Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Nama Mahasiswa : victhoria agustha. Dokter Pembimbing : dr. Hery Susanto, Sp.A
I. IDENTITAS PASIEN
Umur : 7 hari
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Suku : Jawa
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Umur : 31 tahun
Pendidikan : SMA
Ruang : Dahlia
Masuk RS : 1/10/2013
DATA DASAR
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien, dan perawat pada
tanggal 4 Oktober 2013 pukul 11.30 WIB di ruang Dahlia RSU Kardinah Tegal
Ibu G2P0A1 31 tahun, hamil 37 minggu dibawa ke rumah sakit pada 10 Juli 2013,
untuk kontrol kehamilan. Ibu dinyatakan mengalami hidroamnion dan disarankan untuk
mengakhiri masa kehamilan perabdominal. Tidak terdapat rasa mules, perut juga tidak terasa
kencang, dan tidak ada air maupun darah yang keluar dari kemaluan. Operasi dilakukan oleh
dokter spesialis kandungan pada tanggal 11 Juli 2013, lahir bayi laki-laki secara sectio
caesarea, bayi menangis kuat, tidak biru, dengan AS 8, BBL 3300 gram, PB 50 cm. Air
ketuban jernih. Placenta dikeluarkan (ekspulsi) dengan kotiledon lengkap, tidak terdapat
infark dan hematom.
Pasien kemudian langsung dibawa ke ruang mawar, tidak tampak sesak nafas dan
merintih. Pasien dirawat gabung bersama ibunya di ruang mawar, asi ibu keluar banyak,
pasien menyusu kuat, tangisan kuat, gerak aktif, sudah BAK maupun BAB, tidak terdapat
muntah, kejang, serta demam, pada pasien tampak sedikit kuning pada daerah wajah.
Dilakukan pemeriksaan bilirubin dan hasilnya meningkat. Pasien lalu di fototerapi 1x 24 jam.
Setelah dirawat selama 3 hari kuning pada pasien sudah mulai berkurang, namun tidak
dilakukan pemeriksaan ulang kadar bilirubin dalam darah, ibu pasien dan pasien
diperbolehkan pulang (tanggal 6 oktober 2013). Ibu pasien dianjurkan untuk kontrol ke poli
4 hari setelah diperbolehkan pulang.
Saat kontrol ke poli ibu pasien mengeluhkan bahwa badan bayi berwarna kuning sejak
3 hari yang lalu. Pasien kemudian disarankan melakukan pemeriksaan kadar bilirubin.
Setelah dilakukan pemeriksaan lab didapatkan kadar bilirubin yang meningkat pada pasien.
Pasien lalu disarankan dirawat. Pasien kemudian dirawat di dahlia mulai tanggal 17 Juli
2013. Hari perawatan pertama pasien tampak kuning, tidak sesak, bak dan bab normal, ASI
kuat, dan tidak kejang.
Tidak ada yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi, sesak nafas, alergi, asma,
penyakit jantung
Ayah pasien menanggung 1 orang istri dan 1 orang anak yaitu pasien. Ayahnya
bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan sekitar Rp. 1.000.000 sebulan dan merasa
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.
Riwayat Lingkungan
RIWAYAT PASIEN
Pasien adalah anak pertama dan ini merupakan kehamilan kedua bagi ibu pasien.
B. Riwayat Persalinan
Kelahiran
Tempat kelahiran : RSU Kardinah
Keadaan bayi :
F. Riwayat Imunisasi
VAKSIN DASAR (umur) ULANGAN (umur)
BCG - - - - - -
DPT/ DT - - - - - -
POLIO - - - - - -
CAMPAK - - - - - -
HEPATITIS B 11/07/13 - - - - -
Kesan : Imunisasi Hepatitis B pertama sudah diberikan
G. Riwayat Keluarga
Corak Reproduksi
No usia Jenis Hidup Lahir Abortus Mati Keterangan
Kelamin Mati
G. Silsilah Keluarga
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: pasien
Kesan : tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 10 Mei 2013, pukul 12.30 WIB di ruang Dahlia.
Bayi laki-laki, usia 3 hari, berat badan sekarang 2900 gram, panjang badan 45 cm,
lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 31 cm.
