Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pendahuluan
Adanya PP No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif membuat semua pihak
harus mendukung ibu menyusui. Tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan wajib melakukan
inisiasi menyusui dini, menempatkan ibu dan bayi dalam satu ruang rawat. Selain itu, ada
juga keharusan penyediaan ruang menyusui di tempat kerja dan fasilitas umum serta
pembatasan promosi susu formula.1
1
vaksin, serta meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Salah satu sasaran pokok tersebut
antara lain tercermin dari indikator meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat dan
upaya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap pencapaian
dua dari empat sasaran indicator tersebut, yaitu menurunnya angka kematian bayi dan
menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita.3
WHO telah merekomendasikan standar baku emas pemberian makan pada bayi yaitu
dengan menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan, yang sebelumnya
didahului dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah lahir. ASI adalah makanan
yang ideal untuk bayi sehingga pemberian ASI eksklusif dianjurkan selama masih mencukupi
kebutuhan bayi. Hak setiap bayi untuk mendapatkan ASI dan hak ibu untuk memberikan ASI
kepada bayinya. Mulai umur 6 bulan berikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan
teruskan menyusu hingga anak berumur 2 tahun. Definisi pemberian ASI atau menyusui
eksklusif menurut WHO adalah adalah memberikan hanya ASI pada bayi dan tidak memberi
bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan vitamin atau
mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan, yang dilakukan sampai bayi berumur 6 bulan.4
World Health Organization (WHO) pada tahun 2002 melaporkan bahwa 54%
kematian balita di seluruh dunia disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh gizi
kurang dan gizi buruk. Angka ini belum banyak berubah pada data WHO tahun 2011, yang
melaporkan bahwa 45% kematian balita di seluruh dunia terkait dengan malnutrisi.
Selanjutnya, data-data WHO memperlihatkan bahwa penurunan berat badan mulai terjadi
pada usia 4-6 bulan yang dikenal sebagai periode penyapihan. Hal ini juga diperkuat dengan
temuan bahwa dua per tiga balita yang meninggal tersebut mempunyai pola makan bayi yang
salah antara lain tidak mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif serta mendapat makanan
pendamping ASI (MPASI) yang terlalu cepat atau terlambat disertai komposisi zat gizi yang
tidak lengkap, tidak seimbang dan tidak higienis.7
2
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2013, sebaran
cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 54.3%. Estimasi absolut bayi
tidak ASI ekslusif terbanyak di Provinsi Jawa Barat, dan paling sedikit di Maluku Utara.
Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan berfluktuatif.6 Di UPTD Puskesmas
Tirtajaya sendiri, cakupan ASI ekslusif pada tahun 2016 ialah 58,43%.8
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan evaluasi
terhadap program ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya sehingga
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam upaya
meningkatkan pencapaian ASI Eksklusif selanjutnya, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi, serta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalahnya
adalah:
a. Mengutip data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
menunjukkan bahwa AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB
sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012.
b. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2007 menunjukkan
cakupan ASI ekslusif bayi 0-6 bulan sebesar 32% (tahun 2007) yang menunjukkan
kenaikan yang bermakna menjadi 42% pada tahun 2012.
c. Hasil Riskesdas menunjukkan proses mulai menyusui atau Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) mengalami kenaikan dari 29,3% pada tahun 2010 menjadi 34,5% pada tahun
2013, Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) nasional sebesar 34,5% dan terdapat 18
provinsi yang cakupannya di bawah angka nasional.
d. World Health Organization (WHO) pada tahun 2002 melaporkan bahwa 54%
kematian balita di seluruh dunia disebabkan secara langsung maupun tidak langsung
oleh gizi kurang dan gizi buruk.
e. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2013, sebaran
cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 54.3%. Estimasi absolut
bayi tidak ASI ekslusif terbanyak di Provinsi Jawa Barat, dan paling sedikit di
Maluku Utara.
3
1.3. Tujuan
1.3.2.1.Diketahuinya cakupan bayi 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif di UPTD
Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang Periode Mei 2016
sampai dengan April 2017.
1.3.2.2.Diketahuinya cakupan bayi yang di Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di UPTD
Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang Periode Mei 2016
sampai dengan April 2017.
1.3.2.3.Diketahuinya cakupan penyuluhan kelompok mengenai ASI Eksklusif di UPTD
Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang Periode Mei 2016
sampai dengan April 2017.
