrup tinah (lead'screw
monocomparator). Piranti ini dapat digunakan untuk mengukur sudut dan
koordinat pada foto dengan format sebesar l0 inci bujur sangkar. Film atau
diapositif yang diukur mula-mula diletakkan pada arena (stage) komparator.
Arena ini dapat diputar pada sebuah sumbu vertikal dan dilengkapi dengan
<) aa sebuah sekrup yang bergerak lambat untuk penyetelan halus ke arah busur
yang paling mendekati 20 detik. Arena itu dapat digerakkan secara
longitudinal sepanjang sumbu X piranti itu dengan melalui mekanisme
panggerak sekrup timah yang digerakkan melalui roda tangan yang terletak
*-l F-,, pada bagian kanan. Penggerak setxup timah yang sama dan roda tangan pada
bagian kirimenggerakkan karena secara transversal sepanjang sumbu I
Gambar 5.6 Koreksi kesalahan sistematik bagi kesalahan sistem sumbu
piranti itu, di mana sumbu Y tegak lurus terhadap sumbu X. Piranti ini
fidusial.
t2r
120
r piranti itu. Pekerjaan ini dilakukan dengan jalan dicoba dan dicoba" dengan
dilengkapi dengan sebuah motm unhrk menggerakkan arcna sepanjang sekrup menggunakan sekrup perputaran gerak lambat hingga koordinat fpada dua
timafr'. Lubani reloup timah itu sebesar I mm. Sebuah mikrometer
yang
sisi tanda fidusial A dan C padaGambar 5.8 sama besar. Setelah arena disetel,
,"n.utut putaizm sekrup timah hingga sebesar 0,001 putaran memungkinkan kemudian dilakukan pembacaan X dan Y bagi empat tanda fidusial seperti
pemUacaan koordinat X dan I
hingga paling- dekat terhadap 0,001 mm halnya atas semua titik lain yang diinginkan posisi fotografiknya. Se-
tterdekat dengan pm). Sepanjang pencatat pada umumnya dipasang pada hubungan dengan kesalahan penyetelan, kesalahan pembacaan, dan sifat foto
sumbu X d2rrt-Y seiringga foorOinat Oapat dicatat secara otomatis pada karru t, yang tidak ortogonal serta sumbu komparator, pembacaan X bagi fidusial B
terfuUang (punched ci[), pitu kertas terlubang, atau pita magnetik. Ini berarti dan D, dan pembacaan Y bagi fidusial A dan C pada Gambar 5.8 jarang sekali
fngt "r,ia[n walru yang tiOaf seaifitaan menghapus kesalahan pa$l Aahm dapat sama besar. Oleh karena itu maka koordinat foto r" dan y, bagi titik e
i"niU**n Oan peniatatan. Piranti ini dilengkapi dengan t.b-"* mi$oskop dicatat dari sumbu komputer ke sumbu koordinat fotografik dengan jalan
iinokuler dengan perbesaran antara 10 x hingga 40 x. Mikro-sk9R ini mengurangi koordinat rata-rata fidusial A dan C dari pembacaan I, dan dengan
memungkinkan pemUerian titik-titik tanda pada rujukan yang- hanrs diukur. mengurangi koordinat X fidusial B dan D rata-ra[a dari seluruh pembacaan X
Ada dua'pendekatan utama untuk mengukur koordinat- foto dengan atau
menggunakan piranti ini. Pada pendekatan pertama maka foto diletakkan erat-
erat fiida arena dan arena diputir sehingga sumbu x foto sejajar dengan sumbu XB+Xp
xe=Ae- 2
(s.6)
,, Y6+Ys
le = r " - 2

Bila tersedia komputer, orang lebih suka menggunakan metode peng-


ukuran dasar kedua dengan komparatorjenis sekrup timah. Pada metode ini
tidak diupayakan untuk melakukan orientasi pelat, agar koordinat I fidusial A
dan C sama besar. Sebagai gantinya, pelat itu diletakkan di atas arena dengan
orientasi kurang lebih seperti pada Gambar 5.8. Kemudian dilakukan
pengukuran terhadap semua titik fidusial dan titik gambar yang diinginkan
koordinatnya. Koordinat itu kemudian secara numerik diubah terhadap sistem
1"" sumbu XI pengukuran komparator, menjadi sistem sumbu fotografik
le konvensional pada Gambar 5.1. Salah satu metode perigubahan disebut'ffine
c oordinote transformation' .
I

___1__
ol Komparator mono lain yang jenisnya serupa yaitu Kern MK2, yang
I

I disajikan pada Gambar 5.9. Piranti ini dilengkapi dengan dua skala kaca yang
dipasang tetap dan saling tegak lurus untuk memperoleh koordinat sumbu X
I

st,
dan Y. Foto diletakkan pada arena yang tidak dapat diputar terapi dapat
ditedemahkan ke arah X dan L Gerakan arena dapat dilakukan dengan tangan
untuk memperoleh posisi titik gambar paling mendekati lokasi rujukan pada
lembaran kaca pengukur. Kemudian arena dicepit, dan kedudukan yang tepat
1t ra
dapat diperoleh dengan mengamatinya melalui bagian pengamat (eyepiece)
dengan pembesaran. Dengan menggunkan sel fotoelektrik yang memantrau
posisi berkas sinar yang bergerak melalui skala kaca pada saat arena diter-
jemahkan, dapat dilakukan pengukuran hingga mendekati milaometer dan
Asal sumbu komparator
dikfuimkan secara otomatis ke sebuah alat keluaran digital elektronik. Cara
yang lazim untuk mengubah koordinat komparator XY menjadi sistem
Gambar 5.E Pengukuran koordinat foto dengan komparator mono'
t22 1

123

koordinat folo.ry juga dilakukan dengan transformasi koordinat gabungan,


seperti dibirrcangkan pada BagianB{ I-ampiran B. Batang pengukuran
Komparator mono yang berbeda jenisnya disebut komparator nulti- skala kaca
Tabung mikrometer

bterartf (multilaterative comparator) yang disajikan pada Gambar 5.10. Cara


kerjanya pada dasamya sama dengan asas trilateratif yang dibincangkan pada
Butir 5.5. Bagian pengukuran pada komparator ini terdiri dari sebuah batang a,
pengukur skala kaca yang disinari secara tepat dengan interval rincian I mm.
Batang pengukur ini dapa berputar bebas di seputar sumbu pada bagian da-
sarnya. Piranti ini dilengkapi dengan sebuah bagian pengamat mikroskopik
yang pembesarannya berkisar dari l0 x hingga 30 x. Jarak diukur dari titik
sumbu ke gambar yang koordinat fotonya dikehendaki. Pengukuran dilakukan
dengan memutar batang pengukur pada sumbunya dan secara bersamaan
menggerakkan bagian pengamat sehingga titik yang akan diukur terletak pada

'
ilt

Bagian Pivot
Pengamat
mikrokoPik

Gamtlar 5.10 Komparator multilateratif.(Seizin D.B.A. Systems, Inc.)

sebuah lingkaran pelat kaca bila dilihat melalui bagian pengamat. Putaran
tabung mikrometer pada puncak batang pengukur menyebabkan skala kaca
mentedemahkan secara longitudinal, dan bila titik itu berada di dalam retikel
berbentuk lingkaran, tabung itu diputar hingga sebuah rincian sama yang
besarnya I mm membelah titik itu. Piranti ini pada umumnya dilengkapi
untuk membuahkan keluaran otomatis digital, tetapi dapat dibaca secara
manual. Pada pembacaan secara manual, seluruh milimeter diperoleh lang-
sung dari skala kaca dan bagian fraksional diambil dari tabung mikrometer
hingga terdekat terhadap tengahan milimeter.
Gambar 5.1I menyajikan suatu generalisasi dasar teoretik komparator
mu)tilateral, jara& rt1, Rz,Rt, dan Ra diukur dari sumbu ke titik e. Dalam
proses pengukuran sebenarnyd, sumbu itu tetap pada tempatnya sedang arcna
pengukuran tempat meletakkan foto diputar empat kali, tiap putaran besarnya
sekitar 90o. Jarak diukur pada tiap titik pada empat posisi tersebut, sehingga
Gambar 5.9 Komparator mono merk Kern MK2 (Seizin Kern Instrumens, Inc.) terbentuk ekivaleqgeometrik seperti pada Gambar 5.1l.
l24 125

terhadap koordinat yang diketahui nilainya pada pelat grid Pola umum beda-
Y nya (kesalahan) dapat dibuat model polinomial dengan cara serupa dengan
yang diperkirakan pada Bagian A-ll Lampiran A. Koordinat foto terukur
kemudian dapat diproses melalui polinomial untuk menghapus kesalahan
3 sistematik komparator secara efektif.
\^, lt
5.8 PERBAIKAN KOORDINAT GAMBAR TERUKUR
Pada bagian-bagian sebelum ini telah dibincangkan piranti dan teknik
pengukuran koordinat foto, prosedur untuk menghapus kesalahan sistematik
R4
R2 dalam pengukuran, dan penghitungan untuk mengubah koordinat ke sistem
sumbu fidusial. Akan tetapi koordinat foto ini masih tetap mengandung
4
kesalahan sistematik dari berbagai sumber lain. Sumber utama kesalahan ini
) ialah:
I. Kegagalan sumbu fidusial untuk berpotongan pada titik utama
Rr 2. Pengkerutan atau pengembangan bahan fotografik
3. Distorsi lensa
4. Distorsi pembiasan atmosferik
5. Distrosi oleh lengkung bumi.
Untuk menghapus efek kesalahan sistematik dapat dilakukan koreksi.
Akan tetapi tidak semua masalah fotogrametri memerlukan koreksi. Pada
pekerjaan kasar maka kesalahan ini dapat diabaikan. Misalnya bila digunakan
skala keteknikan untuk pengukuran, maka ketidakpastian koordinat foto
cukup besar sehingga kesalahan sistematik yang kecil dapat diabaikan. Se-
baliknya bila digunakan sebuah komputer untuk pengukuran cerrnat masalah
Gambar 5.ll Ekivalen geometrlk yang tergeneralisasi sistern pengukuran fotogrametri analitik, maka semua koreksi dipandang penting. Keputusan
komparator multilateratif. tentang koreksi mana yang penting bagi suatu masalah fotogrametri dapat
diambil setelah mempertimbangkan ketelitian yang dikehendaki dan besarnya
Dari jarak terukur R, koordinat empat titik sumbu, tanda fidusial, dan kesalahan yang disebabkan oleh pengabaian kesalahan itu.
semua titik gambar dihitung dengan sistem XI seperti icrcantum pada Gam-
bar 5.11. Perhitungannya dilakukan dengan komputer. Setelah pcrhitungan
selesai maka koordinat tanda fidusial diketahui, baik pada sistem kompamtor
5.9 REDUKSI KOORDINAT KE ASLINYA PADA TITIK
UTAMA
XY sembarang maupun pada sistem.ly fotografik terkalibrasi. Dengan mcng-
gunakan dua rangkaian koordinat bagi tanda fidusial, semua titik dapat diubah Telah dinyatakan sebelumnya bahwa titik utama foto jarang terletak
ke sistem koordinat fidusial (fotografik) dengan menggunakan suatu transfor- pada perpotongan garis fidusial. Koordinat sebenarnya tilik utama dalam hu-
masi koordinat seperti transformasi gabungan dua-dimensional yang dibin- bungannya dengan sumbu fidusial ialahxodanyo seperti yang disajikan pada
cangkan pada Bagian 8-6 Lampiran B. Gambar 5.12. Koordinat ini diperoleh melalui kalibrasi kamera.
Meskipun komparator mono pada umumnya sangat teliti, terjadi juga Persamaan fotogrametri yang menggunakan koordinat foto didasarkan
kesalahan sistematik kecil yang disebabkan oleh kekurangsempurnaan dalam aias geometri proyektif dengan asumsi bahwa koordinat foto terletak pada
sistem pengukuran. Besamya kesalahan ini dapat ditentukan dengan mengukur titik ulama. Oleh karena itu secara teoretik benar untuk mereduksi koordinat
koordinat pada pelat grid yang teliti dan kemudian membandingkan hasilnya foto dari pengukuran atau dari sistem sumbu fidusial ke sistem yang aslinya
t26 127

pada titik utama. Sumbu titik utama disajikan pada Gambar 5.12 sebagai x' 5.10 PENGKERUTAN DAN PEMEKARAN FILM DAN KER.
dan y'. Untuk sembarang titik gambar a, reduksi dari sumbu fidusial ke TAS FOTOGRAI'IK
sumbu titik utrama adalah sederhana, yaitu sebagai berikut:
Posisi gambar yang benar pada foto merupakan persyaratan bagi
xo'= xo xo
-
!o'=Jo-!o
(5.7) t) (r
pekerjaan fotogrametri. Koordinat foto yang diukur dengan salah satu cara
yang telah dibincangkan akan menyebabkan kesalahan kecil dalam
Pembuat kamera untuk pemetaan cermat berupaya memasang tanda hubungannya dengan pengkerutan dan pemekaran bahan fotografik yang
fidusial dan lensa kamera sehingga titik utama dan perpotongan garis fidusial menyangga emulsi negatif dan positif. Koordinat foto harus dikoreksi bagi
bertemu pada satu titik. Penyimpangan yang terjadi pada umumnya hanya kesalahan-kesalahan ini sebelum digunakan untuk perhitungan fotogrametrik.
beberapa mikrometer. Oleh karena itu untuk pekerjaan fotogrametri biasa, kalau tidak, maka hasil penghitungannya akan mengandung kesalahan ini.
terutama bila digunakan kertas cetak positif, reduksi ini umumnya dapat Besarnya kesalahan hasil penghitungan bergantung atas keparahan kesalahan
diabaikan. pengkerutan dan pemekaran, yang bergantung atas jenis bahan yang diguna-
kan sebagai penyangga emulsi.
Y), Sebagian besar film foografik yang digunakan untuk membuat negatif
bagi pekerjaan fotogrametri mempunyai stabilitas dimensional baik sekali,
akan tetapi terjadi perubahan kecil selama pemrosesan dan penyimpanan.
7 Perubahalt dimensional selama penyimpanan dapat dibuat minimum dengan
menyimpannya pada ruang simpan dengan suhu dan kelembaban konstan.
Jumlah distorsi yang sebenarnya terjadi pada film merupakan fungsi beberapa
variabel, termasuk jenis film dan ketebalannya" Nilai yang mencirikan dapat
-xd--l beraneka, dari hampir dapat diabaikan hingga sekitar 0,20 persen.
"T-l Sejumlah bahan yang berbeda-beda tersedia bagi pencetakan foto
positif. Stabilitas dimensional kaca tak terlampaui oleh bahan lain. Bila
t,o yi I

Irva digunakan kaca maka pengkerutan dan pemekaran dianggap tidak ada. Bila
o
ttr digunakan bahan poliester, stabilitas dimensionalnya sama tinggi bagi positif
L I dan negatifnya. Akan tetapi kalau digunakan kertas, stabilitls dimensionalnya
jauh lebih rcndah. Oleh karena itu maka cetak ketas tidak digunakan untuk
r--1 pekerjaan fotogrametri teliti. Jumlah pengkerutan dan pemekaran merupakan
fungsi suhu, kelembaban, dan jenis kertas serta tebalnya. Akan tetapi yang
paling berpengaruh ialah cara pengeringan cetakannya. Bila digunakan
pengering berbentuk tabung panas atau bila cetakan digantung untuk
pengeringan, akan terjadi distorsi lebih besar daripada bila cetakan dikeringkan
dengan meletakkannya datar pada suhu kamar biasa. Pengkerutan dan
pemekaran kertas hingga I persen merupakan hal yang lazim. Bagi kertas
tipis (single-weight paper) maka pengkerutan dan pemekaran dapat mencapai
\ dua persen atau tiga persen bila pengeringannya dilakukan dengan menggan-
tung kertas cetakan itu. Distorsi sepanjang sumbu x sering berbeda jauh
dengan distorsi sepanjang sumbu y. Distorsi diferensial ini dapat berakibat
parah apabila pengkerutan dan pemekaran kertas diabaikan.
Gambar 5.12 Reduksi koordinat foto terukur ke asal pada titik prinsipal.
t29
128
Koordinat terukur Koordinat terkoreksi
5.11 KOREKSI PENGKERUTAN
(a) (D) (c) @ {e\
Jumlah pengkerutan atau pemekaran pada foto dapat ditentukan dengan y"
membandingt<an jaraf foto terukur antara fidusial yang berhadapan dengan Nomer titik l'. mm )" mm .r', mm mm

nilainya yan'g ditentukan di dalam kalibrasi kamera. Koordinat foto dapat I 95,18 -102,02 94,84
-1O2,57
altor.t riuiti terjadi kesalahan. Bila x, dan y, merupakan ukuran fidusial
,,
-98,43
t6,28 -87,77 -97,90
16,19 -87,45
pada positif, sedang x. dan y" merupakan jarak fidusial terkalibrasi, maka 3
-36,06 65,37 -35,93
4 65.72 61,84 61,62
ioordinat foto terkoreksi bagi sembarang titik a dapat diperhitungkan sebagai 04,8 8 104,32
berikut:
5 1
-73,49 -73,23

xa '=(f) Xa
(s.8)

!a '= (f) (s.e)

Pada Persamaan 5.8 dan 5.9 xo' danyr'adalah koordinat foto terkoreksi
dan x, serta yo merupakan koordinat terukur. Perbandingan x, lx^ dan
yrly^
secara sederhana merupakan faktor skala pada arah x dan y'

Contoh 5.3
Untuk foto tertentu, jarak fidusial terukur x dan y masing-masing
sebesar 233,85 mm dan 2i3,46 mm. Jarak fidusial terkalibrasi masing-
masing sebesar 232,60 mm dan 232,62 mm. Hitunglah nilai terkoreksi
koordinat foto terukur yang terdaftar pada lajur (b) dan (c) tabel berikut.
Jowaban:

Berdasarkan Penamaan 5.8,


Gambar5.l3Gridpelatkacatumpangtindihdenganfotobulan(Serzrn
,'=(?1?'6-0=) ,r) = o.ee465(x) National Space Science Data Center).
(233.8si
Di samping tanda fidusial atau sebagai gantinya'.teberapa l<amera
Berdasarftan Penamaan 5.9, pada.Gambar
OilengtapiOei,gai prlat grid kaca (reseau)' Seperti tersajikan
i.r:,"r..i.ngt<ipan ini derupa pelat kaca dengan grid.silang la]Ys vang
',,=(ryr)
\233.46 )
' = o.ee6ao(y)
,r, ;i;;;*d;.4;nya. Grid peiat kaca inidipasang pada bidang fokal kamera
dan tentu
r."nirgg, Uii, dilalukan pe,rotretun, S]r0 !1r tercetak pada negatif'
Tiap nilai terukur dikalikan dengan konstanta yang sesuai dan koordi- terukur tanda grid pada positif
,":" fJr"rOi"n tampat f,ada positif.-Posisi
nat terkoreksi dimasukkan ke lajur (d) dan (e) tabel berikut. ffitOiUanAngkanierhidap lokasi
pada.kqgT y-C diketahui dengan tepat'
Koreksi pengkerutan alau pemekaran dapat pula dilakukan melalui ffi d"ili dilak"ukan koreksi kalau terjadi ketidaksesuaian karena pengkerutan
faktor x Oan _V pa& transformasi koordinat gabungan dua-dimensional. Metode utu"6r"t.-. Car: yang lazim unt,k koreksinya Bagian-B-6
ialah dengan-transformasi
Lampiran B'
ini terutama cocok bagi perhitungan fotogrametri analitik dan memerlukan kooriinat gabungan s"p"ii yang dijelaskanpada
komputer. cara kerjanya dijelaskan pada Bagian 8.6 Lampiran B, bersama k.;r6;; dalair qenggun'atai giiA petat kaca ialah bahwa pola grid ter-
contoh numeriknya.
130 131

mengisyaratkan distrsi ke arah luar). Jarak radid terkoreksi ke titik nomer 4


sebar merata ke seluruh format foto sehingga dapat dilakukan koreksi
bagi
p"ngr"*mn amu pemekaran tak seragam yang dapat terjadi. Koreksi semacam diperoleh dengan mengurangkan distorsi positif dari jarak radial, atau:
ini fiOat dapat diiafukan hanya berdasarkan ketersediaan tanda fidusial tepi 7'=7-[1 (s.10)
atau tanda fidusial sudut. Oleh karena itu maka untuk pekerjaan fotog-rametri
unurirft yang teliti lebih baik menggunakan grid pelat kaca. sebagai Untuk conoh ini, / adalah:
p.rgeurtl grIA petat kaca, pada bebeiapa kamera dilengkapi lubang halus rl'= 89,83 0,004 = 89,826 mm
if.nEln poii gria pada pelai penekan film pada bidang fokal selama pemo- -
tretir. Sita Oilat,tian p"rnor.lan maka lubang grid ini tercetak pada negatif. Sekarang, koordinat .r' dan y' terkoreksi diperhitun gkan sesuai dengan
rasio r7r, atau:

5.12 KOREKSI BAGI DISTORSI RADIAL LENSA *' =(), (5.1 l)


Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 2 dan Bab 4, distorsi radial
lensa menyehabt<an posisi gimUar mengalami distorsi sepanjang
garis radial v' =() v (s.12)
dad titik itura. giia karikteristik diitorsi radial lensa kamera diketahui
melalui kalibrasi kamera, posisi gambar dapat dikoreksi' Dengan Persamaan 5.1I dan 5.12,
Metode yang beftOa-beda untuk melakukan koreksi distorsi radial
lensa, (2)
ialah: (l) pemuacaa-n koreksi yang diminta pada kurva distorsi radial
(3) metode numerik di mana kurva (ftff) ur,r, = 65,367 atau 65,37mm (dibulatkan)
irt..p"f"ri koreksi dari sebuah tabel, dan
metode
"'=
distoisi radial lensa didekati oleh sebuah polinomial. Masing-masing
ini mendasarkan pada asumsi bahwa distorsi bersifat simetris di seputar titik y4,= (!1!26) ur,* = 61,617 atan 6t,6zmm (dibulatkan)
utoru. Koreksi bagi distorsi radial lensa secala teoretik harus dilakukan
setelah dilakukan reduksi gambar ke titik utama dan terkoreksi
dari kesalahan
Meskipun disorsi radial lensa pada dasamya dapat diabaikan bagi lensa
oleh pengkerutan dan Pemekaran. Zeiss Pleogon seperti contoh di atas, distorsi itu sangat signifikan bagi
'
C'onto5 berikui mencerminkan metode pembacaan koreksi dari
suatu
beberapa lensa kamera lain. Lensa Metrogon misalnya, distorsi radial
kurva: lensanya mencapai 10,100 mm. Oleh karena itu para fotogrametriwan harus
faham benar ukuran distorsi radial lensa kamera yang digunakan dan
Contoh 5.4 melakukan koreksi bagi distorsi yang melebihi batas diterima pada tiap
Misalnya koordinat foto pada contoh 5'3 diukur pada foto yang dibuat masalah.
dengan kameia yang kurva rtisiorsi radial lensanya disajikan- pada Gambar Metode pendekatan distorsi radial lensa dengan polinomial bersifat
"tooiOinat
+.f iiitrngtatr titik nomer 4 patla Contoh 5.3 setelah melakukan paling rumit. Akan tetapi apabila tersedia komputer, metde ini paling
koreksi distorsi radial lensa. disukai. Metode polinomial terutama cocok bagi perhitungan fotogrametri
analitik. Metode ini terdiri dari pendekatan kuva distorsi radial lensa dengan
Jaw'aban; sebuah polinom ial berbentuk:
(perhitungan didasarkan atas koordinat pen gkerutan terkoreksi). Jarak
radial r Oari dtif prinsipal ke titik nomer 4 ialah: Lr-ki'+k2F+fuf+kar1 (s.13)

(653T2 + {61,62)2 = 89,83 mm Pada Formula 5.13 maka & merupakan distorsi radial lensa pada jarak
radial r dari titik utama. Koefisien t menentukan bentuk kurva itu. Koefisien
SetelahmemasukiabsispadaGambar4.l5dengannilairsebesar ini diperoleh melalui sebuah penghitungan kurva petak-petak bujur sangkar
89,83 ;;, bergerak ke atas untrk me'otong kurva distorsi'.kemudian yang sesuai bagi kurva distorsi radial yang diketahui, pada berbagai jarak
;;;;;rrk mendaiar ke kiri ke skala ordinar (lihar garis putus pada cambar
(nilai positif radial yang ditentu&an melalui kalibrasi kamera pada Bagian A-ll Lampiran
;.i3t; ;..b;.a distorsi radial lensa Ar sebesar +0,004 mm
132 133

A. Setelah nilai t ditentukan, distorsi radial lensa untuk sembarang nilai r perjalanan berls cahayadi atrnosfer tidak membenhrk garis lurus, tetapi agak
dapat langsung dihitung dan dilakukan substitusi kembali ke Formula 5.13. melengkung sesuai dengan hukum Snell seperti yang disajikan pada Gambar
' ca; tirja tersebut di atas dilandasi oleh asumsi bahwa distorsi radial 5.14. Berkas cahaya yang datang dari titik pada gambar itu membentuk sudut
lensa bersifat simeris di sekitar titik utama. Disorsi radial lensa yang tidak o terhadap garis vertikal. Bila pembiasan di'abaikan, berkas cahaya akan lebih
simetris dapat pula diperhitungkan. Akan tetapi, asumsi-simeri. ilu telah tampak berasal dari titik I
daripada dari titik A. Formula fotogrametri
memuaskan Uagi semui distorii radial lensa kecuali bagi pekerjaan foto- memberikan asumsi bahwa perjalanan berkas cahaya membentuk garis lurus.
grameri yang t;iid. Distorsi tangensial lensa pada umumnya sangat kecil dan Untuk melakukan kompensasi terhadap jalur pembiasan itu harus dilakukan
jarang dikoreksi. koreksi terhadap koordinat gambar.
Pada Gambar 5.14, bila berkas cahaya dari titik A membentuk jalur
lurus maka gambarnya akan terletak pada a'. Distorsi sudut oleh pembiasan
5.13 KOREKSI PEMBIASAN ATMOSFERIK sebesar 0, dan distorsi liniearnya pada foto sebesar 6r. Pembiasan menye-
babkan semua titik gambar mengalami pergesaran tempat ke arah luar dari
Telah lama dikenal bahwa kepadatan (dan oleh karenanyajuga indeks posisi sebenarnya. Besarnya distorsi oleh pembiasan membesar dengan
pembiasan) atmosfer menyusut sesuai dengan ketinggian. Oleh karena itu meningkatnya tinggi terbang dan juga oleh meningkatnya sudut a. Distorsi
oleh pembiasan terjadi secara radial dari titik nadir foto (titik utama foto
vertikal) dan sebesar nol pada titik nadir.
Dari Persamaan 5.14 dapat dikembangkan pers:rmaan untuk koreksi
pembiasan sebagai berikut:

, -Lao
U,- (a)
' cos 0,
di mana 0 dalam radian, dan
f
cos(l=E (b)

Juga,

Perjalanan cahaya aktual U =''['2 * f (c)

Substitusi (b) dan (c) ke (a) dan reduksi,

u,=#), (5.14)

Di dalam Persamaan 5.14, r ialah jarak radial titik gambar dari titik
nadir foto (titik utama bagi foto vertikal), dan / merupakan panjang fokus.
.) Unit 5, akan sama dengan r danf.
Bagi atmosfer normal maka sudut 0 dapat dihitung untuk tinggi
terbang tertentu, ketinggian permukaan lahan rata-rata, dan sudut c (lihat
rujukan yang dicantumkan pada bagian akhir bab ini untuk pesamaan
tersebut). Gambar 5.15 merupakan gambar sudut 0 (dalam detik) pada ordinat
dan sudut o (dalam derajad) pada absis. Nilai 0 untuk menggambar diagram
Gambar 5.14 Pembiasan atmosferik pada pemotretan udara. ini dihitung berdaslrkan ketinggian permukaan lahan hingga sekitar 1.000
ty 135

kaki di atas permukaan laut rata-rata, dengan menggunakan nilai 0 yang tu"
88,e2 ])zo6,265" lr:,d = o.ol4
+ (aa,sz)2
berbeda-bedfdan juga dengan beraneka tinggi terbang di atas permukaan laut
6, - [(sg,sr)2 mm

rata-ruta. Untuk permukaan lahan lebih tinggi dari 1.000 kaki, akan dihasil- L
kan kurva yang sedikit berbeda yang mencelminkan sudut pembiasan lebih = 7 = 89,83 = 89,816 mm
kecil.
-$, -0,014
(r
Untuk melakukan koreksi distorsi oleh pembiasan bagi titik gambar x - ( as, s ro ) 6s.37 =65.360 mm
tertentu, sudut o mula-mula dihitung berdasarkan koordinat foto dan panjang \ 89.83 /
fokus kamera sebagai berikut:

o= lor-r (s.1s)
v' =(ffi) 6t'62=6r'6ro mm
$)
di manar =^FTV
Setelah menghitung 0 atau memperolehnya dari Gambar 5.15, Per- o/
a/
sama:m 15.14 dapaiditerapkan untuk memperoleh 6r. Koreksi ini Cilakukan
secara radial dali- titik nadir (titik utama foto vertikal). Oleh karena itu maka !'l ,
jarak radial terkoreksi r' ke titik gambar diperoleh dengan menggunakan
-Per*rnaan JI
5.10, kecuali 6ryang disubstraksikan dari r. Koordinat x'dany' o
'o
terkoreksi kemudian diperoleh dengan menggunakan Persamaan 5.11 dan ;
E
5.12. 6
lrE
Contoh 5.5 A
a
.(,
Misalnya kamera yang digunakan untuk membuat foto pada Contoh a
5.3 dan 5.4 panjang fokusnya 88,92 mm, dan pemotretan dilakukan dari I

ketinggian Z0.OOO kaki di atas permukaan laut rata-rata. Hitung koordinat


titik nomer 4 setelah dilakukan koreksi pembiasan atmosferiknya.

Jawaban:
20 lo 4u )t/ (il'
@enghitungan dilakukan berdasarkan koordinat dari Contoh 5.4 yang telah o - Suttut datang berkas sinar tcrhadap vcrtikal, dcrajat
Oitorltsi pengkeruAn maupun pemekarannya, dan distorsi radial lensanya.)

f= (653T2 +61,62)2 = 89,83 mm Gambar 5.15 Sudut pembiasan 0 dan sudut sinar datang dengan garis vertikal cr,
untuk elevasi permukaan lahan hingga sekitar 1.000 kaki dan beraneka tinggi
Dengan Persamaan 5.15, terbang di atas permukaan laut rata-rata.
at
n, = tan .Ir"rr7
_,/se.sr.)=45.3o
5.I4 I(OREKSI LENGKUNG PERMUKAAN BUMI
Dari Gambar 5.15, pada o = 45,3o dan H = 20.000 kaki, nilai 0
Bila posisi titik pada ruang objek harus dihitung dengan sistem
sebesar 16 detik (ditunjukkandengan garis-garis putus pada gambar)' koordinat bidang datar, harus diperhitungkan distorsi gambar yang disebabkan
Dengan Persamaan 5.14 maka: oleh lengkung pennukaan bumi. Pada Gambar 5.16, A adalah titik objek di
136 r37

Unit H'dan R harus sama, sedang unit dr sama dengan unit r dan/. Jarak
medan dan A,merupakan posisinya pada sebuah Pgta dryar yang menyrngSung
radial terkoreksi r'ke titik gambar diperoleh dengan menambah drker.
pfirk
'nita
* bumi pida titik nadir (tiiik vertikal di bawah stasiun pemotretan).
Dengan distorsi radial lensa dan distorsi oleh pembiasan, koordinat foto
posisi Wt^ A' dikehendaki dalam penghitungan, perlu digunakan
koordinat foto posisi gambar teoretik a'sebagai penSganti posisi gambar
terkoreksi kemudian dapat diperoleh melalui Persamaan 5.l l dan 5.12.
Distorsi oleh lengkung bumi inenjadi semakin parah dengan bertam-
sebenarnya a. Jifak aa-'sebesar dr, yaitu distorsi oleh lengkung permukaan (r bah besarnya jarak datri titik nadir medan ke titik objek. Jarak ini bertambah
bumi. Diitorsi ini bersifat radial dari titik nadir fotografik (itik prinsipal foto
bila panjang fokus semakin kecil. Gambar 5.17 menyajikan distoni radial
vertikal).
persamaan 5.16 terlihat bahwa koreksi lengkung permukaan oleh lengkung bumi bagi foto vertikal yang dibuat dengan kamera yang
iari panjang fokus nominalnya 6 inci (150 mm) dengan berbagai tinggi terbang di
bumi harus dilakukan ke arah luar. Penamaan untuk menghitung dr
ialah
atas tanah. Sebagai contoh penggunaan nomogram ini, bagi tinggi terbang
. H'rj 6.000 kaki di atas tanah maka sebuah gambar yang jarak radialnya 100 mm
dr=W (5.16)
dari titik utama akan mengalami distorsi oleh lengkung bumi sebesar 6 pm.
Contoh ini disajikan dengan garis putus pada Gambar 5.17. Perhatikan pada
r ialah
Pada Formula 5.16, H'merupakan tinggi terbang di atas tanah, gambar itu bahwa nilai dr dapat menjadi sangat besar.
jarak dari titik utama ke titik gambar, R ialah garis menergah bumi
!ZO.9OO.O66 kaki atau 6.372.200 m), dan/merupakan panjang fokus kamera.

ll
Distorsi radial oleh lengkung bunri
bagi lbto vcrtikal yflng dibuat dengan
panjang lbkus kamem 6 irci (152 mm)
pada bcrbagai tinggi telbang di atas taoah

40 60 80
z - jrnk ndirl drri titik prinsipel, mm

Gambar 5.16 Distorsi dalam pemorehn dari udara oleh lengkung permukaan Gambar 5.17 Distdrsi radial oleh lengkung bumi.
bumi.
139
138

5.15 PENGUKURAN DENSITI GAMBAR


Seperti dijelaskan pada Butir 3.5, densiti ialah tingkat kegelapan atau
kecerahan suatu film. Pada umumnya foto mengandung gambar dengan ber'
bagai densiti. Dalam contoh foto udara pada Gambar 1.8 misalnya, sungai
tampak dengan rona gelap dan beberapa gedung tampak putih. Objek lainnya {; (r
tampak dengan tingkat keabuan antara dua ekstrem gelap dan terang ini,
seperti misalnya jalan, pohon-pohonan, dan daerah rumput. Variasi densiti
gambar inilah yang menyebabkan objek dapat dikenali pada foto. Pada ke-
nyataannya, suatu foto sangat dicirikan oleh susunan keruangan yang unik
sejumlah besar variasi rona yang terjadi padanya yang dibatasi oleh garis
tepinya.
Variasi densiti gambar dapat diukur dengan menggunakan piranti yang
disebut mi k r o d e n s i t o me t e r (micr odensitometer). Pen gukurannya dilakukan
atas diapositif (lembaran tembus pandang yang diceok pada kaca atau film).
Ada dua jenis mikrodensitometer, yaitu model tillt (spot) dan model pe-
nyiaman (scanning). Dengan mikrodensitometer titik, pengukuran densiti
pada titik tertentu pada foto dapat dilakukan dengan menterjemahkan optik
pengukuran secara manual ke lokasi-lokasi tersebut. Dengan demikian maka
piranti jenis ini hanya cocok bila titik yang harus diukur sedikit jumlahnya.

Gambar 5.19 Mikrodensitometer jenis alas datar model PDS-1010A (Seizin


Perkin-Elmer, Applied Optics Division).

Bila dikehendaki pengukuran densiti seluruh foto, digunakan mikroden-


sitometer jen is p e nyi aman.
Milaodensitometer penyiaman secara sistematik menyiam seluruh
foto, mengukur nilai densiti, dan merekamnya pada pita magnetik. Isi suatu
foto yang direkam dengan cara ini, siap digunakan untuk berbagai pemrosesan
data secara otomatis yang dapat ditampilkan dengan menggunakan komputer
berkecepaan tinggi atau dengan alat lainnya-
Mikrodensitometer penyiaman terdiri dari dua jenis, yaitu: (l) model
drum di mana film diapositif dipasang pada sebuah tabung yang berputar
Gambar 5.18 Mikrodensitometer penyiaman jenis tabung yang berputar model untuk pengukuran, dan (2) model alas datar (flatbed) yang memungkinkan
C4500. Pada suatu pixel berukuran 50 pm, piranti ini dapat menyiam seluruh isi diapositif kaca atau film diletakkan datar untuk pengukuran. Komponen
foto berukuran 9 inci bujur sangkar dalam waktu kurang dui 20 menit'(Seizin elekro-optik dan cara pengukuran duajenis piranti ini pada dasarnya sama,
Optronics International, Inc.)'
140
14t
perbdaannya hanya terletak pada rancangan mekaniknya. Gambar 5.19
menyajikan jenis alas datar.
Cara kerja mikrodensitometer jenis tabung disajikan pada Gambar
5.20. Densitometer terdiri dari sistem penyiaman elektro-optik.ry dengan
kecepatan tinggi. Film yang disiam diletakkan pada pembukaan tabung dan
membentuk bagian dari ketiling lingkarannya. Pada kerja aktifnya maka l1 (r
tabung berputar sementara optik secar:l serentak menterjemahkan densiti
dengan menggunakan suatu sekrup timah.
Selama penyiaman, foto disinari dari dalam tabung dan sebuah titik
sinar diproyeksikan ke lubang berbentuk bujur sangkar melalui film. Ukuran
lubang yang pada umumnya disebut ukuran "titik" atau ukuran pixel, dapal
beraneka. Pada umumnya dipilih pixel berukuran antara 25 pm hingga 100
pm bujur sangkal, meskipun sebagian besar mikrodensitometer mampu
menyiam pixel yang ukurannya lebih kecil. Pada saat sistem ini melakukan
penyiaman, densiti film tiap pixel diperoleh dengan membanding intensitas
sinyal masukan cahaya dengan sinyal cahaya yang ditransmisikan melalui
film yang telah diukur dengan sebuah ' photomultipller'. Sinyal analog yang
mengisyaratkan rasio antara intensitas masukan dan intensitas transmisi
diproses dengan amplifier logaritrnik, diransmisikan ke pengubah analog ke
digital (analog-to-digital atau A-D convertor), dan diberikan nilai densitinya
rfn

at (a)

Gambar 5.21 (a) Reproduksi hitam putih sebuah foto inframerah berwarn4 (D)
Huruf-huruf keluaran cetak komputer yang mengisyaratkan variasi densiti daerah
yang digambarkan pada 5.21a. Data densiti diperoleh dengan milcrodensitometer
Gambar 5.20 Cara kerja operasional mikrodensitometer penyiaman jenis penyiamaq dan mencerminkan pantulan pada spektrum bagian merah. Keluaran
tabung. cetak densiti itu berypa sebuah negatif, misalnya danau yang hampir tanpa
memantulkan merah tampak dengan rona cerah, sedang tempat duduk berwarna
merah pada stadion sepakbola taripak dengan rona gelap
143
t42
(ingat Butir 3.5 bahwa densiti merupakan logaritma normal rasio antara
intensitas masukan dan intensitas transmisi). Nilai integral diberikan bagi
rILc-z
rs scowN rllPloFlEERY
96o{Ec.ratsorllEloi{El- seluruh pixel sebanding dengan densitinya. Operator dapat memilih kisaran
"6F89!e
BIIEEoRBN tsHRocoluil{
to0+
gradasi densiti yang direkam, misalnya 256 tingkar
_tb5r-\-!9!-t-12:-!?l:_t^?2:-\29:-11::-11h-1lI:-1:2:-I::-l!!:-::::-L-1!i-112:-L-91!-t121
Tiap penyiaman di sekitar keliling lingkaran film mengandung densiti
75 l) sebanyak titik sampelnyayang dipengaruhi oleh ukuran pixelnya. Pada proses
penyiaman, suatu nuter hasil penyiaman terbentuk dengan melangkoh satu
interval (lebarnya sama besar dengan ukuran pixel) tegak lurus terhadap
penyiaman sebelumnya dan kemudian melakukan sampel terhadap garis nilai
densiti berikutnya di sepanjang keliling lingkaran. Bila penyiaman bergerak
9g
maju, nilai densiti maupun posisi tiap pixel direkam pada pita magnetik.
95 Lokasi pixel di sepanjang salah satu lingkaran penyiaman mengisyaratkan
koordinat x sistem penyiam, dan hitungan jumlah langkah tegak lurus yang
100 lAq
mendahului pencatatan pixel itu mengisyaratkan sistem koordinat y. Sebuah
105 145 mikrodensitometer jenis ahs datar pada dasarnya bekeda dengan cara serupa,
t14
kecuali bahwa sinyal cahaya masakan menyiam secara sistematik secara
ulang-alik menyilang diapositif yang diletakkan datar di atas arena. Jelas
115 bahwa pada densitometer jenis tabung harus digunakan film diapositif, sedang
bagi model alas datar dapat digunalian film maupun kaca.
l)q
Gambar 5.21a menyajikan sebuah reproduksi hitam putih sebagian
12< foto inframerah berwarna, dan Gambar 5.2|b menunjukkan sebuah keluaran
f) (r
cetali komputer yang mengisyaratkan variasi densiti daerah yang sama yang
lt4
diperoleh dengan mikrodensitometer penyiaman. Hasil penyiaman densiti itu
1?5 mencerminkan pantulan mcrah dari medan, dan keluaran cetak komputer itu
144
berupa sebuah negatif, misalnya daerah yang memantulkan banyak sinar
merah tampali dengan rona gclap pada Gambar 5.2Ib, dan yang memantulkan
r45
sinar merah sedikit tampali cerah. Sebagai contoh, danau di bagian atas foto
l5q yang memantulkan tenaga merah sangat sedikit tampak cerah prda keluaran
cetak, scdang tempat duduk berwarna merah stadion sepa.libola tampak gelap
pada keluaran cetak. Gambilr 5.21b diperoleh dengan mencetali berbagai huruf
sesuai dengan letak baris dan lajur serta densitinya, untuk membentuk ber-
bagai tingkat kehitaman. Legenda di bagian kiri bawah gambar itu menam-
l((
pilkan suatu contoh beberapa huruf yang membuahkan berbagai tingkat rona.
774 Kegunaan utama piranti yang diperikan di atas ini ialah sebagai sistem
otomatis untuk pengukuran dan perekaman secara digital isi foto. Dengan
175
l, ketersediaan informasi semacam ini maka berbagai tugas fotogrametri dapat
19q dilakukan secara otomatis dengan komputer digital, dan dapat diperoleh
185
banyak keluaran fotogrametri yang pada dasarnya lanpa campur langan
manusia. Di antara tugas yang dapat dilakukan ialah klasifikasi data secara
otomatis dan interpretasi, yang dapat mengumpulkan informasi seperti
iq ffi t$ 6q B{,8!i it0 i4? rE0 misalnya bentangan daerah kota; kesehatan, jumlah dan lokasi berbagai
:,: iii iii Bgg gBE EEE llf lll H (b) spesies pohon; lu4s berbagai tanarnan pertanian; dan ukuran, bentuk, dan
t4 145

lokasi danau dan sungai yang tampak pada daerah liputan foo. Keluaran png Washington, D. C., 1955.
dapat dikembangkan secara otomatis an6ra lain meliputi peta planimetli dan Krauc, K.: Film Deformation Correction with [-east Sguares, Photogrammetric
peta topografi, model digital medan, ortofoto, dan sebagainya. Metode untuk Engineering, vol. 38, no.5, hlm. 487,1972.
melakukan pekerjaan ini dan untuk mengembangkan keluarannya dibin- Kreckel, K H.: Roll Film Mensuration, Plotogrammetric Engineering,vol. no.6
cangkan pada bagian-bagian berikut buku ini. Penggunaan umum otomasi di hlm. 1CI3, 1965.
dalam foiogrametri, yang memadukan komputer digital berkecepaan tinggi l) Lampton. B. F., dan M. J. Umbach: Film Distortion Compensation Effectiveness,
dengan mikrodensitometer penyiaman dan piranti lainnya, merupakan hal Photograrnmetric Engineering, vol. 32, 6, hlm. 1035, 1965.
yang relatif baru. Pada saat akhir-akhir ini banyak dilakukan penelitian yang Marks, G. W.: Image Error and Photogrammetric Requirements, ASCE lournal of
sangat efektif dalam bidang ini, dan pengembangan baru ternrju ke calaawala the Surveying and mapping Division, vol. 102, no. SUl, hlm.39, 1976.
yang memiliki potensi untuk melakukan revolusi terhadap banyak cara kerja Scarpace, F. L.: Densitometry on lr4ulti-Emulsion Imagery, Photogrammetric
fotogrametri tradisional. Engineering and Remote Sensing, vol.44, no. 10, hlm. 1279, 1978.
dan P. R. Wolf: Atmospheric Refraction, Photogrammetric
Engineering, vol. 39, no. 5. hlm. 52L,1973.
RUJUKAN Scholer, H.: On Photograrnmetric Distortion, Photogrammetric Engineering and
Remote Sensing, vol.4l, no.5, hlm.76l, L975.
Abel-Aziz, Y. I.: AsymmetricalLens Distortion, Photogrammetric Engineering Schut, G. H.: Photogrammetric Refractioa, Photogrammetric Engineering, vol.
and Remote Sensing, vol. 41, no. 3, hlm. 337' 1975. 35, no. l, hlm. 79, 1969.
American Society of Photogrammetry: "Manual of Photogrammetry," ed. ke-4' Van Roessel, J.: Estimating Lens Distortion with Orthogonal Polynomials,
. Falls Church, Va., 1980, Bab 9. Photogrammetric Engineenng, vol. 35, no. 5, hlm. 584, 1970.
Bertram, S.: Atmospheric Refraction, Phologrammetric Engineering, vol- 32, no. Vlcek, J.: Systematic Errors of Image Coordinates, Photogrammetric Engineer-
l, hlm. 76, 1966. l\ 'r
rzg, vol. 35, no. 6, hlm. 585, 1959.
Broch R. H.: Methods for Studying Film Deformation, Photogrammetric Wolf, P. R.: Trilaterated Photo Coordinates, Photogrammetric Engineering, vol.
Engineering, vol. 38, no.4, hlm. 399,1966. 35, no. 6, hlm. 543, 1969.
Brown, D. C.: Computational Trade-offs in The Design of a Comparator, "Adjustment Computations: Practical Least Squares for Surveyors,"
Photogrammetric Engineering, vol.35, no. 2, hlm' 185' 1969. PBL Publishers, Madison, Wis.. 1980. Bab 18.
Bujakiewicz, A.: The Correction of Lens Distortion with Polynomials, Canadian dan R. A. Pearsall: The Kern PG-2 as a Monocomparator,
Surveyor, vol. 30, no. 2, hlm. 67, 1976. Photogranmelric Engineering and Remote Sensing,vol.42, no. 10, hlm.
Forrest, R. B.: Refraction Compensalion, Photogrammetric Engineering, vol.40, -: 1253, 1976.
no. 5, hlm. 577, 1974. Ziemann, H.: Image Deformation and Methods for Its Correction, Canadian
Friu, L. W.: A Complete Comparator Calibration Program, Photogramnrelria, Surveyor. vol. 25, no. 4, hlm. 367, 1971.
vol. 29, no. 4, hlm. 133, 1973.
Gugel, R. A.: Comparator Calibration, Photogrammetric Engineering, vol.3l, Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol.44, no. 5, hlm.
no.5, hlm. 853, 1965. 597, 1978.
Jacksic, Z.: Deformations of Estar-base Aerial Films' Photogrammetric
Engineering, vol. 38, no. 3, hlm. 285,1972. -:ACoordinateSystemforAerialFramePhotography,
Jeyapalan, K.: Calibration of a Comparatf,r, Photogranmetric Engineering, vol' t) (l SOAL
38, no. 5, hlm. 472,1972.
Keating, T. J., dan P. R. Wolf: An Improved Method of Digital Image Correlation, 5.1 Misalnya koordinat foto bagi titik a dan b pada Gambar 5.1 sebesar r, =
Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 41, no. 8' hlm' 49,87 mm, !a= 39,71 mm, rb = 79,2O mm, dan lt= mm. Hitung-
993, 1975. lah jarak foto ab, jarak radial oa dan ob, dan sudut -62,81
aob (lebih kecil dari
Keller, M., dan G. C. Tewinkel: "Aerotriangulation: Image Coordinate 180").
Refinement." Technical Bulletin no. 25. U.S. Coast and Geodetic Survey, \
146
147
5.2 Sama dengan Soal 5.1 kecuali koordinat foto sebesar xa=-2,435 inci, y,
= inci, .16 = inci, dan )r = 0,946 inci. 5.1 I Seperti Soal 5.10 kecuali datanya yang sama dengan data Soal 5.9.
5.3 -3,013
Dalam -3,985
Gambar 5.4, misalnys rd = mm, )a = 0,000 rlrl,.r5= 5.1 2 Pada kertas cetak positif, jarak r c
terukur antara fidusial .a dan sebesar
0,000 mm, dan y6 = lll,94 mm.-111,94
Hitunglah xrdany, bilaSrdan 56 226,38 mm dan ) antara frdusial B dan D sebesar 225,95 mm. Jarak r dan y
-
terukur maing-masing sebesar 65,23 mm dan 143,91 mm. yang diperoleh dalam kalibrasi kamera masing-masing sebesar 225,43 mm
5 .4 Sama dengan Soal 5.3, kecuali xo = mm, y, = 0,000 rrtnt, x4 = t) dan 226,7O mm. Hitunglah koordinat pengkerutan terkoreksi l, 2, dan 3
0,000 mm, dan y7 = 113,325 mm. So dan -113,235
.S7 masing-masing terukur sebesar
yang koordinatnya terukur pada kertas sebagai berikut:
165,415 mm dan 56,725 mm.
5 .5 Pada Gambar 5.6, misalnya terdapat kesalahan sistem sumbu .r dan y yang Titik X, mm I/, mm
terbentuk seperti y, = -4,29 mm, ,D 0,05 mm, )c = 0,15 1nI1, dan x6 = 1 20,29
0,40 mm. Hitunglah koordinat terkoreksi = sebuah titik e yang koor- I 48,52 -92,1t
85,75
dinatnya terukur terhadap sistem sumbu yang salah tersebut setresar r. = 3
95,72 mm dan y. = 28,19 nnm. Jarsk fidusial terkalibrasi xd dan yn -l11,08 -102.51
masing-masing sebesar 229,0O mm, 5 .l 3 seperti r terukur pada kertas cetak positif antara
Soal 5.12, kecuali jarak
5 .6 Sama dengan Soal 5.5, kecuali !a= O,?5 fift, 16 = 0,19 mm, )c =
-O,03
fidusial A dan c sebesar 8,691 inci dan y antara fidusial B dn D sebesar
flm, .r4 = --O,43 rlrl .tr, = J5,28 rrrrh, ). = 102,09 mm, dan jarak fidusial 8,978 inci; jarak terkalibrasi antara fidusial yang sama masing-masing
terkalibrasi x^dan y^sebesar 227,42O mm. sebesar 8,830 inci dan 8,825 inci; dan koordinat foto terukur ririk l, 2,
5.7 Sebutkan dan jelaskan dengan singkat berbagai kesalahan sistematik yang dan 3 ialah:
dapat terjadi pada koordinat foto.
5.8 Hitunglah sudut lancip perpotongan garis fidusial suatu jenis kamera yang Titik X, inci Y, inci
disajikan pada Gambar 5.la bila pengukuran komparator pada tanda fidu- (,t rl I 0,575
sial pada pelat sinar (flash plate) sebagai berikut: ,, --2,980
1,546
3
-3,074
Tanda X, mm I, mm
-4,125
-2,300
A 87,294 2r0,223
5.14 Koordinat x'y' berikut (lihat Gambar 5.lD) ditentukan berdasarkan
pengukuran sebuah diapositif dengan fidusial sudut. Hitunglah koordinat
B t99,826 95,996
C 313,054 209,555
titik l, 2, dan 3 pada sistem koordinat foto ry konvensional. Soal ini
D didasarkan pada asumsi bahwa titik utama tepat berada pada perpotongen
200,512 322,768
dua garis yang menghubungkan tanda fidusial sudut yang berhadapan.

5 .9 Sepefi 5.8, kecuali pengukuran pelat sinar berikut: Titik x" mm I', mm
Fidusial A 0.00 0,00
Tanda X, mm f, mm Fidusial B 2l I,88 0,00
A 65.190 215,334 Fidusial C 211,88 2tr,96
B 178,222 t02,to7 FidrsialD 0,00 2tr,96
C 291,950 214,67 | )) I 203,28 81,38
D 178,908 327,879 7 125,9t 107,03
3 57,40 195.82
5. I 0 Apabila perpotongan garis fidusial kamera pada Soal 5.8 tepat pada titik
utama, yang manakah koordinat foto r dan y empat tanda fidusial pada 5.15 Hitunglah koordinat pengkerutan terkoreksi titik l, 2, dan3 pada Soal
sistem foto itu? 5.14 apabila koordinat f,rdusial yang diperoleh melalui kalibrasi kamera
seperti bellkut:
149
148
Hitunglah koordinat foto (hingga terdekat dengan milrometer) terkoreksi
terhadap lengkung bumi (gunakan Persamaan 5.16 dan dicek dengan
Fidusial Kalibrasi r, mm kalibrasi Y, mm
Percunean 5.17). Panjang fokus lensa kamera yang digunrkan untuk
A
-106,19 mcmbuat foto diasumsikan sebesar 6 inci dan tinggi terbang di atas tanah
-106,24
B 105,24
-106,19 sebcsar 15.0m hki.
c to6,24 I 06, l9
D 106,19 r)
-106,24 Titit r. mm )' mm
a 39,820
5 .1 6 Koordinat foto titik a, D, dan c setelah dilakukan koreksi oleh peng-
b
-64,208
79,413 E7,994
kerutan, terdaftar seperti di bawah ini. Hitunglah koordinat foto (ke yang
c
terdekat dengan mikrometer) distorsi radial lensa terkoreksi, dengan -105,3E7 -94,005
asumsi bahwa foto ini dibuat dengan sebuah kamera yang kurva distorsi
radial lensanya seperti tercermin pada Gambar 4'15.
5.20 Scperti Soal 5.19, tetapi tinggi terbang di atas tanah sebesar 10.000 kaki
dan koordinat foto sebesar:

Titik .r, mm y' mm


Titik tr, mm ), mm
a t2,723 21,537
a
b 55,23r -8E,270 -52,781
82, l 89
-64,781
59.260
b 90,047
c
-t15.207 c
-80,725
106.23E

5.1 7 Koordinat foto yang terdaftar di bawah ini telah terkoreksi terhadap
5.21 Sebuah diapositif diletakken pada arena sebuah komparator mono dan
pengkerutan dan distorsi radial lensa. Hitunglah koordinat foto (hingga
diorientasikan sedemikian sehingga pembacaan I bagi titik frdusial A dan
terdekat dengan mikrometer) yang terkoreksi terhadap pembiasan at-
C pada Gambar 5,8 sama besar. Pengukuran yang dilakukan sebagai ber-
mosferik (gunakanlah Gambar 5.15). Lensa kamera yang digunakan untuk
ikut:
memotret diasumsikan mempunyai Panjang fokus sebesar 152,54 mm dan
tinggi terbang di atas permukaan laut rata-rata sebesar 30'000 kaki'
Titik X. mm Y, mm

Titik r, mm )' mm Fidusial A 43,275 165,319


Fidusial B 156, 793 5 1,807
I 28,738 49,2tt
,, Fidusial C 270,313 165,319
57,820
-93,705 Fidusial D 156,799 27E,831
3
-rr7,232 -to2,794 I 260,64t E2,703
2 tgt,24t 228,240
5.1r Sama dengan Soal 5.17, tetapi lensa kameranya dengan panjang fokus 3 t7,59E 77,461
sebesar 88,79 mm, tinggi terbang di atas permukaan laut rata-rata sebesar
40.m0 kaki, dm koordinat foto sebesar (a) Lakukan redutsi koordinat foto bagi titik l, 2, dan 3 terhadap sumbu
koordinat fidueid.
Titik ,, mm Y, mm t) (b) Bila koordinat trkdibrasi titik utame karnera sebesar ro = J),015
I 59,238 7 4,28t mm dan lo = O,U22 mm, yang manakah koordinat titik l, 2, dan 3
, -113,444 tortoreksi tcrhadap rslinyr pada titik utrms?
3
-63,970
ro3,296 (c) Misalnya jarak fidusial terkalitrasi r dan y bagi kamera masing-
-98,730
maring sebesar 226,705 mm dan 226,786 mm. Dengan menggunalcan
5. I 9 Koordinat foto yang terdaftar di bawah ini telah terkoreksi terhadap metodq yang dijolaskan pada Butir 5.11, lakukanlah koreksi
pengkerutan, distorsi radial lensa, dan distorsi pembiasan atmosferik.
150

pengkerutrn terhadap koordinat titik l' 2' dan 3 yang telah ditemukan
pada (D).
BAB
(d) Misalnya kurva disorsi radial lensa kamera seperti digambarkan pada 6
Gambar 15. Lakulanlah koreksi distorsi radial lensa terhadap koordi-
nat titik l, 2, dan 3 yang ditentukan pada (c).
5.22 Jelaskan dengan singkat cara kerja operasional mikrodensitometer a)
FOTO UDARA TEGAK
penyiaman jenis tabung.
5 .2 3 Hitunglah jumlah pixel yang diperlukan untuk merekam densiti informasi
bagi seluruh foto dengan menggunakan mikrodensitometer penyiaman
bagi situasi berikut:
(a) Ukuran pixel = 50 pm bujur sangkar, ukuran foto = 9 inci bujur
sangkar.
(b) Ukuran pixel = 100 pm bujur sangkar, ukuran foto = 35 mm bujur
sangkar.
(c) Ukuran pixel = 12,5 pm bujur sangkar, ukuran foto -- 71 mm bujur 6.I. GEOMETRI FOTO UDARA TEGAK
sangkar.
Seperti telah diterangkan di dalam Bab I, semua foto udara yang dibuat
dari pesawat terbang dengan arah sumbu optik kamera tegak lurus atau sangat
mendekati tegak hrms disebut/oto udara tegak. Apabila sumbu optik tadi
benar-benar tEgak lurus, maka foto yang dihasilkannya diistilahkan sebagai
benor-be.nar tigak turus. Di dalam bab ini, semua rumus dikembangkan
dengan pengertian bagi foto udara benar-benar tegali lurus. Meskipun telah
diusahakan dengan hati-hati agar sumbu kamera tersebut tetap tegak lurus'
juga,
tetapi adanya keiendengan (tilt) kecil masih dapat terjadi. Bagaimanapun
foO udara-yang dianggap tegak lurus tersebut, biasanya mempunyai kesen-
dengan tuiang aadpada 1" dan jarang yang melebihi 3o. Foto udara yang
merigandung liesendangan kecil tak tersengaja semacam ini disebutpto udara
hamf,ir rcgik atatfoto udara sendeng (tilted photograph), dan guna berbagai
tujuan praktis maka foto ini dapat dianalisis dengan meJtqgunakal persamaan-
p"rsurn-n untuk foto udara benar-benar tegak, yang di dalam bab ini bersifat
ielatif sederhana, tanpa adanya kesalahan yang hrarti.
Di samping mengasumsikan foto udara benar-benar tegak, di dalam
bab ini ada asumsi lainnya ialah bahwa sistem sumbu koordinat mempunyai
titik asal pada titik utama foto udara dan bahwa semua koordinat telah
dikoreksi ierhadap penyusuian, distorsi lensa, distorsi pembiasan atmosfer,
t) dan distorsi lengkungan permukaan bumi.
Gambar 6.t melukiskan geometri sebuah foto udara yang dibuat dali
suatu titik pemotretan L. Negatif foto udara yang merupakan kebalikan baik
rona maupun geometri objek yang dipotret, tqrlgtak-p{a jarak.yang sama
dengan p;njan; fokus (arak o'L pida Gambar 6.1) di belakang titik pusat ba-
gia;bef'ak;g iurunan lensa kamera Foto positifnya dapat.diperoleh dengan
iara cetak lingsqpg (contact printing) emulsi-ke-emulsi melalui lembar
152 153

6.2 SKALA
-Skala peta' biasanya diartikan sebagai perlandingan antara iarak di
dalam peta om jorut yang bersangkutan di medan. Dengan cam yang serulxl'
skala fbto uOari menipatan perUanOingan anAra jarak di atas foto 9n
j.rt
a) yang bersangkutan dihe<hn. Di atas pea, q mana pun tttu${lmaka skala
6"olr.t serala. karena peta mempakan hasil proyeksi perspektif, dan.seperti
yarg akan dltunjukkan di sini, skalanya beraneka sesuai dengan perbedaan
ketinggian bentang lahan.
--Staa
dapaldinyatakan dalam unit selara, dalam angka pecahan tanpa
besaran, atau dalam perbandingan tanpa besaron. Sebagai conlgh, apabila I
inci pada peta atau ioto mewakiti 1.000 kaki (12.000 inci) di atas tanah.
Berdasartan uraian tersebut maka skala dapat dinyatakan dengan tiga cara
berikut:
l. Unit setare I inci = 1.000 kaki
2. Angka pecatran tanpa besaran: 1/12.000
3. Perbandingan tanpa besaran: I : 12.000
Hal yang sangat membantu untuk mengingat-inglt ialah bahwa suatu
angka yang Ueiar O aaUm pernyataan skala menunjukkan skala kecil, dan
Uelituluga sebaliknya. Sebagai contoh, 1 inci = 100 kaki lebih besar
daripada I inci= 1000loki.

5.3 SKALA FOTO UDARA TEGAK DI ATAS MEDAN YANG


DATAR
Gambar 6.2 menunjukkan pandangan samping suatu foto udara tegak
yang dibuat di atas medan yang datar. Karena pengukuran--pengukuran lazim'
Gambar 6.1 Geometri sebuah foto udara tegak. irya oiartit dari foto udara positif bukandari negatifnya, maka negatif
tersebut telah dikesampingkan dari tulisan ini dan gambar-gambar yang
negatif foto. hoses ini menghasilkan rona dan geometi yang berkebalikan menyertainya. Skala foto uAara tegak di atas medan yang datar tidak lain
dengan negatif dan oleh karenanya rona dan geomeri foto udara positif benar' menipa.an'p"ruandingan antara jarak dalam foo ab dengan jarak itu juga di
benar sama seperti rona dan geometri objek di lapangan. Secara geometrik, atas tanahAB. Skala iersebut dapat dinyatakan dengan perbandingan antara
bidang cetak positif tersebut terletak pada jarak sejauh panjang fokus kamera panjang jarak fokus kamera dan tinggi t-erpang d] atls tanah H' dengan
/
tsank oL pada Gambar 6.1) di bawah titik pusat susunan lensa bagian depan. ineri,pertitungkan dua segitiga sebangun l^ab dNrL43 sebagai berikut:
Keadaan yang berlawanan dalam hal geometri dari objek di lapangan ke
negatif foto mudah dilihat pada Gambar 6.1 dengan memperbandingkan letak o-d -L (6.1)
titikA, B, C, daurtD, dengan letak titik-titik yang bersangkutan yaitu a', D', "-AB-H
c', d' dinegatif foto. Hubungan geometrik objek di lapangan dan foto positif-
Dari Persamaan 6.1 dapat dimengerti bahwa skala foto udara tegak
nya juga telah menjadi jelas. Sumbu koordinat r dan y yang diuraikan dalam
berbanding langsung dengan jarak fokus kamera (arak gambar) dan berban-
Bab 5, ditunjuk*an pada foto positif dalam Gambar 6.1.
ding terbatik dengln tinggi di atas trnah (iarak objek).
154 155

Misalkan sebuah foto udra tegak dibuat dari titik pemotrretan z di atas
medan yang kasar pada Gambar 6.3. Titik di permukaan tanah A dan g
lergambar dalam foto udara berturut-turut di titik a dan b. skala foto pada
ketinggian ft, yainr ketinggian titik A dan B, menrpakan perbandingan antara
iaakab $ {as foto dengan jarakA^B di atas tanah. Dari dua segitigisebangun
Lab dan L B didapat kenyataan bahwa skala Sas adalah:

^dLa
>AB=TE=lA (a)

Juga dari segitiga sebangun InaA dan laa,


ortik
ir-sumbu
La_ f
tl=n--n (b)

Dengan substitusi Persarnaan (b) ke dalam persamaan (a),

ndf
t*=A:B = fr
- n k')
Dengan mengambil jarak AB yurg sangat pendek maka persamaan (c)
Gambar 6.2 Kenampakan dua dimensional foto udara/tegak yang dibuat di atas tersebut
!*gTv3 ikur mengecil hinggamenggambarkan skala foto udarapada
medan datar. suatu titik saja. Pada garis besarny4 dengan menghilangkan tanda trurur oi
b-awah,-maka skala pada sembarang titik dengan ketinggian lr di aas bidang
datum dapat dinyatakan sebagai:
Contoh 6.1
Suatu foto udara tegak hasil pemotretan di atas medan datar yang oo_ =i=if (6.2)
menggunakan kamera dengan panjang fokus sebesar 6 inci (1524 mm) pada
ketinggian terbang 6.000 kaki dari aras hnah. Berapakah besarnya skala foto Dalam Persamaan 6.2, penyebur (H }) merupakan jarak antara
tersebut?. -
kamera dengan objek. seperti halnya dengan persamaan 6.1 maka di dalam
Berdasarkan Persamaan 6. I : persamaan ini skala foto udara tegak dipandang sebagai perbandingan antara
jarak gambar dan jarak objek. semakin pendek jarat ouiet (semakin dekat
s =i,=#ti!ih=miik =uD.o,,= 1: r2.ooo jarak antara medan ke kamera), maka semakin besar stcatd oan demikian pula
sebaliknya. Untuk foto udara tegak yang dibuat di atas medan yang kasar
terdapat berbagai perbedaan skala yang tak terhitung jumlihnya. Ini
merupakan salah satu perbedaan yang mendasar antara foto dan peta
6.4 SKALA FOTO UDARA TEGAK DI ATAS MEDAN YANG
TIDAK DATAR
6.5 SKALA FOTO RATA.RATA
Apabila medan yang dipotret mempunyai ketinggian yang beraneka,
maka jarak objek yang merupakan penyebut skala di dalam Persamaan 6.1 Seringkali lebih mudah dan lebih dikehendaki untuk mempergunakan
akan berbeda-beda pula, sebagai akibatnya maka skala di dalam foto tersebut suatu stalc rata-ratd guna menyatakan secara umum skala suatu foio udara
menjadi berbeda-beda pula. Skala foto semakin besar dengan bertambah tegak yang diambil di atas daerah png kasar. skala rata-rata merupakan skala
besarnya ketinggian medan dan menjadi semakin kecil dengan seniakin pada ketinggian rata-rata medan yang terliput oleh suatu foto udara teflentu
rendahnyamedan. dan dinptakan sebegai:

/',
/
156 157

c- (6.3)
orata-rata -H_ hr^tr-r"r^

Apabila digunakan suatu skala rata-rala, harus dimengerti bahwa hal


itu hanya tepat bagi titik-titik yang terletak pada ketinggian rala-ratr saja, dan
merupakan suatu skala semu bagi seluruh daenh dalam foto tersebut. ,)

Contoh 6.2
Misalkan titik tertinggi di medan hr, rata-rata ketinggian medan
hrob-ro,o dan titik terendah h2 dalam Gambar 6.3, di atas permukaan air laut
rata-rata secara berturut-turut sebesar 2.000 kaki, 1.500 kaki, dan 1.000 kaki.
Hitunglah besarnya skala terbesar, skala terkecil dan skala rata-rala apabila
tinggi terbang di atas pemukaan air laut ruta-rata adalah 10.000 kaki dan
panjang jarak fokus kamera adalah 6 inci (152,4 mm).
Dengan menggunakan Persamaan 6.2, (skala terbesar terdapat pada
ketinggian tertinggi). I

-1- --1--
I
I
_I
- f 6inci 6inci ata-rala -,' hl
umaks -fl h1- (10.000 2.000) kaki - 8.000 kaki medan
h

- - h'ur'

=*ffi= l:
I

l/16.000= 16.ooo

S-i, _ f _ 6irncr 6 inci


-H-i2-(10.000-
H-hz 1J00) k?kt = 9.000 koki
=*ith= r/r8.ooo= r: l8.ooo Gambar 6.3 Skala suatu foto udara tegak di atas daerah yang kasar dan (skala
terkecil terdapat pada ketinggian terendah).

Berdasarkan Penamaan 6.3, -6.4b, c dan d berturut-turut diambil dari ketinggian terbang rata-rata di atas
permukaan tanah sebesar 3.000 kaki, 6.000 kaki dan 12.000 kaki yang
6 inci
c_f_ -
urata-rata
H hrar,_rata (10.000 =- 6 inci
1.500) kaki 8.500 kaki
menghasilkan skala foto rata-rata berturut-turut sebesar 500 kaki/inci, 1.000
- - kakVinci dan 2.000 kakVinci.
=#ffi =un.ooo= l: r7.ooo

Di dalam setiap Persamaan 6.1, 6.2, dut 6.3 perlu diperhatikan bahwa 6.6 BEBERAPA CARA LAIN UNTUK MENENTUKAN SKA.
ketinggian terbang selalu muncul sebagai penyebut pecahan. Jadi, untuk LA FOTO UDARA TEGAK
suatu kamera dengan panjang fokus tertentu, apabila tinggi terbang (H
bertambah besar, maka skala akan mengecil. Gambar 6.4a hingga d melu-
-h) Dalam bab yang terdahulu, beberapa pers:rmaan telah dikembangkan
kiskan dengan jelas tentang pengertian tersebut. Masing-masing foto udara dengan memperhitungkan panjang fokus kamera, tinggi terbang dan keting-
tegak tersebut itu dipotret dengan menggunakan kamera dalam format 9 inci gian medan. Akan tetapi ada cara-cara lain dalam penentuan skala yang tidak
(28 cm) dan jamk fokus sebesar 6 inci (152,4 mm). Foto udara pada Gambar memerlukan pengetahuan tentang nilai-nilai tersebut tadi.
6.4a diporet dari ketinggian terbang 1.500 kaki di atas permulcaan tanah rata- Suatujarak di permukaan tanah dapat diukur anara dua buah titik yang
rata, menghasilkan skala foto rata-rata 250 kaWinci. Foto dalam Gambar gambarnya tampakdi atas foto udara. Sesudah jarak di atas foto untuk titik-
158 159

titik tersebutjuga diukur, maka secara sederhana dapat dinyatakanbahrra skala


tersebut merup-akan perbandingan antara jalak di atas foto dan jarak di atas
tanah. Skala yang diperoleh tersebut hanya tepat pada ketinggian tanah tempat
garis itu ueraaa, oai apabila garis tersebut berada di sepanjang lereng, maka
IUa yarg diperoleh berlaku bagi ketinggian rata-rata dari kedua ujung garis
tersebut tadi.

Contoh 6.3
Jarak mendatar AB antffia dua buah pusat perpotongan jalan diukur di
atas tanah adalah 1.320 kaki. Garis tersebut tampak di atas foto udara tegak
iebagai ab dengan ukuran 3,77 inci. Berapakah besarnya skala foto pada
ketinggian rata-rata garis ini?
Jawaban

tu inci I inci
s^ =ffi=
3,11
i32ffi= 3sofr,ki =m=
1
t:4'200
Skala foto udara tegak dapat juga ditentukan apabila dapat diperoleh
peta yang meliput daerah yang sama dengan liputan foto tersebut. Di dalam
metode ini perlu diukur, di atas foto dan di atas peta, jarak antala dua buah
titik yang dlah ditentukan dengan pasti dan dapat dikenali baik di atas foto
maupun di atas peta. Selanjutnya skala di atas foto dapat dihitung dengan
pers:rmaan berikut:

s = P954!9*P x skara peta (6.4)


ol atas peta
laral(

Contoh 6.4
Dalam suatu foto udara tegak, ukuran panjang suatu landasan terbang
sebesar 6,30 inci. Di atas suatu peta yang berskala I: 24.000, panjang
landasan terbang tersebut sebesar 4,06 inci. Berapakah skala foto tersebut pada
ketin g gian landasan terban g?
Berdasarkan Persamaan 6.4:

, = ffiffi, ,k = ufi.4,Oatau I inci = 1.290 karki

Skala suatu foto udara tegak dapat juga ditentukan tanpa bantuan jarak Gambar 6.4 Empat buah foto udara dibuat dari atas Madison, Wisconsin, menun-
yang diukur di atas tanah atau di atas peta, apabila terdapat garis di atas foto juk'kan pcrbds8n skrla rebagai akibat perubahan tinggi terbang. Masing-masing
yang secara umum telah diketahui panjangnya. Sebagai contoh, "potongan- foto dibuat dengan ccbush kurera dengan format 9 x 9 inci (23 x ?3) dan panjang
potongan garis" yang diketahuipanjangnya 1 mil, atau suatu lapangan sepak-
fohrg lcnsr rebeur 6 inci. Gb. a, tinggi terbang ;ebesar 1500 kaki di atas
bola atau lapangan baseball, dapat diukur pada foto, dan selanjutnya skala foto ketinggiur ratr-ntr troth dEn skalr rata foto sbesar 250 kaki per inci. Gb. b, c,
r60 l6l
dapat dihitung sebagai angka perbandingan antara jamk di atas foto dan jarak
yang telah diketahui panjangnya di atas tanah.
Contoh 6.5
Berapakah besarnya skala suatu foto udara tegak yang memuat suatu
rl bagian garis dengan ukuran 5,93 inci.
Jawolnn
Bagian garis tersebut dinyatakan sebesar 5.280 kaki (Pada kenya-
taannyajarak tersebut dapat berbedajauh dari harga tersebut). Secara mudah
skala foto merupakan angka perbandingan antara jarak yang diukur di atas foto
dan jarak di atas tanah, aiau

r=#ffi=#ffiatauI:lo.7oo
Di dalam setiap cara penentuan skala yang dibicarakan pada bagian ini,
perlu diingat bahwa skala yang didapat berdasarkan perhitungan tersebut hanya
berlaku pada ketinggian letak garis di atas tanah yang digunakan untuk
menentukan skala tersebut.

6.7 KOORDINAT MEDAN DARI SUATU FOTOGRAFI VER.


TIKAL
Koordinat berbagai titik di medan yang gambarnya tampak pada suatu
foto udara tegak dapat ditentukan berdasarkan atas suatu sistem koordinat
medan yang ditentukan secara sembarang. Salib sumbu X dutY yang dibuat
di atas medan berturut-turut terletak dalam bidang yang sama dengan salib-
sumbu x dan y pada foto, dan titik pangkal sistem tersebut terletak pada titik
utama datum (yaitu titik pada bidang datum yang terletak tepat tegak lurus di
bawah titik pemotretan dari udara).
Gambar 6.5 menunjukkan suatu foto udara tegak yang dibuat dari ke-
tinggian terbang H di atas bidang datum. Titik o dan b merupakan lambaran
pada foto bagi titik A dan titik B yang ada di medan, dan koordinat kedua titik
tersebut yang diukur pada foto adalah xa, ya, xb, dan y6. Sistem salib-sumbu
koordinat yang sesuai dengan itu di atas tanah adalah X danY, dan koordinat
titik A dan B di dalam sistem tersebut ialah Xa, Ye, Xa, dan I'3. Dari
(j segitiga-sebangun La'o dan LA'Aodapat dituliskan persamiun berikut ini:
N'_ f _xa
dand,tinggiterbangdiatasketinggia.ntanahrata-rat&,berturut-turutsebesars00 AA'.- H--:Ti- n
tdn, ;iIt6, aan tzlooo iru, a*?"ta rata-retanvs *t!:rytiTlt 1!1lan daripadanya diperoleh
i;kt p", il: iOm 1,1i p"ilnti, a* 2.0m kaki pei inci. (Seizin Negara Bagian
Wisconsin, Departemen Perhubungan), xA=xo+) (6.s)
163
162

YB=yt(ry) (6.8)

Dengan mempelajari Persamaan 6.5 hingga 6.8, dapat dimengerti bah-


wa toaOinat medan X Oan f Oari titif mana pun dapat diperoleh secara mudah
hanya dengan mengalikan koordinat foto x dan y dengan penyebut skala foto
-Dengan
paOi titif iersebut mengetahui koordinat medan kedua buah titik A
ilan B tersebut, maka panjang garis horisonf^l AB dapat dihitung, dengan
menggunakan teorcma pitagoras, sebagai berikut

AB=W (6.e)

I
")\ APB sudut horisontal juga dapat dihitung sebagai berikut
__t 8,,

-\-
+)'
MB =90o + tan-r (X) -*-' (r? (6.10)
\
Untuk dapat menggunakan Persamaan 6.5 hingga 6'8, perlu mengeta'
hui panjang fokus kamera, tinggi terbang di atas bidang dotll,ketinggian
titikdi itas UiOang datum, dan koordinat foto tilik tersebut. Koordinat foto
dapat diukur dengan mudah, panjang fokus kamera biasanya dapat diketahui,
dan tinggi terbang di atas bidang datum dihitung dengan carayang telah dibi-
carakan pada Suiir 6.9. Ketinggian semua titik dapat diperoleh secara lang-
sung dengan pengukuran di lapangan, atau dapat diambil dari pela topografi
yang ada

Contoh 6.6
Suatu foto udara tegak dibuat dengan sebuah kamera yang panjang fo-
Gambar 6'5 Koordinat medan ditentukan dari foto udara tegak' kusnya sebesar 6 incl(1521mm), dari ketinggian terbang 4.530 kaki di atas
I
bidarig datum. Gambar titik A dan di atas tanah nampak sebagai titik a dan
b pa6 foto udara, dan koordinat foto kedua titik tersebut (setelah dikoreksi
Demikian juga, dari segitiga-sebangun La"o dan LA"A, pengkerutan ke(as dan distorsi) sebesarxo = mm,./o = -482'1 mm,
-52'35
panjang garis mendatar AB
_N':__ f _ Js- h
xt = 40,& mm, dan = 43,88 mm. Hitunglah
apabila ketinggian titik A dan B berturut-turut di atas datum adalah 670 dan
AA"- H - hy- Y6 485 kaki.
daripadanya diPeroleh tl I I Perhitungan. Berdasarkan Persamaan 6.5 hingga 6.8'
/H
yA=!o\- -f-)4A\ (6.O
-ffi ?s (4.530 -
x n = -{, 67 0) =
-1.326
L'aki

Dengan caxa yang sama' makakoordinat medan untuk titikB adalah


yA=B.,?
-48i'?7 yakt
_|.LLJ Ea,il
(4.530 670) = -t.z23
tH _ LL\ (6.7) -
XB = xb\_ y_l
165
r&
lurus, dan olehkarenanyaA'AaLoP juga sebuah bidang tegak. BidangA'a'
-#(4.530 485) = 1.079 kaki LoP }uga merupakan sebuah bidang tegak yang berimpitan dengan bidang
xB =
- A'AaLoP. Oleh karena bidang-bidang ini berpotongan dengan bidang foto
berturut-turut di sepanjang gais oa dan oa', maka garis aa' (perpindahan leak
,, =ffi(4.530 - 48s) = 1.165 kaki titikA karena relief, disebabkan ketinggiannya sebesar ftJ radial terhadap
titik utama foto.
Berdasarkan Persamaan 6.9,

aa = fi .Ozg * 1.326)2 + (1.165 + 1.223)2

= {(z.aos)2 + (2.388)2 = 3.389 kaki.


Seperti telah dibicarakan di depan, koordinat medan yang diperhitung-
kan melal-ui Persamaan 6.5 hingga 6.6 dibuat dalam sistem koordinat tegak-
lurus secara bebas. Apabila rooroinat yang bebas ini diperhitungkan untuk
juga
dua buah titik "rujukan" atau lebih (yaitu titik-titik yang koordinatnya
absolut seperti halnya pada sistem
Oitetatrul dalam sistem koordinat medan
koordinat suatu negara), maka semua koordinat titik-titik yang dibuat secara
bebas untuk foto udara tersebut dapat diubah sama sekali ke dalam
sistem
dibicarakan dalam
koordinat medan tersebut. Metode pengubahan tersebut
B, dan diberikan sebuah contoh soal. Dengan
suiir S.z hingga 8.5 Lampiran
menggunakai-persa*aan 6.5 hingga 6.8 dapat dikerjakan seluruh penelitian
plani-rietrik untuk daerah yang terliput oleh suatu foto udara'
/,t ,,
6.8 PERPINDAHAN LETAK GAMBAR OLEH RELIEF DA'
LAM FOTO UDARA TEGAK
,/,4
Perpindahan letak gambar oleh relief merupakan penggeseran atau
perpindahan letak suatu kedudut<an gambar objek yang disebabkan karena
ietief, yaitu karena letak ketinggiannya di atas atau di bawah bidang datum
yang dipakai. Dalam kaitannya dengan suatu bidang datum' latra perpindahan
i.m[ knr"nu relief ini mengarah keluar bagi titik-titik yang ketileCiannya ada
di atas bidang datum, da, *engarah ke dalam bagi titik-titik yang
ketinggiannya berada di bawah bidang datum.
--Pengertian
tentang perpindahin letak gambar oleh relief ini dilukiskan Gambar 6.6 Perpindahan letak oleh relief pada foto udara tegak.
di dalam dambar 6.6, yang menggambarkan suatu foto udara tegak yang (r
dibuat dari ketinggian teiUang H di atas bidang datum. Panjang fokus kamera Suatu persamaan untuk menilai perpindahan letak oleh relief dapat
iuf.onf, Oan o m-efupakan titik pusat foto. Gambar titik A yang ketinggian diperoleh dengan cara melihat hubungan segitiga sebangun Lao dan LM,
medannya sebesar la a atas bidang datum, tergambar pada titik a dalam foto dalam Gambar 6.6 sebagai berikut
u4ara. Suatu titik A'kita bayangkan terletak tegak lurus di bawah A
pada
uio-g datum dan kedudukan gambarnya dibayangkan juga terletak di a'. Pada rf
gamblr rcrsebut, baik A A maupun PL keduanya merupakan garis-garis tegak ;{=f tA atau: r(H-h1) =fR @
t6 t67

Jugq dari segitiga sebangwr La'o dan IA'P,

r'H =fR
i=* arrrt: (e)

Dengan mempenamakan (d) dan (e),

r(H-t'.r) = v'tt
Dengan mengganti simbul d dengan (r r) maka
-
.rh
,l= (6.1 l)
H
di mana d - perpindahan letak lcarena relief
i = tinggi objek di atas datum, yang gambarnya mengalami
perpindahan
r - jarak radial antara titik pusat foto udara ke gambaran
objek yang mengalami perpindahan letak (satuan ukuran
d dan r han:s sama).
H= tinggi terbang di atas bidang datum yang dipilih unruk
pengukuran l.
Persarnaan 6.1I merupakan persamaan dasar bagi perpindahan letak
oleh relief untuk foto udara tegak. Penelaahan terhadap persamaan ini
menunjukkan bahwa perpindahan lerak oleh relief itu menjadi bertambah
besar sesuai dengan pertambahan jarak radial ke gambar suatu objek, dan juga
bertambah besar sejalan dengan bertambah tingginya titik pada objek di atas
datum. Sebaliknya, perpindahan semakin berkurang sesuai dengan pertam-
bahan tinggi terbang di aras datum. Ditunjukkan pula bahwa perpindahan
letak oleh relief tersebut terjadi secara radial mulai dari titik utama foto.
Gambar 6.7 mencerminkan suatu foto udara tegak yang menggambar-
kan secara jelas mengenai perpindahan letak gambar oleh relief. Perlu diper-
hatikan benar-benar tentang pengaruh yang nyata perpindahan letak oleh relief Gambar 6.7 Foto udara tegak dengan pepindahan letak oleh relief. (Seizin sta;r
ini pada dua cerobong kembar di bagian kiri atas foto tersebut. Perhatikan ofWisco.nsin, Department of Transportation).
juga bahwa perpindahan letak oletr relief itu terjadi secara radial mulai dari
titik utama foto udara. Pola radial ini juga sangat jelas bagi perpindahan letak terhalang dari pandangan. Beberapa contoh tentang hal ini terlihat dalar,
oleh relief dari semua gedung yang menjulang tegak dan untuk tangki penam- Gambar 6.7 misalnya jalur jalan kereta api di bagian kiri bawah foto tersebut
pung pada bagian kiri bawah foto ini. t) lt tertutup oleh perpindahan letak gambar tangki-tangki penampung yang besar
Perpindahan letak oleh relief seringkali menyebabkan jalan yang lurus, karena relief.
jalur pagar dan sebagainya, di daerah bergelombang nampak melengkung pada Ketinggian objek secara tegak seperti bangunan gedung, tiang pancang
foto udara. Hal ini benar-benar terjadi terucama apabila jalan dan pagar dan sebagainya yang tampak tergambar pada foto udara, dapat diperhitungkan
semacam itu tergambar di dekat pinggiran foto. Parah atau tidaknya lengkung- melalui perpindahan letak gambar oleh relief. Untuk keperluan ini, Persamaan
an tersebut tergantung kepada besar kecilnya keanekaragaman medan. 6.11 dapat ditulis kembali sebagai berikut:
Perpindahan lerak oleh relief menyebabkan beberapa kenampakan gambar .dH\
h=- (6.t2)
f
I

168 r69

Dalam menggunakan Persamaan 6.12 untuk penentuan ketinggian,


diperlukan baik gambar puncak maupun dasar objek tegak tersebut. Persa-
maan 6.12 sangat berharga bagi para penafsir foto yang seringkali mem-
perhatikan tinggi objek secara nisbi daripada ketinggian absolut.

Contoh 6.7 at
Foto tegak pada Gambar 6.7 diambil dari ketinggian 1.750 kaki di atas
muka air laut rata-rata. Ketinggian tempat tepat pada dasar cerobong dalam
foto di sebelah kiri atas adalah 850 kaki di atas permukaan air laut ratra-rata.
Perpindahan letak cerobong oleh relief, d, terukur sebesar 2,13 inci' dan jarak
radial ke puncak cerobong yang diukur dari pusat foto sebesar 4,79 inci. Bera- ,/
pakah tinggi cerobong tersebut?

Jawafun
Dipilih datum pada dasar cerobong. Jadi tinggi terbang di atas datum adalah
H = 1.750 kaki
- 850 = 900
Berdasarkan Persamaan 6. 12,

, _ 2, l3(900) 4oo kaki I


r, - 4,79 =

Persamaan 6.I I dapat digunakan untuk menghitung perpindahan letak Gambar 6.E Koreksi perpindahan letak karena relief sepanjang garis radial ke
gambar dalam kaitannya dengan datum, dan selanjutnya kedudukan gambar arah titik pusat foto udara.
dikoreksi terhadap kedudukan datum dapat ditentukan dengan jalan mengukur-
kan jarak perpindahan letak gambar pada garis-garis radial mengarah ke titik laut rata-rata. Hitunglah besamya perpindahan letak oleh rclief aa', bb' dan cc'
utama foto seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.8. Gambar yang telah yang diperlukan untuk menetapkan letak c', b'dan c' berdasar kedudukan
dikoreksi berdasarkan datum ini mempunyai letak relatif yang secara datum, dan hitunglah skala di atrs bidang datum.
planimetrik benar, tepat seperti yang seharusnya tergambar di atas peta pada
skala datum fotografik. Skala datum dapat dihitung dengan Persamaan 6.1 l, Jawahn
menggunakan H di atas bidang datum dalam penyebut skala. Dari letak-letak Dengan Persamaan 6.11,
gambar yang telah dikoreksi terhadap datum ini maka sudut, jarak, dan luas
dapat diukur tepat sama seperti pada peta.
*,Jtu_{]ffi= n,73 mm
Contoh 6.8
Gambar 6.8 menggambarkan sebuah foto tegak yang dibuat dari ke- 6Jila=t*ffi =7,7tmm
tinggian terbang 6.500 kaki di atas bidang datum dengan kamera yang mem-
punyai panjang fokus 6 inci (152,4 mm). Dalam foto tersebut, titlk a, b, dan
c adalah gambar titik-titik sudut berbentuk segitiga pada sebidang tanah hak
.",J.Jc.-*#,
H 6.51
= 4,85 mm
milik. Jarak radialnya dari titik utama foto berturut-turut sebesar 91,42 mm,
Berdasad<an Persamaan 6. 1,
83,50 mm, dan 70,06 mm. Ketinggian titik-titik A, B, dan C di medan
berturut-turut sebesar 835 kaki, 600 kaki, dan 450 kaki di atas permukaan air r 6inci linc!_=l:l3.ooo
g
Skala datum
fr = affi,ra = t-bTJiux,
170 t7t

Perhatikan:kedudukan a', b'dan c'berdasar datum dalam Gambar 6'8 Tinggi terbang dapat ditentukan secara teliti sungguh pun titik-titik
diperoleh dengan mengukur jarak aa' , bb', dan cc' sepanjang garis-garis radial ujung garis tersebut terletak pada ketinggian yang berbeda. Cap ini memer-
ke titik pusat foto. lukan pengetahuan mengenai ketinggian titik-titik ujung serta panjang gans
tersebut. Misalkan sebuah garis AB di permukaan tanah tergambar pada foto

6.9 TINGGI TERBANG FOTO UDARA TEGAK 'to i udara tegak dengan titik-titik ujung a dan b. Panjang garis AB di atas tanah
dapat dikemukakan dalam pengertian satuan koordinat medan dengan teorema
Pitagoras sebagai berikut:
Dari pembicaraan di depan jelas bahwa tinggi terbang di atas datum (AB)2 = 6B X,iz + (Yn
merupakan suatu kuantitas penting yang seringkali diperlukan untuk - -Yiz
pe*eiahun persamaim dasar dalam fotogrametri. Sebagi contoh perlu dicatat Dengan substitusi Persamaan 6.5 hingga 6.8 ke dalam persamaan di
Lahwa parameter ini muncul di dalam skala, koordinat medan dan dalam atas menghasilkan
p"rro*ion perpindahan letak oleh relief. Untuk perhitungan secara kasar,
iinggi terUang Oapat diambil dari pembacaan altimeter. Tinggi ter.bang dapat
juglaliperolen dengan menggunakan Persamaan 6.1 atau 6.2 apabila terdapat
(AB)2 = 17 *- ur)
-7 @ - hi)z
giir Oi atas tanah yang telah diketahui panjangnya dan rampak pada foto .Ww-hil-'f<,*rn>)' (6.r3)
idara. Cara ini menghasilkan ketinggian terbang secara tepat bagi foto udara
benar-benar tegak apabila kedua ujung garis tersebut terletak pada ketinggian Satu-satunya yang tidak diketahui di dalam Persamaan 6.13 hanyalah
yang sama. Seiara umum maka semakin besar perl-.edaan ketinggian kedua tinggi terbang H. Apabila semua nilai yang diketahui dimasukkan ke dalam
uiurig garis tersebut, semakin besar kesalahan dalam memperhitungkan tinggi peisamaan tersebut, maka bentuk kuadrat itu, menjadi sederhana, al* + bH +
terba"n[. Oleh karena itu garis di atas tanah tersebut sebaiknya terletak di atas c=0.
medariyang cukup datar. Walaupun kedua ujung garis di atas. tanah-tersebut
tertetat'paa''a ketinggian yang berbeda tetapi hasil yang teliti dapat diperoleh (6.14)
dengan iara ini apaUita gambar ujung-ujung garis tersebut kurang lebih
meripunyai jarak yang sama dari titik utama foto dan terletak pada garis yang
melaiui titik utama tersebut. Contoh 6.10

Contoh 6.9 Sebuah foto udara tegak dibuat dengan kamera yang mempunyai
panjang fokus sebesar 5,998 inci (152,3 mm). TitikA dan titik B di medan
Sepotonggaristerletakdiatasmedancukup.datar^'Hitunglahperkiraan berturut-turut mempunyai ketinggian 1.435 kaki dan 1.461 kaki di atas muka
tinggi ter6ang Ii"utus medan tersebut apabila panjang fokus kamera sebesar air laut, serta jarak mendatar AB sebesar 1.919 kaki. Gambar titik A dan B
l,iin"i (88,f mm) dan panjang potongan garis tersebut pada foto sebesar nampak di foto sebagai a danb dan koordinat foto yang diukur ialah xo=
3,70 inci. 0,717 inci, Ja = inci, x6= 4,31'l inci, dan )a = --O,835 inci. Hi-
-2,414
tunglah tinggi terbang foto tersebut di atas muka air laut.
lawahn
(Dimisaikan panjang garis tersebut sebesar 5.280 l<aki)' Jawaban
Dengan Persamaan 6.1, It Dengan Persamaan 6.13,
3.70 inci 3,5 inci
5.280 kaki - H' (t.errz = lffira - L46t)
-ffiw- r.43r]2
jadi, . t#|t @-t.461)-ffirr- r.435)12

lr' - 5'2$0(1'5)
rt = 5.000 kaki di atas medan. Disederlranakan, -
3.70
r72 173

(1.919)2 - (0,ffi02H 88012 + (A,2633H tertinggi, maka sebaiknya digunakan persamaan-persamaal untuk foto
- -375\2 sendeng @a Bab 11. Bagi metode yang dibicarakan dalam bab ini, kesalahan-
Menghitung nilai kuadrat dan menyusun dalam bentuk persamiurn kuadrat, kesalahan yang disebabkan oleh distorsi lensa, pembiasan oleh udara, dan
1.235H 2.767.536 = 0 lengkungan permukaan bumi, secara relatif kecil dan umumnya dapat
0,4295H2
- - diabaikan.
Mencari nilai H dengan Persamaan 6.14, li Suahr pendekatan yang sederhana dan langsung dalam memperhitung-
kan pengaruh gabungan dari beberapa kesalahan acak terhadap jawaban-
n=ffi
t, t.zsl * jawaban yang diperoleh dari perhitungan, harus dipertimbangkan secara
terpisah mengenai pengaruh masing-masing sumber kesalahan tadi terhadap
jawaban-jawaban tersebut. Pendekatan ini meliputi perhitungan tingkat'
r.2$ r' 2.51! 4.382 kaki.
=@1 = tingkat perubahan dalam kaitannya dengan masing-masing variabel yang
mengandung kesalahan dan hanya memerlukan ilmu hitung diferensial
Catatan: Dipilih nilai akar positif, karena nilai akar negatif yang sederhana. Sebagai contoh pendekatan dengan cara ini, dimisalkan bahwa
diperoleh tidak masuk akal. suatu foto tegak dibuat dengan kamera yang panjang fokusnya 6,000 inci.
Dimisalkan juga bahwa jarak AB di permukaan tanah yang datar sebesar
5.000 kaki dan bahwa jarak gambar di atas foto ab, diukur sebeqn 5,00 inci.
6.10 PENILAIAN KESALAHAN Tinggi terbang di atas tanah dapat dihitung dengan menggunakarl Persamaan
6.1 sebagaiberikut:
Jawaban-jawaban yang diperoleh dalam memecahkan berbagai persa-
maan yang disajikan di dalam bab ini akan mengandung kesalahan'kesalahan a' =f# =u,* a% = 6'ooo kaki'
yang tidak dapat dihindarkan. Perlu disadari tentang adanya kesalahan'ke-
salahan yang tidak dapat dihindarkan. Perlu disadari tentang adanya kesalahan- Sekarang, diminta untuk menghitung kemungkinan kesalahan dH'
kesalahan ini dan agar dapat diperoleh harga-harga yang mendekati benar. yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dalam pengukuran jarali AB dan ab.
Kesalahan-kesalahan di dalam jawaban perhitungan tersebut sebagian disebab- Ini dikerjakan dengan mengambil turunan-turunan dalam kaitannya dengan
kan oleh kesalahan acak di dalam angka hasil pengukuran yang digunakan di masing-masing harga yang di dalamnya mengandung kesalahan. Umpamakan
dalam perhitungan dan sebagian lagi karena kegagalan asumsi'asumsi tertentu bahwa kesalahan jarak di lapangan dAB adalah +1,0 kaki dan kesalahan jarak
yang dipakai. Beberapa di antara sumber kesalatran yang lebih penting dalam yang diukur di foto, daD, sebesar t0,01 inci. Kesalahan pada dH' yang dise-
memperhitungkan nilai sewaktu menggunakan persamarm-persamaan dalam babkan oleh kesalahan jarak dAB dt medan dapat dinilai dengan mengambil
bab ini ialah: turunan dH'ldAB sebagai berikut:
1. Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran pada foto, misalnya panjang garis dH,
atau koordinat foto. dAB- d
-L
2. Kesalahan-kesalatnn dalam kontrol medan. Nilai dH' sekarang dapat diperoleh dengan mensubstitusikan nilai
3. Pengkerutan serta pengembangan filrn dan kertas. pecahan ke dalam persamaan diferensial tersebut di atas, sebagai berikut:
4. Foto sendeng (titled photo) yang dianggap sebagai foto tegak
Sumber I derrt? dapat diperkecil apabila digunakan alat yang teliti dan .) *'=i*=ffi l,o = tl,2 kaki
hati-hati dalam menjalankan pengukuran. Sumber 3 secara praktis dapat dihi-
langkan dengan mengadakan koreksi seperti yang telah diterangkan dalam Dengan cara yang sama, kesalahan dH yang disebabkan oleh kesalahan
y'a$gd,qletr
Butir 5.11. Besarnya kesalahan yang disajikan dalam sumber 4 tergantung
kepada besar kecilnp kesendengan. Secara umum apabila foto di atas kertas,
rnaka kesalatran ini tetap sama dengan sumber-sumber kesalahan yang lain.
Apabila foto tersebut sangat sendeng, atau kalau diinginkan ketelitian yang
dH' = (ffir,, =
ffiP o,ol = +12,0 kaki
174 175

Dalam contoh ini, besarnya kesalahan total pada H'disebabkan oleh (c\ ab = 5,83 mm; z{3 = 875 mil
efek gabungan dua buah sumber kesalahan )ang dapat mencapai angka sebesar (d) ab - 4,65 mm; AB = 9.305 rod.
13,2 kaki. Kesalahan itu semua umumnya bukan merupakan hasil 6.2 Sama dengan Soal 6.1, menggunakan nilai-nilai ab danAB di bawah ini
penjumlahan dari masing-mashg penyebab kesalahan secara sendiri-sendiri, (Berikan jawaban dalam angka perbandingan tanpa besaran).
melainkan disebabkan karena sifat saling menghapus oleh kesalahan acak (a)ab = 189,5 mm; AB = 429,5 m
tersebut. Memang, efek gabungan itu semua sebaiknya diperkirakan sebagai t) (b)ab = 148,3 mm; AB = 3.7M kaki
akar pangkat dua dari penjumlahan masing-masing kesalahan pangkat dua, (c)ab = 195,7 mm; AB = 0,798 mil
atau (d)ab = l2O0 mm; z{8 = 80,00 rod.
6 .3 Pada sebuah foto udara tegak, dua buah bagian sudut tampak terpisatr sejauh
dH'rct^t=.n 2*(12^0)2 =Jlz,l kaki 2,95 inci. Berapa skala foto pada ketinggian tempat potongan garis
trsebut berada?
Perlu diingat bahwa kesalahan pada H'yang disebabkan karena kesa-
Iahan dalam pengukuran jarak foto ab adalah yang paling berat di antara dua
5.4 Pada foto tegak terdapat sebuah lapangan sepakbola kepunyaan Perguruan
tinggi, benrkuran 0,73 inci jarak dari gawang ke gawang (100 yd). Berapa
buah sumber penyebab kesalahan tersebut. Oleh karenanya untuk meningkat- skala foto tersebut pada ketinggian tempat lapangan itu berada?
kan ketelitian nilai perhitungan H', kiranya perlu memperbaiki jarak terukur
dalam foto menjadi nilai yang lebih teliti. Kesalahan dalam menghitung
6 .5 Suatu gabungan antars semi-traktor dan trailer yang diketahui panjangnya
55 kaki, ukuran panjangnya pada foto udara tegak sebesar 0,39 inci. Bera-
jawaban dengan menggunakan persamiuur yang disajikan datam bab ini, dapat
pa skala foto tersebut pada ketinggian tempat lapangan itu berada?
dianalisis dengan car:l seperti diuraikan di atas, dan metode ini dapat dipakai
sepanjang kesalahan yang ikut berpengaruh itu sedikit.
5.5 Sama dengan Soal 6.5 tetapi suatu kendaraan angkut berbentuk kotak yang
panjangnya diketahui sebesar 55 kaki, pada foto udara tegak berukuran
ll,2 mm.
RUJUKAN
5.7 Suatu alas jalan raya antar negara diketahui lebarnya 24,0 kaki, pada foto
udara tegak berukuran lebar 3,40 mm. Berapa tinggi terbang di atas alas
jalan tersebu! apabila panjang fokus kamera sebesar 152,4 mm.
American Society of Photogrammetry: 'Manual of Photogrammetry," ed. ke-3,
Falls Church, Va., 1966, Bab 2.
6. E Dalam foto pada Soal 5.7, di dekatjalan raya tercebut terdapat suatu gedung
berbentuk segi empat siku-siku dengan ukuran 0,21 inci dan 0,34 inci.
"Manual of Photogrammetry," ed. ke-4, Palls Church, Va., 1980,
Berapakah ukuran bangunan itu yang sebenarnya.
Bab 2.
Hallert, B.: '?hotogrammetry," McGraw-Hill Book Company, New York, 1960.
6.9 Sama dengan Soal 6.8, tetapi dalam foto pada Soal 6'7 tampak sebuah
jembatan. Apabila dalam foto tersebut panjangnya 26,5 mm, berapa
Landis, G. H., dan H. A. Meyer: The Accuracy of Scale Determinations on Aerial
panjang jembatan tersebut yang sebenarnya.
-: Photographs, lournal of Forestry, vol. 52, hlm. 863, 1954. 6,1 0 Sebuah foto tegak dibuat dengan kamera yang panjang fokusnya sebesar 6
Scherz, J. P.: Errors in Photogrammetry, Photogrammetric Engineering, vol. 40,
inci, dari ketinggian terbang 7.500 kaki di atas permukaan air laut. Berapa
no. 4, hlm. 493, 1974.
skala foto tersebut pada ketinggian temPat 1.420 kaki di atas permukaan
air laut. Berapa skala datumnYa?
6.1 1 Foto udara harus dibuat ungrk Perencsoaan dan penggambaran jalan raya.
SOAL Apabila harus digunakan kamera dengan Penjang fokus sebesar 6 inci dan
skala rata-rata yang diminta sebesar 1 : 3.000, berapakah seharusnya ting-
6. I Jarak foto antara gamb&r dua buah titik a dan D dalam foto udara tegak gi terburg di ata6 rata-rata medan'
adalah aD dan jarak tersebut di atas tanah adalah A8. Berapa skala foto pada 6. I 2 Sebuah foto udara tegak dibuat dari ketinggian 10.500 kaki di atas datum
ketinggian garis di tanah? (Berikan jawaban-jawaban baik dalarn unit dengan sebuah kamera yang memPunyai panjang fokus 209'45 mm. Medan
ekivalen maupun perbandingan tanpa besaran) tertinggi, terendah dan rata-rata tampak dalam foto berturut-turut pada
(a) ab = 3,78 inci; AB = 4.72O katr ketinggian 6.550 kaki, 3.085 kaki, dan 4'800 kaki' Hitunglah skala foto
(b) ab = 1,24 inci; AB = 925 YrYi terkecil, terQsar, dan rata-rata.
176 177

.13 Sebuah foto tegak dibuat di atrs permukaan bulan dari ketinggian 50,0 mil' adalah ro = 68,27 mrR, )o = -42,37 mm, rb = mm dan y6 =
5 -87,M
dengan menggunakan kamera yang panjang fokusnya 80'20 mm. Berapa- 25,81 mm. Berapakah panjang garis AB secara mendatar apabila foto
kah panjang garis tengah suatu kawah yang sebenarnya kalau ukurannya tersebut dibuat dari ketinggian 14.000 kaki di atas bidang datum dengan
menurut skala foto sebesar 10,63 mm? menggunakan kamera yang panjang fokusnya 152,35 mm?
6.14 Diperlukan foto tegak untuk keperluan peninjauan militer. Apabila ke- 5 .2 4 Kenampakan gambar a, b dan c dari titik di lapangan A, .B, dan C terdapat
tinggian terbang terendah dan aman di atas pertahanan lawan sebesar ,) dalam suatu foto tegak yang dibuat dari ketinggian terbang 8.350 kaki di
15.000 kski, berapa panjang fokus kamera yang diperlukan untuk atas datum. Pemotretannya menggunakan sebuah kamera dengan panjang
memperoleh foto berskala I : Vl.@O? fokus 6 inci. Titik A, B dan C mempunyai ketinggian tempat berturut-turut
6.I 5 Jarak aD dalam foto tegak sebesar l,9E inci dan juak tersebut di permukaan 1.725 kaki, 1.540 kaki, dan 2.095 kaki di atas datum. Koordinat foto yang
tanah, A8, sebesar 4.185 kaki. Apabila panjang fokus kamera sebesar diperoleh dari pengukuran terhadap gambar titik-titik tersebut ialah .ra =
88,95 mm, maha berapakatr tinggi teftang di atas medan tempat garis AB 2,371 inci, ya = 1,864 inci, rD = 2,M2 inci, yD = 3,183 inci, rc = 3,7M -
tersebut berada? inci, dan yc = inci. Hitunglah panjang garis A.B, 8C danAC serta
I: 5.000 harus didapat untuk -3,138
5.15 Foto tegak &ngan skala rata-rata sebesat luas segitiga ABC.
teperluan penyusunan mosaik. Berapakah tinggi terbang yang diperlukan 5.25 Kenampakan gambu suatu titik pada ketinggian tempat 1.475 kaki di atas
di atas tinggi medan roto-rata apabila panjang fokus kamera sebesar 8,5 datum tampak pada jarak 53,87 mm dari titik utama foto tegak yang
inci? diambil dari ketinggian terbeng 6.000 kaki di atas datum. Berapakah jarak
6.1 7 Jarak pada peta antara dua buah persilangan jalan di atas medsn yang datar tersebut dari titik utama foto seandainya titik itu terletak di bidang datum?
adalah 1,95 inci. Pada foto, jarak antara dua titik tersebut sebessr 3,48 6.26 Kenampakan gambar suatu puncak dan dasar tiang telepon berturut-turut
inci. Apabila skala peta itu 1 : 50.0fi), berapakah besarnya skela foto berjarak 5,ll inci dan 4,93 inci dari pusat sebuah foto tegak. Berapakah
tersebut? tinggi tiang tersebut apabila tinggi terbang di atas dasar tiang tersebut
5.1t Untuk Soal 5.17, PerPotongan-perPotongan jalan tersebut tadi terdapat t, ,, sebesar 2.850 kaki?
pada ketinggian reta-rsta 1.250 kaki di atas permukaan air laut. Apabila 6.27 Ketinggian rata-rata suatu medan sebesar l.200kaki di atas datum. Titik
panjang fokus kamera sebesar 8,25 inci, berapakah tinggi terbang di atas tertinggi di daerah tersebut sebesar 1.850 kaki di atas datum. Apabila luas
permukaan air laut bagi foto ini. bidang gambar dalam kamera sebesar 9 inci persegi, berapakah.tinggi
5 .1 9 Sepotong garis (panjang sesungguhnya = 5.280 kaki) panjangnya 96,4 terbang di atas datum yang diperlukan untuk membatasi agar pergeseran
mm, pada sebuah foto udara tegak. Berapakah skala foto tersebut? letak oleh relief sehubungan dengan tinggi medan rata-rata hanya 0,20 inci
6.20 Untuk Soal 6.19, ketinggian rata-r8t8 bagian garis terletak pada 1.590 saja. Apabila panjang fokus kambra sebesar 8,5 inci, berapakah skala rata-
kaki di atas permukaan air laut dan panjang fokus kamera sebesar 152,4 rata foto yang dihasilkan.
mm. Berapakah seharusnya panjang sebuah garis yang terletak pada ke- 5.28 Skala datum suatu foto tegak yang dibuat dari ketinggian 3.0O0 kaki di atas
tinggian 950 kaki di atas permukaan air laut dan berukuran panjang 57'9 datum sebesar I : 6.000. Garis tengah suatu tangki minyak berbentuk
mm pada foto? silinder berukuran 5,87 mm pada dasar dan 7,01 mm pada bagian atasnya.
5 .2 1 Foto udara tegak dipotret dari ketinggian 5.400 kaki di atas permukaan air Berapakah tinggi tangki tersebut apabila dasar tangki terletak 590 kaki di
lEut rsts-rsta, dengan menggunakan kamera yang panjang fokusnya atas datum?
sebesar 3,5 inci. Di atas foto ini tampak sebidang tanah berbentuk 6 .2 9 Misalkan bahwa perpindahan letak oleh relief paling kecil yang dapat
segitiga yang berada pada ketinggian 850 kaki di atas permukaan air laut dikenali dan dapat diukur di atas foto tegak yang dibuat dari ketinggi-
dan memiliki sisi-sisi berturut-turut sebesar 1,43 inci, 1,28 inci' dan 095 r) an terbang 3.000 kaki di atas tanah sebesar 0,5 mm. Mungkinkah
inci. Berapakah kira-kira luas tanah tersebut dalarn acre? kiranya untuk menentukan tinggi suatu gardu telepon yang tergambar pada
5.22 Pedia folo udara tegak terdapat sebuah garis sepanjang 29,4 mm yang sudut suatu foto berukuran 9 inci kuadrat yang berdiri setinggi 4 kaki di
panjangnya di permukaan tanah sebesar 1.758 kaki. Berapa besarnya skala atas tanah?
foto pada ketinggian rEta-rats garis ini? 6.30 Apabila jawaban terhadap Soal-soal 6.29 adalah ya, berapakah tinggi
6.23 TitikA dsn, berturut-turut pada ketinggian tempat 1.288 kaki dan 1.560 terbang maksimum yang memungkinkan untuk menentukan perpindahan
kaki di atas datum. Koordinat fotogralik mereka pada foto udara tegak letak oleh rCief gardu telepon tersebut? Apabila jawabannya tidak, pada
178

oleh relief dan gardu BAB


ketinggian berapakah kiranya perpindahan letak
tersebut daPat ditentukan.
di atas tanah 7
6.31
-'- - tunbu a danb gad titikA dan 7o'A
Pada suatu foto tegak,
;;Punyai tooraiiaiiJtograr* xo= iln' )a= ' mm' x6=
-12'6E antara A dan .B sebesar
S9,0i mm dur yD =
-g2,4J
mm' Jarak merdatar
1'283 1)
PENGAMATAN STEREOSKOPIK
3,94E kald dan ketinggian tempat A dan B
berturut-turut sebesar
kaki dan 1.371 kaki al-"t"t a"to.. Hinrnglah tinggi terbang di atas datum
panjms fokus kamera sebesar
apabila kamera yang digunakan mempunyai
6 inci.
6.32MasihdalamSoal5.3ltetapijarakmendatarl{!sebesar5.258katidan
panjang fokue kunera sobesar EE'92 mm'
yang diketahui untuk pan-
6.33 bdam-Soal 6.13 dimisalkan bahwa nilai-nilai
jang fokus, jarak ai atas foto, dan tinggi terbang mengandungtesalahan
acak berturut-turuis"Ue'ar fO,t mm' tO'05 dan t0'2 mil' Berapakatt
'tn' garis tengeh lubang 7.1 PERSEPSI KEDALAMAN
kemungkinan besarnya kesalahan yang terjadi dalam
kepundan hasil perhinrngan? ---.--r- -
untuk.panjang Di dalam kegiatan sehari-hari, secara tidak sadar kita mengukur keda-
5.3a balam Soal 6.15, dimisalkan bahwa nilai yang diketahui
kcsalahan acak laman atau menilai jarak sejumlah besar objek di sekitar kita melalui proses
fokus' jarah padr foto, dan jarsk di "ry-tg"h mengandung
tl'o Lski' Berapakah pengamatan normal. Metode pendugaan kedalaman dapat dibedakan atas
brturut-turut ,"t i.t'l0,Ci6 mm' i0'O2 inci dan
terjadi bagi tinggi terbang hasil per- met6de stereoskopik atau monoskopik. Orang dengan pandangan normal
fumongldn"n t"t"f"f'"n-yang (yang mampu melihat dengan dua mata secara serentak) dikatakan memiliki
hitungan? ----t-^.
pada masing-masing
t,1
penglihatanbinokuler,dan persepsi kedalaman melalui Pefgli,halarn binokuler
6.35 Dalari soal 5.25 dimisalkan bahwa kesalahan acak pada OiseUut pengamatan dengan satu mata. Metode pendugaan jarak dengan meng-
jarak foto y"ng-arfot sebesar t0'005 inci' dan bahwa kesalahan
ke- gunakan saiu mata disebut monoskopik. Seseorang yang memiliki penglihat-
tinggi terbang J;;* t5 kaki' Berapakah besarnya kemungkinan
in binokuler dapat melakukan penglihatan monokuler dengan menutup satu
satitan pada tinggi tiang telepon hasil perhitungan?
mata.
Jarak ke objek, atau kedalaman, dapat dilihat secara monoskopik berda-
sarkan atas: (1) ukuran relatif objek, (2) objek tersembunyi, (3) bayangan' dan
(4) perbedaan dalam memfokuskan mata yang diperlukan untuk melihat objek
yang jaraknya beraneka. Dua contoh di antaranya disajikan pada Gambar 7. I .
keOaiaman ujung jauh lapangan sepakbola misalnya, dapat dilihat berdasarkan
ukuran relatii giwangnya. Dua gawang berukuran silma, akan tetali satu di
antaranya trmpak lebih kecil karena letaknya lebih jauh. Bangunan iuga dapat
diduga dengan cepat bahwa jaraknya jauh karena sebagian daripadanya
tersembunyi di belakang stadion sepakbola.
,,1 ,o tr,teiode monoskopik penglihatan kedalaman hanya memungkinkan
kesan kasar yang diperoleh tentang jarak ke objek. Sebaliknya, dengan penga-
matan stereoskopikakan diperoleh ketelitian yang jauh lebih tinggi di.dalam
penglihatan kedataman yang diperoleh. Persepsi kedalaman stereoskopik pen-
I tini sekali di dalam fotogrametri, karena dimungkinkannya pembentukan
suatu model stereo tiga-dimensional dengan jalan mengamati sepasang foto
yang bertampalarb Model stereo dapat dikaji, diukur, dan dipetakan'
180

Penjelasan tentang fei{omena tersebut diperoleh dalam bab


ini' sedang
p"rj"frt* t"ntang"kegunaannya dalam pengukuran dan pemetaan diberikan
pada bab-bab berikutnYa.

Berkas sinar

Sumbu optik

Gambar 7.2. Penampang lintang mata manusia,

Gambar 7.1 Persepsi kedalaman dengan ukuran relatif dan objek tersembunyi.
jauh maka otot lensa kendor dan menyebabkan permukaan bola lensa menjadi
lebih datar. Ini menyebabkan bertambah besarnya panjang fokus untuk
7.2 MATA MANUSIA memenuhi formula lensa dan menyesuaikan jarak objek yang jauh. Untuk
jelas dimenger- pengamatan objek beparak dekat, cara kerja sebaliknyalah yang terjadi. Ke'
Fenomena persepsi kedalaman stereoskopik dapat letih
ti dengan bantuan-suatu pemerian singkat t9lt ng anatomi dan fisiologi mata mampuan mata untuk memfokus pada objek yang berbeda jaraknya disebut
ffi;ir. N,I"ta manusia & dalam banyak hal berfungsi seperti kamera' S-eperti
bola
akomo dasi (accomodation).
;;;;i, puO" C.rU, T.Z,matapdadasamyl berupa organ berbentuk Seperti pada kamera, mata mempunyai diaftagma yang disebut 'iris'.
;;&;;fi.h Uut-, berupa finlkaran yang disebut pupil.Prpil dilindungi Iris (bagian mata yang berwarna) mengkerut atau mekar secara otomatis untuk
yang melalui mengatur jumlah sinar yang masuk ke mata. Bila mata mengamati sinar kuat
oietr-tapisan tembus pandan! yanf disebut kornea. Sinar datang
kil;;: ;il"suki irata
'niiutoi
pupil dan mengenai- l.enya varlz terletak
sinar sesuai
maka iris mengkemt untuk memperkecil bukaan pupil. Bila intensitas sinar
f*grrrg di belakang pupil. Kornei dan lensa membiaskan berkurang maka iris mekar untuk memasukkan sinar lebih banyak.
dengan hukum Snell. Kornea secara parsial membiaskan sinar datang sebelum memasuki
pandang lensa. Lensa membiaskannya lebih jauh dan memfokuskannya pada retina
Lensa mata berbentuk bikonveks dan terdiri dari bahan tembus
yang bersifat membias. Bagian ini dipegang.-oleh otot yang berjumlah. besar sehingga terbentuk gambaran objek yang diamati. Retina tersusun dari
sehingga sumbu optik mata jaringan yang halus sekali. Daerah paling penting di retina ialahfovea sentral
it"n"r.r*gkinkan tensa dlgerakkanbdemikian
dd;tdfih]A hngsung kisugtu objek yang harus diamati. Seperti lalnya (cenEal fovea), sebuah lubang kecil di dekat perpotongan sumbu optik dengan
ku*"*, mata harus ireminuhi formuli lensa, yaitu Persamaan 2.8' bagi jarak retina. Fovea sentral menrpakan daerah penglihatan yang paling tajam. Retina
G;k iltb"rb.d"-beda. Akan tetapijarakgambar mata bersifat tetap. oleh mempunyai fungsi serupa dengan yang ditampilkan oleh emulsi film
iuiini itrl maka untuk memenuhi formula bagi jarak objek jarak yang
berjarak
fotografik. Bila terkena sinar, indera penglihaan dirangsang yang kemudian
GUeO. puniang fokus lensa berubah-ubah. Untuk mengamati objek menenrskannya otak melalui syaraf optik.
182 183
n, ,
7.3 PERSEPSi KEdALAMAN STEREOSKOPIK perubahan sudut paralaktik sekitar 3" busur, tetapi beberapa orang mampu
ri.r : "t*.; .ri ,3 membedakan perubahan sebesar 1". Ini berarti bahwa cara kerja fotogrametri
": -fiinganlpenglihatan binokuler. bila mata difokuskan ke titik tertentu untuk meneniukan tinggi objek dan variasi medan berdasarkan persepsi
maka sumbu optik dua mata memusat pada titik yang memotong sebuah kedalaman dengan membandingkan sudut paralaktik dapat mencapai ketelitian
sudut yang disebut sudut paralakrlk (parallactic angle). Semakin dekat objek, tinggi.
semakin besar sudut paralaktiknya dan sebaliknya. Pada Gambar 7.3, sumbu
optik dua mata L dan R terpisah oleh jarak b" yang disebut basis mata (eye
7.4 MENGAMATI FOTO SECARA STEREOSKOPIK
base). Untuk tiap orang dewasa maka jaraknya berkisar antara 65 mm hingga
69 mm, atau sekitar 2,6 inci. Bila mata difokuskan pada titik A maka sumbu Misalnya pada saat memandang objek A pada Gambar 7.4, suatu bahan
optik memusat dan membentuk sudut paraliktik $o Sejalan dengan itu maka tembus pandang yang mengandung tanda gambar a1 dan a_2 diletakkan di
jika memandang obiek pada B, sumbu optik memusat dan membentuk sudut depan mata. Misalkan lebih lanjut bahwa tanda gambal itu bentuknya identik
paralaktik 0a. Otak secara otomatis dan tidak sadar menghubungkan jarak Da dengan objek A, dan tanda itu diletakkan pada sumbu optik sehingga mata
dan Ds dengan sudut paralaktik yang bersangkutan Qo dan Q6. Kedalaman tidak dapat mendeteksi apakah mata melihat objek atau tanda itu. Oleh karena
antara objek A dan ^B sebesar (DB dan tampak sebagai perbedaan antara itu objek A dapat dipindahkan tanpa perubahan yang tampak pada gambar
dua sudut paxalaktik ini.
-De ) yang diterima oleh retina mata. Seperti ditunjukkan pada Gambar 7.4,

Bahan

(DB - DA)

Gambar 7.3 Persepsi kedalaman stereoskopik sebagai fungsi sudut paralaktik.

Kemampuan maia manusia untuk mendeteksi perubahan sudut pa- A"


ralaktik sehingga dapat membedakan kedalaman, temyata hebat sekali. Meski- Gambar 7.4 Tampak kedalaman ke objek.A, dapat diubah dengan mengubah
pun agak berbeda-beda bagi tiap orang, kebanyakan orang mampu mengenali jarak gambar. \
tu 185

seandainya tanda gambar digerakkan saling mendekat, misalnya a1' dan a2'
sudut paralatiknya bertambah besar dan objek itu terlihat lebih dekat terhadap
mata pada.4'. Bila tanda itu digerakkan saling menjauh ke 41" dan c2", sudut
paralatiknya mengecil dan otak mendapatkan kesan bahwa objek itu terletak
lebih jauh pada A".
Fenornena untuk menciptakan kesan tiga-dimensional atau kesan
stereoskopik objek dengan mengamati gambar identik terhadap objek, dapat
diperoleh secara fotografik. Misalnya sepasang foto udara dibuat dari stasiun
pemotretan L1 dan L2 sehingga gedung tampak pada dua foto, seperti
tampak pada Gambar 7.5. Tinggi terbang di atas tanah sebesar H'dan jarak
antara dua stasiun pemotretzn atau basis udara (ait base) sebesar 8. Titik
objek A dan B pada puncak dan dasar gedung digambarkan pada a1 dan b1 di
foto kiri dan pada a2 sarla b2 di foto kanan. Jika dua foto itu diletakkan di
atas meja dan diamati sehingga mata kiri hanya melihat foto kiri dan mata
kanan hanya melihat foto kanan seperti ditunjukkan pada Gamb,ar 7.6, alian
diperoleh kesan tiga-dimensional atas gambar gedung itu' Kesan.tiga-
dimensional itu tampar terletak di bawah puncak meja dengan jarak ft dari
mata. Otak menilai tinggi gedung itu dengan mengasosiasikan kedalaman ke
titik A dan B dengan sudut pamlaktik masing-masing Qo dan 04. Jika mata
memandang ke seluruh daerah tampalan, otak menerima kesan tiga-
dimensional atas medan secara berkesinambungan. Hal ini diperoleh dengan
persepsi berkesinambungan atas sudut paralaktik yang berubah-ubah bagi titik
ga*Uar yang jumlahnya tak terhingga yang membentuk medan itu. Dengan
iemikiah mat<a modet tiga-dimensional disebut model stereoskopik
(stereoscopic model) atau secara singkat model stereo (stereomodel), sedang
pasangan fbto yang bertampalan disebutpasan gan stereo (stereopair).

7.5 STEREOSKOP
Gambar 75 Foto dari dua stasiun pemotretan dengan gedung di'daerah tampalan.
Teramat sulit untuk mengamati foto secara stereoskopik tanpa bantuan
alat optik, meskipun beberapa orang dapat melaksanakannya. Di samping
merupakan cara kerja yang tidak lazim, salah satu masalah utama yang berhu- Stereoskop lensa alau stereoskop saku yang ditunjukkan pada Gambar 7.7
bungan dengan pengamatan stereoskopik tanpa alat optik ialah bahwa mat'a merupakan steroskop yang paling murah dan paling biasa digunakan.
terfokuskan-ke foto, sementara pada saat yang sama otak mendapat kesan r) Stereoskop ini terdiri dari dua lensa cembung yang sederhana yang dipasang
sudut paralaktik yang cenderung membentuk model stereo pada kedalaman di pada sebuah kerangka. Jarak antara lensa dapat bervariasi untuk akomodasi
luar foto, suatu situasi yang paling tidak, dapat dikatakan mengacaukan. basis mata. Kakinya terlipat atau dapat dipindah sehingga instrumen ini
Kesulitan dalam pengamatan stereoskopik dapat diatasi dengan menggunakan mudah disimpan dan dibawa, suatu hal yang menyebabkan stereoskop saku
instrumen yang disebut s t e r e o s ko p (sterescope). ideal untuk kerja medan. Sebuah diagram skematik steroskop saku disajikan
Adi sejumlah besar pilihan stereoskop yang sesuai dengan berbagai pada Gambar 7.8. Kaki stereoskop saku sedikit lebih pendek dari panjaurg
tujuan. Semua stereoskop pada dasarnya bekerja dengan cara yang sama. fokus lensa/. Bilastereoskop diletakkan di atas foto, berkas sinar dari titik-
186 187

n Meja

\\\
\\\
iii
lt
'\\
lll
\\ il;
\\ i/
\li
Gambar 7.6 Mengamati gedung secara stereoskopik'
Gambar 7.8 Diagram skematik stereoskop saku.

titik sepertia1 dan a2pada foto dibiaskan sedikit pada saat melalui tiap lensa
(ingat Bab 2 bahwa sbberkas sinar dari titik yang jaraknya tepat sebesar/dari
lensa akan dibiaskan dan timbul melalui paralel lensa). Mata menerima sinar
terbias (ditunjukkan dengan garis putus pada Gambar 7.8), dan berdasarkan
atas pemfokusan mata sehubungan dengan sinar datang, otak menerima kesan
bahwa sinar itu berasal dari jarak yang lebih jauh dari jarak mata ke puncak
meja tempat foto itu. Inilah yang mengatasi kesulitan tersebut di atas. Lensa
juga bersifat memperbesar gambar sehingga memungkinkan gambar dilihat
dengan lebih jelas.
Di dalam menggunakan stereoskop saku, foto diletakkan sedemikian
sehingga gambar yang bersangkutan terpisah sedikit lebih pendek dari basis
atau stereoskop saku' (Seizin Carl Zeiss' mata, pada umumnya sekitar 2 inci. Untuk format foto normal sebesar 9 inci
Gambar 7.7 StereoskoP lensa
bujur sang;kar dengrir @?o tanpalan samping. Daerah tampalan pasangan foto
Oberkochen)
188 189

biasanya benrpa sebuah daerah berbentuk empat segi panjang sebesar 5,4 inci, Stereoskop cermin yang disajikan pada Gambar 7.10 memungkinkan
seperti ditunjukkan pada Gambar 7.9a. Jika foto terpisahkan sejauh 2 inci dua foto terpisah sama sekali pada saat diamati secara slereoskopik. lni h,t:mrtr
untuk pengamatan stereoskopik dengan menggunakan stereoskop saku, menghapus masalah satu foto yang menutup foto lain pada sebagran tlacrah
seperti tersajikan pada Gambar 7.9b,ada sebuah daerah berbentuk empat segi tampalan. Di samping itu juga memungkinkan untuk mengarnati scluruh
purjang yang digambarkan dengan arsir silang, di mana foto atas menutup daerah stereomodel secara serentak. Asas kerja stereoskop cermin dilukiskan
foto bawah dan menghalangi pandangan stereoskopik. Untuk mengatasi t, ,{l
pada Gambar 7.11. Stereoskop cermin memiliki dua cermin samprng yang
masalah ini, foto atas dapat digulung sedikit ke atas sehingga tidak meng- luas dan dua cermin pengamat (eyepiece) yang ukurannya lcbih kecil.
halangi pengamatan pasangan titik yang bersangkutan bagi daerah yang semuanya dipasang menyudut 45o terhadap bidang horisontal. Berkas sinar
tertutup itu. yang memancar dari titik gambar pada foto seperti a1 dan a2 diputtulkan dan
permukaan cermin sesuai dengan asas pantulan yang dijelaskan pada Butir
Daerah tersembunyi 2.3, dan diterima pada matd yang membentuk sudut paralaktik Qr. Otak secara
1
Fto"--l e1 otomatis menghubungkan kedalaman ke titik A dengan sudut paralaktik ilu.
Dengan cara ini terbentuk model stereo di bawah cermin pengamat sepcrli
dilukiskan pada Gambar 7. I l.
I Lensa sederhana biasanya ditempatkan langsung di atas cermin penga-
i
mat seperti disajikan pada Gambar 7.10. Pemisahannya dapat diubah untuk
i
!

I
I
cermin tepi cermin teoi
,l
Gamtrar 7.9 (a) Daerah tampalan biasa pasangan foto dengan format 9 inci yang I
dibuat dengan tampalan samping 60 persen (pasangan gambar tumpang tindih
menjadi satu). (b) Daerah tersembunyi bila foto diorientasikan untuk pengamatan
dengan stereoskop saku.

I
J I
I
n
\
i
Q6
l-t,1I
),l
i I I
I I
I I
I I
l
I ,A

Gambar 7.10 Stereoskop cermin ST-4 (Seizin Wild Heerbrugg Instruments.


Inc.). Gambar 7.11 Asas terja stereoskop cermin.
190 19l

akomodasi berbagai basis mata. Panjang fokus lensa ini juga sedikit lebih
panjang dari panjang jalur pantulan dari foto ke mata, sehingga pada dasarnya
menyajikan fungsi yang sama dengan fungsi lensa pada stereoskop saku.
Stereoskop cermin dapat dilengkapi dengan binokuler yang dipasang pada
cermin penganat. Binokuler itu dapat difokuskan secara tersendiri bagi tiap
mata dan memungkinkan pengamatan gambar dengan perbesaran tinggi, suatu
faktor yang sangat penting dan bermanfaat di dalam interpretasi foto atau
untuk identifikasi titik gambar. Perbesaran tinggi tentu saja mempersempit
medan pandang sehingga seluruh model stereo tidak dapat diamati secara
sereniak. Oleh karena itu stereoskop harus digerak-gerakkan bila dikehendaki
pengamatan atas seluruh model stereo.
Menghindari sentuhan terhadap permukaan cermin merupakan hal yang
sangat penting. Hal ini disebabkan karena tangan mengandung minyak atau
asam yang dapat merusak lapisan pada cermin itu sehingga cermin tak dapat
digunakan lagi. Bila secara tidak sengaja cermin tersentuh jari cermin itu
harus segera dibersihkan dengan menggunakan bahan lunak dan cairan
pembersih lensa.
Suatu jenis stercoskop cermin yang disebut stereoskop penyiaman Old
Delft (Old Delft Scanning Stereoscope) memiliki banyak keunggulan. Foto
diamati melalui okuler via suatu jalur optik prisma atau lensa. Okuler dapat
difokuskan secara individual dan dapat dipilih perbesaran l,5x atau 4,5x. Pada
salah satu perbesaran ini medan pandang hanya meliput sebagian kecil model Gambar 7.12 Stereoskop zoom 95 (Seizin Bausch and Lomb Co.)
stereoskop atau foto. Pengamatan seluruh model stereo dilakukan dengan
memutar tombol untuk memutar prisma pada kedua jalur optik, sehingga
memungkinkan penyiaman model stereo baik pada arah X maupun I. Dengan
memutar satu prisma maka dapat dihapuskan sedikit sisa paralaks y (lihat 7.6 KEGUNAAN STEREOSKOP
Butir 7.7).
Ada satu jenis stereoskop lain yang disebut stereoskop Zoom (Zoom Sebelum mencoba menggunakan stereoskop, sebaiknya dipelajari dulu
stereoscope) seperti disajikan pada Gambar 7.12. Jenis stereoskop ini dibuat
petunjuk pemakaiannya bila ada. Hal ini terutama penting bagi stereoskop
dengan menyajikan hal khusus seperti perbesaran zoom berkesinambungan
yang memiliki sistem pengamaran lebih rumir. Di samping itu juga lensi
hingga 120x, kemampuan untuk memutar foto secara optik (yang dan cermin harus diteliti dan dibersihkan bila perlu.
memungkinkan koreksi secara enak atas crab atau kelurusan foto), akomodasi Di dalam pengamatan stereoskopik, perlu dilakukan orientasi foto
berbagai ukuran format, dan fokus individual serta perbesaran sehingga dua sehingga mata kiri dan kanan masing-masing melihat foto kiri dan kanan.
foto yang skalanya berbeda dapat diamati secara stereoskopik. Untuk Bila foto diamati secara terbalik, akan diperbleh pandangan psedoskopik
pengamatan stereoskopik secara langsung atas negatif, stereoskop ini dapat (pseldoscopic view) di mana timbulan dan iekukan tampat ieruaiit, misalnya
dipasang pada sebuah meja sinar dan dilengkapi dengan sebuah mekanisme lembah tampak
leperti igir dan bukit tampak sepeili depresi. Hal ini dapat
penyiaman khusus. Pada dua ujung meja sinar dipasang sebuah gulungan film menguntungkan bagi beberapa pekerjaan seperti melacak pola aliran, akan
dan sebuah gulungan penarik. Dengan memutar engkol (crank), kerangka film p-{a.umumnya dikehendaki pandangan stereoskopik yang benar. Foto
letapi -tarpat
dapat disetel posisinya untuk pengamatan. harus diorientasikan pula sedemikian sehingga bayangan jatuh ke
FnT uqy kearah pengamat. Kegagalan melatsanatannya dapat membuah-
kan kesulitan dalam pengamatan stereoskopik.
Pengamata4 stereoskopik yang tepat dan menyenangkan memerlukan
bahwa basis mata, garis yang menghubungkan pusit lensi stereoskop, dan
192 193

diamrti dan besar dari 2 inci bagi stereoskop saku dan sekitar 10 inci bagi stereoskop
ialur terbang saling sejajar. Oleh karetra itu, setel:rlt foto jalur cerrnin.
tlitcrakkan s;Oemitian Lntuf menghintlari pandarrgan psedoskopik,
yang jalur terbangnya Jalur terbang tidak mutlak harus ditandai dan tidak harus mengorienta-
terbang ditandai pada kedua foto. Bagi foto tegak,
sikan foto untuk pengamaian stereoskopik dengan cara seperti di atas. Untuk
berupa"garis aariiitit pusat foto kiri kc titik pusat kanan. Dalam monandai
pengamatan stereoskopik secara cepat, pada kenyataannya hanya dilakukan
latui t&bang, titik uiama (titik prinsipal) f6to mula-mula ditentukan
dengan metode coba-coba di mana foto dengan sederhana digerak-gerakkan
iokasinya deigan jalan menghubungkan dua tanda fisudial yalg berhadapan'
hingga mencapai posisi yang jelas untuk pengamatan stereoskopik. Akan
Titik utama dltunluttan pada o1 dan o2 pada Gambar 7.13. Titik utama tetapi, kalau diperlukan ketelitian dan kenyamanan mata, dianjurkan untuk
sambungannya (conjugate principal point) yaitu lokasi titik utama foto melakukan orientasi jalur terbang itu.
berikutlang'Uertampitan, Oi-ranOai pada langXah berikutnya. Pekerjaan ini
Seperti dinyatakan sebelumnya, untuk pengamatan stereoskopik yang
Orpat Oiianifan dengan baik dengan jalan mengamati foto seclra ccrmat di
nyaman diperlukan agar garis yang menghubungkan pusat lensa stereoskopik
s.titar titik utama, menemukan gambar yang bersangkutan pada daerah sejajar denganjalur te6ang. Setelah foto diorientasikan dengan tepat, operator
tampalan foto yang berdekatan, dan kemudian menandai titik utama
dapat dengan mudah menyesuaikan stereoskop dengan secara sederhana
,arbungun dengan hemperkirakan posisinya sehubungan dengan gambar memutarnya sedikit sehingga diperoleh posisi pengamatan yang paling
yang mJngitarinya. Titik utama sambungan ditunjukkan dengan o1' dan o2' nyaman. Operator harus melihat langsung ke pusat lensa dan mempertahan-
pada Gambar 7.13. kan basis mata sejajar dengan jalur terbang.

7.7 PENYEBAB PARALAKS Y

Kondisi utama yang harus terpenuhi untuk pengamatan stereoskopik


dengan jelas dan nyaman ialah bahwa garis-garis yang menghubungkan pa-
sangan gambar arahnya sejajar jalur terbang. Kondisi ini terpenuhi seperti
arah terbang pasangan gambar a1 dan az yang ditunjukkan pada Gambar 7.13. Bila
pasangan gambar tidak terletak pada sebuah garis yang sejajar jalur terbang,
akan terjadi paralaks y (p-r). Paralaks ) yang kecil pun akan menyebabkan
tegangan mata, sedang paralaks y yang berlebihan tidak memungkinkan
Jarak antarl gambar yang, sanra pengamatan stereoskopik.
Bila sepasang foto yang bertampalan benar-benar tegak, dan dibuat dari
tinggi terbang yang sama benar, diorientasikan seqra sempurna, di seluruh
daerah tampalan tidak akan terjadi paralaks y. Kegagalan salah satu di antara
Gambar 7.13 Pasangan foto yang diorientasikan secara tepat untuk pclrSa-
persyaratan ini akan menyebabkan terjadinya paralaks y. Pada Gambar 7.14
rnatan stereoskopik.
misalnya, foto diorientasikan kurang tepat dan titik utama serta titik utama
berikutnya tidak terletak pada satu garis lurus. Sebagai akibatnya maka akan
Langkah berikutnya di dalam melakukan orientasi foto unluk pcnga- terjadi paralaks y pada titik a maupun titik b. Kondisi ini dapat dihindari
matan stereoskopik ialah melekatkan foto kiri pada meja. Kemudian lbttl
tl dengan melakukan orientasi secara cermat.
kanan diorientasikan sedcrnikian sehingga empat titik yang menentukan jalur Pada Gambar 7.15, foto kiri dipotret dari tinggi terbang yang lebih
terbang (o1, o2', 01', dan o2) semuanya tedetak pada sebuah garis lurus, kecil daripada foto kanan. Sebagai akibatnya maka skalanya lebih besar dari-
pada skala foto kanan. Meskipun foto itu benar-benar tegak dan diorientasikan
seperti disajikan pada Gambar 7.13. FoO kanan dipertahankan dala_m orientasi
ini, Oan pada saai dramati melalui stereoskop, foto itu digcrakkan ke samping dengan benar akan terjadi paralaks y padakedua titik a maupun b yang dise-
hingga jarak antara pasangan gambar membuahkan pantlangan stcreoskopik babkan oleh perbedaan tinggi terbang. Untuk memperoleh pandangan
pasangiln gambar sedikit lebih stereoskopik. paralaks-y dapat dihapus dengan mensgeser foto kanan ke.atas
:,er1S niaman. IlatJa umumnya iarlk ltrtttra
194 195

':L- 3I o

-+---@

Gambar 7.14 Paralaks I yang disebabkan oleh orientasi foto yang kurang Gambar 7.15 Paralaks Y yang disebabkan oleh kesendengan foto.
tepat.

Oleh karena itu paralaks y yang kecil dan bersumber dari kesendengan ini
terjadi dengan keparahan yang berbeda-beda di seluruh model stereo. Akan
tetapi bila dikehendaki foto tegak dengan tinggi terbang tetap, kondisi ini
al
;...-_-. I pada umumnya dikontrol dengan baik hingga paralaks y yang bersumber pada
,TT kesendengan jarang tdadi. Sebagian besar paralaks y yang parah biasanya
terjadi oleh orientasi foto yang kurang tepat, suatu kondisi yang mudah
---@F -@_-+
b. r
dikoreksi.
:L
\bl
t\
-T
\ /,,, 7.t PERBESARAN TEGAK DALAM PENGAMATAN
STEREOSKOPIK

Di dalam kondisi normal maka skala tegak pada model stereo akan
tampak lebih besar dari skala mendatar, misalnya suatu objek pada model
Gambar 7.15 Paralaks I yang disebabkan oleh perbedaan tinggi' stereo akan tampak terlalu tinggi. Kelainan skala yang tampak ini disebut
perbesaran tegak (vertical exaggeration). Hal ini biasanya lebih diperhatikan
oleh penafsir foto, karena kondisi ini harus diperhitungkan di dalam menaksir
tinggi objek, tingkat kelerengan, dan sebagainya.
tegaklurusterhadapjalurte6anSpadasaatmengamatititikadanmengSeser.
nfa ke bawah padasaat mengamati titik D'
tl a, Meskipun faktor lain jugaberpenganrh perbesaran tegak terutama dise-
Efek fo'to senaeng aijikan pada Gambar 7.16. Foo
kiri benar-benar babkan oleh kekurangseimbangan rasio fotografik antara basis'tinggi terbang
g-iuo. a melalui d atas sebuah persil bujur (photographic base-heightratio,BlH) danrasio basis-tinggi pada pengamatan
teSak da; ;;;unjukk;'posiJi
ilt, ilak milii--p..i" *.9"1 datar. Foto kanan mengalami stereoskopis (Bai.BlH' merupakan rasio antara basis udara (air base)
;;?,gil dengan jarak ant?,ra dua stasiun pemotretan, dan 0371 merupakan rasio antara
kesendengan sefringgapeisif itu tampat gtng9 bentuk trapesium' Paralaks Y
-;;;.6
;;rffiil;d" r"rrr-u-r, ;"d"i sebag'ai akibat kesbndengan, seperti basis mata (eye base) atau jarak antara dua mata, dengan jarak dari mata ke
pada prakteknya bersifat acak' model stereo yang'terlihat oleh mata. Gambar 7.17a dan7.l7b masing'
;;;-p"d" titit o Oan.. Arah sendengnya
196 t97

masing menggambarkan pemoEetan sepasang foto tegak yang bertampalan juga,


dan pandangan stereoskopik foto itu. Pada Gambar 17.1a,f ialah panjang
fokus kamera, B merupakan basis udara dan H'ialah tinggi terbang di atas
hnah, f iahh tinggi objek medan AC, merupakan jarak medan KC.
dan D
Pada Gambar 7.17a dimisalkan Y sama besar dengan D. Pada Gur}lu 7.17b,
T = i, sehingga ,, = # (b)

i merupakan jarat gambar dari mata ke foto, ,. ialah basis mata, ft Dengan subsraksi (b) dari (a) dan dengan mengurangi,
merupakan jarak dari mata ke model stereo yang terlihat, y ialah tinggi model
stereo objek A'C' , dan d ialah jarak horisonlal model sterco KC'.
xo-xc=rf <r**, (c)

Juga dari segitiga sebangun pada Gambar 7.17(b)

xo- i sehingga *.=* (d)


l.--a" ---*{ E-h-v
=T
^t =i sehingga ,, (e)

Dengan substraksi (e) dari (d) dan mengurangi,

xo
-xc=b"iW!hy a
Dengan menyamakan (c) dan (fl

sffi-yy=b"i*\Y

Pada persamaan di atas biasanya nilai Y dan y masing-masing lebih


Gembar 7.17 Diagram sederhana untuk analisis perbesaran tegak. (a) Geometri kecil dari nilai I/'dan ft. Oleh karena itu
foto udara tegak yang bertampalan. (D) Geomeni pandangan stereoskopik foto
pada gambar (a). BfY boiv y _fi_ Bh (s)
@ f, = sehinssa
Y -H'iHE
Juga dari segitiga sebangun pada Gambar 7 .17 a dan b,
Sebuah formula untuk menghitung perbesaran vertikal dapat disusun
dengan merujuk gambar tersebut. Berdasarkan segitiga sebangun pada Gambar
7.17a.
T=# sehingga D = (xc-rr)f (h)

X=#sehinggao=# (a)
^ #=i
sehingga d=(xc-tn! (,)
198 t99

Dengan membagi (i) dengan (rr) dan mengurangi, Rasio basis-tinggi pengamatan stereo brlh mertpakan variabel yang
agak sulit diukur, dan sedikit berbeda bagi tiap orang. Uji yang dilakukan
d _th berulang-ulang menunjukkan bahwa nilainya sekitar 0,15.
(/)
D_ H'i

Dengan substitusi 0) ke (g) dan mengurangi,

y _d
_D_ H'b"
Bh (r)
Y
Di rlalam pers:rmaan (t), bila istilah BhlH'br'.sebesar i' tidak ada perbe-
saran tegak model stereo (ingat bahwa Y sama besar dengan D). Oleh karena
itu maka pernyataan tentang ukuran perbesaran tegak V, diberikan oleh:

,r-B
,-H'Bh fturang lebih) (7.1)

Dari Persamaan 7.1 terlihat bahwa besarnya perbesaran tegak di dalam


pengamatan stereoskopik dapat ditaksir dengan mengalikan rasio B/H'dengan
kebalikan rwio b/h. Suatu pernyataan untuk rasio BIH' dapat disusun dengan
merujuk Gambar 7.18. Pada gambar ini, G mengisyaratkan liputan medan
totaliuatu foto tegak yang dipotret dari ketingg.ian H' dr atas tanah. Basis Gambar ?.lt Rasio basis-tinggi (8/l/')
udaraB ialah jarak antara pemotretan. Dari angka

Contoh
= G-Gffi=o (,
7.1
B
-ffi) 0)
Hitunglah kira-kira (approximatQ perbesaran tegak foto udara vertikal
yang dibuat dengan kamera yang panjan& fokusnya 6 nci (152A mm) dengan
Di dalam Persamaan (t), PE merupakan persen tampalan samping yang format 9 inci (23 cm) bujur sangkar jika foto itu dibuat dengan 60 persen
memberikan angka di mana foto kedua tumpang tindih dengan foto pertama. tampalan samping.
Juga dengan segitiga sebangun pada gambar itu.

(n) la*,afun
# =+ sehinggaH'=$
Berdasa*an Pcrsam aan 7 2
(m),f mertpakan panjang fokus kamera dan d
Dalam Persamaan
merupakan ukuran format. Dengan membagi (t) dengan (m) dan mengurangi,
c/ at
ft = r- (#3)+= o,6o
Berdasa*an formula 7.1, misalnya D./lt sebesar 0,15,
fi=t-(ffi)+ (7.2)
I
V = 0,60
Ofu = 4,0 (kurang lebih)
2N 201

Cantan:
Raju, A. V., dan E. Parthasarathi: Stereoscopic Viewing of landsat Imagery,
Jika digunakan kamera dengan panjang fokus 12 inci, rasio B/H' Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 43, no. 10, hlm.
sebesar 0,30 dan perbesaran tegatnya menyusut menjadi 2. t243, t977.
Scheaffer, C. E.: Stereoscope for Strips. Photogrammetric Engineering, vol. 34,
no. 10. hlm. lM4, 1968.
RUJUKAN {, o Singleton, R.: Vertical Exaggeration and Perceptual Models, Phologrammetric
Engineering, vol.22, no. 9, hlm. 175, 1956.
Ambrose, W. R.: Stereoscopes with High Performance, Phologrammelric Thayer, T. P.: The Magnifying Single Prism Stereoscope: A New Field Instrument,
Engineering, vol. 31, no. 5, hlm. 822,1965. Journal of Forestrl, vol. 61, hlm. 381, 1963.
American Society of Photogrammetry: "Manual of Photogrammetry," ed. ke-4' Thurrell, R. F., Jr.: Vertical Exaggeration in Stereoscopic Models,
Falls Church, Va., 1980, Bab 10. Photogrammetric Engineering, vol. 19, no. 4, hlm. 579, 1953.
Anson, A.: Significant Findings of a Steroscopic Acuity Stttdy, Photogrammetric Treece, W. A.: Estimation of Vertical Exaggeration in Stereoscopic Viewing of
Engineering, vol. 25, no. 4, hlm. 607,1959. Aerial Photographs, Photogrammelric Engineering, vol. 21, no. 4, hlm.
Collins, S. H.: Stereoscopic Depth Perception, Photogrammetric Engineering and 518,1955.
Remote Sensing, vol. 47, no. l, hlm. 45, 1981. Yacoumelos, N.: The Geometry of the Stereomodel, Photograntmetric Engineer'
Dalsgaard, J.: Stereoscopic Vision-A Problem in Terrestrial Photogrammetry, ing, vol. 38, no. 8, hlm. 791, 1972,
Photogrammetria, vol.34, no. I, hlm. 3, 1978.
Goodale, E, R.: An Equation for Approximating the Vertical Exaggeration Ratio
of a Stereoscopic View, Phologrammetric Engineering, vol. 19, no. 4, SOAL
hlm. 607, 1953.
Gumbel, E. J.: The Effect of the Pocket Stereoscope on Refractive Anomalies of 7 .1 Sebutkan beberapa metode monokuler untuk melihat kedalaman.
the Eyes, Photogrammetric Engineenng, vol. 30, no. 5, hlm. 795, 1964. 7 .2 Apa yang dimaksud dengan sudut paralaks?
Howard, A. D.: The Fichter Equation for Correcting Stereoscopie Slopes, 7 .3 Bandingkan keunggulan dan keterbatasan stereoskop saku dan stereoskop
Photogrammetric Engineering, ,tot.34, no. 4, hlm. 386, 1968. cermin.
Jackson, K. B.: Some Factors Affecting the Interpretability of Air Photos, 7 .4 Berikan cara kerja setapak demi setapak untuk orientasi foto guna penga-
Canadian Surveyor, vol. 14, no. 10, hlm. 454, 1959. matan stereoskopik.
LaPrade, G. L.: Stereoscopy-A More General Theory, Photogrammetric 7 .5 Apakah paralaks y? Apakah penyebab paralaks y di dalam suatu model
Engineering, vol. 38, no. 12, hlm. 1177, 1972. stereo?
Stereoscopy-Will Dogma or Data Prevail?, Photogrammetric
Engineering, vol. 39, no. 12, hlm. 1271, 1973.
7.5 Susunlah tabel rasio BIH' bagi panjang fokus kamera sebesar 3,5, 5, 8,25,
dan 12 inci, format kamera 9 inci bujur sangkar, dan tampalan samping
Miller, C. Il Vertical Exaggeration in the Stereo Space Image and its Use,
sebdsar 55, 60, dan 65.
Photogrammetric Engineering, vol.26, no.5, hlm. 815, 1960.
Myers, B. J., dan F. P. Van der Duys: A Stereoscopic Field Yiewer,
7.7 Hitunglah perbesaran tegak kira-kira dalam sebuah model stereo bagi foto
-: yang dibuat dengan panjang fokus 6 inci, dengan format 9 inci bujw sang-
Photogrammetric Enginering and Remote Sensing, vol. 41, no. 12, hlm.
kar, jika foto itu dibuat dengan tampalan depan 55 persen.
1477,1975.
Nicholas, G., dan J. T. McCrickerd: Holography and Stereoscopy: The t) . r 7. t Seperti Soal 7.7, tetapi panjang fokus kamera yang besarnya 8,25 inci dan
tampalan depan 65 persen.
Holographic Stereogram, Photographic Science and Engineenng, vol. 13,
no. 6, hlm. 342, 1969.
Palmer, D. A.: Stereoscopy and Photogrammety, Photogrammetric Record, vol.
4, hlm. 391,1964.
Raasveldt, H. C.: The Stereomodel, How It Is Formed and Deformed,
Photogramrmetric Engineerr'ng, vol. 22, no.4, hlm. 708, 1956.
203

BAB
I
PARALAKS STEREOSKOPIK

8.I PENGANTAR

Paralaks ialah kenampakan perubahan (displacement) posisi suatu


objek terhadap suatu kerangka rujukan, yang disebabkan oleh perpindahan
posisi pengamat. Suatu eksperimen sederhana dapat menggambarkan paralaks.
Bila sebuah jari diletakkan di depan mata seseorang, dan semenlara
memandang jari itu, kepala digeser dengan cepat dari satu sisi ke sisi lainnya
tanpa menggerakkan jari tersebut, maka jari akan tampak berpindah dari satu at

sisi ke sisi lain dalam hubungannya dengan benda-benda di luar jari, seperti
misalnya terhadap gambar di tembok. Di samping menggerakkan kepala, efek l
Gambar 8.1 Paralaks stereoskopik foto udara tegak.
serupa dapat diciptakan dengan memejamkan satu mata berganti-ganti. i
Semakin dekat letak jari terhadap mata, semakin besar perubahan letak yang pada a dan b pada foto kiri. Akan tetapi, crab maju pesawat terbang antara tiap
tampak. Gerakan jari yang fampak ini disebut paralaks, dan paralaks terjadi pemotretan menyebabkan gambar bergerak ke samping menyilang bidang
oleh perubahan kedudukan pengamat. fokal kamera sejajar terhadapjalur terbang, sehingga pada foto kanan dua titik
Bila seseorang melihat melalui penemu pandang sebuah kamera udara itu tampak pada a' dan b'. Karena titik A lebih tinggi (lebih dekat ke kamera)
pada saat pesawat terbang bergerak maju, gambaran objek akan tampak daripada titik B gerakan gambar a melalui bidang fokal lebih besar daripada
bergerak menyilang medan pandang. Gerakan-gerakan lni merupakan contoh gerakan gambff b. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa paralaks titik A
lain bagi paralaks yang disebabkan oleh perpindahan posisi titik pengamatan lebih besar dari paralaks titik B. Ini menarik perhatian bagi dua aspek penting
juga. Semakin dekat suatu objek terhadap kamera, semakin besar pula objek paralaks stereoskopik, yaitu: (l) paralaks sembarang titik berbanding lurus
itu tampak bergerak. terhadap ketinggian titik itu, dan (2) paralaks lebih besar bagi titik tinggi
Suatu kamera udara yang melakukan pemotretan foto bertampalan pada daripada titik rendah. Perubahan paralaks sesuai dengan ketinggian tempat
interval waktu yang teratur akan membuahkan rekaman posisi gambar pada menyajikan dasar fundamental untuk menentukan ketinggian titik-titik
saat pemotretan. Perubahan posisi suatu gambar pada satu foto ke foto
t) tt berdasarkan pengukuran fotografik. Pada kenyataannya, koordinat X , Y, dan Z
berikutnya oleh gerakan pesarvat terbang disebut paralaks stereoskopik, bagi titik-titik dapat dihitung berdasarkan paralaksnya. Formula untuk
paralaks x, atau secara sederhanapcralaks. Paralaks terjadi bagi semua gambar melakukan ini disajikan pada Butir 8.6.
yang tampak pada tampalan foto yang berurutan. Pada Gambar 8.1 misalnya, Gambar 8.2 menyajikan dua foto pada Gambar 8.1 yang diletakkan
gambar objek A dan B tampak pada pasangan foto udara yang bertampalan tumpang tindih. Paralaks titik A dan B masing-masing ialah Po dan P6.
yang dipotret dari stasiun pemoretan L1 dan L2.TitikA dan B tergambar Paralaks stereoskop\bagi suatu titik seperti A yang gambamya tampak pada
2M

Gambar 8.2 Dua foto pada Gambar 8.1 yang disajikan secara tumpang tindih.
i
,,
dua foto sebuah pasangan stereo, dinyatakan dengan koordinatjalur terbang, i,
ialah:

Pa= Xo-1o' (8.1)

Po ialah paralaks stereoskopik titik objek A, -r"


Pada Persamaan 8.1,
ialah koordinat terukur gambar c pada foto kiri pasangan stereo, dan xo'
merupakan koordinat foto gambar a' pada foto kanan. Koordinat foto ini tidak
diukir dalam hubungannya dengan sistem sumbu fisudial. Titik-titik tersebut
diukur dalam hubungannya dengan sistem sumbu jalur terbang seperti yang
diperikan pada Butir S.Z.PadaPersamaan 8.1, bagi tiap koordinat foto terukur
harus diberi tanda aljabar yang tepat untuk memperoleh nilai paralaks
stereoskopik yang benar.
Gambar 8.3 ialah sebagian pasangan stereo foto tegak Daerah
Washington, D.C., dipotret dengan panjang fokus karnera 6 inci pada ke- t) at
tinggian terbang 6.000 kaki di atas tanah. Perhatikan bahwa pada foto ini
semua gambar bergerak secara lateral dalam hubungannya dengan sumbu y'
Oari poiisinya pada foto kiri ke posisinya pada foto kanan. Perhatikan
juga
betapa jehs Monumen washington menggambarkan bertambah besarnya
parataks dengan titiknya yang lebih tinggi; misalnya puncak monumen Gambar E.3 Foto vertikal bertampalan yang dibuat di atas washington, D.C.,
Lergerak lebili jauh melalui bidang fokal bila dibanding dengan gerak bagian menggambarkan paralaks stereoskopik. (Seizin Owen Ayres and Associates, Inc.)
bawah monumen itu.
il
2M 207

Pada Gambar 8.3, Monumen Washington merupakan contoh baik


Semua foto kecuali pada ujung sebuah jalur terbang, mempunyai dua
sekali untuk menunjukkan kegunaan Persamaan 8.1 untuk menemukan
rangkaian sumbu terbang untuk pengukuran paralaks, satu untuk dipakai bila
paralaks. Puncak monumen mempunyai koordinat x(xs 4,32 inci) dan
= foto berupa foto kiri dan satunya bila fotonya foto kanan. Pada Gambar 8.4
koordinat x' (xi = 0,72 inci\. Dengan Persamaan 8.1, paralaks h = 4 j2- disajikan sebuah contoh di mana foto I hingga foto 3 dipotret semacam itu.
0,72 = 3,60 inci. Juga, dasar monumen mempunyai koordinat x (x6 jg6 Pengukuran paralaks pada daerah tampalan foto I dan foto 2 dilakukan dalam
=
inci) dan koordinat x' (xb' = 0,67 inci). Dengan persamaan 8.1 maka p5 = .l hubungannnya dengan sistem sumbu x! yang utuh pada foto I dan sistem
3,9G4,67 = 329 inci. Pada Butir 8.8 akan ditunjukkan bagaimana paralaks x'y' yang utuh pada foto 2. Akan tetapi, karena jalur perjalanan pesawat
ini dapat digunakan untuk menghitung tinggi Monumen Washington. teibang foto I dan 2. Oleh karena itu maka pengukuran paralaks pada daerah
pertampalan foto 2 dan 3 harus dilakukan sehubungan dengan sistem sumb ry
garis-garis putus pada foto 2 dan sistem x'y'garis putus foto 3. Akan tetapi'
8.2 SUMBU ''JALUR TERBANG" FOTOGRAFIK UNTUK bagi dua sistem sumbu ini dimungkinkan untuk berimpit, meskipun pada
PENGUKURAN PARALAKS praktetnya hal ini tidak biasa terjadi. Oleh karena itu pada bab ini harus
Oipatrami bahwa koordinat foto untuk penentuan paralaks diukur sehubungan
Karena paralaks terjadi sejajar terhadap jalur terbang, sumbu fotografrk dengan sistem sumbu jalur terbang.
x dan x'untuk pengukuran paralaks harus sejajar terhadap jalur terbang bagi
masing-masing foto suatu pilsangan stereo (nilai gasal menunjukkan foto
kanan suatu pasangan stereo). Bagi suatu foto tegak pasangan stereo, jalur 8.3 METODE MONOSKOPIK UNTUK PENGUKURAN
. terbang merupakan garis yang menghubungkan titik utamfoan titik utrma PARALAKS
berikutnya. Titik utama diletakkan dengan cara yang lazim yaitu dengan
perpotongan garis fisudial x dan y. Metode monoskopik untuk menemukan Paralaks titik pada pasangan stereo dapat diukur secara monoskopik
titik utama pindahan foto berikutnya telah diperikan pada Butir 7.6. Metode maupun stereoskopik. Dengan cara mana pun, sumbu jalur terbang fotografik
stereoskopik dibincangkan pada Butir 8.4. sumbu y dan y' untuk pengukuran pertarna-tama harus ditentukan letaknya dan memberi tanda titik utama dan
paralaks melalui titik utama yang bersangkutan dan tegak lurus teihaoap jaur titik utama foto berikutnya.
terbang. Cara yang paling sederhana untuk mengukur paralaks ialah dengan
pendekatan monoskopik di mana digunakan Persamaan 8.1 setelah
pengukuran langsung atas x dan x' masing-masing pada foto kiri dan foto
Jalur terbang unruk Jalur terbang akrual i.anin. Keterbatasan metode ini ialah diperlukannya dua pengukuran bagi tiap
foto I dan 2 pesawat terbang titik.
Pendekatan monoskopik lain terhadap pengukuran paralaks ialah
dengan meletakkan foto pada meja atau material datar seperti disajikan pada
Gambar 8.5 Pada cara ini , jalur terbang fotografik opz dan o1'o2' dilandai
seperti biasanya. Sebuah garis lurus panjang, AA'digambar- kan pada material
da'sar dan dua-foto dipasang secara cermot seperti ditunjukkan, sehingga
jalur
terbang fotografik berimpitdengan garis ini. Setelah melekatkan foto, jarak D
antara titik utama merupakan suatu konstanta yang dapat diukur. Paralaks
r/ t. titik B ialah Pb = xb- (-xfi. Akan tetapi dengan mengkaji gambar itu,
i terlihat juga bahwa paralaks:
Jalur terbang untuk
foto I dan 2 i
i Pt=D-dt (8.2)

Dengan D yang diketahui pada Persamaan 8.2, untuk memperoleh


Gambar E.4 sumbu jalur terbang untuk pengukuran paralaks stereoskopik. paralaks suatu titikhanya diperlukan j arak d antan gambar pada foto kiri dan
n8 2W

a)

+-+
ot 02

Gambar tJ Pengukuran paralaks dengan menggunakan skala sederhana

foto kanan. Keuntungannya ialah bahwa untuk tiap titik tambahan yang
diinginkan paralaksnya" hanya ditentukan satu pengukuran. Dengan salah satu
metde monoskopik pengukuran paralaks ini, salah satu skala sederhana yang f,
dijelaskan pada Butir 5.3 dapat digunakan, dan pilihannya tergantung pada
ketelitian yang diinginkan.

t.4 ASAS- TANDA APUNG


Paralaks titik dapat diukur pada $mt mengamati secara stereoskopik
dengan keuntungan yang berupa kecepatan dan ketepatan. Pengukuran
stereoskopik paralaks menggunakan asas tanda apung. Bila model stereo
diamati dengan stereoskop, dua tanda identik yang digoreskan pada kaca
bening yang disebut tanda tengahan (half marks) dapat diletakkan di atas foto, Gambar t.6 Asas tanda apung.
satu di atas foto kiri dan lainnya di atas foto kanan, seperti disajikan pada
Gambar 8.6. Tanda kiri diamati dengar mata kiri dan tanda kanan dengan mata
kanan. Tanda tengahan dapat digeser posisinya hingga keduanya menyatu beda-beda menrpakan dasar hagi istilah 'tanda apung' (floating mark).
t) at
Jarak tanda tengahan (p4ralaks tanda tengahan) dapat diubah-ubah se-
menjadi satu tanda yang tampak berada pada model stereo dan terletak pada
ketinggian tertentu. Bila dua tanda tengahan digerakkan saling mendekat, hingga tanda apung tampak menempel tepat pada medan. Ini membuahkan
paralaks tanda tengahan bertambah besar dan tanda yang menyatu tampak efek seperti adanya sebuah objek be6entuk tanda tengahan di medan pada saat
lebih tinggi. Sebaliknya, kalau dua tanda digeser saling menjauh maka dilakukan pemotnetan. Tanda apung dapat digerakkan pada model stereo dan
paralaksnya menjadi lebih kecil, dua tanda yang menyatu tampak turun. Per- titik yang satu ke titik lainnya, dan karena ketinggian medan berbeda-beda
bedaan tampak ketinggian tanda sesuai dengan jarak tanda tengahan yang ber-
maka jarak dua tanda tengahan dapat diubah-ubah agar tanda apung tepat
210 2tt
Alat pemindah titik yang dibuat secara sederhana di rumah yang
mendarat di medan. Gambar 8.6 menunjukkan asas tanda apung dan
diplaskan di atas terdiri dari dua potong plastik tembus pandang di mana titik
menggambarkan bagaimana anda dapat disetel dengan tepat pada titik tertentu
silang yang identik ditinta Apabila satu tanda tengahan diletal&an secara
seperti A, 8, dan C, dengan jalan meletakkan tanda tengahan masing-masing
stereoskopik atas titik utama berikutny4 posisi fotografiknya ditandai dengan
pada a dan a', b dan b', dmt c dan c'.
menusuk melalui pusat silang itu.
Asas tanda apung dapat digunakan untuk memindah titik utama ke
letak identiknya sehingga terbentuk jalur terbang. Pada cara kerja ini, mula- t) (r
mula titik utama diletakkan seperti biasa pada perpotongan garis fidusial.
Kemudian dengan menggunakan alat pemindah titik seperti disajikan pada
8.5 METODE STEREOSKOPIK UNTUK PENGUKURAN
PARALAKS
Gambar 8.7, titit utama ini dipindah ke lokasi identiknya. Alat pemindah
titik terdiri dari dua bagian terpisah yang mengandung tanda tengahan yang
identik dan digoreskan pada kaca Tanda tengahan bagian kiri pada Gambar 8.7
Melalui asas tanda apung, paralaks titik dapat diukur secara
stereoskopik. Metode ini menggunakan stereoskop bersama dengan instrumen
ditempatkan di atas salah satu titik utama, misalnya titik kiri o1. Dengan
yang disebut batang paralaks (parallax bar), yang juga sering disebut
menggunakan stereoskop cermin untuk pengamatan, tanda tengah bagian stereometer. Batang par. laks trdiri dari batang logam yang padanya difasang
kanan ditempatkan dr atas foto kanan dan digerak-gerakkan hingga diperoleh dua tanda tengahan. Tanda tengahan kanan dapat digerakkan dalam
pandangan stereoskopik yang jelas atas tanda apung dan dua tanda yang lebur hubungannya dengan tanda tengahan kiri dengan jalan memutar sebuah sekrup
menjadi satu tampk mendarat tepat di atas tanah. milcrometer. Pembrcaan mikrometer dilalcukan dengan Enda apung diletakkan
dengan tepat pada titik+itik yang paralaksnya dikehendaki. Dari pembacaan
mikrorneter, diperoleh paralaks atau beda paralaks. hda Gambar 8.8 disajilon
sebuah batang paralaks yang terletak di atas foto, di bawah sebuah stereoskop
cermin.

Grmbar E.7 Alat pemindah titik buatan Simpson. (Seizin Alan Gordon
Enterprises, Inc.)

Tanda tengahan bagian kanan, yang diberi sendi, kemudian diangkat


agar memberi jalan untuk merendahkan batang benendi yang mengandung
sebuah janrm. Jarum itu turun tepat pada posisi yang ditempati oleh tanda
tengahan yang kanan. Jarum itu ditekan ke folo sehingga membuahkan tanda r) (l
Gambar 8.E Stereoskop cermin Wild ST-4 dengan binokuler dan batang
titik utama pindahannya. Cara kerja sterfuskopik ini sangat tepat bila paralaks. (Seizin Wild Heerbrugg Instruments, Inc.)
dilakukan dengan cermat dan keuntunganya ialah tidak diperlukannya gambar
tersendiri di sekitar titik utama, seperti halnya pada metode monoskopik.
Bayangkan saja misalnya, kesulitan pemindahan titik utama dengan cara
Pada waktu menggunakan batrng paralaks, mula-mula dua foto yang
monoskopik yang letaknya di tengah ladang gandum. Akan tetapi pemindahan
berupa pasangan stereo dengan cerrur diorientasikan untuk pengamatan
titik ini dapat dilakukan dengan mudah bila digunakan metode stereoskopik.
2t2
213
stereoskopik yang nyaman, sedemikian hingga jalur terbang pada tiap foto
t-eletak pada sebuah garis lurus seperti biasa, seperti disajikan-pada camuar
8.5. Kemudian foto dilekarkan dengan pasti dan batang paiaars-oitetakkan di
ltas foto. Tanda tengahan kiri yang disebut tanda tetip (fixed mark), tidak
dimatikan dan digerak-gerakkan hingga kalau tanda apung menyatu pada titik
medan yang ketinggiannya rata-rata pembacaan batang paralaks kurang lebih Tanda
a tengahan
di tengah kisaran pembahan angkanya Tanda tetap itu kemudian oimatitan. o tetap
mana tempatnya tetap bagi pengukuran paralaks bagi pasangan stereo
tertentu. Setelah tanda tetap ditentukan dengan cara ini, tanda tengahan kanan
Ttau
tand.a
1ak
tetap dapat digerakkan ke kiri atau ke kanan terhaflap anda tetap
(menambah aiau mengurangi paralaks) bila dikehendaki untuk melakukan
akomodasi titik tinggi atau titik rendah tanpa melebihi kisaran gerak batang
paralals.
Gambar 8.9 merupakan diagram skematik tentang asas cara kerja
baang paralaks. setelah foto diorientasikan dan tanda tengahan tetap diteaft-
kan pada tempat yang baru saja dibincangkan, konstanta-batang paralaks c
untuk penyetelan itu berarti selesai ditentukan. untuk penyetelan,jarak antara Gambar 8.9 Diagram skematik batang paralaks.
titik- utama berupa sebuah konstanta, D. Bila tanoa tetap dimatitan,larat oari
F*da_tetap ke tanda indeks pada batang paralaks juga berupa konlhnta, (. Konstanta batang paralaks harus ditentukan berdasarkan pembacaan
Dari Gambar 8.9, paralaks titikA adalah: mikrometer dan pengukuran paralaks bagi dua titik. Kemudian dapat diambil
raLa-rata dua nilai itu. Satu di antara dua titik itu dapat dipilih untuk maksud
xa-
- r)
Pa = xa' = P (K = (D K) + ro ini, akan tetapi, dua titik utama lebih disukai dan banyak diSunakan. Gambar
- - 8,10 merupakan bagian pasangan foto tegak yang bertampalan. Berdasarkan
Istilah D idah c, konstanta batang pararaks bagi penyetelan itu. Persamaan 8.1, paralaks titik utama Or di medan tergambar pada foto kiri
hg4 -K
ro ialah pembacaan mikrometer. Dengan substitusi c pada persamaan di dengan Po1= xo1- (xo'r) = 0 (4) = b' (koordinat xbagi o1 pada foto
atas maka pemyataan tersebut menjadi:
-
kiri sebesar nol). Paralaks titik utama O2 di medan, di foto kanan juga
tergambar dengan Po2=xor-xo'2=[-0= b. Dari pefbincang8n
po =C+ro (8.3) sebelumnya, terlihat jelas bahwa paralaks titik utama medan sebelah tiri
sebesar basis foto b' yurg diukur pada foto kanan, sedang paralaks medan
Persamaan 8.3 menyatakan mikrometer batang paralaks sebagai
sebelah kanan sebesar basis foto D yang diukur pada foto kiri.
"pe.mbacaan ke depan", yaitu pembacaan bertambah uesar uagi paralaks yang
Untuk lnenentukan konstanta batang paralaks dengan menggunakan
lebih besar. Bila pembacaan menjadi kecil bagi paralaks yan! teuit uesarl
paralals itu disebut "pembacaan te uetatang" oan tarioa ilabar r harus
titik utama, mula-mula diukur jarak D dn b'. Kemudian tanda apung ditam-
llrrg
dibdik.
paksatukan sefara stereoskopik pada titik utama al, dan nilai mikrometer r,
Untuk menghitung konstanta batang paralaks, dilakukan pembacaan dibaca, sehingga diperoleh Ct= b'- ror. Tanda apung itu kemudian
.-
miluometer dengan tanda apung diletakkan pada titik itu. paralaks titik diletakkan secara stereoskopik pada titik utama foto kanan, o2, dan nilai
lt) rf
tertentu dapatjuga diukur langsung seqra monoskopik dan dihitung dengan mikrometer rordibaca, sehingga diperoleh Cz= b r,2. Kesalahan oleh
menggunakan Persamaan 8.1. Kemudian, dengan p dan r bagi titik yang -
kesendengan foto, tinggi terbang yang berbeda pengkerutan kertas, dan
diketahui, nilai c dihitung dengan menggunakan irersamaani.3 seuaga'i
pengukuran pada umumnya menyebabkan diperolehnya dua nilai C yang agak
berikut:
berbeda. Oleh karena itu padaumumnya diambil nilai rata-ratanya.
C=p-r (8.4) Pada praktgknya kariang-kadang titik utama terhapus sehingga
pengukuran sterebskopik ro, dan r* sulit dilakukan. Pada keadaan
I
215
214
nilai yang benar.
Ada instrumen yang memadukan stereoskop dan batang paralaks
menjadi satu unit. Gambar 8.11 dan 8.12 masing-masing menunjukkan
sebuah stereoskop cermin dan stereoskop saku dengan batang yang diikatkan
padanya. Perhatikan ikatan binokuler pada unit Gambar 8.1l, untuk memper-
besar ketelitian. Unit stereoskop saku terulama siap untuk penentuan tinggi
pohon, tinggi bangunan dan sebagainya. Meskipun memiliki keuntungan
oleh kesederhanaan dan ukuran yang kecil, tentu saja terbentur pada ketidak-
nyamanan yang lazim terjadi pada stercoskop saku, yaitu bahwa foto atas
menutup sebagian dasratt tampalan pada pasilngan stereo.

