Você está na página 1de 17

MODUL PERKULIAHAN

Antena dan
Propagasi
Antena Horn

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

07
Teknik Teknik Elektro MK14001 Novan Nur Happyarto, SPd.MT.

Abstract Kompetensi
Modul ini menjelaskan antena horn Setelah membaca modul ini,
mahasiswa diharapkan mampu
untuk:
Memahami dan mengerti bentuk-
bentuk antena horn.
Mengerti diagram radiasi dari
macam-macam antena horn.
Antena Horn
7.1 Pendahuluan

Sebagai pengembangan dari analisa yang dilakukan pada bahasan mengenai antena apertur,
di sini antena apertur akan memiliki bentuk yang diubah sedemikian rupa, sehingga
diharapkan energi tertuntun yang mengalir di dalam waveguide, dengan bantuan antena ini,
bisa berubah secara efisien menjadi energi yang merambat bebas di udara. Supaya perubahan
ini optimal, artinya diharapkan tidak ada energi (atau hanya minimal) yang direfleksikan
kembali ke generator, terhadap gelombang yang merambat jangan terdapat gangguan, baik
berupa perubahan geometri atau pun perubahan material yang ada di sepanjang perambatan
gelombang tersebut. Untuk mendapatkan refleksi yang minimal, maka dicoba untuk
melakukan perubahan secara perlahan terhadap media perambatan gelombang, dari
waveguide (yang penampang memiliki besar tertentu) ke udara bebas (dengan besar tak
terhingga), dengan cara seperti diperlihatkan di Gambar 7.1 di bawah ini.

Gambar 7.1: Macam-macam Antena Horn

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id
7.2 Antena Horn Sektor E

7.2.1 Geometri dan Gelombang pada Horn Sektor E


Geometri dari antena horn sektor E dilihat dari samping akan mempunyai bentuk seperti
ditampilkan di Gambar 7.2 berikut ini.

Gambar 7.2: Bentuk geometri dari antena horn sektor E.


Di dalam waveguide gelombang merambat dengan suatu phasa tertentu yang konstan pada
bidang z. Tetapi penggunaan metoda yang dikembangkan di modul 6 (teorema ekuivalensi)
dilakukan pada bidang di Gambar 7.1 yang diarsir pada halaman sebelum ini, dan di bidang
itu, karena adanya perbesaran penampang dari waveguide, maka phasa dari gelombang,
medan listrik dan magnet, tidak lagi sama. Di Gambar 7.2, dengan bantuan pendekatan yang
dilakukan pada waveguide radial, bisa didefinisikan sebuah pusat phasa, dan keluar dari pusat
phasa ini phasa dari gelombang akan bervariasi secara radial dan linier. Di Gambar tersebut
digambarkan sebuah permukaan bola yang merupakan permukaan se-phasa dengan
gelombang di titik tengah waveguide, dan dengan bantuan titik pusat phasa bisa didefinisikan
deviasi phasa di titik lain di bidang arsir itu.
ky '2
j
e 2 1
dengan 1 e cos e
Sehingga jika di waveguide merambat modus H10 maka
Ez ' Ex ' H y ' 0
y '2
jk
E y ' x' y ' E1 cos x' e 2 1
a

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id
y '2

sin x' e 2 1
jk
H z ' x' , y ' jE1
k a Z0 a
y '2
E jk
H x ' x' , y ' 1 cos x' e 2 1
Z0 a
1 e cos e

7.2.2 Radiasi pada Horn Sektor E


Setelah medan listrik dan magnet pada bidang integrasi (arsir) diketahui, langkah selanjutnya
adalah menentukan arus yang mengalir di sana, yaitu dengan

J S n H tan dan

M S n E tan
Maka menjadi

jk 2 1
2
y'
E1
J y x ' y ' cos x' e untuk
Z0 a a 2 x' a 2
y '2
jk 2 1 b1 2 y ' b1 2
M x x' y ' E1 cos x' e
a
Perhitungan medan pancar seperti yang dilakukan di modul 6, di sini hanya akan ditampilkan
medan listrik di far-field, yang secara tiga dimensi bisa dilihat di Gambar 7.3 berikut ini.

Gambar 7.3: Medan listrik di far-field.