1.3.2.4.Diketahuinya cakupan pelatihan kader mengenai ASI Eksklusif di UPTD Puskesmas
Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang Periode Mei 2016 sampai
dengan April 2017.
1.4. Manfaat
4
1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi
1.5. Sasaran
Semua bayi berusia 0-6 bulan di seluruh wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya
Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang periode Mei 2016 sampai dengan April 2017.
5
Bab II
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini didapatkan dari catatan hasil kegiatan
program ASI Eksklusif periode UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten
Karawang periode Mei 2016 sampai dengan April 2017, yang berisi kegiatan antara lain:
a. Penyuluhan
1. Perorangan
2. Kelompok
b. Pojok ASI ekslusif
c. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
d. Pelatihan kader
e. Pencatatan dan pelaporan program ASI Eksklusif
2.2. Metode
6
Bab III
Kerangka Teoritis
Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu:
1. Masukan (input), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man),
dana (money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan
(machine), jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market) dan informasi
(information).
2. Proses (process), adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari
unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating) dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output), adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment), adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh
sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik
dan non fisik.
7
5. Umpan balik (feed back), adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa
pencatatan dan pelaporan yang lengkap, monitoring dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact), adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.
Tolok ukur terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran. Digunakan sebagai
pembanding atau cakupan minimal yang harus dicapai dalam program ASI eksklusif
(lampiran II).
8
Bab IV
Penyajian Data
Sumber data yang digunakan dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal dari:
4.2.1. Geografis
9
Wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya mencakup 11 desa, yaitu :
1. Pisangsambo
2. Sabajaya
3. Medankarya
4. Tambaksumur
5. Tambaksari
6. Srijaya
7. Srikamulyan
8. Kutamakmur
9. Bolang
10. Gempolkarya
11. Sumurlaban
4.2.2. Demografis
10
4.2.3. Fasilitas Kesehatan
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya
Kabupaten Karawang antara lain :
4.3.1. Masukan
11
4.3.1.3. Sarana
Sarana Medis
Sarana Non-Medis
a) Leaflet : ada
b) Poster : ada
c) Ruang Pojok ASI : ada
d) Lembar balik : tidak ada
e) Buku pedoman tenaga pelaksana gizi : tidak ada
f) Kartu status, alat tulis : ada
g) Alat penyuluhan : ada
(papan tulis, poster, spidol, brosur, mikrofon)
4.3.1.4. Metode
1) Penyuluhan
a) Perorangan
i) Dilakukan wawancara dengan ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan
oleh petugas kesehatan puskesmas.
ii) Pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi dua arah.
iii) Penyuluhan perorangan dilakukan oleh petugas kesehatan Puskesmas kepada
setiap ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang datang berobat di
Puskesmas melalui pemberian informasi dan manfaat ASI eksklusif secara
singkat.
b) Kelompok (dilakukan di posyandu)
i) Membahas mengenai berbagai manfaat ASI eksklusif bagi ibu dan bayi serta
metode penyimpanan serta pemberian ASI eksklusif yang baik.
12
ii) Memberikan motivasi kepada peserta ASI eksklusif untuk meneruskan pemberian
hingga 6 bulan dan melanjutkan sehingga ke usia 2 tahun sesuai dengan keadaan
pribadi dan keluarganya.
iii) Menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui.
2) Pojok ASI
a) Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2013, disediakannya satu ruangan khusus untuk menyusu atau memerah susu di
sarana umum. Ruangan pojok ASI eksklusif ini juga boleh digunakan untuk tujuan
mempromosikan program ASI eksklusif.
3) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
a) Inisiasi Menyusu Dini dilakukan oleh Bidan desa atau Bidan PONED. Bidan PONED
menerapkan IMD di ruangan PONED di UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan
Tirtajaya dengan memberikan pengarahan pada ibu yang baru saja melahirkan untuk
langsung memberikan ASI pada bayi yang baru lahir paling singkat satu jam. Begitu
juga dengan bidan desa harus menerapkan IMD di saat melakukan kegiatan posyandu
dengan memberikan penyuluhan kepada ibu hamil untuk menerapkan perilaku
memberi ASI segera setelah bayi dilahirkan.
4) Pelatihan kader
a) Pelatihan kader kesehatan mengenai ASI eksklusif dilakukan minimal satu kali
pertahun. Pelatihan boleh dilakukan oleh dokter, bidan, konselor ASI eksklusif atau
bagian promosi kesehatan.