Gambar 8.10 Paralaks titik utama.

demikian, karena paralaks titik hanya bergantung pada ketinggian titik dan
tidak bergantung pada lokasinya pada foto, tanda apung dapat diletakkan secara Gambar E.11 Stereoskop cermin N2 dengan binokuler dan batang paralaks
stereoskopik justru sedikit di luamya pada saat dilakukan pembacaan mikro- yang diikatkan padanya. (Seizin Carl Zeiss. Oberkochen)
meter. Ini tidak akan mempengaruhi pembacaan mikrometer apabila permuka-
an medan di dekat titik utama cutup datar, dan terhindarkan ketidaktelitian
peletakan landa apung pada gambar yang rusak. Dua foto terpisah dapat
digunakan saling bergantian. Akan tetapi, harus dipilih sedemikian sehingga
titik itu terletak sebelah-menyebelah jalur terbang dan berjarak sama terhadap
jalur terbang. Dengan demikian akan meminimalkan kesalahan paralaks
sehubungan dengan kesendengan dan kesalahan orientasi foto.
Salah satu keuntungan pengukuran paralaks stereoskopik ialah lebih
cepat, karena setelah ditetapkan konstanta batang paralaks, paralaks titik-titik
lain diperoleh secara cepat dengan sekali pembacaan mikrometer bagi tiap .) rl
titik. Keuntungan lainnya ialah ketelitian yang lebih besar, bukan hanya oleh
pengamatan binbkuler, tetapi juga karena pembacaan terkecil pada sebagian
besar mikrometer batang paralaks berskala hingga 0,01 mm. Kemampuan
seseorang untuk menyetel tanda apung semakin baik bila latihannya semakin
banyak, seperti halnya orang belajar berenang. Seorang yang berpengalaman Gambar E.12 Stereoskop satu TM untuk pengukuran. (Seizin Carl Zeiss'
dalam menggunakan alat berkualitas baik dan foto yang baik pada umumnya Oberkochen). \ '
mampu memperoleh paralaks dengan perbedaan sebesar + 0,03 mm terhadap 't
216 2t7

8"5 PERSAMAAN PARALAKS Dengan menyamakan segitiga sebangun pada Gambar 8.13, dapat
disusun formula untuk menghitung ir, X6, dan Yo. Pertama-tama, dari
Seperti yang dikemukakan terdahulu, bagi tiap titik dapat dihitung segitiga sebangun Lpa, dan LiAy
koordinal medannya, X, Y, dan Z, berdasarkan pengukuran paralaksnya.
9*-Uq 8.13 menyajikan sepasang foto tegak yang bertampAandan Opoi.et Ye
dari ketinggian terbang sama besar di atas bidang rujukan. Gambar suatu titik
objek A tampak masing-masing Fda a dan a' difoto kiri dan kanan. Keduduk-
H-he- -!of
an planimetrik titik A di atas tanah dinyatakan dengan koordinat medan Xn
sehingga
dan Yn . Ketinggiannya di atas bidang rujukan ialah ha. Sistem sumbu
rnedan X r berasal pada titik utama datum p pada foto kiri: sumbu X terletak
pada bidang
_vertikal yang sama dengan sumbu jalur fotografik x dan x,; dan
yo=*@-
NJ hA)
sumbu Y melalui titik utama datum pada foto kiri serta tegak lurus terhadap
sumbu X. Menurut definisi ini, tiap pasangan foto mempunyai sistem
koudinat medan yang unik. Dengan menyamakan segitiga sebangun Lpa, dan L1AA*

z,l*---.--B XA
H-he- -xof
T--
IL,

I sehingga:

Lo xo=*
,, J w - hA)

Juga dari segitiga sebangun L2o'a', dan LyAo'A, ,

\\\ B
\\ -Xl _-x.
H-he- f
\\
\\ sehingga:
\\ x-'
nrL: t- Xo'=B++(H-he)
^ l\
,'' i,/ /rl
I lt (l Dengan menyamakan

h^=H-J-
"A Xo_
(r) dan (c) serta mereduksi,

Xo,
x.<*R_xn
Dengan substitusi p, untuk xo- xo'ke persamaan di atas:
Gambor 8.13 Geometri pasangan foto tegak yang bertampalan.
218 219

10,96 mm dfi ls,n mm. Juga, koordinat foto.r dan ) titikA dan B diukur
h^ =
"Pa
H-il (8.s)
terhadap sumbu jalur terbang pada foto kiri ialah xo= 53Al pm, )o = 50,84
rrrr, 16 = 88,92 mm, dan lb = 46,69 mm. Hitunglah ketinggian titik A
Sekarang dengan substitusi Persamaan 8.5 ke Persamaan (b) dan (a) dan dan I -
dan panjang horisontal garis.A8.
mereduksi:

lovafun
X,=BL
o (8.6)
Dengan formula E.4,
Po
C1 = b'-
yor
= 93,30
- 12,57 = 80J3 mm

- r-= 13,04 = 80,69 mm


C2 = b' 93,73
Y^=BL
n pa
(8.7) -
v-- 8o'73 2+ 8o'69 = go.7l mm
Di dalam Persamaan 8.5,8.6, dan 8.7, hlialah ketinggian titikA di "
atas bidang rujukan (datum), H ialah tinggi terbang di atas datum, B ialah Berdasa*an Persamaan 8.3,
basis udar4/ ialah panjang fokus kamera, po ialah paralaks titik A, X6 dan po= C + ra=80,71+ 10,96 = 91,67 mm
fA iatah koordinat medan titik A di dalam sistem koordinat yang didefinisi- po= C + 16= $Q1l + 15,27 = 95,98 mm
kan sebelumnya secila unik, dan l, serta ya ialah koordinat foto titik a yang
Berdasarkan Persamaan 8.5,
diukur terhadap sumbu jalur terbang pada foto kiri.
Persamaan 8.5, 8,6, dan 8.7, biasanya disebut persamoan paralaks,
yang tergolong persamaan paling penting di dalam fotogrametri. Persamaan
h^ =n H-Bl
po= 4.045 9r;6-r = 1.917 kaki di atas permukaan

ini memungkinkan untuk survei seluruh daerah tampalan pasangan stereo, hut
apabila diketahui panjang fokus dan tersedia titik kontrol medan yang cukup
sehingga basis udara B dan tinggi terbang Il dapat dihitung. hB= H-B{b 4'M5
Persamaan 8.6 dan 8.7 membuahkan koordinat medan X dan Y di
= = 2'0l2kaki di atas permukaan
dalam sistem koordinat unik pasangan, stereo, yang tidak berkaitan dengan laut
sistem kmrdinat medan. Akan tetapi, apabila sembarang koordinat ditentukan
dengan menggunakan persamaan ini bagi dua titik yang koordinat medannya Berdasadran Persamaan 8.6 dan 8.7,
diketahui, maka sembarang koordinat bagi semua titik dapat diubah ke sistem
medan sebenarnya melalui transformasi koordinat bersesuaian dua- X.=BL=W=746kaki
dimensional, seperti yang diperikan pada I-ampiran B.

Contoh 8.1 xs=BL=W= l'l85kaki


Sepasang foto vertikal yang bertampalan dibuat dari ketinggian4.A4S 0) (l
kaki di atas permukaan laut, dengan panjang fokus kamera 152,4 mm. Basis
re = B
udaranya sebesar 1.280 kaki. Dengan foto yang diorientasikan secara tepat,
pembacaan batang paralaks sebesar 12,57 mm dan l3,M mm diperoleh
*=W=Tlokaki
dengan tanda apung masing-masing disetel pada titik utama o1 dan oVPada
foto kiri, D temkur sebesar 93,73 mm dan pada foto kanan b'terukur sebesar YD=B*=W=-6z3traki
93,30 mm. Pembacaan batang paralaks pada titik A dari titik B sebesar
220 221

Panjang horisontal garis AB ialah:

AB= I ,r-,-----1,,
= l.404 kaki

8.7 KETINGGIAN BERDASARKAN BEDA PARALAKS


Beda paralaks antara satu titik dan titik lainnya disebabkan oleh
perbedaan ketinggian dua titik itu. Sementara Persamaan paralaks 8.5
menegaskan hubungan antara paralaks stereoskopik dan tinggi terbang,
ketinggian, basis udara, dan panjang fokus kamera, beda paralaks lebih
menguntungkan untuk menentukan ketinggian. Pada Gambar 8.14, titik
objek C merupakan titik konrol di mana tinggi n. di atas datum dik'etahui.
Ketinggian titik objek A dikehendaki. Dengan menyusun kembali Persamaan
8.5, paralaks dua titik dapat dinyatakan sebagai:

n =1 fB
rc ld)
H_h"
fB
n =1
ra (e)
H-hl

Beda paralaks, pa-


pc diperol-eh dengan substraksi Persamaan (A M
Persamaan (c) dan penyusunan kembali, ialah:

_ lB(hA_ hc)
Pa-Pc=m_hii a Gambar E.l4 Ketinggian berdasarkan beda paralaks

Misalkan pa- pc sama dengan 4p, beda paralaks. Dengan substitusi


(H h) dari Persamaan (e) dan Ap ke Persam aan (f) dan mengurangi, di-
-
peroleh persamaan ketinggian 11:
t) Contoh 8.2

Dalam Contoh 8.1, tambahan pembacaan batang paralaks sebesar


hc)
ht = hc +Ae(H-- (8.8) 11.89 diperoleh atas titik konrol C, yang tingginya 1.938 kaki di atas
permukaan laut. Hitunglah ketinggian titik A dan B pada contoh itu dengan
rnenggunakan Persa4aan beda paralaks 8.8.
223

Jawahn Pada Persamaan 8.9, Art ialah beda tinggi antara dua titik yang beda
paralaksnya sebesar Ap. Untuk pemotretan dengan format 9 inci bujur
Dengan formula 8.3,
sangkar dan dibuat dengan 60 penen tampalan depan, basis foto D mendekati
pc=c + rc=80,71+ 11,89 = 92,60 mm. 90 mm. Untuk relief sedang, paralaks bagi semua titik sama dengan D,
sehingga substitusi b untuk po dapat diterima. Lebih jauh lagi, bila tinggi
Untuk titik A, (t
terbang tidak sangat rendah dan reliefnya sedang, substitusi tinggi ter-bang
Ap= mm. rata-rata di atas lanah, H'untuk II- l" dapat diterima. Untuk tinggi terbang
Pa-Pc=91,67 -92,ffi = -{,93 yang sangat rendah atau di daerah berelief kasar, atau keduanya, asumsi
Dengan persamaan 8.8, Persamaan 8.9 tidak terpenuhi. Dalam hal ini harus dipakai Persamaan 8.8'
/-0;93X4'045 Persamaan 8.9 terutama menguntungkan bagi interpretasi foto di mana sering
Ire=1.938+L 9l;61
- l'93il = 1.917 kaki di atas permu- diperlukan untut ketinggian yang kasar, ketinggian bangunan dan pohon, dan
kaan laut) sebagainya.

Untuk titik B, Contoh 8.3


Lp -- Pb Pc = 95,98 92,60 = 3,38 mm' Beda paralaks antara puncak dan dasar sebuah pohon diukur pada
- - pasangan foto stereo yang dibuat pada ketinggian 3.000 kaki di atas tanah,
Dengan persamaan 8.8,
iebesar 1,32 mm. Basis foto rah-rata sebesar 88 mm. Berapakah tinggi
?. . pohon itu?
hs = l'938 +*2-0$_.04I_1.e3-0) _
- 2'012 kaki di atas permukaan
95;9g
lau0
Jartofun
Perhatikan bahwa jawaban ini mengecek nilai yang dihitung pada Dengan formula 8.9
Contoh 8.1
Jika sejumlah titik kontrol diletakkan di seluruh daerah tampalan, on =lft}@=45kalii
penggunaan Persamaan 8.8 memungkinkan ketinggian yang tak diketahui
ditentukan paling tepat berdasarkan beda paralaks terhadap titik kontrol
terdekat. Ini meminimumkan efek banyak kesalahan termasuk titik fotografik, Contoh 8.4
ketidaksempurnaan pelurusan foto untuk pengukuran paralaks, pemekaran dan Dengan menggunakan beda paralaks Persamaan 8.9, ditentukan tinggi
pengkerutan kertas foto' dan distorsi lensa kamera. Monument Washington berdasarkrn pengukuran paralaks pada Gambar 8.3.
Tinggi terbang 6.000 kaki di atas tanah dan basis foto D terukur sebesar 3,25
inci.
t.t PERSAMAAN KURANG TELITI BAGI KETINGGIAN
BERDASARKAN BEDA PARALAKS
J6wfun
Formula kurang teliti untuk beda tinggi berikut ini diperoleh dari
t; 'l Pada Gambar 8.3, paralaks purrcak monumen terukur sebesar 3,60 inci
Persamaan 8.8 dengan: (1) substitusi basis foto D pasangan stereo untuk po, dan paralaks dasarnya sebesar 329 nci. Beda paralaks ialah:
(2) substitusi tinggi terban g ratac;ata di atas tanah, H' , untuk (I/ hr); dan Ap = 3,ffi 3,29 = 0,31 inci
(3) menetapkan Lh= he-hc: - -
Dengan Persamaan 8.9 maka tinggi monumen sebesar
x o3.1
6p -6@o =sl2kah
(8.e)
fini bqbeda 3 persen dari tinggi sebemrnya yaitu 555 kaki).
^h=Mf
'2U 225

t.9 PENGUKURAN BEDA PARALAKS dari sekitar 2,5 inci pada bagian dasar hingga 1,75 inci pada puncaknya. Jarak
ini mengakomodasikan kelaziman jarak antara dua gambar yang identik bila
Beda paralaks dapat ditentukan dengan salah satu car:a bedkut diorientasikan untuk pengamatan dengan stereoskop saku, dan memberikan
kemungkinan kisaran sekitar 0,75 inci dalam beda paralals yang dapat diukur.
1. Dengan pengukuran monoskopik atas paralaks diikuti dengan subsfalai. Misalnya pemisahan jarak garis pada tangga paralaks tepat sebesar
2. Dengan mengambil beda pembacaan paralaks batang. Validias pendekatan (l
2,50 inci pada bagian dasar dan 1,70 inci pada puncak seperti yang disajikan
ini terpenuhi bila yang ditentukan berdasarkan pembacaan batang paralaks
pada Gambar 8.15. Bila tinggi total y pembagian skala tepat sebesar 8 inci,
disubstr*si sebagai berikut:
dan untuk pembagian skala sepanjang garis itu interval jaraknya sebesar UlO
inci, 80 angka itu masing-masing bertambah dengan 0,01 inci ke arah atas
Ap=p-pr=(C+ r)-(C *r")= t-rc dan semakin dekat garis rujukan. Skala diberi angka dari 70 hingga 00 hingga
50 pada tangga paralaks sehingga mencerminkan beda paralaks sebe.sar l/100
3. Dargan tangga paraloks.
unit. Dengan tangga paral*s khusus ini suatu kisaran dengan beda paralaks
Tangga paralaks seperti yang disajikan pada Gambar 8.15, terdiri dari sebesar 0,80 inci dapat diakomodasikan.
selernbar film tembus pandang yang padanya tergambar dua baris konvergen. Bila digunakan tangga paralaks, mulia-mula foto diorientasikan secara
Garis yang kiri menrpakan garis rujukan, sedang garis sebelah kanan dirinci cermat seperti biasa dan diamankan. Tangga paralaks diletakkan di atas daerah
atas bagian-bagian untuk maksud pembacaan. Jarak antara dua.garis itu tampalan dan diamati secara stereoskopik. Dua garis pada trngga paralaks
tergantung pada tangga paralaks yang akan digunakan dengan stereoskop akan lebnr menyatu dan tampak sebagai satu garis apung pada daerah di mana
cermin atau stereoskop salcu. Untuk stereoskop saku maka jaraknya berkisar jarak antara garis itu sedikit lebih kecil dan jarak antara dua gambar yang
bersangkutan. Garis apung akan tampak memisah bila paralaks garis itu sama
besar dengan paralaks gambar foto. Posisi tangga paralaks dapat disesuaikan
inN sedemikian sehingga garis apung memisah dan membentuk sebuah tangga
f+1.7
tepat pada titik yang paralaksnya diinginkan. Pada titik itu dilakukan
pembacaan pada skala. Pembacaan tangga paralaks pada titik a Gambar 8.15
misalnya, sebesar 193 inci. Beda paralaks diperoleh secara sederhana dengan
mengambil beda pembacaan paralaks untuk titik yang berbeda.
Cara yang murah untuk membuat sebuah tangga paralaks ialah dengan
membuat gambaran dengan tinta pada kertas putih, memotretnya, dan
membuat film positif dari negatifnya. Ukuran positif harus dibuat dengan
cermat untuk memperoleh ukuran yang tepal Untuk meningkatkan ketelitian
selama pembuatan tangga paralaks, gambaran tinta dapat dibuat pada
perbesaran dua atau empat kali, kemudian diperkecil secara fotografik ke
ukunan yang benar.

u/
t.l0 GRAFIK UNTUK KOREKSI PARALAKS
Kesalahan paralala terukur oleh kesendengan fotografik, ketidaklurusan
foto dalam pengukuran paralaks" pengkerutan dan pemekaran kertas foto, dan
distorsi lensa kamera dapat dikompensasi secara efektif dengan membentuk
grafik koreksi paralaks. Untuk membuat grafik semacam ini perlu sejumlah
titik konrol tegak yaqg tersebar merata di seluruh daerah tampalan stereo.
Gember E.15 Tangga paralals Misalnya, enam titik Rontrol A hingga F pada daerah tampalan pasangan
226 227

stereo yang dipotret dari ketinggian terbang 6.900lraki di atas datum, tersebar
merata sekali. Ketinggian enam titik itu disajikan pada lajur 2 Tabel 8.1, dan
or=ffi)r, (8.10)
pembacaan batang paralaks pada tiap titik ini didaftar pada lajur 3.
Berdasarkan satu titik kontrol ruiukan tertentu, misalnya titik C, beda Pada Persamaan 8.10, hc dan p" masing-masing ketinggian dan
pamlaks Ap'yang dihasilkan dari pembacaan ukuran batang paralaks dihitung paralaks titik konrol rujukan terpisah, dan i ialah ketinggian suatu titik
dengan mengurangkan pembacaan atas titik C dari tiap pembacaan lainnya. 'i .)
kontrol lain. Tinggi terbang di atas datum ialah H. Titik kontrol rujukan
Nilai ini didaftar pada jalur4 Tabel 8.1. Karena ketinggian enam titik itu dapat dipilih sesuka hati, akan tetapi lebih enak untuk memilih titik yang
semua diketahui, beda paralaks teoretik 4p yang harus ada di antara titik-titik paling rendah, karena beda paralaks yang dihitung berdasarkan Persamaan
ini dapat juga dihitung. Oleh karena itu maka perbedaan antara Lp' dan Lp 8.10. semuanya positif. Dari persamaan beda'paralaks {p anrara titik kontrol
mencerminkan koreksi yang harus dilakukan atas kesalahan yang diutarakan di rujukan dan titik kontrol lainnya dihitung berdasarkan Persamaan 8.10.
atas. Hasilnya disajikan pada lajur 5 Tabel 8.1. Perhatikan bahwa untuk
Guna mengembangkan persam:uln untuk menghitung Ap , misalkan perhitungan ini maka konstanta batang paralaks C seharusnya telah dihitung
sebagai titik kontrol rujukan. Kemudian dengan
titik C telah dipilih sesuai dengan Persamaan 8.4 sehingga paralaks p, dapat dihitung dengan
Persamaan 8.5, menggunakan Persamaan 8.3. Untuk contoh ini, C sebesar 62,40 mm, dan
nilai hasilnya,pc sob$ir 81,62 mm.
H-hc =U (s) Setelah Lp'dan {p ditentukan, koreksi cpyang harus diterapkan bagi
Pc
beda paralaks yang diperoleh dengan pengukuran tiap titik kontrol dapat
Tabel E.l Koreksi paralaks dihitung secara sederhana dengan mengurangi Ap dari Ap'. Nilai ini, yang
memungkinkan pembuatan grafik koreksi paralaks, dicantumkan pada lajur 6
(l) (2) (3) (4) (s) (5) Tabel 8.1.
Titik Ketinggian Pembacaan Beds Beda Koreksi Untuk membuat grafik koreksi paralaks, sebuah tumpangan (overlay)
kontrol (kaki) batang pa- paralaks paralaks paralaks
tembus pandang diletakkan di atas salah satu foto pasangan stereo dan posisi
ralaks terukur terhitung*) sennua titik kontrol tegak dirandai. Contoh tumpangan ini disajikan pada
h-h^
LP'=r-r, Lo =Vio, cp = ap'- Ap Gambar 8.16. Koreksi paralaks bagi semua titik kontrol tegak dicatat di
samping tiap titik, dan dengan jalan interpolasi titik-titik itu, digambarkan
(mm) (mm) (mm) (mm)
garis ke'samaan (isolines) yang menghubungkan titik-titik dengan koreksi
A 1.071 19,86 0,64 0,55 0,09 paralaks sama besar dengan cara seperti menggambarkan garis tinggi.
B 1.135 20,81 l,59 1,46 0,31 Lokasi titik-titik yang ketinggiannya ditentukan juga digambarkan
c r.032 19,22 pada tumpangan tembus pandang, misalnya titik I hingga 8 pada Gambar
D l.100 20,27 1.05 0,96 0,09
8.16. Koreksi yang harus diterapkan bagi paralaks terukur tiap titik dibaca
E 1.184 2t,65 2,43 2,17 0,26
pada grafik koreksi paralaks berdasarkan atas lokasi titik-titik pada daerah
F l.l l6 20,5',1 I,35 1,19 0,t6
tampalan. Kemudian ketinggian tiap titik dihitung dengan Persamaan 8.8
*) Perrlakr p6 untuk titik kontrol C rebcsar 81,62 mm. berdasartan paralaks terkoreksi. Pembacaan batang paralaks, paralaks
terkoreksi, dan ketinggian terhitung bagi titik I hingga 8 disajikan pada Tabel
Juga dengan Persamaan 8.5, paralaks sembarang titik lain misalnya A, ,l) 1t
8.2.
ialah

PrffiBf (h) E.Il MENGHITUNG TINGGI TERBANG DAN BASIS UDARA

Untuk menggunakan persamaan pralaks, pada umumnya perlu meng-


Dengan substitusi (g) dan (lr) pada Persamaan 8.8 dan mengurangi hitung tinggi terbarg dan basis udara. Tinggi terbang dapat dihitung dengan
serta menghilangkan 'huruf ,
228 229

Tabel 8.2 Ketinggian berdasarkan paralaks terkoreksi


(1) (2) (3) (4) (s) (5)
Beda Koreksi Beda Ketinggian*) \\
Ap(H hc)
Pembaca- paralaks paralaks peralaks n=hC+- -
an batang
paralaks
terukur
LP'=r+" grafik)
(dari terkoreksi
LP * Lp'-<p
P t)
)'"'"fu
\
Titik (mm) (mm) (mm) (mm) (kaki) o'oo
Qoo.
I t9,82 0,60 0,07 0,53 1.070 \
2 19,32 0,l0 0,03 0,07 1.o37 3
3 18,63 0,05 986
o
4 19,01 -0,59
-0,21
0,1I -0,64 1.009
/6

5 2t.67 2,45 0,l3 -o,32


2,32 l.l94 6)\
o
6 20,60 I,38 0,l7 r,2t l.ll8 vo. 13 m-
7 2t,0t 1,79 o,zt I,58 1.143
8 2t.7 5 2.53 0,18 2,35 1.196
r) Paralal'r titik kontrol acuan C rebesar 81,62 mm

menggunakan metode seperti yang dijelaskan pada Butir 6.9. Untuk hasil
terbaik, harus digunakan tinggi terbang'rata-rata dru foto pasangan stereo.
Bila basis udara diketahui dan bila tersedia satu titik kontrol tegak di
daerah tampalan, tinggi terbang pasangan stereo dapat dihitung dengan
men ggunakan Persamaan 8.5.

Contoh 8.5
Pasangan foto tegak yang bertampalan dibuat dengan panjang fokus
kamera 152,4 mm dan basis udaru 2.125 kaki. Ketinggian titik kotrol A
sebsar 927 kaki di atas permukaan laut dan paralaks titik A sebesar g9,40 O Titik kontrol tegak.
mm. Berapakah tinggi terbang di atas permukaan laut bagi pasangan stereio
e Titik yang tidak diketahui ketinggiannya"
ini?
Gambar t.16 Grafft koreksi paralaks
lawahn
Dengan Persamaan 8.5
{)
H = h +Bl = gz7 .'ff= 4.550 kaki di atas permukaan laut. Contoh 8.6

Jika tinggi terbang di atas datum diketahui dan jika tersedia satu titik Pasangan foto tegak yang bertampalan dibuat dengan panjang fokus
_kontrol tegd( di daerah tampalan, basis udara pasangan stereo dapat dihitung kamera l52A mm dari tinggi terbang 5.320 kaki di atas datum. Ketinggian
dengan menggunakan Persamaan 8.5.
230 23r
titik kontrol c sebesar 86i kaki di atas datum dan paralaks gambarnya pada xa-xa' =3329 (- 52,32) = 85,61 mm
Po =
pasangan stereo sebesar 86,27 mm. Hitunglah basis udaranyal
pb = xb- xb' = 41,76
- (- M,96) = 86,72 mm
-
lawafun
Dengan Persamaan 8.1I
Dengan penpsunan kembali persamaan g.5

(5'320 865X86.27)'=
B = (H
-n)zI = - 152'4 2'522 kz*ri'
(2.t34,D2
. {ftu diketahui panjang sebuah garis mendatar di daerah tamparan, basis P= = 1.687,2 kaki
udara dapat dihitung. panjang
_langsung garis horisontar dapat iirvrrrtun (tt.zs 41,76 )2 ( n,+A 9s,76 )2
-
dengan koordinat rektangguler, sesuaiOengin teori pitagoras,
tiuiir,' [ 8s"61 86.72 ) (85,61 86.72 )
-tTt-T-l
Jika diketahui sekurang-kurangnya dua titik kontrol di daerah
tampalan, basis udara dapat juga ditentukan dengan rianggulasi radial. Asas
Dengan substitusi persamaan g.6 dan g.7 bagi persamaan di atas ini dibincangkan @a Bab 9.
untuk
kmrdinat rektangguler,

*=l(;-Tf .(*-?")\" 8.12 PEMETAAN DENGAN STEREOSKOP DAN BATANG


PARALAKS
Untuk menyelesaikan penamaan di atas baei B,
Bila tidak dipersyaratkan ketelitian tinggi, peta topografi yang
memadai dapat dibuat berdasarkan sebuah stereoskop dan batang paralaks.
Salah satu metode untuk melakukannya ialah dengan Persamaan 8.6 dan 8.7
untuk menghitung posisi planimetrik semua detail peta dan "titik garis
tx2 (8. r l) tinggi" yang diperlukan untuk menggambar garis tinggi. Ketinggian garis

)' -tr-i)
lva yol tinggi lebih baik ditentukan berdasarkan beda paralaks menurut Persamaan
8.8. Semua titik ini dapat digambarkan dengan cara planimetrik yang benar
sesuai dengan koordinatnya. Kemudian garis tinggi dapat diinterpolasikan
antara titik-titik garis tinggi.
Cara kerja pemetaan seperti diperikan di atas memerlukan waktu dan
Contoh 8.7 pekedaan banyak. Metode yang jauh lebih cepat dapat dilakukan secara
sederhana dengan melacak posisi planimerik titik+itik secara langsung pada
titik ujung garis medan AB, yangjarak mendatarnya sebesar
^ . ^ . -G_rTb*terdapat pada foro
2.13.4,1kaki,- foto kiri pasangan stereo pada tumpangan tembus pandang. Ketinggian semua
tegak yang *i[arpatan. ioo.iirat roto
terukur terhadap sumbu jalur pada foto kiri iilah xo titik yang diperlukan kemudian dapat ditentukan dengan mengukur beda
=-33,29 Dh, )o = 13,46 paralaks. Garis tinggi dapat diinterpolasikan dan digambar langsung pada
mm .rD = 41,76 mm, dan yb = 95,76 mm. Koordinat foto teiutur pada
- tumpangan sambil mengamati model stereo melalui stereoskop. Ini
foto kanan ialah xo' - 52,32 mm dan x6,= 44,96 mm. Hitunglah basis
udara pasangan -
stereo ini. - memberikan keuntungan bagi operator karena dapat mengamati medan seperti
sebenarnya dalam tiga dimensi pada saat menggambar garis tinggi. Akan
tetapi, karena posisi planimetrik titik-titik dilrcak langsung pada foto, metode
lawahn ini kelemahannya terletak pada peta yang dihasilkan yang berupa proyeksi
Dengan persamaan 8.1.
232
233
{
perspektif. Skalanya bervariasi menurut ketinggian medan dan mengandung i
Contoh 8.8
semua kesalahan posisional gambar pada foto kiri. x
Cara lain untuk kompilasi peta dengan stereoskop dan batang paralaks
Sepasang foto vertikal yang bertampalan dibuat dengan panjang fokus
ialah menggunakan instrumen yang khusus dirancang unttk piiyidikan
kamera 152,00 mm dari ketinggian terbang 6.885 kaki di atas permukaan
langsung (direct racing) perwujudan topografik dan garis tinggi. Instrumen
jenis ini ialah stereokomparagraf seperti tersajikan pada Gambar g.17. laut. Basis udaranya sebesar 3.20 kaki. Pasangan stereo itu diorientasikan
() untuk pengukuran paralaks dan konstanta batang paralaks ditentukan sebesar
Instrumen ini terdiri dari sebuah stereoskop cermin dan batang paralaks yang
dipasang tetap sebagai satu unit. Foto diorientasikan untuk pengamatan
C = 67,45 mm. Hitunglah penyetelan milaometer batang paralaks yang
diperoleh untuk menggambarkan garis tinggi 750, 800, 850, 900, 950, dan
stereoskopik yang jelas, dengan menggunakan metode 'Jalur terbang" yang
1.000 kaki.
dijelaskan pada Butir 7.6, dmt kemudian diplester untuk pengamanan. stereo-
komparagraf dapat dipasang pada batang penggambar sejajar sedemikian
Jawafun
sehingga garis yang melalui tanda tengahan pada batang paralaks sejajarjalur
terbang. Stereokomparagraf dapat digerakkan di seluruh model stereo Persamaan 8.5 terpecahkan dalam bentuk tabel berikut:
perwujudan fotografik seperti jalan, pagar, sungai, dan
-menyidik
sebagainya-dengan mempertahankan tanda apung tetap mendar.at pada Bf
Garis tinggi, H-h, P-H-h r =p-C,
perwujudan yang disidik. suaru batang metal (tidak disajikan pada Gambar
8.17) yang diikatkan pada stereokomparagraf memegang pensil yang (kaki) (mm) (mm)
memungkinkan penyidikan langsung atas perwujudan pada lembaran peta. 750 5.135 80,27 12,82
rangkaian pembacaan mikrometer batang paralaks yang tepat, garis 800 6.085 80,93 13,48
!eng3n- 850 6.035 8l,60 14,1 5
tinggi dapat disidik langsung dengan ryempertahankan tanda ipung setatu
mendarat pada tanah pada saat tanda apung ini digerakkan pada modei stereo.
900 5.985 82,29 14,84
p."nyg!..1- batang paralaks yang dipprlukan untuk menyidik 950 5.935 82,98 15,53
tiap garis tinggi 1.000 5.885 83,68 r6,23
siap dihitung.

Dengan instrumen batang paralaks seperti stereokomparagraf, substi-


tusi peta yang dihasilkan berupa proyeksi perspektif yang mengandung
kesalahan letak oleh kesendengan dan relief pada foto kiri pasangan stereo itu.
Pada daerah yang reliefnya halus maka hasil ini dapat digunakan sebagai peta,
akan tetapi bagi daerah relief kasar, diperlukan banyak koreksi untuk
mengubah peta substitusi menjadi peta
Ada instrumen pemetaan jenis batang paralaks yang melakukan
koreksi kesalahan letak oleh kesendengan dan relief sehingga membuahkan
proyeksi orto$afis. Metode yang digunakan untuk melakukan koreksi bersifat
teliti pada Gambar 8.18 merupakan salah satu contoh instrumen ini.
lnstrumen ini mudah dibawa dan pada dasarnya terdiri dad sebuatr stereoskop
cermin, trnda tengahan untuk pengukuan, dan sepasang penyangga foto. Tiap
r) II
penyangga foto dapat diputar dan dimiringkan sehingga kesendengan foto
dapat diperhitungkan. Akomodasi bagi variasi skala dilakukan dengan
mengatur jarak tanda-tanda tengahan. Ini menambah tinggi bidang datum
tegak, dan sesuai dengan itu maka model stereo dapat disesuaikan terhadap
datum dengan meninggikan dan merendahkan penyangga foto. Bila foto telah
diorientasikan dengaq tepat terhadap titik kontrol medan, garis planimetrik
Gambar 8.1.7 Stereokomparagraf Fairchild..(Seizin AIan Gordon Enterprises, dan garis tinggi dapat iligambarkan dengan tanda apung selalu mendarat pada
Inc.)
t
2y 23s
perwujudan yang disidik. Pensil gambar yang diikatkan pada tanda acuan
Pendekatan umum untuk menentukan efek gabungan beberapa
mencatat gerakan itu. Pantograf memungkinkan beberapa pembesaran atau
kesalahan acak dalam jawaban terhitung disajikan pada Butir 6.10. Metode
pengecilan dari skala foto ke skala peta.
sederhana dan langsung yang sama disajiton pada contoh berikut"

() Contoh 8.9
Di dalam menghitung ketinggian titik A pada contoh 8.1, misalnya
t t
kesalahan acak sebesar 5 kaki bagi H, 5 kaki bagi B, dan 0,03 mm t
bagi po. Hitung kesalahan hasil oleh tiap sumber kesalahan ini dan hitung
efek gabungan total tiga kesalahan ini.

Jawafun
Persamaan dasar yang digunakan ialah Persamaan 8.5, dan turunan i4
di dalam persam:un itu sehubungan dengan tiga sumber kesalahan ialah:

l' ilt =1 sehingga dhs= /11

Oleh karena itu dfu, kesalahan dalam fu yang disebabkan oleh kesa-
lahan dH dalam tinggi terbang, i^lah dU,atau t 5 kaki.

Gambar 8.18 Plotter K.E.K. (Seizin Philip B Kail Assoc., Inc.)


,. B=Isehingga ane, =
fiae,
Dengan substitusi nilai numerik ke persamaan di atas,
8.13 EVALUASI KESALAHAN
Jawaban yang diperoleh dengan menggunakan berbagai persamaan dh^=P{t5=tE,3kaki
91,67'"
yang disajikan pada bab ini tentu saja akan mengandung kesalahan yang tak
dapat dihindarkan. Penting untuk djsadari adanya kesalahan dan menilai
besarnya kesalahan ini. Beberapa sumber kesalahan dalam perhitungan dengan 3.H=
persamaan paralaks ialah: ffi s*,insza dh; = ffi oo,
I . Meletakkan dan menandai jalur terbang @a foto. Dengan substitusi nilai numerik ke persamaan di atas,
2. Mengorientasikan pasangan stereo untuk pengukuran paxalals. r) al
3. Pengukuran paralaks dan koordinat foto.
4. Pengkerutan atau pemekaran foto.
5. Tinggi terbang yang tak sama bagi dua foto pasangan stereo.
o^n=ffi(t o,o3) = t 0,7 kaki

6. Foto sendeng. Efek gabungan ketinggian terhitung titik t{ bagi tiga kesalahan acak
7. Kesalahan dalam titik kontrol medan. merupakan akarpangkatdua jumlah bujur sangkar konribusi individual, atau
8. Kesalahan lain dengan akibat kecil seperti distoni lensa kamera, distorsi
pembiasan arnosferik" dan sebagainya
?
236 237

SOAL
dlre (,o,"r) ='{ 54 sfr oV = 19,7 kaki
E.l Hitung paralaks stereoskopik titik a hingga d, bila diketahui koordinat
Kesalahan dalam menghitung jawaban dengan menggunakan satu di terukur berikut:
antara persamaan pada bab iniOapat Aianalisis dengan cara yang-dijelaskan di
atas. Tintu saja perlu diperkirakan besarnya kesalahan acak. Untuk meng- t) Titik r (foto kiri) x'(foto kanan)
analisis kesalahan oleh kesendengan pada foto lebih sulit. Tentang fgto yang a 2,36 inci inci
mengalami kesendengan dibincangkan pada Bab ll.
Akan tetapi, untuk b 68,05 mm -1,07 mm
seta;ng ini dipandanfcukup bahwa bagi fotografi normal yang dimaksudkan c 3,92 inci -21,61
0,39 inci
sebagai foto tegak, kesalahan jawaban persamaan paralaks oleh kesendengan d 100,37 mm 8,52 mm
Oapat Aisesuaitan dengan sumber liain yang telah dibincangkan.
Titik manakah yang paling tinggi? Mana yang paling rendah?

8.2 Hitunglah tinggi titik a hingga d pada Soal 8.1, bila panjang fokus kamera
RUJUKAN sebesar 6 inci, tinggi terbang di atas datum 8.100 kaki, dan basis udara
4.450 kaki.
Aldre4 A. H.: Wind-sway Error in Parallax Measurements of Tree Lleight, 8.3 Sepasang foto tegak yang bertampalan dipasang untuk pengukuran
Photogrammetric Engineerirg, vol. 30, no' 5, hlm' 732' 1964' D terukur sebesar 10,37
paralaks, seperti disajikan pada Gambar 8.5. Jarak
American Society of Photogrammetry: "Manual of Photogrammetry", ed. ke-3' inci. Hitunglah paralaks stereoskopik titik-titik berikut yang nilai d
Falls Church, Va., 1955, Bab 2' terukurnya sebesan
"Manual of Photogrammetry", ed. ke-4, Falls Church, Va" 1980'
Titik d (inci)
Bab 2.
Avery, T. E.: Two Cameras for Parallax Height Measurements, Photogrammetric a 6,97
b 7,O7
Engineering, vol. 32, no. 6, hlm- 576,1971.
c 6,35
-:
Bender, L. U.: Derivation of Parallax Equation, Photogrammetric Engineering,
d 6,60
vol. 33. no. 10, hlm. 1175, 1957.
Hackman, R. J.: The Isopachometer-A New Type Parallax Bat, Photograrnmetric Titik mana yang tertinggi? Mana yang terendah?
Engineering, vol.26, no.3, hlm' 457' 1960.
Hadjitheodorou, C.: Elevation from Parallax Measurements, P hol ogr amme t r i c 8 .4 Sama dengan Soal 8.3, kecuali nilai D terukur sebesar 266,55 mm dan nilai d
Engineering, vol.29, no. 5, hlm' 840' 1963. sebagai berikut:
Johnson, E. W.: The Limit of Parallax Perception, Phologrammetric Engineering,
vol. 23, no. 5, hlm. 933, 1957. Titik d(mm)
Moessner, K. E.: Comparative usefulness of Three Parallax Measuring a 170,18
InstrumentE in the Measurement and Interpretation of Forest Stand, b 164,29
c L7 6,03
Photogrammetric Engirueriag, vol. 27, no.5' hlm.705' 1951.
d 166,46
Nash, A. J.: Use a Mirror Stereoscope Correctly, Photogrammeffic Engineering,
vol. 38, no. 12, hlm. 1L92, 19'12. t) (,
Porter, Goff R.: Errors in Parallax Measurernents and Their Assessment in Student E.5 Misalkan titik A pada Soal 8.3 tingginya 1.190 kaki di atas datum dan foto
dibuat dengan panjang fokus kamera 3,5 inci. Bila basis udara sebesar 3.690
Exercises, Photogranmetric Record, vol. VlI, no. 45, hlm. 528' 1975'
kaki, berapakah tinggi titik B,C dan D?
Schul G. H.: The Determination of Tree Heights From Parallax Measurements, t.5 Misalkan titit A pada Soal E.4 tingginya 375 di atas datum dan foto dibuat
Canadian Surveyor, vol. 19, trlm. 415' 1965. dengan kamera yang panjang fokusnya 152,40 mm. Bila basis udara 1.830
m, berapakah tinggi titik B, C, daa D?
t

238 239

t.7 Sepasang foto tegak yang bertampalan diorientasikan untuk pengukuran berlaku bagi titik A dan B. Hitung basis udara pasangan stereo tersebut
paralaks dengan stereoskop dan batang paralaks yang pembacaannya ke dengan menggunakan Persamaan 8.11.
arah depan. Pada foto kiri, ukuran b sebesar 82,61 mm dan pada foto kanan
D'sebesar 83,06 mm. Pembacaan paralaks batang pada o1 dan o2 masing- Koordinat Koordinat Koordinat
masing sebesar 20,82 mm dan 20,33 mm. (o) Hitunglah konstanta batang foto kiri foto kanan medan
paralaks C berdasarkan rata-rata nilai dua titik prinsipal. (r) Tilik Titik
prinsipal mana yang letaknya lebih tinggi. (c) Hitunglah paralaks titik a
t) y', inci I.
x. inci y, inci ,r', inci X, kaki kaki
hingga d, bila diketahui pembacaan mikrometer berikut:
A 1,040 -3,827 *2,562 -3,831 256.445,4 91.851,6
Pembacaan B -O,765 1,346 -3,655 1,344 256.726,4 89.736,1
Titik mikrometer
(mm) E.15 Sama dengan Soal 8.14, kecuali koordinat foto dan koordinat medan bagi
a 19,91 titik, dan ^B yang nilainya seperti berikut:
b 2t,08 Koordinat Koordinat Koordinat
c 20,84
foto kiri foto kanan medan
d 18,67
Titik
E.8 Misalkan foto pada Soal 8.7, dibuat dari ketinggian 8.950 kaki di atas
r. ), mm x" mrn )" mm
mm X,M Y,M
titik kontrol A yang tingginya 721 kakl dari datum. Hitunglah tinggi titik A 65,78 82,71 -33,87 82,70 ro2.055,75 35.781,09
B, C, dan D dengan menggunakan Petsamaan 8.8 dan Persamaan 8.9 dan B 41,82 100.989,84 34.196,60
bandingkan hasil oleh dua persamaan tersebut (misalnya tinggi rata-rata di -:16,29 -50,24 -76,31
atas tanah sebesar 8.950 kaki). 8 .1 6 Jarak b pada foto kiri dan D' pada foto kanan sepasang foto tegak yang
8.9 Dari informasi yang diberikan pada Soal 8.1 dan 8.2, hitunglah jarak J,' bertampalan masing-masing sebesar 90,26 mm dan 89,85 mm. Bila basis
mendatar garis AC. Koordinat y terukur pada foto kiri sebesar la = --2,33 v udara sebesar 562,5 m dan panjang fokus kamera sebesar 88,78 mm, titik
inci dan )c = 4,01 inci. utama medan yang mana yang lebih tinggi dan berapa bedanya.
8.17 Sama dengan Soal 8.16, kecuali b danb'masing-masing sebesar 3,652
8 .10 Sama dengan Soal 8.9, kecuali penghitungan bagi garis 8D. Koordinat y
inci dan 3,594 inci, basis udara sebesar 2.085 kaki, dan panjang fokus
terukur pada foto kiri ialah lt= 1,67 inci dan h= incr.
kamera sebesar 5,008 inci.
-3,02
E.1 I Berdasarkan data pada Soal 8.3 dan 8.4, hitunglah daerah medan di dalam E. t8 Sepasang foto tegak yang bertampalan dibuat dari ketinggian 3.550 kaki
segitiga .48C. Koordinat foto r dan y terukur bagi a, D, dan c pada foto kiri di atas tanah dengan panjang fokus kamera sebesar 6 inci. Koordinat -r Pa-
ialah xo = -4,373 inci, y, = 4,370 inci, .16 = 0,587 inci, y6 = -4,410 da foto kiri bagi dasar dan puncak suatu pohon tertentu masing-masing se-
inci, x, = 4,823 inci dan )c = 1,871 inci. besar 3,21 inci dan 3,32 inci. Pada foto kanan, koordinat x' titik-titik ini
masing-masinE inci dan --4,56 inci' Hitunglah tinggi pohon itu'
E.1 2 Basis udara sepasang foto tegak bertampalan ditentukan sebesar 2.485
8.1 9 -0,49
Sepasang foto tegak yang bertampalan dibuat dari tinggi terbang sebesar
kaki. Panjang fokus kamera sebesar 152,35 mm. Koordinat gambar titik A
6.020 kaki di atas dasar sebuah menara radio. Koordinat x pada foto kiri
tingginya 925 kaki di atas datum, ditentukan pada foto kiri sebesar .ro =
bagi puncak dan dasar menara itu masing-masing sebesar 96,52 mm dan
3,29 mm dan pada foto.kanan ialah xo' = mm. Berapakah tinggi
-84,98 90,49 mm. Koordinat x' pada foto kanan masing-masing sebesar
terbang di atas datum pasangan foto tersebut? mm dan --4,98 mm. Berapakah perkiraan tinggi menara itu?
-1,05
t.13 Sama dengan Soal 8.12, kecuali basis udara sebesar 1.055 m, panjang r) (a t.20 Sepasang foto tegak yang bertampalan dibuat dengan panjang fokus
fokus kamera sebesar 2W, 60 mm, dan titik A tingginya283,5 m di atas kamera sebesar 6 inci dari tinggi terbang 9.545 kaki di atas permukaan
datum, mempunyai koordinat gambar xa= 42,93 mm pada foto kiri dut xo" laut. Basis udaranya sebesar 4.014 kaki. Pasangan ini diorientasikan untuk
= -47,28 mm pada foto kanan. pengukuran paralaks dengan sebuah stereokomparagraf dengan batang
paralaks pembacaan ke depan, dan konstanta batang paralaks C ditentukan
8 .14 Gambar dua titik kontrol A dan B tampak pada daerah pertampalan
sepasang foto vertikal. Koordinat foto dan koordinat medan berikut sebesar 71,55 mm. Hitunglah penyetelan mikrometer yang diperlukan
untuk menggaqrbarkan garis tinggi 2.400 kaki, 2.500 kaki' 2.600 kaki'
2.700 kaki.
u0 ul
t.21 Sepasang foto tegak yang bertampalan dibuat dengan kamera yang t.25 Sebuah tangga paralaks yang digunakan dengan stereoskop saku serupa
panjang fokusnya sebesar 2Cf,80 mm. Hitunglah B dan I/ berdasarkan dengan yang disajikan pada Gambar 8.15 memiliki ketinggian pembagian
informasi medan titik D dan E berikut: skal8, y, sama dengan 5,00 inci. Jarak lateral antara garis rujukan dan garis
pembagian skala sebesar 1,80 inci pada puncak dan 2,40 inci pada
Ketinggian Koordinat foto kiri Koordinat foto kanan dasarnya. Berapakah jarak tegak tanda rujukan pada garis pembagian skala
Titik (m) (mm) (mm)
1) (r bila beda paralaks antara pembagian berikutnya sebesar 0,01 inci?
D 587 xd= -17 '39 ,d'= I l'05 E.2 6 Sebuah pasangan stereo foto tegak dibuat dari ketinggian 4.375 kaki di
E 729 rc = 19,17 xc' = -l 1,63 atas datum. Lima titik kontrol tegak yang tingginya diberikan di bawah ini
tampak pada daerah stereo yang bertampalan. Bentuklah sebuah grafik
E .2 2 Sama dengan Soal 8.21, kecuali panjang fokus kamera sebesar 6,005 inci koreksi paralaks berdasarkan pembacaan batang paralaks seperti di bawah
dan informasi titik D dan E berikut: ini. Gunakanlah titik E sebagai titik kontrol rujukan. Batang paralaks itu
pembacaannya ke depan dan konstantanya sebesar 74,55 mm. Gambarkan
Ketinggian Koordinat foto kiri Koordinat foto kanan posisi titik kontrol di daerah pertampalan dengan koordinat foto .r dan y
Titik (kaki) (inci) (inci) yang diambil dari foto kiri pasangan stereo yang diketahui.
D r.795 xd= 2,79 xd' =
r.570 -0,90 Ketinggian Pembacaan Koordinat foto
E xe = l,O3 xe'=
-?,52 Titik batang paralaks kiri
E.23 Sepasang foto tegak yang bertampalan dibuat dari tinggi terbang sebesar
10.280 kaki di atas datum dengan panjang fokus kamera sebesar 3,502 (kaki) (mm) r, (mm) v, (mm)
inci. Basis udaranya ditentukan sebesar 8.745 kaki. Pembacaan A 1.395 28,63 t2,3
mikrometer berikut dilakukan dengan batang paralaks pembacaan ke 94,1
depan. Hitunglah tinggi titik I hingga 4 bila tinggi titik A sebesar 1.525 i B 1.410 29,r1 98,2 90,3
kaki di atas datum.
C I .178 2r,56 80, I I 1,5
{,t D 1.253 23,82
Pembacaan ; E 1.o42 17,55 -6,2
89.9 -90,8
-87,4
Titik mikrometer 8.27 Dengan menggunakan grafik koreksi paralaks yang dibentuk bagi Soal
(mm)
8.26, hitunglah ketinggian titik-titik I hingga 5 y"ng pembacaan batang
A t3,29 paralaksnya dicantumkan di bawah ini (untuk memperoleh koreksi
I 17,8 6 paralaks, gambarkan posisi titik I hingga 5 pada grafik koreksi paralaks
,,
20,21 dari koordinat foto yang diberikan dan diukur pada foto kiri).
3 11,40
4 18,65 Pembacaan batang Koordinat foto kiri
t.24 Sama dengan Soal 8.23, tetapi tinggi terbang di atas datunr sebesar 3.750 Titik paralaks
m, panjang fokus kamera sebesar 152,44 mm, basis udara sebesar 1.815 (mm) .r, (mm) y, (mm)
m, tinggi titik A sebesar 755 m di atas datum, dan pembacaan mikrometer I 25,49 25,8 70,9
$ /,
batang pualalcs sebagai berikut: * 18,3 5 64,0 4t,7
0
3 24,72 10,6
-l,3
Titik
Pembacaan
mikrometer .ry rr
* 4
5
29,23
27,40
57,2
75,6 -32,4
(mm) -91,9
A 12.85 E.2E Pada Soal 8.12, misalkan kesalahan acakt 2 kaki dalam t dan8, dant
I 17,92 0,03 mm pada masing-masing xodan xo'. Berapakah kesalahan gabungan
) t5,7 t yang diharapkan pada nilai terhitung H sehubungan dengan kesalahan acak
3 21,2E ini? (Misalkan panjang fokus bersifat bebas kesalahan).
4 t4,97
u2
8.29 Pada Soal 8.13 misalkan kesalahan acak sebesar t I m pada h6't2mpada BAB
B, dan + 0,05 mm pada xodan xo'. Berapakah kesalahan yang diharapkan di
dalam nilai terhitung H sehubungan dengan kesalahan acak ini? (Misalkan
panjang fokus bersifat bebas kesalahan).
I
8.30 Pada Soal 8.18, misalkan kesalahan acak yang terjadi sebesar t 5 kaki
bagi H dan t 0,01 inci bagi tiap koordinat foto terukur. Berapakah r) (l METODB ELEMENTER PEMETAAN PLANIME.
kesalahan yang diharapkan pada ketinggian pohon terhitung sehubungan
dengan kesalahan acak ini? TRIK DENGAN FOTO TEGAK

9.1 PENGANTAR
Bab ini memerikan beberapa metode elementer yang dapat digunakan
untuk kompilasi planimetrik berdasarkan informasi yang dikandung oleh foto
tegak. Pemeriannya meliputi: (l) penyidikan (tracing) langsung perwujudan
planimetrik dari foto udara atau pembesarannya, (2) penyidikan dengan meng-
{, gunakan pantulan atau instrumen proyeksi, (3) metode triangulasi garis ra-
dial'). Masing-masing cara ini relatif tidak rumit untuk melaksanakannya dan
alat yang diperlukan juga sederhana serta murah harganya. Akan tetapi, ke-
gunaannya yang pasti banyak tergantung pada sifat dan luasan pada peta pla-
nimetrik yang harus dibuat.
Metode yang diutamkan di atas sangat cocok bagi pemetaan planime-
trik daerah yang luasnya terbatas, dan terutama baik untuk melakukan revisi
atas bagian-bagian peta yar.g ada. Sebagai contoh, misalnya untuk menggam-
barkanjalan atau pusat perbelanjaan yang baru dibangun yang belum tergam-
bar pada peta planimeEik yang ada. Kalau perwujudan seperti pada contoh itu
dapat ditambahkan pada peta yang ada, pembuatan peta baru hanya untuk
maksud tersebut tentunya mahal dan tidak perlu dilakukan. Revisi peta plani-

*) Dalam hubungan ini, kompilasi peta planimetrik berarti menggambar diagram berskala
r) lt yang menyajikan perwujudan planimetrik dengan garis dan simbol. Peta planimetrik
hanyr menggambarkan posisi horisontal, tanpa informasi ketinggian. Peta ini dibuat
dengan skala yang jelas, sehingga semua perrvujudan tergambar pada posisi relatif yang
benar. Berbagai keluaran peta foto seperti foto udara cetak yang diperbesar, mosaik dan
oilofoto juga digunakan untuk memggambarkan planimetri. Be6eda dengan peta garis
dan rimbol, dengan cara ini make posisi rclatif tiap perwujudan disajikan dengan gambar
foto tiap objek. Bab f0 membincangkan peta foto dan mosaik, se&ng Bab 13 memerikan
ortofoto.
u

244 u5
metrik semacam ini dapat langsung dikerjakan dengan menggunakan cara ker- 9.3 PEMETAAN PLANIMETRIK DENGAN INSTRUMEN
ja yang dijelaskan pada bab ini.
PANTULAN ATAU PROYEKSI
Ketelitian yang dapat dicapai dalam pemetaan planimetrik dengan me-
tode ini pada umumnya tergolong rendah bila dibanding dengan yang menggu- Satu pendekatan yang lebih disukai bagi metode pemetaan planimetrik
nakan instrumen stereoplotting (lihat Bab 12) atau alat ortofoto (lihat Bab
dengan penyiaifan hngsung iatah dengan instrumen pantulan atau proyeksi'
l3). Akan tetapi, bagi beberapa pekerjaan yang dilakukan dengan cermat, da- r) {r
bilfteriedia instrumen tersebut. Dengan instrumen tersebut, gambar foto
pat diperoleh hasil yang memadai.
dapat ditempatkan tepat pada gambamya dalam pet4 meskipun skalanya tidak
sama.
Instrumen pantulan untuk revisi peta planimetrik yang disebut stet-
9.2 PEMETAAN PLANIMETRIK DENGAN PENYIDIKAN moster tegak (vertrcatsketchmaster) disajikan pada Gambar 9.1. Asas kerjanya
LANGSUNG disajikan pada Gambar 9.2. Berkas cahaya dari gamhr foto c dipantulkan oleh
cermin besal a1, dipantulkan lagi oleh cermin pengamat d2, Mn diterima oleh
Metode pemetaan planimerik yang paling sederhana terdiri dari pe-
pengamat pada o. Karena cermin pengamat dilapisi perak separo, pengarnat
nyidikan secara langsung pada lembaran "mylar" tembus pandang yang ditum-
pangkan pada foto tegak di atas meja sinar. Untuk mencapai tingkat ketelitian dapat melihat peta pada saat yang bersamaan. Dengan menyesuaikan posisi
yang memadai, pada lembaran mylar itu harus digambarkan sejumlah titik
I
peta gambar foto a dan gambarnya peta A dapat dibuat berimpir Asas kerja
kontrol foto yang tqsebar merata di seluruh foto itu, dengan skala sebesar
l
ini disebut kamera lusidi (camera lucida). Di dalam revisi peta planimetrik,
skala foto raia-rata.") Sebelum melakukan penyidikan, posisi mylar harus
titik seperti A dapat berupa sembarang titik yang juga tampak pada foto.
Untuk pemetaan planimetrik baru, titik semacam ini dapat digunakan sebagai
I

disesuaikan sedemikian sehingga titik kontrol yang digambarkan terdekat


dengan penvujudan yang akan disidik, terletak tepat pada gambamya pada titik kontml seperti yang dijelaskan sebelum ini.
foto. Titik kontrol lain yang berdekatan juga harus ditempatkan sebaik ^l
mungkin. Sepeni diutarakan pada Bab 6, foto tegak bukan peta dan foto itu
mengandung variasi skala dan pergesemn letak oleh relief. Kalau foto tidak
tegak benar, akan terjadi distorsi gambar oleh kesendengan ini. Akan tetapi,
{engan menempatkan titik kontrol secara lokal seperti diuraikan di atas,
kesalahan yang bersumber pada kesendengan ini diminimatkan. Hasil yang
cukup teliti dapat diperoleh bagi variasi medan sedang dan fotonya hampir
tegak.
Skala manuskrip peta yang dibuat dengan cara penyidikan langsung
sama dengan skala foO. Akan tetapi, manuskrip itu dapat diperbesar atau di-
perkecil skalanya sesuai dengan skala peta akhir yang diinginkan. Sebagai
salah satu cara alternatif, mula-mula foo dapat diperbesar atau diperkecil ska-
lanya ke skala rata-rata yang sama besar dengan skala peta akhir. Kemudian
dilakukan penyidikan langsung sesuai dengan skala yang ada.

t) (t

*)
Seperti dijelaskan secara rinci pada Bab 15, kontrol foto terdiri dari sejumlah objek yang Gambor 9.1 Sketmaster tegak. (Seizin Keuffel & Ester Co.)
gambamya tampak pada foto dan koordinar medannya diketahui. Ada beberapa cara untuk
menentukan koordinat medan, termasuk menyesuaikan skala terhadap peta yang ada, Perbandingan antara skala foto dan skala peta ialah perbandingan pan-
survei langsung ke medan, atau teknik fotogrametri seperti trianggulasi radial (dijelaskan jang jalur cahaya Ut azo dan Aa2o. Perbandingan ini dapat diubah dengan
kemudian pada bab ini) dan trianggulasi udara (dijelaskan pada Bab l4).
menggunakan kaki instrumen ini yang dapat disetel, meskipun kisaran
u6 u7
perubahan skalanya sangat terbatas. Tiga kaki itu masing-masing dapat disetel arah.r dan y. Instrumen ini memiliki sistem rotasi gambar dengan jalan
dengan panjang yang berbed;r-heda, sehingga akan teriipua suitu hubungan memuiar prisma. Hal ini memungkinkan penyesuaian gambar foto untuk
yang condong antaxa bidang {oto d.rn bidang peta. Dengan menyetel tatilm berimpit dengan gambar peta atau titik kontrol. Perbesaran pada ZTS dapat
Tdg tigu gambar foto yang membenruk sebuah segitigi aapat diuuat berim-
pit dengangambarnya pada peta, dan apa yang terdapat pada segitiga itu dapat
diganti-ganti dan variasi pabesamnnya secara berkesinambungan berkisar dari
lx hingga 7x.
disidik pada peta. Kemiringan bidang foto tidak mencirminkan [emiringan Proyektor pantulan dapat pula digunakan untuk rnemproyeksikan
sebenarnya foto itu dan tidak sepenuhnya menghapus kesalahan pergeseran gambar foto ke peta untuk penyidikan langsung. Diagram pada Gambar 9.4
letak_oleh kesendengan. Akan tetapi, cara ini mengurangi besarnya bistorsi mencerminkan asas kerja instrumen jenis ini. Foto diletakkan pada pemegang
oleh kesendengan pada objek yang digambarkan secara planirnetrik pergeser- foto di dekat puncak instrumen ini sehingga gambarnya menghadap ke cer-
an letak oleh relief lokal tidak terhapus dengan cara ini. min. Ber*as cahaya yang membawa gambar foto dipantulkan dari cemin mela-
lui sebuah lensa dan diproyeksikan ke lembaran peta pada meja proyeksi di
bagian bawahnya. Perbandingan pertesaran dari foto ke pera ialah pe$anding-
Pengamat
an jarak gambar aalL ke jarak objek /-A. Bila perbandingan perbesaran
diubah, sebuah susunan mekanik khusus mengubah secara otomatis jarak
gambar danjarak objek pada perbandingan yang diinginkan untuk memenuhi
Cennin peng formula lensa, yaitu Persamaan 2.8, dan mengatur fokus.
dengan lapisan perak

Gambar 9.2 Asas kerja sketmaster tegak.

Di samping sketmaster tegak juga terdapat sketmaster mendatar" De-


ngan instrumen ini, kerangka pemegang foto dapat dimiringkan atru diputar
dengan menggunakan bola dan roket sehingga gambar foto berimpit dengan
gambar peta. Sketmaster mendalar memungkinkan perubahan skala yang
lebih besar dari tbto ke peta. i')) rt
Zoom Transfer Scope (ZTS) pada Gambar 9.3 merupakan instrumen
pantulan serba guna bagi revisi peta planimetrik. Foto udara dapat diamati Gambar 93 7.oom transfer scope. (seizin Bausch and Lomb.)
tumpang-tindih dengan peta bila digunakan ZTS, dan informasi pada foto
dapat dipindah ke peta dengan cara penyidikan langsung. Instrumen ini dapat
digunakan untuk foto dan peta yang beda skalanya besar. Sistem optiknya
yang anamorfik memungkinkan dilakukannya pembesaran yang berbeda pada
u8 u9
diperlukan sebagai metode penyidikan langsung dalam pemetaan planimerik
seperti yang dijelaskan pada bagian sebelum ini. Pada bagian berikut ini
diutarakan berbagai cara keda untuk memperluas kontrol horisontal dengan
trianggulasi garis-radial. Penjelasannya kemudian dilanjutkan dengan pemeri-
an teknik pemetaan planimetrik dengan metode garis radial.

9.5. ASAS FUNDAMENTAL TRIANGGULASI GARIS.RA.


DIAL
Asas fundamental yang melandasi rianggulasi garis-radial ialah bahwa
semua sudut yang titik sudutnya terletak pada titik utama foto tegak merupa-
kan sudut yang benar-benar datar. Oleh karena itu cara kerja ini didasari oleh
asumsi bahwa foto yang digunakan benar-benar tegak. Bidang foto tegak yang
disajikan pada Gambar 9.5 merupakan bidang datar yang sejajar bidang datum.
Titik.A'dan B' pada bidang datum terletak secara tegak di bawah titik A dan
B. Bidang LAA'P' d^n LBB'P'berypa bidang tegak sehingga sudut aob pada
foto itu sama besar dengan sudutA??'yang mendatar dan benar.

Meia proyeksi

Gambar 9.4 Asas kerja proyektor Pantulan.

9.4 TRIANGGULASI GARIS.RADIAL


Trianggulasi garis-radial merupakan salah satu cara kerja pemetaan
fotogramefik yang tertua, yang mula-mula dilakukan dengan metode grafik
yanfaiseuut pinggambaran garis-radial (radialJine plotting). Banr kernudian
ilikembangksn templet terkunci (sloned emplet) dan alat mekanik yang me-
rupakan duplikat cara kerja grafilc Perkembangan yang lebih akhir berupa ri-
anggulasi j,aris radial yang dilakukan dengan menggunakan komputer. Cara
kerja ini tidak banyak dilakukan, sekarang terlampaui oleh meto<le lain yang
rcUIn repat Oan te6,itr nyaman. Meskipun demikian, trianggulasi garis radial
menguntungkan karena caranya tidak rumit, sementara yang lTl memerlukan
Aasai fofogrametri yang nrmit. Lebih jauh lagi, cara kerja ini mempunyai
nilai p,raktis dalam iiUasi khusus yang hanya melibatkan sejumlah kecil foto
yang cocok untuk tingkat ketelitian rendah.
Di samping liegunaannya untuk pemetaan planimetrik trianggulasi
Gcmbar 9J. Sudut mcndatar pada foto tegak.
garis radial dapatjuga digunakan untuk suplemen konEol mendatar. Dengan !
Iemikian mata rianggulasi garis-radial dapat digunakan sebagai kontrol yang
250

Pada foo tegak maka pergeseran letak oleh relief, distorsi radial oleh I

semuanya menyebabkan pergeseran letah


I

-sepanjang atmosfarik,
lensa, dan pembiasan I

gais-radial dari titik utama (principal point) sehingga


I
gambar di I

tiOaf ahn mempengaruhi besarnya sudut foto yang titik sudutnya terletak
I

pada titik utama. Variasi tinggi terbang bagi foto tegak juga- tidak I
I

mempengaruhi besarnya sudut ini, meskipun skala foto terpengaruh olehnya o) {f


- I

Trianggulasi garis-radial pada dasarnya dibedakan atas dua cara pelaksa-


naan yang berbeda, yaitu: (a) reseksi (resection) untuk menentt*an posisi
planimetiik stasiun pemotretan foto dan (2) interseksi (intersection) dua foto
atau tebih yang stasiun pemotretannya diketahui, untuk menentukan posisi
titik-titik baru. Cara kerja ini dapat dilakukan secara terpisah, tetapi pada
umumnya dilakukan bersama-sama. Gambar 9.5 Lima foto dalam satu jalur terbang.

9.5. METODE GRAFIK TRIANGGULASI GARIS.RADIAL


Trianggulasi garis radial dengan cara grafik merupakan suatu cara kerja
yang mudah dibayangkan. Pada Gambar 9.6 disajikan lima foto dalam satu
j4ur terUang yang diletakkan pada posisi tampalannya. Titik utama dan titik
pindahannya telah ditandai pada foto itu. Titik a dan b mencerminkan dua titik
konrol mendatar medanA dan B. Seperti tercermin pada Gambar 9.7a, Foto I
ditumpangi lembaran tembus pandang dan padanya dibuat templet dengan cara
menarik garis dari titik utama o, melalui titik a, b, c dan d, dan titik utama
pindahan o2. Semua sudut yang berpangkal pada o1 merupakan sudut menda-
tar yang benar pada lembaran tembus pandang. Templet serupa yang kedua (u)
juga dibuat pada Foto 2, seperti tampak pada Gambar 9.7b. Di dalam
menggambarkan garis-radial tersebut maka lembaran tembus pandang harus Gambar 9.7 (a) Templet foto no. I (D) Templet foto no. 2.
dipegang erat-erat dan untuk penggambarannya digunakan pensil keras serta
runcing sehingga dapat diperoleh sudut yang benar. peta dengan menusukkan jarum melalui templet. Arah Pl P2pada peta men-
Untuk penggambaran tianggulasi garis-radial itu disiapkan peta dasar.
cerminkan basis udara- Cara kerja untuk menentukan lokasi stasiun [motre-
Kemudian titik konrol medan A dmtB digambarkan padanya (Gambar 9.8). tan ini disebut reseksi,lebih khususnya reseksi dua tilik (Two points resecti-
Skala peta dasar dipilih secara bebas, tetapi jangan sampai berbeda jauh dari on), karena untuk maksud ini diperlukan dua titik
skala foto. Bila dipilih skala peta yang lebih besar dari skala foto, templet
Setelah dua stasiun pemotretan pasangan foto yang bertampalan diten-
harus dibuat lebih besar untuk perbesaran skala dari foto ke petra. Templet no.
tukan pada peta, sembarang jumlah titik yang tergambar pada daerah tampalan
I diorientasikan pada peta dasar sedemikian sehingga garis o1a dan oft ma- pasangan stereo dapat ditentukan dengan cuainterseksi. Bila telah digambar-
t)) rl
sing-masing melalui titik kontrol A dan B yang digambarkan. Templet no. 2 kan dua templet tersebut, selanjutnya digambarkan pula garis-garis yang
juga diorientasikan serupa agar garis o2a dmr o2b melalui titik konrol yang melalui titik c dan d. Dengan dua templet yang berorientasikan pada peta
bersangkutan. Di samping itu maka garis o1o2 pada templet no. I dan o2o1 seperti yang telah dijelaskan sebelum ini, interseksi antara garis o1c dano2c
pada templet no. 2 harus berimpit. Dengan dicapainya kondisi ini berarti menentukan posisi planimetrik titik C. Dengan cara serupa maka interseksi
lokasi titik o1 dan o2 menjadi dasar penentu bagi posisi planimetrik peta antara garis oP dan o2d menentukan lokasi titik D. Lokasi peta bagi tiap titik
titik utama medan (stasiun pemotretan) Pl dan P1. Posisinya ditandai pada pada daerah tampahn dapat ditentukan dengan cara ini.
252 253

Bila titik C dan D telah digambarkan pada peta, titik tersebut menjadi sebab itu titik ini disebut titik penerus, karena memungkinkan penerusan
titik kontrol mendatar yang banr. Titit ini hanrs dipilih dengan cermat hingga fianggulasi dari satu foto ke foto lainnya-
tidak hanya tampak pada Foto I dan Foto 2, melainkan juga pada Fotg 3' Agar berfungsi sebagai titik penerus yang baik, gambar harus tajam
(Kondisi ini memerlukan tampalan depan foto lebih besar dari 507o). Bila dan jelas pada tiap foto. Gambar itu harus terletak pada posisi yang baik pada
titik C dan D digunakan sebagai titik kontrol, pada Foto 3 dapat dibuat tiga foto yang bertampalan. Posisi yang paling ideat ialah berhadapan dengan
templet untuk melakukan reseksi guna menentukan lokasi stasiun pemotretan
r) tt titik utama dan titik utama pindahan, seperti tercermin pada Gambar 9.6.
P, ditentukan lokasinya, titik E dan F yang baru dapat ditentukan Penempatan seperti ini menciptakan kekuatan geometrik yang paling besar
P3. Setelah
dan membuahkan ketelitian paling tinggi. Untuk trianggulasi gris-radial bagi
pada peta dengan jalan interseksi dari foto no. 2 dan no. 3. Titik e dan/hams
satu blok foto yang terdiri atas dua jalur foto dan terletak pada bagian tengah
dipilih dengan cermat agar tampak juga pada foto no. 4 untuk menentukan pertamplan samping.
loirasi stasiun pemotletan Po. Cara kerja yang silih berganti antara reseksi dan
Proyek trianggulasi garis-radial harus dilandasi oleh perencanaan
interseksi dapat diteruskan bagi seluruh jalur foto. Trianggulasi garis-radial cermat tlan menyeluruh. Seluruh foto harus dikaji dengan cermat dan semua
bagi lima foto disajikan pada Gambar 9.8. titik penerus dipilih dan diberi label sebelum penyusunan templet. Sesudah
penyusunan templet selesai, seluruh garis harus diberi label pada templet itu
untuk menghindari kekacauan di dalam penyusunannya pada peta.
A Titik kontrol horisontal
O ntik penerus
I Titik utama medan
9.8 RESEKSI TIGA TITIK
Reseksi dua titik yang diperikan pada Butir 9.6 memerlukan persya-
ratan dilakukannya reseksi pasangan stereo srucua serentak dan titik kontrol
harus tampak pada daerah tampalan pasangan stereo itu. Apabila ada tiga titik
kontnol atau lebih pada satu foto tegak, stasiun pemotretan bagi foto itu dapat
ditentukan berdasarkan reseksi tiga rtfik. Pada Gambar 9.9a misalnya, gambar
a, b, dan c titik konrol horisontal A, B, dmt C tampak pada foto vertikal no.
l. Pada foto itu dibuat templet dengan menarik garis dari titik utama ke tiga
titik gambar tersebut, seperti tercermin pada Gambar 9.9b. Templet
diletakkan di atas peta dasar yang tergambarkan pada peta seperti tercermin
pada Gambar 9.9c. Dengan cara ini depat ditentukan lokasi stasiun pemotretan
Pr yang ditandai pada peta dengan ditusuk jarum. Ketelitian yang lebih tinggi
dapat diperoleh apabila digunakan lebih dari tiga titik. Pada kasus ini harus
diupayakan agar semua garis-radial melalui tepat atau sedekat muhgkin dengan
Gambar 9.8 Trianggulasi garis-radial bagi sebuah jalur lima foto. titik kontrolnya.
Jika tiga titik konrol horizontal atau lebih tergambar pada foto yang
berdekatan yaitu foto no. 2, maka stasiun pemotretannya dapat pula ditentu-
9.7. TITIK PENERUS (PASS POINT) ll ,I kan lokasinya berdasarkan reseksi tiga titik. Misalnya saja titik b, c, dan d
pada Gambar 9.9o, dapat digunakan bagi foto no. 2 itu. Setelah dua stasiun
Titik c dan / pada jalur foto yang telah penuh dengan rianggulasi itu pemotretan pada pasangan stereo ditentukan lokasinya, titik-titik penerus
menrpakan titik perluasan
-bagi
kontrol mendatar. Titik tersebut dapat digunakan yang baru dapat ditentukan lokasinya berdasarkan inteneksi. Bila titik penerus
untuk pemandu cara kerja fotogrametrik berikutnya sdperti.mi-satnya yang dipilih tergambar pada foto no. 3 misalnya pada titi/r e,f, dang. Gambar
untuk iemeUan planimerik atau penyusunan mosaik. Akan tetapi, titik ini 9.9a - dengan diketahui posisi ini maka tiga titik tersebut dapat digunakan
diperlukan untuk meneruskan trianggulasi radial bagi selunrh jalur foto. Oleh
254 255

menentukan lokasi stasiun pemobetan satu foto dan untuk pemetaan planime-
trik daerah yang luasnya terbatas seperti dijelaskan pada Butir 9.15.

9.9 TRIANGGULASI GARIS.RADIAL BAGI BLOK FOTO


l,) rl
Suatu blok foto dapat disusun menjadi satu trianggulasi garis-radial
dengan titik-titik penerus yang diletakkan pada tampalan samping terhadap
jalur yang berdekatan. Bila ada jalur foto lain yang harus dibuat rianggulasi-
nya dan jalur itu terletak di bawah jalur seperti pada Gambar 9.8, harus dipilih
(b) titik penerus d,f, h, dan j pada daerah tampalan samping dua jalur itu. Titik
penerus itu harus dipilih dengan sangat cermat sehingga gambarnya tampak
pada enam foto.
Titik penerus yang mengikat jalur-jalur foto disebut titik ikat (tie po-
int). Dalam penyusunan dua templet atau lebih, tiap garis-radial tidak hanya

\{i
\d b
7 \
dipersyaratkan berpotongan pada titik penerus seperti dijelaskan sebelum ini,
melainkan garis radial dua jalur harus berpotongan pada titik ikat. Karena
terjadinya kesalahan penggambaran di dalam menyusun templet dan juga
\
Y \ (
asumsi bahwa foto yang digunakan harus tegak, tetapi nyatanya tidak demi-
kian, maka sudut pada templet mungkin tidak benrpa sudut yang mendatar
\
I
a\
l J
benar. Oleh karena itu mungkin akan dijumpai beberapa kesulitan untuk
menyusun templet bagi satu blok. Dalam keadaan demikian terpaksa dicari
kesesuaian terbaik (best fi| untuk mengatasi ketidaksesuaian tersebut.

L---- 9.10 LOKASI TITIK KONTROL


(.) Dari perbincangan sebelum ini jelas bahwa untuk trianggulasi garis-
radial, sekurang-kurangnya diperlukan dua titik kontlol mendatar. Akan tetapi,
Gambar 9.9 (a) Foto dengan titik kontrol banyak untuk reseksi tiga titik. (D) untuk meningkatkan ketelitian dan juga sebagai titik uji, sebaiknya diguna-
Templet yang dibuat dengan reseksi tiga titik. (c) Menentukan lokasi stasiun kan lebih dari dua titik. Pada contoh yang disajikan pada Gambar 9.8, titik
pemotretan dengan reseksi tiga titik. konrol A dan B berada pada daerah tampalan suatu pasangan stereo. Seandai-
nya digunakan lebih dari dua titik konrol atau seandainya dua titik tersebut
untuk intereksi tiga titik untuk menentukan lokasi stasiun pemoEetan P3. terpisah sejauh mungkin pada jalur itu, misalnya pada A dan,I, niscaya akan
Dengan cara ini maka trianggulasi garis-radial dapat diperluas berdasarkan re' diperoleh stabilitas menyelumh yang lebih baik dalam mengontrol trianggu-
seksi tiga titik. t\, lasi tersebut. Secara umum dapat dinyatakan bahwa stabilitas jaringan terbaik
Keuntungan rianggulasi garis-radial dengan reseksi tiga titik ialah ti- diperoleh dengan jaringan konrol yang terpencar s@ara seragam.
dak diperlukannya titik utama foto berikutnya. Kelemahannya terletak pada Di dalam trianggulasi garis-radial secara grafik, sebaiknya dua titik
dipertukannya titik kontrol medan yang lebih banyak. Reseksi dua titik lebih kontrol terletak pada daerah tampalan pasangan stereo blok itu, meskipun hal
disukai untuk trianggulasi garis-radial atau jika digunakan templet terkunci ini bukan merupakan kehanrsan. Bila tidak ada pasangan stereo yang me-
atau mekanik (lihat Butir 9.1I dan 9.12). Reseksi tiga titik bermanfaat untuk mungkinkan kondisi ini, metode grafik tetap dapat digunakan akan tetapi ha-
rus digunakan satu Ui antara dua pendekatan yang sedikit berbeda Pada pende-
256 257

katan pertamq penyusunan dimulai dari titik kontrol. Skala dan orientasinya
diperkirakan dan seluruh susunan dibentuk sedemikian sehingga dapat diha-
rapkan berpotongan titik kontrol lain pada seluruh susunan terjadi dekat ter-
hadap posisinya yang telah digambarkan pada peta- Berdasarkan penyimpang-
an titik-titik kontrol yang digambarkan terhadap perpotongan garis-garis-radial
yang bersangkutan, dilakukan penyesuaian dengan jalan dicoba-coba untuk
mengubah skala dan orientasi hingga seluruh susunan diikatkan sedekat
mungkin terhadap seluruh titik konfol.
Pada cara yang kedua, dua templet pertama diorientasikan dengan loka-
si bebas pada peta dengan jalan menarik garis op2dan o2o, yang saling ber-
impit. Skala ditentukan secara bebas dengan jalan membuat jarak petz Pf z
yang nilainya bebas pula. Templet berikutsrya diorientasikan terhadap pasang-
an stereo yang telah diletakkan secara bebas ini hingga seluruh jaringan ter-
susun. Kemudian posisi seluruh titik ini ditusuk jarum dan koordinatnya di-
skalakan terhadap peta, termasuk stasiun pemotretan, dtik penerus, dan titik
Gambar 9.10 Pemotong templet terkunci. (Seizin Carl Zeiss, Oberkochen)
kontrol. Dengan koordinat titik konrol yang diketahui, baik pada sistem
medan maupun pada sistem bebas itu, dapat dilakukan transformasi koordinat
bang harus diberi label untuk menghintlari kekacauan di dalam menyusun
konform duadimensional seperti dijelaskan pada Lampiran B, untuk mempe- jaringan.
roleh koordinat medan seluruh stasiun pemotretan dan titik penerus.
Setelah tiap foto dibuat templetnya, jaringannya disusun di atas peta
dasar yang telah disiapkan dengan skala tertentu. Mula-mula semua titik kon-
trol yang ada digambarkan pada peta. Peta itu ditempatkan di atas sebuah pa-
9.11 TEMPLET TERKUNCT (SLOTTED TEMPLET) pan kayu lunak dan paku tanpa kepala yang disebut paku kontrol (control
pins) yang ditusukkan kuat-kuat pada kayu itu melalui tiap titik kontrol yang
Metode templet terkunci trianggulasi garis radial serupa dengan meto- telah digambarkan. Ceruk paku ini harus tegak lurus terhadap permukaan
de grafik, tetapi templet yang dibuat berbeda. Di dalam metode ini dibuat peta. Templet disusun dengan membuat semua lubang berpotongan pada titik
lubang sempit memanjang pada bahan templet untuk mencerminkan garis potong yang lazim. Susunan ini ditahan dengan menempatkan pasak pada
radial dari titik pusat foto. Bahan templet biasanya berupa 'carboard' yang titik perpotongan lubang-lubang yang bersangkutan. Untuk menghindari
tipis dan kaku, plastik atau logam. Gambar 9.1I menyajikan sebuah templet gerak susunan yang tidak diinginkan, ukuran pasak dibuat sama besar dengan
carboard yang sedang disiapkan di bawah pemotong templet terkunci. ukuran lubzrng. Susunan semua blok kecil yang terdiri dari tujuh fotr;
Bila templet carboard dipotong dengan instrumen seperti pada Gambar disajikan pada Gambar 9.11.
9.10, mula-mula foto diletakkan di atas carbmrd. Sementara foto dan carboard Skala seluruh susurun dapat dibuat lebih besar auau lebih kecil dengan
ditekan erat-erat, carboard ditusuk dengan jarum melalui titik utama foto, titik jalan menarik atau menekan pelan-pelan tepi susunan ini. Dengan cara ini da-
utama foto berikutnya, semua titik penerus dan titik kontrol yang mungkin pat dilakukan penyesuaian skala foto hingga sama dengan skala peta. Kondisi
terdapat pada foo itu. Berpusat pada tusukan titik utama dibuat lubang pada ini tercapai bila ceruk lubang pasak titik kontrol tepat pada paku kontrol yang
karton dgngan sebuah pelubang khusus. Lubang ini digunakan sebagai pusat tl bersangkutan. Pada susunan yang disajikan dalam Gambar 9.11 ini, pusat
garis-guis-radial. Karton itu diletakkan di aas meja pemotong templet dengan pasalc berlubang yang ditutup dengan pencuci bujur sangkar (square washers)
lubang pusat terletak pada pasak tegak, seperti disajikan pada Gambar 9.10. menandai tujuh stasiun pemotretan, pusat pencuci rnelingkar ialah titik
Dengan melalui alat pengamat, karton itu diputar dan diarahkan sedemikian penerus, dan dua segitiga merupakan titik kontrol. Setelah jaringan
sehingga tiap lubang dibuat pada posisi yang benar. Garis-garis imajiner dari disesuaikan terhadap titik kontrol, posisi peta seluruh stasiun pemotretan dan
pusat titik utama yang dilubang itu melalui pusat lubang memanjang, men- titik penerus ditandai dengan tusukan jarum melalui pusat-pusat ceruk berlu-
cerminkan garis-garis-radial yang menentukan sudut mendatar. Pada semua lu- bang. !
258 259

hati ke papan kayu melalui dua titik utama yang berdekatan, semua titik
:tff penerus, dan tiap tilik kontrol yang ada pada foto. Kemudian pada susunan ini
dipasang pasak. Garis yang menghubungkan pasak pada titik utama dan pasak
pada tiap titik penerus, titik utrma yang berdekalan, atau titik kontrol, men-
:,r,tii cerminkan arah radial dari titik itu.
*ri
i**
a.l Untuk arah radial digunakan batang logam yang berlubang bentuk
lingkaran pada satu ujung dan berlubang memanjang sebagai kunci pada
-riffi ujung lainnya. Lubang lingkaran itu dipasang pada pasak pusat darr lubang
memanjang dipasang pada titik penerus, titik utrma yang berdekatan, dan titik
kontrol. Batang tiap arah radial dipilih dengan panjang yang beraneka dengan
- ... ; dua pertimbangan peftama, panjang yang berlebihan harus dihindari karena
akan- menyulitkan di dalam menyusun jaringan, dan kedua, pada kedua sisi
pasak harus ada lubang memanjang yang cukup panjang untuk memungkin'
kan pergeseran letak oleh relief dan untuk perubahan skala dari foto ke peta.
Pentingnya memenuhi kondisi ini akan menjadi jelas pada saat menyusun
sebuah jaringan rianggulasi dari labah-labah.
Gambar 9.11 Susunan templet terkunci. Setelah semua batang disusun, pasak pusat dimatikan. hal ini harus
dilakukan secara cermat untuk menghindari pembengkokan batang yang akan
Pada contoh di Gambar 9.1l, dua titik kontrol digunakan untuk me- dapat menimbulkan kesalahan sudut antara batang. Setelah semua labah'labah
ngontrol susunan tujuh foto. Dua titik itu tidak berada di dalam daerah terselesaikan, kemudian semuanya disusun dengan cara yang sama dengan
tampalan suatu pasangan stereo, tetapi hal ini tidak menimbulkan kesulitan. penyusunan templet terkunci seperti yang telah dijelaskan. Sebuah susunan
i"iipupu, jumlah titt< konrol yang-digunakan akan dapat diakomodasikan yang terdiri dari satu blok kecil foto disajikan pada Gambar 9.12. Pada
jaringan ini, titik kontrolnya juga ditandai dengan segitiga. Stasiun pemotret-
denganmeiode templet terkunci dengan jalan menempatkan pasak titik
kon-
roi"Our.irr6 yang bersangkutan secara bersamaan. Oleh adanya kesalahan di
dalam penyusunan templei foto tidak tegak dan sebagainya, dapat terjadi ke-
sulitandi dalam menyusun jaringan tersebut. Pada umumnya kesalahan ini
diatasi dengan jalan menggerattan;aringan dan memaksa seluruh kondisi in'
terseksi dan konrol.

9.12 TEMPLET MEKANIK

Trianggulasigaris.radialdapatpuladibuatdengantempletmekanik
yang disebut 'lazy daisy' .
WgoAliii1,iilabahi'Wider') yang dibentuk dari kit
kecuali cara penyusunun te,,pt.l cara kerjanya sama dengan trianggulasi
ii1
garis-radial dengan templet terkunci'
" Untuk niembentuk templet mekanik, tiap foto ditempa&an satu persil-
tu pada papan kayu lunak. Sebuah jarum tanpa kepala ditusukkan dengan hati'
naii aantirat metatri titik utama ke papan di bawahnya. Ceruk jarum harus
tegak lurus terhadap permukaan foto-Pada jarum trnpa kgnafa itu diletakkan
p"-*t t".it berlubanf, dan baut berbenang yang berfungsi sebagai.kunci arah
Gambar 9.12 Susulran LabahJabah.
ildial temptet dipasaig pada pasak itu. Jarum trk berkepala juga ditekan hati'
260 261

an dan titik penerus terletak pada posisi pasak yang benangkutan dan ditandai
, =o(f,)''' (e.1)
pada peta dengan menusukkan jarum melalui pasak.

Di dalam persamaan 9.1, e ialah kesalahan rata-rata yang diharapkan


9.13 KESALAHAN DALAM TRIANGGULASI GARIS.RADI. dalam lokasi titik penerus dihitung dalam milimeter pada skala kompilasi, t
AL fl, merupakan konstanta yang nilainya 0,16 bagi rianggulasi radial templet
terkunci yang cermat, t merupakan jumlah foto yang digunakan, dan c
Beberapa sumber kesalahan utama di dalam trianggulasi garis-radial merupakan jumlah titik kontrol medan yang digunakan untuk penyusunan.
ialah: (l)
ketidaksamaan pengkerutan kerlas, (2) kesalahan konstruksi grafik persamaan ini hanya berlaku bagi titik kontrol yang tersebar merata di
atau mekanik, (3) kesalahan letak titik utama, (4) kesalahan pemindahan titik seluruh blok foto.
utama yang berdekatan, dan (5) kemiringan foto. Pengkerutan kertas yang ti- Meskipun Persamaan 9.1 didasarkan atras susunan templet terkunci,
dak seragam menyebabkan kesalahan kecil, tetapi kesalahan ini dapat dihapus dapat pula digunakan bagi konstruksi susunan grafi\ qal susunan lazy-daisy
dengan menggunakan material dasar poliester bagi foto maupun peta dasar. yairg ditatutan secara cermat. Bentuk Persamaan 9.1 dapat diubah sebagai
Kesalahan grafik dapat diminimalkan dengan menggunakan pensil gambar Lerikut, untuk menghitung jumlah titik konfol medan yang tersebar baik dan
yang runcing, keras, dan tepi yang lurus dan bagus. Akan tetapi kesalahan ini diperlukan bagi sultu blot foto guna mencapai ketelitian tertentu dalam
tidak dapat dihapus sama sekali, karena meskipun bagi garis pensil yang penentuan titik-titik dengan rianggulasi radial.
hanya setebal0Ol inci, pada peta berskala 1.000 kaki per inci berarti mewa-
kili lebar 10 kaki. Kesalahan konstruksi dalam.penyusunan templet terkunci
dan labah-labah lazy-daisy hanya dapat diminimalkan dengan melakukannya , = re)' (e.2)

secara hati-hati pada penyusunannya.


Bagi medan datar, kesalahan yang disebabkan oleh salah meletakkan
titik utama tidak bersifat signifikan. Akan tetapi bagi medan kasar atau ber- Contoh 9.1
gelombang, lokasi titik utama harus ditentukan secara cermat dengan perpo- Misalnya dikehendaki titik penerus diletakkan dengan ketelitian rata-
tongan garis fidusial yang sangat tipis, dan pindahan titik utama yang berde- rata 10 kaki bagi suatu blok 40 foto yang skalanya rata-raLanya sebesar 500
katan harus pula ditentukan lokasinya secana cermat. Pada foto yang mengala- kakvinci. Berapa jumlah titik kontrol medan yang harus diadakan dengan
mi kemiringan seperti yang dibincangkan pada Bab I l, pergeseran letak oleh survai medan untuk mencapai ketelitian tersebut?
relief bersifat radial dari titik nadir dan pergeseran letak oleh kemiringan foto
bersifat radial dari pusat iso (isocentre). Oleh karena itu bila diasumsikan
sebagai foto tegak padahal kenyataannya mengalami kesendengan, sudut anta- Jawaban
ra garis tidak mendatar benar. Akan tetapi, bagi kesendengan hingga 30 bagi Misalkan skala peta kompilasi sama besar dengan skala foto. Pada
foto medan berelief sedang, kesalahan yang bersumber pada kesendengan ini skala kompilasi, kesalahan c dalam milimeter yang masih dapat diterima ialah
kecil sekali. Kesalahan menjadi lebih parah bagi variasi relief dan kesendeng-
an yang lebih besar. Kesalahan oleh foto sendeng dapat dihilangkan dengan
melakukan rektifikasi foto, akan tetapi untuk foto yang dimaksud tegak, ke- l0 kaki (25,4 mm / inci)
e= = 0,508
salahan oleh kesendengan pada umumnya tidak lebih besar dari kesalahan 5CI kaki / inci
grafik atau konstruksi.
Ketelitian dalam memperluas kontrol dengan trianggulasi gzfis-radial
sangat bergantung atas kepadatan dan distribusi kontrol medan yang ada. Dengan Persamaan 9.2,
Berdasarkan atas uji empirik, disusun persamaan berikut yang menghubung-
kan kesalahan harapan rata-rata dalam lokasi titik penerus dengan jumlah foto
dan jumlah titik kontrol medan. , = ag( !''=!=l' =\ g,9 (diperlukan 4 titikkontrol yang tersebarmental)
\0,508/
263
262

9.I4 METODE NUMERIK TRIANGGULASI GARIS.RADIAL


Untuk melakukan rianggulasi garis-radial secara numerik telah dikem-
bangkan beberapa metode. Semua metde ini meliputi pengukuran koordinat
foto, diikuti dengan pembentukan dan pemecahan model matematik yang
meniru cara kerja manual. Tanpa menghiraukan metode numerik mana yang
digunakan, perhitungan yang panjang menyebabkan metode ini cocok bila
ri Ol

dilakukan dengan komputer. Pemerian berbagai metode numerik diberikan di


I

berbagai pustaka yang dicantumkan pada akhir bab ini.


Keuntungan utama dalam trianggulasi garis-radial secara numerik ialah
meningkatkan ketelitian yang disebabkan oleh penghapusan kesalahan kons-
trulsi secara grafik dan mekanik. Ketelitian yang memungkinkan titik kon-
trol medan diperluas dengan cara numerik bergantung atas bebrapa variabel
seperti kesendengan foto, tinggi terbang, dan relief medan. Pada foto tegak
dengan medan sedang dan titik kontrol mendatar yang tersebar merata, pada
umumnya dapat dicapai ketelitian koordinat medan X dalrtY sekitar l/500
tinggi terbang.

9.15 PEMETAAN PLANIMETRIK DENGAN PENGGAM.


BARAN GARIS.RADIAL
Metode garis-radial bermanfaat bagi pemetaan planimetrik dan revisi
peta, terutama bila penrujudan yang harus ditetapkan lokasinya terbatas jum-
lahnya. Misalnya dikehendaki untuk menggambarkan posisi peta bagi gedung
yang tergambar pada pasangan stereo dalam Gambar 9.13c. Untuk melaksa-
nakannya dengan metode garis-radial, disiapkan templet bagi tiap foto dengan
menarik garis dari titik utama melalui titik utama yang berdekatan dan
melalui sudut-sudut gedung itu, seperti tercermin pada Gambar 9.13c. Semua
garis-radial melalui sudut gedung itu diberi label untuk menghindari \bt
kekacauan dalam penggambaran. Kemudian tumpangan (overlay) templet perPotongan
Gambar 9.13 (a) Templet untuk menentukan lokasi gedung dengan
diletakkan di aas peta dan diorientasikan sehingga o1 dan o2 masing-masing
garis radial (D) Interseksi pada peta dasar'
berimpit dengan lokasi stasiun pemotretan Pl dan P2pada peta, sehingga
yanS
guis op2tumpangan no. I berimpit dengan guis o2ol tumpangan no. 2. Di cara kerja di atas mempersyaratkan lokasi stasiun pemotretan
p"tu. fitit-titit itu dapat ditentukan lokasinya melalui riang'
dalam orientasi ini, perpotongan garis seperti titik lazimnya menentukan OircAfrui paOa
lokasi sudut-sudut gedung. Poaisi ini ditusuk jarum dan gedung itu digambar gulasi garis-radial seped yang dijelaskan sebelum ini. Di samping itu, sering
pada peta dengan menarik garis lurus antara sudut-sudut yang berdekatan, [ir*"ifi*., unt,rt ,nen"rtritan totasi stasiun pemgqegl dengan intereksi
seperti tercermin pada Gambar 9.13b. Cara keda ini membuahkan posisi il; dfafu tiga titik, dengan menggunakan sejumlah titik yang tergambar
jalan' atau
planimerik yang benar sehubungan dengan prgeseran letak oleh relief dan oada oeta ,aupun pada foto, sebagai kontrol' Gedung, simpTg-
variasi skala foto. ;ffi,fi;;;'S.i ffi jalur.[srik-dengan jalan merupakan beberapa titik
yang dapat digunakq4 sebagai titik kontrol.
2A
265

RUJUKAN
American Society of Photogrammetry: "Manual of Photogrammetry" ed. ke-3,
Falls Church, Va., 1965, Bab 9.
'ldanual of PhotogrammeEy" ed. ke-4, Falls Church, Va., 1980, Bab 9.
Kail, P.: The Radial Planimetric Plotter, Photogramruetric Engineering, vol. 15,
no. 3, hlm. N2,1949.
-:
Mikhail, E. M.: A Study in Numerical Radial Triangulation, Photogrammetric
Engineering, vol. 34, no. 4, hlm. 358, 1968.
Trorey, L. G.: Slotted Template Enor, Photogranmetric Engineering, vol. 13, no.
2, hlm. 22'1, 1947.
Turpin, R. D.: Numerical Radial Triangulation, Photogrammetric Engineering,
vol. 32, no. 6, hlm. l(Xl, 1965.
Wolf, P. R.: Analytical Radial Triangulation, Photogratnmetric Engineering, vol.
33, no. l, hlm. lW, 1967.

SOAL
Gambar 9.14 Plotter Radial. (Seizin philip B. Kail Association., Inc.) 9 .1 Jelaskan berbagai teknik untuk pemetaan planimetrik dengan mengtuna-
kan foto tegak.
. Plotter radial yang disajikan pada Gambar 9.14 merupakan sebuah 9 .2 Jelaskan sumber kesalahan di dalam metode penyidikan langsung pada pe-
instnrmen untuk revisi peta planimetrit yang secara terus-nrenerus metaan planimetrik.
memecah-
kan masalah .3
ryrpohrngan garis radiar secari mekanit. sila digun-akan peng- 9 Jelaskan zoom transfer scope dan keunggulannya di dalam pemetaan pla-
gambaran letak radial, sepasang foto tegak yang bertampaaf
airetairtan oi nimetrik dengan penyidikan langsung.
atas arena instrumen itu dan d-inasak pada-titik utamanya. Kemudian pasangan 9,4 Jelaskan berbagai metode untuk melakukan trianggulasi garis-radial.
stereo itu diorientasikan untuk pengamatan stereoskoplt 9 .5 Sebutkan karakteristik titik penerus yang baik untuk trianggulasi garis-
linstrumeniiu dihu-
bungkan dengan stereoskop cerminl dengan memutar foto bersumbukan radial.
titik
uta{na hingga titik utama dan titik uuimi yang berdekatan terletakpuL
*tu 9.5 Siapkan lembaran kertas tembus pandang dan lakukan reseksi dua titik
pandang-deigan soresan garis hiram yang secara grafik berdasarkan koordinat medan dan koordinat foto (sehu-
trprs, lT:::?:1
HTj lltuns
mengarah secara
lgTqur.
radial drl titt utama yang dipasak. perpotongan gari; bungan dengan sumbujalur terbang) titik konrol A dan 8. Tentukan jarak
pqda yang tar.npak pada modei srereo membeniuk siiang dan medan basis udarr dan azimut jalur terbang itu. Gunakanlah peta dasar
fita-m _but"ng
ber!1e_si sebagai trnda ruiukan..fatang radiar itu ainuuungkan t, p.."gung berskala I inci = l.0m kaki (catatan: 'titikA di bagian barat jalur ter-
pensil-dengan hubungan
t"Tp+ lelanik. Kalau pensil digeraHlan, t rj".lit",
pada model sfereo. Bila plotter radial telah diorientasikan
bang).
lergerak
t9-4adop kontrol medan, detil pranimerik dapat digambar r*g".g puau p"tu Koordinat foto Koordinat medan
6)
di bawah instrumen itu dengan menggeraklan p6nsil ,uruii-r.'rirgu ugu,
tanda rujukan selalu berhubungan dengan objek ying disidik. Titik Foto kiri Foto kanan

r, mm ), rnm r', mm )" mm X, kaki f, kaki


A 42,43
5t,2E
n E1,90 47,24 82,01 2.159,818 89.189
B 2.t75.962 9t.73t
-69,7r -37,57 -59.55
267
26
9.7 Untuk pasangan stereo Soal 9.6, buatlah sebuah interseksi grafik untuk
9.1 1 Trianggulasi garis-radial harus dilakukan untuk menambah jumlah kon-
trol melalui satu blok foto yang terdiri dari l0 jalur terbang dengan 20
menentukan koordinat medan titik Penerus C dan D bila diketahui
foto bagi tiap jalur. skala peta kompilasi sebesar I inci = 1.800 kaki.
koordinat foto berikut (terhadap sumbu jalur terbang).
Jika ada 16 titik kontrol yang tersebar merata pada blok itu, berapakah
kesalahan (dalam kaki) yang dapat diharapkan dalam posisi peta bagi
Koordinat foto
titik penerus?
9.12 Seperti Soal 9.11, tetapi blok terdiri dari 6 jalur terbang dengan 12 foto
Foto kiri Foto kanan bagi tiap jalur, skala peta kompilasi sebesar l:6.000, dan tersedia l0
titik konrol medan yang tersebar baik sekali pada blok itu.
Titik r, mm ), mm r" mm )" mm 9. l3 Diminta untuk menentukan lokasi titik penerus pada peta dengan keteli-
82,16 tian rata-rata sebesar l0 kaki bagi blok yang terdiri atas 60 foto. Jika
C 7 t,29 82,05
D 50.83
-8,19 peta kompilasi berskala 1:6.000, berapakah jumlah titik kontrol medan
-39,27 -37.25 -39,20 yang tersebar merata dan diperlukan untuk mencapai ketelitian tersebut?
9.L4 Seperti Soal 9.13, tetapi ketelitisn yang diminta sebesar 20 kaki, terdiri
9.8 Dengan menggunakan peta dasar berskala I inci = 500 kaki' siapkan dari 100 foto, dan peta kompilasi berskala l:12.000.
templet kertas tembus pandang dan lakukan reseksi tiga titik secara grafik
untuk menentukan asimut jalur terbang dan koordinat medan stasiun
pemotretan sebuah foto vertikal. Pada foto itu tergambar tiga titik kon-
trol, dan koordinat medan serta koordinat fotonya terhadap sumbu jalur
terbang sebagai berikut (catatani Stasiun Pemotretan di sebelah barat
titik-titik kontrol).

Koordinat foto Koordinat medan

Titik r, mm )' m6 X, mm I, mm

Hl 63,25 90,1 I 2. l 55.583 1 28.1 03


H2 43,07 15,88 2.r65.706 t26.442
H3 82,90 2.167.207 124,70t
-86,30
9 .9 Sama dengan Soal 9.8, kecuali tiga titik kontrol mendatar sebagai beri-
kut (catatan: Stasiun pemotretan di sebelah timur titik kontrol).

Koordinat foto Koordinat medan

Titik ,. mm )' mm X, kaki f. kaki ()


A 4,96 9t,25 1.903.318 90.924
B
-7 t7,34 1.902.660 89.733
C
-60,'14 1.90t.7 43 88. l E3
-44.99 -79.84
9. I 0 Jelaskan sumber kesalahan dalam hianggulasi garis radial.
t
]:
269

t jikan lokasi planimetrik relatif bagi sejumlah besar obiek, sedang gambaran
BAB L

pada peta yang digambarkan dengan garis dan simbol-jumlahnya terbatas.


10 Peta foto atau mosak daerah luas dapat dibuatjauh lebih cepat dan dengan
biaya lebih murah bila dibanding dengan pembuatan peta. Peta foto atau
PETA FOTO DAN MOSAIK (t
mosaik mudah dimengerti dan diinterpretasi oleh orang tanpa latar belakang
fotogrametri atau keteknikan karena objek disajikan dalam bentuk gambar.
Berdasarkan alasan ini maka peta foto atau mosaik sangat bermanfaat untuk
memerikan konstruksi yang diusulkan atau kondisi yang ada, kepada anggota
masyarakat, yang mungkin tidak akan jelas bila disajikan gambaran lain
seperti peta.
Peta foto dan mosaik mempunyai satu keterbatasan yang serius karena
gambarannya secara planimetrik tidak benar. Karenp dibentuk dari foto pers-
pektif, akan terjadi pergeseran letak gambar dan varifsi skala. Pergeseran letak
gambar dan variasi skala yang paling serius disepabkan oleh variasi tinggi
teibang. Beberapa distorsi kecil juga terjadi sehubq,frgan dengan pengembang-
10.1 PENGANTAR an dan pengkerutan kertas foto serta ketidaksempfirnaan lensa kamera, tetapi
semuanya ini dapat diabaikan.
Secara sederhana maka peta foro (photomap)dapat diartikan sebagai Efek kesendengan dan variasi tinggi terbang dapat dihilangkan dengan
foto udara yang digunakan secara langsung sebagai substitusi peta planime- melakukan rektifikasi dan penyeragaman skala (rationing) atas foto tersebut
trik. Pada umumnya dilakukan perubahan skala foto ke skala yang dike- ke arah skala yang lazim (cara kerja ini dijelaskan pada Butir ll.l4 dan
hendaki dengan jalan pembesaran atau pengecilan skala (lihat Butir 3.12). 11.20). Akan tetapi, rektifikasi tidak menghapus efek kesalahan oleh relief
Informasi tenrang judul, nama tempat, dan data lain dapat ditumpangkan pada topografik, sehingga skala peta foto atau mosaik tidak pernah konstan bagi
foto dengan cara serupa seperti yang dilakukan pada peta. peta fotodapal di- seluruh daerah kecuali kalau daerah yang tergambar benar-benar datar. Perge-
buat dari satu foto udara, atau dari bagian-bagian dua foto atau lebih untuk seran letak oleh relief dapat diminimalkan dengan ketinggian terbang yang
membentuk paduan gambaran yang bersambung. Paduan ini biasanya disebut tinggi, sedang penurunan skala diimbangi dengan pnggunaan panjang fokus
mosaik. kamera yang lebih besar. Dalam mengukur jarak atau arah pada peta foto atau
Satu foto dapat digunakan untuk membuat peta foto bila foto itu me- mosaik, harus diingat bahwa dengan adanya pergeseran letak gambar, nilai
liput seluruh daerah yang harus digambarkan. Pada tahun-tahun lampau, kare- skalanya tidak akan benar. Peta foto dan mosaik hanya digunakan untuk Studi
na keterbatasan tinggi terbang (sehingga membatasi liputan foto) yang dapat kuantitatif. Dalam kasus ini maka ketidaktelitian planimetrik yang disebab-
dilakukan oleh pesawat terbang dahulu, pada umumnya perlu dibuat mosaik. kan oleh pergeseran letak gambar merupakan akibat yang tidak serius.
Pada akhir-akhir ini, pesawat terbang baru seperti Lear jet mampu mencapai
tinggi terbang sekitar 50.000 kaki arau lebih, sehingga salu lembar foto dapat
meliput daerah luas. Hal ini agak mengurangi keperluan pembuatan mosaik. rO3 KEGUNAAN PETA FOTO DAN MOSAIK
Akan tetapi, bagi foto skala besar untuk daerah luas, atau bila ukuran peta
foto yang diinginkan melebihi kemampuan alat pembesar (enlarger) yang Karena keunggulannya banyak, peta foto dan mosaik digunakan secara
tersedia, masih diperlukan penyusunan mosaik untuk mengatasi masalah ini. luas sekali. Kegunaan terbesarnya mungkin dalam bidang perencanaan, baik
untuk perencanaim penggunaan lahan maupun untuk proyek keteknikan. Peta
rO.2 KEUNGGULAN DAN KETERBATASAN foto atau mosaik yang menggambarkan daerah secara menyeluruh dan kom-
PETA FOTO prehensif dapat dibuat dengan cepat dan ekonomik. Semua perwujudan kritis
DAN MOSAIK
yang dapat mempengaruhi proyek di daerah itu dapat segera diinterpretasi dan
Peta foto dan/atau mosaik serupa dengan peta di dalam banyak hal, te- diperhitungkan. Selanjutnya dapat dikaji rencana alternatif yang lebih baik,
tapi ada beberapa keunggulan bila dibanding dengan peta. peta foto menya- termasuk pertimbafigan tentang jenis tanah, pola pengaliran, tatiguna lahan,
T

270 271

danaiayayang berhubungan dengan semuanya. Sebagai hasil studi jenis rinci meletakkan foto sedemikian hingga gambar foto yang mudah dikenali ber-
'--- r--
ini,kemudian dapat disusun rencana menyelurruh yanftertait. impit dengan posisinya pada peta.
Peta foto dan mosaik berguna bagi sejumratr besar kegunaan lain Mosaik tak terkontrol dibuat dengan meletakkan gambar berimpit de-
di
Iuar bidang perencanaan. Kegunaan itu antara lain untuk stuii ngan gambar pada foto berikutnya. Tidak ada kontrol medan, dan yang diguna-
geologi, inventarisasi sumber daya, menggambarkan perkembangan firwuiuoan kan ialah foto tegak yang belum direktifikasi serta belum diseragamkan skala-
kota dan
lembaga besar, memanmu aktiviuas t<onitrutsi pada inrervar *rii,
iln.rtr, al (l nya. Mosaik tak terkontrol dapat dibuat lebih cepat dan lebih mudah daripada
menggambarkan batas hak milik dan sebagainyi. reta foro dan mosaik i mosaik terkonfol. Ketelitiannya tidak setinggi mosaik terkontrol, akan tetapi
digu-
nakan sebagai substitusi peta planimetrik bagi berbagai proyek t<etetnitan. cukup memuaskan bagi berbagai penggunaan kualitatif.
Misalnya saja Bagian Jalan Raya yang harus irenyap[an r.n.unu Mosaik setengah terkontrol disusun dengan menggunakan beberapa
froyet ua-
ngunan yang besar, serirg menggunakan peta folo untuk menggantikan kombinasi spesifikasi mosaik terkontrol dan tak terkontrol. Misalnya, mosa-
sur-
vei planimetrik. Ini tidak.hanya berarti menghilangkan seuagiiiuesar
survei
ik setengah terkontrol dapat dibuat dengan menggunakan kontrol medan, teta-
medan, tetapi juga pekerja.ln penggambaran planimetri di k"antor. penggam- pi menggunakan foto yang belum direktifikasi dan belum diseragamkan skala-
baran rancangan dq spesirrkasi bangunan ditumpangkan dengan nya. Kombinasi lainnya berupa penggunaan foto yang direktifikasi dan disera-
cara ini telah
menyebabkan penghematan besar daram hal wakti-dan biaia, tanpa pengu- gamkan skalanya, tetapi tanpa kontrol medan. Mosaik setengah terkontrol
rangan ketelitian yang berarti. rnerupakan kombinasi antara ekonomi dan ketelitian. Mosaik pada gambar
l0.l ialah mosaik setengah terkontrol yang dibuat dari foto yang belum direk-
tifikasi tetapi disusun berdasarkan peta bujur sangkar survei Geologi Amerika
10.4 JENIS MOSAIK Serikat.
Mosaik sering dikategorikan berdasarkan kegunaannya. Menurut kla-
Bila satu foto tidak meriput daerah yang cukup luas, atau bila tidak sifikasi jenis ini, mosaik dibedakan atas mosaik indeks dan mosaik strip. Mo-
dapat diperbesar ke skala yang dlinginkan, trarui dibuai mosaik. saik indeks ata:u indeks /olo disajikan pada Gambar 10.2. Mosaik indeks
Mosaik foto
udara pada u-mumnya dibedakan atas tiga keras, yairu: berupa mosaik tak terkontrol yang disusun dengan spesifikasi sangat kasar.
teriontiiiTi)
1t1 ,r^i-
terkontrol, dan (3) tak terkontrol. Mosaik terlionrrol'paring t.riti'di Maksudnya untuk dipakai sebagai indeks bagi nomer foto dan liputannya.
,nt-o Pengamatan cepat atas mosaik indeks memungkinkan untuk menentukan foto
ketiganya. Mosaik terkonrror dibuat dari foto yang ter;h di;kdfikasi
skara-
nya, yaitu semua foto telah ditegakkan dan dibuat berskala mana yang harus diambil dari tumpukan untuk suatu daerah tertentu yang
sama. pada papan
dasar untuk penyusunan mosaii, posisi mendatar titik Lonrot diminati. Mosaik indeks disusun segera setelah pemotretan. Di dalam penyu-
i,gurnu-run
letaknya dengan skala sebesar skara foto yang telah diseragamkai. sunannya tidak diperlukan pemotongan atau mengatur-rapikan. Susunannya
Gambar
titik kontrol harus mudah dikenali paoa foto.koordinat tidl kontrol-medan dilakukan dengan mempertemukan gambar, dengan semua nomor foto jelas
dapat diperoleh dengan survei medan (rihat Bab l5), dengan
rri;;;;hri terlihat. Metode paling enak untuk menyusun mosaik indeks ialah melekat-
gr"r-
radial (lihar Bab 9), arau dengan trianggulasi udara (li-hat Bab"t"+). kan foto pada papan serat seperti Celotex. Setelah selesai, susunan foto dipo-
ruosaft
disusun dengan meletakkan gambar tititi tontrot berimpit tret dengan skala lebih kecil. Dengan menyusun mosaik indeks segera setelah
o"r,gun pori.inyu
ya-ng telah digambarkan pada papan dasar. Bila p"ryrrurrn"roslit< proyek, liputan fotografik proyek dapat dicek. Kalau ada daerah yang belum
riOat<
dilakukan dengan hati-hati, gambar pada foto yang Lerdekatan terpotret akan segera terlihat, dan dapat segera dibuat rencana untuk pemo-
tidak akan
tumpang tindih dengan baik, dan skara mosaik tidat at<an konsran. tretan lagi bila perlu.
n i!.r..rn Mosaik strip merupakan susunan suatu seri foto sepanjang satu jalur
letak oleh relief merupakan penyebab utama bagi kondisi ini."untuk
penyusunan mosaik terkontrol dengan skala kecil
tertentu, peta yang tersedia t) terbang. Mosaik strip sangat bermanfaat dalam merencanakan dan merancang
s.eperti.misalnya pera bujur sangkar Survei Georogi ameifta proyek keteknikan memanjang seperti jalan, jalan kereta api, jalur pipa, jalur
d.igunakan sebagai kontrol- Dengan cara ini maka-foto
s..i[.i ouput transmisi, aliuaduk, dan sebagainya. Mosaik strip dapat berupa mosaik
oisesuait an iengan
skala peta (bita dikehendaki, skari pera dapat diubah skalanya terkontrol, tak terkontrol, atau setengah terkontrol.
t ii.uil, Juru ke
ukuran dikehendaki dengin pembesaran atau pengeciran secara
-yangpera
fotografik). diletakkan pida papan dan mosaii diiusun dengan
l
n2 273

t) ('

lr

a) (t
{i';ic;ii::.r'rit;j;iirr'l:r: :l':iiiiiiiil::*iiti;i

I .au 4 Fkrc tur\

:*wt:*:a!1.
Gambar 10.1 Mosaik setengah terkontrol yang menggambarkan seluruh daerah
teluk San Fransisco. Mosaik ini terdiri atas iebih dari -2:m0 roo ua.".
ciptq seizin Pasific Resources. Inc.) Goto r,"[ Gamblr 10.2 Cdhtoh "indeks-foto" atau mosaik indeks.
r
274
275

IO.5 MATERIAL UNTUK PENYUSUNAN MOSAIK telah berimpit agar tajam di satu sisinya, plastik penyapu untuk menempel-
kan dan membersihkan bahan pelekat, air dan ember, pita penggambar (draft-
Untuk menyusun mosaik, disarankan material berikut: ing tape) dan alat penyentuh (touch - up kit) untuk memperbaiki gambar yang
yan g salah penempatannya.
Foto .) (r
Untuk pekerjaan mosaik, foto harus dibuat dengan tampalan depan 10.6 PENYUSUNAN MOSAIK
paling sedikit 60 persen dan tampalan samping 30 persen. Dengan demikian
dimungkinkan hanya mengunakan bagian tengah foto, sehingga dapat mengu- Definisi foogrameri yang diberikan pada Butir 1.1 menyatakan bahwa
rangi distorsi oleh relief maupun kemiringan. Bila daerahnya sangat datar, fotogrametri merupakan ilmu dan seni. Penyusunan mosaik merupakan salah
persentase tersebut dapat diperkecil, danjika daerahnya kasar maka persentase satu cara kerja di mana kemampuan seni dapat dimanfaatkan untuk mencapai
tersebut diperbesar sedikit. Foto harus dicetak dengan kertas tipis (single- suatu keunggulan. Seperti halnya menggambar dengan garis yang merupakan
weight paper), dan harus dilakukan sangat hati-hati di dalam pengembangan cara kerja dengan akibat kotornya tangan, penyusunan mosaik juga demikian.
Penyusunan mosaik yang baik memerlukan orang yang tidak risau oleh
dan pencetakan agar diperoleh rona seragam bagi seluruh foto.
tangan yang basah dan tedapis oleh bahan pelekat. Karena merupakan seni,
sejumlah besar kepuasan pribadi dapat diperoleh dengan keberhasilan
Alas penyusunan mosaik.
Alas (mounting board) merupakan permukaan tempat melekatkan mo- I
Cara kerja untuk menyusun'mosaik terkontrol dan tak terkontrol pada
dasarnya sama, kecuali dalam peletakan kontrol dan mengimpitkan gambar
saik. Alas harus berupa permukaan halus, keras, dan tidak poreus. 'Masonite'
I

merupakan permukaan yang baik sekali. Plywood dapat pula digunakan, I


foto yang bersangkutan terhadap kontrol. Cara kerja setapak demi setapak
meskipun harus dibuat sama sekali lembab sebelum melekatkan mosaik. Alas
harus cukup luas untuk menempatkan mosaik seluruh daerah. Setelah penyu-
rf I berikut ini dapat digunakan untuk menyusun mosaik terkontrol:

sunan mosaik selesai dan dipotret untuk reproduksi, alas dapat dibersihkan
l. Letakkan semua foto pada alas dan tumpangtindihkan semua gambar yang
dengan merendamnya dalam air. Dengan cara ini maka alas itu dapat diguna- seharusnya berimpit. Semuanya diikat sementara dengan pira pelekat agar
kan berulang kali. terbentuk mosaik secara kasar. Geser-geserlah seluruh susunan sehingga
terpus:rt pada alas itu dan tandailah posisi pusat foto jalur tengah pada alas
itu. Jalur inilah yang pertama-tama dipasang pada alas. Bila telah teryasanS
Bahan pelekat
pada posisi yang ditandai maka mosaik itu nantinya akan terletak baik pada
Getah arab (gum arabic) merupakan bahan pelekat yang banyak di- alasnya.
gunakan untuk menyusun mosaik..Bahan pelekat ini mengering lambat se- 2. Pindahkan foto dari alas. Batasilah sekitar ll2 inci dari empat sisi foto
hingga memberikan banyak kesempatan untuk penyesuaian dan penggeseran pusat jalur tengah, dan empat sisi foto itu diletakkan. Hal ini dilakukan
foto untut membuat gambarnya berimpit. Bahan pelekat lain yang mengering dengan jalan mengiris tipis emulsinya dengan menggunakan silet, seperti
lambat dan sesuai untuk menyusun mosaik ialah lem yang dibual dari pati. tercermin pada Gambar 10.3. Sisi yang harus dibuang disobek dengan
Duajenis bahan pelekat ini dapat dibeli dalam bentukiadi dan dalam jumlah menggunakan gerakan ke bawah, seperti disajikan pada Gambar 10.4. Bila
besar. Semen karet dan 'glue' merupakan bahan pelekat lain yang dapat digu- dilaksanakan , dengan cermat, tepi bagian pusat foto seharusnya berjarak
nakan, akan teUapi semen karet menimbulkan kesulitan karena mengering ter- sekitar l12 inci dari foto yang ketebalannya utuh ke tepi yang teriris rapi.
lalu cepat, sedang glue menimbulkan kesulitan untuk membersihkan mosaik
.) Bila penipisan tidak dapat dilakukan dengan penyobekan dapat dilakukan
yang tersusun. dengan menggosokkan kertas gosok halus untuk memperoleh penipisan
tepi yang diinginkan. Penipisan bagian tepi menjamin kenampakan me-
Alat Iain nyeluruh mosaik yang halus, meskipun pada satu tempat ditumpangtindih-
kan beberapa foto.
Di antara alat-alat yang berguna untuk menyusun mosaik ialah silet 3. Lembabkanlah {as dengan menggunakan sepon basah. Gunakan bahan pe-
untuk memotong foto, kertas pasir halus untuk meruncingkan garis yang lekat secukupnya pada punggung foto dan alas itu. Lekatkan foto pertama
r
276 277

pada alas pada tempat yang telah ditandai sebelumnya, dengan mengguna-
kan jari, ratakanlah foto itu pada alasnya. Bersihkan sisa bahan pelekat di
atas dan di bawah folo dengan penyapu, ditekan dan digerakkan ke luar dari
pusat foto, seperti disajikan pada Gambar 10.5. Udara di bawah foto
sebaiknya dikeluarkan dulu agar mosaik benar-benar iata. Bersihkanlah
0) (r
drerah untuk foto berikutsrya dengan menggunakan sepon lembab.
4. Letakkan foto kedua pada foto pertama dengan menumpangtindihkan
gambar yang sama (foto kedua dapat berupa tampal'an foto bagian kiri atau
bagian kanan). Pilih garis (match line) pada foto kedua sepanjang bagian
yang akan dipotong. Garis kesesuaian hErrs dipilih secara hati-hati untuk
memperoleh kesesuaian terbaik bagi gambar maupun ronanya. Bila
mungkin, untuk garis kesesuaian dipilih jalan, jalan kereta api, tepi Ia-
dang atau garis lain yang batas ronanya jelas. Hindarkanlah pemotongan
tegak lurus terhadapjalan,jalan kereta api, dan sebagainya, karena pemo-
tongan demikian akan menyebabkan tampaknya ketidaksesuaian posisi dan
rona Garis kesesuaian pada foto yang bertampalan pada satu strip harus
terletak kurang lebih di tengah antara titik utama dan titik utama berikut-
nya, dan garis kesesuaian pada tampalan samping antara tiap jalur hams
dipilih kurang lebih di tengah tampalan samping. Bila garis kesesuaian Ganibar 10.4 Penyobekan foto dengan hati-hati
dipilih pada letak umum ini, hanya bagian tengah foto yang membentuk yang baik. untuk memperoleh tepi foto
mosaik, dengan kesulitan minimal delam mempertemukan gambar dan

a) (t

Genbrr 10.3 Pemotongan dengan silet. Gambar 10.5 Meqggunakan alat pembersih (squeegee).
n8 279

membuahkan mosaik dengan skala lebih seragam, karenapergeseran letak


8. Setelah mosaik terselesaikan, perbaikilah ketidaksesuaian gambar yang
gambar akan minimal di daerah ini.
menyolok, dengan menggunakan alat pengecat untuk perbaikan, seperti
5. Dengan menggunakan cara kerja langkah kedua, kerat dan kelupas foto
disajikan pada Gambar 10.7. Alat perbaikan gambar ini terdiri dari sebuah
sepanjang garis kesesuaian yang dipilih antara dua foto. Keratlah pula
sikat cat berujung titik halus dan beberapa warna cat dalam tingkat ke-
sekitar l2inci dari tiga sisi lainnya dan kelupaslah tepi ini.
abuan dari hitam hingga putih. Bila penyesuaian rona dilakukan dengan
6. Letakkan foto kedua dengan cara kerja langkah ketiga. Dalam meletakkan-
cemat, dimungkinkan untuk menutup ketidaksesuaian sepanjang jalan, ja-
nya dan juga foto lainnya, harus dilakukan secara hati-hati agar gambar
Ian kereta api, dan sebagainya. Suatu daerah yang harus eampak sebagai
berimpit. Dalam beberapa hal tidak semua gambar dapat ditumpangtindih-
satu rona yang utuh kadang-kadang demikian luas sehingga harus diliput
kan, sehingga terpaksa dipilih kompromi yang terbaik, tetapi perwujudan
oleh lebih dari satu foto, misalnya tubuh air yang luas. Variasi rona dari
utama yang ketidaksesuaiannya paling tampak harus paling diperhatikan
satu foto ke foto lainnya, sesuatu yang tak dapat dihindari; menyebabkan
dalam kompromi ini. Bila foto dibasahi dengan air panas, foto dapat diren-
daerah tersebut tampak berbeda-beda. Dalam kasus demikian ini seluruh
tang sedikit agar gambar yang sama dapat tumpang tindih. Bila digunakan
daerah dapat dicat menjadi satu rona yang utuh. lautan Pasifik dan Teluk
bahan pelekat yang dianjurkan, foto masih dapat diangkat atau digerakkan
San Fransisco pada mosaik dalam Gambar l0.l diperbaiki dengan cara ini.
sedikit beberapa menit setelah peletakan pertrma.
7. Lanjutkan peletakan foto dengan cara kerja yang sistematik, berlanjur ke
arah luar dari foto pusat, ke segala arah hingga seluruh mosaik tersusun.
Gambar 10.6a mencerminkan jalur lima foto yang bertampalan sebelum
10.7 METODE GARIS ASIMUT
pengirisan, dan Gambar 10.60 rnencerminkan lokasi umum g:uis kese-
suaian dan aturan penyusunan mosaik. Di dalam penyusunan mosaik tak terkontrol dengan cara yang baru di-
jelaskan ini, kesendengan foto dan relief topografik dapat menyebabkan kesa-
lahan kumulatif yang membuahkan putaran seluruh mosaik ke satu arah. Me-
tode garis asimut dapat digunakan untuk menghindari efek putaran ini. Di
dalam cara keda ini, mula-mula foto diletakkan dan dilekatkan bersama dalam
jalur, memadukan gambar yang sama secermat mungkin dengan jalan meng-
geser daerah tampalan samping ke atas dan ke bawah. Kemudian sebuah peng-
garis panjang diletakkan pada tiap jalur sehingga penggaris itu melalui sede-
kat mungkin dengan semua pusat foto, dan sebuah garis pensil lunak yang
disebut "garis asimut" ditarik melalui foto-foto itu. Jalur itu kemudian dilepas
kembali dan garis itu diperpanlang melalur bagmn-bagian ibto yang tersembu-
nyi pada daerah pertampalan.
Sebuah garis lurus panjang yang mewakili garis asimut jalur tengah
digambarkan pada alas mosaik. Jalur tengah kemudian diletakkan dengan me-
madukan garis asimut pada foto sesedikit mungkin terhadap garis pada alas,
I sambil rnemadukan gambar secermat mungkin. Bila mosaik terdiri atas lebih
I dari satu jalur, garis lurus yang mencerminkan garis asimut jalur berikutnya
l+ yang bertampalan, digambarkan pada posisi yang tepat pada papan alas.
I
I
Posisi yang tepat bagi garis itu diperoleh dengan menumpangkannya padaja-
oi lur pusat (yang telah diletakkan) daerah tampalan samping tiap sekitar foto
kelima jalur berikutnya. Dengan menggunakan paling sedikit dua titik yang
jarak antaranya cukupjauh yang ketinggiannya pada ketinggian rata-rata dan
(b)
dipadukan secara cermat pada daerah tampalan, ujung garis asimut pada tiap
lamlar 10.6 (c) Jalur lima foto yang bertampalan sebelum pengirisan. (D)
Mosaik jalur yang menggambarkan garis kesesuaian dan aturan peritakan foto.
foto dipindahkan ke-papan alas. Kemudian ditarik garis lurus panjang pada
papan alas sehingga garis ini melalui sedekat mungkin semua titik yang
I

280
I
281

i ;,a)
o
H
c)
a
tr
{ o
o}t i
(t cn

q)
a
o
U
o
ut

o
rD

c
N
6)
(r,

60
00
c
Gambar lO"7 Perbaikan akhir sebuah mosaik.
d
ao
menandai garis asimut. Cara kerja ini dilanjutkan hingga semua jalur terle- tr
d
takkan. ao
6)
"o
o
10.8 MOSAIK ORTOFOTO o
o
o
Mosaik ortofoto merupakan gabungan dua ortofoto atau lebih untuk
membentuk gambar utuh suatu medan. Seperti ditunjukkan oleh namanya, q,
'S
ortofoto merupakan gambaran ortografik medan. Ortofoto dibuat dari foto o
t
udara tegak dengan menggunakan instrumen rektifikasi dderensial. Metode
tr
pembuatan ortofoto dibincangkan secara rinci pada Bab 13. aC

ao
Pergeseran letak gambar oleh relief dan kesendengan foto telah dihi- pru(t
langkan pada ortofoto sehingga gambar yang disajikan terletak pada posisi (h
planimerik yang benar. Oleh karena itu jarak, sudut, dan luas dapat diukur od
secara langsung seperti pada peta Gambar 10.8 menyajikan sebagian mosaik o
ortofoto dengan giris tinggi yang digambarkan padanya. Kenampkan luarnya {)
seperti foto udara tegak biasa dengan garis tinggi. Mosaik ortofoto mempu- eo
nyai keuntungan piktorial seperti pada mosaik foto udara dan ketelitian geo- E
6l
mefik seperti peta- Di samping itu keunggulan lainnya berupa dapat dibuat- (,
nya dengan lebih cepat dan lebih ekonomik daripada peta garis dan simbol.
Secara umum maka cara kerja yang telah dibincangkan bagi penyusun-
an mosaik terkonEol juga digunakan untuk penyusunan mosaik ortofoto.
4

282 283

Akan tetapi di dalam pembuatan mosaik ortofoto maka tiap foto disiapkan besar copy mosaik, proses cetak dengan tinta seperti litografi merupakan cara
dengan skala yang telah ditentukan sebelumnya pada m_aterial dasaryang sta- yang paling ekonomik.
bil imisalnya fiml,Uutan pada material dasar kertrs. Karena positif ortofoto
tetair Oiseragamkan skalanya dan karena tidak mengan&rng distorsi, hanya
dijumpai seoitit kesulitan dalam memadu gambar pada qaat penyusunan RUJUKAN
,boii. Di dalam pembuatan mosaik dengan material dasar film, pinggiranya a,t (t

harus digosok dengan kertas gosok. Bahan pelekat yang terbaik ialah American Society of Photogrammetry: "Manual of Photogrammetry," Edisi ke-3.,
'beeswax.' Falls Church. Va., 1966, Bab 17.
"Manual of Photogrammetry,": ed. ke4, Falls Church, Va., 1980,
Bab 15.
10.9 REPRODUKSI Jessiman, E. G., dan M. R. Walsh: An Approach to the Enhancement of Pho-
--: tomaps, Canadian Surveyor, vol. 30, no. l, hlm. I I, 1976.
Sebelum peta foto atau mosaik dipotret untuk maksud reproduksi, pada
umumnya ditambahkan keterangan tepi dan judul. Huruf pada judul harus McNeil, G. T.: The Wet Process of Laying Mosaics, Photogrammetric
cukup besar agar jelas pada ukuran reproduksinya. Judul lni pad-1 umumnya Engineering, vol. 15, no. 2, hlm. 315, 1949.
dicetak pada fenis putitr Oan kemudian dilekatkan pada foto asli. Biasanya Marsik, Z; Use of Rectifield Photographs and Dirferentially Rectifield Pho-
juga diperlukan informasi tambahan lainnya seperti 8ar1s srjd dan anotasi tographs for Photo Maps, Canadian Surveyor, vol. 25, hlm. 567, 1971.
ieirpat Oan perwujudan penting. Seperti disajikan pada Cambar 10.8' garis Meyer, D.: Mosaics You Can Make, Photogrammetic Engineering, vol. 28, no.
tinggi dapaipula digamUarkan padanya. Bila pada peta foto atau-mosaik itu I, hlm. 167, 1962.
ai*iikanketirangan tenung skala, sebaiknya disajikan secara grafik sehingga Morand4 P. B.: A Study of the Propagation of Errors in a Simplified Photographic
selalu berlaku bagi berbagai ukuran reproduksi. Mosaic, Photogrammetric Engineerlng, vol. 26, no. 4, hlm. 582, 1960.
Reproduksi peta foto atau mosaik dapat merupakan sebuah proses yang Rosenfiel4 G. H.: The Accuracy of Mosaics, Photogrammetic Engineering, vol.
terdiri dari dua tahap, yaitu: (1) memotret peta foto atau mosaik asli dengan 21, no.5, hlm. 670, 1955.
kamera untuk memperoleh negatif, dan (2) produksi cetakan dari negatif. Ik-
mera yang digunakan untuk membuat 'copy' (copy camera) yang digunakan
pada titrap t Ueruturan besar, kadang-kadang dengan lidang fokal.berukuran 4 SOAL
i,afi Uu.lur sangkar. Kamera copy biasanya dilengkapi dengan sebuah bidang
berengjel untul menempatkan objek yang harus dipotret. Bidang berengsel 10.1 Jolaskan keunggulan dan keterbatasan peta foto dan mosaik udara bila
dapat?imiringkan terhadap sumbu optik lensa kamera, suatu cara kerja yang dibanding dengan peta garis dan simbol konvensional.
penting di dalam rektifikaai. Akan tetapi, untuk memotret peta foto atau mo- 10.2 Sebutkan beberapa kegunaan peta foto dan mosaik udara.
iait, uioang berengsel harus tegak lurus terhadap sumbu optik. Pada umum- 10.3 Sebutkan dan jelaskan berbagai jenis mosaik.
nya'fure.icopy dipasang pada penyangga yang dapat digerakkan sehingga 10.4 Apakah yang dimaksud dengan mosaik indeks dan apa kegunaanya?
jarak objek mririatr aiuUatr.-gidang fokal kamera ini dapat pula duerakkan 10.5 Jelaskan metode "garis asimut" untuk menyusun mosaik. Mengapa meto-
iehubungan dengan lensa sehingga formula lensa, yaitu Persamaan 2.8, dapat de ini bermanfaat?
terpenuhi bagi berbagai jarak objek. f 0.6 Sebuah peta foto akan dibuat dengan memperbesar foto udara berukuran 9
' Sepl;h mosaik Oipotret dan negatifnya dikembangkan, reproduksinya inci bujur sangkar menjadi berukuran 30 inci bujur sangkar. Bila untuk pe-
<lapat dilaksanakan dengan satu di antala beberapa cara. Ji!3 hanya dikehendaki
() motretannya digunakan pesawat Lear jet dengan panjang fokus kamera
sej'umlah kecil copy, metode reproduksi trnpa tinta bersifat paling ekonomik' sebesar 6 inci pada ketinggian 50.000 kaki di atas tanah, berapakah skala
UitoOe ini meruflakan reproduksi fotografik (memotretkan kertas foto yang peta foto yang akan dihasilkan, dan berapakah luas daerah yang terliput?
peka sinar me6ui negadt dan kemudian mengembangkan positif di dalam I 0.7 Sebuah mosaik yang berfungsi sebagai substitusi peta untuk menentukan
dilakukan di dalam
iror"r kamar gelap). Proses tanpa tinta lainnya banyakpositif halftone yang
lokasi gedung keperluan umum akan dibuat dengan cetak kontak. Cetakan
pros"r ozalid.Tadicara kerja ini, cetakan dibuat dari akan dibuat dari negatif yang diponet dengan panjang fokus kamera
i"m airiupt* dari negatif asli (lihat Butir 3.13). Jika dikehendaki sejumlah
!
2U

sehsar 12 inci. Jika lubang buetsn manusia berdiameter 30 inci harus BAB
tergambar pada mosaik dengan diameter 0,5 mm, berapakah tinggi ter- 11
bang di etas Permukaan tanah rata-rata untuk pemotretan itu?
10.8 Seperti Soal 10.7, tetapi panjang fokus kamera sebesar 6 inci, dan jalan
t"I,.b.. 24 kali harus tampak selebar 0,10 inci pada mosaik yang diha- FOTO SENDENG
silkan.
{) ll

10.9 Sebuah mosaik akan dibuat dengan penyesuaian gambar foto dengan
objek yang tampak pada peta USGS dengan bujur sangkar 7'5 menit'
Bila mosaik itu dibuat melalui cetak kontak dengan kamera udara yang
panjang fokusnya 8,25 inci, berapakah tinggi terbang di atas permukaan
tanah rata-rata untuk memperoleh foto yang paling sesuai bagi peta
tersebut?
10 .1 0 Sebuah mosaik akan dibuat dari tiga jalur foto udara yang saling
bertampalan. Foto tersebut akan dibuat dengan kamera yang panjang
fokusnya sebesar 6 inci, dari ketinggian terbang 4'500 kaki di atas
permukaan tanah rata-rata, dan tampalan depan serta tampalan samping I1.I PENGANTAR
masing-masing sebesar 6OVo dan 3O4o. Tiap jalur akan terdiri dari l2
foto. Berapakah skala mosaik yang akan dihasilkan, dan berapakah luas
daerah medan yang terliput oleh mosaik ini?
Dengan tabung level dan peralatan stabilitas lain, pada prakteknya di-
{'p mungkinkan untuk memperoleh sumbu optik kamera benar-benar tegak.
Kemiringan pesawat terbang yang tak terhindarkan menyebabkan foto diporet
dengan sumbu kamera agak miring dari garis tegak. Foto yang dibuahkannya
disebut/alo sendeng (tilted photograph). Bila dikehendaki foto tegak, besar-
nya kesendengan sumbu optik terhadap garis tegak biasanya kurang dari lo
dan jarang melebihi 3o.
Ada enam parameter bebas yang disebut unsur orientasi /uar (elements
of exterior orientation) yang menyatakan posisi spasial dan orientasi sudut
(angular orientation) bagi foto sendeng. Posisi spasial pada umumnya
dinyatakan dengan Xt, Yt, dan Zy, tiga koordinat dimensional bagi stasiun
pemotretan dalam sistem koordinat medan, Zpbiasanya disebut ly', tinggi
terbang di atas datum. Orientasi sudut ialah jumlah dan arah kesendengan
dalam foto. Tiga sudut dipandang cukup untuk menyatakan orientasi sudut.
Pada buku ini dijelaskan dua sistem yang berbeda, yaitu: (l) sistem
kesendengan putaran asimut ftilt swing azimuth) (t s
t) fi - -
o), dan (2) sistem omega phi
-
kappa (to
-
r) (omega phi - -
0
-
kappa system). Sistem omega
-
phi
- - - -
kappa memiliki keunggulan tertentu
- -
dalam perhitungan bila dibanding dengan sistem kesendengan putaran
-
asimut. Oleh karena itu sistem ini lebih banyak digunakan. Akan tetapi,
-
sistem kesendengan putaran asimut lebih mudah dimengerti. Oleh
- -
karena itulah maka siltem ini dibincangkan lebih dahulu.
286 287

II.2 ORIENTASI SUDUT DALAM KESENDENGAN, PU. bu optik kamera. Perpanjangan garis Lo memotong medan pada P-8, yaitu
TARAN DAN ASIMUT titik utama medan, dan memotong bidang datum pada P6, yaitu titik utama
datum.salah satu orientasi sudut iatah kesendengan, merupakan sudut , atau
Pada Gambar 11.1 disajikan sebuah foto sendeng dan digambarkan pa- nLo anlara sumbu optik kamera dan garis tegak Ln. Sudut kesendengan
rameter orientasi sudut kesendengan - pucaran - asimut. Pada gambar itu, L menrpakan besaran kesendengan foto.
merupakan stasiun pernotretan dan o merupakan titik utama foto positif.In
(r 'Bidang tegak Lno disebut lridan g utarut (principal plane)' Garis perpo-
ialah garis vertikal di mana n merupakan titik nadir fotografik yang terjadi tongannya dengan bidang fotri terjadi di sepanjang garis no- yqg. disebut garis
pada tempat garis vertikal memotong bidang foto. Perpanjangan Ln memo- utoino. iosisi garis utama pada foto terhadap sistem surnbu fidusial rujukan
tong permukaan tanah pada N* yutrt titik nadir medan Garis itu rnemotong dinyaAkan dengan s,sudgt-putaron (swing).'?utialan" diartikan sebagai sudut
permukaan datum pada N7, yaitu titik nadir datum. Garis Lo merupakan sum- p.,iu UiAung foio yang diuliur searatr dengan jarum jam, dari sumbu y_positif
t. le arah Uawatr atau u;ung nadir garis utama, seperti disajikan pada. Gambar
Garis utama
ll.t. Sudut putaran menyatakan arah kesendengan pada foto. Nilainya ber-
kisar dari 0o hingga 360".
Parameter orientasi sudut yang ketiga, yaitu o ataa asimut, menyata-
kan orientasi bidang utama terhadap sistem sumbu rujukal m99n. Asimut
ialah sudut yang diukur searah jarum jam dari sumbu medan Y (umumnya
utara) ke garis utama datum,Napa. Sudut ini diukur pada bidang datum atau
Bidang utama pada bidang sejajar bidang datum, dengan kisaran nilai dari 0o hingga 360o.
Sumbu optik
tiga suauifeiendengan, putaran, dan asimut, secara penuh menentukan
orilnmsi sudut secart spasial bagi foto sendeng. Bila sudut kesendengan
sebesar nol, fotonya tegak. Dengan demikian maka foto tegak merupakan
sebuah kasus khusus foto yang mengalami kesendengan pada umumnya. Bagi
foto tegak, putaran dan asimut sulit ditemukan.
lYertikat
I1.3 SISTEM KOORDINAT BANTU FOTO SENDENG
Di dalam sistem kesendengan 'putaran ' asimut, untuk perhitungan
tertrentu diperlukan penggunaan sistem koordinat fotografik rektanggular x y'
sebagai alit bantu. Sepeni Ercermin pada gambar I1.24, sistem ini berpang-
kal iada titik nadir foiografik n dan sumbu y'-nya yang ElTpit dengan garis
utama (positif pda arali nke o). Arah positif .r' sebesar 90o dari positif y', de-
ngan aratr jaru-m jam. Dalam mengatasi kesendengan foto-dengan sistem ke-
sindengan - putaran - asimut, biasanya koordinat foto mula-mula diukur de-
ngan si-stem koordinat fidusial seperti yang dijelaskan pada Butir 5.2 dan
kJmudian diubah secara numerik ke sistem bantu (auxiliary system).
r) Bagi sembarang titik pada foto sendeng, konversi dari sistem fidusial
.ry ke sistem kesendengan r'y' memerlukan: (l) sebuah putaran mengitari
titik utama dengan sudut 0, dan (2) penerjemahan asal dari o ke z. Sudut
putaran 0 ditentukan sebagai berikut:
Gambar 11.1 Geometri foto sendeng yang mencerminkan orientasi sudut
0=s-180o (11.1)
kesendengan - putaran - asimut.
Koordinat titlk gambar 4 setelah putaran ialah xo' dan ya" seperti ter-
289

kin besar bila jaraknya semakin kecil, dan sebaliknya. Bagi foto tegak, va-
riasi jarak objek hanya disebabkan oleh relief topografik. Pada foto sendeng,
variasi reliefjuga menyebabkan perubahan skala, akan tetapi skala pada ber-
bagai bagian foto lebih dipengaruhi oleh besar sudut dan arah kesendengan.
Gambar 11.3a mencerminkan bidang utama sebuah foto yang mengalami
kesendengan, diporet di atas daerah datar dengan petak-petak bujur sangkar.
Gambar 11.3b mencerminkan kenampakan petak-petak bujur sangkar pada
foto yang dibuahkan. Dengan terjadinya kesendengan, jarak objek LA pada
Gambar 11.3a lebih pendek dari jarak objek LB. Oleh karena itu maka garis
petak bujur sangkar di dekat A tampak lebih besar (dengan skala lebih besar)
daripada garis petak bujur sangkar dekat B. Hal ini dilukiskan pada Gambar
I1.3b, di mana jarak foto d1 tampak lebih panjang daripada iwak foto d2,
meskipun keduanya sama panjang di medan.
ry.x.,,
d2
I

a d,
(a) (b)

Gembar 11.2. (a) Sistem koordinat gambar r'y' sebagai alat bantu bagi foto (bt
sendeng (D) Bidang utama sebuah foto sendeng.

cermin pada Gambar I1.2a. Koordinat ini dihitung dengan persarnilln berikut: Gambar 11.3 (a) Bidang utama foto sendeng yang dipotret di atas medan datar,
(D) Gambar pada foro sendeng atas daerah dengan petak-petak bujur sangkar.
Xa' = xa cos 0 sin 0
-y,
!a" =xasin0-y, sin0 Skala di sembarang titik pada foto sendeng dapat langsung dihitung
Komponen dua persamaan putaran di atas disajikan pada Gambar bila diketahui kesendengan dan putaran bagi foto itu serta ketinggian titik itu.
I1.2a. Koordinat bantu ya' diperoleh dengan menambahkan jarak terjemahan Gambar ll.4 melukiskan foto yang mengalami kesendengan yang dipotret
onkeyo".Berdasarkan Gambar ll.Zb yang merupakan tampak samping dari ketinggian l/ di atas datum. Lo merupakan panjang fokus kamera.
bidang utama, jarak on ialah/tan r. Oleh karena itu maka koordinat suatu Gambar titik objek / tampak di a pada foto sendeng dan koordinat fotonya
titik yang diperlukan dalam sistem koordinat bantu ialah: pada sistem bantu koordinat foto sendeng ialahxo'dan yo'. Ketinggian objek
xa' = xacos 0 sin 0 A di atas datum ialah },a. Bidang objek AA KA" merupakan bidang mendatar
-yo
ya
yang dibentuk sejauh lt4 di atas datum. Bidang gambar aa'kk' iuga dibentuk
!a' = xasin 0 + cos 0 +/tan r (11.2)
secara mendaar. Hubungan skala antara dua bidang sejajar itu ialah skala foto
sendeng pada titik a,karena bidang gambar mengandung titik gambar a dan
II.4. SKALA FOTO SENDENG bidang objek mengandung titik objek A. Hubungan skala merupakan
perbandingan jarak foto aa'terhadapjarak medan M', yartg dapat-diambil
Telah diutarakan pada Bab 6 bahwa variasi skala pada foto tegak meru- berdasarkan segitiga sebangun La'a dan LA'A, dmt Lka' dan LKA'sebagai
\
pakan variasijarak objek fiarak dari karnera ke permukaan tanah). Skala sema- berikut:
290 291

4,=+4'--=U
soa-= AA,- LA,- LK @) Denganpersamaan 11.3,
6,00/0,99905 L,2l (0,04362) 5.953 inci I inci
tetapi Sa= - =_=
8.200
- 1.435 6.765 kaki 1.140 kaki
I*=Ln-kn= f
cos , -y-'sinr.
11.5 KOORDINAT MEDAN FOTO SENDENG
juga
Bagi foto fng dikeahui kesendengan dan putarannya, koordinat medan
Lk=H-he sembarang titik yang tergambar pada foto dapat dihitung apabila ketinggian
Dengan subslitusi Lk dan L,K ke (a) dan menghilangkan subslcip, tempatnya diketahui. Koordinat medan dihitung dengan sistem koordinat rek-
tangguler khusus seperti yang disajikan pada Gambar 11.4. Pada sistem ini,
- f/cos t v'sin , pangkal sumbu terletak pada titik nadir datum, dan sumbu X' dan Y' pada
e' -
H-h
(11.3)
bidang tegak yang sama dan masing-masing positif pada arah sama seperti
sumbu bantu foto x' dany'. Dengan sifat sebanding pada segitiga LKA" dan
Di dalam Persamaan 11.3, S ialah skala pada sebuah foto sendeng Lkk'.
untuk sembarang titik yang ketinggiannya sebesar ft di atas datum. Tinggi KA" LK
terbang di atas datum sebesar H,f ialah panjang fokus kamera, dan y'ialah kk' =Lk
(b)
koordinat titik dalam sistem bantu yang dihitung dengan Persamaan 11.2.
Dengan KA" =XA',LK = ft h6kk'= xa'dan Lft=flcos t yo'
Bila/dan y' dinyatakan dengan unit inci bila I/ dan /r dalam kaki, maka - -
perbandingan skala diperoleh dengan inci per kaki. Skala ini dapat pula sin t yang disubstitusikan
pada persamaan (b), dan dengan meniadakan
dinyatakan dengan perbandingan tanpa dimensi. Pengkajian atas Persamaan subskrip, diperoleh persama:rn berikut bagi koordinasi X'untuk sembarang
ll.3 menunjukkan bahwa skala semakin besar bila ketinggian tempat titik pada foto sendeng.
semakin besar. Bila foto itu menggambarkan daerah datar, maka lr tetap tetapi
skala di seluruh foto teap bervariasi sehubungan dengan variasi y'. x'=(^fff,,,,),' (11.4)

Contoh I l.l Juga, bagi segitiga sebangun LKA' dan Lka',

Sebuah foto yang mengalami kemiringan dipotret dengan panjang KA' LK


fokus kamera sebesar 6 inci (152,4 mm) dengan tinggi terbang 8.200 kaki di r"'=* (c)

atas datum. Kesendengan dan puaran masing-masing sebesar 2o30"dan 218o. Dengan KA' = YA',txA' = )a' cos t, LK = lt
Tinggi titik A 1.435 kaki di atas datum, dan koordinat gambar menurut sis' - h4 kk' = xa' dAn Lk =
flcos t - !a'sin t yang disubstitusikan pada persamaan (c), dan dengan
tem sumbu fidusiat ialah .ra =
-2,85
inci dan h
= 3A3 inci. Berapakah meniadakan subskrip, diperoleh pe$amaan berikut bagi koordinasi Y'untuk
skalapada titik a? sembarang titik pada foto sendeng.

lonafui f'= ( H-h


Dengan Persamaan 11.1,
flcost-y'sin , )v'*' ' (11;5)

0= s-
l80o = 2l8o
- l80o = 38o Pada Persamaan 11.4 dan 11.5,X'dan f ialah koordinat medan sem-
Dengan persamaan I1.2, barang titik yang tergambar pada foto sendeng dengan semua istilah seperti
!a' *
-l,2l2,85
(0,61565) + 3A9 (0,78801) + 6,00 (0,04366) yang telah dijelaskan sebelum ini. Berdasarkan koordinat medan X'danY'
= inci. dapat dihitung jarak jiris, sudut, dan daerah. Koordinat medan yang dihitung
292 293

dengan Persamaan 11.4 dan 11.5 ialah sistem koordinat sembarang seperti
yang tetah dijelaskan sebelumnya. Akan tetapi, bila koordinat dua titik kon-
trol atau lebih juga diketahui dalam sistem koordinat medan absolut (misal-
nya sistem koordinat bidang yang digunakan untuk Amerika serikat), maka
semua titik dapat diubah dari sistem sembarang ke sistem absolut dehgan
menggunakan persamaan transformasi koordinat seperti yang dijelaskan pada
Butir B.2 Lampiran B.

Contoh 11.2
Misalkan gambar b dari titik objek lain,8, tampak pada foto yang
mengalami kesendengan pada Contoh ll.l, dan koordinat foto terukur
menurut sistem fidusial ialah xb = 3,09 inci dan lb = inci. Ketinggi-
-1,78 \
an I ialah 1.587 kaki di atas datum. Hitunglah koordinat medan A dan B dan
jarak mendatarAB.
\\
Jwafun \
Dengan Persamaan 11.2
xa' = (0,78801) 3 A3 (0,61566) = 4,358 inci \
-2,85 - -
xb' = 3,09 (0,78801) + 1,78 (0,61566) = 3,531 inci
!b'= 3,W (0,61566) 1,78 (0,78801) + 6,00 (0,04366) = 0,762 inci
- ll.l).
!a'= 1,210 inci (dari Contoh

Dengan persamaan 11.4 dan I1.5


(8.200 1.435X- 4,358) 29.4819 inci
XA'=-=- - = -4.952
6,00/0,99905 1,210(0,0/362) 5,953 kaki kaki
-
(8.200 1.587) 3,531 23.350,5 inci
XB'= - =- = 3.9l0kaki
6,00/0,99905 A,7 62(0,M362) 5,972kaki
-
(8.200 1.435) 1,210(0,99905) 8.177,8 inci Gambar 11.4 Skala foto sendeng dan sistem koordinat medan.
YA'= - =- = l.374kaki
6,00/0,99905 1,210(0,u3a) 5,953 kaki
- Berdasarkan kmrdinat ini dapat diperoleh panjang /.8, dengan menggu-
nakan teori Pitagoras berikut:
(8.200 1.587) 0,762(0,99905) 5.034,3 inci
YB'= - =- = 843kaki
6,00/0,99905 0,7 62(0,U362) 5,972 kaki
AB = =8.878 kaki
-
294 295

11.5 PERGESERAN LETAK OLEH RELIEF PADA FOTO sendeng. tegak lurus terhadap Saris utama dan melalui isosenter, disebut
SENDENG sumbu kesendengan, yang disajikan pada Gambar I 1.7. Sumbu kesendengan
ialah garis pcrpotongan bidang foto sendeng dan bidang foto tegak ekivalen.
Pergeseran letak gambar oleh relief topografik pada foto sendeng terjadi Oleh karena itu semua gambar di sepanjang garis ini memiliki dua posisi
sangat mirip dengan pada foto tegak. Pada Gambar ll.5 , a ialah gambar titik yang sama, yaitu pada foto sendeng maupun pada foto tegak ekivalen. Pada
objekA. TitikA'terletak dalam bidang datum tegak lurus di bawah A, dan a' (l
semua lokasi lain dalam foto yang mengalami kesendengan posisi gambar
menrpakan posisi fotografik teoretik. Juak aa'ialah pergeseran letak gambar herbcda dcngan posisinya pad.r foto tegak ekivalen.
titik A oleh relief. Berdasarkan ilmu ukur, dua bidang akan berpotongan Pcrgeseran letak oleh kesendengan ialah jarak radial dari isosenter ke
sepanjang satu garis lurus. Bidang LA"NaA'A dan bidang foto berpotongan suatu gambar pada foto tegak ekivalen dikurangi jarak radial dari isosenter ke
sepanjang garis na. Bidang LA"Na A'A dan LNdA'merupakan bidang tegak gambar itu pada foto sendeng. Pada Gambar 11.6, a merupakan gambar titik
yang berimpit karena keduanya mengandung garis tegak LA"N1.Oleh karena medan A pad.l foto sendeng; gambar itu sehanrsnya terletak di a 'pada foto
itu bidang LN dA' memotong bidang foto di sepanjang garis na' . Garis na ber- )-- \\r
impit dengan na'sehingga aa'terbtakpada garis radial dan n. Arti pentingnya
yang dijelaskan sebelum fun ialah pergeseran letak pada foto sendeng teriadi di
sepanjang garis radial dari titik nadir.Pergeseran letak pada foto yang benar-
benar tegak juga radial dari titik nadir, akan tetapi dalam kasus khusus di
mana titik nadir berimpit dengan titik utama.
Pada foto sendeng, pergeseran letak gambar oleh relief tergantung pada
ketinggian terbang, tinggi objek, besarnya kesendengan, dan lokasi titik pada
foto. Pergeseran letak oleh relief sebesar nol bagi gambar yang terletak pada
titik nadir, dan Semakin besar sesuai dengan jarak radial dari titik nadir.
Seperti dijelaskan pada Butir I 1.1, foto sendeng ialah foto yang diren-
canakan tegak, tetapi yang terpaksa mengalami kesendengan yang tak dapat
dihindarkan. Oleh karena itu pada prakteknya foto sendeng sangat mendekati
tegak sehingga titik nadir pada umumnya sangat dekat dengan titik utama.
Bahkan bagi foto sendeng dengan kesendengan 3o yang dibuat dengan panjang
fokus kamera 6 inci, jarak on hanya sekitar 0,3 inci (8 mm). Oleh karena itu,
pergeseran letak oleh relief pada foto sendeng dapat dihitung dengan ketelitian
hasil yang memuaskan dengan menggunakan Persamaan 6.11 yang biasa
digunakan untuk foto tegak. Bila digunakan persama:rn ini maka jarak radial r
diukur dari titik utama, meskipun secara teoretik jarak ilu harus diukur dari
titik nadir.

11.7 PERGESERAN LETAK OLEH KESENDENGAN


Gambar 11.6 melukiskan bidang utama foto sendeng yang dibuat dari
stasiun pemotretan L.Pada gambar itu juga ditunjukkan bida4g *baahfoto
tegak ekivalen. Foto tegak ekivalen ialah foto imajiner yang benar-benar
tegak dan dibuat dengan kamera yang sama rata dari stasiun pemotretan yang
sama dengan foto sendeng. Garis yang membagi dua sudut kesendengan Gamber llJ Pergercran letak oleh relief pada foto sendeng
memotong bidang folo sendeng pada titik i, disebut isosenter. Garis pada foto
296

Bidang foto tegak


ekivalen
(r
"rry
c,6:/'

Permukaan
* 7'tanah

Gambar 11.6 Pergeseran letak oleh kesendengan pada bidang utama sebuah foto
sendeng.

tegak ekivalen. Titik a" terletak pada bidang foto tegak ekivalen sehinggaja-
rak ia = ia" . Dalarr, keadaan demikian maka pergeseran letak oleh kesendengan
sebeMr dto,yangbesarnya sama dengan ia'dikurangi ia". Oleh karena itu tan- Gambar 11.7 Jarak radial r; dan nilai sudut, untuk digunakan dalam Persamaan
da aljabarnya negatif. Sejalan dengan itu maka gambar titik medan_B le.rdapat rt.7
padab dan'b"masing-masing pada foto sendeng dan pada foto tegak ekivalen.
irergeseran letak oleh kesendengannya sebesar dt6, ywrg besarnya sama de- bidang foto yang diukur searah jarum jam, dari ujung positif garis utama ke
ngan ib'dikurangi ib';.Tanda aljabarnya positif. Dari perbincangan ini jelas garis iadial dari isosenter ke titik gambar. Dengan demikian maka nilai sudut
bitrwa gambar pada foto sendeng tergeser ke arah dalam dari posisinya pada ini berkisar dari 0'hingga 360o. Gambar ll.7 melukiskan r; dan l, bagi dua
foto tegak ekivalen bila gambar itu terdapat di atas sumbu kesendengan, dan titik a dan b. Tanda aljabar r; selalu positif. Unit dt sama dengan unit bagi r;
ke arah luar bila letaknya di bawah sumbu kesendengan. Pergeseran letak ke dan/. Tanda aljabar dt yang benar tidak diperoleh secara otomatis dalam Persa-
arah dalam juga disebut positif dan pergeseran ke arah luar disebut negatif. maan 11.7, tetapi nilai positif bila terletak di atas sumbu kesendengan dan
Pergeseran letak tetap terjadi meskipun foto itu menggambarkan daerah datar. negatif bila terletak di bawahnya. Bila nilai )u = 90o atau 270o, yang terjadi
Besamya pergeseran letak oleh kesendengan bagi sembarang titik pada bili titik itu terletak di sepanjang sumbu kesendengan, pembilang Persamaan
foto sendeng dapat dinyatakan dengan ll.7 menjadi nol sehingga dt iuga nol. HaI ini secara logis terjadi bila foto
yang mengalami kesendengan dan foto tegak ekivalennya berimpit sepanjang
(r;)2 sin , cos2 I
dt= (l r.7) sumbu kesendengan.
f- (ri\ sin , cos I
dt ialah besarnya pergeseran letak oleh kesen-
Contoh ll.3
Pada Persamaan 11.7,
dengan, r;idahjarak radial dari isosenter ke titik gambar, / ialah panjang Sebuah foto dqngan kesendengan 3"0' dipotret dengan panjang fokus
fokus kamera, t merupakan sudut kesendengan, dan 1, merupakan sudut pada kamera sebesar 152 mlm. Jarak radial dari isosenter terhadap satu titik gambar
t
298 299

tertentu di suatu daerah yang terletak di atas sumbu kesendengan terukur


sebesar 105 mm. Sudut searah jarum jam antara garis utama dan garis radial
dari isosenter ke titik tersebut sebesar 40'00'. Berapakah pergeseran letak oleh
kesendengan bagi gambar tersebut?

('
Jawoban '*
Dengan menggunakan Persamaan ll.7
. fl0s)2(0.0523x0.7660)2
d'=ffi=f2l'Jrlffi

Catalan:
Untuk sudut L antara 0" dan 90o serta antua270" dan 360o, titik terse-
but terletak di atas sumbu kesendengan dan pergeseran letak oleh kesendengan I

bertanda positif.

il
11.E ORIENTASI SUDUT DALAM OMEGA, PHI DAN KAP' 1l

PA ll
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, di samping sistem kesendengan
putaran asimut, orientasi sudut bagi foto sendeng dapat pula dinyatakan
- -
dengan tiga sudut putaran (rotation angle), yaittt omega, phi, dut kappa.Tiga
sudut ini secara unik menentukan hubungan kesudutan (angular relationship)
antara tiga sumbu sistem koordinat foto sendeng (gambar) dan tiga sumbu
sistem koordinat medan (objek).
Gambar ll.8 melukiskan sebuah foto sendeng dalam ruang. Sistem
koordinat medannya ialah XYZ. Sistem koordinat foto sendeng ialah xyz Gambar ll.8 Orientasi foto sendeng dalam sistem omega' phi' kappa
(digambarkan dengan garis putus), dan pangkal sumbunya pada stasiun
pemotretan L. Perhatikan sebuah sistem koordinat gambar x'y'z' yang iuga bu baru yutux2X2z2. Seperti tercermin pada Gambar ll.9c, putaran ketiga
berpangkal pada L dan dengan sumbu yang bersangkutan sejajar terhadap dan terakhir yang terjadi mengitari sumbu z2 dengan sudut kappa. Putaran
sumbu iistem koordinat medannya, seperti tercermin pada Gambar I 1.8. Se- ketiga ini menciptakan sistem koordinat ryz yang merupakan sistem gambar
bagai akibat tiga putaran yang benrutan melalui sudtt omega, ph! Ctutr, kappa, fotografik. Persamaan yang menyatat'an tigapularan ini dikembangkan dalam
sistem sumbu x'y'z' dapat dibuat berimpit dengan sistem fotografik ry2. Tiap Butir 8.7 Lampiran B.
putaran sudut omega, phi, dan kappa dipandang positif bila berlawanan Bagi tiap foto sendeng, ada serangkaian sudut omega, phi, dan kappa
dengan arah jarum;am, jika dilihat dari ujung posifrf sumbu putaran. yang unik yang secara eksplisit menentukan orienlasi kesudutan bagi foto ter-
Urutan tiga putaran ilu disajikan pada Gambar I1.9. Putaran pertama, sebut terhadap sistem koordinat rujukan medan. Tiga sudut ini dihubungkan
seperti tercermin pada Gambar 11.9a, mengitari sumbu.r'dengan sudut ome- dengan sudut kesendengan, putaran (swing), dan asimut yang lebih dijelaskan
ga. Putaran pertama ini menciptakan sebuah sistem sumbu xytztyangba- sebelumnya- Bila salah satu di antara rangkaian tiga sudut orientasi bagi sem'
nr. Phi yang merupakan putaran kedua mengitari sumbu )1, seperti tercermin barang foto diketaht, sudut lainnya dapat ditentukan dengan cara yang dije-
pada Gambar I 1.9b. Sebagai akibat pttzran phi terbentuk sebuah sistem sum- laskan pada Butir C.8 I-ampiran C. Di dalam sistem omega phi kappa,
- -
t
301
300
lukan gambar fotografik paling sedikit tiga titik kontrol yang koordinat me'
dan X, Y, dan Z-nya diketatrui. Panjang fokus kamera terkalibrasi juga harus
diketahui. Sebagian besar cara kerjanya bersifat pengulangan (iterative), yaitu,
suatu pemecahan diperoleh dengan melakukan koreksi berulang kali terhadap
nilai yang diasumsikan bagi unsur yang tidak diketahui. Semua metode untuk
d) (r menentukan unsur orientasi luar merupakan metode yang panjang' Akan teta-
pi, bila digunakan cara kerja numerik yang diprogram untuk komputer, dapat
diperoleh pemecahan dengan mudah.
Di dalam buku ini dibincangkan tiga metode untuk menentukan unsur
orientasi luar, yaitu: (l) metode titik-skala Anderson, (2) metode Church, dan
(3) metode reseksi keruangan dengan kolinearitas (collinearity). Mahasiswa
yang tertarik untuk mempelajari metode lain atau untuk memperoleh kerinci-
an lanjut tentang tiga metode yang disajikan di sini, dipersilakan membaca
rujukan yang disajikan pada akhir bab ini.

r1.10 METODE TITIK.SKALA ANDERSON


Metode titik-skala Anderson pada dasarnya merupakan cara grafik un-
tuk menentukan kesendengan, putaran, dan tinggi terbang bagi foto sendeng.
t Metode ini hanya memerlukan matematika sederhana' Bila kesendengan,
!' putaran, dan tinggi terbang telah ditentukan, sisa tiga unsur orientasi luar
lainnya dapat dihitung. Metode titik-skala Anderson tak dapat digunakan bagi
foto sendeng yang parah. Karena merupakan metode grafik, ketelitian yang
dapat dicapai dengan metode ini juga terbatas. Sejak munculnya komputer,
mCtode titik-skala Anderson kurang berarti lagi. Oleh karena itu metode ini
hanya dibincangkan secara ringkas di sini.
(c) Di dalam metode titik-skala Anderson diperlukan tiga garis kontrol
yang tergambar pada foto kesendengannya akan ditentukan. Konfigurasi kon-
trol yang ekonomik dan memenuhi kriteria ialah segitiga besar yang mende-
kati sama sisi. Pergeseran letak oleh relief terhadap "datum foto" tertentu (da-
Gambar 11.9 (a) Putaran sumbu .x dengan sudut omega. (D) Putaran pada
rum bebas yang dipilih pada ketinggian terendah titik kontrol tersebut) dihi-
sumbu y, dengan sudut phi'(c) Putaran pada sumbu z, dengan sudut kappa'
tung bagi semua titik kontrol. Untuk perhitungan ini diasumsikan, bahwa fo-
putaran asimut, posisi keruangan
tonya tegak, digunakan persamaan pergeseran letak oleh relief (6.11), dan
seperti halnya sistem kesendengan jarak radial r dihitung dafi titik utama" Posisi datumfotobagi gambar kontrol
-
sembarang foto ditentukan oleh koordinat
-
stasiun pemotretan XuYtdanZp
rf kemudian digambarkan letaknya dengan menempatkannya menjauhi perge-
(ataul0. seran letak oleh relief di sepanjang garis radial ke arah titik utama. Sta/a
dotumfoto bagi tiga garis itu selanju[rya dihitung berdasarkan perbandingan
jarak datum foto terukur dengan jarak medannya. Karena semua titik gambar
1I.9 PENENTUAN UNSUR ORIENTASI LUAR ielah direduksi ke datum yang lazim, foto tersebut benar-benar tegak bila tiga
skala itu sama. Kalau tidak, berarti terjadi kesendengan pada foto itu.
Ada berbagai metode grafik maupun numerik untuk menentukan enam Arah dan besrnya kesendengan merupakan fungsi ukuran perbedaan
unsur orientasi luar bagi foto sendeng. Semua metode pada umumnya memer-
t
6

3U 303

skala tiga garis tersebut dan juga lokasi garis pada foto. Berdasarkan perbedaan
skala, cara grafik digunakan untuk menentukan kesendengan, putaran, dan
tinggi terbang. Cara kerja ini diperikan pada rujukan yang dicantumkan pada
akhir bab ini.

