Você está na página 1de 40

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Upaya perbaikan gizi melalui penerapan pemberian
ASI Eksklusif telah diamanatkan melalui Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 pasal 128 dan
129, bahwa bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif, serta Peraturan Pemerintah RI No. 33
Bab II pasal 3, pasal 4, pasal 5 menyebutkan bahwa Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam program pemberian ASI Eksklusif.
Selanjutnya pada Bab III pasal 6 menyebutkan bahwa setiap ibu yang melahirkan harus
memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang dilahirkan.1 Selain itu, dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, ternyata masih ditemukan tantangan
besar dalam pembangunan kesehatan, yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB). Mengutip data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
menunjukkan bahwa AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB sebesar
32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012.2

Adanya PP No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif membuat semua pihak
harus mendukung ibu menyusui. Tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan wajib melakukan
inisiasi menyusui dini, menempatkan ibu dan bayi dalam satu ruang rawat. Selain itu, ada
juga keharusan penyediaan ruang menyusui di tempat kerja dan fasilitas umum serta
pembatasan promosi susu formula.1

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019


menetapkan sasaran yang ingin dicapai berupa meningkatkan derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat dengan upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN
2015-2019 adalah meningkatnya status kesehatan, gizi ibu dan anak, meningkatnya
pengendalian penyakit, meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, terwujudnya cakupan pelayanan
kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) Kesehatan, terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan

1
vaksin, serta meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Salah satu sasaran pokok tersebut
antara lain tercermin dari indikator meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat dan
upaya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap pencapaian
dua dari empat sasaran indicator tersebut, yaitu menurunnya angka kematian bayi dan
menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita.3

WHO telah merekomendasikan standar baku emas pemberian makan pada bayi yaitu
dengan menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan, yang sebelumnya
didahului dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah lahir. ASI adalah makanan
yang ideal untuk bayi sehingga pemberian ASI eksklusif dianjurkan selama masih mencukupi
kebutuhan bayi. Hak setiap bayi untuk mendapatkan ASI dan hak ibu untuk memberikan ASI
kepada bayinya. Mulai umur 6 bulan berikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan
teruskan menyusu hingga anak berumur 2 tahun. Definisi pemberian ASI atau menyusui
eksklusif menurut WHO adalah adalah memberikan hanya ASI pada bayi dan tidak memberi
bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan vitamin atau
mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan, yang dilakukan sampai bayi berumur 6 bulan.4

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2007 menunjukkan


cakupan ASI ekslusif bayi 0-6 bulan sebesar 32% (tahun 2007) yang menunjukkan kenaikan
yang bermakna menjadi 42% pada tahun 2012.5 Hasil Riskesdas menunjukkan proses mulai
menyusui atau IMD mengalami kenaikan dari 29,3% pada tahun 2010 menjadi 34,5% pada
tahun 2013. Cakupan IMD nasional sebesar 34,5% dan terdapat 18 provinsi yang cakupannya
di bawah angka nasional.6

World Health Organization (WHO) pada tahun 2002 melaporkan bahwa 54%
kematian balita di seluruh dunia disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh gizi
kurang dan gizi buruk. Angka ini belum banyak berubah pada data WHO tahun 2011, yang
melaporkan bahwa 45% kematian balita di seluruh dunia terkait dengan malnutrisi.
Selanjutnya, data-data WHO memperlihatkan bahwa penurunan berat badan mulai terjadi
pada usia 4-6 bulan yang dikenal sebagai periode penyapihan. Hal ini juga diperkuat dengan
temuan bahwa dua per tiga balita yang meninggal tersebut mempunyai pola makan bayi yang
salah antara lain tidak mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif serta mendapat makanan
pendamping ASI (MPASI) yang terlalu cepat atau terlambat disertai komposisi zat gizi yang
tidak lengkap, tidak seimbang dan tidak higienis.7

2
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2013, sebaran
cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 54.3%. Estimasi absolut bayi
tidak ASI ekslusif terbanyak di Provinsi Jawa Barat, dan paling sedikit di Maluku Utara.
Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan berfluktuatif.6 Di UPTD Puskesmas
Tirtajaya sendiri, cakupan ASI ekslusif pada tahun 2016 ialah 58,43%.8

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan evaluasi
terhadap program ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya sehingga
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam upaya
meningkatkan pencapaian ASI Eksklusif selanjutnya, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi, serta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalahnya
adalah:

a. Mengutip data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
menunjukkan bahwa AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB
sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012.
b. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2007 menunjukkan
cakupan ASI ekslusif bayi 0-6 bulan sebesar 32% (tahun 2007) yang menunjukkan
kenaikan yang bermakna menjadi 42% pada tahun 2012.
c. Hasil Riskesdas menunjukkan proses mulai menyusui atau Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) mengalami kenaikan dari 29,3% pada tahun 2010 menjadi 34,5% pada tahun
2013, Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) nasional sebesar 34,5% dan terdapat 18
provinsi yang cakupannya di bawah angka nasional.
d. World Health Organization (WHO) pada tahun 2002 melaporkan bahwa 54%
kematian balita di seluruh dunia disebabkan secara langsung maupun tidak langsung
oleh gizi kurang dan gizi buruk.
e. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2013, sebaran
cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 54.3%. Estimasi absolut
bayi tidak ASI ekslusif terbanyak di Provinsi Jawa Barat, dan paling sedikit di
Maluku Utara.

3
1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui masalah, penyebab masalah, penyelesaian masalah dan tingkat


keberhasilan yang terdapat pada program ASI ekslusif di UPTD Puskesmas Tirtajaya
Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang periode Mei 2016 sampai dengan April 2017.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1.Diketahuinya cakupan bayi 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif di UPTD
Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang Periode Mei 2016
sampai dengan April 2017.
1.3.2.2.Diketahuinya cakupan bayi yang di Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di UPTD
Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang Periode Mei 2016
sampai dengan April 2017.
1.3.2.3.Diketahuinya cakupan penyuluhan kelompok mengenai ASI Eksklusif di UPTD
Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang Periode Mei 2016
sampai dengan April 2017.
1.3.2.4.Diketahuinya cakupan pelatihan kader mengenai ASI Eksklusif di UPTD Puskesmas
Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang Periode Mei 2016 sampai
dengan April 2017.

