Você está na página 1de 18

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 38 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Suku : Sunda
Alamat : Puncak Manis Kulon 03/11, Sukajaya, Cianjur
Tanggal pemeriksaan : 22 Agustus 2017 Pukul 11.28 WIB
Cara Masuk RS : Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Identitas Suami Pasien


Nama Suami : Tn. M
Usia Suami : 42 tahun
Pekerjaan : Karyawan
Agama : Islam
Suku : Sunda
Alamat : Puncak Manis Kulon 03/11, Sukajaya, Cianjur

ANAMNESIS

Keluhan Utama
Perdarahan sejak 3 hari

Riwayat Penyakit Sekarang


G3P2A0 mengaku hamil 4 bulan, datang ke IGD RSUD Cianjur dengan keluhan
perdarahan banyak sejak 3 hari SMRS. Darah yang keluar berwarna merah segar
yang kemudian diikuti dengan keluarnya gumpalan darah berwarna hitam dan

1
keluar jaringan. Ibu merasa mulas sejak jam 08.00 WIB, mulas disertai nyeri perut
bagian bawah hilang timbul seperti ditusuk-tusuk sejak 2 hari SMRS, nyeri
punggung terasa panas. Sudah 2 bulan ibu mengaku tidak haid, terakhir haid
banyak dan normal. Pasien tidak mengalami demam. Tidak ada riwayat trauma
sebelumnya. Pemeriksaan USG dari Sp.OG hasilnya menyatakan Abortus
Inkomplit.

Riwayat Penyakit Dahulu


OS menyangkal adanya riwayat hipertensi, belum pernah mengalami perdarahan
seperti ini, tidak ada riwayat kuretase sebelumnya dan tidak ada riwayat penyakit
ginekologi seperti PMS, endometriosis dan myoma.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang pernah mengalami seperti ini. Tidak ada riwayat
hipertensi dan diabetes militus. Suami merokok sehari 2 bungkus.

Riwayat Pengobatan
OS sudah ke bidan lalu dirujuk ke Puskesmas lalu di rujuk ke RSUD Cianjur
namun OS belum diberikan obat dan belum meminum obat.

Riwayat alergi
OS tidak mempunyai riwayat alergi makan dan obat-obatan.

Riwayat psikososial
OS tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Suami OS perokok berat ( 2
bungkus/hari).

Riwayat Menstruasi
Menarche sejak usia 12 tahun, siklus haid teratur 28 hari, lama haid 7 hari,
Jumlah darah normal 2x ganti pembalut dalam 1 hari.

Riwayat Obstetri

2
Usia Kehamilan : G3P2A0 gravida 16 minggu
HPHT : Pertengahan Juni 2017 (OS tidak ingat tanggalnya)
Penggunaan Kontrasepsi : Implan
Riwayat Pemeriksaan Kehamilan (ANC) : periksa kehamilan saat mendekati
waktu melahirkan di posyandu oleh bidan.
Riwayat Persalinan: Selalu bersalin ke bidan.
Riwayat Nifas : Selalu memberikan ASI pada kedua anaknya sampai usia
2 tahun.

Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan


partus partus hamil persalinan persalinan kel/BB anak skrg
2007 Bidan 9 bln Spontan Bidan - 2900 Pr/Hidup
2011 Bidan 9 bln Spontan Bidan - 2700 Lk/Hidup
2017 Hamil ini 0

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis

Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 110/68 mmHg
Frekuensi nadi : 100 x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup.
Pernafasan : 22 x/menit, regular.
Suhu : 36,9 oC

Kepala dan Leher


Mata :
Kelopak : Edema (-/-)
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)

3
Pupil : Bulat, isokor 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)

Telinga :
Pendengaran dalam batas normal.
Tidak keluar cairan.
Hidung :
Pernafasan cuping hidung (-).
Mulut :
Sianosis (-), perdarahan pada gusi (-).
Leher :
Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), JVP dalam batas normal.

Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-/-).
Palpasi : Vocal premitus kiri dan kanan seimbang
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordis teraba di linea midclavicularis sinistra IC 5
Perkusi : Batas jantung kanan IC 4 Linea Parasternalis Dextra,
Batas jantung kiri IC 5 Linea Midclavicularis Sinistra.
Auskultasi : BJ I dan BJ II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Linea nigra (+), luka bekas operasi (-).
Palpasi : nyeri tekan epigastrium, (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) normal.