5) Pencatatan dan Pelaporan
a) Dilakukan dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
4.3.2. Proses
1) Penyuluhan
a) Perorangan
Akan dilakukan pada setiap hari kerja oleh bidan kepada ibu yang mempunyai bayi
berusia 0-6 bulan melalui wawancara di UPTD Puskesmas Tirtajaya, jam 08.00-
14.00.
13
b) Kelompok
Akan diadakannya penyuluhan mengenai ASI Eksklusif dan manfaatnya serta cara
menyusui yang benar kepada ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan, akan
dilaksanakan minimal empat puluh enam kali dalam setahun, dengan satu kali
penyuluhan per tiap posyandu yang berbeda dengan dibantu oleh kader.
2) Pojok ASI
Akan disediakan suatu ruangan tertutup yang khusus buat ibu menyusu di Puskesmas
beroperasi setiap hari 24 jam dengan beberapa kursi dan seorang petugas puskesmas yang
dapat mempromosikan usaha ASI Eksklusif pada hari bekerja jam 08.00-14.00.
14
4.3.2.2. Pengorganisasian (Organizing)
Tidak terdapat struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam menjalankan
program ASI eksklusif, hanya ada pembagian tugas secara umum di Puskesmas Tirtajaya
berhubungan gizi yaitu:
Kasubag TU
Husein Ramdan
15
c. Konselor ASI
Sebagai orang yang dipilih oleh puskesmas yang dikirim untuk mengikuti
pelatihan konselor ASI oleh dinas kesehatan.
Mampu melatih kader-kader posyandu yang dipilih sebagai kader ASI pada satu
wilayah.
1) Penyuluhan
a) Perorangan
Dilakukan pada setiap hari kerja oleh bidan kepada ibu hamil dan ibu yang
mempunyai bayi berusia 0 6 bulan melalui wawancara di UPTD Puskesmas
Tirtajaya, jam 08.00 14.00. Namun tidak terdapat pencatatan dan pelaporan
mengenai hal tersebut.
b) Kelompok
Diadakan penyuluhan sebanyak tiga puluh lima kali dalam setahun mengenai ASI
eksklusif di posyandu yang berbeda pada tiap penyuluhan , dengan dibantu oleh
kader.
16
5) Pencatatan dan Pelaporan
a) Pencatatan
Dilakukan oleh masing-masing bidan desa.
b) Pelaporan
Dilakukan pelaporan 2 kali per tahun yaitu Februari dan Agustus pada laporan
tahunan Puskesmas kepada Dinas Kesehatan.
Pertemuan/Rapat
Tiap bulan diadakan 1 kali rapat di UPTD Puskesmas Tirtajaya dan dipimpin oleh
kepala Puskesmas untuk mengetahui apakah program berjalan sesuai dengan rencana
(12 kali per tahun).
Penilaian mengenai seluruh hasil kegiatan yang digunakan untuk menentukan program
tahun depan, diadakan 1 tahun sekali.
Jumlah sasaran bayi 0-6 bulan yang datang dan tercatat dalam register
pencatatan/KMS di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya bulan Agustus 2016
dan Februari 2017 :
Tabel 1. Jumlah sasaran bayi 0-6 bulan yang datang dan tercatat dalam register
pencatatan/KMS di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya bulan Februari dan Agustus.
Jumlah 1.157
17
Jumlah bayi mendapatkan Asi Eksklusif bulan Februari 2016 dan Agustus 2016:
1.157 bayi.
Tabel 2. Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif Februari 2016 dan Agustus 2016.
Jumlah 676
Cakupan % Asi Eksklusif periode Agustus 2016 dan Februari 2017: 676 bayi.
%
0 6
2016 2017
100%
0 6
2016 2017
676
=( ) 100% = 58.43 %
1.157
Kesimpulan : Cakupan belum mencapai target sebesar 58.43 % jadi besarnya masalah adalah
90.00% - 58.43 % = 31.57%
31.57
( ) 100% = 35.07 %
90
18
4.3.4.2. Cakupan Inisiasi Menyusui Dini
(%)
2016 2017
= 100%
2016 2017
652
=( ) 100%
824
= 79.13%
Kesimpulan : Cakupan belum mencapai target sebesar 79.13%, jadi besar masalahnya adalah
90% - 79.13% = 10.87%
10.87
( ) 100% = 12.07 %
90
2016 2017
100%
h
35
( ) 100% = 76.08%
46
Kesimpulan: Cakupan belum mencapai target sebesar 76.08%, jadi besarnya masalah adalah
100% - 76.31% = 23.92%.