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Evaluator

1.4.1.1.Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.


1.4.1.2.Melatih serta mempersiapkan diri dalam menjalankan suatu program khususnya
program ASI Eksklusif.
1.4.1.3.Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.
1.4.1.4.Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.

4
1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi

1.4.2.1.Merealisasikan Tridama Perguruan Tinggi.


1.4.2.2.Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.

1.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi

1.4.3.1.Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif


disertai dengan usulan atau saran sebagai pemecahan masalah.
1.4.3.2.Memberi masukan dalam meningkatkan kerjasama dan membina peran serta
masyarakat dalam melaksanakan program ASI Eksklusif secara optimal.
1.4.3.3.Membantu kemandirian puskesmas dalam upaya lebih mengaktifkan program ASI
Eksklusif sehingga dapat memenuhi tolok ukur cakupan program.

1.4.4. Bagi Masyarakat

1.4.4.1.Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam kegiatan ASI Eksklusif.


1.4.4.2.Memperoleh pengetahuan dan informasi tentang ASI Eksklusif, sehingga dapat
menambah wawasan dan dapat mengubah perilaku masyarakat untuk turut serta
mengikuti program ASI Eksklusif

1.5. Sasaran

Semua bayi berusia 0-6 bulan di seluruh wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya
Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang periode Mei 2016 sampai dengan April 2017.

5
Bab II

Materi dan Metode

2.1. Materi

Materi yang dievaluasi dalam program ini didapatkan dari catatan hasil kegiatan
program ASI Eksklusif periode UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten
Karawang periode Mei 2016 sampai dengan April 2017, yang berisi kegiatan antara lain:

a. Penyuluhan
1. Perorangan
2. Kelompok
b. Pojok ASI ekslusif
c. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
d. Pelatihan kader
e. Pencatatan dan pelaporan program ASI Eksklusif

2.2. Metode

Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan, analisis dan pengolahan


data dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga dapat dicari masalah yang ada pada
program ASI eksklusif dengan cara membandingkan cakupan program ASI eksklusif di
UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang periode Mei 2016
sampai dengan April 2017 terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan
penyebab masalah kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah tersebut
berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan.

6
Bab III

Kerangka Teoritis

3.1. Kerangka Teoritis

Gambar 1. Teori Sistem

Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu:

1. Masukan (input), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man),
dana (money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan
(machine), jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market) dan informasi
(information).
2. Proses (process), adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari
unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating) dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output), adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment), adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh
sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik
dan non fisik.

7
5. Umpan balik (feed back), adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa
pencatatan dan pelaporan yang lengkap, monitoring dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact), adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.

3.2. Tolok Ukur

Tolok ukur terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran. Digunakan sebagai
pembanding atau cakupan minimal yang harus dicapai dalam program ASI eksklusif
(lampiran II).

8
Bab IV

Penyajian Data

4.1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal dari:

a. Pencatatan Pembangunan UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya,


Kabupaten Karawang periode Mei 2016 sampai dengan April 2017.
b. Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten
Karawang periode Mei 2016 sampai dengan April 2017.
c. Catatan hasil kegiatan bulanan ASI Eksklusif di UPTD Puskesmas Tirtajaya
Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang periode Mei 2016 sampai dengan
April 2017.
d. Catatan bulanan kesehatan ibu dan anak UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan
Tirtajaya, Kabupaten Karawang periode Mei 2016 sampai dengan April 2017.
e. Data demografi Puskesmas Tirtajaya Keccamatan Tirtajaya tahun 2016.

4.2. Data Umum

4.2.1. Geografis

4.2.1.1. Lokasi Puskesmas

Puskesmas Tirtajaya terletak di bagian barat laut Kabupaten Karawang, Kecamatan


Tirtajaya, yaitu Jalan Raya Sabajaya No. 14, Sabajaya, Tirtajaya, Kabupaten Karawang,
Jumlah RT sebanyak 135 dan RW sebanyak 44. Luas wilayah kerja 11.362,815 km2 dengan
batas sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Laut Jawa


b. Sebelah Selatan : Kecamatan Jayakerta Kabupaten Karawang
c. Sebelah Barat : Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang
d. Sebelah Timur : Kecamatan Cibuaya Kabupaten Karawang

9
Wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya mencakup 11 desa, yaitu :

1. Pisangsambo
2. Sabajaya
3. Medankarya
4. Tambaksumur
5. Tambaksari
6. Srijaya
7. Srikamulyan
8. Kutamakmur
9. Bolang
10. Gempolkarya
11. Sumurlaban

4.2.2. Demografis

4.2.2.1. Data Demografis (Lampiran I)

1. Jumlah penduduk secara keseluruhan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya


Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang periode pada tahun 2016 adalah sebesar
68.012 jiwa.
2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki 18.277 jiwa dan jumlah
perempuan 17.868 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak yaitu Desa Pisangsambo dengan
jumlah 8.255 jiwa.
3. Jumlah desa yang termasuk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya adalah sebanyak
11 desa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 24.662 kepala keluarga.
4. Mata pencaharian terbanyak di Kecamatan Tirtajaya adalah petani sejumlah 16.464
penduduk, diikuti oleh pedagang sejumlah 3.536 penduduk, pegawai swasta sejumlah
2.251 penduduk, PNS sejumlah 722 penduduk dan pengrajin sejumlah 254 penduduk.