Ektremitas
Akral hangat, edema (-/-).

4
STATUS GINEKOLOGI

Pemeriksaan Luar:
Inspeksi : Linea nigra (+), luka bekas operasi (-).
Palpasi : TFU 3 jari di atas simfisis pubis, nyeri tekan perut bawah
(-)

Pemeriksaan Dalam Vagina ;


Vulva/vagina tidak ada kelainan
Portio : tebal dan sedikit lunak
Pembukaan : 1-2 cm teraba jaringan
Pengeluaran : darah segar (+), gumpalan darah (+), jaringan (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
22 Agustus 2017
Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
Leukosit 7800 4800-10.800/mm3
Hb 11.2 12.0 16.0 gr/dl
Hematokrit 35.5 37 47 %
Trombosit 256.000 150.000 450.000/mm3
Tes Kehamilan (+)

Pemeriksaan USG dari Sp.OG : (+) Abortus Inkomplit.


Terdapat sisa hasil konsepsi di dalam kavum uteri.

RESUME

5
G3P2A0 hamil 16 minggu datang ke IGD RSUD Cianjur dengan keluhan
perdarahan banyak sejak 3 hari SMRS. Darah yang keluar berwarna merah segar
yang kemudian diikuti dengan keluarnya gumpalan darah berwarna hitam dan
keluar jaringan. Ibu merasa mulas sejak jam 08.00 WIB, mulas disertai nyeri perut
bagian bawah hilang timbul seperti ditusuk-tusuk sejak 2 hari SMRS, nyeri
punggung terasa panas. Sudah 2 bulan ibu mengaku tidak haid, terakhir haid
banyak dan normal. Pemeriksaan USG dari Sp.OG hasilnya menyatakan Abortus
Inkomplit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/68 mmHg, Suhu 36,9OC,
RR 22 x/menit, Nadi 100 x/menit. Pada pemeriksaan abdomen TFU 3 jari di atas
simfisis pubis. Pemeriksaan dalam: pembukaan 1 2 cm teraba jaringan dan
terdapat darah segar, gumpalan darah dan jaringan.

DIAGNOSIS KERJA
G3P2A0 gravida 16 minggu + Abortus Inkomplit.

LEMBAR OBSERVASI FOLLOW UP


Tanggal S O A P
23/08/2017 - Perdarahan (+) -KU: Baik G3P2A0 gravida - R/ kuretase hari ini
sedikit -TD: 110/80mmHg 16 minggu +
- Inf RL 20 tpm
Abortus
- Keluar jaringan- -N: 92x/mnt
Inkomplit. - Observasi TTV
jaringan (+)
-P: 18x/mnt
- Nyeri perut - Observasi perdarahan
bawah (+) -Suhu: 36.6C
24/08/2017 - nyeri (+) - KU: Baik P2A1 post - inj. cefotaxim
- perdarahan -TD: 120/80 mmHg curetase a/i 2x1 gr
(+) abortus inkomplit
-N: 88x/menit - inj.
- -P: 19x/menit metronidazole
-Suhu: 36,5C
2x500
mata: CA (-/-)
abdomen: BU(+) - Inj. Kaltrofen
2x1 supp

6
25/08/2017 - nyeri (+) << - KU: Baik P2A1 post - BLPL
- perdarahan -TD: 116/80 mmHg curetase a/i
(+) << abortus inkomplit - cefadroxile
-N: 80x/menit 2x1 tab
-P: 20x/menit
-Suhu: 36,C - asam
mefenamat
mata CA (-/-)
abdomen: BU(+), 3x1 tab
luka op. kering,
- FE 1x1 tab

- Kalk 1x1 tab

Laporan Kuretase

Diagnosa Pra Operatif G3P2A0 gravida 16 minggu + Abortus Inkomplit


Diagnosa Post Operatif P2A1 post curetase a/i abortus inkomplit
Tindakan Operasi Cuterase
Tanggal Operasi 18 Agustus 2017 jam 11.50

Laporan Operasi

1. Pasien diminta mengosongkan kantung kemihnya.


2. Pasien disiapkan di meja operasi, diposisikan berbaring litotomi.
3. Dilakukan tindakan anastesi.
4. Dilakukan desinfeksi pada daerah vulva dan sekitarnya.
5. Mempersempit lapangan operasi.
6. Memasang spekulum sims, dilakukan desinfeksi pada portio.
7. Menjempit bibir portio dengan tenakulum pada arah jam 11, dan dilakukan tindakan
sondage dengan sode ukuran 10 cm.
8. Mengambil jaringan sisa kehamilan yang besar terlebih dahulu dengan cunam abortus.
9. Dilakukan tindakan kuretase, didapatkan jaringan sebanyak 10 gram
10. Dilakukan insersi IUD
11. Operasi selesai.