,l
1I.T1 METODE CHURCH
Almarhum Profesor Earl Church dari Universitas Syracuse mengem-
bangkan beberapa teknik untuk menghitung orientasi luar bagi foto sendeng.
Metode yang dibincangkan di sini ialah dua daripadanya, yaitu cara "reseksi
keruangan dan orientasi keruangan". Metode ini dapat digunakan bagi foto
condong maupun foto yang mendekati tegak. Metode Church dibincangkan
pada buku ini untuk menjelaskan kepada mahasiswa tentang suatu cara
perhitungan langsung atas orientasi sudut kesendengan, putaran, dan asimut
bagi foto sendeng.
Dua bagian metode Church terdiri dari: (l) menentukan ruang koordi-
nat medan bagi stasiun pemotretan, dan (2) menentukan unsur kesudutan bagi
orientasi. Pada Gambar I 1.10, gambar a, b, dan c bagi titik kontrol medan A,
I, dan C tampak pada positif foto sendeng. Sudut y, 6, dan 0 yang disajikan t
pada Gambar I l.l0 bertitik sudut pada L dan merupakan sudut dalam antara
garis LA, LB, dan LC. Menurut ilmu ukur analitik, kosinus sudut ini ialah:
t,r

COS|=
(x L-x i(X L-x s) + (Y y-Y s)V r-Y il + Qy-Z )( Z 7-Z B)
(LA)(LB)
(XL-Xil(XL-Xc) + (Yr-Yn)(r. Yd + Qr-ZilQr-Zc)
cos 6= (LA)(LC)
Gambar 11.10 Konf,rgurasi kontrol untuk menentukan unsur orintasi luar

r.-Xd$ r.-X i -Y i
cosB=
(X + (Y r
-YiU r
(LC\(LA\
+ Qr
-ZdGr -Zn't "or^r=UffiL
(r 1.8)
(l1.9)
(t-b\(Lc)
Di dalam Persamaan I1..8, X, Y, dan Z, ialah koordinat medan bagi
titik kontrol A, B , dan C dalam satuan kaki (atau meter) dan LA, LB , dan LC
ialah panjang garis dari stasirin pemotretan ke titik kontrolnya dalam kaki cost=Hfjffit-
(atau meter). Panjang garis dihitung sebagai:
Pada Persamaan 11.9, .r dan y merupakan koordinat terukur bagi
LA= ddlr sebagainya garnbar titik kontrol a, b, dan c,f ialah panjang fokus kamera, dan La, Lb,
danLc ialah jarak dad titik nodal kamera (stasiun pemotretan) ke titik
Nilai eksplisit bagi cos y, cos 6, dan cos p, lepas dari kesendengan gambamya. Jaraknya dihitung dengan to = dan seterusnya,
foto, dapat diperoleh sehubungan dengan panjang fokus dan koordinasi gam- ^fffi
dan unitnya'sama doogan unit koordinat foto dan panjang fokus.
bar foto dengan menggunakan persam:xrn geometri analitik yang sama:
304 305

Pada tiga Persamaan 8.1l, setelah menghitung cos T, cos 6, dan co-s p
dengan Persamaan 11.9, tinggal tiga unsur yang belum diketahui yaitu X1,
y1, danZT.Olehkarena itu persamaannya dapat dipecahkan secara sekaligus
untuk memperoleh posisi ruang bagi foto sendeng. Akan tetapi, Persamaan ay = At(X t X t) o + B3(X 7 Xc) o
1 1.8 bersifat nonlinier, oleh karena itu, harus dibuat linier. Untuk maksud ini ,) - -
digunakan teorema Taylor untuk pengubahan ke linier. Di dalam menggu- a32 = A3(Y 7 Y e)o + B3(Y 7 Y c)o
nakan teorema Taylor ini didahului oleh perkiraan (estimasi) X1o,Y;o. dan - -
ZTobagi koordinat stasiun pemotretan yang tidak diketahui, dan dihitung an = At(Zt Zt)o + fu(Zy Zdo
tu,ibrhon koreksi dXy, dY7, dan dZl pada perkiraan awal tersebut (teorema - -
Taylor untuk mengubah persamaan nonlinier menjadi persamaan linier ada di mana
pada tiap buku teks baku tentang kalkulus diferensial). Dengan menggunakan
ieorera Taylor untuk Persamaan I1.8, dan dengan penyusunan kembali,
diperoleh tiga persamaan linier ubahan berikut: o, =[,
-(#).o.p], dan 83 =['-(#)*',],
K1= ald)Q+ apdYy+ asdZp
dart
Kz= aztilL+ a22dY7+ aYdZT (ll.l0)
K3= a31dX7+ a32dY7+ avdZy
i
Kr = |(LA)(LB) cos I
- 6t -
(Zr-Zi(Zt-Zd)o
Xi(Xt Xil
- - Vr - Y iV t - Yo)

I -
K (istilah konstanta) ditentu-
Pada Persamaan 11.10, a (koefisien) dan l'. Xil6r
kan sebagai berikut (subskrip nol menunjukkan bahwa nilai perkiraan bagi Kz = I@B)(LC) cos 6
-
(Zt-Zil(Zt-Zd)o-
(&
- Xd
- Ut
- Yilgt - Yc)
Xt, Y u dan 27, digunakan di dalam penghitungan): -
h Xd6t - Xi -
= |&C)(LA) cos p - (Xt YdVt Ye)
- Xi o
a1 A{X y + B (X v Vr
=
- X a) o
(Zr-ZdQt-Zi)o- - -
ap = A1(Y y Y n)o + B {Y p
- Y io -
-
an = Ar(Zt Zilo + B {22 Zt), Persamaan ll.l0 terpecahkan untuk memperoleh koreksi dX7, dY;,
- -
di mana dandZT. Koreksi ini dilambahkan pada XLo,YLo,danZTo untuk memper-
baiki perkiraan tersebut, dan cara kerja ini diulang untuk menentukan koreksi
baru untuk ditambahkan pada perkiraan yang telah diperbaiki itu. Pengulang-
,l' =['-(#)'o"]. oun * =[' -(#)'o"]. I
an dilanjutkan hingga koreksinya dapat diabaikan. Semakin dekat nilai perki-
a. raan itu terhadap nilai sebenamya, pemecahannya akan semakin cepat tercapai.
j
Kalau perkiraannya dipilih dengan cermat, biasanya hanya diperlukan dua atau
azt = Az(X t- Xc) o + B2(Xp
- X s) o (X (r
tiga pengulangan. Bila fotonya mendekati tegak, perkiraan awal bagi X7, Y1,,
danZT langsung dapat diperoleh seperti dijelaskan pada Butir 11.12.
azz = Az(Y t Y c) o + B2(Y p Y s)o
Setelah bagian pertama metde Church terselesaikan, unsur sudut seba-
- -
liknya dapat ditentukan. Pernyataan bagi cosinus sudut nla, nLb, dan nLc
azt = Az(Zt Za) o + B 2(Zp Ze) o pada Gambar 11.10 yang dinyatakan dengan koordinat xndany, koordinat
- -
foto bagi tilik koqtrol, dan panjang fokus kamera ialah:
di mana
1
I
i

306 307

Di dalam Persamaan 11.13, hanya dua unsur yang tidak diketahui,


=lnrffilt
('
(c) cos ,L, yaitu.r, dan yr, dan keduanya dapat dicari dengan menyelesaikan pers:lmaan
tersebut secara sekaligus. Kemudian, seperti terlihat pada Gambar l1.l l, su-
(D) cos n76 -!!!ry!)Dtt !- (11.11) dutkesendengannYaialah:

,=*-[ryJ
{)l
(c)cos *r=!M (Lc)(Ln) (r L14)
@erhatikan bahwa Persamaan I 1.8, I I .9, dan I I .l I sama dan berasal
dari persamaan ilmu ukur analitik yang sama bagi kosinus suatu sudut antara
dua garis dalam ruang). Dengan diketahuinya Xt,YUdanZT, nilai eksplisit Dengan titik nadir ditempatkan pada kuadran seperti terlukis pada Gam-
bagi cosinus sudut nla, nLb, dan nLc dapat dihitung sebagai berikut (lihat bar ll.ll,sudutputaranjuga dapat dihitung sebagai berikut:
Gambar 11.10):
= l8oo * (ll.ls)
"r-, (t)
s
cos nLaJ# Ingat bahwa Persamaan I l.15 tidak lazim, dan mahasiswa harus mem-
perhatikan titik nadir terletak di kuadran mana untuk menentukan putaran
cos nLb =Zt# (r 1.12) dengan tepat. Unsur terakhir orientasi sudut ialah asimut titik utama. Pada
Gambar I I . 1 1, bidang /rwc dibentuk mendatar, sehingga garis cw tegak lurus
_ Zr._ Zc
nlc terhadap garis utama dan sejajar dengan x"'. Juga garis wt dan c,t tegak lurus
cos =_=Tc_ terhadap garis tegak Ln. Sudut horisontal Q" dihitung sebagai berikut:
I
Dengan menyusun kembali Persamaan I
menghitung Persamaan ll.lla ke I 1.1 lb,
l.l l,
menghapus Ln dengan
dan menghitung Persamaan
an
oc =ran-r (#) (l 1.16)
I l.l l, ke l 1.1 lc, dihasilkan dua persamaan: Pada Persamaan 11.16, xs' dany.' merupakan koordinat foto pada sis-

lr"_cosnta (tb) ru1- tem koordinat bantu foto sendeng yang dihitung dengan Persamaan 11.2.
Berdasarkan koordinasi medan stasiun pemotretan dan titik kontrol C, asimul
l(ta) )' cos nLb garis medan LC (lihat Gambar I l.l0) ialah:

*l ,.
l(La)
vo
cos nLa (tb) cos nLb
'.l.,

)'n

=ll(Lb) f' ntu- (l-a) f'


cos cos nLa
l
) (1 1.13)

l*o-r..l.nto (Lc) ntc


l(Lb) cos cos )' t) rf

.1ffi-#u7,^
=l[(tc) t' nrc- Qb) t'
cos cos nLb
1

) Gambar 11.11 Kesentengan putaran, dan asimut pada metode Church


{
308 309

dZy.lnimerupakan koreksi yang diterapkan bagi pendekaian awal, masing-


Azyg=*-,( #=*)
(11.17)
masing untuk omega, phi, kappa, XL, YL, dan Zp. Bentuk linier persamaan
Akhirnya, asimut garis utama, o, dihitung dengan: reselsi ruang kolinearitas bagi suatu titik ialah:
I
a=AzLC-0c (ll.18) vro = blrdro + bnd| + bsdr- builh.46dY7- b16dZ1+ J
Gambar I l.l0). (il.19)
@erhatikan sudut horisontal Q" pada bidang datum dalam
Dengan menggunakan titik konrol lain, dapat dilakukan cek terhadap
']l Vyo = b21da + b22dQ + b23dr
- b2adX;
-b25dY7 - b26dZ7 + K
asimut garis utama. Sebagai catatan akhirnya bagi metode Church, harus (l1.20)
digunakin tanda aljabar yang benar bagi semua koordinat foto dan koordinat Pada Persamaan 11.9 dan 11.20, istilah yang digunakan seperti yang
meOan yang digunakan di dalam persamaan itu. telah dijelaskan pada Butir C.4 Lampiran C. Dengan dua persamaan yang
mungkin bagi tiap titik kontrol, sejumlah enam persamaan diperoleh dari tiga
titik kontrol. Sistem persamaan ini diselesaikan secara serentak untuk enam
1I.12 RESEKSI RUANG DENGAN KOLINEARITAS (COL' koreksi yang tak diketahui, dan kemudian koreksi ini dirambahkan pada nilai
LINEARITY)
awal untuk memperoleh nilai yang direvisi. Penyelesaian ini dilakukan lagi
Metode reseksi ruang dengan kolinearitas merupakan metode lumerik dengan menggunakan nilai yang telah direvisi sebagai nilai taksiran awal, dan
murni yang secara serentakhenghasilkan enam unsur orientasi luar. Biasanya dihitung lagi koreksi baru. Cara ini diulang-ulang hingga angka koreksi dapat
nitai suduiomega, phi, dan kappa diperoleh dengan penyelesaian itu. Kesen- diabaikan.
dengan, putaran, dan asimut dapat juga diperoleh meskipun metode ini tidak Bila tersedia lebih dari tiga titik kontrol, maka jumlah persamiurn yang
teta[. Reseksi nrang dengan kolinearitas memungkinkan penggunaan ulang dapat disusun dan pemecahannya yang diperoleh dengan metode kuadrat
sejumlah titik kontrol medan. oleh karena itu dapat digunakan cara. perhi- terkecil lebih dari enam jumlahnya. Bila hanya tersedia enam titik konuol,
tungan kuadrat terkecil untuk menentukan nilai yang paling mungkin bagi enam persamaan yang disusun membuahkan penyelesaian unik hingga sisa
enair unsur itu. Meskipun perhitungannya panjang, cara kerja ini siap dipro- pada bagian kiri persamaan,Vro dan Vro, bernilai nol.
gram dengan komputei sehingga pertritungannya dapat dilakukan secara rutin. Setelah menyelesaikan persamaan kolinearitas berulang kali dan mem-
[.eseksi iuang dengan kolin-eari-tas merupakan metode yang lebih disukai peroleh nilai omega, phi, dan kappa, nilai kesendengan, putaran, dan asimut
untuk menentukan unsur orientasi hrar. (bila dikehendaki) dapat diperoleh. Cara konversi dari omega, phi, dan kappa
Reseksi ruang dengan kolinearitas meliputi formulasi yang disebut ke kesendengan, putaran, dan asimut (atau sebaliknya) diutarakan secara garis
persanuan kolinearitas (cb[inearity equation) untuk sejumlah titik kontrol besar pada Butir C.8, Lampiran C.
yang koordinat medannya X, Y, danZ diketahui dan yang gambamya tampak Penggunaan teorema Taylor untuk menyelesaikan kolinearitas memer-
paOi foto. Kemudian persamaan itu diselesaikan untuk enam unsur orientasi lukan pendekatan awal bagi semua unsur orientasi luar yang tak diketahui. Ini
iuar yang belum diketahui dan tampak pada foto. Persamaan sifat segaris me- dapat diperoleh dengan mudah bagi foto yang mendekati tegak, karena dapat
nyatakan kondisi bahwa bagi tiap foto maka stasiun pemoretan, sembarang diambil nol sebagai nilai awal bagi omega, dan phi. Dengan menggambarkan
tiiik dan gambarnya, semuanya terletak pada satu garis lurus. Gam_bar 10.10 arah utara medan pada foto, dapat ditaksir nilai kappa dengan ketelitian me-
melukiskin kondisi kolinearitas yang ada bagi masing-masing titik konfol madai dengan cara sederhana, yaitu dengan mengukur sudut dari utara medan
medan A, B,danC. ke sumbu pada y positif. Sudut yang berlawanan dengan arah jarum jam di-
Pen gemban gan matematik persamaan kondisi kolinearitas disaj ikan pandang positif. Pada Gambar I1.12 misalnya, berdasarkan koordinat medan
r)) tl
secara rinci pada Lampiran C. Persamaan dasamya bersifat nonlinier dan iiitik kontrol A dan C, arah utara dapat ditentukan dan digambarkan dari gam'
dilinierkan dlngan menggunakan teorema Taylor. Persamaan kolinearitas bar a titik kontrol A. Sebuah garis sejajar sumbu foto y juga digambar dari
dalam bentuk fifuer Persamaan C. 1 I dan C.l2 L,ampiran C) dapat diterapkan titik a dan diukur sudut kappa (berlawanan dengan arah jarum jam sehingga
bagi tiap kontrol medan. Akan tetapi, karena koordinat titik objek bagi tltik positif). Penyelesaian biasanya dapat diperoleh bila nilai awal bagi omega,
ko-ntrol-diketahui, maka yang tak diketahui yaitu dXgdY6,dandZ{ ptri, Oan kappa besarnya sekitar 10o. Harus diingat bahwa koreksi dtul,, d$, dan
berkurang pada Persamaan C.ll dan C.12, sehingga jumlah yang tak drpadaPersamaan.ll.lg dan 11.20 dalam unit radian dan oleh karenanya
diketahui-m-enyusut menjadi enam, ialah koreksi da, dQ, dr, dX6, [Y7, dan nilai awal bagi omega, phi, dan kappajuga harus dalam radian.
!
310
3ll

+y
u =&f + hec (1r.23)

,*") Pada Persamaan 11.23, H (atau 21) merupakan tinggi lerbang di atas
datum, AC ialah jarak mendatar garis kontrol medan, ac ialah jaraknya pada
l) foto,/ialah panjang fokus kamera, dan htrg adalah ketinggian rata'rata titik
kontrol AdanC.

1../ II.I3. POSISI TITIK.TITIK BARU BERDASARKAN PE.


NGUKURAN PASANGAN STEREO FOTO SENDENG

Persamaan kolinearitas dapat pula digunakan untuk menentukan


koordinat medan, X,Y,dan Z titik-titik baru yang gambarnya tampak pada

lr
V daerah tampalan foto sendeng. Cara kerja ini disebut interseksi ruang, di'
namakan demikian karena garis radial yang bersangkutan ke titik objek yang
lf sama dari dua foto yang bertampalan harus memotong pada titik itu, seperti
disajikan pada Gambar ll.l3. Interseksi ruang menghendaki enam unsur
orientasi luar bagi dua foto sendeng yang bertampalan diketahui. Unsur ini
dapat dihitung dengan cara yang dijelaskan pada Butir I1.12. Persamaan koli-
Gambar 11.12 Penentuan secara grafik pendekatan awal untuk menentukan
unsur orientasi luar.
$ nearitas dalam bentuk dilinierkan (Persamaan C.ll dan C.l2 Lampiran C)
dapat ditulis untuk tiap titik baru, seperti titik E pada Gambar ll.l3. Akan
tetapi, perlu diingat bahwa karena enam unsur orientasi luar diketahui, yang
Nilai awal bagiXldanYTdapat diperoleh dengan mengukur jarak foto tidak diketahui pada Persamaan C. I I dan C. l2 tinggal dX g, dY g dan dZg. lni
e (tegak lurus terhadap utara) dan n (sejajar dengan utara) dari titik utana ke merupakan korcksi yang harus diterapkan bagi pendekatan awal untuk
titik kontrol gambar, misalnya c pada Gambar ll.12. Kemudian dengan masing-masing koordinat ruang objek XE,YE,danZB bagi titik medan E.
mengalikan e dan n dengan skala foto ruta-rata, jua$' medan tambahan AX dan Bentuk persamaan interseksi ruang yang dilinierkan bagi titik E ialah:
AY dapat diperoleh dengan: vyr= b14dXg + bv5dYB + b6dZB + J (tt.u)
AX = eSpn16-161a
vyr= bzqdxE + b25dYP + b26dzB + K (l1.25)
AY = nS1616-1611 (l l.2l)
Pada Persamaan ll.?A dan I1.25, istilah yang digunakan seperti pada
Pada persamaan ll.2l,
bila e dan n dalam unit inci S1q16-1316 dalam Butir C.4 l-ampiran C. Dua persamaan (dalarn bentuk 11.24 dmt I1.25) dapat
kaki per inci, maka AX dan AI juga dalam kaki. Dengan mengurangkan AX ditulis bagi titik e1 pada foo kiri dan dua lagi bagi titik e2pada foto kanan.
dan AI/ dari koordinat medan titik kontrol C, nilai X1 dan f1 yang cukup t
,6 Dengan demikian deat dibuahkan empat persamaan, dan nilu dQ , {Yg dan
memuaskan dengan:
r|, (l dZB dapat diselesaikan melalui perhitungan dengan cara kuadrat terkecil.
Koreksi ini diterapkan bagi pendekatan awal untuk memperoleh nilai XB,YE,
XL =Xc + N{
(fi.22) dn ZB yang direvisi. Penyelesaian ini kemudian diulang lagi hingga nilai
koreksi dapat diabaikan.
YL =Yc + LY Karena persamaan ini dilinierkan dengan teorema Taylor, bagi tiap
titik baru diperlukan pendekatan awal. Koordinat awal X dan Y, dapat
Nilai awal bagiZT dapat diperoleh dengan mengasumsikan suatu foto diperoleh secarahemuaskan dengan menggunakan Persamaan 11.21 dan
tegak dan menyelesaikan modifikasi berikut untuk persamaan skala:
I
313
312

11.22 secara bersama-sama dengan cara kerja yang diutarakan


sec-ara garis
X1 dan Ytr. Perki'
26- zt Je-;L ,"'
b;;p;h tili. ii.rZ untr* moirperoleh niiai awatfoobagibenar-benar vertikal Dengan substitusi Lobagi (Ze- ZL)lzo', yang lazim bagi tiap Per-
ulgi koordinat Z titik baru diasumsikan bahwa
""an
a;6;."ggrurakan persamaan paralaks seperti yang diperikan pada Bab 8. samaan 11.26, dan mengubah huruf dari Ake E untuk melukiskan titik yang
a) rr r tak diketahui pada daerah tampalan foto I dan foto 2 Gambar I1.13, pernya-
taan berikut dapat ditulis bagi foto l:
XB =},.rrx'r, + Xp, o.t.n)
YB=)urry'rt+Yp, (l 1.28)
ZB =),,srz's, + 271 (r1.29)
Pernyataan yang sama dapat ditulis bagi foto 2 sebagai berikut:
XE =Lezx'e2+ Xl,2 (r1.30)
Yg=)u"ry'"r+Yy2 (l l.3l)
ZB =)u"22'"2+ 212 (l 1.32)
. Susunan Persamaan 11.27 sama dengan Persamaan 11.28 samadengan
l
I
Persamaan 11.31, dan penyelesai bagi ),""2membuahkan:
l'e1(XLZ
- Xt) _- x'e{YLz Yt)
I

.L x"2=
^ *tr, ,;, i_ y4 - (t 1.33)

Karena enam unsur orientasi luar bagi dua foto I dan foto 2 telah di-
tentukan dengan metode yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, nilai
bagi X p r, Y L y ZL y X L2, Y L2, dan Z 7r, diketemukan, dan x' r r, !' e 1, z' e y
x'eZ , !'e2 , dan z's2 dapat dihitung berdasarkan unsur orientasi sudut dan ko-
ordinat foto terukur titik e dengan menggunakan Persamaan B.26 Larnpiran
B. Juga ),"rdapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 11.33. Akhirnya
Persamaan 11.30 dapat diselesaikan langsung melalui Persamaan ll.3?bagi
Xn,Yf ,danZB yang belum diketahui. Sebagai cek, I.
dapat dihitung
dengan cara serupa yang digunakan untuk memperoleh Turrdan kemudian
Gamber 11.13 Interseksi ruang dengan P$angan stereo foto sendeng.
Persamaan 11.27 diselesaikan langsung melalui Persamaan I1.29 untuk X6 ,
{ Yg , dut Zg . Pada penyelesaian untuk cek ini, 1.e.1 bernilai sebagai berikut:
Penyelesaian Persamaan nonlinier, dan penggunaan teorema .Taylor
4

yang memerlukan pendekatan awal bagi Xp ,Yg dm f4 dapa! dihindari dalam


ini, Persamaan a,
r) .l ^ =
Lel
t'e2(XLz
- Xt) - x'ez(YLz
- YL)
(1 r.34)
met-ode Oernitungan lain. Untgk mengembangkan cara kerja
;:.i-;i;d" guii. C.l Lampiran C aapat ditulis kembali sebagai berikut: Kelemahan penggunaan cara kerja altematif ini dibanding dengan peng-
zr _ 4_xo,
Xl- XL :-7
gunaan Persamaan ll.24 dan 11.25 ialah bahwa pengulangan yang dilakukan
tidak digunakan di dalam penyelesaian dengan kuadrat terkecil. Akan tetapi
Zr r- cara kerja alternatif ini akan menyajikan pendekatan awal yang baik bagi
Yl- Yt :=; - ,o, (lt.?i\ penyelesaian Persamlan 11.24 dan 11.25.
t
314 315

11.14 REKTIFIKASI UNTTIK T'OTO YANG MENGALAMI a dan b. Bidang foto tegak ekivalen digambarkan sejajar terhadap bidang
KEMIRINGAN datum dan melalui titik i, yaitu isosenter foto sendeng. Bidang foto yang
telah direktifikasi dan disesuaikan skalanya juga digambarkan. Bidang ini juga
sejajar bidang datum, tetapi letaknya pada ketinggian yang lain daripada
Rektifikasi ialah proses untuk membuat foto tegak ekivalen (lihat
bidang foto tegak ekivalen.
Butir I1.7) dari negatif foto sende ng. Foto tegak ekivalen yang dihasilkan
a\, Metode untuk memproyeksikan titik-titik seperti a dan b ke a" atat b"
disebut/oto yang direktifikasi (rcctificd photos). Secua teoretik maka foto
yang direktifikasi merupakan foto yang benar-benar tegak dan oleh karenanya
dan a"'atav b"' dibincangkan pada bagian belakang bab ini. Gambar 1 1.14
juga melukiskan dengan garis /"4'dan LB', bahwa meskipun pergeseran letak
beuas dari pergeseran letak oleh kesendengan. Akan tetapi, foto ini masih me-
oleh kesendengan ditiadakan di dalam rektifikasi, masih terjadi pergeseran
ngandung pergeseran letak oleh relief topografik. Pergeseran letak ol-eh relief
letak oleh relief.
ini Oapat juga dihilangkan dengan proses yang disebut rektifikasi diferensial
atau ortoieitiftkasi, dan hasil yang dibuahkan disebut ortofoto. Ortofoto lebih
disukai daripada foto yang direktifikasi oleh karena alasan ini. Meskipun
demikian, foto yang direktifikasi masih begitu populer karena merupakan
substitusi peta yang baik sekali bagi viuiasi medan yang sedang. Bab ini ha-
nya memperbincangkan metode rektifikasi untuk menghapus pergeseran letak
oleh kesendengan. Produksi orlofotodijelaskan pada Bab 13.
Rektifikasi dapat dilakukan dengan salah satu di antara empat cara
dasar, yaitu: (l) grafik, (2) analitik (3) optik-mekanik, dan (4) elektro-optik.
Dua cara kerja yang disebut terdahulu mengandung kelcmahan yang bcrupa
hanya dapat diierapkan pada titik-titik individual tertcntu, yaitu titik-titik
RirJang foto tegak ekivalen
yang Oapat diidentifikasi secara khusus sehingga lokasinya pada foto sendeng 1-ang telah di rekt ilikasi
dapit oiurur. Foto hasil rektifikasi dengan metode ini tidak seluruhnya be- llidang [oto yang direk-
rupa foto karena foto itu tidak tersusun oleh gambar foto. Hasilnya lebih ber- til ikasi dan disesuai-

sifat mekanik dan elektro-optik membuahkan gambaran rona folo berkesi-


kan skrlanva

nambungan di mana gambar pada foto sendeng telah {iubah menjadi lokasi
yang dirertifitasi. Dengan demikian maka produk dda metode ini dapat digu-
nakan untuk membuat peta foto dan mosaik. Pada m:rsing-masing dua metode
ini, foto yang direktifikasi dapat disesuaikqn skalanya, yailu skala rata-ratanya
Oapat diubafi ke skala yang dikehenda]ri, berbcda terhadap skala aslinya. Hal
initerutama menguntungkan bila foto yirng direktifikasi dibuat unluk maksud
menyusun mosaik terkontrol, karena semua foto pada jalur atau pelak dapat
diublanr ke skala yang lazim. Sebagai akibatnya'maka mosaik yang dihasilkan
berskala seragam bagi seluruh bagiannya.

11.15 GEOMETRI BAGI REKTIFIKASI t) (l

Geomeri fundamental bagi rektifikasi disajikan pada Gambar ll.14'


Gambar ini melukiskan pandangan samping bidang utama sebuah foto sen-
deng. Bila dilakukan pemotretan, bidang negatif membentuk sudut I terhadap
bidang datum. Garis-garis radial dari A dan B masing-masing digambarkan Gambar 11.14 Bidang utama foto sendeng yang melukiskan geometri rek-
padai' dmt b' di dalam negarif, sedang lokasinya pada foto sendeng ialah pada tifikasi.
?

316 317

11.16 TEORI TAK HARMONIK ATAU RASIO SILANG


AD = DLY4
sln U
dan ad =dL = +!!-0-
srn v
Cara kerja rektifikasi secara grafik mendasarkan atas perspektif
geometri yang tak harmonik atal rasio silang. Rasio ini berlaku bagi foto BD = Xtl-lla dan bd= 4 -sh-I (ll'36)
karena proyeksi foto bersifat perspektif, yaitu semua berkas sinar yang me-
,lt
srn I ttr[
masuki kamera pada saat pemotretan melalui satu titik, idah titik nodal len- a)
sin 6
sa. Titik ini merupakan pusat perspektif proyeksi. BC = ct$4
-sinQdan bc -""-sinf
= cL=
Gambar ll.l5 melukiskan asas rasio silang. Pada gambar ilu, sinar
I
yang melalui bidang pada A, B, C, danD berpotongan pada L, pusat Dengan substitusi ke Persamaan 11.36 ke Persamaan 11.35 dan de-
perspektifnya. Sinar ini melalui bidang 2 masing-masing pada a, b, c, dan d. ngan reduksi,
Tegasnya, rasio silang R bagi proyeksi ini ialah:
sinasinl_sinasiny
-ACBDatbd
R = (l 1.3s) "^ -sin 6 sin p -sin 6 sin p
i?=ffi=ffi (11.37)
BC* i6= br" A
Dari Persamaan 11.37, ditunjukkan bahwa tidak hanya pernyataan Per-
samaan I1.35 benar, tetapi juga terlihat bahwa sematra-mata mendasarkan atas
sudut antara garis-garis tersebut.

I1.I7 REKTIFIKASI GRAFIK


Teori rasio silang merupakan basis rektifikasi grafik. Dalam hal ini,
misalkan bidang l, pada Gambar 11.15 merupakan bidang foto tegak ekivalen
atau yang telah direktifikasi, dan bidang 2 sebagai foto sendeng. Gambar
ll.l6a merupakan pandangan atas bidang fot_g sendeng di mana tergambar
titik kontrol o, b, c dan d. Titik p yang lokasi iektifikasinya dikehendaki,
juga digambarkan. Gambar ll.l6b menyajikan pandangan atas bidang foto
yang direktifikasi dan disesuaikan skalanya di mana empat titik konrol A, B,
C, dan D telah digambarkan pada skala akhir yang dikehendaki bagi foto
rektifikasi berdasarkan koordinat medannya.
Pada Gambar ll.l6a, pusat perspektif dipilih pada titik a, dan berkas
garis dilarik dari garis ini ke b, c, d, danp. Sebuah jalur kertas (diberi label
jalur kertas l) diletakkan menyilang berkas garis itu, seperti tercermin pada
BCD Gambar ll.l6a, dan pada jalur kertas ini diberi tanda pada lokasi di mana ga-
Gambar 11.15 Rasio silang bidang dalam proyeksi perspektif. ris-garis itu memotongnya (alur kertas dapat ditempatkan secara bebas). Kare-
na foto sendeng dan foto yang direktifikasi keduanya berproyeksi perspektif,
r) rt
terjadi rasio silang anAra garis-garis itu pada titik a dalam Gambar I1.16a dan
Dari Persamaan I1.35 terlihat bahwa rasio jarak pada satu bidang pro- garis-garisnya dari titik A pada gambar ll.l6b. Dengan demikian maka jalur
yeksi perspektif tepat sama dengan rasio jaraknya pada bidang lain proyeksi kertas itu diletakkan di aras Gambar ll.l6b dan disesuaikan sehingga tanda-
itu. Hal ini dapat dibuktikan dengan menerapkan hukum sinus bagi Gambar tanda berbagai garis dari a ke titik b, c, dan d berimpit dengan garis-garis pa-
11.15 sebagaiberikut:
sangannya dariA. Pada lokasi ini digambarkan garis yang menunjukkan arah
s.in c ke titik P yang tak d[<etahui (digambar dengan garis putus). Selanjutnya dipi-
AC = ct {!* dan ac = cL =
sln 0 sln v lih sebuah pusat perspektif pada titik b foto sendeng (lihat Gambar I l. l6c).
319
318

juga diletakkan pada foto rektifikasi (lihat Gambar 11.164 sehingga tanda-
Jalur kertas tanda jalur kertas berimpit dengan letak garis-garis pasangannya dari titik B.
Pada lokasi ini maka garis dari B ke P dapat ditarik (uga digambarkan dengan
garis putus). Lokasi titik P yang telah dircktifikasi terletak pada perpotongan
dua garis dari A dan 8. t okasinya dapat dicek dengan mcngulang cara kerja
a) tt ini, misalnya dengan menggunakan titik d sebagai pusat perspektif. Cara
kerja rektifikasi umum ini disebut metode ialur-kertas (paper-strip method).
Keterbatasan metode ini yang jelas ialah mclclahkan dan hanya se-
jumlah kecil titik yang dapat direklifikasi satu demi satu. Masalah keterba-
txan jumlah titik yang dapat dircktifika-si inidapat scdikit diatasi dcngan me-
numpangkan sebuah grid di atas foto scndcng. drn selanjutnya dengan meng-
gunakan cara kerja yang telah dijelaskan di atas. menentukan lokasi titik-titik
grid yang telah direktifikasi. Setelah titik-titik ini diletakkan, detil pada tiap
petak bujur sangkar (grid) dapat disidik sccara manual pada foto yang direk-
tifikasi, dengan mempertahankan hubungannya terhadap grid perspektif sidik-
an detil. Dalam metode ini maka bqgi grid yang semakin padat, semaliin besar
(b) pula ketelitian yang dapat dicapai.
Untuk rektifikasi secara grafik yang dijelaskan di atas ini agar cermat
titik konnol yang telah digambarkan pada bidang foto yang telah dkektifikasi
dan disesuaikan skalanya harus dikoreksi pergeseran letaknya oleh relief.
Gambar ll.17 melukiskan cara melakukan koreksi ini apabila foto tidak
mengalami kesendengan yang parah. Mula-mula titik kontrol digambarkan
lokasinya patJa A' , B' , C' , dmt D', berdasarkan atas koordinat medannya sesuai
dengan skala akhir yang dikehendaki bagi foto yang direktifikasi itu. Titik
utama foto juga harus digambarkan letaknya. Hal inidapat dilakukan dengan
reseksi tiga-titik seperti yang dijelaskan pada Butir 9.8. (Secara teoretik maka
titik nadir medan juga harus digambarkan letaknya, tetapi posisinya tidak di-
ketahui, kecuali kalau dilakukan perhitungan bagi kemiringan dan putaran).
Jarak radial ra, rb, rc, bn r4, dari titik utama medan ke tiap titik kontrol yang
telatr digambarkan diukur, dan berdasarkan atas ketinggiannya yaitu he, ht,
hg, dan ip, dihitung pergeseran letak radial oleh relief yutu do, db, dr, dan d4
dengan menggunakan persamaan berikut:

l1I .rh
4-- (r 1.38)
"'H-h
Gambar 11.15. Rektifikasi grafik dengan metode jalur kertas. (c) Menyiapkan r) rl Pada Persamaan I 1.38, l/ ialah ketinggian terbang di atas datum dan d
jalur kertas bagi berkas dari o pada foto (D) Penempatan jalur keras dalam
-sendeng._ merupakan pergeseran letak radial oleh relief. Pergeseran letak yang dihitung
hubungannya d"ng* berkas dari A. (c) Menyiapkan jalur kertas bagi.berkas dari D
-sendeng. dengan Persamaan I1.38 dalam inci atau milimeter (dengan unit sama seperti
pada Ioto (d) Penempatan jalur kertas pada foto rektifikasi dalam nilai r) dan diletakkan ke arah luar dari titik utama (titik nadir) untuk menem-
hubungannya dengan berkas dari 3.
patkan titik A, B, C, dan D. Apabila titik kontrol tidak diletakkan dengan ca-
ra ini, dapat digunalan rektifikasi--quasi yang pada umumnya dapat mem-
Sebuah jalur kertas (diberi label jalur kertas 2) diletakkan melYilanS berbagai buahkan pendekatan'yang sangat baik, terutama bila beda tinggi titik-titik
iarir OaIi ritik ini din lokasi pirpotongan garis-garis ini ditandai. Jalur ini
I
320 321

kontrol tidak besar dan bila ketinggian terbang relatif tinggi. Sebagai akibat- titik kontrol ditambah titik-titik yang harus direktifftasi. Semua ini biasanya
nya, pada prakteknya banyak dilalokan metode pendekatan itu. diukur pada sebuah komparator. Semua metode numerik yang terbaik harus
dilakukan dengan komputer karena banyaknya perhitungan yang diperlukan.
Sehubungan dengan kesalahan konstruksi gafik, metode numerik dapat mem-
berikan ketelitian lebih baik dari metode grafik.
Dua cara kerja untuk melakukan rektifikasi analitik dibincangkan pada
bab ini. Metode pertama secara sederhana dapat dinyatakan sebagai perluasan
asas yang telah disajikan pada bab ini. untuk ini diperlukan adanya koordinat
X, Y, dan Z bagi tiga titik kontrol medan sehingga eniun unsur orientasi luar
dapat dihitung. Metode yang dijelaskan pada Butir ll.9 hingga ll.19 dapat
digunakan untuk perhitungan bagian ini. Setelah unsur orientasi luar diten-
tukan, koordinat bantu x' dan y'bagi titik yang direktifikasi dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut, yang merupakan modifikasi kecil dari Per-
samaan ll.2:
-r'=.rcos0-ysin0
)'=x sin 0 +y cos 0 + f tan (tl2) ( l 1.39)
Pada Persamaan I 1.39, sudut 0 berkaitan dengan sudut putaran sesuai
dengan Persamaan ll.l. Ingat bahwa satu-satunya beda antara Persamaan
I I .39 dan Persamaan I I .2 ialah istilah terjemahan / dan t2, yang merupakan
jarak oi dari titik utama ke isosenter. Oleh karena itu koordinat yang dihitung
dengan Persamaan I 1.39 berpangkal pada isosenter, dengan sumbu y' berim-
pit dengan garis utama dan sumbu x'berimpit dengan sumbu kesendengan.
Dari koordinat x'y', dihitung jarak r; dan sudut l. (lihat Butir 11.7),
diikuti dengan penghitungan pergeseran letak oleh kesendengan sesuai dengan
Persamaan I 1.7. Setelah pergeseran letak dihitung, digeraklian ke luar secara
radial dari isosenter bagi titik di atas sumbu kesendengan (yang koordinat y'-
nya positif), dan secara radial ke dakun bagi titik di bawah sumbu kesendeng-
an (bagi yang koordinaty'-nya negati|. Ini berarti mcnempatkan posisi titik
yang direktifikasi.
Metode rektifikasi analitik yang kedua menggunakarl persamaan trans-
formasi proyeksi dua-dimensional. Ini dikembangkan sebagai Persamaan 8.36
Gambar Ll.l? Letak titik kontrol untuk rektifikasi yang menunjukkan ko- pada Lampiran B. Persamaan itu diulang di sini untuk mengingatnya kem-
reksi yang dilakukan untuk pergeseran letak oleh relief.
bali, yaitu:

tl)
,, atx+bD+cl
II.IE REKTIFIKASI ANALITIK ^=;;+b;y+t
V_#
atr+b'tv+c't (l1.40)
Ada beberapa metode untuk melakukan rektifikasi analitik. seperti cara '-o3*+b3y+7
grafik, tiap metode numerik melakukan rektifikasi titik demi titik, dan
masing-masing memerlukan titik kontrol medan yang tampak pada foto sen- Pada Persamaan I1.40, X danY adalah koordinat medan, x dan y ada'
deng. bi samping koordinat medan titik kontrol, masukan dasar lain yang di- lah koordinat foto (dalam sistem sumbu fidusial), dan a, b, dan c merupakan
perlukan bagi tiap metode numerik ialah koordinat foto x dan y bagi semua delapan parameter uituk transformasi. Penggunaan persamaan ini untuk
322 323

pelaksanaan rektifikasi analitik merupakan proses dua rahap. Empat titik


konrol akan membuahkan delapan persamaan sehingga dapat dilakukan pe-
nyelesaian yang unik bagi delapan paxameter yang belum diketahui. Bila ter-
sedia lebih dari empat titik kontrol, dimungkinkan untuk menghasilkan lebih Sumber cahaya
baik dengan menggunakan kuadrat terkecil.
Setelah delapan parameter ditentukan, dapat dilakukan penyelesaian
tahap kedua, yaitu dengan menggunakan Persamaan I1.40 bagi tiap titik yang
dikehendaki koordinat X danY-nya untuk direktifikasi. Setelah koordinat Negatif _-
yang direktifikasi dihitung dengan sistem koordinat medan, koordinat itu da-
pat digambarkan letaknya pada skala yang dikehendaki bagi foto yang direk-
tifikasi dan disesuaikan skalanya.
Seperti penyelesaian grafik, metode analitik yang keduaini tidak kaku,
':s._=if:il; Bidang negatif

kecuali kalau koordinat medan titik kontrol juga dimodifikasi untuk pergeser-
an letak oleh relief sesuai dengan Persamaan 11.38. Kalau tidak, rektifikasi
,-.-t"e_gk] 'Gulungan
film
dihasilkan bersifat semu. Lensa

I1.19 REKTIFIKASI OPTIK.MEKANIK Sumbu optik

Pada prakteknya, metode optik-mekanik untuk rektifikasi paling ba- Kuda-kuda


nyak digunakan. Metode ini bergantung atas instrumen yang disebut reoi-
fiers. Instrumen ini membualrkan foto yang direktifikasi dan disesuaikan
skalanya melalui proses fotografik cetak proyeksi (lihat Butir 3.12). Oleh
karena itu maka metode ini harus dilakukan di ruang gelap.
Seperti dilukiskan pada Gambar I L18, komponen dasar rectifier terdiri
dari sebuah lensa, sebuah sumber cahaya dengan reflektor, sebuah arena untuk Gambar 11.18 Diagram skematik rectifier optic-mekanik yang melukiskan
memasang negatif foto yang mengalami kesendengan, dan sebuah kuda-kuda pandangan samping bidang utama
tempat emulsi fotografik untuk memotret foto yang direktifikasi. Instrumen
ini dibentuk dengan kendali sehingga bidang kuda-kuda, bidang lenso (bidutg
tegak lurus sumbu optik lensa rectifier), dan bidang negatif dimurngkan yang tepat sesuai dengan Persamaan 2.8, perlu dilakukan secara serentak pengu-
bahan jarak gambar (iarak dari Le pada Gambar I1.18 dari lensa ke bi@ng
sesuai satu dengan y_ang lain. Penyetelannya dimungkinkan untuk berbagai
sudut o dan B pada Gambar 1 1.18. Pada beberapa rectifier, bidang lensa dan negatifl. Pembesaran aktual yang terjadi di sepanjang sumbu lensa rectifier
bidang kuda-kuda dapat dimiringkan untuk mengubah sudut tersebut. Akan merupakan rasio LElLe, tetapi berbeda-beda di beberapa tempat pada foto
tetapi, sebagian besar instrumen ini tidak mampu untuk memiringkan bidang sehubungan dengan skala yang berbeda-beda untuk foto yang direktifikasi.
lensanya Sudut o dan p diubah dengan memiringkan bidang negatif dan bi- Dari Gambar 1 l. 18 terlihat bahwa di dalam rektifikasi, jarak proyeksi
dang kuda-kuda. Jenis instrumen ini disebut rectifier yang lensanya tak dapat berbeda-beda sesuai dengan letak titik pada foto. Untuk mencapai fokus yang
dimiringkan. tajam bagi semua gambar, harus dipenuhi kondisi Scheimpflug (lihat Butir
Karena foto yang direktifikasi dapat disesuaikan skalanya dengan skala 2.8 dan Gambar 2.16). Kondisi Scheimpflug menyatakan bahwa di dalam
yang berbeda-beda, maka rectifier harus mempunyai kemampuan untuk pem- mempmyeksikan gambar melalui sebuah lensa, bila bidang negatif tidak seja-
jar dengan bidang kuda-kuda nnaka bidang negatif, bidang lensa, dan bidang
besaran. Pembesaran ini dicapai dengan mengubah jarak proyeksi (arak tE
pada Gambar I1.18 dari lensa ke bidang kuda-kuda). Akan tetapi, untuk me- kuda-kuda harus berpotongan di sepanjang satu garis yang lazim untuk meme-
laksanakan pengubahan jarak proyeksi sambil mempertahankan fokus yang nuhi forrmrla lensa dan untuk mencapai fokus yang tajam bagi semua gam-
l 325
3U I
Pada persamaan di atas, F ialah panjang fokus lensa rectifier,/ialah
bar. Ingat bahwa kondisi ini terpenuhi pada Gambar 11.18 di mana tiga I
{ panjang fokus kamera yang digunakan untuk memotret negatif yang me-
ini berpotongan pada S.
bidang-Di .,,

ngalami kesendengan, I ialah sudut kesendengan , dan M ialah perbesaran yang


samping harus mampu mengubah a,p,LE,danLe, rectifier juga !,

i diinginkan dari skala foto sendeng ke foto yang disesuaikan skalanya. Nilai d
hanrs memungkinkan suatu putamn dan pergeseran negatif, atau kemungkinan
untuk memiringkan bidang kuda-kuda ke segala arah serla menggeser negatif.
Perputaran negatif atau kemiringan bidang kuda-kuda diperlukan untuk me-
,,1. pada Persamaan I1.45 merupakan pergeseran tempat yang diinginkan bagi ti-
tik utama negatif di sepanjang garis utama, yaitu pergeseran menjauhi sum-
bu lensa rectifier. Bila tanda aljabar d positif maka pergesenm letaknya ke arah
nempatkan bidang utama foto tegak lurus terhadap bidang kuda-kuda rectifier,
atas di sepanjang garis utama, dan ke bawah bila tandanya negatif.
dan pergeseran tersebut mengubah letak titik utama negatif menjauh dengan I
jarak tertentu dari sumbu optik lensa rectifier di sepanjang garis utama- Jum- I Penyetelan rectifier yang diinginkan sebenarnya bergantung pada recti-
lah perpindahan letak yang diperlukan serta nilai o, P,LE,danLe meru-
fier tertentu. Misalnya jika digunakan rectifier otomatis,jarak gambar dan
jarak objek dapat disetel secara otomatis pada rasio yang tepat untuk meme-
pakan fungsi sudut kemiringan, rasio perbesaran, dan panjang fokus lensa
nuhi Penamaan 2.8. Pada saat yang sama, alat mekanik khusus secara otoma-
rectifier serta lensa kamera yang digunakan untuk membuat negatif.
tis memenuhi kondisi Scheimpflug bagi sudut kesendengan atau perbesaran
Pada prakteknya dilakukan berbagai cara untuk mencapai penyetelan
rasio yang mana pun. Dengan instrumen ini maka penghitungan dan penye-
rectifier yang tepat. Salah satu caranya ialah menghitung secara numerik un-
telan yang diperlukan jadi lebih sedikit" Salah satu rectifier otomatis disajikan
sur-unsur orientasi luar bagi tiap foto, dan dari nilai yang dihasilkan dihitung
padaGambar ll.l9.
penyetelan yang dikehendaki. Metode lain yang mungkin ialah dengan meng-
Di samping menghitung penyetelan rectifier, bagi foto yang mendekati
orientasikan foto pada stereoplotter, membaca unsur-unsur orientasi luar' dan
tegak digunakan metode coba-coba (trial and error) untuk mengorientasikan
dari nilai-nilai ini dihitung penyetelan rectifier. Cara kerja ini memerlukan
rectifier. Cara ini dapat membuahkan hasil memuaskan. Ini merupakan cara
steroplotter yang dilengkapi dengan piringan skala unluk pembacaan unsur
kerja yang paling banyak dilakukan dalam praktek. Dalam metode ini, empat
orientasi.
titik kontrol alau lebih digambarkan letaknya sesuai dengan koordinat konrol
Persamaan untuk menghitung penyetelan bagi rectifier yang lensanya
medan dengan skala yang dikehendaki bagi foto rektifikasi. Titik itu kemu-
tak dapat dimiringkan ialah:
dian diletakkan pada kuda-kuda, dan dengan cara coba-coba, kendali rectifier
disetel sehingga gambar titik konfiol yang diproyeksikan berimpit dengan
(l14l) titik-titik pasangannya yang telah digambarkan letaknya. Ini secara otomatis
o, =sin-r(#rr,) menciptakan orientasi yang tepat bagi rektifier. Titik-titik itu selanjutnya di-
pindah dari kuda-kuda, satu lembar kertas foto diletakkan di sini, dan dilaku-
kan pemotretan foto yang direktifikasi. Untuk kecermatan hasil rektifikasi
p = sin-r (f sin r) (1142) yang dicapai dengan metode ini, titik kontrol yang digambarkan harus diko-
reksi sehubungan dengan pergeseran letak oleh relief, sesuai dengan Persama-
an I 1.38; kalau tidak, hasil rektifikasinya bersifat kasar.
,r_Fsin(a+0)
LL- (n43)
sln o cos p
r1.20 REKTIFIKASI ELEKTRO.OPTIK
r, =l$$tS
cos o sln p
(1144)
q,|
Foto yang direktifikasi dapat dihasilkan dengan metode elektro-optik
dalam suatu proses yang melibatkan sebuah mikrodensitometer penyiaman
dan komputer elektronik. Cara kerja ini digunakan secara luas untuk mem-
, =
"I
l- (*)'. cot2 F - (#l. cot2 p (11-4s) buahkan foto yang direktifikasi, tetapi mulai lazim digunakan untuk mem-
buat foto orto yang direktifikasi (orthorectified photo), yaitu yang pergeseran
lelak oleh kesendengln dan oleh relief telah ditiadakan.
327
326

Pada Butir 5.15 telah dijelaskan bahwa mikrodensitometer dapat mere-


kam seluruh isi foto pada pita magnetik, yaitu densiti beribu-ribu pixel yang
berkesinambungan. Bagi tiap pixel juga direkam lokasinya pada foto. Untuk
foto tertentu, unsur-unsnr orientasi luar dapat dihitung dengan metode yang
t' .',,r'it|l*ai;) telah dijelaskan pada Butir I1.9 dan I1.12. Apabila unsur-unsur ini dikethhui,
':.lt!;t:ll* 1t dapat digunakan metode analitik (lihat Butir 11.18) untuk memperoleh lokasi
t;+'1
tiap pixel yang telah direktifikasi. Selanjutnya lokasi itu dapat dicetak kem-
bali pada filrn pada posisi yang telah direktifikasi dengan menggunakan penu-
lis foto (photowriter), suatu instrumen yang cara operasinya pada dasarnya
merupakan kebalikan dari mikrodensitometer penyiaman. Cara kerja ini dibin-
cangkan lebih rinci dalam kaitannya dengan pembuatan foto orto pada Bab 13.

RUJUKAN

American Society of Photogrammetry: "Manual of Photogrammetry," ed. ke-3,


Falls Church, Va., 1966, Bab 2 dan 16.
"Manual of Photogrammetry," ed. ke4, Falls Church, Va., 1980,
Bab,2,9, dan 14.
Anderson, R. O.: Scale-Point Method of Tilt Determination, Photogrammetric
Engineering, vol. 15, no. 2, hlm. 311, 1949.
Berlin. L.: The Absolute
-: Orientation of Near Verticals, Photogrammetric
Engineering,vol. 30, no. 6, hlm. 1000, 1964.
Boge, W. E.: Resection Using Iterative Least Squares, Photogrammetric
Engineering, vol. 31, no. 4, hlm. 701, 1965.
Church, E., dan A. Quinn: "Elements of Photogrammetry," Syracuse University
Press, Syracuse, N.Y., 1944.
Clark, H. W.: The Geometry of Photorectification, Photogrammetric Engineering,
vol. 15. no. 2, hlm. 288, 1949.
Estes, J. M.: The Anharmonic Method of Rectification, Photogrammetric
Engineering, vol. 33, no. 10, hlm. ll7l, 1967.
Gruner, H. E.: A Two Stage Rectification System, Photogrammetric Engineering,
vol.27, no.4, hIm.600, 1961.
Hallert, B.: Quality of Exterior Orientation, Photogrammetric Engineerizg, vol.
32, no.3, hlm. 4U, 1966.
tt Jones, A. D.: Thc Development of the \ilild Rectifiers, Photogratnmetric Record,
vol. 2, hlm. lEl, 1966.
Keller, M., dan G. C. Tewinkel Space Resection in Photogrammetry, ESSA
Gambar 11.19. Rectifier otomatis SEG 6. (Seizin Carl Zeiss, Oberkochen). Technical Report C&GS 32, U.S. Coast and Geodetic Survey, Washington,
D.C.. 1966.
I l
328 I 329
i
Lehman, E. H., Jr.: Determining Exposure Point" Tilt, and Direction of Photo- t Ketinggian di atas datum bagi titik A, B, dan C masing-masing sebesar
graph From Three known Ground Positions and Focal Length, Photo'
i 1.265 kaki, 1.047 kaki, dan 1.378 kaki. Berapakah luas daerah lahan itu
grammetric Engineering, vol. 29, no. 4, hlm. 702, 1963. dalam acre?
Levine, S. W.l A Slit-Scan Electro Optical Rectifier, Phologrammetric Engine' 11.8 Hitunglah pergeseran letak oleh kesendengan bagi dua titik pada soal
t
ering, vol.27, no.5, hlm. 74O, 1961. u.l.
Mugnier, C. J.: Analytical Rectification Using Artificial Points, Photo' aflI (t 11.9 Hitunglah pergeseran letak oleh kesendengan bagi dua titik pada soal
grammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 44, no. 5, hlm. 579, I 11.2.
1978. t I 1 .10 Gambar tiga titik kontrol medan tamPak Pada foto udara sendeng yang di
Resonfeld, G. H.: The Problem of Exterior Orientation in Photogrammetry, potret dengan panjang fokus kamera sebesar 150,0 mm. Koordinat foto
Photogrammetric Engineering, vol. 25, no. 4, hlm. 536, 1959. terukur serta koorduist kontrol medan bagi tiga titik itu ialah:
Trachsel, A. F.: Electro-Optical Rectifier, Photogranmetric Engineering, vol. 33,
no. 5, hlm. 513, 1967. Koordinat foto Koordinat medan
Wilson K. R., dan J.,Vlcek: Analytical Rectification, Photogrammetric Engine' Titik Ketinggian,
ering, vol.36, no. 6, hlm. 57O, 1970. r, X, kaki f. kaki kaki
mm ), mm

A 71,1 1 1.531.367 ,3 500.4t3,2 611,7


SOAL.SOAL B -100,78
106,19 76.02 r.528.225,0 501.830,2 934,4
c 2,23 l.530.737,5 503.649,0 199,1
11.1 Sebuah foto udarasendeng dibuat dengan panjang fokus kamera sebesar 152
-91,47
mm, sudut kesendengannya sebesar 2'45' dan sudut putaran sebesar 140"m'. Hitunglah enam unsur orientasi luar bagi foto itu dengan menggunakan
Pada foto ini, bagaimana dengan koordinat bantu foto "r'dan y'bagi titik a metode Church.
dan b yang koordinat fotonya terukur terhadap sumbu fidusial ialah ra =
69,27 mm, la = -41,80 mm' .rb = mm, dan )D = 106,38 mm? 11.11 Seperti Soal 11.10, tetapi dengan menggunakan metode reseksi ruang
-54,72 dengan kolinearitas.
LL.2 Suspensi Soal ll.l,tetapi panjang fokus kamera sebesar 88 mm, sudut
kesendengan sebesar lo55', sudut putaran sebesar 249o, xo = 52,41 mm,
la = 76,809 mm, .rD = 98,55 mm, dan yb = 12,06 mm.
- Koordinat medan
Koordinat foto
-
11.3 Hitunglah skala fotografik titik gambar a d,an b pada Soal ll.l
apabila Ketinggian,
Titik
ketinggian terbang di atas datum sebesar 7.200 kaki, dan ketinggian titik A ,, mm y, mm X, kaki f, kaki kaki
dan B masing-masing sebesar 865 kaki dan 1.232 kaki di atas datum.
1,1.4 Hitunglah skala fotografik titik gambar a danb pada Soal 11.2 apabila D 6l,84 6,t2 1.532.253,6 501.404,2 641,1
ketinggian terbang di atas datum 8.800 kaki dan jika ketinggian titik A dan E 76,69 r.532.969,5 499.979,9 943,1
B masing-masing sebesar 1.784 kaki dan 1.876 kaki di atas datum. F
-6,06
l ,3 6 I .5 33.887,8 502.412,1 860,I
ll.5 Hitunglah jatak medan garis AB bagi titik gambar a dan b pada Soal ll.l -89,87
dan I1.3. Ll.l2 Seperti Soal ll.l0, tetapi panjang fokus kamera sebesar 152,4 mm dan
11.6. Hitunglah jarak medan garis AB bagi titik gambar a dan b pada Soal ll.2 koordinat foto terukur dan koordinat kontrol medan bagi tiga titik itu
dan 11.4. {) (r
ialah:
11.7. Pada foto sendeng, gambar a, b, dan c dari tiga titik sudut daerah lahan
berupa segitiga, koordinat foto terukurnya terhadap sumbu fidusial sebesar:
xa = 42,33 mm, la = 69,85 mm, rD = 50,75 mm, yb = 21,73 mm, ,c =
15,19 mm, dan y" = mm. Sudut kesendengan dan sudut putaran
-78,64
foto masing-masing sebesar 2o25'dan 198o. Panjang fokus kamera sebesar
152 mm dan ketinggian terbang di atas datum sebesar 9.650 kaki.
330
331

Koordinat foto yang menta- 1 1.19 Hitungleh pcnyetelan bagi lensa r@tifier untuk foto dengan kesendengan
Titik lami kemiringan Koordinat medan 10o00', dengan menggunakan Persamaan ll.4l hingga 11.45. Rasio per-
gesersn yang dikehendaki ialah 4,0 dan panjang fokus lensa rectifier
r, mm )' mm X, kaki I, kaki sertr lensa kamera masing-masing 180,00 mm dan 152,40 mm.
I 76,20
lL.2O Seperti Soal 11.19, tetapi kesendengan foto sebesar 5o00', rasio perge-
-50,42 I 18.917,3 78.8 60,3 seran 2.0, dan panjang fokus lensa rectifier sebesar 150,00 mm.
2 7 6,45 50,81 I 18.635,5 8l .398,9
J 51,18 *75.95 121.152,4 8t .7 41 ,9
4 121 .543.0 't9.47 5.9
5
-63,24
38,23 -63,26
5 r,05
6 25,53
-35,56
ll.l3 selesaikan soar ll.l2 dengan menggunakan merode reseksi ruang kori-
nearitas.
I r.1 4 Sebutkan danjelaskan secara singkat empat cara yang
berbeda-beda untuk
melakukan rektifikasi. Jelaskan keunggulan dan keterbatasan
metode ini.
I I .15 Bagi koordinat foto sendeng (diukur ionua"p sislem sumbu
fidusiar) dan
koordinat medan di bawah ini, lakukanlah rektifikasi secara grafik
untuk
menentukan koordinat yang direktifikasi dan disesuaikan
skaranya bagi
titik 5 dan 6 (gunakan skala rasio 500 kaki/inci dan lupakan beda
ketinggian).

Koordinat foto Koordinat medan


Titik
r, mm )' mm X. kaki f. kaki
I 879.239,4 138.346,0
-63,48 -50,29
2
-38,05
89,03 877.096,9 142.679.2
3 l0l,85 38,1 0 882.328,5 t44.O05,4
4 50,93
-75,45
882.809,I 139.602,3
5 50,88
5 -25,41
25,27
-2t,69
ll'16 Bagi data pada soal lr.l5, lakukanlah rektifikasi anaririk dengan
meng-
gunakan Persamaan il.40 untuk menentukan knordinar
yanjdirektifi- r)
kasi bagi titik 5 dan 6.
ll.l7 Seperti soal ll'15 tetapi menggunakan data berikut dan skara yang
dise-
suaikan ialah 1.000 kakVinci.
r1.1E untuk data pada soal ll.l7, lakukanlah rektifikasi analitik dengan
m-enggunakan Persamaan 1r.40 untuk menentukan koordinat yang direk-
tifikasi bagi titik 5 dan 6.
I
; 333

pada saat pemotretan. Proses ini disebut orientasi relatif yatg dalam miniatur
BAB menciptakan model stereo tiga-dimensional yang benar bagi daerah yang
l2 bertampalan.

INSTRUMEN PLOTTER STEREOSKOPIK I{ (I

I2.I PENGANTAR

Instrumen plotter stereoskopik (stereoscopic plotting instruments)


yang lazim disebut stereoplotter atau disingkat plotter, merupakan instrurnen
yang dirancang untuk penyelesaian analog yang tepat bagi posisi titik objek
dari posisi gambarnya pada pasangan foto yang bertampalan. Komponen op-
tik dan mekanik stereoplotter pada umumnya dibuat dengan tingkat ketelitian
tinggi. Jika instrumen ini dikalibrasi dengan tepat, dapat diperoleh hasil teliti
daripadanya. Meskipun foto pada kenyataannya mengalami berbagai tingkat
kesendengan, tidak akan mempengaruhi ketelitian hasilnya. Pada kenyataan-
nya banyak stereoplotter yang mampu menangani foto sendeng atau foto
mendatar (terestrial). Kegunaan utama stereoplotter ialah untuk kompilasi
peta topografi. Karena kegunaan.ini merupakan yang paling banyak dilakukan
di dalam terapan fotogrametri, maka perbincangan tentang stereoplotter
merupakan salah satu perbincangan terpenting dalam studi fotogrametri.
Konsep dasar yang melandasi rancang bangun (design) bagi jenis
umum instrumen plotter stereoskopik disajikan pada Gambar 12.1. Pada
Gambar 12.Ia, disajikan pasangan foto udara yang bertampalan. Transparansi
atau yang lazim disebut diapositif dibuat dari negatif secara cermat dengan
ketelitian baku, diletakkan pada dua proyektor stereoplotter seperti tercermin
pada Gambar 12.Ib. Proses ini disebut orientasi dalam (nteior orientation).
Dengan diapositif yang telah disetel pada tempatnya, diproyeksikan sinar
melalui diapositif itu. Apabila sinar dari pasangan gambar pada foto kiri dan
foto kanan berpotongan di bawah, pasangan itu membentuk model stereo
lbl
(sering disingkat dengan istilah model). Dalam membentuk perpotongan
pirangan sinar itu, maka dua proyektor diorientasikan sedemikian sehingga
diapositif berada dalam orientasi sudut relatif yang tepat satu sama lain di Gambar 12.1 Konsep dasar rancang bangun instrumen Plotter stereoskopik (a)
dalam proyektor sehingga negatif dalam kamera berada pada posisi seperti Foto udara; (D) Insgumen plotter stereoskopik.
3U 335

Setelah selesai dengan pekerjaan orienrasi relatif, selanjutnya dilakukan Setelah menyelesaikan pekerjaan orientasi, dapat dilakukan pengukur-
orientasi absolut. Pada proses ini model dibuat sesuai dengan skala yang an alas model diur mencatatnya secara grafik atau digital, bergantung pada
dikehendaki dan diratakan terhadap datum rujukan. Gambar 12.2 melukiskan jenis plotter dan proyektornya. Dengan cara mana pun, posisi suatu titik di-
sebuah model stereo yang dibentuk dengan orientasi dalam, relatif, dan tentukan dengan menyentuhnya tanda rujukan pada titik model. Bagi plotter
absolut bagi sebuah pasangan stereo di dalam proyektor plotter Balplex. pada Gambar l2.2, tarl,da rujukan pada pusat platen (cakram putih yang
Untuk menyederhanakan gambar itu, kerangka instrumen tersebut ditiadakan. (r ditumpangkan pada meja gambar) disempitkan dengan titik model. Posisi
planimetrik tilik-titik digambarkan letaknya dengan pensil yang dipasang
tegak di bawah randa rujukan. Ketinggian dibaca langsung pada piringan
berskala yang mencatat gerakan ke atas dan ke bawah platen. Piringan ber-
skala itu diberi indeks terhadap kontrol medan selama orientasi absolut. Garis
tinggi dan detil lainnya dapat disidik secara langsung seperti tercermin pada
peta manuskrip dalam Gambar 12.2, dengan menggerakkan meja gambar
sambil mempertatrankan tanda rujukan selalu menempel pada model.
Berdasarkan analisis pada perbincangan sebelumnya, jelas bahwa
stereoplotter memadukan tiga yang berbeda, yaitu: (l) sistem proyetsi yang
membentuk model stereo tiga-dimensional yang sebenarnya, (2) sistem
penganntan yang memungkinkan seorang operator mengamati modelitu, dan
(3) sistem pengukuran (dan penyidikan) yang memungkinkan dilakukannya
pengukuran dan pencatatan alas model stereo.

I2.2 KLASI}'IKASI PLOTTER STEREOSKOPIK


,:t
Pada saat ini tersedia instrumen plotter stereoskopik yang berbeda-beda
+ yang masing-masing diranc:ang dengan sedikit perbedaan. Sebagai penolong
untuk mengetahui stereoplotter, lebih baik untuk mengklasifikasikannya atas
kelompok dengan karakteristik yang lazim. Salah satu metode umum untuk
mengklasifikasikannya ialah atas dasar proyeksi. Klasifikasi ini membedakan
dua kategori, yaitu: (l) instrumen proyeksi optik secara langsung dan (2)
Meja instrumen dengan proyeksi mekanik atau optik mekanik. Instrumen
penyidikan -
proyeksi optik secara langsung menciptakan model stereo tiga-dimensional
yang benar dengan memproyeksikan gambar transparensi melalui lensa
s-
f proyeksi. Jenis proyeksi ini disajikan pada Gambar l2.l dan 12.2. Model ini
f dibentuk dengan perpotongan sinar dari pasangan gambar pada diapositif kiri
i
!
dan kanan. Operator dapat mengamati model secara langsung dan melakukan
t$ rr pengukuran dengan mengarnati sinar yang diproyeksikan pada layar penga-
matan (platen).
*
il Inslrumen proyeksi mekanik atau proyeksi optik-mekanik juga
$
i membentuk model stereo tiga-dimensional yang benar untuk melakukan
pengukuran. Akan tetapl metode proyeksinya merupakan simulasi proyeksi
secara langsung berkas sinar dengan cara mekanik atau optik-mekanik. Ope-
Gambar 12.2 Model stereo yang dibentuk dengan sepasang proyektor Balplex.
r
336 337

rator mengamati diapositif secara stereoskopik langsung melalui sebuah BAGIAN I. STEREOPLOTTER PROYEKSI OPTIK
kereta optik binokuler. SECARA LANGSUNG
Metode lain untuk klasifikasi stereoplotter ialah: (l) klasifikasi dengan
kemampuan ketelitian (misalnya: plotter tingkat satu, dua, atau tiga) dan (2)
klasifikasi yang mendasarkan hasilnya berupa penyelesaian analog "perkiraan"
(kurang teliti) atau penyelesaian analog yang "secara teoretik benar". Jenis
tl I2.3 KOMPONEN
pertama klasifikasi ini tidak memuaskan karena kesulitan di dalam menilai
kemampuan ketelitian yang benar bagi berbagai instrumen. Ketelitian dalam Komponen utama jenis stereoploter proyeksi optik secara langsung
penggambaran letak bukan hanya merupakan fungsi instrumen, tetapi juga disajikan pada Gambar 12.3. Bagian yang bernomer ialah: (l) kerangka utama
bergantung atas variabel lain seperti kualitas foto, kemampuan operator, dan yang menyangga proyektor kuat-kuat di tempatnya dan mempertahankan
sebagainya. brientasi modei stereo untuk waktu yang lama (2) meja ruiukan, sebuah
Pada jenis kedua klasifikasi ini, instrumen kategori "perkiraan" meng- permukaan halus dan luas yang berfungsi sebagai datum tegak untuk merujuk
asumsikan foto benar-benar tegak dan menggunakan batang paralaks untuk i<etinggian model dan juga sebagai permukaan untuk kompilasi peta manus-
pengukuran. Instrumen tingkat rendah ini memungkinkan penggambaran i
I
trip,l:) meja penyidil (tracing table), di mana layar pengamat dan pensil
letak stereoskopik secara langsung, akan teuapi peta yang dihasilkan merupa- I
I
penyidik diikatkan, (4) platen,layar pengamat yang juga mengandung tanda
I
kan proyeksi perspektif, bukan proyeksi ortografik. Akan tetapi, untuk peker- t
jaan tertentu maka ketelitiannya cukup memadai. Beberapa plotter kurang I
teliti dibincangkan pada Bab 8. Plotter kategori teoritik benar mampu men-
ciptakan model stereo yang benar dengan cara orientasi dalam, relatif, dan
absolut. Ini merupakan jenis plotter yang dibincangkan pada bab ini. I(ts
Plotter analitik dan stereoplotter otomatik kelas tambahan bagi ins-
trumen juga muncul akhir-akhir ini. Bagian pertama bab ini membincangkan ?
stereoplotter proyeksi optik secara langsung. Rancang bangun instrumen ini
sederhana dan mudah dipahami. Bagian kedua memerikan instrumen proyeksi
mekanik dan proyeksi optik-mekanik, bagian tiga memerikan plotter analitik,
dan bagian empat membincangkan stereoplotter dengan korelator gambar
otomatis.
Pada bab ini sulit atau tidak mungkin untuk menjelaskan masing-
masing instrumen yang ada secara rinci. Oleh karena itu maka untuk sebagian
besar hanya dijelaskan secara umum tanpa merujuk ploter tertentu dan tanpa
perbandingan instrumen yang ada. Akan tetapi, untuk contohnya diberikan
beberapa instrumen tertentu dan juga disajikan beberapa gambamya untuk
menekankan dan menjelaskan asas yang mendasar. Peniadaan pembandingan
stereoplotter yang lain tidak dimaksudkan untuk memandang rendah insEu-
men tersebut. Buku panduan operator yang menyajikan detil tiap instrumen
yang berbeda diberikan oleh pabrik pembuatnya- Pemahaman asas yang disaji- rI rf
kan pada bab ini menyajikan latar belakangyang diperlukan untuk mengeta-
hui panduan tersebut.

Gambar 12.3 Komponen utama yang menandai stereoPlotter proyeksi optik


secara langsung.
\
E

339
338

rujukan, (5) jalan penwndr (guide road), yang menggerakkan lampu iluminasi saling tegak lurus yaitu rotasi .r yang disebut omeqa atau kesendengan, rolasi
dan menyebabkan sinar terproyeksi diiuahkan ke platen bagi pengamatan y yang disebut phi atau tip, dan rotasi z yang disebut kappa atau s)rirg.
Pangkal sistem sumbu putar itu ialah titik nodal atau lensa proyektor, dengan
bagian mana pun model stereo itu, (6) proyektor, (7) lampu iluminasi, (8)
diapositif, (9) sekrup alat pendatar (levelling screw) yang dapat digunakan sumbu x sejajar terhadap batang proyektor. Tiga gerak lainnya berupa penter-
jemahan linier di sepanjang masing-masing sumbu dari tiga sumbu itu.
untuk memiringkan proyektor di dalam orientasi absolut, dan (10) batang
proyektor untuk mengika&an proyektor. {} (, Proyektor stereoplotter proyeksi optik langsung pada umumnya memiliki
Meskipun plotter proyeksi optik secara langsung yang dibuat oleh tiga rotasi sudut. Akan tetapi, tidak perlu memiliki keseluruhan tiga penter-
jemahan linier. Meskipun demikian, paling sedikit harus memiliki penter-
pabrik yang berbeda agak berbeda rancang bangun individual dan kenampakan-
jemahan x untuk mengubah jmak antara proyektor.
nya, pada dasamya semuanya terbentuk dari semua bagian-bagian di atas. Pada
Ada dua sistem yang berbedajenisnya yang digunakan dalam penyinar-
bab ini akan dibincangkan bagian-bagian itu dengan merujuk urutan tersebut.
an diapositif, yaitu: (l) yang menyinari seluruh diapositif secara serentak, dan
(2) yarl.S menyinari sebagian kecil diapositif pada satu saat. Proyektor Multi-
pleks dan proyektor Balpleks menyinari seluruh diapositif. Sistem proyeksi
12.4 SISTEM PROYEKSI
ini tidak memerlukan rod panduan (guide rod), seperti tercantum pada Butir 5
Gambar 12.3. Untuk menghindari panas yang berlebihan, keduanya menggu-
Pada sistem proyeksi stereoplotter proyeksi optik secara langsung,
nakan ukuran diapositif yang diperkecil dan sebuah sistem udara te(ekan
diapositif pasangan stereo ditempatkan pada proyektor dan disinari dari atas.
untuk pendinginan keran gka proyektor.
Berkas sinar diproyeksikan melalui lensa objektif proyektor dan ditangkap di
Sistem proyeksi Multipleks disajikan pada Gambar 12.5. Fungsi lensa
bawah pada permukaan pemantul platen. Sistem proyeksi jenis stereoplotter
kondensor ialah untuk meratakan sinar pada seluruh format diapositif dan
ini mempersyaratkan instrumen ini dioperasikan di dalarn ruang gelap.
Proyeksi stereoplotter serupa dengan proyektor slide biasa. Perbedaan
untuk mengumpulkan semua berkas sinar melalui bukaan kecil pada lensa
utamanya terletak pada presisi oplik, ukuran fisik, dan kemampuan penyesu-
aian dalam hal ketegakan relatif satu sama lain. Karena proyeksi berlangsung
melalui sebuah lensa objektif, harus dipenuhi formula lensa yaitu Persamaan
2.8, agu dapat diperoleh fokus yang tajam bagi model stereo. Dengan meng-
gunakan istilah simbol pada Gambw 12.1, formula lensa dinyarrkan sebagai
berikut:
Terjern*ran Y
I I l
- =-+- (t2.1)
f p'h
Pada Persamaan 12.1, p merupakan jarak utama stereoplotter (arak
dari bidang gambar diapositif ke titik nodal bawah lensa objektif ke bidang
i
fokus optimum), adalah ja rak proyeksi (iarak dari titik nodal bawah lensa ,d
,s Phi (Kemndengan Y)
objektif ke bidang fokus optimum),dan/ ialah panjang fokus lensa objektif Lensa
si
proyektor. Untuk memperoleh model stereo yang jelas, perpotongan pasangan
sinar yang diproyeksikan harus terjadi padajarak proyektrx di dalam kisaran ,f .r .*{
kedalamon medan (depth of ficld) lensa proyektor (lihat Butir 2.1-3).
Untuk mencip[rkan kembali hubungan sudut dua lbto tepat seperti
,.t
I t".;",nur,un z
pada sut pemotretannya (proses yang dijelaskan pada Butir 12.8), proyektor
|i
itu perlu memiliki kemampuan gerakan putaran dan penterjemahan. Ada enam
gerakan ini bagi tiap proyektor, seperli tercermin pada Gambar 12.4. Tiga
Gambar 12.4 Enanr,gerakan dasar proyektor
gerakan berupa rotasi sudut, masing-masing di seputar tiga sumbu yang
340 341

Cermin

Lampu * anaglifik
Filter
anaglifik .l (t

Lensa
kondensor

_i_
p, 30 mm
Lensa obyektif
t
Gambar 12-6 PenamPang lintang reflektor elipsoidal sistem proyeksi instru-
o
\o men BalPlex'
ca

tr
l( .E
F A
o
Bidang fokus
optimum
E .t
EeL
ua
!2=
I

Gambar 12.5 Sistem proyeksi inshumen Multipleks.

objektif. Jarak utama model Multipleks yang diperdagangkan sebesaI30,00


mil Oan jarak proyeksi optimumnya untuk memenuhi Persamaan 12.l ialah
sebesar iOO ,r. Kedalairan medan proyektor Multipleks sebesar 90
mm di
atas dan di bawah jarak proyeksi optimum. {) rl
Gambar ti.o m;nglambarkan sistem proyeksi plotter.Balplex @R-
55). Sumber cahaya dipiiatkan pada satu titik fokus cermin elipsoidal,
r"r"nt ru tensa oUlettif ditempitkan pada titik fokus lainnya. Cermin
elipsoidal bekerja se-bagai suatu [ondensor dengan baik karena sifat cahaya
yang muncul dari suatu sumber cahaya pada suatu titik fokus dipantulkan dengan jarak proyeksi optimum
325
i"erirri titik model proyektor Balplex yang berbeda dapat diperoleh dan Gambar r2.7 Instrumen protter balpleks
mm. (Seizin Bausch and Lomb')
342
v3
rnenrberikan pilihan j:rak pmyeksi oplimum 760 mm, 525 mm, atau 3d0
mm. Mirsing-masirrg mrdel tcrsebut mcnggunakan lensa objektif yang berbe-
da ufituk memenuhi formula lensa. Gambu 12.7 memperlihatkan Balplex
525 mm.
Proyektor yang pada satu saat hanya menyinari sebagian kecil daerah
diapositif memiliki dua keunggulan, yaitu bahwa proyektor itu dapat meng-
gunakan diapositif berukuran penuh dan proyektor jenis ini tidak memerlukan
sebuah sistem pendingin. Sistem penyinaran jenis ini terdiri dari sebuah
sumber sinar kecil dengan sudut sempit yang menyinari sebuah daerah pada
d.iapositifyang ukurannya kurang lebih setengah ukuran dollar. Bila diproyek-
sikan melalui lensa objektif, pada daerah model akan tersinari suatu daerah
yang sedikit lebih luas daripada pelat penyangga. Bila digerakkan dengan
menggunakan rod panduan, lampu akan bergerak di atas diapositif, mengikuti
penyangga dan menyinarinya pada saat lampu itu bergerak pada model stereo.
Plotter Kelsh yang disajikan pada Gambar 12.8 menggunakan jenis penyi-
naran parsial ini. Instrumen jenis ini mengkombinasikan sebuah jarak utama
sebesar 152 mm dengan jarak proyeksi optimum sebesar 760 mm; sebuah
kombinasi yang memungkinkan pembesamn lima kali dari skala diapositif ke
skala model.

I2.5 SISTEM PENGAMATAN


Fungsi sistem pengamatan pada plotter ialah untuk memungkinkan
operator mengamati model stereo secara tiga-dimensional. Pengamatan stereo
dimungkinkan dengan jalan memaksa mata kiri melihat daerah tampalan foto
kiri sementara maka kanan secara bersamaan hanya melihat daerah tampalan
foto kanan. Beda sistem pengamatan stereo yang biasa digunakiun di dalam
plotter dengan proyeksi optik langsung ialah: (l) sistem anaglifik, (2) pene-
ganti garbar-stereo (stereo image alternator, SIA), dan (3) sistem peng-
-
anutan layar-terpolaisasi (polarized platen viewing, PPV).
-
Sistem anaglifik menggunakan filter wama-warna komplementer, pada
Gembar 12.8 Instrumen plotter stereoskopik Kelsh. (Seizin Bagian Instrumen,
umumnya merah dan biru-hijau, untuk memisahkan proyeksi bagian kiri dan Kelsh, Danko Arlingion, Inc.)
kanan. Misalnya filter biruJrijau diletakkan di atas surnber cahaya proyektor
kiri dan filter merah diletakkan di kanan. Operator kemudian mengamati Sistem SIA menggunakan penutup yang disinkronkan untuk mem-
gambaran terproyeksi sambil memakai sepasang kacamata dengan kaca biru- peroleh pengamatan stereo. Di depan tiap lensa proyektor ditempatkan sebuah
hijau di kiri dan kaca merah di kanan, sehingga model stereo dapat diamati di penutup. Sepasang penutup bagian pengamatan yang digunakan oleh operator
dalam tiga dimensi. Sistem pengamatan anaglifik bersifat sederhana dan tidak untuk melihat, juga dipasang di depan platen. Penutup disinkronkan sedemi-
mahal. Meskipun demikian, cara ini tidak dapat diterapkan untuk diaposirif kian sehingga penutup proyektor kanan dan penutup bagian pengamatan
berwarna dan filter menyebabkan pengurangan sinar yang cukup berarti, kanan tertutup, dan sebaliknya. Oleh karena itu operator hanya melihat
schirrgga model tidak secerah bila pengamatannya dilakukan tanpa lilter. gambaran proyektpr kiri dengan mata kiri dan gambaran proyektor kanan
dengan mata kanan. Penutup bekerja bergantian secafil cepat sehingga operalor
34 345

tidak menyadari adanya ketidaksinambungan di dalam proyeksi. Sebuah


sistem SLA disajikan terikat pada plotter Kelsh pada Gambar 12.8.
Sistem PPV bekerja serupa dengan sistem anaglifik, kecuali filtemya
yang bukan filter berwarna, melainkan filter polarisasi. Filter yang polarisasi-
nya berlawanan diletakkan di depan proyektor kiri dan proyektor kanan.
1t
Operator menggunalcan sepasang kacamata dengan filter yang bersesuaian olit

pada bagian kiri dan kanan. Berbeda dengan sistem anaglifik, sistem SIA dan
sistem PPV keduanya mengalami pengurangan sinar sedikit sekali. Di sam-
ping itu, keduanya metnungkinkan penggunaan diapositif berwarna.

12.6 SISTEM PENGUKURAN DAN PENYIDIKAN

Sistem untuk melakukan pengukuran teliti atas model stereo sangat


penting bagi tiap plotter stereo. Pengukuran dapat direkam langsung pada saat
penyidikan wujud planimetrik dan garis tinggi, atau dapat diambil sebagai
koordinat model X, I, dan Z. Salah satu unsur utama sistem pengukuran
pada plotter stoeo dengan proyeksi optikal langsung ialah meja penyidikan
(tracing table). Platen (cakram putih) mengandung sebuah tanda acuan pada
pusatnya, biasanya berupa sebuah titik cahaya yang kecil. Tanda acuan
tampak mengambang di atas model stereo apabila platen di aas medan. Oleh
karenanya maka tanda itu dinamakan runda apung. Platen itu dap* dinaikkan
dan dihmmkan dengan jalan memutar sebuah sekrup. Gerak total secara tegak
sekitar 120 mm. Untuk mempeftesar gerak tegaknya dapat ditarnbahkan ceruk
perluasan. Gerak tegak platen dikaitkan pada sebuah piringan berskala itu
dapat merekam secara langsung ketinggian tempat dalam kaki (atau meter)
bagi bubagai skala model.
Sebuah peta manuskrip, lebih baik yang dibuat pada material dasar
yang stabil, diletakkan di atas meja acuan, seperti tersajikan pada Gambar
l2.2.Mejr penyidikan diletakkan di atas manuskrip dan digerakkan secara Gambar 12.9 Koordinatograf XY yang dipasang pada plotter dengan proyeksi
manual pada arah X dalrtY. Untuk menggambarkan letak suatu titik, platen optik secara langsung. (Seizin Auto - trol Corp.)
disesuaitan menurut arah sumbu X, Y, dan Z hingga tanda acuan tampak
menggerakkan meja penyidikan sedemikian sehingga tanda acuan selalu me-
merrcmpel tepat pada titik yang diinginkan pada model itu. Titik pensil yang
nempel pada medan.
berada tcgak di bawah tanda acuan kemudian direndahkan untuk mencatat
posisi planimerik titik ilu pada peta, dan ketinggian tempahya dibaca secara Bagi beberapa proyek lebih diinginkan untuk memperoleh catatan hasil
{} pengukuran dalam bentuk digital daripada dalam bentuk grafik. Hal itu di-
langsung pada piringan berskata. ra
mungkinkan apabila plotter dilengkapi dengan sebuah koordinatografXY se-
Untuk menyidik objek seped sungai, pensil direndahkan ke peta dan
perti tersajikan pada Gambar 12.9. Koordinatograf itu dipasang pada meja
meja penyidikan digerakkan pada bidang Xf sementara platen digerakkan ke
acuan, dan meja penyidikan dihubungkan kepadanya. Pada saat meja penyi-
alas dan ke bawah untuk menjaga agil tanda apung selalu menempel pada
dikan digerakkan pada model, koordinat X dan Y dapat dibaca secara langsung
sungai im. Dengan demikian maka pensil itu mencatat hasil penyidikan yang
bertesinambungan atas objek tersebut Garis tinggi juga dapat disidik dengan
jalan mcngunci piringan berskala pada ketinggian yang dikehendaki dan
346 347

pada skala yang terinci secara teliti pada dua rel koordinatograf. Ketinggian dengan sudut 01 dan 02 pada Gambar lz.la.lni perlu untuk memperoleh
tempat (kmrdinat a dapat dibaca secara langsung dari meja penyidikan seperti model stereoK yang benar. Carakerja untuk orientasi bagian dalam meliputi:
yang diuraikan sebelumnya. Instrumen elektronik khusus memungkinkan tiga (l) penyiapan diapositif, (2) kompensasi distorsi gambar,.(3)-memusatkan
koordinat pada sembarang titik diperagakan secara visual untuk dicatat secara Oiafosiiif pada pr6yektor, dan (4) meletakkan secara teplt jarak utama pada
otomatik pada pita magnetik atau pada kartu terlubang. Pada era komputer (r proyektm. Cara kerja ini diuraikan secara sendiri-sendiri sebagai berikut:
sekarang ini, dapat diperoleh keunggulan penghitungan yang penting dengan
0)
jalan mencatat secara sistematik koordinat X,Y,danZ dari iaringan tilik
yang padat di seluruh model stereo, sehingga diperoleh apa yang disebut 12.7.1 Penyiapan DiaPositif
nadel digilal medan (digital tenain model, DTM). Diapositif ialah transparansi yang_dibuat pada bahan dasar kaca yang
Sekarang telah dibuat koordinatograf khusus untuk "pembuatan pe- secara optt aamr atau bahan dasar film yang bening. Pembuatan dapat
nampang melintang", yaitu untuk membgat profil medan tegak lurus terhadap dilakukan dengan cetak kontak lan gsung atau den gan cetak pr oy eksi. Apabila
sebuah garis pusat, suatu cara kerja yang disebut pembualan penampang me' dicetak secara kontak, jarak utamanya akan persis sama besar dengan panjang
lintang (cross sectioning). Penampang melintang diperlukan bagi penghitung- fokus kamera yang digunakan untuk pemotretan. Oleh karena itu maka
an volume untuk pekerjaan tanah dalam perencanaan dan penggambaranjalan diapositif yang aicetat lonmk hanya dapat digunakan Pala plotter yang julat
i

raya, jalan kereta api, kanal, dan sebagainya. Apabila dilakukan pembuatan i
akomodasinya dalam jarak utama meliputi panjang fokus kamera yang
penampang lintang dengan cara fotogrametrik, garis yang diambil sebagai digunakan untuk pemorean. cetak kontak menciptakan geometriyang benar
garis tengah digambarkan pada peta manuslaip. Dengan koordinatograf untuk selama jarak utama proyektor disetel sama besar dengan panjang fokus kamera
penampang melintang yang diorientasikan sesuai dengan garis tengah, gerak yang digunakan untuk Pemotretan.
meja penyidikan terbalas pada arah tegak lurus terhadap garis pusat pada tiap i Eila pembuatan diapositif dilalrukan dengan cetak proyeksi, (lihat Butir
titik yang dikehendaki. Ketinggian tempat dan jarak terhadap garis pusat dica-
tat secara otomatik pada peta atau kartu bagi tiap titik di medan di mana ope-
rator memasang titik apung. Penampang melintang yanS tercatat ini kemudi-
ii 3.12), jarak utama diapositif dapat dibuat berbeda dari panjang fokuskamera
yang digunakan untulipemotretan. Cetak proyeksi perlu bila di.apositif untuk
ptotiinglteteo dibuat dari foto udara yang panjang-fokusnya terletak di luar
an dapat dimasukkan langsung ke komputer untuk pemrosesan volume peker- jangkaian akomodasinya jarak utama penggambar letak. Sebagai contohnya
jaan tanah, dan sebagainya. Sebelum digunakan fotogrametri, pembuatan iala--h pembuatan diapoaitii Multipleks dan Balpleks (arak utamanya masing'
penampang melintang selalu dilaku[an dengan survei medan. Akan tetapi, masing 30 mm oan 5s mm) diui foto udara dengan panjang fokus6 inci. Bila
pembuatan penampang melintang dengan cara fotogrametri memperoleh aiapositif dibuat dengan jarak utama tidak sama dengar panjanq fokus kamera
popularitas dengan cepat karena kecepatannya berlipat ganda, lebih ekonomik, pemotretan, ukuran diapositif akan diperkecil atau diperbesar dengan perban'
dan pada umumnya membuahkan hasil yang ketelitiannya sama dengan hasil plf.
survei medan.
-
dingan
ituUungan geometrik yang harus ada dalam pembuatan diapositif
Pada saat ini telah dikembangkan sistem baru untuk pengukuran dan dengan cetat-proyet<si disajili:an pada Gambar 12.10. Berdasarkan segitiga
penyidikan yang disebut meja penyidikan otomotik dengan digit yang disem- sebangun pada-Gambar lz.lM yang menunjukkan foto udara, maka:
purnakan (lihat Butir 12.16\. Sistem ini dengan cepat mendesak koordinato-
graf yang dirrraikan di aas. L=4
H,- D
@)

Berdasarkan segitiga sebangun pada Gambar l2.l0.b yang mencermin-


I2.7 ORIENTASI BAGIAN DALAM 1) al
kan cetak proyeksi.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, diperlukan tiga tahap untuk d,B @)


mengorientasikan plotter stereoskopik. Tahap pertam a &rupa oientasi bagian dA
dalam yang meliputi persiapan yang diperlukan untuk menciptakan kembali Dan berdasarkan segitiga sebangun pada Gambar l2.l0c yang me-
geometri sinar terproyeksi guna membentuk geometri secara tepat foto asli-
nunjukkan stercopbtter.
nya, misalnya sudut ei, dan 0 2 pada Gambar l2.lb harus tepat sama besar
{

348
y9

d_p
D'=i (c)

-. Dengan substitusi (a\ke(b), dan selanjutnya substitusi ke (c), akan


tt (l diperoleh hubungan berikut

oB hD
f - A= H'o- (d)

Karena geometri yang benar harus tetap dipertahankan dari foto ke


-
proyekli stercoplotter, segitiga ALB danA'oIi' paoa camuar l2.t0a dan c
Diapositif juga sebangun, sehingga:
Lensa pe,ncetak
H'h
D=a (e)
Negatif
, Dengan substitusi (e).ke (O., diperoleh persarn:um berikut yang menya_
takan kondisi yTg harus dipertahankan pada pembuamn aiapositi? d"ngun
jalan cetak proyeksi:

p_
-B_
f-A (12.2)

Di dalam Persamaan r2.2, p ialah jarak utama diapositif,/iarah pan-


jang.fokus
Diapositif Srqo yang digunakan untuk pemotreran, B ialah jarai puOu p"n-
getak pmyeksi dan timbulnya titik nodal lensa pencetak ke bidang olapositir,
Lensa penggambar letak F 4 iulrh iro! d"ri bidang negatif ke jatuhnya titik nodar i"nr? p"i.emrr.
Ynl$ T".rp. r9leh diapositil yang fokusny a taiam, t arus apenurri iutu ton-
orsr ragr dan ini berarti iyax e dan B pada pencetak dengan proyeksi
harus
ditentukan sedemikian sehingga formura lensa yaitu peri*aan i.g, *"rn"-
nuhi lensa pencelak, a[au

lll
7=7* E (12.3)

di mana/'menrpakan panjang fokus lensa pencetak dengan proyeksi.

()l ,l
.t Contoh 12.1
tt
,l untuk membuat diapositif yang jarak utamanya sebesar
;l - -- -^o-ii1e!nkan
153,00 dari foto bulan vang dibuat dengan ta.e"ilrasserbhd
Gambar 12.10 Hubungan geometri yang diperlukan dalam pembuatan diaposi_ lr t;;;arJang
fokusnya^80,O0 mm. aiabiia.p*i*g irmr f.nru pencerak dengan proyeksi
tif dengan cetak proyeksi. (a) Fotografi, (D) cetak proyeksi, ft) proyeksi stireo_
plotter. sebesar 100,00 mm, berapakah-jarak A dan B yang trarus otentut'ani '-'
350 351

Jawafun Pencetak dengan proyeksi yang khusus dirancang untuk membuat di&
positif yang diperbesar atau dipe*ecil, dengan sebruh kisaran yang luas dalam
Dengan Persamaan 12.2,
perubahan jarak A dn B disajikan pada Gambar 12. I l.
u-3,00=a
80,00 - A
B =('ffi)^
Bila diapositif dicetak secara kontak antara emulsi dengan emulsi, ma-
ka diapositif harus diorientasikan pada stereoplatter dengan emulsi di sebelah
(t
a) atas untuk menciptakan kembali model yang geometrinya benar. Hal ini
Dengan substitusi nilai B ke Persamaan 12.3, merupakan kekurangan bila dibanding terhadap plotter dengan proyeksi optik
secara langsung, karena berkas sinar yang membawa gambar mengalami dis-
1
torsi pada saat melalui dasar kaca atau film (lihat Butir 2.2). Kondisi ini dapat
I I 153-00 . dihindari bila pembuatan diapositif dilakukan dengan pencetakan secara
=--
100,00 A 80 proyeksi melalui dasar tilm negatif, seperti tercermin pada Gambar 12.12.
Diapositif yang dibuat dengan cara ini terorientasikan secara benar pda pro-
Dengan menyelesaikan persamaan di atas akan diperoleh nilai ,{= yektor, dengan emulsi di bawah,sehingga meniadakan distorsi oleh pembias'
1.52,29 mm. an sinar yang melalui kaca atau film @ada Gambar 12.12, gais'garis putus
Dengan substitusi dan ponyelesaian bagi B, bagi hurufF menunjukkan bahwa letaknya di bawah).

, = '###r 52,2e = 2erp5 mm

.L
5t{slun

Gambar 12.12 Pencetakan diapositif dengan proyeksi melalui dasar film


(perhatikan bahwa geometri model yang benar diperoleh dengan emulsi diaposilif
ying mengarah ke bawah pada proyektor). (a) Foto as[, (b) pencetakan diapositif
.) (a dengan proyeksi, (c) proyeksi stereoPlotter.

Seperti dijelaskan sebelumnya, diapositif dapat dicetak pada kaca atau


pada film. Ada beberapa keunggulan dalam penggunaan diapositif filrn, yaitu
harganya lebih murah, tidak kawatir pecah, dan untuk penyimpanan cukup
Gambar 12.11 Pencetak reduksi wild U4 untuk membuat diapositif. (Seizin dengan ruang lebih kecil. Kelemahan penggunaan diapositif film pada keba-
Wild Heerbrugg Ins&rrments, Inc.) nyakan plotterdengan proyeksi optik seca{al@
I Proyck Fornblnaan Perpistakaacrr
,rtlt Tlnrur
tl| rfis twN
352 353

film itu hanrs dipasang pada proyektor dalam susunan cepitan antara dua po- ngan caxa yang sedikit berbeda pada tiap instrumen, pada dasamya dilakukan
tong kaca secara optik daiar. Ini menyebabkan distorsi dalam perjalanan sinar dengan meluruskan lerak mnda fidusial diapositif dengan empat tanda kolimasi
yang memerlukan kornpensasi. Fengkeruten dan pennuaian juga cukup berarti terkalibrasi yang perpotongannya menunjukkan letak sumbu optik proyektor.
pada diapositif film. Pada kaca" pengkerutan dan pemuaian secrua p,raktis tidak Sebelum diapositif diletakkan pada proyektor, diapositif tersebut dijajarkan
terjadi. sehingga daerah umumnya bertampalan. Kemudian diapositif itu dipisahkan,
diputar pada sumbu Z setitar 180o, ditempatkan pada pemegang pelat proyek-
tor, dan dipusatkan. Padaproyeksinya, fotonya terputar 180o, yang menyebab-
12.7.2 Kompensasi untuk Distorsi Gambar
kan daerah lazim (common areas) pada gambaran terproyeksi bertampalan.
Kompensasi untuk distorsi radial lensa kamera yang digunakan untuk
pemotretan dapat dilakukan dengan rnenggunakan satu di antara tiga cara
berikufi (l] peniadaan distorsi dengan "pelat koreksi" dalam pencetakan diapo-
12.7.4 Penyetelan Jarak Utama yang Tepat dalam Proyektor
sitif dengan proyeksi, diikuti dengan penggunaan iensa proyeksi yang bebas Tahap terakhir orientasi bagian dalam berupa penyetelan jarak utama
distorsi, (2) dengan rnengubah-ubah jarak utama proyektor dengan mengguna- diapositif pada proyeksi. Hal ini tidak perlu bagi plotter seperti Multiplex dan
kan kuda-kud;r, sehingga terbentuk kembali geometri yang benar, dan (3) Balplex yang jarak utamanya terpasang tetap dan yang diapositifnya dibuat
penggunaan lensa proyektor yang sifat distorsinya menghapus distorsi sesuai dengan jarak utama ini. Bagi plotter lainnya, jarak utama dapat diubah-
kamera. ubah dengan penyesuaian sekrup berjenjang atau ring berjenjang untuk
Pada metode yang pertama, pada penceuk dengan proyeksi diternpatkan meninggikan dan merendahkan bidang gambar diapositif. Proyektor ini di-
pelat koreksi yang tebalnya lrcrbeda-beda, yaitu padajalur sinar antara negatif rancang untuk mengakomodasi jarak urama nominal tertentu dan kisaran
dan positif. Berkas sinar terproyeksi yang mehlui pelat koreksi dibelokkan nilainya kecil; seperti misalnya bagi plotter Kelsh yang disajikan pada
sepanjang garis radial dari titik utarna sebesar yang diperlukan untuk rneniada- Gambar 12.8 dirancang untuk foto dengan panjang fokus 6 inci (152 mm),
kan distorsi radial. Berbeda dengarr pelat l,roreksi yang ditempatkan pada dan kisaran akomodasi jarak utamanya dari 150 mm hingga 156 rr'm.
pencetak dengan proyeksi, pelat koreksi dapat diternpatkan pada proyektor
penggambar letak stereo untuk melakukan efek yang sama. Untuk melakukan
koreksi terhadap distorsi lensa berbagai lamera, dapat diperoleh pelat koreksi I2.8 ORIENTASI RELATIF
yang beraneka. Di samping untuk kompensasi bagi distorsi lensa, dapat
diperoleh pelat koreksi untuk menghapus distorsi yang disebabkan oleh Bayangkan kamera yang membeku di antariksa pada saat pemofretan
pembiasan atmosferik dan lengkung bu,mi. sebuah pasangan foto stereo. Dua negatif dalam kamera akan mengandung
Pada metode kedua untuk kompensasi distorsi lensa, digunakan kuda- posisi dan sikap tertentu secara relatif satu terhadap yang lain. Di dalam orien-
kuda yang secara nnekanik meninggikan atau merendahkan lensa proyektor lasi relatif, hubungan posisi dan sikap ini diciptakan kembali bagi dua diapo-
(atau diapositi$ sedernikian sehingga sinar te4rroyeksi rnembentuk sudut sitif dengan cara gerakan melalui proyektor.
sama besar dengan sumbu optik proyeklor seperti yang terbentuk dengan Kondisi yang terpenuhi dalam orientasi relatif ialah bahwa tiap titik
sumbu optik kamera pada saat rnemasuki kamera. Dengan demikian maka model dan dua pusat proyeksi membentuk sebuah bidang dalam miniatur
distorsinya terhapus. Sebagai catratan bagi perbincangan ini, harus disebutkan penis seperti bidang yang ada bagi titik medan yang bersangkutan dan dua
bahwa sebagian besar lensa kamera udara yang modern mendekati bebas stasiun pemotretan. Kondisi ini dilukiskan oleh bidang A'Opz dan ALrL,
distorsi hingga kompensasi bagi distorsi sering diabaikan sama sekali. pada Gambu 12.1. Sudut Paralaktik 0'bagi sembarang titik dalam model
Sebagai salah satu contoh ialah lensa Pleogon Zeiss. Sifatnya mendekati stereo pada Gambar l2.l iuga harus sama besar dengan paralaktik Q bagi
bebas disorsi disajikan pada kurva distorsi radial lensa pada Gambar 4.15. titik aslinya. Implikasi bagi kondisi sebelumnya untuk orientasi relatif ialah
bahwa berkas sinar terproyeksi untuk titik yang bersangkutan pada diapositif
12.7.3 Pernusatan Di*pusitif dalam Proyektor kiri dan kanan harus berpotongan pada satu titik. Hal ini merupakan dasar
bagi cara kerja orientasi relatif sistematik yang diuraikan di bawah ini.
Diapositif pada proyektor harus dipusatkan sehingga titik utamanya Karena orientasi relatif tidak diketahui pada saat pekerjaan dimulai, dua
terletak pada sumbu optik lensa proyektor. Meskipun masalah ini diatasi de- proyektor mula-mula fiatur posisinya secara relatif an-tara satu d"nga, yung
354 35s

lain kira-kira saja. Kalau digunakan foto tegak, biasanya diletakkan


secara Gambar 12.4. Gerakan ini dilukiskan pada Gambar l2.l5a hingga/, Gambar
sedemikian sehingga diapositif terletak hampir datar dan sumbu x terletak L2.l5a menunjukkan bahwa terjemahan X hanya melalui gerakan X ke semua
pada sebuah garis lazim. Proyeksi juga disesuaikan sedemikian sehingga gambar terproyeksi. Oleh karena itu maka tidak ada paralaks y yang dapat
susunan Y danZ (arak dari batang proyektor dalam arah Y dmtZ) sama besar. dibersihkan dengan gerakan ini. Pada Gambar l2.l5b, terjemahan I
menye-
Pada saat lampu proyektor mula-mula dihidupkan, berkas sinar yang bersang- babkan gerakan Y yang sama besar bagi semua gambar terproyeksi. Oleh
kutan tidak akan berpotongan, dan gambar yang terproyeksikan mungkin karena itu sembarang titik pada model strereo dapat dibersihkan paralaks y-nya
tampak pada pelat penyangga, seperti tercermin pada Gambar l2.l3a. Karena dengan menggunakan gerakan ini. Gambar l2.l5c menunjukkan bahwa
komponen X yaitu prbagi gambar yang tidak bertemu itu merupakan fungsi semua titik bergerak secara radial ke arah luar dari titik proyeksi apabila
proyeksi ditedemahkan ke atas dcdam Z. Gerakan gambar akan secara radial ke
ketinggian titik, ia dapat dihilangkan dengan jalan meninggikan dan meren-
arah dalam bagi terjemahanZke arah bawah. Dengan menggunakan terje-
dahkan pelat penyangga. Komponen Y yaitu pyyang tersisa (lihat Gambar
mahan Z, pualaks Y dapat dibenihkan bagi semua titik kecuali yang terletak
l2.l3b) disebut paralaks y, dan ini harus ditiatakan atau dibersihkan (cleared) di sepanjang sumbu X. Pada Gambar l2.l5d, rotasi omega (kesendengan)
bagi semua titik pada model stereo untuk memperoleh model yang terorien- menyebabkan gerakan Y bagi semua gambar terproyeksi. Oleh karena itu
tasikan secara relatif- gerakan ini dapat digunakan untuk membenihkan paralaks y di tiap titik pada
Lebih dari sekedar membersihkan paralaks y bagi tiap titik pada model model. Seperti tercermin pada Gambar l2.l5e, rotasi phi (tip) menyebabkan
cara kerja konvensional membersihkan lima titik baku (ditambah titik sebuah gerakan X bagi seluruh gambar terproyeksi, tetapi juga melewatkan
keenam untuk cek) yang terletak di dalam model, seperti tercermin pada Gam- sebuah komponen Y bagi titik-titik yang tidak terletak pada sumbu X dNrY.
bar 12.14. Bila lima titik ini telah benih dari paralaks y, maka seluruh model Akhirnya, pada Gambar l2.l5f, suatu rotasi kappa (swing) melewatkan
akan bersih. Titik I dan 2 terletak tegak lurus di bawah proyektor I (proyek- komponen Y ke titik mana pun pada model kecuali yang terletak di sepanjang
tor kiri) dan proyektor II (proyektor kanan). Titik 3 dan 5 terlelak pada sumbu sumbu I. Pengertian yang jelas gerakan gambar ini akan membantu dalam
I melalui proyektor I dan titik 4 serta 6 terletak pada sumbu Y yang melalui menjelaskan mengapa paralaks r dan y dapat ditiadakan dan orientasi dapat
proyeksi II. Titik 1,2,3, dan 4 secara kasar membentuk sebuah bujur dilakukan dengan menggunakan cara kerja berikut:
sangkar, seperti halnya titik 1, 2,5, dan 6.

Gambar Belakang 4
terproyeksi model +
l--P,--l / '
I r'[
t'T
_lL
-lT
Itp,
-rrL-
-lT i JL
-lr
56
*D.pun model *
(a) (b)

Gambar 12.13 (a) Mengamati paralaks y dari x pada pelat penyangga. (D) Sete- Gambar 12.14 Lokasi model stereo bagi enam titik yang secara konvensional
digunakan di dalam orientasi relatif.
lah meniadakan paralaks .r, hanya paralaks ) yanB tersisa.

Sebelum diuraikan cara kerja orientasi relatif, ada baiknya untuk mem-
Dua cara kerja orientasi relatif secara sistematik yang berbeda akan
pertimbangkan gerakan gambar terproyeksi pada daerah model; yang disebab- dibincangkan pada teks ini, yaitu: (1) metode dua-proyektor atau yang lazim
disebut metode swiltg-swing, dan (2) metode sotu'proyektor. langkah yang
kan oleh masing-masing dari enam gerakan yang telah dilukiskan pada
356 357
Y Y Y
I t t /. lllangi langkah a tungga e sampai tidak ada paral aks p, pada s

tll g. Cek 6bagip,

*ffi
I

-H-
I

Di dalam menganalisis langkah-langkah di atas, harus diingat bahwa


+x ,
langkah tidak menampilkan paralaks y pada titik I sehingga baik titik I
I

-].
I '-@r
t t
/l
I
maupun titik 2 bersih pada langkah ini. Langkah c juga tidak menampilkan
paralaks y pada titik I maupun titik 2, sehingga titik 1, 2, dan 3 bersih pada
langkah ini. Selanjutnya, langkah d tidak menampilkan paralaks y pada titik
l,2,ataa 3, sehingga titik I hingga 4 bersih pada langkah ini. Langkah e
I
I I

Teriemahan X Terjemahan Y Terjemahan Z menyebabkan paralaks y pada titik 5 akan menghilang. Mungkin diperlukan
(o) (b) (cl
beberapa pengulangan langkah a hingga e untuk pada akhimya membersihkan

Y
titik 5. Apabila titik t hingga 5 dibersihkan titik 6 juga harus dibersihkan.
v
I Bila tidak dibersihkan, biasanya akan merupakan indikasi bahwa lima titik
I
t +
lainnya tidak benih benar.
\ll --{?
/l'. Bila digunakan sistem pengamatan an.rglifik, paralaks y bagi penggu-

, ffi--,
langan pertama atau keduabagi langkah a hingga e dapat dibersihkan dengan
-r ffi-l td
LY]
I

+x mempertemukan gambar merah dan biru-hijau yang bersangkutan. Pengulang-


an terakhir dilakukan dengan operator memakai kacamata. Bila kacamata

/l\ I
+
I
\i,/
I
dipakai, mata kiri dan kanan masing-masing difokuskan pada proyeksi kiri
dan kanan. Sembarang paralaks y pada gambar terproyeksi secara tidak sadar
terkoreksi oleh sebuah penyimpangan sumbu optik dua mata. Akan tetapi,
Omega (tilt) Phi (tip) Kappa (swing) haf ini menyebabkan kenampakan pemisahan y pada tanda apung, yang
memungkinkan operator melakukan pengamatan tepat atas jumlah paralaks y
Gambar 12.15 Gerakan gambar ,"*roll*r, pada model yurg air"flttan oleh dipindahkan hingga pemisahan y bagi tanda apung menghilang dan diperoleh
enam gerakan proyektor. satu tanda apung yang jelas.
Metode dua-proyektor yang diuraikan di atas memerlukan perputaran
tercakup pada metode dua proyeksi adalah sebagai berikut (lihat Gambar 12.14 kedua proyeltor. Ada situasi di mana perlu dipertahankan orientasi salah satu
proyektor, misalnya yang kiri, dan untuk melakukan orientasi relatif dengan
dan 12.15):
gerakan proyektor kanan saja. Salah satu contohnya ialah dalam melakukan
a. Membersihkanprpada I dengan kappa (swing) pada proyektor II orientasi suatu jalur yang terdiri dari tiga lembar foto atau lebih pada batang
b. Membersihkan prpadaL dengan kappa (swing)) pada proyektor I proyektor yang memegang tiga proyektor atau lebih. Stereoplotter dengan
c. Membersihkanprpada 3 dengan phi (tip) pada proyektor II delapan proyektor disajikan pada Gambar 14.1. Setelah dua foto pertama
d. Membersitrkan pygada4 dengan phi (tip) pada proyektor I diorientasikan, foto ketiga harus diorientasikan terhadap foto kedua tanpa
e. Mengamati prpada 5, meniadakan paralaks y, dan mengoreksi lagi dengan mengubah orientasi yang kedua, dan seterusnya. Metode satu-proyektor yang
menampilkan l/2 p, uh pada arah berlawanan dengan omega (tilt) pada ti- dikemukakan secara garis besar pada langkah berikut dapat digunakan pada
ap proyektor.*)
koreksi bagi situasi lain dapat dihitung, akan tetapi, akan dijumpai paralaks y. Harus
+) Jumlah sebenarnya koreksi paralaks y yang harus dilakukan pada butir 5 merupakan dicatat bahwa nilai koreksi yang dihitung dengan formula di atas hanya tepat bagi medan
fungsi panjang fokus kamera/dan jarak y (diukur pada foto asli) dari titik model I hingga yang datar, dan merupakan perkiraan yang baik bagi medan yang berbeda-beda. Ketidak-
titik model 5. Jumlah ini dapat dihitung dengan formula 0,5 (l+ y2tJ2)-1. Bagi foto tepatan langkah ini membantu dalam menjelaskan perlunya melakukan pengulangan
dengan panjang fokus kamera 6 inci dan jarak y = 4,25 inci, nilainya dalam orientasi relatituntuk akhimya membenihkan paralaks y.
= lE. Oleh karena
itu langkah e di atas berlaku khususnya bagi kondisi yang sangat terbiasa dijumpai.
359
3s8

situasi semacam ini. Semua gerakan dilewatkan ke proyektor yang sebelah


kanan (lihat Gambar 12.14 untuk lokasi titik).
so =* (12.s)

Pada Persamaan 12.5, Srialah skala foto dan/ialah panjang fokus


a. Membersihkan py pada2 dengan terjemahan Y
b. Membersihkanpy WM I dengan kappa (swing) kamera. Dengan substitusi Persamaan 12.5 ke Persamaan 12.4, dihasilkan
persamaan berikut yang menguntungkan untuk menghitung skala model yang
c. Membersihkan p,
pada4 dengan terjemahan Z Ir
optimum (skala tertentu):
d. Membersihkan p, pada 3 dengan phi (tip)
e. Mengamati p, pada 6, menghilangkah paralaks y, dan mengkoreksi lagi s^ =1 so (t2.6)
dengan menampilkan lf2 pn dengan arah yang berlawanan terhadap omega
Di dalam Persamaan 12.6, hlf merupakan perbandingan antara jarak
(til0.) proyeksi terhadap panjang fokus kamera, dan juga merupakan rasio perbesar-
I Ulangi langkah a hingga e sarnpai tidak ada paralals py pada 6 an dari skala foto ke skala model. Berdasarkan penjelasan sebelumnya kemu-
g. Cek 5 untuk p, dian tampak bahwa bagi skala foto tertentu, skala model yang optimum di-
tentukan pada stereoplotter tertentu dengan iarak proyeksi optimumnya.Pada
stereoplotter dengan proyeksi optik secara langsung digunakan lensa objektif
12.9 ORIENTASI ABSOLUT proyektor dengan bukaan kecil sehingga dapat dihasilkan suatu kedalaman
medan yang luas. Dengan demikian dapat diperoleh sebuah model yang rne-
Setelah orientasi relatif terselesaikan, diperoleh model medan tiga-di- muaskan bagi jarak proyeksi yang agak luas kisarannya. Sebagai akibatnya
.mensional yang benar. Meskipun skala mendaar dan tegak pada model sama maka dapat diperoleh ketentuan dalam memilih skala model. Kisaran jarak
besar, skala itu tidak diketahui dan hanrs ditetapkan pada nilai yang diingin- proyeksi juga memungkinkan akomodasi relief topografi dalam model stereo.
kan. Model itu juga belum diratakan sesuai dengan datum. Memilih skala Skala model yang sebenarnya yang digunakan harus dipilih mendekati skala
model dan menetapkan model pada skala itu, dan pemetaan model merupakan model optimum, tetapi harus dibulatkan ke salah satu skala yang lazim
tujuan orientasi absolut. digunakan, seperti misalnya I inci/100 kaki, I : 1.000, dan sebagainya. Bila
penggambar letak tidak dilengkapi dengan koordinatograf atau pantograf
12.9,1 Memilih Skala Model untuk mengubah skala dari model ke peta, maka skala penggambaran letak
sama dengan skala model.
Skala model ditetapkan dalam batas tertentu berdasarkan skala foto dan
karakteristik stereoplotter tertentu. Dengan membandingkan geometri pada
Gambar l2.la dan l2.lb,terlihatbahwa skala model merupakan rasio segiti- Contoh 12.2
ga ALrL, dwr A'O
,Or. Dengan mempersamakan segitiga sebangun ini maka Foto untuk pemelaan dibuat dengan panjang fokus kamera sebesar 6
skala model dapat dinyatakan sebagai inci (152 mm) dari ketinggian terbang sebesar 3.000 kaki di atas medan.
Berapakah skala model optimum dan berapakah skala model aktual yang harus
\'^bh dipilih untuk: (a) proyektor Balplex (525) dan (b) plotter Kelsh (760)?
om- - ---
B- H, (12.4)

Jawaban
Pada Persamaan 12.4, S-
ialah skala model,, ialah basis udara mode al
i
B merupakan basis udara fotografik, ialah jarak proyeksi plotter, dan H' Berdasarkan Penamaan I 2.5:
ialah tinggi terbang di atas medan. Dari Bab 6 dapat diingat kembali bahwa
^=
rp
6inci linci
tinggi terbang di atas medan dan panjang fokus kamera menentukan skala foto JIootufi = 5oo kuki
sesuai dengan hubungan:
(a) Balplex (lr optimum = 525 mm):
*; Lih"t catatan Berdasarkan Persrnaan I 2.6:
kaki pada halaman 357.
360 36t

- 525 mm I inci I inci 12.9.2 Penskalaan Model


", = T52 ** 5oo kuki = 145 k"ki Apabila basis model awal diperhitungkan seperti yang dir:raikan di aas
Skala model optimum sebesar I inci/145 kaki; dipilih I inci/150 kaki dan proyektor dipasang sesuai dengan hasil perhitungan tersebut, setelah di-
atau I : 1.800 lakukan orientasi relatif maka skala model stereo akan mendekati skala yang
(b) Kelsh (lr optimum = 760 mm): diinginkan. Seperti tercermin pada Gambar 12.16, skala model diubah dengan
Berdasarkan Persamaan I 2.6: mengubah basis model. Bila susunan Y dmt Z dua proyektor sama besar,
maka basis model hanya dibentuk oleh komponen X yang disebut b, dan
^ = 760 mm I inci = I inci
J, skala model diubah secara sederhana dengan menambahkan Ab, pada basis
157 * 5oo krki loo krki
model, seperti tersajikan pada Gambar 12.1fu.
Skala model optimum sebesar I incVl00 kaki atau I : 1.200; skala inilah Untuk penskalaan sebuah model stereo diperlukan paling sedikit dua
yang dipilih. titik konrol mendatar. Titik-titik ini digambarkan letaknya berdasarkan skala
Bila skala model telah ditentukan, basis udara model awal (arak antara model yang dipilih. Pada pea manuskrip, titik-titik ini digambarkan sebagai
proyektor) ditetapkan. Yang paling enak ialah melaksanakannya sebelum titik A dan B pada Gambar l2.l6b. Manuskrip ini selanjutnya diletakkan di
orientasi relatif, sehingga skala model setelah orientasi relatif besa:nya men- bawah model, dan dengan tanda apung diletakkan pada titik model, seperti
dekati skala model yang diinginkan. Basis model awal dapat diperoleh dengan misalnya A', manuslnip digerakkan hingga titik peta A terletrk langsung di
mengalihkan basis foto (arak antara titik utama dan pasangan titik utama) bawah pensil penggambar. Sehnjutnya tanda apung diletakkan pada titik mo-
dengan rasio perbesaran aktual SriSr. Basis foto dapat diukur langsung pada del B'. Manuskrip dimhan kuat-kuat dengan jari telunjuk pada titik A, dan di-
putar hingga garis peta AB segaris dengan garis model A'B'. Bila garis model
foto, atau dihitung berdasarkan persentase tampalan depan.
AB'lebih pendek daripada garis peta AB, seperti tampak pada Gambar
l2.l6b, skala model terlalu kecil dan harus diperbesar dengan menambah
Contoh 12.3 basis model hingga garis model A"B" yang baru sama panjang dengan garis

Misalkan foto pada Contoh 12.2 dengan format 9 inci dan dengan tam-
WtaAB. Basis model dapat digambarkan sesuai dengan nilai yang"diinginkan
dengan jalan dicoba dan dicoba lagi, atau dengan menambahkan AD, yang
palan depan 60Vo,beiapakah basis model awal bagi (a) plotter Balplex (525)
dafrat diperhitungkan secara langsung berdasarkan formula berikut:
dan (b) plotter Kelsh (760)?

lawaban
Lb,=b,(*b- r) (12.7)

Pada tampalan depan 607o, basis foto sebesar 40Vo dwi format 9 inci, atau 0,4 Pada Persamaan 12.7, AB dmt A?' diskalakan dari manuskrip dalam
x 9 inci = 3,6 inci. unit yang mudah. Bila tanda aljabar AD, negatif, skala model terlalu hsar dan
b, harus dikurangi dengan Arr. Setelah model diskalakan, dianjurkan untuk
(a) Balplex:
mencek titik kontrol horisontal ketiga untuk menghindari kemungkinan
terjadinya kesalahan.
b= 3,6?=
JP
r,o +i#l#*i = t2 inci
t,
Contoh 12.4
(b) Kelsh:
Misalkan sebuah garis petaA8 sepanjang 17,60 inci dan panjangnya
b =3,6-"triffi3#li= 18 inci pada model sebesar 16,94 inci. Basis model awal dipilih 18,00 inci, dan
susunan basis Ydan Zsanabesar. Berapakah pengubahan basis model yang
diperlukan untuk merrcapai skala model yang dikehendaki?
362 363

I membersihkan paralaks y suatu titik di dekat 4 atau 6 dengan sebuah gerakan


proyektor II sebesar br. Akan tetapi, kesulitan ini dapat dihindari dengan
I
membuat susunan dua proyektor sama besar dan susunan Z dua proyeklor
sama besar dengan orientasi awal.
,rf(
B (8"\
r-'- --J' A
|/i

L_
Ii
_ ___J I
qt
II
ilit Gambar 12.17 Basis model dengan komponen br,brdan D, (perhatikan bahwa
(b) tambahan /D, terhadap b, }uga memerlukan tambahan komponen Ab, dan Ab" )
I
Gambar 12.16 Pengubahan slala model dengan penyesuaian basis model. (a)
Pandangan insan melintang, (D) pandangan atas. d
- 12.9.3 Perataan Model
Jawahn Langkah terakhir di dalam orientasi absolut berupa perataan model. Ca-
Berdasartan Persamaan I 2.7: ra kerja ini memerlukan paling sedikit tiga titik kontrol tegak yang tersebar
letaknya pada model sedemikian sehingga membentuk sebuah segitiga. Pada

aD, = r8,oo (ffi- r) ='o,zo inci


prakteknya harus digunakan empat titik, satu di dekat tiap sudut model. Akan
lebih baik bila digunakan juga titik kelima yang leraknya pada pusat model.
Sebelum dilanjutkan dengan perataan, pada meja penyidik harus dimasukkan
Basis model harus ditambah dengan 0,70 inci untuk membentuk mo_ gir (gear) yang tepat sehingga perubahan ketinggian tempat yang tercatat pada
del dengan skala yang benar. piringan, yaitu perubahan ketinggian yang disebabkan oleh gerak naik turun-
Bila susunan Y dan Z proyektor tidak sama besar, di samping kompo nya pelat, sesuai dengan skala model yang dikehendaki.
nen dasar bo masing-masing Y danZ akan teqadi komponen Oasarbrdan b, Suatu model dengan sebuah titik konfol tegak di dekat tiap sudut yang
pada basis udara model, seperti tercermin pada Gambar 12.17. Hal ini teuitr belum diratakan, disajikan pada Gambar 12.18. Perhatikan adanya dua kom-
menyulitkan dalam penskalaan model. Bila di dalam penskalaan perlu ponen kesendengan sumbu kamera (tilt) pada model, komponen X (uga dise-
penambahan basis model, misalnya proyektor II harus digeser ke II'sepanjang but O) dan komponen Y (uga disebut Q). Besamya ketidakrataan model pada
garis basis yang- menghubungkan I dan II; untuk menghindari tiniuuinyi
(l
tiap komponen ini ditentukan berdasarkan pembacaan ketinggian model titik
paralaks y. Untuk ini diperlukan penampilan komponen Abx, Lby, dan Abz kontrol tegak dan membandingkannya terhadap nilainya yang diketahui.
di dalam penskalaan. Setelah ditampilkannya komponen AD, kom'ponen Aa, Misalnya empat titik kontrol tegak dalam sebuah model yaitu titik A hingga
D dalam Gambar 12.18, cara kerja sistematik berikut diperlukan untuk pera-
lang-diperlukan dapat ditampilkan dengan membersihkan paralaks y suatu taan model:
titik di dekat2 (lihat Gambar l2.la) dengan gerakan proyekior Irsebesar b,
dan kemudian komponen Lb* yang diperlukan dapat diterapkan dengan
3& 365

(i) Dengan salah satu metode pemiringan yang akan dibincangkan,


tampilkan sebuah kesendengan Y untuk koreksi.
(;) Ulangi langkah/hingga i sampai model itu datar pada arah terse-
but.
(t) Cek titik D untuk melihat kalau ketinggian model masih sesuai
dengan ketinggian kontrol. Bila titik A dan D tidak terletak pada
I
satu garis yang sejajar dengan sumbu stereoplotter, ketinggian
model tidak sesuai dengan ketinggian kontrol. Bila tidak sesuai,
Kesendengan X langkah tersebut di atas harus diulang hingga ketinggian model
// titikA, D, danB semuanya sesuai dengan ketinggian kontrolnya.
(I) Cek titik C untuk mengetahui apakah ketinggian model sesuai
dengan ketinggian kontrolnya. Bila tidak sesuai, dapat berarti
adanya deformasi yang disebabkan oleh ketidaktepatan orientasi
relatif, atau menunjukkan adanya kesalahan pada satu kontrol tegak
Kesendengan Y atau lebih.
Ada berbagai metode untuk menampilkan kesendengan X dan Y yang
Meja acuan
bersifat mengoreksi, dan pemilihannya sebagian akan bergantung pada plotter
tertentu dan sebagian lagi bergantung pada besarnya kesendengan yang perlu.
Gambar 12.18 Model stereo yang tidak rata (perhatikan komponen kesendeng- Beberapa plotter dirancang sedemikian sehingga meja acuannya dapat dimi-
an .r dan y). ringkan pada arah X danY untuk membuatnya paralel dengan datum model.
lr Metode ini mudah divisualisasikan dan menyenangkan karena orientasi relatif-
(a) Pasang tanda apung pada titik model A dan berikan indeks nya tidak diubah selama proyektor tidak tersentuh. Akan tetapi, metode ini
pada piringan meja penyidik untuk membaca ketinggian kontrol tidak praktis bila diperlukan kesendengan yang besar.
titik itu. Metode kedua untuk menampilkan kesendengan yang bersifat mengo-
(b) Bacalah ketinggian model tirik kontrol D. reksi pada model ialah memiringkan batang proyektor dengan menggunakan
(c) Berdasarkan beda antara ketinggian model dan ketinggian kontrol, sekrup perataan, seperti tercermin pada Gambar 12.19. Dengan cara ini dapat
tentukan apakah X model mengalami kesendengan ke atas atau ditampilkan kesendengan X maupun Y, akan tetapi kalau instrumen dileng-
ke bawah terhadap bagian belakang (bila ketinggian model lebih kapi dengan empat sekrup perataan, hanya satu atau lainnya yang harus
tinggi daripada ketinggian kontrol, model mengalami kesendengan dilarap. gita Oilakukan atas lieduanya, semua empat sekrup perataan itu tidak
ke aas di bagian belakang). akan terikat kuat-kuat pada penyangganya setelah itu. Penampilan kesen-
(d) Dengan salah satu metode pemiringan yang akan dibincangkan, dengan dengan sekrup perataan menyenangkan karena akan menggerakkan
tampilkan sebuah kesendengan X untuk dikoreksi. kedua proyektor secara serentak dan oleh karenanya tidak mengganggu orien-
(e) Ulangi langkah a hingga d sampai model rata dalam arah dari A tasi relatif. Metode ini juga tidak praktis bila terjadi kesendengan yang parah.
hingga D. Metode ketiga untuk menampilkan kesendengan yang bersifat mengo-
(/) Lakukan lagi indeks pada piringan meja penyidik untuk mernbaca reksi terdiri dari pemiringan X tiap proyektor dengan jumlah sama besar de-
ketinggian kontrol titikA dengan trnda apung diletakkan pada ritik r) fr
ngan rotasi omega (til| dan kemiringan Y tiap proyektor yang besarnya sa-
model A. ma dengan rotasi phi (tip), diikuti oleh sebuah terjemahan Z unfik meniada-
(g) Bacalah ketinggian model titik kontrol8. kan komponen dasar bryang disebabkan oleh rotasi phi. Hal ini dilukiskan
(i) Berdasarkan beda tinggi antara ketinggian model dan ketinggian pada Gambar 12.20. Di dalam menerapkan kesendengan X yang bersifat
kontrol, tentukan apakah model mengalami kesendengan I ke atas mengoreksi mula-mula pada proyektor kiri dicobakan sejumlah rotasi omega.
atau ke bawah ke arah kanan. Hal ini tentu saja mqpyebabkan timbulnya paralaks y di seluruh model, tetapi
T

36 367

kesendengan besar dapat dikoreksi. Keterbatasannya ialah karena paralaks y


yang kecil dapat terap ada pada model sebagai akibat dari penggerakkan pro-
yektor secara individual. Untuk menampilkan rotasi phi ke tiap proyektor
dengan jumlah sama besar juga sulit karena biasanya tidak ada piringan
berskala untuk membaca nilainya. Oleh karena itu, metode keseluruh yang
,d terbaik untuk perataan terdiri atas penerapan kesendengan X untuk koreksi
dengan menggunakan rotasi omega, diikuti oleh sebuah koreksi untuk kemi-
ringan Y dengan sekrup perataan (apabila instrumen tertentu memiliki
kemampuan ini).
Dengan metode perataan yang mana pun, skala model yang telah diten-
Pandang samping tukan sebelumnya akan terganggu, terutama bila dipedukan kesendengan yang
(a) (b)
besar untuk koreksi. Orientasi absolut mungkin juga sedikit mengganggu
orientasi relatif. Oleh karena itu tidak benar apabila orientasi relatif maupun
orientasi absolut dilakukan dengan waktu yang lama. Pada rahap pertama
lebih baik dilakukan orientasi secara cepat, diikuti dengan perbaikan secara
hati-hati pada tahap berikutnya. Bila orientasi telah selesai, peta manuskrip
harus diamankan benar pada meja penyidik dalam mempersiapkan kompilasi
peta.
i
t,
.lr 12.10 KOMPILASI PETA

Apabila model telah selesai diorientasikan dan manuskrip dipasang


pada meja rujukan, kompilasi peta dapat dimulai. Sebagai aturan umum di da-
Pandang depan

u
(c) (d\ Terjemahan Z

Gambar 12,19 (a) dan (D) Mengoreksi kesendengan X sebuah model dengan
kesendengan X pada proyektor, (c) dan (d) Mengoreksi kesendengan Y sebuah
model dengan kesendengan f batang proyektor.
Sebelum
kalau susunan y dan Z proyektor sama besar, paralaks y ini sama sekali Sesudah
Sebelum
Sesudah
terhapus dengan jalan menampilkan rotasi omega yang besar pada proyektor
kanan. Bila operator meniadakan paralaks y bagi sembarang titik dalam model
stereo pada saat men:rmpilkan omega ke proyeksi kanan, seluruh model akan ll
mulus. Di dalam menerapkan kesendengan Y yangbersifat mengoreksi ditam-
pilkan rotasi phi yang jumlahnya dicobakan, dengan jumlah sama besar pada (a) (bt
dua proyektor. Ini akan mengakibatkanterciptanya sebuah komponen dasar b,
yang ditiadakan dengan jalan menaikkan atau menurunkan salah satu proyek- .Gambar 12.20 (a) Koreksi kemiringan X sebuah model dengan rotasi omega
tor, yang jumlah tepatnya sekedar cukup untuk menghapus paralaks y bagi sama besar bagi dua proyektor. (D) Koreksi kemiringan f sebuah model dengan
satu titik pada sudut model. Metode ketiga ini mempunyai keunggulan bahwa rotasi phi sama besarbagi dua proyektor, diikuti oleh sebuah terjemahan Z.
T

368 369

lam kompilasi, detil planimerik dan bentang budaya harus disidik terlebih sesaat sebelum mulai membuat garis tinggi. Hal ini akan memberikan
dahulu, diikuti dengan pembuatan garis tinggi. Hal ini disebabkan karena keatraban seperti halnya orang yang akan melakukan kunjungan medan.
planimetrik mempunyai efek sangat penting atas lokasi dan kenampakan garis Mempelajari model dengan menggunakan cetak kertas dan stereoskop akan
tinggi (misalnya bentuk v garis tinggi perpotongan sungai harus dengan membantu juga. Pada daeratr yang lebih sulit atau medan yang kasar, kadang-
puncaknya pada sungai, garis tinggi pada persilangan jalan memotong jalan kadang perlu membentuk ketinggian tempat dan membuat interpolasi garis
secara tegak lurus dan dengan saluran pada dua sisi jalan, dan sebagainya). ,l (
tinggi daripadanya- Ini banyak membantu karena ketinggian tempat dapat
Sebagai contoh pembuatan jalan yang tidak hati-hati atau planimetri disajikan dibaca dengan ketelitian yang lebih besar daripada penyidikan garis tinggi
pada Gambar l2.2la, sedang yang benar disajikan pada Gambar l2.2lb. secara langsung. Di daerah yang tertutup oleh pepohonan, tidak mungkin
Sementara wujud planimetrik disidik, tanda apung harus selalu bersen- untuk menggambarkan garis tinggi secara berkesinambungan. Pada daerah
tuhan dengan objek. Sebaiknya digambarkan semua kenampakan sejenis seca- sem:lcam ini dapat digambarkan garis tinggi yang terputus-putus (garis tinggi
ra bersamaan (misalnya semua jalan), sebelum melanjutkan dengan kenam- hanya digambarkan bagi daerah terbuka). Sebagai gantinya, dapat dibuat
pakan digambar secara berurutan sesuai dengan urutan pentingnya. Catatan ketinggian tempat dan garis tinggi diinterpolasikan daripadanya. Daerah ber-
atau label yang perlu, langsung dimasukkan pada manuskrip untuk menghin- vegetasi lebat kadang-kadang harus di survei di medan. Pada saat menggam-
dari identifikasi yang salah. Serangkaian kertas cetak dan sebuah stereoskop barkan garis tinggi, dianjurkan untuk mengunci dial meja penyidik pada ke'
sangat penting bagi penggambar sebagai pembantu di dalam identifikasi ke- tinggian garis tertentu untuk menghindari terjadinya gerakan pelat penyangga.
nampakan. Baik untuk penggambaran.planimetri maupun garis tinggi, kadang-
Pembuatan garis tinggi lebih sulit daripada planimetri, terutama bagi kadang operator harus mencek orientasi model, termasuk skala dan kedataran-
pemula. Akan tetapi, seperti halnya belajar bersepeda, frustasi pada awalnya nya Hal ini terutama penting pada saat kembali ke plotter setelah mening-
akan segera terlupakan bagi mereka yang belajar terus. Pada umumnya pem- galkan beberapa saat.
buatan garis tinggi dapat dilakukan dengan cara yang banyak miripnya dengan Setelah manuskrip selesai dikerjakan, harus dicek dengan hati-hati atas
penyusunan teka-teki silang. Daerah yang paling mudah dan kenampakan a; penghapusan dan kesalahan. Kemudian dilakukan uji medan dengSn mencatat
penting dikerjakan terlebih dahulu, dan detil yang lebih sulit dikerjakan ke- +
I kenampakan yang belum tergambar. Kenampakan juga diidentifikasi dan na-
I
mudian. Akan lebih menolong untuk mempelajari model secara keseluruhan ma tempat ditetapkan. Suatu bagian yang penting bagi uji medan mana pun
i
ialah menentukan ketelitian. Dalam cara kerja ini, jarak yang digambarkan
secara foogrametris dan ketinggian tempat dicek dengan pengukuran medan.
Setelah pekerjaan medan usai, peta itu siap untuk perggambaran dan
'scribing'. Apabila peta digambar dengan tinta, kenampakan pada manuskrip
disidik pada material tumpang tindih yang stabil. Biasanya pembuatan huruf
dilakukan terlebih dahulu (dapat ditempelkan huruf jadi sebagai pengganti
huruf yang ditulis dengan tina), diikuti dengan kenampakan planimetrik dan
akhirnya garis tinggi. Kenampakan yang berupa garis lurus atau bentuk geo-
meri yang diketahui digambar dengan penggaris lurus atau dengan tempiet.
Generalisasi diperlukan hingga tingkat tertentu, terutama dalam meratakan
garis tinggi. Setelah selesai dengan penintaan, peta siap untuk reproduksi.
'Scribing' merupakan metode yang menyenangkan untuk menyiapkan
r) a, negatif bagi reproduksi peta. Cara kerja ini memerlukan lembaran material
dasar tembus pandang yang stabil yang telah dilapisi dengan material emulsi
(a) yang tidak tembus pandang. Di dalam proses laboratorium, garis pada peta
manuslnip dipindahkan ke lapisan emulsi. Kemudian, dengan menggunakan
alat'soibing'khusus, garis yang menggambarkan garis tinggi dan kenam-
pakan dibuat dengan pemotongan dan penggosokan untuk memindahkan
Gambar 12.21 (a) Ketidaksesuaian antara planimetri dan lokasi garis tinggi.
(D) Planimetri dan garis tinggi yang sesuai. material pelapis. t ttuk garis yang tebalnya berbeda-beda dan untuk'Scribing'
370 371

l,ampu ..-
simbol kartografik yang digunakan untuk kenampakaan sepelljalgl, sekolah, ---.- Reflektor
gereja, tambing, Oin seUagainy4 telah tersedia alat khusus.'Scribing'sering
iebih cepat danlebih enak-daripada penggambaran dengan tinta, dan berbeda
/<\ Diapositir DiapositirS
dengan penintaan maka ia memuuatrt<an negatif dengan lanssulq, seperti mi- /-
saln-ya sinar yang melalui daerah cerah di mana garis dan,sinttot digambarkan'
Kemahiran inetatutan scribing dapat diperoleh jauh lebih cepat daripada
t) (( V'
EJ- -\ t---rz
Batang pengikat I Tonggak ruang I BaEng pengikat
kemahiran menggambar dengan tinta. Penggambar yang berpeng4alTan dapat
melakukan scrift planimetrl dan garis tinggi secara langsung ke lembaran Pengamat
peta sambil menggambarkan letak stereo. Dalam contoh ini, manuskrip di- binokuler
gambar pada *ateriA scribe, dan pensil penggambar diganti dgngan alat scri-
6ing yang lebar garisnya sesuai.Ini dapat membuahkan penghematan waktu
J Jalur optik
yang berarti. kanan

BAGIAN II. STEREOPLOTTER DENGAN PROYEKSI Meja rujukan


MEKANIK ATAU OPTIK.MEKANIK

12.T1 INSTRUMEN PROYEKSI MEKANIK

Instrumen plotting stereoskopik dengan proyeksi mekanik melakukan


j Gambar 12.22 Asas pokok proyeksi mekanik.

yeksi optik secara langsung. Oleh karena itu stasiun pemotretan model
simulasi proyeksi optik secara langsung atas berkas sinar dengan mengguna- diwakili oleh O' dmt O" dan jarak O'O" merupakan basis udara model. Sam-
kan dua nnggak ruang (scaperod) logam yang dibuat dengan teliti. Instrumen bungan O' dan O" tetap pada posisinya kecuali jaraknya yang dapat diubah,
ini terutama dibuat di Eropa, tetapi penggunaannya di Amerika Serikat me- baik secara fisik maupun secara teoretik, selama orientasi untuk memperoleh
luas dengan cepat karcna lelenturannya, cara kerja yang nyaman, ketelitian, skala model.
dan slabilitas keseluruhannya, dan juga pelaksanaannya tidak harus di ruang Sistem pengamanan terdiri atas dua rangkaian optik individual lensa,
gelap. Seperti halnya dengan instrumen proyeksi dengan optik langsung, ba- cermin, dan prisma. Dua jalur optik digambarkan dengan garis putus pada
nyati pertjeOaan kecil dalam hal rancang bangun stereoplotter de1gan proyeksi Gambar 12.22. Seorang operator yang melihat melalui bagian pengamat
nietairit< tidak dapat diperikan secara rinci dalam teks ini. Penjelasannya lebih binokuler sepanjang jalur optik dapat melihat diapositif secara langung dan
pada asas pokok proyeksi mekanik, dan sejumlah kecil instrumen yang men- mendapatkan model stereo. Lensa objektif V' dartv" terletak pada rangkaian
Liritan konsep Oisar ini dijelaskan secara ringkas. Panduan yang disediakan optik langsung di bawah diapositif. Lensa diorientasikan sedemikian sehingga
oleh pabrik pembuat instrumen menjelaskan secara garis besar keterangan pengamatan bersifat orlogonal terhadap diapositif. Sebagai akibatnya maka
tentang cara kerja instrumen tertentu. bidang gambar diapositif (permukaan emulsi) dapat terletak pada bagian atas
-Asas
utama proyeksi mekanik dilukiskan di dalam diagram yang dise- kaca diapositif dengan tanpa kesalahan oleh pembiasan karena itu ada cahaya
derhanakan pada Gambar l}.22.Diapositif diletakkan pada penyangga dan di-
r) (t
yang melalui gelas dengan sudut sendeng. Rujukan yang berupa sebuah tanda
sinari dari atas, sering dengan sinar neon. Penyangga itu sejenis proyektor tengahan ditumpangkan pada sumbu optik tiap lensa V'danv". Gerakan ke
dengan instrumen proyeksi optik secara langsung. Dua tonggak ruang bebas lensa dari tonggak ruang dilangsungkan melalui tonggak ikatan yang dihu-
berputar pada sambungan gimbal (gimbal joint) O' dan O", dan dapat berge- bungkan pada rangkaian lain sambungan gimbal, K' dNtK". Sambungan ini
ser ke atas dan ke bawah dengan sambungan ini. Tonggak ruang sesuai tidak tetap pada posisi tegak, dan jarak tegak dari sambungan gimbal bawah
dengan sinar terproyeksi dan sambungan gimbal merupakan pusat proyeksi O'dan O", ke passngan sambungan gimbal alas K'dan K" merupakan jarak.
mekanik, sejenis dengan lensa objektif proyektor stereoplotter dengan pro-
372
373
utamap. selamaorientasi bagian daram, jarak ini dipasang
sama besar dengan
jarak urama diapositif.

.^--_Jg,:-g_g*
renggeraran TTg berporongan pada rcgakan penyidik (tracing stand).
secara manuar tegakan penyidik melangsungkan geikan
ke
tongg$
-ruang,
yang, seranjutnya mendoiong sisrem
m un gkinkan n ya un tuk -o", iireil"tfi a* ..-
er anlau di apos i ti f . g an ri.r"- ip, ru, i te gakan
penyidik pada arah x,y,danZ,
-Tr

ptt sumbu optik lenia v'da"i,;'iiiuialr*-


.9.n
gambaran yang bersangkutan, misarny o; dut i
i';. rnil,ia, terjadi
bila tanda tengahan rujukan leb-ur menjadi satu tanda y-g tu.put
,.nempel
tepat pada titik
model. Apabila orientasi instrumen ini oitakuran dengan
cermat, dengan tanda apung rebur pada titik a, tonggak
ruang s:rma orientasi-
nya dengan berkas sinar yang dutung dari titik meaii a paoa"saat
peroo.rrn,
9:J:3o.1.",1_*g,t9,ng.suk
Embahan Utlk model ditentukan
ruang rienentukan lokasi iit*
moa6r iiu. Tiap
lokasinya dengan cara serupa.
D"ng_unpembandingan geometrik, sistem proyeksi mekanik yang
.lukiskan
-.-
pada Gambar,12.22 rrsis sama dengan proyeksi
di-
optik secara tang- Gambar 12.23. Aograf Wild A-8. (Seizin Wild Heerbrugg, Inc.)
sung. Diapositif diletakkan.pada.pe-nyangga digan da6rarr
tariparan mengaratr
ke luar.-Dalarn menyiam oiaposiiif,
inuuita
kunul,.lrl|1 pengamaraq bergerak ke kiri, oin seuitit'nyu. Apub"ii;legakan
i
regi<an p.nvio-it oGlrJ.r.an te
dijelaskan sebelumnya instrumen ini memerlukan penempatan diapositif pada
penyidik-didorong ke berakang, rensa pengamatan penyangga dengan daerah tampalan ke arah dalam.
iuga uerger;k r., u.rrr.ung Beda pokok yang kedua ialah bahwa tegakan penyidikan terdorong ke
dan sebatiknya. Apabira sekrup regakan
Snyidik ,iipiitu,
perpotongan tonggak ru3nq, sudut paralaktik bertambah
,iirt
**inggil,un I
arah X dan oleh dua roda tangan di depan instrumen, sedang geruk Z dila-
besar dan lensa pe_ kukan dengan menggerakkan pedal sebuah cakram kaki. Tergambarkan juga
ng?Tran bergeser menjauh, suatu manifestasi pertambatran paratats.r
yang bersama A-8 itu koordinatograf bakunya, di mana kompilasi peta dilakukan.
terjadi bagi titik+itik model yang lebih tinggi.
Penyangga pada sebagian Gerak X dan I tegakan penyidik disalurkan secara mekanik ke pensil peng-
F.ur sterd6protter dengan proyeksi mekanik
mampu melakukan rotasi dan terjemahan, gambar di atas koordinatograf. Dengan mengubah perbandingan gir, dapat di-
baik secara [nsiuntruupun rat
langsung. Gerakan penyangga digunakan untur metrrriin lakukan berbagai perbesaran dan pengecilan dari skala model ke skala peta.
o,ienr,si reratrr
dan absolut. Banyak h*.r.rl dingan proyeksi mekanik diorienrasi persis Koordinat modeljuga dapat dibaca langsung darijenjang skalaX dan Ipada
koordinatograf. Koordinat mo&lZ dibaca langsung dari jenjang skala untuk
sama-seperti yang diuraikan ini.bagi sreieoptotter dengan proyerii
oftir. se- mencatat gerak ke atas dan ke bawah tegakan penyidik. Pilihan instrumen
cara langsung. Llqya.yang tidai rnemiliti ena* ,6msi oan
terle'matran,
menggunakan variasi sedikit dari cara kerja orientasi dasar ini. elekronik yang disajikan dengan Otograf A-8 pada Gambar 12.23 memung-
kinkan lroqdinat dicatat secara otornatik.
. Otogrg(auagraph)WildA{ y*g <lisajikan prOu Cr.Ur t2.23,mn-
cang bangunnya sangat mirip-dengan insfrmen tripotltit pro"-crru. Orientasi bagian dalam Oograf A-8 terdiri atas penyiapan diapositif
Akan tetapi ada beberapa u6oa potot. Irnsa pengamaran
fi.r;. dengan jalan cetak kontak atau cetak dengan proyeksi, dengan memusatkan
tidak dikaitkan
ke
tonggak nrang dengan tonggak pengikaf meiainfan oengan r.uuut diapositif pada penyangga dengan tanda kolimasi, menyetel jarak utama seca-
Lnggu ra tepat, dan menyelipkan pelat koreksi distorsi bila perlu. Dengan sistem
berbentuk jajaran genjang yang bersendi tiga. Sendi t..r,gfi
rtlrurnya.
trrp iiuuu, ti-i"ke proyeksi mekanik, dapat diperoleh kisaran yang luas bagi jarak u[ama dan
l1r:l_
Den gan m-ekan ism e inl, gerat te g it aratr
akin p"n yiO
.
Kanan menyeDabkan gerak -
lensa pengamatan ke arah kanan, dan sebalik- proyeksi model. Misalnya A-8, akan mengakomodasikan sembarang jarak
nya.Gerak k9 atus tegakan penyidik juga menyebabkan pertarnuat
a, srout
pamlaktik pada perpotongan tonggak nraig, akan tetapi inimenyeuaulan
rcn-
sa pengamatan bergerak bersama-s:rma Berbeda dengin
instrum;n yang tetatr
374 375

utama antara 98 mm dffi 215 mm, dan kisaran model z-nya dari 175 mm
hingga 350 mm.
Tiap penyangga A-8 merniliki kemampuan tiga rotasi, tetapi satu-
ftunya kemampuan tedemahan ialah terjemahan uagi penskalaan'model.
orientasi relatif insrumen ini dilakukan
{ngan metooi dua proyektor yang
garis besar pada Butir 12.8. Model ini p.ny.i*i- rkalinyl
$..ufry*an -secara
dilakukan dengan c:ra yang diuraikan pada Butir 12.9, kecuali uarrwa uasisnya
diperbe.sar atau diperkecil menurut keinginan dengan ,.rp"ru"* d* *.r-
!.rt qiljarak antara sendi gimbal o' dan o". Siperti yang diperikan pada
Butir 12.9, model dicek untuk pendataan dengan jatan ,eribaca tetinggian
paling sedikit tiga kontrol tegak. Kesendengin .f untuk koreksi dilakukan
dengan kesendengan sama besar dengan rotasi omega (tilt) bagi tiap penyang-
ga, dan kesenden gan sumbu y untuk koreksi diterapkan oen gai
men g gunat<an
pt yang lazim (tip) yang secara serenrak memutar feaua pe"n"yangga.
tosi i
Dial-berskala yang mencatat rotasi omega, phi, dan kappa memun'gurit* oi-
lakukannya orientasi relatif maupun orientasi absolut. '
-

Plotlrr..lain yang proyeksi mekanik iatah Srereosimplex


1 Tr.elqg-unakan
^ m.erk calileo yang dilukiskan
G'l pada Gambar 12.24. carakerja plotter ini
ryF-9*y.q sama dengan instrumin hipotetik yang dilukiskan
iaol Gamuar
12.22, ke*uali bah wa sistem optikn y a tetap oan ion g-gat .an g nyu,
indoron g
penyangga diaposiiif unruk menyiam m^odel padl-aran x"ai v. Gerakan
menyiam x danY dilakukan secara manuar dingan menggunakan
sebuah
pantograf yang dipegan$ plu u!*un, sedang gera* Z dilak-uian
dengan me_
mutar sebuah cakram kaki. Gerak padax dan- f disalurkan ke meja p""rggur-
uar p-e
lfio perbesaran arau pengecilan yang dikehendaki .etaiuiiantograr
temebut. Tiap_penyangga instrumen memiliti kemampuan rotasi omega,
dan kappa, dan phi lazim serta omega lazim (yang memiringtin [hi,
Oua Gambar 12.24 Stereosimplex G-7 Galileo. (Seizin Galileo Corporation of
proyektor serentak dengan.kemiringan sima besar)' meilungkinkan"p"rutuun
model. Kisaran akomodasi jarak utamanya berkeiinamburigan oarl'ss America)
mm
hingga 310 mm, dan kisaran jarak proyeksinya dari 155 iim tringla
+60 an. Untuk tiap jarak utama nominal yang dikehendaki diperoleh dengan
mm.
serangkaian penyangga yang terpisah. Untuk jarak utama 152 mm, kisaran
-
B{ yang disajikan pada Gambar 12.25 iarahinstrurnen
Aviograf lMild
jarak proyeksinya antara 212 mm hingga 350 mm. Model disiam pada X dan
mekanik yane pada
TgI"-Fj sistem proyeksinya g*yu dirancang unruk pemeraan. Diagram
Y secara manual dengan mendorong tegakan penyidik berkeliling, sementara
..ery{jk disajikanpada Gambar r2.i6. sendi gimbar o,
d*t o." merupakal pusat proyerainya. Sisrcm pengamatannya digeiakkan de- pada saat yang sama meninggikan dan merendahkan trnda apung dengan
ngT b-agpq peryikar yang dihubungkan terhidaitonggathani paOa senOi sebuah sekrupjari pada tegakan penyidik. Apabila tegakan penyidik didorong
r)
gimbal K, dan K". Kenampakan yang tidak razim ke kanan, lensa pengamatV'danV" itga bergerak ke kanan, dan sebaliknya.
ffiirrt on'e'nG iaur,
bahwa sendi K'dan K" berada padi polisi negatif oi uafrarr pusai'proy.tto. Oleh karena itu, diapositif dipusatkan pda penyangga dengan daerah tampalan
o, ke arah dalarn, seperti pada Otograf A-8. Sebuah panlograf menyalurkan gerak
d*t O ". Ini memungkit--*Fren menjaOi lebih kompik Gri#torggrf.
ruqg {qg lebih pendek. Jarak regak antara pusat proyiksi O,ian O" d*t X dulrtY ke meja penyidikan. B-8 memiliki gerak yang sama dengan A-8 dan
juga diorientansikan dengan cara yang sama. Di Amerika Serikat terdapat
yrqi-gimbal yang bersangtutan yaitu K, d,tK,,,ne.puian jarak utama. B_g
ini tidak memiliki atomooasilarit utama yang kisaiannya u"rtrrin*iung- plotter stereo B-8 yang besar jumlahnya. Akan tetapi, instrumen ini tidak
dibuat lagi, karena telah diganti dengan stercoplotter Wild Aviomap yang
merupakan sebuah famili baru.
376 377

Basis model-i / ,- Reftektor

'r/B-...
r-----;.--.-1 r----:--'--'-r
I
I

v"
E=l--1 Tonggak ru
Batang pengikat i
Binokuler
L----
I

Meja rujukan - Tegakan penyidik

Gambar L2.26 Diagram skematik sistem proyeksi Aviograf Wild B-8.

Gambar 12.25 Aviograf Wild B-8. (Seizin Wild Heerbrugg Instrumen, Inc.) Diapositif
/.",","
I
v*...-7---,.7n
I2.I2 PARALELOGRAM ZEISS

Bayangkan untuk menggerakkan sendi gimbal O" instrumen hipotetik


pada Galnbar 12.22ke arah kanan hingga O"p hn dalam proses itu bayang-
kan O"lAl dipertahankan tetap sejajar0"A, seperti tercermin pada Gambar
12.27. Sebagai pengganti penambahan panjang tonggak ruang hingga titik
perpotongan, misalkan panjang aslinya dipertahankan tetap sama, tetapi
tonggak dihubungkan di dekat ujung dengan menggunakan sebuah jembatan
basis (base bridge). Kemudian, dengan menggerakkan jembatan basis secara
\/
menyeluruh dalam X, Y,datZ, model stereo dapat disiam, dan bila pada jem- Gambar 12.27 Parclelogram Zeiss.
batan itu diikatkan sebuah pensil, maka pensil ini akan menyidik gerak
penyiaman. Jajaran genjan g atau paralelo gtan O "M 1O " 1 disebut p a ra I e I o - O"2 dan basis model menjadi lebih pendek. Sebagai akibatnya maka skala
gramZeiss. Penggunaanya dalam stereoplotter dengan proyeksi mekanik sa- model menjadi lebih kecil. Apabila S diperpendek, akibatnya akan memper-
ngat lazim. panjang basis model dan memperbesar skala model.
Secara teoritik, basis model suatu instrumen yang menggunakan para- Berdasarkan perbincangan sebelumnya terlihat bahwa karena paralelo'
lelogram Zeiss ialah O' O". Meskipun sendi gimbal O' dmt O", tetap kedu- gram Zeiss, variasi komponen x pada basis model ditampilkan pada jembatan
dukannya, panjang basis model dapat diubah dengan rnengubah panjang jem- basis, dan pertambCran panjang jembatan basis menyebabkan pengunmgan
batan basis. Apabila jembatan basis diperpanjang dari S misalnya ke ,S1, se-
perti tercermin pada Gamban 12.28, maka kedudukan teoretik O" bergerak ke
37E 379

Gambar12.28Penguranganbasismodeldicapaidenganmemperbesarpanjang
jembatan.

Gambar l2'29b melukiskan


basis model, dan sebaliknya. Gambar l2'299dan
;;il; ;i.;si dalam foriponen dasar y, dan z, juga timbrl pada jembatan
u"rir. p"o"Gambar ti.i{i, tiyingkan unruk menampilkan Ab, pada sisi
tunun je*Uutan basis. Karena sendi gimbal O", tetap tempatnya' tonggak
paralelogram Zeiss
*- gnyu mengalami kesendengan' Untuk penyempumaan
"t"juit dengan o " iA, trarus ada nesatif
;;;;';;dianarun-6;'e .M,
padaO". Oleh karena itu perlu ditampilkan.fbr. nositif--':9:,:t-'^.*"nun
jembatan basis yang rn"nytbubtun Afrnesatif pioa penyangga 'kanan' dan
mengisyaratkan'bahwa
,"Uuit ryu. Analisislang sama paOa 9'b3t l2'29b jembann
O""lu"'r"ru.piff.un ia, positif pada ujung kanan basis akan L PbrPosirif
sebaliknya' Penterje-
membuahkan lO, negattf puau p"ni-gga kunan' dan
mahandalamldanZkepenyu'ggaU'iafantimbulpadasisikirijembatan
basis.
pengguna:In rancang bangun
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari
posisi pusat perspektif tetap.secara Gambar 12.29 Penampilan terjemahan D, dn brpada jembatan basis. Perhati-
p-a"rog*rn-2"iss iaatr"stauiitai kirena
yung ru^ ourur-kemungijnan uasis mooet (termasuk basis kan bahwa sebuah D, positif pada jembatan basis menimbulkan sebuah D, negatif
,.rp".p-:*g jfib3qm basis ke poeisi-yang disebut ke proyektor kanan dalam: (a) dan D, positif pada jembatan basis menimbulkan b,
nol), dan kemampuan
"-tup,"ii*r* yd;ilfidgk-
'base-oat' .Sepff pta" Bab 14' ini memungkinkan orien- negatif ke proyektor kanan dalarn (D).
;fiu foio pada jalur; suatu hal.yang ber-
rasi berkesinamUungai ;tut satu

c*fd.l*;etnpeituas ronrorpuOu fotogta*er1' Akan tetapi' penting'


'""'o 12.13 INSTRUMEN YANG MENGGUNAKAN SISTEM PRO.
i* Ur."-ort ini 6hh ,.n*n tahun-tahun terakhir ini, dengan adanya
pada Bab 14)'
YEKSI PARALELOGRAM
;ffiil,r;t;a-u t"*i-aitik (iuga dibincangkan
O t o g r af U niye r s al W rld A-7 padra Gambar I 2.30 merupakan instrumen
dengan proyeksi me'kanit yang menggunakan pralelogram Zeiss dan memi-
380

Gembar 12.30 Otograf University Wild A-7. (Seizin Wild Heerbrugg lnstru-
ments, Inc.)

liki kemampuan untuk dioperasikan dengan posisi basis di dalam maupun di


luar (lihat Butir 14.4). Plotter ini dapat ditempati oleh foto yang jarak utama-
nya berkisar antara 98 mm hingga 215 mm, dan jarak proyeksinya berkisar
antara 140 mm hingga 490 mm. Sistem pengamatan dan pengukurannya se-
rupa dengan pada otograf A-8. Penyangga diapositif masing-masing memiliki
kemampuan tiga rotasi, dan semua (tiga) penterjemahan dapat ditimbulkan
pada sembarang ujung jembatan basis. Ins&rmen ini dapat diorientasikan se-
cara relatif dengan menggunakan metode dua proyektor atau metode dengan
terpmahan pda jembatan basis. Dalam perataan, apabila komponen basis D,
dan bz sebesar nol, kesendengan X untuk koreksi digunakan dengan menya- Gambar L2.3L. PG-2 Kern. (Seizin Kem and Co., Inc.)
lurkan rotasi omega sama besar ke kedua penyangga, dan kesendengan I un-
tuk koreksi ditampilkan dengan kesendengan sama besar dengan rotasi phi ke gonal terhadap diapositif. Cara kerja untuk orientasi relatif menyimpang
tiap penyangga, diikuti oleh sebuah terjemahan bz. A-7 tidak dibuat lagi, sedikit dari metode dua proyektor yang dijelaskan pada Butir 12.8 karena
terutarna karena trianggulasi udara semianditikal telah meniadakan diperlu- rotasi yang diperlukan tidak semuanya ada Model diskalakan dengan nreng-
kannya insEumen untuk basis di dalam maupun basis di luar. ubah panjang jembatan basis, dan didata*an dengan memiringkan meja. Pe-
Plotter merk Kern PG-Z yang disajikan pada Gambar 12.31 juga nyiaman dalam X dan f dilakukan secara biasa dengan mendesak tegakan
menggunakan paralelogram Zeiss. Insrumen ini mempunyai kenampakan penyidik, gerakan ini disalurkan ke meja penggambaran dengan mengguna-
yang unik, yaitu bahwa penyangga diapositif tetap mendatar pada seluruh kan sebuah pantograf. Gerak Z disalurkan pada jembatan basis &ngan sebuah
orientasi. Instrumen ini memiliki kisaran yang berkesinambungan dalam r) rl sekrup jari, dan ketinggian model dapat dibaca langsung dari sebuah dial yang
jarak utama, yaitu dari 85 mm hingga 172 mm, dan kisaran jarak proyeksinya diikatkan pada jembatan basis. Sejumlah besar stereoplotter PG-2 sekarang
dari 102 mm hingga 172 mm dengan tambahan l0 mm. Rotasi kappanya ini banyak digunakan di Amerika Serikat.
biasa, tetapi rctasi omega hanya terjadi bagi penyangga kiri dan rotasi phi Gambar 12,32 menyajikam "Planicart E-3", satu famili di antara tiga
hanya untuk penyangga kanan, yang ditimbulkan dengan kesendengan yang stereoplotter yang akhir-akhir ini dibuat oleh Carl Zeiss, Inc. Planicart
dilakukan atas tonggak ruang. Sistem pengamatan pfra PG-Z bersifat orto menggunakan metode proyeksi paralelogram Zeiss. Jarak utamanya dapat
dipasang pada tiap nilai nominalnya, yaitu 88, 115, 152,210, dan 305 mm
t-

383

Gambar 12.33 Stereometograf dengan koordinatograf. (Seizin, Jenoptik,


Jcna).

Gambar 12.32 Planicart E-3 Zeiss dengan meja penyidikan digital (seizin carl
Zeiss, Oberkochen).

untuk mengakomodasikan kamera udara yang paling banyak digunakar'


Pada
rrri"rr iarar utama dapai diu[atr kisaran sebesar 6
;;;;;;ffi; melalui
jq*utama' d4n
rn,i. fisatan jarat proyltsinyaberbeda-beda, tergantunq-atas
oada p sebesar 15f mm, Z dapatberkisar dari 193 mm hingga.543 mm' Yang
iiffu"riri, u""r*, i,r-rcin ialah meja penyidikan otomatik dengan digit'
Uat ini diuraikan pada Butir 12.16.
Stereometroyra/ Jenoptik yang disajikan pgda Gambar. 12'33 iuga
,.nggonurun meto;e itoyerii paiatetogqr.n^ Zeiss' Instrumen ini seluruhnya
ffiff;1* 6at *tufi mitinOuirgi diapositif dan agar bagian-dalamnya tidak
;a;# d;tr- Kisaran jarak utaminya aa. x,.a, proyeksinya Stereomerrograf
r*it
berkesinambung-, g-ffit"t'da,i 8imm tiindga 310 mm' dan dari 135
;;HggtiSb ni*. ins"rumen-ini dapat digunakan untuk foto terestrial
maupu foto udara
-'---'-Gurnbu, r_-^---^- :-. . Grmbar 1234 Ortograf A-10 Wild. (Seizin Wild Heerbrugg Instruments, Ine.)
12.34 menunjt}*ian otograf A-l0 wild. Instrumen ini juga
,rnggu-r.kun sistem royeksi paralelggram yang terbeda sediki_t dari parale-
XZ
iogffi Z"irt Uatu fair:ni Ouaionggak-nranlnyi UeraOa pada dualidang 308 mm dan dari 130 mm hingga 450 mm. Instrumen ini juga dapat meng-
nvio!ilf g-8, girUut K' dllrtK" berada di dalam
vfie berbe.da Seperti t,alnya akomodasikan foto teresEial maupun foto udare
#;iri;;aal uu*"t iusat pioyetsi. Kisaran jarak uta-ma dan jarak lvlasing-masing insuumen yang disajikan pada Gambar 12.32 hingga
;;;y;i;i-tsili n-ro U"rr6sinambungan masing-masing dari 85 mm hingga 12.34 digoakkan pada amhx dan ldengan menggunakan roda tangan, scdang
gerah Z dikontrol dengan sebuah cakmm kaki.
385
3U

12.14 INSTRUMEN DENGAN PROYEKSI OPTIK.MEKANIK

Sejumtatr kecil stereoplotter memiliki sistem proyeksi yang sebagian


optik dan sebagian mekanik, tetapi instrumen ini tidak sebiasa instrumen Binokuler
yang proyeksinya mekanik murni. Stereoplanigraf C{ Zeiss yang dilukiskan
Paralelogram Zeiss
pada Gambar 12.35 merupakan instrumen yang menggunakan paduan
proyeksi optik dan mekanik. Dengan alat ini, diapositif dipusatkan pda dua
proyektor dan disinad dari atas. Pasangan gambar diproyeksikan secara optik
melalui lensa objektif proyektor dan mencapai fokus pada sepasang cermin
Cermin rujukan
4rjukan, seperti tercermin pada diagram Gambar 12.36. Sinar dipantulkan
oleh cermin ke arah dua kereta optik dan diamati oleh seorang pengamat
melalui binokuler. Sebuatr sambungan mekanik khusus mengarahkan cermin Gambar 12.36 Diagram skematik sistem proyeksi stereoplanigraf C-8.
sedemikian sehingga sinar yang terpantul diterima di dalam kereta optik, di
mana pun daerah diapositif yang diamati. Tanda-tanda tengahan rujukan yang
tumpang tindih pada cermin rujukan lebur menjadi satu tanda tengahan
rujukan diletal*an pada gambar pasangannya.

Bauerfeld
gelenekaf

Gembrr 12.35 Stereoplanigraf C-E Zeiss (Seizin Carl Zeiss' Oberkochen)'


Cermin rujukan

sebuah sistem lensa pelengkap Bauersfeld yang diikaikan di bawah


tiap lensa objektif proyetOr, seperti tcrcelmin pada Gambar 12.37, menjamin
folius yang sunpuma dan sinar terproyeksi pada cermin rujukan tanpa meng- Gambar 12.37 Sistem lensa pelengkap yang mengatur fokus tajam bagi semua
hiraukin iarak iroyeksinya. Panjang fokus/ lensa proyeksi sama-besar de- bagian model stereo.
ngan;arair utama nominal, sehingga sinar terproaeksi timbril dari lensa pro-
yittri &ngan seiap.sinar sejajar ini memasgki kombinasi lensa Bauersfeld Tiap proyektor pada Stereoplanigraf C-8 biasanya memiliki kemam-
iositif dan-negaiif, dua lensa yang terpisah dengan jarak sebesar e..Ianke puan tiga rotasi sudut..tetapi terjemahan ditampilkan sebagai gerakan cermin
lapat AuUn secara mekanik untuk mengahn fokus pada cermin sesuai dengan rujukan. Hal ini disebabkan karena instrumen ini menggunakan paralelogram
variasi jarak proyeksi lt.
386 387

Zeiss, seperti tercermin pada Gambar 12.36. Komponen basis bx, by, dan bz 4x dari skala model (A-8 memiliki kisaran jarak proyeksi dari 175 mm
diubah dengan cara yang pada dasarnya serupa dengan yang telah dijelaskan hingga 350 mm).
bagi instrumen dengan proyeksi mekanik yang menggunakan paralelogram
Zeiss, kecuali bahwa pada c-8 bukan ujung jembatan basis yang diterjemah- Jawahn
kan, melainkan tanda tengahan rujukan.
f
Penyiaman model pada arah X dan pada C-8 dilakukan dengan (a). Berdasarkan Persamaan 12.5, skala foto sebesar:
menggunakan roda tangan, sedang gerakan Z disalurkan melalui pemxtaran
catram kaki. Suatu kenampakan yang unik dalam gerakanZpada C-8 ialah ^=
rp
6inci linci
bahwa dua proyektor ditinggikan dan direndatrkan untuk mengakomodasikan dbdd kaki = l.ooo kaki
variasi medan. Gerakan Y duZ pada C-8 dapat dilakukan silih berganti untuk
penggambaran letak dari foto terestrial. InsEumen ini dapat mengakomodasi- (b). Berdasarkan Persamaan 12.6, kisaran skala model sebesac
tan sebuan kisaran yang luas atas skala model, dengan jarak proyeksi yang
rn mrnrmum
175 linci linci
bervariasi dari l70.mm hingga 605 mm. Instrumen ini termasuk plotter = 152 1.000 kuki = 870 kaki
universal yang mampu untuk posisi basis-dalam dan basis-luar dan oleh ka-
renanya cocoli bagi perluasan kontrol jalur berkesinambungan maupun untuk
kompilasi peta. s,,maksimum=?##ffik= ffi
(c). Kisaran skala peta sebesan
12.15 SKALA MODEL DAN SKALA PETA PADA INSTRU. linci I linci
MEN DENGAN PROYEKSI MEKANIK lvlrnrmum = g7o kaki a = 3,4g0 kaki
I inci I inci
Telah diutarakan pada bagian sebelumnya bahwa dengan instrumen Maksrmum = 4
435 kuki = I loTaki-
stereoplotter yang menggunakan proyeksi mekanik, gambar tidak diperoyek-
sikan melalui lensa objektif, tetapi proyeksinya dilakukan dengan mengguna-
kan tonggak ruang. Dengan demikian maka tidak ada pembatasan jarak pro- Contoh 12.6
yeksinya yang disebabkan oleh kedalaman medan suatu lensa, dan kisaran
Selesaikan Contoh 12.5 untuk plotter PG-2 yang dilengkapi dengan
jarak proyeksi yang secara sederhana merupakan pembatasan fisikal, dapat
sebuah pantograf dengan kemampuan pengecilan 2x dn pembesaran 3,333x
berupa kisaran yang lebar. Sebagai akibatnya, skala model yang diperhitung-
(PG-2 memiliki kisaran jarak proyeksi dari 102 mm hingga 172 mm).
kan berdasarkan Persamaan 12.6padaplotter dengan proyeksi mekanik dapat
bervariasi lebih besar daripada instrumen proyeksi optik. Bagi instrumen de-
ngan proyeksi mekanik yang menggunakan koordinatograf dan pantografjuga Jawaban
memiliki kisaran rasio cukup lebar untuk perbesaran danpengecilan skala dari
(a). Berdasarkan Persamaan 12.6, kisaran skala model sebesar:
model ke peta. Ini berarti suatu kelenturan (flexibility) yang besar dalam skala
penggambaran peta dapat dicapai dari skala foto tertentu.
Jil mrnrmum
102 linci linci
= l52 toookuki=I790EI
Contoh 12.5
Berapakah kisaran skala peta yang mungkin bagi otograf A-8 Wild ba-
gi foto yang dibuat dengan panjang fokus kamera 6 inci (152 mm) pada
s,, maksinum =
i# *tiloih= rm
(D). Kisaran skala peta sebesar:
ketinggian terbang 6.000 kaki di atas medan rata-rata? Misalkan A'8 itu di-
lengkapi dengan koordinatograf &ngan kemampuan perbesaran dan pengecilan
388 389

bangkan perangkat lunak sehingga hanya diperlukan tiga titik sudut yang di-
linci
Minimum=ffiffi iI =zq8okr*i
linci gambarkan pada sistem ini dan sistem akan menggambarkan secara otomatik
sebuah empat segi panjang yang tertutup. Pemrograman serupa memungkin-
kan penggambaran secara otomatik sebuah lingkaran apabila tiga titik pada
1 inci I inci
Maksimum= ggffi3,333=ffi busur ditetapkan lokasinya pada model stereo. Simbol yang sering digunakan
untuk penggambaran kenampakan juga dapat secara otomatik digambarkan
menurut perintah. Tanda silang, bujur sangkar, segitiga, lingkaran, simbol
pohon, dan sebagainya merupakan beberapa contoh, dan ukurannya dapat di-
12.16 KOORDINATOGRAF OTOMATIK TERDIGIT buat beraneka. Pemberian huruf dapat pula dilakukan secara otomatik dengan
alat ini.
Koordinatograf otomatik terdigit yang dapat dikaitkan langsung ke Penggambaran dapat dilakukan dengan pensil tembaga, pena ball
instrumen plotter pada akhir-akhir ini telah diperkenalkan ke industri foto- point, pena tinta, atau alat scribing. Dengan demikian dapat dibuat secara
grametri oieh beberapa pabrik. satu di antaranya disajikan pada Gambar langsung peta dalam bentuk kartografik yang mendekati selesai. Agar penga-
12.32. Sistem ini telah meningkatkan dengan pesat kecepaian secara menye- matan dapat dilakukan lebih mudah oleh operator, mejanya dapat dimiringkan.
luruh serta efisiensi penggambaran dan kompilasi peta. Teknologi koordinatograf otomatik terdigit pada akhir-akhir ini telah ber-
Sistem penyiOit in otoryatik pada dasamya terdiri dari koordinatograf kembang jauh sehingga sekarang dimungkinkan bagi operator untuk mem-
teliti yang drkendalikan oleh'servosystems' menurut perintah dari pengolah berikan perintah dengan suara guna mengendalikan penggambaran dan penca-
mitro lmlcroprocessor) dalam instrumen itu atau dari komputer ekstemal. tatan inforrnasi. Ini telah mengarahkan perlunya pembuatan jalan masuk ke
Operator dapit berinteraksi dengan sistem ini dan mengontrol berbagai cara 'keyboard' dan menyebabkan kompilasi menjadi lebih efisien.
kerja melalui sebuah papan kunci (keyboard). Memang ada perbedaan kecil
dalam hal kemampuair individual berbagai model, akan tetapi secara umum
tiap model dapat dioperasikan dalam tiga cara dasar. Satu di antara tiga cara ini
t
ldin Uanwa sistem tersebut dapat digunakan sebagai koordinatograf otomatik BAGIAN III. PLOTTER ANALITIK
untuk menggambarkan posisi titik-titik dari koordinat masukannya. Satu di
antara *an-fiat terapan mode operasi ini ialah penggambaran letak titik-titik I2.I7 PENGANTAR
kontrol foto dan garis-garis grid koordinat untuk penggambaran peta dengan
cepat dan tepat. Di dalam fotogrametri, sudah bertahun-tahun lamanya dilakukan oto-
Pada mode kedua, instrumen dapat dioperasikan dengan cara serupa masi parsial atas sejumlah operasi. Satu di antara penerapan tertua otomasi
instrumen stereoplotter yang konvensional. Sistem di dalam mode ini akan parsial ialah dalam mendigitkan da@ dari sistem pengukuran berbagai instru-
secara serentak mengikuti gerak operator plotter menurut sumbu X dan Y men melalui penggunaan'encoders''dan alat pencatat digital seperti pelubang
pada seluruh model siereo dan menggambarkan letaknya pada petapada saat dan unit peta magnetik. Satu contoh terapan awal jenis ini yang dibincangkan
yarg sa*a. Pada metode ini dimungkinkan kelenturan yang ekstrim dalam secara ringkas pada Butir 5.7, ialah dalam kaitannya dengan komparator untuk
le*iit an faktor skala, dan dapat digambar berbagai jenis garis-sepe(i garis pencatatan otomatik koordinat foto. Alat jenis ini juga telah digunakan
penuh, garis putus, garis berupa rangkaian titik, atau garis yang berupa rang- beberapa tahun untuk mendigit koordinat model X, Y, Z dan plotter, seperti
kaian titik dan garis putus. dijelaskan pada Butir 12.6. Salah satu contoh lain yang lebih mutakhir ten-
pada m6de operasi yang ketiga, sistem akan menggambarkan garis
tang terapan alat pencatat otomatik ialah dalam mendigit data yang diperoleh
lurus yang menghubungkan dua titik tertentu. Di dalam penggambaran pla- dari penyiaman densitometer mikro (lihat Butir 5.15).
nimetri dJngan mode ini, operator tidak perlu menyidik s9lqryh kenampakan Koordinatograf otomatik yang dijelaskan pada Butir 12.16, sekarang
garis lurus iada model stereo, di mana jenis garis yang dipilih digambarkan digunakan bersama stereoplotter. Alat ini menggunakan konsep pengendalian
ir.31'u otorutik antara dua titik ujung tersebut. Ini terutama penting dalam otomatik dan komponen sistem yang saling berkaitan (dalam hal ini sebuah
penggambaran jalan, jalan kere0a api, batas hak milik tanah, bangunan, dan koordinatograf dikaitkan secara elekEonik ke stereoplotter) dengan servomotor
ieUiiainya. Uniuk menggambarkan kenampakan seperti gedung telah dikem- yang bekerja atas peinrah dari komputer. Komputer dapat mengerti koordinat
390 391

model stereoplotter berdasarkan informasi yang disaiikan kepadanya dari


'encoders' pada stereoplotter; dan mampu menggerakkan koordinatograf ke
lokasi peta yang dikehendaki, juga berdasarkan atas'encoders' yang dipasang
pada koordinatograf. Tentu saja diperlukan perangkat lunak yang agak rumit
untuk mengendalikan operasi komputer.
Komponen dasar yang disebutkan di atas encoders, servosystems,
dan komputer -
telah dikaitkan dengan instrumen fotogrametrik konvensi-
-
onal lain dan dengan prosedur untuk mengembangkan beberapa instrumen
otomatik yang benar-benar cerdik. Penggambar letak analitik yang diuraikan
pada bagian berikut ini merupakan sebuah contohnya.

