Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh :
Raka Ekananda NIM.145060301111049
Muhammad Satria Haka P. NIM.145060307111009
ABSTRAK
Analisa sistem kerja dan karakteristik VOR pada pesawat CN-235- iii
2017
Laporan Kuliah Kerja Nyata Praktik (KKN-P)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik (KKN-P) di PT. Dirgantara
Indonesia pada periode 29 agustus 2017 29 september 2017.
Tak lupa pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang
kami tujukan kepada :
1. Kedua orang tua dan saudara penulis yang selalu mendukung dan memanjatkan
doa kepada Allah SWT agar penulis selalu diberikan kemudahan dalam segala
kondisi.
2. Bapak M. Aziz Muslim, S.T., M.T.,Ph.D selaku ketua Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
3. Ibu Rusmi Ambarwati, S.T, M.T. selaku dosen pembimbing kerja praktik.
4. Bapak Dipl. Ing. Imam Suwarto, MSAe. selaku Manager Pendidikan dan
Pelatihan yang telah memberi penulis kesempatan untuk melakukan kerja
praktik di PT. Dirgantara Indonesia (persero).
5. Bapak Ir. Susanto, selaku Avionic and Flight Deck System Supervisor PT.
Dirgantara Indonesia atas segala bimbingan dan ilmunya yang telah diberikan
selama penulis melakukan kerja praktik.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
Analisa sistem kerja dan karakteristik VOR pada pesawat CN-235- vii
2017
Laporan Kuliah Kerja Nyata Praktik (KKN-P)
Analisa sistem kerja dan karakteristik VOR pada pesawat CN-235- viii
2017
Laporan Kuliah Kerja Nyata Praktik (KKN-P)
BAB V PENUTUP
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Analisa sistem kerja dan karakteristik VOR pada pesawat CN-235- xii
2017
Laporan Kuliah Kerja Nyata Praktik (KKN-P)
BAB I
PENDAHULUAN
1.5 Tujuan
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dilaksanakannya praktek kerja lapangan, antara lain:
1. Sebagai satu syarat mencapai pendidikan Strata-1 Jurusan Elektro
(Telekomunikasi), dengan tujuan untuk menghasilkan tenaga professional yang
terampil dalam melakukan berbagai tugas di bidang Telekomunikasi dan
Informatika.
2. Mempersiapkan mahasiswa sebelum terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya.
3. Menumbuhkan sikap mandiri dan bertanggungjawab, sehingga diharapakan
dapat mengantisipasi segala permasalah yang mungkin timbul di dunia kerja
sesuai dengan bidang yang ditekuni.
4. Mahasiswa mampu menerapkan pengetahuan yang telah didapat selama kuliah
dan mempraktikkannya secara langsung di divisi tempat KKN-P.
5. Menumbuhkan sikap mandiri, disiplin dan profesional kepada mahasiswa
sebagai bekal jika terjun ke masyarakat industri.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui sistem avionic dengan konteks VOR pada pesawat CN-235 buatan
PT. Dirgantara Indonesia.
2. Mengetahui sistem kerja dan karakteristik VOR pada pesawat CN-235.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab kepada pembimbing yang
menangani dan ahli di bidang sistem avionic di PT. Dirgantara Indonesia,
Indonesian Aerospace (IAe).
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan laporan hasil Praktik Kerja Lapangan di PT.
Dirgantara Indonesia, Indonesian Aerospace (IAe) disusun dalam lima bab
yang meliputi:
1.7.1 BAB I PENDAHULUAN
Meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Waktu dan
Tempat Praktik Kerja Lapangan, Tujuan, Metodologi Penulisan, dan
Sistematika Penulisan dari penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan.
1.7.2 BAB II PROFIL PT. DIRGANTARA INDONESIA, INDONESIAN
AEROSPACE (IAe)
Menjelaskan tentang sejarah dan profil perusahaan, visi dan misi, makna
logo perusahaan, profil divisi tempat dimana penulis melakukan praktek kerja
lapangan, serta struktur organisasi perusahaan.
1.7.3 BAB III DASAR TEORI
Membahas tentang Avionic System, Federal Aviation Administration
(FAA), CN 235, Amplitudo Modulation (AM) Demodulation, Band-pass Filter
dan Antenna.
1.7.4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas apa yang telah diamati dengan data-data yang sudah
didapatkan sebelumnya.