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id
Untuk bidang E dan bidang H:
Bidang E ( = /2), dengan Er dan E

a k 1 j k1 sin 2 2
2

E j E1 e 2 1 cos F t1 ' , t 2 ' e jkr
8 r
dengan
F t1 ' , t 2 ' Ct 2 ' Ct1 ' jS t 2 ' S t1 '

k b1 k b1
yang mana t1 ' 1 sin dan t 2 ' 1 sin
1 2 1 2


x x

serta C x cos t 2 dt S x sin t 2 dt


0 2 0 2

Bidang H ( = 0), dengan Er dan E

ka
cos sin
a k 1
E1 1 cos F t1 " , t 2 " e jkr
2
E j
8 r ka
2 2

sin
2 2

b1 k b1 k
dengan t1 " dan t2 "
2 1 2 1

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 7.4: Diagram radiasi bidang E dan H.
Gambar 7.4 diatas memperlihatkan gambar-gambar diagram radiasi, dimana terlihat untuk
bidang H didapatkan beam width yang sangat besar sedangkan untuk bidang E didapatkan
beam width sebesar kurang lebih 15. Hal ini akibat diperbesarnya penampang waveguide
pada bidang E ini. Pada Gambar 7.4 di atas juga terlihat, dengan diperbesarnya sudut
pelebaran penampang waveguide mula-mula beam width mengecil, tetapi jika terus
diperbesar beam width ini membesar kembali.

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 7.5: Kurva serba guna untuk mendisain antena.

Dengan medan listrik di fal-field bisa diturunkan pula fungsi direktivitas untuk menentukan
direktivitas dari antena horn sektor E. Gambar 7.5 di atas menunjukkan kurva serba guna
yang bisa dimanfaatkan untuk mendisain antena ini. Kurva di atas merupakan fungsi
b
D0 f 1 dengan parameter 1 .
a
Jika pada awal disain tersedia wavaguide dengan a = 0,5, maka kurva vertikal menjadi
2 D0 , sehingga untuk mendapatkan direktivitas 35 (sekitar 15,4 dB) ditarik garis pada nilai

2 35 70 . Dari Gambar itu terlihat panjang pelebaran waveguide 1 harus lebih besar dari
30, dengan interpolasi sekitar 40 (pada frekuensi 5 GHz, sekitar 2,4 m) dengan panjang
b1 9,5 .
Jika 1 yang diambil lebih panjang, misalnya 1 50, maka dengan b1 7,5 bisa pula
dicapai direktivitas yang sama.

7.3 Antena Horn Sektor H

Antena horn sektor H memiliki pembesaran penampang pada sisi tang tegak lurus dengan
antena horn sektor E, sehingga diagram radiasinya tepat kebalikan darinya. Bidang E
memiliki beam width yang lebar, sedangkan bidang H memiliki beam width yang kecil.

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 7.6: Diagram radiasi antena horn sektor H.

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id
Gambar di bawah ini adalah kurva untuk mendisain antena horn sektor H.

Gambar 7.7: Disain kurva antena horn sektor H.

Jika pada awal disain tersedia waveguide dengan b 0,25 , maka kurva vertikal menjadi
4 D0 , sehingga untuk mendapatkan direktivitas 35 (sekitar 15,4 dB) ditarik garis pada nilai

4 35 140 . Dari gambar itu terlihat panjang pelebaran waveguide 2 harus sebesar 100
(pada frekuensi 5 GHz, sekitar 6 m) dengan panjang a 18 .

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id
7.4 Antena Horn Piramid

Gambar 7.8: Macam-macam antena horn piramid.

Antena horn piramid merupakan kombinasi dari antena horn sektor E dan H. Dengan
pengembangan di kedua arah prinsip ini, didapatkan diagram radiasi yang juga menyempit di
dua arah (terkonsentrasi secara tipis)

Gambar 7.9: Pancaran antena horn piramid.


Diagram radiasi bidang E dan H dari antena horn piramid bisa dilihat di gambar-gambar di
bawah ini.

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id
Hasil dengan perhitungan pendekatan yang dilakukan di sini dibandingkan dengan hasil yang
didapatkan dengan hasil metoda numerik (metode moment, yang membutuhkan waktu
perhitungan yang lama dan memory komputer yang besar) dan juga dibandingkan dengan
pengukuran. Dari hasil perbandingan ini ditemukan kesesuaian untuk sudut-sudut yang
pemancarannya mengarah ke depan (forward propagation) dan deviasi untuk pemancaran ke
belakang. Deviasi ini disebabkan karena pendekatan yang kita lakukan memang hanya boleh
untuk pengamatan ke depan.

Gambar 7.10: Diagram radiasi bidang E dan H dari antena horn piramid.

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 7.11: Gain antena horn piramid

Gambar di atas ini menunjukkan gain dari antena horn piramid yang didisain utnuk suatu
frekuensi kerja tertentu. Dengan memvariasikan frekuensi kerjanya didapatkan gain yang
merubah. Pada contoh di atas terlihat untuk wilayah 4 GHz band width (8 GHz sampai 12
GHz) dengan frekuensi tengah 10 GHz (atau relatif band width 40%) dihasilkan gain yang
bervariasi sekitar 1,5 dB.
Gain dari antena horn piramid diberikan pada Gambar 7.12 berikut ini:

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 7.12: Gain dari antena horn piramid.