7
PEMBAHASAN DAN ANALISIS KASUS

1. Penegakan Diagnosis pada Kasus ini


Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi telah keluar
dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih
terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram (1).
Secara umum menurut literatur, gejala umum yang merupakan keluhan
utama berupa perdarahan pervaginam derajat sedang sampai berat disertai
dengan kram pada perut bagian bawah, bahkan sampai ke punggung. Janin
kemungkinan sudah keluar bersama-sama plasenta pada abortus yang terjadi
sebelum minggu ke-10, tetapi sesudah usia kehamilan 10 minggu, pengeluaran
janin dan plasenta akan terpisah (2).
Bila plasenta, seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal dalam uterus, maka
pendarahan cepat atau lambat akan terjadi dan memberikan gejala utama
abortus inkompletus. Sedangkan pada abortus dalam usia kehamilan yang lebih
lanjut, sering pendarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang masif
sehingga terjadi hipovolemik berat (2) (3).
Kasus Teori Analisis
Ibu mengaku Pendarahan pervaginam adalah suatu Pasien ini mengalami
hamil 16 minggu, kondisi di mana keluarnya darah dari pendarahan pervaginam
datang ke IGD vagina. Pendarahan pervaginam terdiri dari dengan berbagai
RSUD Cianjur mayoritas pendarahan antepartum, diagnosis banding
dengan keluhan pendarahan postpartum, maupun pendarahan penyebabnya.
perdarahan akibat abnormalitas ginekologi tertentu
banyak sejak 3 sehingga harus diketahui status gestasi
hari SMRS. pasien (2).
Pasien mengaku Kehamilan yaitu masa yang dimulai dari Pasien ini kemungkinan
dirinya tidak haid konsepsi, nidasi, embrio, hingga menjadi mengalami abortus walau
sudah 2 bulan fetus. Tanda-tanda kehamilan meliputi status gestasi pasien
(sekitar sejak amenorrhea, hiperemesis, dan perubahan harus dikonfirmasi
bulan Juni 2017) fisiologis tubuh ibu hamil. Tanda pasti dengan pemeriksaan
adalah bila pemeriksa merasakan gerakan USG untuk

8
janin dan adanya denyut jantung janin (4). menyingkirikan
Akan tetapi, kondisi ini tetap harus
kemungkinan penyebab
dikonfirmasi dengan pemeriksaan USG
pendarahan pervaginam
transabdominal.
lainnya seperti kehamilan
ektopik atau mola
hidatidosa. Tanda pasti
adalah bila pemeriksa
mersakan gerakan janin
dan adanya denyut
jantung janin belum dapat
menjadi patokan karena
tanda ini secara normal
baru dirasakan pada usia
kehamilan di atas 20
minggu.
Darah yang Jenis abortus harus dibedakan karena Pasien pada kasus ini
keluar berwarna penatalaksanaan untuk setiap jenisnya kemungkinan mengalami
merah segar berbeda. Pada abortus imminens, darah yang jenis abortus inkomplit.
dengan gumpalan keluar biasanya berupa bercak-bercak tanpa
darah berwarna keluarnya jaringan dan nyeri perut ringan.
hitam. Mulas Pada abortus insipiens, pendarahan
sejak jam 08.00 pervaginam sedang sampai banyak tanpa
WIB disertai disertai keluarnya jaringan dan nyeri perut
nyeri perut berat. Pada abortus inkomplit, pendarahan
bagian bawah pervaginam sedang sampai banyak disertai
sejak 2 hari keluarnya sebagian jaringan. Pada abortus
SMRS, nyeri komplit, pendarahan biasanya sedikit atau
punggung terasa bahkan tidak ada disertai riwayat keluar
panas. darah yang banyak disertai jaringan, nyeri
perut cenderung tidak dirasakan lagi (1).
Seperti kasus ini, untuk diagnosis abortus inkomplit dapat diketahui melalui :