10
4.2.3. Fasilitas Kesehatan

Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya
Kabupaten Karawang antara lain :

a) Puskesmas UPTD : 1 buah


b) Puskesmas pembantu : 4 buah
c) Klinik 24 jam : 2 buah
d) Praktek Dokter Swasta : 2 buah
e) Praktek Bidan : 11 orang
f) Apotik : 3 buah
g) Posyandu : 46 buah
h) Posbindu : 7 buah

4.3. Data Khusus

4.3.1. Masukan

4.3.1.1. Tenaga (Man)

a) Penanggung Jawab Program : 1 orang


b) Petugas Gizi Kesehatan : 1 orang
c) Bidan Puskesmas : 13 orang
d) Bidan Desa : 11 orang
e) Konselor ASI : 3 orang

4.3.1.2. Dana (Money)

Dana untuk pelaksanaan program diperoleh dari :

a) APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) : tersedia


b) APBN (BOK/Biaya Operasional Kesehatan) : tersedia

11
4.3.1.3. Sarana

Sarana Medis

a) Timbangan dewasa : 2 buah


b) Stadiometer : 1 buah
c) Tensimeter : 2 buah
d) Alat timbangan bayi : 1 buah

Sarana Non-Medis

a) Leaflet : ada
b) Poster : ada
c) Ruang Pojok ASI : ada
d) Lembar balik : tidak ada
e) Buku pedoman tenaga pelaksana gizi : tidak ada
f) Kartu status, alat tulis : ada
g) Alat penyuluhan : ada
(papan tulis, poster, spidol, brosur, mikrofon)

4.3.1.4. Metode

1) Penyuluhan
a) Perorangan
i) Dilakukan wawancara dengan ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan
oleh petugas kesehatan puskesmas.
ii) Pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi dua arah.
iii) Penyuluhan perorangan dilakukan oleh petugas kesehatan Puskesmas kepada
setiap ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang datang berobat di
Puskesmas melalui pemberian informasi dan manfaat ASI eksklusif secara
singkat.
b) Kelompok (dilakukan di posyandu)
i) Membahas mengenai berbagai manfaat ASI eksklusif bagi ibu dan bayi serta
metode penyimpanan serta pemberian ASI eksklusif yang baik.

12
ii) Memberikan motivasi kepada peserta ASI eksklusif untuk meneruskan pemberian
hingga 6 bulan dan melanjutkan sehingga ke usia 2 tahun sesuai dengan keadaan
pribadi dan keluarganya.
iii) Menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui.
2) Pojok ASI
a) Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2013, disediakannya satu ruangan khusus untuk menyusu atau memerah susu di
sarana umum. Ruangan pojok ASI eksklusif ini juga boleh digunakan untuk tujuan
mempromosikan program ASI eksklusif.
3) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
a) Inisiasi Menyusu Dini dilakukan oleh Bidan desa atau Bidan PONED. Bidan PONED
menerapkan IMD di ruangan PONED di UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan
Tirtajaya dengan memberikan pengarahan pada ibu yang baru saja melahirkan untuk
langsung memberikan ASI pada bayi yang baru lahir paling singkat satu jam. Begitu
juga dengan bidan desa harus menerapkan IMD di saat melakukan kegiatan posyandu
dengan memberikan penyuluhan kepada ibu hamil untuk menerapkan perilaku
memberi ASI segera setelah bayi dilahirkan.
4) Pelatihan kader
a) Pelatihan kader kesehatan mengenai ASI eksklusif dilakukan minimal satu kali
pertahun. Pelatihan boleh dilakukan oleh dokter, bidan, konselor ASI eksklusif atau
bagian promosi kesehatan.
5) Pencatatan dan Pelaporan
a) Dilakukan dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

4.3.2. Proses

4.3.2.1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan tertulis mengenai:

1) Penyuluhan
a) Perorangan
Akan dilakukan pada setiap hari kerja oleh bidan kepada ibu yang mempunyai bayi
berusia 0-6 bulan melalui wawancara di UPTD Puskesmas Tirtajaya, jam 08.00-
14.00.

13
b) Kelompok
Akan diadakannya penyuluhan mengenai ASI Eksklusif dan manfaatnya serta cara
menyusui yang benar kepada ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan, akan
dilaksanakan minimal empat puluh enam kali dalam setahun, dengan satu kali
penyuluhan per tiap posyandu yang berbeda dengan dibantu oleh kader.

2) Pojok ASI
Akan disediakan suatu ruangan tertutup yang khusus buat ibu menyusu di Puskesmas
beroperasi setiap hari 24 jam dengan beberapa kursi dan seorang petugas puskesmas yang
dapat mempromosikan usaha ASI Eksklusif pada hari bekerja jam 08.00-14.00.

3) Inisiasi Menyusu Dini


Inisiasi Menyusu Dini dilakukan oleh Bidan desa atau Bidan PONED. Bidan PONED
menerapkan IMD di ruangan PONED di UPTD Puskesmas Tirtajaya dengan memberikan
pengarahan pada ibu yang baru saja melahirkan untuk langsung memberikan ASI pada
bayi yang baru lahir paling singkat satu jam. Manakala Bida desa juga harus menerapkan
IMD di saat melakukan kegiatan posyandu dengan memberikan penyuluhan kepada ibu
hamil untuk menerapkan perilaku memberi ASI segera setelah bayi dilahirkan.

4) Pelatihan Kader Mengenai ASI ekslusif


Akan dilakukan penjadwalan pelatihan kader mengenai program ASI Eksklusif yang
disediakan oleh petugas Program Gizi.

5) Pencatatan dan Pelaporan


a) Pencatatan
Dilakukan setiap bulan pada saat bayi berkunjung ke posyandu oleh bidan desa di
KMS kemudian direkapitulasi pada register bayi pada kunjungan bulan Februari dan
Agustus.
b) Pelaporan
Dilakukan pelaporan 2 kali per tahun yaitu Februari dan Agustus pada laporan
tahunan Puskesmas kepada Dinas Kesehatan.

