Você está na página 1de 4

PENGELASAN BAWAH AIR

Oleh : Binti Qurotul Aini (1410313022)

Abstrak
Artikel ini dibuat untuk memudahkan bagi mahasiswa dalam mengetahui apa itu
pengelasan, terutama bagi mahasiswa fakultas teknik. Mengelas adalah suatu proses dimana
dua potong logam atau lebih digabungkan menjadi satu (secara tetap) dengan menggunakan
suhu yang tinggi. Tenaga panas ini diperlukan untuk mencairkan bahan dasar yang akan
disambung dan kawat las sebagai bahan pengisi. Setelah dingin dan membeku akan
terjadilaah ikatan yang tetap. Dulu pekerjaan mengelas dilakukan oleh para pandai besi
dengan memanaskan kedua logam yang akan disambung sampai mencapai titik cairnya.
Kemudian dilanjutkan dengan menempa kedua logam yang sudah disatukan itu diatas
sebuah alas. Saat ini, banyak konstruksi yang menggunakan bahan baku logam yang
sebagian besar sambungannya dikerjakan dengan cara pengelasan. Dengan cara ini akan
dihasilkan sambungan yang lebih kuat dan lebih ringan. Teknologi pengelasan telah
berkembang dengan pesat dan ditinjau dari pelaksanaan sambungannya, proses pengelasan
dapat diklasifikasikan menjadi pengelasan cair, pengelasan tahanan listrik dan penyolderan.
(Kata kunci : pengertan pengelasan, cara kerja pengelasan, penggunaan las, teknologi las)

Pendahulian
Pengelasan adalah menyambung dua benda kerja atau lebih, tanpa menggunakan
atau dengan menggunakan bahan tambah dengan cara memanasi benda kerja tersebut
sampai titik cair dan menyatu menjadi satu, sehingga membentuk suatu
sambungan/kampuh. Pengelasan dengan oksi asetilen adalah salah satu cara pengelasan
dimana panas untuk pengelasan diperoleh dari nyala api hasil pembakaran gas asetilen
dengan oksigen.
Teknik pengelasan basah bawah air (dalam hal ini yang dimaksud adalah wet welding) telah
dikenal sejak 1930, namun pada kenyataannya belum banyak pihak yang tertarik untuk
mengaplikasikannya sebagai solusi yang tepat guna. Ada beberapa keuntungan yang didapat
dari teknik pengelasan ini, diantaranya adalah biaya yang relatif lebih murah dan persiapan
yang dibutuhkan jauh lebih singkat dibanding dengan teknik yang lain, namun ada hal-hal
lain yang mesti dipertimbangkan sebelum mengaplikasikannya. Artikel ini akan membahas
tentang aplikasinya dalam perbaikan struktur lepas pantai dengan fokus pada batasan-
batasan dan tantangan-tantangannya.
Masa Operasi
Selama masa operasinya , struktur lepas pantai akan membutuhkan beberapa
intervensi bawah air untuk perawatan, perbaikan atau perubahan seperti :
1. Penguatan untuk resertifikasi struktur yang telah habis design life-nya
2. Perbaikan karena kesalahan design
3. Perbaikan karena kerusakan yang disebabkan oleh : Kesalahan pada saat instalasi
Insiden, misalkan tertabrak kapal, badai, kejatuhan benda dari atas dek, dsb
4. Keretakan pada sambungan karena keadaan lingkungan (ombak, angin)
5. Penambahan struktur karena adanya perubahan operasi ( pemasangan riser clamp,
caisson, dsb )
6. Pemasangan anode
Belum banyak pihak yang tertarik untuk menerapkan teknik pengelasan bawah air ini. Ini
terbukti bahwa hanya ada 50 kegiatan pengelasan bawah air untuk perbaikan struktur lepas
pantai yang dipublikasikan selama 40 tahun terakhir, itu juga dengan sedikit informasi yang
bersifat teknik. Pihak industri masih tertarik untuk memakai pengelasan hyperbaric atau
pemasangan clamp meskipun butuh persiapan yang lebih rumit dan biaya yang lebih mahal.
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa kendala yang masih ada yang membuat pihak industri
masih keberatan untuk memakai teknik ini, juga beberapa tantangan bila kita ingin
menggunakannya. Untuk intervensi diatas, ada beberapa teknik yang umum dipakai
seperti:

Clamps

Grinding out crcks

Grout filling

Pengelasan hyperbaric

Pengelasan bawah air

Kendala

Keengganan pihak industri untuk memakai teknik pengelasan bawah air ini bisa dimengerti
mengingat hal- hal berikut:

1. Class, baik DNV atau LR belum menerima teknik ini untuk perbaikan yang sifatnya
permanen. Ada weld defects yang hampir selalu menyertai (porosity, lack offusion,
cracking) yang memberatkan teknik pengelasan ini untuk tujuan-tujuan perbaikan
permanen. memang untuk perbaikan elemen yang 'kurang penting', classs sudah bisa
menerimanya sebagai permanen bersyarat bisa dianggap sebagai permanen asal
dalam inspeksi mendatang tidak ditemukan penurunan yang signifikan dari kualitas
pengelasan tsb