Koordinatograf
I2.I8 KOMPONEN SISTEM DAN METODE OPERASI
Pada dasarnya plotter analitik terdiri dari sebuah komparator stereo
yang cermat (lihat Butir 14.l l) dan sebuah koordinatograf yang dihubungkan
dengan komputer. Komponen ini dilukiskan dengan diagram skematik pada
Gambar 12.38. Servomotor dan encoder merupakan bagian integral sistem Gambar 12.38 Diagram skematik komponen dan operasi plotter analirik.
yang memungkinkan komputer menggerakkan berbagai komponen instrumen
itu sehingga dapat melakukan sejumlah besar pekerjaan fotogrametrik dalam
cara otomatik yang tinggi. Perangkat lunak yang canggih diperlukan untuk
mengendalikan operasi sistem ini. I2.I9 KEUNGGULAN PLOTTER ANALITIK
Plotter analitik membentuk model optik atat mekanik, seperti semua
stereoalotter yang diuraikan pada butir-butir sebelumnya pada bab ini. Instru-' Sehubungan dengan ketiadaan pembatasan optik atau mekanik dalam
men ini lebih banyak menghitung model matematik deigan menggunakan formasi model matematiknya, plotter analitik memiliki keleluasaan yang
persarnaan kolinearitas, yang disajikan pada lampiran c. Masukan ekstemal besar. Instrumen ini dapat digunakan dengan tiap jenis foto, termasuk yang
untuk penyelesaian persamaan itu terdiri atas parameter orientasi bagian dalam tegak, sendeng, agak condong, konvergen, sangat condong, panoramik, dan
dan koordinat medan titik konrol, sedang masukan internal terdiri atas koor- foto terestrial. Instrumen ini dapat pula digunakan untuk citra radar.
dinat gambar yang diukur oleh instrumen itu sendiri. Dari data ini komputer Instrumen ini juga dapat mengakomodasikan foto dengan berbagai panjang
menghitung koordinat medan pada saat itu juga, dan juga bentuk lain data fokus kamera. Pada kenyataannya, dua foto yang dibuat dengan panjang fokus
yang berbeda dapat dipergunakan untuk membentuk sebuah model.
masukan yan g berman f aat y an g kem udian memperagakan in formasi ini pada
Iayar, mencetaknya dalam bentuk kertas cetak (hard copy), atau menyilur- Sebagai bandingan terhadap plotter analog, plotter analitik dapat mem-
kannya ke koordinatograf untuk penggambaran. buahkan hasil dengan kecepatan yang lebih tinggi yang pada dasarnya dise-
Konsep plotter analitik mula-mula dibuat paten pada tahun 1957 oleh babkan oleh tiga alasan. Pertama, karena tidak terbentuknya titik model
Dr. u.v. Helava dan instrumen ini telah diteliti dan dikembangkan secara dengan perpotongan berkas sinar yang diproyeksikan atau tonggak ruang
terus-menerus sejak saat itu. Jenis AP/c yang disajikan pada Gambar 12.39 mekanik, kesalahan optik dan mekanik yang bersumber padanya tidak timbul.
rlerupakan plotter analitik pertama yang dipasarkan untuk keperluan komer- Kedua, dapat mengoreksi dengan efektif setiap kombinasi kesalahan sistema-
sial, dan ini terjadi pada tahun 1964. Karena keunggulannyi yang banyak, tik yang disebabkan oleh distorsi lensa kamera, pengkerutan dan pengem-
minat terhadap plotter analitik luar biasa besarnya, oan se.lat-uatrun tgzo tetatr bangan film, pembiasan atmosferik, dan kelengkungan bumi. Ketiga, hampir
diperkenalkari slutar 15 modet yang baru. cariuar 12.40 danGambar 12.41 pada tiap tahap operasi, dapat mengambil leuntungan pengamatan atas
menyajikan dua daripadanya, yaitu Planicomp c-100 Zeiss dan Traster Matra. pengulangan dan mengkaitkan metode kuadrat terkecil ke arah penyelesaian
persamaan itu. \
392 393

Gambar 12.39 Plotter analitik AP/C. (Seizin O.M.l. Corp. of America)

llr Gambar 12.41 Plotter analitik traster buatan matra. (Seizin Matra Technolo-
gY, Inc.)

semua tahap orientasi dan operasi bagi hal itu, selalu ada dialog antara ope-
rator dan instrumen. Sistem komputer mengarahkan operator melalui tiap
tahap operasi, memanggil data bila diperlukan dan memberikan kesempatan
kepada operator untuk membuat keputusan tertentu. Pesan dari komputer di-
peragakan pada sebuah layar TV, dan data dimasukkan oleh operator melalui
papan pengendali (keyboard) atau dengan jalan pengukuran menggunakan
instrumen itu.
Orientasi dan operasi semua plotter analitik sangat serupa. Gambar
12.42 yang melukiskan berbagai sistem koordinat rujukan yang penting bagi
plotter analitik, diperlukan bagi perbincangan tentang orientasi instrumen
tersebut.
Gambar 12.40 Plotter analitik planicomp C-100 buatan Zeiss. (Seizin Carl
Zeiss, Oberkochen)
(.) t n.20.1 orientasi Bagian Dalam
Pada orientasi bagian dalam, sebuah pasangan stereo diapositif dengan
12.20 ORIENTASI PLOTTER ANALITIK sistem koordinat fidusial xy danx'y'ditempatkan pada papan pengukur seper-
ti tercermin pada Gambar 12.42. Pemusatan tidak harus dilakukan secara hati-
Seperti halnya yang diperlukan bagi semua stereoplotter analog, orien- hati dan teliti. Jarak utama diapositif dan koordinat fidrisial merupakan ma-
tasi bagian dalam, orientasi relatif, dan orientasi absolut juga diperlukan bagi sukan bagi komputer.Xoordinat gambar mesin x1 !1dan x2y2 fidusial diapo-
plotter analitik sebelum memasuki sebagian besar jenis operasinya. Pada sitif kemudian dibaca. Tingkat operasi ini dapat dibantu dengan servomotor
yang dia.litifkan oleh komputer yang secara otomatis menggerakkan tanda
3% 39s

12.20.2 Orientasi Relatif


Untuk orientasi relatif, koordinat Sambar mesin -ry dan x' y' diukur
pada sekurang-kurangnya lima titik (dianjurkan paling sedikit enam titik)
j'ang diletakkan pada letak yang berdekatan seperti disajikan pada Gambar
12.14. Komputer akan menggeralkan tanda apung pada lokasi yang berdekat-
an terhadap titik yang diukur secara cermat oleh operator. Dianjurkan untuk
mengukur lebih dari enam titik untuk meningkatkan pengulangan, dan seba-
gian besar plotter analitik dapat mengakomodasikan hingga 20 titik atau lebih
pada tahap orientasi ini. Berdasarkan pengukuran ini, komputer menghitung
unsur orientasi relatif yang pada dasarnya menggunakan metode yang diurai-
kan pada Butir 14.13. Penghitungannya dilakukan dengan menggunakan
kuadrat terkecil bila digunakan lebih dari lima titik dalam penyelesaiannya.
Sisanya akan diperagakan, dan operator memiliki kesempatan untuk mem-
buang titik-titik tertentu, menambah titik lainnya, atau menerima penyelesai-
an itu. Bila orientasi relatif diterima, operator memberitahukan komputer dan
parameter orientasi disimpan untuk digunakan bagi saat mendatang. Berdasar-
kan parameter orientasi bagian dalam dan orientasi relatif yang sekarang ter-
simpan, bagi sembarang pasangan koordinat gambar mesin bagi titik seasal
seperti a dan a'komputer dapat menghitung koordinat model XoT o'21' yang
lr bersangkutan dengan titik itu, seperti yang disajikan padaGambu 12.42.

Gambar 12.42 Sistem koordinat rujukan plotter analitik' 12.20.3 Orientasi Absolut
pengukuran ke sekitar fidusial. Kemudian operator melakukan penunjukan se- Di dalam orientasi absolut, koordinat medan semua titik kontrol harus
ir*"tr"tur. Roda tangan dan sebuah cakram kaki merupakan cara yang lazim dimasukkan paling dulu ke komputer. Kemudian operator meletakkan tanda
Ogunanan untuk me-nggerakkan tan& pengukuran rujukan' Dengan alat
ini rujukan secara stereoskopik pada gambar yang bersangkutan dengan titik kon-
Or"puiOi** sebanyaliiua fidusial, tetapi dianjurkan untuk mengukur lebih rol medan. Untuk orientasi absolut diperlukan paling sedikit dua titik kon-
dari dua dan hinggadelapan harus diukur bila ada, untuk memperbesar pengu- trol mendatar dan tiga titik kontrol tegak yang tersebar dengan baik, seperti
langan. KomputEi meny-elesaikan sebuah transformasi koordinat berdasarkan halnya orientasi absolut bagi plotter analog. Akan tetapi, dianjurkan untuk
inf6rmasi ini, dengan menggunakan kuadrat terkecil bila dilakukan pcngu- menggunakan titik kontrol lebih dari minimum sehingga dapat dilakukan
ir* y-g jumlalinya ,e*idai, untuk menempatkan -titik ltama. diapositif penyelesaian dengan kuadrat terkecil. Bila pengukuran telah dilakukan, kom-
Oan uniut menentukan hubungan dua sistem koordinat foto dalam
hubungan- puter menyelesaikan suatu transformasi koordinat tiga-dimensional (lihat
,iu Oiri- sistem pengukuran koordinat gambar instrumen itu. Koreksi'bagi Butir B.7 pada Lampira4 p) untuk menentukan parameter yang mengkaitkan
pingrcrir,an Oan pengemUangan termasuk di dalam transformasi. Dimungtin- sistem koordinat model XT'Z' pada Gambar 12.42 terhadAp sistem koordinat
-transforirasi
ffi"untuk memiliti koordinat, tetapi biasanya digunakan jenis melanX6Y6Z6. Seperti sebelumnya, dilakukan peragaan sisanya dan opera-
ja-
afin atau jenis proyeksif flihat Butir 8.6 dan 8.8 pada Lampiran B). Sisa tor dapat menghapus atau menambah titik, atau menerima penyelesaian itu.
waban iniatan Oiperagakan sehingga operator dapat menerimanya ataufieng- Bila penyelesaian diterima, komputer menyimpan parameter orientasi absolut.
utur temuai fidusialltu. nila jawaban diterima, parameter orientasi bagian Plotter analitik dapat diorientasikan jauh lebih cepat daripada plotter
Outu, Oiti*pan pada komputei. Dari informasi yang dimasukkan ke dalam analog dan biasanya dapat dilaksanakan di dalam 15 menit atau kurang. De-
iorput r, Oiput iitrtotu, koreksi bagi distorsi lensa, pembiasan atmosferik, ngan diselesaikannya tiga tahap orientasi, dan parameter yang hrsangkutan
dan kelengkungan bumi. berada di dalam hemori, seorang operator hanya perlu meletakkan tanda
t
397
396

itu juga, sehingga melampaui pengukuran yang biasanya diperlukan untuk


apung di atas sembarang titik yang tak diketahui, agar komputer dapat meng-
duatahapan itu. Padakenyataannya, apabila oleh sesuatu alasan suatu model
hitung koordinat medan tilik itu pada saat yang bersamaan. Sebaliknya, kalau
yang pada suatu saat sudah dibentuk harus dibntuk kembali untuk mempero-
diketahui serangkaian koordinat medan, komputer dapat dengan segera menen-
ieh data tambahan, paxameter orientasi dari rangkaian pertama dapat dipanggil
tukan koordinat gambar mesin yang bersangkulan dan menggerakkan tanda
pengukuran ke lokasi itu. Kemampuan ini menyebabkan plotter analitik kembali bila tersimpan pada komputer, dan sistem itu akan secara otomatik
memiliki berbagai kegunaan. '4 ', melakukan orientasi relatif dan orientasi absolut.
Plotter analitikjuga dapat digunakan secara sederhana sebagai kompa-
rator mono atau kOmparator Stereo, di mana koordinat gambar direkam untuk
digunakan di dalam trianggulasi udara dengan menggunakan komputer eks-
12.21 JENIS PENGGUNAAN PLOTTER ANALITTK
temal lain.
Metode operasi dan kemampuan plotter analitik C-100 Planicomp
Cara penggunaan plotter analitik hanya berbeda sedikit terhadap instru-
yang disajikan pada Gambar 12.40 hampir mewakili deskipsi umum yang
men lainnya. Pada umumnya semua instrumen m:rmpu melakukan pemetaan
planimerik dan topograhk. Dalam hal ini operator secara sederhana menyidik diberikan di dalam teks ini. Instrumen ini, yang dibuat relatif kompak, me-
kenampakan dan garis tinggi dengan mempertahankan tanda apung penempel
miliki sebuah sistem pengamatan binokuler yang konvensional. Gerakan
dalam arah X danY disalurkan dengan dua roda tangan yang digambarkan di
pada kenampakan itu. Komputer dengan terus-nenerus dan dengan cepat seka-
depan insfumen, sedang gerakan Z dikendalikan dengan sebuah cakram kaki.
li menyelesaikan persamaan untuk mengubah koordinat gambar mesin ke Traster yang disajikan pada Gambar 12.41 memiliki sistem penga-
sistem medarr. Informasi ini dapat disalurkan langsung ke meja penggambar
matan yang unik dan nyaman yang banyak mengurangi kelelahan operator.
untuk membentuk sebuah wujud grafik (peta), atau data dapat disimpan dalam
Dengan instrumen ini, pasangan gambar dari diapositif kiri dan kanan dipro-
bentuk digital untuk penggambaran berikutnya atau pengembangan model
yeksikan ke sebuah layar yang luas di degan insEumen. Di dalam proyeksi ini
medan digital. I
ia digunakan sinar dengan muatan kutub yang berlawanan. Seorang operator
Plotter analitik dapat pula dioperasikan dalam bentuk profil. Dalam
I yang menggunakan kacamata yang sama muatan kutubnya dan berlawanan'
operasi ini maka koordinat X, Y, dan Z dapat diukur di sepanjang garis pada q
mampu melihat gambar stereo dalam tiga dimensional dan memasang tanda
model yang telah ditentukan sebelumnya. Lokasi dan arah garis profil yang
apung. Gerakan dalam X, Y,danZ dilakukan dengan kendali tangan pada
dikehendaki dapat dimasukkan ke komputer dalam bentuk koordinat medan
Transfer di mana gerakan X dan Y diatur dengan menggunakan bola pada
XY dan mesin akan menggerakkan tanda pengukuran secara otomatik ke lo- -
rel di sebelah kanan konsol,danZ dikendalikan dengan sebuah tabung berpu-
kasi yang bersangkutan, sementara operator memantau tanda apung untuk
tar di sebelah kiri konsol.
mempertahankannya agar selalu menempel pada tanah. Keluarannya biasanya
direkam dalam bentuk digital. Data profil dapat digunakan secara langsung
bagi berbagai terapan kerekayasaan seperti misalnya penelitian jumlah
pekerjaan tanah di sepanjang garis pusat yang diusulkan, atau dapat digunakan
untuk menggerakkan 'off-line'pencetak ortofoto (lihat Bab l3). Model medan
BAGIAN IV. PLOTTER DENGAN KORELATOR
GAMBAR OTOMATIK
digital dapat pula dibuat berdasarkan data itu.
Terapan lain yang lazim bagi plotter analitik ialah dalam uianggulasi
udara. Untuk ini dimungkinkan berbagai cara kerja, dari trianggulasi model
bebas hingga pembentukan blok secara serentak (lihat Bab l4). Apabila tri-
12.22 PENGANTAR
anggulasi udara telah terselesaikan, diapositif dapat digunakan bagi plotter 3.).1 a
$ Sementara plotter yang diuraikan pada bagian-bagian sebelumnya telah
stereo lain atau instrumen ortofoto, atau dapat dipasang kembali pada plotter 4
j diotomatikkan hingga tingkat yang sangat tinggi, instrumen itu masih ber-
analitik berdasarkan atas informasi konrol medan yang ada sekarang. Sebagai
gantung pada operator manusia yang harus melakukan pengukuran secara
hasil trianggulasi udara, parameter orientasi relatif dan orientasi absolut dike-
stereos[opik. etan tetapi, instrumen telah dikembangkan di mana otomasi
tahui. Plotter analitik memiliki kemampuan perangkaian kembali (reset) yang
telah ditingkatkan hingga suatu titik di mana manusia hampir sama sekali
memungkinkan pembacaan pada parameter yang diketahui, yang dapat digu-
dapat digantikan olehnya. Seperti halnya dengan plotter analitik, instrumen
nakan untuk orientasi relatif dan orientasi absolut secara otomatik pada saat
398 i 399
ini menggunakan komputer, encoder, dan servomotor, tetapi masih juga
! instrumen yang disebut StereomatBd. Sistem ini dapat beroperasi hampir
menggunakan korelator gambar otomotik untuk melakukan pengukuran .,1

stere- sama sekali tanpa campru tangan manusia.


oskopik.
Gambar 12.43 mencerminkan asas operasi otomatik korelator gambar
Korelasi gambar (image correration) ialah proses untuk memirih
-
Blm$r yang bersangkutan dari daerah tampalan foto kiri dan foto kanan
elektronik Stereomat B-8. Instrumen ini berisi dua sistem penyiaman elek-
i tronik yang identik-satu bagi tiap diapositif sebuah pasangan stereo. Sebuah
sebuah pasangan stereo. Ini dikerjakan atas dasar pembandingan bentuk,
ukur- t$ (r titik terbang sinar (flying spot) secara sistematik menyiam secara ulang-alik
g.an densiti gambar. paduan maa/ot* manusia dapat irelakukan pem-
ln'
b.andingan-pembandingan ini secara hampir tak sadar, dengan .ru yung
menyilang permukaan tiap tabung sinar katoda di atas diapositif. Lensa di an-
..put tara dua tabung sinar katoda dan diapositif memfokuskan titik terbang sinar ke
dan tepat. Meskipun tidak dapat menunaikan tugas sepertimanusia, korelator
diapositif, dan lensa di bawah diapositif memproyeksikan titik ke tabung
gambar otomatik yang merupakan hasil perkembangan mutakhir
dalam tekno- 'photomultiplier' di bawah. Arus elektronik (I) yang ditimbulkan oleh tabung
logi elektronik dan komputer, dapat pula melakukan pembandingan ini untuk
'photomultiplier' berubah-ubah sesuai dengan intensitas sinar yang diterima.
memilih gambar yang bersangkutan.
Korelasi gambar diperlukan di dalam operasi fotogrametrik dan teruta-
ma penting dalam menggunakan instrumen plotter sterJo. Seperti diuraikan Tabung sinar
pada bagian-bagian sebelumnya pada bab ini, pembandingan gambcr katode
dilaku_
kan dalam orientasi relatif pada saat paralaks ,x dan y dibers-lnh-n dalam model
stereo untuk membentuk gambar yang bersangkutan menjadi satu. Korelasi
gambar juga dilakukan dalam orienlasi absolut, dalam kompilasi peta
dan ta-
hapan lain penggunaan plotter stereo, pada saat paralaks r digerakkan
untuk
meninggikan dan merendahkan tanda apung agarseralu meneirpel pada titik- Diapositif
titik model. I
at.
?

12.23 KORELATOR GAMBAR OTOMATIK

opetasi korelator.gambar otomatik pada dasamya meripuri dua fungsi,


yaitu: (1) penyiaman citra untuk merekam posisi spasial dan beda
densiti
berbagai unsur gambarpada dua foto yang bertampalan, dan (2) men.gkorela-
sikan data yang diperoleh dalam penylaman untui mengidenrihksigamuar
yang bersangkutan. Pekerjaan penyiaman pada umum.iya dilakukan secara
elektronik,.s_edang korelasi dapat dilakukan secara nrrn'erik maupun secara
elekfronik. Korelasi gambar secara numerik diuraikan pada Butir 14.20 dalam
hubungannya dengan sistem otomasi bagi trianggulasi udara secara analitik,
sedang sistem elektronik yang digunakan bersama penggambar letak stereo
baku, diuraikan pada bagian berikut.
t)
Gembar 12.43 Korelator gambar otomatik Stereomat B-8.
12.24 KORELATOR GAMBAR ELEKTRONIK DAN STEREO-
MAT 8.8 WILD Titik terbang di atas dua positif bergerak bersamaan antara diapositif
kiridan kanan. Pada saat titik menyiam, bila titik itu melalui tepi gelap-te-
Sistem korelasi gambar elektronik telah dipadukan dengan plotter ste-
.
reo Aviograf B-8 wild (lihat Gambar 12.25) untuk membriahkan sebuah
rang yang bersangkutan pada dua diapositif pada s:ut yang berbeda, hasil alir-
an yang bergantian yang dibangkitkan oleh tabung photomultiplier akan
400 401

memiliki tahapan yang berbeda. Sebuah perbedaan tahapan seperti TTdanTp buah tanda bahaya memperingatkan operator agar melakukan pemasangan
pada Gambar 12.43 mengisyaratkan adanya paralaks, di mana perpotongan kembali instrumen itu.
tonggak ruang terjadi pada posisi yang salah, misalnya A'. Bila terdeteksi
tahapan yang berbeda, sebuah servomotor secara otomatik diaktifkan dan
menggerakkan tonggak ruang ke posisi sedemikian sehingga tahapan yang 12.25 INSTRUMEN LAIN YANG MENGGUNAKAN KORE.
berbeda menjadi nol. Kemudian titik terbang akan secara bersamaan menyinari
LATOR GAMBAR OTOMATIK
gambar yang bersangkutan dan perpotongan tonggak ruang akan terjadi pada
titik A yang posisinya benar. Operasi ini serupa dengan operator manusia Korelator gambar otomatik telah digunakan untuk beberapa tahun
yang memberikan paralaks dengan menggerakkan tonggak ruang secara bersama dengan plotter analitik dengan hasil baik. InsEumen kompilasi peta
manual hingga pasangan gambar terlihat oleh mata operator secara bersama- otomatik universal (Universal Automatic Map Compilation Equip-
sama. Otomat memiliki sistem pengamatan optik sedemikian sehingga ment/UNAMACE) misalnya, menggabungkan korelator gambar sejak tahun
1965. Instrumen ini juga dapat membuahkan foto orto secara otomatik, dan
operator dapat memanipulasi instrumen itu secara manual.
menggunakan korelasi gambar otomatik bagi proses tersebut. Gestalt Photo
Karena tilik terbang memiliki komponen x dan y, dimungkinkan un-
tuk secara otomatik mendeteksi paralaks x dan y pada model stereo. Instrumen
Mapper (GPM) merupakan instrumen lain yang membuahkan foto orto
secara otomatik yang berdasarkan atas korelasi gambar otomatik. Sistem ini
itu dapat mengorienlasikan diri sendiri melalui deteksi faralaks secara) diuraikan lebih rinci pada Butir 13.8.3.
otomatik. Hadirnya tiap paralaks y mengaktifkan servomolor yang menye-
Pada saat ini, sistem stereoplotter otomatik yang menggunakan alat
babkan gerakan proyektor untuk membersihkannya. Pembersihan otomatik
paralaks y pada lima titik baku mengorientasikan model secara relatif. Setelah korelasi gambar relatif mahal harganya, dan oleh karenanya maka keluasan
penggunaannya agak terbatas. Akan tetapi, alat semacam ini terdapat pada
model diorientasikan, deteksi otomatik dan penghapusan paralaks.r memung-
badan Pemerinrah dan kalangan militer yang volume pemetaannya cukup be-
kinkan pembacaan profil, penyidikan garis tinggi, dan model terdigit, dan
al. sar dan selaras dengan harga alat itu.
sebagainya, dengan merekam koordinat model X, Y,danZ suatu jaringan
titik yang padat di seluruh model. Profil dapat disiam pada arah X maupun Y.
Garis tinggi dapat disidik secara otomatik oleh Stereomat B-8, tetapi
seorang operator mula-mula harus membawa tanda apung menempel pada me-
RUJUKAN
dan pada garis tinggi awal yang dikehendaki. Instrumen itu akan melakukan
American Society of Photogrammetry: "Manual of Photogrammetry," ed. ke-3,
kompilasi secara otomatik atas garis.tinggi hingga ia meninggalkan model
Falls Church, Va., 1966, Bab 3, 12, 13, 14, dan 15.
dan meloncat ke garis tinggi berikutnya dan mulai menyidiknya. Bila sebuah
garis tinggi menutup, instrumen itu akan tidak henti-hentinya melakukan "Manual of Photogrammetry," ed. ke-4, Falls Church, Va., 1980, Bab
penyidikan ulang garis tinggi itu kecuali bila disetel pada garis tinggi lain ll dan 12.
Bean, R. K.: Development of the ER-55 kojector, Photogrammetric Engineering,
oleh operator. Oleh karena itu maka pada cara pembualan garis tinggi secara
otomatik, seorang perlu memantau kompilasi.
-: vol. 19, no. l, hlm. 71, 1953.
Bertram, S.: The Universal Automatic Map Compilation Equipment, Pho-
Harus diingat bahwa sebuah korelator gambar seperti yang digunakan
pada Stereomat B-8 membandingkan gambar yang bersangkutan dan mengu- togrammelric Engineering, vol. 31, no. 2, hlm. U4, 1965.
Blachut, T. J., et al.: ANAPLOT-History. Basic Features and Performance,
kur posisinya masing-masing pada pasangan stereo diapositif. Alat itu tidak
Canadian Surveyor, vol. 33, no. 2, hlm. 89,1979.
mengenal atau mengingat hntuk atau objek. Oleh karena itu bila dua gam-
r) Case, J. B.: ASP-DTM Symposium, Photogrammetric Engineering and Remote
bar yang bersangkutan berbeda banyak, instrumen ini barangkali tidak akan
Sensing, vol. 44, no. 12, hlm. 1477, 1978.
berfurrgsi. Ini tentu saja bukan masalah bagi operator manusia, yang dapat
Collins, S. H.: Terrain Parameters Directly from a Digital Terrain Mode| Canadian
mengasosiasikan gambar yang wajar meskipun keduanya tampak berbeda.
Surveyor, vol.29, no. 5, hlm. 507, 1975.
Apalagi digunakan untuk membuat garis tinggi, korelator gambar otomatik
Crabtree, J. S., dan J. D. Mclaurin: The BAI Image Correlator, Photogrammetric
kadang-kadang sampai pada titik yang tidak dapat ditemukan pasangannya.
Engineering, vol. 36, no. 1, hlm. 70,1970.
Pada saat dilakukan upaya menemukannya, dapat tersesat demikian jauh se-
hingga alat itu tidak dapat melakukan koreksi sendiri. Bila hal ini terjadi, se-
4A 403

Danko, J. O., Jr.: Color, the Kelsh, and the PPV, Photograrnmeffic Engineering, Tewinkel, G. C.: Stereoscopic Plotting Instruments, Photogrammetric Engineer-
vol. 38, no. 1, hlm. 83, 1972. ing, vol. 17, no. 4, hlm. 635, 1951.
DeGraaf, R. M.: Automation Characteristics of the Stereomat 88, Photo' Theis, J. B.: Automalion and Photogrammetry, Photogrammetric Engineering,
granmetric Engircering, vol. 30, no' 5, hlm. 818, 1964. vol. 31, no. 2, hlm. 281, 1965.
Dorrer, E.: Software Aspects in Desk-Top Computer Assisted Stereoplotting, Thompson, M. M., dan J. G. Lewis: Practical Improvements in Stereoplotting
Pltotogrammetria, vol.33, no. I, hlm. I, 1977.
r) Instruments, Phologrammetric Engineering, vol. 30, no. 5, hlm. 802,
Dowman, I. J.: A Working Method for the Calibration of Plotting Instruments 1964.
Using Computers, Photogrammetric Record. vol. VII, no. 42, hlm. 662, Trow, S. W., dan M. Keller: Transfer of Absolute Orientation from One Type of
1913. Stereoscopic Plotting Instrument to Another, Photogrammetric Engi-
Model Deformation-An Interactive Demonstration, Photo' neering, vol. 19, no. 5, hlm. 831, 1953.
--: grammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 43, no. 3, hlm. 303' Veres, S. A.: The Use and Adoption of Conventional Stereoplotting Instruments
1917. for Bridging and Plotting of Super Wide Angle Photography, Canadian
Esten, R. S.: Automatic Photogrammetric Instruments, Photogrammetric Engi- Surveyor, vol.23, no. 4, hlm. 359, 1969.
neering, vol. 30, no. 4, hlm' 544, l9@. Whiteside, A. E., dan C. W. Matherly: Recent Analytical Stereoplotter Deve-
Forest, R. B.: AP-C Plotter Orientalion, Photogrammetric Engineering, vol' 31, lopments, Photogrammetric Engineering, vol. 38, no. 4, hlm. 3'13,1972.
no. 5, hlm. l0A, 1966. Zarzycki, J. M.: An Integrated Digital Mapping System, Canadian Surveyor, vol.
Ghosh, S.K.:Theory of Stereophotogramrnetry, The Ohio State University Book 32, no.4, hlm. M3, 1973.
Stores, Columbus, Ohio, 1968.
Photo/ModeVMap Scales, Photogrammetric Engineering, vol' 32. SOAL
no. ll, hlm. 1154, 1971.
12.l Uraikan beda pokok antara stereoplotter dengan proyeksi optik secara
Helava, U. V.: The Analytical Plotter*Its Future, Photogrammetric Engineering
langsung dan instrumen dengan proyeksi mekanik atau optih. - mekanik.
and Remote Sensing, vol. 43, no. I l, hlm. 1361' 1977.
12.2 Tiga tahapan orientasi dasar diperlukan sebelum menggunakan stereo-
Hobrough, G., dan T. Hobrough: Image Correlator Speed Limits, Photo'
-i plotter. Sebutkan ketiganya dan utarakan tujuan masing-masing.
grammetric Engineering, vol. 37, no. 8, hlm' l0y'.s, 1971.
12.3 Berapakah panjang fokus lensa proyektor Balplex yang jarak utamanya
Katibah, G. P.: Model Flatness-A Guide for Stereo-Operators, Phologrammetric
sebesar 55 m dan jarak proyeksi optimumnya sebesar 525 mm?
Engineering, vol. 30, no. 2, hlm. 299, 1964'
12.4 Seperti Soal 12.3, kecuali bahwa yang digunakan plotter Kelsh dengan
Kasper, H.: The Wild B-8 Aviograph-A Simple Photogrammetric Plotter, jarak utama sebesar 210 mm dan jarak proyeksi optimum sebesar 760
Photograwnetric Engineenng, rcI. 27, no.4, hlm. 590, 1961.
mm.
Knauf, J. W.: The Stereoimage Alternator, Photogrammetric Engineering, vol' t2.s Jelaskan sistem pengamatan yang berbeda-beda yang digunakan di da-
33. no. lO hlm. lll3, 1967.
lam stereoplotter dengan proyeksi optik secara langsung.
Lawrence, C. H.: Stereomat IV, Automatic Plotter, Phologrammetric Engineering,
12.6 Uraikan secara garis besar tahapan di dalam orientasi bagian dalam.
vol. 33, no. 4, hlm. 394,1967.
12.7 Foto dibuat dengan tampalan depan 60Vo dan 3OVo tampalan samping,
Newton, I.: The CPI-A New Photogrammetric Plotter, Survey Review, vol' 22,
dengan panjang fokus kamera 152 mm dan format 9 inci bujur sangkar,
no. 167, hlm.43, 1973'
dari ketinggian terbang 8.600 kaki di atas medan. Apabila diapositif
Noonan, R. P.: A Systematic Procedure for Stereocompilers, Phologrammetric foto ini harus dibuat untuk digunakan dengan plotter Balplex, berapakah
Engineering, vol. 36, no. l, hlm. 56, 1970. r) nilai A dan I yang harus dipasang pada pencetak pengecilan apabila
Petrie, G., dan M. O. Adam: The Design and Development of a software Based pencetak pengecilan itu panjang fokus lensanya sebesar 115 mm?
Photogrammetric Digitising System, Photograrnmetric Record, vol' X,
L2.8 Bagi foto pada Soal 12.7, berapakah skala model optimum bagi stereo-
no.55, hlm.39, 1980. plotter Balplex yang jarak proyeksi optimumnya sebesar 525 mm?
struck, L.: The Multiplex, Kelsh Plotter and wild Autographs, Photogrammetric
Engineering, vol. 18, no' l, hlm. U, 1952.
4U 405

L2.9 Apabila sebuah skala penggambaran yang terdekat dengan 100 kaki/inci 12.20 Jelaskan bagaimana sebuah model dapat diratakan tanpa menggunakan
digunakan bagi model stereo pada Soal 12.8, berapakah ukuran norninal sekrup perataan pada kerangka instrumen Kelsh' Dalam kondisi bagai-
model mumi? Berapakah jarak proyeksi terhadap medan rata-rata? mana cara kerja semacam ini diperlukan?
12.L0 Apabila medan bervariasi sebesar 500 kaki di atas dan di bawah medan 12.21 Jelaskan mengapa lebih baik untuk memasang komponen basis D, dan
rata-rata pada foto Soal 12.7, dan skalanya dipilih sebesar skala pada D, sebesar nol sebelum melakukan orientasi Plotter.
Soal 12.9, berapa milimeter ke atas dan ke bawah perbedaan medan pada 12.22 Sebuah plotter dengan sebuah kedalaman medan yang dapat digunakan
skala model? Apabila kedalaman medan sistem proyeksi Balplex sebesar sebesar 12 inci (6 inci ke atas dan ke bawah dari jarak proyeksi opti-
120 mm ke atas dan ke bawah dari jarak proyeksi optimum, dapatkah mum) diorientasikan dengan medan rata-rata pada jarak proyeksi opti-
kisaran medan ini diakomodasikan di dalam instrumen itu? Apabila gerak mum sebesar 760 mm. Berapakah kisaran relatif yang dapat diakomoda-
tegak pada meja penyidikan sebesar 100 mm, dapatkah kisaran tegak sikan ke atas dan ke bawah dari medan rata-rata bila ketinggian terbang
meja penyidikan itu mengakomodasikan variasi medan tersebut? sebesar 1.500 kaki di atas medan rata-rata? (Misalkan jarak utama
12.lL Foto dibuat dengan 657o tampalan depan dengan panjang fokus 152 mm diapositif sama besar dengan panjang fokus 152 mm kamera yang
dan format kamera 9 inci, dari ketinggian terbang 14.500 kaki di.atas digunakan untuk pemotretan).
medan rata-rata. Berapakah skala model optimum bagi plotter Kelsh 12.23 Seperti soal 12.22, tetapi digunakan plotter Multiplex. Plotter itu me-
jarak proyeksi optimumnya 760 mm dan proyektor yang akan menga- miliki kedalaman medan yang dapat digunakan sebesar 90 mm ke atas
komodasikan diapositif yang dicetak secara kontak dan dibuat dari foto dan ke bawah dari jarak proyeksi optimum sebesar 360 mm'
ini? 12 ,2 4 Plotter PG-2 Kern memiliki kisaran jarak utama dari 85 mm hingga 172
12.12 Apabila digunakan skala penggambaran yang terdekat dengan 100 ka- mm, kisaran nominal jarak proyeksi dari 102 hingga 172 mm, dan rasio
ki/inci bagi model stereo pada Soal 12.11, berapakah ukuran nominal pembesaran pantograf maksimum dari model ke peta sebesar I : 3'333'
model murni itu? (Misalnya tampalan samping sebesar 25Vo). Berapakah Apabila jarak utama diapositif sama besar dengan panjang fokus kamera;
ukuran model bagi seluruh daerah tampalan? berapakah skala maksimum manuskrip yang mungkin bagi foto pada
L2.13 Apabila foto pada Soal 12.11 digunakan pada sebuah plotter Multiplex, Soal 12.7?
berapakah skala penggambaran yang akan dipilih apabila skalanya 12,25 Untuk Soal l2:2A, apablla dipilih skala peta sebesar l:4.800 dan rasio
terdekat dengan 100 kaki/inci? Berapakah perkiraan basis (Dr) antara pantograf l:3,333, berapakah jarak proyeksi aktual bagi medan pada
proyektor yang harus dipasang sebelum orientasi relatif. permukaan tanah rata-rata? Apabila digunakan jarak proyeksi nominal
12.14 Apakah keuntungan dan kerugian penggunaan diapositif film di dalam sebesar 172 mm dan meja penyidikan memiliki kisaran ke atas dan ke
stereoplotter bila dibandingkan terhadap diapositif kaca. bawah sebesar t 30 mm dari jarak nominal, dapatkah kisaran variasi
12.15 Gambarkan sebuah bagan model murni stereoskopik dan berilah label medan sebesar 500 kaki ke atas dan ke bawah dari medan rata-rata diako-
enam titik di mana paralaks y ditiadakan secara konvensional di dalam modasikan dengan instrumen itu pada susunan ini?
orientasi relatif. Bagi tiap rotasi dan terjemahan proyektor kanan, daf- L2.26 Seperti Soal 12.24, tetapi digunakan instrumen A-8 Wild. Instrumen ini
tarlah nomer titik di mana paralaks y mungkin timbul. memiliki kisaran jarak utama dan 98 mm hingga 215 mm, kisaran jarak
12.16 Uraikan secara garis besar tahapan metode'swing-swing'dua proyektor proyeksi dari 175 mm hingga 350 mm, dan rasio pembesaran ko-ordinat
bagi orietansi relatif. hingga 1:4.
12.17 Uraikan secara garis besar rnetode satu proyektor bagi orientasi relatif. 12.27 Untuk Soal 12.26, apablla dipilih skala peta sebesar l:2.4OO dan digu-
12.18 Misalkan skala AB sebuah peta garis sebesar 26,38 inci, dan panjang nakan rasio pembesaran koordinatograf sebesar l:4, berapakah jarak
model A?' yang bersangkutan sebelum orientasi absolut sebesar 25,95 proyeksi model bagi medan rata-rata? Misalkan medan bervariasi 500
inci. Apabila basis model awal dipasang pada 18 inci, berapa panjang- kaki ke atas dan ke bawah dari rata-rata, berapakah jarak proyeksi model
kah basis model harus disesuaikan untuk menskalakan model? (Misal- bagi medan tinggi? Medan rendah?
kan komponen basis model Y dan Z sebesar nol.) 12.2E Seperti Soal 12.24, tetapi menggunakan fot'o pada Soal l2'll'
12.19 Uraikan berbagai metode perataan model dalam sebuah stereoplotter. 12.29 Seperti Soal 12.26, tetapi menggunakan fot'o pada Soal 12'11'
406

12.30 Gambarkan sebuah bagan paralelogram Zeiss. Bagaimana komponen br, BAB
brdan D, diubah-ubah bagi instrumen yang disatukan dengan para-
lelogram Zeiss?
13
12.31 Jelaskan kemampuan dan keunggulan meja penyidikan otomatik terdi-
sit. r ) FOTOGRAFI ORTO
12.32 Jelaskan bagaimana plotter analitik berbeda dengan stereoplotter ana-
lo g'
12.33 Jelaskan keunggulan plotter analitik.
12 ,3 4 Uraikan metode operasi korelator gambar elektronik Stereomat B-8.

i r3.1 PENGANTAR
Foto orto ialah foto yang menyajikan gambaran objek pada posisi or-
tografik yang benar. Oleh karena itu foto orto secara geometrik ekivalen ter-
hadap peta garis konvensional dan peta simbol planimerik yang juga menya-
jikan posisi ortografik objek secara benar. Beda utama antara foto orto dan
peta ialah bahwa foto orto terbentuk oleh gambar kenampakan, sedang peta
.I menggunakan garis dan simbol yang digambarkan sesuai dengan.skala untuk
meniirminkan kenampakan. Karena secara planimetrik keduanyi benar, foto
orto dapat digunakan sebagai peta untuk melakukan pengukuran langsung atas
jarak, sudut posisi, dan daerah tanpa melakukan koreksi bagi pergeseran letak
I
gambar. Hal ini tentu saja tidak dapat dilakukan atas foto perspektif.
I
Foto orto dibuat dari foto perspektif (biasanya foto udara) melalui pro-
I
ses yang disebut rektifikasi diferensial, yang meniadakan pergeseran letak
gambar oleh kesendengan fotografik dan relief. Pergeseran letak oleh kesen-
dengan sumbu kamera seperti yang disajikan pada Butir 11.7, terjadi pada tiap
I foto yang pada saat pemotretannya, bidang foto sendeng terhadap bidang
datum. Rekfifikasi untuk menghapus efek kesende_ngan sumbu dan hasilnya
i berupa ekivalen foto tegak. Akan tetapi, ekivalen foto tegak masih
mengandung skala yang tidak seragam yang diakibatkan oleh pergeseran letak
f gambar sehubungan dengan perubahan relief, kecuali bagi medan yang benar-
benar datar. Di dalam proses peniadaan pergeseran letak oleh relief pada
ri sembarang foto, variasi skala juga dihapus sehingga skala menjadi sama bagi
seluruh foto. Tiap foto yang skalanya tetap bagi seluruh bagian merupakan
foto orto yang memiliki kebenaran planimetrik sama dengan peta. Harus
diingat bahwa meskipun pergeseran letak oleh medar yang berbeda telah
dikoeksi, masih ada satu keterbatasan foto orto yang berupa pergeseran letak
oleh relief bagi porrnukaan tegak seperti tembok bangunan yang tak dapat
ditiadakan.
408 409

hda pandangan sekilas, foto orto tampak sama dengan foto perspektif.
Tetapi-dengan membandingkan foto orto dan foto perspektif daerah yang
sama, biasanya dapat diamati bedanya. Gambar l3.la merupakan sebdgian
foto perspektif yang dibuat di Oklahoma. Pada gambar t3.ta, Oisajitan
sebuh foto ato yang dibuat dari sebagian foto penpektif tersebmt. perhatikan
.t terutama bagaimana pergeseran letak oleh relief telah menyebabkan kawat
listrit pada foto perspektif tampak bengkok, sedang pada foto orto tampak
lurus karena pergeseran letak oleh relief telah ditiadakan.

Selubung Batang
gelap proyektor

.stl-al rl.

dan merendahkan pemegang film


dan platen

Gambar 13.2 Ortofotoskop Model T-64. Survei Geologi Amerika


Serikat).

Keunggulan foto orto atas foto perspektif telah disadari sejak lama.
r) Pada tahun 1903, Scheimpflug telah membayangkan suatu gagasan untuk
membuat foto orto dari foto penpektif. Pada awal dasawarsa 1930-an, mesin
restitusi Gallus-Ferber mulai diperkenalkan di Perancis. Di samping penggu-
Gambar f3.1 (a). Bagian foto perspektif yang dibuat di Oklahoma (perhatikan
tampak ketidaklwusan kawat listrik yang disebabkan oleh pergeseran letak oleh
relief). (D) Foto orto daerah sama dengan foto persepektif yang disajikan pada (a).
Perhatikan kelurusan kawat listrik setelah pergeseran letak oleh relief ditiadakan.
(Seizin U.S. Geological Survey).
410 j 4tt
Karena gambar dapat dikorelasikan dengan objeknya di medan, foto or-
naannya untuk plotting stereoskopik, instrumen ini dapat membuahkan foto
to merupakan peta dasar yang baik sekali untuk membuat peta jalur terbang.
orto secara langsung dari foto perspektif (asas kerjanya sangat mirip dengan *
II Foto orto juga sangat berguna bagi alat komunikasi. Pemilik tanah dan orang
instrumen pembuat foto orto yang digunakan sekarang). Meskipun instrumen
awam dapat mengerti peta foto orto, sedang mereka itu sering dibingungkan
ini digunakan secara operasional, tidak efisiensinya sistem ini bersama dengan
kurangnya minat secara umum untuk hasil akhirnya menyebabkan pembuat-
oleh peta garis atau peta simbol. Dengan menggunakan foto orto, pakar
an foto orto tidak aktif hingga dasawarsa 1950-an.
rf rekayasa lebih dapat mengkomunikasikan terhadap pemilik tanah untuk mem-
' Russel Bean dari Survei Geologi Amerika Serikat pada tahun 1950
bincangkan tentang jual beli, akses terhadap tanah milik dan sebagainya.
Foto orto tidak mengandung informasi tentang ketinggian tempat.
mulai mencoba instrumen tersebut untuk membuat foto orto, dan pekerjaan-
Akan tetapi, foto orto dapat digunakan sebagai peta dasar planimetrik untuk
nya untuk merintis ke arah dikembangkannya instrumen yang disebtt orto-
menggambarkan garis tinggi padanya, dan hasil yang dibuahkannya disebut
fito skop (orthophotoscope). Ortofotoskop yang pertama diperkenalkan pada peta foto orto topografik Garis tinggi pada peta foto orto topografik biasanya
tahun 1953, yang kemudian diikuti oleh beberapa generasi perbaikan. Pe-
dibuat dengan stereoplotter secara tersendiri. Penggunaan peta foto orto seba-
ngembangannya iebih lanjut menyebabkan dibuatnya ortofotoskop model T-
gai peta dasar bagi garis tinggi meniadakan keperluan untuk pemetaan data
@ yang dilukistan pada Gambar 13.2, yang merupakan saru-di antara ins- planimetrik dalam kompilasi stereoplotting dan dapat membuahkan penghe-
trumen tertua yang secara eksklusif digunakan oleh Survei Geologi dalam
matan waktu yang banyak sekali. Sebagai salah satu contoh peta foto orto
pembuatan foto orto. Penelitian dan pengembangan selanjutnya pada tahun-
topografik yang dibuahkan oleh Survei Geologi Amerika Serikat disajikan
iahun terakhir ini telah menyebabkan ditemukannya banyak instrumen
pada Gambar 13.3. Pada tahun 1980, Survei Geologi Amerika Serikat meng-
canggih dan baik untuk membuahkan foto orto.
hasilkan lebih dari 3.000 peta foto orto sejenis itu yang beraneka.
Foto orto dapat digunakan sebagai peta tanpa perlakuan kartografik,
atau dapat lebih ditonjolkan dan dilengkapi dengan garis, simbol, nama, dan
13.2 KEUNGGULAN DAN KEGUNAAN FOTO ORTO
sebagainya. Dapat dilihat pada Gambar 13.3 misalnya, bahwa garis dan nama
telah ditambahkan padanya. Untuk meningkatkan kualitas peta foto orto juga
Peta foto orb yangdibuat dari foto orto memberikan keunggulan yang dapat ditambahkan w:una.
penting atas foto udara dan peta garis karena memiliki kelebihan daripada
Bila dibandingkan dengan peta garis yang dibuat melalui kompilasi
keduanya. Sebaliknya, foto orto memiliki kualitas piktorial foto udara karena
stereoplotter, peta foto orto pada umumnya dapat dibuat lebih cepat dan lebih
gambar objek medan yang jumlahnya tak terhingga dapat diidentifikasi dan
murah. Hal ini benar terutama bagi peta berskala kecil, peta daerah kota, atau
dikenali. Lebih daripada itu, karena ketelitian planimetrik gambaran yang
peta daerah dengan kenampakan planimetrik dan kultural yang padat. Akan
disajikan, pengukuran dapat dilakukan secara langsung atas foto orto seperti
tetapi, biaya reproduksi tambahan untuk peta foto orto, diimbangi oleh
halnya atas peta garis.
Kemampuan mengkaitkan gambaran pada foto orto dengan apa yang kurangnya tenaga yang diperlukan. Pembuatan foto orto memungkinkan pem-
buatan peta daerah yang tidak terpetakan dengan cara lain, dan memungkinkan
diarnati di medan merupakan modal bagi berbagai upaya. Pakar rekayasa, pe-
revisi peta dilakukan lebih sering.
rencana, peneliti, pakar kehutanan, geologiwan, pakar cocok tanam, dan seba-
gainya, dapat menggunakan foto orto secara lebih menguntungkan sebagai
peta dasar untuk penggambaran hasil pengamatan medan. Pakar kehutanan
misalnya, dapat melakukan klasifikasi dan delineasi tipe kayu yang berbeda-
13.3 KLASIFIKASI INSTRUMEN UNTUK MEMBUAT FOTO
ORTO
beda pada posisinya yang benar secara langsung pada peta foto orto dengan
mengkorelasikan gambaran dengan yang diamati di medan. Pakar tanah juga ,)
Instrumen yang digunakan di dalam produksi foto orto bekerja dengan
dapat menggambarkan lokasi pengambilan sampel tanah dan melakukan
memperagakan gambar dari negatif foto perspektif asli ke film fotografik
delineasi batas tipe tanah secara langsung pada peta foto orto dengan
yang belum dipotretkan. Film yang dipotretkan ini setelah diproses secara
mengkorelasikan gambar dengan objek sebenarnya di medan. Pengukur hak
fotografik membuahkan negatif orto. Negatif orto ini kemudian diproses
milik dapat menggunakan peta foto orto dengan lebih menguntungkan karena
secara fotografik untuk membuahkan foto orto.
pagar dan bukti lain yang dapat diidentifikasi di medan digambarkan pada
pandangan gambar yang benar pada peta foto orto.
411

Instrumen foto orto konvensional pada umumnya dapat digolongkan


menjadi dua kategori umum, yaitu: (l) yang membuahkan gambar dengan
proyeksi optik secara langsung, dan (2) yang membuahkan gambar secara
elektronik. Alat yang termasuk kategori pertama memperagakan negatif orto
gambaran pada negatif asli dengan proyeksi secara langsung melalui unsur
l;l optik. Banyak instrumen jenis ini yang secara sederhana berupa stereo plotter
optik baku atau stereoplotter dengan proyeksi mekanik, seperti yang diuraikan
pada Bab 12, yang mengkaitkan beberapa komponen tambahan. Alat yang
termasuk kategori kedua menggunakan sebuah tabung sinar koloda unluk
pencetakan guna memperagakan negatif orto. Sebagai tambahan terhadap dua
sistem konvensional ini, metode ketiga untuk membuat foto orto dengan
pemrosesan citra digital diuraikan pada Butir 13.9.
Di dalam kategori proyeksi optik secara langsung, dapat dibedakan
antara instrumen yang bekerja serentak dan yang bekerja terpisah. Pembedaan
ini berpangkal pada kenyataan bahwa ada dua tingkat operasional yang berbeda
dalam produksi foto orto yaitu: (l) pengambilan informasi ketinggian dari
model stereo (biasanya penyiaman profil medan suatu model stereo pada per-
tambahan yang jaraknya seragam), dan (2) memperagakan negatif orto Oiasa-
nya dalam rangkaian jalur sempit, masing-masing dengan lebar tepat sama
besar dengan jarak antara penyiaman profil yang berdekatan). Instrumen seren-
tak ialah instrumen yang penyiaman profil dan pembekuan negatif ortonya
dilakukan secara serentak. Sebuah catatan ketinggian profil biasanya tidak
;ilfl-,I, -i dipegang teguh, dan hasil cara kerja on-line biasanya hanya berupa negatifor-
:1.1
:1.-
r,tj -\ ,.; to. Di pihak lain, instrumen terpisah membuahkan foto orto dengan dua cara
'1t'l kerja yang terpisah. Informasi profil mula-mula diperoleh dan dicatat dalam
b$ii,* bentuk grafik atau bentuk digital. Selanjutnya profil ini dibaca ke instrumen
yang memperagakan negatif orto secara otomatik di atas dasar profil itu. Be-
rapa instrumen mampu bekerja secara serentak atau terpisah. Di dalam mem-
bincangkan rincian cara kerja instrumen yang membuahkan foto orto di
bagian berikut pada bab ini, diasumsikan bahwa mahasiswa telah mempelajari
Bab 12 atau telah menguasai asas instrumen plotter stereoskopik.

#ffi.':j'N
as S' 14 ; I3.4 INSTRUMEN FOTO ORTO DENGAN PROYEKSI OP.
SCALE t:24.000 {l
,} TIK SERENTAK (ON.LINE)
t, i .
i' Untuk mengantar perbincangan tentang instrumen foto orto proyeksi
c
optik serentak, akan dibincangkan Ortofotoskop model T-64 Survei Geologi
Amerika Serikat. Meskipun tidak digunakan secara ekstensif lagi, instrumen
TM.hlP uMhru ..
rdb dM
ffidryhauoudh
m.ury.rd.
kn.@51 ini masih representatif bagi metode kerja fondamental untuk beberapa instru-
F& U.3. Udat l,dn
bb.krh.EUdd men di dalam kategori proyeksi optik screntak. Setelah perbincangan tentang
Gambar 13.3 Peta foto orto topografik teluk Prudhoe' Alaska. (Seizin U.S. model T-64, instrurflen lain yang sejenis juga diperikan' Ruang yang tersedia
Geological Survey).
415
414

membatasi perbincangan hanya pada beberapa jenis instrumen yang setarang


tersedia untuk pembuatan foto ortp. Tidak dibincangkannya instmmen lainnya
dalam buku ini tiOat mencerminkan pendapat penulis tentang kualitas instru-
men tersebut.
r) ra

13.4.1 Ortofotoskop Model T'64


Ortofotoskop model T-54 pada Gambar 13.2 mengandung tiga proyek-
lltr
tor plotter yang disangga di atas sebuah batang proyektor. Proyektor tengah
berupa sebuah proyektor Kelsh baku yang menggunakan diapositifberukuran
penutr 9 inci. Dua lainnya berupa proyektor Balplex yang mengh,endaki
diapositif diperkecil ukurannya untuk mencapai jarak utama sebesar 55 mm.
Gambar 13.4b menyajikan pandangan samping instrumen itu. Berbeda de-
ngan plotter dengan proyeksi optik biasa, instrumen itu memiliki sebuah
pimegang film yang datar, bukan sebuah meja rujukan. Dengan demikian
hatraoperafor dapat melihat bagian belakang model dengan lebih enak, Gambar 13,4 (a) Tampak depan proyektor Ortofotoskop Modet T-64. (b)
Tampak samping Ortofotoskop Model T-64.
pemegang film (dan proyektor) dimiringkan ke atas di bagian belakang model,
membentuk sudut 40o terhadap bidang mendatar.
sional yang benar di bawah proyektor, dan seperti disajikan pada Gambar
Diapositif tiga foto bertampalan dan berurutan pada satu jalur terbang,
13.4a, model stereo itu meliputi seluruh daerah bagian tengah diapositif.
misalnya foto l, 2, dzn 3, diletakkan pada proyektor dan diorientasikan
Ortofotoskop model T-64 menggunakan sistem pengamatan anaglifik.
dengan metode yang dijelaskan pada Bab 12. Tiga diapositif itu membuahkan
Filter merah ditempatkan di depan dua proyektor luar dan filter biru ditempat-
dufmodel stereo, yaitu model l-2 dan model 2-3' Metode dia'proyektor kan pada proyektor tengah. Seorang operator yang menggunakan kacamata
(swing-swing) digunakan pertama-tama untuk mengorientasikan satu di antara
dengan kaca merah pada mata kiri dan kaca biru pada mam kanan, dapat meng-
modei itu, misalnya model l-2. Model ini selanjutnya didatarkan terhadap
amati model l-2 secara stereoskopik. Dengan membalik kacamata itu, model
kontrol medan. Ketelitian kontrol medan tegak dan ketelitian pelaksanaan
2-3 dapat diamati secara tiga-dimensional. Pada saat mengamati model l-2,
perataan tidak perlu tepat sekali, karena ketelitian mendatar foto orto tidak
lampu penyinaran bagi proyektor 3 dimatikan. Sejalan dengan itu, lampu
terlalu dipengaruhi oleh kesalahan kecil dalam perataan. Apabila model perta-
proyektor I dimatikan pada saat mengamati model 2-3. Pada saat, operator ha-
ma telah diorientasikan secara relatif dan didatarkan (diratakan), model 2-3
nya mampu mengamati sebagian kecil model stereo yang diproyeksikan pada
kemudian diorientasikan secara relatif terhadap model l-2 dengan mengguna-
permukaan pemantulan pnyangga yang berbentuk lingkaran (lihat Gambar
kan metode satu-proyektor. Semua gerakan disalurkan ke proyektor 3 sedemi-
t3.2).
kian tanpa mengganggu orientasi model 1-2 yang telah dilakukan sebelum-
Ortofotoskop model T-64 harus dioperasikan di dalam kamar gelap.
nya. Perataan pada model yang kedua dilakukan secara otomatik pada proses
Selembar film lebar yang belum digunakan dan yang akan dijadikan negatif
orientasi relatif terhadap model l-2. Akhirnya, skala model 2-3 dibuat sama
orto ditempatkan dengan permukaan emulsi di sebelah atas pada pemegang
besar dengan skala model l-2. Ini dicapai dengan penyesuaian basis model 2-3
film. Karena emulsi film itu hanya peka terhadap sinar biru, sinar hijau atau
hingga ketinggian titik 'carry-over' (tilik di dekat pusat diapositif 2 dan lazim
terhadapkedua model) sama dalam model2-3 seperti dalam model l-2' Penye- ,) merah yang berupa'osinar aman" dapat digunakan untuk menerangi kamar
gelap selama pekerjaan berlangsung. Film yang belum digunakan itu dilapisi
suaian ikala model secara absolut terhadap kontrol medan tidak perlu dila'
dengan tirai gelap untuk melindunginya terhadap sinar (lihat Gambar 13.2).
kukin karena penskalaan telah dilakukan di dalam pengecilan atau pembesaran
Operator secara sistematik menlam model stereo secara ulang-alik, dan pada
fotografik yang dilakukan kemudian. Dengan alasan yang akan dijelaskan
proses ini maka negatif orot dibuka terhadap sinar yang melalui celah sempit
kemudian, skala model mula-mula ditentukan dengan memilih sebuah basis
di tengah tabung platen. Celah ini juga berfungsi sebagai tanda apung rujukan
model yang membuahkan jarak proyeksi rata-rata sekitar 430 mm. Apabila
orienasi telah terselesaikan, akan terbentuk sebuah model stereo tigadimen'
bagioperatm. \
416 417

Selama proses penyiaman itu, film tetap tidak bergerak. Tabung pla- Karcna emulsi film hanya peka terhadap sinar biru, negatif orto terbu-
ten digerakkan ulang-alik secara otomatik oleh motor dengan arah menyi[ang ka hanya terhadap gambar yang diproyeksikan melalui biru proyektor tengah.
model pada arah y. Sebuah batang panduan yang menghubungkan tabung pla- Diapositif tengah berukuran penuh dan oleh karenanya tidak terjadi pengu-
ten dan lampu penyinaran proyektor tengah menyebabkan lampu itu secara te- rangan detil pada pencetakan pengecilan diapositif, seandainya proyektor te-
nrs-menerus mengikuti dan rnenyinari platen pada saat penyiaman. Apabila ngah menggunakan diapositif yang ukurannya diperkecil seperti proyektor
sebuah penyiaman Y telah terselesaikan, platen itu secara otomatik meloncat' samping (model T-64 generasi lama juga menggunakan sebuah proyektor
ke depan (bergerak ke arah samping pada arah X) dengan jarak loncatan sama Balplex pada posisi tengah). Jarak proyeksi optimum bagi sinar biru melalui
besar dengan lebar celah penyiaman platen dan mulai menyiam lagi pada arah lensa proyektor tengah sebesar 430 mm. Ini merupakan basis bagi pernyataan
Y yang berlawanan dengan arah penyiaman sebelumnya. Tiap penyiaman y sebelumnya tentrng skala yang secara bebas ditentukan selama orientasi sede-
membuka negatif bagi sebuah jalur sempit medan. mikian untuk memperoleh suatu jarak proyeksi rata-rata sebesar 430 mm.
Seperti disajikan pada Gambar 13.5, tirai geiap yang menyelubungi Dengan jarak utama nominal sebesar 152 mm bagi proyektor Kelsh, jarak
film terdiri dari dua lembar yang bergerak dalam hubungan antara satu dengan proyeksi sebesar 430 mm ini membuahkan negatif orto yang diperbesar seki-
lainnya selama penyiaman. Platen ditetapkan ke suatu bagian sempit (daerah tar 2,8 x skala foto. Sebuah foto orto kemudian dihasilkan dengan pembesar-
yang tidak bertanda titik) yang mampu bergerak ulang-alik pada arah I an atau pengecilan negatif orto dengan cara fotografik yang cermat sesuai de-
dengan menggunakan penggulung. Bagian tirai penyiaman I yang sempit ini ngan skala akhir yang dikehendaki.
diikatkan terhadap bagian tirai yang luas (bertanda titik), yang menutup Dengan memutar roda tangan di depan instrumen itu (lihat Gambar
bagian lain pemegang film. Tirai yang luas ini melalui dua penggulung 13.2) memungkinkan pemegang film dan platen dinaikkan dan diturunkan.
besar, dan dengan demikian memungkinkan platen penyiam meloncat pada Selama proses penyiaman, operator mengamati model stereo di atas platen
arah X untuk menyelesaikan tiap penyiaman Y. dan menyesuaikan tingginya untuk mempertahankan celah penyiaman selalu
Proses penyiaman dimulai dari sebuah sudut satu di antara dua model menempel pada medan model. Ini dilukiskan dengan titik A, B, dan C pada
stereo dan dilanjutkan tanpa tersela hingga model terselesaikan" Kemudian Gambar 13.4a. Skala model stereo seragam di seluruh daerah, dan apabila
operator memindah penyinaran ke model lain dan melanjutkan. Jumlah waktu platen selalu dipertahankan menempel pada model sEreo, seluruh negatif orto
yang diperlukan untuk menyiam seluruh daerah diapositif tengah ialah sekitar terpotret pada skala model. Hasilnya berupa sebuah negatif yang skalanya
dua jam. Penyiaman berkesinambungan dengan kecepatan tetap sangat pen- seragam di seluruh daerah, yang tentunya berupa sebuah negatif orto.
ting untuk menjamin bukaan seragam di seluruh negatif orto. Untuk memperoleh sebuah foto orto yang secara teoretik sempurna,
tiap titik model yang ketinggiannya berbeda-beda harus dipotret pada ke-
tinggian yang tepat. Foto orto yang dihasilkan oleh model T-64 hanya meru-
pakan hasil yang mendekati foto orto yang secara teoretik sempuma itu,
karena tiap titik tidak diporet secara tersendiri. Lebar suatu daerah sempit me-
manjang dipotret secara serentak, suatu cara kerja yang mengasumsikan ke-
tinggian model yang sama bagi lebar jalur daerah itu. Jalur itu cukup sempit
untuk maksud praktis sehingga asumsi tersebut mendekati terpenuhi dan bia-
sanya diperoleh hasil yang memuaskan. kbar celah penyiaman itu biasanya
sebesar 5 mm. Akan terapi lebar celah maupun kecepatan penlaman dapat.di-
ubah-ubah sesuai dengan jenis medan pada model. Hasil terbaik diperoleh bagi
medan kasar dengan menggunakan jalur sempit. Pada medan datar dapat
disiam jalur yang lebih lebar, sehingga mempercepat pengoperasian sambil
mempertahankan kecermatan yang memuaskan.
Cara kerja yang diuraikan di atas digunakan untuk membuat negatif
orto hitam-putih dengan Ortofotoskop T-64. Bila dikehendaki foto orto ber-
wama, perlu digunakan cara yang sedikit berbeda. Pada satu saat hanya dapat
Gambar 13.5 Mekanisme Penyiaman Ortofotoskop Model T-64. dibuat sebuah modelltereo yang terdiri dari dua-foto. Untuk ini digunakan
418 4t9

tiga diapositif, dua di antaranya sama dengan foto pasangan stereo itu. Pro-
yektor Kelsh yang berisikan sebuah diapositif berwarna digerakkan ke satu
sisi di atas batang proyektor, misalnya di sisi sebelah kiri. Proyektor ini
diorientasikan sepenuhnya terhadap proyektor Balplex. Ini membuahkan posi-
si dan orientasi proyektor Kelsh. Proyektor Balplex pertama kemudian dige-
rakkan sepanjang batang proyektor ke arah kanan yang jauh. Proyektor Bal-
plex lainnya yang mengandung sebuah diapositif foto yang sama dengan yang
ada dalam proyekor Kelsh, diletakkan di atas batang proyektor antara dua pro-
yektor lainnya. Model itu diorientasikan lagi dengan menggunakan dua prb-
yektor Balplex. Untuk ini digunakan metde satu proyektor dan semua gerak-
an disalurkan ke proyektor tengah. Cara ini menyebabkan proyektor Balplex
tengah berada di dalam orientasi relatif yang mma dengan proyektor Kelsh.
Setelah orientasi terselesaikan, penyiaman dilakukan oleh operator
yang meninggikan dan merendahkan platen dan pemegang film mengikuti
penamllang melintang medan model stereo di bawah proyektor Balplex. Film
berwarna pada pemegang film di bawah proyektor Kelsh diporet melalui ce-
lah bukaan yang bergerak ulang-alik dalam keselarasan dengan tabung penga-
matan. Dengan cara ini maka negatif orto terpotret secara serentak dengan luas
daerah yang sama dengan yang diamati oleh operator. Diapositif dalam
proyektor Balplex dapat berupa diapositif hitam-putih, dan operator dapat
mengamati model dengan sistem anaglifik. Akan tetapi, sinu putih harus
diproyeksikan melalui diapositif berwarna di dalam proyektor Kelsh untuk
membuka film berwarna.

t3.4,2 SFOM 693 Gambar 13.6 Orthoscan K-320 Kelsh. (Seizin Kelsh Instrument Div., Danko
Arlington, Inc.)
Instrumen foto orto SFOM 693 dirancang sedemikian sehingga ia
dapat dikaitkan kepada sebagian besar stereo plotter dengan proyeksi optik. ini berisi tiga proyektor Kelsh baku dan mampu menyiam seluruh daerah
Metode operasinya sangat mirip dengan Ortofotoskop model T-64. Pemegang diapositif pusat pada satu penyetelan. Seorang operator mengubah ketinggian
film, yang lebih terletak pada sebuah bidang mendatang daripada bidang yang platen untuk mempertahankannya selalu menempel pada medan pada saat ins-
dimiringkan, ditinggikan dan direndahkan selama penyiaman. Penyiaman ber- trumen menyiam secara ulang-alik pada arah f. Apa yang unik tentang or-
lanjut dengan gerak ulang-alik pada arah X dengan loncatan ke depan pada aratt
thoscan K-320 Kelsh ialah bahwa bidang film tetap tidak bergerak, dan hanya
Ir Kecepatan penyiaman diubah secara elektronik untuk menyajikan intensi- platen (yang berisi celah bukaan) ditinggikan dan direndahkan oleh operator
tas sinar yang seragam bagi seluruh negatif orto, bukan intensitas sinar lang
selama penyiaman. Gambar disalurkan melalui sebuah gulungan optik serabut
berbeda-beda bagi model stereo itu. SFOM 693 mampu menghasilkan negatif (fiber optic coil) dari celah bukaan ke negatif orto di bawah. K-320 menyaji-
orto benrarna dengan menggunakan sistem pengamatan alternator gambar- kan sebuah rasio perbesaran optimum sebesar lima dari skala foto ke skala
stergo (ster*image altenator/SlA).
negatif orto. Ini menguntungkan karena tidak diperlukan lagi pembesaran atau
pengecilan fotografik untuk membuat skala negatif orto yang dihasilkan dapat
13.4.3 Kelsh K-320 Orthoscan
Orthoscan K-320 Kelsh yang disajikan pada Gambar 13.6 dapat pula
dioperasikan dengan cam serupa dengan ftofotoskop model T-64 instnrmen
420 421

tidak dikehendaki) ke arah sama yang diamati oleh operator. Negatif orto ber-
disesuaikan terhadap peta garis tinggi yang dihasilkan dengan rasio pembe-
warna dapat dibuat dengan instrumen ini.
saran 5 x dari foto yang sama. Seperti dibincangkan pada Butir 13.5, insru-
men ini dapat pula dioperasikan secara terpisah.
13.4.5 PPO-8 WILD
13.4.4 Proyektor Orto-3 Zeiss Instrumen foto orto PPO-8 Wild dioperasikan bersama plotter otograf
stereoskopik A-8 Wild (lihat Gambar 12.23). Meskipun stereoplotter ini
Proyektor fuo-3 Zeiss yang dilukiskan pada Gambar 13.7 memadukan
menggunakan proyeksi mekanik untuk membentuk model stereo, dengan
sebuah stereoplotter dua proyektor dan sebuah proyektor orlo yang ketiga
proyeksi optik gambar dihasilkan negatif orto. Dengan PPO-8, seonrng opera-
menjadi satu instrumen. Model stereo instrumen Orto-3 terbentuk pada dua
tor memutar sebuah roda tangan dan mengatur tanda apung menempel pada
proyektor depan, dan negatif orto dibuka terhadap sinar melalui proyektor
tanah pada saat instrumen stereoplotter secara otomatik menyiam ulang-alik
belakang. Proyektor belakang berisi sebuah duplikat dari satu di antara dua
pada arah f. Citra dari penyiaman diproyeksikan dari diapositif kiri pasangan
positif di dalam proyektor depan, dan ini diletakkan dengan orientasi yang
stereo melalui sebuah rangkain optik lensa dan prisma ke sebuah tabung pada
sama dengan proyektor depan yang berisi diapositif umum. Seorang operator
bagian belakang instrumen. Film yang belum digunakan diikatkan di pekeli-
mengikuti protjl model stereo di atas tabung pengamatan pada saat tabung ini
ling tabung. Pemotretan dilakukan atas film melalui sebuah celah pada sistem
bergerak ulang-alik pada arah f. Ini dilakukan dengan memutarroda uangan di
proyeksi optik. Tabung berputar mengitari sumbu memanjang pada kecepatan
depan instrumen, yang menyebabkan semua tiga proyektor itu dinaikkan atau
yang sintron dengan kecepatan penyiaman y yang dilakukan atrs rhodel ste-
dihmnkan secara sinkron. Cetah bukaan di bawah proyektor belakang berge-
reo. Imcatan pada arah X yang selaras dengan lebar celah dilakukan dengan
rak ulang-alik selaras dengan tabung pengamatan dan secara serentak mem-
menterjemahkan tabung ke samping pada ujung tiap garis penyiaman. Prisma
buka negatif orto (yang tertutup dan oleh lcarcnanya terlindung dari sinar yang
di dalam rangkaian optik yang memproyeksikan gambar ke tabung berputar
untuk mempertanggungjawabkan kemiringan fotografik, dan unit pembesaran
optik yang dapat diubah-ubah selalu melakukan koreksi bagi variasi skala
sehubungan dengan variasi ketinggian model di sepanjang profil penyiaman
PPO-8 memiliki kemampuan mengubah kecepatan penyiaman dan lebar ce-
lah. Sebuah tatgga yang kepadatannya berubah-ubah dioperasikan sesuai de-
ngan kecepatan penyiaman menyajikan instensitas bukaan yang seragam. Ins-
trumen ini dapat membuahkan foto orto berwarna maupun hitam-putih, dan
karena teromol tertutup di dalam sebuah tabung yang tidak termasuki, sinar,
instrumen ini dapat dioperasikan pada kamar terdng.

13.5 INSTRUMEN FOTO ORTO DENGAN PROYEKSI OP.


TIK TERPTSAH (OFF-LrNE)
Seperti dinyatakan sebelumnya, instrumen terpisah membuahkan foto
orto dalam dua operasi yang terpisah. Pada operasi pertama, profil model ste-
reo diperoleh, dicatat, dan disimpan dalam bentuk grafik maupun dalam ben-
tnk digital. Operasi kedua yang dapat berlangsung pada hari berikutnya terdiri
dari pembacaan profil ini ke insrumen, yang sebaliknya secara otomatik
menggeral&an proyektor orto dan mengaturjarak proyeksi sesuai dengan pro-
fil ini, dengan demikian secara terus-menerus mencapai skala seragam pada
pemotretan negatif of!o.
Gambar 13.7 Proyektor Orto-3 Zeiss. (Seizin Carl Zeiss, Oberkochen).
422 423

Berikut ini tterupa uxaian tentang beberapa instrumen dengan proyeksi


optik yang mampu membuahkan foto orto terpisah.

13.5.1 Penyiam Orto K-320 Kelsh


Di samping kemampuannya untuk dioperasikan secara serentak, pe-
nyiam onto K-320 Kelsh dapat dioperasikan luar garis. Dengan instrumen ini,
model stereo dapat disiam lanpa menempatkan film pada pemegangnya. Tiap
profil penyiaman direkam pada pita berlubang. Setelah seluruh model teniam
dan semua profil terekam, film dapat diletakkan pada pemegangnya dan
instrumen berubah menjadi penyiam otomatik. Pada cara kerja ini hanya
lampu proyektor tengah saja yang dinyatakan. Layar bukaan (pemotretan)
secara otomatik mengikuti medan model sesuai dengan informasi yang terkan-
dung pada pita berlubang. Baik negatif orto berwama maupun hitam-putihda-
pat dipotret.

13.5.2 Proyektor Orto GZ-L Gigas-Zeiss


Proyektor orto GZ-l Gigas-Zeiss yang disajikan pada Gambar l3-8
hanya berisi satu proyektor. Alat ini dirancang khusus untuk membuat foto
orto. Proyektornya sama dengan Planigraf Stereo C-8 (lihat Butir 12.14) dan
oleh karenanya disatukan dengan sistem lensa pelengkap Baursfeld untuk Grmbar 13.E Proyektor Orlo GZ-l Gigas-Zeiss. (Seizin Zeiss, Oberkochen).
mengatur fokus yang tajam tanpa menghiraukan variasi jarak proyeksi. GZ-l
dapa-t dioperasikan dalam garis dengan sebuah Planigraf Stereo C-8, Planimat,
atau plotter lainnya, atau dioperasikan terpisah dari profil yang tersimpan.
Sepeiti halnya dengan Proyektor Orto-3 Zeiss, pemegang film tetap tak
beigerak dan skala citra yang diproyeksikan pada negatif orto dipertahankan
tetap dengan meninggikan dan merendahkan proyektor untuk mengubah jarak
proyeksi.
Sebuah pelengkap yang disebut Sistem Interpolasi Optik tersedia de'
ngan hoyektor Orlo GZ-|. Pelengkap ini digunakan pada saat GZ-| berope-
rasi aengan caxa terpisah. Sistem Interpolasi Optik membaca secara serentak
dua profil yang berdampingan dan melakukan interpolasi melalui profil itu
untuk menentukan lereng medan terhadap garis penyiaman. Dengan instrumen
ini maka celah penyiaman membulq selebar jarak antara profil, bukan memu-
satkan celah penyiaman pada satu profil. Dengan menggunakan optik berserat
yang sesuai, gambar disalurkan ke negatif orto. Gambar 13.9 Konsep Sisem Interpolasi Optik Ziss.
Gambar 13.9 merupakan satu bagian yang tegak lurus terhadap garis
penyiaman j'ang mencerminkan konsep Sistem Interpolasi Optik. Sebagai dengan penyiaman miring ab, bc, cd, dan de.Pentbatan skala afin dibuahkan
ganii penggambaran penyiaman mendatar pada Sy, Sz, Sl, dan Sa yang di- oleh optik berserat dalam melakukan pencitraan sedemikian sehingga penyia-
pusatkan pada profil Pb P2, P3, danP4, pemoteian dilakukan ke negatif ortO man miring digambarkan secara ortogonal ke film negatif orto di bawahnya.
Keuntungan sistem ihi ialah sebuah foto orto dengan kecermatan planimetrik
4U 425

lebih tinggi, kemungkinan penambahan lebar penyiaman, dan penyesuaian


gambar yang lebih baik pada fo&o orto antara garis penyiaman yang berdam-
pingan. Keuntungan yang terakhir ini terutama penting di medan kasar di ma-
na terdapat beda besar dalam ketinggian medan dari satu sisi celah penyiaman
ke sisi lainnya yang menyebabkan ketidaksesuaian gambar. Perhatikan misal-
nya pada Gambar 13.9, garis-garis penyiaman ab, bc, cd, dan de, jauh lebih
sesuai terhadap medan dari pada penyiaman 51, 52, 53, dan Sa.

13.5.3 Sistem Foto Orto Avioplan OR-l Wild


Avioplan OR-l Wild yang disajikan pada Gambar 13.10 merupakan
instrumen foto orto lain yang menggunakan proyeksi profil langsung yang
dapat dioperasikan dengan cara terpisah. Seperti GZ-|, alat ini juga secara
serentak menggunakan dua profil yang berdampingan untuk melakukan korek-
si terhadap medan miring. Informasi profil dapat diperoleh dengan menyiam
model stereo, atau dapat ditampilkan dari model digital medan atau peta garis
tinggi. Operasi OR-l dikendalikan oleh sebuah komputer.
Asas operasi dasar OR-l disajikan pada Gambar 13.1L Pada gambar
itu maka Pt,P2, P3 dan sebagainya merupakan garis profil di sepanjang
medan yang digambarkan pada foto. Informasi profil medan berada di dalam
sistem koordinat XYZ yang sejajar terhadap sistem sumbu instrumen, di
mana sumbu Yditentukan berdasarkan arah penyiaman. Informasi asli sebagai
asal profil ini biasanya tidak akan terdapat pada sistem koordinaf sejajar. De-
ngan demikian ia ditempatkan padakonfigurasi yang dikehendaki dengan cara
sebuah transformasi koordinat. Di samping berada dalam sistem koordinat
sejajar, profil harus diletakkan dengan sama besar pada arah X sebesar S yang Gambar 13.10 Sistem Foto Orto Avioplan OR-l Wild. (Seizin Wild Heerbrugg
sesuai dengan lebar celah bukaan yang akan digunakan. Instruments. Inc.)
.Pada Gambar l3.ll. \,danT2 adalah titik model pada profil P1 dan
PzyNtE berdampingan, dan keduanya mempunyai koordinat Y sama besar. suki optik proyeksi. Servomotor juga menggerakkan sebuah prisma merpati
(dove prism) dan lensa zoom yang berputar dan menskalakan garis / dengan
Garis Z merupakan segmen lurus dalam model yang menghubungkan dua
titik ini, dan apabila jarak S antara profil yang berdampingan kecil, ini men- angka yang tepat llasilnya ialah bahwa garis gambar / diproyeksikan secara
dekad permukaan medan. Titik gambar \dan t2dan garis gambar /, masing- ortogonal melalui celah bukaan ke negatif orto padaLx.
masing sesuai dengan titik model fl dan 12 serta garis model L. Setelah foto OR-l secara sistematik mengulang proses ini dengan pertambahan pa-
da arah Y hingga penyraman antara profil Pl dan P2 terselesaikan. Garis ber-
dioientasikan dengan tepat di atas penyangga foto pada instrumen itu, dari 11
dan 72, instrumen itu menghitung koordinat gambar x dan y dai t1 dan t2 dampingan terproyeksi yang jumlahnya mendekati tak terhingga, Lr, dipro-
yeksikan ke negatif orto seqna seragam membuka penyiaman ini. Pada akhir
dengan menggunakan geometri perspektif yang relatif sederhana (orientasi
penyiaman, instrumen meloncat ke depan sebesar S dan melakukan proses
foto yang tepat menempatkannya pada penyangga foto dengan sumbu y
yang sama di sepanjang penyiaman antara profil P1 dan P2. Karena koordinat
sejajar sumbu Y insEumen itu). Kemudian dihitung orientasi sudut antara
garis / dan L maupun hubungan skalanya. model yang sama dari proti P2 digunakan untuk penyiaman ini, kesenjangan
Berdasarkan atas koordinat gambar terhitung, servomotor menggerak- dan tampalan antara penyiaman yanS berdekatan tidak dapat terjadi, sehingga
kan penyangga foto ke lokasi yang perlu bagi garis gambar / untuk mema- yang dihasilkan beruga foto orto berkualitas tinggi.
426 427

keabuan untuk menyajikan secara otomatik pemotretan yang seragam bagi


kecepatan penyiaman yang berbeda-beda. Kisaran lebar celahnya dari 3 mm
hingga 16 mm, dengan pertambahan I mm. Kecepatan penyiaman dapat diu-
bah antara l0 mm/detik hingga 30 mm/detik. Kecepatan yang rendah
digunakan untuk medan yang sangat kasar. Instrumen ini dapat mengakomo-
tt dasikan foto yang dibuat dengan kamera yang pajang fokusnya beraneka.
Di dalam orientasi OR-I, telah disebutkan bahwa sistem koordinat
foto harus dibuat sejajar terhadap sumbu XY unit proyeksi foto orto. Ini
dilakukan dengan menggeser x dan y foto serta dengan rotasi kappa. Untuk
orientasi ini diperlukan dua titik gambar dan tidak harus berupa titik kontrol
medan. Titik ketiga berlaku sebagai titik uji.
OR-l dapat dioperasikan secara serentak bila dikehendaki, dengan jalan
menghubungkannya terhadap sebuah penggarnbar stereoplotter yang dapat
menimbulkan profil model.

13.5.4 Proyektor Orto Ortho comp Z-2 Zeiss.


Gambar 13.12 menyajikan proyektor orto OrthocompZ-2 Zeiss. Kare-
na isntrumen ini pada dasarnya dirancang untuk pembuatan foto orto dengan
cara terpisah, sistem ini beroperasi dengan cara agak serupa dengan OR-1. Se-
J
rll,' buah komputer mengendalikan operasi istrumen ini. Informasi medan dapat
dibaca di dalam sistem ini di dalam bentuk profil tersiam, model rnedan digi-

Gambar 13.11 Asas operasi dasar Avioplan OR-I. (seizin Wild Heerbrugg Ins-
truments, Inc.).
Gambar 13.12 Proyektor orto orthocomp Z-2 Zeiss. (seizin Carl Zeiss,
Seperti PPO-8, negatif orto diikatkan pada keliling sebuah teromol Oberkochen).
yang tertutup di dalam sebuah tabung. OR-l juga be*ait dengan sebuah skala \
428 429

tal, atau data peta garis tinggi. Dari panjang fokus kamera dan parameter dari model yang berdekatan dapat dibaca secara terpisah dan dimasukkan ke
orientasi bagian luar bagi foto, koordinat gambar dihitung berdasarkan koor- proyektor orto sebagai satu rangkaian data. Pencetakan terus-menerus atas
dinat model titik-titik profil. Kemudian komputer.mengaktifkan servomotor seluruh diapositif menghapuskan kemungkinan garis pertemuan yang trmpak
yang menggerakkan penyangga foto, prisma merpati, dan optik zoom sedemi- apabila dua model dicetak secara terpisah dan kemudian disatukan sebagai mo-
kian sehingga pasangan gambar yang bersangkutan terproyeksikan secara or- saik foto orto.Dra profil yang berdampingan dapat pula dibaca secara seren-
togonal melalui celah bukaan ke negatif orto, yang dipasang pada keliling tak dan dilakukan koreksi terhadap medan miring dengan memproyeksikan
sebuah teromol di bawah. secara ortogonal ke negatif orto.
Di samping melakukan orientasi foto dengan tepat pada penyangga Pembuatan foto orto secara terpisah memungkinkan profil suatu daerah
foto, orientasi juga meliputi penyajian gambar dan koordinat model paling se- disimpan untuk waktu yang lama dan kemudian digunakan lagi untuk revisi
dikit tiga titik kontrol medan. Dari informasi ini, komputer sistem menentu- peta. Detil planimetrik, terutama di daerah berpenduduk padat, dapat berubah
kan unsur orientasi bagian luar yang diperlukan untuk operasi sistem berikut- banyak dalam waktu relatif singkat, tetapi perubahan ini jarang terjadi pada
nya.Z-Zdapat mengakomodasikan sembarang panjang fokus kamera dan akan profil medan. Oleh karena itu foto orto untuk revisi peta planimetrik biasa-
menghasilkan foto orto dari foto tegak, foto condong, atau foto panoramik. nya dapat dibuat dari foto baru, tetapi menggunakan profil lama yang tersim-
Instrumen ini juga memiliki kemampuan untuk memproyeksikan huruf alfa- pan bagi daerah yang sama. Pembua[an foto orto secara terpisah juga me-
numerik ke foto orto sehingga dapat dilakukan penambahan nama tempat, ningkatkan kemungkinan perolehan informasi profil model yang perlu dari
identifikasi kenampakan, dan sebagainya. Instrumen ini dapat dioperasikan model digital medan, atau dari pendigitan garis tinggi berdasarkan peta yang
secara serentak maupun secara terpisah. ada dan kemudian secara numerik membuat profil. Lokasi garis tinggi juga
dapat dihitung secara otomatik dan digambarkan dari profil digital yang ter-
simpan, dengan menggunakan plotter alas datar XY yang digerakkan oleh
13.6 KEUNTUNGAN PRODUKSI FOTO ORTO SECARA li
f sebuah komputer. Keuntungan terakhir pembuatan foto orto secara terpisah
TERPISAH I ialah kemudahan cara kerja yang memungkinkan pembuatan foto orto ber-
t,
wullna.
Ada beberapa keuntungan Pnggunaan cara pembuatan foto orto dengan
cara terpisah. Pertama, kecermatan yang lebih besar diperoleh di dalam pem-
buatan profil medan sehubungan dengan alasan berikut: (l) tanda rujukan I3.7 PEMBUATAN GARIS TINGGI OTOMATIK SELAMA
stereoplottter berupa tanda apung benrkuran sangat kecil dan bukan celah bu- PEMBUATAN FOTO ORTO
kaan yang besar, (2) seorang operator dapat berhenti untuk beristirahat sehing-
ga dapat meniadakan kebosanan dalam penyiaman yang lama dan terus-mene- Selama proses pemotretan negatif orto, lokasi garis tinggi dapat ditan-
rus, d-engan demikian akan mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh kele- dai dengan suatu c:ra yang disebut line-dropping. Bayangkan bahwa selama
lahan operator, (3) kecepatan penyiaman dapat dikurangi hingga kecepatan menyiam profil, sebuah pena yang bergerak dengan alat penyiam didaratkan
yang sangat lambat untuk mengakomodasikan daerah pembuatan profil yang secara otomatik ke lembaran peta pada saat platen melalui ketinggian garis
sutii, (+) kesalahan yang dibuat pada tiap profil dapat dikoreksi dengan segera, tinggi yang dikehendaki. Misalnya pena selalu menempel pada peta' memberi
dan (5) dapat dilakukan uji titik dan profil dikoreksi sebelum memindahkan tanda suatu garis hingga ketinggian garis tinggi yang lain dilalui oleh platen,
model dari sterroplotter (bagi instumen terpisah yang diuraikan pada Butir pada saat mana pena secara otomatik digerakkan naik. Penaikan dan penu-
13.4.5, berlaku keuntungan Butir l, 2,dan3). iunan pena secara bergantian pada penyidikan garis tinggi memungkinkan
Di samping mempertinggi ketelitian foto orto, dihasilkan beberapa ke- jarak antara garis tinggi yang berurutan diberi tanda. Setelah penyiaman
untungan lain dari cara pembuatan dengan cara terpisah ini. Efisiensi pem- selesai, ujung garis yang menandai titik-titik dengan ketinggian sama besar
buatan foto orto dapat ditingkatkan karena tingkat pemotretan negatif orto dapat dijaOitian satu garis untuk membentuk garis tinggi. Peta garis tinggi
dengan terpisah dapat diperbesar. Profil dapat diperoleh dari beberapa stereo- yang dibuat dengan cara ini memuaskan untuk beberapa pekedaan, meskipun
plotter dan dimasukkan ke satu proyektor orto terpisah. Model ganda (seluruh biasanya tidak secermat peta yang dibuat dengan cara konvensional yang
daerah diapositif pusat sebuah triplet foto) dapat dicetak terus-menerus tanpa men gg unakan stereoplotter.
memerlukan stereoplotter dengan tiga proyektor. Di dalam prosedur ini, profil
431
430

GZ-l secara bersamaan dengan pembuatan foto orto daerah sama yang
Kadang-kadang sulit untuk membedakan garis mana yang mewakili
disajikan pada Gambar l3.l3b. Perhatikan bahwa garis tinggi pada peta ini
ketinggian sama di dalam menggambar garis tinggi dari tempat-tempat dengan
telah digambar secara manual dengan menghubungkan ujung garis yang kete-
line-drop ini. Masalah ini dapat sedikit diatasi dengan sebuah cara fotografik
balannya wajar.
line-dropping. Di dalam cara ini, garis yang tebalnyaberbeda-beda direkam
Penggambar garis tinggi otomatik (automatic contourliner) merupakan
secara fbiografik pada film secara terpisah pada saat ketinggian garis tinggi (l
sebuah perlengkapan yang dioperasikan bersama dengan proyektor orto GZ-l
disidik selama penyiaman profil. Intensitas sinyal sinar yang memotret film
yang memberikan kemungkinan lain untuk memperoleh garis tinggi secara
line-drop itu OiuUatr setiap kali menyidik sebuah garis tinggi yang banr. Ini
otomatik pada saat memotret negatif orto. Instrumen ini dalam waktu yang
menyebabkan variasi ketebalan garis menuntn yang banyak mengurangi ke-
sama membaca dua profil yang berdampingan yang telah dibaca secara terpi-
sulitan penggambaran garis tinggi. Gambar l3.l3a menyajikan sebagian peta
sah, dan instrumen ini melakukan interpolasi anar profil dengan kecepatan
garis tinggi yang garisnya terputus yang dihasilkan di dalam proyektor orto
luar biasa tinggi. Selama interpolasi, titik-titik kecil menandai posisi keting-
gian garis tinggi yang digambar secara fotografik pada film dengan pulsa si-
I
nar. Kepadatan titik gambar demikian tinggi sehingga tercapai kesan adanya
garis tinggi yang berkesinambungan. Gambar l3.l3c mencerminkan sebuah
peta garls tinggi yang daerahnya sama dengan Gambar 73.13a dan 13.13b'
yang dibuat dengan penggambar garis tinggi otomatik.

13.8 INSTRUMEN UNTUK MEMBUAT CITRA FOTO ORTO


SECARA ELEKTRONIK
Instrumen yang membuahkan foto orto dengan penggambaran elektro-
nik dikembangkan kurang lebih sebagai hasil sampingan bagi trpaya ke arah
otomasi kompilasi stereo. Instumen ini menggunakan alat korelasi gambar
(lihat Butir l2.Z2hingga 12.25) yang secara otomatik menyiam profil model
dan memotret negatif orto melalui tabung sinar katode. Instrumen penggam-
baran elektronik mampu membuahkan foto orto berkualitas tinggi dengan
cepat sekali. Di samping keunggulan ini, harganya yang tinggi menyebabkan
instrumen ini tidak sebanyak instrumen penggambaran optik' Berikut ini di-
tampilkan uraian singkat tentang beberapa instrumen penggambaran elektro-
nik.

13.8.1 Stereomat B-8


Gambar 13.13 (a) Bagian sebuah peta garis tinggi yang dibuat dengan line- Seperti yang diuraikan pada Butir 12.24, Stereomat B-8 merupakan
dropping dalam proyektor orto GZ-|, (b) Bagian foto orto (daerah sama) yang instrumen otomatik stereoplotter. Bila dioperasikan dengan pembuatan profil
dibuat oleh proyektor orto GZ-I. (c) Bagian Peta gari$ tinggi (daerah sama) yang secara otomatik, insEumen ini mampu membuahkan foto orto. Dalam proses
dibuat dengan penggambar garis tinggi otomatik Zeiss bersama dengan GZ-I.
(seizin Carl Zeiss, Oberkochen).
ini, model stereo disiam pada arah Y. Tonggak ruang menggerakkan dua
tabung sinar katode yang memproyeksikan p:lsangan gambar diapositif yang
berupa daerah kecil beftentuk empat segi panjang, ke tabung photomultiplier
di biwahnya (lihat Gambar 12.43). Dengan menggunakan korelator gambar
elektronik, ditentukln lereng medan model pada daerah kecil tersebut. Berda-
432 If
I
433

penyiaman pada arah f hingga ia maju lagi sejauh jarak yang telah ditentukan
s:[kan atas informasi lereng dan parameter orientasi pasangan stereo yang di-
tentukan secara analogik pada saat instrumen diorientasikan, gambar pada foto i sebelumnya untuk melakukan pemotretan lainnya. Oleh karena itu penyiaman
juga dilakukan di dalam serangkaian jalur yang sejajar, dengan pemotretan
kanan diskalakan dan direktifikasi secara elektrcnik. Ini disalurkan ke sebuah i yang dilakukan atas film negatif orto sebagai serangkaian daerah berbentuk
tabung sinar katode untuk pencetakan yang terletak di bagian belakang instru-
; empat segi panjang atau potongan-potongan kecil, individual, dan berkesi-
men itu, di mana gambar ini diperagakan lagi dan memotretkan daerah kecil r{ rr
berbentuk empat segi panjang itu ke negatif orto. Karena mesin ini menyiam nambungan.
pada arah Y, proses ini dilakukan secara berulang. Hasilnya berupa jalur ter- AS I l-C juga mampu menggambarkan garis tinggi sebagai hasil sam-
i
poret pada paduan negatif orlo dari daerah-drerah kecil yang berurutan dan ber- pingan pencetakan foto orto. Setiap kali penyiam melalui sebuah ketinggian
garis tinggi, sebuah pulsa disalurkan ke generator garis tinggi, yang membu-
kesinambungan. Pada saat satu penyiaman I terselesaikan, instrumen melon-
cat ke depan pada arah X dan inenyiann jalur berikutnya.
ka (memotret) sebuah segmen garis pendek ke lembaran filrn yang terpisah
Selama penyiaman untuk pembuatan foto orto, dapat pula dilakukan yang diletakkan pada sebuah tempat terpisah dalam pencetak orto. Penyiam
pembuatan garis tinggi dengan menggunakan Stereomat B-8 pada saat yang mengindera lereng medan maupun tinggi, dan sebagai akibatnya maka alat ini
bersamaan. Untuk pekerjaan ini digunakan emulsi yang peka terhadap biru mampu mengorientasikan segmen garis itu tegak lurus terhadap arah lereng
dan merah. Citra foto orto diporet dengan tabung sinar katode pencetakan maksimum. Garis tinggi yang dihasilkan tentu saja bukan garis yang halus,
biru, dan garis tinggi dengan tabung sinar katode pencetakan merah. Setiap melainkan tersusun dari serangkaian segmen garis yang saling dihubungkan
kali sebuah ketinggian garis tinggi dilalui selama penyiaman, sebuah segmen seperti yang dihasilkan di dalam pencetak orto Stereomat B-8.
garis pendek terpoEet pada negatif orto oleh tabung fosfor merah. Segmen ga-
ris diorientasikan tegak lurus terhadap lereng maksimum' dan panjangnya 13.8.3 Pembuat Peta Foto Gestalt (Gestalt Photomapper/
Sama dengan lebar jalur penyiaman. Oleh karenanya, maka garis tinggi itu GPM)
bukan berupa garis yang halus, akan tetapi terbentuk dari serangkaian segmen i
garis pendek. Citra foto orto dan garis tinggi dapat dicetak secara terpisah de- f.r Pembuat peta foto Gestalt GPM membuahkan foto orto dengan cara
t serupa ASI l-C yang diuraikan di atas. Alat ini memotret negatif orto daerah
ngan jalan memasang filter, dan karena dipotret secara bersamaan pada film i
yang sama, keduanya berada dalam rekaman yang sempuma. sempit dalam bentuk segi enam berkesinambungan. Manfaat daerah sempit
ini ialah menghapus garis-garis kelurusan yang sering terjadi pada foto orto
yang dibuat dengan pencitraan jalur-jalur yang berdampingan atau daerah-
13.8.2 Plotter Analitik AS11-C daerah sempit yang berbentuk empat segi panjang. Ukuran daerah sempit
Plotter analitik AS I l-C juga dilengkapi dengan pencetak gambar orto berbentuk segi enam dikonrol dengan c:ermat dengan menggunakan sebuah
elektronik. Oleh karena itu maka di samping mampu melakukan berbagai selubung dan luasnya sebesar 48 mmz, yang cukup luas bila dibanding
dengan luas daerah yang direkam oleh instrumen foto orto lainnya. Pada saat
rangkaian tugas fotogrametrik yang meliputi trianggulasi udara, pembuatan
garis tinggi secara otomatik, pembuatan profil secara otomatik, dan pendi- tiap daerah sempit itu disiam, dilakukan perubahan secara elektronik ke
proyeksi ortogonal terskala dan disalukan ke tabung sinar katode, yang mela-
gitan model secara otomatik, ASll-C juga mampu memotret negatif orto
kukan pemotretan ke negatif orto. Kenampakan yang unik bagi GPM ialah
s@ara olomatik. Cara penyetelan awal dan orientasi untuk mencetak foto orto
bahwa paralal$.r yang diukur oleh korelator gambar digunakan untuk mene,n-
sama seperti mengoperasikannya untuk keperluan lain.
Pencetak orto ASll-C memiliki kereta (carriage) XY yang memunS' it
tukan lioordinat model X, Y, dan Z dari suatu matriks yang terdiri dari 3.000
kinkan negatif orto hrgerak ulang-alik dalam keselarasan dengan penyiam. ; titik di dalam daerah individual. Ini kemudian dipakai untuk melakukan suatu
Bila beroperasi dengan cara foto orto otomatik, korelator gambar menyiam
t| rr rektifikasi sehubungan dengan kelengkungan medan di daerah itu. Hasilnya
I
pada arah hingga korelator ini maju dengan jarak yang telah ditentukan bukan hanya berupa foto orto yang berkualitas tinggi, tetapi juga memunS'
kinkan penggunaan daerah-daerah yang relatif luas seperti telah dijelaskan se-
sebelumnya. Kemudian komputer menyela penyiam dan menyalurkan gambar
yang tersiam ke tabung sinar katode pencetak, yang melakukan pemotretan ke belumnya, yang berarti mempercepat proses pembuatan foto orto. Di
samping untuk pencetakan foto orto, GPM dapat menghasilkan garis tinggi
negatif orto. Sebelum pemotretan, gambar tiap daerah direktifikasi dan diska-
'line-drop', profil digital medan, dan dapat memberikan anotasi pada orto
lakan secara elektronik sesuai dengan parameter kamera, geometri p:lsangan
dengan jalan menfnrpangkan huruf alfanumerik padanya.
stereo, dan medan daerah tertentu. Setelah pemotretan, penyiam mulai lagi

&
4y 435

13.9 FOTO ORTO DENGAN PEMROSESAN CITRA DIGI. kinkan xntuk_men gembangkan sebuah perspektif horisontal dari pandan gan
TAL atas (udara). Sistem ini dapatjuga bekerja dengan cina yang suOatr Uerada di
dalam bentuk digital seperti misalnya data Landsat penyiam multispektral. Di
Foto orto juga dapat dibuat dengan menggunakan data dalam bentuk dalam hal ini, tidak perlu dilakukan penyiaman awal. Cara kerja ini dapat
digital. Pada prosedur ini, data dari foto udara diubah ke dalam bentuk digital
dan direkam dalam pita magnetik dengan menggunakan mikrodensitometer
rI ,r menggunakan komputer 'off-line' besama-sama alat lain sedemikian sehingga
alat lain yang diperlukan hanya sebuah mikrodensitometer penyiaman dan
penyiaman (lihat Butir 5.15). Nilai densiti tiap pixel disimpan bersama de- penulis foto. Pada saat ini penelitian dan pengembangan dilakukan secara
ngan lokasinya, menurut baris dan lajur yang ditempati selama proses penyi- aktif pada bidang ini untuk menyempurnakan metodologi.
aman. Lokasi bariVlajur tanda fidusial dan titik kontrol medan juga diperoleh
selama penyiaman.
Berdasarkan atas koordinat fidusial yang diperoleh dari kalibrasi kame- 13.10 PERENCANAAN PENERBANGAN UNTUK FOTO
ra, lokasi barislajur pixel diubah ke sistem fidusial baku dengan mengguna- ORTO
kan transformasi koordinat. Dari panjang fokus kamera, koordinat foto bagi
titik kontrol medan, dan koordinat medan bagi titik kontrol, masalah reseksi Banyak asas yang dibincangkan pada Bab 16 dapat digunakan secara
ruang dapat diatasi untuk menentukan parameter orientasi bagian luar bagi langsung di dalam merencanakan pemotretan udara untuk foto orto, dan oleh
foto. karenanya dianjurkan agar mahasiswa mempelajari bab itu. Akan tetapi ada
Bila diketahui koordinat medan X,Y,danZbagi titik-titik di sepan- beberapa faktor tambahan yang harus diperhatikan pula di dalam perencanaan
jang profil medan, komputer dapat menghitung koordinat foto ry yang direk- pemotretan udara untuk foto orto.
tifikasi secara diferensial yang sesuai bagi titik-titik ini berdasarkan atas ke- Pemotretan udara yang dibuat untuk pembuatan foto orto harus diren-
tinggiannya dan parameter orientasi bagian dalam serta bagian luar. Pixel ggrata, sesuai dengan alat yang digunakan dalam memotret negatif orto. Apa-
yang sesuai dengan lokasi titik yang direktifikasi kemudian dapat disimpan .l' bila akan digunakan insrmmen dengan proyeksi optik, harus dibuat diapositif
pada pita magnetik, di mana komputer dapat menggerakkan sebuah penulis
yang akan mencetaknya secara ortogonal ke film yang belum digunakan
dengan
lrak gtama yang tepat, serupa dengan yang diperlukan dalam pem-
foto buatan diapositif untuk kompilasi stereo. Misalnya harus digunakan kamera
untuk menciptakan negatif orto. Penulis foto bekerja dengan suatu cara yang dengan panjang fokus sebesar 6 inci (152 mm), apabila proyektor dirancang
pada dasamya merupakan kebalikan dari proses penyiaman. Pada kenyataan- untuk menggunakan foto dengan panjang fokus nominal 6 inci. Beberapa
nya, instrumen telah dikembangkan dan dapat melakukan proses penyiaman instrumen foto orto seperti yang diuraikan pada Butir 13.5.3, 13.5.4,13.92,
densili awal dan proses penulisan foto. dan 13.8.3 tidak membatasi pemilikan kamera.
Koordinat medan X, Y, dan Z di sepanjang profil medan dapat dipero- Skala foto tentu saja merupakan pertimbangan yang penting sekali di
leh dengan operasi terpisah dengan menyiam model stereo, atau dapat dipero- dalam perencanaan tiap misi fotografik. Persyaratan proyek iertentu biasanya
leh dari model digital medan atau peta garis tinggi. Kemungkinan lainnya menetapkan skala peta foto orto, dan bila pembesaran atau pengecilan fotogra-
ialah memperoleh koordinat ini dengan menggunakan korelasi gambar dan fik tidak dirancang, skala foto yang telah ditetapkan dengan batas tertentu
menyiam data densiti dari pasangan stereo foto (cara kerja ini diuraikan pada sesuai dengan rasio pembesaran dari skala foto ke skala negltif orto akan ter-
Butir 14.20). Dengan demikian, penentuan koordinat profil model dapat me- jadi pada instrumen foto orto tertentu. Pada foto orto dapat dibuat dengan
rupakan bagian integral perangkat lunak yang mengendalikan sistem itu. skala lebih-besar daripada skala negatif orto melalui pencetakan dengan pro-
Sistem yang diuraikan di atas secara teoretik memberikan potensi yang yeksi, dan ini memungkinkan beberapa garis Iintang datam perencanaan si.ala
besar. Ini dapat digunakan untuk foto yang dibuat dengan beraneka panjang foto udara. Ini tentu saja merupakan biaya tambahan, tehri kualitas gambar
fokus kamera, dan akan dapat diterapkan bagi foto condong, panoramik, te- lenjadi agak menurun oleh pembesaran dan oleh karenanya batas kemung-
restrial, dan tegak Garis tinggi atau model digital medan dapat dikembangkan kinan pembesaran jadi terbatas. Secara umum dianjurkan pembesaran maksi-
sebagai tambahan terhadap sistem ini. Cara kerja ini tidak terbatas untuk mum sekitar lima kali dari skala foto asli ke skala akhir foto orto, akan
pembuatan foto orto yang konvensional yang menggambarkan pandangan atas
letapi, dengan beberapa instrumen masih dapat dibuahkan hasil yang berkua-
secara ortogonal. Cara kerja ini dapat digunakan bagi sembarang proyeksi pa$a
lilas bagus 49qbe-saran hingga delapan kati. Serelah dipilih panjang
gambar yang dapat dibuat model dengan sebuah komputer. Misalnya, dimung- fokus kamera dan skala foto, ketinggian te6ang juga terpastikan.
437
436

American Society of Photogrammetry: "Manual of Photogrammetry," ed. ke-3


Pada situasi khusus tertentu, liputan medan tiap foto orto dapat menja-
Falls Church, Va., 1966, Bab 15.
di bahan pertimbangan yang pentingnya melebihi faktor lain dalam perencana-
"Manual of Photogrammetry," ed. ke-4, Falls Church, Va.' 1980'
an pemotretan. Dengan kamera yang panjang fokusnya 6 inci (152 mm) dan
Bab, 13 dan 15.
ketinggian terbang sekitar 40.000 kaki misalnya, foto orto yang dicetak dari
Bean, R.: Development of the Orthophotoscope, Photogrammetic Engineering,
dua model murni yang berdampingan (yang menggunakan bagian pusat hanya
vol. 21, no. 4, hlm. 529, 1955.
sekitar 7 inci bujur sangkar foto tengah sebuah triplet) sekitar empat ber-
-:
Blachut,T., dan M. C. Van Wijk 3-D Information From Orthophatos, Photo'
ukuran 7,5 menit. Di dalam melaksanakan penerbangan untuk segi empat
grammetric Engineering, Vol. 36, no. 4, hlm. 365, 1970.
foto orto (orthophotoquads), istilah yang ditampilkan oleh Survei Geologi dan : Results of the International Orthophoto
Amerika Serikat, lokasi yang dikehendaki bagi titik uiama medan ditandai
Experiment 1972-1976, Photogrammetric Engineering and Remote
pada peta jalur terbang untuk menjamin agar stasiun pemofretan foto tengah
Sensing, vol. 42, no. 12, hlm. 1483, 1976.
sebuah triplet foto terletak pada pusat daerah segi empat itu. Dengan menem-
Brum, M. G., dan J. G. Waters: Photodensity Control System for Orthophoto Pro-
patkan foto tengah triplet pada proyektor tengah Ortofoto-skop model T-64
ducts, Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 43, no. 9,
atau penyiam orto K-320 Kelsh, negatif orto bagi seluruh daerah segi empat
hlm. 1177, 1917.
diperoleh dengan menyiam model rangkap ilu. Susunan ini tidak hanya
Chapelle, W., dan J. Edmond: The AS-1lC Automatic System, Photogrammetric
bersifat ekonomik, tetapi juga menghapus kemungkinan tampaknya sam-
Engineering, vol. 35, no. 10, hlm. 1059, 1969'
bungan yang tdadi apabila mosaik dari dua atau tiga negatif diperlukan untuk
Collins, S. H.: The Accuracy of Optically Projected Orthophotos and Stereo
meliput daerah segi empat itu. Dalam kasus di mana negatif orto individual
Orthophotos, Canadian Surveyor, vol.23, no. 5, hlm. 450' 1969.
harus dihimpun bersama dalam bentuk mosaik, yang paling ekonomik ialah
Image Quality in orthophotography, Canadian Surveyor, vol. 30,
merencanakan liputan tiap negatif orto dengan meminimalkan jumlah total
no. 3, hlm. l7l, 1976.
model stereo yang harus disiam.
Crawley, B. G.: Gestalt Contours, Canadian Surveyor, vol. 28, no. 3, hlm. 237'
Tampalan depan dan tampalan samping bagi foto harus kurang lebih
t97 4.
sama besar dengan pemoEetan untuk pemetaan. Enam puluh persen tampalan
-:
Danko, J. O.: Quick Orientation of the Kelsh K-320 Orthoscan, Photogrammetric
depan dan sekitar 307o tampalan samping memungkinkan seluruh liputan ste-
Engineering, vol.40, no. 9, hlm. l07l,1974.
reo apabila tidak terjadi kemiringan pesawat terbang, variasi ketinggian ter-
Esten, R.: Automatic Photogrammetric Instruments, Photogrammetric Engine-
bang, variasi medan, crab, dan drift. Meskipun seluruh daerah campalan stereo
ering, vol.30, no. 4, hlm. 5M, 196/'^
dapat disiam, penurunan kualitas gambar di sepanjang tepi format foto juga
Fleming, E. A.: Photo Maps as Part of a Map Series, Canadian Surveyor, vol.24,
menambah pertimbangan untuk menggunakan tampalan depan dan tampalan
no. 2, hlm. 113, 1970.
samping yang disarankan di atas. Bagi daerah yang medannya sangat kasar,
tampalan ini dapat diperbesar untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Quality of koduction Orthophotos, Photogrammetric Engineering,
vol. 39, no. ll, hlm. ll5l, 1973.
Meskipun hasil terbaik biasanya diperoleh apabila pemotretan udara
Hobrough, G., dan T. Hobrough: Image Correlator Speed Ltr its, Photogrammetric
direncanakan secara khusus untuk pembuatan foto orto, kemungkinan bagi
Engineering, vol. 37, no. 8, hlm. 1045' 1971.
penggunium lain harus diperhatikan. Bukan tidak mungkin misalnya, bahwa
-:
Hughes, T., A. Shope, dan F. Baxter: U.S.G.S. Automatic Orthophoto System,
foto udara dapat digunakan untuk pembuatan foto orto dan untuk kompilasi
Photogrammetric Engineering, vol.37, no. 10, hlm. 1055' 1971.
stereoplotter bagi garis tinggi.
Jaksic, Z.: Man-Machine Photogrammetric Systems and System Components,
Setelah semua faktor dipertimbangkan, sebuah rencana penerbangan
Canadian Surveltor, vol.27, no. 4, hlm. 308' 1973.
termasuk sebuah petajalur terbang dan spesifikasi harus dibuat sebagai pandu-
Keating, T. J., dan D. R. Boston: Digital Orthophoto Production Using Scanning
an bagi petugas penerbangan.
Microdensitom eters, P hotogr ammetr ic Eng ineer ing and Remote sensing,
vol. 45. no. 6. hlm. 735,1979.
RUJUKAN Konecny, G.: Methods and Possibilities for Digital Differential Rectification,
Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 45, no. 5, hlm'
Ahrend, M., W. Bruchlacher, dan H. Meier: The Gigas-Zeiss Orthoprojector, Pho- 727, t979. n
togranmetric Engineering, vol. 31, no. 5. hlm. 1039, 1965.
438 439

Marckwardt, W.: The Accuracy of Orthophotos and Simultaneously Collected 13.4 Apakah keunggulan pembuatan foto orto secara serentak terhadap cara
Terrain Height Datu Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, pembuatan orto secara terPisah.
vol. 44, no. 5, hlm. 5'15, 1978. 135 Uraikan metode orientasi diapositif hitam-putih di dalam orfotoskop T-
Marsik, Z: Use of Rectified Photographs and Differentially Rectified Photo- 64.
graphs for Photo Maps, Canadian Surveyor, vol. 25, no. 5, hlm. 567, 13.6 Bagaimana cara pembu4tan foto orto berwarna pada ortofotoskop model
r97 r. T-U?
O'Brien, T. J.: Orttrophotomapping for Prudhoe Bay Development, ASCE lournal 13.7 Foto udara yang dibuat dengan 607o tampalan depan dengan kamera yang
of the Surveying and Mapping Division, vol: 97, no. Su2, hlm. 199, panjang fokusnya sebesar 6 inci dan formatnya 9 inci bujur sangkar
197 t. harus disiam di dalam penyiam orto K-320 Kelsh' Berapa jalur
Parenti, G.: Orthophoto Printing with the Analytical Plotter, Photogrammetric penyiaman yang diperlukan untuk meliput bagian pusat model seluas 7

Engineering, vol. 33, no.4, hlm. 4ll,1967. inci bujur sangkar dari diapositif tengah apatrila digunakan celah

Pumpelly, J. W.: Cartographic Treatments in the Production of Orthophotomaps, penyiaman selebar l0 mm dan apabila rnodel diorientasikan dengan
Surveying and Mapping, 'rol. V|, no. 4, 1964. jarak proyeksi sebesar 760 mm untuk medan rata-rata'
Color-Separation and Printing Techniques for Photomaps, 13:8 Untui Soal 13.7, apabila gerakan celah penyiaman sebesar l0
Surveying and Mapping, vol.27, no.2, hlm.277,1967. mm/detik, berapa lama waktu yang diperlukan untuk memotret foto orto
Radlinski, W.: Orthophotomaps \iersus Conventional maps, Canadian Surveyor, yangberasaldaribagianpusatdiapositiftengahseluasTincibujur
--: :,ol.22, no. l, hlm. ll8,1967. sangkar? (Jangan hiraukan waktu yang digunakan untuk loncatan ke
Scarano, F., dan A. Jeric: Otf-Line Orthophoto Printer, Photogrammetric Engine- depan).
ering and Remote Sensing, vol.41, no. 8, hlnr. 977, 1975. 13.9 Apabila dikehendaki untuk membuat sebuah negatif orto dengan skala
Scher, M. B": Research in Orthophotography, Photogrammetric Engineering, l:150.000 dengan Penyiam Orto K-320 Kelsh dari foto udara dengan
vol. 30, no. 5, hlm. 756, 1964. panjang fokus 6 inci, berapakah tinggi terbangnya? (Jaraknya proyeksi
Orthophotomaps for Urtran Areas, Surveying and mapping, vol. optimum bagi K-320 sebesar 760 mm).
29, no. 3, hlm. 413, 1969. 13.10 Seperti soal 13.9, tetapi skala negatif orto yang dikehendaki sebesar
Seeger, E.: Orthophotography in Architectural Photogrammetry, P hoto' l:4.800.
grammetric Engineering and Remore Sensing, vol.42, no. 5, hlm. 625, 13.1 1 Direncanakan untuk meliput suatu daerah kota seluas 6 mil2 dengan
sebuah foto orto yang dibuat dari diapositif pusat sebuah triplet foto
-: r97 6.
yang bertamPalan. Berapakah tinggi terbang di atas medan bagi foto
Tanden, D.: Progress in Orthophotography, Photogrammetric Engineering, vol.
40, no. 3, hlm. 265,1974. udara yang bertampalan apabila digunakan kamera dengan panjang fokus
Thompson, M. M., dan E. M. Mikhail: Automation in Photogrammetry-Recent 5 inci dan formatnya 9 inci bujur sangkar'
Developments and Applications, Photogrammetria, vol. 32, no. 4, hlm. 13.12 Untuk foto pada Soal 13.11, berapakah ukuran negatif orto terPotret aPa-
lll, 1976. bila digunakan Penyiaman orto, K-320 Kelsh? (Misalnya instrumen itu
Winikka, C. C., dan S. A. Morse, Jr.: Orthophoto Quads for Arizona land-Use diorientasikan sedemikian sehingga jarak proyeksi optimum bagi
Mapping and Planning, ASCE lournal of the Surveying and Mapping ketinggian medan rata-rata sebesar 760 mm).
Division, vol. 100, no. SUl, hlm. I, 1974. 13.13 Apabila akan dibuat peta foto orto akhir berskala 1.000 kaki/inci
berdasarkan negatif orto pada Soal 13.12, berapakah rasio pembesaran
(atau pengecilan) yang diperlukan dari negatif orto ke peta foto orto?
SOAL Berapakah ukuran peta foto orto akhir itu?
13.14 Berapakah ukuran negatif orto bagi diapositif tengah pada soal l3.ll
I 3.1 Jelaskan beda pokok antara sebuah foto orto dan sebuah foto perspektif' apabila disiam dengan Proyektor orto GZ'l yang menggunakan jarak
I 3.2 Uraikan keunggulan dan keterbatasan foto orto. proyeksi 550 mm?
13.3 Jelaskan beda antara cara kerja pembuatan foto orto secara serentak dan 13.15 Uraikan cara 'line-dropping' bagi pembuatan garis tinggi secara

secara terpisah. otomatikr


440

1 3.1 6 Perhatikan rujukan yang terdaftar pada akhir bab ini. Tuliskan sebuah
BAB
laporan singkat tentang salah satu kegunaan foto orto dalam
penyelesaian suatu masalah praktis, l4
TRIANGGULASI UDARA

I4.1 PENGANTAR

Trianggulasi udara merupakan istilah yang paling sering digunakan di


dalam proses penentuan koordinat medan X, Y dNtZ dut masing-masing titik
berdasarkan pengukuran melalui foto udara. Tianggulasiforo mungkin meru-
pakan suatu istitah yang lebih umum, karena prosedur tersebut dapat juga
diterapkan baik bagi foto terestrial maupun foto udara. Pengertian-pengertian
yang dimaksudkan ini semua merupakan perkembangan bahan uraian yang
telah dibincangkan dalam Bab I I dan 12. Dalam tahun-tahun belakangan ini,
dengan kehadiran komputer dan peningka0an mutu alat fotogrameri serta tek-
niknya, maka ketelitian dalam menentukan koordinat medan dengan menggu-
nakan prosedur tersebut tadi telah menjadi sangat tinggi.
Trianggulasi udara telah digunakan secara luas untuk brbagai tujuan.
Salah satu di antara pemakaian yang utama ialah dalam memperbanyak atau
menambah rapatnya titik kontrol medan di seluruh jalur terbang atau blok
foto untuk digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan fotogrametri selanjutnya.
Apabila digunakan untuk tujuan ini maka sering disebutmeniernbata.ti (brid-
ging), karena pada kenyataannya memang dikembangkan titik-titik konrol
penghubung sebagai'Jembatan" antara titik kontrol hasil pengukuran medan
yang hanya terbatas pada sejumlah foto tertentu saja dalam suatu jalur atau
suatu blok. Penentuan titik kontrol yang diperlukan untuk penyusunan peta
topografi dengan menggunakan stereoplotter merupakan contoh yang sanSat
r) baik untuk menggambarkan nilai pentingnya trianggulasi udara Seperti di-
uraikan dalam Bab 12, maka untuk terapan ini, dalam pelaksanaannya jumlah
minimal titik kontrol yang diperlukan pada setiap model stereo ialah tiga
buah titik unhk arah mendatar dan empat buah titik untuk arah tegak. Akan
tetapi, untuk proyek pemelaan secara besar-besaran makajumlah titik konrol
yang diperlukan menjadi bertambah banyak, dan biaya untuk pembuatan-
nya dapat mencapei harga sangat tinggi apabila dikerjakan melulu hanya
442 443

menggunakan metde pengukuran di lapangan saja. Banyak sekali di antara Cara-cara melaksanakan triang gulasi udara dapat digolon g- golon gkan
titik konfol yang dipirlukan ini, sekarang dapat ditentukan secara rutin ke dalam salah satu dari tiga buah kategori: analog, semianalitik dan analitik.
menggunakan trianggulasi udara hanya dari jaring-jaring yang longgar berda- Cara kerja analog meliputi orientasi relatif dan absolut secara manual terhadap
sa*an beberapa titik konfol hasil pengukuran di medan, dengan penghematan model tiga dimensi dengan menggunakan alat plotter stereoskopik, diikuti
dengan pengukuran koordinat dalam model tersebut. Trianggulasi udara yang
-
biaya yang
- ada
dilaksanakan dengan cara ini dinamakan trianggulasi slereo (stereotrianggu-
Di samping mempunyai keunggulan bersifat ekonomis dibandingkan
dengan peng*uran di medan, maka trianggulasi udara mempunyai.keuntung- lation). Meskipun kadang-kadang cara kerja ini masih dilaksanakan, pada
an tain, yaitu antara lain: (l) sebagian besar pekerjaan dilakukan di dalam la- dasamya pada saat ini tinggal merupakan kepentingan historis saja, karena
boratorium, jadi dengan demikian memperkecil penundaan waktu dan kesulit- telah ada dua metode lain yang tepat tersebut.
an yang oseuautan oleh keadnen cuaca yang tidak menguntunglam (2) tidak Trianggulasi udara semianalitik meliputi orientasi relatif secara manual
Apidutan urusan perizinan yang banyak untuk daerah penelitian (3) pekerjaan terhadap model tiga dimensi di dalam stereoplotter, diikuti dengan pengukuran
ukur tanah di daerah-daerah yang sulit seperti rawa-rawa, lereng-lereng yang koordinat-model. Orientasi absolut dilaksanakan secara numerik, oleh karena-
sangat terjal, formasi bafuan peka bencana dan sebagainya dapat diperkecil dan nya diberi istilah trianggulasi "semianalitik". Metode analitik mencakup
(a) lete[lian titik kontrol haiil pengukuran di medan yang diperlutan.sebagai pengukuran koordinat foto diikuti dengan orientasi relatif dan absolut secara
jembatan dibenarkan selama proses trianggulasi udara. sebagai akibatnya, numerik dan daripadanya ditentukan koordinat model. Dalam pelaksanaannya,
mulai ada kesempatan untuk menemukan harga kontrol yang tidak benar cara ini memerlukan penggunaan komputer. Berbagai teknik yang bersifat
setelah kompilasi di mana kesalahan ini diperkecil dan pada umumnya- terha- khusus telah dikembangkan di dalam masing-masing dari ketiga macam kate-
pus. Kelebihan yang tersebut terakhir ini sangat bgralti sehingga beberapa gori rianggulasi udara tersebut. Pada bab ini dibicarakan beberapa diantara
badan melaksanakan- penjembatarylerataan ini meskipun telah cukup_tersedia teknik+eknik tersebut. Bagian I mencakup trianggulasi udara secara analog.
titik kontrol hasil pengukuran medan bagi seluruh model stereo. Ini pula Bagian II menguraikan cara-cara kerja semianalitik, dan Bagian III meliputi
yang merupakan alasan mengapa beberapa spesifikasi untuk pekerjaan peme- metode-metode analitik. Pembicaraan tersebut terutama berkaitan dengan pera-
iaan-mempersyaratkan trianggulasi udara untuk menetapkan kontrol foto. taan bagi pekerjaan-pekerjaan fotogrametrik yang berurutan karena hal ini
Lri^iluri penjembatanan untuk berbagai pekerjaan fotogrametri, tri- merupakan kegunaan utama trianggulasi udara. Bagaimanapun jnga perluasan
anggulasi-udara juga digunakan dalam berbagai penerapan lainnya.yang me- daripada pengertian dasar tersebut ini dengan mudah dapat dikaitkan dengan
,"iirtanketepitan koordinat medan. Dalam pengukuran hak milik,.hal ini bidang terapan yang lainnya.
digunakan untuk menetapkan letak titik sudut dan bagian hak milik atau
un-trk meneuapkan letak tanda (patok) yang akan dapat membantu dalam pene-
muan sudut-sudut tersebut tadi- Dalam pemetaan topografi, trianggulasi udara
dapat digunakan untuk membentuk "DTM" (Digital Tengrn M-odels. = Model BAGIAN I TRIANGGULASI UDARA ANALOG
gentanitahan secara digital) hanya dengan menghitung koordinat-koordinat
medan 1, Y danz dart$rbagai titik yang terdapat dalam suatu sistem
jaring-
jaring teratur di suatu daerah. Penerapan lainnya meliputi penentuan koordinat 14.2 TRIANGGULASI UDARA DENGAN INSTRUMEN
hedan bobagai titik pada interval waktu yang berbeda-beda untuk memaniau PROYEKTOR MULTI
gerak perpindahan bendung (dam), dindingdinding penyokong pelabuhan, dan
Sangu'nan:-bangunan lainnya atau untuk mengukur tanah terban yang diakibat- Mungkin cara yang paling mudah untuk memperagakan (meskipun
kan-otetr kegiatan pertambangan atau pemompaan air tanah. Penerapan-pene- sekarang jarang dilakukan) trianggulasi udara fotogrametrik ialah mengguna-
rapan secar; khusus meliputimenambah kerapatan jarilglari.ne titik.kontrol kan suatu stereoplotter'oerproyektor multi seperti trmpak pada Gambar 14.1.
geodetik, dan penentuan secara tepat kedudukan relatif bagian-bagian dari Dengan metode ini, pada titik kontrol yang tersusun memanjang, model-
iresin yang pembuatannya. Hal ini ternyata sangat berguna ter- model stereo yang berdekatan dalam satu jalur secara berunrtan saling diorien-
-Oatambesar selama
utama beberapa indusri seperti galangan kapal dan perakitan pesawat tasikan -* *: dengan yang lainnya untuk membentuk suatu model me-
terbang. Banyak lagi penerapan trianggulasi udara lainnya yang
juga sedang
dipelajari.
444 M5

ankacaudenganmodell.2yangterdahulu.Segalagerakanselamaorientasi
;6if unmk froo"t z-: hanyi tersalur ke proyektor trI saja
Orienfasi relatif bagimodel1-3 dengan menggunakan metode satu-pro-
model
vektor itu dengan sendffiya berafli jugimenyelaraskan ketinggian
model
(' (t il;;;(n1lg;fiLi ulo""g dro, yung .a.a dengan model.l-2), tetapi
t-t ffiii, belumberadipada*ifa yang sebenarnya. Dalam Gambar 14.2'
;&;5;da *oo.t z-l ying terletak-l,qnpq tesak lurus
9i !1I{ l:o1"kt'
ii, ;"i;;y;i elevasi iebi[ rendah daripada titik yang bersangkutan yaitu
pan-
ilUt a piO" irra"t l -2. Ini berarti bahwa basis model b'2-3 masih terlalu
juga. Agar supaya mo-
ianc. skala model 2-3 keadaannya masih terlalu besar
ili?-l;;dteh skala yang sama dengan.model
padaheja
1-2,
gambar
maka platen harus
menyatakantlevasi
Onuitt- ,"iinggu iarum ireniniuk
ti* C*u aen-g-an etevasi yang tetah ditentukan untuk model
l-2. Dengan
ffitki* maka ianjang basii m6Oet ai-s berkurang sebesar AD 2-3 sehingga
tilik B
titik apung tampat<-me-noarat tepat.pada titik B. Titik-titik semacam
(carry-ov9r point), karena
terseUirt Altenai dengan sebutan Et1*penyelaras
O"rg* .Ounyu titik lersebut itu terb'ta kemungkinan untuk menyelaraskan
jalur.
- - ke seluruh
-skala
fr"na orlentasi relatif dikerjakan dengan metde satu-proyektm, maka
dalam basis model tenebut terkandung juga komponen b, dan D, '
Oleh sebab
Gambar 14.1 Instrumen plotter stereo multiproyektor Balplex. (Seizin Bausch itu, di samping adanya koreksi sebesar Abr, maka juga diperlukan adanya
and Lomb.)

manjang (strip model) yang bersinambungan. Koordinat semua titik penerus 2 -!


(pass point) dan titik kontrol dibaca dari model memanjang tersebut dan selan-
jutnya seluruh titik diatur tepat sesuai dengan sejumlah titik kontrol hasil
pengukuran di medan untuk mencapai koordinarrya yang terakhir.
I-angkah pertama dalam rianggulasi udara dengan suatu alat proyektor
multi ialah mempersiapkan suatu peta manuskrip yang memanjang yang akan
dapat menampung model memanjang. Semua titik kontrol medan hasil peng-
ukuran di lapangan baik mendatar maupun tegak dicantumkan ke dalamnya.
Peta manuslaip tersebut diletakkan di atas meja gambar, dan setelah diadakan
kontrol secukupnya dalam model yang pertama sekali, maka berarti seluruh
manuskrip tersebut telah terorienasikan. Sekalipun bukan keharusan, kenya-
taannya lebih mudah kalau ada cukup titik kontrol hasil pengukuran medan
pada model (tiga dimensi) dari permukaan jalur untuk memungkinkan model .,'l ''
tersebut diorientasikan secara absolul
Setelah penyelesaian orientasi bagi model yang pertama tersebut, maka
diapositif yang ketiga dipasang dalam proyektor Itr, seperti dilukiskan dalam
Gambar 14.2. Suatu basis model yang permulaan b'2-3 untuk model 2-3
diatur kira-kira sama besar dengan ba.sis model bagi model l-2. Selanjutnya
Gambsr 14.2 Penyesuaian skala model 2-3 terhadap model 1-2 melalui penye-
foto yang ketiga diorientasikan secara relatif terhadap foto 2, dengan menggu-
suaian panjang basis model.
nakan metode satu-proyektor (lihat Butir 12.8) guna menghindari kemungkin-
446 M7
A
f + .:.A * t titik-titik konrol yang digambar berdasarkan model dengan posisi titik-titik
+o o .qot
tersebut tadi jika didasarkan atas hasil pengukuran medan. Hal ini merupakan
+ l'l -t -1 "l
1.4
o4-5 +
5-6 6-7
FO 1.8
f
akibat dari kesalatran sistematik dan kesalahan acak yang tedadi di dalam pro-
ses trianggulasi stereo. Pada peta manuskrip dalam Gambar 14.34, tanda segi-
+on", I' o+ tiga penuh menandai posisi mendatar titik kontrol berdasarkan model dan tan'
J .'l'A o ,l
da segitiga dengan garis putus-putus menandai letak yang "benar" berdasarkan
A Titik kontrol mendatar (posisi sebenamya)
o Titik kontrol tegak atas informasi pengukuran di lapangan. Perhatikan penyimpangan-penyim-
+ Titik penerus pangan letak antara model dan letak sebenarnya. Apabila penyimpangan pada
a Titik kontrol mendatu (posisi modcl) arah koordinat X adalah (er), dan penyimpangan pada arah koordinat Y adalah
ld)
(er) untuk semua titik kontrol mendalfi di gambar dan dibandingkan terhadap
d
h
k6ordinat jalur X, maka akan diperoleh garis kurva halus seperti tergambar
c!+ pada Gambar 14.30. Misalkan bahwa penyimpangan di sepanjang jalur itu
bd
:.!J ieluruhnya berimpit dengan kurva-kurva ini, maka koreksi terhadap penyim-
eb pangan titik penerus tepi pada arah X dan I dapat dilakukan secara langsung
dC(
:j)1 Oari trnva-turva tadi, yaitu dengan mendasarkan kepada koordinatX padajalur
OB yang hrsangkutan. Sebagai contoh, titik penerus n seharusnya memperoleh
xri
o koreksi sebsar exndmt e),r, seperti tampak pada Gambar 14.3b.
oO
YE Dengan cara yang sama, dengan membandingkan antara tilik-titik kon-
trol tegak yang diukur melalui ketinggian dalam model dengan nilai sebenar-
nya trasit pengukuran di medan, maka ketidaksesuaian nilai akan semakin
Gambar 14.3 (a) Bagan tentang perpanjaiilan jalur, yang terdiri atas tujuh-buah nyata di seilanjang perkembanganjalur tersebut. Ketidaksesuaian tersebut tadi
model. (D) Kurva, menggambarkan akumulasi kesalahan dalam koordinar X, Y, G) Aapatjaea AigarnUarkan pada koordinatjalurX dan berbagai koreksi dila-
dan Z pada suatu jalur, yang terjadi selsma Perluasan konhol. kukan terhadap ketinggian titik konfol tepi berdasarkan atas kurva tersebut di
atas. Sebagai iontoh, Gambar 14.30 menunjukkan bahwa titik konrol tepi n
unsur AD) dan Lbz untuk meniadakan kesalahan akibat paralaks y dalam harus dideteksi sebesar ern. Apabila letak serta ketinggian titik-titik penents
model 2-i. Cara kerja tersebut tadi diterangkan di dalam Butir l2-9. Pekerjaan tepi tadi telah dibetulkan maka titik-titik tenebut dapat digunakan sebagai ti-
tersebut tadi selalu diulang untuk setiap model yang berurulan dalam jalur tik-titik kontrol bagi pembuatan peta atau pekerjaan-pekerjaan fotogrametri
tersebut hingga semua foto udara dapat diorientasikan atau hingSa seluruh lainnya.
proyektor telah digunakan. Sebagai pengganti koreksi secara grafik tadi, seperti yang ditunjukkan
Dimisalkan bahwa suatu lembar pengendali dari jalur yang terdiri atas dalam Gambu 14.3b, koreksi-koreksi itu dapat ditentukan secara numerik
tujuh buah model pada Gambar 14-3a tersebut telah dilakukan dengan meng- dengan memperkinkan nilai pada garis kuva tersebut dengan angka-angka
gunakan alat seperti pada Gambar 14.1. Kedudukan seluruh titik kontrol baik polinomial. Penyusunan jalur dengan polinomial dengan mudah dapat dikerja-
tegak maupun mendafar telah dimasulJ<an ke dalam lembar manuskrip sesuai kan dengan komputer. cara kerjanya diuraikan lebih lanjut dalam Butir 14.15.
dengan ukuran-ukurannya dalam model, seperti ditunjukkan pada Sambar ter' Jumlah titik konrol hasil pengukuran medan yang diperlukan di dalam
sebut. Juga, semua letak titik-tilik penerus tepi (pass point) telah digambar- suatu jalur tergantung kepada panjang jalur tersebut. Paling sedikit harus ada
kan, dan iemua elevasi titik pusat dan titik kontrol tepi dalam model-model
.I ra
kha-kira dua buah titik mendatar dan tiga buah titik tegak pada setiap model
tersebut telah dipaca dan dicatat Perhatikan bahwa ada enam buah titik kon' kelima dalam jalur. syarat-syarat ketelitian, keadaan permukaan medan dan
trol tepi yang diiantumkan pada setiap model, dan ini merupakan cara kerja vegetasi, serta kemungkinan untuk pencapaian daerah penelitian kiranya dapat
baku bagi trianggulasi stereo. memUeritcan gambaran yang sebenarnya. Suatu bagan tentang pengontrclan
pi sampirig untuk titik kontrol medan pada model yang Perlam? sekali, yang memadai untuk pengembangan kontrol fotogrametri bagi suatu jalur
yaitu titik yan! Opergunakan untuk menentukan orientasi absolut bagi model disajikan @a Gambar 14.3.
tersebut, masih terdapat penyimpangan-penyimpangan posisi mendatar antala
M8 449

14.3 TITIKPENERUS TEPI UNTUK TRIANGGULASI UDA.


+d
RA SECARA ANALOG
Titik penens tepi bagi trianggulasi udara secara analog biasanya dipi-
lih pada sembarang tempat dalam foto udara seperti tampak pada Gambar 4b th
14.4a. Titik-titik tersebut dapat berupa gambaran objek alamiah, yang tampak
jelas dalam liputan foto yang dipakai, tetapi apabila titik semacam itu tidak
diperoleh, maka titik penerus tepi tersebut dapat ditentukan secara buatan de-
ngan menggunakan alat khusus untuk membuat tanda seperti tampak pada (a)
Gambar 14.12. Alat pembuat tanda tersebut menghasilkan lubang kecil di da-
lam emulsi yang menjadi titik penerus.
Walaupun titik-titik alamiah yang memenuhi syarat dapat ditemukan z/2
pada sembarang tempat dalam foto udara yang dipakai, tetapi banyak di antara
ahli fotogrametri lebih senang memberi tanda titik penerus tepi secara buatan ,4
s:P)

karena dua macam alasan. Pertama, lebih banyak titik bebas dapat diperoleh
sehingga diperoleh ukuran-ukuran yang lebih teliti dalam hal letak titik-titik
'4
tersebuL Yang kedua, kecenderungan akan kesalahan identifikasi titik penerus
tepi menjadi sangat berkurang. Dalam pengembangan titik kontrol secara ana-
log hanya diperlukan tiga buah titik penerus tepi saja di dekat sumbu ) pada
setiap foto udar4 seperti tampak dalam Gambu 14.4a. Apabila pasangan foto
udara stereo dengan titik-titik penerus tepi yang ditentukan dengan cara terse-
but di atas tadi diorientasikan dalam suatu plotter, maka akan tampak enam secara ideal bagi perluasan kontrol
Gambar 14.4 (a) Letak titik-titik penerus
buah titik pada setiap model stereo, seperti ditunjukkan dalam Garnbar 14.4b. di dalam model stereo yang bersebelah-
secara analog. (D) Letak titik-titik Penerus

14.4 TRIANGGULASI UDARA DENGAN INSTRUMEN UNI. ruangnya saling mengarah dari yang satu kepada yang lainnya, dan kedua
VERSAL komponen dasar model bydanDp mehgarah ke dalam menuju titik pusat pers-
pektif O' danO". Dengan mengorientasikan model l-2, maka koordinatX, Y,
Trianggulasi udara untukjalur yang berkesinambungan dengan meng-
dan Z semua titik kontrol dan titik penerus tepi terbaca dan tercatat seluruh-
gunakan teknik multiproyektor yang diuraikan di depan memerlukan suatu
nya. Pada instrumen universal, koordinat-koordinat tersebut tadi dapat dibaca
instrumen yang cukup besar yang dilengkapi dengan banyak proyektor. Cara
secara langsung dari papan pembagian skala sehingga kesalahan-kesalahan
kerja seperti ini dapat diselesaikan dengan menggunakan stereoploter yang
yang timbul karena gambaran grafik dapat ditiadakan. Suatu cara pencatatan
hanya memiliki dua buah proyektor saja apabila alat tersebut ini benrpa suatu
datayang menyenangkan ialah menggunakan peralatan elektronik untuk mere-
instrumen universal yang mempunyai kemampuan bais-dalam dan basis-
kam koordinat model secara otomatik pada kartu punch, pita kertas punch,
luar. Otograf A-7 buatan Wild dan Stereoplanigraf C-8 buatan Zeiss yang
atau pita magnetik. Peralatan tersebut ini terhindar dari kesalahan dalam pem-
diuraikan di dalam Bab 12 merupakan dua buah instrumen universal yang
bacaan dan perekaman dan menghemat banyak waktu.
mampu melaksanakan rianggulasi jalur yang berkesinambungan.
$ Setelah model 1-2 diselesaikan, maka foto ke-1 digantikan dengan foto
Dasar-dasar penyusunan jalur dengan menggunakan suatu alat universal ',*:
ke-3 pada proyektor bagian kiri dan basis jembatannya diperpanjang keduduk-
digambarkan pada Gambar 14.5. Model l-2 dari jatur diorientasikan baik seca-
,qi I

ii* anbasis-luar seperti tampak pada Gambar 14.5b. Disebut sebagai berkeduduk-
ra relatif maupun secara absolut dengan cara konvensional, memakai alat yang
an basis-luar karena kedua buah bagian basis 61 dan Dn mengarah keluar terha'
menggunakan basis<talam tersebut di atas. Keadaan geometrinya digambarkan
1 dap pusatperspektif. Dalam keadaan be6asis-h.rar tersebut suatu tombol dapat
pada Gambar 14.5a. Alat dikatakan mempunyai basis-dalam apabila tonggak i
!
i
i.t
,I
rl
il
d
450 451

mengubah pandangan mata kiri ke rah diapositif sebelah kanan dan pandang-
an mata kanan ke arah diapositif sebelah kiri. tlasil akhir keadaan berbasis-lu-
ar tersebut, dalam kesamaan geometri, ialah bahwa proyektor kanan dipindah-
kan ke kiri, seperti ditunjukkan dengan garis patah-patah dalam Gambar
14.5b.
Dalam keadaan berbasis-luar tersebut, model 3-2 diorientasikan secara
I
relatif dengan menggunakan metode satu-proyektor dan membebankan semua
l* U
r*) gerakan kepada proyektor bagian kiri saja. Dengan demikian maka model ter-
sebut diskalakan dengan cam seperti telah diuraikan dalam bab terdahulu de-
ngan cara mengubah basis model tersebut sehingga ketinggian titik penyela-
ras di dalam model 3-2 menunjuk angka ketinggian yang sama seperti dalam
model l-2. Selanjutnya koordinat dari titik+itik model diketahui dan dicatat.
Dalam model 3-2, koordinat f dan Z akan terletak pada sistem koordinat yang
sama dengan model l-2. Akan tetapi, tergantung kepada jenis instrumennya
maka dapat terjadi kesenjangan pada koordinat X, dan mungkin diperlukan
penafsiran yang bersifat numerik
Apabila model 3-2telah selesai dikerjakan, maka foto 2 diganti dengan
foto 4 pada pnoyektor sebelah kanan, tombol optik diputar kembali, dan ins-
uumen dikembalikan ke dalam kedaan basis-dalam lagi, seperti tampak pada
Gambar 14.5c. Foto 4 secara relatif diorientasikan terhadap foto 3 dengan me-
tode satu-proyektm dan model yang terjadi disesuaikan skalanya dengan berpe-
doman kepada titik penyelaras (carry-over point) seperti cara kerja yang telah
lalu. Koordinat-koordinat model bagi model3-4 kemudian dibaca dan dicatat.
Urut-urutan kerja mengubah-ubah dari basis-dalam ke basisJuar dan sebalik-
nya ini dapat dilanjutkan hingga seluruh jalur terselesaikan. Koordinat-koordi-
nat dalam jalur disesuaikan dengan sistem koordinat model l-2,yang merupa-
kan suatu sistem koordinat perkiraan dan belum disesuaikan. Apabila jalur
tersebut telah selesai dikerjakan, maka perlu diadakan penyesuaian bagi selu-
ruh koordinat titik penerus tepi sesuai dengan besarnya penyimpangan antara
hasil pengukuran di lapangan atas koordinat-koordinat titik konnol medan dan
kmrdinat-koordinat modelnya. Oleh karena data yang terekam menrpakan
bentuk digital, maka penyesuaian ini dipikirkan paling baik dilaksanakan ber-
dasarkan wujud angka-angka dengan menggunakan polinomial, seperti diurai-
(c) kan dalam Butir 14.15, yang mendekati nilai kurva-kurva grafik. Setelah
penyesuaian ini dikerjakan, titik-titik penerus tepi siap digunakan sebagai
Gambar 145 Pengertian dasar tentang penyusunsn jalur dengan suatu instrumeR rujukan bagi pekerjaan fotogrametri lainnya.
universal pada stereo-hianggulasi. (a) Model l-2 diorientasikan dengan car. ba- Beberapa kelebihan metode instrumen universal dibandingkan dengan
sis-dalam; (D) Model 2-3 diorientasikan dengan cara basis-luaq 1c) Moaet 3-4 pendekatan multiproyektor ialah bahwa semra teoretik tidak akan ada batas
diorientasikan dengan cara basis-dalam. Perlu diperhatikan bahwa pada (D) tentang panjangnya jalur yang dapat ditangani, dan ketelitian dapat ditingkat-
konfigurasi yang seimbang dari proyektor dalam kedudukan basis-dalim dapat kan karena perekaman secara digital lebih teliti jika dibandingkan dengan
diperoleh (ditunjukkan dalam garis patah-patah). penggambaran. Ddam tahun-tahun terakhir ini kedua cara kerja trianggulasi
452 453

socam ualog ini sebagian terbesar telah digantikan dengan metode model
bcbas, lang diuraikan di dalam bab berikut.

BAGIAN II. TRIANGGULASI UDARA SEMIANALITIK

14.5 URAIAN UMI.'M


Trianggulasi semianalitik, sering diartikan sebagai ttmggulasi nodel
bcbas, ialah cara kerja yang sebagian secara analog dan sebagian lagi secara
analitik, yang muncul bersama dengan pertembangan komputer. Hal ini me-
liputi orienAsi relatif secara manual di dalam stereoplotter terhadap masing-
masing model stereo pada suatu jalur atau blok foto udara" Model yang saling
bcrdekatan lalu digabungkan secara analitik untuk membentuk satu jalur atau
blok model, dan selanjutnya dilaksanakan orientasi absolut secara numerik
untut menyesrnikan jalur atau blok tersebut kepada kontrol medan. Kelebih-
an fng paling menonjnl metode tersebut jika AUanAngUn dengan rianggu-
lasi secara analog ialah balrwa sembarang stereoplotter dengan dua-proyektor
yang mana pun dapat digunakan, asalkan ia dilengkapi dengan alat koordinato-
giaf guna membaca koordinat-koordinat model. Keuntungan lainnya ialah
bahwa orienasi absolut dilaksanakan secara analitik dan oleh karenanya tidak
perlu di dalam plotter; jadi menghemat waktu, dan dapat digunakan kuadrat
tertecil dalam pembentukan jalur secara numerik yang berarti meningkatkan
ketryatan.
Di dalam rianggulasi udara semianalitik ini, setiap foto stereo datam
sutu jahn diorientasikan secra rclatif di datam plotter, di mana sistem koor-
dinat masing-masing model dalam keadaan bebas antara satu dengan yang *a 7----n
':^ ii
lain, Sebaliknya kmrdinat-koordinat model semua titik kontrol dan tidk:dtik 4 " td
perrru$ tepi untut masing-masing model hanrs dibaca dan dicatat. Gambar
14.fu dan Gambar 14.6D melukiskan tiga buah model stereo yang pertama
dalam yalur yang diorienAsikan secara relatif dan menggamba*an henampak-
ur dari atas tentang masing-masing sistem koordinarrya yang bebas itu. De-
n3alr menggunatan titik-titik1rcnerus tepi milik bersama dari model-model | "'{'it
yang berdetatan pbagai alat, maka peminrlahnn koordioat flga-dimensional-
nya (ihat Butir B-7 dalam Lampiran B) digunakan untuk mengikat setiap
(cJ
unrtsll model kepada urutan yang mendahuluinya. Untuk mempertahankan
kebenaran gcomefik yang diharuskan dalam transformasi tersebut, maka Grmber 14.5 Trianggulasi stereo bebas atau semianalitik (a) Tiga buatr model
koordinat titik pusat perspektif (titik pemoheran dalam modet) juga diukur stereo yanS bersebelahsn yurg diorientasikan secara rclatif. (D) Sistem kmrdinat
dahn setiap rrodel bebas dan digolongkan sebagai titik milik benama di i buatan masing-maeing dari ketiga model stereo yang bersebelahao (c) Jalur rm&l
&lam fansfurnasi terscbut Sebagai contoh, titik pemotretan sebelah kanan i ctreo yant berkelanjutan yang dibentukan dengan cara penyambungan masing-
i.
modcl l-2, menrpakan titik yang sama pada titik pemotretan sebelah kiri masing sistem koordiilet buatan tersebut secsra numerik menjadi satu sistem.
i
t
a

{
t,
T
414

model2-3. Oleh karena itu, untuk mengubah model 2-3 menjadi model l-2,
maka koordinat titik-titik yang dimiliki bersama yaitu d, e,f dm O2dati
model 2-3 dibuat berimpitan dengan koodinat model l-2.
Dengan menerapkan .transformasi keordinat yang berurutan, dapat
dibentuk suatu jalrn model stqeo yang bertesinambungan, sepati dilukiskan
pada Gambar 14.6c. Selanjuhya jalur ini memungkinkan untuk disesuaikan
dengan konrol medan dengan menggunakan metode polinomial (lihat Butir
14.15) untuk memperoleh koordinat yang benar bagi semua titik penenrs
tepi. Suatu pilihan cara kerja untuk penyesuaian koordinat model terhadap
konrol di lapangan ternyata telah membuahkan hasil yang sangat baik. Da-
lam metode ini semua model stereo yang bebas di dalam jalur atau Uok secara
keseluruhannya disesuaikan satu terhadap )ang lain dengan melihat gambaran
titik penerus tepi bersama dan titik pusat perpektif mereka, sedangtan pada
saat yang bersamaan model-model tersebut tadi juga disesuailCIn kepada $mue
tilik konrol di lapangan. Cara kerja tersebut ini diuraikan di dalam rujukan
yang tertera pada akhir bab ini.

14.6 KOORDINAT TITIK PUSAT PERSPEKTIF Gambar 14.7 Metode dua buah-titik dalam penentuan, koordinat model pusat
perspektif proyektor dalam instrumen stereoplotter.
Oleh karena pusat perspektif model digunakan di dalam fansformasi
koordinat rangkaian jalur, maka koordinatnya harus ditetapkan. Untuk mene- demikian dua bentuk persamaan titik dalam sebuah garis lurus dapat ditulis-
tapkan koordinat-koordinat ini dapat digunakan berbagai cam yang berbeda. kan bagi setiap titik sebagai berikut
Cara yang paling mudah ialah yang pembacaannya secara langsung dalam
sistem koordinat model, tetapi ini memerlukan suatu stereoplotter yang
Xo-Xt,
x4 * x4 =!o-Yq =Zo-24
dilengkapi alat png secara khusus dirancang gpna keperluan tersebut. Alat ini
merupakan bagian mutlak bagi beberapa alat plotter proyeksi mekanik, seper-
Y4
-Yo, Z4 - Z4 (14.1)
ti Kern PG-2, dan pada dasarnya terdiri atas suatu teleskop pengatur (collima- Di datam persamaan ini Xg, 16, dan Zg merupakan koordinat titik
ting telescope) dan cermin untuk meluruskan arah tiaptonggalcruang (space pusat perspektif dan XAy YAy ZAy XA2, Ytrr, dan Ztrr, merupak'an koordi-
rod) secara tegak lunrs dengan prinsip kolimasi secara serentak (autocollimati-
nat model bagi titik a yang dibaca pada ketinggian ZyutE berbeda seperti di-
on). Dengan tonggak ruang tegak lurus, maka koordinatX dan I pusat-pusat gamh*an pada Gambar 14.7. Paling sedikit hanrs dibaca dua buah titik pada
perspektif dapat dibacajuga dengan mengatur alat penyangga gambar (racing
dua ketinggian Z untuk memperoleh hasil perhitungan, tetapi pada pelaksana-
stand) dalam arah sumbu Z,maka suatu tanda ruj*an pada tonggak ruang
annya hanrs dibaca empat buah titik sudut dan hasil perhitungan diperoleh
dapat dibuat berimpitan dengan tanda rujukan di aEs bingkai alat plotter tene-
dengan menggunakan kuadrat terkecil (least squares). Keunggulan metode ini
but. Dengan penambahan suatu konstanta tertentu kepada harga Zyang telah
idah balrwa tidak dipolukan adanya alat khusrs.
diukur dalam susunan ini, maka dapat diperoleh koadinat Z pusat perspettif. t) Mdode ketiga yang biasnya disebut metode pelat-kisi (grid-plate),
Cara yang kedua guna penentuan koordinat titik pusat perspektif yang
digamba*an pada Gambar 14.8. Suatu pelat kisi yang telah dibuat secara
kadang-kadang disebut sebagai metode dw-tirtk, digambarkan pada Gambar
tcliti oleh pabrik dipasang di tengah-tengah masing-masing proyektor secara
14.7. Dalam cara pendekatan ini sembarang titik dalam setiap diapositif diba-
hati-hati, dan koordinat mulai X,Y danZ titik perpotongan kisi-kisi tersebut
ca secara monoskopik dalam sistem koordinat model pada kisaran besamya Z
(selaiknya dipilih titik-titik pada sudut model keruangan) dibaca secara mo-
dari stereoplotter untuk aras (level) yang tertinggi dan yug rendah. Dengan
no*opik dalam sisgcm koordinat model. Dengan mengusahakan jarak titik
api proyektor sesuai-dengan paqiang fokus kamer4 maka koordinat titik per-
-t

456 457

yang sebenarnya akan tergantung kepada susunan dasar di dalam stereoploter).


SesuOatr operator mengadakan orientasi retatif dan mengukur koordinat model
X, Y dan Z sejumlah perpotongan kisi, maka konslanta transformasi seperti
dinyatakan dengan Formula B.28 dalam L.ampiran B antara koordinat model
X, Y serta Z dan suatu sistem koordinat kontrol X',Y' dan Z', ditentukan
secara analitik. Sistem koordinat pengendali (kontrcl) dalam X', I'terdiri atas
nilai koordinat titik perpotongan kisi yang sebenarnya, dan Z'bernilai nol
bagi semua titik. Koordinat X, Y serta Z titik pusat perspektif sebelah kiri
kemudian ditentukan den g an men g gunakan kon stanta transformasi menurut
Formula B.28 untuk suatu titik yang koordinatX',Y''nyabersesuaian dengan
titik pusat pelat kisi bagian kiri yang koordinat Z''nya sama dengan jarak
titik api yang diatur dalam kedua proyektor. Dengan cara seperti itu, koordinat
X, Y dan Z dari titik pusat perspektif sebelah kanan ditentukan dengan
menggunakan nilai konstanta Eansformasi untuk satu titik yang mempunyai
koordinat X'dan I'bersesuaian dengan titik pusat pelat kisi sebelah kanan
dan yang juga mempunyai koordinat Z' sama besar dengan jarak titik api yang
telah diatur di dalam proyeltor.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, model keruangan yang terben-
tuk oleh pelat kisi tersebut harus merupakan kisi yang seragam yang berada
dalam satu bidang datar. Perbedaan-pe6edaan besamya ukuran antara koordi-
Gembar 14.E Metode pelat-kisi dalam penentuan koordinat model pusat pers- nat model X, y dan Z perpotongan kisi dan koordinat X', Y' setla Z'-nya me'
pektif proyektor dalam instumen stereoplotter. rupakan petunjuk adanya penyimpangan dari keadaan yang ideal. Perbedaan-
perbedaan ini dapat disebabkan oleh kurang benarnya pengaturan alat, perbeda-
potongan kisi-kisi pada pelat kisi sesuai dengan koordinat foto, dan koordinat an skala antara proyeksi X dan Y dalam stereoplotter, kedudukan sumbu X
model perpotongan kisi-kisi sebagai koordinat medan, masalah interseksi dan Y pada koordinatograf di dalam stereoploter tidak siku-siku, dan lain-lain.
ruang (space resection) yang diuraikan dalam Butir ll.l2 terpecahkan untuk Perbedaan-perbedaan (atau kesalahan)- ini dapat digunakan secara matematik
memperoleh kmrdinat titik pusat perspektif X, Y dan Z. Sekurang-kurangnya untuk menyatakan perubahan-perubahan bentuk model tiga-dimensional mela-
hanrs dibaca tiga buah titik perpotongan kisi-kisi untuk satu hasil perhitung- lui penggunaan persamaan-permmzum observasi seperti:
an, tetapi dalam pelaksanaannya dianjurkan untuk membaca paling sedikit
empat buah sudut. Apabila dibaca empat buah titik atau lebih maka perhi-
vt= attX + apXY +aPXz + agfi+a15fi
tungan dengan kuadrat terkecil dapat digunakan. Pengujian demi pengujian + arcX2Y + aeXrt + aft*rt
memperlihatkan bahwa ketelitian yang diperoleh dengan dapat ditentukannya vy= aztx + a22Y + ayXY + azd2 + a25f (r4.2)
kmrdinat titik pusat perspektif itu semakin bertambah dengan bertambahnya + az7xzY + a27XY2 + a2d?Yz
jumlalt pembacaan titik kisi-kisi lersebut, akan tetapi tidak dapat diperkirakan vz= a3tX + a32Y + ay)(Y + azd? + a35P
berapa ketelitian yang diperoleh dengan membaca sekitar lebih dari l0 titilr + a3dtzY + q7XY2 + a3{0f
Masing-masing metode yang diuraikan di atas tersebut mampu
menghasilkan koordinat titik pusat perspektif dengan ketelitian yang baik; Di dalam Persarnaan 14.2,v merupakan perbedaan nilai pada aruhx,Y
akan tetapi, metode yang paling teliti guna penentuan koordinat titik pusat dmt Z dmt a menrpakan koefisien yang mencerminkan keadaan perubahan ben-
perspektif melibatkan pengukuran model stereo yang terbentuk oleh pengori- tuk model tersebut. Suatu rangkaian tiga persamaan dari jenis Persamaan 14.2
entasian secara relatif terhadap sepasang pelat kisi yang telah dipusatkan seca- dapat ditulis bagi masing-masing model titik kisi yang terbaca. Apabila diba-
ra tliti di dalam proyektor-proyektor. Secara ideal, model yang dihasilkan ca 8 buah titik, maka penyelesaian masalatr untuk 24 buah titik a yang tidak
sehanrsnya menrpakan suatu bidang dengan ukuran kisi yang seragam (ukuran diketahui dapat dikerjakan. Apabila diperoleh lebih dari 8 buah titik, maka
458 459

perhitungannya dapat dikerjakan dengan carakudrat terkecil. Sesudah koefi- Beberapa macilm teknik trianggulasi analitik yang berbeda-beda telah
sien-koefisien ini ditentukan, maka Persamaan 14.2 dapat digunakan untuk mengalami kunajuan. Akan tetapi pada dasamya semua metode terdiri dari
membetulkan perubahan bentuk bagi setiap titik model yang secara berturut- penulisan persamaan kondisi yang menyatakan unsur-unsur yang tidak diketa-
turut dibaca dalam trianggulasi semianalitik. Jadi, cara kerja dengan model hui tentang orientasi luar masing-masing foto udara dalam hal tetapan kame-
jaring-jaring ini tidak hanya menghasilkan koordinat titik pusat perspektif ra, koordinat foto yang terukur, dan koordinat medan. Persamaan-persamaan
saja tetapi juga memberikan kemungkinan pekerjaan pembetulan-pembetulan tersebut dikerjakan untuk menentukan parameter orientasi yang tidak diketa-
kesalahan sistematik pada stereoploter. Oleh karenanya bersifat mempertinggi hui, dan baik secara serentak maupun berganti-ganti diperhitungkan besarnya
ketelitian rianggulasi udara secara keseluruhan. koordinat titik penerus tepi. Metode yang paling umum digunakan mengete-
ngahkan salah satu dari dua buah ketentuan, yaitu kolinearitas atau kebersa-
maan garis dan koplanarltas atau kebersamaan bidang. Cara bekerja analitik
telah dikembangkan yang secara serentak dapat memaksa kedudukan kebersa-
BAGIAN III. TRIANGGULASI UDARA ANALITIK maan garis atau kebersamaan bidang ke dalam unit-unit yang terdiri atas pa-
sangan foto udara stereo, triplet stereo, blok-blok kecil, dan bahkan blok-blok
besar foto udara.
I4.7 PENGANTAR

Pendekatan yang paling sederhana bagi rianggulasi analitjk terdiri dari 14.8 KONDISI KEBERSAMAAN GARIS
langkah dasar yang sama dengan trianggulasi udara dengan metode analog dan
meliputi: (l) orienuasi relatif bagi setiap model, (2) menghubungkan model Kebersamaan garis (kolinearitas), seperti diuraikan dalam Lampiran C,
yang berdampingan untuk membentuk satu jalur yang berkesinambungan; dan merupakan kondisi kedudukan titik pemotretan, titik sasaran mana pun, dan
(3) penyesuaian jalur tersebut kepada titik kontrol hasil pengukuran lapangan. gambaran cifanya yang seluruhnya terletak di satu garis lurus. Kedudukan da-
HaI yang berbeda mengenai metode analitik ialah bahwa masukan utamanya lam kebersamaan garis tersebut dilukiskan pada Gambar 14.9 di mana L, a
terdiri atas koordinat foto titik kontrol dan titik penerus tepi yang diukur seca- dan A terletak dalam satu garis lurus. Dua buah persamaan menyatakan kondi-
ra tepat. Selanjutnya orientasi relatif dikerjakan secara analitik berdasarkan si kebersamaan garis bagi sembarang titik di atas foto udara; sebuah persama-
atas koordinat teruku dan konstanta lcamera. an bagi koordinat foto x dan yang lainnya untuk koordinat foto y. Asal persa-
Trian g g ulasi analitik cenderun g lebih teli ti j ika dibandin gkan dengan maan lersebut ialah Persamaan C.5 dan C.6 pada Lampiran C. Untuk mudah-
cara analog atau cara analog semianalitik, terutama disebabkan karena teknik nya ditulis lagi di sini:
analitik secara lebih efektif dapat memperkecil kesalahan-kesalahan sistematik

_ rl mn(x - x) + mnT -Y)+ mn(4- z-D] t,o.rl


seperti misalnya karena pengkerutan film, distorsi karena pembiasan atmos-
fer, distorsi lensa dan sebagainya. Tidakjarang, misalnya, untuk koordinatX x=
dan y titik penerus tepi secara analitik harus ditempatkan dengan ketelitian
hingga l/15.000 tinggi terbang, dan untuk koordinatZ harus ditempatkan de-
1ry1(.X - x)
+ m32(Y Y) + my(Z zr)
- - )

ngan ketelitian hingga l/10.000 ketinggian terbang. Bahkan ketelitian yang


lebih tinggi masih dimungkinkan dengan cara kerja yang khusus. Keunggulan
lain metode analitik ini ialah terbebas dari hambatan-hambatan optik dan r
v=
- r,l
mzlx
- x) + mzzT
X)+ m32(Y
- Y) + mzt(z-- Z-t).'l
my(Z Zt) )
t,o.o,
mekanik yang disebabkan oleh stereoplotter. Foto udara dengan panjang fo-
l-ryr\ - -YD+ -
kus, kesendengan dan ketinggian terbang seberapa pun dapat dikerjakan
Di dalam Persamaan 14.3 dan 14.4, x dan y merupakan koordinat foto
dengan ketepatan yang sama Keterbatasan metde analitik ini ialah bahwa
daripada gambaran satu titik objek; X, Y danZ merupakan koordinat lapangan
perhitungannya rumit dan sukar untuk dimengerti. Di samping itu juga diper-
dariiada [itit oulet tersebut; xt, Yt dan Z2 merupakan koordinat medan titik
lukan suatu komputer dengan kapasitas penyimpanan serta kemampuan
pemotretani,f ialah panjang fokus kamera, dan huruf-huruf m (diuraikan dalam
perhitungan yang relatif tinggi untuk memperhitungkan sejumlah besar data
yang menyangkut permasalahan yang luas secara murah dan cepaL
butir B.7 pdOa Umgiran B) merupakan fungsi rotasi sudut-sudut omega, phi
dan Kappa.

ti
4ffi 461

Gembar 14.9 Kondisi bersamaan garis. Gambar 14.10 Kondisi kebersamaan bidang.
Persamaan kebersamaan garis tersebut bukanlah persamaan garis lurus
dengan menggunakan teorerna Taylor seperti diuraikan dalam'Lampiran C.
14.9 KONDISI KEBERSAMAAN BIDANG
Bentuk-bentuk setelah pelurusan tersebut ialah Persamaan C.ll dan C.l2
dalam I-ampiran C, dan untuk jelasnya juga diulangi lagi di sini:
Kebersamaan bidang (koplanaritas), seperti diuraikan di Gambar 14.10,
bt@a)
- u@hl- b s@Yil
vx = + b p(dtb) + b s@r) b merupakan keadaan di mana dua bgah stasiun pemoEetan suatu pasangan foto
(14.5) stereo, sembarang titik objek, dan gambaran titik yang bersangkutan di atas
vy= -brc(ilil+bu@()+bs@Y)+b6@Z)+J
bz(da) + b22@$ + by@r)-bzq@{r)-bx@Yil dua buah foto udara tersebut semuanya terletak dalam satu bidang yang sama.
(14.6) Sebagai contoh dalam gambar misalnya, titik Ll, Lz, ar a2, dan A semuanya
-b26@27+bzq(il{)+b25@Y)+b26(dZ)+K terletak dalam satu bidang yang sama. Persamaan kondisi kebersamaan bidang
Dalam Persamaan 14.5 dan 14.6 v, dan v, merupakan kesalahan resi- tersebut adalah
dual dalam koordinat gambar terukur x dan y, da, dQ, dan dr ialah koreksi
O= Bx@fr--DzF) + By{E2Fy11F) + Br(EpzlzDi 04.7)
terhadap pe*iraan awal bagi sudut orientasi foto udara: dXp, [Yy dan dZL
ialah koreksi teriadap perkiraan awal bagi koordinat titik pemoremn; dan il(, di mana
df , dan dZmaryakan koeksi 0erhadap nilai-nilai awal bagi koordinat nrang rJ By = Xy2-Xs,
titik objek. Huruf D ialah koefisien yang diuraikan di dalam I-ampiran C. Ka- Bv= Y7r-Ys,
rena istilah nonlinier diabaikan dalam teorema Taylor tentang liniarisasi, ma-
ka bentuk yang dibuat lurus dari persamaan tersebut sebenarnya menrpakan 82 = 272--27,
nilai perkiraan saja OIeh karenanya nilai tadi diperhitungkan secara berulang- p =(mp)x+(mzily-@zilf
ulang, seperti diurailon dalam Lampiran C, hingga besamya nilai koreksi ter- fi =(m1)x+(gily-@tif
nadap pertiraan awal menjadi nilai yang dapat diabaikan. f =(mp)x+(mzily-@df
462 463

I
Di dalam Persamaan l4.7, ta^daangka dan Z padahunf D, E dn F
*u d+ +d c* +c i+
menunjukkan pengertian tentang foo udara-ke-l dan foio rar* ti-1.
lrrnuf ,z
sekali lagi merupakan fungsi sudut putaran omega, phi dan tappa irat
terse-
but ditentukan dalam Butir 4.7 Lampiran B. Seb-uah'per*r-niiu".rur*,
bidang dapat dituliskan untuk masing-masing titik objek
6t;;;.-y" +h +h +c h+ +( +h t+
tampak pada kedua foto udara yang berpasangan tenebui. pe;sa;a;n kebersa-
maan bidang tidak berisi.koordinat ruang yang tidak diketahui,
sebenarnya
persamaan itu hanya berisi unsur-unsur oiientasi luar dua
urat roto yung
1t r *1 i+ +1+it
berpasangan itu. oleh sebab itu, sesudah perhitungan tentang unsur
orientasi
luar tersebut, maka koordinat tirik objet dihitungloengar r-.r*ur*- p"r- Gambar 14.11 Letak titik penerus bagi perpanjangan kontrol dengan menggu-
palan- ry19ksi keruangan (space resecrion probrin) se!"ni aiuraikan oaram nakan monokomparator.
Butir 11.13.
seperti persamaan kebersamaan garis, maka persamaan kebersamaan kedua lembar foto yang berdekatan. Alat pemindah titik dari Wild PUG4 pada
bidang bukan persamaan g3lrs iiuuat pe.sariraan garis oengan m"rg-
e !*r
gunakan teorema Taylor. lvlengubah persamaan kebersamian
Gambar 14.12 merupakan suatu alat yang khusus dirancang untuk menandai
bidan; meniaii titik penerus yang bersangkutan. Dengan alat ini maka suatu pasangan foto
persamaan garis agak lebih sukar dibandingkan dengan persamaan
titersama- yang berbentuk diapositif ditempatkan di atas meja sinar. Sepasang diapositif
an garis itu sendiri dan berada di luar pembicaraan uutu ini. et- etuji ourt , tersebut diamati secara stercoskopik melalui pengamatan sistem binokuler
p!:taku yang tertulis pada akhir bab ini menerangkan semua cara t'erja ini. dengan memperhatikan tanda apung telah menyatu satu sama lain dalam ke-
Kebersamaan b^idang hampir tidak digunakan secai luas seperti teuer-simaan nampakan optiknya. Deng;an menggunakan sekrup gerakan-lambat, diapositif
garis di dalam fotogrametri analitik. -
tersebut dapat diatur sedikit demi sedikit dalam arah x dany sehingga tanda

t!
l. apung tersebut tampak mendarat secam tepat di atas titik yang harus ditandai.
14.10 TITIK PENERUS TEPI BAGI TRIANGGULASI UDARA Lubang kecil yang terletak segaris dengan titik apung itu tadi kemudian ditu-
ANALITIK 1
runkan, dan dibuat lubang-lubang ke dalam lapisan emulsi untuk menandai
i titik-titik yang benangkutan tadi. Dengan alat pemberi tanda dan alat pemin-
dah titik apa pun perlu diingat, bahwa pembuatan lubang-lubang tersebut me-
. . P4* rianggulasi.udara anaritih titik penerus tepi ditempatkan daram
posisi baku seperti tersajikan pada Gambar i+.tt. ritit penrru tepi di tempat itu. Jadi tidak lagi dapat diusahakan
dapat rusal&an lapisan emulsi
berupa kenampakan alant, wtapi dengan alasan-alasan yang sarna teuiti
aisutai kembali perbaikan dalam pengenalan lokasi gambar, dan setiap kesalahan da-
titik yang ditentukan secara buatan leperti yang srdrl di-tentukan aatam tri- Iam penentuan posisi tersebut bersifat tetap. OIeh karenanya hanrs dikerjakan
secara analog. Apabila suatu stereokompararor (lihat Burir 14.l l) dengan sangat berhati-hati.
T_g8_rlPi
(tlgunalQn untuk mengadakan pengukuran koordinat foto, maka hanya tigi
buah tilik peleru1 yang perl_u gitandai di sepanjang sumbu yang riretatui
)
titik pusat setiap foto, sama halnya dengan tiianggurasi uoara irria araog 14.11 PBNGUKURAN KOORDINAT FOTO
atau rianggulasi udara semianalitik (Gambar l4.4At.Tetapi apabila oiunarran
monokomparator, maka sembilan buah titik (enam buatrtitik paoa timpaan Apabila titik penerus telah ditandai di atas diapositif, maka berarti siap
depan.foto dalam satu jalur) semuanya harus diberi tanda pada temuar'foto, untuk pengukuran komparator. Koordinat gambar semua titik konrol yang
seperti tersajikan pada Gambar 14.l l. tJ. diukur di medan juga diukur. Baikrnonokomparator maupun stereokompara-
Di dalam pemberian tanda secara buatan aas titik penerus untuk peng- tot dapardigunakan untuk maksud ini. Pengukuran-pengukuran dengan mono-
- komparator dilaksanakan secara monoskopik dengan menggunakan selembar
$uryn ry9ry_komparator, beberap_a titik seperti misalnya a, e, W, paaa f
Qambar
l4.ll., tampak semuanya di aas tiga buah foto yi,ng b;;6. M.-
sing-masing titik tersebut ini dileakkan secara sembarang i";u a ua, roto,
demi selembar, seperti dibicarakan pada Butir 5.7.
Stereokomparator secara serentak mengukur koordinat foto tilik+ilik
lqg bjasanla adalah titik tengah foto yang tampak; terapi-sekali oueri tanoa yang bersangkutan di atrs pasangan stereo diapositif. Alat ini mempunyai dua
maka harus dipindahkan dengan hati-liari ke toirasi yan! bersangkutan pada macam sistem pefrgukuran yang terpisah, sebuah untuk masinS-masing foto.
464 46s

Gambar 14.12 Instrumen pemindah titit stereoskopik. (seizin wild Heerbrugg


Instruments, Inc.)