(%)
2016 2017
= 100%
19
0
= ( ) 100%
1
= 79.13%
Kesimpulan: Cakupan belum mencapai target sebesar 0% jadi besarnya masalah adalah 100%
- 0% = 100%.
4.3.5.1. Fisik
Lokasi : Di tiap desa sudah terdapat masing-masing bidan desa, sehingga mudah
dijangkau oleh warga desa.Terdapat beberapa lokasi yang memiliki daerah akses sulit
seperti contoh daerah Bolang karena perbaikan jalan belum sempurna. Sebagian jalan
masih berlubang-lubang dan belum diaspal tetapi tidak mempengaruhi pelaksanaan
program secara signifikan.
Transportasi: Semua lokasi dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada
(sepeda motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda motor.
4.3.5.2. Non-Fisik
20
4.3.6. Umpan Balik
Pencatatan dan pelaporan bulanan mengenai ASI eksklusif lengkap, sesuai dengan
waktu yang ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam evaluasi
Program Gizi
Terdapat rapat kerja yang membahas laporan kegiatan setiap bulannya untuk
mengevaluasi program yang telah dijalankan.
4.3.7. Dampak
Dampak langsung: Memenuhi kebutuhan asupan gizi bayi 0-6 bulan: Belum dapat
dinilai.
Dampak tidak langsung: Mengurangi angka kesakitan dan kematian anak: Belum
dapat dinilai.
21
Bab V
Pembahasan Masalah
22
kader.
23
Bab VI
Perumusan Masalah
1. Cakupan ASI ekslusif periode Mei 2016 sampai dengan April 2017 sebesar 58.43%
dari tolok ukur 90.00%, dengan besar masalah 35.07%.
2. Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
sebesar 79.13% dari tolok ukur 90%, dengan besar masalah 12.07%.
3. Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di posyandu periode Mei
2016 sampai dengan April 2017 sebesar 76.08% dari tolok ukur 100%, dengan besar
masalah 23.92%.
4. Cakupan pelatihan kader mengenai ASI eksklusif periode Mei 2016 sampai dengan
April 2017 sebesar 0% dari tolok ukur 100%, dengan besar masalah 100 %.
6.2.1. Masukan
Tidak terdapat lembar balik dan buku pedoman tenaga pelaksana gizi
6.2.2. Proses
Pelaksanaan:
o Kurangnya penyuluhan di tiap-tiap posyandu.
o Masih belum adanya pelatihan kader mengenai ASI ekslusif pada bulan Mei
2016 sampai dengan April 2017.
6.2.3. Lingkungan
Non fisik
o Mayoritas penduduk bekerja sebagai buruh tani, sehingga waktu dalam
pemberian ASI terhadap anak baru lahir sangat terbatas.
o Mayoritas penduduk mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, sehingga
menyebabkan kurangnya tingkat pengetahuan akan manfaat pemberian ASI.
o Tingkat sosial budaya yang rendah mengenai kesadaran dan perilaku gizi
masyarakat yang baik dan atas kesadaran sendiri. Serta kurangnya dukungan
keluarga terhadap ibu untuk memberikan ASI eksklusif.
24
Bab VII
Prioritas Masalah
i. Cakupan ASI ekslusif periode Mei 2016 sampai dengan April 2017 sebesar 58.43%
dari tolok ukur 90.00%, dengan besar masalah 35.07%.
ii. Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
sebesar 79.13% dari tolok ukur 90%, dengan besar masalah 12.07%.
iii. Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di posyandu periode Mei
2016 sampai dengan April 2017 sebesar 76.08% dari tolok ukur 100%, dengan besar
masalah 23.92%.
iv. Cakupan pelatihan kader mengenai ASI eksklusif periode Mei 2016 sampai dengan
April 2017 sebesar 0% dari tolok ukur 100%, dengan besar masalah 100 %.
No Parameter Masalah
i ii iii iv
1 Besar masalah 3 1 2 4
Jumlah 13 16 14 21
Keterangan:
5: Sangat penting
4: Penting
3: Cukup penting
2: Kurang penting
1: Tidak penting
25
Yang menjadi prioritas masalah adalah :
Cakupan pelatihan kader mengenai ASI eksklusif periode Mei 2016 sampai dengan April
2017 sebesar 0% dari tolok ukur 100%, dengan besar masalah 100 %.
Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
sebesar 79.13% dari tolok ukur 90%, dengan besar masalah 12.07%.