Kesan umum :
Gerak kurang aktif, tangis kurang kuat, tampak sesak napas (+), sianosis (-), anemis (-),
kejang (-), ikterik (-).
Tanda vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Laju jantung : 120x/menit, reguler
Pernapasan : 45x/menit
Suhu : 35,1C (Axilla)
Sp02 : 98%
Terpasang sungkup O2
Status Generalis
Kepala
Mesocephal, ukuran lingkar kepala 33 cm, ubun-ubun besar masih terbuka, teraba
datar, tidak tegang, caput succadaneum (-), cephal hematom (-), rambut hitam
terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.
Mata
Mata cekung (-/-), palpebra oedem (-/-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis
(-/-), katarak kongenital (-/-), glaukoma kongenital (-/-)
Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), bentuk normal, sekret (-/-), septum deviasi (-)
Telinga
Normotia, discharge (-/-)
Mulut
Sianosis (-), trismus (-), stomatitis (-), bercak-bercak putih pada lidah dan mukosa
(-), bibir kering (-), labioschizis (-), palatoschizis (-)
Leher
Pendek, pergerakan baik, tumor(-), tanda trauma (-)
Thorax
Paru
Inspeksi :simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi suprasternal
(+), subcostal (+), intercostalis (-)
Palpasi : stem fremitus tidak dilakukan, aerola mammae tidak teraba, papilla
mammae (+/+).
Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan
Auskultasi : suara nafas dasar bronkovesikuler, suara nafas tambahan (-/-), ronkhi
(-/-), wheezing (-/-), hantaran (-/-)
Jantung
Abdomen
Inspeksi :datar, tali pusat terawat
Auskultasi :bising usus (+)
Palpasi :supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
Perkusi :timpani
Tulang Belakang
Genitalia
Anorektal
Anggota gerak
Ekstremitas
Superior Inferior
Deformitas - /- - /-
Akral dingin - /- -/-
Akral sianosis - /- - /-
Ikterik - /- - /-
Kulit
Lanugo tidak merata, sianotik (-), ikterik (-), anemis (-), turgor kulit abdomen kembali <
2 detik.
Refleks Primitif
Refleks Oral :
Refleks Hisap :
Refleks Rooting :
Refleks Moro :
Refleks Palmar Grasp :
Refleks Plantar Grasp :
B. Downe Score
Hasil : 2
termasuk
gangguan
pernapasan
ringan
C. Ballad Score
Maturitas neuromuskuler Poin Maturitas fisik Poin
Total 19 Total 17
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
10 Mei 2013
Kimia klinik
Na 124.4 135-148 mmol/L
K 5.00 3,6-5,5 mmol/L
Cl 96.4 95-108 mmol/L
VI. PERJALANAN PENYAKIT
10 Mei 2013
S: Sesak napas (+), merintih (-), demam (-), kejang (-), ikterik (-), minum (-), BAK (-), BAB
(-)
O: KU: gerak kurang aktif, menangis lemah jika dirangsang, sesak nafas (+), sianosis (-),
kejang (-), ikterik (-), anemis (-)
S : 36.60C
RR : 55x/ menit
Menggunakan sungkup, 02 3-5 L/m, Sp02 99%, terpasang ETT no 2.5 dan NGT no.5
P: 02 5L/m masker; infus D10% 13 tpm; injeksi cefotaxim 2 x 125 mg IV; injeksi
dexamethasone 3 x ampul IV; injeksi kalsium glukonas 1 x 0,5 ml IV; injeksi Neo
K 1x1 mg; tunda diit; topikal trombopop gel pagi sore.