SgUrlmengadakan peng:rmatan melalui binokuler sepanjang jalur optik, le-


tak kedudukan diapositif tersebut disesuaikan hingga tanoa apung rujukannya
tampak menempel tepat pada titik yang dikehendaki. Dalam tieouautan oemi-
Gambar 14.13 Komprrltor stereo wild STK-I. (Seizin Wild Heerbrugg
Instruments, Inc,)
kian ini ukuran-ukuran dicatat bagi kedua buah foto. Sistem pengukuran desar I
stereokomparator wild srK-l yang ditunjukkan daam Gambar 14.13 terdiri
atas se,krup pengatur. Di dalam alat ini digunakan dua buah tempat pengukur-
an, yaitu: (l) bagian bawah yang mengandung kedua buah piringan dan-men-
catat xl dan y1, yaitu koordinat sebuah titik pada piringan seGhh kiri; Oan
(2) bagian atas yang mencatat p, dan py, yutu salinan kecil .r dan y yang
$pt luk- untuk menempatkan tanda apung berimpitan dengan titik yang di-
inginkan. selanjutnya koordinat.r2 dan y2 bagi foto sebehh [anan aaaan

x2= xl + p,
!2= lt + Py (14.8)
Stereokomparator Zeiss pSK pada Gambar 14.14 menggunakan
- .
sebuah kaca berkisi cenT1 sebagai alat pengukuran utamanya.Diafrsitif di-
pasang menempel sekali di atas kisi-kisi tersebut tadi dingan alat tanda
apyg, tambahan.r dan y dari titik png diukrn terhadap garis Esi terkalibrasi .)
terdekat diukur dengan suatu mikrometer. stereokomplrator srK-l dan psK
kedruduAnp dapat dihca hingga milcrometer te*ecil-(mikrron).
Kern cPM-l yang tergambar pada Gambar 14.15 bertindak baik seba-
.gai
setuah alat pem.indah titit/pemUeri tanda pada titik maupun sebagai se-
hnh komparator. sistem pengamatan kenrangannya memungkintan in".-
patan tanda apung secara tepat di atas titik-titik yang hams ditanihi dan
Gambar 14.14 Komparator stereo zeiss PSK. (Seizin Carl Zeiss, Oberkochen)
46 467

diukur. Apabila tanda tersebut telah ditempatkan, maka lubang yang segaris 14.12 PEMURNIAN KOORDINAT FOTO
dengan tanda apung tadi dapat digunakan untuk mengenal titik di atas kedua
piringan, dan koordinat foto titik di atas piringan sebelah kiri dapat diukur.
Dengan menggabungkan dua mrcam pekerjaan ini, baik pendayagunaan mau-
I Untuk mencapai kemungkinan tingkat ketelitian tertinggi di dalam
perhitungan analitik, maka koordinat foto yang terukur harus dikoreksi dari
pun ketelitian dapat diukur.
O.M.I. Nisri TA-3/P menggunakan tiga buah piringan secara ,{ , beberapa kesalahan sistematik yang menyebabkan terjadinya distorsi dalam
- operator
serentak Seoang d4pat mengamati baik pasangan stereo sebelah kiri
kedudukan gambar. Hal ini benar-benar terjadi baik pengukuran itu dilakukan
;. den gan meng gunakan monokomparator maupun den gan stereokomparator.
maupun pasangan stereo sebelah kanan. Tiga buah bagian pengukur yang ter- Koreksi terhadap distorsi sistematik citra yang biasa dilakukan di dalam foto-
pisah, masing-masing bekerja atas prinsip sekrup-kendali, memungkinkan t grametri analitik ialah: (l) pengurangan koordinat terukur terhadap sistem
pengukuran koordinat foto secara serentak terhadap titik-titik yang sama di
sumbu dengan titik utama/foto udara sebagai titik pangkal, (2) koreksi terha-
atas tiga buah foto. Teknik ini meningkatkan daya guna pengukuran, tetapi dap pengkerutan ataupun pengembangan film, (3) kompensasi atas distorsi
mungkin keunggulannya yang lerbesar ialah untuk penghapusan kesalahan lensa kamera, dan (4) koreksi untuk pembiasan atrnosferik. Apabila keduduk-
dalam pengenalan tilik-titik Fsangan stereo yang satu ke yang lainnya.
an titik objek harus ditentukan di dalam suatu sistem koordinat bidang atas
Sistem pengukuran semua komparator tersebut sangat bergantung pada pemotretan dari ketinggian terbang yang tinggi, maka perlu juga diadakan ko-
kesalahan sistematik yang kecil, tetapi hal ini dapat dibetulkan dengan mem-
reksi terhadap lengkung permukaan bumi. Semua jenis koreksi ini diuraikan
baca koordinat piringan yang mengandung kisi-kisi cermat, membandingkan
dalam Butir 5.8 hingga 5.14.
pembacaan terhadap kisi-kisi koodinat yang telah diketahui, dan selanjutnya
membuat model kesalahan secara numerik
I4.I3 ORIENTASI RELATIF PASANGAN STEREO DENGAN
KEBERSAMAAN GARIS
ot,
Orientasi relatif secara analitik sebuah foto stereo merupakan suatu
tiruan orientasi relatif plotter stereo dengan metode satu-proyektor. Foto sebe-
lah kiri ditetapkan pada tempatnya, orientasinya juga dipastikan, dan skala
model sejak awal disusun dengan merujuk kepada basis model sembarang.
Kemudian foto udara sebelah kanan disesuaikan dengan jalan memutar-mutar
dan merenggang-sempitkan jarak hingga seluruh paralaks y terhapus.
Orientasi relatif secara analitik digambarkan pada Gambar 14.16.
Seperti dilukiskan dalam gambar tersebut, foo udara sebelah kiri secara sem-
barang dipasang pada tempatnya dan mengorientasikan dengan mengatru ol,
0r, rr Xrr danYy, sama dengan nol. Zyrjuga ditetapkan secara sembarang
pada sesuatu harga bulat, misalnya, mendekati harga sebenarnya ketinggian
terbang foto udara. Selanjutnya Xp, drtetapkan pada suatu nilai sembarang,
misalnya kira-kim sama dengan basis udara yang sebenamya Dengan hgitu
t) berarti menetapkan skala model keruangan matematik kira-kira sama dengan
skala sebenarnya. Suatu cara kerja alternatif yang nyaman iatah dengan
menempatkan 27, tepat pada angka nol dan X1, ditetapkan pada harga men-
dekati basis foto (arak di foto antara titik utama dan titik urama pindahan).
Hal ini menciptakan suatu skala model yang mendekati nilai sama dengan
skala foto udara $an sangat menguntungkan untuk menganalisis hasil-hasit
Gembar 14.15 Komparator/alat pemasang tanda Kern CPM-I. (Seizin Kern perhitungan karena penyimpangan-penyimpangan baku dalam menghitung
Instrumeilr, Inc.)
46E
469

maan garis bagi kedua foto paling sedikit untuk lima buah titik objek. Perpo-
rix.o
f- tongan sinar yang bersangkutan itu secara otomatis dipaksakan karena per-
I or =o
samaan-persamaan yang berasal dari kedua buah foto bagi sebuah titik objek
I ,, =o tcrtentu mengandung koordinat keruangan yang sama. Sistem persamaan ke-
| *, =o bersamaan garis yang dirumuskan itu mengandung lima buah unsur yang
lr.,,=o xrr(tetap)
belum diketahui sehubungan dengan orientasi luar bagi foto 2 (<o2, Qz,r2,
L"',
=o
YbM 4o) drtamban figa buah koordinat ruang objek yang belum diketahui
(X, f dan }bagi masing-masing titik yang digunakan dalam pemecahan ma-
salah.
Bagi masing-masing titik yang digunakan dalam orientasi relatif, dapat
ditulis empat buah persamaan kebersamaan garis: sebuah persamaan.r dan y
dalam bentuk Persamaan 14.5 dan 14.6 bagi masing-masing foto pasangan
zrr(tetap) foto stereo. Dengan menggunakan 5 buah titik objek, dapat dituliskan 20
persamaan dan satu pemecahan hasil yang unik karena jumlah yang belum
diketahui juga 20, yaitu 5 buah parameter orientasi luar yang belum diketahui
bagi 2 foto ditambah 15 koordinat titik objek belum dikerahui,(Ingatlah kem-
bali bahwa lima buah titik model juga rnerupakan jumlah minimum yang
dipersyaratkan bagi orienasi relatif dengan stereoplotter).
Di dalam cientasi relatif analitik boleh digunakan lebih dari lima buah
titik. Di dalam hal ini masing-masing titik tambahan menambah empat buah
persamaan dan hanya ada tiga unsur saja lagi yang belum diketahui. Jadi
masing-masing titik tambahan menambah adanya kelebihan satu persamaan.
Apabila keadaan berlebihan ini terjadi dalam sistem persamaan, maka boleh
digunakan teknik kuadrat terkecil untuk memperoleh nilai yang mungkin ada.
Apabila digunakan 6 buah titik untuk orienrisi relatif, akan menghasilkan
suaE sistem yang terdiri atas 24 buah persamaan dan 23 unsur yang belum
diketahui, dan apabila digunakan lQ buah titik, akan dihasilkan 40 buah
Gambar 14.1d Orientasi relatif analitik persamaan termast* 35 unsur yang belum diketahui. Dalam pemecahan masa-
sebuah pasangan foto stereo. lah tersebut, metode matriks yang bertindak mengelompok-ngelompokkan
y dengan sangat nyata dapat memperkecil beban perhitungan dalam pemecahan
model X, dan Z menjadi mendekati saruan koordinat
mH" foro yang masalalr sistem persamaan yang besar jumlahnya ini.
Sebelum pemecahan persamaan kebersamaan garis tersebut, harus di-
Adapun orienasi reratif stereoprotter,
orientasi reradf analitiknya diper- tentukan terlebih dahulu pendekatan bagi nilai-nilai yang belum diketahui.
oleh dengan cara memaksrk ,
Gdfiiiiui" rrn*-sinar yang benangkuran Bagi foto udara yang dianggap sebagai foto udara tegak, pada umumnya harga
sal.ing berpotongan di saru.ritik.
Ddrt;;* ra.r6, siriar-s.i#ili,,, nol digunakan untuk perkiraan awal bagi o)2,Q2,K2, dan Y4. Nilai awal
rarhn untuk enam buah,ritik oari e rfingga
sebut. Keenam buah titik tersebut paoa
r-rampar(;;il;liJ#isi o.r-
r"r- Mg ZI4 dapat dipilih nilai yang sama dengan nilai untuk Z1r. Pendekatan
yang sama seperti harnva bagi
iisamla brretak pada bagian daerah
orienasi retarir'srcreoprorter dan titik rercbut nilai koordinat keruangan dapat diskalakan dari foto udara, a[au akan lebih
berimpit dengan temnai+effirfidk p"i;yang enak apabila dihitung dengan menggunakan persamaan paralaks, yaitu Persa-
14' I l. Pelaksanaan secara serenak
dirunjur-*an pada Gambar
tiuersar,iar, g:ms mernpertemukan sinar maan 85 hingga PersamaanS.T dengan menggunakan foto stereo tegak.
yang berkaian diupayakan
dengan r"nurcffi"*raan-persam:un Misalkan dalam uientasi relatif analitik pada Gambar 14.16 digunalran
kebena-
enarn buah titik. Dalam benti* matriks, sistem yang terdid alas 24 persama-
470 471

o o o (u,.,), (n,J, (t,"), 000


0 00 0 000 000
o o o (or.), (rrJ, (n"), 000 0 00 0 000 000
aa 000000 (,,,.), (r,.), (r,,) 0 00 0 000 000
00 000 000
00 000000 (,r), (,r,), (,r), 0 0

00 000000 000
('"), 00 0 000 000
000000 000 ('*), 00 0 000 000
000000
000000
000
000
0 (*,), (''), ('.J, 000 000
000000 000 0 (''), ("J, (', \ 000 000
:: 000000 000
0 00 0 ('.,.), (',,,),0.,.), 000
00 000000 000
A= oo 000000 000 0 00 0 (,,J, ('*), (',"), 000
(",,), ('",,), n,J, (-n,), (-n,J, (n,.), (,",J, (n,J, 000 0 00 0 000 (r,J, (t), (r'J,
(n,), (".), n,,), (-n ), (-n*), (n,), (n"), (,",J, 000 0 00 0 000 (r), (+J, (o,),
(r,,), (r,), u,u), ('0,*). (-u,"), o o o (',"), (',,,), (u,,,), 0 00 0 000 o0o
(",), (*.), ,a,), (-oa,), (-oa"), o o o (r,), (,",), (**), 0 00 0 000 000
0 00 0 000 000
(n,,), (n,J, n,,), (-n,), (-n"), o o o 000
00 0 000 000
0.
(,,,), (n,), n,), (-""), (-n*), o o o 0 t0 0 ('""), 00 0 000 000
(*,,), (*,), 0,,), (-u,,), (-0,,"), o o o 000 ('*), 00 0 000 000
(""), (",), *.), ('r,,). (-r,"), o o o 000
0 ('n), ('"J, ooro), 000 000
(n,,), (n,J, n,,),(n,,).(-,.,"), o o o 000 (,,J, ('*), 000
0
bdz6), 000
(r,,), (r.), 0,,.), (-0,,,), (-u,,"), o o o 000
(n,J, (n',), (n,J, 000
0 0 0 0
(",,), (+,), u,,), (-+,,), (-0,,,), o o 00{)
o
0 0 0 0 (";), 0*), ('*), 000
(r,), (r.), 0,,), (-u,,), (-0,*), o o o 000 (r,.). (r,,). (r,J,
0 0 0 0 000
0 0 0 0 000 \0,"), \0,"), (tJ,_
an meliputi 23 buah unsur yang belum diketahui tersebut dapat dinyatakan
sebagai berikut:
piran C. Huruf penunjtk a, b, c hingga/dimaksudkan untuk menunjuk titik-
z$zt z{t = z*Lr + zqVt (14.e)
I
iitit yang berkaitan a,b, c,......./, angka penunjuk dimaksudkan untuk
Perhatikan bahwa Persamaan 14.9 mempunyai bentuk yang sama de- menunjul foto udara sebelah kiri angka penunjuk 2 untuk foto udara sebelah
ngan Persamaan A.l0 pada Lampiran A. Setiap satu unsur matriks A dapat kanan.
diketahui dalam halaman 472, dan hal. 473 tersebut untuk X, L dmtV di- Dengan mempelajari matriks-matriks ini, terutama matrik A, maka
tunjukkan pada tnlaman 47 4. sifat sistemltiknya menjadi jelas. Kenyataan bahwa ada banyak sub-sub
Nilai-nilai dalam matriks ini berasd dari Persamaan 14.5 dan 14.6, dan matriks berharga nol juga menunjukkan kemudahan yang relatif bahwapenge-
metode penghitungannya masing-masing diterangkan dalam Butir C.4 I-am- lompokan dapit oiteraptan dalam pemecahan masalah. Persamaan 14.9 dapat
dipecahkan dengan kuadrat terkecil dengan menggunakan Persamaan A.12,
t
472 473

yang akan menghasilkan nilai paling mungkin bagi koreksi kepada nilai awal
ini, maka diperoleh peningkatan perkiraan yang baru bagi nilai yang belum
dikelahui tadi, dan ini semula digunakan untuk merumuskan matriks itu lagi , d-t (- J,)t (v,.)r
dan mengulang pemecahan masalah tersebut. Pengulangan yang kedua kalinya r

ini akan menghasilkan satu deretan koreksi yang lebih sedikit, yang ditam- do, (- K")t (vr,)r

bahkan kepada perkiraan yang sedang berlangsung. Pemecahan masalah terse- al


'{
,l d*, (- J)r (v,Jr
but diulang-ulang hingga besarnya semua nilai koreksi itu dapat diabaikan, drr. (-K)r (vrr)r
sehingga nilai akhir yang digunakan sebagai perkiraan merupakan pemecahan
bagi unsur-unsur yang belum diketahui tadi. dzr. (-J")r (r,Jr
Sesud:rh orientasi relatil koordinat model titik-titik penerus tadi dapat dx^ (-KJ' (vr")r
diketahui. Mereka merupakan nilai yang sama yang kiranya akan terbaca da-
dy^ (- Ja)r (vr)r
lam stereoplotter apabila suatu orientasi relatif dengan cara satu proyektor di-
laksanakan dengan proyektor sebelah kiri dan dengan basis model teup seperti dz^ (- Ka), (vrr)r
diuraikan untuk cara kerja analitik. Sistem koordinat model adalah sembarang (v,)r
saja dengan sumbunya sejajar terhadap sistem sumbu foto udara sebelah kiri
dx, ('J")r
dan titik pangkalnya sejauh jarak 22, tegak lurus di bawah titik pemotretan dvo (- K")r (vr"),

sebelah kiri. (vrr),


dz, 1-l)t
Dengan unsur-unsur orientasi lual yang telah diketahui sesudah orien-
tasi relatif tadi, maka koordinat model setiap titik kontrol hasil pengukuran t- dx, l- 1- K)r V_ (vy)l
medan atau titik-titik lain yang mana pun yang muncul di datam model stereo dyc (- J,)z (v.,")z
dapat diperoleh dengan menggunakan metode yang dijelaskan pada Butir , dzc (- K,). {vr,)z
ll.l3. Titik-titik tambahan ini juga mungkin dapat digunakan didalam d

(vrr)z
orientasi relatif, tetapi dengan demikian berarti menambah pengulangan yang dxo Gt)z
tak perlu pada pemecahan masalah. dyo (- K)t (vro)z

dzo (- J,)z (vr,)z


14.14 PENYUSUNAN JALUR dx, (- K")z (vr")z

Ada metode-metode yang berbeda dalam penyusunan jalur secara anali- dv, (vrr)z
?:la)z
tik, dan tiga di antaranya diterangkan di sini. Dalam metode pertama, masing- (-K)z (vr)z
dz,
masing pilsangan foto udara stereo dalam satu jalur dapat diorientasikan secara
relatif dengan cara yang diuraikan dalam Butir 14.13. Hasilnya adalah suatu dx, (- J,)z (v*")z
rangkaian model bebas, yang masing-masing memiliki sistem koordinatnya dyt (- K")z (vr,)z
sendiri-sendiri. Sama benar dengan trianggulasi udara semi-analitik, model-
dz, (vr)z
model yang berdekatan merlgandung titik-titik yang sama dalam kedua buah 23 1_ Jy)z
model. Dengan memakai koordinat-koordinat titik yang bersamaan tadi, dan (vrr)z
1_ K1)z
juga dengan memanfaatkan koordinat titik pemotretan yang bersamaan, maka .) 24 24

transformasi koordinat tiga dimensional secara berturut-turut dapat dikerjakan


untuk menggabungkan model yang berdekatan dan membentuk satu model Cara pendekatan lainnya dalam pembentukan jalur yang dikenal seba-
yang berkesinambungan dalam jalur. Cara kerja ini dikenal dengan sebutan gaimetode berurutan (sequential method) dikerjakan secara serentak dengan
metode analitik model-nndel bebas (analytical method of independent mo- orientasi relatif. Ini merupakan cirra perhitungan yang lebih ekonomis dalam
dels). pengertian waktu karena kebutuhan akan pembentukan jalur dengan cara trans-
formasi koordinaFtiga-dimensional yang banyak sekali jumlahnya itu dapat

d
-)

474 475

ditiadakar. Dalam metode bennutan tersebut, model png pertama diorientasi-


kan secararelatif seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Akan tetapi, untuk
pasangan sterco 2-3 unsur-rmsur orienhsi luar foto udara sebelah kiri ditetaP
kan sama dengan nilai yang telatr ditentukan dari orientasi relatif pada model
l-2. Ini secara otomatis berarti mempertahankan sistem koordinat model 1-2
,l
L'-'- -

bagi model yang kedua Cara kerja trsebut serupa dengan metode proyektor /==r#
multi (multiprojector method) dalam rianggulasi udara. Seperti halnya
dengan metode poyektor multi dalam rianggulasi udara, maka skala model 2'
3 mula-mula harus ditetapkan sembarang dengan jalan menetapkan basis mo'
del secara kira-kira" Selanjuhya dilaksanakan orientasi relatif dan koordinat
model bagi titik.titik penerus dihitung. Kemudian skala model2-3 diuji terha-
dap skala model 1-2 dengan cara menghitung paniang garis yang dimiliki ber'
sama antara kedua model tersebul Skala tersebut pada umumnya tidak sama
karena perkiraan panjang jarak garis basis model yang permulaan sekali bersi-
fat tidak pasti. Sebagai contoh, dalam Gambar l4.l7,.titik D dan F terletak
dalam model l-2, dan berdasar perhitungan letak mereka dalam model 2-3
ialah pada D'dan F'. Faktor skala.yang berkaian dengan kedua model terse-
but diperhitungkan berdasarkan atas panjang kedua potong garis tersebut
sebagai berikur

o- DF - /r, rn\
\r,.rv,,
" - D'F'..

Pada umumnyayang dipakai adalah hasil rata-rata dua atau tiga buah
nilai faktor skala yang ditentukan dari dua aau dga "garis skala" (scale lines)
yang berteda Semu kmrdinat dalam model2-3 kemudian dikalikan dengan
faktor skala untuk memperoleh koordinat yang telah diskalakan. Unsur-unsur
basis model bagi model 2-3 juga dikalikan dengan faktor skala dan koordinat
titik pemotretan yang bant bagi foto 3 diperoleh dengan menambahkan ma-
sing-masing unsur basis yang telah diskalakan kepada koordinat-koordinat X, Gambar 14.17 Penskalaan model 2-3 secara analitit ke model l-2 dengan per-
f
y dan bagi titik pemohetan 2. Dalam Gambar 14.17. L'3 menyatakan per-
antaraan skala garis.
kiraan titik pemotretan yang asli dan Lr adalah titik pemorehn yang diper-
oleh dengan menyeskalakan basis model. Perubahan panjang basis model ter- Cara kerja tersebut ini dilanjutkan sehingga seluruh model dalam jalur terse-
sebut ialah AD. but semuanya telah diorientasikan secan relatif. Jalur yalg dihasilkannya
Koordinat-koordinat titik penghubungan (carry-over point) yang telah akan merupikan jalur berkesinambungan dan dalam sistem kmrdinat pasang-
terskdakan dalam model 2-3 dibandinglcan dengan koordinat-koordinat titik r) an foto stereo yang permulaan sekali.
penghubung dalam model l-2, dmt setiap perbcdaan menyatakan suatu terje- Cara pendekatan lainnya untuk pembent*an jalur yang dikelal seba-
mahan yang hanrs diterapkan kepada semua koordinat model 2-3 yang telah gai trianggulasi udara rtga-foto (three-photo aerotriangulation) dikerjakan se-
terskalakan unnrk memperoleh koordinat model yang terakhir bagi model2-3. iara serentat dengan orientasi relatif. Pada metode ini, tiga lembar fo6 diang-
Setelah terselesaikannya model 2-3,maka model 3-4 diorientasikan gap sebagai suatu unit pokok yang dikenal sebagai suatu "triplet". Dfl1m ke-
secara rclatif dengan mempertalrankan parameter-parameter uienasi luar foto gu-naan yang biasa3emua parameter foo yang pertama dalam satu jalur ter'
3 rap @ nilai yang telah diteiaplon dalam orientasi relatif dari model 2-3. Uang Ailhpkan seblgai nilai sebesar nol. Skala sistem koordinat yang diha-
il
476 477

silkan dipastikan dengan menetapkan suatu nilai sembarang bagi Xl foto nrs, seperti titik kontrol, titik ikat dan sebag3infa daqal dimasukkan untuk
yang kedua Sekali lagi, apabilaXyrditetapkan pada suatu nilai yang lebih- ."irrniUrf, kekuatan geometrik pada pemecahan masalah. Sekali lagi, harus
kurang sama dengan jarak antara titik uama foto dan titik utama pindahan,
maka akan menghasilkan suatu skala dekat dengan skala yang menyederhana-
jl Ap"rtutitan bahwa itiaptitif obi"k mana pun yang tampak-hany-a
ioio sala tidak mempunyai penguiang-an d4fl pengukuran toordinat
pada dua
x. Hal
lni*niutp"nting bigi iitif tonrot, dan oleh karenanya titik tersebut harus
kan analisis dari pemecahan masalah tersebut. Apabila hal ini telah dikerja- hal nilai kontrol
kan, maka koordinat-koordinat Zbagi semua titik objek akan menjadi agak t rnput"r"6*yaf mrmgkin pada foto. Sylu $3tnaan dalam

mendekati nilai negatif dari panjang fokus kamera. Bandingkan ketiga foto firt-ffig5n tiOaf Oipat-Oitenali apabila titik tersebut diukur hanya pada
pada Gambar 14.11 sebagai gabungan tiga foto (triplet) yang pertama suatu duabuah foto saja
jalur terbang. Karena memiliki enam parameter foto pertama yang semuanya
telah pasti danXp foto kedua, maka tinggal lima buah parameter yang belum
diketahui bagi foto kedua, enam buah bagi foto ketiga, dan X, Y dan Zbagi
14.15 PENYESUAIAN JALUR
titik penerus a hingga i. Dapat diperhatikan bahwa bagi titik-titik a, b, c, g, h
Apabila suatu jalur telatr dibentuk dengan salah satu metode yang dite-
dan i, tidak ada pengulangan (redundancy) bagi pengukuran x di dalam riplet
permulaan ini. Hal ini dengan mudah dapat diwujudkan (visualized) dengan rangfan-fafam
-dtfiA.h Ugian tersebut di depan,.maka koordinat jalur model akan
b"gi setriutr titik penerus dan titik-titik konrol medan. Tetapi, bagi
memperhatikan persamaan paralaks, yaitu Persamaan 8.5 hingga 8.7. Karena
penerus yang berguna untuk pengendalian Plkerjaal fotogrametri
titit-titit
paralaks pa adadalam mashg-masing persamazm, dan karena Pa = xa 7o' , jalur
pengukuran x di atas kedua
-
buah foto diperlukan untuk menyelesaikan
s."rr"-b"ti^tan tdseU-ut, Oiertutan penyesgaian koordinat model dalam
ke
6;gi kg5rlrfi acak dan kesalahan sistematik dan untuk memindahkannya
masing-masing persamium. Akan tetapi dapat dikembangkan suatu persAmaan cara analitik,
tambahan serupa dengan Persamaan 8.7, yang di dalamnya terdapat yo'yang
a;ffi;ite koudinat medan. Jalur-jalur yang diperoleh dengan

@rnlAur-ialur yang Arurun <teng,n *itoOe anAog atau secara_semianali-


dengan mudah saling ditukar dengan ), . Jadi, terdapat kelebihan dalam hal y ,1. iif O"pi,t diiesuaiian-secara grafii, seperti yang dilukiskanpada Gambar
tetapi bukan dalam x bagi titik-titik yang terdapat hanya pada dua buah foto I
l4}b: dengan menggunakan lurva halus uniuk menggambarkan
kesalahan
saja-. Titik d, e danf masing-masing memiliki satu tingkat kebebasan dalam i*t jalur. Penyesuaian tersebut lebih baik diker-
pengukuran koordinat .r sebab mereka masing-masing tampak dalam tiga
iriri birn
j.ffi ;;
mpil-sepanjang
-potinomial, nordt
deirgan pemUuatan model grafik kurva tersebut dengan
Luah foto. Sekarang akan dapat dilihat bahwa, dengan memisalkan bahwa terutama dalam abad komputer- ini'
r-
garis terbang berlanjut ke arah kanan, bahwa titik g, h,'dmt i akan tampak di Kebanyakan polinomial yang dipakai untuk penyesuaian.jalur
yang
atas tiga foto dalam fiplet yang kedua. variasi persamium berikut ini:
terbentuk oleh fiangldasi udara-merupatran
Sesudah penyelesaian hitungan buat hal-hal yang belum diketahui pada
pembicaraan di atas, maka keseluruhan dari keenam buah parameter bagi foto N{ = ao+ arX + a2X2 + a3)F
yang kedua dianggap selesai di sepanjang koordinat jalur X, Y dan Z bagi LY = bi+ ifi
+ b2x2 + fux3 (14-11)
titik a hingga/. Triplet berikutnya akan terdiriatas foto 2,3,dut 4. Parame' M= ci+ c1x + c2x2 + c)P
ter (yang ielaiang tahh diketrhui) bagi tbto kedua tersebut dan koordinat jalur
i
X, aai Z bagi titik d, e dn bertindak sebagai pedoman atau pengendali DalamPersamaanl4.ll,NL^rdanMmerupakanperbedaanantam
f koodinatjail titik konrol dan koordinat kontrol medan bagi titik-titik yang
dalam penyelesaian masalah. Triplet ini mengandung l! b.uah pqamgtfr YanB
belum diketahui bagi foto 3 dan 4 dan X, Y , dan Z bagi titik-titik g hingga I or*-ty*i:Ol*U*belakangan itu telah dipindahkan ke dalam sistem koordi-
yang jumlah seluruhnya sebesar 30. Ini semu:rnya dapat ditentukan dengan 42 r) ;;ffffi; rlp"ni yanS dimiliki jatur), simbul X mencerminkan koordi-
n"i iJui moOef, dan triOe 7, b dan c herupakan koefisien yang menentukan
fengamatan x dan y dari titik d hingga I. Proses ini berlanjut hingga akhir
jatui terbang. Dengan selesainya perhitungan-perhitungan bagi masing' fi;.
;;;rk p"io. i"p"ni dilukiskan dalam Gambu 14.3b, dan seperti terlihat
masing triplet, maka foto yang pertama pada triplet dilepaskan, parameter Ori"r ai t4.tt, maka kesalahan dalam X, Y dan Z pada titik mana
pun pada dasarnya menrpakan fungsi jarak garis lurus (koordinat x) titik di
bagi foto i*g di tengah triplet dianggap telah puma (bersama ketiga buah jalur
titik peneius bagi foto tersebut) dan ia menjadi foto yang pertama untuk ;Hj*g J"fi. et
n tetipi, sifat F$imbangan kesalahan di sepanjang
oleb trianggulasi-udara merupakan penyimpan gT itu
ju ga
riplel berikutrrya. Pada hakekatnya, titik-titik selain daripada titik-titik pene- titik-
ifrli"I*rtii"t L|
""ito'to#nuk da"Z-nasing-masing juga berkaitan dengan letak
478 479

titik tersebut pada arah y dalam jalur. Oleh karena itu berbagai kantor telah Apakatr p,rosedur perluasan konrol inr dengan cara analog, semianali-
mengadakan perubahan dasar Persamaan l4.ll untuk menghasilkan tik, atau analitik, koordinat model dalam jalur tersebut ditentukan baik bagi
polinomial yang juga menyangkut koordinat-koordinat f. Dua di antaranya, titik-titik ikat, maupun titik'titik penerus dan titik-titik kontrol. Dengan
satu dirancang di Amerika Serikat oleh Survei Geodesi Nasional (NGS) dan menggunakan cara numerik, maka jalur tersebut secara berturut-turut dihu-
yang lain dikembangkan di Kanada oleh National Research Council (NRC)- bungkan dengan mempertemukan titik-titik ikat yang sama, dan blok tersebut
secara luas telah digunakan di seluruh dunia. Pembahasan tentang polinomial disesuaikan terhadap titik konnol mendatar dan tegak yang diperoleh dari
ini, dan lain-lainnya yang digunakan untuk penyesuaian rianggulasi udara, pengukuran medan. Cara kerja yang lazim ini dikenal dengan twma penyesu-
ada di lur jangkauan buku ini, tetapi pustaka yang tertera pada akhir bab ini oian blok (block adjustment). Seperti tampak pada Gambar 14.18, kontrol
menerangkan hal tersebul dapat diperluas secara fotogrametrik di seluruh daerah yang agak luas
dengan menggunakan titik-titik kontrol hasil pengukuran medan yang relatif
sedikit jumlahnya
14.16 BLOK FOTO Teknik yang telah digunakan secara berhasil dalam perluasan kontrol
fotogrametrik ialah cara memperhubungkan (bridging) antara foto hasil
Sampai sejauh ini yang telah diperbincangkan hanyalah tentang perlu- pemotretan dengan ketinggian terbang tinggi untuk munbangun kontrol foto
asan kontrol di sepanjang suatu jdur foto saja Perluasan kontrol juga dapat bagi penyusunan peta dengan foo hasil pe-motretan dengan ketinggian terbang
dilakukan di selunrh blok foto udara (dua jalur tampalan samping atau lebih). rendah. Penambatran kontnol yang diperluas dengan cara ini dapat dikerjakan
Dalam penanganan blok, harus dipilih secara hati-hati sejumlatr titik penerus hingga ketelitian yang memadai, dan penggunaan foto hasil pemotretan
sehingga mereka tampak di daerah ampalan samping jalur yang berdekatan dengan ketinggian terbang tinggi memberikan liputan yang lebih luas daripa-
seperti dilukiskan pada Gambar 14.18. Titik-titik tersebut dinamakan ririt da jumlah foto yang sedikit, oleh karena itu berarti meningkatkan pendayagu-
ikat (lie point), yang memungkinkan untuk mengikat masing-masing jalur naan perluasan kontrol secara fotograrnetrik. Titik-titik penerus yang dibuat
yang terpisah itu berkumpul menjadi saru membentuk blok yang berkesi- pada foto hasil pemotretan dengan ketinggian terbang dnggi dapat dipindah-
nambungan. kan ke foto hasil pemotretan dengan ketinggian terbang rendah dengan meng-
gunakan suatu alat pemindatr titik seperti tersajikan pada Gambar l4.l2,yang
mempunyai lensa zoom yang dapat diubah-ubah untuk menyesuaikan dengan
skala foto yang befteda-beda

14.17 PENYESUAIAN 'BERKAS'' SECARA SERENTAK


Perluasan lebihjauh tentang asas yang diuraikan dalam bagian sebe-
lum ini ialah untuk menyesuaikan selunrh pengukuran fotogrametrik terhadap
nilai kontrol medan dalam satu pemecahanlperhitungan tunggal. Beberapa sis-
tem juga memungkinkan terjadinya kesalahan dalam hal nilai konrol medan,
dan oleh karenanya harus disesuaikan menurut pengukuran melalui foto. Pe-
nyesuaian semacam itu memperkecil jumlah kuadrat penyimpangan (residual)
a Titik kontrol horizontat tertimbang, baik bagi foto maupun pengukuran konuol. Dalam konsep, pro-
o Titik kontrol vertikal ses tersebut secara relatif sederhana karena seseorang hanya sekedar membuat
+ Tilik kontrol penerus persamaan pengamatan, yaitu Persamaan 14.5 dan 14.6, masing-masing bagi
e Titik ikat pengukuran foto r dan y. Nilai pengukuran lapangan bagi X, Y danlatau Z
Gambar 14.1E BIok foto yang dipersiapkan guna keperluan kontrol secara ana- dari titik kontrol dianggap diketahui secara mutlak, dalam hal mana titik-titik
litil menunjukkan titik-titik kontrol medan mendatar dan tegak, titik penerus dan tersebut dapat ditiadakan karena dianggap sebagai tidak diketahui, atau dipak-
titik ikat sakan kepada nilai t&ukurnya dengan cara ditimbang (atau diperhitungkan).
480 481

Semua parameter foto dipandang sebagai tidak diketahui, dan karenanya jum- baku, dan titik ketinggian dirujukkan ke permukaan air laut rata-rata agar
lah seluruh yang tidak diketahui bagi suatu penyesuaian tertentu sebesar enanr I
berguna bagi tujuan pemetaan. Metode untuk melaksanakan transformasi ini
kali jumlah foto ditambah tiga kali jumlah titik-titik objek yang tidak dikera- ada di luarjangkauan buku ini, tetapi diuraikan dalam buku-buku rujukan
hui (seperti titik penerus, titik ikat, dan sebagainya). Jelaslah bahwa suatu yang tertera pada akhir bab ini.
ukuran blok foto yang sedang saja menimbulkan hal yang tidak diketahui Gambar 14.34 menyajikan suatu konfigurasi kontrol yang masuk akal
dalam jumlah yang sangat besar. Sebagai contoh, blok kecil yang tergambar ,l ,
bagi suatu jalur tunggal, dan konfigurasi yang ditunjukkan pada Gambar
pada Gambar 14.18 mempunyai 126 parameter kamera yang tidak diketahui
I
14.18 memadai bagi suatu blok foto. Ingat bahwa dalam Gambar 14.18,
(6 x 2l), ditambah 147 koordinat titik penerus yang tidak diketahui (termasuk kontrol mendatar dimasukkan hanya di sekitar daerah tepi saja, sedangkan
titik-titik ikat), ( 3 x 49), ditambah l0 harga Z yang tidak diketahui bagi konuol tegak harus dimasukkan di bagian dalam guna membantu 'Jembatan".
titik-titik kontrol mendatar ditambah 34 harga-harga X, Y yang ridak diketa- Titik-titik kontrol harus tampak sebanyak mungkin pada foto untuk mening-
hui bagi titik-titik kontrol tegak (2 x 17). Jumlah seluruhnya menjadi 317 katkan jumlah titik yang penting ini. Karena alasan inilah, maka titik kontrol
nilai yang tidak diketahui. Blok yang sama akan menghasilkan 506 buah per- yang ditunjukkan pada Gambar 14.18 diletakkan di daerah tampalan tepi di
samaan pengamatan bebas dari jenis yang telah diketahui seperti Persamaan intara jatur terbang di mana mungkin. Karena alasan ini pula maka pemilihan
14.5 dan 14.6. Untungnya, matriks persamaan biasa tersebut dapat dipecah titik konfol sesudah pemotretan lebih baik dibanding penempatan tanda sebe-
menjadi matriks kecil karena koordinat X, Y dan Z bagi titik-titik objek lum dipotret, meskipun di daerah yang gundul hanya ada sedikit pilihan
secara langsung berkaitan dengan panmeter letak kamera; yaitu, kalau diketa- kecuali penempatan tanda sebelum pengambilan gambar.
hui parameter letak kamera, maka X, Y dmt Z bagi semua titik objek dapat Sebagai tambahan untuk penggunaan koordinat medan titik-titik seba-
dihitung dengan interseksi atau perpotongan garis ke depan. Sejalan dengan gai kontrol, beberapa sistem trianggulasi udara dapat menggunakan rekaman
itu maka jika diketahui X, Y dmt Z bagi semua titik objek, parameter kamera data profil dari udara (airbone profile) sebagai kontrol. Sistem lainnya dapat
dapat dihitung dengan perpotongan garis-garis ke belakang atau reseksi. Dise- mengambil manfaat dari panjangnya garis-garis yang diketahui atau adanya
babkan karena ini maka matriks terbesar yang perlu dibalik (inverted) akan elevasi yang diketahui ajeg keadaannya di sepanjang garis pantai dan meng-
menjadi 126 x 126. Matriks ini justru 'Jarang" (berisi banyak unsur-unsur gunakannya sebagai kontrol.
berharga nol di sekitar diagonal), dan sebagai akibatnya ia masih dapat dipe-
cah-pecah lagi menjadi unit-unit yang lebih kecil.
Penyesuaian berkas secara serentak memerlukan perangkat ringan kom- 14.19 KEGUNAAN KOMPUTER DAN ANALISIS DATA
puter yang agak canggih dan merupakan metode analitik yang paling mahal
dalam hal waktu pelaksaniurnnya. Akan tetapi, secara teoretik hasilnya adalah Banyaknya perhitungan yang terlibat dalam rianggulasi udara analitik
paling dapat diandallan dan mempunyai ketepatan yang paling tinggi. menyebabkan kegunaan komputer secara digital menjadi keharusan. Ditinjau
dari-pemakaian waktu komputer, metode berkas secara serentak paling mahal
dan apa pun yang dapat dikerjakan, dianjurkan untuk menjamin masukan yang
I4.I8 PERSYARATAN KONTROL UeUai tdsAatran-itu-Dengan alasan inilah maka beberapa sistem melakukan
orientasi relatif dan penyesuaian jalur, meskipun hal ini semua tidak diper-
Pada umumnya progfim trianggulasi udara menggunakan koordinat syalatln sebelum penyesuaian serentak tersebut. Orientasi relatif melengkapi
bidang negaxa bagianTbaku (state plane coordinate) dan titik ketinggian (eleva- upaya yang mudah dalam pengendalian semua pemberian tanda padalitik dan
si) yang dikaitkan kepada permukaan air laut rata-rata sebagai sistem kontrol pLn-gurturan fotogrametrik apabila program tersebut membuahkan keluaran
medan, yang sesuai untuk semua hal. Akan tetapi, bagi foto hasil pemotretan {1 dari residual dalam pengukuran. Hal ini seharusnya diselidiki oleh para peng-
dengan ketinggian terbang tinggi, atau pada pekerjaan yang meliputi daerah guna, dan setiap nilai yang abnormal besarnya atau secara sistematik cende-
yang luas, maka untuk mempertahankan kebenaran teoretik koordinat titik irng demikian, tranrs dipertahankan atau mungkin masih disy-aratkan untuk
konrol harus diubah dari koordinat bidang negara bagian dan permukaan air kerj-a ulang. Pembuatan-tanda pada titik atau pemindahan titik yang lazim
laut rata-rata ke suatu sistem bidang gmsentris atau sistem bidang secant atau ikaO A anEra jalur terbang, yang paling sukar tidak dapat diperiksa
ttitlt
tangent lokal. Sesudah pelaksanaan trianggulasi udara dengan salah satu di dergan orientasi retaiif tarena orientasi relatif itu sendiri biasanya berkaitan
antara sistem tersebut, seluruh koordinat dipindahkan kembali ke bidang dengan jalur terban g lung gal.
482 483

Penyesuaian jalur melengkapi upaya pengawasan terhadap kontrol ha-


sil pengukuran medan dan juga berguna untuk mengawasi titik ikat dalam hal Dcnsiti cirra yang terukur
konfigurasi suatu blok. Sekali lagi para pengguna seharusnya meneliti residu-
al tersebut atau kesalahpengertian atas kontrol untuk membuktikan kebenar-
an bahwa mereka dapat diterima a,
Di samping koordinat yang disesuaikan bagi semua titik penerus dan
sebagainya, maka pemecahan secaxa serentak itu juga pasti membuahkan resi-
dual dalam pengukuran fotogramerik dan nilai konrol medan. Kiranya perlu Daerah sub-selidik
percobaan
menyunting pengukuran yang menampakkan residual besar secara luar biasa
dan menggantikan ini dengan suatu jenis yang baru. Sudah barang tentu, di
dalam penyelesaian hitungan tersebut perlu dilakukan pengulangan hingga
jumlah koreksi terhadap hal yang tidak diketahui tadi menjadi sedemikian
I)acrah
selid ik -r
kecil sehingga dapat dianggap tidak berarti. Banyaknya pengulangan yang
diperlukan buat suatu penyesuaian berbeda-beda, tergantung kepada kerapatan I

dan konfigurasi kontrol dan kualitas masukan berupa nilai pendekatan pada I

permulaannya. Akan tetapi dalam kejadian yang biasa, tiga atau empat kali
a
pengulangan biasanya sudah cukup.
I

14.20 TRIANGGULASI UDARA ANALITIK DARI DEi{SITI


CITRA TERANGKA (DIGITIZED)
I
Dalam tahun-tahun terakhir ini telah muncul suatu teknik baru dalam l.-_ r_ajur _____*l
trianggulasi udara analitik yang lebih banyak menggunakan densiti citra ter-
angka (digitized image densities) daripada dengan koordinat komparator Gambar 14.19 Konfigurasi deret densiti suatu pasang foto udara bertampalan
sebagai masukan utama (Sistem untuk pengangkaan secara otomatik densiti ditunjukkan pula daerah sasaran dan daerah selidik yang saling berkaitan yang
ciha foto diuraikan dalam Butir 5.15). Cara kerja ini meliputi korelasi gam- digunakan di dalam korelasi gambar secara numerik.
bar secara numerik untuk mempertemukan titik-titik pada foto sebelah kiri
dalam suatu foto stereo terhadap gambaran titik-titik yang bersangkutan pada mencakup gambaran daerah sasafim yang bersangkutan. Lokasi daerah sasaran
foto sebelah kanan. Jadi, proses pemindahan titik secara manual ditiadakan. yang diperlukan dan saling berkaitan dapat ditentukan berdasarkan lokasi
Gambar 14.19 melukiskan sebuah foto stereo yang mempunyai daerah daerah sasaran pada foto sebelah kiri, panjang fokus kamera, dan lrras tampal-
tampalan yang telah "disiam" dengan sebuah mikrodensitometer, Masing- an depan pasangan tiga dimensi dalam persen.
masing pixel (meskipun ukurannya sangat diperbesar) disajikan dengan kisi- Di dalam proses korelasi gambar secara numerik, komputer mencoba
kisi kecil. Bagi masing-masing pixel tersebut, nilai densiti, baris, dan lajur untuk memilih pixel yang ada dalam daerah selidik (search area) yang saling
yang berkaitan dengan letaknya pada foto dapat disimpan di dalam komputer berkaitan dengan pixel di daerah sas:uan tersebut. Ini dilaksanakan dengan
elektronik. Gambar 14.19 juga melukiskan, dalam pengertian geometrik, (; menggerak-gerakkan daerah selidik tenebut secara sistematik dan memban-
bagaimana korelasi numerik citra dikerjakan. Pada foto sebelah kiri dipilih dingkan densiti unsur daerah sasaran terhadap densiti unsur tersebut dalam
srnta daerah Easaran berdimensi suatu baris dan lajur tertentu, (lima kali lima "sub-daerah percobaan" yang berukuran sama serta ada di dalam deretan seli-
dalam contoh angka tersebut), dan lokasinya pada foto diidentifikasi berdasar- dik. Untuk mengadakan pembandingan-pembandingan ini telah digunakan
kan nomor-nomor baris dan lajur unsur-unsnr sudutnya. Sluatlu deretan selidik berbagai macam algoritma. Salah satu di antaranya yang paling sederhana
("search array") yang berkaitan dan lebih besar (15 kali 15 di dalam contoh ialah jumlah kuadragdari beda densiti unsur-unsur yang bersangkutan, yang
pada Gambar 14.19) dipilih pada foto sebelah kanan sehingga hal tersebut dalam bentuk penamaan berupa
-T

4U 485

C= I>
i=lj=l
(u,,
- '',)'
(r4.12)
130 132 126 132 LZ' LZl L27 L12 L29
127 126 113 79 72 LO6 t28 130 r32
L?4 LzL 41 16 14 ?6 90 137 136
Di dalam Persamaan 14.12, C mewakili koefisien korelasi (yang me-
rupakan suatu ukuran tingkat korelasi antara deretan sasaftIn dan deretan sub- LZE 94 19 l0 11 13 {7 128 131
selidik percobaan), il mewakili nilai densiti pixel sasaran, v mewakili unsur- 133 91 15 t2 t0 t2 39 132 137 atrttlrtt
unsur deretan sub-selidik, dan i sertaj bernrrut-turut merupakan baris dan lajur lrtr0rra!
yang ada di dalam kedua dereian tersebut. Algoritrna perbedaan densiti sedikit 134 Lt0 3l L? 11 17 70 131 137 tl9 .ett
I0 9tt
membuat keseimbangan bagi variasi sistematik rona yang timbul mulai dari 131 131 67 44 40 7t 119 138 139 lc 9ll
satu foto ke foto lain sebagai akibat dari perbedaan dalam memproses foto, Ir. ctt
130 129 t28 LZ6 131 134 136 13Z 135 tlr99ottt
keadaan penyinaran, dan sebagainya. Itfttltlt
Setelah selesai menghitung koeflsien korelasi untuk deretan percobaan L32 L76 tZ7 133 130 l3E 134 140 135 trtltltr!
sub-selidik yang pertama, lnaka secara sistematik komputer melangkah me-
(b)
masuki seluruh deretan selidik dengan menggerakkan satu unsur ke kanan {a)

dan/atau satu unsur naik atau turun, dengan menghitung koefisien korelasi
masing-masing deret sub-selidik percobaan. Salah satu di antara daerah sub- Gambar 14.20 (a) Daftar angka densiti dalam baris dan lajur yang diperoleh un-
selidik percobaan ini di dekat tengah-tengah deret selidik tersebut ditunjukkan tuk suatu tanda apung (floating mark) dengan menggunakan mikrodensitometer
penyiaman. (b) Hasil cetak komputer berdasarkan nilai densiti yang menggambar-
dalam Gambar 14.19. Deretan sub-selidik yang memiliki korelasi terbaik
kan variasi rona tanda apung dibandingkan dengan gambar daerah sekitarnya.
(bagi Persamaan 14.12 yaitu yang menghasilkan nilai C terkecil) merupakan
daerah yang paling sesuai berpasangan dengan deretan sasaran. Jadi gambar
gunakan persamaan kebersamaan garis sesuai dengan cara kerja yang telah
yang teidapat pada lokasi baris dan lajur pixel tengah dalam deret sub-selidik
diuraikan dalam Butir 14.13.
ini paling sesuai berpasangan dengan gambar yang terletak pada lokasi
Dengan unsur-unsur orientasi relatif foto stereo yang telah diketahui
bariiflajur bagian tengah-tengah deretan sasaran. Korelasi gambar numerik,
tersebut, maka teknik korelasi dapat dilanjutkan untuk memperhitungkan
seperti diuraikan di atas, dapat dikerjakan pada lokasi masing-masing dari
koordinat X, Y dan Z bagi titik-titik model yang lain. Cara kerja ini dapat
enam buah titik penerus konvensional untuk menemukan lokasi gambar titik
dibantu banyak dengan mengambil keuntungan dari geometri epipoler, seperti
penerus ini.
yang disajikan pada Gambar 14.21. Gambar ini melukiskan kondisi kebersa-
Pada saat permulaan proses penyiaman, densiti tanda fidusial tersebut
juga diangkakan (digitized) dan diatur letaknya dalam baris dan lajur. Gambar maan bidang dan menunjukkan garis-garis perpotongan bidang epipoler terse-
but (bidang LfL2) dengan bidang foto kiri dan kanan. Garis-garis berpo-
t[.zoa menunjukkan nilai densiti yang diperoleh untuk suatu tanda fidusial,
tongan, pk dan p'k', adalah apa yang disebut garis-garis epipoler tadi. Garis-
dan Gambar 14.20b menunjukkan hasil cetak komputer dari karakter (serupa
garis tersebut penting, karena dengan mengetahui lokasi citra p pada foto
dengan Gambar 5.21b) yang menggambarkan variasi rona tanda fidusial ini.
Perhatikan perbedaan yang nyata antrra densiti ini dibandingkan dengan densi- iebelah kiri, maka pasangannya yutu p'pada foto sebelah kanan dapat diketa-
ti gambaran foto di sekitarnya. Komputer tersebut dapat dilatih untuk menge- hui terletak di sepanjang garis epipolet p'k', dan gaisepipolar ini dapat
nA tanaa fidusial berdasarkan perbedaan densiti yang tegas ini. Berlandaskan ditempatkan berdasa*an alas unsur orientasi relatif yang diketahui. Ini banyak
atas lokasi barisflajur tanda-tanda fidusial, dan koordinatnya yang sesuai mengurangi waktu perhitungan korelasi karena sasaran yang lebih kecil dan
deretan sub-selidik dapat digunakan, dan daerah-daerah sub-selidik percobaan
berasal dari kalibrasi kamera, maka transfmmasi komdinat afin dua-dimensio'
dapat diarahkan sepanjang lokasi garis epipoler yang diketahui.
-
nal (lihat Butir 8.6 Lampiran B) dapat dikerjakan. Kegunaan hasil transfmrna-
Dengan menggunakan geometri epipoler, banyak titik dapat dikorelasi-
si parameter tersebut rnemungkinkan lokasi baris dan lajur dari keenam buah
titik penerus dalam masing-masing foto tadi dapat ditentukan dalam sistem kan di seluruh daerah tampalan foto. Lokasi baris dan lajur mereka selanjut-
koordinat foto mereka masing-masing. Dengan diketahuinya koordinat foto nya dapat diubah menjadi koordinat foto dengan menggunakan parameter
itu maka orientasi relatif foto stereo tersebut dapat ditentukan dengan meng- transformasi kootdinat afin duadimensional yang ditentukan terdahulu. De-
ngan koordinat yang telah diketahui bagi titik-titik yang saling berpasang-
487
486

pengukuran dengan menggunakan alat komparator ditiadakan. Sistem tersebut


hanya memerlukan suatu penyiaman densitometer dan sebuah komputer. Cara
kerja ini bukannya tanpa permasalahan, yang pada dasarnya terdiri atas kesu-
litan-kesulitan dalam hal korelasi cira di daerah yang tertutup vegetasi lebat
atau daerahdaerah yang memiliki jenis tekshr yang seragam dan dalam daerah
pertotaan yang memiliki pergeseran letak oleh relief yang besar bagi bangun-
an gedung-gedung. Akan tetapi, di daerah-daerah ini penelitian dan pemba-
ngunan adalah aktif, dan dapat diharapkan bahwa perrnasalahan ini akan ter-
atasi di kemudian hari.

RUJUKAN

Ackerman, F.: Resuls of Recent Tests in Aerial Triangulation, Photogrammetric


Engineering and Remote Sensing, vol. 41, no. I, hlm. 91,1975.
Allam, M. M.: Mathematical Statistical Methods for the Analysis of Aerial Tri-
angulation Adjustmens, Canadian Surveyor, vo. 29, no. 2, hlm. 175,
197 5.
American Society of Photogrammetry: "Manual of Photogrammetry," ed. ke-4,
Falls Church. Va., 1980, Bab,2 dan 9.
Anderson, J. M., dan E. H. Ramey: Analytic Block Adjustment" Phologrammelric
Engineering, vol. 39, no. 10, hlm. 1087, 1973.
Berstein, R., dan D. Ferneyhough, Jr.: Digital Image Processing, Photogramme-
tric Engineering and Remote Sensing, vol.4l, no. 12, hlm. 1465, 1975.
Brucklacher, W.: Instruments for marking Natural Points and Producing Artificial
Points in the Preparation of Aerial Photography for Aerotriangulation,
Gambar 14.21 Geometri epipoler passngsn foto stereo. (Seizin Dr. T.J. Kea-
Photogrammetric Engineering, vol. 29, no. 5, hlm. 800, 1963.
ting).
Colcord, J. E.: Aerial Triangulation Suip Adjustment with Independent Geodetic
pasangan, maka koordinat mdelnyaX, Y dan Z dapat dihitung dengan meng- Control, Photogrammetric Engineering, vol.27,no. t, hlm. ll7, 1961.
gunakan metode yang diperkenalkan dalam Butir I1.3. Derenyi, E. E.: Triangulation with Super-Wide Angle Phoographs, Photogramme-
Penyesuaian koordinat model ke koordidat medan merupakan langkah tric Engineerizg, vol. 38, no. l, hlm. 71, 1972.
terakhir, yang dilaksanakan berdasar atas kontrol foto. Agar pekerjaan ini dan A. Maarek: Photogrammetric Control Extension for Route De-
mungkin dilaksanakan, maka titik-titik kontrol foto harus diberi tanda khusus sign, ASCE lournal of the Surveying atd Mapping Division, vol. 100, no.
sebelum melaksanakan penyiaman dengan densitometer sehin g ga komputer SUl, hlm. 49, 1974.
tersebut juga dapat mengenali mereka atas dasar densitinya. Pemasangan titik-
.)
Ebner, H., dan R. Mayer: Numerical Accwacy of Block Adjustrnentq Photogram-
titik yang tampak secara khusus pada foto, atau lubang-lubang tusukan de- metria, vol. 32, no. 3, hlm. l0l, 1975.
ngan suatu alat pembuat tanda titik, akan mencukupi bagi keperluan ini.
Eden, J. A.: Point Transfer from One Photograph to Another, Photogrammetric
Salah satu kegunaan cara kerja analitik yang diuraikan di atas termasuk
Record, vol. YII, no.41, hlm. 531, 1973.
dalam perhitungan model medan digital (DTM), yang daripadanya dapat di-
peroleh peta-peta garis tinggi dan produk lainnya. Cara kerja tersebut hampir
seluruhnya dibuat otomatik dalam arti pemindahan titik secara manual dan
488 489

Erio, G.: Three-Dimensional Transformations of Independent Models, Photogram-


Kratlry, V.: Use of Aerotriangulation in Large Scale Mapping, Canadian Sumeyor,
metric Engineering and Remote Sensing, vol.4l, no. 9, hlm. lll7, 1975. vol. 25, no. 5, hlm. 542, 1971.
Forster, B. C.: Aerotringulation Accuracy, Photogranmetric Engircering arul
Leatherdale, J. D., dan K.M. Keir: Digital Methods of map Production, Photo-
Remote Sensing, vol. 41, no.4, hlm. 533, 1975. granmetric Record, vol. IX, no. 54. hlm.757, 1979.
Gauthier, J., et al.: The Planimefic Adjustment of Very Large Blocks of Models- rl Leupin, M. M.: Analytical Photogrammetry: an Alternative to Terrestrial Point
Its Application to Topographic Mapping in Canada, Canadian Sumeyor,
Determination, Australian Surveyor, vol. 28, no. 2, hlm. 73, 19'76.
vol. 27, no. 2, hlm. 99, 1973.
Maarek, A.: Practical Numerical Photorammetry, Photogrammetric Engineering
Ghosh, S. K.: Stip Triangulation with Independent Geodetic Control, Photogram-
and Remote Sensing, vol. 43, no. 10. hlm. 1295, 197'1.
metric Engineering, vol.28, no.5, hlm.80l, 1962.
Marks, G. W., et al.: Block Triangulation by Bundles and Stereo-Units, ASCE
Granshaw, S. I.: Bundle Adjustment Methods in Engineering Photogrammetry, journal of thc Sumeying and Mapping Division, vol. 106, no. SUl, hlm.
Photogrammetric Record, vol. X, no. 56, hlm. 149, 1980.
I, 1980.
Harley, I. A.: The Determination of XYZ Coordinates Using Numerical Photo-
Merchant D. C.: Surveying by the Aerial Photogrammetric Post-Block Adjust-
grammetry, Australian Surveyor, vol.25, no.2, hlm. 89, 1973.
ment Method, Surveying and Mapping, vol. 36, no. l, hlm. 43, 1976-.
Harris, W. D., G. C. Tewinkel, dan C. A. Whitten: Analytic Aerokiangulation,
Morgan, P.: Rigorous Adjustment of Stips, Photogrammetic Engineering, vol.
Photogranmetric Engineering, vol. 28, no. 1, hlm. M, 1962.
37, no. 12, hlm. 1271,1971.
Holden, G. J.: AlM-Independent Model Aerial Triangulation Desk Calculator
Parsic, Z.: Results of Aerotriangulation with Independent Models Using the Wild
Package, Australian Surveyor, vol.26, no. 4, hlm. 283, 1974.
A-10 Autograph, Photogrammetria, vol.33, no. 6, hlm. 2@, 1977.
Hull, W. V.: Control Densification by Analytic Photogrammetry, ASCE journal of
the Surveying and Mapping Division, vol. l0l, No. SUl, hlm. ll, 1975.
Saxena, K. C.: Independent Model Triangulation Using Different
Transformations, Photogrammetria, vol. 30, no. 2, hlm. 67,1975.
Karara, H. M.: Maximum Bridging Distance in Spatial Aerotriangulation, Pholo-
: Independent Model Triangulation-An Improved Method, Photo-
grammetric Engineering, vol.27, no. 4. hlm. 542- 1951.
grarnmetric Engineering and Remote Sensing,vol.42, no.9, hlm. 1187,
Keating, T. J., Woll P. R., dan F. L. Scarpace: An Improved Method of Digital
t97 6.
Image Correlation, Photogrammetric Engineering and Remote Sensing,
Schut, G. H.: Development of Programs for Strip and Block Adjustment at the
vol. 41, no. 8 hlm. 993, 1975.
National Research Council of Canadq Photogrammetric Engineering, vol.
Keller, M.: Block Adjustment Operation at C and GS, Photogrammetic Engineer-
30, no. 2, hlm. 283, 196/..
iag, vol. 33, no. ll, hlm. 1266, 1967.
dan G. C. TewinkeL "Aerotriangulation Srip Adjustment," Techni-
: Selection of Additional Parameters for the Bundle Adjustment,
cal Bulletin no. 23, U.S. Coast and Geodetic Survey, Washington, D.C., Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 45, no. 9, hlm.
1964. tu3, 1979.
dan "Three-Photo Aerotriangulation," Technical : Block Adjustment by Bundles, Canadian Surveyor, no. 34, no. 2,
Bulletin no. 29, U.S. Coast and Geodetic Survey, Washington, D.C., hlm. 139, 1980.

t966. : Block Adjustment by Polynomial Transformations, Photogrunme-


in tric Engincerizg, vol. 33, no. 9, hlm. l0/.z, 1957.
dan "Space Resection Photogrammetr5/," Technical .)
Bulletin no.-:32, U.S. Coast and Geodetic Survey, Washington, D.C., : Formation of Strips from Independent Models, Photogrammetric
1966. Engineering, vol. 34, no.7, hlm. 690, 196E.
Kenefick, J. F., et al.: Bridging with Independent Horizontal Control, Photo- Shmutter, B.: Triangulation with Independent Models, Photogrammetric Engi-
grammelric -: Engineering and Remote Sensing, vol. 44, no. 5, hlm. 587, neering, vol. 35, no. 5, hlm. 548, 1969.
1978. Smitlr" G. L.: Analytical Photogrammetry Applied to Survey Point Coordination,
Australian Surveyor, vol. 28, no. 5. hlm. 263, 1977.
490 491

Soliman, A. H.: Standard Error in Strip Adjustmenl Photogrammetric Engineer- 1 4.6 Uraikan metode yang berbeda yang dapat dipakai guna menenhrkan koordi-
nat model pusat perspektif pada trianggulasi udara semianalitik.
ing, vol. 35, no. l, hlm. 87, 1969.
Tewinkel, G. C.: Block Analytic Aerotriangulation, Photogrammetric Engineer-
1 4.7 Hitunglah koordinat model salah satu pusat perspektif stereomodel dengan
menggunakan Irrsamaan dua titik @ersamaan l4.l). Koordinat model dua
ing, vol. 32" no.5, hlm. 1056, 1966.
I
titikA dan diukur pada dua ketinggian (elevasi) yang berbeda dalam mo-
: Aerotiangulation for Control Suneys, Surveying and Mapping, del adalah:
vol.32, no. l, hlm. 39, 1972.
Thompson, E. H.: Aerial Triangulation by Independent Models, Photogrammetria, X dan Y pada Z = 50,00 mm X dan I'pada Z = 280,00 mm
vol. 19, no. 7, hlm. 262, 1964.
Thompson, L. G,: Determination of the Point Transfer Enor, Photogrammetric Titik X, mm I, mm X, mm Y, mm
Engineering and Remote Sensing, vol.45. no.4, hlm. 535,1979. A 591,81 785,7 t 594,30 656,30
Trinder, J. C.: Some Remarks on Numerical Absolute Orientation, Austalian B 902,47 505, l0 7 62,3r 504,55
Surveyor, yol.23, no. 5, hlm. 368, 1971.
Veres, S.: Aerial Triangulation Using Independent Photo Pairs, American Society 14.8 Sama dengan Soal 14.7. kecuali koordinat model untuk titik-titik A dan B
of Civil Engineers, Journal of the Surveying and Mapping Division, vol. adalah

91, no. SU2, hlm. 27, 1965. X dan Ipada Z = 100,00 mm X danY padaZ = 330,00 mm
'Weissman,
S.: Semi-Analytical Aerotriangulation, Photogrammetric Engineer-
ing, vol.35, no. 8, hlm. 789, 1969. Titik X, mm I. mm X, mm Y, mm
lrVilliams, H.: Analogue Aerial Triangulation, ASCE lournal of the Surveying and
Mapping Division, vol. 90, no. SU2, hlm. 49, 1964.
A 420,53 2t7,89 409,83 347,48
B 652.77 787,13 535,43 655.30
Wolf, P. R.: Independent Model Triangulation, Photogrammetric, Engineering,
vol. 36, no. 12, hlm. 1262, 197O. 14.9 Bahaslah keunggulan metode analitik perpanjangan kontrol fotograme-
Wong, K.: Computer Programs for Strip Aerotriangulation, ASCE Journal of the trik dibandingkan terhadap melode analog.
Surveying and Mapping Division, vol. 95, no. SUl, hlrn.7l, 1969. 14. f 0 Uraikan dua kondisi yang berbeda yang biasanya membantu dalam foto-
Zaruycki, J. M.: An Integrated Digital Mapping System, Canadian Surveyor, vol. grametri analitik.
32, no.4, hlm. M3, 1978. 14.1 I Uraikan bermacam-macam persyaratan dalam pemberian tanda dan pe-
mindahan titik-titik penerus bagi fotogrametri analitik apabila diguna-
kan suatu monokomparator dibandingkan terhadap suatu stereokompa-
SOAL rator untuk pengukuran koordinat
L4.12 Buatlah daftar kesalahan sistematik dalam koordinat foto terukur yang
I 4.1 Terangkan perbedaan pokok antara trianggulasi udara analitik dan analog. biasanya telah dikoreksi dalam fotogrametri analitik.
14.2 Di dalam rianggulasi udara dengan alat multiproyektor, terangkan bagai- 14.L3 Apabila 12 titik lrnerus digunakan di dalam orientasi relatif sebuah
mana penyesuaian model diskalakan sesudah orientasi relatif dengan meto- pasangan stereo, berapakah jumlah persarnaan bebas kebersamaan garis
de satu-proyektor. yang dapat disusun?
1 4.3 Uraikan secara singkat metode 'kurva kesalahan secara grafik" (graphical .) 14.14 Lakukanlah orientasi relatif analitik dengan menggunakan kebersamaan
error curves) untuk menyesuaikan jalur tianggulasi stereo terhadap kontrol garis bagi model stereo berikut bila diketahui koordinat foto yang diper-
medan. halus bagi foto kiri dan kanan. Di dalam penyelesaian maka susunan ro1,
14.4 Bandingkanlah metode trianggulasi stereo multiproyektor dengan triang- 01, Kt, XLt, danYtrr, semuanya sebesar nol, dan susunan Xq, = 5.750
gulasi stereo menggunakan alat universal,
14.5
kaki dan fr:, = 2.425 kaki. Panjang fokus kamera sebesar 151.992 mm.
Bahaslah tentang keunggulan trianggulasi stereo model bebas dibanding
dengan metode trianggulasi stereo analog yang lain.
492

Hitunglah @2, qz, *2,YLz, dan 212, dan koordinat medan X, y dan Z bagi
titik I hingga 5. BAB

Koordinat foto yang diperhalus


15

Titik Foto kiri Foto kanan KONTROL MEDAN BAGI FOTOGRAMETRI


UDARA
r, mm ), mm r, mm )' mm
I 4,6t7 o,392 84,078
2
- 87,296 _ 0,309 - 7,322 1,637
- 4,153
3 t,470 98,289 - 94,664
4 7 t,917 73,563 - 15,t07
6,402 69,085
5 2,274 91,876 - 84,680
6
- 83,690 - 100,003 - l.120 - 94,334
t04,,202
- -
14.15 Seperti Soal 14.14, tetapi Zy, = 151,992 mm, Xyr= g4,000 mm, pan_ 15.1 PENGANTAR
jang fokus kamera sebesar r51,992mm, dan koordinat foto titik penerus
I hingga 6 adalah Kontrol fotogrametri terdiri dad sembarang titik-titik yang posisinya
diketahui pada suatu sistem koordinat rujukan tempat objek dan juga yang
gambamya dapat diidentif*asi dengan mudah pada foto udara. Di dalam foto-
Koordinat foto yang diperhalus
grametri udara, tempat objek ialah pada permukaan tanah, dan berbagai ma-
cam sistem koordinat medan rujukan dapat digunakan untuk menentukan letak
Titik Foto kiri Foto kanan titik. Kontrol fotogrameri atau yang lazim disebut "kontrol medan" di dalam
fotogrametri udara, menyajikan cara untuk orientasi atau menghubungkan
.r, mm )' mP ,, mm ), rn6 foto udara dengan medan. Hampir setiap tahap pekerjaan fotogrametri memer-
I 4,233 7,065 lukan beberapa kontrol medan.
80,347 9,789
1 85,121 I 1,168 - t.157 t2,788
Kontrol fotogramefi pada umumnya diklasifikasikan atas kontrol
mendatar (letak titik di ruang dikerahui dalam hubungannya dengan rujukan
- 85,0,829 91,816
3 86,327 95,366
4 I 63 96,363 - 2,20t 99,23t
mendatar), atau kontrol tegak (ketrnggian titik diketahui dalam hubungannya
5 14,835 86,t32 70,288 dengan mjukan tegak).Pengklasif,rkasian secara terpisah kontrol mendatar dan
83,47t
6 96,905 - 98,899
- 12,88 8 - 97,735
konEol tegak terurama berdasarkan atas pe6edaan datum rujukan mendatar dan
- - tegak, dan karena perbedaan dalam teknik survei untuk menetapkan kontrol
l'4.16 Jelaskan secara ringkas cara kerja korelasi gambar numerik dan bagai- mendatar dan kontrol tegak. Juga kontrol mendatar dan kontrol tegak sering
mana cara kerja ini dapat digunakan di dalam trianggulasi udara analitik. dipandang secara terpisah dalam proses fotogrametri. Kadang-kadang letak
.
14.17 uraikan titik mendatar dan tegak keduanya diketahui, sehingga titik-titik semacam ini
beberapa keunggulan trianggulasi uaara anatitit bila dibanding-
kan dengan densiti citra terangka. { bertindak sebagai konrol ganda.
Survei lapangan untuk kontrol fotogrametri pada umumnya berupa
sebuah proses yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama terdiri auas pengadaan
jaringan kontrol dasar di dalam daerah kerja. Konrol dasar ini terdiri dari tugas
kontrol mendatar dan tanda kedudukan bagi kontrol tegak yang berfungsi
sebagai kerangka ke{a rujukan survei kontrol foto berikutnya. Tahap kedua
meliputi pengadaan fusisi keruangan objek bagi kontrol foto dengan jalan

$
494 495

melakukan suni,ei yang bermula dari jaringan kontrol dasar. Titik-titik kontrol pengadaan kontrol medan bagi pemetaan fotogrametri diperkirakan berkisar
foto merupakan titik-titik gambar sebenarnya yang tampak pada foto yang antara 20 sampai 50 persen keseh.ruhan biaya pemetaan.
digunakan untuk pelaksanaan kontrol fotogrameri. Ketelitian survei kontrol
dasar pada umumnya lebih tinggi daripada survei kontlol foto berikutnya.
Cara kerja dua-tahap.bagi survei lapangan untuk kontrol fotogrametri 15.2 MEMILIH GAMBAR UNTUK KONTROL FOTO
disajikan pada Gambar 1 5. I . Pada gambar itu survei kontrol dasar berasal dari
stasiun kontrol yang ada, E1 dan E2 dan menetapkan jaringan kontrol dasar Pada umumnya, gambar yang baik untuk titik kontrol foto harus me'
titik 81 sampai 86 di dalam daerah kerja. Dengan stasiun dasar yang ditetap- menuhi dua persyaraian, yaitu: (l) harus tajam, jelas, dan mudah dikenali pada
kan, tahap kedua untuk melakukan survei berikuhya guna menempatkan kon- semua foto, dan (2) harus terletak pada lokasi yang baik dalam foto. (Alasan
trol foto dapat dilaksanakari. FIal ini dilukiskan dengan survei yang berlang- bagi penyaratan yang kedua ini dibincangkan pada Butir 15.3). Survei konnol
sung antara 8S dan BO dan meletalkan titik kontrol foto p1 dwr p2. un-tu[ foiogra*eiri biasanya dilakukan setelah foto diperoleh. Ini menjamin
-
dua persyaratan tenebut dapat terpenuhi.
r- --_l Gambar untuk kontrol foto dipilih berdasarkan pengkajian foto dengan
seksama. Pengkajian ini harus mencakup penggun:um stereoskop untuk men-
jamin kejelasan pandangan stereoskopik atau semua titik terpilih. Ini penting
karena banyak pengukuran fotogramefi berikutrrya yang di!.-u1t secara.slereos-
kopik. pemilih'an iwal gambar untuk kontrol foto dapat dilakukan di kantor,
tetipi pemilihan aktrir harus dilakukan di lapangan bersama-sama dengan foto
di tinlan. Ini memungkinkan identifikasi objek dapat dilakukan dengan pasti,
dan jula memberikan kemungkinan untuk penilaian langsung atas dapat dica-
,. painyititif-titik objek, kondisi medan, dan kenyamanan survei.
Persyaratan gambar untuk kontrol mendatar sedikit berbeda daripada
gambar untuk kontrol tegak. Karena posisi mendatar pada foto harus tepat
mu-
[engukurannya, gambar untuk kontrol mendatar harus sangat tajam dan
aafrtitenati seczlfa mendatar. Beberapa objek yang gambarnya baik untuk
kontrol menda[ar ialah perpotongan sisi jalan, perpotongan jalan, tutup
lubang buatan, semak sempit, batuan terpisah' pokok bangunan, sudut pagar,
tiang listrik, titik pada jembatan, persilangan jalan atau aliran air, dan seba-
gairiya. Pelaksanaannya harus secara celrnat untuk menjamin titik agar titik
I
konfiol tidak berada pada dreratr bayangan pada beberapa foto.
L Gambar untuk kontrol tegak tidak harus tajam dan jelas secara men-
datar. Akan tefapi, titik yang dipilih harus jelas secara tegak. Titik konrol
-.-;;,,"*;"-J tegak yang terbaik ialah bangunan bertingkat yang kecil atau daerah tertutup
Gambar 15.1 Survei lapangan untuk mendapatkan kontrol fotogrameri (crowned area). Daerah yang sempit harus mempunyai kenampakan alam di
dekatnya, seperti antara lain pohon atau batuan, yang mana membantu mem-
Menentukan kontrol medan yang baik merupakan aspek yang amat 11 t perkuai kesan kedalaman stereoskopik. Daerah terbuka yang luas seperti pun-
peft Lng dalam keseluruhan pekerjaan pemetaan fotogrameri.-retdtitiin peta cat Uutrit berumput atru lapangan terbuka, harus dihindarkan jika mungkin,
akhir ti.dak dapat lebih baik daripada kontnol medan sebagai dasar. Banyak pem karena menyulitkan dalam kesan kedalaman stereoskopiknya. Perpoton gan
ygng$bu3t dengan cermat di kantor dengan ketelitian baku, tetapi tiaar tirtos jalan dan sisi jalan, daerah rumput yang sempit, daerah sempit terbuka dan
di dalam inspeksi medan karena kontrol medan rendah kualitasnya. Karena sebagainya dapat dijadikan titik kontrol tegak yang baik.
pentingny4 tahap kontrol medan pada pekerjaan fotogrametri tranriairencana- Hal penting dalam pelaksanaan kecermatan luar biasa untuk menentu-
kan dan dilaksanakan dengan seksama Tergantung paoa reaoaan di atas, biaya kan lokasi objek dln pemberian bendanya di lapangan yang sesuai dengan
496 497

gambaran foto terpilih, tidak perlu dilebih-lebitrkan. Kesalahan dalam identifi- jumlahnya. Jumlah titik kotnrol foto yang disurvei lapangan yang dibutuh-
kasi titik bersifat biasa dan mahal. Tiang listrik misalnya, mungkin dapat kan untuktriangulasi udaraberbeda-beda tergantung pada ukuran, bentuk, dan
ditentukan letaknya di lapangan, tetapi belum tentu titik itu yang gambarnya sifat daerah yang terliput, ketelitian hasil yang diinginkan, dan cara kerja
diidentifikasikan pada foto. Kesalahan semacam ini dapat dihindari dengan instrumen, serta tenaga yang digunakan. Umumnya semakin padat jaringan
melakukan identifikasi kenampakan lain yang cukup banyak di sekitar yang kontrol foto yang disurvei medan, semakin tinggi ketelitian hasil untuk me-
berdekatan dengan tiap titik, sehingga hasilnya meyakinkan. Stereoskop saku lengkapi konrol yang ditentukan dengan trianggulasi udara. Akan tetapi, ada
yang dibawa ke lapangan dapat sangat berguna dalam identifikasi titik, tidak jumlah optimum kontrol foto yang disurvei medan, yang menghasilkan man-
hanya karena gambaran yang diperbesar tetapi juga karena bukit dan lembah faat ekonomi maksimum sambil mengatur ketelitian baku yang memuaskan.
yang membantu dalam verifikasi objek dapat dilihat pada foto maupun di Secara ra0a-ratra, apabila satu jalur foto dijembatani untuk mendapatkan kon-
lapangan. fiol guna orientasi model stereo dalam stereoplotter, paling sedikit diperlukan
dua kontrol foto mendatar dan tiga atau empat kontrol foto tegak yang harus
dan harus tampak kurang lebih pada tiap foto kelima model stereo sepanjang
r5.3 JUMLAH DAN LETAK KONTROL FOTO jalur. Konfigurasi ini disajikan pada Gambar 15.3. Untuk menjembatani foto
blok, kontrol yang disurvei di medan harus disusun secara sintematik sepan-
Persyaratan jumlah titik konrol dan letaknya yang optimum pada foto jang blok. Konfigurasi kontrol yang terbaik terdiri atas kontrol mendatar
tergantung pada tujuan penggunaannya. Untuk masalah yang sederhana seperti sepanjang tepi blok dengan distribusi kontrol tegak seragam pada seluruh
menghitung tinggi terbang pada foto yang dianggap tegak (lihat Burir 6.9), blok. Gambar 14.18 menyajikan suatu contoh. Pengalaman umumnya dapat
hanya jarak garis mendatar dan ketinggian titik akhir yang diperlukan. Garis menentukan konfigurasi kontrol yang terbaik digunakan dan kelompok yang
ini harus dipilih sepanjang mungkin. Untuk kontrol mosaik (lihat Bab l0), terletak dalam penjembatan biasanya mengembangkan bakunya sendiri yang
hanya diperlukan jaringan kontrol mendatar yang jarang. Jaringan itu harus memenuhi persyaratan ketelitian yang diperlukan untuk kombinasi tertentu
terpencar merata pada foto. antara cara kerja, instrumen, dan pelaksananya.
Dalam mengatasi masalah reseksi keruangaz untuk menentukan posisi
dan orientasi foto sendeng (lihat Bab l l), paling sedikit diperlukan tiga titik
kontrol tegak dan dua titik kontrol mendatar pada setiap foto. Gambar titik-
titik kontrol tegak secara idealnya harus membentuk segitiga hampir sama
sisi yang luas, titik-titik kontrol mendatar harus tersebar secara luas. Walau- @ o
pun ini merupakan persyaratan minimum bagi reseksi keruangan, dianjurkan A
untuk pengadaan kontrol lebih banyak untuk meningkatkan ketelitian pekerja-
an fotogrametri dan menghindari kesalahan yang tidak ierdeteksi.
Apabila kontrol foto diadakan untuk menentukan orientasi model ste-
reo dalam instrumen penggambaran bagi kompilasi peta topografi, jumlah
absolut minimum kontrol yang diperlukan pada setiap model stereo sama
dengan kebutuhan minimum untuk reseksi keruangan. Fotogrametriwan yang
seksama juga akan menggunakan sejumlah kontrol yang banyak. Jumlah mi-
nimum yang praktis ialah harus ada tiga titik kontrol mendatar dan empat @ o
titik kontrol tegak pada setiap model stereo pada plotter. Titik-titik mendatar
harus berjarak cukup besar dan titik+itik kontrol tegak harus terletak di dekat
.)
sudut-sudut model. Konfigurasi yang baik disajikan pada Gambar 15.2. Bebe-
rapa organisasi menghendaki titik kontrol tegak kelima yang terleak pada
pusat setiap model stereo. Grmbar 15.2 Konnol yang dianjurkan untuk orientasi model stereo pada alat
Apabila triangulasi udara (lihat Bab 14) direncanakan untuk menunjang plotting stereoskopik. (A) Titik kontrol mendatar. (O) Titik kontrol tegak.
kontrol foto, maka titik kontrol foto yang disurvei di medan dapat dikurangi ( @ ) Titik kontol rmndatar dan tcgak.
r
498 499

15.4 PERENCANAAN SURVEI KONTROL


Sejumlah besar perencanaan harus dilakukan sebelum survei kontrol
fotogramifi. Suatu ketetapan harus dilakukan secara dini atas ketelitian sur-
vei yang dikehendaki. Jenis peralatan yang diperlukan dan teknik lapangan
yan! digunafan harus ditetapkan pula Hal ini dan sejumlah hal lainnya sa- 1i
OO
iingterfaitan dan hams dipertimbangkan secara keseluruhan untuk mencapai
reniana survei kontrol keseluruhan yang terbaik. Pengalaman sebelumnya
dalam perencanaan survei kontrol fotogrametri merupakan hal yang sangat
bernilai. Pengertian menyelgruh atas teknik survei lapangan dan pengetahuan Oa O
tentang kemampuan alat juga penting.
ketelitian yang dikehendaki pada suatu survei kontrol fotogrametri
yang akan dilakukan, banyak menentukan jenis peralatan dan teknik survei
yang dapat digunakan. Ketelitian yang dikehendaki atas kontrol foto terutama
Gembar 15.3. Contoh Lonfigurasi kontrol pada satu jalur. (A) Titik kontrol
iergantung pada ketelitian yang diinginkan dalam peta fotogrameri atau perhi-
tungan titik kontrol. Akan tetapi, bukan hanya ini yang harus dipertimbang- men&tar. (O) titik kontrol tegak. ( @ ) Titik kontrol mendatar dan tegak.
kan karena ketelitian dapat juga bergantung pada apakah titik kontrol akan
berfungsi untuk kegunaan lain di samping untuk kontrol pekerjaan fotogra-
mefi. Sebagai contoh, misalnya akan dibuat peta dengan teknik fotogrametri ratan baku peta nasional, kontrol foto mendatar harus ditentukan letaknya
dengan ketelitian lebih baik daripada kesalahan mendatar peta yang dapat dite-
untuk perencanaan dan desain sistem transportasi kota. Dalam contoh
tersebut, kontrol dasar medan harus cukup teliti dan juga digunakan untuk
rima. Sebagai aturan umum, kesalahan kontrol foto tidak boleh melebihi se-
fr perdua toleransi ketelitian mendatar peta. Bebrapa lembaga memerlukan per-
melukiskan hak milik guna perolehan hal lewat (right of way) dan untuk
syaratan lebih ketat dari ini. Sudah tentu kontrol dasar harus lebih teliti dari
membantu menentukan letak kelurusan bangunan dengan cermat, struktur dan
lain-lain. Dalam contoh ini maka kontrol medan dasar sekurang-kurangnya kontrol foto.
harus memenuhi ketelitian baku kedua dan harus dirujukkan terhadap sistem
Ketelitian baku peta nasional juga menghendaki 90Vo dari semua titik
yang teruji ketinggiannya harus mencapai ketelitian setengah interval garis
koordinat bidang nyata bagian (lihat Butir 15.5). Titik-titik kontrol datar
mendasar dan tanda rujlkan (bench marks) hanrs dipasang secara permanen dan
tinggi. Untuk memenuhi ketelitian baku ini, aturan umum dalam pemetaan
dilukiskan dengan sangat jelas. Sebaliknya, apabila dikehendaki pembuatan topografi menyatakan bahwa ketinggian titik-titik kontrol foto tegak harus
peta dengan cara fotogrametrik untuk inventarisasi hutan, tidak dipersyaratkan benar hingga kurang lebih seperlima interval garis tinggi akan tetapi sebagai
kecermatan peta yang telah disiapkan secara fotogrametri untuk kegunaan faktor pengaman tambahan beberapa badan mempersyaratkan ketelitian hingga
invenarisasi hutan, dan peta bujur sangkar; Sunrei Geologi Amerika Serikat sepersepuluh interval garis tinggi. Sehubungan dengan ketentuan terakhir,
peta yang akan digambarkan dengan interval garis tinggi 2 kaki mempersya-
cukup memadai ketelitiannya.
Ketelitian baku peta nasional menentukan persyaratan ketelitian peta ratkan kontrol foto tegak dengan ketelitian lebih hingga f. 0,2. Seperti
dan oleh karenanya secara tidak langsung juga menentukan ketelitian survei semula, kontrol dasar harus lebih teliti dari ini.
kontrol. Apabila peta yang dihasilkan secara fotogramerik diberi label keteli- Serangkaian baku ketelitian yang lain telah dikembangkan untuk pe-
tian baku tersebut, dipenyaratkan bahwa 907o kenampakan planimetrik utama .Jr metraan jalan raya dengan metode fotogrametrik. Baku ketelitian ini diterbit-
kan oleh Badan Administrasi Vederal Jalan Raya dalam Kerangka Panduan
digambarkan hingga l/30 inci dari posisi yang betul pada peta skala l:20.000
atau lebih besar, dan hingga l/50 inci untuk peta dengan skala lebih kecil Rujukan, sebuah rujukan yang dicantumkan pada akhir bab ini. Publikasi ini
juga memuat sebagian besar informasi relatif lain untuk penetapan konrol
daripada 1:20.000. Padapeta yang digambarkan dengan skala I inci/50 kaki,
ini akan mewakili kesalahan mendasar yang dapat diterima sebesar 1,6 kaki di medan bagi pemotretan udara. Masyarakat Insinyur Sipil Amerika (ASCE)
juga sedang di dalam proses pengembangan crua baru untuk baku pemetaan
medan. Pada peta dengan skala I incil 2.000 kaki, kesalahan mendatar peta
yang masih dapat diterima ialah 40 kaki. Apabila harus memenuhi persya- skala besar. \
I
501
500

antara jarak pada tinggi muka air laut rata-rata dan jarak yang sama pada
Dalam prencanaan sunrei kontrol, hanrs memanfaatkan secara maksi- sistem koordinat bidang negara bagian. Ini dilaksanakan dengan merinci
mum atas kontrol yang ada di daerah perencanaan. Survei Geodesi Nasional seluruh Amerika Serikat menjadi sejumlah besar mintakat dan ukuran batas
telah memasang sejumlah besar patok/tugu trianggulasi primer dan setunder, wilayah. Tampalan mintakat yang berdampingan, dan karena itu perhitungan
stasiun jelajah, dan tanda rujukan di dalam pekerjaan memperluas jaringan untuk survei daerah luas, dapat dilakukan secara langsung dari satu mintakat
kontrol nasional. USGS juga telah menetapkan jaringan tugu kontrol men- l ke mintakat yang lain.
datar dan tugu kontrol tegak yang terpercaya dalam melaksanakan pemetaan Koordinat bidang negara bagian sembardng titik dapat dihitung dari ga-
topografi. Oi Ueberapa tempat beberapa badan pemerintah federal lain seperti ris lintang dan garis bujur geodetik titik itu dan sebaliknya lintang dan bujur
fingetotaan Lembah Tennesse (Tennessee Valley Authority), Ikatan Insinyur sembarang titik dapat dihitung apabila koordinat bidang negara bagian diketa-
(Birb Pengelolaan Lahan) dan sebagainya, juga telah menetapkan kontrol. hui. Survei Ceodesi Nasional telah menerbitkan tabel yang memuat informasi
Begitu puia berbagai badan negara bagian, daerah, dan kotapraja, mungkin yang diperlukan untuk menghitung letak titik pada sistem koordinat bidang
telah memasang tugu kontrol. Kita harus berhati-hati dalam menggunakan negara bagian. Tabel itu diterbitkan dalam bentuk buku kecil, dengan satu
kontlol yang ada apabila tidak diketahui ketelitiannya. buku kecil seqra terpisah bagi tiap negara bagian yang berjumlah 50 itu.*
Koordinat bidang negara bagian telah dihitung untuk seluruh stasiun
kontrol mendatar jaringan nasional. Oleh karena itu koordinat titik-titik baru
r5.5 SISTEM KOORDINAT MEDAN BAGI KONTROL MEN. dalam sistem bidang negara bagian dapat langsung ditentukan berdasarkan
DATAR survei dari tugu ini. Karena keunggulan oleh kesederhanaan perhitungannya,
ditambah dengan kemampuan cakupannya yang luas tanpa kehilangan yang
Tugu yang dipasang di seluruh Amerika Serkat oleh Survei Geodesi berani dalam ketelitian oleh lengkungan bumi, koordinat bidang negara ba-
Nasional merupatran 0asar bagilaringan Kontrol Mendatar Nasional. Organi- gian merupakan rujukan sistem koordinat medan yang paling banyak diguna-
sasi survei nasional di Kanada dan Meksiko juga telah memasang jaringan
tl, kan untuk pekedaan fotogrameri di Amerika Serikat.
kontrol untuk negarqgya. Seluruh jaringan ini diikatkan bersama dalam Untuk proyek dengan ukuran terbatas, kadang-kadang digunakan sistem
sebuah sistem yang dinamakan Datum Ameriko utara Tahun 1927, dinarna- I

koordinat segi empat bidang setempat yang dihubungkan dengan sembarang


kan demikian karena penyesuaian umum secara serentak yang terakhir dilaku-
datum atau datum khayal. Akan tetapi, sistem koordinat sembarang harus
kan pada tahun 1977 . Sebagai hasil penyesuaian ini, ada sesuatu yang berni-
dihindari, karena tidak dikaitkan dengan garis lintang dan bujur atau dengan
lai bigi garis lintang dan garis bujur geodetik untuk surveyor setempat bagi sistem koordinat absolut lain.
tiap tugu. Semenjak tahun 1927, sejumlah besar stasiun baru telah ditambah-
Baik sistem geodetik maupun sistem koordinat bidang negara bagian
kan ke dalam jaringan ini. Banyak di antaranya telah dipasang oleh badan lain
telah diuraikan secara rinci di dalam buku-buku teks tentang ukur tanah dan
selain Survei CeoOesi Nasional. Pada saat ini sedang berlangsung penyesuaian geodesi pada akhir bab ini, dan bagi mahasiswa yang berminat mempelajari
umum yang baru yang akan menyatu dengan semua tugu yang ada setarang.
hal ini lebih lanjut dianjurkan mempelajarinya.
Survei untuk menetapkan kontrol foto mendatar biasanya didasarkan
pada tugu yang ada pada Jaringan Nasional. Berdasarkan penggkr:ran dari stasi-
un ini, ditentukan posisi titik-titik baru. Apabila survei meliput daerah yang 15.6 BIDANG RUJUKAN TEGAK
luas, posisi dapat-dihitung sesuai dengan lintang dan bujur geodetik. Ini
menguntungkan karena posisi relatif titik-titik yang berjarak jauh tidak Posisi tegak atau ketinggian titik-titik pada ruang objek dinyatakan
dengan jarak tegatnya di atas atau di bawah suatu datum. Datum tegak yang
I
menialami kesalahan oleh lengkungan bumi. Keadaan ini tidak seluruhnya
Oapat OitrinOartan apabila digunakan sistem koordinat segi empat bidang. ,J' o paling banyalr digunakan ialah permukaan laut rato-rata, meskipun untuk
Akan tetapi, matematika perhitungan koordinat geodetik agak rumit, dan oleh beberapa proyek digunakan datum lain. Misalnya datum tegak setempat yang
karena kernudian dikembangkan secara khusus, kalena itu sistem koordinat telah digunakan untuk beberapa kota di Amerika Serikat. Akan tetapi, tidak
segi empat yang dinamakan sistem koordinat bidang negara bagian. dianjutan penggunaannya untuk masa mendatang, karena datum ini tidak
- Sistem koordinat bidang negara bagian mempertahankan kesederhanaan
r. Dapat diperoleh dari Superintendent of Documcnts, US. Gwemment printing office'
sistem koordinat segi empat bidang, tetapi perhitungan bagi daerah yang luas
lVashington, P.C., Z&OZ.
tidak membuanfan fesAanan yang lebih besar dari satu bagian dalam 10.000
5W 503

dikaitkan terhadap permukaan latu rata-rata dan penggunaannya sering mem- Biasanya dilakukan penyesuaian untuk mengatasi kesalahan pengukuran, dan
buatrkan kekacauan dan mengarah ke terjadinya kesalahan-kesalahan. metode kuadrat terkecil merupakan yang terbaik untuk maksud ini.
Permukaan laut rata-rata di Amerika Serikat telah ditentukan berdasar- Trianggulasi meliputi pengukuran teliti atas satu "garis dasar" atau
kan pengamatan bertahun-tahun atas stasiun pengukur pasang surut di sepan' lebih seperti 81 dan 82pada Gambar 15.4b. Semua sudut mendatar yang
jang Lautan Pasifik dan Atlantik serta teluk Meksiko. Suatu penyesuaian mungkin antara stasiun yang saling keliharan juga diukur secara cermal Ke-
umum yang memadukan data yang diamati pada stasiun-stasiun tersebut di- mudian koordinat stasiun yang baru dapat dihitung secam trigonometrik. Tri-
lakukan pada tahun 1929,dmtsejak itu bidang tegak yang sekarang digunakan laterasi merupakan konsep serupa dengan trianggulasi, kecuali bahwa tidak
di Amerika Serikat disebut DatumTegak Geodetik Nasional tahun 1929. ada sudut yang diukur. Pengukuran lebih ditujukan pada semuajarak mendalar
Suatu jaringan tanda rujukan telah diadakan untuk seluruh negara, yang mungkin antara stasiun yang saling kelihatan pada jaringan tersebut,
terutama oleh Survei Geodesi Nasional. Tanda rujukan ini dipasang dengan seperti tersajikan pada Gambar 15.4c. Pada trilaterasi, jarak pada umumnya
perataan (levelling) diferensial yang teliti dan ketinggiannya didasarkan atas diukur secara elektronik. Koordinat semua stasiun baru dapat dihitung berda-
datum permukaan Iaut tahun lg29.Karenaperataan pada umumnya mengikuti sarkan jarak terukur. Survai kontrol mendatar sering menggunakan kombina-
jalan atau jalan kereta api, maka tanda rujukan dapat dicapai dengan mudah si teknik trianggulasi dan trilaterasi.
oleh surveyor setempat.

I5.7 METODE MEDAN UNTUK PENGADAAN KONTROL


MENDATAR
Insrumen dan teknik untuk survei lapangan sangat banyak dan berane-
ka. Di dalam buku ini hanya disajikan suatu perbincangan yang sangat li
ringkas tentang beberapa metode dasar. Buku-buku tentang ukur tanah yang
digunakan sebagai rujukan pada akhir bab ini menyajikan uraian lebih leng-
I

kap tentang hal ini. I

Survei kontrol mendaiar, baik untuk kontrol dasar maupun untuk kon- I

trol foto, dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu di antara beberapa
metode lapangan konvensional, yaitu: traversing, trianggulai, alau tilaterasi.
Dari metode-metode ini, traversing merupakan yang lebih umum. Akan tetapi
lepas dari metode yang digunakan, survei harus dimulai dari beberapa kontrol
rujukan yang ada di dekat daerah prcyek. Konr,ol yang ada biasanya terdiri dari
sekurang-kurangnya dua titik yang saling kelihatan, yang posisi mendatarnya
(misalnya koordinat bidang negara bagian) diketahui dengan teliti. Arah garis
yang menghubungkan dua titik (misalnya asimut dari utara) biasanya juga Gambar 15.4 (a) Contoh jaringan secara traverse. (D) Contoh jaringan triaggu-
diketahui. lasi. (c) Contoh jaringan trilaterasi. 1:1 Garis dasar. (-r) Garis terukur. ( ( )
Traversing, seperti yang disajikan dalam Gambar 15.4a, terdiri dari per- (*
Sudut terukur. - Garis pandangan. (A) Stasiun kontol rujukan yang ada, (O)
hitungan sudut mendatar dan jarak mendatar antrra stasiun yang berurutan rj -)
Stasiun kontrol baru.
dalamjaringan yang terutup. Stasiun kontrol rujukan yang ada, termasuk di
dalam jaringan. Sudut diukur dengan teodolit atau transit, sedangkan jarak Untuk sembarang survei kontrol menda[ar, pekerjaan penting sebelum
dapat diukur secara elektronik maupun dengan pira ukur. Berdasarkan koordi- pengukuran lapangan berupa pengadaanjaringan stasiun di daerah proyek yang
nat rujukan dan arah rujukan yang ada, sejalan dengan sudut dan jarak yang posisinya harus ditentukan. Pada survei kontrol dasar, stasiun itu biasanya
baru diukur tersebut, koordinat semua stasiun yang baru dapat dihitung secara berupa tugu buatan seperti tonggak kayu atau besi yang ditancapkan di tanah.
trigonometrik dalam sistem koordinat segi empat kontrol rujukan yang ada. Ini diikatkan secar! cermat terhadap kenampakan permanen di dekatnya se-
I
504 505

hingga dapat menemukannya kemudian apabila hilang. Pada survei kontrol


foto, beberapa stasiun berupa tugu buatan dan beberapa lainnya dapat berupa Gatis
bentuk alamiah yang dipilih untuk titik+itik kontrol foro.
Kombinasi tertentu instrumen dan teknik yang hams digunakan untuk
survei kontrol mendatar tergantung pada kondisi tiap proyek. Topografi yang
ada atau kenampakan bangungan tertentu seperti jalan raya dan jalan kereta api
fj rr

dapat menyajikan cara kerja yang lebih ekonomik daripada yang lain. Apabila
daerah proyek kasar atau barangkali meliputi lembah sungai yang curam pada
salah satu sisinya, trianggulasi dan trilaterasi dapat merupakan pendekatan
yang terbaik. Trianggulasi dan trilaterasi dapat juga merupakan yang terbaik
apabila daerah agak rata dan tertutup hutan lebat, meskipun dalam hal ini
mungkin diperlukan menara untuk menyangga instrumen di atas pohon agar
saling kelihatan antar stasiun. Apabila sepanjang jalur foto terdapat jalan atau
jalan kereta api dalam suatu daerah yang memberi gambaran jelas bagi letak
titik pada foto, atau apabila daerah itu datar atau agak bergelombang dan agak Gambrr 15S Spirit atau leveling "diferensial".
terbuka bagi arah pengamatan, rnungkin ffaversing merupakan cara terbaik.
Kemudahan mencapai tilik-titik, dan pembiayaan survei serta kenyamanan danrt2 masing-masing dilakukan pada tongkat benkala yang dipegang tegak
merupakan hal-hd yang perlu diperhatikan dalam perencanaan survei kontrol. lurus pada BMx danA. Ketinggian titik A sama dengan ketinggian BM, dt-
Ketelitian yang dipersyaratkan bagi kontrol foto merupakan pertim- tambah dengan pembacaan rodR1, dan dikurangiR2.
bangan lain yang penting di dalam menentukan peralatan dan cara kerja yang Untuk kompensasi kelengkungan bumi kesalahan oleh pembiasan at-
harus digunakan. Apabila diperlukan ketelitian baku tinggi bagi konrol men- ri , mosferik garis pandangan, jarak Dldan D2pengamatan ke BM, dan A harus
datar, tentu saja akan dipersyaratkan baku survei yang tinggi. Untukmaksud kurang lebih sama Kemudian besarnya kesalahan dari sumber ini akan sama
ini diperlukan pengukuran jarak secara elektronik atau dengan pita teliti, dan besar dalam pembacaan R1 dan R2, dan karena kesalahan itu ditambahkan
juga pengukuran sudut dengan teodolit teliti. Survei mendatar yang kurang dalam ^R1 serta dikurangkan dalam R2, kesalahan ini terhapus. Dengan ke-
teliti cukup dilakukan dengan pengukuran pita secara kasar atau bahkan stadia I
tinggian titikA yang diketahui, ketinggian titik dapat diperoleh dengan pe-
dalam beberapa hal. I
nempatan instrumen aun,lara A dan dan pembacaan rod R3 dan Ra. Keting-
gian titik B sama besar dengan ketinggian A ditambah pembacaan rod R3,
dikurangi pembacaan R 4,Cara ini diteruskan hingga ketinggian-ketinggian
15.8 METODE MEDAN UNTUK PENGADAAN KONTROL
TEGAK diperoleh untuk semua titik yang diinginkan. Lingkaran pengukuran beda
tinggi berakhir pada tanda rujukan awal atau tanda rujukan lainnya, sehingga
dapat dilakukan penyesuaian terhadap kesalahan-kesalahan yang terkumpul di
Untuk sunrei kontrol tegak pengukuran beda tinggi (leveling) secara
diferewial merupakan dalam proses pengukuran beda tinggi.
cara kerja lapangan yang paling lazim, dan metode ini
pula yang digunakan apabila dikehendaki ketelitian tinggi. Peralatan dasar Cara lain untuk menentukan beda tinggi ialah pengukuran trigonome-
untuk leveling diferensial ialah instrumen leveling dan tongkat berskala. Ta- tik.Caraini dapat digunakan apabila dikehendaki ketelitian sedang dan teru-
bung perata yang hampir penuh dengan cairan ditempatkan pada instrumen t)o tama cocok untuk medan kasar. Pada pengukuran beda tinggi frigonomehik
pengukuran beda tinggi. Apabila gelembung udara pada tabung betul-betul di seperti fng disajikan pada Gambar 15.6, diukur sudut tegak o dan jarak men-
dntar D atau jarah miring S antara dua titik A dan B. Kemudian beda tinggi-
tengah, pandangan garis teleskop mendatar. Cara kerja pengukuran beda tinggi
disajikan pada Gambar 15.5. Survei kontrol tegak dimulai dari tanda rurukan nya ialah satu di antara M=D tan o atau Alr = S sin a. Jaraknya dapat diukur
(tugu yang diketahui ketinggiannya) seperti misalnya BMx.Di atas bidang secara elektronik atau dengan pita, akan tetapi pada umumnya lebih enak
dengan cara elektronik Sudut tegak diukur dengan teodolit. Untuk pengamat-
datum ialah hsyr. Untuk pengadaan ketinggian titik baru A, instrumen
an jarak jauh, sudut tegak harus diukur pada dua arah dari tiap stasiun dan
diletakkan antaraBMx dan titikA, gelembung dipusatkan, dan pembacaan R1
506 507

dirata-ratakan untuk kompensasi kelengkungan bumi dan pembiasaan atmos- Pada sistem ini, jarak dan sudut mendatar serta sudut tegak diukur terhadap
ferik helikopter yang terbang stasioner di atas stasiun yang tidak diketahui letak
Untuk pemetaan skala kecil yang hanya menghendaki ketinggian dan ketinggiannya. Pengukurannya dilakukan dari dua atau lebih titik kontrol
secara kasar, pinguktran barometrik, beda tinggi, p erekanun profil dari udara yang ada pada saat pilot meluruskan secara tegak lurus di atas titik yang tidak
(APR) atau pengr*uran elevasi dengan meter dapat memberikan hasil yang diketahui dengan alatkelurusan khusus yang disebut pandangan terbang sla-
baik. Pengukuran barometrik dilakukan di medan dengan menggunakan dua rJ '|
r
sioner. Jarak helikopter di atas titik itu dibaca pada skala garis unting-unting
atau lebih altimeter barometrik yang teliti. Cara ini dapat menghasilkan ke- yang dijulurkan ke bawah hingga titik tesebut. Berdasarkan pengukuran ini
tinggian dengan kesalahan rata-rata kurang dari 5 kaki, dan ketelitian yang dapat dihitung letak dan ketinggian titik baru. Sistem ini khusus bermanfaat
terUait dapaidiperoleh selama kondisi udara stabil. Sebuah perekam profil bagi pemetaan skala kecil di atas medan kasar atru sukar didatangi.
dari udara menggunakan sebuah altimeter barometrik dan radar, dan menentu- Pada saat ini digunakan sistem pengukuran inertial dengan kemanfaat-
kan profil di medan di bawah jalur pesawat yang rnembawany-a' Alat ini an besar dalam mendapatkan kontrol foto. Sistem ini menggunakan giroskop
mampu mencapai ketinggian absolut dengan kebenaran hingga l0 kaki, dan teliti untuk mengindera rotasi bumi dan melakukan orientasi sendiri arah
alat ini terutama digunakan dengan baik bagi medan yang sulit dicapai. Ukur- utara-selatan dan timur-barat, dan juga arah gravitasi. Karena sistem ini ber'
an ketinggian (elevation meter) ialah alat yang diikatkan pada kendaraan bero- pindah dari satu titik ke titik lain, giros mengatur arahnya sambil accelero'
da yang-secara terus-menerus mengukur sudut kemiringan dan panjang jarak meter mengukur komponen perubahan posisi pada arah dan ketinggian yang
tempuh selama kendaraan bergerak. Parameter ini memungkinkan perekaman utama.Instrumen yang telah diaktifkan sejak stasiun kontrol pertama, dapat
s@ara otomatik dilakukan untuk beda tinggi dari titik yang satu ke titik lain- menghasilkan pembacaan langsung letak dan ketinggian titik-titik yang
nya. Ketelitian yang trelah dicapai dengan instrumen ini hingga kurang lebih 2 dilalui. Sistem ini dapat dibawa dengan kendaraan darat atau pesawat udara,
kaki. dapat membuahkan ketelitian letak kurang dari lm. Gambar 15.7 memper-
lihatkan Spanmark, sebuah sistem pengukuran inertial yang ditempatkan pada
,l ' helikopter. Apabila sistem ini dibawa oleh helikopter, pengukuran dapat
dilakukan pada saat heli terbang stasioner di atas titik kontrol foto yang baru.
Garis unting-unting terskala yang dijulurkan ke bawah hingga titik tersebut
menyajikan terjemahan tegak yang harus dikurangkan terhadap ketinggian
instrumen untuk memperoleh ketinggian titik.
Sistem Doppler juga digunakan dalam survei kontrol foto, yang pada
dasamya untuk pengadaan titik kontrol dasar pada daerah proyek yang luas.
Dengan menggunakan alat penerima khusus yang dinamakan Geoceivers,
sistem ini mengukur perubahan frekuensi sinyal yang dipancartan oleh satelit
yang lewat. Berdasarkan data orbital satelit yang diketahui ditambah dengan
pengukuran waktu yang teliti, perubahan frekuensi yang terukur memungkin-
kan perhitungan letak geoceiver. Sistem ini menghasilkan ketelitian letak
sampailmataukurang.

Grnbrr 15.5 Pengukurur bcda tinggi trigonometrik.


,). 15.10 SASARAN BUATAN
Pada beberapa daerah seperti padang rumput, hutan lebat, padang pasir,
15.9 SISTEM LAIN I'NTUK SURVEI KONTROL FOTO
dan sebagainya tidak akan diperoleh kenampakan alamiah untuk kontrol foto-
gramerik. Dalam hal ini maka dapat ditempatkan tanda buatan yang dinama-
Suatu sistcm unik yang disebut Airborne Control (ABC\ system atatu
kan titik panel sebelum pemotrctan dari udara I-etaknya ditentukan kemudi-
sistemkontrol dari udara telah digunakan oleh Dinas Survei Geologi Ameri'
an dengan survei lapangan atau dalam beberapa hal melalui trianggulasi uda-
ka Serikat untuk survei kontrol mendatar dan tegak dengan ketelitian rendah.
"il

508 509

ra Cam ini dinamakan penandaan sebelurrutya alaupenasangan panel.


Sasaran buatan menyajikan gambaran fotografik terbaik yang mungkin
dan oleh karenanya digunakan untuk kontrol pekerjaan fotogrametrik yang
paling teliti, tanpa memperhatikan keberadaan titik alamiah. Secara buatan
juga digunakan untuk menandai sudut blok dan garis batas untuk pekerjaan
l) rr kadastral fotogrametrik.
Di samping keunggulan yang berupa kualitas gambar yang sangat baik,
wujudnya yang unik juga menghindarkan kesalahan dalam mengidentifikasi
sasaran buatan. Kelemahan sasaran buatan ialah: (1) penambahan pekerjaan
dan biaya yang lebih banyak dalam menempatkan tanda, (2) tanda dapat dipin-
dah-pindahkan antara waktu penempatannya dan waktu pemotretannya, (3)
tanda itu mungkin tidak kelihatan pada lokasi yang baik pada foto. Untuk
menyelamatkan terhadap kelemahan, pemotretan dilakukan sedekat mungkin
dengan peletakkan tanda. Untuk memperoleh gambar sasamry'tanda pada letak
yang sangatjelas di foto, liputan tiap foto dapat direncanakan dalam hubung-
annya dengan letak tanda, dan letak titik utama medan dapat dikhususkan da-
lam perencanaan penerbangan.

ar
Itr r+-sD--<1 I
D
t L T

!
Gambar l5.E Tanda buatan fotogrametrik

,) Sejumlah tanda buatan yang berbedajenisnya telah digunakan secara


berhasil untuk kontrol fotogramerik. Elemen utama dalam perancangan tanda
ialah perbedaan warna yang kontras, suatu tanda simetrik yang dapat dipusat-
kan pada titik kontrol, dan ukuran tanda yang menghasilkan gambaran yang
Gcmbor 15.7 Sistem survei inertial yang ditempatkan pada helikopter. (Seizin
Span International, Inc.) baik pada foto yang dihasilkan. Kontras terbaik dapat diperoleh dengan meng-
gunakan sasaran dengan wama cerah pada latar belakang yang gelap atau tanda
berwarna gelap pa& latar belakang yang cerah. Tanda yang disajikan pada
ry

510 511

tilik gambar semua titik kontrol yang kelihatan harus diidentifikasi dari catatan
Gambar 15.8 menyajikan simetri yang bagus untuk pemusatan pada
lapangan. Setelah identifikasi dilakukan secara positif, gambar titik konrol
konfol. Panel pusai sasaran harus dipusatkan pada titik kontrol, karena meru-
puf.- titif gariba, yang harus diuhir. Kakinya membantu dalam identifikasi ditusuk tipis dengan jarum untuk menghindarkan kemungkinan kesalahan
dalam identifikasi kemudian, misalnya apabila titik konrol ada pada pojok
ianOa paOa ioto, Oarijuga membantu dalam menentukan titik pusat tanda
apa-
persilangan jalan samping tertentu, penandaan pada pojok tersebut dapat me'
bila
' pusat panel tidak tergambar jelas'
Ukirran tanda hanls diraniang berdasarkan skala foto yang dikehendaki
.J ,,
nimbutt<an kemungkinan salah menggunakan pojok lain pada waktu kemudi'
an karena uraian yang ditulis ditafsirkan salah. Tusukan jarum seharusnya ha'
sehingga gambaran tanda sesuai dengan u$1ul yang diinginkan pada foto'
nya menembus emulsi dan jarum harus dipegang tegak lurus terhadap kertas.
Ufu.ii girnUu, sebesar 0,03 mm hingga 0,10 mm untuk sisi panel pusat Penusukan hanrs dilakukan dengan bantuan lensa pembesar.
pada um-umnya ideal. seperti disajikan pada. Gambar 15.8, apabila ukuran
'ni.Aun
panel pusat sebesar D, maka lebar kaki juga harus sebesar D, P9:ang Gambar titik kontrol harus ditandai lebih lanjut dengan melingkarinya
dengan simbol yang sesuai, tergantung pada jenis titik kontrol itu. Untuk
kaki hails sebesar iD, dan ruang terbuka antara panel pusat dengan kaki harus
dan ukur- titikkontrol mendatar biasanya digunakan segitiga, sedangkan lingkaran dapat
sebesar D. Ukuran tanda dapat langsung dihitung setelah skala foto
gurUur tanda optimat ditetapkan. Sebagai contoh, misalnya diinginkan digunakan untuk kontrol tegak. Sebuah segitiga yang terletak di dalam ling-
un
karan menunjukkan titik tersebut digunakan untuk kontrol mendatar maupun
;ffi; panet pusat'setesar 0,05 mm dan direncanakan foto udam berskala
tegak. Pemberian nomor dan nama titik kontrol tersebut harus ditulis dekat
l:12.000 maka D sebesar 2,0 kaki.
Bahan yang digunakan sangat beraneka. Dalam beberapa hal maka tan-
titik kontrol foto. Beberapa badan mengambil sistem penomoran yang sesuai
dengan jenis titik konrol. Sebagai contoh, titik tegak dapat diberi nomor dari
da yang memuastan dapat diperoleh dengan-cara sederhana, yaitu dengan pe-
;t;"6 silang putih piOa jaian yang permukaannya hitam' PSdL hal lain ma-
I hingga 999, titik mendatar diberi nomor dari 1.000 hingga 1-999, dan
gabungan titik mendatar dan tegak dapat diberi nomor dari 2.000 hingga
fi mdu dica&in paia ptiwood, masonite (batu), atau terpal, di juga
yang
mana tanda
dibuat l.ggg.-Vruan tertulis yang singkat harus ditulis pada bagian belakang foto
ini Aaput diambil dan digirnatan lagi. Talda memuaskan
batu di atas tanah dalam bentuk sebuah silang. Batu dekat dengan tusukan jarum. Satu set indeks konrol foto yang disusun secara
A.niui, menempatkan
seksama dapat menjadi alat yang berharga dalam melakukan pekerjaan fotogra-
Outii ai.ut putiir untuk menambah kontras. Penempatan kapur dengan bentuk
metrik berikutnya.
minyilang pada latar belakang yang gelap ju.ga membuahkan tanda yang me-
juga
1nuuif"n.-tiun bekas yang OiJai puiih dan dipusatkan pada titik kontrol
baik untuk pemotretan dari udara dengan ketinggian rendah dan ska! be.sar.
---
Suaiu cara kerja yang disebui pasca penandaan (post marking) dapat
RUJUKAN
dilakukan apabila tetair diperoteh titik panel yang diperlukan bagi.daerah terse-
American Society of Photogrammetry: "Manual of Photogrammetry," ed. ke-3'
but sesudah^pemotrctan. Pada metodeini, tanda yang diuraikan $i atas diletak-
kan pada tempat yang diinginkan. Foto udara tegak pelengkap dibuat atas tiap Falls Church. Va., 1966, Bab 8'
p"- : "Manual of Phoogrammetry," ed. ke-4, Falls Church, Va.. 198O
tund; d- Oaera,tr seti-tarnyi dengan kamera format kecil yang dibawa 9J"h
sa*at ringan dengan ketinggian-terbang rendah. Tinggi terbang dapat dihitung Bab 8.
unmt fot"o peten-gtap teri-but, sehingga skalanya sama besar dengan skala Biege, R. R., Jr.: Photogrammetric Control Methods of the State Highway Com-
peleng-
foto asli. Ldtat AnAa Oapat dipindahkan secara stereoskopik-dari foto mission of Kansas, Surveying and Mapping, vol. 29, no. 4, hlm. 579'
pengamat-
kap ke foto asli dengan menggunakan alat pemindah titik. Sistem
t969.
un indiridrut alat perninaaniitit yang diperbesar dengan Zoom_meniadakan Bomfor{ G.: "Geodesy,'ed. ke-2 Oxford University Press, New York' 1952.
.)
ietranrsan bahwa skata foto pelengkap sama dengan skala foto asli. Brinker, R. C., dan P. R. Wolf: 'Elementary Surveying," ed' ke-6; Harper & Row'
Publishers, Incorporated, New York, 1977.
Burger, T. D.: Use of the Elevation Meter in Topographic Mapping, Surveying
I5.T1 MEMBUAT INDEKS KONTROL MEDAN
and Mapping, vol. 21, no. 4, hlm. 481, 1961.
Disarankan agar bagi tiap proyek dibuat serangkaian cetak kertas
untuk Carriere, R. J., et al6 Experience with the Inertial Survey System at the Geodetic
indek konfol meAan. nanitaian iotofoto ini harus dikaji secara seksama, dan Survey of Canadg Canadian Surveyor, vol. 32, no. 3, hlm. 341,1978.
512 1
513
.

{
Danner, C. S.: Horizontal Control Problems in Private Practice, Surveying and Thompson, M. M., dan G. H. Rosenfeld: Map Accuracy Specifications, Surveying
Mapping, vol. 30, no. 2, hlm. 265, 1970. i and Mapping, vol. 31, no. l, hlm. 5'1,1971.
Davis, R. E., et al.: "Surveying Theory and kactice", ed. ke-5, McGraw-Hill Book Tod4 M. S.: The Development of the Inertial Rapid Geodetic Survey, Canadian
Co., Inc., New York, 1981. Surveyor, vol. 32, no. 4, hlm. 465, 1978.
Eckhardt, C. V.: Airborne Control for Topographic Mapping, Surveying and VanWi[ M. C.: Test Areas and Targeting in ttre Hull hoject, Canadian Sumeyor,
Mapping, vol. 26, no. l, hlm. 49, 1966. vol. 25, no. 5, hlm. 514,1971.
Federal Highway Administrationr Reference Guide Outline, Specifications for Watts, R. G.: Simplicity of State Plane Coordinate System in Surveying, Szr-
Aerial Surveys and Mapping by Photogrammetric Methods for Highways, veying and Mapping, vol. 25, no. 4, hlm. 543, 1965.
U.S. Dept. of Transportation, Washington, D.C., 1968. Woll P. R.: "Adjustment Computations: hactical Least Squares for Suweyors",:
Haig, M. D., et al.: A Simplifred Explanation of Doppler Positioning, Surveying ed,. ke-2, P.B.L. Publishing Co., Madison, Wis., 1980.
and Mapping, vol. 40. no. l, hlm. 29, 1980.
Halliday, J.: The Vital Communications Link-Photoidentification of Horizontal
Control, Photogrammetric Engineering, vol. 29, no. 5, hlm. 8M, 1963. SOAL
Hittel, A., et al.: Doppler Satellite Applications in Manitoba, Canadian Surveyor,
vol. 31, no. 2, hlm. 167, 1977.
I 5.1 Jelaskan perbedaan antara kontrol dasar dengan kontrol foto.

Hothern, L. D., et al.: Doppler Satellite Surveying System, ASCE Journal ol the
15.2 Uraikan karakteristik titik kontrol foto mendatar yang baik.
I 5 .3 Uraikan karakteristik titik kontrol foto tegak yang baik.
Surveying and Mapping Division, vol. lO4, no. SUl, hlm. 79, 1978. I 5. 4 Nyatakan ketelitian baku peta nasional untuk letak mendatar maupun
Krakiwsky, E. J., et al.: Geodetic Control from Doppler Satellite Observations of ketinggian.
Lines Under 200 KM, Canadian Surveyor, vol.27, no. 2, hlm. 141, 1973. I 5.5 Jelaskan keunggulan penggunaan sistem koordinat bidang negara bagian
Kratky, V.: Real Time Photogrammetric Support of Dynamic Three-Dimensional sebagai rujukan kontrol foto mendatar,
Control, Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 45, no. f 5. 6 Apabila peta dibuat secara fotogrametrik dengan skala 500 kaki/inci, dan
9, hlm. 1231, 1979. kontrol foto harus dibuat dengan ketelitian empat kali lebih besar
Lachapelle, G.: Redefinition of National Vertical Geodetic Datum, Canadian daripada kesalahan yang dapat diterima pera untuk tirik-titik yang di-
Surveyor, vol. 33, no. 3, hlm. 2'13, 1979. gambar sesuai dengan ketelitian baku peta nasional, berapakah keteliti-
an medan penempatan titik kontrol foto tersebut?
Lee, D. R.: Vertical Control for Mapping the Okefenokee Swamp, Surveying and
Mapping, vol.27, no. l,hlm. 273, 1967.
15.7 Seperti Soal 15.6 tetapi skala petanya l:12.000 dan kontrol foto harus
Lennon, G. W.: Mean Sea Level as a Reference for Geodetic Leveling, Canadian
mencapai ketelitian t0,005 inci pada peta.
f 5. E Berapakah ukuran bujur sangku pada perpotongan dua sisi jalan dengan I

Surveyor, vol. 28, no. 5, hlm. 5U, 1974. lebar 6 kaki apabila skala fotonya l:9.600?
Lippol4 H. R.: Readjustment of the National Geodetic Yertical Datum, Surveying 15.9 Berapa ukuran gambar dalam milimeter apabila diameter lubang buatan
and Mapping, vol. 40, no. 2, hlm. 155, 1980. sebsar 36 inci dan skala foto l:6.000?
Loving, H. G.: Airborne Control System, Surveying and mapping, vol. 23, no. l, 15.10 Uraikan tiga metode lapangan konvensional yang digunakan untuk
hlm. 91, 1963. survei kontrol mendatar.
O'Leary, W. V.: A New Development Program for the Airborne Profile Recorder, f 5.1 I Uraikan dengan ringkas petbedaan teknik lapangan yang digunakan
Photogrammetric Engineering, vol. 29, no.5, hlm. 872, 1963. untuk pengadaan kontrol tegak.
Schwieder, W. H.: Laser Terrain Profiler, Photogrammelric Engineering, vol. 34, 15 .12 Jelaskan Sistem Kontrol dan Udara untuk survei kontrol foto.

no. 7, hlm. 658, 1968. I 5.1 3 Jelaskan dengan singkat cara kerja sistem pengukuran inertial, dan
bagaimana cara itu dapdt digunakan dalam survei kontrol foto.
Theurer, C.: Control for Photogrammetric Mapping, Photogrammetric Engine-
f 5.1 4 Jelaskah dengan singkat sistem penentuan posisi Doppler dan kegunaan-
ering, rol. 23, no.Z, hlm. 318, 1957.
nya dalam surlei kontrol foto.
514

15.15 Uraikan keunggulan dan keterbatasan penggunaan tanda buatan bila BAB
dibandingkan terhadap tanda-tanda alamiah-
I 5. I 5 Berapakah seharusnya jarak medan D (lihat Gambar 15.8) tanda buatan t6
apabila ukurannya pada foto yang dibuat ketinggian 10.000 kaki di atas
tanah dengan panjang fokus kamera 152 mm, harus sebesar 0,05 mm' rl rl
15.17 Seperti Soal 15.16 tetaPi ukuran pada foto sebesar 0,10 mm, tinggi PERENCANAAN PROYEK
terbang di atas medan 5.000 kaki, dan panjang fokus kamera sebesar 210

16.I PERTIMBANGAN DI DALAM PERENCANAAN PRO.


YEK

Untuk pelaksanaan proyek fotogrametri secara berhasil, diperlukan


perencanaan menyeluruh sebelum melakukan pekerjaan tersebut. Lebih dari
pelaksanaan pekerjaan fotogrametri lainnya, perencanaan harus dilaksanakan
oleh orang-orang yang berpengalaman dan berpengetahuan luas serta
mengenal baik semua aspek perencanaan.
Salah satu pertimbangan penting yang harus diperhatikirn secara dini
oleh pelanggan dan fotogrametriwan meliputi kepastian tentang keluaran apa
yang akan dihasilkan, termasuk skala dan ketelitiannya. Hal ini hanya dapat
dilakukan apabila perencana mengetahui dengan baik apa yang dikehendaki
oleh pelanggan sehingga dapat dicapai keluaran terbaik secara menyeluruh
sesuai dengan yang diperlukan. Pelanggan tentu saja akan mempertimbangkan
biaya tiap jenis kegiatan serta usulan jadwal pelaksanaan dan penyerahan
hasilnya. Oleh karena itu maka untuk perencanaan yang berhasil diperlukan
beberapa pertemuan dengan pelanggan sebelum mulai melaksanakan pekerja'
an, dan sesuai dengan sifat dan besamya proyek mungkin diperlukan beberapa
pertemuan lanjutan selagi pekerjaan berlangsung.
Berbagai keluaran dapat dikembangkan dalam suatu proyek fotograme-
tri tertentu, termasuk cetakan foto udara, peta foto, mosaik, peta planimetrik
ai dan peta topografik, penampang melintang, model medan digital, foto orto,
peta kadaster, dan sebagainya. Di samping keluaran yang sangat beraneka dan
dapat dikembangkan untuk suatu proyek tertentu, pada umumnya ada pertim-
bangan utama yang akan mempengaruhi cara kerja, biaya, dan jadwal kerja.
Pertimbangan itu meliputi lokasi daerah proyek, luas, bentuk, topografi,
tutupan vegetasi, dan Eetersediaan titik kontrol medan, dan sebagainya. Itulah
sebabnya maka tiap proyek membuahkan masalah unik yang harus diper-
517
516
skala, tinggi terbang, tampalan samping, toleransi kesendengan (tilt) dan
hatikan di dalam tahap perencanaan. 'crab', dan sebagainya- Suatu rencana penerbangan yang membuahkan spesi-
Apabila kelu-aran yang harus dihasilkan telah disepakati bersama fikasi optimum bagi sebuah proyek hanya dapat dibuat setelah mempertim-
petanggan, rincian pekerjaan perencanaal proyek pada umumnya dapat di- bangkan secara seksama semua variabel yang mempengaruhi pemoEetan dari
tampilkan ke dalam kategori berikut: udara.
Suatu misi pemotre0an dari udara merupakan pekerjaan mahal yang
1. Perencanaan pemotretan dari udara)
melibatkan dua orang pelaksana atau lebih, ditambah pesawat terbang serta
2. Perencanaan titik kontrol medan
kelengkapannya yang mahal pula. Di samping itu, jangka waktu yang baik
3. Pemilihan instrumen dan carakerja yang diperlukan untuk memperoleh ha-
untuk pemorehn bagi banyak daerah sering terbatas oleh cuaca dan kondisi
sil yang diinginkan
tutupan lahan yang berkaitan dengan musim. Kegagalan untuk membuat foto
4. Perkiraan biaya dan jadwal penyerahan hasil.
yang baik pada suatu misi penerbangan tidak hanya memerlukan penerbangan
Setelah selesai dengan perencanaan empat kategori pekerjaan ini, pada ulang yang mahal, akan tetapi sering pula mengalami penundaan yang lama
umumnya fotogrametriwan menyiapkan usulan rinci tentang.renCana' bagi perolehan foto yang dipesan. Penundaan demikian bersifat mahal pula.
spesifikisi, pertlraan biaya, dan jadwal penyerahan proyek. Usul ini sering Oleh karena itu maka misi penerbangan merupakan salah satu pekerjaan
merupamn dasar bagi persetujuan atau kontrak bagi pelaksanaan pe-kerjaan.
' Dari empat kaiegori pekerjaan tersebut, butir 2 telah dibincangkan
te{penting di dalam proyek fotogrametri secara menyeluruh. Bagian berikut
menyajikan berbagai pertimbangan di dalam perencanaan penerbangan.
secara rinci pada Bab 15, dan butir 3 juga telah diutarakan pada bab-bab
sebelumnya di ,ana berbagai keluaran fotogrametrik dan instrumen untuk
menghasiikannya telah diuraitran. Bab 16 ini membincangkan dua butir yang 16.3 TAMPALAN DEPAN DAN TAMPALAN SAMPING FO.
beluir diuraitan pada bagian yang terpisah, yaitu Bagian I membincangkan TOGRAFIK
perencanaan peneruangan, dan Bab II tentang perkiraan biaya serta penjad-
walan. Sebelum membincangkan berbagai aspek yang diperhatikan di dalam
merencanakan suatu misi pemotretan, sebaiknya ditegaskan kembali definisi
istilah tampalan depan dan tampalan samping. Seperti yang telah diuraikan
pada Butir 1.4, liputan foto tegak suatu daerah pada umumnya dibuat berupa
BAGIAN I. PERENCANAAN PENERBANGAN rangkaian jalur terbang yang saling bertampalan. Seperti tercermin pada Gam-
bar 16.1, tampalan depan ralah tampalan antara foto yang berurutan sepanjang
sebuah jalur terbang. Gambar 16.2 menyajikan tampalan samping, yailu
16.2 PENGANTAR tampalan antara jalur te6ang yang bennutan.
Pada Gambar 16.1, G mencerminkan ukuran bujur sangkar medan
Karena keberhasilan suatu proyek fotogrametri mungkin lebih dipe- yang terliput oleh sebuah foto tunggal (dengan asumsi medannya daar dan
ngaruhi oleh foto yang kualitasnya bait daripada oleh pengaruh aspek lain, I
bidang fokal kamera berupa sebuah bujur sangkar), dan ialah basis atau
,riaka perencanaan pemotretan merupakan pertinnbangan utama. Karena jarak anlara stasiun pemotretan sebuah pasangan stereo. Besarnya tampalan
pemotretan harus memuaskan bagi tujuan tertentu, maka misi pemotretan depan sebuah pasangan stereo pada umumnya dinyatakan dalam persen. Bila
'hanrs
direncanat<an dengan cermat dan dilaksanakan secara seksama pula sesuai dinyatakan dengan G dan B, maka besarnya tampalan depan adalah:
dengan rencarw penerbangan. Pada umumnya rencana penerbangg terdiri dari
dualral, yuu (i) peta ialur terbang yang menggambarkan daerahyang harus
dipotret'dan (2) ipesifikasi yang merupakan pedoman untuk melaksanakan
rr=(!ff)xroo (16.1)

pernotretan, termaiuk permintaan khusus yang menyangkut kamera dan film'


Pada Persamaan 16.1, PE ialah persentase tampalan depan. Apabila
diinginkan liputan stereoskopik suatu daerah, tampalan depan absolut mini-
r) Fotogrametri terestrial dan fotogrametri jarak dekat juga merupakan aktivitas foto- mum sebesar 50 persen. Akan tetapi, untuk menghindari kesenjangan (gap)
grametri yang jumlahnya berkembang secara berarti. Pertimbangan khusus proyek inis yang terjadi pada lipulan stereoskopilq oleh 'crab', kesendengan, variasi tinggi
ini disajikan pada Bab 18.
?
518 519

terjadinya ketidaksinambungan antara jalur teftang yang disebabkan oleh drift,


crab, kesendengan, variasi tinggi terbang, dan variasi medan. Drf merupakan
istilah yang digunakan bagi kegagalan penerbang untuk terbang di sepanjang
jalur terbang yang direncanakan. Drift sering disebabkan oleh angin kencang.

,l ,,
Drift yang berlebihan merupakan penyebab utama terjadinya ketidaksinam-
bungan liputan foto. Bila hal ini terjadi, diperlukan penerbangan ulang.
Pada Gambar 16.2, G mencerminkan ukuran liputan medan sebuah
foto tunggal yang berbentuk bujur sangkar dan W merupakan jarak antara
jalur terbang yang berurutan. Besarnya tampalan samping, PS, yang dinya-
akan dalam persen adalah:

Gambar 15.1 Tampalan depan, tampalan antara foto yang berurutan


sebuah jalur terbang.
sePanJanS PS= (#) x 100 (16.2)

Pemotretan untuk maksud pemetaan pada umumnya dilakukan dengan


tampalan samping sebesar 30 persen. Keuntungan digunakannya tampalan
samping yang besar ini ialah terhindarnya penggunaan bagian paling tepi
foto, di mana kualitas fotonya biasanya kurang baik. Pemotretan untuk
pembuatan mosaik kadang-kadang dibuat dengan tampalan samping lebih be-
sar dari 30 persen karena hal ini memungkinkan pengurangan ukuran bagian
I
tengah foto yang harus digunakan, sehingga akan dapat memperkecil distorsi
J gambar oleh kesendengan dan relief. Di dalam beberapa hal, apabila pemo-
I
I
tretan dari udara akan digunakan untuk perluasan titik kontrol'fotogrametrik
dengan ketelitian sangat tinggi, tampalan depan maupun tampalan samping
dapat dibuat sebesar 60 persen.

antara jalur terbang yang berurutan'


Gambar 16.2 Tampalan samping, tampalan
yang mele'
terbang, dan variasi medan, biasanya digunakan t'ampalal.fe-pan
foo perluasan titik kontrol fotogra'
ilii,iltfi"^rn. Apabila digunakan untuk
f9t9.ya1S ber-'
*rrit,'",uf." gariUaran beberipa titik harus tampak pada.tiga
;hr: ,u"t [orAri y-g juga memerlukan tahpalqn depan lebih dari 50
giidasukan A*i,"in'i maka pemotretan dari udara untuk maksud
;g;;:
ffi;rr- Udya dibuat dengan amfalan depan sekitar 60 persen, dengan
**
nlus -:;;["ii:t"r.r,
atau minus sekitar 5 Persen.
iii"ru*- padaB9tlr 4'7,'ffab' terjadi apabila tepi ,t I

all Kegagalan memperolch liputan


foto pada'aratr i ti-Oat sejajar dengan arah ialur terbang. Crab_menyebabkan stereoskopik karena variasi
I

i;;H*"dya lipuran si|iiormplt, seperti tercermin pada Gambar 4.llb. :

tinggi terbang
C-.,,U* iO.t hiirgga 16.5 menyijikan pengurangan qalam tampalal depan I

masing-masing oleh
vanc menveUaUk;; berkurangnyi tiputan stereoskopik
variasi relief'
"*'-ttrp;1-
[*r"lnO"ng-, variasi tinggi terbang, dan
*.piriiaip"rr,rrlin ai dalam pemotreran untuk menghindari
Gambar 15.3 Kegagalan untuk memperoleh liputan stereoskopik karena kesen-
dengan. \
T
520 I 521

15.4 MAKSUD PEMOTRETAN

N--e-+ Di dalam merencanakan misi pernotretan dad udara, pertimbangan


.lt pe(ama dan yang paling penting ialah tujuan pemotretan. Cara kerja dan
.t ,, perlengkapan yang optimum hanya dapat dipilih apabila tujuan pemotretan
telah ditentukan dengan jelas. Pada umumnya foto udara yang dikehendaki
ialah yang kualitas metrik maupun kualitas piktorialnya baik. Foto yang
kualitas metriknya baik diperlukan untuk pemetaan topografi atau tujuan
lainnya yang menghendaki pengukuran fotogrametrik kuantitatif secara teliti.
Kcgagalan menlPeroleh liPutan Kualitas piktorial yang baik dikehendaki untuk analisis kuantitatif seperti
stereoskopik karena variasi untuk interpretasi foto atau untuk menyusun peta foto dan mosaik foto udara.
ting,gi terbang.

Gambar16.4Kegagalanuntukmemperolehliputanstereoskopikkarenavartasr
tinggi terbang.

Contoh l6.l
,Basisudarasebuahpasanganfotostereotegaksebesar.4-600kakidan
kaki. Panjang
tinggi teibang di atas permufaaritahan rata-rata sebesar 8.000
fofu-s t arneri sebesar-6 inci (152,4 mm) dan format foto sebesar 9 inci (23
cm). Berapa persenkah tampalan depannya? stereoskopik karena variasi medan

Jowaban
Gambar 16.5 Kegagalan untuk memperoleh liputan stereoskopik karena variasi
(a) Skala foto rata-rata =rk= 6 inci/8'000 kaki = I inci/l'333 kaki' medan.

(b) ukuran liputan meoan rataiata G = 9 inci x 1.333 kaki/inci = 12.000


kaki. Foto yang kualitas metriknya bagus diperoleh dengan kamera terkali-
(c) Menurut Persamaan 16.1, besamya tampalan depan ialah: brasi dan film yang emulsinya berbutir halus dan resolusinya tinggi. Untuk
pemetaan topografi, pemotretan sebaiknya dilakukan dengan kamera yang
xtoo=627o sudut pand"angannya lebar atau sangat lebar (panjang fokusnya kecil) sehingga
"r=(@ dapat diperoleh nisbah basis-tinggi (BlH) yang besar. Seperti yang telah
Contoh 16.2 diuraikan pada Butir 7.8, nisbah BIH'ialah perbandingan antara basis udara
sebuah pasangan foto yang bertampalan terhadap tinggi terbang rata-rata di
Dalam Contoh 16.1, misalkan jarak antara jalur terbang-yang ber- ,)l ,,
atas permukaan tanah. Semakin besar nisbah B/Il', semakin besar pula sudut
u-tunr.b"t8.200kaki.Berapapersenkahtampalansampingnya? perpotongan aiau sudut paralaks antara sinar yang berpotongan ke titik layak.
Pada Gambar 16.6a dan Garnbar 16.6b misalny4 basis udara sama besar, akan
Jawabut
I
tetapi panjang fokus dan tinggi terbang pada Gambar 16.64 sebesar seperdua
Berdasarkan Persam aan 16.2, I
panjang fokus pada Gambar 16.6b. Oleh karena itu skala fotonya sama besar,

.r = (!ffi;|!@) xtrn=32eo
akan tetapi rasio BII{'pada Gambar 16.6b, dmt sudut paralaks Q1 ke titik A
pada Gambar 16.6a hampir dua kali sudut Q2 pada Gambar 16.6b.
;I

i
522 523

F--B---i pada Gambar 16.7a. Foto pada Gambar 16.70 lebih dikehendaki bagi penyu-
sunan mosaik karena variasi skalanya dan distorsi gambarnya oleh-reliel
kesendengan dan yriasi tinggi terbang jauh lebih kicil bila'dibandingkan
pada Gambar 16.7a. Pada Gambar 16.7c misalnya, pergeseran
{engan {oto
rf 'il letak oleh relief, dr dua kali pergesefiln letak serupa pada Gambar rc.1t, a2.

16.5 SKALA FOTO

Skala foto rata-rata merupakan salah satu variabel terpenting yang


harus dipilih di dalam pemotretan dari udara. pada umumnya-st.atatipitifi
dalam batas tertentu sesuai dengan tujuan. untuk pemetaan topografi, bia-
Gambar 16.6 Sudut paralaks bertambah besar dengan bertambah besarnya rasio sanya skala ditentukan berdasarkan skala pek, interval garis tinggi yang dii-
BIH"
lglq11t, dan kemampuan atat yang akan digunakan di datam kornpiiasi peta.
sebaliknya, liputan foto udara untuk penyusunan mosaik atau untuk
Dapat dibuktikan bahwa kesalahan dalam posisi dan elevasi tilik ter- interpreasi foto hanrs direncanakan dengan skala yang memungkinkan objek
hitung pada pasangan stereo bertambah besar dengan bertambah besarnya terkecil )ang penting dapat dipisahkan (resolved) pada foto.
tinggi terbang dan mengecil dengan bertambah besarnya paralaks x. Rasio
BIH'yang besar mengisyaratkan tinggi terbang yang rendah dan paralaks x
P dul- pemetaan topografi yang menggunakan instrumen plotting
stereoskopik, harus diperhatikan kemampuan perbesaran dari skala-foto ke
yang besar, yaitu kondisi yang diinginkan untuk ketelitian yang lebih besar.
Oleh karena itu foto pada Gambar 16.6c lebih baik daripada foto pada Gambar
16.60 bila dilinjau dari segi pemetaan atau segi kuantitatif.
Pemotretan yang kualitas piktorialnya baik tidak memerlukan kamera
terkalibrasi, tetapi kameranya harus memiliki lensa berkualitas baik. Di da-
lam banyak hal maka film yang cepat dan butir emulsinya besar menghasil-
kan efek yang diinginkan. Untuk beberapa pekerjaan interpretasi foto, film
berwarna normal sering bermanfaat. Bagi terapan khusus lainnya lebih dike-
hendaki film inframerah hitam-putih atau berwarna. Efek khusus juga dapat
diperoleh dengan jalan menggunakan filter yang dikombinasikan dengan
berbagai jenis film. Untuk jenis kayu misalnya, dapat didelineasi secara
efektif dengan menggunatan sebuah filter merah yang dikombinasikan dengan
film inframerah hiram -putih.
Bagi pekerjaan mosaik maka pergeseran letak oleh relief, pergeseran
letak oleh kesendengan, dan variasi skala menyebabkan degradasi yang tidak
dikehendaki bagi kualitas piktorial. Akan tetapi, kesalahan ini dapat dimini-
malkan dengan memperbesar tinggi terbang yang berakibat mengecilkan rasio
BlH'..Tinggt terbang yang lebm besar tentu saJa memperkecil skala foto,
akan tetapi hal ini dapat diimbangi dengan menggunakan kamera dengan
panjang fokus yang lebih besar. Foto pada Gambar 16.7a dibuat dengan
seperdua tinggi terbang bagi foto pada Gambar 16.7b. !*an tetapi skala dua
foto itu sama besar, karena panjang fokus/2 pada Gambar 16.7b dua kalifi Gambar 16.7 Penyrsutan pergeseran letak oleh relief dicapai dengan memper-
besar tinggi terbang.
?
525
524

10,5 kaki pada sebuah peta untuk perencan:urn jalan raya, maka diperlukan
skala kompilasi peta. Pada beberapa plotter, kisaran perbesarannya sangat peta dengan interval garis tinggi sebesar 1 kaki. Apabila elevasi harus
fuur, r"Ou,ig pada beberapa plottei lainnya maka kisaran ini hanya sempit diinterpolasi hingga +10 kaki pada suatu peta yang dibuat untuk mengkaji
iinut Sul iij. Sagi bebeiapi plotter stereo dengan proyeksi.mekanik, rasio
volume air yang tergenang pada sebuah bendungan besar, maka yang diper-
krrutnpuun pe*desarannyi berkisar mulai kurang dari I hingga 10 atau
lukan ialah peta dengan interval garis tinggi sebesar 20 kaki.
lebih. Meskipun dimungkinkan rasio hingga 10, yang dilakukan pada umum- rlq Besarnya intenral garis tinggi yang disarankan tidak hanya bergantung
nyu t unyu sampai sekiiar 8. untuk rasio yang melebihi 8 maka tidak akan pada kegunaan peta yang diharapkan, melainkanjuga bergantung padajenis
dapat diLasilkan peta yang teliti. Bagi sejumlah besar plotter
proyeksi rang-
rasio perbesaran optimumnya-sebesar 5, medan. Apabila peta yang dibuat dimaksudkan untuk merencanakan suatu
tap dengan pengamatan iangsung,
sistem pembuangan air bagi kota yang terletak di medan datar seperti Las
Orig* ["*urgfinun variasi yang kecil. Apabila digunakan salah^satu dari Vegas dan Nevada, mungkin diperlukan peta yang interval garis tingginya
skala foto yang
;enil instrumeri ini dan bila sLah petanya telah ditetapkan, peta. sebesar I kaki. Sebaliknya, apabila akan membuat peta topografi kota San
tptimum ditetapkan secara otomatis sebesar seperlima skala
Fransisco untuk maksud yang sama, mungkin harus dibuat interval garis
tinggi sebesar 5 atau l0 kaki karena kota tersebut besar kisaran reliefnya.
Contoh 16.3
Interval garis tinggi dan skala peta harus dipilih sedemikian sehingga
Diminta membuat peta berskala I : 6.000 dengan menggunakan dimungkinkan penyesuaian dari yang satu ke yang lain. Apabila skala peta
sebuah plotter Kelsh yang iasio perbesaran optimumlya dari skala foto
ke
menjadi lebih kecil maka interval garis tingginya bertambah besar agar garis
skala peita sebesar 5. Berapakah skala optimum fotonya?
tinggi pada peta tidak menjadi terlalu rumit. Pada pemelaan skala besar bagi
jenis medan rala-rata, hubungan antara skala dan interval garis tinggi yang
Jowaban disajikan pada Tabel 16.1 pada umumnya merupakan kesesuaian yang memu-
Skala foto sebesar seperlima skala peta, sehingga askan.

arrtt L incif2.500 kaki Tabel 16.1 Kesesuaian skala peta dan interval garis tinggi pada medan rata-rat&
Sroto =
#*. l= *k
Sistem Inggris Sistem metrik
Pemilihan skala peta yang optimum bergantung pada tujuan pemeta-
annya. Perencanaannya harus dilakukan dengan seksama karena kompilasi
dengan skala besar tidaf bersifat ekonomis, sedang kompilasi yang skalanya Skala peta Interval garis tinggi Skala peta Interval garis tinggi
terlilu kecil akan mengurangi kemanfaatan peta a[au menyebabkan ketidak- incilSO kaki I kaki 5m 0,5 m
puasan. Ketelitian posisi ptaninretrik titik JalC dap.at diukur pada peta ber- incVl00 kaki 2 kaLr l.m0 lm
g-turg pada skali petanya. Misalnya saja kondisi yang diperlukan untuk incil200 kaki 5 kaki 2.000 2m
i-,erneri'ot i Ketelitian Baku Peta Nasional ialah posisi peta bagi gambaran inci/500 kaki 10 kaki 5.000 5m
planimetrik dapat digambarkan secara tepat hingga tl-,q kakt_p.ada peta inci/1.000 kaki 20 keki 10.000 l0m
-peta
Ldurt.r, maka'skala yang diperlukan ialah I incV3O kaki. Sebaliknya,
apabila ketelitian titih-titikhingga+lO kaki pada peta topografi, maka skala
peta yang diperlukan sebesar I inci/300 kaki.
15.6 TINGGI TERBANG
^ ' Di dalam merencanakan pemotretan dari udara maka interval garis Setelah memilih panjanS fokus kamera dan skala foto rata-rata yang
tinggi bagi suatu peta harus diperhatikan pula seperti halnya-ketelitian dikehendaki, tinggi terbang rata-rata di atas permukaan tanah yang diperlukan
pnilmetrit. Semaiin besar ketelitian pemetaan tegak yang dikehendaki 'il dapat ditetapkan secara otomatis sesuai dengan skala pada Persamaan 6.3.
iintervat garis tinggi mengecil), tinggi terbangnya harus lebih rendah
se-
ttingga stita fotonyi UertamUatr besar. Seperti ketelitian planimeffi interval
Contoh 16.4
gariitinggi juga bergantung atas kegunaan leta lang diinginkan. Misalnya
Diperlukan foto udara berskala rata-rata I : 6.000 yang dibuat dengan
Iaja etev-aii ia[at diinterpolasi secara tepat dari sebuah peta hingga seperdua
kamera yang panjang fokusnya 6 inci (152,4 mm) bagi medan yang tinggi
inierval garis'tinggi, yang merupakan kondisi yang harus dipenuhi bagi
rata-ratanya sebesar'1.400 kaki di atas permukaan laut rata-rata Berapakah
Ketelitian gaku Fe16 Nasional. Apabila elevasi harus diinterpolasi hingga

t lt,
?
5n
526
Tabel 15.2 Dimensi dan luas satu foto serta model murni bagi panjang fokus
yang diperlukan?
tinggi terbang di atas permukaan laut rata-rata kamera 6 inci dan berbagai skala foto yang lazim digunakan.

lowafun Skala Tinggi W B Acres Actes tiap


Skala foto terbang G (0,7 G) (0,4 C) tiap model
Berdasarkan Persamaan 6.3 (Catatan:6 inci = 0'5 kaki)' (inci) (kaki) (kaki) (kaki) (kaki) foto murni
foto
f l_0,5
oo_ t"fisa' 900 1.350 945 540 42 t2
,T
- 6.000-H-1.400 l:1.800
H
-
irata-rata l:2.4O0 t" 1200' t.200 1.800 1.260 720 74 2t
H = 6.000(0,5) + 1.400 = 4.400 kaki di atas permukaan laut' l:3.000 r"t250' l.500 2.250 1.575 900 116 33
l:3.500 l"/300' 1.800 2.700 1.890 1.080 158 47
Tinggi terbans di atas medan rata-rataduP} P..t*gitll:g*P*p" l:4.2OO r" 1350' 2.100 3.150 2.205 r.260 228 64
helikopter hrngga DeDerapa r"1400' 2.400 3.600 2.520 1.440 298 83
ratus kakil"agi pem-otretan berskala besar dari l:4.800
ratus mil bila wahana pembawa kameranya berupa satelit' Tinggi lerbang 1:5.400 r"t450' 2.700 4.050 2.835 1.620 376 105
pemotretan untuk pemetaan iopograf.i biasanya
;;;;it""rk* datamtringga
berkisar l:6.000 r"1500' 3.000 4.500 3.150 1.800 465 130
anrara sekitar f .5OO IO.OOO tati. Rpabita iebagian daerah
proyek l:6.500 r" 1550' 3.300 4.950 3.465 1.980 563 158
;;"k Frh leuilr tinggi"alu lebihrendah aari uagian lainnya, diperlukan l:7.2OO r" 1600' 3.500 5.400 3.780 2.160 669 187
tinsgi terbang di aus
"p"i,utuun laut yang berblda untuk memperoleh l:7.800 r"t650' 3.900 5.850 4.095 2.340 786 220
r"l'700' 4.200 6.300 4.410 2.520 9l l 255
"*--tprt", tinggi terbang di atas tanan'
l:8.400
keiragaman
fi".oun u"Ei ti.p foto untuk tinggi
ri-^^i juga
terbang-y.angir-ng,gi
.
l:9.000 r"t750' 4.500 6.750 4.725 2.700 1.046 293
(lihat Tabel 16.2). Oleh l:9.500 I "/800' 4.800 7.200 5.040 2.880 1.189 333
reuilr ues'ar daripada ting-gi terbang yang rendah 1:10.800 r" 1900' 5.400 8.100 5.670 3.240 1.507 422
l;;it" maka untuk *?iiput daefufi tertentu diperlukan-jumlah foto yang l:12.000 l "/1.000' 6.000 9.000 6.300 3.600 1.861 52t
yang lebih besar. Liputan foto yang r" n .250' 7.5 00 tt.250 7.875 4.500 2.907 814
i"Un tr.if bila dibuat dari ietinggian yang ketinggiannya I
I:I 5.000
OiL"^t O-i ketinggian sunlat tingEltetin mind daripa$ l:18.000 I "/1.500' 9.000 13.500 9.450 5.400 6,51 1,8,r
;;d"i, k-.r, Oli"rf rf.u"",ia tit-engfapan.khusus. Beberapa masalah yang 1224.000 t"12.000' 12.000 18.000 t2.500 7.200 I1"5* 3,3*
ketersediaan
;;.drp, p;d^ ii,i ggi tetuui,g iun g iinlgi .ialah yang sangat' Apabila.
berkurangnya 1:30.000 r"t2.500' 15.000 22.500 15.750 9.000 18,2* 5,1*
oksigen, berkurangnya ;;k r;,'"d;ra, dli dingin tinggi l:40.000 r"t3.333',20.000 30.000 2l.000 12.000 32,3* 9,0{,
persg{iaal oksigen l:50.000 t"14.t57' 25.000 37.500 26.250 15.000 50,4* 14, I {,
ffi;il' ;;[uit i i ti.UiO r.rr.i mau' aipertutan iistem
l:50.000 l'75.000' 30.000 45.000 31.500 18.000 72,6* 20,3*
ffii;"*;k- ;.ru*ut. iuou tetirggian- melebihi 30.000 kaki, diperlukan
* mil pcncgi
oksigenmurnidengantetananoi-b-aw.ahnormal.Ruangpesawatharuspula
ditambah tekanan A;aftti't- juga alat pemanas untukmelin-
"dr;ya
dungi awak pesawat ;h;ddktdi'ginan' Seuagian
besar pemotretan dari
rcrbang bermesin-tunggal atau 15.7 PERTIMBANCAN PLOTTER STEREOSKOPIK
udara dilalukan Aengan menggunakaipesawat
dapat
U"*"tir-t-gtap. iesa*aii;tUung birmesin+unggal'supercharged'
;;;6; ili,gil- 20.000 uri, siaane pesawat Grbans ryry9sil:mekap
,suDercharged' dapat ,Lr."pA ketingg-iin mendekati 30.000 kaki. Untuk
Apabita pemetaan topografi dilakukan dengan menggunakan instrumen
penggambaran, pemoEetannya harus direncanakan sesuai dengan faktor pem-
r.ifr'giiiii"uil rr"E ap*ifu pasaiit rerbangtinggi
rurbocharged atauiet.
terbang.yang tepat de-
batas tertentu yang dimiliki oleh plotter tertentu. Pertimbangan penting
Selama p"ron"tui' p"not''"g mngahr tentang plotter berupa: (l) jarak utama proyektor, (2) rasio perbesaran opti-
ngan menggunafan Atim;ff. Kurcr; altirieter meln-unjuk ketinggian di atas ,) 't mum dari skala folo atau skala diapositif ke skala peta kompilasi, (3) faktor
ketinggian C plotter, dan (a) kisaran operasi tegak plotter. Empat faktor ini mem-
permukaan tau rata-rata pembacaan. yang tepat menrpakan iu.'lfr
yang diperlukan untuk mem- pengaruhi kamera maupun tinggi terbang.
rata-rata medan oan unlg'i teruang di atas medan
instrumen barometer se- Di dalam orientasi bagian dalam, jarak utama proyektor plotter harus
i*.i;h ;kd; foto vanf"tepat' alii.mgt*.lerurykan Tekanan ini harus di-
hingga pembrcaanny"?ip[,g,'t'i oteh-tekanin udara' ditetapkan tepat sebesar jarak utama diapositif. Bila diapositif dibuat dengan
.rf,Urp'n"i O6 disisgaii<anlerfraOap tekanan udara pada bandar udara setem' cetak kontak atau (engan cetak proyeksi satu-persatu, maka jarak utamanya
pat.

s
529
528

yang digunakan (lihat Butir.12.7). Contoh 16.5


sama besar dengan panjang fokus kamera
kisaran jarak utama yang besar, Sebuah peta topografi berskala 200 kakilinci dengan interval garis
ilb";il plrttJ, oupuirnr"ngakomodasikan maupun tinggi sebesar 5 kaki akan dibuat dari diapositif yang dicetak secara kontak,
r.A*g VtiS fain terLatas paia tisaran yang- sansat kecil secara optik
mengakomodasikan dengan menggunakan plotter stereo yang memiliki jamk utama nominal
mekanik. Proyektor r.itr,'vung u"rsuOut.tJuaniisalny.a'
iarak utama nominal ,.u""al'riz mm (6 inci), dan jaryk utama-diapositif sebesar 6 inci. Tentukan tinggi terbang yang diperlukan untuk pemotretan
'#;; mitimeter daT nitai ini. Bila digunakan plotter riI apabila plotter stereo itu memiliki nilai faktor C sebesar 1.200 dan rasio
drp;;5gri,t*, beberapa
nyaman bila digunakan kemampuan perbesaran dari foto ke peta sebesar 5.
Kelsh atau yang seJenrs, maka akan wajar dan lebih
irir"ii" i.,ig p"*jine fokus nominalnya sama besar dengan jarak utama
kamera yang digunakan tidak Jwafun
,o*inuf'p.o'-v,itt*. ApuUila panjang fokus
jarak utama pioyektm, diapositif dapat diperbesar atau Berdasarkan faktor C:
b"rrd" di'dalam kisaran-
jarak utama yang tepat' H'= 1.200(5) = 6.000 kaki
Oip"*.rif O.ngun ."trk proyeksi-untuk memperoleh
ukuran model' dan pem-
e[un i"tupi, pJngecilan rnenyebabkan berkurangnya Berdasarkan skala pea dan rasio peftesaran:
besaran Oipai mdnyeUabkan hilangnya bagian tepi foto'
ke skala Skala foto = 5 x 200 = 1.000 kaki/inci
nasio perbesaran optimum-ptonerlrcteoikopik dari skala foto
peta frompifasi harus dipertimbangkan.nuta !i dalam perencana:rn
pemotretan ladi,H' = 6(1.000) = 6.000 kaki
'O-i uO-" Bila dikehendaki fompitasi peta topoglafi yang.skalanya tertentu' Dalam hal ini ada kesesuaian antala skala peta dan interval garis
d* bil" rasio perbesaran plottei tertentu, skala fotonya juga terlentu, dan tinggi, dan tinggi terbang berdasarkan kriteria yang mana pun harus sebesar
,"*u-V" ini henentukan tinggi terbang' Contoh sebuah 16'3 mengisyaratkan 6.000 kaki di atas medan.
kondisi ini. Dengan plotter stereo yang memiliki kisaran rasio
rtiru r5o r." skala peta, teidapat kelenturan (flexibility) lebih Contoh 16.6
;il'.,,*- drri
Contoh ini sama dengan Contoh 16.5, kecuali skala pela yang akan
boa, O dalam perencanaan pemotretan dari udara'
Kemampuan relatif berbagai plotter stereoskopik dalam
ketelitian dibuat s-ebesar I : 1.000 dengan interval garis tinggi sebesar 2 kaki, dan
tegak pada umumnya dibandingka*n berdlsarkan faktor
c-nya. Faktor c ialah plotter stereo memiliki nilai faktor C sebesar 1.500, dengan rasio kemam'
,r!i" iirggit"rUan! Oi aras taiah terhadap- interval garis tingg-i yang dapat puan perbesaran hingga 7,5.
arpi;id." teliti-depgan menggunakan foto udara, atau di dalam bentuk
lwafun
penamaanr
Berdasarlcan faktor C:
(16.3)
Faktor C =#. H' = 1.500(2) = 3.000 kaki
Berdasarkan skala peta dan rasio pe6esran:
SatuanH'dNlC.I(intervalgaristinggi)padaPersamaan16.3sama. Pada H'= 3.000 kaki, skala foto = I inci/500 kaki = l:6.000
sebesar 1.000
Berdasarkan persamaan tO.:, apabit plotteimemiliki faktor C
dan dikehendaki peta Jrngun'int.*ul garis tinggi sebesar 5 kaki, maka Rasio perbesaran aktual yang digunakan ialah:
.lip*i"k tinggi terbang di"aras tanah se[esar S.OOO tati atau lebih rendah. I
$;rki, "tetiti-ploUernfa,
semakin besar nilai faktor C. Pada umumnya
;;irik;."y;t"i- fakor C instrumennya, di mana faktor C ini berkisar dari rn={el4=4=6
skala loto I
garis
'AOO
f,inggu 2.000, bergantung pada instrumen tersebut. Ketelitian 6.000
juga
ti"ggi ti?fii hanya ber-gantun! paOa instrumen plotting, melainkan Angka ini berada di dalam kisaran kemampuan plotter stereo. Oleh ka-
kualitas foto, kua-
Gr"ft1lln8 padaleadaai *edai,kamera dan kalibrasinya, rena itu tinggi terbang sebesar 6.000 kaki akan memenuhi laiteria dan harus
plotter.
Itid a; feiadaran titik konrol medan, dan kemampuan operator
5"n,* kondisi ini secara bersama menghasilkan sistem faktor C total. -
digunakan.
Di daerah-yang ketinggian medannya bervariasi besar, keterbatasan
mekanik atau optik plotter stereoskopik dapat menempatkan batas pada tinggi
530 531

16.t LIPUTAN MEDAN


Setelah memilih skala foto rata-rata dan dimensi format kamera, daerah
permukaan lahan yang terliput oleh satu lembar foto dapat langsung dihitung.
Selebihnya, bila diketahui tampalan depan dan tampalan samping, dapat
ditentukan pula luas lahan yang terliput oleh model murni (neat model)
stereoskopik. Seperti tercermin pada Gambar 16.8, model murni ialah daerah
stereoskopik antara titik utama yang berdekatan dan membentang ke arah dua
tepi foto hingga tengah-tengah tampalan samping. Lebar model murni sebesar
I dan luasnya sebesar [7. Liputannya penting karena mengisyaratkan
perkiraan luas daerah pemetaan bagi tiap pasangan sterco.
I

I
Contoh 16.7
L__ Foto udara akan dibuat dari ketinggian terbang 6.000 kaki di atas tanah
''A rata-rata dengan sebruh kamera yang panjang fokusnya 6 inci (152,4 mm) dan
V/
42 murnt '* Arah
formatnya 9 inci (23 cm). Tampalan depan akan dibuat sebesar 60 persen,
terbang sedang tampalan sampingnya 30 persen. Berapakah luas liputan satu foto
tunggal dan model murni stereoskopiknya.

Jawahn
I,
Berdasarkan Persamaan 6.
= I incVl.000 kaki atau 1:12.000
(a) S = 6 incil6.000 kaki
(b) Dimensi G dari bujur sangkar lahan yang terliput oleh satu lembar
foto ialah:
G = 1.000 kakVinci x 9 inci = 9.000 kaki
(c) Luas liputan lahan oleh satu lembar foto dalam acre ialah
(9'ooo):
^A - 43.560k<akizlacre = 1.86r acre
(d) Pada tampalan depan sebesar 60 persen, I
sebesar 0,4 G dan pada
tampalan samping 30 persen makaW sebesar 0,7 G.
Oleh karena itu maka dimensi segi empat model murni stereoskopiknya
Gambrr 16.E Luas liputan sebuah model murni stereoskoPik' sebesar:
B = 0,4(9.000) = 3.600 kaki
terbang serendah mungkin. Beberapa plotter proyeksi optik misalnya, dapat 17 = 0,7(9.000) = 5.300 kaki
menlaftomoOasitan viiasi relief m-atiimum pada model stereoskopik sekitar
iOW-j^*p*Velsi,sehubungandenganketerbatasankedalamanmedanlensa Luas model mumi ialah:
proyif"iny". l-araf proyets' i..p" d"lgq tinggi terbang diatas tanah. Oleh . x
3.600 6.300
i,arina itumaka uniukinstrum"n ini tinggi terbing harus paling-sedikit lima ar =-2ffi6-=)ztrcte
kaki lebih besar dari reOun maliimum sriatu model. Misalnya bagi
variasi medan "aria"i
sebesar 600 kaki, tinggi terbang harus paling sedikit 3.000 Tabel 16.2 memberikan dimensi medan dan luas medan yang diliput
kaki agar variasi medan titik melebihi 20 persen tinggi terbangnya' oleh suatu foto tuirggal dan oleh model murni stereoskopiknya untuk ber-
532 s33

macam-macam skala foto yang umum digunakan. Tabel


tersebut didasarkan 16.10 MUSIM
pada kamera yung .".pu;vultitit fokuJ6 inci (152'4 mm)' dengan format
biri*tt*, rampalan depan dan tampalan samping Musim merupakan faktor pembatas di dalam pemotretan dari udara
6.i;iat;;i pJrr"gi.
karena musim mempengaruhi kondisi tutupan air di atas tanah dan ketinggian
berturut-turut 60 persen dan 30 persen.
matahari. Apabila pemotretrn dilakukan untuk pemetaan topografi, pemolret-
()
an harus dilakukan pada saat pohon berdaun lebar gundul sehingga tanah ddak
tertutup oleh daun. Kondisi demikian di berbagai tempat terjadi dua kali tiap
16.9 KONDISI CUACA
rahun untuk periode yang pendek pada akhir musim gugur dan pada 4wal
besar musim semi. Pohon oak cenderung mempertahankan daunnya hingga musim
Cuaca yang bagi hari tertentu tidak menentu untuk sebagian
peitembangan penting di dalam pemgt{eta-n dari. udara' semi, pada saat kuncupnya membesar dan menyebabkannya gugur. Oleh ka-
daerah, ,erup'ata-n
f,rf ,rf.u f,uri yan'g id,e4 untuk pemot etan dari udara ialah hari rena itu maka parla daerah dengan tutupan pohon yang lebat' periode
il;b;"trf bila tutupan pemoEetan yangpaling memuaskan ialah suatu periode singkat dalam musim
vans bebas awan, meskipun-harl dapat dipandang memuaskan
lebih besar dari 10 iemi antara kuncup dan gugur daun. Kadang-kadang pemoEetan dari udara
;ffi;;;il [".ii-h.i ro persen. Apabilaiutupan
di
awan
atas tinggi terbang yang dilakukan dengan maksud interpretasi khusus kehutanan, suatu kasus yang
tinggi sehingga berada
**"r1tt"pi ietaknya menghendaki pohon berdaun penuh. Pada umumnya pemotretan dari udara
iir"n.anutin, makakondi"rl iri t.tup kurang menguntungkan karena akan
yang menyebabkan benda- tidak dilakukan pada saat tanah tertutup salju. Salju yang tebal tidak hanya
terjadinya bayangan awan yang- tual.ii.aqs. h.nah
menutupi tanah, tetapi juga menyebabkan kesulitan di dalam interpretasi dan
Giia, tiout,i-put pada foto.-Jumlah hari bebas awan yang menguntungkan pengamatan stereoskopik. Akan tetapi, kadang-kadang tutupan salju tipis
di mana
U"rGau-U"Au."rouid"ngun waktu dan tempat. Ada situasi tertentu
udara, misalnya bila foto dapit membantu karena menyebabkan permukaan tanah udara diidentifikasi
cuaca berawan ..ngunt igkun bagi pemotretan dari
Grskala besar dibuit *tuf p"*ttl- bpografi atas daerah bangunan, hutan, pada daerah yang tertutup oleh pepohonan.
yang me- Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan pemo-
iereng terjal, atau benda lain yang akan membuahkan bayangan
tretan dari udara ialah ketinggian matahafi. sudut matahari yang rendah
nyulitkan pada hari-hari cerah.
menyebabkan bayangan yang panjang yang kurang menguntungkan karena
Suatuharitertentudapatbebasawantetapitetaptidakbaikuntuk
ken- menyembunyikan detil. Sudut matahari minimum yang dapat diterima untuk
pemonetan karena adanya kabut, kabut campur asap' debu' asap' angin
hal pernotretan udara ialah sekitar 30o. Selama bulan-bulan musim dingin dari
ffig,il; badai. Kabut menghambukan hampir seluruh, sal.uran^-biru.dan
filter kuning di i.lovember hingga Februari, matahari tidak pernah mencapai ketinggian 30o
i; A;p"t diatasi secara efeklf dengan menggunakan sebuah
menghamburkan bagi beberapa daerah di Amerka Serikat, karena kemiringan matat-lari yanS
irp*li"rtu kamera. Kabut campur asap, debu, dan asap memuaskan. Hari beiada di selatan. Oleh karena itu maka pemotretan dari udara bagi daerah itu
;iril;"d";h"rh spektrum dan tidak dapit disaring dengan
menghindari bulan-bulan musim dingin ini bila mungkin. Tutupan salju
terbait untuk memoret daerah industri yang rawan terhadap kabut
campur
gelombang udara sering pula menghalangi pemotretan pada periode tersebut. Pada bulan
i!|;i.il, d"" asap ialah setelah hujan lebat atau selama
tainnya, pemotretan harus dilakukan pada tengah hari setelah ketinggian
a;;ilfui ln.ny"Luut - cuaca bersih. ltui-hari yanq -berapein dan badai
kesulitan untuk matahari-*elebihi 30o dan sebelum turun hingga 30o. tsayangan mungkin
Oup?i gi.nC"iprakan gerak yang berlebihan dan menyebabtan
mengikuti diperlukan bagi tujuan tertentu karena befsifat memtantu di dalam identifikasi
#;frr"dfan 6mera t.rirut bagi pemotretan tegak, dalam
oU.,et. Vtisatnya saja bayangan pohon yang membantu untuk identifikasi
j.ili;;ballg yang direncanakan, dan dalam mengarur tinggi terbang yang
spesies. Bayangan dapat pula bermanfaat di dalam menentukan lokasi gam-
tetap. t)
yanS 'r baran yang-dapat dikenali pada foto seperti ujung pagar, pusat tenaga, dan
Ketetapan untuk terbang atau tidak terbang merupakan sesuatu
mampu menginterpretasi sebagainya yang berfungsi sebagai titik konrol foto.
narus Atetapfian tiap hari. Awai penerbangan hams
di-
kondisi cuaca dan mengambil feputusan penting tentang kapan.dapat
p"roLn foto yang memriaskan. Biia mungkin, awak penerbangan harus ber- 16.11 PETA JALUR TERBANG
i*gUf AeUi Oen'gan proyek sehin-gga dapat mengamati cuaca secara langsung
.dun-d"nguncepatmengamuilmanfaatataskondisiyangmemuaskan.
Seperti tercegmin pada Gambar 16.9, peta jalur terbang menggambar-
kan batas daerah proyek danjalur terbang yang harus diikuti oleh penerbang
535

untuk memperoleh liputan yang diinginkan. Peta jalur terbang dibuat pada
peta yang ada yang menggambarkan daerah proyek. Peta quadrangle Survei
Geologi Amerika Serikat sering digunakan untuk maksud ini. Peta jalur
te6ang dapat pula dibuat pada foto berskala kecil daerah yang bersangkutan.
Di dalam melaksanakan rencana misi penerbangan, penerbang menemui dua
gambaran atau lebih pada tiap jalu te$ang yang dapat dikenali pada peta jalur
d
tcrtang maupun di medan. Pesawat te$ang diterbangkan sedemikian sehingga
ialur penerbangan melalui titik-titik medan.
q)
Daerah proyek rektanggular yang berbentuk empat segi panjang lebih
(q enak diliput dengan jalur terbang mengarah utara-selatan atau barat-timur.
()
o Seperti tersajikan pada Gambar 16.9, hal ini menguntungkan karena pener-
bang dapat memanfaatkan garis-garis blok dan jalan dengan arah kardinal dan
dd terbang sejajar terhadapnya.
q)
Bilabentuk daerah proyek tidak menentu atau bila daerah itu sempit dan
>t panjang dan menceng ke arah kardinal, penerbangan dengan arah utara-selatan
atau barat-timur tidak bersifat ekonomis. Di dalam merencanakan liputan bagi
o daerah yang tak menentu semacam itu, yang paling ekonomis ialah menarik
B
o jalu terbang sejajar terhadap batas daerah proyek sedikit mungkin. Templet
perencanaan penerbangan berguna untuk menentukan liputan terbaik dan
N
q) paling ekonomis bagi pemetaan, terutama bagi daerah sempit. Templet yang
v)
menggambarkan blok-blok model murni ini dibuat pada lembaran plastik
(, tembus cahaya, yang sesuai dengan skala peta dasar untuk pembuatan peta
oo
C
jalur. Templet itu ditumpangtindihkan pada peta di atas daerah proyek dan
!
o diorientasikan pada posisi yang menghasilkan liputan terbaik dengan jumlah
0)

6!
o
A
(,
.o
o)

Q
\
\o

6l
I

Gambar 15.10 Leihbaran tembus pandang model murni yang digunakan untuk
merencanakan pemotretan dari udara.
r
536 537

terkecil model mumi. Templet semacam itu disajikan pada Gambar 16.10. 0.3G - 2.700 kati t.8ookaki = 0,9 in pada pcta , Batas liputan Batas proyek
Tanda silang mencerminkan stasiun pemotretan yang dapat ditandai satu-satu
pada peta jalur terbang. Metode templet untuk merencanakan penerbangan rac-l.5sstli ff- -J---L---z
terutama bermanfaat di dalam merencanakan lokasi stasiun pemotretan apabila
digunakan sasar:rn buatan (lihat Butir 15.10).
Setelah memilih panjang fokus kamera, skala foto, tampalan depan,
al 'rl *f*O
dan tampalan samping, kemudian dapat dibuat peta jalur terbang. Contoh
berikut ini menyajikan peta jalur terbang yang dibuat bagi daerah proyek yang 6.144 teki padr pcrr

berbentuk empat segi panjang.