1. Anamnesis

9
Seorang Nyonya berusia 38 tahun, datang ke IGD RSUD Cianjur dengan
keluhan perdarahan banyak sejak 3 hari SMRS. Darah yang keluar berwarna
merah segar yang kemudian diikuti dengan keluarnya gumpalan darah
berwarna hitam. Ibu merasa mulas sejak jam 08.00 WIB, mulas disertai nyeri
perut bagian bawah hilang timbul seperti ditusuk-tusuk sejak 2 hari SMRS,
nyeri punggung terasa panas. Sudah 2 bulan ibu mengaku tidak haid, terakhir
haid banyak dan normal. Pasien tidak mengalami demam. Tidak ada riwayat
trauma sebelumnya. Pasien telah melakukan tes kehamilan sebelumnya, dan
hasilnya adalah (+). Adanya keluhan perdarahan pervaginam yang cukup
banyak disertai dengan adanya serta keluhan nyeri perut bagian bawah serta
riwayat melakukan hubungan suami istri sebelumnya, mengarah kepada
gejala abortus.

2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status saat ini dan secara umum dalam
batas normal. Pada pemeriksaan abdomen TFU 3 jari di atas simfisis pubis,
terdapat nyeri tekan pada perut bawah, tidak ada cairan bebas, dan tidak ada
massa. Dari pemeriksaan dalam didapatkan adanya fluksus, ostium uteri
eksternum (OUE) membuka dan teraba jaringan. Seperti menurut literatur
bahwa palpasi tinggi fundus uteri pada abortus inkomplit dapat sesuai
dengan umur kehamilan atau lebih rendah (1)
Kasus Teori Analisis
Pada Pada abortus inkomplit, tidak ada Hasil pemeriksaan
pemeriksaan pemeriksaan obstetrik yang spesifik. Yang obstetrikus pasien ini
obstetrikus, TFU dapat terlihat hanya pendarahan pervaginam menunjukkan diagnosis
(1)
3 jari diatas . pasien ini lebih ke arah
simfisis, dan abortus inkomplit
terdapat dibanding abortus
perdarahan komplit karena masih
pervaginam. dijumpai adanya
pendarahan pervaginam.
Pada Pada pemeriksaan VT ditemukan kanalis Dari hasil pemeriksaan
pemeriksaan serviks terbuka, jaringan dapat diraba dalam ginekologis, terlihat

10
ginekologis, pada kavum uteri atau kadang sudah menonjol bahwa hasil pemeriksaan
pemeriksaan dari ostium uteri eksternum. Pada mendukung untuk
dalam porsio pemeriksaan inspekulo, ditemukan darah diagnosis abortus
tebal dan sedikit segar di sekitar dinding vagina, porsio inkomplit.
lunak, 1 - 2 cm terbuka, dan ditemukan jaringan di jalan
teraba jaringan, lahir (5).
terdapat darah
segar dan
gumpalan darah.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pennujang yang dilakukan pada pasien ini adalah
pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan tes kehamilan, dan
pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan darah lengkap
didapatkan hasil dalam batas normal, tes kehamilan menujukkan hasil (+).
Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis secara
klinis. Besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong
gestasi sudah sulit dikenali, di kavum uteri tampak massa hiperekoik yang
bentuknya tidak beraturan (1).
Berdasarkan uraian anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang diatas, maka diagnosa pasien ini mengarah pada abortus
inkomplit. Adanya diagnosa banding yaitu abortus iminens, kehamilan
ektopik dan mola dapat disingkirkan baik dari anamnesa, pemeriksaan fisik,
maupun pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada pasien ini adalah pemeriksaan hematologi rutin dan pada kasus ini
didapatkan semua hasilnya dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang
lainnya, yakni USG dapat pula digunakan untuk menegakkan diagnosa dan
menyingkirkan diagnosa banding seperti kehamilan ektopik atau suatu mola
hidatidosa. Pada kasus ini pemeriksaan USG menujukkan kesan abortus
inkomplit, yaitu tampak janin yang sudah tidak berkembang dan terlihat
masih ada sisa-sisa hasil konsepsi di dalam kavum uteri, sehingga
direncanakan untuk kuretase.
2. Penyebab dari Abortus ini
Kasus Teori Analisis
Suami pasien Stres oksidatif sendiri dapat Asap rokok mebentuk banyak