14
4.3.2.2. Pengorganisasian (Organizing)

Tidak terdapat struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam menjalankan
program ASI eksklusif, hanya ada pembagian tugas secara umum di Puskesmas Tirtajaya
berhubungan gizi yaitu:

Kepala UPTD Puskesmas


Tirtajaya
Teti Suhernayati, SKM

Kasubag TU
Husein Ramdan

UPAYA KESEHATAAN KESEHATAN


MASYARAKAT PERORANGAN

Koordinator dan Pelaksana


KIA - KB Konselor ASI
Program Gizi Masyarakat
Hj. Iin Tarkinah, AM.Keb HJ. Indah AM. Keb Hj. Radifah, SST

Bidan Desa, Bidan


Puskesmas, Bidan
PONED

Berdasarkan bagan diatas, maka pembagian tugas masing-masing bagian adalah:

a. Kepala UPTD Puskesmas


Sebagai penanggung jawab daripada program.
Sebagai pengawas dari pelaksanaan kegiatan gizi keluarga.
Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan gizi keluarga di wilayah
kerja.
b. Koordinator Pelaksana Program Gizi
Sebagai koordinator dan pelaksana program.
Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan hasil
pencatatan kepada kepala puskesmas dalam waktu tiap bulan.

15
c. Konselor ASI
Sebagai orang yang dipilih oleh puskesmas yang dikirim untuk mengikuti
pelatihan konselor ASI oleh dinas kesehatan.
Mampu melatih kader-kader posyandu yang dipilih sebagai kader ASI pada satu
wilayah.

4.3.2.3. Pelaksanaan (Actuating)

1) Penyuluhan
a) Perorangan
Dilakukan pada setiap hari kerja oleh bidan kepada ibu hamil dan ibu yang
mempunyai bayi berusia 0 6 bulan melalui wawancara di UPTD Puskesmas
Tirtajaya, jam 08.00 14.00. Namun tidak terdapat pencatatan dan pelaporan
mengenai hal tersebut.
b) Kelompok
Diadakan penyuluhan sebanyak tiga puluh lima kali dalam setahun mengenai ASI
eksklusif di posyandu yang berbeda pada tiap penyuluhan , dengan dibantu oleh
kader.

2) Pojok ASI Ekslusif


Terdapat pojok ASI eksklusif yang telah berfungsi sebagaimana mestinya.

3) Inisiasi Menyusui Dini


Bidan desa/ bidan poned/ kader akan memberikan pengarahan kepada ibu untuk
memberikan kesempatan kepada bayi memulai/inisiasi menyusu sendiri segera setelah
lahir dengan membiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu setidaknya satu jam atau
lebih sampai menyusu pertama selesai. Namun belum ada dokumentasi atau pelaporan
mengenai program ini.

4) Pelatihan Kader Mengenai ASI ekslusif


Telah dilakukan pelatihan kader pada tahun 2015 namun belum dilakukan pada tahun
2016

16
5) Pencatatan dan Pelaporan
a) Pencatatan
Dilakukan oleh masing-masing bidan desa.
b) Pelaporan
Dilakukan pelaporan 2 kali per tahun yaitu Februari dan Agustus pada laporan
tahunan Puskesmas kepada Dinas Kesehatan.

4.3.2.4. Pengawasan (Controlling)

Pertemuan/Rapat

Tiap bulan diadakan 1 kali rapat di UPTD Puskesmas Tirtajaya dan dipimpin oleh
kepala Puskesmas untuk mengetahui apakah program berjalan sesuai dengan rencana
(12 kali per tahun).
Penilaian mengenai seluruh hasil kegiatan yang digunakan untuk menentukan program
tahun depan, diadakan 1 tahun sekali.

4.3.4. Keluaran (Output)

4.3.4.1. Cakupan ASI Eksklusif

Jumlah sasaran bayi 0-6 bulan yang datang dan tercatat dalam register
pencatatan/KMS di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya bulan Agustus 2016
dan Februari 2017 :

Tabel 1. Jumlah sasaran bayi 0-6 bulan yang datang dan tercatat dalam register
pencatatan/KMS di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya bulan Februari dan Agustus.

Bulan Jumlah sasaran bayi usia 0-6 bulan

Agustus 2016 558

Februari 2017 599

Jumlah 1.157

17
Jumlah bayi mendapatkan Asi Eksklusif bulan Februari 2016 dan Agustus 2016:
1.157 bayi.

Tabel 2. Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif Februari 2016 dan Agustus 2016.

Bulan Jumlah bayi 0 6 bulan dengan ASI eksklusif

Agustus 2016 336

Februari 2017 340

Jumlah 676

Cakupan % Asi Eksklusif periode Agustus 2016 dan Februari 2017: 676 bayi.
%

0 6
2016 2017
100%
0 6

2016 2017

676
=( ) 100% = 58.43 %
1.157

Target: 90% per tahun (Berdasarkan PKP Puskesmas Tirtajaya)

Kesimpulan : Cakupan belum mencapai target sebesar 58.43 % jadi besarnya masalah adalah
90.00% - 58.43 % = 31.57%

31.57
( ) 100% = 35.07 %
90

18
4.3.4.2. Cakupan Inisiasi Menyusui Dini

(%)
2016 2017
= 100%
2016 2017

652
=( ) 100%
824

= 79.13%

Target: 90% per tahun (Berdasarkan PKP Puskesmas Tirtajaya)

Kesimpulan : Cakupan belum mencapai target sebesar 79.13%, jadi besar masalahnya adalah
90% - 79.13% = 10.87%

10.87
( ) 100% = 12.07 %
90

4.3.4.3. Cakupan Penyuluhan

Cakupan penyuluhan perorangan: Tidak ada data.


Cakupan penyuluhan berkelompok:


2016 2017
100%
h
35
( ) 100% = 76.08%
46

Target: 100% per tahun (Berdasarkan PKP Puskesmas Tirtajaya).