11 Mei 2013
S: Sesak napas (-), kejang (+), demam (-), ikterik (-), minum (-), BAK (-), BAB (-)
O: KU: gerak aktif, menangis kuat, iritabel (-), sesak nafas (-), sianosis (-), kejang (-), ikterik
(-), anemis (-)
S : 36.30C
RR : 48x/ menit
12 Mei 2013
S: Sesak napas (-), kejang (-), demam (-), ikterik (-), minum (-), BAK (-), BAB (-)
O: KU: gerak aktif, menangis kuat, iritabel (-), sesak nafas (-), sianosis (-), kejang (-), ikterik
(-), anemis (-)
S : 36.30C
13 Mei 2013
S: Sesak napas (-), kejang (-), demam (-), ikterik (-), minum (-), BAK (-), BAB (-)
O: KU: gerak aktif, menangis kuat, iritabel (-), sesak nafas (-), sianosis (-), kejang (-), ikterik
(-), anemis (-)
S : 36.30C
RR : 40x/ menit
14 Mei 2013
S: Sesak napas (-), kejang (-), demam (-), ikterik (-), minum (-), BAK (+), BAB (-)
O: KU: gerak aktif, menangis kuat, iritabel (-), sesak nafas (-), sianosis (-), kejang (-), ikterik
(-), anemis (-)
S : 36.30C
RR : 40x/ menit
P: 02 5L/m (k/p); infus D5% NS 13tpm; injeksi cefotaxim 2 x 125 mg IV; injeksi Neo K
1x1, diet: ASI/PASI, acc pulang
1. Distress Respirasi
- Intrapulmonal
- Ekstrapulmonal
- Metabolik
3. Observasi kejang
- Hipoksik Iskemik Ensefalopati
- Perdarahan intrakranial
- Gangguan metabolik
- Gangguan elektrolit
4. Neonatus aterm
- SMK (Sesuai Masa Kehamilan)
- BMK (Besar Masa Kehamilan)
- KMK (Kecil Masa Kehamilan)
1. Distress Respirasi
IX. PENATALAKSANAAN
A. Terapi Awal
Medikamentosa
O2 sungkup 5 l/menit
Infus D 10 % 13 tpm
injeksi cefotaxim 2x125 mg (iv)
Injeksi dexamethasone 3x1/4 ampul (iv)
Injeksi Ca Gluconas 1 x 0,6 ml (iv)
Injeksi Neo K 1x1 mg
Trombopop gel pagi sore
Diet
Tunda diet
X. PROGRAM
XI. PROGNOSIS
XII. SARAN
XIII. NASEHAT
Diagnosa pada pasien ini adalah Hipoksik Iskemik Ensefalopati, Distress respirasi,
Observasi Neonatal Infeksi, Neonatus aterm Sesuai masa kehamilan. Diagnosa ini
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien, dan perawat di Ruang
Dari anamnesis didapatkan bahwa ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan antenatal, dan
terdapat riwayat pwnyakit asma. Ibu juga mengatakan sempat sakit batuk selama seminggu
namun tidak ada demam.
Namun, saat proses persalinan, dapat dianalisa bahwa terdapat kegagalan induksi pada
ibu, kemudian dilakukan operasi sectio caesarea pada ibu. Tidak terdapat rasa mules, perut
kencang, dan tidak ada air maupun darah yang keluar dari kemaluan sebelumnya. lahir bayi
laki-laki secara sectio caesarea, bayi menangis kuat, tidak biru, dengan AS 8, BBL 2900
gram, PB 45 cm. Air ketuban jernih. Placenta dikeluarkan (ekspulsi) dengan kotiledon
lengkap, tidak terdapat infark dan hematom.
Pasien kemudian langsung dibawa ke ruang mawar, tidak tampak sesak nafas dan
pasien dipindahkan ke ruang dahlia. Dipasang O2 sungkup 5 L/m pada pasien. Pada
perawatan hari ke-3 pasien kejang.
Dari data ini dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami distress respirasi sesuai
dengan Downe skor dan HIE.
Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisik, KU : gerak kurang aktif, tangisan kurang kuat, tampak sesak
nafas (+), tidak terdapat napas cuping hidung dan retraksi pada suprasternal dan subcostal.
Tanda vital, status generalis kepala, mata, jantung, abdomen, genitalia, ekstremitas, dan kulit
dalam batas normal.
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan khusus pada pasien ini antara lain pemeriksaan dengan
menggunakan kurva Lubchenko, Downe score, Ballard score dan Bell Squash Score.
Didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Neonatus aterm sesuai masa kehamilan. Pada kurva Lubchenko, pasien ini termasuk
kategori sesuai masa kehamilan dengan berat badan lahir 2900 gram dan masa kehamilan
38 minggu.