Contoh 16.8
Skala per.a
Suatu daerah proyek panjangnya l0 mil pada arah barat-timur dan 1 :24.000
lebarnya 6,5 mil pada arah utara selaian (lihat Gambar 16.ll). Daerah ini
harus diliput oleh foto udara yang skalanya l:12.000. Tampalan depan dan
tampalan samping masing-masing sebesar 60 persen dan 30 persen. Untuk 0,3 G = 2.7m k8ki t.80Ohki = 0,9 in peda pete
maksud ini digunakan kamera dengan panjang fokus 6 inci (152,4 mm) dan
dengan format 9 nci (23 cm) bujur sangkar. Buatlah peta jalur terbang pada
peta dasar yang skalanya l:71.0fJl0, dan hitunglah jumlah total foto yang Gambar 15.11 Daerah proyek untuk contoh 16.8.
diperlukan untuk proyek itu.
Jarak antara tiap jalur terbang yang disesuaikan untuk jumlah integral
Jowoban. jalur terbang ialah:
(a) Terbang dengan arah barat-timur untuk mengurangi jumlah jalur terbang.
(b) Dimensi liputan medan bujur sangkar tiap foto (skala foto = 1:12.000 *,=#=6'1z14L'aki
atau I incVl.000kaki).
G = 9 inci x 1.000 kakVinci = 9.000 karki
(e) Kemajuan linier tiap foo (basis udara)

(c) Kemajuan lateral tiap jalur: B = 0,4 G pada tampalan depan 60 persen

W =0J G pada tampalan samping 30 persen = (0,4)9.000 = 3.600 kaki

= (0fl9.000 = 6.300 kaki


(0 Jumlah foto tiap jalur (tambahan dua foto di luar batas daerah proyek
pada tiap ujung jalur untuk menjamin liputan):
(0 Jumlah jalur tabang (iajarkan garis pertama dan terakhir dengan liputan
0,3 G di luar garis batas proyek utara dan selatan, seperti disajikan pada
Gambar 6.11. Hal ini menjamin liputan lateral daerah proyek):
Jumtahfototiapjalur =ffi +2+2
Jarak dari garis pertama ke garis terakhir di dalam perspektif batas
proyek utara dan selatan (lihat Gambar 16.l l): = 18,7 (gunakan l9).
(g) Jumlah total foto:
0,5 G G =4.500 2.700 = 1.800 kaki
-0,3 - 19 foto tiap jalur x 6 jalur = 1 14
Jumlah jalur terbang = 6.300 kaki per jalur
* t (h) Penentuan jarak jalur te6ang pada peta:

Skala peta = l:24.000 (l inci = 2.000 kaki)


= 5,9 (gunakan O
r

539
53E

c. Torpalan depan dan tampalan sanping Tampalan depan harus cukup besar
6.144 kPEi lial
ialur 3,07 inci
=
untuk menyajikan liputan stereoskopik penuh bagi daerah yang akan
2.000 kaki/inci dipetakan. Tampalan depan rata-rata harus sebesar 53 persen, tambah atau
(Tarik jalur terbang pada ryF.dengan iarak
3'07' dengan jarak dari truang 5 persen. Tampalan depan kurang dari 58 persen atau lebih dari 68
kaki di dalam batas persen pada satu negatif atau lebih dapat menyebabkan ditolaknya negatif
garis pertama xt grriJiE fut'ir'op inci undk 1'800
dcngan kekurangan atau kelebihan tersebu! kecuali kalau bagi suatu Pasang'
proyek). per jam' pe-
den-ga-n kecepatan 120 mil
-&ip"rf".,t an stereoskopik memang diperlukan tampalan depan lebih dari 58 persen di
(i) Misalkan pesawat udara terbang
nverelan interuUomliei'V* g
uniok .
memperoleh tampalan daerah ketinggian rendah untuk memperoleh tampalan depan minimum 58
persen bagi daerah berikutnya yeng ketinggiannya cukup tinggi. Bila terjadi
Olp"n Y-g dikehendaki ialah: perubahan arah jalur terburg di mana pun letaknya foto udara tegak pada awal

120 mil per jam,#ffi= 1?6kakVdetik bagian depan harus bertampalan 100 persen dengan bagian belakang. Suatu
negatif yang t8mpalsn sampingnya kurang dari 20 Persen at&u lebih dari 55

Penyetelan intervalometer =
3ffi D.
persen dapat ditolak.
Kesendengan Negatil yang dibuat dikehendaki dengan sumbu optik kamera
yang posisinya tegak lurus. Kesendengan pada suatu negatif mungkin sebesar
=20,45 (gunakan 20)' tiga derajad atau lebih. Kesendengan r8ta-rata bagi seluruh daerah proyek
yurg besarnya melebihi satu derajad, atau melebihi empat derajad bagi dua
negetil yang berurutan, dapat menyebabkan diolaknya negatif itu.
16.12 SPESIFIKASI E. Crab Crab yang melebihi tiga derajad dapat menyebabkan ditolaknya jalur
terbang negatif atau bagian-bagian yang mengalami crab demikian.
spesifikasi Kualitas Foto harus jelas dan tajam detailnya dan densiti rata-rstanys sera-
-u"n-'-alat'meliputi serangkaian
Sebagian besar rencana pery1bang9. F.
yang akan digu-
rinci yang mengutarakai til*'g
*s'pJri;t?ril"i dan cara kerja gam. Foto harus bebas awan, bayangan awan, lintasan api, tanda-tanda statis,

nakan untuk proy"t.


meliputi persyaritan. dan toleransi dan cacat lain yang menSganggu kegunaan yang direncanakan. Semua pemo-

tentang skata foto (t.#"*i;-J*! i;t,ir taineri dan tinggi terbans), tretan harus dilakukan pada saat daerah yang akan dipetakan bebas salju'
fesendengan' crab' dan kualit'as foto' sebelum pertumbuhan daun lebat, dan pada waktu sudut matahari minimum
ampalan depan,
*'*r"gt ian spesifrkasi rinci untuk pemotretan
"*ia"i"ti"Ip*'g'.
Berikut ini merupakan'ilrt""n
sebesar 30 derajad, kecuali kalau yang bertentangan dengan persyaratan ini
"d;ffi;itu t i"b"ik- owen ayres and Associates'
Inc')' diinginkan serara terhrlis oleh kota.
G. Kamera Untuk pemetaan topografi dan garis tinggi, foto harus dibuat dengan
yang diperlukan dan kamera udara untuk Pemetaan dengan ketelitian tinggi yang panjang fokus
A. (Jmum Rekayasawan harus melaksanakan penerbangan kameranya 5 inci dan bebas distorsi dan dilengkapi dengan unsur PenutuP
sekitar
yang luasnya
pemotretan rn,rt *"r"p"r"l;h [putan foto suatu daerah terlampir' vang antara lensa untuk membuahkan negatif yang formatnya 9 inci x 9 inci.
peta bagian
8 mil persegi ta;;;";s a.*:1j{$:"
pada
-N" dapat menyerahkan peker- Rekayasawan harue melengkapinya dengan sebuah laporan tentang kalibrasi
selanjutnya ai,"u'i p"i"g"L
Rekayasawan
yang terandalkan berpe-
dan ketelitian kamera dari Biro Pembakuan Nasional (National Bureau of
jaan tahap ini kepaia plrusahaan.ry-T:tt"t"" Standards) bagi kamera yang digunakan.
lr.ak uniuk menyetujui 8t8u menolak
ngalaman. e*-
-r-JU"gian "iirilt H. Cetak kontak Cetat kontak dari nogatif tegak harus dicetak pada kertac
"6i''I""
atau seluruh'perusahaan yang ditunjuk oleh rekayasawan'
sehingga f tl setengah redup yang tebal (double weight) yang kontrasnya memadai'
. sktlaKetinggian ;il dt atas'tanatr rsta-rat& harus sedemikian
B Negatif yang I. Indehs foto Indeks foto harus dibuat dengan Pemotretan langsung pada film
negatif memiliki ,["r" i"-,"-r"o I inci sesuai dengan 500 kaki.
kesendengan yang alasnya kuat dengan skala yang sesuai, yaitu himpunan cetak kontak dr-
dari skalay*g di;;;;;; berbeda lebih dari 5 persen karena'
harus-dikol;ksi' Foto harus ri gcmur foto cetat ysng telsh diberi indeks dan dievaluasi. Suatu peta indctr
atau perubahan Uo" t"tinggian
terbangnya'
foto harus disrahkan pada 'cronapaque' atau sejenisnya. Indeks foto hrrur
p"i"'tip"gt"n yanl spesif*asinya diutuakan di
sini'
sesuai untuk r"'pii*i diberijudul dan skalayang sesuai dan titik utara-
tidak boleh berbeda lebih dari 5
dan ketinggian terbang untuk pemetaan t. Pemilihaneglrf Semua negatif menjadi milik kota dan harus diserahkan ko
Persen dari 3'000
kaki'
T

540 54t

kota setelah selesainya kontrak yang bersangkutan,


atau dapat disimpan pada dihitung dengan sewa pertahun dibagi jumlah jam penggunaan rata'rata tiap
perpustakaan film rekayasawan tanPa tambahan biaya' tahun. Biaya operasi meliputi pemeliharaan dan penyimpanan pesawat
terbang, ongkos pendaratan, bahan bakar, oli, oksigen, biaya penerbang dan
junr kamera, dan biaya untuk film, penuosesan foto, dan sebagainya.
Jumlah jam operasi yang diperlukan bagi proyek tertentu merupakan
butir kritikal yang harus ditaksir. Hal ini berkaitan dengan kecepatan pesawat
BAGIAN II. PERKIRAAN BIAYA DAN terbang dan jarak terbang ke dan dari daerah proyek. Biaya ini juga berkaitan
PENYUSUNAN JADWAL erat dengan jumlah mil jalur terbang untuk memotret daerah proyek. Di
sampingltu, waktu dan biaya tambahan harus diangkakan untuk mencapai
ketinggian lebih besar, sehingga tinggi terbang yang direncanakan juga
15.13 PERKIRAAN BIAYA merupakan suatu faktor yang harus dipertimbangkan, seperti halnya jumlah
jalur terbang, karena diperlukannya waktu tambahan untuk berputar antara
Perkiraan biaya merupakan bidang pertimbangan
yuig k"15L.!i.P* tiap jalur terbang. Biaya untuk pemrosesan film dan foto dapat diperkirakan
f"to!'r"* 9 t1, .f<arlira pro yek- y an g ko n trakn y a dib u at berdasarkan jumlah total foto yang harus dibuat. Berbagai jumlah yang
pet atsan-aan Giffi hasil finansial yang diperlukan untuk memperkirakan biaya ini dapat diperhitungkan dengan cara
dengan taksiran yang terlali rendah dapat mengakiba&an
;;,fii. i*g
iltit-U,itit [arrs aipenimUangtan oi dalam analisis biava pada yang disajikan pada Contoh 16.8, atau dapat diskalakan dari peta jalur
;ffi;y;;;riprti i,ur,i"li.*gu, o- biavirutin (overhead)' Di samping itu terbang. Unsur-unsur yang sulit untuk memperkirakan pemotretan dari udara
juga perlu dimasukkan keuntungan yang waJar' ialah biaya tambahan yang diperunnrkkan bagi penerbangan yang dibatalkan
fotoerametri oleh cuaca yang kurang menguntungkan, serta biaya pemeliharaan alat dan
iaya bahan u"truitan'i;;itun f tett'uoap um l.ah ?19d,*
j
B
jumlah.ini sangat jelas' awaknya untuk tempat yang jauh pada saat mereka menunggu cuaca baik.
yung t.ridiUuat, Oan-pt*"d9t -"ttf.mengtritung
cukup
ix""gu, a".kian'maka'biaya qanan biasanya dapat ditaksir dengan. Sehubungan dengan masalah ini, dan pesawat terbang serta kamera yang
sewa kantor dan mahal harganya banyak perusahaan penerbangan tidak membeli alat fotografi,
;;d;h. Biaya rutin v*g t"ioi.i dari gaji tenaga adminisratif,
iuUorutorirr, listrik, t.nugu paiai, telepon dan berbagai.barang kantor
ui, melainkan memberikan subkonrak pemotretan dari udara kepada organisasi
Sebhliknya' biava
dan sebagainyq juga ;tG fl"; untuk mehentukannya' ini
lain dan menyerahkan biayanya kepada pelanggan. Subkonraktor menyusun
memperkirakan secara tepat, dan
,"t"r i"i"g" u!fu-r"ult sulit untuk yang biaya seperti yang telah diuraikan di atas, tetapi mereka menyederhanakan
bertugas memperkirakannya'
;;;rk";hiuiigun besar bagi orang-Ulrtrasit, biaya tersebut dengan formula sistematik seperti sebuah ongkos umum untuk
penaksir Uiaya lang fialing mendasarkan sebagian besar mobilisasi pesawat terbang, biaya perjalanan per mil ke dan dari lokasi
Oleh.karena
perhitungann ya padapJtryrif,nin* iasa. Ialu atas proyek sejenis' proyek, biaya tambahan bagi ketinggian terbang yang sangat tinggi, dan
jelas .in.it"nrung biaya aktual bagi butir-butir individual harga satuan tiap pemotretan negatif.
itu, bahwa .ututun
pertu oitirpun baiflbaili' Akan tetapi' kTgnu variasi
;'r;;t"y.tc vang

r#Jffi,fl?ifl i3g5p;mryam*'ffi fr il'?$x;f i,H'#ll 16,13.2 Kontrol Medan


bertahun-tahun'
diiapai melalui pengalaman Biaya pengadaan kontrol medan dapat merupakan satu di antara unsur
---' pua-rrb'-ualian Gr*ut ini dibincangkan berbagai faktor yang harus proyek yang paling sulit ditaksir, karena banyaknya variabel yang mem-
operasi
OipertimUanltun ii ouium ,"rperkirakai biaya bagi beberapa pengaruhi sunrei medan. Faktor yang mempengaruhi kecepatan kemajuan
foogrametri yang utama. survei medan meliputi antara lain topograli dan vegetasi daerah, kemudahan
mencapai daerah itu, kondisi cuaca, dan sebagainya- Ketenediaan dan kualitas
kontrol yang ada di daerah itu bersifat kritikal juga"
16.f3.1 Pemotretan dari udara Prosedur yang lazim digunakan untuk menaksir biaya kontrol medan,
berdasarkan pertama-tama terdiri dari perolehan informasi daerah sebanyak mungkin. Ini
Biaya pemotretan dari udara pada umumnya diperkirakan
biaya
*tu. ,ifit
p"t i'rrniutut va,g Ueruia perlengkapan'ditambah dengan meliputi penelitian;rntuk menentukan lokasi peta yang ada dan pemerian
;;ffi;,fi-rktrrl. s;; p", jam'uagi pesawat terbang dan kamera dapat konfiol medan di daerah itu. Kontrol medan yang ada diplot pada peta, dan
t
543
542

menemukan kembali 16.13.4 Plotting stereo


kemudian dilakukan pengenalan medan dalam upaya
kontrol medan r"u*vJt'".r"gti" **uit mengeralrasi topografi,
vegetasi,
Biaya untuk plotting stereo pada dasarnya terdiri dari biaya untuk
dan sebagainYa" waktu pelaksanaan ditambah ongkos untuk mesin. Waktu pelaksanaan
Setelah pengenalan medan, konfigurasi umum
survei kontrol medan biasanya dihitung di dalam jam per model dan harus meliputi waktu untuk
dan dipilih prosedur kerja
iirrnr-;ka; daildamt;kan ptp.ryo, perencan-aan menggambarkan grid dan titik kontrol pada manuslaip, waktu orientasi
o.put
medan. Salah satu p"ru*uuig- pentin! a oatam keperluan
fal.a! {' plotter, dan waktu yang sebenarnya diperlukan untuk kompilasi planimetri
harus diadakan. Hal ini tidak hanva
il;rl"h i* f"t"ri'titlt ionr|t biru yang-melainkan juga pada apakah akan dan garis tinggi. Seperti kontrol medan, biaya stereoplotting sulit untuk di-
bergantung uru, p.rryruiun ptoyir, taksir secara tepat karena banyaknya variabel yang mempengan-rhi operasinya.
Oiiif.rf"r"t iungiufuiiJ*u uniut memadatkan medan kontrol. Apabila akan Satu di antara faktor terpenting yang mempengaruhi waktu stereo-
dasar. konrrol perlu dilakukan
;;irk;il t l-ie"ururi-rdu*, surveipada titik-titik kontrol dapat dilemkkan
plotting ialah skala peta kompilasi. Pada umumnya, apabila skala peta
sebelum misi penerbang." *i,inggr mengecil, waktu kompilasi bertambah karena lebih besar jumlah gambaran
panel sebelum Pemotretan. yang harus digambarkan persatuan luas pada peta. Interval garis tinggi
Bila garis-garis suruei digambar-kan P.fda petq'
ju*l$
jarak yang di-
merupakan faktor penting lain karena jumlah dan kepadatan garis tinggi
dapat ditaksir
perlukan untuk lintasailfi#d ouput oirtrir. Kernudian bertambah bila interval garis tinggi berkurang. Variabel lain yang
[i"v"ttvul"rdasarkan perkiiaan jumlair mil kemajuan.tu*t l11g danat mempengaruhi waktu kompilasi meliputi faktor pembesaran dari skala foto
p"tuxr-u.u*ei. pengalaman menunjukkan
;ilil;d;ri oun uiaya t,lan ke skala pet4 sifat dan kepadatan detail planimerik di daerah itu, kekasaran
bahwa petaksanaan d;i;tdttt arrt tiga atau empat orang yang dilengkapi medan, vegetasi, pengalaman operator, dan sebagainya.
Olrg-i.ra"fit Oan ifai"e6M, duput m6hksanat<an dua alay tiga mil lintasan Waktu yang sebenarnya diperlukan untuk kompilasi planimetri dan
tiaphari,sedangkanpelaksanaanperataan-yan-g-terdiridariduaoran-gdapat garis tinggi dapat berbeda dari serendah 5 jam atau kurang tiap model bagi
ini dapat
kemajuan
iirrlr'i.iir* o"i'r"iri,prir....putln.t"rr.but.,recepatan
proyek dan harus dicek secara cermat
planimetri yang jarang dan garis tinggi yang dikompilasi pada peta skala
bervariasi besar, tergantlung pada kondisi besar dengan faktor pembesaran yang kecil, hingga setinggi 30 atau 40 jam
i.re-lr* su*ei ians piting uerpengalimp 0utu1,T-t:lryL1tl per model bagi planimetri yang padat dan garis tinggi pada kompilasi skala
"^.
sewa alat
Di samping p.i.ntuui ongroi pel .lam pelaksana survei' dengan kecil dengan faktor pembesaran yang besar. Seperti pada kontrol medan dasar
pula' bersama
,uu.i G.utrt ["ndar*Il) haris diperhitungkan terbaik untuk memperkirakan waktu stereoplotting ialah pengalaman masa
on gkos perjalanan d"" htoup ieratsana-. Jarn kanror untuk menghi- lalu. Jumlah total model yang diperlukan untuk meliput suatu proyek dapat
"rgid
runs dan menyesuaika;;ffi;i hrrs UiiurnUuttt-
pula, dan kalau harus dipa-
diperoleh dengan membuat lembaran.berskala yang tembus cahaya seperti
sani panef , fr.* Ap"tt it'ongkan biaya bahan dan waktu memasangnya' yang disajikan pada Gambar 16.10, menumpangkannya pada sebuah peta
daerah proyek, dan menghitung modelnya.
Sebagai bagian stereoplotting, biaya untuk bahan dasar peta manuskrip
16.13.3 Triangulasi udara harus diperhitungkan, dan ini biasanya diangkakan sebagai biaya tiap kaki
dari udara'tiaya pe-
Apabila pada proyek akan dilakukan trianggulasi pemegi.
satuan biaya waktu dan bahan
laksanaannya aapat OipJrLiratqn 9.erOa;ar;t'an
untuk menyiapkan ditam-bah. ongkos untuk memasang dan
;i;pr;[ii'
p"tutr-aan pemindahan titik-titik, 16.13.5 Penyuntingan peta dan penyelesaian lapangan
memberi tanda tonu6il;d;di"p"ritif,
data elektronik' Di dalam
melakukan p"nltu.uun titp"uttit, dan
pemrosesan Penyuntingan terdiri dari pengecekan secara celmat dan rinci atas ma'
harga bahan
p",r-ur"* i-i^p"titif; ;;;Lktoryalg akan mempengaruhi nuskrip terkompilasi. Ini meliputi pengujian atas kelengkapan, keajegan garis
ialah apakah atan oigunata, i*u fiq
Pelkiraan 'trat tu untuk menandai
tinggi dengan planimetri, ketepatan nilai garis tinggi, dan kesesuaian
kontrol, pemindanan"tilk;-;;'d;T"
"ti, (omparator' dan pemrosesan data
menyeluruh terhadap penyajian kartografik yang tepat. Pada tahap ini pada
lalu dengan petugas yang
r"U"it Vi Oibuat berdasarkan penga-la1an masa umumnya akan lebih menguntungkan bila pelanggan diberi kesempatan
ditunjuk untuk kewajti-iri. d-irt
firma yang telah berhasil mengurangi
mengamati peta untuk menambah sesuatu, menghilangkan sesuatu, atau
tusas untuk ,"rp.itiiufttn Uiaya triangguiasi udara dengan hanya perubahan lain. \
iiSrgn*ri tutu- uiuyu tiap diapositif yang dihasilkan'
545
5M
untuk memperoleh liputan yang tepat bagi tiap peta secara individual. Hal ini
jelas untuk stereoplotting karena
Daerafr yang terlindung atau.tidak penyelesaian. perlu karena liputan model individual akan jarang dapat bertemu secara baik
medan untuk
n -r"diiri d.ng--survei tanya dapat dengan liputan tiap peta akhir. Pada umumnya penggambaran merupakan
saat ini, nama gr"d;lilg
"rg"oiii"iiai.t"irri", irasih merupakan tanda
Pada butir pembiayaan utama di dalam proyek pemetaan fotogrametrik.
'*;;ffi,d; ffi hfi ;;;;"ragukal.daoat.dicek' Sebagai bagian penve-
Perkiraan waktu penggambaran sering dibuat berdasarkan jumlah
atas peta. Ketetitian garis.tinggi
lesaian medan, Oapat Oiialit- uiif..,"firian
al waktu yang diperlukan untuk tiap kaki persegi manuskrip. Seperti waktu
paling scdikit sepanjang 5
dapat dicek dengan *.dffi;';;filmedan.vang l0 garis trnggr' stereoplotting, waktu penggambaran berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan
i"Ji uili diplot-pada pJ;At'i paling. sedikitagmemotong
i terhadap keti n gg an ti ik sulit untuk memperkirakan secara tepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ian medan ttr#i't'i-v"' oi[ffi pq' ^ I
i t
Ketin gg waktu penggambaran ialah skala peta, interval garis tingi, jenis dan jumlah
dari peta' Ketelitian
yang sama yang diperoi"it'otng- jalin inremolasi gambaran planimetrik yang ada tiap satuan luas pada peta, dan kepadatan serta
rodrOinat medan dari beberapa
olanimetrik dapat Aicet"O;g; ;;;ieroret, sifat garis tinggi. Bergantung pada kondisi. waktu penglambaran dapat
'f,:'-xlffi berbeda-beda dari serendah dua jam tiap kaki persegi bagi planimetri dan garis
Ilr#mil#.*u,*r;,:t*";,t'*i,ffi [:]lTy{-'Hi,
j"-rr, ,"rfu*u peta rJmeoan untuk pengecekan dan
tinggi yang jarang pada pera skala besar, hingga 10 jam atau lebih per kaki
ili;ri.li,dl;lr;s- persegi bagi planimetri dan garis tinggi yang padat pada peta skala kecil.
penyelesaian. Sehubungan dengan waktu stereoplotting, pada umumnya penggambaran
at'rs perkiraan waktu yang sebe-
Biaya pelaksanaannya harus didasarkan berlangsung lebih lama, dan di dalam beberapa hal dapat melebihi waktu
dit"'";;'btil".i't^t"
Seraii lagi ini merupakan nilai
narnya digunakan, untuk stereoplotting dengan faktor dua atau tiga. Karena keanekaan yang
dapat diperoleh melalui pengalaman.
il;;ltr"dtp"rkt rk- o"rl-g terbait terkandung di datam memperkirakan waktu penggambaran, juru gambar yang
paling berpengalaman dalam organisasi harus dimintai nasehatnya untuk
memperoleh angka yang dapat dipercaya.
15.13.6 Produksi foto orto Meja gambar terangkakan (digitized) yang jenisnya disajikan pada Butir
Cara untuk memperkirakan biaya
produksi foto orto serupa dengan
12.16 memungkinkan untuk secara otomatis melaksanakan berbagai peng-
diangkakan berd.asarkan biaya
Derkiraan biaya stereopffii'g d"" Uiasanya gambaran akhir selama kompilasi. Tentu saja hal ini akan banyak meng'u-
ffit;fi;;;it"*t'.h '"Ii'' Di samping penviaman wal(iu sebenarnva rangi biaya dan keda yang melelahkan di dalam penggambaran.
meliputi Juga waktu persiapan
untuk manus-
ii.p t"*i"r, biaya operator harus waktu penyiaman dapat agak Di samping waktu penggambaran, bahan yang digunakan untuk peng-
lrip dasar dan waktu #;"ti;i*'ti-'M";u"pYn wakru srereoplotting karena gambaran juga harus diperhatikan, dan biasanya bahan diperhitungkan atas
berbeda-beda, ,n.,np"iilirf,u,Inyu tiout
sesutit
dasar kaki persegi. Apabila hams dilakukan reproduksi dari peta akhir, waktu
tiohr.-&p"niutuhi tt"tu oleh skala' kepadatan gam-
ffi;G;yiai- Tt*i
dan sebagainya' Pada umumnya sebuah
laboratorium dan bahan untuk reproduksi juga harus ditambahkan di dalam
baran planimetrik, kekaGan"*edan' perkiraan biaya.
jam atau kurang'
rnoOet'Oapat disiam selama dua
Apabila grit ii'ggi f''us ditumpanftinOitttttn terhadap foto orto'
Uiaya to'n pif uti" garis tii'fgi pada. um
um nya haru s diperh itun gkan terpisah 16.f 3.8 Ringkasan
atngun prosedur yang dibincangkan pada
seperti operasi tt"t*pfJt'fi'?ti"ioa Dari uraian sebelum ini cukup jelas bahwa agak sulit untuk membuat
mengembangkan negatif
Butir 16.13'4. Biaya f"U"t":td"t fotc'-eyn untuk peta foto orto akhir perkiraan biaya yang tepat. Tenaga yang pada umumnya merupakan biaya
reproduksi
orto, biaya penyamu,friin"o* -ot"i'-oan terbesar pada proyek fotogrametri, juga merupakan bagian paling sulit untuk
puro"ffi^.r- tenaga dan bahan yang ditambahkan ke
harus ditentukan memperkirakan.
pokiraan biaYa bal. Di dalam perkiraan akan mudah menghapus hal-hal kecil, akan tetapi
pada jangka waktu tertentu maka akumulasinya dapat menyebabkan kekurang-
an yang berarti dalam pemasukan uang. Oleh karena itu maka harus dilakukan
16.13.7 Penggambaran
dengan seksama untuk menghindari penghapusan ini, dan penggunaan daftar
atau scribing peta akhir dari
Penggambaran meliputi prgse-l penintaan cek (check list) merupakan cara yang baik untuk menangani perkiraan biaya
.-orrripTorpiiasi. alal t"tipi, oi iamping penlnfqdandan
scribing harus
penyesuaian tepi Seperti yang te'latr diutarakan beberapa kali di depan, perkiraan yang
ditiput juga *^rro untiiffi;il;k6gta,idnustaip
546
547
paling tepat ialah yang dilakukan oleh orang-orang yang pengalamannya
paling banyak.
Biaya untuk tenaga dan bahan tidak dibincangkan di atas karena biaya
Luas pera tiap lembar
=At;flr" = 5 kaki2
ini naik turun sesuai dengan waktu dan berbeda-beda dari satu tempat ke tem- zoOl=661acre
pat lain. Akan tetapi, di bagian berikut ini diberikan juga contoh perkiraan
ol
Luas liputan tiap lembar
=elry1gl"
biaya yang representatif. 6. Jumlah peta:

16.14 PERKIRAAN BIAYA CUPLIKAN


Jumlah u.is =ffiS=a
Berikut ini disajikan contoh perkiraan biaya untuk memberikan gam- Iumlah taju, =ffif$=l
baran prosedur yang ada Misalnya hans dibuat peta topograli secara fotogra-
metrik untuk daerah proyek seperti pada Contoh 16.8. Pemonenn dari udara
akan dilakukan oleh subkontraktor sesuai dengan spesifikasi yang dicantum- Jumlah peta = 8 x9 =72
kan pada contoh soal. Daerah proyek terletak 150 mil dari pangkalu operasi
dan dari subkonraktor pemotretan. Di daerah itu ada beberapa titik konrol Pertiraan biaya
medan, dan akan dilakukan rianggulasi udara untuk memadatkan konnol foto.
Hasil yang diserahkan terdiri dari serangkaian foto ceuak konlak pada kertas
rnengkilatyang tebal dan serangkaian peta tinta yang dibuat dengan 'mylar'.
u;#,r,,?dffi,:,"ilm#di:,;*ilffi Hff ,,#:il$tt"i,?;
cermat sebelum melaksanakan perkiraan
b-iuy^ S"ruu ongto, irnugu fi.-
Skala peta sebesar 200 kakVinci dengan interval garis tinggi sebesar 5 kaki. liputi ongkos rutin).
Ukuran peta 30 inci x 36 inci, dengan bagian tepi selebar 3 inci.
l. Pemorehndariudara
A. Perhitungan awal
- (Jumlah foto: I 14)
l. Luas proyek pesawar
l{opitisasi terbang: lump sum
Perjalanan:
$200.m
l0 mil x 6,5 mil = 65 mil2
150x2@$0,S0lmil
65 x 640 =4l.600acre 150,00
Pemofietan:
2. Jumlah foto = 114 (lihat Contoh 16.8) l14 @ 97,00
798,00
3. Jumlah lembaran untuk fianggulasi udara: 2 set ceak kontak:
2x tt4 @ $2,00 456.00
6jaturr[er#Uq]'+l=e6
4..Jumlah model:
Jumlah: $ 1.604,00
2. Konfiol medan
6 jaru* P9ff]'=m Penelitian:
2 jam@ $30,00/jam
5. Luas lembaran peta: Pembultan peta jalur rcr6ang: $ 60,00
Z jarn @ $30,00/jam-
60,00
ukuran lembaran =lufrao--rct= 7,5 kaki2 Pembuatan rcncana survei:
4 jarn @ $30,00/jam
120.00
* Nilai teaebut dibulatkan kc integer terdekat- I Nilai tenebut dibulatkan te integer rcr&kar.
?
t
1 549
548
Orienhsiplotten
Lintasan: 90x1jam@$25,00/jam $ 2.2s0,00
38 mil (berdasarkan rcncana survei) Kompilasi:
Kelompok 3 orang @ $650'00/hari 90x20jam/model@ $30,00/jam 54.000,00
llari kelomPok =
ffi = 19 hari al ,, Batmn:
90 x 12 kaki2/model @ $0,60/kaki2
' 540,00
19 hari @ $650,00/hari $12'350,00
Perataan (levelling): Jumlah: $58.140,0(
56 mil (berdasarkan rencana survei)
Kelompok 2 orang @ $400'00/hari 5. Penggambaran:
(Jumlah pta=72)
HarikelomPok =ffi= 14 hari
Penyesuaian tepi manuskrip:
14 hari @ $400,00/had $5.600,00 72x I janlWta@ $25,00/jam $ 1.800,00
Perhitungan: Penggambaran dengan tinta:
5 hari@ $250'00/hari 1.250,00 72 x 5 tatriz/peta x 8 jamffiriz 6l
Perjalunn dan biaya lain'lain: $25,00/jam 72.000,00
Lump sum 1.000,00
Penginapan dan biaYa hiduP: 72x7,5 kaki2/embar @ $0,604aki2 324,A0
Hari orang = (19 x 3)
+(14x2)=85 Jumlah: $74.t24,N
E5 hari @ $30,00/hari 2.550,00
Bahan panel: 6. Penyuntingan:
28 titik @ $5,00/titik 140,00 20Vo dari peng gambaran =
Penempatan panel: 020 x 72.000 14.400,00
2 orang Pelaksana@ $400,00/hari
2 hari @ M00,00/tari 800,00 Jumlah: $ 14.400,00

Jumlah: $23.930.00 jumhh biaya: $178.534,00

3. Trianggulasiudara
Keuntungan (107o): $ 17.853,40
(Jumlah lembaran = 96)
Jumlah seluruh: $196.387,40
Pembuatan diapositif (film):
96 @ $6,00 $ 576,00
Biaya pokok:
96 @ $60'00/embar 5.760,00

Jumlah: $ 6.336,00 16.15 MENYUSUN JADWAL

Setelah penaksiran jumlah jam tenaga bagi tiap tahap proyek, jadwal
4. Plotting secara stereo untuk penyelesaian berbagai pelaksanaan dapat direncanakan berdasarkan jum-
(Jumlah model = 90) lah instrumen dan staf untuk melaksanakannya. Akan tetapi, di samping
Pembuatan manuskriP: faktor-faktor ini maSh ada pertimbangan penting lainnya, yaitu jumlah peker-
90x1jam@$25,00/jam $ 2.250,00

,&i
550 551

jaan lain yang masih di dalam pelaksanaan dan statusnya sehubungan dengan Scott, L., et al.: Specification for Vertical Air Photography, Photogrammetric
tanggal penyelesaian yang diminta. Recor4 vol. IX, no. 54, hlm. 739, 1979.
Untuk membuat jadwal yang realistik, waktu yang sebenarnya diper- Ulliman, J. J.: Cost of Aerial Photography, Photogrammetric Engineering and
lukan untuk menyelesaikan pekerjaan itu harus ditambah untuk mem- Remote Sensing, vol. 41, no. 4, hlm. 491, 1975.
perhitungkan hal-hal yang tak terduga. Sebagai contoh, jadwal pemotretan U.S. Dept. of Transportation, Federal Highway Administratiot Reference Guide
dari udara dan survei kontrol medan harus mempertimbangkan penundaan Outline, Specifications for Aerial Surveys and Mapping by Photograrn'
sehubungan dengan hambatan oleh cuaca. merric Mettods for Higlu,ays, Washington, D.C., 1968.
Setiap upaya yang layak seyogyanya dilaksanakan untuk melayani Walker, P. M., dan D. T. Trexler: Low Sun-Angle Photography, Photogrammetric
pemesan dengan penjadwalan yang ketat. Dalam beberapa hal, untuk me- Engineering and Remote Sensing, vol. 43, no. 4, hlm' 493, 1977.
menuhi permintaan penjadwalan baru yang kritikal dan masih diarahkan pada Woo( G.: Photo and Flight Requirements for Orthophotography, Photogram'
tanggal penyerahan yang telah disepakati, perlu dipertimbangkan penyewaan metric Engineering, vol.38, no. 12, hlm. ll90, 1972'
staf pelaksana tambahan dan melaksanakan pekerjaan lebih dari satu pergan- Woodwar4 L. A.: Survey Project Planning, Photogrammetic Engineering, vol.
tian kerja. Tentu saja ada kemungkinan membeli alat tambahan, akan tetapi 36, no.6, hlm. 587,1970.
hal ini harus dilakukan dengan hati-hati dan hanya dilaksanakan bila harapan Wrighl M. S.: What Does Photogrammetric Mapping Really Cost?, Photogram'
pekerjaan mendatang membenartan pengeluran ini. metric Engineering, vol.26, no.3, hlm. 452, 1960.

RUJUKAN SOAL

American Society of Photogrammetry: "Manual of Photogrammetry," ed' ke-3, 16.1 Basis udara sebuah'pasangan stereo foto tegak sebesar 3.890 kaki dan
Falls Church, Ya, 1966, Bab 5 dan 7. tinggi terbang di atas permukaan tanah rata-rata sebesar 6.450 kaki. Bila
"Manual of Photogrammeky," : ed. ke-4, Falls Church, Va.' 1980' panjang fokus kamera sebesar 6 inci dan format foto 9 inci persegi, berapa
Bab 7. persenkah tampalan depannya?
Aguilar, A. M.: Cost Analysis of Aerial Surveying, Photogrammetric Engircer' I 5.2 Seperti Soal 15.1, tetapi basis udaranya sebesar 235 m dan tinggi terbang

-:
ing, 'rol. 33, no. l, hlm.81, 1967.
: Management Planning for Aerial Surveying, Photogrammetric 16.3
di atas tanah sebesar 395 m?
Untr,rk Soal 16.1, apabila jalur terbang yang berurutan berjarak 6.810 kaki,
t
Engineering, vol. 35, no' 10, hlm. 1047' 1969' berapa persenkah tampalan sampingnya?
Graham, L. C.: Flight Planning for Stereo Radar Mapping, Photogrammefiic 16.4 Untuk Soal 16.2, apabila jalur &rbang yang berurutan berjarak 415 m'
Engineering and Remote Sensing, vol' 41, no.9. hlm. 1l3l' 1975. berapa persenkah tampalan sampingnya?
Hobbie, D.: Orthophoto Project Planning' Photogrammetric Engineerizg, vol' 16.5 Diharapkan skala rata-rata sebesar l:15.000 bagi foto tegak. Berapakah
40, no. 8, hlm. 967,1974. basis udara yang diperlukan untuk memperoleh 50 persen tampalap depan
apabila kamera memilfi format 9 inci persegi?
Lafferty, M. E.: Accuracy/Costs with Analytics, Photogrammetic Engineering,
vol. 39, no. 5, hlm. 507, L973. 16.5 Seperti Soal 15.5, tetapi skala foto rata-rata yang diminta sebesar l:7.2O0
Lund, H. G.: Factors in Computing Photo Coverage, Photograrnmetric dan tampalan depsn rata-rata sebesar 55 persen.
Engineering, vol. 35, no. 1, hlm. 61, 1969. I 6.7 Foto tegak dibuat dari ketinggian 7.500 kaki di atas permukaan bumi rata-
Moffitt, F. H.: Photogrammetric Mapping Standards' Photogrammetric t; ratl, Apabils diminta rusio BIH' sebesar 0,65, berapakah panjang basis
Engineering and Remote Sensing, vol.45, no.12, hlm. 1537' 1979' udaranya? Berapa petsenkah tamPalan depan foto ini apabila panjang
Paterson, G. L.: Photogrammekic Costing, Photogrammetric Engineering, lgol' fokus kameranya sebesar 6 inci dan.formatnya 9 inci?
37, no. 12, hlm. 1267,1971. 1 6.E Seperti Soal 16.7, tetapi foto dibuat dari ketinggian 1.500 m di atas tanah,
Pryor, W. T.: Specifications for Aerial Photography and Mapping by dan rasio BIH' yang diminta sebesar 0,55.
Photogrammetric Methods for Highway Engineering Purposes,
Photogrammetric Engineering, vol. 16, no. 3, hlm. 439' 1950.
552 5s3

l6.g Berapakah rasio BIH'bagi foto tegak yang dibuat dengan tampalan de- format kamera sebesar 9 inci persegi dan kecepatan pesawat terbang
pan iebesar 55Vo dengan menggunakan kamera yang panjang fokusnya diatur sebesar 150 mil/jam selama pemotretan, berapakah penyetelan
6 inci dan formatnya 9 inci persegi. intervalometer yang diminta?
16.1 0 seperti soal I 6.9, tetapi tampalan depan sebesar 60 persen dan panjang 16.20 Seperti Soal 16.19, tetapi foto berskala l:10.000 dan kecepatan pesawat
fokus kamera sebesar 210 mm. terbang 160 miVjam.
o)
15.11 Akan dibuat peta berskala l:9.000 dari foto udara tegak dengan meng- 16.2L Sebuah daerah berbentuk empat segi panjang dengan 9 mil arah utara-
gunakan instrumen stereoplotting Balplex (525). Pembesaran maksi- selatan dan 5,5 mil arah barat-timur akan dipotret dengan foto udara yang
mum dari foto ke peta bagi instrumen ini sebesar 3,5. Apabila diguna- skalanya l:6.000. Tampalan depan dan tampalan samping masing-
kankameradenganpanjangfokus6inci,berapakahtinggiterbangdi masing sebesar 60 persen dan 25 persen. Untuk ini digunakan sebuah
atas permukaan tanalr tata-rata untuk pemotretan itu? kamera dengan format 9 inci persegi. Hitunglah jumlah foto untuk
16.12 Seperti Soal 16.11, tetapi digunakan instrumen stereoplotting Kelsh proyek itu, apabila jalur terbang sejajar dengan batas proyek yang
dengan pembesaran oPtimum sebesar 5 untuk kompilasi peta dengan mengarah barat-timur dan Iiputan jalur terbang pertama dan terakhir
skala I incil500 kaki. sebesar 75 persen di dalam batas proyek. Tambahan juga dua foto pada
16.13 Instrumen plotting stereoskopik dengan faktor C sebesar 1.500 akan ujung tiap jalur terbang untuk menjamin liputan penuh.
digunakan untuk kompilasi peta dengan interval garis tinggi sebesar 10 L6,22 Apabila akan dibuat peta jalur terbang untuk Soal 15.21 pada peta dasar
kaki.Berapakahsebaiknyatinggiterbangnya,danberapakahskala dengan skala l:2.000, berapa incikah jarak antara jalur terbang pada
fotonya apabila panjang fokus kamera sebesar 6 inci? peta itu? Berapa incikah jarak peta antara pemotretan yang berurutan
16.14 Seperti Soal 16.13, tetapi faktor c stereoplotter sebesar 1.200 dan pada satu jalur terbang?
interval garis tinggi sebesar 5 kaki. 16.23 Sebuah lembaran tembus pandang model murni serupa dengan yang
1 6. f 5 Peta rancang bangun rekayasa (engineering design map) akan dibuat dari disajikan pada Gambar 16.10, akan dibuat untuk ditumpangtindihkan
foto udara. Peta yang akan dibuat berskala I inci/200 kaki dengan pada peta berskala l:12.000. Berapakah ukuran model murni pada
interval garis tinggi sebesar 5 kaki. Faktor pembesaran instrumen lembaran itu apabila format kamera sebesar 9 inci persegi, foto berskala
plotting stereoskopik dari foto ke peta sebesar lima, dan faktor c plotter 1:4.800, tampalan depan sebesar 60 persen dan tampalan samping
sebesar 1.000. Apabila panjanj fokus kamera sebeslr 152,4 rnm, sebesar 30 persen?
berapakah seharusnya tinggi terbang di atas permukaan tanah rata-rata 16.24 Seperti Soal 16.23, tetapi skala peta sebesar l:100.000 dan skala foto
berdasarkan skala peta rata-rata yang diminta? Berdasarkan interval garis sebesar l:24.000.
tinggi? Kondisi mana yang mempengaruhi tinggi terbang? 16.25 Untuk pemotretan pada Soal 16.21, akan dibuat peta tinta topografi ber-
L6.16 Seperti Soal 16.15, tetapi skala peta sebesar 500 kaki/inci, interval skala 100 kaki/inci dan interval garis tingginya 2 kaki. Ukuran lembar
garis tinggi sebesar l0 kaki, dan faktor c plotter stereo sebesar 1.500 ptanys sebesar 36 inci x 42 nci dengan bagian tepi 3 inci. Di samping
dengan rasio pembesaran maksimum sebesar 7,5. penyerahan satu set peta, harus diserahkan pula satu set cetak kontak.
16.17 Foto udara tegak dibuat dari tinggi terbang 9.000 kaki di atas permukaan Pada proyek itu akan dibuat trianggulasi udara untuk memadatkan dan
tanah rata-rata dengan menggunakan sebuah lensa yang panjang biaya seperti yang diuraikan pada Butir 16.14. Misalkan survei konrrol
fokusnya 210 mm dan format gambar sebesar 9 inci persegi' Tampalan medan akan meliputi 25 persen seluruh perkiraan biaya proyek" dan
depan sebesar 60 persen pada ketinggian rata-rata medan' Berapa acre- bahwa jarak perjalanan ke proyek untuk pemotretan dan udara sebesar
kah luas liputan medan tiap lembar foto? Pada model murni? (misalkan 250 mil.
a;
tampalan samping sebesar 15 persen). 16.26 Daerah proyek berbentuk empat segi panjang berjarak 8.800 kaki pada
16.18 Untuk Soal 16.17, apabila medan rendah, sedang, dan tinggi sebesar arah utara-selatan dan 10.000 kaki pada arah barat-timur akan dipotret
1.500 kaki, 1.900 kaki, dan 2.600 kaki di atas datum, berapa persenkah dengan skala 1:2.400. Tampalan depan dan tampalan samping masing-
tampalan samping pada medan rendah? Pada medan tinggi? masing sebesar 60 persen dan 35 persen, dan format kamera sebesar 9
l5.lg sebuah kamera udara dilengkapi dengan sebuah intervalometer yang inci persegi. Dari foto ini akan dibuat peta tinta fotografi berskala l:480
hanya dapat disetel ke detik terdekat. Diminta membuat foto tegak dengan intenal garis tinggi sebesar I kaki. IJkuran lembar peta sebesar
dengan skala l:7.200 dan dengan tampalan depan 60 Persen' Apabila 30 inci x 35 inci dengan bagipn^ie1ii'3 inii."Untuk memadatkan kontrol

. Jbtr8.,,lfirnus
rrH, .--*ti ta t,95 ls06
; '
r
554

jumlah bia-
foto akan dilakukan trianggulasi udara. Hitunglah perkiraan BAB
Gunakan
ya untuk menyerahkan saiu set cetak kontak dan satu set Pta'
perkiraan haria dan waktu seperti yang disajikan pada Butir 15'14'
t7
ilecuali wakti kompilasi plotter stereo 10 jam/model dan waktu
penggambaran 4 jam per iaki persegi' Jarak ke daerah proyek
dari
mil. Taksirlah biaya untuk
.l FOTO CONDONG DAN FOTO PANORAMIK
subiontraktor pemotretan udara sebesar 300
biaya proyek'
survei kontrol medan yang besarnya 30 persen dari seluruh

BAGIAN I. FOTO CONDONG

17.1 PENGANTAR
Foto condong adalah foto udara yang dibuat dengan sumbu kamera
menyudut terhadap garis tegak Apabila sudut inklinasi cukup besar sehingga
calaawala tampak pada gambar, foto itu disebut sangat condong. Apabila
calaawala tak tampak pada gambar, foto itu dinamakan agak condong.
Gambar 17.1 ialah foto sangat condong, dan Gambar 17.2 adalah foto agak
condong.
Beberapa kelebihan foto condong dibandingkan terhadap foto tegak
ditunjukkan dalam Gambar 17.l dan Gambar 17.2. Sebagai contoh tampak
dengan jelas bahwa foto condong (khususnya sangat condong) menyajikan
liputan medan yang jauh lebih luas daripada foto tegak yang dibuat dari
ketinggian yang sama. Demikian pula, pandangan samping terhadap objek
yang dihasilkan membuat foto condong menjadi lebih bernilai daripada foto
tegak bagi beberapa kegunaan interpretasi. Spesies pohon misalnya, sering
kali cepat dikenali dari foto condong yang menyajikan profil pohon, suatu hal
yang mungkin sukar atau bahkan tak mungkin diidentifikasi pada foto tegak.
,l Bagi orang yang belum terlatih, gambar foto tegak mungkin lebih sukar un-
tuk diinterpretasi, sebab pengamatan secara tegak tidaklah biasa. Sebaliknya,
foto condong menyajikan objek dalam bentuk yang lebih mudah dikenali.
Foto condong juga memiliki beberapa kekurangan dibandingkan foto
tegak. Foto condong lebih sulit dianalisis secara numerik, dan foto condong
tidak dapat digunakaq secara langsung untuk kompilasi peta. Di samping itu,
objek di bagian depan seringkali menutupi kenampakan objek lain.

'; .1ti ',:


-,;h,Sr:'\l &
il
556 557

17.2 FOTO AGAK CONDONG


di luar p.em:taan'
Foto agak condong sering dibuat lntuk kegunaan
tt"ri khu'o"' bermanfaat untuk kegunaan tingkat tinjau
Foto agak condong khu-
jug"os"nukun untukberbagai keperluan
ffir;;;uun. roto-ruto i"i
agak condong tam-
r!
,*..-i,fr* i"rerpretasi foto. frufitur iu*UutT pada foto letak industri yang
;;l r"r* r'"Lt rntur;;;;;i6r"cakrawalakota. rara
pembangunan secara lengkap' rute
luas, situs rencana p"*U*gunin, proyek
mnsportasi, dan sebagainYa" kemi-
yang
Karena foto ugrt'lo-ndong hanyalah foto udara TTiliki
p"t*,.- tt*pa iang dikembangkan pada Bab 1l untuk
ringan besar, maka
Jika arah d3n besarnVa
i.oi[ ,.ri""g Oapat iigunatan untuf m'enganalisisnya.
fokus dan tinggi terbang di atas
il"irrrrgir"Ok6t*,rili"*fti- frg puliuls p"tges"ran le taii oleh rel ief ' per-
;ffiffiji"-, ruto Ouput Jit.tiuf.ui, ttd "]
titif Upangan dari pengukuran
seseran letak oleh f,"r.ffi.ngun dan koordinai
condong
f,osisi gambar pada foto agak pada Gambar l'l '3' ter-
Pemotretan xonr"ig.n, ttperfi yang disajikan
diri alas pasangan ttt*Jfopiiloio a.cak clondong yarrg dibuat denean 1111t1
satu sama lain' Kamera sepertr
k;;;;yidut konvergen saling ry1"Tu an g kh usu s untuk melakukan
ilffi ;;j'"ftk-' p"Oa'C-i*Urt +.f tetatr diranc
juga digunakan untuk
pemotretan konvergen. Satu kamera udara tunggal dapat
membuatfotokonvergen,dengansyaratkameraharusdigerakkansecaracepat
;t il;6 ,r.h depan-dan miitng ke arah belakang pada saat pernotretan'
Keuntungan pd;;*"dverg9n bagi
pemetaal iult dapat diperoleh
f OOE", Oun in"'i liputanlebih luas bagi
tampatarrOepurit,iriggu 'etn'Uuat'tt"n
p-i-samping ilr.iygl dapat.diperoleh rasio B/H lebih besar
ffi;rd"l;'"*o. yang-bersangkutan
yang memperbe* tuiui-i.iraks-d;ri perpotongan sinar Gambar 17.1 Foto sangat condong yang dibuat di atas Oakland, Kalifornia.
penempatan posisi titik (seizin Pasific Resources, Inc.)
iil'r"ru'ngkinkan t""Lirrt^n lebih beiar dalam
M";kd;; tidak semua instrumen plotting stereoskopik
;;;}g19,iu|.Eik. bTvt
;il;;fi;;;i rom roti,,tgen, tetapi
p*git steteoit opif foto
di antaranva vang dapat'
konvergen.sama dengan
17.3 FOTO SANG.A,T CONDONG
irr.-& orientisi untuf
demikian' dengan
v"i'g O*rit"n-paOa sd;i2 u"'t"k foto tegak' Meskipun Pembuatan foto sangat condong pada saat ini yang paling sering ialah
op,i[-Jr,rt mencapai f6tus optimum menveluruh bagi untuk keperluan bukan-pemetaan. Meskipun demikian, selama tahun 1940-an
ib,il;r"y;kti seperti.yang telal diuraikan
selunrtr model stereo ,'mat<aindtsi Siheimpltug, dan 1950-an pemotrctan trimetrogon yang memanfaatkan foto sangat condong
pi-0" g"U 2.8 harus terpenuhi. Perhitungan analitis untuk foto agak condong telah digunakan secara intensif untuk pemetaan skala kecil bagi wilayah luas
untuf foto sendeng' Apabila dikehendaki I di dunia. Dinamakan pemotretan trimetrogon karena dalam pemotretan ini
caranya sama dengan fiffifuan
Irt"uir,* paing tiiggi'dai; finitun g- analitrlq.Paga.um umnya
digunakan digunakan lensa metrogon. Gambar 17.4 menyajikan orientasi tiga kamera
baik'
i;;;*g;'i.kar;a siiut paratairsnva vang menjadi lebih sistem trimeUogon. Kamera bagian tengah menghasilkan foto tegak, sedang-
kan dua kamera tepi menghasillcan foo sangat condong. Ketiga kamera diope-
rasikan secara serentak dan menghasilkan liputan dari horison ke horison
secaxa tegak lurus ara[ penerbangan. Jika pesawat bergerak maju sepanjang ja-
lur terbang, maka pemofetan secara berurutrn yang ditampalkan menghasil-

tf
A
I.
t
559
558
kan foto sangat condong. Liputan yang diperoleh melalui pemotretan trime-
trogon memungkinkan kompilasi peta planimetrik skala kecil, secara cepat'
untuk wilayah yang luas.
Beberapa tahun terakhir ini, pesawat mutakhir dan wahana ntang ang-
kasa telah memungkinkan perolehan foto tegak dari ketinggian yang sangat
tinggi (lihat Gambar 20.17). Hal ini hampir sepenuhnya menggantikan foto
sangat condong untuk pemetaan skala kecil. Meskipun demikian, foto con'
dong masih tetap bermanfaat untuk interpretasi, tingkat tinjau dan untuk
maksud pengintaian.

t Dacrah tampalan
samping
v
Gambar 17.4 Orientasi tiga kamera yang digunakan dalam pemotretan tri-
metroSon.

Foto sangat condong masih digunakan sebagai pelengkap kontrol la-


pangan yang diperlukan untuk pemetaan skala kecil dengan foto tegak, ter-
utama bagi daerah yang sukar dilakukan survei lapangan. Dengan membuat
dua foto sangat condong (disebut foto horison) secara serentak dengan pemo-
tretan tegak maka besar dan arah kesendengan foto tegak dapat ditenmkan. HaI
menggambarkan National Capitol di ini mungkin karena dua kamera sangat condong dipasang dengan sumbu optik
Gambar 17,2 Foto agak condong yang
miring pada bidang yang saling tegak lurus satu sama lain: orientasinya
Washington D.C. (Seizin Maps, Inc')
terhadap sumbu kamera tegak diketahui, dan sudut kesendengan sumbu kame-
ra condong dapat segera ditentukan (lihat Persamaan 17.l sampai dengan
17.4).
Karena foto sangat condong semata-mata merupakan foto sendeng yang
parah, maka foto semacam ini dapat dianalisis dengan menggunakan persama-
an foto sendeng pada Bab 11. Meskipun demikian suatu pendekatan yang agak
or"oTi berbeda juga baik untuk menganalisisnya Gambar 17.54 menggambarkan bi-
\n: dang utama foto sangat condong, dan Gambar 17.50 menunjukkan foto yang
dihasilkan. Foto dibuat dari stasiun pemotretan L padaketinggian terbang II'
di atas bidang rujuttan. Panjang fokus kamera ialah /. Titik nadir lapanganN
Genbar 17.3 Fotografi konvergen.
;l

560 561

Cakrawala dJli Adalah bidang mendatar yang memuat stasiun pemotretan.


Bidang cakrawala asli Pada foto, garis imajiner perpotongan antara bidang cakrawala asli
dengan bidang foto disebut garis cakrawala asli.
Sudut depresi sernz Sudut 0'yang diukur pada bidang utama, di antara sumbu
optik kamera dengan calaawala semu. Jika cakrawala semu kelihatan
,/ \-o - l) pada foto, maka jarak ok'dari titik utama ke cakrawala semu dapat di-
Sumbu" f\ ukur, dan 0 dihitung sebagai berikut:
O'=r^-'(f) (r7.r)
Sudut dip Sudut d yalrg diukur pada bidang utama di antara calaawala asli
dengan calaawala semu. Sudut dip berkaitan dengan ketinggian kamera
dari muka bumi. Suatu persamaan untuk mengukur nilai sudut dip
dalam detik dapat dikembangkan dengan meng:rcu pada Gambar 17.6.
Dalam Gambar 17.6, O merupakan pusat bumi dan X ialah radius rata-
Caris c rata bumi. Foto sangat condong dibuat di L pada tinggi terbang H' di
asli atas bumi, N adalah titik nadir bumi. Garis LK merupakan calrawala
asli, dan I,K'merupakan tangen horison tampak ke arah bumi pada K',
Tangen
cakrawala semu ol dan d adalah sudut dip. Secara geometris, sudut pada O yang
bertmdapn dengan busur N,(' juga sebesar d. Dar1 gambar,
'"L
-xo*l tand =(#) (a\

danjuga
(b)

Gambar l7S (a) Tampak samping bidang utama suatu foto sangat condong' YY'=^[@Q (b)
(D) Tampak muka foto sangat condong' Dengan mensubstitusikan (r) ke dalam (a) diperoleh

merupakan titik nadh di bumi, yang-secara tegak tepat-terletak di bawah sta-


,ir"-i"r*rrt r.iitit naair fotogrifit z merupat<an ti{ tempat garis tegak
tarrd=rlry @
ilii;b"**l dari stasiun menemrius bidang foto.nadir
Karena foto sangatco-ndong
lita H' = cukup kecil dibanding lt, maka Persamaan (c) menjadi :
ffi;iilil k"rirtng- y-g sangat besar, maka foto mungkin tidak seca-
pertuasan bidang foto, seperti yang
;6;-"d" paOa-fot6, titapi iatutr pada
lan d=
2H'
@
disajikan pada Gambar 17.5a. R
Istilah-istilatr Ueritut yang penting untuk perbincrylgqtenlang lolo
Karena sudut dip selalu kecil, maka tan d mendekati d doJiam
sangat ;d"d dirrrikan di Sawih ini, serta dilukiskan dalam Gambar 17.54
radian. Juga, sehubungan dengan pembiasan atmosferik, garis LK'
dan 17.5b :
mengalami pelengkungan sedemikian sehingga d berkurang ukurannya.
Cakrawala rampok remr Merupakan garis aktu{ v*q
$aioo ryry?il*- Apabila persamaan (d) dikalikan dengan angka tetapan 0,9216 untuk
tempat p"rt"rr-
tnigit deigan bumi' Sehubungandelefi keleng- menghitung pembiasan atmosferik dalam atmosfer baku, kemudian
, dililtifii,;aka
... oni,* rot6 sangat condong benkala kecil yan! mensubstitusikannya ke dalam persamaan radius bumi rata-rata ?.0,9 x
iliipri wilayah yang luas, cakrawala tampak akan terlihat sebagai 10o kaki, dan mengkonversikan radian ke detik, maka dihasilkan
, garis Yang agak lengkung. pennmaan beikut untuk sudut dip dalam detik:
- I

562 563

dan garis u[ama, di mana garis utama ini terdapat pada garis perpotonSan
bidang utama dengan bidang foto. Posisi fotografik suatu titik gambar a dapat
dinyatakan dengan koordinat rektanggulerro dan yr, seperti ditunjukkan pada
Gambar 17.5b. Titik-titik di atas sumbu.r memiliki koordinat y positif dan
r) di bawah r memiliki koordinat y negatif. Demikian pula halnya, titik-titik di
sebelah kanan sumbu y memiliki koordinat -r positif dan di sebelah kirinya
Cakrawala memiliki koordinat -x negatif. Dengan kesepakatan tanda ini, maka semua
titik al@n memiliki koordinat y negatif pada foto sangat condong, kecuali ba-
gi objek tinggi yang terletakpada daerah depan.
Sumbu-sumbu x dan y dapat dengan mudah ditempatkan pada foto sa-
ngat condong, apabila calrawala semu kethatan seperti garis yang mendekati
lurus, seperti yang disajikan pada Gambar 17.1. Pertama, titik t'pada Gam-
ba 17.5b ditempatkan pada titik di mana garis singgungpa& cahawala semu
tegak lurus terhadap garis yang melalui titik utama. Garis utama (sumbu y)
digambar melalui titik utama o dan titik l'. Panjang ok' (dari titik utama ke
caloawala semua) diukur, dan dari Persamaan l7.l sudut depresi semu dihi-
tung. Dari Persamaan 17.2 dihitung sudut dip, dan sudut depresi asli 0'kemu-
dian ditentukan berdasarkan Penamaan 17.3. Panjang ok dari titik utama ke
Grmbar 17.5 Sudut dip dari suaha foto sangat condong calaawala asli kemudian dihitung dengan menggunakan Persamaan berikut:
ok=f tan g (r7.s)
(17.2)
d" = 58,8fr Jarak ok terbentang dari titik utama ke tempat titik t, dan akhirnya
garis calaawala asli (sumbu .x) digambar melalui t tegak lurus garis uiama.
Dalampersamaan(|7.2),H,adalahketinggiankameradiatasbumi
Jika cakrawala semu tak kelihatan pada foto, maka metode titik temu garis
dalamlraki.
g utamL urtara-sumbu sejajar (vanishing point) atau ttik nadir yang diuraikan pada Butir 17. I I dapat
Suaut 6rii ori; Srort yang terukur-Plda bidang
--- 6era <lengan cadawala.asti: S+ut depresi-asli pada.Gambar digunakan untuk menempatkan sumbu xy dan menghitung sudut 0.
6rit
ll.xt,,t1o.tseua-gaiiumtatr dari sudut dip tampak dan sudut dip
atau:
(17.3)
0=Q'+ d r7.5 SKALA FOTO SANGAT CONDONG
sumbu kamera
sudut kesendengan Sudut t diukur pada bidang utama antara juga
-*- Sudut ini merupa-
ii""e; girir t"gut melalui stasiun pemotretan.
foto. Sudut dgnresi
Pada foto sangat condong, jarak objek bervariasi dari jarak minimum
kan sudut antara-bidant mendatar dengan bidang pada latar depan ke jarak sangat panjang di dekat cakrawala semu. Variasi
*lt d"" sudut kisenOingan dihubun[kan oleh persamaan sebagai eksrim pda jarak objek ini menyebabkan variasi yang berhubungan dengan
britut skala foto. Skala pada suatu titik dalam foto sangat condong pada arah r
(r7.4) berbeda dengan skala pada arah y. Pada medan datar, skala tetap sepanjug
l=90o-0 garis sembarang pada arah x (sepanjang garis sembarang yang sejajar dengan
cakrawala semu), sedangkan skala pada sembarang garis dalam arah y berubah
secara kontinu. Semakin dekat srutu titik dengan cakrawala asli atau semakin
17.4 SISTEM KOORDINAT FOTO SANGAT CONDONG kecil koordinat y-nya akan semakin kecil skalanya
Pada Gambar 17.7, skala pada arah.r di titik a menrpakan perbanding-
Irtasi titik-titik gambar pada foto sangat condong-umumnya di'
Gambar 17'50' an jaraka'apdafoto dengan jarakA'A di lapangan, atau:
nvatakan dalam sistem l6*Oin"t b, y,ng dituniuttan pada
ififfi;r", i;i;; dr,r r;*iri-**ing irelambangkan garis ca*rawala asli
5&

^ a'a
Jro= -trT (e)

Dari segitiga sebangun pada Gambar 17.7,


a'a =-=-
l.a' c
L{_,, _ /A
A'A - LA'- LA -oxa v'
Dengan menggantikan nilaiLa" menjadi y, cos 0 darll-A menjadi (I/
i), untuk dimasukkan ke dalam Persamaan (f) dan menghilangkan tanda a,
-maka:
s*=-M
^ lyl cos 0 $7.6\
Pada Persamaan 17.6, S, ialah skala pada suatu titik sembarang pada foto
sangat condong, dalam arah x, lyl merupakan harga mutlak koordinat foto y
pada titik yang tenrkur dari calnawala asli pada foto, e iahh sudut depresi asli,
,
H ialah tinggi terbang di atas datum, dan iatah elevasi titik di atas bidang
rujukan.
Dengan mengacu lagi pada Gambar 17.7, dapat dikembangkan suatu
ungkapan untuk skala dalam arah y
bagi sembarang titik pada foto sangat
condong. Jal:rk AB di lapangan pada gambar dapat dipandang sangat kecil, dan
skala dalam arah y pada titik a dapat diungkapkan sebagai perbandinganjarak
ab pada foto terhadap jarak AB di lapangan. Dengan demikian, jika a'b' = ab,
dffitA'B' =.r{8, maka
a'b'
s), =M G) Gambar 17.7 Skala foto sangat condong

Pada Gambar 17.7 pandanglah 0 sebagai sudut oLA', sudut tegak


antara sumbu kamera dengan sinar LA'. Juga, garis A K dibuat tegak lurus Dari segitiga sebangun pada Gambar 17.7,
terhadap sumbu kamera sedemikian sehingga A K sejajar dengan a'k. Dalam
segitiga A?K, sudut pada P sama dengan 0, dan dengan demikian sudut pada
A' sebesar (90' 0). Jika A B 'sangat pendek, maka garis l,A' dan LB' dapat
-
#=#r'
Dengan substitusi (D ke (i),
a
dianggap sejajar, karena itu dalam segiliga A'B'8" sudut di 8'adalah (e + Q).
Dengan demikian sudut di 8"'adalah (90o Q). Dengan menggunakan nrmus o f,a'sin (0 + 0)
sinus pada *gitiga A' B' B " .
- J, =-;;I;s
_
o G)
a,
ar'=ffiffi (h) Teapi dori A, La' I LA' = Slo . Juga dari Gambar L7 .7, La' -.f/ coo 0
dmtLA' = (H i)tCos(90'- 0 0 ). Oleh karena itu,
(i) disubstitusikan ke (g)
- -
o _ f sin (0 + 0) (m't
uxa -
a'b'sin (0 + d)
- =,q54;;1- (H lr)cos 0
rro (, -
Deng;an mdnyusun kembali (m),
566 567

sr (H
-h) -sin(0+0)
cos 0
(n)

Substitusi La'lLA'= S1, ,dan substitusi (n) ke (t) membuahkan:

u!a-_
.s.,
(srd )srdlll - ,,) @)
f
Akhirnya, dengan substitusi Persamaan (17.6) ke (p), dengan meng-
hilangkan suDsc ipt wh dengan pengurangan, -
I

sv=ffi4
- v2 cos2 o (17.7)
I

I
I

l*
I

Di dalam Persamaan (17.l\,,Sy mencerminkan skala pada arah y pada


lt
I

sembrang titikdi dalam sebuah foto sangatcondong, dan trnda-tanda lainnya


sepoti yang telah dibincangkan di depan. v
Ke titik obyek A
Contoh 17.1

Sebuatr foto sangat condong dipotnet dari ketinggian terbang 10.000


kaki di atas permukaan tanah, dengan kamera yang panjang fokusnya 6 inci. Gambar 17.8 Panjang garis, sudut mendatar dan tegak pada foto sangat con-
laak ok'diukur, ternyata sebesar 2,92 inci. Carilah skala padp arah r dan y dong.
pada titikutama

Joid
t, =
(uffi#= I incifi'8CI kaki
Berdasartan Persarnaan (17.1), (17 .2),dan (17.3),

o,=ran_, (ffi) =2so57,


17.6 SUDUT MENDATAR DAN SUDUT TEGAK PADA FO.
.foooo-= i.880't
d = 58,E I
o38' TO SANGAT CONDONG
0 =25o57'+ 1938'= n"35'
Sudut-sudut mendatar dan tegak pada titik yang gambamya tampak
Bodasatan Petsamaan (17.5), pada foto condong dapat ditentukan dengan mudah apabila sumbu rujukan ry
dapat diBntukan letalmya dan 0 dapat dihitung. Seperti yang ditunjul*an pada
ok = 6fi0 tan 27o35' = 3,13 inci Gambar 17.8, suatu foto condong dibuat dari f, yang memiliki sumbu kamera
(dalam ok yga merupakan koordinat y dari titik utama). miring ke bawah dengan sudut depresi asli 0. Titik objek a pada foto me-
Berdasatan Persamaan (17.6) dan (17.7), miliki koordinatx4dany4 seperti tergambar. Garis cc'disusun tegak, c'men-
jadi bidang mendatar yang memuat stasiun pemotretan. Bidang Lko meru-
t' - Gffi = I inci/3'605 kaki
pakan bidang utama Oidang tegak), dan bidang Laa' jaga tegak sebab bidang
ini juga memuat gariB tegak aa'. Garis a'a" *1apt dengan sumbu x dan men-
datfr.

t:
568 569

melalui-reseksi
Sudut o4 antara bidang tegakLko danLaa'(sudut antara sumbu ka- {sa tigt. untuk ini dapat dilakukan reseksi tiga titik secara
mera dengan sinar ke titik objek A) dapat dihitung sebagai berikut: gralis (lihat Butir 9.8) maupun metode numerik. reuania[in butu-uuku
surveying mexguraikan metode numerik reseksi tiga titik.
oa=ta1-l (#)=hn-r ffi) Apabila koordinat medan xldan fl, telahtitentukan, dapat dihitung
asimut sinar dari stasiun pemotretan ke titik kontrol, seperti misalnya
sinar
Substitusi untuk nilai a'a" dan Ia", r.A' berdasa*an perbedaan koordinat. Dengan menamb'ahkan aa kJ asimut
LA, dapar direntukan asimut sumbu kamera. Hasil yang tepat dapit diperoleh
-
04 = ran-1 (
/sec 0 + y, sin 0
(17.8) melalui pengulangan qra
!*F ini dengan titik kon'roiy-g fain. '
Jika sudut legah.dihitung untuk satu titik konror iegak yang posisi
.
men{ataqr_a juga diketahui, maka tinggi kamoa di aras tiut fonror
o?fat oi-
Dalam Persamaan 17.8, perhatikan bahwa Wtfuyo sin 0 akan negatif, tenhrkan. Koondinat r$iu,lpemorean yang dicari pun dapat diketahui pula.
akibat yo bertanda negatif. DrIq perhitungan tinggi kamera, peitu oitatutan pertritungun ,.rr*ri
Sesudah ao dihitung, sudut ve(ikal po anara garis mendatar La'dan atmosfer dan kelangsungan bumi. Gambar 17.10 meiukistan"foto sangar
sinar La dapat dihitung sebagai berikut gondolg yang dibuar pada tinggi tubang I/ di aras datum. Titik a pada titit
konhol regak A tanrpak pada foto. Erevasi A di atas oatum acatatr ii
p,=*n,(*)=*'(#{#) suaut
tegak Fc untuk sinar dari stasiun pemohetan ke titik kontrol oapat iitritung
d"ng* menggunakan Perygnqn 17.9. Dengan mengetahui posisi mendatar
stasiun pemohetan dan titik konhol, maka-jarak nienoatafo aari stasiun
Dengan mengganti nrlau La".
pemotsetan i
ke titik konrol A dapat dihitung melalui perbedaan koordinat.
-
Dengan demikian maka jarak tegaklv= D an-p,) Oapat ititritung.
Pr = *-' (r7.e) Sehubungan dengan refral<si atmosfer, suduitegat
Fo y*gdihitung
terlalu kecil bila dibandingkan terhadap nilai apr, sehinggi 7-teriitung
uu-
Pada kedua Persamaan 17.8 dan 17.9, tanda xo dan yn harus diperha- kan menrpakan pqbedaan tinggi antarar, danA yang seuenarnya. oleh karena
tikan. Oleh karena itu sudut mendatar brtanda negatif apabila r, negatif, dan itu meta bila dikairkan dengan refraksi atmosfer, Iiterlalu teiir oinlan nilai
sudut tegak bertrnda aljabar negatif, apabila y, negatif. Tanda aljabar dari i
R. Jika ditambahkan ke v untuk memperoreh v', hasilnya masif,letum

- hil
merupakan perbedaan tinggi (H yang sebenarnya,-terapi sekarang
sudut depresi asli 0 dipandang positif dalam semua persamaan di bab ini.
terlalu psar
{e1san nil{_c, sehubungan dengan kelengkungan bumi. Nilai c
merupakan-nilai yang diukur mulai dari garisiinggung paoa-permukaan bumi
I7.7 POSISI STASIUN PEMOTRETAN DAN ASIMUT dengal kelengkungan bumi. Nilai ini sebandintoerli, tuiaratiarata oan
sama-dengan 0,067 M2, di mana M merupakanlararla oaam niii.-ioretcsi
SUMBU KAMERA
refraksi ^f, !_urqng lebih.-sepertujuh nilai C, tetapi dalam ,rh yung
Jika pada foto sangat condong hmpal( gambar tiga titik kontrol, mata
be!1ry1an.- u-ngkapan b:rikutnya rirenghasilkan toretsi terpadu untut eferr
pocisi mendatar dan tegak stasiun pemotretan serta asimut sumbu kamera da- n&alai dan helengtungan.
pat ditentukan. Posisi mendatar stasiun pemotretrn dan asimut sumbu kamera G-c)=-0,574tt/2 (17.10)
ditentukan lebih dulu. Dalam cara kerja ini, sudut mendatar antara sumbu ka-
mera dengan ketiga titik kontrol dihitung dengan memakai Persamaan 17.8. .,--,,.Unffi.nilai D. yang kecil, maka refraksi dan kelengkungan dapat
diabairan misalnya bagi nilai D yaur.g hanya sebesar 0,57 kakiuntubD
Sebuah contoh disajikan dalam Gambar 17.9 &ngan sudut-sudut mendatr qa,
sebesr I mil. Akan tetapi nilai-?-yang tesai, refraksi menjadi penting, mi-
a6,, dan a6 pada titik-titik konrol A, B,dmt C yang telah dihitung dari keti-
salnya untut nitai D seQsar 57 harri, maka pengarulnya seuisar l0 mit.
ga sudut a itu dapat ditentukan dua sudut 6t dan 62. Dengan menggunakan
Apabila ditrmbahkan ke nilai v tertritrmg torelsi irasioan tetengtungan
sudut 61 dan 62, posisi mendatar stasiun pemotretan L dapt ditentutan
T

570 571

dapat menghasilkan pe$amaan untuk menghitung tinggi terbang foto sangat


condong sebagai berikul
H=DhF"+(R-A+hl (17.11)

Contoh 17.2. l) rl

Msalkan pada foto sangat condong dengan sudut depresi asli sebesar
30o00' dan panjang fokus 6,00 inci, gambar a padatitik konnol EgakA

Gombor 17.10 Koreksi kelengkungan bumi dan reftaksi atmosfer pada foto
sangat condong.

3,83
Gember 17.9 Suatu foto sangat condong dalam pandangan keruangan' menS- o, = tan'l
gambarkrn meto& reseksi tiga titik untuk penempatan stasiun pemotretan. I (6,00 x sec 30"00')-(2,94x sin 30o00')

= 35o03'
memiliki koordinat x dan y berturut-turut 3,83 inci dan inci.
-2,94
Hitunglah tinggi terbang saat pemoretan di atas bidang rujukan, i*a he
Dari persamaan 17.9, sudut vertikal F, pada titik konrol A adalah:
,r
1,94x
sebesar 11460 kaki dan jika jamk mendatarD dari stasiun pemotretan ke titik
A sebesar 6.550 kaki. P, = *-'I cos30"00'

[(0,00 x sec 30o00')42,94 x sin 30o00')] sec 35'Ol'


=-?.0o54'
lqwofun
Dari Persamaan 17.10, koeksi refraksi dan kelengkungannya adalah:
Dari Persamaan 12.8, sudut horisontal o, dihitung lebih dulu:
H

572 573

c) = 4,574(ffi)'= -0B keki


(R
- 1 Sumbu ka{rnqa2

Akhimya, dari Fersamaan 17.11, tinggi terbang saat

II=6.550tan.20o54,-09+1.460=3.g60kakidiatasbidang
pemotrhn adalah:

lr I I
Y
ntjukan.

MENENTUKAN LETAK TITIX PADA FOTO


SANGAT
17.I
boxpoxc YANc BERTAMPALAN
pada-d.ya fo. o. con{onq111
Jika gambar dari suatu titik objgk tampak
diketahui, maka posst
lebih valu f,*iri ,"rt" orlr"t .i sornuo kameranva
melalui metde
mendatar dan tegak titi[;bi[;;ilr&p"t
ditentokan
gambar a1 dan a2 titik gbjet A
interseksi. Dalam Ga.bat-i?'il misalnya' aralt
danL2'11a nogi dan
;prk prd" ioto *nao,,g itng Aporct-o"ti1' pu1lng
sumbu kamera kedua pJfid ditt"attui' "tr"
qm arah,basis udara
tapangannya Srrdut
LrIa dapat dihihmg b.#;ffi'p"'tJ-t' p'0" rbo:Anat
l7'8 dan dapat
O"p"idf itung te-rOasa*an Persamaan
mendatar ol dan
",
ditentukan sudut horUoirui O, Orn U. Segitiga
miring L1A L2&ngan sudut
dicari melalui rumus sinus untuk
oru oz.dan r,ra yung a*itar,oi,-o"put
Selain menggunakan teknik
memperoleh posisi me-ndatar di lapangan'
Agunakan cara kerja grafis'
ffi;fiiffi"fi fi, dir6,
,iffiftr,t
oafiat prra
untuk memPeroleh Posisi titikA'
dikeahgi'-e-levasi h'l Fda
Apabila tinggi ffituntut.foo
-aa"tatgntrtcondong Grmbar 17.11 Pasangan foto sangdt condong yang bertampalan dalam
dengan lebih dulu mens!1t1E
6ft A padac.'nbu' it.il n penggambaran secara keruangan, melukiskan metode interseksi untuk penem-
Persamaan l7'9' dan kemudian mencan
i,ilri rcirt p, o"ng- ,"ngi'itt"' patan titik-titik baru.
Ir1 pada Persamaan 17.11 atau
(07'12)
=H-D hpo-G-c)
htr selatan akan tampak konvergen, bertemu di satu titik pada garis cakrawala
perlu. dite$ukan-!9ih dulu asli, pada foto. Titik pertemuan garis-garis sejajar pada foto condong sema-
Untuk menyelesaikan Persamaan 17'12'
menOatr b Oatistasiun pemotretan ke cam ini dinamakan firtk cakrawalc (vanishing point). Bidang bujur sangkar
oosisi mendatar dtik A,ffi;afrat pada medan akan tampak pada foto sebagai pola rapesium. Pola grid sema'
iitftrl diketatrui.
cam ini disebut grid perspektfl, sebab grid ini menyajikan pandangan pers-
pektif gnd mcdan. Dalam hal ini, tiap petak perqpektif menggambarkan petak
17.9 GRII' PERSPEKTItr' bujur sangkar di medan yang bentkuran I mil.
Dengan mengetahui tinggi terbang, pajang fokus, dan Sudut depresi,
misalnya suatu foto sa-
Sebagai pengantar ke konsep gndprspektif' dapat dibuat suatu grid perspektif pada sebuah foto con&ng, meskipun sebe'
pola petak buj,r sang-
ngat condong At*
ii?*-t"dat'tt":at o"ngan
l-ani
soatu
Jika kamera ditempat-
namya di medan tidak ada pehk-petak itu. ukuran petak bujur sangkar yang
kar sepertl g*r_g*r-pif
ii.s-. rrram sysrem.
utaF digambarkan oletr ptak-petak gnd perspektif dapat dipilih dari nilai semba-
ffi piO" rif, pemohetan, maka semua garis penampang
uuia setima rang yang dikehendaki. Grid ini biasanya dibuat pada suatu medium trans-
1
i

574
575
I

paran, atan jika ditumpangtindihkan ke aras foto akan menunjukkan lokasi fo


to pada petak bujur sangkar imajiner di lapangan. Hasilnya berupa suatu sis-
tem koordinat bujrn sangkar sebagai mjukan untuk menentukan jarak di la-
pdrgan alau unhrk pemetaan planimerik melalui penyidikan langsung.
Dalam penyusunan grid perspektif foto sirngat condong, lebih enak rl
untuk membuat salah satu garis grid berimpit dengan garis utama foto. Cara
ini pertama-tama meliputi, penempatan garis mendatar asli pada foto, seperti
yang telah diuraikan pada Butir 17.4. Kemudian seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 17.12, gais utama to diperpanjang hingga mencapai titik e. Karena
berhubungan dengan garis utama, maka garis EE di lapangan disebut juga
bujttr utotu lapangan fut garis gid ke disebut brq'ur wanu gid.
Paralel (lintang) basis yang tegak lurus terhadap meridian utama grid,
kemudian dibuat dengan menyusun garis sejajar terhadap horison asli yang
melalui titik e. Setelah memilih M, yutl ukuran yang dipilih untuk perak
bujur sangkar lapangan, maka diperlukan penentuan jarak m yang dikehendaki
di sepanjug linrang basis di antara bujur gnd yang berdekatan. (Semua garis
grid pada Gambar 17.12 yang bertemu di t, misalnya ck, dk,fk, dan seba-
gainya, disebut bujar grid. Garis-garis ini menunjukkan garis-garis di CC,
DD, EF dan sebagainya di lapangan, yang disebut bujur lapangan. Garis ini
t
sejajar terhadap bujur utama lapangan. Titik ialah titik cakrawala bagi
i^*q
rcmua bujrr grid). Dari segitiga sebangun kde dan kDEpada Gambar 17.12.
mM
E=kE
Dengan substitusi (f/'sec 0) untuk tE ke persamaan di atas untuk
mencari nilai rr,

,=ffi
M fte\ (17.13)

Pada Persamaan l7.l3,n menrpakan jarak yang disyaratkan antara Gsmbar 17.12 penyusunan grid pcrspektif untuk
foto sangat condong.
bujur-bujur grid yang bcrdekatan yang diukur sepanjang lintang basis, M

xiilfr Ji:tjtp63ffi
ialatr nilai terpilih yang merupakan ukurul grid lapangan yang diberikan oleh
segi cmpat gid, ke ialah panjug bujur utama grid dari t sampai e dan H'
#:fi jffi,#ffi .:i*
menryakan tinggi teftang di atas medan. Satuan-satuan M dmt H' dan satuan fr F,#hift
cc, DD, EE, dfi seterusnya, pada titit-tif.ii-di mant giis
nya, terbentuk suatu dimenai griO tapangan persegi ' ' ' meilotong-
rvlti "rvr"r
m sirma dengan satuan te. Setelah menghitung m, bagian panjang m ditandai *rrrl., ;i.'
scpanjang lintang basis untuk menempatkan titik-titik c, d,f dn seterusnya. Kunci bagi penggam.&ran ti"dtilA. ;id p"rrp;idf iarah, dengan
Bujur gnd ck, dk, jk, dan seterusnya digambarkan. Jarak antaxa pada arah r mencari tokasi gdd perspehif garis
oiagoiril a
membentut sudut 45" tertraOap UiOang
ripan;il;il;;;# r,,g
dalam foto condong, yaitu jarak di antara bujur yang berdekatan, diukur di iama"i
bagiatr mana pun, mcnccrmintan jarak di lapangan sebesar M.
Kemudian perlu menggambarkan suatu sistem garis dalam bentuk grid
perspehif sejajar dengan lintang dasar. Garis-garis ini disebut lintang grid.
Perhatikan garis diagonal di lapangan /VI7 pada Gambar 17.12 yang f,{H
mendahr sebesar 4t1 dan.garis rt, memotons g"rir caknawara asri di titit
w.
mcmotongbujur utamadilapangan ENPE pdasudut 45o. GarisNlfjuga Bidang tegak ini memuar-8arir t;da;Jfi; memuar garis zw darNw.
1
577
576

gdd penpektif ggi!


Karena itu, ganis nw pada bidang foto merupakan lokasi
Nly a irprig*, aair titl w rn'erupakan titit.catrawata untuk earis NlY. Caris cakrawala asli
g"rdorrf; Eeoineri perspektif, sembarang sistem garis yang seiajar p.aga
yang sama apabila
bidang datar, semuanya bertemu di satu titfu calrrawala
;.rir:;rrd6;brr ridak sejajar g$a{ap garis.ca}rawala. Dengan demikian
i,af.a-titit w yang merupakan titik cakrawala bagi semua garis di lapangan
sebab
,"rt"ntof soOrt sttetit 45o terhadap bujur utama di lapangal' O.leh
iffirk" t..t g,;,d wojuga mencermintan sqltu garis diagonal di lapangan
, -'" m"t;oong
,anc " Uujur lapangan dengan sudut45o'
il;hili'_"iri, i*i orr, Etit calcan"ata bagi himpunan_45ogarisgaris
terhadap
medan lainnya yang seiaiai dan membennrk sudut 11 sebesar
--- utama
bujrr -put",nmeian, terdapat
pada
t di mana jarak f' =/seg 0'
,n"nerapk , uias A ams bagi penyusunan lintang grid, titik-
yang
titik v dan w lebih dahulu ditempatkan pada cakrawala asli seperti
dilukiskan pada Gambar 17.13, di mana
vk = wk=/sec 0. 07'14)
Kemudiandigambarkangaris-garisdiagonalw,danww,,lintanggrid Gembrr 17.13 Penyusunur lintang grid perspektif untuk foto sangat condong.
in 0*,q
d ibuat pada tempat perpoton g
{gonal-diago.nal. lni
d i
T1!-T, !19:
d'gamPT |,nggu
seperti vang disaj.iran paoa camuu 17.13. Bujur dan lintang
grid ini dapat Dalam memasukkan jumlah ry dan ny ke Persamaan 17.16, jarak
sei,rutr-wifiyah pengamatan pada foto terliput. Setelah selesai,
d6rk^t oni,i[ rlnglnterpolasi jarak, atau dap.at digunakan untuk-pemetaan grid parsial antara titik-titit dapat diperkirakan. Komponen-komponen A;
pf'*ir*t it. pertu iicatai bahwa ketepatan (akurasi) tertinggi terdap-at pada dan Ay menrpakan komponen medan di mana Ax tegak lurus terhadap bujur
["gi* Otp* gambar, dan ketelitian ini berturang secara cepat ke arah utama medan dan Ay sejajar terhadap bujur utama medan, dan unihya sama
dengan unit yang dipilih untuk M. Dengan diketahuinya dua komponen
---- tampk
catrawala
medan, maka panjang garis medan D di antara dua titik dapat dihitung
Grir-jaris oiagona w,dan ww,dapat digambar pada semhrang tem-
p"t r""il..it, *dtin garis-garis itu berlemu pu$.'.*ll ':Akan-tetapi
le- berdasaftan dalil pyAgoras sehgat berikut:
bih enak untuk menggrf,U*in garis-garis ini melalui titik utama karena de-
pada o=r{W (r7.r7)
il;'d;li t* berarii-menemp",*- gtik utama medan secara eksplisit
ditentukan le'
grid dalam peta Titik-n-adlr medan kemudian dapat
Peta-peta planimerik dapat juga digambar dengan menggunakan grid
ilrp"r,U* sepanjang buju penpektif. Dengan cara ini, mula-mula dibuat peta manuskrip dengan jalan
h'fiildd" i"ru O.ngui cara melakukan pengukuran ulang mcnggambartan petak-petak bujur sangkar yang disesuaikan skalanya terha-
utania pada peta dengan jarak PN' di mana:
dap ukuran M. Gambaran rirrci yang tampak dalam tiap grid kemudian dipin'
PN=# (17.1s) dahkan secra manual ke tempat png sesuai dengan letaknya pada petak-petak
bujur sanglar tersebul Teknik ini telah digunakan secara ekstensif di masa la-
Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu,
grid-giid nersnet<tif- lu untuk pemetaan planimetrik berskala- kecil di berbagai daerah datar ber-
$anfaat
datam menjntukan letah tdt"tif titit-titik dan-untuk pemetaan llanimetrik' hutan belanara di Kanada dan disebut metode Grid Kanada (Canadian grid).
D;;- ;;ghitung z1 dan ny , Yaitu jumlah segi empat grid tempat dua Prrosedur ini meliputi penyiapan gnd-grid perspektif untuk foto-foto condong
i
tiUt-Apisat*an otetrarartr-aratr dan y,maka komponen
jarak medan & dan sedemikian rupa sehingga tiap segi empat pada grid perspektif menunjukkan
dua titik,2 titik masing-masing dapat dihitung sebagai berikut: bujur sangkar medan berukuran l/t
mil. Kompilasi peta dilakukan pada
t;A lembar dasar yang mempunyai ukuran grid seluas U8 inci, sehingga peta
Ly = nyM (17.16) yang dihasilkan ber*ata 1 incVl mil.
Ly = nyM
57E
s79

17.10 PANJANG GARIS PADA FOTO TUNGGAL


CONDONG
SANGAT
N(=621 (ffi)=+roror.i
Berdasarkan Persam aan l7 .19,
yangruengSartbarkan medan datar,
Untrrk suatu foto sangat condong
,,##,,#*,tr#llffi .)
^r=(=fr,-_=*,Jffi=5r2kaki
"ffiffiffi,T#T,:ffi,',ilHt"H[',[l:
komponen X dan y-nya" da;sehnjutnya
rn"netuniun dalil pytragoras' Sebagai .l'l-,
Berdasarkan Penam aan l7
p;fril,c'o fi'taun.utfrutartan iamuu tilik-titik b
contoh, menentukan
dan c yang tampak *d-f;t" sangat- condong pada Gambar l7'8' m=^[6W=656kaki.
-Untuk
mula-mula dituat garis dari
menentukan komponen-komponen X <lan-Y-nyi
ddk t melalui titik b o-itii
t' p"O" titik c' a' y-g merupakan komponen

foto r di anrara dua ft:?ir;ilG"j* t"rtuo^p Jumbrl .x.. Kemudian A-r 17.11 CAKRAWALA ASLI DAN SUDUT DEPRESI ASLI DE.
iang tegar lurus terhadap
garis utama NGAN METODE TITIK LENYAP DAN MBTODE TI.
v-anJmerupatan tomffin
medan X
medan dihitung dengan:
TIK NADIR

AX =Ar (ilkJ (17.18) Apabila suatu objek berbentuk bujur sangkar a[au empat segi panjang
di medan seperti misalnya sebidang bujur sangkar lahan berukuran I mil tam-
pak pada foto sangat condong yang meliput suatu medan datar, maka cakra-
DalamPersamaanl7.lsly"lialatrhargamutlakkoordinatybagititik wala asli dan sudut &presi asli dapat drtemukan dengan menggunakan metode
c, oan etspre.si e* irfr,f #*r#tff:fr
titik c yang dihasilkan t ffi H,:"Tffi *JJffi firtk cakrawala, meskipun cakrawala tampalnya tidak tampak pada foto.
Dalam Gambar 17.14 disajikan suatu bujur sangkar medan abcd yang
xo*pon"n y di medan yang sejajar terhadap garis utama
Ar vanc merupakan tampak pada foto condong. Karena garis-garis sejajar bertemu pada satu tilik
*"dun iinit*g sebagai berikut: di cakrawala asli, maka garis-garis ab dan cd diperpanjang hingga keduanya

dr=(f,-il,,. (17.19) berpasangan untuk menentukan lokasi titik calaawala v. Dengan c:lra serupa
maka garis-garis ad dan bc diperpanjang hingga keduanya berpotongan dan
membentuk titik cakrawala r?. Garis cakrawala asli pun dapat digambar
guis BC-di aeOan ditentukan berdasarkan kompo-
Akhirnya, panjang-m-en dengan menghubungkan keduh tt$k v dan w ini. Titik utiama o ditentukan
f g gunatan Persamaan 1 7' I 7' berdasarkan tanda-tanda fidusial, Qm dibuat garis tegak lurus terhadap garis
nen X dan -nya- denlan
cakrawala asli yang merupakan titi\utama- Titik t di mana garis tegak lurus
itu memotong garis calnawala asli merupakan pangkal atau titik nol bagi
Contoh 17.3 sistem koordinat foto condong itu. Sumbu y berimpit dengan garis at, dan
suatu foto sansat condong diluat ut":ffi;ffi'#*rl;liiil*i sumbu x berimpit dengan garis vw. Panjang of diukur dan sudut depresi asli
dihitung dengan memakai Posamaan 17.5.
tinggi terbang di atas pernr*aan bumi rata-rata
asli sebesar 30o00'. Hfiil"h
jtt k medan AB yanr ttP" garis di mana Jika gambar objekobjek tegak seperti bangunan gedung tinggi, cero-
titik a dan b-nya terlihaipio" i.'to' Komponen lx pada foto yang diukur bong asap, atau tiang telepon tampok pada foto condong, maka calaawala asli
odJa b sebesar 62t mii,'&n io*an"t y titit-titit a dan b, berturut-turut dan sudut depresi asli dapat ditentukan melaliri metode titik nadir, seperti di-
'r"t".r,- 100,38 mm dan mm' sajikan pada Gambar 17.14. Dengan cara ini maka garis-garis yang menggam-
-1M,81 barkan objek tegak diperpanjang hingga perpotongannya. Perpotongan ini
menentukan lokasi titik nadir foto. Garis no kemudian digambar (ini me-
Je,afui rupakan sumbu y). luakno diukur dan sudut depresi asli dihitung sebagai be-
Berdasa*an Persamaan 17. 1 8'
riku[ \
s80 581

0 = eoo
- *-, (f) $7.n)
Dengan mengetahui 0, jarak ok dapxdihitung dari Persamaan 17.5 dan a)
.o
garis ini diletakkan sepanjang sumbu y sampai ke titik t, dan calaawala asli I()
digambar dengan membuat garis tegak lurus terhadap sumbu ypada titik &. tI rl
tr
d
ao
c
()
o
q
t)
E
o

,
Eq
tr
E:.
.ij F
6.5
c
B.E
e9
EE
Eoi
Ok
o
oc
oo
oE
Gambar 17.14 Menempatkan horison asli pada foto condong dengan metode
EE
titik cakrawala dan metode titik nadir. Ed
E-i
a'a
oc
Gambar 17.15 dan 17.16 secara berturut-turut menunjukkan contoh- jao
contoh penyusunan sistem koordinat foto bagi foto sangat condong, dengan =9
metode titik calcrawala dan metode titik nadir. E}
?r
<o
c60
Aq)
a
BAGIAN II. FOTO PANORAMIK 'dN.E
-v
lD
)2.
.aa
C)

17.12 PENGANTAR ,J,


;

EE
Foto panoramik merupakan gambar sebidang jalur medan yang dibuat
I

I
i.I
Eo
tegak lurus terhadap jatur terbang. Pemotretan dilakukan dengan kamera yang I arl
(,E
dirancang secara khusus yang menyiam secara tateral dari satu sisi penerbang-
an ke sisi yang lain. Sudut penyiam lateral dapat mencapai 180o. Pada sudut
sebesar ini maka foto ter.sebut menggambarkan panorama medan dari cakra-

&
T
5A 583

wala yang satu ke calaawala yang lain. Med4n pandang longitudinal penyiam
(cakupan sudut pada arah terbang) sempit, tefapi kamera mampu bekerja ulang
dengan cepat sehingga foto-foto yang berurutan saling bertampalan dengan
foto-foto sebelumnya. Dengan demikian terbentuk liputan stereoskopik yang
ber\esinambungan.
a) .r Foto panoramik dapat diporetdenganpandangan tegak maupun dengan
pandangon condong ke depan. Gambar l7.l7a dan Gambar 17.llb menun-
julftan pandangan depan dan pandangan samping yang mencerminkan liputan
sudut lateral dan longitudinal foto panoramik tegak, seddngkan Gambar
17.17 c menunjukkan daerah liputan medan sesungguhnya bagi foto panora-
mik tegak yang bertampalan. Gambar 17.18 mencerminkan orientasi kamera
untuk foto-foto dengan pandangan condong ke depan. Gambar 17.19 merupa-
kan salah satu contoh foto panoramik tegak. Perhatikan bahwa skalanya
mengecil ke arah calaawala dari skala maksimumnya tepat di bawah jalur
terbang. Hal ini disebabkan karena skala mengecil dengan bertambahnya jarak

Penyiaman
Iateral
Bidang Pandangan
longitudinal

o{

Gembar 17-17 (a) Penyiam lateral foto panoramik.(D) Bidang pandangan


Iongitudinal foto paqoramik vertikal.(c) Cakupan daerah pada foto panoramik
Gambar L7.16 Letak sumbu-sumbu koordinat foto condong dan penentuan vertikal yang bertampalan.
Deparknent
sudut depresi dengan metode titik nadir. (Seizin Stete of Wisconsin,
of Transportation).

&,
T

584 585

hal di mana kondisi cuaca tidak memungkinkan perpanjangan periode waktu


yang dibutuhkan untuk mencakup foto tegak normal. Kelemahan foto pano'
ramik ialah geometrinya kurang teliti bila dibanding dengan foto kamera
kerangka suatu karakteristik yang penting dalam pembuatan peta.
l) 'r
17.13 KAMERA PANORAMIK

Kamera panoramik pada umumnya termasuk salah satu di antara dua


jenis, yaitu jenis yang menyiam dengan memutar lensa kamera dan jenis yang
dengan pan- menyiam dengan memutar sebuah prisma di depan lensa kamera. Kedua jenis
Gambar 17.1E Bidang pandangan longitudinal foto panoramik
dangan condong ke dePan. lensa berputar pada sistem penyiaman diperlihatkan dalam diagram yang dise-
derhanakan pada Gambar l7 .21 dan Gambar 17.22, sedang suatu sistem pris-
ma berputar diperlihatkan dalam gambar 17.V4. Dengan jenis lensa berputar
objek. Hal ini membantu menerangkan kenampakan'tupu-kupu" -fui.-tnutun yang ditunjukkan pada Gambar l7.2l,f/rm dilengkungkan sehinga memben-
oleh Gambar 17'tlc'
daerah suatu foto panoturnit tegik yang ditunjut*an
iadh foto panorimik dengan pandangan condong ke depan' tuk sebuah tabung, dan lensa kamera terletak pada sumbu tabung ini. Radius
G;;;n i0 silinder sama dengan panjang fokus lensa kamera. Pemotretan dibuat pada
i;r;i.;d;"urou*uru eksgT paoi roio ini terutama disebabkan oleh
iui,g
film melalui suatu celah sempit pada lengan penyiam dengan gerakan di mana
J;;;;fi;t ik oari rotoian"oramik dengal P{dangan condong ke depan dan
lensa berputar pada penyiam dari sisi yang satu ke sisi lainnya. Selama pemo-
hanyi sedikit sekali pengaruh lengkungan bumi'
pada tahun-tat ui ueramrigan i-ni perhatian terhadap foto_ panoramik trretan, film tetap pada posisinya, kecuali pada saat bergerak perlahan ke bela-
bila dibandingkan kang berlawanan dengan arafr penerbangan untuk mengimbangigerakan gam-
terlihat semakin meningkat. Sala'h satu alasannya ialah bar yang disebabkan oleh gerakan pesawat terbang ke depan. Setelah penyiam-
yang jauh lebih
;;;;; foo kamera rceringrca, foro panoramik meliput daerah
tengah lensa ka- an selesai, film digerakkan ke suatu posisi untuk pemotretan selanjutnya.
1j[:l[;1.u,;na foro t"ribut hanya me-nggunakan b.1ei.an
mencapai lima Kamera panoramik dengan jenis lensa berputar yang kedua disajikan
,e*, rJsofosi cira yant Aihasilkan'oleh foio panoramik dapat
foto kamera kerangka' Ke- yada Gambar l7.22.Pad^ sistem Apollo yang dirancang untuk misi ke bulan
ii^rilluir, besar bila'dibindingkan dengan resolusi formar, baru-baru ini, seluruh susunan optik berputfi sekitar sumbu mendatar. Sinar
di selurutr
ffi;;i6,, iriatu*uut a.ng; cahayac6cotiUagi tujuan interpretasi foto' inte-
yalg.lebih seragam
tipis yang memasuki lensa objektif dibelokkan oleh dua kaca, dan dipusatkan
,L?"y"U"Ut , foto panoia,iit surgai melalui celah sempit di atas filrn yang bergerak di sepanjang pemutar. Cara
lijen maupun pengrntaian. Di-nas Kehutanan Amerika Serikat telah
tegakan dengan membelotkan jalan sinar ini memungkinkan digunakannya suatu fo-
,i.rvi*p"fi*" firr,";u foto panoramik bermanfaat untuk memantrau
kus lensa yang sangat panjang (rl inci) dan mempertahankan instrumen yang
Ly,id^i,*"g"*"ri penyatit polon g- kebakaran hutan. waktu
Mereka baru-baru
empat jam, relatif kecil.Ikmera yang serupa dengan yang digunakan program Apollo te-
ini*irnot rt iefurufrneiara bagian Pennsylvania dalam
dari segi biaya, dan dalam banyak lalr disusun untuk kepentingan sipil. Gambar 17.?i menyajikan kamera Apo-
suatu pertimb-g* y-g'p"nting-dipandang llo. Ikmera tersebut memberikan liputan lateral sampai 140o, dan lebar ke-
rangla fotonya sebesar4,5 inci dengan kapasitas fikn 6.500 kaki (2.000 m).
Dengan kamera panoramik jenis prisma berputar yang disajikan pada
t{ Gambar 17.24, suatu prisma merpati rangkap yang dipasang di depan lensa
kamera berputar di sekitar sumbu longitudinalny4 dengan demikian menyiam
rl
daerah dari sisi yang s:rtu ke sisi lain. Lensa kamera tetap pada posisinya
selama pefliotrtan. Pada saat prisma berputar, film yang terletak antara dua
I
pemutar itu bergerak maju pada kecepatan yang sinlcron dengan tingkat
pcnyiaryan prisma yErg berputar. Pemotretan dibuat melalui celah sempit di
r

Marietta, Ohio' &pan film. Meskipun film pada kamera pnsma berputar tidak benar-benar
Gambar 17.19 Foto Paroramik Tegak (svans Dibuat di atas
Panoramik Perkin-Elmer -o-ssa. (Seizin Perkin-Elrner)'
Dengan Kamera

&i
t

(0
tJ.
l) .r

.C
!o
-" >r

,"E
zE
-gq)

vd
E3
.Y6
E,;
Et dr=
Do ,C
aI)O
od
trI& jonis lensa
ao.E
CN
Gambar 17.21 Diagram skematik c8r8 kerja kamcra Psnorsmik
s.i berputar.
d.
o< rn
o<
Y
ot:l.
x;
aI)=
ci Celah bukaan
oo
EE Kelompok lensa kedua
8rL
-re.*
.EE
(,H

Eg
trd
{E
l*d
.ii i)
rr. H
6}(
a-l c
I$ lrj
Kclompok lensa Pertama
b
er
EA Sumbu mendatar
6tD
o
Gambrr lT.t|DiagSam skomatik kamera Panoramik ltek Optioal Bar. (Seizin
Itek Optical Systems, Inc.)
U

588
589

Sepul pengisi
Sepul penarik

l) ', Cclah pemotretan

Arah putaran

Gambar 17.23 Kamera Panoramik Itek Optical Bar yang digunakan pada Misi
Apollo NASA. (Seizin Itek Optical Systems, Inc.)

melengkung dengan bentuk tabung selama pemotretan, geometri yang


equivalen tabung ini diciptakan oleh gerakan penyiam prisma. Seperti pada
tipe lensa berputar, gerakan gambar sehubungan dengan gerak maju pesawat
Arah penyinaran Titk obiek
terbang yang dapat diimbangi oleh pergeseran film secara perlahan ke arah
belakang di sepanjang jalur terbang selama pemotretan dilakukan. Gambar
Permukaan medan
17.25 menunjukkan kamera panoramik prisma berputar yang panjang fokus-
nya 6 inci cakupan lateral 180", dan medan pandang longitudinal40". Kamera
Gambar 77.24 Diagram skematik cara kerja kamera panoramik jenis prisma
ini melakukan pemotretan dengan lebar 4,5 inci. berputar.
Dengan sistem lensa berputar dan sistem prisma berputar, celah pe'
nyiam yang sempit hanya memungkinkan sinar tipis menerobos melalui pu-
sat lensa untuk memotret film. Hal ini menyebabkan resolusi tinggi dan in-
tensitas cahaya seragam yang merupakan karakteristik foto panoramik.

17.14 GEOMETRI NOTO PANORAMIK TEGAK


a
(
Gambar 17.26a merupakan pandangan isomerik yang menggambartan
bidang geomeEi suatu foto panoramik tegak yang dibuat dari stasiun pemo-
tretan L. P'anjang fokus kamera ial*/dan ketinggian terbang di atas datum
sebesart/. Permukaan bentuk tabung foto positif ditunjukkan pada Gambar
Gambar 17.25 kamera panoramik
l7 zfu, sedangkan Gambar 17.26b mencerminkan foto positif yang tersusun jenis prisma berputar Faiichild XA.
datar. Seperti yang ditunjuktan pada gambar 17.26a, sudut siam lo untuk 77. (Seizin Itek Optical Systems, Inc.)
setiap titik objekA dapat didefinisikan sebagai sudut antara garis tegak Lo

&
E

591
590

dan garis L4 yang merupakan proyeksi sinarLa di atas bidang tegak yang
memuat sumbu y.
Untuk maksud penentuan titik posisi citra pada foto panoramik, dipa-
kai suatu sistem sumbu koordinat foto ry. Pada sistem ini sumbu r meng-
ambil arah penerbangan yang melalui posisi sudut penyiaman nol. Sumbu y
.) ('
diambil melalui pusat format gambar dan tegak lurus terhadap.r. Jika kamera
tidak mempunyai tanda fidusial untuk meletakkan salib sumbu o bagi sistem
sumbu ry, maka salib sumbu itu dapat diletakkan secara kra-kira pada perpo
tongan diagonal keempat sudut format seperti yang ditunjukkan oleh garis
putus-putus pada Gambar 17.26b. Sumbu y kemudian dibuat melalui a seja-
jar sisa memanjang format, dan r tegak lurus terhadap y melalui o. Sistem
sumbu ry ini disajikan pada Gambar 17.26b.
Sudut penyiaman Ea yang berhubungan dengan setiap titik gambar a
dapat dinyatakan dalam istilah panjang fokus kamera dan koordinat foto ter-
ukur y bagi titik itu sebagai:
, ya
l80o
\a=l n
(t'r.21)

Pada Persamaan (17 .21) , y o dan f harus dalam satuan yang sama dan t"
dalam satuan derajaf

17.15 SKALA FOTO PANORAMIK TEGAK


Pada Gambar 17 .26a dan b, a' adalah proyeksi ortogonal Gambar titik
o pada sumbu y. Pada Gambar l'1.26a,A' terletak pada bidang tegak yang
memuat sumbu foto y. Dari segitiga La'a dan LA'A yang sebangun, skala
foto pada arah x di sembarang titik a pada foto panoramik tegak dapat
dinyatakan sebagai:

^df
uxa-
AA, - LA'
./ / Tetapi LA' sama dengan (H1t1) s
Er. Dengan mensubstitusi rumus
\\ zz ini ke dalam persamaan di atas dan menghilangkan tanda huruf, maka
diperoleh persamaan umum berikut unnrk skala pada arah x untuk sembarang
-?o
-/a'b'
\< xa I
Jr---- ,)
titik foto panoramik tegak:
I o _
-/cos t 07.n)
fa ", (H__+)
x Pada penamaan 17.22, S, ialah skala pada arah x untuk sembarang
(') titik pada foto panramik tegak,/ ialah panjang fokus kamera, ( ialah sudut
(D) Sictcm koordinet foto penyiaman yang $ihitung berdasarkan Persamaan 17.21, H ialah tinggi
Grmbrr tt2((a)Gmmctri foto prmrlnik tcg& terbang di atas datfin ,dan h merupakan ketinggian titik objek di aas datum.
rcbudr foo Plrorrmit tcaat'
T
592 593

Dari Gambar 17.2fu, pernyataan bagi skala pada arah y untuk semba-
rang titik pada foto panoramik juga dapat ditentukan. Jarak AB dianggap sa-
Y1= (H
- hi tan Ea
Pada Persamaan 17.71 dfi
(17.2s)
17.25, Xa dan 14 ialah koordinat medan
ngat kecil. Kemudian skala pada arah y untuk titik gambar a dapat dinyauakan
sebagai pada sistem koordinat sembarang yang seperti telah disebutkan di atas dan

^ AB
.!A & a'b' It
istilah lainnya seperti telah disebutkan sebelumnya llanus dicatat bahwa tidak
A'B' ada ketentuan khusus untuk lengkungan bumi atau refraksi atmosfer dalam
persamaan ini. Selanjutnya, jika tidak ada koreksi terhadap beberapa jenis
Garis A'B" dibuat tegak lurus terhadap ZA', sehingga dari segitiga
dasar dalam citra panoramik, maka ketelitian tilik yang terletak pada foto pa-
La'b' danlA B" diperoleh:
noramik akan terbatas. Di dekat cakrawala, skalanya menjadi sangat kecil se-
L4 AD
Lt =6"
hingga ketelitian pada daerah itu sangatlah terbatas. Sebagai akibatnya maka
skala tersebut di atas dan persamaan koordinat medan biasanya dianggap tidak
Pada pernyataan di atas, La'lLA'sama dengan Srr, yang berdasartan dapat diterima untuk maksud pemetaan, teUapi dapat digunakan sebagai pedo-
man
Persamaan 17.22 sama dengan f cos El(H Ir). A?" sama dengan
- iniJuga
(A?) cos (r. Dengan mensubstitusi nilai-nilai ke dalam pemyataan di
atas, dengan menghilangkan subskxip dan dengan mengurangkan. Contoh 17.4

,, =ff$ =sx cos E (r7.23\


Suatu foto panoramik diporet dari ketinggian terbang 10.000 kaki di
atas datum dengan kamera panoramik yang panjang fokus lensanya 6 inci.
I
Titik A dan yang keduanya terletak pada ketinggian 1.200 kaki di atas da-
Pada Persamaan 17.23, Sy ialah skala untuk sembarang titik dengan tum, mempunyai koordinat foto berikut yang diukur pada cetakan positif se-
arah y pada foto panoramik. Istilah lain pada persamaan tersebut sama seperti hubungan dengan sistem sumbu foto seperti terlihat pada Gambar 17.2fu:
yang ditulis pada Persamaan 17.22.
Dari analisis Persamaan 17.22 dan 17.23, terlihat bahwa dengan
xa = 27,08 mm )a = 9833 mm
bertambahnya (, maka skala semakin kecil. Di dekat cakrawala di mana ( xb = mm Ja = -43,?9 mm
mendekati 90o, cos ( mendekati nol dan skala foto menjadi sangat kecil. Oleh
-19,14
Hitunglah skala foto pada titik a dan b dan hitung pula jarak A8.
karena itu informasi kuantitatif pada foto panoramik yang paling dapat
dipercaya diperoleh di dekat pusat folo di mana skalanya te6esar.
Jawahn
Dengan menggunakan Persamaan 17.21 sudut penyiamannya ialah:
77.76 KOORDINAT MEDAN BERDASARKAN PENGUKUR.
AN FOTO PANORAMIK TEGAK u=ffi=3'l"oo'
E - (98'43X180')

,, Posisi titik-titik yang gambarnya nampak pada foto panoramik tegak


dapat dihilung dengan sistem koordinat segi empat medan berdasar*an pengu-
eu=ffi=?r*,
kuran koordinat foto. Sistem koordinat medan asalnya dari bidang datum yang Skala foto berdasarkan Persamaan 17.22 dmt 17.23 ralah:
secara tegak berada di bawah stasiun pemotretan. Sumbu medan X dan f ada
di bidang tegak yang masing-masing memuat sumbu foto x dan y, dan sumbu
tersebut tandanya positif seperti sumbu foto. Dari segitiga La'a dan LA'A
t o = ffiH330 = I inci/1.840 kaki
pada Gambar 17.26c diperoleh:
^ I inci
Syo =
fficos 37o00'= I inci2.305 kaki
x" (H ha)
.LA=- - (t7.%)
, cos q,4
SxE = = I inci/1.610 kaki
Dari segitiga LA"A' drdapo,tkar-l
594
595

-
SyD =
1 inci
cos Zo00'= I incVl.765 kaki
ffimiaki
Koadinat medan berdasarkan Persamaan 17.21 dan 17 .25 talah:.

,o=ffi=1.96okaki lt r

Ya = (10.000 1.200) tan 37'00'= 6.630 kafti


-
,r=ffi=-l.2lokaki
Yp = (10.000 1.200) tan%oC0'= kaki
- -3.920
@erhatikan bahwa tanda negatif XB dan I/s mencerminkan koordinat foto x
dan y yang bertanda negatif).
Dengan teorema pytagoras didapatkan:
Gambar 17.27 Distorsi Panoramik.
AB = 11.020 kaki.

gambar di sepanjang sumbu foto y. posisi relatif gambar untuk seluruh foto
17.17 DISTORSI GAMBAR PADA FOTO PANORAMIK mengalami distorsi yang sama.
Suatu distorsi yang disebut distorsi panoramik oleh kemiringan yang
Foto panoramik mengandung beberapa tipe disftosi yang tidak adapada .-.
terjadi bila sumbu kamera miring ke arah depan maupun ke belakan"g seiami
foto kerangka. Distrosi yang pertama ialah terjadinya pergeseran letak gambar pemotretan. Miring ke depan brhubungan dengan foto panoramifdengan
yang disebut distorsi panoramik yang terjadi karena permukaan film berben- p_andangan condong ke depan seperti yang disajika, paba Gambar 17.20.
tuk tabung dan juga karena sifat penyiaman. Bila suatu grid bujur sangkar Kurva yang menyolok pada cakrawala asli dalam foto initerutama disebabkan
pada permukaan yang datar dipotret dengan kamera panoramik dengan arah
oleh distorsi panoramik oleh kemiringan.
tegak, distorsi panoramik menghasilkan pola karakteristik grid yang berben- yang diperikan di atas dapat dihilangkan dan posisi gambar
tuk trapezoidal seperti disajikan pdaGatr/niar 17.27. - -PiltqTi
dapat direktifikasi bila ada informasi yang cukup mengenai kamera oin ton-
Distorsi posisional penyiam (kadang-kadang juga disebut distorsi posi-
disi penerbangan. Data yang penting heliputi palnjang fokus kamera,
sional satuan) ialah pergeseran leak gambar yang disebabkan oleh gerakan ketinggian qerbang, keceparan sudut penyiamar, teiepltai' medan pesawat,
pesawat ke depan selama pemoEetan. Hal itu menyebabkan perpindahan
dan sudut.tip (qu0.u1 yang dibentuk oleh sumbu kamera dan garii tegak).
relatif pada koordinat x untuk titik yang terpisah pada arah y pada foto.
Distorsi posisional penyiam relatif untuk dua titik sembarang merupakan |9rtiltasi untuk titik gambar rertentu dapat dikerjakan secara inaliris atau,
jika-dilakukan dengan penyiaman ulang secara elektronis atau proyeksi
hasil skala foto dan jarak medan yang ditempuh oleh interval waktu di antara op-
tikal, seluruh ggnPar padafotg dapat diiektifikasi. Apabila oata fotogrameiri
pemotretan dua titik itu. yang kuantitatif diambil dari foto panoramik, posiii gambar trarui airer-
Jika film atau lensa selama pemotretan diterjemahkan untuk mengim- t; tifikasi. Akan tetapi tidak mungkin untuk menghilan[kan semua distorsi,
bangi gerakan gambar sehubungan dengan kenaikan pesawat, terjadilah per- sehubungan dengan banylknr variabel lak terduga yang dapat terjadi pada
pindahan gambar relatif yang dikenal sebagai distorsi kompensasi gerak pemoEetan panoramik. Kelicinan film, ketidakteraturan peiyiamin
gambar. Distorsi kompensasi gerak gambar cenderung menghapuskan efek secara
kesuduran, pemuaian atau pengkerutan fi lm, dan sebagainya'menyebabkan
distorsi posisional penyiam, meskipun kompensasinya tidak menyeluruh. distoni yang sulit atau kadang-kadang batrkan tidak-mungkin dideteksi.
Garis putus-putus pada Gambar 17.2? menyajikan sifat yang disebabkan oleh
.gfar.Tg ini
distorsi posisional penyiam dan distorsi kompensasi gerak gambar bagi feylatan .paru .dikembangrran untuk membaniu mengurangi
beberapa di antara ketidakpastian ini.
s97
596
Skiff, E. W.: "Analytical Treatment of Strip and Pan Photos," Photogrammetric
RUJUKAN Engineering, vol. 33, no. 11, hlm. 1290, 1967.
Stewart, R. A.: The Application of the Balplex Plotter to Trimetrogon Obliques'
Abraham,V':RelativeGeometricstrengthofFrame'Strip'andPanoramic Plotogramnutric Engineering, vol. 23, no.4. hLn. 697,1957.
Cameras, Photogrammetric Engineering, vol' 27'no'
5' hlm' 755' 1961'
ed' ke-3'
American Society of Photogrammetry; "Manual of Photogrammetry,"
Falls Church, Va., ;1966, Bab,4 dan l8' SOAL.SOAL
Bab 4.
Engineering'
1.7.l Suatu foto yang sangat condong dibuat dari ketinggian terbang 6.450
Arena, A.: The KA-92 Panoramic Camera System, Photogrammetric kaki di atas datum dengan kamera yang panjang fokusnya 210 mm.
vol.40, no. 10. hlm.1225,1974' Ketinggian permukaan rata-rata adalah 1.325 kaki di atas datum' Jarak
danM.Umlas:ANewPanoramicCameraDevelopment,Phologram.
-i"Manualof-Photogrammetry,"ed'ke4'FallsChurch'Va"1980' o,t'diukur sepanjang garis utama dari titik utama ke cakrawala nyata,/asli
,*itri, Engineering, vol. 34, no' 2, hlm' 159' 1968' yaitu sebesar 69,7 mm. Berapakah sudut depresi sebenarnya untuk foto
Usages in the Pre-
Donnelly, C. B. C.: Trimetrogon Photogrammetry' Some tersebut?
iuration of the Canadi-an A"'onautical Chart' Phologrammetric En- '1.,7.2 Seperti Soal 17.1, dengan ketinggian terbang 3.480 m di atas datum,
-gineering,
vol. 15, no. l, hlm' 22, 1949' tinggi permukaan rata-rata 675 m di atas datum, panjang kamera 152 mm'
Oblique Aerial
Gay, SI P., Jr.i Measurement of Vertical Heights from Single dan jarak ok' 2,74 nci.
vol' 23' no' 5' hlm' 900'
Photographs, Photogrammetric Engineerrng' 77.3 Untuk foto pada Soal 17.1, berapakah skala foto titik utama Pada arah -r
1957. dan y? (Anggaplah bahwa ketinggian permukaan rata-rata benda di titik
Griffin,E.P.:20DegreeConvergentVersusVerticalPhotography'Photo' utama).
grammetric Engineering, vol' 25, no' 1' hlm' 59' 1950' L7.4 Untuk foto pada Soal 17.1, berapakah skala pada arah xdan y di
Engineer'
Horey,-S. T.: Panoramic Possibilities and Problems, Photogrammetric isosenter? (Anggaplah bahwa ketinggian permukaan rata-rata terletak di
ing, vol. 31, no. 4, hlm. 727, 1965' isosenter). Apakah kesimpulan yang dapat anda tarik mengenai skala di
vol'
Itek Laboratories: Panoramic Progress, Partl, Photogrammetric Engineering' isosenter ini?
27, no.5, hlm. 147, 1961. I 7.5 Untuk foto pada Soal 17.2, berapakah skala Pada arah x dan y di titik
: Panoramic Progress, Part II, Photogrammetric Engineering' vol' utama? Di isosbnter?
28, no. l, hlm. 99' 1962. 17.6 Foto yang sangat condong dibuat dari ketinggian terbang 7.650 kaki di
Kawachi,D.A.:ImageMotionanditsCompensationfortheobliqueFrame atas datum dengan panjang fokus kamera 152 mm yang sudut depresi
Camera, Photogrammetric Engineering, vol' 3l' no' l' hlm' 154'
1965'
sebenarnya sebesar 27'20'. Gambar a dan b mempunyai koordinat foto
lmage Geometry of Vertical and Oblique Panoramic Photography'
-- berkenaan dengan sistem koordinat foto r) yang sangat condong dengan
f norograimetric Engineering, vol' 32, no' 2, hlm' 298' 1966' xa= 77,5 mm, /a - 43A fifll, 16= mm dan y6 =
Le Resche, J; Analysis of tlre panoramic Aerial Phoograph, Photogrammetic -54'9 -l 15'8 mm'
Hitunglah skala foto pada arah r dan y untuk titik a du b jika titik medan
Engineering, vol. 24, no. 5, hlm' '172, 1958' A dan B masing-masing ketinggiannya 895 kaki dan 785 kaki di atas
-iMcCash, O.f., 4otto l5 Panoramic Photographs, Photogrammetric Engineer' datum.
ing, vol. 39, no. l, hlm. 65, 1973' 17 .7 Hitung sudut mendatar ALB pada stasiun pemotretan antara titik A dan I
McNeil, C. t., OUtique Plotting Scale, Photogrammetric Engineering'
vol' l5'
pada Soal 17.6.
hlm. 455, 1949. l7 .8 Hitung sudut tegak dari stasiun Pemotretan ke titik A du B pada Soal
panoramic camera, photogrammetric
_z A wide_Field underwater 17.6.
Engineering, vol. 32, no. l, hlm. 37' 1966' L7.9 Foto yang sangat condong dipotret dengan kamera yang panjang fokus-
photos for Small Scale Maps, sumeying and
Raisa E.: birert use of oblique Air nya L52,4 mm. Suatu altimeter yang dibaca di stasiun Pemotretan
mopping, vol. 13, no. 4' hlm. 496, 1953' menunjukkan ketinggian terbang kira-kira 4.950 kaki di atas datum.
Schmutter,'B.,-datr U. Etrog: Analysis of Panoramic Photos, Photogrammetric Ketinggian prmukaan rata-rata adalah 1.065 kaki. Gambar a, b' dan c
Engineering, vol. 40, no. 4, hlm' 489' 1974'
598 599

dari titik kontrol horisontal A,.B dan C tampak di foto. Koordinat foto a, Titik ,,
b, dan c berkenaan dengan sistem sumbu koordinat foto ry yang sangat
mm )' mm

condong dan kootdinat medan akan diperikan di bawah. Jarak foto o*' a
-19,30 -4,83
yang diukur sepanjang garis utama dari titik utama ke cakrawala nyata b 12,45 -42,55
ialah 74,0 mm. Gambarkan titik kontrol A, B dan C pada pola. Hitung c 52,83 9,9t
sudut mendatar ALB daa BLC dan tentukan koordinatX dan Y pada stasiun
,) d 20,32
-25,02
pemotretan dengan rumus reaksi tiga titik secara grafikal (lihat Butir
9.8). 17.15 Gambar dua menara pembanding yang tegak tampak pada foto sangat
condong dan koordinat fotonya dalam hubungannya dengan sistem
Koordinat foto Koordinat medan sumbu fidusial diberikan di bawah ini. Panjang fokus kamera sebesar
152,35 mm. Gambarkan titik-tilik ini, tentukan letak secara grafik
Titik
cakrawala asli dan garis utama dengan metode garis nadir, dan hitunglah
r, mm ]' mm X, kaki f, kaki
sudut depresi asli foto ilu.
A 101,4 1.829.562 77.718
B t7,2 -88,2 t.824.579 78. I 84
-64,8 Titik x, mm y' mm
c 1.8 19.6 I 8 17.488
-71,7 -69,2 Menara A, puncak 55,88
Menara A, dasar
-78.74
l7 .10 Tentukan arah sumbu kamera untuk foto pada Soal 17.9.
Menara 8, puncak
-57,l5
84,07
-25,40
27,94
17 ,ll Tentukan ketinggian terbang di atas datum untuk foo pada Soal 17.9 jika
Menara B, dasar 70,87
tinggi titik kontrol A sebesar 1.075 kaki di atas datum. -43.18
17.12 Buatlah grid perspektif untuk foto yang sangat condong pada Soal 17.1.
Buatlah garis utama yang bertepatan dengan salah satu garis grid dan l7 .15 Bedakan foto panoramik terhadap foto udara kamera kerangka.
buatlah grid segi emPat Perspektif yang mewakili permukaan yang 17.17 Susunlah daftar keunggulan foto panoramik bila dibanding dengan foto
luasnya 500 kaki persegi. Buatlah titik utama foto yang terjadi pada sa- udara kamera kerangka. Susunlah juga daftar keterbatasannya.
lah satu titik potong grid perspektif dan lengkapi grid bagian depan I 7.1 8 Uraikan berbagai jenis kamera panoramik.
gambar sampai kira-kira I inci di atas titik utama' Anggap bahwa foto l7 .19 Sebuah foto panoramik tegak dibuat dengan panjang fokus kamera
rnempunyai format 9 inci persegi. sebesar 310 mm dari ketinggian terbang 10.500 kaki di atas medan.
17.13 Seperti Soal 17.12, dengan grid perspektif untuk foto Pada Soal 17.2 Hitunglah skala foto pada arah .r dan y pada titik a dan b, yang koordinat
dibuat dengan grid segi emPat mewakili permukaan dengan ukuran 200 m foto r dan y-nya sebesar ta = 0,00 ml1l, )a= 0,00 mm, xt= 35,27 mm,
persegi. dan Y5 = I16,85 mm.

17.14 Citra sebuah medan berbentuk empat segi panjang tergambarkan pada 17.20 Hitunglah jarak medan garis AB dari posisi gambar adanb pada foto
foto udara sangat condong dengan cara seruPa seperti yang disajikan pada panoramik dalam Soal 17.19. Seluruh liputan foto panoramik itu
Gambar 17.14. Panjang fokus kamera sebesar 152,44 mm, dan koordinat diasumsikan medan datar.
foto a, b, c, da$ d diukur terhadap sistem sumbu fidusial dan hasilnya l7 .21 Gambar c dan d titik medan C dan D tampak pada foto panoramik tegak
disajikan di bawah ini. Gambarkan titik-titik tersebu! letakkan secara yang dibuat dengan kamera yang panjang fokusnya 152 mm dari
grafik cakawala asli dan garis utama dengan metode titik cakrawalq dan l1 ketinggian terbang 6.450 kaki di atas datum. Tilik C dan D berkoordinat
hitunglah sudut depresi asli bagi foto itu.
foto r" =-39,25
tnm, )c = 17,65 Et11lp r7 = 29,4E mm, dan
la = -132,73 mm. Hitunglah juak medan garis CD apabila elevasi titik
C dan D sebesar 1.960 kaki dan 1.740 kaki di atss dahm.
17 .22 Uraikan berbagai disSorci gambar yurg tcrjadi pada foto panoramik.
1

601

BAB
1t.2 TERAPAN FOTOGRAMETRI TERESTRIAL DAN FO.
TOGRAMETRI JARAK.DEKAT
18
Secara historis maka ilmu fotogrametri bermula
dengan foto terestrial
mala.pemetaan ropografi merupakin satu di anrara
FOTOGRAMETRI TERESTRIAL DAN fi terffi uiuini.. roro
teresrial terutama bermanfaat bagi pemetaan
pemetaan dengan metode s.grvei lapangan.
,.0- t^ar"r_*'rirti, urruf
FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT pemetaan topografi dapat dikerjakan lebih
Meskipun teran'atit"r,ui bahwa
memuaskan oenga, menlgunakan
foto udara' namun tioak terseaia metode yang praktis
,rroi p.*uu"u'tu, roto
udara hingga diciprakannva pesawat uoaia.
udara, penekanan daram pemetaan topografi berubah
i,it"rur,;ite;;il;;i].ru*u,
dari metode terestriar ke
metode udara Fotogrametri terestriarm*asih digunatan
grafi, tetapi pgryrapanlry biasanya rerbaras uitut
oar. p"rriu* topo-
khusus seperti lembah dalam ata*pegunqngun
aaeratr;.fiild* situasi
s* y-g ,-uulu,ilit p"r"-
taan dari foto udara. Terapan topo-gran iain rotogiam"eli[rJrtiur
iaur,
lt.I PENGANTAR ryrgta1, situs bangunpn, dlerah, penggalian, fuUan"g-fuUan! p..t rlurgur,
dan timbunan material dan sebagainya.--
Fotogrameri rcrestrial merupakan suatu cabang penting ilmu fotogra- selama bertahun-tahun iotogrametri terestrial terus
digunakan untuk
metri. Ilmu ini mempelajari foto yang dibuat dengan kamera yang terletak penSgunaan nontopografi yang beraneka.
contoh terapan"nontopografi
padapermukaan bumi. Kamera dapat dipegang tangan, dipasang pada kaki ka- m isalnya un tuk bidan g pertanianl konservasi,
ekotog i. k.h;fi ;;il;i.uruata_
mera atau dipasang pada menara ataupun dengan alat penyangga lain yang di- f
a1n, al tlopol o g i, ars i tekrur, ge-ot o g
industri, luimirnlogi, i, .g f iil;*#iun
eog ra! - e-i"fk r t
r u r,
rancang secara khusus. Istilah "fotogrametri jarak dekat" pada umumnya digu-
Teulggrufi, tiaofre.in, r,;d"ft;;ili,'jui'iuin r.uu_
nakan untuk foto terestrial yang mempunyai jarak objek sampai dengan 300 Bflnp. Datam bidTg kedokreran, fotogramiri sinar-i tEiiii oiruii.u*-
untuk pengukuran bentuk
meter. Berbeda dengan foto udara, kamera foo terestrial biasanya mudah dica-
pai sehingga dapat dilakukan pengukuran langsung untuk memperoleh posisi
{an. ukur- an Sagian_bagian bud;;
tumbuhan tumor, mempelajari-perkembai
;;;;k* *.-
gan' fJtuses' r.ngitar,ui u"noa-
pemotretrn. Orientasi kesudutan kamera biasanya dapat juga diukur atrau dise- benda asing dalam tubuh, Oan seUagainya. -
tel pada nilai-nilai tertentu sehingga semua unsur orien[asi luar foto terestrial Fotogrametri teresriar- telah digunakan dengan kemanfaatan
yang besar
pada umumnya dikeahui dan tidak perlu dihitung. Parameter-parameter orien-
tasi luar yang diketahui ini merupakan sumber konEol bagi foto terestrial, de-
sebagai.cara terpercaya unruk menye-riaiu rcceriraa;
menyajikan semua infromasi yangperru untuk
hL ffi;:'#il
,ung
retonrt ut si-Gliai<aan itu
ngan mengganti seluruh atau sebagian yang perlu untuk meletakkan titik dapat diperoleh dengan cepat. rembuahn sketsa yang
memerlukan waktu
kontrol di dalam ruang objek. lama dan pengukuran lpSnsan-, yang sering
salal-, tidak diperlukan sehingga
Foto terestrial dapat srards (foto objek tetap) alau dinamis (foto objek
bergerak). Untuk foto statis, dapat digunakan film yang lambat, berbutir ha-
aliran lalu linras normar oapat rebini.prio"ifur*,rir.
telah digunakan secara ruas selama uertatruir-tatrun
F;;i;;;t
i iJiestriar
oi neg"ara-nearirropu
lus, dan dengan resolusi tinggi dan gambar dibuat dengan waktu pembukaan untuk penyelidikan kecelakaan.
lensa lama. Pasangan stereoskopik dapat diperoleh dengan menggunakan ka- selang-waktu pemotretan foto terestrial telah digunakan
untuk menca-
mera tunggal yang melakukan pemotretan pada kedua ujung garis basis. Da- tat kecepatan mobil, arah dan kecepatan *,
uir, raju dilke.agJru-n prnur-
buhan tanaman dan sebapainya. penerapan rrogr*i.rt
lam pengambilan foto teresfial dinamis perlu digunakan filrn cepat dan penu- teresriil r..uri
khusus ialah dalam huhrngannya oe'rgur-pr"netapan jaringan r-gut
tupan lensa dengan kecepatan tinggi. Jika diperlukan peristiwa dinamis pada trianggurasi
pasangan stereo, harus digunakan dua kamera yang diletakkan pada ujung satelit lingkup dunia. OAy
nrgqqm ifi, posisi saietit yang-sedang mingor-
garis basis dengan pemotretan pada saat yang bersamaan. bir direkam pada saat sarerit mera'iui r.dfip-d-; i;;##ilii
telitiannya srglt tinggi, seperti y*g oriiitun pada rui, *.-
Gambar r.3. srasiun
Imera yang berfungsi sebagai terangrra oasi,
aat,i, geoartit ringtup"orriu,
ff2 603

tersebar secara luas dan posisinya ditentukan secara teliti berdasarkan peng- ini dapat dimodifikasi sehingga memungkinkan fokus tajam pada jarak
pen-
ukuran foto. Dalam program antariksa foto terestrial juga digunakan foto. Da- ;;;a'il;'ring
dek. Pemotretan dengan kamera metrik"sering diil;i
prou
lam program antariksa foto terestrial juga digunakan untuk melakukan kali- lempengan kaca, sehingga tidak diperrukan alat perataan
film dan dapat diha-
brasi antena parabola besar yang digunakan dalam menetapkan jalur wahana silkan srabiliras ukuran citra yang paring uagus.
,;il ku,}i metrik
antariksa. menggunakan firm derran
g*: tt;;r:
poiiester-yang srabilias ukurannya
Fotogrametri terestrial menjadi aTat yang sangat berguna dalam berba- Kamera/obteodolit dan stireometriimirupak, a;;; ilusrs
gai bidang ilmu pengetahuan dan penelitian keteknikan karena beberapa alas-
-
tem kamera terestrial dalam klasifikasi
sis-
metrik yang akan ailerasian oaam dua
an. Alasan pertama karena memungkinkan pengukuran objek yang sukar butir berikut. Dari berbagai kamera terestriar yang tersedia, hanya
beberapa
saja yang dijelaskan dan digambarkan oi sini sebalai
dicapai untuk pengukuran langsung. Juga pengukuran dapat dilakukan tanpa conroh. riili aiuicara-
menyentuh objek. Dalam beberapa percobaan, seperti pengukuran gelombang Iain yang serupa ridak dimaksuOka"n untutme*n;rirt*
dan arus air, kontak fisik selama pengukuran akan mengacaukan percobaan
|:?::ll!f"*
rltas yang kurang bagi instrumen tersebut.
tuu-
dan menjadikan tidak teliti. Kamera yang dapat digunakan untuk pemotretan
setiap saat tertentu memungkinkan pengukuran kejadian dinamik seperti pem-
biasan pencahayaan karena pengaruh pengisian muatan. Karena banyaknya 1t.4 FOTOTEODOLIT
keunggulan dan kenyamanan yang diperoleh dari fotogrametri terestrial, arti
pentingnya di masa mendatang agaknya terjamin. Istilah "fototeodolif'pada umumnya digunakan bagi kombinasi
kame_
ra dan teodolit. Akan terapi di dalam pengertian yang tebltr
tuas fototeodolit
berarti tiap kamera, biasanya metrik, de-ngan t<elenltapan
,r,tut-oii"rt ri
1E.3 KAMERA TERESTRIAL sumbu optik ke arah yang diketahui dalam hubunganiya oengan!*ir.
roto-
pada dipasang pada kaki tiga din Aipr**?" p?Ou'rturiun
,,_.{91i, :TuT.nya
Kamera yang dunginkan dengan cara unting_unting.
Di dalam pemofetan teresEial digunakan berbagai kamera. Semua ka-
mera itu termasuk dalam satu di antara dua klasifikasi umum yaitu metrik Kamera Zeiss TMK pada Gambar ts.t iaah kamera terestriar yang
ter-
atau nonmetrit. Istilah 'tarmera metrik' yang digunakan di sini, meliputi masuk klasifikasi fotoreodolit. Kamera ini mempunyai
teleskof oenian garis
kamera yang dibuat untuk penerapan-penerapan fotogrametrik. Pada kamera silang untuk memandang sepanjang garis basis. o.ngun rn"ng!'r*t; prir*u
tersebut ada tanda-tanda fidusial yang dibuat pada bidang fokusnya, yang cu- bersudut siku-siku maka sumbu kamera dapat oiarlnt", o.igu,
*iut go.
garis basis. Jika sumbu optik kamera diarahkan J.ngun-ruaut
kup teliti untuk menetapkan titik utamanya. Kamera metrik dibuat stabil dan _terhadap fr" a*i
dikalibrasi secara menyeluruh sebelirm digunakan. Nilai-nilai kalibrasinya kedua_ujung Baris basis seperti dliunjukkan dalam Gambojlt.i
dihasilkan dari pasangan stereo_mempunyai sumbu optit yang
ni, V*e
untuk panjang fokus, koordinat titik utama dan distorsi lensa dapat digunakan ;jajar. far-
dengan mantap untuk periode waktu lama. jang fokus nominal kamera TMK 60 mili*ete.
oan gamulinfaEuint paoa
Kamera nonmetrik dibuat untuk foto profesional maupun amatir, di lempeng kaca yang berukuran 90 x t2O milimeter.
mana kualitas gambar dipentingkan tetapi umumnya tidak memerlukan kete- Y{d f:30 yang disajikan pada Gambar l.r memenuhi deskriosi klasik
Iototeodoht. Kamera ini merupakan kombinasi antara wild r_2
litian geometri tinggi. Kamera ini tidak mempunyai tanda-tanda fidusial, dan kamera
tetapi dapat dilakukan modifikasi untuk memasukkan tanda fidusial ke dalam- Teodolit itu dapat digerakkan ke atas dan ke bawah. oergan jlakan
.r"rik.
ke atas terkunci dan gerakan ke bawah tak terkunci, kamera aan
nya. Kamera nonmetrik dapat dikalibrasi dan dapat digunakan dengan hasil fiooirit uer_
memuaskan untuk berbagai terapan fotogrametri terestrial. Contoh kamera putar mengikuti asimut sebagai satu satuan. Dengan gerakan
ke atas tak ter_
nonmetrik ditunjukkan dalam Gambar 3.3 dan 4.5. l: I kunci dan gerakan ke bawah terkunci, teodolit oa-pat iiputar-,"nr.ut
Kamera udara dapat digunakan untuk terapan terestrial, tetapi untuk
::ilryFlera ^i*ot
retap.amhnya. sudur mendararanrara zumbu t"t.rt op iroao-
maksud ini diperlukan kaki penyangga khusus. Kamera udara yang digunakan Ilt oan sumbu kamera dapat dibaca pada lingkaran mendatar. Apabila'pemba_
untuk foto terestrial tentu saja dipandang sebagai kamera metrik karena caan pada lingkaran mendatar teodolit sebesar 0.00'00,,, arah sumbut[leskop
karakteristik kalibrasi dan stabilitasnya. Sebagian besar kamera metrik teres- teodolit dan sumbu kamera sama. sumbu kamera dapat dipasang puo","rruu-
trial mempunyai fokus tetap rak terhingga dan tidak dapat menghasilkan citra rang asimut yang diinginkan daram hubungannya terhaiap gi.i, turir. ru-
yang tajam yang geometrinya benar pada jarak yang sangat pendek. Kamera
& 605

sangan stereo dengan sumbu optik sejajar sperti ditunjukkan pada gambar
18.2, apabila diinginkan dapat diperoleh dengan menyetel sudut 90" pada
lingkaran mendatar dengan gerakan ke atas dan kemudian memandang pada
ujung lain garis basis dengan gerakan ke bawah. Teodolit P-30juga dileng-
kapi dengan lingkarang tegak yang memungkinkan untuk menentukan beda
tinggi stasiun kamera.
Dengan melakukan perataan teodolit, maka kamera P-30 secara sekali-
gus diratakan. Sumbu optik kamera dapat disetel mendatar dan dapat pula {i-
miringkan ke atas dengan sudut ketinggian 7s (6'18) atau dapat dimiringkan
ke bawah dengan sudut depresiTc, l4s,2ls alau 28c. Panjang fokus nomi-
nal kamera sebesar 165 milimeter dan pemotretan dilakukan pada lempeng
kaca berukuran 100 dengan 150 milimeter. Suatu foto terestrial yang dibuat
dengan P-30 disajikan pada Gambar 1.2.

Gambar 1E.1 Fototeodolit Zeiss TMK. (Seizin Carl Zeiss, Oberkochen)'

Sudut 1

pandang

,)

Gambar 1E.2 Liputan stereo yang diperoleh dengan pemotretan foto terestrial Gembrr 1t.3 Kamera terestial wild P-32 digabunS peds teodolit T-2. (Seizin
pada aratr 90o terhadap garis basis dari dua ujung garis basis'
V/ild Heerbrugg Instrum?nts, Inc.)
il

606

Kamera terestrial Wild P-32 yang disajikan pada Gambar 18.3 telah di-
lE.s KAMERA STEREOMETRIK
rancang dengan menggabung langsung ke dalam teodolit pengukuran baku.
Kamera stereometrik terdiri atas dua kamera metrik yang identik dan
Sumbu kamera dapat disetel pada sembarang sudut tegak yang diinginkan
dipasang dengan kokoh pada ujung basis tetap sehingga sumbu optik sejajar
dengan melakukan penyetelan yang tepat pada lingkaran tegak teodolit, dan
satu sama lain. Ini berarti bahwa orientasi relatif kamera dikeahuisetelah ili-
dapat diarahkan pada sembarang sudut mendatar dalam kaitannya terhadap garis a' lakukan kalibrasi, dan orientasinya tetap bagi semua pasangan stereo yang di-
basis kamera dengan menggunakan lingkaran mendatar teodolit. Panjang fo-
hasilkan. Pembuka lensa kedua kamera dijalankan secara serentak. xoiraisi ini
kus kamera P-32 sebesar 64 milimeter dan dapat melakukan pemohetan baik
memungkinkan peristiwa yang dinamik dipohet secara stereoskopik. Ada ber-
pada lempeng kaca berukuran 65 kali 90 milimeter maupun pada gulungan
bagai sistem stereometrik yang memungkinkan keleluasaan pilihan atas sudut
filrn. Untuk pemotretan dengan gulungan film diperlukan alat perataan film.
pandang, ukuran format, jarak fokus, dan panjang basis yang tetap. panjang
Jena Photheo 19/1318 pada Gambar 18.4 ialah sebuah fototeodolit
yang sedikit berbeda karakteristiknya- Dengan kamera ini lensa dapat digerak- lltirlgFp bervariasi pada kamera yang berbeda, tetapi umumnya-berukuran
200,120 dan 40 cm. Sistem basis yang lebih pendek digunakan untuk pemo
kan secara tegak ke atas dan ke bawah untuk memperoleh liputan tegak yang
tretan jarak dekat. Stereokamera Zeiss SMK yang terdiri atas dua kimera
diinginkan. Alat orientasi yang diikatkan pada bagian aas instrumen me- TMK yang dipasang pada alas tetap berukuran 120 im disajikan paOu Ca*U*
mungkinkan penyesuaian sumbu kamera pada sembarang asimut yang di-
18.5.
inginkan dan untuk mengukur sudut tegak dalam rangka menentukan keting-
gian stasiun kamera. Panjang fokus nominal kamera Photheo l9l1318 sebe-
sar 190 milimeter dan ukuran lempeng fotonya ialah 130 kali 180 milimeter.

rl

Gambar 18.5 Kamera sterometrik zeiss SMK dengan alas tetap berukuran 120
Gamber lt. 4 Jenoptik Photheo 19/1318. (Seizin Jenoptik jena). cm. (Seizin Carld Zeiss, Oberkochen).
@8
ffi
diubah-ubah untuk memperoleh ketajaman fokus bagi jarak objek dari 2 kaki
hingga tak terhingga.Panjang fokus kamera sebesar 90 milimeter dan pemo-
tretan dilakukan pada lempengkw,a atau gulungan film berukuran 105 mili-
meter kali 178 mm.
Dalam fotogrameri terestrial, kedalaman ialah dari basis kamera ke
0lr objek yang dipotret Perbandingan antarakedalaman Mn basis (sama dengan
perbardingan kertnggian-basis foto udara yang berpasangan) merupakan cara
untuk menilai ketelitian geometrik relatif foto terestrial yang berpasangan.
Ketelitian geometrik lebih besar untuk perbandingan kedalaman basis yang
besar karena sudut perpotongan antam cahaya yang terjadi lebih besar. Karena
basisnya relatif pendek, maka kamera stereometrik dapat memperoleh perban-
dingan kedalarrun-basis yang kuat hanya apabila objek yang dipotret pada ja-
rak yang agak dekat. Untukjarak yang lebih panjang maka pasangan foto ha-
nrs dibuat dengan memotret foto tunggal pada ujung garis basis yang diukur
dengan menggunakan kamera seperti tipe yang dijelaskan dalam Butir 18.4.
Kamera stereometrik diratakan untuk foto mendatar normal dengan
menggunakan alat perata. Akan tetapi di samping orientasi mendatar kamera,
ada alat khusus yang diikatkan pada sebagian besar kamera sterometrik yang
memungkinkan dua kamera dapat diarahkan secara tegak ke bawah dan ke atas,
atau dengan berbagai sudut miring di antaranya. Dalam hal ini sumbu dua
kamera tetap sejajar. Gambar 18.7 menyajikan pasangan foto stereo terestrial
mendatar yang dibuat dengan kamera stereometrik Wild C-120. Pasangan
stereo ini digunakan untukmembantu dalam rekonstruksi kecelakaan lalu lin-
tas.

Gember 1E.6 Kamera stereometrik Kelsh


K-490' (Seizin Keslh Instrument rl
f

Division, Danko Arlington, Inc;)'


stereometrik Kelsh K-490' Instru-
Ganrbar 18.6 monunjukkan kamera
panjanc basis yang bervariasi dan Gambar 1t.7 Pasangan foto terestrial mendatar yang dibuat dengan kamera ste-
men ini mempunyai Usffipe'vetelan
,u" iJil r. Jarak-utama (arak gambar) dapat reometrik Wild C-120 untuk penyelidikan kecelakaan mobil. (Seizin Dr. T.M.
dengan piringan
Lilesand). \
"-itorn.t
610
6ll
1t.6 SUDUT MENDATAR DAN SUDUT TEGAK FOTO MEN.
Dengan cara yang sama, sudut horisontal dan vertikal untuk titik B
DATAR -
adalatr
Foto teresEial mendatar diperoleh apabila sumbu kamera mendatar pada
saat pemotretan. Bidang foto mendatar kemudian tegalc dan jika kamera dira-
o6 = 1s1-, (f ) (18.3)
takan dengan tepat sebelum pemotretan, sumbu foto x dan y (dibatasi dengan dilt
garis fidusial) masing-masing merupakan garis mendatar dan tegak. Seperti
pada foto udara, garis-garis yang menghubungkan titik-titik fidusial yang ber- Fa=tan'r(WW) (18.4)
lawanan memotong pada atau sangat dekat dengan titik utama foto.
Gambar 18.8 menggambarkan positif foto terestrial mendatar yang di- Tanda-tanda aljabar yang betul untuk sudut-sudut ini diperoleh secara
buat pada stasiun kamera Z. Panjang fokus kamera ialah/, a merupakan titik otomatis dengan membubuhkan tanda-tanda aljabar yang tepat i"rtuoaptoor-
utama foto. Titik-titik A dan B dalam ruang objek digambarkan pada a dan b dinat yang diukur menuru!nnoseour yang umum ua[i siiterir kmrdina[empat
pada positif dan koordinat fotonya ialah xo, ! a, x6 dan y6. Koordinat foto ini segi panjang. Sudut mendarar di sebelah kiri sumb'u optis dianggap negitif
dapat diukur dengan teknik yang dijelaskan dalam Bab 5. Sudut mendatar oo
dan yang di sebelah kanan dipandang positif. Juga, sudui tegak dI;6 bdang
datar positif dan di bawahnya negatif.-Sudut mendatarapEl rcrt"nlut puoi
antara sumbu optis La dan cahaya ke objek titikA adalah:
stasiun pemotretan oleh dua titik objek A dan B ialah:
or=*-'(P (18.1) A&Bn=o.a--Clb (r8.5)
B
sudut mendatar dan sudut tegak yang ditentukan oleh persamaan di atas
sudut-sudut yang sama yang harus oiutur dengan *engg*a*n t oo*
$.t"h
lit.surveyor pada stasiun kamera. Keunggulan pend'ekatan ioio g*nt iaar,
u.*X satu tarikan pembuka lensa secara ierentak menghasilkan ijumtut, ti-
tik-tiq tak terhingga yang kemudian dapat digunakan *tu* *ene,itrt* rr-
dut-sudutnya" Pengukuran foto dapat ditatukan dengan enak di kantm. lni me-
rupakan suatu pertimbangan penting apabila alternltif lain berupa survei la-
+Y ,/ pangan pada cuaca kurang baik.

b ,o ;-;4 ta
--./- Ah
sudut mendatar dan sudut tegak juga dapat ditentukan dari foto teresffi-
m-qnda{ dengan prosedur grafik. Hasilnyatenderung kurang teliti bila di-

2 ry
Pb /Y ,tt' P, va 3l
/ iYo -/ o
'+x P-Sg terhadap sudut-sudut yang ditentukan dengan cara araiitit tet pi or-
) ao1'-)' Iam banyak hal hasilnya cukup memuaskan. cairuar lg.9 mencerminkan
konstruksi grafik sudut-sudut oo, a6, po dan p6 foto teresrial dalam Gambar
18.8. untuk membuat sudut horisontal oo, titik a1 diletakkan pada sumbu.r
dengan memindahkan titik a sejajar dengan sumbu y. oleh tarena itu jarak
oah silna dengan koordinat foto xr. Dari titik o, jarak Lo (sama dengan
Gambar 1E.t Sudut mendatar dan tegak dari pengukuran pada foto terestrial panjang fokus kamera) diletakkan tegak lurus terhadap sumbu .r. Garis ial
mendatar, kemudian dapat digambarkan dan sudut mendatar co dapt dilukis.
.) Apabila os telah digambartan, sudut Fodapetditentukan secara grafilc
Sudut tegak kemiringan p, antara bidang mendatar dan cahaya ke objek
Pada titik a1 dibuat sudut tegak lurus terhadap garis a{dan sisinya difirpan-
titik A juga sebesar
jang dengan jarak sebesar kmrdinat y, sama dengan koordinat yo
untui mele-
tal*an titik ar. Garis f,a, kemudian dapat digambarkan, dan menghasilkan
pa=ran-,(*W> (18.2) sudtt a'La6 dengan sudut tegak sebesar pr. sudut a6 dan p6 dibuat dengan
cara yang sarna, sepertltitunjukkan dalam Gambar 1g.9.
r
612 613

du stasiun pemouetan itr diketahui. Misalkan juga bahwa panjang mendatar


garis basis telah diukur dan ketinggian stasiun kamera diketahui. Suatu
sistsn koordina nrang bagi objek XI diterapkan dengan stasiun pemotretan
L sebagai titik pangtal dan sumbu X dalam bidang garis basis. Hal ini diper-
lukan unnrk menentukan kmrdinat X dan I serta ketinggian titik A.
OI (r

0
Gsmber lE.9 Sudut mendatar dan sudut tegak foto terestrial mendatar dengan
konstruksi grafik.

Foto dapat digunakan secara langsung dalam konstruksi secara grafik


dengan menumpangkan lembaran tembus pandang padanya. Pendekaran yang
lain ialah dengan melakukan konstruksi pada sebuah kertas gambar terpisah
setelah memindahkan kocdinat.r dan y terukur dari foo ke keras gambar de-
ngan menggunakan pembagi atau skala keteknikan. Kedua metode tersebut
masing-masing menghindari kerusakan fuo.

1I.7 MENENTUKAN LETAK TITIK DENGAN INTERSEKSI


DARI DUA FOTO MENDATAR ATAU LEBIH
(b)
Jika gambaran suatu titik objek tampak pada dua foto mendatar atau ,tI
lebih, posisi dan elevasi titik tersebut dapat langsung ditentukan apabila di- Grmber fE.10. (a) Meletakkan titik-titik melalui perpotongan dua foto teres-
ketahuilnsisi kamera dan arah sumbu optiknya. Gambar 18.10a menyajikan trial mendatar. (b) Gambar tampak atas prpotongan dua foto terestrial mendatar.
dua foto mendatar yang diporet dari stasiun pemotretan Ldau,n L'. Gambar
18.10D mempakan gambar situasi dipandang dari aas. Gambaran objek titik
A tampalr padra a dan a'putda dua foto. Misalkan sudut 6 dan 6'pada Gambar Idasalah ini dapat dipocahkan secara analitik atau secara gafik. Dalam
18.100 telah diukur terhadap garis basis, sehingga arah relatif sumbu optik pemecalun analitik sldut a, dan oo,'P, dan pr'dihitung dari persamaan 18.l
r
614 615

dan 18.2. Kemudian sudut g dan 0'dan S" pada Gambar l8.l0b dihitung ju*kan dalam Gambar 18.10r.
sebagai berikut
0= 6-ao Jawab

S'= 6'+ or' (18.6) Sudut mendatar % dan c"'dihitung dengan Persamaan (18.1):
0"= 180"-0-A'
Berdasarkan hukum sinus, jarak
dihitun g den gan formula berikut:
LA dalam Gambar l8.lOD dapat 0) .l coian-r (ffi) =,r.rl
- =_E__$r'
sln Q"
L (18.7) o,o,= 131-r (## ) = -0.,0,
Juga dengan hukum sinus, Sudut tegak Pd dan p"'dihitung dengan Persamaan (18.2) sebagai berikut:
rA =!+++ (18.8)
Fa=tan-t(m)
srn 0" =rro"ry
KoordinatX,q dan Ya kemudian dapat dihitung sebagai:
Xa = (LA) cos g
I,a = (LA) sin Q
Foitan-r (m) =6"12'
(18.e)
Suatu uji pada koordinat ini dapat diperoleh sebagai berikur Dengan Persamaan 18.6 diperoleh sudut Q, Q'dan Q" sebagai berikut:
Xe=B-(L'A)cosS' 0= 69o30'- 15"39'= 53'51'
Y1= (L'A ) sin Q' (l8.lo) 0'= 66o10'- 6o10'= 60o00'
Dengan rnerujuk Gambar 18.10a, ketinggian titik A ditentukan
0" = 180o00' 53"51' 60o00' = 66o0'
dengan - -
ElevasiA =Elevasi L+V7 (18.il) Jarak mendatr LA dmt LA'yang dihitung dengan Persamaan 18.7 dan 18.8
di mana Vt = LAn tan $, dan lz{7, sama dengan jarak mendatar l,A yaagta'- adalah:
dapat dalam Penamaan 18.7.
Suatu uji jugl dapat diperoleh pada ketinggian A sebagai berikut:
-
,o=ffi# =236,7l<ati
ElevasiA=ElevasiL'+V'6 (19.12)
di mana, VA,= L'Ah m 0o,dan L'Ah,sama dengan jarak mendatar L,Ayug
terdapat dalam Persamaan 18.E.
u'=2iffiffi[ =z2o,7t<rki

-. Jika gambaran suatu titik objek tampah pada lebih dari dua foto, dapat Koordinat XldanYlpada titikA yang dihitung dengan Persamaan 18.9
diperoleh rata-rata bagi beberapa hasil perhitungan. adalah:

Contoh 18.1
Xt =236,7 cos 53"51'= 139,6 kaki
Ye =236,7 sin 53o51 = 191,1 kalci
Seperti disajikan pada Gambar 18.lOa dan Gambar lg.l0r, dua foto
Elevasi pada titikA dengan Penamaan 18.11 adalah:
teresrial man'datar dibuat dengan fototeodolit dengan panjang fokus 164,95
Elevasi A= 862,7 + 236,7 tan 13o29'= 919,5 kaki di atas permukaan
milimeter. Panjang garis basis mendatar sebesar zso,o tati dan elevasi sta-
r" laut rata-raia"
siun pemotretan 862,7 kaki bagi foto kiri dan 855,4 kaki bagi foto kanan di Dengan Persamaan 18.10 dan 18.12, dapat dilakukan pengujian untuk
atas permukaan laut rata-raa. Sudut 6 dan I
sebesar 69o30, dan 66o10,. Gam-
koordinat X1 dan Y ldan untuk ketinggian sebagai berikut:
baran objek titik A diukur pada kedua foto dengan hasil sebagai berikut q
=
46,23 mm, la= 41,07 mm,.ro' = 17,83 mm dan yo'= 48,20 mm. Hitung lio- Xo= 250,0 cos 60"00' = 139,6 kaki (ujilah)
ordinat-X dln pada titik A dalam sistem koordinat segi empat dengan titik
-220,7
_r YA= 22fi,7 sin 60o00'= 19l,l kaki (ujilah)
pangkal pada L dan dengan sumbu X dalam bidang garii uasii, sepe,ii ditrn-
Elevasi A = 855,4 + 220,7 tzn l6ot2' = 919,5 (ujilah)
r
616 617

lt.t PERSAMAAN PARALAKS


Jika suatu pandangan foto stereo terestrial mendalar dipofret dengan
/f\
4\ ,n\ sumbu duakamera tegak lurus terhadap garis basis, dapat dikembangkan per-
samaan paralaks serupa Persamaan 8.5 hingga 8.7 bagi foto udara tegak untuk
''n '\ r,l ,,
f( \r\ ,z/ \\
//
A ,i/ (
menghitung posisi dan elevasi titik-titik dalam daerah tampalan. Di dalam
\ situasi terestrial harus dipertimbangkan dua hal yaitu: (l) kamera pemotret
mempunyai elevasi sama, dan (2) kamerapemoEet tidak sama elevasinya.
p, ./ -pL''
Y \
f" \",\
-\ It.t.l Stasiun Kamera dengan elevasi sama
Gambar 18.12 menggambarkan foto stereo mendatar yang dipotret dari

I
N ) tr \L' t
(

s
stasiun kamera L dan L' dengan elevasi sama. Untuk maksud ini digunakan
suatu sistem koordinat rwngXYZ sembarang dengan titik pangkal pada sta-
I
siun pemotretan /,. Sumbu mendatar dan berimpit dengan sumbu optik
foto kiri. Sumbu X mendatar dan berimpit dengan garis basis dan Z mengarah
tegak ke atas.
L

I
{
Gember 1t.11 Irtak titik-titik PadE Peta mclalui PerPotongan secara grafik dc-
ri dua foto tcrestrial mendatar.

Posisi peta dan elevasi titik A juga dapat ditentukan secara grafik.
Dalam pendekatan ini stasiun kamera L dmt L' digambarkan pada peta
manuskrip dengan sumbu optiknya juga digambartan menurut arah yang
benar, seperti disajikan pada Gambar 18.11. Dengan dua stasiun pendekatan
sebagai titikpurcakkonstrulsi, sudut mendatar ao dan o"'dibuat seperti yang
dijelaskan dalam Butir 18.6. Cahaya LaldanL'oldiperyanjang hingga perpo-
tongannya untuk menentukan letak titikA pada posisi peta.
Sudut tegak F, dab Fr' juga dapat dibentuk se'perti disajikan pada Gam'
bar 18.11, dan cahayatra" dan L'o" diperpanjang seperti terlihat pada gambar. Gambar 1t.12 Foto stereo terestrial mendatar dipotret dengan sumbu kamera
Suatu sudut tegak lurus terhadap garis LA dibuat padaA dan diperpanjang .l paralel dari stasiun pemotretan dengan ketinggian sama.
hingga memotong perpanjangannya garis Lar.laak dari titik A, ke perpo-
Titik objekA tampak dalam daerah tampalan pasangan foto. Koordinat
tonSan ini adalah V6 yutu elevasi titik.4 di atas stasiun kamera L. Elevasi fotonya yang diukur terhadap sistem sumbu fidusial ialah xo dan yo pada foto
titifAdiperoleh Oengan menambah nilai Ya'yang diskalakan terhadap elevasi kiri dan xo' darty/padla foto kanan. Perhatikan bahwa untuk gambaran dan
stasiunL. Suahr uji terhadap elevasi titikA dapat dilakukan dengan menntu' sumbu objek, yang digunakan, objek X dan gambaran.r paralel, objek danf
kanVT' secara grafik dan menambahkan nilainya yang diskalakan terhadap gambar z paralel, dan objek Z dan gambar y iuga paralel.
elevasi stasiun kamqa L.
t
618 619

Persamaan paralaks untuk menghitung koordinat ruang objek Xr1, f,1 objek titik A dengan koordinat foto x, = 32Al mm dan ya = 23,74 mm pada
danZ1dapat dikembangkan dengan menyamakan segitiga sebangun pada fotokiri dan xo,= 28,A6 mm dan la,= 23,73 mm pada foto kanan. Hitung
Gambar 18.12. Dari segitiga sebangunLOM danLam, koordinat titik A dari X, Y dan Z. Berapakah elevasi titik A jika kamera pada

h=f=sehinssaXe =7ro
elevasi 941,8 pada saatpemotretan dilakuln.
@)

Juga dari segitiga sebangun L'o'm', dmt L'O'M',


r).
la:wbart:
B-xe no' Xe= B ** ya Paralaks titik a adalah:
= sehingga @)

Dengan menyamakan (a) dan (b) dengan substitusi po = xa xo' dan


Po = xo- xo,= 32Al--28,06 = 4,35 mm
-
mengurangi, Dari Persamaan 18.13 hingga 18.15.
u
tA- -Bf
o (18.13) -A-_ (129p)(64p9) = t.766cm = 17,65 m
r
to 4,35
Sekarang dengan substitusi Persamaan 18.3 ke dalam (a),
Bxo Y, _Q2o'o\(32'41\
- = gg4 cm = g,g4 m
^A 4,35
--A
I r
=- pa (18.14)

Dari segitiga sebangun Lon danLON, 7, _(t20,0)(23'74\


LA- = 655 cm = 6,55 m
4,35
Ze
(c) Elevasi A = 941,8 + 6,55 x 3,28 kakVm = 963,3 kaki di atas datum.
YA--Yo
f
Dengan substitusi Persamaan 18.13 ke dalam (c),
, 1t.t.2 Stasiun kamera dengan elevasi berbeda
LA--Blo
o (r8.15)
ra Dalam banyak hal, karena variasi medan maka biasanya tidak mungkin
dicapai elevasi kamera yang sama. Foto stereo yang dibuat dengan elevasi ka-
Persamaan 18.13, 18.14 dan 18.15 menghasilkan koudinat ruang ob-
jekX,Y danZbagi setiap titik yang paralaksnya telah diukur dari sebuah foto mera tidak sama disajikan pada Gambar 18.13. Meskipun kamera tidak pada
elevasi yang sama, jika foto mendatar benar dan drporet dengan sumbu optik
stereo terestrial. Jika kondisinya dianggap: (l) foto mendatar, (2) elevasi sta-
paralel, Persamaan Paralaks 18.13 hingga 18.15 masih dapat digunakan. Se-
siun kamera sama, dan (3) sumbu kamera tegak lurus terhadap garis basis,
perti halnya elevasi kamera yang sama, titik pangkal sistem koordinat ruang
maka persamaan ini tepat dan sangat memuaskan. Pada praklekny4 kamera
objek pada stasiun pemotretan kiri. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 18.13,
stereometrik yang telah diratakan dengan tepat akan menghasilkan pasangan
foto stereo yang secara otomatis memenuhi kondisi yang diasumsikan terse-
I
sumbu berimpit dengan sumbu optik pemotretan kiri, X mendatar dan
dalam bidang tegak mengandung garis basis dan titik-titik Z tegak lurus ke
but. Apabila medan mendekati datar, maka kondisi ini dapat tercapai dengan
atas.
menggunakan fototeodolit Pendekatan persamaan paralaks mempunyai ke-
Persamaan 18.13 hingga 18.15 dapat digunakan tanpa modifikasi un-
unggulan perhitungan yang sederhana dan mudah mengukur paralaks, teruta-
tuk foto stereo mendatar yang dibuat dengan elevasi kamera tidak sama. Akan
ma jika digunakan paralaks batang. Apabila digunakan paralaks batang, foto
tetapi paralaks dan koordinat foto harus dihitung dengan memperhatikan
dir6eintasikan pada sumbu x sepanjang garis lazim, dan pengukuran paralaks
dilakukan seperti dijelaskan dalam Butir 8.5. r] sistem sumbu fidusial. Ini bukan paralaks sebenarnya tetapi merupakan pro-
yeksi paralaks sebenarnya pada sumbu X. Jil<a suatu paralaks batang diguna-
kan untuk pengukuran paralaks, foto harus diorientasikan seperti disajikan
Contoh 18.2 pada Gambar 18.14. Garis yang menghubungkan titik utama dan titik utama
pindahan membuat suatu sudut ( dengan sumbu foto.r. Sudut ( merupakan
Foto Stereo mendatar diporet dengan kamera stereometrik dengan sua-
kemiringan garis basis LL'dengan garis mendatar dan ini dapat diskalakan dari
tu basis tertentu sebesar 120 cm dan panjang fokus 64,00 milimeter. Gambar
foto atau dihitung sClbagai berikut:
-.',1

620 621

sumbu kamera ke atas atau ke barvah terhadap bidang mendatar. llasil fotonya
E=*.,(# ) (18.16)
berupa foto terestrial condong. Pada kebanyakan kamera terestrial, sudut ke-
Dalam Persamaan 18.16, All merupakan perbedaan ketinggian dari dua miringan dapat disetel atau diukur sehingga kemiringannya diketatrui. Gambar
stasiun pemohetan dan I merupakan jarak mendatar antara keduanya. Para- 18.15 menyajikan suatu foto teresnial condong yang dibuat dengan sumbu
laks yang diukur dengan paralaks batang harus dikalikan dengan cosinus ( q) (
kamera condong ke bawah dengan w&tt depresi 0. Untuk menyesuaikan de-
untuk memperoleh proyeksi paralaks sebenarnya pada sumbu X. Koordinat ngan tanda yang umum digunakan, sudut depresi ditri tanda aljabar negatif.
foto ro Mn yo untuk Persamaan 18.14 dan 18.15 diukur terhadap sumbu fidu- Jika sumbu kamera condong ke atas, 0 membentuk sudut elevasi dan diberi
tanda positif.
sial.r dan nilai B yang digunakan dalam Persamaan 18.13 hingga 18.15 me-
rWakan jarak mendatar antara dua stasiun pemorehn.

Gembar 1t.14 Orientasi foto Gambar 18.13 untuk pengukuren paralaks dengan
menggunakan paralaks batang.