Proses disain antena horn piramid:


1. Tentukan frekuensi kerja dengan gainnya G, seperti pada gambar gain sebagai fungsi
dari frekuensi dan efisiensi bidang apertur AP .
Spesifikasikan dimensi dari waveguide penyambungnya a dan b.
2. Tentukan a1 dengan mencari solusi dari persamaan berikut:

a a a
1
4
1
3

3 b G 2
8 AP
a1
3G 2 4
AP 2
(ii)

Gunakan metoda numerik dengan nilai start a1,start 0,45 G (iii)

3. Tentukan besaran lainnya


G 2
a. b1
0,51 4 a1

b. 2
a1
2

3
2
a
c. H 2 1
2 2

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


13 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id
d. 1
b1
2

2
2
b
e. E 1 1
2 2

2
a1 a
f. RH 2
a1

b1 a
g. RE 1
b1
4. Pengecekan nilai direktivitas dengan mengamati antena ini sebagai kombinasi antena
horn sektor E dan sektor H, dan menghitung direktivitas horn piramid dengan

D DE DH
32 a b
5. Cek diagram radiasi

Contoh Design:
Akan dirancang sebuah antena horn piramid untuk frekuensi pada band X yaitu antara 8,2
GHz sampai 12,4 GHz. Waveguide penyambungnya mempunyai dimensi a 2,286 cm dan
b 1,016 cm.
Pada kurva fungsi gain terhadap frekuensi dan efisiensi apertur terhadap frekuensi terlihat
efisiensi apertur turun secara dranstis dengan frekuensi. Oleh sebab itu, untuk mendisain
dipilih frekuensi optimal yang mendekati batas bawah dari frekuensi kerja, misalnya
frekuensi 8,75 GHz.
Pada frekuensi 8,75 GHz (panjang gelombang = 3,43 cm), dengan bantuan kurva tersebut
didapatkan efisiensi apertur sebesar AP 51% dan gain sebesar 21,75 dB, atau

10 2,175 149,6 . Untuk menentukan lebar apertur a1 digunakan rumus (ii) pada langkah ke 2
prosedur disain di atas. Ini adalah sebuah persamaan dengan polinom ordo 4 yang akan dicari
akar persamaannya (metoda numerik dengan motoda Newton):
Dengan
3 b G 2 3G 2 4
418,53 dan 1,1313 10 5 , maka menjadi
8 AP 32 AP
2 2

f a1 a1 2,286 a1 418,53 a1 1,1313 10 5 0


4 3

dan turunannya

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


14 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id
f ' a1 4a1 6,858 a1 418,53 0
3 2

Dengan nilai start: a1,start 0,45 G 0,45 3,43 149,6 18,88 cm

Setelah enam iterasi didapatkan a1 18,62 cm


Besaran lainnya bisa dihitung dengan:

G 2 149,6 3,43
2
a. b1 14,75 cm
0,51 4 a1 0,51 4 18,62

a1
2
18,62
2
b. 2 33,69 cm
3 3 3,43
2 2
a1 18,62
c. H 22 33,69 H 34,95 cm
2 2

2 2

d. 1
b1

14,75
2 2
31,71 cm
2 2 3,43
2 2
b 14,75
e. E 1 31,71 E 32,56 cm
2 2 2
1
2 2
a1 a 18,62 2,286
f. RH 33,69 29,55 cm
a1 18,62

b1 a 14,75 2,286
g. RE 31,71 29,53 cm
b1 14,75


DE bisa dihitung dengan bantuan diagram pada antena horn sektor E, dengan
a

b1 14,75 3,43 4,3 dan 1 31,71 3,43 9,24, maka didapat sekitar DE 36
a
dan a1 18,62 3,43 5,4 dan 2 33,69 3,43 9,8, maka didapat sekitar


DH 43, sehingga aproksimasi direktivitas antena horn piramid menjadi
b

DP DE DH 36 43 152 21,8 dB
32 a b 32

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


15 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id
Diagram radiasi:

Gambar 7.13: Diagram radiasi contoh perancangan antena.

7.5 Antena Horn Berulir (Corrugated Horn)

Gambar 7.13: Antena horn berulir (corrugated horn)


Efisiensi apertur yang dimiliki oleh antena horn yang dikenalkan pada bagian sebelum ini
terbatas pada 50% sampai 60%. Tetapi dengan dipergunakannya uliran (corrugation) seperti
yang terlihat pada Gambar 7.13 di atas didapatkan efisiensi apertur yang mempunyai besaran
75% sampai 80%.

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


16 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

[1] Alaydrus, Mudrik (2011), Antena Prinsip dan Aplikasi Yogyakarta : Graha Ilmu
[2] Constantine Balanis, Advanced Engineering Electromagnetics, Wiley, New York,
1989
[3] Kennedy, George; Electronic Communication Systems, McGraw-Hill Co.,
Singapore, 2001.
[4] Roddy, Dennis & Coolen,John; Electronic Communications, Prentice-Hall of India
Ltd, New Delhi, 2001.

2016 Antena dan Propagasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


17 Novan Nur Happyarto http://www.mercubuana.ac.id

Você também pode gostar