2. Didapatkan Downe score pada pasien ini adalah 2 termasuk gangguan pernapasan ringan
3. Observasi Neonatal infeksi. Karena pada pasien ini terdapat keluhan malas minum,
gangguan pernapasan, kurang aktif, tangisan kurang kuat dan dilakukan tindakan seperti
pemasangan infus.
Definisi
Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE) adalah suatu sindrom yang ditandai dengan adanya
kelainan klinis dan laboratorium yang timbul karena adanya cedera pada otak yang akut yang
disebabkan karena asfiksia.1 Definisi HIE menurut The Neonatology Clinical Care Unit
(NCCU) adalah berkurangnya suplai oksigen ke otak dan berkurangnya aliran darah ke otak
sehingga menyebabkan supresi aktivitas listrik dan depresi kortikal.4
Etiologi
Asfiksia perinatal adalah akibat berbagai kejadian selama periode perinatal yang
menyebabkan penurunan bermakna aliran oksigen, menyebabkan asidosis dan kegagalan
fungsi minimal 2 organ (paru, jantung, hati, otak, ginjal dan hematologi) yang konsisten.2
Fetus dan neonatus lebih tahan terhadap asfiksia dibandingkan dengan dewasa. Hal ini
dibuktikan bahwa pada saat terjadi hipoksik iskemik, fetus berusaha mempertahankan
hidupnya dengan mengalihkan darah (redistribusi) dari paru-paru, gastrointestinal, hepar,
ginjal, limpa, tulang, otot dan kulit, menuju ke otak, jantung dan adrenal (diving reflex). Pada
fetal distress, peristaltik usus meningkat, spinter ani terbuka, mekonium akan keluar
bercampur dengan air ketuban, skuama, lanugo, akan masuk ke trakea dan paru-paru,
sehingga tubuhnya berwarna hijau dan atau kekuningan. Kombinasi antara hipoksia fetal
yang kronis dengan cedera hipoksik iskemik akut setelah lahir akan mengakibatkan kelainan
neuropatologi yang sesuai dengan umur kehamilannya.1,10
Pada hipoksia yang ringan, timbul detak jantung yang menurun, meningkatkan
tekanan darah yang ringan untuk memelihara perfusi pada otak, meningkatkan tekanan vena
sentral, dan curah jantung. Bila asfiksianya berlanjut dengan hipoksia yang berat dan
asidosis, timbul detak jantung yang menurun, dan menurunnya tekanan darah sebagai akibat
gagalnya fosforilasi oksidasi dan menurunnya cadangan energi. Selama asfiksia timbul
produksi metabolik anaerob yaitu asam laktat. Selama perfusinya jelek, maka asam laktat
tertimbun dalam jaringan lokal. Hipoksia akan mengganggu metabolisme oksidatif serebral
sehingga asam laktat meningkat dan pH menurun. Jaringan otak yang mengalami hipoksia
akan meningkatkan penggunaan glukosa. Cadangan glukosa menjadi berkurang, cadangan
energi berkurang, timbunan asam laktat meningkat. Selama hipoksia berkepanjangan, curah
jantung menurun, aliran darah otak menurun dan adanya kombinasi proses hipoksik-iskemik
menyebabkan kegagalan sekunder dari oksidasi fosforilasi dan produksi ATP menurun.
Karena kekurangan energi, maka ion pump terganggu sehingga timbul penimbunan Na+, Cl-,
H2O, Ca2+ intraseluler, K+, glutamat dan aspartat ekstraseluler.1,10
Manifestasi Klinis
Pada asfiksia perinatal dapat timbul gangguan fungsi pada beberapa organ yaitu otak,
jantung, paru, ginjal, hepar, saluran cerna dan sumsum tulang. Didapatkan satu atau lebih
organ yang mengalami kelainan pada 82% kasus asfiksia perinatal. Susunan saraf pusat
merupakan organ yang paling sering terkena (72%), ginjal 42%, jantung 29%, gastrointestinal
29%, paru-paru 26%.