2. Mengacu pada AWS D3.6:1999 'Specification for underwater welding', hasil terbaik
yang bisa diperoleh dari teknik ini adalah baru Class B. hasil seperti ini hanya bisa
diterima kalau tujuan pengelasan hanyauntuk aplikasi yang kurang penting/kritis
dimana ductility yang lebih rendah, porosity yang lebih banyak, discontinuities yang
relatif lebih banyak masih bisa diterima. Kalaupun pengelasan ini dipakai biasanya
hanya diaplikasikan untuk tujuan-tujuan yang sifatnya 'fit for purpose' saja.
3. Tingginya resiko hydrogen cracking di area HAZ terutama untuk material yang
mempunyai kadar carbon equivalent lebih tinggi dari 0.4%. Terutama di Laut Utara,
struktur lepas pantainya biasa menggunakan material ini.

4. Dari pengalaman yang ada di industri, teknik pengelasan ini hanya dilakukan sampai
kedalam yang tidak lebih dari 30 m.

5. Kinerja proses shieldedmetal arc (SMA) dari elektroda ferritic memburuk dengan
bertambahnya kedalam. Produsen elektroda komersial juga membatasai
penggunaannya sampai kedalaman 100 meter saja.

6. Sifat hasil pengelasan juga memburuk dengan bertambahnya kedalaman, teruatama


ductility dan toughness.

7. Karena kontak langsung dengan air, maka air di sekitar area pengelasan menjadi
mendidih dan terionisasi menjadi gas oksigen dan hidrogen. Sebagian gas ini melebur
ke area HAZ tapi sebagian besar lainnya akan mengalir ke udara. Bila aliran ini
tertahan, maka akan terjadi resiko ledakan yang biasanya membahayakan penyelam.

PEMECAHAN

Meskipun ada beberapa kendala yang membuat pihak industri enggan untuk memakai
teknik pengelasan ini,sebenarnya ada beberapa usaha perbaikan yang telah dilakukan, baik
dalam teknik pengelasan maupun mutu elektrodanya, seperti :

1. Hydrogen cracking dan hardness di area HAZ bisa diminimalisasi atau dihindari
dengan penerapan teknik multiple temper bead (MTB). Konsep dari teknik ini adalah
dengan mengontrol rasio panas (heat input) diantara lapisan-lapisan bead
pengelasan. Untuk mengontrol panas ini, ukuran bead pada lapisan pengelasan
pertama harus 'disesuaikan' sehingga penetrasi minimum ke material bisa didapat.
Begitu juga untuk lapisan yang kedua dan seterusnya. ada tiga parameter yang
mempengaruhi kualitas pengelasan dalam penerapan MTB ini, yaitu : jarak antara
temper bead, rentang waktu pengelasan dan heat input.

2. Teknik buttering juga bisa digunakan terutama untuk material dengan CE lebih dari
0.4%. Elektroda butter yang digunakanbisa elektroda yang punya oxidizing agent atau
elektroda thermit.

3. Pemakain elektroda dengan oxidizing agent, agent ini akan menyerap kembali gas
hidrogen atau oksigen yang terserap di haz

4. Pemakaian thermit elektroda juga bisa digunakan.Elektroda jenis ini akan


memproduksi panas yang tinggidan pemberian material las (weld metal) yang sedikit
sehingga mengurangi kecepatan pendinginan dari hasil pengelasan oleh suhu di
sekitarnya sehingga terjadi semacam proses post welding heat treatment.
5. Elektroda berbasis nickel bisa menahan hidrogen untuk tidak berdifusi ke area HAZ.
hanya sayangnya hardness di area HAZ masih tinggi dan kualitas pengelasan hanya
baik untuk kedalaman sampai 10 meter.

Penutup

Seperti telah disebutkan diatas, selain biaya yang lebih murah, hal yang terpenting yang
patut dipertimbangkan dalam pemilihan aplikasi pengelasan bawah air adalah persiapan
yang singkat. Perlatan yang digunakan untuk pekerjaan ini hampir sama dengan teknik
pengelasan kering. ada beberapa hal yang harus dipikirkan sehingga penerapan teknik
pengelasan basah bawah air ini lebih diterima oleh industri :

1. Hal-hal yang disebutkan diatas untuk menjembatani kekurangan dalam pekerjaan


pengelasan bawah air baru terbukti untuk kedalaman sampai 30 meter saja.
Lembaga-lembaga pengelasan harus proaktif untuk mencoba teknik-teknik baru
untuk perairan yang lebih dalam lagi.

2. Pengelasan teknik ini tergantung sekali pada kemampuan penyelam. artinya


kalaupun tekniknya memungkinkan, pengelasan hanya bisa dilakukan sampai
kedalaman 200 meter saja. Perlu dipikirkan penggunaan teknik secara otomatis atau
mekanis untuk perairan yang lebih dalam lagi.

Você também pode gostar