11
sering merokok menyebabkan apoptosis yang karbon monoksida yang bersifat
saat di rumah mengganggu invasi plasenta dan teratogenik dana dapat
lebih dari 2 abortus dini. menyebabkan mutasi genetik. Asap
ROS akan bereaksi dengan
bungkus/hari. rokok juga dapat menyebabkan
molekul pada berbagai sistem
terbentuknya banyak radikal bebas.
biologi sehingga dapat terjadi Pada akhir trimester satu, secara
kerusakan sel yang ekstensif dan normal ada peningkatan tekanan
disrupsi fungsi sel(3). oksigen dari <20 mmHg menjadi
>50 mmHg menyebabkan stress
oksidatif dalam hal mengatur
implantasi plasenta. Risiko asap
rokok akan memperburuk stres
oksidatif yang terjadi.

3. Penatalaksanaan pada Kasus ini


Penatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik pembedahan maupun medis. Teknik pembedahan
dapat dilakukan dengan pengosongan isi uterus baik dengan cara kuretase
maupun aspirasi vakum. Induksi abortus dengan tindakan medis
menggunakan preparat antara lain : oksitosin intravenus, larutan
hiperosmotik intraamnion seperti larutan salin 20% atau urea 30%,
prostaglandin E2, F2a dan analog prostaglandin yang dapat berupa injeksi
intraamnion, injeksi ekstraokuler, insersi vagina, injeksi parenteral
maupun per oral, antiprogesteron - RU 486 (mefepriston), atau berbagai
kombinasi tindakan tersebut diatas. Dan bila plasenta seluruhnya atau
sebagian tetap tertinggal di dalam uterus, induksi medis ataupun tindakan
kuretase untuk mengevakuasi jaringan tersebut diperlukan untuk
mencegah terjadinya perdarahan lanjut (5).
Langkah awal terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai
keadaan pasien dan diperiksa apakah ada tanda-tanda syok. Tetapi ada
kasus ini, keadaan umum pasien ketika MRS ialah stabil, dan tidak
didapatkan adanya tanda-tanda syok. Tatalaksana selanjutnya bertujuan
untuk mengeluarkan sisa hasil konsepsi yang masih tertingal di dalam
uterus, yakni dengan kuretase, yang kemudian dilanjutkan dengan terapi

12
medikamentosa seperti antibiotika, analgetika, dan uterotonika. Yang
terpenting setelah tindakan kuretase tersebut adalah observasi dua jam
setelahnya untuk monitoring vital sign sehingga adanya komplikasi seperti
perdarahan ringan sampai berat, infeksi, dan kelainan fungsi pembekuan
darah dapat dihindari. Perdarahan pada abortus inkomplit kadang-kadang
cukup berat, tetapi jarang berakibat fatal(5). Evakuasi jaringan sisa di
dalam uterus untuk menghentikan perdarahan dilakukan dengan cara(1) :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika pendarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular atau misoprostol 400 mcg
per oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, evakuasi hasil konsepsi dengan :
Aspirasi vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia.
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskular (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol
400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).
Mengingat komplikasi tindakan ini cukup banyak, maka perlu
dilakukan dengan prosedur yang benar dan hati-hati untuk mengurangi
resiko tersebut seminimal mungkin. Adapun penatalaksanaan yang
dilakukan pada kasus ini adalah sesuai dengan point 2 diatas, dimana
pada pasien terjadi perdarahan yang banyak sehingga diperlukan
tindakan kuretase. :
Kuretase tajam dengan paraservical anesthesia.
Dilanjutkan dengan pemberian medikamentosa post kuretase.

Kasus Teori Analisis


Penatalaksanaan Abortus inkomplit dapat ditatalaksana Sarana opertif yang
pada kasus ini dengan rawat ekspektatif, pembedahan, tersedia di RSUD Sayang
adalah kuretase maupun medikamentosa. Cianjur adalah kuretase
Menurut SPM POGI, bila perdarahan ringan
sehingga penatalaksanaan
dan kehamilan <16 minggu, dapat dilakukan
yang dilakukan adalah

13
pengeluaran hasil konsepsi yang terjepit kuretase tajam yang
pada serviks dengan jari atau forseps cincin. dijadwalkan secepatnya
Bila perdarahan sedang-berat dan usia atau emergensi.
kehamilan <16 minggu, dilakukan evakuasi
hasil konsepsi dari uterus dengan pilihan
aspirasi vakum atau kuretase tajam (sumber
lain menyebutkan batasan usia kehamilan
<12-14 minggu) (2).