26
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
Masalah 1: Cakupan pelatihan kader mengenai ASI eksklusif periode Mei 2016 sampai
dengan April 2017 sebesar 0% dari tolok ukur 100%, dengan besar masalah 100 %.
Penyebab Masalah:
1. Tenaga kesehatan dan konselor ASI tidak melakukan pelatihan kader mengenai ASI
eksklusif.
2. Tidak disusunnya jadwal pelatihan kader ASI.
3. Tidak terdapat buku pedoman dan lembar balik mengenai ASI eksklusif.
4. Tidak ada data jumlah kader ASI yang sudah ada di masing-masing desa.
Penyelesaian Masalah:
Masalah 2: Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
sebesar 79.13% dari tolok ukur 90%, dengan besar masalah 12.07%.
Penyebab Masalah:
27
Penyelesaian Masalah:
1. Menambahkan pengadaan sarana-sarana promosi kesehatan seperti poster, leaflet,
spanduk, dan lain sebagainya, untuk mempromosikan inisiasi menyusui dini (IMD).
2. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyuluhan perorangan yang dilakukan kepada
setiap ibu hamil yang memeriksakan diri di setiap tenaga kesehatan (PONED, bidan
swasta, bidan desa).
3. Membina setiap bidan puskesmas, bidan PONED, bidan desa untuk memberdayakan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya inisiasi menyusui dini (IMD)
dan memberikan ASI pertama yang mengandung kolostrum.
28
Bab IX
9.1. Kesimpulan
Dari hasil penilaian Program ASI Eksklusif yang dilakukan dengan pendekatan sistem
di UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang periode Mei 2016
sampai dengan April 2016, didapatkan beberapa permasalahan dalam Program ASI Eksklusif
yang mampu mempengaruhi keberhasilan program ini. Adapun dari hasil evaluasi Program
ASI Eksklusif di UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang
periode Mei 2016 sampai dengan April 2017 didapatkan:
Cakupan ASI ekslusif periode Mei 2016 sampai dengan April 2017 sebesar 58.43%
dari tolok ukur 90.00%, dengan besar masalah 35.07%.
Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
sebesar 79.13% dari tolok ukur 90%, dengan besar masalah 12.07%.
Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di posyandu periode Mei
2016 sampai dengan April 2017 sebesar 76.08% dari tolok ukur 100%, dengan besar
masalah 23.92%.
Cakupan pelatihan kader mengenai ASI eksklusif periode Mei 2016 sampai dengan
April 2017 sebesar 0% dari tolok ukur 100%, dengan besar masalah 100 %.
9.2. Saran
29
Daftar Pustaka
1. Kementrian Kesehatan RI. Rencana Aksi Akselerasi Pemberian ASI Eksklusif 2012-
2014. Jakarta: Direktorat Bina Gizi; 2013. h. 1-2.
2. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
2012.
3. Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Rancangan awal rencana
pembangunan jangka menengah nasional 2015 2019. Jakarta : Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional; 2014. h. 149-52.
4. Ferdiansyah R. Acara puncak pekan asi sedunia (pas) tahun 2014. [online]. 8
September 2014. Available from : http://gizi.depkes.go.id/acara-puncak-pekan-asi-
sedunia-tahun- 2014. 26 Juni 2017.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013
Diunduhdari:http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2013/08/
Permenkes-No.-15-th-2013-ttg-Fasilitas-Khusus-Menyusui-dan-Memerah-ASI.pdf
6. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Situasi dan analisis ASI
eksklusif; Jakarta, Kementerian Kesehatan RI, 2014.
7. Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Rekomendasi praktik
pemerian makan berbasis bukti pada bayi dan balita di Indonesia untuk mencegah
malnutrisi. Jakarta: IDAI; 2015. h. 1.
8. Laporan Program Gizi Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya bulan Mei 2016
sampai dengan April 2017.
30
Lampiran
31
Lampiran I
Sumber: www.karawanginfo.com
32
Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah RT/RW dan Jumlah Kepala Keluarga UPTD Puskesmas
Tirtajaya Tahun 2016.