Kesimpulan: Cakupan belum mencapai target sebesar 76.08%, jadi besarnya masalah adalah
100% - 76.31% = 23.92%.

4.3.4.4. Cakupan Pelatihan Kader

(%)
2016 2017
= 100%

19
0
= ( ) 100%
1

= 79.13%

Target: 100% per tahun (Berdasarkan PKP Puskesmas Tirtajaya).

Kesimpulan: Cakupan belum mencapai target sebesar 0% jadi besarnya masalah adalah 100%
- 0% = 100%.

4.3.5. Lingkungan (Environtment)

4.3.5.1. Fisik

Lokasi : Di tiap desa sudah terdapat masing-masing bidan desa, sehingga mudah
dijangkau oleh warga desa.Terdapat beberapa lokasi yang memiliki daerah akses sulit
seperti contoh daerah Bolang karena perbaikan jalan belum sempurna. Sebagian jalan
masih berlubang-lubang dan belum diaspal tetapi tidak mempengaruhi pelaksanaan
program secara signifikan.
Transportasi: Semua lokasi dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada
(sepeda motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda motor.

4.3.5.2. Non-Fisik

Pendidikan: Mayoritas penduduk berpendidikan rendah sehingga mempengaruhi


pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya ASI eksklusif.
Sosial ekonomi: Tingkat ekonomi masyarakat masih rendah. Sebagian besar
penduduk bermata pencaharian sebagai petani.
Budaya: Masih ada penduduk yang lebih senang bersalin di rumah masing-masing
karena dianggap praktis dan masih ada warga desa yang dibantu paraji dalam
persalinannya karena merasa lebih dekat, lebih nyaman, lebih murah dan percaya
akan pengalaman paraji. Selain itu masih banyaknya kepercayaan masyarakat seputar
ASI sehingga terkadang memberikan susu formula atau makanan terhadap bayi.

20
4.3.6. Umpan Balik

Pencatatan dan pelaporan bulanan mengenai ASI eksklusif lengkap, sesuai dengan
waktu yang ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam evaluasi
Program Gizi
Terdapat rapat kerja yang membahas laporan kegiatan setiap bulannya untuk
mengevaluasi program yang telah dijalankan.

4.3.7. Dampak

Dampak langsung: Memenuhi kebutuhan asupan gizi bayi 0-6 bulan: Belum dapat
dinilai.
Dampak tidak langsung: Mengurangi angka kesakitan dan kematian anak: Belum
dapat dinilai.

21
Bab V

Pembahasan Masalah

5.1. Masalah Menurut Variabel Keluaran

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah (%)


(%) (%)

1. Cakupan ASI Eksklusif 90 58.43 31.57

2. Cakupan Inisiasi Menyusui 90 79.13 12.07


Dini (IMD)

3. Cakupan Penyuluhan 100 76.08 23.92


Kelompok Mengenai ASI
Eksklusif di Posyandu

4. Cakupan Pelatihan Kader 100 0 100

5.2. Masalah Menurut Variabel Masukan

No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

2. Sarana Lembar Balik Tidak ada (+)


(Material) Buku pedoman tenaga Tidak ada
pelaksana gizi

5.3. Masalah Menurut Variabel Proses

No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1.. Pelaksanaan Dilakukan minimal empat Diadakan penyuluhan (+)


puluh enam dalam setahun, sebanyak tiga puluh lima
dengan satu kali penyuluhan dalam setahun mengenai
per tiap posyandu yang ASI eksklusif di
berbeda dengan dibantu oleh posyandu yang berbeda
kader. pada tiap penyuluhan,
dengan dibantu oleh

22
kader.

Dilakukan pelatihan kader Belum ada pelatihan (+)


oleh konselor ASI mengenai kader oleh konselor ASI.
program ASI yang diberikan
program Gizi selama satu
tahun sekali

5.4. Masalah Menurut Variabel Lingkungan

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah


1. Non Keadaan sosial dan Sebagian besar penduduk (+)
Fisik ekonomi masyarakat bermata pencaharian sebagai
buruh tani dan termasuk
penduduk miskin. Hal
tersebut akan mempengaruhi
waktu seorang ibu yang
telah melahirkan untuk
melanjutkan proses
pemberian ASI secara
Eksklusif kepada anaknya.
Tingkat pendidikan Tingkat pengetahuan (+)
masyarakat manfaat pemberian ASI
yang masih belum
maksimal.
Tingkat Sosial Masih kurangnya kesadaran (+)
Budaya dan perilaku gizi masyarakat
yang baik dan atas kesadaran
sendiri. Serta kurangnya
dukungan keluarga terhadap
ibu untuk memberikan ASI
eksklusif.

23
Bab VI

Perumusan Masalah

6.1. Masalah Menurut Cakupan Keluaran

1. Cakupan ASI ekslusif periode Mei 2016 sampai dengan April 2017 sebesar 58.43%
dari tolok ukur 90.00%, dengan besar masalah 35.07%.
2. Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
sebesar 79.13% dari tolok ukur 90%, dengan besar masalah 12.07%.
3. Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di posyandu periode Mei
2016 sampai dengan April 2017 sebesar 76.08% dari tolok ukur 100%, dengan besar
masalah 23.92%.
4. Cakupan pelatihan kader mengenai ASI eksklusif periode Mei 2016 sampai dengan
April 2017 sebesar 0% dari tolok ukur 100%, dengan besar masalah 100 %.