Jika serviks tertutup, pasang batang Sebelum dilakukan


laminaria selama 24 jam untuk mendilatasi kuretase, dimasukan
serviks. Laminaria bekerja secara batang lamiaria ke dalam
higroskopis yaitu menyerap air dari leher serviks untuk mendilatasi
rahim lalu mengembang perlahan dan serviks yang masih
membuka leher rahim. Juga merangsang tertutup atau sedikit
pembentukan dan pelepasan prostaglandin terbuka
yang menyebabkan perubahan lokal di leher
rahim berupa pematangan leher rahim
(lunak dan melebar) sehingga mudah untuk
evakuasi isi rahim (5)
Pemilihan Kesuburan dapat kembali dalam 14 hari Diperlukan waktu bagi
kontrasepsi setalah keguguran(4) rahim untukistirahat
setelah kuretase dengan pertimbangan
pada kasus ini tidak ada tanda infeksi
pada pasien

Setelah dilakukan tindakan kuretase, keadaan pasien cukup stabil, dan


kemudian diberikan terapi medikamentosa. Terapi medikamentosa yang
diberikan berupa antibiotik doksisiklin untuk mengatasi infeksi mengingat
tindakan kuretase adalah tindakan yang invasif, asam
Mefenamat/meloxicam sebagai obat anti inflamasi non-steroiduntuk
mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan dari tindakan kuretase, dan Fe
untuk membantu meningkatkan pembentukan sel-sel darah merah setelah
sebelumnya pasien mengalami perdarahan yang cukup banyak. Pada kasus

14
ini dilakukan pemberian uterotonika, yaitu metilergometrin dengan tujuan
agar mempertahankan kontraksi uterus yang berperan dalam mengurangi
perdarahan yang terjadi.
Pada kasus ini, observasi terhadap tanda-tanda vital dan kemungkinan
terjadinya komplikasi atas tindakan yang diberikan, dilakukan selama 24
jam. Selanjutnya, pasien diperkenankan melakukan pengobatan rawat
jalan. Penderita disarankan untuk kontrol ke poliklinik kandungan 3 hari
kemudian untuk mengetahui perkembangan kondisinya.
Tatalaksana non-medikamentosa yang dilakukan berupa KIE
merupakan hal yang sangat penting dalam penatalaksanaan kasus ini
dimana yang harus dititikberatkan adalah tentang diagnosis penyakit,
tatalaksana serta komplikasinya, rencana tentang kehamilan yang
berikutnya, kontol atau evaluasi terhadap tindakan (jika ada febris, nyeri)
yang telah diberkan dan yang tidak kalah pentingnya adalah mencari
penyebab abortus (untuk persiapan kehamilan beikutnya).
Perawatan pasca kuret juga dapat dilakukan dengan memperhatikan
asupan makanan berupa makanan yang mengandung karbohidrat tinggi
dan protein tinggi (diet TKTP). Berikut ini merupakan pilihan lain dari
makanan yang dapat diberikan pasca kuret yang bisa dikonsumsi untuk
pemulihan pasca pengguguran :
1. Makanan yang mengandung zat besi
Kehilangan banyak darah setelah pengguguran kandungan dapat
membuat anda cepat lemas dan lesu. Disarankan untuk mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi untuk mengembalikan performa
tubuh anda. Salah satunya dengan mengkonsumsi daging merah dan
hati. Untuk anda yang vegetarian, anda dapat mengkonsumsi daun
bayam, jagung, kangkung, dan juga buah bit hijau. Untuk penyerapan
vitamin ini juga bagus untuk dikonsumsi : buah pepaya, stroberry,
jeruk atau buah lain yang banyak mengandung vitamin C.
2. Makanan dengan kandungan kalsium tinggi
Beberapa makanan seperti susu, ikan sarden, salmon, kedelai dan
sayuran hijau akan membantu anda dalam memberikan kalsium yang
dibutuhkan oleh tubuh. Anda dapat mengkonsumsi susu minimal dua
hingga empat gelas susu setelah kuret. Susu dan produk olahan susu

15
akan menambah kadar kalsium, fosfor dan protein di dalam tubuh
anda.
3. Makanan yang menambah energi
Untuk mengatasi masalah lemas, Salah satu yang dapat anda konsumsi
adalah telur. Telur mengandung lemak yang baik dan protein yang
tinggi untuk menambah energi pada tubuh anda.