Dalam Gambar 18.15,1 me,lrrpakan stasiun pemotretan dan Io meru-


pakanl, panjang fokus kamera. LK adalah garis mendatar yang memotong
foto pada r
t. Jika kamera diratakan sebelum pengambilan foto, sumbu akan
mendatar. Suatu garis dalam bidang foto meldui t dan sejajar dengan sumbu
Gambar 1E.13 Foto terestrial mendatar berpasangan yang dipotret dengan sum- r juga mendatar dan disebut garis luison Garis haison adalah sumbu r'dan
bu kamera paralel, tetapi dari elevasi stasiun Pemotretan yang tidak sama' garis yang disebut koordinat foto y'. Koordinat gambar y.'bagi titik a diper-
oleh dengan:
Jika sumbu kamera suatu foto stereo yang tegak lurus terhadap garis
basis tetapi sumbu kamera.r tidak mendatar, maka persamaan paralaks masih yr'= lo +/tan 0 (r8.17)
dapat digunakan. Akan tetapi dalam hal ini titik utama dan titik utama
pindahan harus ditentukan letaknya untuk menentukan sumbu "garis basis Dalam Persamaan 18.17, simbol aljabar yang benar hanrs diterapkan
foto" dengan cara serupa untuk menentukan letak sumbu 'Jalur terbang foto" untuk 0. Demikian pula jika suatu gambar titiknya terletak di atas sumbu r',
pada foto udara Paralaks dan koordinat foto kemudian diukur terhadap sumbu koordinat y' -nya dipandang positif, dan jika terletak di bawah sumbu x maka
garis basis foto. Jika ketinggian kamera tidak sama, paralaks dan koordinat koordinat y' diberi tanda aljabar negatif. Dalam Gambar 1t.15, ca'merupakan
fotO ini hanrs diproyeksikan pada sumbu.r sejajar delgan sumbu medan men- suahr garis tegak lurus dan a'terletah pada bidang mendatar stasiun pemo-
,J fretan dan garis huison. Sudut mendatar oo antara bidang bgak mengandung
datar dengan cara mengalikannya dengan cosinus B yang telah ditentukan
dengan hrsamaan 18.16. gambar titik a dan bidang tegak yang mengandung sumbu kamera adalah:

It.9 FOTO TERESTRIAL CONDONG oa=ron', =*-, (,*."t*) (r8.r8)


Untuk memusatkan objek dalam pandangan, sering perlu memiringkan W)
1

6n a3
la:wban:
Dari Persamaan 18.17, koodinaty'bagi titik a adalah:
!a'= -34,90 + 60,00 tan (-27'00) = -6547 mm
Dari Persamaan 18.18,
t) 6 Tl:41
0o = tan-l ( ) = 36"0s'
60;00 sec (-27"W) (65;47) sin (-27"00)
Dari Pe,rsamaan 18.19, -
_ wt ( 45;47 cos (-27"00\
^ - r,.-l
Pa r[00;OO sec (-27o00) (65;47) sin (-27"00)] sec 36"05
-
= -51o25'
Jika gambar dari suatu titik objek tampak pada dua foto terestrial
condong atau lebih yang posisi dan orientasi kameranya diketahui, posisi
mendatar dan tegak titik objek itu dapat ditentukan. Prosedurnya sama seperti
yang dijelaskan pada Butir 17.8 bagi foto udara sangat condong. Juga metode
pemetaan dengan grid perspektil seperti dijelaskan pada Butir 17.9 bagi foto
udara sangat condong, dapat diterapkan untuk foto terestrial condong. Prosedur
Gamber 1t.15 Pengukuran sudut mendatar dan tegak pada foto terestrial con- ini menggunakan asumsi bahwa suatu bidang objek ruang datar dan
dong. memerlukan horison asli dapat ditentukan letaknya. Jika horison tampak tidak
tergambar pada foto sehingga tidak memungkinkan untuk menentukan letak
Dalam Persamaan 18.18 harus diperh*ikan bahwa untuk.rd, yo'dan0 horison asli, dimungkinkan untuk menentukan letak horison asli dengan
hanrs digunakan simbol aljabar yang beftu. Tanda aljabar bagi sudut o positif menggunakan "titik cakrawala" atau "titik nadir" seperti dijelaskan pada Butir
jika searah jarum jam dari sumbu optik dan negatifjika arahnya sebaliknya. 17.11. Metode pemeTaan dengan grid perspektif sangat bermanfaat di dalam
Setelah sudut mendatar o,a ditentukan, sudut tegak F, trhadap, gambar daerah tertentu seperti untuk pemetaan pertemuan jalan raya. Dalam hal ini
titik c dapat dihitung dengan persamaan berikut: maka jalan mya yang datar dapat diambil sebagai bidang objek XY dan tepi
jalan yang sejajar dan bersilangan sering dapat digunakan untuk memperoleh
(d horison asli dengan metode titik cakrawala.
Fa = tan-r (tr)= tan-r \ (Lt"hk) t"" cr. )
'cos 0 13.10 LETAK STASIUN PEMOTRETAN DAN ARAH SUM-
= tar'' ( (/sec 0-yr'sin 0) sec od )
(18.le) BU KAMERA
Tandaaljabarbagi sudut p diperoleh secara otornatikdari Andakmrdi- Kadang-kadang lokasi stasiun pemotretan dan aratt sumbu kamera un-
nat y' yang digunakan dalam Persamaan 18. 19. tuk foto teresEial tidak diketatrui dan harus ditentukan. Suatu metode se&rha'
na dan cukup baik untuk meletakkan lnsisi mendatar stasiun pernotretan dan
r] arah sumbu optik ialah reseksi tiga4itik. Merode ini dapat dilakukan secara
Co;ntoh 18.13:
grafik maupun secara numerik, tetapi untuk memperoleh pemecahan, sudut 0
Suatu foto terestrial condong dipofet dengan sumbu kamera yang su- harus diketahui dan paling tidak gambar tiga-titik konrol mendatar harus tsn-
dut depresinya 30s (-27"00). Panjang fokus kamera 60,00 mm. Hitunglah pak pada foto. Dengan menggunakan Persamaan 18.1 atau 18.18 jika fotonya
sudut mendatar dan tegak ke suatu titik objek A yang gambarnya mempunyai condong, sudut mendatar antara sumbu kamera dan garis ke arah tiga titik
koordinat fola xo = 27 Al mm dan la = mm, diukur terhadap sumbu kontrol dapat dihitung. Dengan reseksi tiga- titik secara grafik seperti dijelas-
-34,9O
fidusial. kan pada Butir 9.8,Iiga titik kontrol drgambarkan menurut skala pada peta
6% 625

dasar sesuai dgngan koordinat medannya. Suatu lembaran tembus pandang 1t.11 INSTRUMEN PLOTTING STEREOSKOPIK
yang mangandung tiga garis dan sumbu kamera digambarkan sudut mendatar
terhitung. I*mbaran ternbus pandang tersebut diletakkan pada peta dasar dan Sebagai tambatran terhadap teknik analitik dan grafik, dapat digunakan
disesuaikan polisinya hingga tiga garis itu secara bersama masing-masing instrumen plotting stereoskopik untuk menentukan posisi objek titik berda-
melalui titik-titik kontrolnya. Fosisi stasiun pemotretan dan arah sumbu op sarkan foto stereo teresfiial. Meskipun foto terestrial dapat digunakan dengan
tik kemudian ditandai pada pea dengan hrsukan jarum pada lembaran tembus L
semua plotter seperti yang dijelaskan dalam Bab 12, ada pembatas tertentu
pandang terscbut. Telnik numerik reseksi tiga-titik dibincangkan dalam seba- pada sebagian besar daripadanya. Salah sahr masalah pokoknya ialah bahwa
gian besar buku teks tentang ukur tanah dan tidak dibincangkan di sini. koordinat f (kedalaman) model terestrial mendatar ata-u hampir mendatar se-
Eleusi stasiun pemohetan merupakan ketinggian lensa kamera di atas suai dengan koordinat z elevwi stereomodel udara. Pada umumnya kisaran
datum. Jika elevasi stasiun diketahui, elevasi lensa kamera biasanya ditentu- kedalaman yang diperlukan untuk stereomodel dari udara Banyak stereoplotter
tan dengan mengukur jarak tegah dari titik medan hingga lensa kamera dan (0ermasuk semua instrumen proyeksi optis secara langsung) yang dirancang
dihmbah dengan elevasi titik medan tersebul Jika elevasi stasiun pemotretan secara khusus unhrk foto udara memiliki kisaran kedalaman kurang dari foto
tidakdiketatrur, dapat ditentukan dari titik kontol tegak, apabila posisi men- tereshial karena keterbatasan optik dan mekanik. Jika jarak foto stereo teres-
datarkamera dan arah sumbu optik diketahui. Eial kecil, instrumen yang dirancang unhrk foto udara Cukup memuaskan.
Misalkan posisi dan elevasi titikA dalam Gambar lE.l6 diketahui.
Sudut vertikal p, untuk titik kontrol A dihitung dari Persamaan l1,t2 ataa
Persamaan 18.19 jika foionya condong. Dengan jarak mendatar LAhyang
diketahui, elevasi stasiun kamera dapat dihitung dari persamaan berikut:
Elevasi tr = Elevasi A lAntan Bo (18.20)
-
Jika tersedia lebih dari satu titik kontrol, elevasi stasiun pemotretan
rata-rata ditentukan berdasarkan semua titik-titik konfol yang digunakan. Jika
mungkin, paling baik mengukur posisi dan aienAsi kamera pada saat pemo-
trehn sehingga tidah diperlukan perhitungan yang dibincangkan pada bagian
1nl.

.J

Grmbar 1t.17 Otograf Wild A-40 untuk plotting dari foto stereo teresfrial.
(Seizin Wild Heerbrugg Instruments, Inc.)

Gamber 1t.15 Penentuan elevasi stasiun foto terestrial dengan menggunakan


satu titik kontrol tegak.
626 6n
Masalah lain dalam akomodasi foto terestrial dalam plo$er proyeksi relatif dan titik-titik kontrol untuk orientasi absolut tidak akan berada pada
optik langsung ialah bahwa panjang fokus kamera terestrial pada umumnya lokasi yang diinginkan daliam stereomodel. Dengan laboratorium foto, masa-
ti'Oak termasut datam kisafan akomodasi jarak utama proyektor. Diapositif lah ini sering dapat diaasi dengan meletakkan objek artifisial sehingga gam-
dapat dibuat dengan jarak titik api yang tepat tanpa memperhatikan paniang bar tampak dekat terhadap titik utama dan titik sudut stereomodel.
fokus kamera (lihat Butir 12.7.1'). Akan tetapi pada umumnya tidak tersedia Beberapa stereoplotter telah dirancang secaxa khusus untuk foto teres-
.) trial Wild A-40 pada Gambar 18.17 dan Jenoptik Technocart pada Gambar
pencetak yang mampu menangryri variasi besar bagi rasio pembesaran atau
panjang fokus ka- 18.18 merupakan contohnya. Instrumen proyeksi mekanik ini hanya diguna
irengecitan yaig dapit menghasili:an perbedaan besar antara
mera terestrial dan jarak utama proyekor. kan untuk foto stereo yang dibuat dengan kamera stereometrik atau diperoleh
Sebagian besar instrumen proyeksi mekanik mampu mengakomodasi- dari susunan kamera tunggal pada akhir garis basis dengan sumbu optiknya
kan kisaran yang besaf jarak utama, sehingga diapositif pada umumnya lebih dibuat sejajar. Hal ini disebabkan karena penyangganya tidak menpjikan ge-
mudah dibuat untuk insfumen tersebut. Dalam beberapa hal maka dapat digu' rakan berputar. Instrumen A-40 mengakomodasikan jarak utama dengan
nakan diapositif cetak kontak. Sejumlah plotter stereoskopik dirarrcang untuk kisaran dari 54 hingga 100 mm dan ukuran diapositif hingga92 mm kali 125
foto terestrial dan foto udara. Dengan instrumen ini penggerak Y dmZ dapat mm. Jarak utama Technocart berkisar dari 50 mm hingga 215 mm dan dapat
dlteruta*an. menghasilkan diapositif berukuran hingga 9 mm2. kiss Terragratmerupakan
instrumen lain yang dirancang secara khusus untuk plotting dari foto teres-
trial.

1t.12 KONTROL BAGI FOTOGRAMETRI TERESTRIAL

Di dalam fotogrametri terestrial, mang objek sering secara relatif berde-


katan dengan kamera. Pada kenyataannya, maka banyak foto yang dibuat di la-
boratorium. Jarak objek bervariasi dari beberapa inci hingga 1.000 kaki atau
lebih dan objek yang dipotret bervariasi dari barang sebesar gigi manusia atau
lebih kecil lagi hingga bangunan yang besar atau situs konsruksi yang besar.
Apabila dikehendaki peta fotogramerik teliti yang dibuat berdasarkan objek
yang dipotret, pasti diperlukan kontrol.
Pada dasarnyaadalga metode yang berbeda untuk membuat kontrol di
dalam fotogrametri terestrial, yaitu: (1) melakukan konEol pada kamera
dengan mengukur posisi dan orientasinya terhadap sistem koordinat atau ter-
hadap objek yang dipotret, (2) meletakkan titik konrol dalam ruang objek
dengan cara yang sama seperti meletakkan kontrol untuk foto udara dan (3)
memadukan titik-titik kontrol kamera dan ruang objek.
(Seizin Jenop- Pada metode yang pertama, tidak ada titik kontrol yang dibutuhkan
Gambar lt.1E Stereoplotter Terestrial Jenoptik Technocard-D.
tik Jena) daliam ruang objek. Posisi dan orientasi kamera diukur terhadap objek itu sen-
.) diri. Jika suatu bidang dipofet dari suatu stasiun kamera tunggal, kebutuhan
Jika stereoplotter mempunyai piringan untuk menyetel lotasi p.pyeksi kontrol dapat terpenuhi dengan mengukurjarak dari kamera terhadap bidang
serta penterje*uhat dan jika orientasirelatif dan pan&lq garis basis diketrahui permukaan dan mengorientasikan sumbu optik kamera tegak lurus terhadap
untrrk foto itereo, orientasi absolut dan relatif dapat dilakukan dengan mema- permukaan. Orientasi tegak lurus dapat dilakukan dengan memasang kaca
sang piringan terhadap nilai yang telah diket{rui. Kesukaran akan dijumryi yang permukaannyadatar sejajar dengan bidang objek dan kemudian mengge-
undk men-ghitung oriintasi absolut dan relatif jika pilinSry instrumen tidak rafkan kamera berputar hingga refleksi lensa kamera menempati pusat medan
ada dan jifl seUagiaan besar stereomodel terletak di atas horison dan tidak
mingtras"inan gariUar. Dalam hal ini maka titik'titik model untuk orientasi
-"1

629
628

pandang. Jika panjang fokus kamera diketahui, dapat dilakukan survei plani 1E.13 PENYELESAIAN UMUM
mefik lengkap bagi suatu objek. suatu penyelesaian umum untuk setiap masalah dalam fotogrametri
Jika dibuat pasangan foto stereo, kontrol survei dapat terdiri atas terestrial atau foiogrametri jalak dekat dapat diperoleh dengan menerapkan
pengukuran jarak mendatar dan pqtedaan elevasi antara dua stasiun kamera p"rrrrn*n kondisi-kolinearitas. Kolinearitas, seperti yang dijelaskan dan di'
dan juga menentukan orientasi sumbu optik kamera untuk masing-masing ,) iembangkan dalam 1.ampiran C, menyatakan kondisi di mana suatu stasiun
foto. Fotoeodolit memungkinkan untuk menentukan orientasi kamera dan pirnorr"tun, sembarang titiX oUief, dan gambar yang bersangkutan terletak
arah sumbu optik. Kamera stereometrik secara otomatis menyajikan konhol pada suatu garis lurus. Kondisi kolinearitas terestrial disajikan pada Gambar
dengan menyesuaikan terhadap panjang garis basis yang telah diketahui dan ig.tg. p"rriraan untuk foto teresEial sama seperti pada Persamaan C.5 dan
orientasi relatif. Dalam pemotretan foto stereo dengan kamera kurang telili, c.6 pada L^ampiran c untuk foto udara. Pada kenyataannya, kondisi ini dapat
orientasi mendatar dapat dipaksakan dengan menggunakan rataan botol dan ditulis dengan mencermati persamaan-persamaim ini setelah membandingkan
orientasi sumbu kamera sejajar dapat dilakukan dengan pantulan dari kaca sistem sumbu foto terestrial dan foto udara.
sejajar.
Dalam metode kedua kontrol foto terestrial, titik-titik harus dipilih di
dalam nrang objek yang gambarnya cukup jelas dan lokasinya baik pda foto.
Posisinya di dalam ruang objek harus diukur secara teliti. Jika tidak ada titik
alamiah yang jelas dalam nrang objek, dapat dibuat objek buatan. Objek tnrus
dirarrcang sedemikian sehingga tampk tajam dan jdas pada foto. Tanda silang
putih pada karton hitam akan memenuhi persyaratan ini. Jika ruang objek \=
berukuran kecil dan berdekatan dengan titik konrolnya, pengukuran untuk
menentukan letak objeknya dapat dibuat secara langsung dengan penggaris l-ro - r'
i
I

berskala Jika ruang objek sangat besar atau jika titik konrol tidak terjangkau /
,/ 4--'----.
t ," t{
,'
bagi pengukrnan langsung, diperlukan rianggulasi dengan teodolit teliti yang u' | ,.' N
disetel pada ujung garis basis yang diukur dengan cermat. Dalam beberapa hal ./t/
., I

l_
dapat diletal&an pola grid yang diukur pada ruang objek sebelum pengukuran
dan dipotretbersama-sama dengan objek untuk melakukan konfrol.
Jika objek yang dipotret tidak bergerak, titik kontrol dapat diletakkan
pada objek itu. Sudut-sudut kerangkajendela misalnya, dapat digunakan apa-
bila yang dipohet benrpa bangunan. Jika yang Oiporet berupa kejadian dina-
mik, sesuai dengan jalannya waktu, misalnya memotret pembiasan cahaya
pada be6agai mualan, maka sasaran harus diletakkan pada beberapa kerangka
tidak bergerak yang terpisah dari objek. Dengan cara perataan keteknikan,
objek dapat dipsang pada elevasi sama, sehingga diperoleh garis mendatar
dalam nrang objek. Garis tegak dapat dibuat dengan mudah dengan menggan-
tungtan unting-unting di dalam nrang objek dan mengikat sasaran pada tali
unting-unting.
Metode ketiga konfol foto terestrid ialah dengan memadukan kedua rJ
metode di atas. Pendekatan ketiga ini pada umumnya dipandang sebagai tin'
dakan bijaksana karenameliputi konrol berulang untuk mencegah kesalahan
yang tidak terdeteksi dan memungkinkan peningkatan ketelitian hasil yang
diperoleh.
Gambar 1t.19 Geometri kondisi kolinearitas terestrial.
T

630 631

Jika gambar objek teresrial dan ruang objek diketahui seperti ditunjuk- gelombang itu, semakin besar daya tembusnya. Sinar-X dihasilkan secara
kan dalam Gambar 18.19, dan jika sudut rotasi omega phi dan kappa digam- elekronik dalam suatu trbung sinar-X. Seperti disajikan pada Gambar 18.20,
barkan dengan rotasi searah jarum jam di seputar sumbu gambar masing-ma- apabila sinar-X diarahkan ke suatu objek seperti badan manusia dan apabila
sing x, y, dan z maka hanya ada perbedaan sedikit antara persamaan kolinea- sinar itu menembusnya, akan membentuk gambar laten pada emulsi film
ritas terestrial dan persamaan kolinearitas udara" Seperti disajikan pada Gam- yang ditahan dalam kaset di bawah objek. Setelah proses pengembangan film,
bat C.2, dalam mengembangkan kolinearitas untuk suatu foto udara, sumbu a) r
diperoleh negatif sinar-X yang disebut radiograf. Tulang atau benda padat lain
ruang gambar yang diransformasi yaitu x',y'dan z', masing-masing sejajar yang tidak mudah melewatkan sinar-X menyebabkan energi yang mencapai
dengan sumbu ruang objek X, f dan Z. Akrl,;t tetapi dalam hal terestrial, film kurang, sehingga daerah ini tampak cerah pada radiografnegatif. Pengu-
sumbu gambar r' sejajar dengan sumbu objek X, tetapi sumbu gambar y' dan kuran monoskopik dapat dilakukan pada radiograf tunggal, atau objek dapat
f,
z' masing-masing sejajar dengan objek Z dan seperti disajikan pada dipandang secara stereoskopik dan diukur secara tiga- dimensional dari radio-
Gambar 18.19. Sejalan dengan perkembangan yang sama dengan yang dijelas- graf pasangan stereo. Suatu stereoradiograf disajikan pada Gambar 18.2 1.
kan untuk foto udara dalam Butir C.3 pada Larnpiran C, persamaan kolinea-
ritas teresfial diperoleh sebagai berikuf
mtt(Xt-Xr) + m + mtz(Yr.-Yt)
(1E.21)
*a --
m3(Xn-Xy) + m32(21-21) + me(Y1-Yl
mzt(Xn-Xr) + mtt(Zt-Zr) + mtt(Yr--Y i
lo =-I Q8.n)
Di dalam Persamaan 18.21, m merupakan elemen maEiks rotasi dan
nilainya ditentukan oleh Persamaan B.21 pada I-ampiran B.
Kolinearistas terestrial pada Persamaan 18.21 dan 18.22 bersifat non-
linier dan harus dibuat linier dengan menggunakan teori Taylor. Linearisasi-
nya mengikuti langkah yang garis besarnya dikemukakan pada Butir C.4 un-
tuk linearisasi persamaan kolinearitas udara dan pelaksanaannya diserahkan
kepada mahasiswa
Persamaan kolinearitas teresrial bersifat umum dan mengandung enam
elemen orientasi luar (omega, phi, kappa, Xt,Yt,dAnZil seperti halnya
koordinat objek X,q, fA, dan Zlbagi titik-titik yang tampak pada foto. Per-
samaan ini dapat digunakan bagi hampir setiap masalah dalam fotogramefi
terestrial atau jarak dekat, termasuk resetsi ruang untlk menentukan posisi
Gambar 1t.20 Pemotretan Radiograf Sinar-X.
dan orientasi foto atau orientasi relatif dan orientasi absolut untuk menentu-
kan koordinat titik yang tampak pada daerah tampalan foto stereo. Penamaan Sinrar-X digunakan secara luas dalam profesi kedokteran untuk menge-
itu juga dapat digunakan untuk foto bertampalan tanpa memperhatikan orien- tahui letak patah tulang, untuk menemukan benda-benda asing dalam badan
tasi kamera" seperti pe.luru, jantm atau paku, untuk mendeteksi adanya tumor, luka berna-
rJ nah, dan batu ginjal serta untuk meneliti jantung, pilu-paru, hati, perut, dan
1t.14 FOTOGRAMETRI SINAR.X jejak pencernakan karenapenyakit atau luka. Melalui stereoradiografi, posisi
dan kedalaman dalam badan yang luka dapat ditentukan secara teliti. Sinar-X
Sinar-X merupakan berkas energi tidak tampak dengan panjang gelom- pada umumnya digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk menentukan
bang sekitar 10.000 kali lebih pendek dari pada energi tampak. Karena pan- lokasi dan ukuran lubang, untuk meneliti akar gigi, dan untuk menentukan
jang gelombangnya pendek maka sinar-X mampu menembus benda yang bia- struktur tulang rahang. Sinar-X juga digunakan oleh dokter gigi yang
sanya menyerap atau memantulkan sinar tampak. semakin pendek panjang keahliannya merapilan gigi untuk merencanakan dan memonitor perlakuan
I
632 633

perbaikan. Di dalam industri, sinar-X digunakan untuk berbagai terapan, ter' memotong bidang film). TitikA mempakan suatu titik nrjukan yang terletak
masuk penyelidikan bahan bakar radioaktif, pembuangan dan sambungan padabidang nrjukan objek dan titikP merupakan sembarang titik dalam objek
untuk luka menentukan lokasi pipa dan kabel dalam bangunan dan pemerik- yang posisi tigadimensionalnya diinginkan. Dari segitiga sebangun TAT'dan
saan karet" tabung-tahrng radio, dan sebagainya a'la pada Gambar 18.22a.
.) rf-_;_-_-_--_*lr,

Gambar 1E.21 Pasangan stereo radiograf tengkorak manusia. (Seizin Dr. S.


Singh)

Meskipun radiograf dapat dianalisis dengan menggunakan asas fotogra-


meEik, ada beberapa perbedaan mendasar antara radiognf dan foto. Dalam ra-
diografi, misalnya radiasi energi melatui objek ke filrn, sedangkan e19rgi pada
fotografi dipantulkan dari objek dan dikumpulkan oleh lensa lalu difokuskan
pada film. Di samping itu gambar radiograf biasanya mendekati ukuran sebe-
narnya sesuai dengan objeknya, sedangkan dalam fotografi pada umumnya
gambar lebih kecil dari obiek sebenarnya.
- Gambar 18.22a menggambarkan pandangan samping geometri pa-
sangan stereo radiograf normal, dan Gambar 18.22b dan c menunjukkan
radiograf kiri dan kanan. Dalam keadaan normal, tabung sinar-X padlaT danT'
berjarak sama dari bidang film dan bidang rujukan objek serta bidang film
sejajar. Kondisi ini dapat dibuat dalam fotografi sinar-X. Jarak obiek D fiaruk
tegat< turus dari bidang rujukan objek terhadap titik fokus tabung sinar-X) dan
jatrak gambar d tsuaktegak lurus dari bidang film terhadap titik fokus tabung
t) :)\+
-..- 'a, Yp

sinar-x) biasanyi diketahui. Titik fokus tabung sinar-X sebagai titik pangkal
pancaran sinar-X dipisahkan oleh suatu basis B yang juga dianggap diketahui.
balam Gambar l8.21b dan c, titik o dan o'merupakan titik utama radiograf Genbrr lt22 (al Gcometri Stereoradiograf normal. (D) Pasangan stereo
(titik-titik di mana garis tegak lurus terhadap bidang film dari titik fokus radiograftiri; (c) palrngan etereo radiograf kanan.
t
6v 635

dipasang empat pasak kawat tipis tegak lurus terhadap bidang rujukan obtk
', =Wsehinggat ='# + (m + n) @ sehingga pasak itu tampak pada sudut-sudut radiograf. seperti asa3itan pioa
Gambar 18.22b dan c, pasak-pasak ini tampak seperti garis pada raOiograf
Juga, dari segitiga sebangun TPT' dan p'Pp, pada 51, 52, 53 dan ,Sa. Karena empat garis itu radial 0ari titif uhma, titik
B k
sehmgga i
- B(h+d-D) a) |
utama diletakkan secara grafik maupun secara numerik dengan menarik garis-
D_h = h+d4 =__ff (e'l garis tersebut hingga perpotongannya. Perpotongan duadi antara empat garis
ini secara khusus akan menentukan letak titik utam4 tbtapi jika dari keempat
Misalkan Ap sama dengan m + n,yutu perbedaan pralaks antara titik garis itu digunakan dalam penyelesaian secara numerih dapat digunakan cara
P dmt A. Dengan mempersamakan (d) dan (e), mengganti Ap untuk m+ n kuadrat terkecil untuk memperoleh penyelesaian yang teuitr uait<. sumbu -r
dan dengan reduksi, diperoleh persam:um berikut untuk ketinggian ,r titikP di dan x'diambil sepanjang garis yang menghubungkan o dan o'.
atas bidang rujukan objek, Dalam praktek, stereoradiograf dibuat dengan mengikuti empat cara
-
n= DLD yang be6eda, yaitu: (l) radiograf objek tak bergerak menggunakan dua tabung
BdtDG (18.23) sinar-X yang stasioner (2) pemotretan radiograf kiri bagi objek tak bergerak
menggunakan satu tabung sinar-X, kemudian menggeratkan UUung
Dalam praktek, karena d hampir sama dengan D Mn Lp pada umum- -delgan
ke kanan untuk pemotretan kedua, (3) menggunakan satu tabung sinar-X tak
nya kecil bila dibandingkan terhadap B, diperoleh hubungan pendekatan bergerak dan menggerakkan objek antara dua pemotretan, dan (4) mengguna-
berikut: kan satu tabung sinar-X tak bergerak dan memutar objek (yang berada pada
suatu wahana) rujukan yang sendeng antara dua pemotretan. Tanpa memperha-
h=D+ @endekatan) (t8.u\ tikan metode yang digunakan, kecuali bila dilakukan dua pemofean iecara
serentak dalam metode 1, ada beberapa perbedaan waktu antara dua pemo-
Pernyataan berikut untuk menghitung koordinat ruang objek X pada ai tretan sementam kaset dipindah dan diganti dengan kaset yang berisi film yang
titik P diperoleh dari segitiga sebangun TPH dmt Tpo pada Gambar 18.22a, : belum dipakai untukradiograf kedua dan sementara tabung sinar-X aau objek
digerakkan ke posisi untuk radiograf kedua. Jika objek bergerak terhadap wa-
u
I

_xr(D - h) i
(18.2s) hana rujukannya selama waktu berlalu antara dua pemotreian, akan terjadi
^P- d paralaks y dan kesalahan lain pada sistem ini. Ada beberapa metode untuk
Dengan cam yang sama, suatu pernyataan untuk koordinat ruang objek fonpensasi kesalahan ini, akan tetapi agak kompleks dan berada di tuar ling-
I bagi titik P adalah: kup perbincangan ini.
Koordinat gambar radiograf, paralaks, dan beda paralaks dapat diukur
vtP _y"(D h) secara monoskopik untuk titik-titik tertentu dengan menggunakan sembarang
- -
d
(18.26)
skala yang dijelaskan dalam Bab 5. Paralaks dan beda paralaks dapat juga
Di dalam Persamaan 18.25 dan 18.26, sistem koordinat ruang objek diukur secara stereookopik dengan paralaks batang dengan keuntungan bahwa
berada di dalam bidang rujukan objek, titik pangkalnya berada titik utama dan sumbu koordinat tidak diperlukan dan titik-titik yang tak dike-
@a perpotong-
an garis Io radiograf dengan bidang rujukan objek, dan sumbu X merupalon tahui dapat diukur. Instmmen telah dirancang secara khusus untuk pengukuran
perpotongan bidang Too'T dengan bidang nrjukan objek. radiograf. Zeiss STR 1-3 yang disajikan dalam Gambar 18.23 menrpakan alat
Pada radiograf tidak terdapat tanda-tanda fidusial untuk menentukan le- termaksud. Instrumen ini dapat mengakomodasi radiograf hingga 40 cm2 dan
tak titik utama dan sumbu koordinat, oleh karena itu maka titik-titik utama dapat diamati ry9* stereoskopik dengan pernbsaran. Instrumen ini mampu
hams ditentukan letaknya dengan beberapa cara yang lain jika digunakan Per- menguktr koudinat, dan y dengan teliti seperti paralaks.
samruul 18.25 dan 18.26. [Ingat bahwa Persamaan 18.23 dan 18.24 hanya me- Kiranya tidak mungkin untuk menilai fotogrametri sinar-X dalam butir
merlukan pengukuran beda paralaks dari radiograf dan oleh karena itu tidak perbincangan pendek seperti ini. Meskipun demikian, pengantax singkat ini
perlu untuk menentukan letak titik utama dan sumbu koordinat s@ara cermat telah menjelaskan beberapa pendekatan dasar dalam menentukan posisi titik
jika digunakan paralaks batangl. Suatu metode sederhana untuk menentukan dalam nrang dan menurrjukkan beberapa masalah dalam fotogrametri sinar-X.
letak titik utama ialah dengan pergeseran letak oleh relief. Dalam metode ini,
T

636
.637
hngealruan hologrametri didasa*an pada temi gelombang sinar, yang
menyatakan bahwa sinar ditransmisikan dalam getaran sinusoidal teratur,
seperti dijelaskan dalam Butir 2.1. Karena sinar bergerak secara sinusoidal,
dimungkinkan untuk menghasilkan sinar yang lebih terang dari dua sumber
sinar, dengan menambahkan puncak gelombang ke puncak gelombang dan
, '|'
dimungkinkan juga untuk menghasilkan kegelapan dari dua sumber sinar
yang sama dengan jalan menambalrkan prncak gelombang ke lembah gelom-
bang. Asas ini disebutpercampuran (interference), seperti disajikan dalam
Gambar 18.2. Untuk sinar yang mempunyai kemampuan pencampuran,
hanrs bersaluran sempit dan monolaomatilq misalnya hanrs terdiri atas energi
dari panjang gelombang yang seragam. Sinar bersaluran sempit yang diguna-
kan di dalam hologrameri pada umumnya dihasilkan &ngan laser.

Terang
(penambahan
puncak gelombang
ke puncak gelombang)

Gelap
(penambahan
puncak gelombang
ke lembah gelorfrbang)

Gembar 1t.23 Sistem Stereoskopik Zeiss STR 1-3 untuk mengukw radiograf.
(Seizin Carl Zeiss, Oberkochen)
Gembar 1E.24 Asas percampuran sinar.
Mahasiswa yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang masalah ini
dianju*an riempetalari teUerapa nrjukan yang tertera @a akhir bab ini. Untuk menghasilkan hologram, dua sinar bersaluran sempit dihasilkan
dari sumber tunggal dengan menggunakan pengurai sinar. Pada Gambar 18.
25a misalnya sinar bersaluran sempit diarahkan ke arah pengurai sinar. Seba-
rt.15 HOLOGRAMETR,I gian dari sinar itu (sinat rujukan) memancar langsung ke hologram dan
sebagian memantul dari objek (sinar objek) dan juga mengenai hologram.
Hologrameri merupakan suatu perkembangan yang relatif baru di Pola-pola percampuran diciptakan oleh interaksi dari sumber sinar dan sinar
rhlam disiplin fotogrametri, tidak menggunakan foto melainkan hologran. pantulan dari objek yang direkam pada emulsi hologram. Emulsi ini dikem-
Befteda dingan pendekatan fotografik yang memerlukan foto stereo un[lk t)r bangkan dalam ruang gelap untuk memperoleh hologram yang dapat diguna-
memperoleh-kesan tigadimensional, gambaran tiga-dimensional -dengan ho- kan.
tograinefi dapat diperoleh dari hologram tungq4. Gambaran tigadimensional Gambar L8.25b mencerminkan rekonstruksi gambaran tiga- dimensio
ini, seperti stireom-odel foogramerik, dapat diukgr dan dipetakan. Sehgian nal suatu objek dari hologram. Dalam rekonstruksi, duplikat sinar rujukan
besar ierapan hologramefi tenrtama telah diarahkan unfirk penggunaan
jarak diarahkan ke hologram dengan sudut yang sama di dalam perekamannya pada
dekat (la'boratorium). Dengan aliasan inilah maka subjek hologrametri hologram. Seorang l,engamal di belakang hologram dapat memperoleh per-
disajikan dalam bab ini. sepsi tiga- dimensienal objek dari paduan sumber sinar dan pola-pola percam-
638 639
.

tanpa orientasi relatif, kecuali untuk menentukan posisi relatif hologram br-
puran hologram. Untuk seorang pengamat, gambar tamp4 safaEltar seperti
jita oUlet istinya langsung dilihat dari belakang jendela Gambar dapat dittkur hadap rekonstruksi sinar. Jika pelat hologram patah, seluruh model hologra-
metik dapat dipulihkan kembali dari setiap bagian dengan akibat menunrnnya
itau Oipetatan dengan menggunakan tanda pengukuran yang disinari sendiri
resolusi sedikit. Juga, karena hologram hanya berisi pola-pola perca,rnpuran
dan sisiem penyidikan seperti pada stereoplotter proyeksi optik.
dan tidak adanya titik-titik yang tergambar, goresan-goresan atiau noda-noda
Uturan ns* objek yang dapat direkam secara langsung pada hologram .) pada pelat menyebabkan tidak adanya kesrftaran khusus.
dibatasi oleh qkuran pelat hologram. Ini merupakan salah satu alasan menga-
Keterbasan sistem rekaman holografik ialah harus menggunakan sinar
pa holografi hingga saat ini terutama digunakan untuk pemetaan objek ber-
monolaomatik, memerlukan stabilitas sangat tinggi, dan waktu pemotretan-
i*u.n lecil. Jika <ligunakan panjang gelombang sinar ruju1an yang sama di nya relatif lama. Persyaratan sistem holografik terbatas untuk laboratorium.
dalam perekaman dan dalam rekonsguksi, gambar yang terbentgk akan br-
Sebalitnya sistern fotografik bersifat sangat rnobil dan dapat beroperagi da-
ukuran-sama dengan objek aslinya. Pemtresaran gambar yang direkonstruksi
lam berbagai lingkungan. Emulsi yang tersedia dapat merekam energi dari
dimungkinkan jita oi dalam rekonstruksi digunakan panjang gelombang sinar
spektrum ulEaviolet hingga inframerah dekat dan setiap sumber cahay4 ter-
saluran sempit yang lebih panjang daripada yang digunakan untuk merckam
masuk yang tidak bersaluran sempit dan monolromatik juga dapat digunakan.
hologram. Hologramefi dapat digunakan untuk pemetaan to_pografi, tetapi
Waktu pemotretan dapat sangat pendek dan kamera dapat dibawa dengan
proddur ini pertama-tama terdiri atas perolehan stereofoiografi biasa dan ke-
pesalvat terbang untuk pemotretan medan dari titik pengamatan yang tinggi.
hudian merelgm stereomodel hologram yang diciptakan dari foto bertampalan
Salah satu keunggulan besar fotografi ialah bahwa gambar yang dihasilkan
ini.
tampak seperti aslinya dan mudah dikenal, sehingga dapat diinterpretasi de-
ngan mudah.
Pengurai
cahaya
Sumbcr
RUJUKAN

Hologram Adamec, A.: Let's Not Forget Terrestrial Photogrammetry, Australian Surveyor,
vol.26, no" 3, hlm. 172,1974.
Agnard, J.: Canadian Contribution to Hologrammefry, Photogranmetric Engiw-
ering and Remote Sensing, vol.42, no. 3, hlm. 343,1976.
American Society of Photogrammetry: "Manual of Photogrammetry," ed. ke-3,
Objek tiga- Cahaya objek Falls Church, Va., 1966, Bab 19.
dimensional
"Handbook of Non-Topographic Photogrammetry," Falls Church,
Ya., 1979.
'Manual of PhotogrammeEy," ed. ke-4, Falls Church, Va., 1980,
Gambar 18.25 (o) Perekaman hologram. (b) Rekonstruksi gambar tiga dimen- Bab 16.
sional dari sebuah hologram. -: H., dan H. Krauss: An Orientation and Calibration Method for Non-Topo-
Bopp,
Hologrametri memiliki keunggulan maupun keterbaasan untuk peme- graphic Applications, Photogrammetric Engineering and Remote Scwing,
taan fotografi biasa. Keuntungannya yang utama antara lain adalah karena .) -: vol.44, no. 9, hlm. ll9l, 1978.
tidak adanya lensa yang digunakan dalam rekaman atau dalam rekonstruksi, Borchers, P. E.: The Photogrammetric Study of Structural Movements in Ar-
secara praktis tidak ada pembatasan optik seperti distorsi lensa, aberasi, ma' chitecture, Photogratnmetric Engineering, vol. 30, no. 5, hlm. 809, 1964.
salah fokus, atau keterbatrsan kesan kedalaman. Dua keunggulan yang ter- Brown, D. C.: Close-Range Camera Calibration, Photogrammetic Engineering,
akhir menyebabkan hologrametri terutama unggul bila dibandingkan dengan vol. 37, no. 8, hlm. 855, 1971.
fotogrametri biasa untuk bekerja dengan jarak sangat dekat. Keuntungan lain
hologrametri ialah model tiga dimensional dapat direkam pada pelat tunggal
@0 &t
t vol.31, no. 6. hlm. 195, 1975.
Burgc$, G. H., &n J. Zulqar-Nain: Dental Research using a close-Range System,
Leydolph,'W. K.: Stereophotogrammetry in Animal Husbandry, P hot ogrammetr i c
Plotogramtutric Engiruering, vol.34, no' 7' hlrn' 677,1968'
Engineering, vol. 20, no. 5, hlm. 804, 1954.
Erstman Koda& Co.: 'Tundamentals of Radiography," Rochester, N.Y., 1960.
Linkwitz, K.: A Precision Test Field for Close Range Photogremmetry, Photo-
Frascr, C. S.: Atmospheric Refraction Compensation in Teffestrial Photogram-
granwetric Record, vol. V[I, no.45, hlm. 501, 1975.
mety, Plologrottmettic Engineering and Remote Sensing' vol' 45' no' 9' ct
Malhotra, R. C.: Holography as Viewed by a Photogrammetrist, Photogrammetric
hlm. 1281, 1979.
Engineering, vol. 36, no. 2, hlm. 152, 1970.
Eyer, J. G., et al.: underwater 35 mm Photogrammetry, Australian surveyor, ]uol.
McNeil, G. T.: X-ray Stereo Photogrammeky, Photograrnmetric Engineering, vol.
29. no.7, hlm. 461,1979.
32, no.6, hlm. 993, 1966.
Grrbor, D.: Holography, 1948-197 l, Science, vol' 177, no' 4045' hlm' 299'
Moellman, D., dan H. Karara: Close-Range Photogrammetric Data Reduction
1972.
Related Scheme, ASCE Journal of the Surveying and Mapping Division, vol. 94,
Gates, J. 1V.: Position and displacement Measurement by Holography and
vol' V[I, no' 46, hlm' 389' 1975' no. SU2, hlm.2ll, 1968.
Techniques, Photogranmetric Record,
in Japan' Photogram' Mikhail E. M., dan G. Glaser: Mensuration Aspects of Holograms, Photogram-
Ghosh, S. K.: Photogrammetry for Police Use: Experience
metric Engineering, vol.37, no. 3, hlm. 267, 1971.
metric Enginecring otrd Reruote Sensing, vol' 45, no' 3' hlm' 329' 1980'
Newton, I.: Dmensional Quality Control of Large Ship Sructures by Photogram-
dan H. Nagaroja: Scanning Electron Micrography and Photogram'
mety, Plotogranmetric Record, vol. V[I, no. 4, hlm. 139, 1974.
mcty,PlotogronmetricEngineeringandRemoteSensing'vol'42'no'5'
Oshima, T.: Recent Development of Industrial Photogrammetry in Japan,
hlm. 649, 1976.
for Non-Topo- Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 42, no. 3, hlm.
Helleft, B.: Determination of Intcrior orientation of cammeras 339, r976.
graphic Photogrammetry, Microscopes, X.ray Instruments and Television
Engineering' vol' 26' no' 5' hlm' 74E' 1960' Salley, J. R.: Close Range Photogrsmmety: A Useful Tool in Traffic Accident
ir"g"r, Photogranmetric Investigation, Photogrammetric Engineering, vol. 30, no. 4, hlm. 568,
: 'X-ray Photogrammetry, Basic Geometry and Quality''' Elsevier
t964.
Publishing Co., Amsterdam, 1970'
Schernhorst, J. N.: Close Range Instrumentation, Photogrammetric Engineering,
Halsman, J.: Stereoscopic Medical Photography, Photogrammetric Engineering,
vol. 33, no. 4, hlm. 377,1967.
vol.22, no. 2, hlm. 374, 1956.
Scott P. J.: "Structural Deformation Measurement of a Model Box Girder Bridge,"
KarargH.M.:UniversalStereometricsystem,PhotogrammetricEngineering'
Photograttnetric Record, vol. IX, no. 51, hlm. 351, 1978.
vol. 33, no. ll, hlm. 1303'1957.
photogrammetric Singh, R. S.: Radiographic Measurements, Photogrammetric Engineering, vol.
_i Simple cameras for close Range Applicttions,
1972' 36, no. 11, hlm. 1137,1970.
Engineering, vol. 38, no. 5, hlm' 44'1,
Veress, S. A., et al.: An Anlytical Approach to X-Ray Photogrammetry, Photo-
Accuracy Aspects of Non-Metric Imageries, Photogrammetic
grarwnetic Engineering and Remote Sensing, vol. 43, no. 12. hlrn. 1503,
Engineering, vol' 40, no. 9, hlm. ll07,1974'
t977.
metric Enginccting od Remote Sensing, vol' 42, no' l' hlm' 37' 1976'
-iKobelin, J.: Mapping Street Intersections Using Close Range Photogrammetry' SOAL
Plotogrammetric Engineering and Remote Sensing' vol' 42' no' 8'
hlm'
-:Non-TopographicPhotogIammetry,L972.l976,Phologram.
10E3, 1976. 1 E.1 Jelaskan beberapa kegunaan fotogrametri terestial atau jarak dekat.
Konecny, G.: Structural Engineering Application of the Stereometric lE.2
Camera' Jelaskan perbedaan antara fototeodolit dan kamera stereometrik.
Plotogrammetric Engincering, vol' 31, no' 1, hlm' 96' 1955' I E.3 Suatu foto terestrial mendatar dipotret dengan teodolit yang mempunyai
Kratky, v.: Analytical X-Ray Photogrammetry in scoliosis, Photogrammetria, panjang fokusiya 50,00 mm. Berapakah sudut mendatar ALB pada
&2 il3
stasiun pmotretan dengan titik A dan B jika koordinat foto gambar a 164,96 mm. Jarak mendatar garis basis kamera sebesar 53,28 kaki.
dan b ialah xa= 32,45 mm, )a = 17,69 min, rD = 22,24 mm dan y6 = Elevasi kamera 105,88 kaki pada stasiun L dan 10,28 kaki pada stasiun
- Z'. Dengan menggunakan paralaks batang, diperoleh paralaks sebesar
29,73 mm.
I 8.4 Untuk data pada Soal 18.3 hitung sudut tegak dari stasiun Pemotretan 58,36 mm dan 41,29 mm bagi gambar titik a dan D dengan foto diarahkan
terhadap titik A dan B. seperti disajikan dalam Gambar 18.14. Koordinat foto gambar titik a dan
I 8.5 Selesaikan Soal 18.3 dan 18.4 secara grafik. D pada foto kiri diukur terhadap sumbu-sumbu fidusial sebesar xo = 9,64
I t.6 Seperti Soal 18.3 kecuali bahwa panjang fokus kamera 190,04 mm dan mm, !a= 19,26 mm, ,D =27,21 mm, dan )a = 38,84 mm. Hitung
koordinat foto terukur sebesar xa= 79,28 mm, la= 39,84 mm' .rb = koordinat X,I dan Z bagi titlk A dan B dalam sistem koordinat medan
45,00 mm dan y6 = 21,92mm.
- dalam Gambar 18.13 dengan menggunakan persamasn paralaks.
LE ,7 Hitung sudut tegak untuk titik A dan .B dalam Soal 18.5. Berapakah panjang garis AXI
1 E. E Selesaikan Soal 18.6 dan 18.7 secara grafik. 1 8.1 5 Suatu foto terestrial condong dipoEet dengan sumbu kamera mengarah ke
1 8 .9 Suatu foto stereo terestrial condong dipotet seperti disajikan pada Gam- bawah dengan sudut depresi 12'36'. Panjang fokus kamera 194,95 mm.
bar 18.10. Panjang fokus kamera sebesar 164,95 mm dan sumbu kamera Hitung sudut mendatar dan tegak antara sinar dari stasiun kamera terha-
miring ke atas dari horisonal dengan sudut 6o18'untuk kedua foto. Sudut dap objek titik A dan,B jika gambarnya memiliki koordinat foto yang
mendatar 6 dan 6'masing-masing diukur dari garis basis sebesar 82o25'
diukur terhadap sumbu-sumbu tepi sebesar ra = 85,72 mm, la= 19,40
mm, .rD = 51,88 mm dan yb= 46,27 mm.
-
dan 76o42'. Jarak mendatar garis basis 85,74 kaki dan elevasi stasiun -
pemotretan L dan L' masing-masing 104,93 kaki dan 103'57 kaki. 1t.16 Seperti Soal 18.15, kecuali sudut depresinya sebesar 10o30', panjang
Hitung koordinat medan X dan f daxi titik A jika koordinat foto gambar fokus kamera 90,01 mm, dan koordinat gambar diukur terhadap sistem
sumbu kamera sebesar xa= 1,70 mm, )a =
a pada foto kiri dan kanan sebesar ra = * 1,61 mm, la = 26,L7 fifitt, x4'
39,95 mm, rD = 57,22mm,
dan y6 - 40,86 mm.
-
= 63,57 mm, dan !a' = 23,24 mm. Anggap titik pangkal koordinat
-
medan pada stasiun kamera L, dan sumbu X berimpit dengan garis basis
lE.L7 Diskusikan tiga pendekatan dasar dalam menetapkan kontrol untuk foto-
grametri terestrial atau jarak dekat.
seperti disajikan pada Gambar 18.10.
18 . 10 Hitung elevasi titik A pada Soal 18.9.
1 8.1 8 Bacalah rujukan yang tertera pada akhir bab ini dan tuliskan laporan
singkat tentang salah satu keberhasilan penerapan fotogrametri sinar-X.
lt.11 Pada foto terestrial bertampalan di dalam Soal 18.9, koordinat gambar 1 8.1 9 Jelaskan perbedaan metode yang digunakan dalam memperoleh pa-
titik kedua B pada foto kiri dan kanan ialah.16 = 53,42 mm, y, = 22,51
sangan stereo,
mm, .rD ' = 2,78 mm, dan yb'= 26,37 mm. Hitung jarak mendatar garis
1 t .2 0 Ukurlah koordinat gambar dari puncak dan dasar pasah Sl hingga 54 pada
AB,
radiograf seperti pada Gambar 18.28b yang dicantumkan di bawah ini.
It .12 Suatu foto stereo terestrial mendatar dipotret dengan kamera stereo-
Gambarkan koordinat ini dan tentukan secara grafik koordrhat titik
metrik yang panjang garis basisnya 2,0O0 m. Panjang fokus kedua
prinsipal radiograf.Gambarlah koordinat ini dan tentukan secara grafik
kamera 90,00 mm. Koordinat gambar puncak menara gereja pada foto
koordinat titik prinsipal radiograf.
kiri dan kanan sebesar.r = 6,15 mfii, ) = 53,36 mm, x' = O,79 mm, dan y'
= 53,35 mm. Dengan menggunakan Persamaan paralaks, hitunglah
koordinat X,Y, dan Z puncak menara gereja itu dalam sistem koordinat Puncak dasar
medan dengan titik pangkal pada stasiun kamera kiri, seperti disajikan Pasak
pada Gambar 18.12. /'mm ,,mm ),mm
1t.13 Seperti Soal 18.12, kecuali bahwa panjang fokus kamera 64,00 mm,
.{ ,
s1 t2,49 237,53 18,o2 2t2,48
basis kamera 80 cm dan koordinat foto gambar tilik.A diukur pada foto S2 237,58 237,52 t92,95 2L2,51
kanan dan kiri sebesar xa= mm, )a = 4,83 mm, xo' mm, s3 237,54 12,53 193,03 37,50
-8,12 -13,91
dan Yr'= 4,83 mm. s4 12,56 12,50 17,97 37,46
1 t.1 4 Suatu foto stereo terestrial mendatar dipotret dengan ketinggian stasiun
Lt.2l Seiesaikan Soal 18.20 secara numerik dengan menggunakan 51 dan 52.
kamera tidak sama, seperti disajikan dalam Gambar 18.13. Sumbu
Ujilah sambillnenyelesaikan soal dengan menggunakan 52 dan 54.
kamera diorientasikan sejajar dan panjang fokus fototeodolit sebesar
w
It .22 Suatu pasangan stereo radiograf dengan memindahkan tabung sinar-X 3,6 BAB
inci antara dua pemotretan. .Iarak d dan D dari tabung sinar-X terhadap
bidang film dan bindang rujukan objek masing-masing sebesar 36,5 inci 19
dan 36,0 inci. Ap untuk gambar titik p terukur O,22 inci. Berapakah
ketinggian objek titik P di atas bidang rujukan objek? (Gunakan rumus
pendekatan dan logika dan bandingkan hasilnya).
INTERPRETASI FOTOGRAFIK-)
18 ,23 Untuk Soal 18-22, jlka koordinat terukur x dan y bagi gambar p pada
radiograf kiri sebesar 7p = 85,75 mm dan lp= 37,22mm, hitunglah
koordinat titik X dan I
Lt.24 Diskusikan keunggulan dan keterbatasan hologramehi bila dibandingkan
terhadap foto grametri konvensional untuk pemetaan.

I9.1 PENGANTAR

Interpretasi fotografik merupakan kegiatan memeriksa citra foto dengan


maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya. Akan te-
tapi proses interpretasi tidak terbatas pada pengambilan keputusan tentang
objek apa yang tampak dalam foto. Interpretasi itu biasanya juga meliputi
penentuan lokasi relatif dan luas bentangannya. Ini memerlukan sekurang-ku-
rangnya beberapa pengukuran fotogrametrik elementer dan teknik pemetaan
seperti yang dibincangkan pada bab-bab sebelum bab ini. Meskipun bab ini
memusatlan pada penggunaan foto udara konvensional untuk melakukan in-
terpreiasi citra, banyak juga sumber informasi lain yang tersedia. Ini termasuk
citra yang diperoleh dengan sistem sensor satelit, penyiam termal, penyiam
multispektral, sistem radar (SLAR), dan instrumen gelombang milno pasif.
Citra yang diperoleh dari sumber-sumbr ini dibincangkan dalam pokok per-
bincangan penginderau jauh(rcmote sensing) dan dijelaskan dalam Bab 20.
Foo udara yang mengandung rekaman rinci permukaan bumi pada saat
pemotretan. Seorang penafsir foto memeriksa foto secara sistematik, tetapi
sebagai tambahan juga rnempelajari bahan lain seperti peta dan laporan peker-
jaan lapangan. Interpretasi dilakukan berdasarkan kajian ini bagi objek-objek
yang tampak pada foto. Keberhasilan dalam interpretasi foto akan bervariasi
sesuai dengan latihan dan pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinter-
pretasi, dan kualitas foto yang digunakan. Penafsir foto yang paling cakap
,T pada umumnya memiliki kemampuan pengamatan yang tajam ditambah ima-
jinasi dan kesabaran yang tinggi

t) Oleh Dr. Ralph \[r. (icfcr, Profesor tctnik sipil dan lingkungan, Univenitas Wisconsin,
Medison, \Yircqrsin,
&6 @7

Interpretasi foto telah dilakukan dengan keberhasilan besar dalam se- Tekstur ialah ftekuensi perubahan rona daliam citra foto. Tekstur dihasilkan
gala bidang, termasuk pertanian, kepurbakalaan, konsewasi, keteknikan, eko' oleh susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk
logi, kehutanan, geografi, geologi, meteorologi, sandi kemiliteran, pengelo- dikenali secara individual dengan jelas pada foto. Tekstu merupakan
laan sumber daya aliam, oseanografi, ilmu tanah, kekotaan dan perencanaan hasil bentuk, ukuran, pola bayangan dan rona individual. Apabila ska-
wilayah. Dengan mendasarkan pada rujukan yang dicantumkan pada akhir bab la foto diperkecil maka tekstur suatu objek menjadi semakin halus dan
ini, mahasiswa dapat mengetahui berbagai cara penggunaan interpretasi foto bahkan tioat tarnpat. Pada foto skala besar, misalnya tegakan spesies
untuk memecahkan belbagai masalah praktis. pohon kayu berdaun lebar seperti pohon bass dan pohon-oak, dapat
itiUeOatari dengan pohon berdaun lembut seperti jenis pohon poplar.
Pembedaannya didasarkan atas teksturnya yang lebih kasar.
I9.2 KARAKTERISTIK DASAR CITRA FOTOGRAFIK Sirrs atau lokasi odek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat
Suatu studi foto udara secara sistematik biasanya melibatkan pedm- bermanfaat dalam identifikasi. Sebagai misal, kincir air mungkin lebih
bangan karakteristik dasar cioa foto. Tujuh karakteristik tersebut adalah ben- sukar diidentifikasi jika berada pada ladang di dekat gudang, dan akan
tuk, ukuran, pola, bayangan, rona, tekstut, dan situs. lebih mudah untuk diidentifikasi jika terdapat di taman hiburan.
Bentuk berkatian dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu Gambar 19.1 merupakan suatu stereogmm foto udara yang menunjuk-
objek individual. Bentuk agaknya merupakan faktor tunggal yang pa- kan bagian Kampus Madison universitas wisconsin. Angka pada gambar
ling penting dalam pengenalan objek pada citra foto. Jalan kereta api tersebul menunjulkan objek yang dapat diidentifikasi berdasarkan perpaduan
misalnya dibedakan dengan jelas dari jalan raya karena bentuknya karakteristik kf,usus seperti bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona,-tekstur,
terdiri atas garis lurus panjang yang membentuk lengkung lemah dan dan situs. Beberapa objek yang dapat diidentifikasi adalah (1) danau, (2) pohon
berbeda dengan bentuk lengkung jalan raya. yang menggugurkan-daun sicara rnusiman, (3) mobil yang diparkir (4)
Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai dengan skala foto. Objek dapat iejumlatr gedung bertingkat, (5) cerobong asap, (6) trotoar, (7) bayangan
disalahtafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat. Suatu al ,
bangunan, dan (8) bayangan Pohon.
kandang anjing misalnya, mungkin disalahtafsirkan sebagai lumbung
{r - Meskipun mempertimbangkan karakteristik dasal citra biasanya cukup
jika ukurannya tidak diperhatikan. untuk identifikasi objek yang jelas seperti kenampakan yang disajikan dalam
Pola&rkaitan dengan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum Gambar 19.1, interpretasi foio yang berhasil untuk situasi yang rumit me-
tertentu atau keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek, baik merlukan teknik yang khusus. Untuk menentukan spesies pohon atau esti-
alamiah maupun buatan manusia, dan membentuk pola objek yang masi kondisi medan seperti tipe batuan induk, tekstur tanah, dan karal:teristik
dapat membantu penafsir foto dalam mengenalinya. Misalnya saja pengaturan merupakan contoh pekerjaan rumit yang tidak dapat dipecahkan
gedung pertunjukan dengan penonton yang melihat langsurrg dari hanya dengan karakteristik dasar cira saja.
mobil yang diparkir di luamya, tata letaknya tertentu dan pola ruang
parkimya dapat membantu dalam identifikasinya"
Bayangan penting bagi penafsir foto karena dua hal yang berlawanan yaitu: 19.3 INTERPRETASI FOTO UNTUK KEHUTANAN
(1) bentuk atau kerangka bayangan menghasilkan suatu profil pandang-
Interpretasi foto dapat membantu dalam pemetaan spesies pohon, pe-
an objek yang dapat membantu dalam interpretasi; dan (2) objek dalam
bayangan memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk dikenali pada nentuan umur, kerapahn dan ukuran pohon, dan juga dapat digunakan untuk
pemecahan masalahlain yang berkaitan dengSn kehutanan seperti evaluasi ke-
foto, yang bersifat menyulitkan dalam interpretasi.
Rona mencerminkan wama atau tingkat kegelapan gambar pada foto. Ini ,) iusakan oleh kebakaran, tama, dan penyakit. Penggunaan interpretasi foto
berkaitan dengan pantulan sinar oleh objek Air yang menyerap hampir untuk identifikasi spesies pohon akan digambarkan di sini')'
semua sinar yang mengenalinya, pada foto tampak hitam, sedangkan
jalan raya yang diperhras dengan semen memantulkan sinar dengan *1 Butir 19.3 didasarkan pada bahan yang terdapat dalam laporan victor G. Zsilinszky.
persentase tinggi sehingga menghasilkan rona yang sangat cerah. "Interpretasi Spesies Pohon di Ontario" Edisi ke-2, rcvisi. Departemen Tanah dan Perta-
Tanpa perbedaan rona, bentuk, pola, dan tekstur objek tidak akan dapat nian, canada, l966aMr. Zsilinszky menyajikan Gambar 19.2 dan 19.3 serta mengizin-
dikenali. kan penggunaan bahan dari laporannya.
I
&9

tegakan yang cukup berbeda untuk beberapajenis spesies. Bayangan pohon


seringkali menggambarkan profil pohon dan dapat membantu dalam identi-
fikasi spesies. Ronapda foto udara tergantunS pada banyak faktor, dan tidak
mungkin menghubungkan secara mutlak nilai rona dengan spesies pohon

rf (,
secara individual. Akan tetapi rcna relatif pada foto tunggal atau dalam jalur
foto, dapat membantu banyak dalam i&ntifikasi spesies. Vmiasi tekstur tajuk
penting dalam identifikasi spesies, misalnya saja beberapa spesies mempu-
nyai kenampakan berjumbai, yang lain tampak halus, dan yang lain lagi ke-
lihatan mengombak. Situs dapat juga memegang peranan penting dalam
,'l{ identifikasi pohon, seperti misalnya spesies tertentu yang hanya terdapat pada
t ',1 tanah-tanah tinggi atau pada lereng-lereng, dan yang lain ditemukan hanya
).i+ pada daeratr{aratr rendah atau rawa-rawa"
,,ri.i Keberhasilan interpretasi foto untuk identifikasi spesies pohon tergan-
',
tung pada berbagai parameter fotografik seperti musim, jam pemotretan, skala
:' foto, dan kombinasi film-filter yang digunakan. Ilustrasi yang dicantumkan di
4
sini ialah steroognm tegak yang menggunakan film pankromatik.
r Suatu tegakan asli pohon qemara hitam (daerah yang dibatasi) yang
I dikelilingi oleh sejenis pohon 'aspen' ditunjukkan pada Gambar 19.2. Pohon
cemara hitam adalah pohon pinus dengan tajuk yang sangat ramping dan
mengarah tegak ke puncak. Dalam tegakan asli, kanopinya mempunyai pola
teratur dan ketinggian pohon sama atau berbeda sesuai dengan kualitas situs-
nya. Tekstur tajuk pohon cemara hitam, pohon aspen merupakan pohon yang
menggugurkan daun secara musiman dengan tajuk yang membulat sehingga
terdapat ruang terbuka di antara pohon-pohon. Perbedaan besar dalam tekstur
foto antara pohon cemara hitam dan pohon aspen ditunjukkan sangat jelas
pada Gambar 19.2.
Tegakan pohon balsam dan pohon cemara hitam ditunjukkan dalam
fi' Gambar 19.3. Pohon Balsam merupakan pohon pinus yang simetris dengan
Ii - puncak yang tajam. Karena tajuk melebar dengan cepat ke arah bawah dan
|?
percabangannya rapat, pohon balsam biasanya tampak lebih tebal daripada
Gembar 19.1 Stereogram Universites Wisconsin, Kampus Madison, objek- pohon cemara hitam yang lebih ramping. Daerah 2 ialah tegakan asli pohon
objek yang diidentifikasi adalah: (l) danau, (2) pohon gugur daun musiman, 1t; cemara hitam. Daerah I ialah tegakan campuran terdiri atas 607o pohon
mobil yang diparkir, (4) sejumlah gedung bertingkal (5) cerobong asap, (6) tro- balsam dan407o pohon cemara hitam.
toar, (7) bayangan bangunan, dan (8) pohon. Skala foto I : 4.800. (Seizin State of Tegakan pohon balsam sering mengalami perubahan ukuran yang tak
'W'isconsin,
Department of Transportation). menentu, membentuk profil tegakan yang tak sama dan pola tegakan yang
tidak teratur. Perhatikan perbedaannya pada Gambar 19.3 antara tekstur halus
Karakteristik dasar cifa seperti bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona,
dan merata (hampir seperti permadani) pola pohon cemara hitam dibandingkan
tekstur dan situs yang dijelaskan dalam Butir 19.2 berbeda bagi jenis pohon
dengan tekstur yang lebih kasar, pola yang lebih tidak menentu bagi pohon
yang berbeda dan oleh karenanya dapat digunakan oleh penafsir untuk mem-
balsam.
bantu dalam identifikasi spesies pohon. Spesies pohon secara individual
Proses identifikasi spesies pohon dengan menggunakan interpretasi fo-
mempunyai karakteristik sendiri dalam ukuran dan bentuk tajufnya. Beberapa
to udara pada umumnya tidak sesederhana seperti yang digunakan sebagai
spesies seperti pohon 'oak' mempunyai tajuk membulat, pohon balsam
mempunyai tajuk berbentuk-kenrcut, dan yang lain seperti pinus putih mem-
punyai tajuk berbentuk-bintang. Susunan tajuk pohon menghasilkan pola
I
650 651

jenis pinus dapat dibedakan dari jenis kayu keras pada umur yang lebih muda
Sebagai tambahan, tegakan individual tampak berbeda-beda sesuai dengan
umur, kondisi situs, lokasi geografi, susunan geomorfologi dan faktor-faktor
lain. Variabel lain yairg menyulitkan dalam identifikasi spesies pohon ialah

.l r
jam pemofretan (arah dan intensitas penyinaran), tipe tanah, kandungan ke-
lembaban dalam tanah, dan topografi. Akan tetapi, di samping variasi dan
kerumitan ini, identifikasi spesies pohon pada umumnya dapat berhasil baik
apabila dilakukan oleh penafsir yang terlatih dan berpengalaman.

19.4 ELEMEN DASAR DALAM INTERPRETASI FOTOGR.A.


FIK UNTUK ANALISIS MEDAN
Berbagai karakteristik medan penting bagi ahli tanah, geologiwan, ge-
ografiwan, ahli teknik, perencana kota dan wilayah, arsitektur bentang lahan,
dan lain-lain untuk mengetrhui kondisi tanah dan bahran. Karakteristik medan
utama yang dapat dipe*irakan dengan cara interpretasi foto udara yaitu bentuk
Gambar 19.2 Pohon cemara hitam (daerah yang dibatasi) dan pohon aspen,
Ontario, Kanada, skala foto l: 16.000. (Seizin Ontario DePt' of Lands and lahan geologi*), tipe batuan induk, tekstur trnah dan kelenturan tanah, kondi-
Forests). si pengaturan situs, kerenianan terhadap banjir, dan kedalaman tutupan tanah
atrs batuan induk.
Untuk memperkirakan kondisi medan di atas, penafsir foto mengkaji
karakteristik individual elemen-elemen bentang lahan secara terpisah dan
dalam hubungan masing-masing satu sama liain dan mencari keterangan arti
maupun interalasinya Penalaran yang bersifat deduktif dan induktif dibutuh-
kan untuk memperoleh hasil yang baik. Untuk perkiraan kondisi medan ada
lima elemen dasar yang dapat dikaji secara stereoskopik dari foto udara, yaitu:
(l) bentuk topogqafi, (2) pengaturan, (3) erosi, (4) rona pada foto, dan (5) ve-
getasi dan penggunaan lahan. Kesemua ini dapat dijelaskan secara singkat
sebagai berikut

l. Bentuk topografi. Ukuran dan bentuk suatu bentuk lahan barangkali


merupakan karakteristik paling penting untuk identifikasi. Sering terdapat
suatu perubahan topografi yang jelas pada batas antara dua bentuk lahan,
seperti dapat dilihat dalam beberapa ilustrasi contoh pada foto udara
berikut
.)
Gambar 19.3 Pohon balsam (1) dan pohon cemara hitam, (2) Ontario, Kanada, t) Istilah bentuk lahan yang digunakan di sini merupakan suatu bentuk topografi, geologi,
Skala foto 1 : 16.000. (Seizin Ontario Dept. of Lands and Forests).
tanah, atau bahan batuan tertentu. Sebagai contoh, bukit pasir mempunyai bentuk topo-
grafi yang berbeda yang dapat dikenali pada foto udara; geologi aslinya adalah aoliaz
contoh pada Gambar 19.2 dan i9.3. Hasil pekerjaan interpretasi foto di on- (endapan-angin); dan partikel tanah dalam bukit pasir hampir seluruhnya berukuran pasir
tario menunjukkan bahwa pekerjaan sukar untuk melakukan identifikasi spe- sesuai dengan hasil peEisahan oleh angin selama pcmbentukan bukit pasir. Contoh lain
sies pohon hingga pohon-pohon yang berumur lebih dari 20 tahun, meskipun bentuk lahan geologi ialah teras sungai, beberapa endapan es atau glasial.
652 653

2. Pengatusan. Pola pengatusan dan tekstur yang lampak_pada foto udara isttkprofil parit, dimungkinkan untuk memperkirakan apakah qan{-im
dap,-at digunakan seUag-A petunjuk bentuk lahan dan tipe batqan induk dan didoniinisi olen pasir dan kerikil,lumpur, atau lempung. Gambar 19.5
iula taratteristik tanah dan kondisi pengatusan situs- Gambar 19.4 menunjultan tiga tipe bentuk irisan melintang parit Parit pendek dengan
henunjuktan pola pengatusan "dendritik" (seperti pohon) bertekstur-kasar irisan melintang berbentuk huruf V (Gambar 19.5a\ berkembang pada
dan-halus. fola pengaiusan dentritik merupakan pola aliran yang paling pasir dan kerikil, parit dengan irisan melintang berbentuk-huruf U
umum ditemukan di atam. Pola tersebut berkembang pada berbagai (Camtar 19.5b) belkembang pada amh berlumpur, dan paril-parit panjang
kondisi medan, termasuk kondisi material homogen yang tidak terurai dan dengan irisan melintang membulat (Gambar 19.5c) berkembang pada
batuan yang mempunyai ketahanan seragam terhadap erosi, seperti batuan lempung.
sedimen beilapis secara mendatar dan batuan granit. Di dalam suatu daerah
iklim tertentu-, pola bertekstur-kasar akan cenderung berkembang pada
tanah dan batuan yang mempunyai pengatusan internal yang baik dengan
aliran permukaan kecil, sedangkan pola bertekstur-halus cenderung
berkembang pada tanah dan batuan yang pengatusan internahya jelek dan
aliran perniukaan tinggi. Demikian pula pada batuan lunak dan mudah
tererosi seperti batuan serpih, akan cenderung berkembang menjadi pola
bertekstur:halus, sedangkan pada batuan masif dan keras seperti batuan
ganit, akan beftembang menjadi pola bertekstur-kasar.
-\,/-l--L_l-l-\,
3. Erosi. Erosi ditunjulftan
-kecil oleh ukuran dan bentuk parit (kenampakan (bl
pengatusan paling yang dapat dilihat pada foto udara). Parit mungkin
[er,itu.an UeUeripa kaki dalamnya dan beberapa ratus kaki panjangnya. rl
Melalui Pengamatan atas irisan melintang, pandangan atas dan karakte-
Gsmbar 195 hisan melintang parit secara ilustratif. (a) Puit pada pasir dan
kerikil; (D) parit pada lumpur; (c) parit pada lempung berlumpur atau lempung.

4. Rona Foto. Nilai absolut rona foto tidak hanya tergantung pada karakte-
ristik medan tertentu seperti fotografi dan kandungan kelembaban tanah,
tetapi juga pada faktor-faktor fotografi seperti kombinasi film-filter, saat
pemotretan, dan proses fotografi. Rona juga tergantung pada taktor
fuimatotogi dan meteorologi seperti kabut atmosfer, sudut matahari, dan
bayangan awan. Seperti halnya interpretasi foto untuk kehutanan, inter-
pretasifoto untuk memper*irakan kondisi medan mendasarkan phda eva-
iuasi relatif nilai rona. Nilai rona'relatif ini sangat penting karena rona
a) membentuk pola fotografi yang mempunyai makna yang besar. Pola rona
yang berbercak-bercak merupakan karakteristik tanah tilt glasial berteks'
tnr-halus seperti yang digambarkan pada Gambar 19.7 yang merupakan
(a) (b) contoh baik tentang arti pola rona fotografi dalam proses interpretasi foo
udard"
Gember 19.4 PoIa Pengatusan secara ilustratif, (a) pola dendritik bertekstur-ka-
sar, (D) pola dendritik bertekstur-halus.
?

654 655

5.Vegetasi dan Penggunaan lalwn. Perbedaan vegetasi alamiah dan budi daya 19.5.2 Till Glasial
'sering menunjukkan perbedaan dalam kondisi medan. Sebagai contoh,
Gambar 19.7 menunjukkan pengatusan yang jelek, tanah till glasial
kebun jeruk dan kebun anggur umumnya terletak pada tanah berpengatus- (lempung berlumpur) berbutir halus di Madison, Indiana. Topografinya
an baik, sedangkan aktivitas pertanian sayur-mayur sering menggunakan
tanah-tanah yang mempunyai kandungan organik tinggi seperti kotoran
dan tanah gambut.
,l (
dengan relief sangat halus. Perbedaan antara
paOa Aaeran sehas I
titik terendah dan titik tertinggi
mil2 kurang dari 20 kaki, seperti tampak pada gambar.
Karena topografinya datar dan secara geologi umur bentuk lahan ini muda,
maka tidak ada pla aliran permukaan yang berkembang baik dan erosi yang
terjadi sangat kecil. Saturan atau aliran permukaan buatan dan diran di bawah
19.5 INTERPRETASI BENTUK LAHAN permukaan (saluran tertimbun) yang tampak di beberapa tempat pada foto ini
merupakan kunci bagi aliran intemal tanah yang jelek. Perbedaan ronafoto
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, salah satu karakteristik utama membentuk pola berbercak-bercak yang merupakan karakteristik daerah till
medan yang dapat diperkirakan dari interpretasi foto udara ialah bentuk lahan glasial dengan tanah berbutir halus. Perbedaan rona, terutama yang ber'
geologi. Butir ini meliputi contoh foto udara yang menggambarkan tiga ben- kembangbaik di daerah C daurtD disebabkan oleh peftedaan pemantulan
tuk lahan geologi yang berbeda. Masing-masing dari ketiganya dijelaskan
secara singkat, dan elemen-elemen dasar yang dijelaskan dalam Butir 19.4
yang digunakan dalam interpretrsinya juga dibincangkan.

19.5.1 Esker
Gambar 19.6 menunjukkan suatu stereogram foto udara sebuah es[er
,i
(A) yalng mengalir melalui daerah tilt glasial (B). Esker merupakan suatu
endapan pasir dan kerikil berlapis yang dibentuk oleh sungai yang mengalir
pada atau di dalam atau di bawah es glasial. Setelah es glasial mencair, pasir
dan kerikil tetap tertinggal dan membentuk igir sinusoidal. Di berbagai darah
geografik, esker merupakan sumber pasir dan kerikil yang penting untuk
bahan bangunan. Till glasial merupakan campuran yang tidak terpilah antara
berbagai kerikil, pasir, lumpur, dan lempung yang dibawa pada dan dalam es
glasial dan diendapkan di atas bahan setelah es glasial merrcair.
Bentuk topografi esker merupakan karakteristik tunggal yang penting.
Esker pada Gambar 19.6 membentuk igir sinusoidal yang lebarnya 150 sam-
pai 300 kaki dan tingginya 20 sampai 40 kaki di atas till glasial di
sekitarnya. Karena pengatusan internal sangat baik melalui pasir dan kerikil,
tidak ada pola aliran yang berkembang dan erosi yang terjadi tidak berarti.
Ronafoto pada esker cerah seragam bila dibanding dengan till glasial dengan ,J
pola berbercak-bercak. Vegetasi dan penggunaan lahan pada esker berbeda
dengan pada till glasial. Pada esker tidak ditanami karena lerengnya curam dan
pengatusan tanahnya baik dan berlebihan, sedangkan daerah till glasial di se-
kitamya ditanami.
Gambar 19.6 Esker di wisconsin Bagian utara" Skala Foto 1 : 20.m0. (Senin
U.S. Dept. of Agricuhure, ASCS.)
r
I
i

6s6 i 657

sinar matahari sesuai dengan perbedaan kandungan kelembaban tanah. Tanah da memprnyai gradien yang curam dan secara aktif telah mengalami pelebar-
pada onggokan kecil yang muncul (2 sampai 3 kaki) lebih kering sehingga an dan pendalaman lembah oleh erosi. Alirannya relatif h:rus dan pada umum-
ronanya lebih cerah. Daerah sekitarnya lebih basah dengan rona yang lebih nya tidak membentuk dataran banjir. Sungai dewasa mempunyai gradien yang
gelap. Gambar 19.7 diporet ketika tanaman penutupnya tidak lebat (perte-
ngahan hni). V e getasi dan penggunaan lahan merupakan karakteristik daerah
pedesaan dengan hampir semua daerah tertutup tanaman. Tanah till glasial
,1 |

Grmber 19.7 Till glasial berbutir halus di Indiana Bagran Utara skala foto I :
20.m0. (Seizin U.S. Depr of Agriculture, ASCS.)

berbutir halus, terutama di daerah depresi dengan rona lebih gelap, mempu- ll
nyai kandungan kelembaban tinggi dan tegangan permukaan rendah. Di dae-
rahdaerah seperti ini diperlukan perencanaan dan perancangan secara hati-hati
untuk menghindari kegagalan dalam pengerasan jatan raya atau kondisi fonda-
Gambar 19.E Dataran banjir di Indiana, saluran sungai saat ini dapat dilihat
si rumah yang kurang sabil. padaPC, saluran tertimbun pada AC , endapan pasir pada PB, Danau busur panah
19.5.3 Dataran Banjir I
pada OX, dn air urut pada SI{. Skala foto : 27.000. (Seizin U.S. Dept. of
Agricdlture, ASCS).
Gambar 19.8 menunjukkan suatu dataran banjir sungai. Formasi
dataran banjir merupakan bagian siklus geomorfik fluvial biasa. Sungai mu-
r
658 659

lebih datar dan mengendapkan secara aktifbahan-bahan pada dataran banjir se- an air surut berbutir halus dan berpengatusan jelek, ditunjukkan pada SlY. Pa-
lama periode banjn. Alixan ini membentuk meander dengan lebar jalur mean- da daerah ini terdapat sistem pengatusan artifisial yang dikembangkan dengan
der kira-kira sama dengan lebar lembah. Sungai tua mempunyai gradien sede- baik, terdiri atas saluran terbuka dan alur-alur buntu di daerah endapan air
mikian landai dan dengan lebar dataran banjir beberapa kali lebar jalur surut. Tanpa sistem pengatusan ini, tanah akan terlalu basah untuk tanaman.
meander. Dalam analisis dataran banjir, seperti pada bidang interpretasi foto
,) r.
udara yang lain, banyak kenampakan penting yang dapat dilihat pada foto
Pembentukan dataran banjir merupakan suatu proses pengendapan.
Sungai mengangkut material terutama melalui proses penarikan (muatan da- udara dan mungkin tidak terlihat oleh pengamat di lapangan. Akan tetapi,
sar) dan mengembangkan (muatan melayang) material. Apabila sungai tidak keterbatasan foto udara ialah karena foto terutama hanya memperlihatkan
mampu mengangkut material di atasnya (karena muatan total melebihi kapa- kondisi tanah permukaan, dan di dalam hd tanah dataran banjir, sering terda-
sitas sungai atau ukuran partikel melebihi kemampuan sungai) akan terjadi pat perbedaan yang berarti dalam karakteristik tanah pada kedalaman yang
pengendapan. Dataran banjir terbentuk melalui proses perkembangan meander berbeda. Endapan tertimbun granuler (misalnya endapan pasir) atau tanah-
normal dan oleh banjir yang melebihi tanggulnya. Perkembangan meander tanah organik tertimbun (misalnya saluran tertimbun atau bentuk busur)
menghasilkan pembentukan berbagai kenampakan seperti endapan pasir, mungkin terjadi pada dataran banjir. Di dalam proses interpretasi foto
endapan saluran, saluran tertimbun, dan danau berbentuk busur. Kenampakan- biasanya diperlukan bahkan selalu dianjurkan, untuk menopangnya dengan
kenampakan ini mempunyai tipe tanah yang sangat berbeda-beda, dari pasir kerja lapangan secara selektif, terutama apabila diperlukan untuk mempelajari
dan kerikil pada endapan pasir hingga lumpur, lempung, dan tanah-tanah karakteristik kedalaman tanah.
organik pada bentuk busur. Endapan lumpur oleh banjir yang melampaui
tanggul dan lempung pada air surut (air tenang) dan pasir serta lumpur kasar
pada dan dekat tanggul alam sepanjang sungai. Tanah-tanah dengan kandungan 19.6 INTERPRETASI JENIS BATUAN INDUK
organik tinggi berkembang dalam endapan air surut.
Medan dataran banjir mempunyai relief datar dengan ketidakteraturan o Melalui kajian cermat atas foto udara, penafsir yang terlatih dapat
kecil serta gradien yang landai ke arah muara. Endapan trnahnya kompleks mengidentifikasi tipe-tipe batuan yang berbeda. Gambar 19.9 dan 19.10
dan bervariasi. Kedalaman tanah hingga batuan induk juga bervariasi, tetapi menyajikan perbedaan yang jelas atas kenampakan dua tlpe batuan yang ber-
dataran banjir yang lebar pada umumnya endapan tanahnya lebih dalam. beda. Perbedaan dalam kenampakan ini merupakan hasil perbedaan lapisan,
Pengatusan tanah internal umumnya jelek sesuai dengan muka air tanah yang retakan, pengatusan internal, dan ketahanan terhadap erosi bagi batuan ini.
tinggi. Seorang penafsir hams mempertimbangkan topografi, pengatupan, dan karak-
Arti keteknikan dataran banjir ialah dicirikannya oleh variasi yang be- teristik erosi untuk membedakan antara jenis batuan yang berbeda
sar dalam tanah, baik arah mendatar maupun tegak, dan peka terhadap banjir Gambar 19.9 menunjukkan batu pasir, suatu batuan sedimen yang ter-
pada interval periodik. Pengembangan dan bangunan banr pada dataran banjir bentuk dari partikel-partikel pasir yang tersemen dan tersusun dalam lapisan
dapat dilakukan hanya apabila perlu, dan juga setelah kajian yang cermat mendatar. Batuan ini relatif lolos air dan resisten terhadap erosi serta penuh
tentang kondisi tanah, pengatusan tanah interval, kondisi air tanah, dan dengan retakan (rekahan secara tegak) dalam dua arah yang mendekati lurus.
frekuensi serta keparahan banjir. Karena karakteristik ini, maka banyak berkembang aliran permukaan dan
Dataran banjir yang disajikan pada foto udara dalam Gambar 19.8 ialah aliran bertekstur-kasar (lihat Gambar 19.4a). Sungai-sungai yang membentuk-
White River di Knox dan Daviess Counties, Indiana. Topografinya sangat nya memotong sequa dalam atas batuan batu pasir dalam arah yang menjurus
datar pada dataran banjir ini (ilustrasi tidak stereoskopik). Sebagian besar sejajar dengan retakan utama
kenampakan dataran banjir yang disebutkan sebelumnya dapat dilihat pada r) Gambar 19.10 menunjukkan batuan serpih, suatu batuan sedimen yang
gambar ini. Saluran sungai saat ini dapat dilihat pada PC. Saluran tertimbun terbentuk dari lumpur yang tersemen dengan partikel-partikel lempung yang
dapat dilihat pada AC . Endapan pasir ditunjukk M pad^ PB . Endapan pasir ter- tersusun dalam lapisan mendatar dan lebih tipis daripada lapisan batu pasir.
sebut berupa igir-igir kecil yang terdiri dari pasir dan kerikil yang pada foto Batuan serpih (shale) benifat lolos air dan lebih mudah tereosi bila dibanding
tampak dengan rona cukup cerah karena pasirnya dan karena berpengatusan dengan batu pasir (sandstone). Karena karakteristik ini, sungai-sungai
baik. Danau bentuk busur yang ditunjukkan OX mengandung air tergenang membentuk pola aliran dendritik bertekstur-halus (lihat Gambar 19.4b) dan
dangkal yang sedikit demi sedikit terisi dengan pertumbuhan organik. Endap- berkembang pengit<isan bentang lahan yang kecil-kecil.
661
660

Skala Foto I :
Gambrr 19.10. Batuan Serpih (Shale) di Utah Bagian Selatan'
Gambar 19.9 Batu Pasir (Sandstone) Di Utah Selatan, Skala Foto I : 20.000. 20.000. (Seizin U'S. Geological survey)'
(Seizin U.S. Geological survei ).

Banyak tipe batuan lain seperti batu kapur, granit, dan basal yang da- RUJUKAN
pat juga diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan interpretasi foto udara
seperti yang dibincangkan di atas. Akan tetapi mahasiswa tidak boleh salah (1 AmericanSocietyofPhotogrammetry:'ManudofPhotographiclnterpretation'''
mengerti dalam menyimpulkan bahwa identifikasi semua batuan semudah Falls Church, Va., 1960'
Engineering' vol' 32' no'
seperti dalam contoh di atas. Sesungguhnya banyak batuan yang sangat rumit Anson, A.: Color Photo Comparisor., Photogrartmetric
dan membutuhkan kajian yang banyak dan pengalaman sebagai latar bela- 2, hlm' 286,1966.
kangnya. Untuk kajian lebih lanjut dapat dipelajari beberapa rujukan pada Photogrammetric
Avery, T. E.: Evaluating the Potential of Photo Interpreters'
akhir bab ini. EngineerinS,.vol' 31, no' 5, hlm' 1051' 1965'
62 63
Lattman, L. H., dan R. G' Ray: 'Aerial Photographs in Field Geology," Holt'
Rinehart and Winston, Inc., New Yorh 1965'
Haudbook No. 308, U.S. Department of Agriculture, Forest Service, De-
sember 1969. Leachtenauer, J. C.: Photo Interpretation Test DeveloPment' Photogrammetric
Engineering, vol. 39, no. 11, hlm. 11E7' 1973'
Interpretation of Aerial Photographs, ed. ke-3, Burgess Publishing
Lillesand, T. M., dan R. w Kiefer: 'Remote Sensing and Image Interpretation,"
-:''Forester'sGuidetoAerialPhotoInteIPretation,''Agriculture
Company, Minneapolis, 1977. ol( John Wiley & Sons, Inc., New Yorh 1979'
dan D. M. Richter: An Airphoto Index to Physical and Cultural company'
Lueder, D.R.: Aerial Photographic Interpretation, McGraw-Hill Book
Featwes in Eastern U.5., Photogrammetric Engineering, vol. 31, no. 5,
-: hlm. 896, 1965. New York, 1959.
dan J. Canning: Airphoto Measurements of New Zealand Pines, Miller, V. C.; Photogeology, McGraw-hill Book Company, New Yorh 196l'
Photogrumr,etric Engineering, vol.40, no. 8, hlm. 957,1974. Morgan, K. M., et al.: Airphoto Analysis of Erosion control Practices, Photo'
grammetricEngineeringandRemoteSensing,vol'46,no'5'hlm'637'
Baker, R. D., et al.l Land-Use&and-Cover Mapping from Aerial Photographs,
1980.
Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 45, no. 5, hlm.
66r, t979. Olson, C. 8., Jr.: Photographic Interpretation in the Earth Sciences' Photo'
grammetric Engineering, vol. 29, no' 6, hlm' 96E' 1963'
Branch, M. C.: "City Planning and Aerial Information," Harvard University kess,
Cambridge, Mass., 1971. Parry, J. T.: The Development of Air Photo Interpretation in Canadq Conadian
Sumeyor, vol. 21, no. 4, hlm. 320, 1973'
Colwell, R. N.: Aids for the Selection and Training of Photo Interpreters,
Photogrammetric Engineering, vol. 31, no. 12, hlm. 327, 1965. Rib, H. T., dan R. D. Miles: Automatic Interpretation of Terrain Features, Photo-
grammetric Engineering, vol. 35, no' 2, hlm' 153' 1969'
Eastman Kodak Co.: '?hotointerpretation and Its Uses," Kodak Publication No.
Richter, D. M.: An Airphoto Index to Physical and cultural Features in \ilestern
M-42, Rochester, New York, 1968. ..i lJ.S., Photogrammetic Engineering, vol' 33, no' 12' hlm' l4O2' 1967'
'?hotointerpretation for Land Managers," Kodak Publication No.
Sadacca, R.; Human Factors in Image Interpretation, Photogranwetic
Enginee-
M-75, Rochester, New York, 1970.
"Photointerpretation for Planners," Kodak Publication No. M-81,
ring, lvol. 29, no. 6, hlm. 978' 1963'
Rochester, New York, 1972.
Scovell, et. al.: Atlas of Landforms, John Wiley & Sons, New Yorlq 1966'
Siegal, B. S., dan A. R. Gillespie, (eds.): '?'emote Sensing in Geology"'
John
-: F.: Photo Interpretation Applied to Geomorphology-A Review, Photo-
Fezer,
Wiley & Sons, Inc., New York 1980'
grammetria, vol. T7, no. 1, hlm. 7, 197L.
-: Standberg, C. H.; Aeriat Discovery Manual, John V/iley & Sons' New York
Gautam, N. C.: Aerial Photo-Interpretation Techniques for Classifying Urban Land
1951.
Use, Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 42, no, 6,
Van Lopik, I., T. M. Merifreld et al': Photo Interpretation in the Space Sciences.
hlm. 815, 1976.
ihotogrammerric Engineering, vol' 31, no' 6, hlm' 1060' 1955'
Henderson, F. M.: Effectsof Interpretation Techniques on Land-Use Mapping
Way, D.: Terrain analysis, A Guide to Site Selection Using Aerial Photographic
Accuracy, Photogrammetic Engineering and Remote Sensing, vol. 46,
Interpretation, Dowden, Hutchinson & Ross, lnc', Sroudsburg' Pa" 1973'
no. 3, hlm. 359, 1980.
Whitcher, G. H': Canada's Air Photo Library, Phologtrammetric Engineering,
Howar4 John A.: Aerial Photo-Ecology, American Elsevier Publishing Co., New
vol. 31, no' 5, hlm' 807' 1955.
York, 1970. r) Zsilinszky, v. G.: '?hotographic Interpretation of Tree Species in ontario,"
ed'
Jones, A. D.: Computers and the Teaching of Airphoto Interpretation, Photo- of Lands snd Forests, ottawa, ontario.
ke-2. The Ontario Departrnent
grammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 44, no. 10, hlm. 1267,
Canada, 1966.
1978.
_: The practice of Photo Interpretation for a Forest Inventory' Photo'
Kiefer, R. W.: Landform Features in the United States, Photograrnmetric Engineer-
grqnmetria, v-ol' 19, no. 5, 1964.
ing, vol. 33, no. 2, hlm. l'14, 196'7.
I
ffi
SOAL BAB
I 9.1 Daftarlah tujuh karakteristik dasar citra foto yang dipertimbangkan da- 20
lam interpretasi foto dan berikan suatu contoh bagaimana masing-ma-
sing itu mungkin digunakan untuk identifikasi suatu objek tertentu.
19.2 Jelaskan secara singkat teknik yang dimasukkan dalam identifikasi spe-
sies pohon dengan menggunakan foto udara,
olt PENGINDERAAN JAUH-)
Lg .t Jelaskan perbedaan irisan melintang parit yang terjadi dalam: (a) pasir
dan kerikil, (D) lumpur (silt), dan (c) lempung.
19 .4 Daftar dan uraian secara singkat lima elemen dasar yang dikaji secara ste-
reoskopik di dalam analisis medan.
19.5 Uraikan perbedaan dasar antara batu pasir (sandstone) dan serpih (shale)
yang membantu dalam interpretasi tipe batuan ini.
L9.6 Bacalah rujukan yang dicantumkan pada akhir bab ini. Tulis laporan
singkat tentang satu keberhasilan penerapan interpretasi foto udara.

2O.I PENGANTAR
Penginderaan Jauh di dalam lingkup luas berarti setiap metodologi
yang digunakan untuk mempelajari karakteristik objek dari jarak jauh. Peng-
lihatrn, penciuman, dan pendengaran manusia merupakan contoh bentuk per-
mulaan penginderaan jauh. Interpretasi fotografik Qihat Bab 19) dipandang se-
bagai bentuk penginderaan jauh karena interpretasi tersebut digunakan untuk
identifikasi objek dan menilai arti pentingnya tanpa bersentuhan secara fisik
dengan objek termaksud. Akan tetapi, interpretasi foto terbatas untuk mempe-
lajari gambar yang terekam pada emulsi fotografik. Material ini hanya peka
terhadap energi di dalam atau dekat dengan bagian tampak spektrum elektro-
magnetik. Bab ini membincangkan sistem sensor yang merekam energi dalam
format yang lebih dapat dikuantifikasikan atas daerah spektrum elektromag-
netik yang lebih luas. Banyak di antara sensor yang telah dibincangkan me-
rekam data ciEa secara elektronik, yang menyebabkan data ini dapat diproses
dengan komputrer. Kemampuan sistem ini untuk melihat atau mengindera
energi di luar bagian tampak spektrum dan menyajikan data citra dalam ben-
tuk digital, sangat meningkatkan informasi sumber daya bumi yang disajikan
oleh pen ginde,raan jauh.
Teknologi penginderaan jauh telah berkembang dengan paling cepat
sejak manusia semakin sadar akan keseimbangan yang layak antara perkem-
.)
bangan sumber daya dan pemeliharaan lingkungan. Sekarang, pengideraan
jauh merupakan cara yang praktis untuk memantau secara berulang dan cermat
atas sumber daya bumi secara menyeluruh. Hal ini banyak membantu dalam
menilai dampak aktivitas manusia tertradap udara, air, dan lahan. Data yang

*) Oleh Dr. Thomag I[. Lillessand, Universitas Wisconsin, Madison. Wisconsin.


ffi 67
diperoleh dari sensor penginderaan jauh menyajikan informasi penting untuk 20.3 SISTEM PENGINDERAAN JAUH YANG IDEAL
membuat keputusan yang mantap dan perumusan kebijaksanaan bagi berba-
gai penerapan pengembangan sumber daya dan penggunaan lahan. Teknik Sistem penginderaan jauh yang praktis barangkali paling baik dapat
penginderaan jauh ju'ga telah digunakan dalam berbagai penerapan khusus. diketahui dengan memperhatikan terutama urutan atau sistem penginderaan
Untuk kepentingan penelitian geologi, menentukan letak kebakaran hutan, jauh yang ideal. Urutan tersebut digambarkan padaGambar 20.1, yaitu:
mendeteksi pohon dan tanaman yang terserang penyakit" memantau pertam-
bahan dan agihan pendudut, menentukan lokasi dan bentangan tumpahan l. Tenaga elektromagnetik pada semua panjang gelombang dan pada radiasi
minyak dan pencemar air yang lain, dan penetapan letak gunung es yang (intensitas) seragam dihasilkan oleh sumber yang ideal.
mengapung, hanya merupakan beberapa contoh penerapan penginderaan jauh 2. Tenaga memancar dari sumbernya, tanpa kehilangan atau modifikasi
yang bermanfaat bagi kemanusiaan. atmosferik, mencapai objek yang seragam.
3. Tenaga pada berbagai panjang gelombang secara selektif berinteraksi de-
ngan objek, menghasilkan sinyal balik yang unik dari sinar yang dipantul-
20.2 RADIASI ELEKTROMAGNETIK kan dan dipancaftan.
4. Sinyal yang dikembalikan bergerak tanpa modifikasi aunosterik dan men-
Seperti telah dibincangkan pada Butir 3.7, matahari dan berbagai sum- capai sensor yang peka terhadap tenaga pada semua panjang gelombang dan
ber energi buatan memancarkan radiasi elektromagnetik dengan suatu kisaran pada tiap tingkat radiasi.
panjang gelombang. Cahaya merupakan salah satu tipe radiasi elektromagne- 5. Dalam waktu yang sama, tingkat radiasi dan tanggapan sesuai dengan pan-
tik tertentu yang dapat dilihat atau diindera dengan mata manusia. Semua ra- jang gelombangnya direkam, diproses ke dalam suatu format yang dapat
diasi elektromagnetik, baik tampak maupun tidak tampak, bergerak memben- diinterpretasi, dan dapat dikenali sebagai sifat unik bagi tipe objek tertentu
tuk gelombang sinusoidal pada kecepatan cahaya. yang tenmati dalam keadaan fisik, kimiawi, dan bilogik khusus. Data *n-
Energi elektromagnetik tidak berinteraksi dengan energi itu sendiri,
akan tetapi hanya dapat ditangkap atau diindera melalui interaksinya dengan
.l sor itu diproses secara teliti menjadi informasi sumber daya.
Sumbcr tenaSa
suatu benda. Sebagai contoh, apabila cahaya bersinar dalam suatu kamar ge- ser Scnsor scragm
lap, gejala yang ditangkap sebenarnya berupa suatu manifestasi interaksi
radiasi sinar dengan debu atau partikel lain di udara. Apabila satu satuan El-
energi elektromagnetik mengenai suatu objek di permukaan bumi, energi itu dl Waktu
Pan
dapat berinteraksi dengan objek melalui tiga cara yang berbeda. Energi yang langsung
datang dapat dipantulkan, diteruskan, atau diserap (komponen yang diserap Tenaga dipmtulkm
_ Penyebaran encrgi (tmpa modifikasi)
kemudian dipancarkan lagi oleh objek). Perpaduan tertentu tiga kemungkinan (tmpa modifikasi)
interaksi tersebut bergantung pada kondisi fisik objek. Sebagai contoh, baju
hijau dapat dibedakan dari baju merah karena cahaya yang datang dipantulkan
/
' -/ data

[!r-i-]:l
paling tinggi dalam bagian spektrum hijau dari baju hijau dan paling tinggi
--Tcnaga dipancukm I
dalam bagian spektrum merah dari baju merah. Jika energi elekEomagnetik (tupa moditikasi) I
harus berinteraksi dengan semua objek dengan mra yang sama, pembedaan Objek
Informasi
tcrscdia untuk
elekromagnetik termasuk penglihatan manusia tidak akan ada Pada kenyata- seraSam pcnSguna
annya, perbedaan interaksi energi pada umumnya berkaitan dengan perbedaan rJ
tipe objek. Sensor penginderaan jauh merekam interaksi energi yang berbeda-
beda ini untuk membedakan antara kenampakan di permukaan bumi dan untuk
membantu dalam mengkuantitatiftan kondisinya ffi
6. Informasi yang diperoleh tentang kenampakan permukaan bumi tersedia ber benda hitam sempurna dan intensitas serta sifat spekral pancaran disaji-
secara liangsung dalam bentuk yang bermanfaat bagi pengguna. kan pada Gambar 20.2. Dalam gambar tersebut disajikan kurva pancaran
Sayang bahwa sistem penginderaan jauh ideal seperti yang dijelaskan untuk sumber-sumber benda hitam sempurna pada berbagai suhu. Perhatikan
ini tidak pernah ada. tlambatan alamiah dan keterbatasan teknologi merumit- dengan meningkatnya suhu maka radiasi yang dipancarkan sangat meningkat.
Perhatikan juga terjadinya prgeseran panjang gelombang yang radiasinya
kan masing-masing elemen dalam urutan sistem ideal tersebut. Komplikasi .{ maksimum ke arah ujung spektrum yang lebih rendah apabita suhu sumber
ini menjadi lebih nyata apabila kita perhatikan tentang sumber tenaga, sejum-
lah besar kemungkinan tentang bentuk interaksi antara tenaga dengan kenam- tenaga meningkaL Catatlah sebagai contoh bahwa puncak kurva bagi suhu
pakan di permukaan bumi, efek pengaruh atrnosfer, kepekaan berbagai pera- 6000" terjadi jauh ke aratr kid dari puncak kurva bagi suhu 200o. Gejala ini
latan sensor, dan berbagai format kepekaan sensor. dapat diamati apabila kita memanaskan suatu benda logam seperti misalnya
sebuah besi. Karena besi itu semakin panas maka mulai bersinar dan warna-
nya berubah secara hrurutan dari merah suram menjadi oftlr-lye kemudian
20.4 SUMBER TENAGA menjadi kuning dan akhirnya menjadi putih. Seperti yang dinyatakan dalam
hukum pergeseran Wien, perubahan warna ini merupakan hasil pancaran te-
Semua benda pada suhu di atas nol absolut (n3"C) secara terus-mene- naga yang dominan padapanjang gelombang yang lebih pendek pada saat besi
rus memancarkan radiasi elektromagnetik. Intensitas dan sifat spektral radiasi dipanaskan.
ini merupakan fungsi dari suhu permukaan objek yang memancarkan. Suatu
objek yang menyerap semua tenaga yang mengenainya disebut benda hitam Tetaga radian tamPak
sempurna (blackbody). Menurutbatasan, suatu benda hitam sempuma menye- .-
rap semua tenaga yang mengenainya, tidak ada tenaga yang dipantulkan dan l
, /'
benda tersebut tampak hitam sempurna. Suatu benda hitam sempurna juga r-'1 Radiasi benda hitam Yang suhunYa
lo'
berlaku sebagai radiator sempurna, misalnya, ia memancarkan kembali semua l11 mendekati matahari
tenaga yang diserap. Karena benda hitam sempurna menyerap semua tenaga
tol Radiasi benda hitam yang suhunya
datang dan memancarkan kembali semua tenaga yang terserap, maka benda
mendekati lampu pijar
tersebut dalam keadaan seimbang, tidak berubah menjadi lebih panas dan juga
a lo2
tidak lebih dingin. Suatu benda hicam sempurna memancarkan tenaga menu-
rut hukum Stefan-Boltzmann yang dirumuskan sebagai berikut:
EE. t0
wn = o'Ia (20.1) Ba I
Radiasi benda hitam yang suhunya
Dalam Persamaan 20.1WB adalah pancaran radiasi spektral per satuan e9. mendekati kenampakan permukaan bumi
E-
luas bagi setiap sumber yang berupa benda hitam sempurna. i" ialah suhu da- E 5E I o-l
t gO
lam derajat Kelvin dan o merupakan angka tetapan yang mencerminkan ke- E &5
sebandingan. Benda hitam sempurna memancarkan tenaga elektromagnetik I H.q
pada suatu kisaran panjang gelombang yang lebar. Panjang gelombang yang
d t'E
dominan atau panjang gelombang pada temgamaksimum terpancar, dipenga-
ruhi oleh suhu menurut hukum pergeseran Wien, yang dirumuskan sebagai
berikut: .J '- o.t 0.2 0.5 I 2 5 l0 20 50 100
Panjang gelombang
^A
L^=T (20.2) mikrometer

Dalam Persamaan 20.2 Ln merupakan panjang gelombang tenaga


Gambar 20.2 Pancaran radiasi spektral benda hitam sempurna pada berbagai
I
yang dipancarkan yang mempunyai nilai pancaran maksimum, ialah suhu suhu, s
dalam derajat Kelvin, dan A merupakan tetapan. Hubungan antara suhu sum-
670 67r

Sinar matahari mempunyai sifat radiasi benda hitam sempurna pada 20.5 INTERAKSI TENAGA DENGAN KENAMPAKAN DI
kim-kira 6000oK. Objek pada suhu lebih tinggi dari 6000oK seperti bintang- PERMUKAAN BUMI
bintang tertentu, tampak biru (panjang gelomhing dominannya dalam daerah
spektrum elektromagnetik biru). Sebagian besar lampu pijar memancarkan Seperti yang dinyatakan sebelumnya, tenaga elektromagnetik dapat
radiasi seperti yang ditunjukkan pada kurva 3000oK. (Ingat bahwa kurva berinteraksi dengan suatu objek dengan tiga cara. Tiga kemungkinan interaksi
3000'pada Gambar 20.2 menggambarkan tingkat tenaga biru lebih rendah ini disajikan secara skematik pada Gambar 20.1. Tiga interaksi tersebut me-
daripada matahari dan karakteristik ini dapat dideteksi dengan mengamati liputi:
lampu yang berwarna oamye. Karena kondisi ini, maka filter biru atau cahaya
l. Refleksi, di mana energi datang dikembalikan ke medium perambatan yang
lampu biru harus digunakan di dalam rumah untuk foto pada siang hari atau
pada dasamya tidak berubah.
fikn di luar rumah).
2.Transmisi, di mana tenaga merambat melalui objek.
Suhu rata-rata sebagian besar kenampakan di permukaan bumi (tanah,
3. Absorpsi, di mana radiasi datang diubah menjadi beberapa bentuk tenaga la-
air, vegetasi, batuan) berkisarpada sekitar 300'K. Benda tersebut memancar-
in seperti misalnya panas.
kan tenaga puncak yang berkisar pada 8 hingga 14 mikrometer, yang terletak
jauh di belakang bagian spektrum elektromagnetik tampak atau fotografik. Seperti ditunjukkan di atas, semua objek secara terus-menerus juga
Untuk mengindera tenaga ini, harus digunakan radiometer tertnal dan penyi- memancarkan tenaga dengan campuran kuantitatif tertentu antara refleksi dan
am termal (dijelaskan dalam Butir 20.10 dan 20.1 l). emisi yang diperagakan oleh tiap objek tergantung pada panjang gelombang-
Perlu diingat bahwa benda hitam sempurna tidak ada di alam ini. Se- nya. Jumlah tenaga pada berbagai panjang gelombang yang dikembalikan ke
bagian besar benda pemancar lebih tepat disebut benda-benda 'telabu" yang sensor dari suatu objek tertentu secara teoretik mencirikanpola respons spek-
memancarkan berbagai proporsi tenaga sesuai dengan benda hitam teoretik. tral yang unik. Gambar 20.3 menunjukkan daerah respons spekral yang unik
Pancaran tenaga untuk sumber benda kelabu diberikan dengan persam:un (kisaran nilai) untuk pohon gugur daun musiman dan pohon pinus berdasar-
berikut: kan pada refleksi sinar matahari pada bagian spekrum hmpak dan berdasartan
{l
W6= (dla (20.3')
I

Di dalam Persamaan 20.3,WG ialah tenaga radian yang dipancarkan


oleh suatu benda kelabu, f ialah suhu dalam derajat Kelvin, o merupakan
tetapan kesebandingan, dan E adalahfr*tor emisivitas bahan sumber. Perhati-
E
an bahwa Persamaan 20.3 untuk pancaran benda kelabu berbeda dengan Per- a
samaan 20.1 untuk pancamn benda hitam, yang hanya dengan tambahan fak- cst
tor emisivitas. Faktor emisivitas ialah rasio pancaran bahan tersebut terhadap r
tr
pancaran benda hitam. Sebagai contotr, jika pancaran radian benda hiam pada C)
q
I
suhu sebesar WB dan pancaran radian benda kelabu pada suhu yang sama A
0)

sebesar [I/6, maka faktor emisivitas I


untuk benda kelabu sama dengan
WclWB. Faktor emisivitas tergantung pada komposisi dan kondisi bahan-ba-
han umum antara lain air, 098; tanah basah, 0,95; tanah kering, 0,92; pasir,
0,92; salju, 0,85; dan emas dipoles 0,02. Emas yang dipoles merupakan
pemantul yang baik tetapi menyerap tenaga yang sangat kecil. Sebagai aki- 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
batnya maka emas dipoles merupakan pemancar yang jelek. Panjang gelombang
mikrometer
Gambar 20.3 Daerah ryspons spektral untuk pohon gugur daun musiman dan po-
hon pinus,
672

pada refleksi sinar matahari pada bagian spektrum tampak dan inframerah
dekaf Grafik demikian disebut kurva pantulan spektral. Dari kurva tersebut do
dapat dilihat bahwa melalui semua paniang gelombang tampak, terutama di oo -c
EO
Oatam Oaeratr hijau, daerah respons spekml bertampalan, sehingga kedua tipe 3o.
pohon tersebut nilai pantulannya hampir sama dan keduanya tampak dengan od
.:r'
warna yang sama Akan tetapi, di dalam daerah inframerah dekat, maka tenaga qo.
yang dipantulkan oleh pohon gugur daun musiman jauh lebih besar daripada o
@ao
|otron pinus. Sifat ini menyebabkan foto inframerah sangat bermanfaat untuk d-c
membedakan tipe pohon tersebut. Foto udara pada Gambar 20.4a dan b >rd
6 (i)
masing-masing diporet pada film pankromatik (hanya peka terhqdap bagian k6
(!6
Ev
spektrum elektromagnetik tampak) dan film inframerah hitam-putih.
Pbrhatikan bahwa pada foto inframerah sangat mudah unttrk mengenali pohon
pinus (daerah gelap) dan pohon gugur daun musiman (daerah terang). Kecuali a ria
tagi penafsir yang tertatitr baik, perbedaan antam dua tipe pohon ini tidak -oo
.vE

muOatr dideteksi pada foto pankromatik. Contoh ini menggambarkan .x


bagaimana variasi pola respons spektral antara tipe kenampakal dapat 56
Atr
difunakan untuk memb0atan tipe tersebuL Ini merupakan asas fundamental ro
troo
bagi cara kerja semua sensor. Beberapa sensor hanya merekam tenaga pada sb
Ualian spekuum yang dipantulkan (misalnya sistem fotografft); beberapa lagi x-c?
m&etam tenaga yang dipancarkan (misalnya penyiam termal), dan beberapa '5do
ct "O -C
c=o
lainnya merekam- variasi kedua bentuk tenaga itu (misalnya penyiam multi- 0 E-V
spektral). !'= b
i
o.ov
EE B
20.5 PENGARUH ATMOSFER lS(\'a
EN
c (l--
d o.'i
oo- d
Perbincangan selama ini masih menghindari tentrng bagaimana pe- 6 tr
ngaruh atmosfer atas pola respons spektral yang terekam oleh sensor- Karena
E-e
'v
6
EO-ts.N
at-mosfer mengandung berbagai partikel, maka atmosfer ikut berinteraksi E EIz
dengan tenaga seperti halnya objek di permukaan bumi. Dalam kenyataannya, .Lr*
untuk berbagai terapan penginderaan jauh bagi meteorologi, atmosfer meru- "Ebo tr
oo5
ck!s
pakan objek utama yang dipelajari. Akan tetapi, bagi sebagian besar peterja- *& E
in tetetnitan, perencanaan, dan pengelolaan sumber daya, yang dikaji bukan
atmosfer melainkan objek yang dilihat melalui atmosfer. Seberapa jauh
ht
!=6,)
e

atmosfer meneruskan tenaga elektromagnetik, tergantung pada panjang ge- =+


o cv
lombangnya, seperti dapat dilihat pada bagian tengah Gambar 20.5. Gambar .95H
ini menleimint an persentase transmisi tenagaelektromagnetik oleh atmosfer -s
vfi5 -'d
dalam kaitannya dengan panjang gelombang. Panjang gelombang pada daerah NPE
arsir pada aasirnya tiaat oransmisikan oleh atmosfer. Jendelg afirusfer me- GIE=
nrpafan daerah punjung gelombang dengan persentase transmisi yang tinggi
. sE
(dierah yang tidak Aiarsir). Jendela demikian terdapat pada bagian spektrum
elektromagnetik dengan panjang gelombang 0A 0,7 milrometer suatu EeS
eE
- a
674 675

situasi yang memungkinkan penerusan tenaga bagian tampak dimana mata Semua tenaga yang akhirnya mencapai sistem penginderaan harus
manusia peka terhadapnya. Perhatikan persentase transmisi yang rendah pada mengalami perjalanan melalui atmosfer. Pengaruh atmosfer pada tenaga ini
kisaran 0,3 miluometer (ultraviolet) dan yang lebih pendek. Hal ini menun- merupakan elemen penting yang harus diperhifirngkan di dalam perancangan
jukkan bahwa afnosfer secara efektif menahan perjalanan tenaga pada panjang sistem penginderaan jauh secara praktis. Di samping itu, jendela atmosfer
gelombang yang pendek ini. menentukan sensor mana yang dapat melihat kenampakan di permut"aan bumi
Pengaruh penahanan oleh atmofser merupakan hasil berbagai interaksi di dalam daerah spektrum. Selain itu, atmosfer dapat mengembalikan tenaga
yang rumit. Interaksi ini terdiri atas hamburan dan penyerapan tenaga elektro- tambahan dari luar ke sensor dan oleh karenanya dapat mengubah sinyal
magnetik oleh beranekajenis benda dan ukurannya, yaitu dari molekul gas ke tenaga dari objek di permukaan yang diamati.
aerosol dan uap air hingga butir air. Pengaruh interaksi ini tergantung pada
serapan, tipe sensor, dan jumlah atmosfer yang harus dilalui oleh tenaga.
Dalam penginderaan jauh fotografik, misalnya, hamburan oleh molekul gas 20.7 SISTEM PENGINDERAAN JAUH PRAKTIS
yang dominan pada panjang gelombang pendek sesuai dengan efek Rayleigh,
yang menyatakan bahwa hamburan itu berbanding terbalik dengan pangkat Dengan memperhatikan berbagai sifat radiasi elektromagnetik, sifat
empat panjang gelombang. Oleh karenaitu, maka hamburan meningkat pesat sumbemya, interaksinya dengan objek, dan interaksinya dengan atmosfer, mu-
dengan menurunnya panjang gelombang. Langit biru merupakan suatu dah dimengerti bahwa perancangan dan kebutuhan sistem penginderaan jauh
manifestasi efek Rayleigh, sebenarnya yang kita lihat ialah sinar matahari praktis iugi uerueoa-beda. Perbincangan berikut dalam bab ini menampilkan
yang terbaur pada panjang gelombang biru. Tanpa efek hamburan ini, langit taratteristit yang menonjol bagi peralatan sensor yang ada sekarang, terma'
akan tampak hitam. Matahari yang berwarna merah pada hari atau sore hari suk sistem foiografi multisaluran, radiometer, penyiam, sistem penginderaan
disebabkan oleh semakin panjangnya jalur atmosfer yang dilalui oleh radiasi radar arah ke samping (SLAR), dan satuan-satuan gelombang mikro pasif.
matahari. Pada pagi dan sore hari komponen hijau dan biru sinar matahari Gambar 20.5 dapal digunakan sebagai kerangka grafik rujukan untuk diskusi
hampir terhambur seluruhnya, sehingga warna merah hanya merupakan sisa berbagai sistem ini. Kerangka ini menunjukkan daerah spektral di mana
bagian spektrum tampak yang menembus atmosfer. berbagai sensor fffspsrasi, memberikan transparansi relatif atmosfer dalam
daerah ini, dan menggambarkan hubungan di mana daerah ini mengandung
tenaga matahari pada 6000oK dan bumi pada 300o K.
-
Tenaga matahari - Sebelumiistem sensor dibincangkan tersendiri, beberapa karakteristik
Energi bumi pada 300o K yang disajikan pada Gambar 20.5 merupakan catatan khusus yanS harus diper-
iratitan. Sistem fotografi secara efisien melihat melalui atmosfer dengan te-
2.0 4.0 6.0 l0 20 40 (r0 100 200 0.5 mm I cnr I m l0 m
naga matahui yang dipantulkan dariobjek. Jendela atmosfer yang digunakan
100 In
t00
uniuk op"ruri fotografi, sepert-i ditunjulikan pada bagian bawah Gambar 20.5,
membentang dari panjanggelombang yang sedikit lebih pendek dari bagian
cd tampak hingga kiri-kiia panjang gelombang I pm. Instrumen termal mengin-
Uera tenagaling <lipancarkan dari bumi melalui
jendela atmosfer 3-5 pm dan
F.
0
Kisaran spektral operasi instrumen
g-la pm. penyiam multispektral peka terhadap radiasi y.ang dipa.ntulkan
penginderaan jauh Radar maupun yang dipancarkan.Kameradan penyiam dikatakan sistem pasif karena
Mata manusir
Skener termal E EEE
!l Xuo.
tidar meircip-taran sumber tenaga mereka sendiri, tetapi me-nggunakan sumber
tenaga dari iuar (dari matahari atau radiasi dari objek sendiri).
F<+l
dan radiomeler
}+--- +
'Gelombang mikro pasif
- Sistem Radar yang beroperasi dalam kisaran spektrum elektromagnetik
spektrel gandad
I mm hingga 1 m merupakan sistem a/cry'karena menciptakan sumber tenaga
0.2 0.4 0.6 1.0 2.o 4.0 6.0 l0 20 40 60 100 200 0.5 rnrn I om I m l0 m 100 rr
Panjang gelombang mikrometer sendiri. Se}rti yang akan dibincangkan kemudian, sistem radar memarrcarkan
(bukan untuk skala) tenaga ke-aratr permukaan bumi yang merekam sinyal yang .dipantulkan
Gambar 20.5 Grafik gabungan yang menunjukkan sumber tenaga, transmisi kem6ali. Unit gelombang mikro yang pasif beroperasi dalam kisaran radar,
atmosferik, dan kisaran operasi berbagai sensor. akan tetapi menggunikan tenaga alamiah pancaran yang lemah.
676 677

yang digunakan untuk membawa seny)r disebut wahana (piat- sebagai pelengkap untuk, bukan pengganti untuk inventarisasi sumber daya
- . }!ul
fom). wahann dqpat berupa suatu tangga hingga pesawat ulang-alik. Se6agi- secara konvensional dan tetnik pantauan.
I F . wahana yanglazim digunakan dalam penginderaan jauh sekarang ini
ialah pesawat terbang dengan ketinggian renoatr, pesawaiterbang de;gan
ketinggian tinggi, dan satelit yang mengorbit bumi. Tanpa mempirhatikan 20.9 SISTEM FOTOGRAFI MULTISALURAN
wahana yang digunakan untuk membawa sensor, asas bekeija yang digunakan
pada dasarnya sama. untuk enaknya maka tiap sensor oiuin-cangtai oatam Foto multisaluran ialah foto yang dibuat secara serentak dari posisi
hubungannya dengan cara kerja sistem udara. Menjelang akhir bib ini dican- geometri yang sama, tetapi dengan kombinasi film-filter yang berbeda. Foto
tumkan suatu ringkasan tentang cara kerja sensor dari wahana ruang angkasa multisaluran dapat dibuat dengan kamera kerangka berlensa jamak atau sis-
delsan pelekanln pada seri satelit Landsat. perbincangan di sini dlpusatkan tem multikamera (lihat Buitr 4.2.2 dan Gambar 4.6). Gambar 20.6 melukis-
pada asas kerja sistem udara. Menjelang akhir bab ini diiantumkan suatu ring- kan suatu hnk kamera format 70 mm yang dapat digunakan untuk mempero-
tentanq cara kerja sensor dari wahana ruang angkasa dengan penekanin leh foto multisaluran dengan empat saluran. Secara khusus, foto multi salur-
tas.an
dari seri satelit Landsat. Perbincangan di sini dipusatkan pada asas kerja sis- an menyajikan gambaran yang sama. direkam dengan film inframerah hitrm-
tem perg-inderaan pada umumnya, bukan pada berbagai penerapan pengindera- putih, tetapi dipasang filter untuk panjang gelonlbang yang berbeda, yaitu
an jauh. Penerapan penginderaan jauh sedemikian banyak oan uerueoa-ueoa saluran biru, hijau, merah, dan bagian spektrum inframerah pantulan. Gam-
sehingga pustaka melimpah ruah dengan buku, artikel dan laporan tentang bar yang paling baik atau kombinasinya untuk membedakan kenampakan
subjek tersebut. Daftar pustaka yang dicantumkan pada akhir bib ini mencer- objek tertentu bervariasi menurut pola respons spekral objek tersebut. Pemi-
minkan sebagian kecil daripadanya. sahannya atau pemilahan pantulan objek melalui foto multisaluran biasanya
membuahkan kontras lebih besar antara tipe kenampakan medan yang berbe-

2O.E DATA RUJUKAN at

?7
sebelum memerikan berbagai sistem sensor yang tersedia, harus di-
ingat benar bahwa jarang, apabila pemah ada, pengindeiaan jauh digunakan
tanpa menggunakan beberapa bentuk data rujukan Data rujukan pada umum-
I
nya berapa informasi konvensional tentang objek yang d-ipetajari di dalam I
analisis penginderaan jauh. Data rujukan dapat berkiiar oari taporan laborato
rium tentrng sTpel tanah atau air, hiniga pengamatan lapangin seperti iden-
tifikasi pohon, kesehatan ranaman, suhu, dan sebagainya.-secara historis
maka data rujukan disebut,tenyataan medan (ground truth).
. Data rujukan digunakan untuk membantu dalam interpretasi data
penginderaan jauh, dan sering merupakan dasar bagi penilaian tetetitian ana-
lisis penginderaan jauh. Di dalam beberapa tral maka-aata rujukan juga digu-
nakan untuk kalibrasi sensor seperti misalnya dalam kajian iutru permutaan
bumi. Titik kontrol medan dalam analisis fotogrameri merupakan- salah satu
bentuk data rujukan. Di dalam berbagai penerapan penginderaan jauh dibutuh- ,t'l It
kan pengama-tan geometri dan nongeometri permukaan bumi. seperti pada
pengadaan titik kontrol, pengumpulan data rujukan memerlukan teniga inten-
sif, biaya mahal dan esensial. Pada tahun-tahun mendatang, sewaktu peralat-
an dan pengetahuan tentang penginderaan jauh meningkat, ketergantungan
analisis penginderaanjauh pada data rujukan akan berkurang; akan tetapi tioat Gembrr 20.6 Sistem foto multisaluran yang terdiri atas suatu bank
akan pernah ditiadakan. oleh karena itu, penginderaanjauh harus dipandang krmera HasselbM 70 nilimeter. (Seizin Paillard, Inc.)
678 679

da dan antara kondisi yang berbeda bagi tipe kenampakan yang sama. Untuk Pada umumnya terdapat tiga komponen yang lazim untuk semua radiometer,
mengoptimasikan kekontrasan ini, dipilih kombinasi film-filter bagi kenam- yaitu:
pakan-kenampakan tertentu yang menjadi perhatian kita dalam bagian spek-
l. Optik pengumpul tenaga
tral yang perbedaan pantulan spektralnya paling besar, diketahui atau diperki 2. Unit pemilih panjang gelombang
rakan dahulu. 3. Unit pengubah sinyal.
Satu permasalahan mendasar di dalam menggunakan foto multisaluran
ialah bahwa analisis secara serentak atas foto multisaluran yang menggam- Fungsi optik pengumpul tenaga ialah untuk menetapkan medan pan-
barkan satu kenampakan medan sukar untuk melaksanakannya. Pengamat dangan dan-pembur;aan efektif radiometer untgk meneruskan tenaga datang ke
worna aditif (Color additive viewers) dirancang untuk membantu dalam inter- uniipemilihan panjang gelombang. Optik pengumpul tenaga pada radiome-
pretasi foto multisaluran. Alat ini biasanya menggabungkan empat proyektor ter berkisar dari atat-atat serat optik untuk laboratorilrn atau kerja medan ja-
yang diarahkan pada satu layar pandangan. Masing-masing proyektor rak dekat hingga pengumpul teleskopik untuk mengindera pada jarak jauh'
mempunyai kecerahan yang bervariasi dan pengendalian filter warna. Di dalam Unit pemilih panjang gelombang memisahkan tenaga elektromagnetik yang
pemakaian alat tersebut, analis citra menggunakan hingga empat ciffa mul- datang atas saluran spektral tertentu. Tenaga datang yang berkisar dari 0,3 pm
tisaluran hitam-putih di dalam format tembus pandang positif. Transparansi hingga 1,2 pm dipiiahkan secara khusus dengan teknik pembiasan yang
untuk saluran spektral tertentu diletakkan dalam satu proyektor dan diproyek- menggunakan prisma (lihat Gambar 3.7) atau lentur sinar yang dilewatkan
sikan melalui filter warna (biru, hijau, atau merah) yang disetel oleh analis kisi-kisi. Saluran spekral rcr@ntu yang berkisar dari 1,2 pm hingga 14 pm
bagi tiap saluran. Penempatan tumpang tindih secara optik multisaluran dipisatrkan dengan menggunakan teknik penyekat (interfererrce technique) ka-
den gan cara ini menghas ilkan c i t r a p ad uan w a r na pada layar pen gamat sesuai rena optik pernbiasan tidak efektif pada panjang gelombang ini. Kedualeknik
dengan asas warna aditif penambahan. Pada umumnya digunakan tiga proyek- ini mernisahkan atau mengipas ke luar (fan out) ter-ta8a datang, dan dengan
tor secara serentak. Kombinasi optik spektral positif bagian spektrum biru, meletakkan detektor tenafa pada posisi geometrik yang tepat dalam kipas,
hijau, dan merah menghasilkan tayangan wama "asli". Proyeksi positif yang l, rl hanya tenaga spektral tertentu yang dikehendaki saja yang diindera
-
dibuat dari hijau merah, dan inframerah fotografik menghasilkan tayangan Teniga-dari unit pemilih panjang gelombang dipancarkan ke detektor
warna "semu" serupa dengan foto inframerah berwarna. Melalui penelitian
t* di dalam unit pengubah sinyal. Detektor itu dapat berupa tabung fotomulti-
positif dan filter berwarna, dapat dihasilkan tayangan warna yang mengesan- t plier untuk tenagi dengan kisaran panjang gelombang 0,] 1rm hingga 1,2
kan dan sering dapat membedakan kenampakan-kenampakan yang dikaji.
i
pm, atau alat yang peka terhadap panas bagi tenaga pada 1nff*"*f medium
't
Sebagai contoh, sistem ini dapat disetel untuk menayangkan tipe tanaman ingga infrarnerah lauh. Di dalam segala hal, tenaga di-ubah menjadi sinyal
tertentu dalam keadaan unik, dengan wama yang mudah dibedakan. eleftrik, diperkuat, dan direkam. Untuk radiometer slatik, sinyal diperagakan
Meskipun secara relatif merupakan alat sederhana dan ekonomis, sis- sebagai suatu pembacaan meter yang variasinya menurut panjang gelombang
tem foto multisaluran mempunyai keterbatasan karena hanya mengindera lapaUita ditujukkan terhadap nilai baku) memerikan pola respons spektral
dengan bagian spektum fotografik. Lagi pula, format fbto multrsaluran meng- objek. Dalam radiometri dinamik dari udara, sinyal detektor pada umumnya
hasilkan data yang tidak dapat diproses dengan pemrosesan data otomatik. direkam sebagai suatu profil radian yang berkesinambungan pada suatu pere-
kam gambar jalur atau alat perekam lain.
Penyiam multispektral yang akan dijelaskan kemudian pada bab ini, dapat - '?.adiometer termal" penting artinya di dalam terapan penginderaan ja'
mengatasi keterbatasan ini akan tetapi dengan tebusan menurunnya resolusi
spasial ketelitian geometriknya. uh dari udara, yang menghasilkan sebuah profil pancaran inframerah termal
yang pada umumnya menggunakan bagian spektrum elektromaSnetik pada 8
Da-
,l ll [rm tringga 14 pm. Gambar 20.7 menyajikan asas kerja sistem tersebut.
iam Cair-tar 20.7a, suatu pesawat yang membawa radiometer terbang di atas
2O.TO RADIOMETER
suatu daerah. suatu gambaran tampak atas jalur sempit yang disampel di
Radiometer merupakan suatu sensor nonciffa yang peka terhadap tena- bawah pesawat dilukiskan pada Gambar 20.7b. Gambar 20.7c melukiskan
ga radian secara elektronik. Kepekaan spektral radiometer berkisar dari 0,3 hasil yang terekam oleh detektor sistem itu. Hasil ini dapat diubah menjadi
pm hingga 14 pm. Kzrakteristik fisiknya bervariasi menurut penerapannya. suhu iesuai dengan persamaan 20.3 iika nilai pancaran kcnampakan medan
sepanjang jalurlerbang diketahui dan pengaruh atmosfer diperhitungkan.
680 681

Penting untuk diingat bahwa keluaran radiometrik tidak menunjukkan suhu


sebnilnya secara langsung. Radiometrik merekam tingkat radiasi yang dipan-
20.11 PENYIAM (SCANNER)
carkan dan apabila disesuaikan dan dihubungkan dengan suhu rujukan medan,
suatu penyiam secara konsepsual merupakan suatu radiometer yang
membuahkan suhu dengan ketelitian hasil hingga loC. Karena alasan ini
dibawa oleh pesawat terbang untuk mengindera jalur me9ry secara berkesi-
makaradiometer termal sering disebutternometer pembwtan profil dari udara
nambungan di bawatr jalur pesawat yang membawanya. Jalur itu terdiri atas
(Airborne profi ling thermometers). Rekaman yang berkesinambungan dari ft garis-giis penyiarnn yang berdampingan dan direkam secara berulang' me-
radiometer termal merupakan rujukan kalibrasi ideal untuk sistem radiomerik
yang lain seperti misalnya penyiam.
iinan! terhadap aratr jatur terbang,'srlperti dilukiskan pada Gambar 20.8.
Untuf-ini diguilakan suatu cermin berputar untuk menyiam medan pandang
sistem terseiut, dari satu sisigesawat ke sisi yang lain. Proses penyiaman
garis dalam banyak hal analOglerhadap perolehan fotografi panoramik (lihat
Eab l7). pada saat insrumen menyiam ruang objek, responsnya diperkuat dan
direkam pada suatu laju yang sebanding dengan kecepatan pesawat. Hasilnya
berupa seri profil responi etetctrit untuk garis-garis penyiaman yang berkesi-
nambungan.
Iiarena sinyal detektor di dalam format elektrik, maka detektor itu da-
pat digunakan dd-am berbagai cara. Pantauan selama penerbangan dilakukan
'oenga;
memperagakan waktu versus jejak amplitudo respons detektor pada
tabung sinar katode (CRT).Peragaan CRT dapat dipotret dengan mengguna-
kan kamera strip, sehingga menghasilkan citra dengan variasl rona yang me-
I
nyatakan perbeilaan tingkat paniulan atau pancaran tenaga di dalam kenam-
l; .l putun y-g disiam. perefaman secara serentak atas sinyal detektor pada pita
d
; magneiik iremungkinkan manipulasi lebih lanjut bagi data sensor. Manipu-

( o
o
L _I I
-T-

'i,;,fl--

t
,s ,l It
(,
c
,{

Oambar 20.7 Azas Kerja Radiometer Termal.


Gambar 20.8 Liputdh Penyiam.
682 683

lasi ini dapat meliputi, misalnya rektifikasi geometrik parsial atas peragaan dapat digunakan untuk membedakan antara tipe-tipe kenampakan yang berbeda
penyiam dan penajaman citra dengan menggunakan alatkomputer elektronik. di dalam cira"
Pengumpulan dan urutan perekaman yang dikerjakan di dalam penyrarn Interpretasi citra multisaluran biasanya dilakukan dengan mengguna-
saluran tunggal secara skematik dilukiskan dalam Gambar 20.9. Panjang ge- kan komputer dengan cara pengenalan pola spektral. Kaenaincian poses ini
lombang yang diindera oleh penyiam saluran--tunggal merupakan fungsi kepe- di luar lingkup perbincangan ini, kiranya cukup dinyatakan bahwa prosedur
kaan spektral detektor tunggalnya. Sebaliknya suatt penyiam multispektral ini menggunakan data cira dalam bentuk digital, bukan bentuk gambar.
(MSS), menggunakan subsistem pemilih panjang gelombang dan detektor Sinyal untuk masing-masing deteksi disampel di sepanjang tiap garis penyi-
jamak untuk mengindera tenaga dalam beberapa panjang gelombang serentak. aman dan dinyatakan secara digital pada pita komputer (CCT). Selanjutnya
Citra yang dibuat dari respons terhadap masing-nrasing saluran spektral me- "citxa" dinyatakan dalam komputer sebagai matriks elemen gambar yang ber-
nyajikan kenampakan yang sama yang dipandang pada waktu yang sama kesinambungan atau pixel. Respons numerik masing-masing detektor di
dengan kondisi yang sama. dalam masing-masing pixel kemudian siap untuk digunakan di dalam berbagai
cara algoritma yang dirancang untuk interpretasi data citra secara otomatik.
Cermin Teknik demikian ternyata sangat besar manfaatnya di dalam penerapan seperti
yanS Detektor
misalnya dalam identifikasi tanaman. (Perlu diingat bahwa cara dengan bantu-
an komputer ini tidak seluruhnya "otomatik", mereka membutuhkan beberapa
bentuk dafa rujukan guna "memandu" komputer untuk interpretasi data).
Jenis skener khusus yang umum digunakan di dalam pekerjaan peng-
inderaan jauh ialah penyiam termal saluran-tunggal, yang umumnya berope-
Pita perekam rasi dengan spektrum elektromagnetik antara 8 pm hingga 14 pm. Penyiam
Energi datang
termal menggambarkan variasi energi termal yang dipancartan dari kenam-
pakan di bawah pesawat terbang. Alat ini terutama penting untuk mengkaji
CRT unruk hal seperti pengaruh termal proses industri. Gambar ZAlh ialah sebagian
pantauan jalur citra termal yang menunjukkan aliran panas dari efluen tenaga pendingin
selama penerbang yang dialirkan ke dalam danau. Di dalam gambar itu, rona yang lebih cerah
mengisyaratkan air yang lebih panas. Citra termal ini dianalisis bersama
o dengan data radiometer termal untuk mengkaji struktur termal buangan dan
Perekam r"- dihubungkan dengan pengaruhnya pada badan air yang menerima. Karena tena-
l(
ga yang dipancarkan merupakan gejala permukaan, respons yang ditunjukkan
O juga hanya suhu air permukaan. Perhatikan garis-garis hitam dalam pembu-
Gambar 20.9 Skema diagram pengumpulan dan urutan perekaman skener salur- angan yang disebabkan oleh tenaga kapal yang memutar air bawah permukaan
an-tunggal. yang lebih dingin ke permukaan. Perhatikan juga pada gambar bahwa garis
kerangka geometrik secara kasar gedung-gedung, mobil, jalan, dan sebagainya
Gambar 20.10 mencerminkan hasil dari enam saluran MSS yang ber- dapat diidentifikasi dengan penyiam termal berdasarkan beda suhunya.
operasi melalui kisaran dari 0,38 pm hingga 0,86 pm. Perhatikan bagaimana Gambar 20.llb ialah fotc udara pankromatik hitam-putih daerah yang
wujud kenampakan permukaan bumi berubah sebagai fungsi panjang gelom- sama seperti yang dilukiskan pada Gambar 20.lla. dibuat pada waktu yang
bang saluran yang digunakan untuk penginderaan. Sebagai contoh, sungai sama. Karena film panlaomatik hanya terhadap bagian spektrum elekEomag-
pada bagian kanan atas citra tampak relatif sangat gelap dalam saluran enam netik tampak, maka film itu tidak dapat untuk merekam adanya buangan ter-
bila dibanding dengan daerah bervegetasi sekitarnya. Pada saluran yang lain, mal.
pantulan kedua tipe kenampakan ini mendekati sama. Perhatikan juga bebe- Karena mengindera tenaga yang dipancarkan dari objek, sistem infra-
rapa gedung yang tampak lebih cerah daripada rumput dan pohon pada saluran merah termal dapat beroperasi siang tlan malam hari. Pada kenyataannya,
satu dan sebaliknya pada saluran enam. Perbedaan respons spektral seperti ini

' .;-.: jf';;j r^'.1U-|: 'i , ''-'*:1i'


r JtsB ffi'-r.:.tt
w5N8N
.l

,i a, 'tg& !r
i-"-ffi'
684 685

liputan harian suatu daerah sering menghasilkan citra yang berbeda sehingga
!"i membantu dalam interpretasi dan identifikasi. Misalnya objek yang mengala-
e
mi pendinginan relatif cepat pada waktu malam hari, akan tampak sangat ber-
3 beda pada citra siang hari bila dibanding dengan citra malam hari dan identi-
E
(g
fikasi sering dapat dilakukan berdasarkan pada pengetahuan tentang laju pendi-
'}lo nginan dan pemanasannya bila dibandingkan terhadap objek yang lain. Seba-
o"
{
s gai contoh cira penyiam termal yang diperoleh pada malam hari ditunjukkan
.= o d dalam Gambar 20.12. Perhatikan bahwa detrl mudah diinterpretasi pada citra
{ z d
ini seperti mudahnya menginterpretasi pada cira siang hari dalam Gambar
,
!1
{
4 J
d
20.lla.
bo
E :? o
, l_
a <q

d
cl
d
I

60
cE

cO
)lc!
a

a o
de
3 S .lo
lz ,4o i
o t rremlBs E wrnlss 9 wml?s ''
::2
d '#
: .rz
dX
i
6<
oc
E<
o.
oq
=
E:E
rq 2>
o =
pa :F
6
mtr
t;) E Eg
>. >\
o du)
I l:o
:l '68
+ -o.
EO
o
sr{ t) lr
3x
N6
rFQ
Gember 2D.ll (a) Citra penyiem tcrmd pcmbuangan dari tcnage pendingin kc denau.
qN
Rone lebih ccrah mcnunjukkan air lcbih prnas. (b) Foto udera pankromatik hitam-putih
cgo
yrng dibuat atas daqrah buangen. Perhetikm behwa nrangm tidak tampak, karena film
I wrnps z wmps ImrnPs
E
pankromrtik tidak peke tcrhadap tcnaga tcrmal. (Seizin Remotc Sensing Program,
Univcrrity of lVinconsin, Madiron).
686 687

. Pada butir ini perlu diulang kemlr-ali perbedaan utama antara pengin-
deraan,tenaga inframeratr y ang dlp ant ulka n' dan tenaga innunerarr-fania-
Dari con0oh-contoh yang diutarakan di sinijelas bahwa ciffa penyiam
termal secara radikal berbeda dari foto di dalam hal geometri, resolusi, dan ke-
pancarkan..Tenaga inframerah pallulan dapat oioetetsi dengan menglunatan
telitian. Sejalan dengan perkembangan teknologi penginderaanjauh dan kare-
film peka inframerah (Gambar 20.4), seaang tenaga infimerah
menggunakan radiometer termal atau penyiam terma. Ikrena kedua bentuk
fr*"*rn na pembatasan oleh sistem militer diperlonggar, resolusi dan ketelitian geo-
metri tersebut akan terus meningkat.
tenaga itu tidak tampak dan disebut "inframerah-, sering tr*ui satatr konsepsi rl
!S*u orang dapat memoret tingkat normal pa,as oelgan film inframerah.
Akan tetapi penginderaan atai panas hanya dapat-dilakutan dengan Variasi
menggunakan radiorneter termal atau penyiam ti:nnA.- skala lateral

Skala longitudinal yang konstan


-ffi+
(ol

Gambar 20.13 (a) Sifat kualitatif variasi skala citra penyiam termal. (D) Perge-
seran letak oleh relief penyiam temal.

? 20.12 RADAR PANDANG.SAMPING DARI UDARA (SIDE.


LOOKING AIRBORNE RADAR)
Radarmerupakan singkatan radio detecting and ranging. Beberapaben-
9Lii_0.T,19:rZpada
p"ny. r"rn termal yeng dibuat pada malam hari. Mobil dapat
!iu1A, gedung, pertokoan, tuk radar terkenal ialah sistem Plan Position Indicator (PPI) yang khusus
olloenulrl(asr pada B, simpang jalan besar pada C, untuk stasiun instalasi cuaca lokal dan radar doppler yang digunakan untuk
tanah- berpasir pada D, tan$ qadl E, pepohonan pfri f ,-rput iada c,
!9i91s. alat kontrol kecepatan. Dalam banyak hal, radar serupa dengan pemotrelan
dan daerah pemukiman pada H.lsiiiin Remote sensing^piogi"r,
Wisconsin, Madison).
iiiir"Irity or dengan cahaya lampu. Cahaya lampu menyinari objek dan kamera menangkap
cahaya sinar yang dipantulkan dari objek. Radar tidak menggunakan cahaya,
melainkan suatu pancaran sempit tenaga radio gelombang mikro yang diki-
seperti pada foto udara, citra yang diperoleh dari penyiam termal me-
rimkan oleh suatu antena terarah dan suatu penerima radio menangkap gelom-
ngalami variasi skala dan kesalahan geometrik, akan-tetapi lebih parah.
bang radio yang dipantulkan. Karena sistem ini menciptakan dan memancar-
Perbincangan yang lengkap tentang variasi skala dan distorsicitra ueraaa ai
kan tenaganya sendiri, radar merupakan suatu sistem a/<tf-yang bedawanan
luar lingkup buku ini, tetapi Gambar zaJ3a melukiskan secara kualitatif
dengan sistem parrl yang tidak membangkitkan tenaga sendiri tetapi hanya
variasi skala citra yang khusus untuk penyiam termal. Gambar tersebut me- t) (r
men gindera radiasi alamiah.
nuryukkaq penurulan skala yang tedadi dengan meningkatnya jarak dari garis
Sistem radar pandang-samping (SLAR) memiliki keunggulan dan ke-
nadir (g.uispadaciqa yang menggambarkan meOan secan tel,a[ A bawah"jalur
guniurn khusus di dalam penginderaan jauh dari udara. Serupa dengan semua
terbang). Gambar 20.L3b menunjukkan pergeseftm letalc oleh relief pada titra
penyiam termal. Perhatikan bahwa dalam semua hal garis tegak di dalam sistem radar, unit SLAR memancarkan sinyal radio dengan kisaran panjang
gelombang I mm hingga 1 m dan memantau wakhr perjalanannya yang kem-
ruang objek direkam sebagai garis yang mengarah tegaE lurus terhadap garis
nadir. Dengan demikian maka pergeseran letak oleh ritierpaaa citra penliam bali sebagai pantulanrJdari objek di dalzun medan transmisinya. Karena laju
termal bersifat satu-dimensional.
\

688

perjalanannya dari sumber tenaga tetap dan diketahui, waktu pedalanan dapat
digunakan secara langsung untuk menentukan jarak terhadap sasaran yang
memantulkannya. Seperti yang disajikan pada Gambar 20.14, antena
pemancar dan penerima A untuk sistem SI-AR mengaralrkan dan menerima
sinyal dengan rincian kecil dan mendekati tegak lunrs terhadap arah jalur
terbang. Pada saat antena maju menurut arah jalur terbang, pulsa-pulsa yang
dipancarkan m"lai peny@uan jejak tabung sinar katode (CRT). Sinyal yang
kcmbali, sesuai dengan berbagai kenampakan medan, tampak pada jejaknya
dan memiliki posisi geomeriknya pada CRT berdasarkan waktu perjalanan-
nya_masing-masing. Penyinaran titik-titik yang direkam pada CRT ditentukan
oleh karakteristik fisik dan konfigrrrasi objek di datam medan pandang. Jejak
tiap individual CRT dapat direkam pada film dengan menggunakan suatu
kamera strip.
Dalam Gambar 20.14,antenaA diletalJ<an secara longitudinal padake-
cepatan pesawat Yr. Masing-masing pulsa B yang ditransmisikan mengemba-
likan "gema" dari objek yang berada di dalam sorot antena. Sinyal video
waktu-versus-ampttode C direkam pada garis jejak D dalam CRT. Objek me-
dan seperti sungai pada E digambarkan pada film pada saat bergerak maju
melalui tabung dengan keceptan vyyane sebanding terhadap kecepatan pesa-
wat. Citra yang dihasilkan memiliki kejelasan fotografik dan resolusi spasial-
nya cukup baik, seperti yang disajikan pada contoh dalam Gambar 20.15. a,l Gambar 20.14 Urutan rekaman pada radar dari udara pandang-samping. (Seizin
Jalur liputan medan lateral SLAR bersifat meluas, dari l0 hingga 12 mil atau Westinghouse Electric Corporation).
lebih besar. Citra SLAR mengandung banyak kesalahan geometrik yang bera-
da di luar perbincangan ini.
Karena merupakan sistem aktif, unit SLAR dapat beroperasi siang dan
malam hari dengan berbagai bentuk pancaran dan penerimaan. Sumber pan-
jang gelombang dan polarisasi dapat dipilih untuk memaksimumkan pembe-
daan objek. Tenaga pantulan yang terekam dalam format elektik dan oleh ka-
renanya dapat disimpan dan dimanipulasi. Tergantung pada panjang gelom-
bangnya SLAR memiliki kemampuan menembus awan, hujan dan vegetasi
yang tidak lebat. Berdasarftan alasan ini maka radar telah digunakan untuk pe-
metaan Kanal Panama di daerah Amerika Tengah yang tertutup awan terus-
menerus. Dengan penerbangan di daerah yang sama dari arah yang berlawanan,
atau dari dua ketinggian penerbangan, dapat diperoleh liputan SLAR stereos-
kopik. Kenampakan stnrktural geologi seperti patahan, kelurusan, dan bentuk
lahan yang sering tidak terlihat dalam pengamatan lapangan atau hrdasarkan ,)
citra lain, dapat dideteksi pada citra SLAR.

Gambar 20.15 Gitra radar dari udara pandang-samping menunjukkan Ouchita


Mountains, Oklahoma. (Seizin Westinghouse Electric Corporation).
690 691

20.13 SISTEM GELOMBANG MIKRO PASIF saat pesawat terbang melewati permukaan bumi. Hasilnya benrpa rangkaian
profil yang biasanya direkam pada pita magnetik dan kemudian diprroses
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bumi merupakan sumber radiasi dengan komputer. Komputer dapat memberikan wama bagi tingkat tenaga
pancaran yang mendekati sifat radiator benda hitam pada suhu 300oK. Kurva I yang berbeda dan oleh karena itu dapat menghasilkan gambar berrrarna sernu
radiasi benda hitam yang dipanasi hingga 300' K puncaknya tedetak pada
panjang gelombang sekitar 10 pm, tetapi intensitas tenaga yang lebih kecil (lI
s
,
di mana warna-warna sesuai dengan kisaran suhu tertentu atas medan yang
disiam.
dipancarkan panjang gelombang 1 m atau lebih besar lagi. Seperti disebutkan
sebelumnya, radiometer termal dan penyiam termal mikro pasif digunakan i
untuk mengindera tenaga dalam daerah yang radiasi buminya relatif tinggi di
dekat puncak kurvanya. Sistem gelombang mikro pasif digunakan untuk 20.14 PENGINDERAAN JAUH DARI ANTARIKSA
mengindera tenaga pada panjang gelombang yang intensitasnya sangat rendah,
dari 1 mm hingga I m. Daerah spektral ini sama dengan daerah spekral yang Penggunaan satelit sebagai wahana sensor memungkinkan perolehan
dipergunakan untuk sistem radar. Akan tetapi, sesuai dengan namanya, sistem data berulang, data multispektral dengan resolusi tinggi atas permukaan bumi
gelombang mikro pasif, bersifat pasif sedangkan sistem radar adalah aktif. secara global. CiEa satelit tidak hanya meliput daerah yang sangat lu s, tgta-
Seperti radar, unit gelombang mikro pasif menggunakan antena untuk pi banyak di antaranya yang bbas distorsi oleh kesalahan relief karena ke-
mendeteksi radiasi. Hasil dari alat ini pada dasarnya sama seperti hasil radio- tinggian terbang yang tinggi. Gambar 20.16 adalah suatu citra yang diperoleh
meter termal. Perbedaan pokoknya ialah bahwa radiasi panjang gelombang dari sistem penyiam multispektral (MSS) pada satelitLandsatpertama (Ifid-
yang lebih besar yang diindera oleh sistem gelombang mikro pasif sering sat-l). Gambar ini menunjut*an daerah Teluk San Francisco dan sebagian
mengandung informasi kondisi objek di bawah permukaan. Dengan alasan ini besar Lembah Sacramento yang direkam dari ketinggian terbang sekitar 570
rnaka sistem gelombang mikro pasif digunakan untuk memperoleh data ten- mil. Perhatikan banyaknya detil yang tamp* pda citra" Kota San Francisco
tang suhu tanah dan kondisi kelembaban yang berkaitan. j) pada bagian kiri bawah gambar itu sebagian tertutup oleh kabut tebal. Cukup
Meskipun tenaga yang dipancarkan pada daerah spektrum yang diguna- menarik untuk membandingkan liputan citra tunggal ini (dengan liputan
kan dalam sistem gelombang mikro pasif ini relatif kecil, pada kenyataannya sekitar 115 mil persegi) terhadap liputan oleh 2.000lembar foto mosaik dae-
tidak akan merupakan masalah yang berarti apabila sensor dapat dibuat statis rah yang sama yang menunjukkan pada Gambar 10.1.
sehingga dapat mengumpulkan tenaga pada periode waktu yang lama. Akan Sistem sensor l^andsat pada saat itu, meliputi suatu kombinasi kamera
tetapi karena gerak majunya. Unit gelombang mikro pasif dari udara tidak da- return beam vidicon (RBV) dan sistem penyiam multispektral (MSS). Sis-
pat memusatkan atau "tetap" pada suatu daerah tertentu cukup lama untuk tem satelit Landsat-1 misalnya, meliputi tiga kamera multispekfal RBV dan
mengumpulkan tenaga yang memadai guna memperoleh pembacaan yang penyiam multispektral dengan empat saluran. Baik Landsat-l maupun Land-
memuaskan. Untuk mengatasi masalah ini, ukuran sel resolusi (daerah yang sat-2 tidak beroperasi saat ini. Landsat-3 sedang aktif dan membawa dua
diindera pada suatu saat) diperbesar untuk mengumpulkan tenaga yang cukup kamera RBV dengan saluran-tunggal serta sistem MSS dengan lima-saluran
agar dapat diperoleh sinyal yang cukup dari masing-masing daerah yang (hanya empat saluran yang beroperasi karena masalah teknik). Rekaman film
diindera. Sebagai akibat besamya sel resolusi maka seluruh resolusi rekaman atas sinyal detektor tiap saluran MSS dapat digunakan secffa terpisah maupun
gelombang mikro pasif bersifat kasar. dalam berbagai bentuk kombinasi. Gambar 20.16 merupakan reproduksi
Unit gelombang mikro pasif dapat berupa tipe penyiaman maupun hiam-putih dari sebuah gambar "paduan warna" yang dibuat dari tiga saluran
n o n p e ny i aman. Tipe n o n p e ny i a ma n hany a men g indera jalur medan lan gsung penyram multispektral Landsat-1. Sesuai dengan proses warna aditif, masing-
di bawah pesawat terbang dan hasilnya berupa profil sederhana yang menun- a, masing dari tiga warna primer binr, hijau, dan merah diberikan untuk tiga
jukkan tenaga yang dipancarkan oleh objek di medan. Teknik ini pada dasar- saluran rekaman satelit yang kemudian dikombinasikan menjadi satu cika
nya sama dengan yang diterapkan pada radiometer termal. Masing-masing paduan. Biru pada citra paduan berkaitan dengan saluran 4 yang merupakan
sistem menghasilkan suatu profil yang berkaitan dengan suhu, perbedaannya saluran peka hijau (panjang gelombang 0,5 pm hingga 0,6 pm), hijau ber-
hanya terletak pada panjang gelombang tenaga yang direkarn. kaitan dengan saluran 5 yang merupakan saluran peka merah (panjang gelom-
Unit penyiam gelombang mikro pasif berbeda dengan unit nonpenyi- bang 0,6 pm hingga 0,7 pm), dan merah berkaitan dengan saluran 6 yang
aman pada antena yang menyiam dari samping ke samping yang lain pada merupakan saluran pka infiamerah dekat (panjang gelombang 0,7 pm hingga
692 693

tenaga inframerah dekat, dan oleh karena itu tampak sama seperti danau pada
lokasi 3 pada Gambar b. Di samping itu juga ada perbedaan respons yang
diperoleh dari daerah kekotaan. Kota Madison dan Wisconsin yang terletak
paOa t*ari 3 misalnya, tampak sebagai drerah yang ronanya_lebihcerah pada
gambar a, sedangkan -!a.j|a Gambar b tidak tarnpak adanya tandatanda kekotaan
di daerah itu.
Data Landsat MSS telah digunakan secara luas di dalam format pita
komputer yang kompatebel (computer compatible tape). Dalam bentuk ini
<tata-tersebirt tiOat tranya dapat digunakan untuk pengenalan pola spektral dan
penajaman numerik secara otomatis, tetapi juga dapat untuk koreksi Slo*e-
irik dan radiometrik. Data ini juga dapat ditampilkan secara digital dengan
sumber data lain (seperti data digital medan) dalam sistem informasi geogra-
fis. Sekarang ini data Landsat telah digunakan untuk peramalan tanaman dan
eksplorasi mineral untuk berbagai penerapan seperti deleksi pencemaran,
pan-tauan lahan peternakan, dan perikanan komersial. DataLandsat mentpakan
iumber terpenting bagi informasi sumber daya utama di banyak negara ber-
kembang di seturut dunia. Pada waktu ini, stasiun penerima Landsat di luar
Amerika serikat ialah Argentina, Australia, Brasil, canada, India, Italia, Je-
pang, Afrika Selatan, dan Swedia. Stasiun yang sedang dibuat ialah Cina dan
Thailand.
Banyak misi penginderaan jauh antariksa yang akan qqlg masih di
dalam berbigai tahap perencanaan dan pengembangan. tandsat-D direrrcanakan
untuk peluncuran dalam tahun 1982 dan ditingkatkan iadi tujuh saluran
penydr multispektral yutu therutic ruryper. Dibandingkan tqrhadaP Land-
iat sebelumnya, sistem ini pasti memiliki resolusi spasial lebih baik (30 m
versus 80 m), pembedaan vegetasi dapat dimaksimumkan untuk penerapan
bidang pertanian, dan satu kemampuan penginderaan termal. Pesawat ulang-
Aif inijuga menyajikan wahana peluncur baru untuk meletakkan satelit
Gambar 20.16 Citra yang diperoleh dari satelit Landsat-I. Ciha ini dibuat dari sumber daia bumi dalam orbit. Pesawat ulang-alik itu sendiri juga dapat di
ketinggian orbit 570 Mil, menggambarkan seluruh teluk San Fransisco dan gunakan sebagai wahana untuk sensor. Banyak kajian keteknikan yang meli-
sebagian besar lembah Sasramento. (Seizin NASA). puti sejumlatrsensor penginderaan jauh direncanakan untuk pefwal ulang-
itit. plsawat ulang-alik antala lain akan memungkinkan evaluasi terinci atas
data radal dengan resolusi tinggi yang dikumpulkan tlari antariksa. Pesawat
0,8 pm). Paduan dari tiga saluran ini menghasilkan citra paduan warna yang ulang-alik ini juga direncanakan untuk membawa kamera format besar (lihat
mirip dengan foto inframenah benrarna Piutr l.Z.t dan Gamtar 4.4). Kamera ini mempunyai panjang fokus 305 mm
Gambar 20.17a dan20.l7b ialah sebagian dari reproduksi hitam-putih r) dengan format film 230 x 460 mm. Dari ketinggian 300tm' ryasing-masing
yang dibuat dari tandsat-l MSS saluran 5 (saluran merah) dan 6 (saluran kerangka akan meliput 225 x 450 km pada skala I : 1.000.000 dengan reso-
inframerah deka0. Beberapa perbedaan yang agak tegas antara kedua saluran lusi 15 meter.
itu dapat terlihat. Perhatikan misalnya, danau pada 1 dan 2 pada a hampir Untuk masa mendatang juga direncanakan sejumlah aktivitas pengin-
tidak dapat dikenali. Hal ini terutama disebabkan oleh material melayang deraan jauh antariksa oleh banyak perusahaan di luar Amerika Serikat.
dalam air yang memantulkan tenaga merah hampir sama dengan daerah lahan Sebagaicontoh, satelit Perancis yang pertama yaitn Satelit Probatoire pour
di sekelilingnya. Akan tetapi danau-danau tersebut menyerap hampir semua I'Obiemation de liTerre (SPOT-l) akan membawa dua penyiam spektrum
694 695

tampak dengan resolusi tinggi (HRV) dengan rancang bangun lanjut.


Resolusi spasial sistem ini dapat dipilih 20 m atau 10 m, medan pandang
dapat diarahkan dengan kisaran 800 km, dan dapat dihasilkan liputan ste-
reoskopik dari orbit ke orbit. Sistem ini dan sistem lain yang berada di dalam
pengembangan, akan memperoleh data dengan menggunakan proses yang
disebut penyiaman bentuk sapn (pushbroom scanning). Sebagai pengganti
detektor tunggal untuk masing-masing saluran spektral, sensor mendatang ini
akan mengandung ribuan detektor individual yang disusun dalam jajaran lurw
multispektral/multispektral linear arrays (IvtLA).Gambar 20.18 melukiskan
cara kerja proses penyiaman bentuk sapu. Untuk masing-masing saluran
spektral, jajaran lurus detektor diletakkan pada bidang fokal sistem sensor
optik dan diarahkan tegak lurus terhadap arah jalur orbit satelit. Suatu garis
data dipercleh dengan merekam respons elemen detekor sepanjang jajaran itu.
Garis-garis liputan medan berikutnya diperoleh pada saat satelit bergerak me-
lintasi bumi.

Gambar 20.18 Geometri prosedur penyiaman bentuk sapu dengan mengguna-


kan jajaran lurus detektor.

_Garyb1r 20.17 Citra yang diperoleh dari penyiam multispektral (MSS) atau Teknologi jajaran lurus memiliki keunggulan bila dibanding dengan
Satelit Landsat-I. (a) ialah respons yang diperoleh di dalam ialuran 5 yang peka .) cara penyiaman garis secara konvensional. Penyiam bentuk sapu tidak mem-
merah, dan (b) ialah respons dari saluran 6 yang peka inframerah dekat. iferh'aiikan punyai bagian yang bergerak, lebih ringan, penggunaan tenaga sedikit, masa-
danau pada I dan 2 yang hampir tidak dapat diamati karena pengaruh material
lah penanganan data lebih sederhan4 dan mempunyai harapan hidup lebih
felalSng pada (a), tetapi danau ini dapat diamari dengan jelas paaa (a). perhatikan
juga Kota Madison, Wisconsin, yang terletak pada 3ftanipak iebagai-daerah yang Iama. Keterbatasan sistem ini ialah detektor yang ada sekarang tidak dapat di-
lebih cerah pada (a), sedang pada (D) tidak tampak adanya tanda-tanda dierah gunakan untuk panjang gelombang lebih panjang dari 1,05 pm. Akan tetapi
kekotaan. contoh ini melukiskan bagaimana respons dari bagian spektrum elek- detekto-detektor tersebtrt sekarang sedang dalam pengembangan untuk mem-
tromagnetik yang berbeda bermanfaat untuk memperjelas oujek yang berbeda perluas kepekaannyi hingga bagian spektrum termal.
sehingga membantu di dalam interpretasi dan identifikasi. (Seizin NAS.C).
Berrill, A. R., dan E. Clerici: Statistical Tests of Digital Rectihcation of Landsat
Keunggulan utama teknologi jajaran lurus ralahleniadaan cermin pe' Image Data, Australian Surveyor, vol. 28, no. 8, hlm. 497, 1977.
nyiam yang 6rgerat, yang berartimeniadakan distorsi dan pergeseran letak t
I Bryan! E., et al.: Landsat for Practical Forest Type Mapping, a Test Case,
ii"i r""ririturgi-integritas geometrik data MSS. Karena perpaduan keynggul- i Plotograrutetric Engineering and Remote Sensing, vol. 45, no. 12, hlrn.
in i-ni, jajaran-lurushultispektral sedang diusulkan untuk berbagai sistem
a

1575, 1980.
tl
:

i*i O"plt memperoleh liiutan stereoskopik dengan integritas-geometrik , Chevrel, M., et al.: SPOT Satellite Remote Sensing Mission, Photogrammetric
yan; .eraOai ,ntuk mencipai ketelitian pemetaan topografi pada skala 1 : Engineering and Remote Sensing, vol.47, no. 8, hlm. 1163, 1981.
50.000. Colwell, R. N., et al.: Basic Matrer and Energy Relationships Involved in Remote
Reconnaissance, Photogrammetric Engineering, vol. 34, no. 5, hlm. 761,
1953.
20.15 KESIMPULAN Some Significant Elements in the New Remote Sensing Panorama,
Sumeying and Mapping, vol. 34, no. 2, hlm. 133, 1974.
Ruang perlu dibatasi di dalam perbincangan ini. Konsep dasar yang -i Remote Sensing as an Aid to the Inventory and management of Natural
jauh sipil
menentukan rancang bangun dan kegunaan sistem penginderaan Resources, Canailian Surveyor,vol.32, no.2, hlm. 183, 1978.
yang lazim telah dibincangkan. Sebagian Fjat sensor yang telah fiDrncang' -:
Derenyi E. E.: Planimetic Accuracy of Infrared Line Scan Imagery, Canadian
i,*"r"ngr*ati lingkungai terestrial melalui pandangan berbeda dan pening- Surveyor, vol. 28, no. 3, hlm. 747,1974.
peng-
kaAn teris-menerui ta3u temampuan pengadaan data. Pemrosesan data dan S. C. macritchie: Photogrammehic Application of Skylab Photo-
inOeraania* ke 6alani fumat ying terguna bagi mereka yang memantau dan
Sraphy, Canadian Surveyor, vol. 34, no. 2, hlm. 123, 1980.
mengeloia lingkungan, merupakan langkah sangat penting dalam urutan
-Doyle, F. J.: The Next Decade of Satellite Remote Sensing, Photogrammetric
prrglna.rarn ji rt Oa" tiOrt diiagulan_lagi bahwa akan banyak menerima per- Engineering and Remote Sensing, vol. 44, no. 2, hlm. 155, 197E.
'h;;ff A-d"ldi perrclitian merditang. Perkembangan pengetahlan ini.berubah Eastman Kodak Co.: "Kodak Wratten Filters for Scientific and Technical Use," lst
dengan lujo yurig sangat cepat. Evolusi terus-menerus teknik penyimpanan ed., Kodak Scientific and Technical Data Book No. B-3, Rochester, New
O-'int"rpi"tiri fuara-otomitis, kemajuan dalam perangkat_keras sensor, dan York, 1970.
pe*ngt<aian tesdaxan akan kemampuan penginderaan jauh dan penerapannya' "Applied Infrared Photography," Kodak Publication M-28, Rochester,
itpaAi dengan pertembangan pengenalan alas -kebutuhan kita untuk mengeta- New York 1977.
t 11 frUin Uiit riampat rcglatan manusia terhadap lingkungan alam, meyakin' Estes, J. E., et al.: Measwing soil Moisture with an Airborne. Imaging Passive
kan pentingnya penginderaan jauh di masa mendatang' -: Microwave Radiometer, Photogrammetric Engineering and Remote
Sensing, vol. 43, no. 10, hlm. 1273, 1977.
dan L. W. Senger (eds.): 'Remote Sensing: Techniques for Environmental
RUJUKAN Analysis,": Hamilton Publishing Co., Santa Barbarq Calif., 1974.
Fritz, N. L.: Optimum Methods for Using Infrared-Sensitive Color Film,
.dlfoldi, T. T., dan J. C. Munday, Jr.: Water Quality Analysis by Digital Photogrammetric Engineering, vol.33, no. 10, hlm. 1128, L967.
Chromaticity Mapping of Landsat Dsts' Candian Journal of Remote Gammon, P. T., dan V. Carter: Vegetation Mapping with Seasonal Color Infrared
Sensing, vol. 4, no' e hkn. 108' 1978' Photographs, Photogrammetric,Engineering and Remote Sensing, trol.
American Society of Photogrammetry: 'Manual of Photographic Interpretation," 45, no. I, hlm. 87, 1979.
Falls Church, Va., 1960. Gerbermann, A. H., et al.: Color and Color I. R. Films for Soil Identification,
"Manual of Color Photography," Falls Church, Va', 1968' .) Photogrammetric Engineering, vol.32, no. 4, hlrn. 359, 1971.
t t 'Manual of Rernote Sensing," Falls Chrrch, Ya', 1975' Gregory, A. F.: Remote Sensing: A New Look at the Canadian Environment,
n
nr*, 1., dan R' D. Miles: SLAR'Imagery and Site Selection, Photogrammetric Canadian Surveyor, vol. 25, no. 2, hlm. l3l, L971.
-. Engineering, vol. 36, no' 11, hlm. 1155' 1970' Henderson, F. M.: Land-Use Analysis of Radar Images, Photogrammetric and
Barrett, gl C,, a* L. F. Curtis: 'lntroduction to Environmental Remote Sen- Remote Sensr'ng, vol. 45, no. 3, hlm. 295, 1979.
sing," Halsted Press, John Wiley & Sons, Inc', New York' 1975'
698 699

Holz, R. K. (ed): 'The Surveillant Science: Remote Sensing of the Environment," Sayn-\Yittgenstein, L., et al.: The ERTS Experiments of the Canadian Forestry
Houghton Mifflin Company, Boston, 1973. Service, Canadian Surveyor, vol. 28, no. 2, hlm. lLO, 1974.
Hudson, R. D., Jr.: "Infrared System Engineering," John V/iley & Sons, Inc., New Scarpace, F. L., et al.: Scanning Thermal Plumes, Photogrammetric Enginecring
York, 1969. and Remote Sensing, vol. 41, no. 10, hlm. 1223, 1975.
Jackson, M. J., et al.: Urban Land Mapping from Remotely Sensed Data, Photo' dan B. K. Quik: Land Cover Clasification Using Digital processing of
grammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 46, no. 8, hlm. l04l' Aerial Imagery, Photogranmetric Engircering and Remotc Saasing, vol.
1980. 46, no. 8, hlm. 1059, 1980.
Jensen, N.: "Optical and Photographic Reconnaissance Systems," John Wiley & Scherz, J. P., et al.: Photographic Characteristics of \Yater Pollution, photo-
Sons, Inc., New York, 1958. grommetric Engineering, vol. 35, no. 1, hlm. 38, 1969.
Klemos, V., dan W. D. Philpot: Drift and Dispersion Studies of Ocean-Dumped Schmugge, T. J.: Microwave Approaches in Hydrology, Photogrammetric
Waste Using Landsat Imagery and Current Drogues, Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 46, no. 4, hlm. 495, 1980.
Engineering and Remote Sensing, vol. 47, no.4, hlm. 333' 1981. Siegel, B. S., dan A. R. Gillespie (eds.): "Remote Sensing in Geology," John
Klooster, S. A., dan J. P. Scherz: Wster Quality by Photographic Analysis' Photo' Wiley & Sons, Inc., New York. 1980.
grammetric Engineering, vol. 40, no' 8, hlm' 927,1974, Slater, P. N.: A Re-Examination of the Landsat MSS, Photogranmetric Engincer-
Kloostermann, B., et al.: Computer-Assisted Color Separation for the Production ing and Remote Sensing, vol. 45, no. 11, hlm. 1479, 1979.
of Thematic Maps, Canadian Surveyor, vol.28, no. l, hlm. 3l' 1974- __*r "Remote Sensing Optics end Optical Systems," Addison-Wesley Pu-
Leberl, F.: Imaging Radar Applications to Mapping and Charting' Photogramme- blishing Company, Reading, Mass., 1980.
tria, vol. 32, no. 3, hlm. 75, 1976. Smith, W'. L. (ed): "Remote Sensing Applications for Mineral Exploration,"
: Accuracy Anatysis of Stereo Side-Looking Radar, Photogrammetric Dowden, Hutchinson & Ross Publishers, Stroudsburg, Pa., 1977.
Engineering and Remote Sensing, vol. 45, no- 8, hlm. 1083' 1979' S&andberg, C. H.: 'Aerial Discovery Manual," John wiley & sons, Inc., New
Lillesand, T. M., dan R. Vy'. Kiefer: 'Remote Sensing and Image Interpretation," York, 1967.
John Wiley & Sons, Inc., New York, 1979. Swain, P. H., dan S. M. Davis (eds.): '?emote Sensing: The euantitative
Lintz, 1., dan D. S. Simonnett (eds.): "Remote Sensing of Environmenl" Addi- Approach," McGraw-Hill Book Company, New Yorh 1978,.
son-Wesley Publishing Company, Reading, Mass.' 1976. Thompson, L. L.: Remote Sensing Using solid-State Array Technology, Photo-
MacDonald, R. B., dan F. G. HalL Global Crop Forecasling, Science, vol. 208' grammetric Engineering and Remote Sensing, vol. 45, no. l, hlm. 47,
hlm. 670, 1980. 1979.
'Warne,
Madden, J; D.: Coastline Delineation by Aerial Photography, Australian D. K., et al.: Landsat Imagery as a Tool in Regional Planning, Australian
Surveyor, vol. 29, no. 2, hlm. 76, 1978. Surveyor, vol. 28, no. 3, hlm. 128,1976.
'lVolfe,
Mead, R. A.: Occupational Preparation in Remote Sensing, Photogrammetic E. W.: Thermal IR for Geology, Photogronmetric Engineering, :vol.37,
Engineering and Remote Sensing, vol. 45, no. 11, hlm. l5l3' 1979. no. 1, hlm. 43, 1971.
Merideth, R. W.: Doctoral Dissertations Pertaining to Remote Sensing and Yost, E., dan S. Wenderoth: Multispectral color for Agriculture and Forestry,
Photogrammetry-A Selected Bibliography, Photogrammetric Engine' Phatogrammetric Engineering, vol.32, no.6, hlm. 590, 1971.
ering and Remote Sensing, vol. 47, no. 5, hlm. 617, 1981.
Motl G., dan H. J. Chismon: The Use of Satellite Imagery for Yery Small Scale
P.
Mapping, Photograrnmetric Record, vol. VIII, no. 46, hlm. 458' 1975. SOAL
Payne, D. P.: "Aerial Photography and Image Interpretation for Resource Mana- U r,
gement," John Wiley & sons, Inc., New York, 1981. 20.1 Definisikan istilah "penginderaan jauh" dan bincangkan secara singkat
Rudd, R. D.: '?.emote Sensing : A Better View," Duxbury Press, North Scituate, beberapa penerapannya
' Mass., 1974. 20.2 Dalam cara apa tenaga elektromagnetik yang datang dapat berinteraksi
Sabins, F. F., Jr.: "Remote Sensing: Principles and Interpretation," Freeman dengan kenampakan di permukaan bumi.
Press, San Francisco, 1978. 20 .3 Jelaskan mengapa cahaya lampu biru dapat digunakan untuk pemotetan
di dalam ruang dengan film siang hari.
700

20.4 Jelaskan istilah "benda hitam" dalam hubunS&nnya dengan LAMPIRAN


deraan jauh.
20.5 Mengapa pemoftet dari udara memperhatikan tenaga terhambur? Lang- A
kah apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang disebabkan oleh
tenage terhambur?
20.5 Sering diinginkan untuk menggunakan eitra foto dalam paduan dengan
KESALAHAN ACAK DAN PENYESUAIAN
citra penyiam termal. Mengapa? KUADRAT TERKECIL
20.7 Bandingkan radiometer dan penyiam.
20.t Apakah keunggulan analisis data penyiam multispektral dalam format
pita komputer tersesuaikan daripada dalam bentuk gambar?
20.9 Jelrskan perbedaan antara sistem penginderaan jauh aktif dan pasif.
Klasifikssikan masing-masing sensor yang dibincangkan di dalam bab
ini ke dalam kategori aktif maupun pasif.
20 .1 0 Bincangkan keunggulan dan keterbatasan rsdar dari udara pandang-sam-
ping (SLAR).
20.ll Apakah data rujukan itu? Bincangkan bagaimana karakternya dapat ber-
beda bagi proyek pemetaan fotografik bila dibanding dengan kajian A.1 KLASIFIKASI KESALAHAN
pencemaran melalui penyiam termal.
20.L2 Apakah keunggulan dan keterbatasan teknologi jajaran lurus untuk Di dalam proses pengukuran suatu jumlah, faktor seperti keterbatasan
penyiaman multisPektral. manusia, ketidaklen gkapan instrumen, dan ketidakstabilan alamiah serin g
20.13 Bacalah rujukan yang terdaftar pada akhir bab ini. Tuliskan laporan t menyebabkan nilai yang terukur tidak tepat. Sehubungan dengan faktor-faktor
singkat tentang salah satu keberhasilan peneraPan penginderaan jauh' tersebut maka meskipun pengukuran dilaksanakan dengan cermat, akan selalu
terjadi beberapa kesalahan. Fotogrametri merupakan ilmu pengetahuan yang
sering memerlukan pengukuran dan oleh karenanya penting untuk memahami
kesalahan-kesalahan, tefmasuk bagaimana kesalahan itu terjadi dan bagaimana
mengatasinya di dalam perhitungan. Sebelum membincangkan perlakuan ter-
hadap kesalahan, akan bermanfaat apabila kesalahan dikelompokkan sebagai
berikut:
Kesalahan sistematik. Suatu kesalahan di dalam pengukuran yang mengikuti
hukum matematik atau hukum fisik. Apabila kondisi yang menyebab-
kan kesalahan diukur, koreksinya dapat dihitung dan kesalahan siste-
matik tersebut dihapuskan. Kesalahan sistematik akan selalu tetap
besarannya maupun tanda aljabarnya apabila kondisi yang menyebab-
kannya sama. Karena tanda aljabamya cenderung tetap sama, kesalahan
sistematik terhimpun dan sebagai akibatnya maka sering disebut
t) kesalahan kumulatif. Contoh kesalahan sistematik di dalam foto-
grametri ialah pengkerutan atau pengembangan foto, distorsi lensa
kamera, dan distorsi pembiasan atmosferik.
Kesalahan acak. Sewlah kesalahan sistematik ditiadakan, kesalahan yang
masih ada disebut kesalatran acak atau kesalahan kebetulan. Kesalahan
acak pada umimnya kecil, akan tetapi tidak pernah dapat seluruhnya
742 703

dihindari di dalam pengukuran. Kesalahan acak tidak mengikuti hu- beberapa kali secara langsung dan terpisah dengan pengamatan yang
kum fisika seperti fesAanan sistematik, dan oleh karenanya kesalahan berbobot sama, tidak lain merupakan rerata, atau:
ini harus aipertatutan sesuai dengan hukum matematika yaitu proba-
bilitas. Kesalahan acak dapat berupa kesalahan positif maupun negatif, MPV =bm (A.1)
sehingga ada kecenderungan saling menghapuskan satu sama lain dan
sering-disebut kesalahan yang saling menghapus (compensating Di dalam persamium A.1, >r ialah jumlah pengukuran terpisah dan m
errois). Contoh-contoh terjadinya kesalahan acak pada fotogrametri merupakan jumlah pengamatan. Cara menghitung nilai paling mungkin bagi
ialah di dalam menaksir antara pengukuran bagian terkecil suatu skala jumlah yang ditentukan melalui pengamatan tak langsung yang dibobot seca-
pengukur atau di dalam pemberian indeks sebuah skala. ra sama atau tak sama, disajikan pada bagian akhir lampiran ini.