6.2. Masalah-masalah (Dari Unsur Lain) Penyebab

6.2.1. Masukan

Tidak terdapat lembar balik dan buku pedoman tenaga pelaksana gizi
6.2.2. Proses

Pelaksanaan:
o Kurangnya penyuluhan di tiap-tiap posyandu.
o Masih belum adanya pelatihan kader mengenai ASI ekslusif pada bulan Mei
2016 sampai dengan April 2017.
6.2.3. Lingkungan

Non fisik
o Mayoritas penduduk bekerja sebagai buruh tani, sehingga waktu dalam
pemberian ASI terhadap anak baru lahir sangat terbatas.
o Mayoritas penduduk mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, sehingga
menyebabkan kurangnya tingkat pengetahuan akan manfaat pemberian ASI.
o Tingkat sosial budaya yang rendah mengenai kesadaran dan perilaku gizi
masyarakat yang baik dan atas kesadaran sendiri. Serta kurangnya dukungan
keluarga terhadap ibu untuk memberikan ASI eksklusif.

24
Bab VII

Prioritas Masalah

Masalah menurut keluaran:

i. Cakupan ASI ekslusif periode Mei 2016 sampai dengan April 2017 sebesar 58.43%
dari tolok ukur 90.00%, dengan besar masalah 35.07%.
ii. Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
sebesar 79.13% dari tolok ukur 90%, dengan besar masalah 12.07%.
iii. Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di posyandu periode Mei
2016 sampai dengan April 2017 sebesar 76.08% dari tolok ukur 100%, dengan besar
masalah 23.92%.
iv. Cakupan pelatihan kader mengenai ASI eksklusif periode Mei 2016 sampai dengan
April 2017 sebesar 0% dari tolok ukur 100%, dengan besar masalah 100 %.

No Parameter Masalah

i ii iii iv

1 Besar masalah 3 1 2 4

2 Besar ringan akibat yang ditimbulkan 4 3 2 3

3 Keuntungan sosial karena selesainya masalah 4 4 3 5

4 Teknologi yang tersedia 1 4 4 4

5 Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan 1 4 3 5


masalah

Jumlah 13 16 14 21

Keterangan:
5: Sangat penting
4: Penting
3: Cukup penting
2: Kurang penting
1: Tidak penting

25
Yang menjadi prioritas masalah adalah :

Cakupan pelatihan kader mengenai ASI eksklusif periode Mei 2016 sampai dengan April
2017 sebesar 0% dari tolok ukur 100%, dengan besar masalah 100 %.
Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
sebesar 79.13% dari tolok ukur 90%, dengan besar masalah 12.07%.

26
Bab VIII

Penyelesaian Masalah

Masalah 1: Cakupan pelatihan kader mengenai ASI eksklusif periode Mei 2016 sampai
dengan April 2017 sebesar 0% dari tolok ukur 100%, dengan besar masalah 100 %.
Penyebab Masalah:

1. Tenaga kesehatan dan konselor ASI tidak melakukan pelatihan kader mengenai ASI
eksklusif.
2. Tidak disusunnya jadwal pelatihan kader ASI.
3. Tidak terdapat buku pedoman dan lembar balik mengenai ASI eksklusif.
4. Tidak ada data jumlah kader ASI yang sudah ada di masing-masing desa.

Penyelesaian Masalah:

1. Kepala Puskesmas maupun pemegang program ASI eksklusif dapat memantau


langsung pelaksanaan pelatihan kader oleh tenaga kesehatan dan konselor ASI.
2. Membuat jadwal pelatihan kader ASI dalam satu tahun, dan pada masing-masing
desa.
3. Mengusulkan kepada dinas kesehatan kabupaten untuk menyediakan buku pedoman
dan lembar balik ASI eksklusif.
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan jumlah kader ASI yang ada pada masing-masing
desa setiap tahunnya.

Masalah 2: Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
sebesar 79.13% dari tolok ukur 90%, dengan besar masalah 12.07%.

Penyebab Masalah:

1. Kurangnya promosi kesehatan kepada masyarakat mengenai pentingnya inisiasi


menyusui dini (IMD), berupa poster-poster kesehatan yang memberikan informasi
mengenai inisiasi menyusui dini (IMD).
2. Belum adanya data penyuluhan perorangan yang dilakukan di setiap tempat pelayanan
kesehatan.
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat inisiasi menyusui dini (IMD)
bagi kesehatan ibu dan anak.

27
Penyelesaian Masalah:
1. Menambahkan pengadaan sarana-sarana promosi kesehatan seperti poster, leaflet,
spanduk, dan lain sebagainya, untuk mempromosikan inisiasi menyusui dini (IMD).
2. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyuluhan perorangan yang dilakukan kepada
setiap ibu hamil yang memeriksakan diri di setiap tenaga kesehatan (PONED, bidan
swasta, bidan desa).
3. Membina setiap bidan puskesmas, bidan PONED, bidan desa untuk memberdayakan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya inisiasi menyusui dini (IMD)
dan memberikan ASI pertama yang mengandung kolostrum.

28
Bab IX

Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Dari hasil penilaian Program ASI Eksklusif yang dilakukan dengan pendekatan sistem
di UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang periode Mei 2016
sampai dengan April 2016, didapatkan beberapa permasalahan dalam Program ASI Eksklusif
yang mampu mempengaruhi keberhasilan program ini. Adapun dari hasil evaluasi Program
ASI Eksklusif di UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang
periode Mei 2016 sampai dengan April 2017 didapatkan:

Cakupan ASI ekslusif periode Mei 2016 sampai dengan April 2017 sebesar 58.43%
dari tolok ukur 90.00%, dengan besar masalah 35.07%.
Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
sebesar 79.13% dari tolok ukur 90%, dengan besar masalah 12.07%.
Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di posyandu periode Mei
2016 sampai dengan April 2017 sebesar 76.08% dari tolok ukur 100%, dengan besar
masalah 23.92%.
Cakupan pelatihan kader mengenai ASI eksklusif periode Mei 2016 sampai dengan
April 2017 sebesar 0% dari tolok ukur 100%, dengan besar masalah 100 %.
9.2. Saran

Saran untuk UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya:

1. Menyusun dan menjalankan pelatihan kader sesuai dengan perencanaan sehingga


dapat membantu dalam menyampaikan informasi ASI Ekslusif pada masyarakat.
2. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyuluhan perorangan yang dilakukan kepada
setiap ibu hamil yang memeriksakan diri di setiap tenaga kesehatan (PONED, bidan
swasta, bidan desa).
3. Mensosialisasikan mengenai 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM)
kepada semua petugas kesehatan.
Apabila saran penyelesaian masalah ini dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh
petugas-petugas kesehatan, maka diharapkan dapat membantu keberhasilan program ASI
Eksklusif di UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya.