1.7.5 BAB V PENUTUP
Berisikan kesimpulan secara keseluruhan yang telah di bahas serta saran-
saran untuk pengembangan kedepannya.
BAB II
ORIENTASI UMUM
2.2 Logo
Direktur Utama
PT D.I
Asisten Direktur Utama Bidang Asisten Direktur Utama Bidang
Bisnis Pemerintah Sistem Manajemen Mutu
Perusahaan
Sekretariat Perusahaan Satuan Pengawasan Intern Divisi Perencanaan & Divisi Pengamanan
Pengembangan
Perusahaan
Divisi Perbendaharaan
Divisi Sumber Daya
Manusia
Divisi Rekayasa Divisi Logistik & Divisi Manajemen Divisi Pusat Rancang
Dukungan Pelanggan Logistik Bangun
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Avionic System
Avionik berarti peralatan elektronik penerbangan yang mencakup seluruh
sistem elektronik yang dirancang untuk digunakan di pesawat terbang. Sistem
utamanya meliputi sistem komunikasi, navigasi dan indikator serta manajemen
dari keseluruhan sistem. Avionik juga mencakup ratusan sistem yang berada di
pesawat terbang dari yang paling sederhana seperti lampu pencari
pada helikopter polisi sampai sistem yang kompleks seperti sistem taktikal
pada pesawat peringatan dini.
Avionik bermula pada 1970-an. Sebelumnya, instrumen-instrumen pada
pesawat terbang seperti radio, radar, sistem bahan bakar dan navigasi masih
menggunakan sistem mekanis. Avionik berkembang sejalan dengan
berkembangnya teknologi elektronik. Avionik dimulai dengan perkembangan
teknologi analog, dan terus di perluas dengan teknologi digital. Sejalan dengan
makin berkembangnya dunia penerbangan, avionik makin memperluas
cakupannya ke bidang lain seperti pengendalian mesin pesawat, pengendalian
kontrol penerbangan, situational awareness dan berbagai peralatan pembantu
seperti peralatan pengendalian roda pendarat, pengendalian temperatur dan
tekanan udara di kabin dan pengendalian noise / kebisingan di dalam pesawat.
Pada dekade 2000-2010-an, avionik telah dikembangkan dengan
menggunakan sistem komputer modular [IMA] Integrated Modular
Avionics dan sistem ethernet AFDX yang serupa dengan sistem Internet
komersial.
Stasiun bumi VOR bekerja pada frekuensi carrier antara 108.0 dan 117.95
MHz. Sistem modulasinya adalah AM (Amplitude Modulated). Terdapat dua
jenis VOR ground station, yaitu conventional VOR ground
station dan doppler ground station. Karena keterbatasan penggunaan Doppler
VOR, maka hanya sedikit pembahasan akan lebih diperdalam pada
pembahasan conventional VOR.
Peralatan yang ada di darat diatur di situs yang tetap dan
termasuk transmitter yang menggerakkan sistem aero gabungan; satu bagian
memproduksi sinyal referensi, dan yang lainnya memproduksi sinyal variable.
Sinyal referensi adalah sinyal dengan gelombang kontinyu yang memancar ke
segala arah. Rotasi dari antenna menciptakan modulasi amplitude dari sinyal
30 Hz, berupa sinyal variabel
3.1.1.2 Glideslope
Peralatan navigasi glide slope tidak jauh berbeda dengan localizer pada
bentuk modulasi dan frekuensi loopnya. Glide slope juga memancarkan
frekuensi carrier dan loop. Glide slope memberikan informasi sudut pendaratan
3 derajat dengan mengkombinasikan frekuensi loop 150 Hz dan 90 Hz
menggunakan 2 buah antena vertikal dalam 1 buah tiang. Sudut 3 derajat
dihasilkan jika loop 150 Hz sebanding dengan 150 Hz.
Kedua frekuensi ini akan dibandingkan setelah diterima oleh pesawat udara
untuk melihat apakah pesawat sudah memmbentuk sudut 3 derajat atau belum.
Indicator yang terlihat di cockpit pesawat berupa jarum sebagai tanda sudut 3
derajat.