Pucat, sianosis, apnea, bradikardia dan tidak adanya respon terhadap stimulasi juga
merupakan tanda-tanda HIE. Edema serebral dapat berkembang dalam 24 jam kemudian dan
menyebabkan depresi batang otak. Selama fase tersebut, sering timbul kejang yang dapat
memberat dan bersifat refrakter dengan pemberian dosis standar obat anti konvulsan. 2,12 HIE
merupakan penyebab tersering kejang pada bayi baru lahir (60-65%), biasanya terjadi dalam
24 jam pertama dan sering dimulai 12 jam pertama. Dapat terjadi pada bayi cukup bulan
maupun bayi kurang bulan dengan asfiksia. Bentuk kejang bersifat subtle atau multifokal
klinik serta fokal klonik.13,14 Walaupun kejang sering merupakan akibat HIE, kejang pada bayi
juga dapat disebabkan oleh hipokalsemia dan hipoglikemia.2,12
Ensefalopati klinis puncaknya timbul pada hari ke 3-4 setelah lahir dan sekuele
neurologis yang timbul secara langsung berhubungan dengan keparahan ensefalopati.11
Ensefalopati atau kejang tanpa adanya kelainan kongenital atau sindrom, biasanya
berhubungan dengan kejadian prenatal atau perinatal.5
a. Ginjal Oliguria-anuria, hematuria, proteinuria. Bisa timbul gagal ginjal akut dan
acute tubular necrosis.
b. Sistem kardiovaskuler Hipotensi, nekrosis, iskemik miokardial, syok, disfungsi
ventrikel.
c. Paru Edema paru, perdarahan paru, respiratory distress syndrome, meconeal
aspiration syndrome.
d. Sistem saluran cerna Fungsional intestinal obstruction, ileus paralitik, ulkus,
perforasi, necrotizing enterocolitis.
e. Metabolik Asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia.
f. Hepar Gangguan fungsi hati, pembekuan darah, metabolism bilirubin, dan
albumin.
g. Hematologi Perdarahan, DIC (disseminated intravascular coagulation)
h. Kematian Otak Berdasarkan kriteria AAP.
Tabel 1. Pembagian Gejala Klinis HIE pada Bayi Aterm (Kriteria Sarnat & Sarnat) 2,15
Tanda klinis Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3
Diagnosis HIE memerlukan bukti apa yang menyebabkan iskemik dan hipoksia pada
saat sebelum, selama dan setelah lahir. Data yang teliti tentang riwayat, pemeriksaan
neurologis, laboratorium penting untuk menentukan hipoksik iskemik sebagai penyebab
ensefalopati. Semua aspek riwayat maternal harus digali, mencakup kehamilan, persalinan,
kelahiran dan masa postnatal. Analisis patologi plasenta juga diperlukan tapi tidak sering
dilakukan.9
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khusus untuk menyingkirkan atau menegakkan
diagnosis HIE. Pemeriksaan penunjang dikerjakan untuk memonitor fungsi maupun kelainan
organ sistemik dan cedera otak.1
a. Pemeriksaan antara lain darah lengkap, gula darah, urin, serum elektrolit, BUN dan
serum kreatinin, faal pembekuan darah, faal hati, analisis gas darah,
b. Foto thorak
c. Punksi lumbal dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya perdarahan
intrakranial atau untuk menyingkirkan adanya meningitis.
d. Pemeriksaan EEG dapat membantu untuk menentukan pengobatan dan prognosis
penderita.
e. Ultrasonografi kepala. Pemeriksaan USG kepala sangat membantu pada bayi yang
prematur. Dianjurkan pada bayi yang umur kehamilannya <30 minggu, minimal 1
kali, diulang pada umur 7-14 hari dan diperiksa kembali pada umur kronologisnya 36-
40 minggu. Cara ini dapat mengidentifikasi perdarahan intraventrikular dan nekrosis
basal ganglia dan thalamus.1
f. CT Scan kepala. Pada bayi yang aterm yang mengalami cedera hipoksik iskemik
biasanya dilakukan pemeriksan CT Scan kepala pada usia 2-5 hari, dimana pada
waktu tersebut timbul edema serebri yang maksimal. Proses perdarahan akut dan
kalsifikasi intrakranial akan lebih baik divisualisasi dengan pemeriksan CT Scan
dibandingkan dengan pemeriksaan MRI. Pada bayi prematur yang mengalami
hipoksik iskemik injury, pemeriksaan dengan CT Scan kepala kurang memberikan
hasil yang memuaskan karena pada bayi prematur struktur jaringan otaknya masih
imatur dan lebih banyak mengandung cairan.1,5
g. Near-infra red spectroscopy (NIRS). Untuk memonitor oxyhemoglobin serebral dan
oksigenasi vena serebral.16
h. Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS). Berkurangnya rasio N-acetylaspartat
(NAA) terhadap kolin dan berkurangnya rasio laktat-NAA merupakan bukti
terjadinya iskemik.