Tabel 2. Distribusi Penduduk di Tiap Desa di UPTD Pukesmas Tirtajaya Tahun 2016
Jumlah Penduduk
No Nama Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Pisangsambo 4.662 3.593 8.255
2. Sabajaya 3.820 3.728 7.548
3. Medankarya 3.050 3.078 6.128
4. Tambaksumur 2.747 3.975 6.722
5. Tambaksari 4.366 3.719 8.085
6. Srijaya 3.411 3.045 6.456
7. Srikamulyan 3.488 3.562 7.050
8. Kutamakmur 2.358 2.254 4.612
9. Bolang 2.569 2.461 5.030
10. Gempolkarya 2.197 2.181 4.378
11. Sumurlaban 1.761 1.987 3.748
Jumlah 34.429 33.583 68.012
Sumber: Data Statistik Kecamatan Tirtajaya
33
Tabel 3. Distribusi Tingkat Pendidikan di UPTD Pukesmas Tirtajaya Tahun 2016
Mata Pencaharian
No Desa Pegawai Lain-
Petani Nelayan Pengrajin Pedagang PNS
Swasta lain
1 Pisangsambo 1800 0 25 355 23 251 301
2 Sabajaya 2002 0 0 198 35 132 200
3 Medankarya 1408 0 15 350 160 257 172
4 Tambaksumur 1410 1 4 455 140 222 133
5 Tambaksari 1221 2 57 584 189 257 0
6 Srijaya 1217 0 5 163 46 61 0
7 Srikamulyan 1850 0 30 368 28 262 0
8 Kutamakmur 1450 0 41 278 30 154 121
9 Bolang 1382 0 33 189 23 121 99
10 Gempolkarya 1412 0 23 344 24 213 131
11 Sumurlaban 1312 0 21 252 24 321 212
Jumlah 16464 3 254 3536 722 2251 1369
Sumber: Data Statistik Kecamatan Tirtajaya
34
Tabel 5. Jenis Sarana Kesehatan di UPTD Pukesmas Tirtajaya Tahun 2016.
Tabel 6. Catatan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di Posyandu Setiap Desa.
35
Tabel 7. Catatan Bulan Jumlah bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI saja bulan Mei 2016
sampai dengan April 2017 di UPTD Puskesmas Tirtajaya.
Tabel 8. Catatan Rekapitulasi Bulanan Jumlah Persalinan di UPTD Puskesmas Tirtajaya Mei
2016 sampai dengan April 2017
36
Tabel 9. Catatan Rekapitulasi Bulanan Jumlah Bayi Lahir Hidup dan yang mendapat Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) di UPTD Puskesmas Tirtajaya Mei 2016 April 2017.
37
Lampiran II
3. Sarana Leaflet
(Material) Poster
Pojok ASI
Lembar Balik
Buku pedoman tenaga pelaksana gizi
Kartu status, Alat tulis
Alat Penyuluhan
38
serta cara menyusu yang benar kepada ibu hamil dan ibu yang
memiliki bayi 0-6 bulan pada posyandu yangakan
dilaksanakan minimal tiga puluh delapan kali dalam setahun,
dengan satu kali penyuluhan per tiap posyandu yang berbeda
dengan dibantu oleh kader.
Disediakan ruangan tertutup khusus buat ibu menyusu yang
beroperasi setiap hari 24 jam dengan beberapa kursi dan
seorang petugas puskesmas yang dapat mempromosikan usaha
ASI Eksklusif pada hari bekerja.
Diadakan penjadwalan pelatihan kader oleh konselor ASI
mengenai program Program Gizi dan disesuaikan dengan
anggaran selama satu tahun sekali.
2. Pengorganisasian Dibentuk struktur organisasi, kepala puskesmassebagai
penanggungjawab program, melimpahkan kekuasaan kepada
Koordinator program (programmer), kemudian melakukan
koordinasi dengan pelaksana program.
3. Pelaksanaan Dilakukan minimal tiga puluh delapan kali dalam setahun,
dengan satu kali penyuluhan per tiap posyandu yang berbeda
dengan dibantu oleh kader.
Ada ruangan khusus untuk ibu menyusu dengan satu petugas
puskesmas yang dapat mempromosikan usaha ASI selama hari
kerja yang disediakan UPTD Puskesmas Tirtajaya.
Dilakukan inisiasi menyusu dini oleh bidan desa atau bidan
PONED menerapkan IMD diruang PONED dengan
memberikan pengarahan pada ibu yang baru melahirkan dan
manakala bidan desa menerapkan IMD saat melakukan
posyandu.
Dilakukan pelatihan kader oleh konselor ASI mengenai
program ASI yang diberikan program Gizi selama satu tahun
sekali.
39
Tabel 13.Tolok Ukur Menurut Variabel Lingkungan.
40