Jika pesawat mendapatkan frekuensi loop dominan 150 Hz, jarum akan
bergerak ke atas, artinya sudut pendaratan pesawat terlalu rendah atau peswat
talu rendah untuk landing, maka pilot harus menaikkan pesawat sampai jarum
tepat di tengah. Begitu juga sebaliknya jika pesawat mendapatkan frekuensi
loop dominan 90 Hz, jarum akan bergerak ke bawah, artinya sudut pendaratan
pesawat berada terlalu besar atau pesawat terlalu tinggi untuk landing, maka
2. Middle Marker : Sama halnya seperti outer marker, Middle Marker juga
memancarkan gel.elektromagnetik untuk memberikan informasi ke pilot
dengan jarak yang berbeda dari OM yaitu 1,050 Km dari threshold (ujung
runway). Oleh karena itulah perlatan pemancar outer marker diletakkan
pada jarak 1,050 Km dari ujung runway, sehingga pada saat pesawat
berada tepat di atas outer marker maka pesawat akan menerima informasi
bahwa pesawat berada pada jarak 1,050 km dari threshold. Pada area ini,
pilot harus sudah mengambil keputusan apakah dia sudah siap dan pada
posisi yang tepat untuk landing atau tidak. Jika pilot merasa belum siap
landing, dia harus segera memutuskan untuk go arround (kembali lagi
pada posisi pendekatan).
3. Inner Marker : Inner marker, tidak seperti marker beacon lainnya, inner
marker jarang dipakai pada bandar udara di Indonesia kerena jarak
Automatic direction finder (ADF) adalah suatu alat navigasi yang berfungsi
sebagai petunjuk arah yang menunjukkan arah relatif pesawat terhadap titik
tujuan di darat. ADF digunakan bersama dengan non-directional beacon
(NDB) yang berbasis ditanah, instrumen menampilkan jumlah derajat searah
jarum jam dari hidung pesawat ke stasiun yang diterima. ADF memiliki
keuntungan bila dibandingkan dengan alat navigasi VOR dalam hal penerimaan
sinyalnya tidak terbatas pada line of sight. Sinyal ADF mengikuti
kelengkungan bumi. Maksimum jarak tergantung pada kekuatan NDB.
3.1.1.6 Transponder
Radio Altimeter merupakan sebuah alat ukur ketinggian di atas medan saat
ini di bawah pesawat atau pesawat ruang angkasa. Jenis altimeter memberikan
jarak antara antena dan tanah langsung di bawah, berbeda dengan altimeter
barometric yang menyediakan jarak di atas datum ditetapkan, biasanya berarti
permukaan laut.
Pesawat ini dikemudikan oleh 2 pilot dimana salah satu sebagai co-pilot.
Kapasitas penumpang pada pesawat sipilnya hingga 45 penumpang. Pesawat
ini sendiri memiiki panjang 21.40 m (70 ft 3 in) dengan bentangan sayap 25.81
meter (84 ft 8 in). Tinggi pesawat ini adalah 8.18 meter (26 ft 10 in). Berat
kosongnya 9,800 kg sedangkan berat isinya 15,500 kg dan pada penggunaan
militer 16,500 kg. Mesin penggerak yang digunakan adalah 2 buah General
Electric CT79C turboprops dengan 1,395 kW untuk tiap mesinnya.
Pesawat yang digunakan oleh TNI AL ini memiliki kecepatan maksimum
509 km/jam dengan jarak jelajah 796 km. Ketinggian maksimal yang dapat
dicapai adalah 25,000 kaki dengan daya menanjak 542 meter/menit. Pesawat
ini mampu menjelajah hingga 10 jam. Dengan spesifikasi yang demikian
tangguh pesawat ini mampu menjelajahi dan mengamankan maritim Indonesia
dan menjadi andalan TNI AL.
Selain dari yang telah disebutkan, berikut beberapa varian dari pesawat CN-
235:
1. CN-235-10
Merupakan versi produksi yang pertama kali dibuat, saat itu
diproduksi 15 buah dengan menggunakan mesin GE CT7-7a.
2. CN-235-110
Hampir sama dengan produk sebelumnya hanya saja menggunakan
mesin GE CT7-9C dalam nasel komposit baru. Mempunyai sistem
kelistrikan, peringatan dan lingkungan lebih baik dibanding seri 100 milik
CASA.