29
Daftar Pustaka

1. Kementrian Kesehatan RI. Rencana Aksi Akselerasi Pemberian ASI Eksklusif 2012-
2014. Jakarta: Direktorat Bina Gizi; 2013. h. 1-2.
2. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
2012.
3. Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Rancangan awal rencana
pembangunan jangka menengah nasional 2015 2019. Jakarta : Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional; 2014. h. 149-52.
4. Ferdiansyah R. Acara puncak pekan asi sedunia (pas) tahun 2014. [online]. 8
September 2014. Available from : http://gizi.depkes.go.id/acara-puncak-pekan-asi-
sedunia-tahun- 2014. 26 Juni 2017.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013
Diunduhdari:http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2013/08/
Permenkes-No.-15-th-2013-ttg-Fasilitas-Khusus-Menyusui-dan-Memerah-ASI.pdf
6. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Situasi dan analisis ASI
eksklusif; Jakarta, Kementerian Kesehatan RI, 2014.
7. Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Rekomendasi praktik
pemerian makan berbasis bukti pada bayi dan balita di Indonesia untuk mencegah
malnutrisi. Jakarta: IDAI; 2015. h. 1.
8. Laporan Program Gizi Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya bulan Mei 2016
sampai dengan April 2017.

30
Lampiran

31
Lampiran I

Data Demografi UPTD Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya

Gambar 1. Peta Kabupaten Karawang 2016.

Sumber: www.karawanginfo.com

32
Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah RT/RW dan Jumlah Kepala Keluarga UPTD Puskesmas
Tirtajaya Tahun 2016.

No Nama Desa Luas (Km2) RT RW Jumlah KK


1. Pisangsambo 552,400 12 4 2.553
2. Sabajaya 544,000 15 5 2.405
3. Medankarya 584,459 13 4 1.759
4. Tambaksumur 3.568,620 16 5 2.747
5. Tambaksari 3.489,089 11 3 2.455
6. Srijaya 493,899 12 4 2.021
7. Srikamulyan 626,033 8 4 2.282
8. Kutamakmur 442,195 10 5 1.359
9. Bolang 474,056 12 3 3.402
10. Gempolkarya 310,064 10 3 2.282
11. Sumurlaban 278,000 16 4 1.397
Jumlah 11.362,815 135 44 24.662

Tabel 2. Distribusi Penduduk di Tiap Desa di UPTD Pukesmas Tirtajaya Tahun 2016

Jumlah Penduduk
No Nama Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Pisangsambo 4.662 3.593 8.255
2. Sabajaya 3.820 3.728 7.548
3. Medankarya 3.050 3.078 6.128
4. Tambaksumur 2.747 3.975 6.722
5. Tambaksari 4.366 3.719 8.085
6. Srijaya 3.411 3.045 6.456
7. Srikamulyan 3.488 3.562 7.050
8. Kutamakmur 2.358 2.254 4.612
9. Bolang 2.569 2.461 5.030
10. Gempolkarya 2.197 2.181 4.378
11. Sumurlaban 1.761 1.987 3.748
Jumlah 34.429 33.583 68.012
Sumber: Data Statistik Kecamatan Tirtajaya

33
Tabel 3. Distribusi Tingkat Pendidikan di UPTD Pukesmas Tirtajaya Tahun 2016

Tidak Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus Per.


No Nama Desa
SD/MI SD/MI SLTP SLTA Tinggi
1. Pisangsambo 495 6.192 743 661 164
2. Sabajaya 453 5.661 679 604 151
3. Medankarya 367 4.596 552 490 123
4. Tambaksumur 403 5.041 605 538 135
5. Tambaksari 484 6.064 728 647 162
6. Srijaya 387 4.842 581 517 129
7. Srikamulyan 422 5.288 635 564 141
8. Kutamakmur 277 3.459 415 369 92
9. Bolang 302 3.773 452 402 101
10. Gempolkarya 262 3.283 394 350 89
11. Sumurlaban 224 2.811 337 301 75
Jumlah 4.076 51.010 6.121 5.443 1.362
Sumber: Data Statistik Kecamatan Tirtajaya.

Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Tirtajaya

Mata Pencaharian
No Desa Pegawai Lain-
Petani Nelayan Pengrajin Pedagang PNS
Swasta lain
1 Pisangsambo 1800 0 25 355 23 251 301
2 Sabajaya 2002 0 0 198 35 132 200
3 Medankarya 1408 0 15 350 160 257 172
4 Tambaksumur 1410 1 4 455 140 222 133
5 Tambaksari 1221 2 57 584 189 257 0
6 Srijaya 1217 0 5 163 46 61 0
7 Srikamulyan 1850 0 30 368 28 262 0
8 Kutamakmur 1450 0 41 278 30 154 121
9 Bolang 1382 0 33 189 23 121 99
10 Gempolkarya 1412 0 23 344 24 213 131
11 Sumurlaban 1312 0 21 252 24 321 212
Jumlah 16464 3 254 3536 722 2251 1369
Sumber: Data Statistik Kecamatan Tirtajaya

34
Tabel 5. Jenis Sarana Kesehatan di UPTD Pukesmas Tirtajaya Tahun 2016.

No Sarana Kesehatan Jumlah


1 Puskesmas UPTD 1
2 Puskesmas Pembantu 4
3 Klinik 24 Jam 2
4 Praktek Dokter Swasta 2
5 Rumah Bersalin 1
6 Praktek Bidan Swasta 11
7 Apotek 3
8 Posyandu 46
9 Posbindu 7
Total 77

Tabel 6. Catatan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di Posyandu Setiap Desa.