4. Prognosis untuk Kasus ini


Prognosis pada kasus ini adalah baik, dubia ad bonam karena
tindakan kuretase yang telah dilakukan berhasil mengeluarkan semua sisa
jaringan yang tertinggal di uterus sehingga resiko perdarahan menjadi
sangat minimal. Setelah observasi dua jam pasca tindakan kuretase,
keadaan umum pasien stabil dan pasienpun tidak mengalami keluhan.
Selain itu, pada pasien ini tidak didapatkan adanya penyulit atau
komplikasi yang berbahaya misalnya perdarahan, perforasi, infeksi
maupun syok.
Kecuali adanya inkompetensi serviks, angka kesembuhan yang
terlihat sesudah mengalami tiga kali abortus spontan akan berkisar antara
70 dan 85% tanpa tergantung pada pengobatan yang dilakukan. Abortus
inkomplit yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi, akan
memberikan prognosis yang baik terhadap ibu(5).

16
KESIMPULAN

G3P2A0 hamil 16 minggu datang ke IGD RSUD Cianjur dengan keluhan


perdarahan banyak sejak 3 hari SMRS. Darah yang keluar berwarna merah segar
yang kemudian diikuti dengan keluarnya gumpalan darah berwarna hitam dan
keluar jaringan. Ibu merasa mulas sejak jam 08.00 WIB, mulas disertai nyeri perut
bagian bawah hilang timbul seperti ditusuk-tusuk sejak 2 hari SMRS, nyeri
punggung terasa panas. Sudah 2 bulan ibu mengaku tidak haid, terakhir haid
banyak dan normal. Pemeriksaan USG dari Sp.OG hasilnya menyatakan Abortus
Inkomplit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/68 mmHg, Suhu 36,9OC,
RR 22 x/menit, Nadi 100 x/menit. Pada pemeriksaan abdomen TFU 3 jari di atas
simfisis pubis. Pemeriksaan dalam: pembukaan 1 2 cm teraba jaringan dan
terdapat darah segar, gumpalan darah dan jaringan.
Secara umum, penegakan diagnosis, alur penatalaksanaan sudah sesuai
dengan literatur yang ada. Prognosis pada pasien ini berdasarkan perjalanan
penyakit dan penatalaksanaan yang telah didapatkan adalah dubia ad bonam.

SARAN

Agar diagnosis pada pasien dapat ditegakkan secara tepat dan cepat,
dibutuhkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat pula serta pemeriksaan
penunjang yang sesuai, sehingga keputusan untuk penatalaksanaan yang tepat ke
depannya sesuai dengan diagnosis yang tepat pula. Serta dibutuhkan pula
tatalaksana non-medikamentosa yang perlu untuk disampaikan kepada pasien,
misalnya tentang tidak melakukan hubungan selama beberapa minggu setelah
kuretase, menjaga makanan yang bergizi dan menghindari makanan pedas-asam,
beristirahat beberapa hari dari pekerjaan berat, serta kemungkinan kehamilan
kembali jika pasien merasa siap dan kondisi masih memungkinkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B. Wiknjosastro GH., 2010, Perdarahan pada Kehamilan Muda


dalam Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Edisi 5, Jakarta:Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Hal. 469
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap LC, Wenstrom
KD, editors. 2014, Abortion In William Obsetrics. 24th Ed, USA:The McGraw-
Hills Companies, Inc, p.231-247.
3. Stovall TG. 2012, Berek JS, et al. Novak's Gynaecology : Early Pregnancy
Loss and Ectopic Pregnancy, 15th Ed. Philadelphia, p.51129-1130.
4. World Health Organization, 2013, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan, Edisi Pertama, Kerjasama WHO-
POGI-IDI-IBI
5. Leveno KJ, et al., 2013, Abortion. In Williams Manual of Obstetrics 23th Ed.
USA: McGraw-Hill Companies, p. 266

Você também pode gostar