Meningkatnya rasio laktat-kolin di ganglia basal dan thalamus merupakan prediksi
outcome neurologi yang jelek. Meningkatnya inorganic phosphorus (31P). terjadi
pada 24-72 jam, normal dalam beberapa hari kemudian.16
Penatalaksanaan
Bayi baru lahir dengan HIE juga mengalami gangguan sistem pernafasan,
kardiovaskular, hepar, fungsi ginjal, sehingga penanggulannya memerlukan pendekatan
multisistem.14
A. Upaya yang optimal adalah pencegahan. Tujuan utama yaitu mengidentifikasi dan
mencegah fetus dan neonatus yang mempunyai risiko mengalami asfiksia sejak
dalam kandungan hingga persalinannya.
B. Resusitasi. Segera lakukan resusitasi bayi yang mengalami apnea dan atau
hypoxic ischemic encephalopathy. Tujuan resusitasi adalah untuk memperbaiki
fungsi pernafasan dan jantung bayi yang tidak bernafas.1,14
1. Ventilasi yang adekuat. Usahakan memberikan ventilasi sehingga PCO 2
dalam kadar yang fisiologis. Hiperkarbia akan menyebabkan asidosis serebral
dan vasodilatasi pembuluh darah serebral.
2. Oksigenasi yang adekuat. Hipoksia akan menyebabkan pressure-passive
circulation dan neuronal injury.
3. Perfusi yang adekuat.
4. Koreksi asidosis metabolik. Tujuan utama untuk memelihara keseimbangan
asam basa dalam jaringan tetap normal.
5. Pertahankan kadar glukosa dalam darah antara 75 sampai 100 mg/dl untuk
menyediakan bahan yang adekuat bagi metabolisme otak.1
6. Kadar kalsium harus dipertahankan dalam kadar yang normal. Hipokalsemia
adalah suatu kelainan elektrolit yang sering dijumpai pada sindrom post
asfiksia neonatal dengan gejala kejang. Diberikan Ca glukonas 10% 200
mg/kgBB intravena atau 2 ml/kgBB diencerkan dalam aquades sama banyak
diberikan secara intravena dalam waktu 5 menit.1
7. Mencegah timbulnya edema serebri. Tujuan utama untuk mecegah timbulnya
edema serebri dengan cara mencegah overload dari cairan. Restriksi cairan
dengan pemberian 60 ml/kgBB per hari.