3. CN-235 220
Pembentukan kembali dengan struktur yang diperuntukan untuk
bobot operasi yang lebih tinggi. Selain itu pengembangan aerodinamik
pada tepi depan sayap dan kemudi yang berbelok. Selain itu juga
kebutuhan ladasan sebagai kebutuhan take off yang berkurang dan jarak
tempuh lebih jauh dengan beban maksimum.
4. CN-235 MPA
Versi patrol maritim yang dilengkapi sistem navigasi, komunikasi
dan misi yakni mendekati fase operasional yang ditentukan komando.
Selain itu juga dilengkapi dengan sistem Thales AMASCOS, radar pencari
Thales/EADS Ocean Master Mk II, thermal imaging dari Thales,
Electronica ALR 733 radar warning receiver dan CAEs AN/ASQ-508
magnetic anomaly detection system. Pesawat ini jua mangakomodasi
Rudal Exocet MBDA AM-39.
5. CN-235-330 Phoenix
Merupakan modifikasi dari seri 220 dengan sistem ARL-2002 dan
kemampuan membawa 16.800 kg. meski demikian jenis ini dibatalkan
karena masalah keuangan pada 1998.
Kedua tipe detector diatas banyak digunakan, meskipun diode detector lebih
sering dijumpai pada beberapa rangkaian.
3.6 Antenna
Antena adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi
gelombang elektromagnetik kemudian memancarkannya ke ruang bebas atau
sebaliknya yaitu menangkap gelombang elektromagnetik dari ruang bebas dan
mengubahnya menjadi sinyal listrik. Antena juga tergolong sebagai Transduser
karena dapat mengubah suatu bentuk energi ke bentuk energi lainnya.
Parameter parameter antena adalah suatu hal yang sangat penting untuk
menjelaskan unjuk kerja antena. Maka diperlukan parameter parameter
antena yang akan memberikan informasi suatu antena sebagai pemancar
maupun sebagai penerima.
3.6.1.2 Bandwidth
Pemakaian antena dibatasi oleh daerah frekuensi yang disebut dengan
bandwidth antena. Bandwidth antena dapat dinyatakan dalam persen maupun
rasio. Bandwidth dalam persen selisih batas atas dan bawah di bandingkan
dengan frekuensi tengah menyatakan bandwidth antena yang memiliki band
sempit (narrow band). Sedangkan bandwidth antena yang memiliki band lebar
(broad band) menggunakan rasio batas frekuensi atas dengan bawah.
Dinyatakan band lebar apabila rasio lebih besar dari 2 (Stuzman,1999 :11).
3.6.1.3 Gain
Gain merupakan pengukuran yang memperhitungkan efisiensi antena
maupun keterarahan nya. Gain antena dibedakan atas absolute gain dan
relative gain. Absolute gain didefenisikan sebagai perbandingan intensitas
radiasi antena pada arah tertentu terhadap intensitas radiasi yang diperoleh jika
daya yang diterima antena diradiasikan secara isotropis. Dan sebanding dengan
daya terminal input antena di bagi 4 (Stuzman,1999 :11).
Relative gain di defenisikan sebagai perbandingan penguatan daya pada
arah tertentu terhadap penguatan daya antena referensi dalam arah acuannya .
Pada praktiknya pengukuran gain menggunakan metode pembandingan (gain
comparasion method). Menggunakan antena referensi yang sudah di ketahui
nilai gain nya (Stuzman, 1981: 39).
3.6.1.4 Polarisasi
Polarisasi antena adalah arah vector medan listrik yang di radiasikan oleh
antena pada arah propagasi dan bervariasi menurut waktu. Polarisasi di bagi
menjadi polarisasi linear (linier), circular (lingkaran) atau elliptical (elips).
Polarisasi linier terjadi jika vector medan listrik pada suatu titik selalu
berorientasi sepanjang garis lurus yang sama sebagai fungsi waktu dan di
tentukan oleh arah medan elektrik terhadap ground sebagai acuan. Polarisasi
lingkaran terjadi jika vector medan listrik pada suatu titik membentuk lingkaran
sebagai fungsi waktu. Sedangkan polarisasi elips terjadi jika vector medan
elektrik pada suatu titik membentuk kedudukan elips sebagai fungsi waktu.
3.7.1.6 Direktivitas
Merupakan perbandingan antara intensitas radiasi antena pada suatu arah
tertentu dengan radiasi rata-rata dari segala arah yang sebanding dengan total
daya yang diradiasikan oleh antena dibagi dengan 4 (Balanis,2005: 31).