Perlu kiranya dicatat bahwa kesalahan atau kekeliruan yang dihasilkan


dari kekurangceflnatan atau kekacauan tidak dikelompokkan sebaSai kesalah- Residual. Beda antara jumlah terukur dan nilai paling mungkin bagi jumlah
an. tlal ini dapat dihapuskan dengan kecermatan dan ketajaman perhatian. Un- tersebut. Ini merupakan nilai yang dibincangkan di dalam penghitung-
tuk selanjutnya, di dalam perbincangan diasumsikan bahwa semua kekeliman an penyesuaian, karena kesalahan tak dapat ditentukan secara pasti.
dan kesaiahan sistematik tetatr OitiaOatran dari nilai terukur dan hanya kesalah- Istilah "kesalahan" sering digunakan dengan makna yang sama dengan
an acak yang masih ada. Perlakuan terhadap kesalahan acak merupakan per- "residual", dan meskipun keduanya sangat serupa, ada perbedaan teore-
bincangan lampiran ini. rik.

Tingkat kebebasan (degrees of freedom). Jumlah pengamatan berlebihan (yang


A.2 DEFINISI melebihi jumlah yang sebenarnya diperlukan untuk menghitung bagi-
an tak diketahui). Pengamatan berlebihan mencerminkan ketidakse-
Definisi terminologi berikut perlu mendahului perbincangan tentang suaian nilai teramati dan memungkinkan pelaksanaan penyesuaian
kesalahan acak: kuadrat ierkecil untuk memperoleh nilai paling mungkin.

Pengamatan (observations). Jumlah yang langsung diamati (diukur) yang


l
Bobot. Nilai relatif suatu pengamatan dibandingkan terhadap pengamatan
mengandung kesalahan acak. lain. Pengukuran dapat dibobot dalam penghitungan untuk penyesuai-
an sehubungan dengan kecerma[annya. Nilai yang terukur sangat
Nilai sebenarnya ($\e value). Nilai yang secara teoretik benar atau tepat. cermat sewajarnya dibobot berat di dalam suatu penyesuaian sehingga
Akan tetapi, di dalam pengukuran maka nilai sebenarnya tidak pernah koreksinya lebih kecil daripada jumlah yang kurang cermat. Apabila
dapat ditelltukan, karena betapa pun kecermatan dilakukan di dalam alat dan prosedur yang sama digunakan di dalam sekelompok peng-
pengukuran, akan selalu terjadi kesalahan acak. ukuran, tiap pengukuran harus dibobot sama. Bobot dibincangkan
lebih jauh pada Butir A.6.
Kesalahan (error). Beda antara jumlah terukur dan nilai sebenarnya jumlah
tersebut. Karena nilai sebenamya atas jumlah terukur tidak pernah Simpangan baku (standad deviation). Suatu jumlah yang digunakan untuk
dapat ditentukan, kesalahan juga dapat ditentukan secara pasti, sehing-
menyatakan ketepatan sekelompok pengukuran. Simpangan baku
ga hanya benrpa jumlah teoretik. kadang-kadang disebut,tesalahan akar pangkat dua rerala (rootmean
t) square error). Simpangan baku juga disebut kesalahan 68 persen,
karena menurut teori probabilitas, 68 persen pngamatan di dalam satu
Nilai paling mungkin (most probable value). Nilai jumlah tergklr yang
-
berdasarkan pengamatan memiliki kemungkinan terbesar. Nilai paling
kelompok harus memiliki residual lebih kecil dari simpangan baku.
mungkin ditentukan berdasarkan penyesuaian kuadrat terkecil (least Suatu pernyataan bagi simpangan baku suatu jumlah hasil penga-
matan langsung dengan bobot sama ialah
squares adjusment), yang didasarkan atas hukum matematik probabi-
litas. Nilai paling mungkin bagi suatu jumlah yang telah diukur
7M 705

,=\F (4.2)
3. Dengan persamaan A.2, simpangan baku ialah:

r *
Di dalam persamaan A.2, ^S ialah simpangan baku, Il merupakan
= \nfl3+= 0,016 mm

jumlah kuadrat residual, dan r merupakan jumlah tingkat kebebasan. Apabila


rz merupakan pengukuran berulang bagi jumlah yang sama (hal yang wajar
pada fotogrametri), pengukuran pertama menghasilkan suatu nilai bagi yang
A.3 HISTOGRAM
tidak diketahui dan semua pengukuran lainnya, yang jumlahnya (m-l) me- Histogram ialah suatu gambaran grafik distribusi sekelompok peng-
rupakan kelebihan. Satuan simpangan baku sama dengan satuan pengukuran
ukuran atau residual bagi sekelompok pengukuran. Histogram menggambar-
asli. kan bentuk yang mudah dicema tentang sifat peristiwa kesalahan acak. Secara
sederhana maka histogram merupakan diagram batang yang ukurannya sesuai
Contoh A.l dengan nilai-nilai terukur alau ukuran residual sebagai absis, dan frekuensi
Sepuluh nilai yang terdaftar pada lajur a di bawah ini diperoleh dalam peristiwa sebagai ordinat. Contoh sebuah histogram residual bagi 50 peng-
mengukur jarak fotografik dengan skala kaca. Tiap nilai diukur dengan meng- ukuran jarak sebuah foto disajikan pada Gambar A. 1.
gunakan instrumen dan prosedur yang sama, sehingga dapat diasumsikan bo- Histogram memperagakan secara grahk tentang sekelompok informasi
botnya sama. Berapakah nilai paling mungkin dan simpangan baku kelompok tertentu sebagai berikut:
pengukuran itu. 1. Apakah pengukuran atau residual terpencar secara simetrik di seputar nilai
sentral.
(a) (b) (c) 2. Pencaran total atau dispersi pada nilai terukur atau di dalam residual.
Nilsi terukur Residual* Kuadrat residual 3. Presisi nilai terukur. (Sebuah histogram yang tinggi dan sempit meng-
mm mm rn*2 isyaratkan presisi tinggi, sedang histogram yang pendek dan lebar meng-
105,n 0,005 25x 10-6 isyaratkan presisi rendah).
105,26 - 0,015 225
105,29 - 0,015 22s
Berbagai bentuk histogram akan diperoleh bagi pelaksanaan yang ber-
beda dan bagi alat yang berbeda. Histogram hasil pengukuran berbagai kom-
105,29 0,015 225
parator untuk jarak fotografik misalnya, mungkin sekali akan membuahkan
105,30 0,u5 625
histogram yang sangat sempit dengan sebuah ordinat tinggi pada bagian te-
105,27 0,005 25
105,26 - 0,015 225
ngahnya. Histogram jarak yang sama yang diukur dengan jumlah pengukuran

105,28 - 0,005 25
sama dengan menggunakan skala keteknikan dan digambarkan dengan skala
sama, akan lebih lebar, dengan nilai ordinat jauh lebih rendah di bagian te-
105,28 0,005 25
ngahnya.
LOs-25 0.025 62s
2= 1.052J5
- 2v2 =2.25O x 10-6
Apabila suatu histogram residual digambar, residual itu dihitung dan
diklasifikasikan di dalam kelornpok atau kelas sesuai dengan ukurannya. Ki-
saran nkuran residual pada tiap kelas disebut interval kelqs.l-ebu batang pada
l. Dengan persamaan A.l, nilai paling mungkin bagi jumlah yang telah di- histogram sama besar dengan interval kelas, dan bagi Gambar A.l maka
ukur beberap kali secara langsung dan mandiri ialah: .) lebar-nya 3 pm. Perlu dipilih interval kelas yang mencerminkan pencaran
residual secara tepat, dan biasanya interval kelas yang membuahkan sekitar 15
MPV=tr=105,275mm batang ftelas) pada grafik itu ideal. Jumlah residual di dalam tiap kelas
12. Residual yang terdaftar pada lajur (b) di atas diperoleh dengan jalan (frekuensi residual) selanjutrrya dihitung dan digambarkan pada skala ordinat
yang dilawankan terhadap ukuran residual bagi kelas itu pada skala absis.
mengurangkan MPV dari tiap pengukuian. Akar residual disajikan pada
lajur (c).
7M 70't

Ukuran residual

16.5 I0.5 4.5 0 4.5 10.5 16.5

Ukuran residual
Gambar A.2 Kurva Distribusi Normal

Cambar A.1 Histogram bagi lima puluh pengukuran jarak pada sebuah foto. residual. Apabila jumlah pengukuran pada kelompok itu sangat besar dan apa-
bila ukuran interval dibuat sangat kecil, kurva yang dihasilkan menjadi halus
dan berkesinambungan, seperti tedadinya pada Gambar A.2.

A.4 DISTRIBUSI NORMAL KESALAHAN ACAK Persamaan untuk kurva distribusi ialah:

Pada perbincangan selanjutnya diasumsikan bahwa kesalahan terjadi y= hr-h2v2 (A.3)


menurut distribusi norrnal.Ini mempakan asumsi yang baik di dalam fotogla-
metri karena sebagian besar distribusi pada kenyataannya mengikuti kurva
G
normal atau mendekati normal. di mana y = ordinat kurva distribusi normal dan besar dengan frekuensi
Distribusi normal yang sering disebut Gaussian distribution ialah dis- relatif terjadinya residual antara ukuran v dan (v + Av)
ribusi yang grafiknya berbentuk bel seped yang disajikan pada Gambar A.2. e = dasar logaritma normal
h = telapan yang hrgantung pada presisi instrumen.
Bentuknya simetris di sebelah kanan dan kiri ordinat bagi residual bernilai
nol. Bagi pengukuran yang berjumlah sangat besar, kurvanya dapat diperoleh Asal mula Persamaan A.3 berada di luar lingkup perbincangan ini,
dengan cara yang sangat mirip dengan histogram, kecuali bahwa ukuran resi akan tetapi dapat diperoleh pada rujukan yang didaftar pada hgian akhir lam-
dual digambarkan pada absis dan/retuensi relatif terjadinya peristiwa digam- piran ini. Pada Gambar A.2, kemungkinan terjadinya suatu residual antara
barkan pada ordinat. Frekuensi relatifresidual yang terjadi pada interval Av batas v dan (v + Au) sama besar dengan luas daerah yang disilang di bawah
merupakan rasio antara jumlah residual di dalam interval itu dan jumlah total kurva antara dua bahs itu. Ini merupakan hasil ordinat y dikalikan dengan in-
--__----

708 709

terval Av. Bagi suatu pengukuran tunggal dari sekelompok pengukuran, kan, dan mencerminkan adanya banyak kesalahan dan kekeliruan sehingga
kemungkinan terjadinya residual antara dua absis pada kurva (seperti antara dapat diambil langkah-langkah untuk meniadakannya.
dan + S pada Gambar A.2) sama besar dengan luas daerah di bawah
-,S
kurva distribusi normal antara dua absis itu. Karena bagi sekelompok peng-
ukuran maka semua residual harus berada pada skala absis kurva distribusi A.6 PENGAMATAN TERBOBOT
normal, luas total daerah di bawah kurva mencerminkan jumlah kemungkinan
dan oleh karenanya maka besamya 1,0. Luas daerah di bawah kurva antara dua Bobot nilai pengamatan individual dapat ditentukan berdasarkan perki-
absis sembarang dapat diperoleh dengan mengintegrasikan persamaan A.3 raan apriori, atau dapat diperoleh dari simpangan baku pengamatan bila ada.
an[ara batas dua absis itu. Integrasinya di luar lingkup perbincangan ini, Suatu persamaan yang menyatakan hubungan antara simpangan baku dan
tetapi penting untuk dikemukakan bahwa luas daerah antara S dan + S bobot ialah:
(digambarkan gelap pada Gambar A.2) sebesar 68 persen seluruh luas daerah -
I
di bawah kurva itu. Oleh karena itu maka S disebut kesalahan 68 persen, P,=GF (A.5)
seperti diutarakan sebelumnya.
Qi dalam persamiurn 4.5, pi merupakan bobot jumlah teramati ke-i
dan (S)2 merupakan pangkat dua simpangan baku atat-varian pengamatan.
A.5 PENGANTAR BAGI KUADRAT TERKECIL Persamaan A.5 menyatakan bahwabobot berbanding terbalik terhadap varian.
Apabila nilai terukur dibobot di dalam penyesuaian kuadrat terkeCil, maka
Kuadrat terkecil merupakan suatu prosedur untuk menyesuaikan peng- persyaratan pokok yang harus dipenuhi ialah bahwajumlah bobot dikalikan
amatan yang mengandung kesalahan acak. Ini bukan merupakan metode baru. dengan hndrat residrul yang bersangkutan diminimalkan atau di dalam bentuk
Seorang ahli matematika berbangsa Jerman menggunakan metode ini pada persamium.
awal abad ke-18. Akan tetapi hingga ditemukannya komputer, jarang sekali
digunakan karena panjangnya perhitungan yang perlu dikatakur.
Bagi sekelompok pengamatan berbobot sama, persyaratan utama yang io,tr)' = n(r)2 + pz(uz)z + p3(r3)2 +..+p^(r^)2 = minimum (,l.6)
harus dikenakan bagi penyesuaian kuadrat terkecil ialah bahwajumlahkuadrat i=l
residual diminimolkan Persyaratan ini, yang telah dikembangkan dari persa-
maan bagi kurva distribusi normal, menyajikan nilai paling mungkin bagi
jumlah yang disesuaikan. Misalnya sekelompok pengukuran berbobot sama,
m, dilakukan dengan residual vt, vz, v3 ..... vm. Selanjutnya di dalam bentuk A.7 MENERAPKAN KUADRAT TERKECIL
persam:um maka persyaratan utama kuadrat terkecil dinyatakan sebagai:
Di dalam metode permm:urn pengamatan bagi penyesuaian kuadrat ter-
kecil, ditulis perEaDutan pengarwtan yang berkaitan dengan nilai terukur ter-
hdap kesalahan residual dan parameter yang tak diketahui. Untuk pemecahan
f,i=l {r, )' = (r, )' * (ur)' + (v3 )2 +..... *(r ^)' = minimum
. (A.4)
yang unik maka jumlah persamaan harus sama besar dengan jumlah yang tak
diketahui. Bila dilakukan pengamatan berulang, maka dapat ditulis persamaan
pengamatan yang lebih banyak dari yang diperlukan untuk pemecahan unik,
Beberapa asumsi pokok yang mendasari teori kuadrat terkecil ialah
dan nilai paling mungkin dapat ditentukan dengan metde kuadrat terkecil.
bahwa jumlah pengamatan yang disesuaikan besar dan distribusi frekuensi
kesalahannya normal. Meskipun asumsi pokok ini tidak selalu dapat dipe-
J Bagi sekelompok pengamatan yang berbobot sama, atau persamaan bagi tiap
t kesalahan residual dapat diperoleh dari tiap persamaan pengamatan. Residual
nuhi, penyesuaian kuadrat terkecil tetap merupakan perlakuan kesalahan yang
paling jelas di antam yan'g ada, dan oleh karenanya menjadi sangat populer dan
penting dalam berbagai bidang fotogrametri modern. Di samping membuah-
dipangkarduakan dan dirambahkan untuk memperoreh fungs i it",)'.
kan nilai paling mungkin bagi nilai yang tak diketahui, penyesuaian kuadrat i=l
terkecil juga memungkinkan presisi jumlah yang disesuaikan untuk ditcntu- Untuk meminimalkar fungsinya, dilakukan pengubahan parsial sesuai dengan
710 7rl
variabel
lang r,at dikenal dan menyetelnya sebesar nol. Ini akan membuatrkan m
serangkaian pe.rsaraan yang disebut periamaan normal yang jumlahny"'oru
besar dengan jumlah yang tak diketahui. persamaan normal-digunakan untuk !(r,)' = (x + /- 3,0)'+ (x
- 1,5)2 + (y
- r,a)z
memperoleh nilai paling mungkin bagi nilai yang tak dikerahul i=l
Fungsi tersebut di atas dimihimalkan, dengan memasukkan pe$yaratan
kuadrat terkecil, dengan jalan mengambil ubahan parsial yang berkaitan de-
Contoh A.2
ngan tiap nilai yang tak dike0ahui dan menyetelnya sama besar dengan nol.
. sebagai salah satu contoh elementer yang melukiskan metode penye- Ini membuahkan dua persamaan berikufi
suaian kuadrat terkecil aelg{ metode persamaan pengamatan, perhatikan tiga
pengukuran sama bobot berikut yang dilakukanitas titit p"i" #= 0 3,0) + 2(x- 1,5)
Gambar A.3.
A',b, dan C =Z(x+y -
++=
dy
o =2(x+y
- 3,0) + 2(y
- 1,4)

Persamaan di atas ini disebutpersanwan normal. Persamaan normal


yang direduksi ialah:
2x +Y = 4,5
x+2Y=!,4
Gambar A.3 Pengukuran bagi penyesuaian kuadrat terkecil, Soal 2.
Dengan mengerjakan persamaan normal tereduksi secara bersama-sama
membuahkan x = 1,533 dan y = 1,433. Menurut teori probabiliras, nilai ini
,t+) =l,Q memiliki probabilitas paling besar. Bila diketahui nilai paling mungkin bagi
x =1,5 yang tak diketahui, residual dapat dihitung dengan substitusi kembali ke per-
Y =lA samaan pengamatan yang orisinal, atau:

- Tiga persamaan ini mengkaitkan dua nitrai rak diketahui.r dan y terha-
Nilai.r dan y dapatdiperoleh dari salah *to p"or..ri t"rr"-
vl = 1,533 + t,433- 3,000 =
- 0,033
$n neryamaan. v2= 1,533 1,500 = 0,033
but sehingga sisa persamaan lainnya berupa kerebihan ut"u p.ngururg*. -
vt=1A33-1,400=0,033
Akan tetapi pertu diperhatikan bahwa nilai yang operoreiiuisifGrueoa
g:lg1 {, persamaan mana di antara keduanya yang diguna_ Contoh di atas ini memang sederhana, tetapi menyajikan metode kua-
kan. oleh Pergantung.pada
karena itu jelas bahwa persamaan tersebut mengandung tisaurran. drat terkecil tanpa meruwetkan matematikanya. Penyesuaian kuadrat terkecil
Persamaan tersebut dapat diturii kembali sebagai pr*i"*n
irnlurut rr bagi sistem besar persamaan pengamatan dilakukan dengan cara serupa
dengan meliput kesalahan residrul sebagai berikut:

X*! =3,0+v1 A.t FORMULASI SISTEMATIK PERSAMAAN NORMAL


x =1,5+vz
Y =1,4+vl Di dalam sistem besar persamaan pengamatan, akan lebih bermanfaat
pada pemecahan kuafrat tertecil, persamarxn pengamaEn untuk menggunakan prosedur sistematik bagi formulasi persamaan normal.
,,^.-__ -U_lJS,Tmpar oJ l,
Perhatikan sistem berikut tentang persilmaan pengamatan m sama bobot yang
orarur kembali guna memperoleh pernyataan bagi kesalahan residuil, yurg
mengandung nilai tak diketahui n:
dikuadratkan dan ditambahkan untuk membentuk fungsi
iO), sebagai a1A + b1B + c1C + ..... + n1N Lr = vt
i=l a2A+ b2B + czc + ..... + n2N
- L2= v2 (A.7)
berikul -
a^A + b^B +nc^C + ..... + n"tt'l Lm= 9m
-
712

lwahn
Di dalam Persamaan A.'1, a, b, c, dan sebagainya merupakan koefisien
bagi nilai tak diketahui A, B, C, dan sebagainya; L merupakan tetapan, dan v Persamaan no. a bb al bl
merupakan residual. Dengan mengkuadratkan residual dan menjumlahkannya, 1l 3 ,0 l1 3,0 3,0
akan-terbentuklah fungsi lv2. Dengan mengambil ubahan parsial Ivz yang 2l I ,5 l0 1,5 0
be*aitrn dengan nilai tak diketahuiA, B, C dMtsebagainya, dibuahkan persa- 30 I .4 00 0 t.4
maan normalir. Setetatr mereduksi dan memfaktorkan persam:ran normal, di- 2r24,54,4
hasilkan sistem tergeneralisasi untuk menyatakan persamaan normal berikut: lrul tel Lbb) tal) lbLl

[aa)A + [ab)B + [ac) C+ ... + lan)N = laL)


lbalA+lbblB +lbclC + ...+lbniN =lbLl Untuk contoh ini, persamaan numal disusun dengan memenuhi Persa-
IcaTA+lcb)B +lcc)C + ...+ lcn]N =lcLj maan A.8 sebagai berikur

laah+[ably=laL]
[na)A + lnb)B + lnc]C +... + [nn]N = lnL)
labh+lbb)Y=lbLl
Pada Persamaan A.8, simbol [ ] mengisyaratkan jumlah produk, Dengan melakukan substitusi nilai yang sesuai, dari tabel di atas diha-
misalnya faa) = 4ro, + azaz + a3a3 +...... + a^a^ ilabl = albr + a2b2 +a3b3
silkan persamaan normal yang diinginkan sebagai berikut:
+ ... + a^b^dan sebagainYa
2x+Y=4,5
Dengan cara serupa dapat ditunjulftan bahwa persamaan ry1m1l danat x+2Y=4t
dibentuk g(;ara sistematit UeiOasart an persamaan pengamatan berbobot de-
ngan cara berikut:
(paa)A + (pab\B + (pac)C + ... + (pan)N = (pqL)
(bpa)A + (pbb)B + (pbc)C + ... + (pbn)N =(pb!.) A.9 METODE MATRIKS DALAM PENYESUAIAN KUA.
(pro)A + (pcb)B + (pcc)C + ... + (pcn)N = QtcL) (A.e) DRAT TERKECIL

(pna)A + (pnb)B + (pnc)C + ... + (pnn)N = (pnL) Telah diutarakan di depan bahwa perhitungan kuadrat terkecil sangat
berkepanjangan dan oleh karenanya paling ekonomik kalau dilakukan dengan
Tanda-tanda yang digunakan pada Persamaan A.9 sama dengan yang komputer. Pendekatan aljabar-Persamaan A.8 dan A.9-untuk menyusun
diutarakan sebelumnya, kecuali p yang merupakan bobot relatif pengamatan persamaan normal dan sekaligus untuk memperoleh pemecahan, dapat dipro-
individual. Contoh tanda dalam kurung ialah lpaal= ppLal + p2a2a2+ "'." gram pada penyelesaian komputer. Akan tetapi, prosedur ini dapat diubah
+ pmaman; [pbL] = p1b1L1 +p2b2L2 + .."' + p^b^L^ i dan seterusnya' dengan mudah ke rnetode matriks.
Di dalam mengembangkan persamaan matriks untuk perhitungan kua-
Penyusunan pers:rmaan normal berdasarkan persamaan pengamatan drat terkecil, akan dilakukan analogi terhadap pendekatan aljabar yang disaji-
dapat lebih disistemitikan dengan menyusun sistem Persamaan A.8 dan A.9 kan pada Butir A.8. Mula-mula, Persamaan pengamatran (A.7) dapat disajikan
dengan cara tabuler. dalam bentuk mafiiks sebagai berikut:
,l o)(t = t aV1 (A.10)
^An ^L1
Contoh A.3 dimaru
Susunlah Persamaan normal bagi Contoh A.2 dengan menggunakan
metode tabuler.
A
a1 b1 c1 B
lp,
a2 b2
^=.f
c2 ,r)
X=
c
P=l-
am bn

_1""
lt4
, lr,
lI^ Di dalam persamaan di atas, matriks P, semua unsur luar diagonal
lo t,, ditunJukkan sebesar nol. Hal ini sesuai apabila pengamatan individual bersifat
lt4 lv, mandiri dan tidak terkait, misalnya pengamatan itu tidak tergantung satu
L= I
v=l: terhadap yang lain. Ihi hampir selalu terjadi di dalam fotogrameri.

I
Contoh A.4
I I
Kerjakan Contoh A.2 dengan menggunakan metode matriks.
^L1 ^Lv^ (c) Persamaan pengamatan bagi Contoh A.2 dapat dinyatakan pada bentuk
Dengan mempelajari penyajian matriks berikut, akan terlihat bahwa t| mariks sebagai berikut:
Persamaan normal A.8 dapat diperoleh sebagai berikut: 3
1T111= qTy (A.11) AzzXt= 3L1+ 3V1

Pada persamaan di atas,


ATA adalah matrik koefisien persamaan di mana
normal dari bilangan tak diketahui. Kalikan kedua bagian Persamaan A.ll
lTl
dengan dan kurangkan, hasilnya adalah:

1;ra1-r (ArA)X = (Ar11't trr; ^


=,[i i]' '=,[;]' '=Jf i]' '=,[l]'
N = (ArA)'r ArL
(b) Dengan mengerjakan Penamaan matriks A.12.
X = (Ar11'11r7 (A.12)
Di dalam persamaan di atas,l ialah matriks identitas. Persamaan A.12
merupakan persamaan matriks dasar kuadrat terkecil bagi pengamatan sama (o'u) =il?l =tl tl
bobot. Matriks X terdiri atas nilai paling mungkin bagi nilhi tak dikenal, A,
B, C, ..... , N. Bagi suatu sistem pengamatan terbobot, persamaan ,matriks
r)
[i l]
berikut menyajikan matriks X bagi nilai paling mungkin untuk nilai tak di-
kenal. (ere)'' =+[_r,;) ^r, = l1,l^)
Y= 6rf t)- r ATPL (A.13)
Di dalam Persamaan A.13, matriksnya identik terhadap persamaan sa- 4,s-l
ma bobot, kecuali bahwa matriks P merupakan matriks diagonal bobot dan x = (,rre[ ArL= +t:, ;] t 4,4 )
= [-r,533-l
11,433.]
didefinisikan sebagai berikut:
7t6 717

Perhatikan bahwa penyelesaian ini membuahkan nilai persis sama de- t-l

il itiiil - [r,i] i :'r:l


ngan , dan y yang diperoleh melalui pendekatan aljabar pada Contoh A.2.
'=Ll
A.1O PERSAMAAN MATRIKS BAGI KETELITIAN JUMLAH (b) Menurut Persamaan A.15, simpangan baku berat satuan adalah:
TERSESUAIKAN
[- 0,033-l
Persamaan matriks untuk menghitung residual setelah penyesuaian,
baik penyesuaian itu tertimbang maupun tidak, adalah:
vrv = [- 0,033 0,033 0,033] IL o,or
0,0331
I
= 0,0033

V=AX-L (A.14)
Simpangan baku berat satuan bagi suatu penyesuaian tak tertimbang
s^=.@=+0,057
" y 3-2
adalah:
(c) Dengan menggunakan Persamaan A.17, simpangan baku nilai tersesuai-
kan bagi r dan y ialah:
,r=1P (A.ls) S,=* 0,057{-2R=+0,046
Simpangan baku berat satuan bagi suatu penyesuaian ialah: Sy = t 0,057 "'/ 2[3 = !0.M6
t Pada Butir c di atas, nilai2l3 di bawah akar ialah unsur (1.1) dan (2.2)
0; elemen dad (ATA)-I mariks pada Contoh A3' Interpretasi simpangan baku
$= lf
yang dihitung pada Butir c ialah bahwa ada kemungkinan sebesar 68 persen
(A.16) t
ierjadinya nilai tersesuaikan bagi x dan y berada di dalam 0,046 dari nilai
Di dalam Persamaan A.l5 dan A.16, r ialah jumlah tingkat kebebasan sebenarnya. Ingat bahwa bagi contoh soal sederhana ini, tiga residual yang
yang sama besar dengan jumlah persamaan pengamatan dikurangi jumlah dihitung pada Butir a sama besar, dan juga simpangan baku x dan y pada Butir
nilai tak dikenal, atou r = (m- n). c sami besar. Hal ini disebabkan karena sifat simetrik soal khusus ini
Simpangan baku jumlah tersesuaikan ialah: (tercermin pada Gambar A.3), akan tetapi biasanya tidak terjadi pada soal yang
lebih rumit.
s,,='{(Qii (A.17)
Pada Persamaan A.17, S1; merupakan simpangan baku ke-i jumlah A.11 CONTOH PRAKTIS
tersesuaian, misalnya jumlah dalam lajur ke-i matriks X; So merupakan sim-
pangan baku berat satuan yang dihitung dengan Persamaan A.15 atau A.16;
Contoh berikut disajikan untuk menggambarkan penerapan praktis
kuadrat terkecil di dalam fotogrametri. Contoh ini juga menunjukkan cara
d^n Qxfii ialah unsur dalam baris ke-i dan lajur ke-i mariks (A7A)-1, untuk
menghitung koefisien polinomial yang mendekati kurva distorsi radial lensa
nil4 tak berbobot, atau matriks (Arf 41'r bagi yang berbobot. Matriks bagi kamera udara (lihat Butir 5.12).
($ayt danq+rp{-r dinamakan matriks kovarian.

Contoh A.6
Contoh 4.5
Dari data kalibrasi distorsi-radial-lensa suatu kamera udara yang disaji-
Hitunglah simpangan baku berat satuan dan simpangan baku jumlah kan pada tabel berikut, hitunglah koefisien polinomial yang mendekati kurva
tersesuaikan x dan y bagi soal Contoh A.4 yang tak terbobot. distusi radial lensa.
(a) Berdasa*.an Persamaan A.14, residual adalah:
719

kr= 1,99697 x 10-4 k3=-1,97388x l0-ll


Jarak radial Distorsi-radial-lensa k2= 1,94801 x 10-7 kq=0A3934 x 10-15
r. mm Ar, mm
0,000 0,000
Dengan menggunakan empat t pada Persamaan A.18, distorsi radial-
20,o72 lensa pada sembarang nilai r dapat dihitung secara langsung.
0.004
40,855 0,018
63.155 0,047
88,034 o,062 RUJUKAN
I 16,995 0,035
t52,475 *0,064 American Society of Photogrammetry: "Manual of Photogrammetry," ed. ke-3,
Falls Church, Ya., 1966, Bab 2.
"Manual of Photogrammetry", ed. ke-4, Falls Church Va., 1980,
Jow'ahn
--: Bab 2.
Seperti tercermin pada Butir 5.12, suatu polinomial pada bentuk beri- Benjamin, J. R., dan C. A. Cornell: "Probabiliry, Statistics and Decision for Civil
kut memberikan batasan memuaskan terhadap distorsi radial-lensa: Engineers,"McGraw-Hill Book Company, New York, 1970.
Crandall, K. C., dan R. W. Seabloom: "Engineering Fundamentals in Measure-
Lr = kt +k2r3 + k3r5 + kar1 (A.18)
ments, Probability and Dimensions," McGraw-Hill Book Company, New
4

Pada Persamaan A.18, A/ ialah distorsi radial-lensa pada jarak radial r t


I
York, 1970.
dari titik utama. simbol,t merupakan koefisien yang membatasi bentuk kur- I Gale, L. A.: Theory of Adjustments by Least Squares, Canadian Surveyor, vol. 19,
t
va distorsi radial-lensa. Satu persamaan di dalam bentuk persamaan A.l8 I no. l, hlm. 42, 1965.
a
dapat ditulis bagi tiap jarak radial yang distorsinya diketahui dari kalibrasi. Hallert, B.: "Photogrammetry," McGraw-Hill Book Company, New York, 1960.
Karena ada empat t, diperlukan empat persamaan untuk memperoleh penyele- {
{ Hamilton, W. C.: "Statistics in Physical Science," The Ronald Press Company,
saian khusus baginya. Berdasarkan kalibrasi, distorsi radial-lensa diketahui New York, 1964.
bagi tujuh jarak radial, sehingga tujuh persamaan dapat ditulis dan t dapat di-
Hardy, R. L.: Least Squares Prediction; Phologrammetric Engineering and Remote
hitung dengan kuadrat terkecil.
Sensing, vol.43, no.4, hlm. 475,1977.
Berdasarkan data kalibrasi, tujuh persamaan pengamatan berikut dapat
Hirvonen, R. A.: "Adjustment by Least Squares in Photogrammetry and Geodesy,"
disusun (perhatikan bahwa kesalahan residual aitamuatrtan untuk keajegan-
nya). Frederick Ungar Publishing Co., New York, 1971.
Konecny, G.: Classical Concepts of Least Squares Adjustment, Canadian
0,000+yr =( 0,000)tr +( 0,000)3t2+( 0,000)sf3 +( 0,000)7&a Surveryor, vol. 19, no. 1, hlm. 16, 1965.
0,004+vz=(20,072)kl +( 20,07 2)3 k2 + ( zO,O't 2)s k3 + ( 20,07 2)7 k a Linnik, Y. V.: "Method of Least Squares and Principles of the Theory of Observa-
0,018+y3 =( 40,855)tl + 40,855)3k2 + ( 40,855)5t3 + ( 40,855)7t4 tion," Pergamon Press, New York, 1961.
0,M7 +ve =( 63,155)ft + 63,1513 k2 + ( 63, 155)5t 3 + ( 63,155)7 k4 Mikhail, E. M.: Parameter Constraints in Least Squares, Photogrammetric
0,062+ys =( 88.034)tl + 88,034)3t2 + ( 88,034)st3 + ( 88,034)7ta Engineering, vol. 36, no. 12, hlm. 1277, 19'10.
0,035 + v6 = (166,995)/<1 +( 16,99il3k?+ (166,995)5fu +(16,995)7ka r) "Observations and Least Squares," Harper & Row Publishers, Incor-
4,0&*v7 =052,472)kl +( 152,47 2)3 k2 + OSzliDs fu + e52,47 2)7 ka porated, New York, 1976.
Rainsford, H. F.: "Suwey Adjustments and Least Squares" Frederick Ungar Pu-
. Dengan menggunakan Persamaan kuadrat terkecil A.12 dan komputer,
tujuh persamaan ini
blishing Company, New York, 1958.
diselesaikan dan diperoleh nilai berikut bagi empat -:
Rampal, K. K.: Least Squares Collocation in Photogramfietry, Photogrammetric
koefisien:
Engineering End Remote Sensing, vol.42, no. 5, hlm. 659,1976.
720

Richardus, P.: '?roject Surveying," North-Holland Publishing Company, Amster-


LAMPIRAN
dam, 1966.
Wolf, P. R.: 'Adjustment Computations: Practical Least Squares for Surveyors," B
P.B.L. Publishers, Madison, \Yis., 1980.
Wong, K. W.: Propagation of Variance and Covariance, Photogrammetric Engi-
neering and Remote Sensing, vol.41, no. 1, hlm. 75, 1975.
,l . TRANSFORMASI KOORDINAT
Zimmerman, D. S.: Least Squares by Diagonal Partitioning, Canadian Surveyor,
vol. 28, no. 5, hlm. 577, 1974.

SOAL
A.1 Sebuah jarak foto diukur t0 kali dengan menggunakan alat dan prosedur
yang sama dan membuahkan hasil berikut: 95,76; 95,68; 95,70; 95,72;
B.1 PENGANTAR.
95,69; 95,75; 95,72; 95,77; 95,70 dan 95,71 mm. Hitunglah nilai paling
mungkin bagi jarak foto dan simpangan baku kelompok pengukuran itu.
Masalah yang sering dijumpai di dalam pekerjaan fotogrametri ialah
A.2 Seperti Soal A.l, tetapi dibuahkan 15 pengukuran berikut: 64,29;64,26;
konversi dari satu sistem koordinat tegak lurus ke sistem lainnya. Hal ini di-
64,31; 64,29; 64,34; 64,28; 64,30; 64,30; 64,33; 64,29; 54,35; 64,3t;
sebabkan karena fotogrameriwan biasanya menentukan koordinat titik-titik
64,28; 64,32, dan 64,33 mm.
tak dikenal di dalam sistem koordinat tegak lurus sernbarang. Koordinat sem-
A.3 Hitunglah nilai paling mungkin dari nilai tak dikenal x1,x2, dan.r3 dari barang ini dapat dibaca dari komparator atau plotter stereoskopik, atau dapat
persamaan pengamatan berikut dengan menggunakan metode kuadrat terke- dihCIilkan dari perhitungan analitik. Koordinat sembilang ini selanjutnya ha-
cil, dan hitunglah simpangan baku jumlah tersesuaikannya. nrs dikonversikan ke suatu sistem akhir seperti sistem koordinat kamera foto
2-x1 +3x2+4=lS dalam hal penguku:ul komparator, atau sistem koordinat medan seperti pada
xt+b2+34- 9 sistem koordinat bidang negara bagian dalam hal koordinat model sembarang
7x1 +x2+?-x3=).1 yang dibentuk dengan ploter stereo a[au secara analitik. Prosedur untuk
mengubah dari satu sistem koordinat ke sistem lainnya disebut transformasi
-xl-x2-x3=-5 koordinat. Prosedur ini mempersyaratkan bahwa beberapa tilik memiliki
A.4 Misalkan faktor tetapan besamya lp,
an di dalam Soal A.3 mencerminkan -9, 21 dan -5 pada
pengukuran yang
empat persama-
bobot relatifnya ma-
kmrdinat yang diketahui, baik pada sistem koordinat sembarang maupun sis-
tem koodinat akhir. Titik sem.pam ini disebut titik kontrol.
sing-masing 2,3, I, dan 4. Dengan menggunakan kuadrat terkecil, hitung-
lah nilai paling mungkin bagi 11, x2, dan.r3 dan tentukan simpangan baku
nilai-nilai ini.
A.5 Seperti Soal A.3, tetapi empat persamaan tersebut sebagai berikut:
8.2 TRANSFORMASI KOORDINAT KONFORM DUA.DI.
MENSIONAL
5x1+3x2-bl=-15
?.et 54 =)J Istilah "dua-dimensional" berarti bahwa sistem koordinat terletak pada
-xZ -
x1-3x2-x3=13 oJ
permukaan bidang Mtfr. Transformasi konfmm ialah transformasi yang mem-
-4rl 3x2-3x3 = | pertahankan bentuk sebnarnya setelah transformasi. Untuk melakukan trans-
A.5 Apabila faktor tetapan sebesar 13, dan I pada Soal d.5 menggam- formasi konform dua-dimensional, diperlukan paling sedikit dua titik yang
barkan pengukuran dengan bobot -15,25,
relatif masing-masing 4, 2, l, dan 2, hi- telah diketahui koordinafrrya pda sistem koordinat sembarang maupun akhir.
tunglah penyelesaian kuadrat terkecil bagi yang tak dikenal dan tentukan Ketelitian di dalam transformasi ditingkatkan dengan memilih dua titik yang
simpangan bakunya. terpisah sejauh mr$gkin. Apabila tersedia lebih dari dua titik konhol, penye-
-l
722 723

J=-=
AB [(r, - to)' *(ls, - *o)'i'' (B.1)
ab
W-xo)2 +Vr-r")'i''
.)
Langkah 2: Rotasi
Apabila sistem koordinat terskala ditumpangkan di atas sistem EN
pada Gambar B.lb sehingga garis AB pada kedua sistem berimpit, hasilnya
ieperti yang disajikan pada Gambar B.2. Sistem sumbu pelengkapx/v'diben-
tuft meiatul sistern sumbu asliX'Y', sejajar dengan sumbu EN. Sistem X7'
perlu diputar ke sistem E'N',atau dengan hasil lain, mgnghltlLS koordinai
b'N' taii titik tak dikenal dari koordinatnyaXT'. Koordinat E N'pada titik C
dapat dihitung sesuai dengan rotasi sudut 0 searah jarum jam dengan
meng gunakan persa-maan berikut:
(a) (D)
Ec' = Xc'cos 0Yc" sin 0 (B.2)
)ff (b)
-
Nc'=Xc'sin0-Ic'cos0
Gembar 8.1 (a) Sistem koordinat dua dimensional sembarang Sistem i

Sudut rotasi 0 yang disajikan pada Gambar B.2 merupakan.jumlah


l
koordinat medan dua-dimensional EN
sudut o dan F yang ditinjukkan pada Gambar B.la dan ,. Dari koordinat dua
lesaian yang lebih baik dapat diperoleh dengan menggunakan metode kuadrat titik kontrol itu maka sudut tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
terkecil.
Transformasi koordinat konform dua-dimensional terdiri atas tiga lang-
kah pokok, yaitu: (1) perubahan skala, (2) rotasi, dan (3) penterjemahan.
Contoh yang disajikan pada Gambar 8.1 akan digunakan untuk memperaga-
kan prosedur ini. Contoh ini paling sedikit menggunakan dua titik kontrol.
"="",(#)
Butir B.4 menjelaskan prosedur ini apabila tersedia lebih dari dua titik kon-
trol. Gambar B.la menyajikan posisi titik a hingga c yang koordinatnya dike-
p=*,(ffi) (B.3)

tahui pada sistem koordinat sembarang. Gambar B.lb menyajikan posisi ti-
tik-titik tersebut, yang ditandai dengan A hingga C di dalam sistem (medan)
EN. KoordinatA dan B diketahui di dalam sistem medan dan diperlukan untuk Langkah 3: Penterjemahan
menentukan koordinat C pada sistem medan.
Langkah terakhir transformasi koordinat merupakan penterjemahan ti'
tik pangkal sistem E'N'ke titik pangkal sistem EN. Faktor penterjemahan
Langkah 1: Perubahan skala Van'g Aii"ttrtun iahh fE dan I,v,
yang disajikan pada Gambar B.2. Koodinat
medan akhir E dan N bagi titik C selanjuErya ialah:
Dengan membandingkan Gambar B.la dan b, jelas bahwa panjang ga- .)
ris ab tidak sama dengan A8, sehingga skala dua sistem koordinat itu tidak Ec=Ec'+TB
sama. Skala sistem XY dibuat sama dengan skala sistem EN dengan mengali- Nc= Nc'+TN (B4)
I
kan tiap koordinatX dan dengan sebuah faktor skala s. Koordinat terskala Faklorpenterjemahan TB dan I7v diperhitungkan sebagai
itu diberi label X' danY'. Dengan menggunakan dua titik kontrol, faktor
skala itu dihitung sesuai dengan dua panjang AB dan ab sebagai berikut: TB= EA_ EA'= EB-EB'
Tliv = Na --- NA' = NB - Nn'
724
725

Koordinat sembaranq Koordinat medan


Titik
A 632,17 121,45 1.1 00,64 r.431,09
B 355,20 1.678,39 254,15
c 1.304.81 -642,07
596-37

Diminta menghitung koordinat titik C pada sistem medan EN.

Jawohn
(a) Faktor skala dihitung berdasarkan Persamaan 8.1 berikut:

-
S=
t(1.678;3g

1.311.10
= #812,20 = 1,61426

Koordinat sembarang selanjutnya diperluas ke sistem X' Y'yang skala-


nya sama dengan sistem koordinat medan, dengan mengalikan tiap koordinat
sembarang dengan faktm skala. Setelah perkalian, koordinat X' Y' menjadi:

Koordinat terskala
Titik
x' Y'
A 1.020,49 196,05
Gambar 8.2 Sistem koordinat terskala x'y' ditumpangtindihkan dengan B 573,39
tem koordinat medan ElY.
C 2.to5,30 -1.036,4'l
962,70

(b) Sudut rotasi yang dihitung dengan Persamaan B.3 ialah:


Prhatikan pada Persamaan B.5 bahwa faktor penterjemahan dapat di-
hitung d91san dua cara yang berbeda dengan menggunakan titik kontrol A
atau B. Disarankan untuk menghitungnya dengan-menggunakan dua titik Eno = 632,17 - 355,20
tzt,+1*642t =03A753 c= 90o56'18"
tersebut untuk memperoleh cek perhitungan.
_ 1.678.39 - 1.r10.64
- Dianjurkan untuk menggunakan sketsa kerja di dalam murghitung tan p - r.431.09 254.15 =0.490892 F=26o08'46"
transformasi koordinat untuk mengurangi kemungkinan kesalahan. pefiirmna- -
0 -19o56'18"+26o08'46" =46o05'04"
annya harus secara hati-hati untuk menjamin penggunaan tanda aljabar yang
benar bagi koudinat yang digunakan di datam persamaan hansformasi. Persamaan rctasi B.2 selanjutnya dikerjakan untuk memperoleh koor-
dinat E' dan lY'. Penyelesaian dalam bentuk tabuler ialah'sebagai berikut (de-
01
ngan sin 0 = 0,720363, cos 0 = 0,693597):
Contoh 8.1
Titik X'cos 0 I'sin 0 X'sin 0 I' cos 0 g N'
pada Gambar B.la dan D, koordinat medan sembarang bagi
. lr-Iioltq
titikA hingga C sebagai berikut: A 7vt,8t t41,23 735,12 135,98 566,58 871,10
B 3n,70 413,05 18,89 t.144,3;3 *305,84
C :
1.460.92 -146,63
693.49 1.517,30-7667,73 't67,43 2.185,03
't26 727

(c) Faktor terjemahan TBdan T1y diperhitungkah selanjutnya dengan menggu- EA'= sXo cos 0 -- sf, sin 0
nakan Persamaan B.5 sebagai berikut NA'= sXo cos 0 + sY, cos 0
En'= sXo cos 0 + sY6 sin 0 (B.7)
TE= Ee- Es'= 1.100,64 566,58 = 534,06
- NB'= sXo sin 0 + sI6 cos 0
Juga: nj Akhimya, faktor terjemahanTBdan IN seperti yang telah dibincangkan
Tp= Es EB' = 1.678,39
I,v = Na - 1.431,09
- 1.144,33 = 534,06 Cek!
871,10 = 559,99
sebelumnya, ditambahkan ke Penamaan B.7 untuk membuahkan persamaan:
-NA'= - Etr= sXo cos 0
- sY, sin 0 + TB
Juga: NA = sXo cos 0 + sI, cos 0 + TN
Iu = Na NB' = 254,15 + 305,84 = 559,9 Cek! EB=sXbcos 0-sY6 sin 0+ Ts (B.8)
- NB = sXD sin 0 + sFD cos 0 + Iiv
Dengan menambahkan faktm terjemahan 8'dan N', koordinat tenrbah
E dan N berikut diperoleh bagi titik C: Misalkan a =Jcos 0 dan D = ssin 0. Dengan substitusi a danbke
Persamaan 8.8 dan dengan pengaturan kembali, dibuahkan:
Ec = 767 13 + 534,06 = 1.301,49
Nc = 2.185,03 + 559,99 =2.745,02 EA= a)Q- bYo + TB
NA= aYo + bXo + Ty
Pada contoh di atas, meskipun hanya ada satu titik tak dikenal (titik C)
yang diubah, sembarang jumlah titik dapat diubah dengan hanya mengguna- Es--aX6+ bY6+TB @.9)
kan dua titikkontrol. NB = aYt+ bX6 + T7,1
{ Karena koordinat XI maupun EN bagi titikA dan B diketahui, Persa-
maan B.9 hanya mengandung empat faktor tak diketahui, yaitu faktor rans-
8.3 METODE BERSEMILIH TRANSFORMASI KONFORM formasi a, b, TB, dan liv. Empat persam:um dapat dikerjakan secara bersama-
DUA-DIMENSIONAL sama untuk memperoleh nilai yang tak diketahui. Apabila empat faktor trans-
formasi telah dihitung, persamaan E dan Ndalam bentuk Persamaan B.9 dapat
Bila tersedia komputer, lebih mbnguntungkan bila transformasi koordi- dikerjakan untuk memperoleh koordinat akhir tiap titik yang koordinamya di-
nat dihitung dengan metde bersemilih (altemate). Di dalam metode ini, per- ketahui hanya dalam sistem koordinatXY.
samium yang meliputi empat koefisien transformasi diformulasikan sesuai de-
ngan koordinat dua titik atau lebih yang posisinya diketahui pada kedua sis-
tem koordinat. Penyusunan persamaan itu mengikuti tiga langkah seperti *' o
yang dibincangkan pada Butir B.2. hosedur ini mula-mula terdiri dari menga- '" {i*contoh B. I den gan meng gunakan merode bersemilih.
likan tiap koordinat asli titik a dan b dengan sebuah faktor skala. Empat per-
(c) Susun Penamaan B.9 bagi titik-titik yang koordinatnya diketahui pada ke-
samaan berikut menghasilkan:
dua sistem:
Xa'= sXo
Yo' = lYo
1.100,64 = 632,17 a - l2l ASb + Te
.) 1.431,@ = l21A5a + 632,17 b + Ty
Xb'= sXb (B6) 1.678,39 = 355 20a + 642,07 b + Ts
Yb'= sYb
254,14 = --42,Wa+ 355,20b +Tp
Persamaan 8.6 kemudian disubstitusikan ke Persamaan 8.2, tetapi (b) Penyelesaian secara bersama empat persamaan di atas membuahkan hasil
huruf-huruf pada Persamaan B.2 diubah sehingga dapat digunakan bagi titikA
dmtB. Substitusi ini membuahkan:
berikuf \
._\

a = L,ll965
koodinat X dan f diamatai, sementara residual telah dikaitkan dengan koordi-
nat kontrol E dan N. Ini merupakan pendekatan lebih mudah dan lazim digu-
b = 1,16285
nakan sota ternyata membuahkan hasil sangat memuaskan.
TB=534'6
Tx = 559'99
f
(c) Dengan menggunakan empat faktor transformasi, koordinat medan akha ,J
8.5 METODE MATRIKS DALAM TRANSFORMASI KOOR.
EN bagi titik C dihitung sebagai berikut: DINAT
Eg= (1,11965)(1.304,81) (1,16285)(596,37) + 534,06 = l'301'49
-
rv! = ( t,t teor(596,37) + (1,16285X1 -304,8 1) + 559,99 = 2.7 45,02 Transformasi koordinat meliputi perhitungan yang panjang dan oleh
karenanya lebih baik dilakukan dengan komputer. Aljabar matriks merupakan
hal ideal bagi perhitungan komputer sehingga baik untuk melakukan transfor-
masi.
B.4 TRANSFORMASI KOORDINAT DENGAN PENGULANG' Untuk melukiskan penggunaan aljabar matriks di dalam transformasi
AN koordinat, diasumsikan bahwa koordinat tiga titik, ,4 hingga C, diketahui
baik di dalam sistem XY maupun sistem EN. Misalkan koordinatnya sama
Di dalam beberapa hal, ada lebih dari dua titikkonrol yang koordinat-
terpercayanya sehingga bobotnya sama. Misalkan juga diminta melakukan
nyu oft.tunoi pada sistem sembarang maupun sistem akhir. Di dalarn hal ini
-i.ituOi ffansformasi ke sistem EN bagi titik D dan N, yang koordinatnya diketahui
p.ngofdngan dan transfmrnasinya dapat dihitung dengan rygnggunakan
hanya dalam sistem XI.
p"ii"f6*ii, tuiOrat terkecil. Di dalam metode ini, seperti yang dib.incangkan Mula-mula dikembangkan enam persamaan pengamatan dalam bentuk
'dril; L.pir" A, jumlah kuadrat iesidual di dalam pengukural diminimal-
Persamaan 8.10, dua bagi tiap titik kontrol A, B, dan C sebagai berikut:
t r, y-g sesuai dengan teori probabilitas, menghasilkan penyelesaian yang
;"ti+ m-ungkin. tvteloOe l<uadrat te*ecil memiliki keunggulan tambahan
[.ffi tiaf fesafanan di daiam koordinat dapat dideteksi dan dapat mencapai
Xea
- Ylb + TB = Es+. vgo
YSa+X6b*T1y=Nrq+v1yo
ketelitian di dalam koordinat terubah. Berdasarkan alasan ini maka dianju*an
untot *rnggunakan pengulangan di dalam transformasi koordinat bila mung-
XAa-YBb +TB= EB t vB,
kin. Yga+XgbtTy=Ng+vry, (B.11)
Di dalam p,rosedur kuadrat terkecil, lebih baik digunakan metode berse- Xca-Ygb +TB= Eg + vB"
milih yang dibindangkan pada Butir B.3. Dua.persamaan serupa dengan Persa- Yga + Irv = /Vg + v1y"
..rn'g.f6b"rt,k Sagi tiap titik yang koordinatnya diketahui pada kedua sis- -Xgb
l"* i"riOuA v dimas-uttan di dalam persamaan itu untuk membuatrrya ajeg, Di dalam penyajian matriks, enam persamaan di atas adalah:
sebagaiberikut:
aX-bYiTB=E+vB 4q #t= 614 + 6V1 (8,12)

+Tw=iV+vry (8.10) Di dalam matriks Persamaan 8.12, A ialah matriks koefisien faktor
bX+ aY
transfmrnasi yang tak diketahui, X ialah matriks faktor ransfsmasi yang tak
Apabila trsedia n titik yang koordinatnya dikeAhui pada kedua sistem' diketahui, L ialah matriks istilah tetapan yang terbuat dari koordinat titik
dapat diiusun 2z persamaan ya,g mengandung empat faktor transformasi konEol, dan Y mempakan matriks penyimpangan residual pada koordinat
;;tok dik"tahui. persamaari OiJetesaitan dengan metode kuadrat terkecil yang terjadi oleh kesalahan pengukuran. Secara lebih khusus maka maEiks
ter-
irntit..*p"*leh faktor fiansformasi yang paling mungkin. Koordinatfaktor tenebut dapat dibrca di halaman berikut
uffiUugi ri.* titik, kemudian dapat diperoleh dengal menggunakan
Sepoti yang dibincangkan pada Lampiran A, matiks Persamaan A.l2
nansforirasi yang disajikan pada Butir c dalam Contotr B'2' digunatan untuk mnyelesaikan sistem sama bobot bagi faktor transformasi.
Di daiam-kuaOrat teitecil, secara teoretik benar untuk mengkaitkan Transfumasi akhiabagi semua titik D hingga /V ke dalam sistem E/V dilaku-
B.10
residual dengan pengamatan aktual. Akan tetapi, di dalam Persamaan
731

X1
-Ya 01
10

l=
YA

Xe
YB
Xa

-Ys
10
Xs 01
,IiI frl
Xg
-Yg
10
Yc X6 01

E1 vE^

NA vN^
Es Vs,s
l,= l= Vr,t,
N3
Salib rurrrbu sistem komprrator sembarang
Eg vE"
Nc vN" Gamber 8.3 Transformasi koordinat afin dari sistem sumbu komparator semba-
rang (XI) ke sistem sumbu lidusial xy.
per-
kan seperti yang dibincangkan pada butir c dalam contoh B.2. L-angkah
hitungan iniOapat pula dilakukan untuk metde matriks' \ afin yang mengubah dari sumbu komparator XY pada Gambar B.3 ke sistem
foto xy:

8.6 TRANSFORMASI KOORD-INAT Atr'IN DUA'DIMENSIO' x=al+a2x+a3Y


NAL !=bt+b2X+b3Y (8.13)

Seperti halnya dengan Eansforma.si konform dua-dimensional, penerap-


Transformasi koordinat aln dua-dimensional hanya merupakan satu
an Eansfonnasi afin merupakan suatu prosedur dru langkah, yaitu: (1) menen-
modifikasi kecil terhadap fansformasi konform dua-dimensional untuk meli-
prt frti* skala yang beibeda-beda pada.aryfr x-danl' S*l foggT.'gri V-g tukan koefisien a dan b dengan menggunakan titik yang koordinatnya diketa
[Lr*vu air.r.sait aidengan ransfoimasi afrn lua-dimensionalialah ko.nversi huipada sistem Xf maupun sistem.ry dan (2) menggunakan koefisien ini
untuk mengubah koordinat ry bagi semua titik lain kmrdinat Xf-nya Di da'
firdfi;f"i, iang 6iutir dari sistem sumbu komparator sembarang ke sis- lam melakukan koreksi koordinat foto, tanda fidusial digunakan untuk mda-
ir^ *IIIU" nO,isial-ry konvensional. Misalkan pengukuran komparator dila-
kukan langkah 1, karena koordinat ry-ny1 yang terkalibrasi diketahui dari ka-
t** Aapositif yang diorientasikan pada komparator, se_petti teryjikan
librasi kamera, dan koordinatXY-nya tersedia berdasarkan pengukuran kom-
p"O" C-,U*'g.f. pi sairping melak,kan koreksi atas pengkerutan dengan
"t"r
parator. Bagi lembaran fotografik tertentu, sepasang persamaan dalam bentut
;i"rgtr".k"" faktor skali, 6ansformasi koordinat afin jugq menggunakan t) Persamaan B.13 dapat ditulis bagi ttap tanda fidusial. Apabilaada empd tanda
p"ntE iir".f,", Xo d6t I,untuk mengubah titik pangkal dari sistem sumbu
fidusial, diperoleh empat persamaan x dan empat persamaan y. Tiga di anura
to*pr,"tor Xf ke titik pangkal o sistem ry-foto, dan menggunakan rotasi persamaan -r akan membuahkan penyelesaian bagi tiap koefisien q ya$ tak
metaui suOut 0 (ditrmbah sebuah koreksi sudut kecil bagi-sifat liqa} ortogo-
diketatrui, dan tiga dari persamaan y akan membuahkan penyelesaian bagi b
;.hy;i ottrt titngorientasikan synlu pada sistem xy fotoWajar sekali yang tak diketahui. Akan tetapi, penyelesaian yang lebih baik dapat diperoleh
*fui-r"nggunakan-transformasi afin bagi masalah khusus ini karena diper-
apabila tiap rangkaian dari empat persam:mn itu diselCIaikan secara bersama
f,iiongt n,ii" pengkerutan dan pemekaran film dengan besLr-an serba beda
persamaan dengan menggunakir kuadrat tertecil.
yang iaOa im,i"n,a teriadi padaarah x dan y. Berikut ini disajikan
T
732 733

Contoh B3 Dengan cara yang sama, ditulis persamzum serupa bagi koordinat y tiap
titik dari empat tanda fidusial. Persamaan ini diselesaikan untuk memperoleh
Koordinat te*alibnasi dan koordinat komparator terukur bagi empat b, di mana koordinat terkoreksi y bagi titik t hingga 3 dihitung. Nilai b dan
tanda fidusial untuk satu lembaran fotografik tertentu disajikan pada tabel koordinat y terkoreksi ialah:
berikut. Koodinat komparator terukur titik lain, yaitu l, 2, dfi3
juga
9iberi-
kan. Diminta untuk menghitung koordinat terkoreksi titik 1, 2, dan3 dengan .) h = -4,99359123 =
b2= bt 0,999973
menggunakan tansfamasi afin.
-159,691
)r=-55,487 yz=39,281 h=70435
Koordinat komparator Koordinat terkalibrasi Apabila tanda fidusial berada pada empat sudut, seperti halnya dengan
Titik kamera Wild, dapat diikuti prosedur serupa. Tentu saja perlu diketahui koordi-
X, mm f, mm .r, mm Y' mm nat terkalibrasi dan koordinat komparator bagi tiap tanda. Bila tenedia delapan
0,000 tanda fidusial, semuanya dapat digunakan dan dapat diperoleh penyelesaian
Fidusial A 55,149 l 59,893 13,000
Fidusial B t67 ,716 273,302
-1 0,000 113,000 yang lebih baik.

Fidusial C 28 1,1 50 160,705 I r3,000 0,000


47,299 0,000 I 3,000
FidusialD
I
168,580
228,498 1o5,029
-l 8.7 TRANSFORMASI KOORDINAT KONFORM TIGA.DI.
2 2'1o,307 199,949 MENSIONAL
3 259,080 23r,064
Seperti tercermin oleh namanya, transformasi koordinat konform tiga -
dimensional meliputi pengubahan dari suatu sistem tiga-dimensional ke sis-
Jawafun tem lainnya. Di dalam transformasi, bentuk yang benar tetap dipertahankan.
Jenis transformasi koordinat ini penting di dalam fotogrametri analitik dan
Persamaan di dalam benhrk Persarnaan B.13, dengan residual yang di- fotogrametri komputasional sehubungan dengan dua masalah pokok: (1)
tambahkan untuk maksud keajegan, disusun pertama-tama untuk koordinat x untuk mengubah koordinat titik-titik dari sistem koordinat foto yang menga-
bagi empat tanda fidusial sebagai: lami kecondongan (tilt) ke sistem foto tegak ekivalennya yang sejajar dengan
* v1 =a1 + ( 55,149)o2+ Q59,893)a3 sistem ruang medan atau sembarang, dan (2) untuk membentuk "model jalur"
-113,000
0,000 + v2 = ar + (167,716fu2+ @3,302)a3 tiga-dimensional dari model stereo mandiri. Persamaan transformasi koordinat
113,000 * v3 = al + (281,150h2+ 060JAOat konform tiga-dimensional dikembangkan secara umum di sini, sementara
penggunaannya untuk masalah fotogrametri tertentu diberikan di berbagai
0,000 + v4 = ar + (168,5E0)42+ (47,299)a3
bagian pada buku ini di mana perlu.
Tiga (sembarang) dari empat persamaan di atas dapat diselesaikan un' Pada Gambar B.4 diminta untuk mengubah koordinat titik-titik dari
tut memf,eriteh tiga iil^etak iikeahui, $T tetapi, di dalam contoh ini v sebuah sistem rlz ke sistem XYZ. Seperti tercermin pada gambar, dua sistem
dimasukliaur dan PJrsamaan tuadrat trkecil A.l2 pada lampiran A digunakan koordinat tidak sejajar. Persamaan transformasi yang perlu dapat dinyatrkan
untuk memperoleh tigakoefisien dengan hasil berikut: sesuai dengan tujuh faktor transformasi mandiri: tiga sudut rotasi, omega (o),
phi (0), dan kap,pa (r); sebuan faktor skala s; dan tiga faktor terjemahan 7r,
ar= a2=0,999982 4 = 0'00382289 Ty dmt 7r. Sebelum melanjutkan ke penyusunan persamaan transformasi,
-168,759 t)
Kemudian kmrdinat terkoreksi titik-titik t hingga tak diketahui, dihi- penting untuk memberikan batasan konvensi simbol. Semua sistem koordi-
tung dengan menggunakan a dalanPersamaan B.13 sebagai berikut: nat harus dibatasi secara jelas, misalnya saja sistem yang membatasi X, I,
dan Z positif dibatasi seperti tersajikan pada Gambar B.4. Sudut rotasi ol, Q,
x1= + (0,999982)(228,498) + (0,00382289)(105'029) = 60'137 dan K diartikan positif kalau berlawanan arah jarum jam apabila diamati dari
-168J89
ir= -rcA;t59 + (0,99982)Q70,307) + (0,00382289)(199949\ = 102'307 ujung positif sumbunya. Rotasi ol positif merupakan putaxan pada sumbu r',
(0,CI382289)(23t,W) = 9 l'199
O = -tel l59 + (0,999982X259,080) + misalrlya seperti tersajikan pada Gambar B.4.
--:Illr.tllt-l

735

z2&nz

,)
Rotasi ketiga (
Rotasi kedua ($)

YtMfz

Salib sumbu
Rotasi pertama (<o)

Gambar 8.4 Sistem koordinat tiga-dimensional XYZ dan xyz arah kanan.

Persamaan transformasi harus dikembangkan dengan dua langkah dasar X'danx1


dan penterjemahan.
berikut (1) rotasi dan (2) penskalaan

Langkah 1: Rotasi
Pada Gambar 8.4 dibuat sistem koordinatx' y' z' srubq dengan sistem
Gambar B.5 Rotasi kesudutan berangkai tiga.
objek XYZ dengan salib sumbu pada sistem salib sumbu xyz. Di dalam
mengembangkan formula rotasi, biasanya dipertimbangkan bahwa tiga rotasi
terjadi sedemikian sehingga seperti berubah dari sistem x'y' z'ke sistem
xyz. Persamaan rotasi dikembangkan di dalam suatu rangkaian tiga rotasi
dua-dimensional yang mandiri. Rotasi ini, yang disajikan pada Gambar 8.5,
yang pertama ialah rotasi or pada sumbu x' ymtg mengubah koordinat dari
sistem x' y' z'ke sistem xr ltzr, yang kedua ialah rotasi 0 pada sumbu y1
yang berputar sekali dan mengubah koordinat dari sistem \ yt zr ke sistem
\.,\/
x2 y2 22; dan ketiga, rotasi r yang berputar dua kali yang mengubah koordi'
*'"
nat dari sistem x2 y2 22 ke sistem ryz Gantbar B.4. Jumlah dan arah putaran .)"(,
yang tepat bagi tiap transformasikoordinat tiga-dimensional akan bergantung
pada hubungan arah antara sistem koordinat ryz ilarl.)Az.
Pengembangan formula rotasi adalah sebagai berikut:
r)
/{'
Pertama-tama, rotasi dengan sudut o yang bersumbu putar.r', seperti
tercermin pada Gambar 8.6. Koordinat sembarang titik A pada sistem x1 y1
4yngdiputar sekali, seperti tersajikan secara grafikpada Gambar 8.6, ialah:
xl=x'
yt = y' COs O + z'Sin CO
(8.14)
zt=-y'SinO+z'cosO) Gambar 8.5 Rotasiimega pada sumbu putar r'.
736 737

Ol

v2 stn l(

)1{-_,
X2t""'
sin 0/ '
Gambar B.E Rotasi Kappa yang bersumbu p\tu zZ.

Gambar 8.7 Rotasi Phi yang bersumbu Putar )l'


.r=12cosK+y2sinK
y=-x2sinx+y2cosK
Karena rotasi itu bersumbu putar .f,', maka sumbu x' dan x1 berimpit 6n.17)
z=zz
dan oleh karenanya koordinat r bagi A tidak berubah.
Yang kedua rotasi dengan sudut Q pada sumbu )1, seperti tercermin Di dalam rotasi di seputar z2 ini, sumbu z2 dan z berimpit dan oleh
pada Gambar B.7. Koordinat A dalam sistem koordinat x2 y2 22 yury terpv'
lare_ngnry koordinat z bagi A tidak berubah. Dengan substitusi persamaan
tar dua kali, seperti yang disajikan secara grafik pada Gambar B.7, adalah: B.16 ke B.17:

x2=
-zt sin $
+ x1 cos Q
(8.ls)
x = [(]' sin (g - 2'cos ot) sin Q + x'cos Ql cos r
Y2=Yt + (y'cos o + z'sin <o) sin r
22 = zt cos Q +.r1 sin Q y = [(-y'sin (D + z'cos ol) sin $ cos Q] sin r
+ (y'cos o + z'sin ol) cos r -.r, (8.18)
Pada rotasi di seputar yt, sumbu )1 dan y2 berimpit dan oleh karena- z = (-y'sin ol + z'cos ol) cos Q + x, sin
Q
nya koordinat y bagi titikA tidak berubah. Dengan jalan substitusi Persama-
Dengan melakukan perkalian persamaan B.1g maka:
an B.14 ke B.l5:
xz = (-y' sin o + z' cos to) sin Q + x' cosQ r = .r' (9os Q cos r) I y'(sin ol sin Q cos K + cos ro sin r)
- (8.16) a + z' (- cos rrr sin Q cos r + sin or sin r)
!2=!' cos o + z'sin cl y= x'(-cos Q sinr)+)'(-
r' sin o sin$ sinr+ cos o cos x)
22 -- (-y'sin co + z'cos to) cos Q + sin Q
+ z'(cos ro sin $ sin r + sin to cos r)
@.19)
Ketiga, rotasi melalui x yang bersumbu pttw 22, seperti tercermin z = .r' (sin 0) + y' (- sin ol cos g) + z, (cos ro cos
Q)
nada Gambar B.8. Koordinat A di dalam sistem koordinat terputar tiga kali,
,l
i Dengan substitusi rn untuk koefisien x,, y,dan z, pada persamaan
yani setarang menjadi sistem ryz seperti yang disajikan secara grafik pada B.19, maka persamrum ini menjadi:
Gambar B.8, ialah: :
J
.i
i
I
t
738 739

Matriks rotasi merupakan sebuah matriks ortogonol yang memiliki


* mlzJ' * t1t13z'
x = mllx' (8.20) sifat bahwa kebalikannya sama besar dengan 'franspce'-nya, atau:
y=mzl/+m22Y'*m232'
z=tn3lx'+m32!'+m332' M'r = MT (8.24',)

di mana: Dengan menggunakan sifat ini, Persamaan 8.22 da4 ditulis kembali
untuk menyatakan koordinat x'y' z'sesuai dengan koordinat ryz sebagai
mll=CG$COSX berikut:
ml2 = sin O sin Q cos x + cos o sm K
*ti = _cos ro sin Q cos r + sin o sin x X'= MTX (8.25)
mzl=-cosQsinx (8.21) Di dalam bentuk yang diperluas, persama:m ini menjadi:
mzz= o sin Q sin x + cos o cos x
=
-sin<o sin Q sin x + sin to cos r x'=|,tllx+mZtl+m3p
^il "os
mrt = sin 0 !'= mt2x + mz2y + m3zz (8.?,6\

sin tO cos Q
z'= rltt3X+mZZ!*trl3z
m3Z =
-
m33 = cos to cos Q
Langkeh 2: Penskelaen den Pcnterjemehen
Persamaan B.20 dapt dinyatakan dalam bentuk matriks sebagai:
@.n) Untuk sampai pada akhir penamaan transformasi koordinat tiga-dimen-
)( = MX' sional, misalnya persamaan yang membuahkan koordinat di dalam sistem
di mana XYZ dalam Gambar B.4, perlu mengalikan tiap Persamaan 8.26 dengan fak-
tor skala s dan menambahkan faktor penterjemahan Tr, Ty,dan T, (lngat
bahwa koordinatx'y' z'yang diberikan pada Persamaan 8.26 berada di dalam

'=[ll . =W,',,xfi) *,'=[;,l sistem yang sejajar dengan sistem XYZ). Ini menyebabkan panjang tiap garis
sama hesar pada kedua sistem koordinat dan mentqiemahkan dari salib sumbu
x'y' z'ke sistem salib sumbu XIZ. Pelaksanaan langkah ini,
Unsur individual matriks
Matriks M biasanya disebut matriks rotasi' X = ff' t T, = s(m1x + mzfi + m31z) + T,
n rotiruiiiiivu"g dua sistem sumbu' Un-
rotasi merupaka 'anglubungkan Y = s!' + Ty-- s(mpx + m22J + m32z) + Tt (B.n)
;;;;;ttkt;tinyatakan di dalam cosinus arah adalah: Z = sz' + T, = s(mpx + nzz! + myz') + T,

fcos
xx' cos rY' cos 'xz'l Di dalam bentuk matriks, Persamaan 8.27 adlalah:
M = lcosyx' cosYy' coslz'l X =sMTX+T (8.28)
fcos rr'
cos zY' cos zz' ) (B.23)
Di dalam Persamaan B.28, matriks M darrt[ seperti yang telah diden-
nisikan di depan, s merupakan fakta skala, dan:
arah yang menghubungkan
Pada matriks di at'as, cos x'tr'ialah cosinus
ry';il;fi;;gk"' sumbu x dan y'dan seterusnya' Co-
sumbu x dan x',cos
antara sumbu-sumbu yang ber-
sinus arah ialah cosinus suiut datam ruang
il;;;,f,.rk* drrt ffiilga satu sifat penting bahwa
tao"'
iumlah kuadrat tiga cosinus ffi suatu
'i##ilffiil ;[;"-;k-;niut
Mirupakan
garis l-urus merupakan- satu k-esatuan'
unlq terhitung- uagi matriks rotasi
'=[l*'=[i]
;rrk;r"igi Liiriii*. "ntt[
Cek ini diperoleh.bila jum lah kuadrat uns'r-unsur
hjur matriks M samabesar dengan 1'
t,ritrirrri"6,
740 741

Di dalam Persamaan B.27, sembilan m tidak bebas terhadap yang lain,


akan tetapi sepelti terlihatpada Persamaan B.2l,mtersebut merupakan fung-
xr = (Xr)o . (*).". (*),^. [*),*
si tiga sudut rotasi o,0, dan x. Sebagai tambahan terhadap tiga sudut yang
tak diketahui ini, juga da tiga faktor penterjemah dan satu faktor skala yang
tak dikeghui di dalam Persamaan 8.27, yang keseluruhannya membuahkan
(*). * .(t),*,- [ff), * .(W\*,
,{ r,
tujuh faktor tak dikeAhui. Suatu penyelesaian unik diperoleh bagi yang tak .
drtetahui apabila koordinat x dan y dua titik mendatar dan koordinat Zbagi
tiga titik telat a*etatrui, juga kedua sistem koordinat. Apabila pada_kedua
sistem diketahui lebih dari tujuh koordinat, dapat ditulis persamaan ulangan
yang memungkinkan perbaikan penyelesaian dengan cara kuadrat_terkecil.
Ada beraneka penoet<atan untuk menyelesaikan yang tak diketahui. Se-
buah metode yang m-eniadakan tiga faktor penterjemahan dengan jalan sub-
Yp = (Yil0. (*),". (*),^ . (*),* (B.30)

s6aksi, dan ollh karenanya mengurangi jumlah persamarm yang harus disele-
saikan bagi empat persamaan, diperikan pada edisi pertama buku ini. Metode
ini menguntunitan Uita mengerjakannya dengan komputer kecil. Penyelesai-
an yang diperbaiti yang diperikan di sini, secara bersamaan menyelesaikan . (*). ^ .(#,),*.- (ffi ),', .(#I*,
tu;rin fattoi yang tai( diketahui, meskipun cara ini memerlukan upaya perhi-
tungan yangiebih banyak. Misalkan ada tiga titik p, Q dan r yang koordinat-
nya-Aftimhui padakedua sistem. Kemudian dapat ditulis sembilan persamaan
sejenis Persamaan B.27 sebagai berikut:
|{ .. zp = (zp)0. (*),*. (#),^ . (*),*
(!) xp = s(rnvx, + mzflp + m31zo) + Tx
@ Y, = s(mPxo + m22JP + m32zo) + Tv
(3) Zp = s(m*xp + m23Yp + mYzo) + T7 . (*) o,* * (*),*. .(W),*, . (#I*,
(4) Xo = s(m1x, + mztYq + m31zq) + Tx
(5) Ya = s(rn12x, + m22Ys + ntlzzr) + T,
(6) 7e = E(mr*c + m23yq + mvzr) + T2 @'29) Secara sederhana dengan mengubah huruf-huruf, pernyataan sejenis
Persamaan B.30 dibuat untuk titik q dan r, sehingga membuahkan jumlah
A Xn = s(mttxr I mztlr+ m3P) + T, total sembilan persamaan. Dr clalam Persamaan B.30, (Xp)0, (Yr)g, dmt (Zio
(0 fn = s(mt2xr I m22J, + m32z) + T, merupakan sisi sebelah kanan tiga persamaan pertama Persamaan 8.29 yang
dievaluasi pada awal perkiraan, (dXolds)s, (dxol0co)o dan sebagainya,
(9) Zn = s(mt*r * m23!r + m33zr) + T2
menrpakan ubahan parsial sehubungan dengan faktor tak dikeAhui yang telah
t," ditunjukkan yang dievaluasi pada awal perkiraan, dan dc, da, dS, dr, dT*
Persamaan 8.29 merupakan persamaan nonlinier yang mengandung dTy, dand?, merupakan koreksi terhadap awal perkiraan. Satuan da, d$, dm
tujuh faktor tak diketahui, J, 0), Q, K, I1, Tr, dan Ir' Untuk menyelesaikan dK adalalt radian.
percamaan ini, dibuat linier dengan menggunakan teorema Taylgr. sehubung- Dengan substitusi huruf bagi koefisien ubahan, sembilan persam:un
an dengan teorema Taylor, bentuk linier tiga persamaan pertama Persamaan linier dalam bentuk Persamaan 8.30 semuanya diberikan berikut:
8.29 yangberkaitan dengan P ialah:
742 t
743

4nds + apda + + ar4dr+ atsdT,


a1p.dg
xp (xe)o
+ a6dTy + oldT7 = [xp ( xp)o] +vxp
Vx,
- ds
I YP (rr[ Vvr
azt& + a22da + aBdO + az4dK+ azsdTx
zp (zp)o
da Vz,
+ a26dT, + a27dTy = lYp
c3tfu + a32da+ ai..dQ+ a34dr+
-
(Yp\s) +vy,
,l ,' do xe (rr)o v*o
+ a3sdTy + a3tdTz' lZr
aSsdTx
(Zdd +Wp ){= dr L= Yo (ro)o V= Yro

aqis + a42da+ aasd$+ a44dr+ a$dTx


- dIt za Fdo
V,,

- $ghl +wg
+ aa$dT, + aqdT2 = lxQ
dT, Xx (xn)o vxr
a5fis + a52da+ o$dq+ a54dr+ a1sdTx @.31)
dTz
YR (rn)o vrr
+ a56dI, + a57dT7= [Ye- [g)oJ +vrq zR (zn)o Vz,

%rfu + a52da+ a6dQ+ aa+dr+ a65dTx


Persamaan 8.32 dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan
+ a1odTy + a61dT, = IZA Qe)01 +vzO
- kuadrat terkecil A.12. Penyelesaiannya diulangi sesuai dengan penggunaan
tnfu + a72da + aTdQ + a74dr+ h1dTx seri raylor, hingga diperoleh nilai kecil yang dapat diabaikan untukloreksi
bagi perkiraan awal untuk parameter transformasi )ang tak diketatrui. setelah
+ a1sdTy+ a77dT7= IXR- (Xn)o] +ryn
diperoleh fakto transformasi, koordinat terubah bagi semua titik yang koordi-
aslds + ag2da + a$d$ + as4dr+ aysdT, nahya dikefahui hanya pada sistem asli, dapat diperoleh dengan menggunatan
+ asodTy+ asTdTs = [In- (Yp)6] +vy* t, ., persamairn sejenis Persamaan B.29.
. Untuk memperjelas koefisien Persamaan B.31, ubahan parsial bagi
agds + a92da + a%dq + ag4dr+ a95dTx
tiga persamaan pertama adalah:
+ ae6dTy + asdT2 = fZn- (zilol +uzn
al l = rnl(xo) + ry(O ) + m3(zp)
Persamaan B.31 dapat Cinyatal@n dalam bcntuk matriks berikut alz=0
AX=L+V (8.32) a13= [(-sin 4 cos x)(rr) + sin Q sin r (yr)
di mana + cos Q(zp)Js
al an aB at4 a$ arc an au = lmzt(xp)
-
(lrlr r)Op)ls

a2t 422 a2j a7q az1 a26 477 Al5= A26= al37 = |
a3t a3Z a33 at4 a3S fI35 a3l 016= An = A2S = a27 = 435 a s36$
d4t /I42 a43 a44 dl1 aq5 aq a21= mp(xo) + mzzQp) + m32Qp)

A= a1t aS2 a1t a1l aSS aSC asl a22= l-+npk) - mttki)s
mztOp)
-
oOt a,62 a6j ag a6S a,66
4'67 { a23 = [(sin o cos 0 cos x)(rp) + (-sin o] cos 0 sin x)(yr)

a1t 472 a7g 474 a7S 476 an + (sin ol sin Q)(zr)Js


l.p1 aE2 atl at4 aES ag aa1 a24= bnz2(xp)
- mtz1p\s
ast 4z acl 4,94 a$ d,96 ag a31= ms(xp')
! mzt\) + mzz?)
I
744 74s

a3z= lmn(xp) + mzz$p) + n42Qp))s


ax = l(- cos o cos Q cos r)(xp) + (cos ro cos Q sin r)(yr)
+ (- cos ro sin Q)(zr)Js
aj4=fmp(xp) mBO))s
- .,1 ..
Koefisien bagi enam persamaan lainnya dari Persamaan 8.31 penis
sama dengan tiga persamaan pertama, dengan pengecualian bahwa huruf p
diganti dengan hunrf a dan r. Pada umumnyqalnbiladan titik yang koodi-
nanX,Y,danZ-nya diketahui pada kedua sistem, maka dapat disusun 3(n)
persamaan sejenis Persamaan B.31. Transformasi koordinat konform tiga-
dimensional meliputi perhitungan yang panjang dan oleh karenanya hanya
praktis bila dilakukan dengan komputer.

B.t TRANSTORMASI KOORDINAT PROYEKTIF DUA.DI.


MESIONAL
Persamaan transformasi proyektif duadimensional memungkinkan per-
hitungan analitik atas koordinat XY bagi titik setelah diproyeksikan ke sebu-
ah bidang datar dari bidang datar lain yang tidak paralel. Penggunaan paling 0; ,'
umum persamaan ini ialah di dalam rektifikasi analitik, misalnya untuk
menghitung koordinat titik-titik di dalam bidang foto yang direktifikasi serta
dirasiokan berdasadCIn koordinatnya pada foto yang mengalami kecondongan.
Situasi ini disajikan pada Gambar B.9.
Di dalam Gambar B.9, disajikan sebuah foto yang mengalami kecon-
dongan dengan sistem sumbu koordinat fidusial ryz (digambarkan dengan
garis putus). Pusat proyeksinya berada pfu L, dan proyeksi titik a, b, c, dan
d dari foto yang mengalami kecondongan di bidang foto yang terektifikasi dan
terasio masing-masing terjadi pada A, B, C, dmt D. Posisi titik terproyeksi Gambar B.9 Geometri transformasi proyektif dua-dimensional
padabidang foto tereksifikasi dan terasio dinyatakan dengan sistem koordinat
XYZ Wda gambar tersebut. Di dalam Persamaan 8.33, m ialah fungsi sudut rotasi omega, phi, dan
Pada pengembangan paling sederhana persamaan untuk transformasi kappa yang menentukan hubungan kecondongan dua bidang. Hal ini diperikan
proyektif dua-dimensional, digunakan sistem koordinat x'y' z'yang sejajar pada bagian sebelum ini. Istilah lain di dalam Persamaan B.33 ialah koordinat
dengan sistem XYZ, dmt bersalib sumbu pfu L.Dengan menggunakan Per- seperti yang telah diperikan sebelumnya. Perhatikan Gambar B.10, yang
samaan 8.20 yang dikembangkan pada butir sebelumnya, koordinat.r, y &n z t menggambar*an hubungan sejajar antara bidang x'y' z' danXYZ setelah rota-
al rr
bagi tiap titik sperti misalnyap pada Gambar B.9, dapat dinyatakan di dalam , si. Dui segitiga sebangun pada Gambar B.10.
koordinat .r' y' z' sebagai berikut: xo' _d_
xp= tlturp' + mnYp + mqzp Xo- Xs- Z,
!p= m21xr!+ mZDp' + hl?p' (B.33)
Menghasilkarl
zp= frlSltp'+ m3Dp'+ m33zp
I

747
746

Secara intensif dapat pula disusun persamaan berikut:

- , -zo'(Zp)
op- 7 (c)

,{., Dengan substinrsi Persamaan (a), (b), dan (c) ke Persamaan B.33,

tp= m'\"* rr' +mtz'-f ,o' + mnfizo'

!p= mztY zr'+ m22T zr'+ mztfizo' @.34)

Bidilg ssi{ar tshadap X Y


(bidang yang msngandung tid A zp= zp' + m32"* rr'*
^rrfirr'
^tff
Dengan mengalikan Fersamaan 34,

,r=1[mn(Xp-Xo) + m12(Yp- Io) + mpZpl @

i:
B ,o='* lmzr(Xp- Xo) + m22(Yp- Io) + n43Zp7 (e)
rl '
I!l
I
,o=l lmt{Xp-Xo) + m32(Yp- Yo) + myZp) (f)
I
I

i
Dengan membagi Fe$amaan (d) dan (e ) dengan Persamaanl

_ _zomtt(Xr-Xo) zomn(Yr-Yo) + zomnZ,


+
xp= Xo) + m32(Y r- fo) + m33Lp G)
my(Xp
Gambar B.10 Hubungan sejajar antara bidang x' y' z' dan XYZ dr dalam trans- -
formasi proyektif dua dimensional yang terjadi setelah rotasi. z-mot(Xn-Xo) * znmtt(Y,- fo) * znrfltlZo
Yp= (h)
Xo)
^p--'o'(X':-
,-' Z @)
Apabila pembilang dan penyebut pada ruas kanan Persamaan g dan h
dibagi dengan ry3@i, dibuahkan persamaan berikut
Di dalam Persamaan a, Zp ialah LO, alau jamk ortogonal dari L ke
bidang foto terektifikasi dan terasio. Istilah lain seperti yang telah dijelaskan
*ffitrr-ro)+
sebelumnya. Dari segitiga sebangun pada Gambar B.l0'

Y; -zL
t)I 'l
r-E #vr-xo)
Pfi3lt
ffi',
Yo
- Ys-
Z,
menghasilkan ^1r4ixr-
xo) *
ffiVr- ro)+
ffi (B.3s)
u_, _ ze'(Y p'_- Yo) @)
lp- 7
749
748
Apabila permmaan sejenis Persamaan 8.36 telah ditulis bagi semua
*ffitrr-ro) *ffiro
., -
,r= ffi(*, xo) titik kontrol, dapat diperoleh suatu penyelesaian bagi parameter yang tak dike-
tahui. Farameter ini kemudian digunakan dalam Persamaan 8.36 untuk meng-
hitung koordinat terektifikasi dan terasio bagi semua titik lain pada foto sen-
deng yang koordinahyary-nya telah diukur. Di samping menggunakan persa-
maan ini untuk rektifikasi, dapat pula digunakan untuk mengubah koordinat
Di dalam memproyeksikan titik dari satu bidang datar ke bidang datar komprator ke sistem koordinat foto yang ditentukan oleh tanda fidusial, dan
!in: f, z, (y.ang saml besar dengan -r, dan Zp, Xi, dan Is ,"ru" t r.p.
oleh karena itu maka @.25) dapat disederhanakan'ke dalam uentut ue.itoc
dalam hal ini maka koordinat terkalibrasi X dmt Y bagi tanda fidusial dan x
serta y merupakan kmrdinat kompamtor.

,__atXp+btYo+ct
-P a3Xp + fuYp + I RUJUKAN
(r)
+ b2Yr+ Amcrican Society of Photogrammetry: "Manual of Photogrammetry," ed. ke-3,
,, _aZXp
rP-a3Xp+b3Yp+l
c2
Falls Church, Va., 1966, Bab 2.
"Manual of Photogrammetry", ed. ke4, Falls Church, Va., 1980,
Persamaan r merupakan persamixm yang digunakan untuk melakukan Bab 2.
transformasi proyektif dua-dimensiona. ai.an tetapi, karena dikembangkan, Baetsle, P. L.: Conformal Transformations in Three Dimensions, Photogram-
persamaan itu membuahkan koordinat folo sendeng. x 6r, y,
dari koordinatX metric Engineering, luol.32, no.5, hlm. 815, 1966.
dan r terektifikasi dan terasio. Biasanya rektifikasidilakuk; daum arti yang l -:
Blair, J. A. R.: Three-Dimensional Similarity, Canadian Surveyor, vol' 26, no. I,
I
berlalrva1a1, misalnya menghitung koordinat x dfiy yang terektifikasi dan hlm.7l, 1972.
terasio dari koordinatx dany yang terukur pada foto sendeig. Karena pena- Erio G.: T},ree-Dimensional Transformations for Independent Models, Photogram'
maan i bersifat umum dan secara sederhana menyatakan prolektivitas metric Engineering and Remote Sensing, vol. 41, no. 9, hlm' lll7, 1975.
antara
dua bidang (sembarang) yang tidak sejajar, maka setelah^meniaoatan trurur-
Light, D. L.: The Orientation Matrix, Photogrammetric Engineering, vol.32, no.
huruf, persamaan itu dapat disusun oatain uentur berikut untuk memungkin-
3, hlm. 434. 1966.
kan penghitungan koordinatx dany yang terektifikasi dan terasio sesuai de-
ngan koordinat _r dan y foto sendeng.
Mikhail, E. M.: Simultaneous Three Dimensional Transformation of Higher
Degree, Photogrammetric Engineeilng, vol. 30, no. 4, hlm. 588, 1964.
*=afi+Qt!+ct Discussion Paper: Simultaneous Three Dimensional Transformati-
a3x+D3j+l (B'3O ona Photogramrctric Engineering, vol. 32, no. 2, hlm. 180, 1965.
Schmidt, E.: 'Transformation of Rectangular Space Coordinates", Technical Bul-
u _.a|x + bZ! + c2
leth No. 15, U. S. Coast and Geodetic Suwey, Washington, D.C., 1960.
' a3x+b3y+l -:
Schut, G. H.: Conformal Transformations and Polynomials, Photogrammetric
Engineering, vol. 32, no. 5, hlm. 826,1962.
- - _ Di dafam menggunakan
persamaan 8.36 untuk rektifikasi,
X dany Tewinkel, G. C.: A Trigonometric Derivation of the Formulas for the Three-
adalah koordinat titik kontrol, dan x dan y merupakan koordinat iitit y*g t'1
sama pada sistem fidusial foto sendeng. sepasang persamaan 8.36 dapat Dimensional Rotation Matrix, Photogrammetric Engineering, vol. 30,
&su-
s1n bagi tiap titik konrol,-dan karena aua oelapan parameter tak dikeiahui pa- no. 4, hlm. 535, 1964.
!a P.ersgnaan 8.36, diperlukan empat titik tonr,of untuk memperoleh penye- Umbach, M. J.: 'Aerotriangulation: Transformation of Surveying and Mapping
khusus tagi yang tak diketahui. Titik kontrol yang lebih dari empat Coordinate Systems", Technical Report No. 34, U.S. Coast and Geodetic
I"ry*
buah memungkinkan dilakukannya penyelesaian dengankuidrat terkecil. Suney, Was[ington, D. C., 1967.
\
t
751
750
Tabet B.2 (laniutan)
Vlcek, J.: Discussion Paper: Simultsneous Three Dimensional Transformation,
Koordinat komparator Koordinat terkalibrasi
Photogramnetric Engineerizg, vol. 32, no.2, hlrn. 178, 1962.
Yassq G.: Orthogonal Transformations, Photogrammetric Engineering, vol.40, Titik
X, mm I/, mm X, mm Y, mm
no. 8, hlm. 961,1974.
4000 179,591 59,161 0.000
,J -113,000
I 239,609 t27,25L
2 281,418 222,17r
SOAL 3 270,r91 253,286
4 232,09r 247,215
8.1 Tabel berikut ini mengandung koordinat sembarang X danY sekelompok ) 135,063 256,258
titik yang ditentukan berdasarkan trianggulasi garis-radial. Tabel itu juga 6 t12,940 126,413
meliputi koordinat bidang tersendiri (state plane coordinats) bagi tiga di
antara titik-titik itu. Dengan menggunakan transformasi koordinat konform
8.3 untuk data pada Soal B.2, gunakan persamaan transformasi proyektif dua-
dua-dimensional, hitunglah koordinat bidang tersendiri bagi titik lainnya.
dimensional untuk menentukan koordinat terkoreksi bagi enam titik gam-
bar.
Koordinat sembarang dari 8.4 Koordinat X1, f1 dan Zlbagi model I danX2,Y2, danZ2,bagi model II
trianggulasi garis-radial Koordinat bidang tersendiri dari model trianggulasi udara mandiri terkandung pada tabel berikut. Ubah-
Titik lah koordinat model II menjadi sistem koordinat model I dengan mengguna-
X, kaki t kaki X, kaki f, kaki kan transformasi koordinat konform tiga-dimensional.
A t11,922 47,O78 2.101.057,0 104.400,5
B t8r,725 204,970 2.101.050,I 101.540,8 Koordinat model I Koordinat model II
C t99,Or2 r7 8,97 5 2.too.'l t2,l 101.922,r
Titik
I 198, I 85 50,980
mm 21,mm X2,mm Y2,mm Z2,mm
7 367,87 t 15,M6 x1, mm f1,
3 488,333 7',1,258 Rl0 607,54 501,63 469,09 390,35 499,63 469,43
4 597,505 l7l,608 A 589,98 532,36 82,81 371,68 630,84 81,25
5 645,170 tgt,923 B 643,65 421,28 83,50 425,65 419,07 82,49
C 628,58 440,51 82,27 410,50 438,31 81,13
8.2 Tabel berikut ini mengandung koordinat komparator X dall.Y bagi empat D 666,27 298,16 98,29 448,22 295,83 97,79
sisi tanda fidusial dan enam gambaran foo. Tabel ini juga berisikan keter- E 632,59 110,52 103,01 414,60 709,39 10t,77
kaitan koordinat terkalibrasi bagi empat fidusial. Dengan menggunakan Rll 611,37 498,98 470,45
transformasi koordinat afin dua- d i mens i onal, tentukanlah koordinat foto F 637 ,49 323 ,67 85,67
terhoreksi bagi enam titit gmrbar tersebul G 573,32 401,51 84,48
,
H 647 ,00 313 ,97 83 ,7 6
Koordinat komparator Koordinat terkalibraai { I 533.51 285.01 87,13
Titik
,l
X, mm f, mm X, mm I, mm
1000 66,280 182,115 -113,000
0,000
2000 17E,827 295,704 0,000 113.000
3000 292.rrt 182.928 113.000 0,000
I
LAMPIRAN
C Bidang foto sendeng

PENGEMBANGAN PERSAMAAN J) ,,
KONDISI KOLINIERITAS

C.1 PENGANTAR
Kolinieritas, seperti yang disajikan dalam Gambar C.l, merupakan
kondisi di mana stasiun pemotretan foto, titik objek, dan gambar foto, semua Gembar C.l Kondisi kolinearitas
terletak pada satu garis lurus. Persamaan yang menyatakan kondisi ini
dinamakan p ersamaan kondisi kolonieritas. Barangkali persamaan ini adalah Bidang gambar
terputar yang
-
yang- paling
- bermanfaat bagi semuapersamaan fotogrametri.
mengandung gambar A.
Stasiun pemotretan Z sebuah foto udara pada Gambar C.2 memiliki
koordinatXl ,Y1, danZL, sesuai dengan sistem koordinat medanXYZ. Gam'
bar a bagi titik objek A yang ditunjuttan pada bidang gambar yang diputar,
dengan koordinat ruang gambar xo', yo' dan zo,' di mar.a perputaran sistem
koordinat x'y' z' ruang sejajar dengan sistem koordinat ruang obpk ){YZ.

C.2 ROTASI MENURUT OMEGA, PHI, DAN KAPPA


\"
)- --- i--
Dengan formula perputaran tiga-dimensional yang dikembangkan z' | \,,
dalam Lampiran B, titik gambar a dengan koordinat xa,ya, dmt zopadafoto
'-1- -- ---\
sendeng seperti pda Gambar C.1, koordinatnya dapat diputar menjadi sistem
koordinat x'y'z' (sejajar dengan XYQ *petlt disajikan pada Gambar C.3.
Perputaran koordinat gambar xa', !a', dan zo' dapat diungkapkan dalam
koordinat foto terukur xo danyo, panjang fokus kamera/, dan tiga sudut
4
perputaran omega, phi, dan kappa. Formula perputarannya ialah Persamaan
b.iO, yang dikembangkan pada Lampiran B. Untuk mudahnya maka diulang
lagi di sini: Gembrr C.2 Sistem koordinat gambar yang diputar sedemikian sehingga
dengan sistem koardinat ruang objek.
-l
754

xo= tllllxa' I fil2Ja' + ml3za' Dengan jalan reduksi,

!a= tfl\lxo' + m22Jla' + ttlZ3za' (c-1)

za= m3lxa' + m3Lyo'+ m33za .;=(f,;ff) a @


e)'
\ ru=fff,),", (b)

Juga, dengan identjtas,


L'

,;=(*=),; (c)

Bidang foto
Substitusi (o), (b), dan (c) ke dalam persamaan C.l.
sendeng

xo = D,, gH) zo' t il12 (#),., *

^"Qffi)", (c.2)

la = h2t e++) za, + mz2 (#) r, .


Gamber C.3 Pengukuran x-y-z dan perputaran x'-y'-z' sistem koordinat Sambar' ^,,c#)", (c.3)

Pada Persamaan C.1, rn ialah fungsi sudut perputaran omega, phi, dan
kappa. Fungsi ini dinyatakan sebagai Persamaan B.2l pada Lampiran B.
Za =,t3t g#) zo, + m32 (#),,, *
Perhatikan juppfuGambar C.3 bahwa nilai untuk za sama dengan (-fl.
^,,(#),, (c.4)

C.3 PENGEMBANGAN PERSAMAAN KONDISI KOLINIER.I. Dengan mengalikan (zo,tZ1_ZD dari persamaan
TAS C.2 hingga C.4,
membagi c.2 dan c.3 dengan c.4, daniubstitusi (-*y')
t) persamaan kolinierias berikur
unturf aift.orer,
Penamaan kondisi kolinier dikembangkan dari segitiga sebangun pada
gambar C.Z,yutu,l.
--s=-fl!tr(\o - xr) * *rr(YA r!)r*
-
xo' !a'
- -zo' ze
xo ,lm - ^o\r! - rr),1..r,
7;4-Yt-Yt-zr- ,
\

756 757

,' =-tl "'' f


0= (G)o . (#),*.. (#),^ =. (#),*
q, . (#),* .(#I*,.(foI*' (c.10)
C.4 PELURUSAN PERSAMAAN KOLINIERITAS
persamaan tidak linier dan
Persamaan C.5 dan C'6 merupakan
tiga sudut perputaran
melibatkan sembilan unt* yung tioat_ oitetahui, '
;;;;;, phi, o- tuppu i-e Gntt pad\T: tiga Igo'snulstasiun-pemo-
objek X6' Ytr' dan z4 Persanaan
;;6k; i;, un 2v, diiiga ordinitmengunakan
. (#\*, . (#I* ^ . (#^I* ^ . (#I* ^
teorema Taylor. Dalam
;*'rtd;i r-aie, aifni"rtun dengan
p"**'foilni"iillot"u6 C.5 dan C.6 dikembalikan kepada: Pada Persamaan C.9 dan C.l0 (Oo dan (G)e merupakan fungsi F dan
melinierkan
G untuk Persamaan C.7 dan C.8 yang dievaluasi pada perkiraan awal bagi
(c.7)
F=0= Qxa+rf sembilan unsur yang tidak diketahui; istilah (dFldx)0, (dFlDto)e, (dfldQ)0,
(c.7) dan seterusnya, merupakan derivatif parsial dari fungsi F dan G dengan respek
G=0= ttrlo+sf terhadap unsur tak diketahui yang dievaluasi padaperkiraan awal, dxo, dto, d$,
dan sebagainya, merupakan korcksi unsur tak diketatrui yang digunakan untuk
dimana perkiraan awal. Unit da, dQ, dr adalah radian. l(arena dxo dan dyo merupakan
koreksi untuk koordinat foto terukur xodanyo,maka dapat diinterpretasi
q = mtt(Xt - Xt\ +I - YD + mv(26 - ZD
m32(Y
sebagai kesalahan residual di dalam pengukuran. Oleh karena itu dua istilah
r = mfl(Xt + mP(Yt-YD + m3(24-Zil ini dapatdiganti dengan Vro danVyo yang merupakan simbol yang lazim
-XD digunakan untuk kesalahan residual. Perhatikan dari Persamaan C.7 dan C.8
s = mx(Xe-Xt) + m22(Y6-Yt)
+ m4(21- Zr)
yang jabaran parsialnya dFldxo, dandGldyo, keduanya sama dengan 4.
Dengan substitusi q untuk istilah pada Persamaan C.9 dan C.l0 dengan
MenurutteoriTaylor,Persamaanc.Tdanc'8dapatdinyatakandalam memindahkan qdxo dan qdyo ke sisi persamaan, membagi tiap persamaan,
bentuk linier sebagai: dengan q, dan meng ganti dyo dan dya masing-masing dengan vp dan vya,
diperoleh persamaan kolinieritas terlinierisasi dalam bentuk disederhanakan
o = (F)0.
[#),*,. (#),r,. (#),^
sebagai berikuu

vxo = bndtu + bpdQ + bsdr - bruil{L -4stYt - brcdZt + b1ail(s


I (c.11)

[#]*'
+ bsdY6 + b16dZs +
(ce)
. (#),*. (#),*,. bydr tn&J{t budYt bzodZt + b2ail 6
vya = b21da + b22d$ + -
- -
+ b25dY1+ b26dZ1+ K (c.r2)

.E\*,. (rt)*^. (#),,^ .l#\*^ Pada Persamaan C.11 dan C.12, I


dlurtK masing-masing sama dengan
(F)otq dmt (G)oh ,D.merupakan koefisien yang sama dengan jabaran parsial
rr' \

758 759

tersebut. Untuk mudahnya maka koefisien tenebut dicantumkan di bawah ini.


Pada koefisien ini, NL AY, don AZ masing-masing s:rma dengan (Xe
-
uzs =t (^n) **(^zz)
Xil, (Yt-Yt),dan (Ze-Zil. Nilai numerik untuk istilah koefisien ini
diperoleh dengan menggunakan perkiraan awal untuk yang tidak diketahui:
lzu=t(^n) **(*n)
trr=i(_.myLY + m32LQ *f,{-^ntY + m12AQ
v = l8) qr-fi'

Un=i[AX cos g + Al(sin or sin Q) + AZ(-sin Q cos ro)]


C.5 TERAPAN KOLINIERITAS
f
+'o [AX(-sin Q cos x) + Af(sin to cos Q cos x)
Persamaan kolinieritas dapat diterapkan untuk penyelesaian analitik
+ LZ(- cos o cos Q cos r)l bagi hampir tiap masalah fotogrametrik. Sebagai contoh, Butir 11.12
menguraikan kegunaannya dalam rese&si ruang dengan menghitung enam
f unsur orientasi luar foto sendeng, dan Butir 14.13 menjelaskan bagaimana
Un =-f,(mzrN( + m22LY + myLQ kolinieritas digunakan di dalam orientasi relatif analitik yang diperlukan
dalam memperbanyak kontrol secara analitik fotogramerik. Aplikasi lain
ua =t (mt) +*(^rrl dijelaskan di beberapa tempat pada buku ini. Tanpa memperlihatkan masalah
khusus, suatu Persamaan .r (Persamaan C.l1) dan Persamaan y @ersamaan
C.12) ditulis untuk setiap titik yang gambarnya tampak pada foto atau foto
ts =t (mn) +f Urz) yang termasuk dalam permasalahan. Persamaan itu akan mengandung unsur
yang tidak diketahui, yang jumlahnya berbeda-beda sesuai dengan masalah
+d tertentu. Apabila jumlah persamiurn sama atau lebih besar dari jumlah unsur
urc =-? (mzt) wn) yang tidak diketahui, dimungkinkan untuk penyelesaiannya.
Perkiraan awal diperlukan untuk semua unsur yang tidak diketahui, dan
@x + rf)
1= q
umumnya mudah diperoleh dengan membuat asumsi tertentu, seperti
ff misalnya foto tegak. Perkiraan awal ini tidak harus sangat dekat, tetapi
Ox =t (-mnLY + m32LZ) *; (-mztLY + m22LZ) semakin dekat dengan unsur yang tidak diketahui, dapat diperoleh
penyelesaiannya yang memuaskan dengan lebih cepat, dan hasilnya dimasuk-
kan dalam waktu komputer.
bzz =*q [AX cos Q + AY(sin o sin Q) + AZ(---cos ol sin Q)] Dalam menyelesaikan sistem persamaan kolinieritas dalam bentuk
Persamaan C.ll dan C.12 untuk suatu soal, jumlah yang telah ditentukan
+f,f tAx(sin S sin r) + AY(-sin ro cos g sin r) merupakan koreksi terhadap perkiraan awal. Sesudah penyelesaian pertama,
koreksi terhitung ditambahkan terhadap tambahan perkiraan awal untuk
+ AZ(cos or cos Q sin x)l memperoleh perkiraan yang diperbaharui. Kemudian penyelesaian diulang
{ untuk menemukan koreksi baru. Cara ini dilanjutkan hingga besarnya koreksi
tr, + mpLY mpLZ ) menjadi tidak berarti.
=
i?m1N{ - Suatu sistem persamaan kolinieritas dalam bentuk Persamaan C.11
dan C.12 dapat dinyatakan dalam bentuk matrils sebagai:
uze =t 1ry) +d(mzr)
,rA.n}J.t nLl (c.13)
^V1= -

)
', -\
\
t
7@ i
761
Dalam Persamaan C.13, m ialah jumlah persamaan, z ialah jumlah
:i
unsur yang tidak diketahui, v merupakan matriks kesalahan residualdalam s
koordinat
tgqo,r dun y terukur. A ialah matriks D, koefisien unsur yang tidak
diketahui,x ialah mariks koreksi unsur yang tidak diketahui untuk pe*iraan r{
awal, dan L ialah matriks tetapan J dan K. Apabila jumlah persamaan
melebihi jumlah unsur yang tidak diketahui, dimungkin[an untuk .1
I
,

memperoleh penyelesaian dengan kuadrat terkecil bagi unsur tak diketahui


99ng-T menggunakan matriks Persamaan A.lZ atau e.l3 pada Lampiran A.
Ketelitian unsur yang tidak dikeahui mungkin dihitung dengan menggunakan
matriks Persamaan A.14 hingga A.l7 pdda l-ampiran A.

c.6 ROTASI ASIMUT, KESENDENGAN, DAN SWING

. Sebagai pengganti penggunaan omega, phi, dan kappa sebagai sudut


rotasi untuk mengubah koondinat foto sendeng menjadi sistem koordinatx'y'z'
yang sejajar dengan sistem medan, dapat digunakan sudut perputaran azimut,
kesendengan, dan swing. Sebuah foto sendeng yang menggambarkan sudut
azimut (o), kesendengan (r), dan swing (s) disajikan pada Gambar C.4. Dalam
9olUg itu, bidang utama foto memotong bidang datum sepanjang garis
N7F7. Formula rotasi dikembangkan dengan diawali asumsi sistem-kmroinat rJ
x.'y-'/ *j9jar dengan XYZ, dan kemudian dengan jalan rotasi, mengubahnya ke
daltT sistem pengukuran foto ry2. Salib sumbu dua sistem koordinat gambar
itu dibuat pada statiun pemotretan L.
Persamaan rotasi dikembangkan dalam suatu urutan tiga rotasi dua-
dimensional yang terpisah. Sistem koordinat x'y'z'mula-mula diputar dengan Gembar C.4 Sudut rotasi azimut, kesendengan, dan swing
sumbu z'searah jarum jam dengan sudut c untuk menghasilkan sistem
koordinat yayd7d. Sesudah rotasi perputaran, sumbu ya akan berada pada
bidang utama foto. Dengan merujuk Gambar c.5a, koordinat sembarang titik XAt = Xq
pada sistem koordinat xcya za adalah: y6=yagggt+zdsint (c.15)
xq -- x'cos o y'sin cr
7&=-ya Sinf + zdCOSl
-
la=x'sino+y'coscl (c.14)
Rotasi ketiga dengan sumbu zat dengan sudut 0, berlawanan dengan
*= z' arahluum jam. Sudut 0 ditentukan oleh:
RoEsi kedua ialah perputaran t dengan sumbu xc, berlawanan dengan Q = (g- 180o)
arah jarum jam untuk membuat sistem koordinat xayaza. Setelah perputar-
an, sumbu xo dan yct terletak pada bidang foto sendeng. Dengan melihat Rotasi ketiga menghasilkan sebuah sistem koordinat vat0ym02at0
pada Gambar C.5D koordinat dari titik pada sistem fiyu2a adalah: berimpit dengan sistem foto sendeng ryz.Dengan berpedoman pada Gambar
C.Sc, koordinat tiap pada sistem ryz adalah:
litik
l\

762 763

mt3=-sinrsinJ
,?r2l = cos ct sin s sin o cos, cos s
mzz=-sin o sin s-
- cos o cos rcos J (C.19)
ffi23=-sinrcoss
4' m3t=-sinosin,
m3z=_cososin,
m33 = cos ,

C.7 PERSAMAAN KOLINIERITAS DENGAN MENGGUNA'


(d) tht KAN ROTASI AZIMUT, KESENDENGAN' DAN SWING

Gambar C.5 Rotasi azimut, kesendengan, dan swing (a) rotasi pertama, (b) Dengan hanya mensubstitusikan Persamaan C.19 untuk m ke dalam
rotasi kedua, (c) rotasi ketiga. Persamaan C.5 dan C.6, diperoleh persamaan kolinieritas yang meliputi
azimut, kesendengan, dan swing sebagai unsur tidak diketahui, sebagai peng-
| = y@0 =.xd COS 0+ yo 5in 6 ganti omega, phi, dan kappa. Dengan menggunakan teori Taylor, persamaan
(c.16) izimut, kesendengan, dan swing ini dapat dilinierkan dan digunakan untuk
y= yctfr =-r6sin 0 + yacoS 0 penyelesaian soal fotoglametri secara analitik. Akan tetapi, persamaan omega-
dan azimut
7=2A022at it i-tappa lebih sering digunakan, dan sudut kesendengan, swing,
dan cos 0 sama besar dengan .l ipabili dikehendaki dapat ditentukan berdasarkan pada omega, phi, dan kappa
Karena sin 0 sama besar dengan
cos s, dapat dilakukan
- 5i1
substitusi ini
3,
ke Persamaan C.16 yang meng- seperti dijelaskan dalam Bagian C.8.
-hasilkan
y=-yatCOSJ-)dSinS C.8 PENGUBAHAN DARI SATU SISTEM ROTASI KE
(c.17) SISTEM LAIN
!=xo,sins-yarcos.r
Z=Z&I Meskipun pernyataan azimut, kesendengan, dan swing (Persamaan
C.19) bagi n berbeda dari pernyataan omega, phi, dan kappa yang berkaitan
Dengan substitusi Persamaan C.14 ke C.15, diteruskan dengan (Persamaan 8.21), nilai numeriknya sama. Ini memang benar karena rt
substitusi ke Persamaan C.17, dan mengalikannya akan menghasilkan sesungguhnya merupakan arah cosinus yang mengkaitkan sistem koordinat
ekspresi koordinatx, y,danz bagi sembarang titik seperti berikut: gambar dan sistem koordinat objek seperti yang dijelaskan dalam Bagian B.7
x=mllx'+mny'+ml3z' Lampiran B. Karena kesamaannya, m yang berkaitan dapat ditetapkan sama
satu-dengan lainnya; misalnya zll
= cos Q cos x = cos o cos
- s-
sin o
y = m2tx' + m22y' + m23z' (C-18)
cos , sin s. Kesamaan m ini memungkinkan pengubahan bolak-balik antara
z=m3lx'+m32J'+m332' 1t sistem omega-phi-kappa dan sistem azimut-kesendengan-swing:
epaUita omega, phi, dan kappa untuk foto tertentu diketahui, nilai
Pada Persamaan C.ll,m adalah: numerik m dapat dihitung dan kesendengan swing, dan azimut ditentukan dari
persamium berikut:
mlt = 0 cos J sin g cos, sin s
-cos
ml2 = sin o cos J
-
cos o cos, sin J cos t = m33 (c.20)
-
7g 765

mn negatif, phi negatif dan sesuai arah jarum jam. Apakah phi positif atau
Irifi S -sinrsins
Sln , COS J m23
(c.21)
nelatif, iarena nitainya kurang dari 90o, cosinusnya 99!aiu positif. Oleh
-
-.T-=- karena itu bila hasil bagi m32 lmn negatif, omega positif dan berlawanan
-lafl tf,
- sin a, sin t m3t (c.22) dengan arah jarum jam, dan apabila hasil bagi itu positif, omega negatif dan
=----------------
- cos 0, srn , = -m32 searah jarum jam.
-fappa
Oapat diambil nilai sembarang antara 0" 360o. Apabila m11
Kuadran s diperoleh berdasarkan tanda aljabar mg dan mz3.Karcna t -
positif, maka cos x positif, karena cos $ selalu positif. Juga apabila hasil
selalu bernilai antara 0o 90o, sin , selalu positif. Karena itu maka tanda
- Lagi m21 lmn negailf tan r positif. Sekarang apabila cos dan tan kappa
aljabar mp dan n23 masing-masing dijabarkan dari sinus dan cosinus s. positif, maka kappa terletak dalam kuadran I dan antara 0o 90o. Dengan
Apabila mp dan m23 negattf , maka sinus serta cosinus s positif dan s berada -
menggunakan anatisis yang Mma, diperoleh tabel berikut untuk mendapatkan
pada kuadran I dengan nilai antara 0o 90o. Dengan menggunakan analisis kuadran yang tepat bagi kappa:
-
yang sama, tabel berikut dikembangkan untuk menyajikan kuadran yang tepat
untuk s dan cr:
Tanda aljabar Tanda aljabar Kua&an
Tanda aljabar Tanda aljabar Kuadran mtt m21lm11 r
mB ataa m3l mZ3 atau m3Z s atau (I I
+
I + tr
+ I trI
+ + m + + N
+ ry

Apabila kesendengan, swing, dan azimut diketahui untuk foto tertentu, RUJUKAN
pengubahan ke omega, phi, dan kappa dapat langsung dilakukan sebagai
berikut: American Society of Photogrammetry: 'Manual of Photogrammetry ''' Edisi ke-3',
Fall Church, va., 1955, Bab 2.
sin Q = p3, (c.23)
: "Manual of Photogrammetry," ed. ke4., Falls Church, Yirginia Va.,
1980, Bab 2.
_uin(r)- - sin a co'!1[_mn Keller, M., dan G. C. Tewinket "Space Resection in Photogrammetry"' ESSA
(C.u1
cos to cos Q m33 Technical Report C&GS 32, U,S. Coast and Geodetic Survey, Washing-
- ton, D.C., 1966.
cos 0 sin x m2l
--taflX-=:
-cosQCosK mtt
(c.2s)
SOAL
Pada Bagian 8.7 Lampiran B, telah disepakati tanda untuk membuat .) C.1 Jelaskan kondisi kolonieritas dalam fotogrametri.
omega, phi, dan kappa positif apabila rotasinya berlawanan dengan arah jamm C.2 Jelaskan mengapa persamaan kolinieritas yang dilinierkan harus diulang
jam bila diamati dari ujung positif masing-masing sumbunya, x,y, dan z. beberapa kali sebelum diperoleh penyelesaian yang memuaskan.
Dengan menggunakan tanda kesepakalan ini dan menyadari bahwa untuk foto C.3 Untuk mahiks M berikut ini berapa nilai omega, phi, dan kappa? Apakah
udara maka omega dan phi tidak lebih dari 90", maka phi positif dan azimut, kesendengan, dan swing?
berlawanan dengan arah jarum jam apabila ,n3l positif. Juga, apabila m31
7ffi

l- o,mztu 0,380341 - o,wzt1


M= l- 0,386333 - 0,922054 o,antq I

I o,msoo+ o,u23fi6 o,erzoa l


C.4 Sama dengan Soal C.3 tentukan matriks M dengan menggunakan nilai 4
berikut:

[- o,lraoso _ o,otsoo6l
o,3g2o7t INDEKS
, = l- 0,392262 - 0,919834 0,005954
- |

L_ o,a7w o,ot3597 0,98800 J


A Alat pencetak "Log Etronic", 7l
American Standard Association (ASA),
ABC (airbone control system), (lihat 60
kontrol dari udara)
Sistem Analitik, rektifikasi, 32U322
ABC (airborne control system), 506 Analog, trianggulasi udara, (lihat
Aberasi kromatik, 45 Trianggulasi udara)
Aberasi, lensa: Anderson, metode titik skala,301-
astigmatisme, 43-45 302
'coma',43-44 AP/C, plotter analitik, 390, 392
kromatik, 45 APR (airborne profile recording) (lihat
lengkungan medan, 43-45 Perekaman Profil dari Udara)
steris, 43-44 ASA, sistem pedomen pemotretan, 60
Acak, kesalahan: ASCE (American Society of Civil
dalam trianggulasi udara, 445-44"7 Engineers) (/iiat Perkumpulan
definisi, 701 Rekayasawan Sipil Amerika)
penyebaran kesalahan acak dalam Asimut
perhitungan, 172-114, 234- metode garis, dari penyusunan mo-
236 salk, 2'79
ACSM (American Congress on Survey- sudut foto sendeng, 287-288 (lihat
ing and Mapping), (lihat Kong- jnga Sudut rotasi kesendengan-
res Amerika untuk Handasah swing (putaran)-asimut)
dan pemetaan). Sumbu kamera:
Aditi{ pengamat warna, 678 dari suatu foto sangat condong,
Affine coordinate transformation 568-572
(transformasi koordinat afin), dari suatu foto terestrial, 624
t) tzt, 125,730-733 ASP (American Society of Photo-
Akar pangkat dua rerata, kesalahan, grammetry), 14
'103 Astigmatisme, 4345
Akomodasi mata manusia, i80-181 Atmosfer, pengaruh refraktif pada sudut
Alat pemindah titik buatan Simpson, tegak dari foto sangat condong,
210-21t 570-572
Alat pemindah titik,
s' 209^211, 462- Australian Surveyor, 15
463 Aviograf B-8, 374-375, 398
768 769

Avioplan OR.-l,424427 Bidang gambar,35-37 medan) 'Dogding' dalam pencetakan foto, 7G


Bidang negara bagian, koordinat, Dataran banjir, interpretasi, 658-659 7t
B 480-481,500-501 Datum, garis utaina, 287 'Dove', prisma, 32, 33
Bidang utama foto sendeng, 287 Datum Tegak Geodetik Nasional tahun Doppler, sistem survei, 507
B/H (base-height) ratio (/ifrat Rasio) Bikonkaf, lensa, 34 1929, 502 'Drift' pada jalur terbang, 519
Bagian dalam, orientasi: Bikonveks, lensa, 34 Datum, titik nadir, 286 DTM (digital terrain model) (lihat
dari instrumen plotter stereo- Bilangan penting dalam penghitung- Datum, titik utama, 287 Model digital medan)
skopik, 346-353 an, 18-20 Daya pisah (/ifrat Resolusi) Dua proyektor, metode orientasi rela-
dari kamera udara, 87, 94 Binokular, penglihatan, 179
Densiti film, 58, 138-144, 321-327, tif,357, 4t4
pada plotter analitik, 393-394 Bobot jumlah terukur dalam PenYe- 482-487 Dua titik, reseksi dalam trianggulasi
Bahan pelekat: suaian,109-714 Densitometer, 58, 138-144, 321- garis radial, 251
untuk pembuatan mosaik ortofoto, Bumi, kelengkungan (lihat Keleng- 327, 482487 Dua-dimensional, transformasi koordi-
282 kungan bumi) Deville, Kapten, 2 nat:
untuk penyusunan mozaik, 27 4 Diafragma kamera, 55, 87 afin, l2l, 125,730_733
Baku ketelitian untuk pemetaan, 498- C Diapositif, 62, 232-233, 347*353 konformal, 721-730
499, 524-525 Diferensial, pengukuran beda tinggi proyektif, 744-749
Balistik, kamera, 4, 601 Cakrawala: (levelling) secara, 504-505
Balplex (ER-55), 334, 339-341 asli, dari suatu foto sangat DIN, pedoman pemotretan dengan
Basis udara (air base), 195,222'231 condong. 561 E
sistem, 60
Basis-dalam dan basis luar, instrumen tampak semu, dari suatu foto sangat Dinas Kehutanan Amerika Serikat, 584
plotting stereoskoPik, 376- condong, 560 Efek Rayleigh, 674
Dinas Survei Geologi Amerika Serikat,
380 Cakrawala asli foto sangat condong, Eksposure foto:
13,4r0,4ll,413, 500 sistem pedoman ASA, 60
Batang paralaks, 2ll-215, 231-233, 561 Dinas Suri,ei Pantai dan Geologi
619-620 Cakrawala tampak semu dari foto yang sistem pedoman DIN, 60
Amerika Serikat, 3
Batuan induk, interpretasi, 659-661 sangat condong, 56G-562 variasi /-stop, 54-57
Distorsi:
Bauersfeld, sistem lensa pelengkap, Canadian surveyor, 15 Ekstraterestrial, foto, 8
kompensasi gerak gambar dalam
384 Cernbung, lensa, 34 Ekuivalen, foto tegak, 294-296
foto panoramik, 594-595 Elektro-optik, rektifikasi, 325*327
Bean, Russell, 410 Cermin: kompensasi untuk distorsi dalam
Benda hitam sempurna (blackbody), berlapis depan, 30-31 Emisivitas, faktor, 670
plotter stereo, 352
668 datar, 30 Emulsi fotografik:
lengkung permukaan bumi, 135-
Bentang lahan secara digital, model setengah tembus sinar, 3l-32 densiti dari, 58, 138-144, 325-
136
(lihat Model digital medan) Church, Earl,302 panoramik, 594-595
327, 482487
Bentuk lahan, interpretasi, 654-659 CIS (Canadian Institute of Surveying) hitam putih, 6l-62
panoramik oleh kemiringan, 595
Bentuk sapu, penyiaman, 695 (/iftat Institute Handasah Kana- pembiasan atmosferik, 132-136
infra merah, 64-68, 672-674,
Berkas sinar, 25,35-36 da) posisional penyiam dalam foto ,676-678, 69r-694
Berwarna semu, film, 67 'Coma', 44 kabut, 59
panoramik, 594
Bersudut siku-siku, prisma, 32, 33 Condong, foto, 6, 555-559 karakteristik, 57-5O
radial lensa, 45, 46, 95, 97*101,
Copy, kamera, 282 kepekaan spektral dari, 62-45
Bias, sudut, 27 t3ut32, 717-7t8 kontras dari, 59
Bidang: Cosinus arah pada sistem koordinat tangensial lensa, 45, 46, 95
epipolar, 485486 foro sendeng, 738 Distorsi karena pembiasan atrnosferik,
pemrosesan, 6L42, 66-69
fokus (fokal), 37, 90 'Crab', 9l-92, 518 resolusi dari, 60
132-135
fokus tak terhingga, 36-37 68 persen, kesalahan, 703
Distorsi radial lensa yang tidak Epipolar, bidang, 485-486
gambar, 36 D simetris, 132
utama dari foto sendeng, 287 Epipolar, garis, 485-486
Distribusi normal kesalahan, 706-708
Bidang fokal kamera, 89 Daguere, Louis,2, 51 Esker, interpretasi, 654
Divergen, lensa, 34
Bidang fokus lensa, 36-37 Dasar. kontrol medan, (lihat Kontrol

rl
771
770

Fotogrametri jarak dekat (lihat Foto- Orthoscan K-320, 418419,


posisi stasiun Pemotretan' 568- 422
F grametri terestrial)
572 peta foto Gestalt GPM, 433
6, 8, 555-580' Forogrametrik, kontrol (/ilral Kontrol
sangat condong, plotter analitik As11-g, 432-
fstop, 54-57, 88
581-582
medan)
Faktor C, 528-529. Fotogrametri terestrial: 433
cakrawala aslt, 443, 444
Faktor cuaca dalam perencanaan foto cakrawala tamPak semu, 560
asimut sumbu kamera, 623-624 PPO-8, 421
\dua" 532 condong, 620-623 proyektor orto-3, 420421
garis sejajar, 563
Faktor emisivitas, 670 sistem koordinat foto untuk, foto mendatar (horisontal), 608- sFoM 693,418
Faktor kecerahan. 53 620 stereomat B-8, 431432
562-563
Film (lihat Emulsi fotografik) instrumen plotting stereoskoPik, kegunaan, 41 0-4 l l
skala, 563-567
Film berwarna,,.62-68 625-627 keunggulan, 4 l0-41 I
sudut depresi asli, 562
Film hitam putih, 6l-52 kamera untuk, 602-609 klasifikasi instrumen untuk mem-
sudut depresi semu, 561
Film pendeteksi bentuk samaran, 67- fototeodolit P-30, 4, 605 buat, 4ll, 413
sudut dip, 561-562
68 fototeodolit Photheo, 606 pencandraan/pengertian, 407 4 l0
sudut kesendengan, 559, 562
Filter, 65-68, 87 fototeodolit TMK, 603 perencanaan penerbangan untuk,
titik nadir, 563, 579-580' 582
Format besar, kamera (LFC)' 81-82' sudut mendatar dan sudut tegak
stereometrik C-120, 609 435-436
693 stereometrik K-490, 608 perkiraan biaya, 5M
Pada, 567-568 stereometrik SMK, 607 proyeksi optik serentak, 413421
Formula lensa, 38 terestrial, 620-623
Foto: terestrial P-32, 605-606 proyeksi optik terpisah, 421428
Foto (fotografi) udara:
ekstraterestrial, 8
geometri, 151-174
kontrol bagi, 621-628 Foto panoramik:
multisaluran, 67'l -47 8 menentukan letak titik dari, 612- distorsi gambar pada, 594-595
interpretasi. 645-661 geometri,588-591
terestrial, 3-5, 600-630 klasifikasi, 3-8
620
udara: penentuan letak stasiun pemotret- koordinat medan berdasarkan,
kontrol medan bagi, 493-5ll 592-594
agak condong, 5, 8, 555' 555' an, 623-624
liputan medan, 531-532 persamaan kolinearitas untuk, pandangan condong ke dePan,
558-559 pembuatan, 8
panoramik 584-595 629-630 583-584, 586
penyusunun jadwal, 540' 549-550
sangat condong, 6, 8, 557-584 persamaan paralaks untuk, 617- pandangan tegak, 583-589
perencanaan, 5 1 6-540
sendeng, 5, 151, L94-L95, perkiraan biaYa, 540-542
620 sistem koordinat foto dari, 590-
289-327, 517-519 reseksi tiga-titik dalam, 623 592
spesifikasi untuk pengambilan/pe-
striP, 84 terapan, 601-602 skala,591-592
motretan, 538-539
tegak vertikal, 194-196 Foto, indeks, 271:273 sudut penyiaman, 591
tinggi terbang, 9, l7Ll72
vertikal (tegak), 5, 8-10' l5l- yang ada, 1L12
Foto, interpretasi (lihat Interpretasi Foto sendeng:
174 fotografik) bidang utama, 287
Fotografi:
yang telah inengalami rektifikasi 5l-73 Foto, koordinat (lihat Koordinat, definisi, 5, l5l, 285-327
asas,
(rectified PhotograPh), 73, pemrosesan, 6l-62, 66-69 sistem, fotografik) garis utama, 287
314-327, 745-749 Foto orto: interseksi ruang, 3l 1-313
pencetakan, 69-74, 346-347,
Foto condong: dengan pemrosesan citra digital, koordinat medan dari, 291-293
350-35 I
agak, 6, 8, 555-559 434-435 orientasi, 285-287, 298-300
(lihat juga Foto/fotografi udara)
asimut sumbu kamera, 568-572 instrumen untuk membuat foto metode Church, 302-308
Fotografi multisaluran, 83-84, 677- orto: metode titik skala, 301-302
grid perspektif untuk, 572-577 678
kelengkungan bumi dalam Penen: Avioplan OR-|,424427 reseksi ruang dengan kolin-
Fotogrametri:
tuan tinggi terbang untuk, l-2 GZ-l Gigas-Zeiss, 422424 earitas,308-311
definisi, Orthocomp 7^2, 427428 pengaruh pada liPutan stereo-
569-572 kegunaan, 12-14
panjang garis pada, 578-579 Ortofotoskop model T-64 Sur- skopik,518-520
organisasi profesional, 14-16
menentukan letak titik baru dengan penerapan, 12-14
vei Geologi Amerika Serikat, pengaruh pada paralaks Y, 193-
pasangan stereo, 572 409, 413418 196
sejarah, 2-3

A
pergeseran
dengan, 294-298
letak oleh
pergeseran letak oleh
294
reseksi ruang, 308-3ll
kesen-

relief pada,
772

Garis fialur) terbang:


crab pada, 9l-92,518
drift,519
penempatan pada Peta
bang, 533-538
jalur ter-
I I
Indeks:
bias, 2'7
foto, ?71273
773

342, 414
Kelsh, 342-344, 353, 414,
528
Multipleks, 340
Otograf A-8, 372-374, 421
rektifikasi, 73, 314-327 Garis fidusial pada foto, koreksi Infra merah, emulsi, 64-68, 672-674, Otograf A-10, 383
sistem koordinat, 287-288 kesalahan konstruksi, I l6- 676-678, 691-694 Otograf Universal Wild A-4,
skala, 288-293 118 379-380, 448
titik nadir, 286 Garis nadir, 686
{ Institut Handasah Canada, 15
Instrumen (piranti) pengukuran foto- PG-2, 380-381, 454
s
Foto tegak (vertikal): Garis sejajar (lihat Tittk cakrawala) ,r
v grafik: Planicart E-3, 381-382
definisi, l5l Garis sejajar (vanishing point), 463 n densitometer, 58, 138-144, 325- plotter analitik AP/C, 390
ekivalen, 294 Garis tinggi line-drop (terputus), 429- 327, 482486 plotter analitik UNAMACE,
geometri, 152-174 430 goniometer, 95, 96 401
koordinat medan dari, 16l-164 Garis tinggi, interval, 524-525 komparator mono, ll9-125 plotter analitik Planicomp C-
paralaks, 203-236 Garis utama datum, 287 komparator stereo (stereokom- 100, 390-391, 397
pembuatan, 8-9 Garis utama datum, 287 { parator), 119, 463466 plotter analitik Transter, 390,
perpindahan Ietak gambar oleh Garis utama foto sendeng, 287 {i monoskopik, l13-125 393, 397
Gelombang rrikro pasif, 690-691 iI plotter terestrial A-4O, 627
relief dalam, 164-l'10 penggaris makro, 113
persamaan paralaks untuk, 215- Geoceivers, 507 piranti uuntuk jarak pendek, 116- plotter terestrial Technocart,
220 Gestalt Photo Mapper (GPM), 401, il 117 625, 627
skala, 153-161, 523-526 433 skala kaca, I 13 plotter terestrial Tenagraf, 527
tinggi terbang, 9, l7O*172 Grafik koreksi paralaks, 225-230 skala keteknikan, I l3 Stereomat B-8, 399, 431433
yang ada, lLl2 Grafik, rektifikasi, 317-322 "Zoom macroscope", 116-117 S tereometrogr af , 382-383

Foto, trianggulasi (lihat Trianggulasi Grad, sistem sudut, 16 Instrumen plotter stereoskopik: Stereoplanigraf C-8, 384-386,
udara) Grid Kanada, pemetaan dengan,577 analitik, 389-397 448
Foto yang direktifikasi (liltat Rekti- Grid perspektif untuk foto condong, { bagian-bagian komponen, 337- Stereosimplex G-7, 374
fikasi) 572-57'.t 346 perataan, 363-368
Fototeodolit, 4, 603-506 Gunter, rantai, l7 klasifikasi, 335-336 pertimbangan dalam perencanaan
Fungsi (peng)alih modulasi (/ihat GZ-l Gigas-Zeiss, 422423 kompensasi untuk distorsi dalam, terbang, 527-530
MTF/modulation transfer func- 352-353 proyeksi mekanik, 370-383
tion) H kompilasi peta dengan, 367-37O proyeksi optik, 337-368
koordinatograf otomatik terdigit, proyeksi optik-mekanik, 384-385
G H dan D, kurva, pada emulsi folografik, 388-389 proyektor multi (multiproyektor),
59 model mumi, 531 443-444
Gambar: Halftone: orientasi absolut, 358-367 sistem pengukuran dan penyidikan,
nyata, 4041 layu,73 orientasi bagian dalam, 346-353 344-345
semu, 404l proses, 73,282 orientasi relatif, 353-358 sistem pengam atan, 342-344
Gambar laten fotografik, 58 Halogram, 636-639 otomatik, 3974O1 sistem. proyeksi, 338-341, 370,
Gambar, bidang, 35, 37 Hampir tegak, foto (lihat Foto pembuatan penampang melintang 376-380
Garis: sendeng) dengan, 345 skala model dan skala peta untuk,
asimut, dalam konstruksi mosaik, Hektar, 18 penggunaan perkiraan biaya untuk, 358-361,386-388
279-280 Heleva, U.V., 390 543 untuk foto terestrial, 625-62'l
epipolar, 485486 Histogram, 705-105 penjabaran instrumen plotter Instrumen plotting stereoskopik de-
terbang (lihat Gaisljalur terbang) Hologrametri, 636-639 stereoskopik yang tertentu: ngan proyeksi mekanik, 370-
utama, 287 Horizon, foto, 559 Aviograf B-8, ,74-375 383
Balplex (ER-55), 334, 339* Interpretasi fotografik:
774 775

analisis batuan induk, 659-661 Division, 15 penyangga, 91 definisi, 702


analisis medan, 651-654 penutup, 88, 89-91 distribusi normal, 706-708
bentuk lahan, 654-659 K tubuh, 86 sistematik (/i/ral Sistematik, kesa-
karakteristik citra fotografik, 646- kalibrasi, 94-105 lahan)
647 K-320 Orthoscan, 418419, 422 kompensasi gerak gambar untuk, Kesalahan dalam jumlah yang terukur,
pener,apan untuk bidang kehutanan, Kabut emulsi fotografik, 59-60
l) 91 702
647 -651 Kaca: mekanisme penggerak maju film Kesalahan, penilaian (lihat Penllai-
Interseksi: diapositif, 62, 322, 347-353 untuk, 86 anlevaluasi kesalahan)
dengan foto sangat condong yang stabilitas dimensional, 127 mekanisme perata film untuk, 86 Ketelitian baku pemetaan,499, 542
bertampalan, 572 Kaki: orientasi bagian dalam dari,87,94 Ketelitian baku peta nasional, 498,
dengan foto. sendeng yang ber- U.S. Standard, 17 penampang lintang, 87 524
tampalan, 311-313 U.S. Surrvey, l7 pengatur, 93-94 Kolimasi, pusat, 89, I l l
derigan foto terestrial yang bertam- Kalibrasi kamera: 'intervalometer', 93 Komparator:
palan, 612-252 metode yang digunakan, 96-105 pemotretan, 94 monoskopik, ll8-125, 463
pada trainggulasi garis radial, 251- unsur yang dikalibrasi, 94-96 penemu pandangan, 93 multilateratif, 122-123
252 Kamera: penyangga, 91 stereoskopik, ll9, 463466
Interseksi ruang dengan pasangan ste- balistik, 4, 601 sudut pandang,'79-81 untuk pengukuran sinar-x, 635
reo foto sendeng, 312-313 berlensa sembilan dari Survei Geo- Kamera udara kerangka,T9-83 Komparator mono, I 19-125
Interval garis tinggi, 524-525 detik Nasional, 83 Kappa, sudut rotasi, 309-3ll sekrup timah, 119
Interval garis tinggi, 524-525 berukuran besar (LFC - Large for- (lihat juga Omega-phi-kappa, sudut Kompensasi gerak gambar, 9l-92,
Intervalometer, 93 mat camera), 8l-82, 693 rotasi) 594
Isosenter dari foto sendeng, 294-295 copy, 282 Kecepatan: Kompilasi peta:
ISPRS (International Society for dirgantara/udara, 78-1 05
.t '"
emulsi, 60 dengan metode garis radial, 262-
Photogrammetry and Remote fototeodolit, 4, 603-606 lensa, 54 264
Sensing),15-16 kerangka berlensa tunggal, 79-83 menutup, 54-57 dengan penyidikan langsung, 244
kerangka multilensa, 83-84 Kecermatan (ketelitian) jumlah terse- dengan plorter stereoskopik, 367-
J konvergen, 85-86, 556-559 suaikan, 703,716-:717 370
lubang jarum, 34-35, 5l Kegunaan fotogrametri, 12-14 dengan stereokop dan batang para-
Jangkauan/kedalaman: lusida, 31,245 Kehutanan, interpretasi foto untuk, laks, 231-234
fokus, 48 multispektral, 83, 677 -678 647-651 metode otomarik, 399401, 429-
medan,'4748, 338 panjang fokus, 8G-81 Kelengkungan medan, 4345 431
' perspepsi dalam pandangan/peng- panoramik. 85, 585, 587-589 Kelompok (blok) foto, 10, 4'18479 Kondisi kebersamaan bidang, persama-
lihatan manusia: return beam vidicon (RBV), 691 Kelompok kerucut lensa, 87-88 an, 461462
metode monoskopik, 179 strip, 84
Kelsh, instrumen plotter stereoskopik, Konform, transformasi (lihat Transfor-
metode stereoskopik, 179, terestrial, 602 342-343,353, 414, 528 masi koordinat)
I 82-1 83 trimetrogen, 84, 557 Kemiringan, distorsi panoramik oleh, Kongres Amerika untuk Handasah dan
Jarak (panjang) fokus lensa, 37, 80, Kamera berlensa sembilan dari Survei 595 Pemetaan, 15
95, 97-100 Geodetik Nasional, 83 Kepekaan spektral emulsi, 62-64 Kontras emulsi foto, 59-60
Jarak gambar, 38 Kamera udara: ,l Kerangka berlensa tunggal, kamera Kontrol foto (lihat Kontrol medan)
Jarak utama proyektor stereoplotter, bagian, 86-96 udara, 79-83 Kontrol medan:
338, 353 diafragma, 88 Kern PG-2, instrumen plotter stereo- klasifikasi, 493494
Jaringan Kontrol Mendatar Nasional, filter, 65-68, 88 skopik, 380-381, 454 metode survei untuk penetapan/
500 kelompok kerucut lensa, 87-88 Kerucut pada kamera dirgantara/udara, pengadaan, 502-508
Jauh, pengindera (lihat Penginderaan kerucut, 87-88 86_88 pembuatan indeks, 510-5 11

jauh) lensa, (lihat Lensa) Kesalahan (error): \ pemilihan gambar untuk, 495-496
Journal of the Surveying and Mapping magazen, 86 acak (lihat Acak, kesalahan) penaksiran/perkiraan biaya, 541-
A
t

'176
777

543 polinomial:
Perencanaan survei kontrol, 498- untuk koreksi/pembetulan dis- planokonveks, 34 Mekanisme perata film untuk foto
499 torsi radial lensa, 131, 717- positif miniskus, 34 udara,86
persyaratan, 480-481 719 sederhana/tipi s, 32-41 Membuat indeks kontrol medan, 510-
untuk orientasi stereoplotter, 358- untuk penyusunan trianggulasi tebal, 4243 511
367 \daru,445-447 t) Lensa, stereoskop, 184-191
LFC (large format camera) (lihat
Mendatar (lateral), pembesaran, 4l
Mendatar, kontrol medan (/i&al Kon-
untuk trianggulasi garis radial, Kurva D-Log E,59
255-256 Kurva karakteristik emulsi fotografik, Format besar, kamera) trol medan)
untuk trianggulasi udara, 48-481, 59-60 Lingkaran tak jelas, 44 Menjembatani (bridging) (lihat Tri-
496-497 Liputan medan: anggulasi udara)
Konvergen, kamera, 84, 555-558 foto udara, 531-53? Metode basis dalam dan basis luar
L model murni stereoskopik, 531- dalam perluasan kontrol, 449
Koordinat:
bidang negara bagian (state plane), 532 Metode Church tentang perhitungan
Lambert, J.H.,2
480482, 500-501 Luar, orientasi: kesendengan, 302-308
Landsat, satelit, 691-694
medan: metode penghitungan: Metode Goniometer pada kalibrasi
Laser, 637
foto panoramik, 592-594 metode Church, 302-308 kamera, 95, 96
Lausserdat, Aime, 2
foto sendeng, 291-293 metode kolinearitas, 308-31 1 Metode jalur kertas, rektifikasi de-
Layar, halftone, 73
foto terestrial, 612-620 metode titik skala Anderson, ngan,317-319
Lengkung permukaan bumi:
foto vertikal, 16l-164 301-30? Metode kolimator kalibrasi kamera,
dalam leveling diferensial, 505
sistem koordinat fotografik: ' penjabaran unsur, 285-287 96- I 01
distorsi dalam gambar foto, 135-
garis fidusial, lll Lubang jarum, kamera,34-35, 5l-52 Metode multikolimator kalibrasi ka-
r37
untuk foto panoramik, 588, Lubang jarum, lensa, 35 mera,96-101
pengaruh pada penentuanTketepat-
590-592 Lusida, kamera, 31, 245 Metode pelot-kisi untuk penentuan
an tinggi terbang dalam foto
untuk foto sangat condong, koordinat titik pusat perspek-
condong, 569-572
562-563 M rif, 455
Lensa:
untuk foto sendeng, 287 Metode satu-proyektor orientasi rela-
aberasi, 44
untuk foto terestrial, 509-610, bidang fokus, 37 Magazen kamera udara, 86 rif, 355, 357-358, 4t4, 445
621-622 Mata manusia, 180-l8l Metode templet terkunci trianggulasi
daya rinci (resolusi), 46, 95
untuk pengukuran paralaks, Matriks kovarian, 716 garis radial, 256-258
distorsi (liftal Distorsi)
20s-206 jangkauan (kedalaman) medan, 47- Matriks: Metode titik skala Anderson, 3Ol-3Oz
sistem koordinat medan bagi 48, 338 metode: Metode titik skala dalam .penentuan
kontrol mendatar, 500-501 jarak (panjang) fokus, 37, 80, dalam menyatakan persamaan kesendengan, 3Ol-302
95,
titik pusat perspektif, 454458 97 -99
kebersamaan garis (kolinear Mikrodensitometer:
Koordinat afin, transformasi, l2l, kecepatan, 54
itas), 458472, 758-760 model penyiaman (scanning),
125, ',t30-733. dalam penyesuaian kuadrat ter- 138-143, 325, 482486
kualitas, 43-47
Koordinatograf terdigit otomatik, kecll,713-717 model titik (spot), 138
perbesaran mendatar (lateral), 4l Model:
88-389
3 sumbu optik, 36 dalam transformasi koordinat,
Koordinatogral 345, 388-389 tipe-tipe: 729-730 digital medan (digital terrain
Korelasi gambar, 398401, 482 rotasi, 738 model/DTM), 345, M2, 486
bikonkaf, 34
Korelator gambar otomatik, 397401 Medan, kontrol (/i&al Konrol medan) murni, 531
bikonveks, 34
Kuadrat terkecil, penyesuaian, 701- cekung, 34 Medan, koordinat (lihat Koofiinat stereoskopik, 184, 332

Kurva:
7 t'l cembung, 34
lubang jarum, 35
I medan)
Medan, liputan melalui foto udara
Model bebas, trianggulasi, 452458
Model digital medan, 346, M2,486
Model murni stereoskopik, 530, 531-
karakteristik H dan D dari emulsi negatif miniskus, 34 (lihat Liputan medan)
film, 59 planokonkaf, 34 Mekanisme pengatur pemotretan, 94 532
pantulan spektral, 672 Mekanisme penggerlk maju film untuk Model stereoskopik, 184, 332-334,
foto udara. 86 358-363, 385-388, 530-532
778 719

Mosaik indeks, 271-273 Optik: Pembesaran mendatar (lateral), 4l


Mosaik ortofoto, 280-282, 429 fisika, 24 P Pembiasan cahaya:
Mosaik terkontrol, 27V21l geometris, 24 atmosferik, 132-135, 569-57 |
Mosaik udara: prinsip, 24-48 Pandangan pseudoskopik, 191 indeks, 27-29
Jenis, 270-273 Optik mekanik, instrumen plotter t) Panel, titik, 507, 509-510 sudut,27-29
kegunaan, 269-270 stereoskopik, 384-38'1 Panjang fokus ekuivalen, 95, 97 Pembuat peta foto Gestalt (/ilrat
material untuk penyusrnan, 274- Optik mekanik, rektifikasi, 322-325 Panjang fokus terkalibrasi, 95, 99 Gestalt Photo Mapper/GPM)
275 Optika fisika, 24 Pankromatik, film, 64-65 Pembukaan lensa, 54, 55
ortofoto, 280-282, 431 Optika geometris, 24 Panoramik, kamera, 85, 585, 587-589 Pemetaan dengan metode Grid Kanada,
pengertian, 268-269 Organisasi profesi: Pantograf, 3'74, 38"1 577
penyusunan, 27 5-279 American Conggress on Surveying Pantulan spektral, kwva, 672 Pemetaan garis tinggi, 367-37O, 429-
reproduksi, 282-283 and Mapping (ACSM), 15 Pantulan, proyektor, 247 -248 43t, 524-525
MSS (multispectral scanner) (/i lrat American Society of Civil Engine Paralaks: Pemetaan planimetrik:
Penyiam multispektral, sistem) ers, (ASCE), 15,499 beda,220-225 dengan instrumen pantulan dan
MTF (modulation transfer function), American Society of Photogram foto tegak, 202-236 proyeksi, 245-248
46, 60, 102-105 metry (ASP), 14 foto terestrial, 616-6?0 dengan penyidikan langsung foto
Multilateratii komparator, 122-124 Canadian Institute of Surveying ketinggian berdasarkan bed,a, 220- udaru 244
Multilensa, kamera udara, 83-84 (crs), 1s 225 dengan plotter radial, 264
Multipleks, instrumen plotter stereo- International Society for Photo- metode pengukuran: dengan plotter stereoskopik, 368-
skopik, 339-340 grammetry and Remote Sensing batang paralaks, 2ll-215, 370
Multiproyektor, instrumen plotter (rsPRS), l5
i
23t-233, 6t9-620 dengan trianggulasi garis-radial,
stereoskopik, 444445 Orientasi: monoskopik, 206-215, 2?4- 262-263
Multispektral, penyiam, (lihat peng- absolut (/iiol Orientasi absolut) 225 ketelitian baku untuk, 498499,
inderaan jauh) bagian dalam (lihat Bagian dalam,
1 tangga paralak s, 224-225 324-325
orientasi) I pengertian, 202-2M Pemindah titik
stereoskopik, 208-
N bagian luar (lihat luar, orientasi) persamaan: 2tt,462463
plotter analitik, 392-394 foto udara tegak, 216-220 Pemrosesan film, 61-62, 66-70
Negatif foto, 62, 151 relatif (li hat Relatif, orientasi) I foto terestrial, 617-621 Penampang melintang, 346
Negatif miniskus, lensa, 35 sudut folo sendeng: sumbu jalur terbang untuk pengu- Penandaan sebelumnya titik kontrol,
Nilai paling mungkin pada jumlah kesendengan - putaran - asimut ktran, 206-207 509-5 1 0
yang tersesuaikan, 7 O2-'7 03 (/i&al Kesendengan-putaran- y, 193-196, 354-358 Pencetak foto:
Nilai-f (/rioll-stop) asimut, sudut rotasi) Paralaks, tangga, 224-225 Log Etronic, 7l
Nyata, gambar, 40-4l omega-phi-kappa (lihat Ome Paralaks y: proyeksi, 72-73
ga-phi-kappa, sudut rotasi) definisi, 193-194 reduksi, untuk pencetakan dia-
o Orientasi absolut: pembersihan, dalam orientasi positif, 350-351
analitik, 445447, 603-606 1,

relatif plotter stereo, 354-358 secara kontak, 7A-7 L, 347


Old Delft, stereoskop penyiaman, 190 instrumen plotter stereoskopik, penyebab, dalam pengamatan Pencetakan secara kontak, 69-71, 347
Omega-phi-kappa, sudut rotasi: 358-368 stereoskopik, 193-196 Penemu pandangan kamera udara, 93
dalam pengembangan persamaan plotter analitik, 396 Paralelogram Zeiss, 37 6-383 Penentuan koordinat titik pusat pers-
kondisi kolinieritas, 752-756 Orthocomp, Z-2, 427428 Pasca penandaan titik kontrol, 510 pektif, metode dua titik, 454-
pada foto sendeng, 298-300 Orto-3, proyektor, 420421 Pelat gelas, 96 458
pada proyektor stereoplotter, 338- Ortofoto, mosaik, 28U282, 429 i
:i
Pelat grid kaca, kamera dengan, 129- Pengamat warna aditil 678
340, 335-356 Ortokromatik, film, 64 130 Pengamatan stereoskopik, 179-200
pada transformasi koordinat tiga Otograf A-8, 372-374, 421 Pemantulan cahaya: Pengatur kamera, 93-94
sudut,29 \
dimensional, 733-:744 Otograf A-10, 382
Otograf Universal A-7, 379-380, 448 j sudut kritis, 29
Penggambar garis tinggi otomatik
(automatik contourliner), 43 I

{
t
ir

{ )
780 781

Penggambaran garis radial (lihat Tri- kontrol medan: 135, 46'7 penyelesaian lapangan, 543_
anggulasi garis radial) barometrik, 506 untuk lengkung permukaan bumi, 544
Pengganti gambar stereo (lilral SIA/ diferensial, 504-504 135-137 penyunringan, 543_544
stereo-image alternator) elavasi dengan meter, 506 untuk pembiasan armosferik, r3z* perkiraan biaya cuplikan, 546-
Penggaris mikro untuk pengukuran fo- perekaman profil dari udara, 136 549
tografik, ll3 506 t1 untuk pengkerutan atau pemekaran plotting stereo, 543
Penginderaan jauh: trigonometrik, 505 gilm dan kertas, 127-130 irianggulasi udara,542
dari antariksa, 691-695 Penilaian (evaluasi) kesalahan: untuk transfromasi koordinat afin, survei kontrol, 49g_500
data rujukan untuk, 676-677 dalam penggunaan persamaan foto 730-733 pergeseran letak oleh relief:
gelombang mikro pasif, 690-691 tegak,173-174 Perbandingan antara kedalaman dan dalam foto tegak, 164_170
interaksi tenaga, 671-672 dalam penggunaan persamaan basis dalam foto terestrial, 609 dalam rektifikasi, 319*320
kenyataan medan untuk, 676 paralaks, 234-236 Perbesaran tegak dalam pengamatan pada foto sendeng, 294
pengaruh atmosfer, 6'12, 614-675 dalam trianggulasi garis radial, stereoskopik, 195-200 perkiraan biaya (tiiat perencanaan,
penyiam,68l-687 260-261 Perekaman Profil dari Udara,506 perkiraan biaya)
penyiam multispektral (multispec- dengan kuadrat terkecil, 701-719 Perencanaan- terbang (lihat Perenca- perkiraan biaya dun penyusunan
tral scanner system/MsS), Penta-prisma, 32, 33 _ naan foto udara) jadwal, 5aO_SSO
68 1 -687 Penterjemahan dalam transformasi Perencanaan: perkurnpulan FotogrameEi dan pengin_
radar pandang samping dari udara koordinat, 723-726, 739:744 foro udara, 516-540 deraan Jaui Inrernasional (/rra,
(side-looking airborne radarl Penulis foto (photowriter), 327 maksud pemotreran, 52L-523 ISPRS)
SLAR), 687-689 Penyangga kamera, 91-92 pertimbangan kondisi cuaca, perkumpulan Fotogrametriwan Ame-
radiometer, 678-680 Penyesuaian: 532 rika, 14
sistem fotografi multisaluran, dalam trianggulasi udara, 445-448, pertimbangan liputan medan, perkumpulan Rekayasawan sipil Ame-
677.-678 417 -479 a, 530, 531-532 riya, 15, M9
sistem yang ideal, 667-668 kuadrat terkecil,'l0l-'l 19 pertimbangan musim, 533 Perluasan kontrol forogrametrik (/iiar
sistem yang praktis, 675-676 Penyesuaian berkas secara serentak, per-timbang,an plotter stereo Trianggulasi uda"ra)
sumber tenaga, 668-670 479-480 skopik, 527-530 permukaan liut rata-rata,'501_SO2
Pengkerutan film dan kertas, 127-130 Penyesuaian berkas, 479 pertimbangan skala foto, 523- Persamaan kondisi kebersamaan
Penglihatan manusia: Penyiam: 525 bidang, 461462
binokular,179 bentuk sapu, 695 pertimbangan tampalan depan persamaan kondisi kebersamaan garis
mata, l8G-l8l multispektral, 682-687 dan tampalan samping, 517- (kolinearitas):
monokular, 179 Penyiam multispektral, sistem, 682- 520 dalam trianggulasi udara, 459460
Penglihatan stereoskopik, 179-200 687 pertimbangan tinggi terbang, pengembangan matematis, 7SZ_
Pengukuran baromerik, 506 Penyiam termal, 683-687 s25_525 759,76,
Pengukuran dengan meter, 506 Penyiaman bentuk sapu, 695 peta jalur terbang, 533-538 terapan, 759_760
Pengukuran fotografik: Penyiaman, mikrodensitometer model, spesifikasi penerbangan, 538- untuk fotografi terestrial, 629-630
instrumen untuk (/ilral Instrumen 138-143, 325, 482486 540 untuk interieksi ruang. 312_313
(piranti) pengukuran foto- Penyidikan langsung kompilasi peta, templet lembaran tembus pan untuk reseksi ,uang, i0g_311
grafik) 244 dang untuk, 534-537 Persamaan normal pada penyesuaian
perbaikan (koreksi) untuk kesalah- Penyinaran pada pemotretan, 52-54 untuk foto orto, 435436 kuadrat terkecil, log_itO
an sistematik dalam, 125-137, Perbaikan (pemurnian) koordinat gam- 4 penyusunan jadwal proyek, 549- persamaan pengamatan dalam penye-
466467, 7 t7 -7 19, 730-733 bar: 550 suaiin fuadrat terkecil, 709_
unit, l6-18 untuk asli sistem koordinat pada perkiraan biaya: 'l 19
Pengukuran/ Leveling: titik utama, 125-126 foto orto, 544 pesawat ulang alik, gl, 693
instrumen plotter stereoskopik pa- untuk distorsi radial lensa, 130- konrrol medan, 541-542 pera foto, 2i3-244,26g_Zio
da orientasi absolut, 358-367 132, 717-718 pemotretan dari udara, 54o-541 peta foto orto, 411, 4Zg4Zg
metode medan untuk pengadaan untuk fotogrametri analitik, lZ5- penggambaran, 5M-545 peta jalur terbang, 533_53g

tl
L
\

782 783

Proyektor: metode satu-proyektor, 355, 357, Sangat condong, foto, 8, 555-583


Photogrammetria, 16
Ph'otigrammetric Engineering and pantulan, 247-248 4t4415, 445 Sasaran buatan, 509-510
Remote Sensing, 15 stereoplotter, 338-341' 353' 355 metode swing-swing, 355 Sasaran untuk pemasangan panel titik
Pulfrich, Carl, 3 plotter analitik, 395 kontrol medan, 509-510
Phologrammetric Record, 15
Pixel, 140, 143, 683 Pusat, titik, 42-43 Reseksi: Satelit, penginderaan jauh dengan,
Planicart E-3, stereoplotter, 381-382 Putaran (swing), sudut foto sendeng, o dua titik dalam trianggulasi garis 69t-696
Planicomp C-100, Plotter analitik, 287 (lihat iuga Sudut rotasi radial,251 Scheimpflug, persyaratan (kondisi),
390-392, 397 kesendengan-Putaran (swing)- ruang,308-3ll 3940, 323, 556
Planimetrik, Pemetaan (lihat P emetaan asimut) tiga titik, 253-254, 468, 623 Seksigesimal, ukuran sudut sistem, 16
planimetrik) Reseksi ruang foto sendeng, 308-3ll Semi terkontrol, mosaik, 270-271
R Reseksi tiga-titik: Semianalitik, trianggulasi tdara, 452-
Planokonkaf, lensa, 34
dalam foto condong, 568-569 458
Planokonveks, Iensa' 34
Radar sistem Pandang samPing, 687- dalam foto terestrial, 623-624 Semu, gambar,404l
Plotter analitik, 389-398
APIC, 390,392 689 dalam trianggulasi garis radial, Sferts, aberasi, 4344
PlanicomP C-100, 39O' 397 Radial lensa, distorsi: 253-255 sFoM 693, 418
ASll-c,432433 definisi, 45, 46 Residual, kesalahan, 703 SIA (stereo-image altenator), 342-344
kamera udara, 95, 97-102 Resolusi: Silang, rasio, 316
Traster, 399401
koreksi, 130-132, 717-718 emulsi foto, 60 Simpangan baku jumlah yang terse-
Plotter radial, 264
Radiasi elektromagnetlk (lihat Tenaga lensa, 46, 95 suaikan, 703-7U, 716-7 l7
Plotter stereo otomatik, 397401
elektromagnetik) penentuan, 102-105 Sinar utama, 36-37
Plotter terestrial A-40, 625, 627
Pola respons sPektral, 671 Radiograf, 631-636 Return beam vidicom (RBV), kanera, Sinar x, fotogrametri, 630-636
Radiometer, 678-680 691 Sinar:
Polinomial:
Radiometri dinamik dari udara, 679 Rotasi: berkas, 25
untuk koreksi distrosi radial lensa'
13l,711-719 Rantai Gunter, l7 dalam pengembangan persamaan pantulan, 29
kondisi kolinieritas, 752J54 pembiasan (refraksi), 26-29, 132-
untuk PenYesuaian trianggulasi Rasio:
udua,445-447 basis tinggi terbang (base-height matriks: 135, 569
Porro, prisma, 32,33 rario G/lI) ratio), 86, 195' dengan sudut asimut-kesen- utama, 37
198-199, 52r-523 dengan dan swing, 76u-.763 Sistematika, kesalahan:
Posisional penYiam, distorsi, 594
tak harmonik, 316 dengan sudut omega-phi-kappa, dalam pengukuran koordinat foto,
Positif fotografi, 62, l5l-152
Rasio basis-tinggi terbang (base-hight 738-739 t?5-137 , '103-704
Positif miniskus, lenia, 34
ratio), 86, 195' 198, 521-522 pada transformasi koordinat, 722- dalam trianggulasi udara, M6-447
PPO-8, 421
Rasio silang, 316 724, 734-739 definisi, 701
PPV (polarized-platen viewing), sis-
tem (lihat Sistem Pengamatan Rayleigh, efek, 674 sudut streoplotter, 338-339, 342, Sistem Inggris untuk ukuran, 16-18
Rectifier, 322-325 354-455 Sistem kontrol dari udara, 506-507
LaYar TerPolarisasi).
Reduksi, pencetak' 350 Ruang gelap, prosedur, 6l-62 Sistem metrik, pengukuran dengan,
Prisma:
Rektifikaii, 73, 314'32',7, 7 44:7 49 Ruang rujukan (datum): 16-18
bersudut siku-siku, 32, 33
dove, 32, 33 analitik, 320-322 Datum Amerika Utara tahun 192'l , Sistem pengamatan anaglifik, 342-
penta-prisma, 32' 33 elektro-optik' 325-327 500 343
1] Datum Tegak Geodesi Nasional Sistem pengamatan layar terpolarisasi,
wno, 32,33 grafik, 317-320
Proses memutar kembali film, 69 ialur kertas' 318 tahun 1929, 502 342-344
Proses ozalid, 282 tptik- mekanik, 322-325 Sistem pengamatan plotter stereo-
s skopik, 342-344
Proyek, perencanaan (lihat Perenca- Relatii orientasi:
analitik, 467472 Sistem pengukuran intertial, 507
naan)
instrumen Plotting stereoskoPik' Saku, stereoskop, 185-188 Sistem penyiam multispektral, 682-
Proyeksi oPtik, instrumen Plotter
353-358 Sambungan gimbal patla stereoplotter 687
stereoskoPik, 337-368
metode dua-ProYektor, 355, 414 dengan proyeksi mekanik, 370 Sistem radar pandang samping, 687-
Proyeksi, pencetakan dengan, 12-73
784 785

't89 Sudut pandang kamera, 79-81


Stereo, komparator, 119, 463466 Tegak, darum, 501
Sudut paralaktlk, 182-184, 522 Tegak, kontrol medan (lihat Kontrol
Sistern sudut grad,16 Stereo, model, 184, 332-334, 530-
Skala: 532 Sudut rotasi kesendengan-putaran medan)
definisi. 153 skala, 358-363, 385-388 (swing)-asimut, 2gj_288, Tegak, perbesaran, dalam pengarnatan
'152_754, '160_763
foto panoramik, 591-592 Stereo, pasangan, 9,184
,) stereoskopik, 195_200
foto sangat condong, 563-567 tinggi terbang, 227 -231
Sudut rotasi plti (lihat
Omega-phi_ Templetl
Stereo, trianggulasi, 443452 kappa, sudut rotasi) untuk perencanaan terbang, 534_
foto sendeng, 287-.293 jalur terbang:
Sumbu 536
foto rata-rata, 155-157 Stereokompar agr af , 232
Stereomat B-8, 398-399, 431
untuk pandangan stereoskopik, untuk trianggulasi garis radial:
foto tegak, 153-161, 523-525 -
kesesuaian skala peta dengan Stereometer, 2ll-215 r92_t93 grafik, 250-252
untuk pengukuran paralaks, 206- mekanik, 258-260
interval garis tinggi, 525-526 Stereometrik, kamera, 607 -609
Stereometrograf, plotter stereo, 382- 207 terkunci, 256-258
model stereo. 358-363, 386-388
Sumbu kesendengan, 295 Templet lembaran tembus pandang:
pertimbangan dalam perencanaan 383
Sumbu optik: untuk perencanaan penerbangan,
penerbangan, 523-525 Stereoplanigraf C-8, 385-386, 448
Stereoplotter (/i/ral Instrumen plotter kamera, 152 534, 535_536
perubahan dalam transformasi
stereoskopik) lensa,36 untuk trianggulasi garis-radial,
koordinat. 722J23,'739-:1 44
Stereosimplex G-7, stereoplotter, mata manusia, 180 250_25r
peta, 153, 498499, 524
Survei Geodesi Nasional, 500 Tenaga elektromagnertk, 62-64, 666_
Skala bagi pengukuran fotografik: 37 4-37 5
Survei kontrol: 670
kaca, I l3 Stereoskop:
metode medan untuk, 502-507 Terbang, jalur, 8
keteknikan, I 13 cermin, 189-190
perencanaan untuk, 498 500
penggaris mikro, ll3 Iensa,184-188
sistem koordinat unruk, 300-501
Termal, penyiam, 4243
sederhana, l4 Old Delft, 190 Jl Termal, radiometer, 6i9-6BO
Surveying and Mapping, 15 Terragraf, plotter terestrial, 627
Zoom Macroscope, 116-117 orientasi untuk pengamatan stereot
Swing-swing, metode orientasi relatif, Tiga dimensional, transformasi ko-
Skala kaca untuk pengukuran foto- 191-193
grafik, 1 l3 saku, 185-188 355 ordinat,733-744
zoom, 190-l9l dalam pengukuran koordinat foto, Till glasial,
Skala keteknikan bagi pengukuran interprerasi, 655-656
fotografik, Il2-l13 Stereoskopik cermin, 188-190 t25*t37, 703_705 Timetrogon, kamera, 557
Stereoskopik, paralaks (/i/ral Paralaks) definisi, 701 Tinggi terbang:
Sketmaster:
titik, dalam trianggulasi udara, 446_44j definisi, 9
mendatar untuk pemetaan plani Stereoskopik, pemindah 208-
metrik, 246 2tt, 462463 foto condong, 659-572
tegak untuk pemetaan planimetrik, Strip, kamera udara, 84 T foto sendeng, 302*3ll
244-246 Strip, mosaik, 271 foto vertikal (tegak), B, l'l}_l'tz
SLAR (side-looking airborne radar) (/i- Sudut bias, 27, 29 T-64, Ortofotoskop, 413-4lg pasangan stereo, 228
hat radar Sistem pandang sam- Sudut datang, 27 Tak harmonik, rasio, 316 perencanaan, 525-526
Sudut depresi asli foto sangat condong, Tak terkontrol, mosaik, 270 Tipis, Iensa, 34-41
Pine)
Snellius, hukum, 27 562 Tampalan depan, 9, 517-S2O Titik "carry over" (titik penyelaras;,
Spektrurn elektromagnetlk (lihal T e- Sudut depresi semu, 561 Tampalan samping, 9-lO, sll,-s}O 414, 445
naga elektromagnetik) Sudut dip dari foto sangat condong, Tanda apung, 2O8-Zll, 344 Titik cakrawala, 463,579, 581
559-562 4 Tanda fidusial, 89, ll0-l12 Titik fokus lensa,
Spesifikasi: 36
untuk ketelitian peta, 499, 524- Sudut kritis pemantulan, 29-30 Tanda rujukan, 504 Titik ikat (tie point), 255
525 Sudut mendatar: Tanda tengahan, 208-Zll Titik kontrol:
untuk pengambilan foto udara, pada foto mendatar, 249, 610.,616 Tangensial, distorsi lensa, 45-46, 95 pasca penandaan, 510
538-539 pada foto sangat condong, 567- Tangga paralaks, 224-Z2S penandaan sebelumnya, 509
Stasiun pemotretan, 9, 151 568 Taylor, Brook,2 Titik kontrol (penerus) tepi:
Statik, radiometer, 679 pada foto terestrial, 610-616, Tebal, lensa, 4243 \ untuk trianggulasi garis_radial,
Stefan-Boltzmann, hukum, 668 620-623 Technocart, plotter tereshial, 627 252_253
787
786

penyesuaian jalw, 446447, 448 Unit Ukuran, 16-18


untuk trianggulasi udara analitik' bagi blok foto, 255
persyaratan kontrol untuk, 480- Universal, instrumen plotting stereo,
462-463 kesalahan dalam, 260_261
kompilasi Peta, 262-264 48t, 496497 376-380, 448452
untuk trianggulasi udara analog' titik kontrol/penerus tepi untuk,
444-448 metode grafik, 25G-251
metode numerik, 262
446448, 462463 v
Titik nadir: )) Trilaterasi:
datum, 285 metode temPlet mekanik, 258-259
metode temPlet terkunci, 256-258
metode lapangan untuk kontrol Varian jumlah tersesuaikan, 709
foto sangat condong, 563, 579' medan, 502*504
580 reseksi Pada, 25L, 253-254
foto sendeng, 286 templet lembaran tembus Pandang metode pengukuran koordinat foto, w
untuk,250-251 I 14-l l6
medan, 286 Trogonometrik, pengukuran, 505
titik penerus, 252-253 Wien, hukum pergeseran, 688
Titik panel, 507, 509-510 Tubuh kamera udara, 86
Titik pusat, 42-43 Triansguiasi garis-radial untuk templet Wright Brothers, 3
mekanik. 258-259 Tutupan (penutup) lensa, 54-57, 89-
Titik pusat belakang. 42 9l
Titik pusat dePan, 42 Trianggulasi udara: x
Titik pusat perspektif, koordinat' dJn'g"n instumen universal, 448-
454-458 452 U x, paralaks (/iial Paralaks)
dengan menggunakan densiti citra'
Titik utama: U.S. Public Land System, 572
datum; 287
482-487 z
dengan Plotter stereo multiPro- U.S. Standard Foot, 17
foto, 89, 95 U.S. Survey Foot, 17
yektor, 444452 Zeiss, paralelogram, 378-383
medan,287 Udara, mozaik, (/iial Mozaik udara)
otokolimasi' 96 ketelitian, 458 Zoom Macroscope untuk pengukuran
keuneeulan/keuntungan' M2443 tl Ukuran sinar, 54 fotografik, ll6-l17
sambungan, 192-193 Ukuran sudut sistem seksigesimal, l6
simetri, 100 metoil analitik' 458487 Zoom, stereoskop, 190-19l
(liiat Trans- dengan Plotter analitik' 396- Ultraviolet, energi, 63 ZTS (Zoom Transfer Scope) untuk pe-
Transformasi konform UNAMACE, plotter analitik, 401
formasi koordinat) 397 metaan planimetrik, 246-247
orientasi relatif, 467 47 2
Transformasi koordinat:
pemindah titik untuk, 463
dua-dimensional:
- koordinat foto un-
afin, l2l, 125, 730-:133 Pengukuran
tut, ttA-t25,462467
konformal, 721-730
proYektif, 744-144 penYesuaian "berkas", 479-
480
Transformasi ProYektif:
penYesuaian lalw, 417478
dalam rektifikasi, 32V322
P"nYutrn.n 1a\t, 47241
1
pengembangan Persamaan, 744-
perbaikan/Pemurnian koordinat
749 ' foto uniuk, 125'137, 466-
Transter, plotter analitik, 390' 393'
467
396-397
reduksi kooidinat foto untuk'
Traversing, metode Iapangan. untuk
kontrol medan' 5O2-5M 125-126
metode analog, 448452
Trianggulasi:
rnEioa" fotogrametri untuk kontrol metode semi analitik, 452458
fon (lihat Trianggulasi udara) koordinat titik Pusat PersPek
metode garis.radial' 248-264
tif, 454458
penafsiran/Perkiraan biaYa, 543
metode laPangan untuk kontrol
medan, 502-504
o"nnsunaan. 441443
i"nlItuuiun' 445-447, 418
Trianggulasi garis radial:
penYesuaian blok, 47 841 9
aslai fundime ntal, 24:9-25O
RALAT
Hal. baris ke tertulis seharusnya
l)r
7l 2db Log elektronic Log Etronic
l-ag Log
83 lda hassel blad Hasselblad
ldb delapan foto delapan foto condong di bagian
tepi. Sudut pandang totalnya
sebesar 130o. Pemotretan tri--
metrogon digunakan secara luas
untuk pembuatan peta bagan
(char0 berskala kecil pada se-
kitar tahun 1940 hingga 1960.
Pemotretannya dilakukan

ll3 7d^ setelah . . . pengukuran; tambahkan satu alinea baru:


rI
Skala utama penggaris mikro memiliki pembagian skala inci. Skala
tcrsebut dapat digerakkan dalam bagian I inci pada ujung nol dengan
pgmbagian skah$ inci. Sebuah mikrometer yang terbagi 100 bagian terdapat

lrada skala yang bergerak tersebut, dan


jika diputar penuh maka I inci skala
l,ergerak tersebut menempuh S inci. Jadi tiap bagian pada mikrometer s&ma
tlengan 0,001 inci. Ketepatan pengukuran dengan penggaris mikro dapat
idngkatkan dengan menggunakan kaca pembesar. Penggaris mikro dapat
off dan mengukur jarak.
igunakan untuk me-'lay

2t-22 db Perlu disadari ten- Kalimat ini dihapus


tang adanya kesa-
lahan-kesalahan
yang tidak dapat
dihindarkan
tl r,

ldb Pemilihan Pemilikan


13 d^ kelangsungan bumi kelengkungan bumi
6db Contoh 18.13 Contoh 18.3:
ll-12 da (c.7) (c.7)

,sqlr Iittrur
:8A ,,9rlw96

Você também pode gostar