8. Atasi kejang. Bila ada kejang maka Phenobarbital adalah obat pilihan.
Penanggulangan kejang dengan Phenobarbital terutama dengan dosis tinggi
memberikan beberapa keuntungan :14
Menurunkan kecepatan metabolisme otak
Memperbaiki perfusi darah ke dalam jaringan yang terkena kerusakan
Mencegah dan mengurangi edema otak
Dosis 20 mg/kg diberikan iv dalam 10-15 menit. Jika kejang hilang
diberikan dosis rumatan 3-4 mg/kgBB/hari dengan selisih waktu 12 jam
kemudian secara intravena/oral. Bila penderita masih kejang boleh diberikan
Phenobarbital dengan dosis 5 mg/kg setiap 5 menit sampai kejang berhenti
atau sampai dosis 40 mg/kg sudah tercapai. 1,14 Tetapi kenyataannya pada
neonatus yang mengalami asfiksia dan telah mendapatkan Phenobarbital 20
mg/kg akan menyebabkan ngantuk dan sulit menganalisa neurologisnya. Oleh
karena itu bila neonatus yang mengalami asfiksia dan kejang yang telah
diberikan Phenobarbital dengan dosis 20 mg/kg tidak memberikan respon,
maka diberikan Fenitoin dengan dosis 20 mg/kg intravena dalam waktu 30
menit atau 1 mg/kgBB/menit, dilanjutkan dengan dosis rumatan 5-10
mg/kg/hari diberikan setiap 12 jam.1,17,18
Diagnosis Banding
Perlu dipikirkan penyakit atau keadaan lain yang manifestasi klinisnya berupa ensefalopati
neonatal, yaitu;
1. Pengaruh sedasi, pemberian anesthesia dan analgesia lainnya pada ibu waktu
persalinan
2. Infeksi virus, sepsis atau meningitis
3. Kelainan kongenital susunan saraf pusat, jantung dan paru
4. Penyakit neuromuskular
5. Trauma persalinan
6. Kelainan metabolisme bawaan
7. Tumor Otak
Penderita yang mengalami HIE prognosisnya bervariasi, ada yang sembuh total, cacat
atau meninggal dunia. Pada stadium ringan pada umumnya sembuh total dan pada stadium
sedang 80% normal, sisanya timbul kelainan bila gejalanya tetap ada lebih dari 5-7 hari. 1
Insiden dan komplikasi jangka panjang tergantung dari keparahan HIE. Sebanyak 80% bayi
HIE yang hidup mendapat komplikasi serius, 10-20% dengan disabilitas berat dan 10%
sehat.5 Prognosis juga tergantung dari adanya komplikasi metabolik dan kardiopulmonal
(hipoksia, hipoglikemia, syok), keparahan ensefalopati dan usia kehamilan (buruk jika
prematur).5,21
Ada beberapa faktor atau keadaan yang dapat dipakai untuk menilai prognosis.
Prognosisnya jelek apabila:1,17
Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan
keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan
pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari
darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah
lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir.
Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang
berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi
Bronchopulmonal Displasia (BPD).
Pencegahan RDS
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi
resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan seksio
sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat
terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi.
Tindakan yang efektif utntuk mencegah RDS adalah:
Mencegah kelahiran < bulan (premature).
Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.
Management yang tepat.
Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.
Optimalisasi kesehatan ibu hamil.
Kortikosteroid pada kehamilan kurang bulan yang mengancam.
Obat-obat tocolysis (-agonist : terbutalin, salbutamol) relaksasi uterus
Contoh : Salbutamol (ex: Ventolin Obstetric injection) 5mg/5 ml (utk asma: 5 mg/ml)
Untuk relaksasi uterus : 5 mg salbutamol dilarutkan dalam infus 500 ml dekstrose/NaCl
diberikan i.v (infus) dgn kecepatan 10 50 g/menit dgn monitoring cardial effect. Jika detak
jantung ibu > 140/menit kecepatan diturunkan atau obat dihentikan
Steroid (betametason 12 mg sehari untuk 2x pemberian,
deksametason 5 mg setiap 12 jam untuk 4 x pemberian)
Cek kematangan paru (lewat cairan amniotik pengukuran
rasio lesitin/spingomielin : > 2 dinyatakan mature lung function)
Manifestasi Klinis
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh
tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala
klinis yang ditujukan.
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerosakan sel
dan selanjutnya menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam alveoli sehingga
menghambat fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul yaitu : adanya sesak nafas pada
bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/minit), pernafasan
cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96
jam pertama setelah lahir. Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium
RDS yaitu :pertama, terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara,
kedua, bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran
airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan
jantung dengan penurunan aerasi paru. ketiga,alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua
lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram
udara lebih luas. keempat, seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak
dapat dilihat.
0 1 2
Frekuensi < 60-80 x/menit >80x/menit
Nafas 60x/menit
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi
retraksi berat
Sianosis Tidak Sianosis hilang dengan Sianosis
sianosis O2 menetap
walaupun
diberi O2
Air Entry Udara Penurunan ringan udara
masuk masuk
Merintih Tidak Dapat didengar dengan Dapat
merintih stetoskop didengar
tanpa alat
bantu
Penunjang / Diagnostik
Laboratory Evaluation for Respiratory Distress in the Newborn
Test Indication
Blood culture May indicate bacteremia Not helpful initially because results may
take 48 hours
Blood gas Used to assess degree of hypoxemia if arterial sampling, or
acid/base status if capillary sampling (capillary sample usually used
unless high oxygen requirement)
Blood glucose Hypoglycemia can cause or aggravate tachypnea
Chest radiography Used to differentiate various types of respiratory distress
Complete blood Leukocytosis or bandemia indicates stress or infection
count with
differential
Neutropenia correlates with bacterial infection
Low hemoglobin level shows anemia
High hemoglobin level occurs in polycythemia
Low platelet level occurs in sepsis
Lumbar puncture If meningitis is suspected
Pulse oximetry Used to detect hypoxia and need for oxygen supplementation
Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan untuk mengatasi
masalah kegawatan pernafasan meliputi :
1) Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
2) Mempertahankan keseimbangan asam basa.