3.7.1.7 Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)
VSWR adalah rasio perbandingan antara gelombang datang dan gelombang
pantuldimana kedua gelombang tersebut membentuk gelombang
berdiri.Gelombang berdiri (Standing Wave) merupakan gabungan antara
refleksi dan interferensi yaitu geombang pantul menginterferensi gelombang
datang sehingga fasa gelombang datang terganggu oleh gelomabang pantul
yang mengakibatkan gelombang datang mengalami kerusakan. Semakin tinggi
nilai VSWR berarti performansi dari antena tersebut semakin tidak baik atau
gelombang yang terinterferensi semakin besar
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sinyal Variabel
Gambar 10. Ilustrasi tampilan indikator VOR pada pesawat terhadap lokasi VOR
ground station
Sumber (image-google)
Pada pesawat CN-235 jenis VOR receiver yang digunakan adalah CN-235
jenis VOR receiver. VOR receiver menyediakan 50-KHz untuk 200 kanal
VOR/LOC diantara frekuensi 108.00-117.95 MHz dan 40 kanal GS secara
otomatis tersambung terhubung dengan kanal localizer. Alat ini juga
menyediakan Marker Beacon receiver. VOR receiver digunakan dengan
kontrol VOR receiver.
VOR receiver menyediakan deviasi keluaran VOR, LOC dan GS, rendah
dan tingginya flag signal level. Magnetic bearingmenuju ke ground station,
informasi to/from, sinyal Marker beacon, dan audio output dari VOR/LOC dan
Marker beacon. Keluaran analog konvensional serta keluaran serial digital
tersedia untuk kesesuaian dengan aircraft and equipment saat ini dan jangka
panjang dengan PFD dan ND/MFD.
Indikator RMI digunakan untuk menampilkan magnetic bearing dari
pesawat menuju ground station VOR yang telah dipilih. Operasi kontrol pada
VOR receiver diletakan pada kontrol navigasi VOR.
Gambar 13. Display dari PFD yang berisikan indikator-indikator yang diproses
oleh VOR receiver
Sumber (VOR_TDDA)
BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya dapat diambil beberapa
kesimpulan, antara lain :
1. VOR merupakan instrument komunikasi jarak dekat untuk memberi tahu sudut
bearing pesawat menuju ground station yang dituju.
2. Sirkuit VOR receiver tidak hanya digunakan untuk memproses sinyal VOR,
akan tetapi juga memproses semua sinyal indikator pada band VHF seperti
Localizer, Marker Beacon dan Glidesloop.
3. Output data dari VOR ditampilkan pada 3 jenis display yang ada pada cockpit
yaitu RMI, EFIS (PFD, ND dan MD) dan FMS
4. VOR merupakan salah satu airborne navigasi yang digunakan hanya dalam
jarak yang dekat tidak lebih dari 80 NM.
5. Proses transmisi dan penerimaan sinyal pada VOR minim terjadinya
interferensi dikarenakan adanya proses modulasi AM pada ground station,
yaitu penumpangan sinyal informasi pada sinyal carrier dengan frekuensi
tinggi.
6. Standar Flight Test yang digunakan oleh PT. Dirgantara Indonesia sudah sesuai
dengan standar yang dibuat oleh Federal Aviation Administration (FAA).
7. Besar VSWR Antenna VOR sudah mencapai angka yang dapat dikategorikan
baik sesuai dengan standard.
8. Teknologi VOR merupakan teknologi navigasi pesawat tradisional, dan
sekarang VOR yang jumlah perangkatnya ada sebanyak 3000 diseluruh dunia.
5.2 Saran
1. Bagi Peserta Praktik Kerja Lapangan berikutnya:
Hendaknya dapat menerapkan ilmu yang ada dalam dunia perkuliahan agar
dapat melakukan penelitian dengan maksimal dan bermanfaat bagi PT.
Dirgantara Indonesia.
Daftar Pustaka
2017. http://www.radio-electronics.com/info/rf-technology-design/
am-reception/amplitude-modulation-detection demodulation.php
https://www.allaboutcircuits.com/textbook/alternating-current/
chpt-8/band-pass-filters/
http://www.f4gkr.org/in-depth-study-of-the-vor-signals/
http://teknikelektronika.com/pengertian-antena-parameter-
karakteristiknya/
Test Requirment
Glosarium