Desa Jumlah Posyandu Jumlah Penyuluhan


Pisangsambo 5 3
Sabajaya 4 4
Medankarya 4 4
Tambaksumur 5 5
Tambaksari 4 4
Srijaya 4 3
Srikamulyan 5 2
Kutamakmur 4 3
Bolang 4 3
Gempolkarya 3 2
Sumurlaban 4 2
Jumlah 46 35
Sumber: Data Pengelola Promkes UPTD Puskesmas Tirtajaya

35
Tabel 7. Catatan Bulan Jumlah bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI saja bulan Mei 2016
sampai dengan April 2017 di UPTD Puskesmas Tirtajaya.

Jumlah bayi usia 0-6 bulan


Desa
Februari 2016 Agustus 2016
Pisangsambo 36 36
Sabajaya 31 31
Medankarya 34 34
Tambaksumur 32 35
Tambaksari 37 39
Srijaya 35 29
Srikamulyan 36 40
Kutamakmur 25 22
Bolang 17 20
Gempolkarya 32 30
Sumurlaban 21 24
Jumlah 336 340
Sumber: Laporan Bulanan jumlah bayi yang mendapat ASI saja.

Tabel 8. Catatan Rekapitulasi Bulanan Jumlah Persalinan di UPTD Puskesmas Tirtajaya Mei
2016 sampai dengan April 2017

Bulan Jumlah Persalinan di Nakes


Mei 2016 67
Juni 2016 65
Juli 2016 73
Agustus 2016 78
September 2016 71
Oktober 2016 65
November 2016 58
Desember 2016 62
Januari 2017 64
Februari 2017 77
Maret 2017 74
April 2017 70
Jumlah 824
Sumber: Laporan Bulanan Bayi Baru Lahir di Tenaga Kesehatan.

36
Tabel 9. Catatan Rekapitulasi Bulanan Jumlah Bayi Lahir Hidup dan yang mendapat Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) di UPTD Puskesmas Tirtajaya Mei 2016 April 2017.

Jumlah Bayi lahir Hidup


Bulan Jumlah Bayi lahir Hidup
mendapat IMD
Mei 2016 67 49
Juni 2016 65 52
Juli 2016 73 52
Agustus 2016 78 57
September 2016 71 56
Oktober 2016 65 58
November 2016 58 46
Desember 2016 62 51
Januari 2017 64 52
Februari 2017 77 66
Maret 2017 74 57
April 2017 70 56
Jumlah 824 652
Sumber: Laporan Bulanan Bayi Baru Lahir Hidup dan mendapat IMD.

37
Lampiran II

Tabel 10. Tolok Ukur Menurut Variabel Keluaran.

No Variabel Tolok Ukur (%)

1. Cakupan Asi Eksklusif 90

2. Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 90

3. Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif 100

4. Cakupan Pelatihan Kader mengenai ASI eksklusif 100

Tabel 11. Tolok Ukur Menurut Variabel Masukan.

No Variabel Tolok Ukur

1. Tenaga (Men) Tersedianya Tenaga Petugas Gizi Keluarga sebagai


koordinator dan pelaksana Program Gizi Keluarga.
Adanya petugas terpilih sebagai Konselor ASI.

2. Dana Tersedianya dana yang berasal dari BOK dan APBD.


(Money)

3. Sarana Leaflet
(Material) Poster
Pojok ASI
Lembar Balik
Buku pedoman tenaga pelaksana gizi
Kartu status, Alat tulis
Alat Penyuluhan

Tabel 12. Tolok Ukur Menurut Variabel Proses.

No. Variabel Tolok Ukur

1. Perencanaan Diadakan penyuluhan mengenai ASI Eksklusif dan manfaat

38
serta cara menyusu yang benar kepada ibu hamil dan ibu yang
memiliki bayi 0-6 bulan pada posyandu yangakan
dilaksanakan minimal tiga puluh delapan kali dalam setahun,
dengan satu kali penyuluhan per tiap posyandu yang berbeda
dengan dibantu oleh kader.
Disediakan ruangan tertutup khusus buat ibu menyusu yang
beroperasi setiap hari 24 jam dengan beberapa kursi dan
seorang petugas puskesmas yang dapat mempromosikan usaha
ASI Eksklusif pada hari bekerja.
Diadakan penjadwalan pelatihan kader oleh konselor ASI
mengenai program Program Gizi dan disesuaikan dengan
anggaran selama satu tahun sekali.
2. Pengorganisasian Dibentuk struktur organisasi, kepala puskesmassebagai
penanggungjawab program, melimpahkan kekuasaan kepada
Koordinator program (programmer), kemudian melakukan
koordinasi dengan pelaksana program.
3. Pelaksanaan Dilakukan minimal tiga puluh delapan kali dalam setahun,
dengan satu kali penyuluhan per tiap posyandu yang berbeda
dengan dibantu oleh kader.
Ada ruangan khusus untuk ibu menyusu dengan satu petugas
puskesmas yang dapat mempromosikan usaha ASI selama hari
kerja yang disediakan UPTD Puskesmas Tirtajaya.
Dilakukan inisiasi menyusu dini oleh bidan desa atau bidan
PONED menerapkan IMD diruang PONED dengan
memberikan pengarahan pada ibu yang baru melahirkan dan
manakala bidan desa menerapkan IMD saat melakukan
posyandu.
Dilakukan pelatihan kader oleh konselor ASI mengenai
program ASI yang diberikan program Gizi selama satu tahun
sekali.

39
Tabel 13.Tolok Ukur Menurut Variabel Lingkungan.

Variabel Tolok Ukur

Non Keadaan sosial dan ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi keberhasilan


Fisik program.
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi keberhasilan program.
Sosial dan budaya masyarakat dapat mempengaruhi keberhasilan program.

40

Você também pode gostar