3) Mempertahankan suhu lingkungan netral.
4) Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5) Mencegah hipotermia.
6) Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Penatalaksanaan secara umum :
a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila bayi
tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %
Pantau selalu tanda vital
Jaga kepatenan jalan nafas
Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
b. Jika bayi mengalami apneu
Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
Lakukan penilaian lanjut
c. Bila terjadi kejang potong kejang
d. Segera periksa kadar gula darah
e. Pemberian nutrisi adekuat
Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai dengan
kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas. Menajemen spesifik atau
menajemen lanjut:
NEONATAL INFEKSI
Definisi
infeksi neonates adalah infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early
infection (infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena infeksi
diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan sementara infeksi lambat adalah infeksi
yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular dari orang lain
Patofisiologi
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3
golongan, yaitu :
1. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu
melalui batas plasenta. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk
ke janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :
3. Infeksi Postnatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi
silang. Infeksi pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini
penting sekali karena mortalitas sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini
sangat tinggi.
Penegakkan Diagnosis
Infeksi lokal pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga
gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat
ditegakkan kalau kita cukup waspada terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang
seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum. Neonatus terutama BBLR yang
dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau
kelainan kongenital tertentu, namun tiba-tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus
selalu diingat bahwa kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi.
Menegakkan kemungkinan infeksi pada bayi baru lahir sangat penting, terutama
pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan angka
kematian yang tinggi. Disamping itu, gejala klinis infeksi pada bayi tidak khas. Adapun
gejala yang perlu mendapat perhatian yaitu :
- Malas minum
- Bayi tertidur
- Tampak gelisah
- Pernapasan cepat
- Berat badan turun drasti
- Terjadi muntah dan diare
- Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam batas normal
- Pergerakan aktivitas bayi makin menurun
- Pada pemeriksaan mungkin dijumpai : bayi berwarna kuning, pembesaran hepar,
purpura (bercak darah dibawah kulit) dan kejang-kejang
- Terjadi edema
- Sklerema
b. Gupte score
Prematuritas 3 Hasil
Cairan amnion berbau busuk 2
3-5Screening NI
Ibu demam 2
5 NI
Asfiksia 2
Partus lama 1
KPD 1
Klasifikasi
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan
besar, yaitu berat dan infeksi ringan.
a. Infeksi berat ( major infections ) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare
epidemik, plelonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.
b. Infeksi ringan ( minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi
umbilikus ( omfalitis ), moniliasis.
1. Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan
sebelumnya seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatus dengan gejala-gejala
sistemik.
Faktor risiko :
- Persalinan (partus) lama
- Persalinan dengan tindakan
- Infeksi/febris pd ibu
- Air ketuban bau, warna hijau
- KPD lebih dr 18 jam
- Prematuritas & BBLR
- Fetal distres
Tanda & gejala :
- Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang otot
rahang dan faring (tenggorok)
- Mulut mencucu seperti mulut ikan (trismus)
- Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan epistotonus
- Tangan mengepal (boxer hand)
- Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan
- Kadang-kadang disertai sesak napas dan wajah bayi membiru
Tindakan
- Stadium infiltrative
Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme, mungkit
terdapat pseudomembran
- Stadium supuratif
Berlangsung 2 3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat secret
bercampur darah, yang khas secret akan keluar dengan mendadak (muncrat)
saat palpebra dibuka
- Stadium konvalesen
Berlangsung 2-3 minggu. Secret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu
hebat lagi.
Penatalaksanaan
DAFTAR PUSTAKA