Você está na página 1de 13

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH MORAL TENTANG AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL DAN


AHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. Flora R
2. Nur Insani
3. Defi Retno Kusuma Hati
4. Markus
5. Anastasya June
6. Lilis Wiwik Romanti

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT MARTHEN INDEY

JAYAPURA

2017

1
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini dibuat berdasarkan kebutuhan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah AGAMA
serta untuk kebutuhan kami agar lebih memahami tentang tugas kami.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, selesai tepat pada waktunya. Penulis menyadari banyak kekurangan
dalam pembuatan makalah ini karena keterbatasan referensi. Penulis mengharapkan kritik dan
saran Bapak Dosen serta rekan-rekan pembaca.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Jayapura,29 September 2017

KELOMPOK 4

2
DAFTAR ISI

CAVER........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................................3
2.1 Pengertian Agama..............................................................................................................3
2.2 Pengertian Moral dan Akhlak...........................................................................................4
2.3 Agama Sebagai Sumber Moral..........................................................................................4
2.4 Akhlak Mulia Dalam Kehidupan........................................................................................5
BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................7

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Agama berperan penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi
pemandu dalam mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan
bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan manusia
maka internalisasi nila-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah
keniscayaan yang ditempuh melalui pendidikan, baik pendidikan di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pendidikan agama dimaksudkan untuk
peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu Wataala dan berakhlak mulia.
Akhlak mulia menyangkut etika, budi pekerti, dan moral sebagai manifestasi dari
pendidikan agama. Agama sebagai alat untuk membawa kedamaian dan kepuasan jiwa
dengan keyakinan tertentu. Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin
dicapai dengan menjalankan syariat agama, itu hanya dapat terlaksana dengan akhlak
yang baik.
Terutama dalam ajaran Agama Islam, Agama Islam merupakan suatu agama
yang santun karena dalam islam menjunjung tinggi pentingnya etika moral dan akhlak.
Moral yang sempurna itu , jika dapat memahami agama islam tersebut. Sedangkan
akhlak merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, karena mencakup
segala tingkah laku, tabiat, dan karakter manusia yang baik maupun yang buruk
dalam hubungannya dengan Sang Khaliq atau sesama makhluk. Tanpa adanya moral
dan akhlak mulia manusia tidak dapat hidup dengan damai.
Pada makalah ini, akan dibahas mengenai agama sebagai sumber moral dan
akhlak mulia dalam kehidupan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian agama?
2. Apa pengertian moral dan akhlak?
3. Apa pengertian agama sebagai sumber moral ?
4. Bagaimana akhlak mulia dalam kehidupan ?

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Agama


Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya. Agama sudah menjadi bahasa Indonesia, secara etimologi berasal dari
bahasa Sanksekerta terdiri dari kata a artinya tidak, gama artinya kacau, agama berarti
tidak kacau. Sebagian lain mengatakan a adalah cara, gama adalah jalan, agama
berarti cara jalan, maksudnya cara berjalan untuk menempuh keridhaan Tuhan.
Dalam bahasa inggris agama disebut religion, berasal dari bahasa latin leregele
artinya mengumpulkan, membaca. Religion mengandung pengertian kumpulan cara-
cara peribadatan yang terdapat dalam kitab suci yang harus dibaca.

Dalam bahasa arab agama adalah dien yang secara etimologis memiliki arti
balasan atau pahala, ketentuan, kekuasaan, pengaturan, perhitungan, taat, patuh dan
kebiasaan. Agama memang membawa peraturan, hukum yang harus dipatuhi,
menguasai dan menuntut untuk patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajarannya,
membawa kewajiban yang jika tidak dilaksanakan akan menjadi hutang yang akan
membawa balasan baik kepada yang taat memberi balasan buruk kepada yang tidak
taat. Secara terminologis, Hasby as-siddiqi mendefinisikan agama sebagai dustur
(undang-undang) ilahi yang didatangkan Allah untuk menjadi pedoman hidup dan
kehidupan manusia didunia untuk mencapai kerajaan dunia dan kesejahteraan akhirat.
Agama adalah peraturan Tuhan yang diberikan kepada manusia yang berisi sistem
kepercayaan, sistem penyembahan dan sistem kehidupan manusia untuk mencapai
kebahagiaan didunia dan diakhirat.
Menurut endang saefudin anshari (1990)1 Agama meliputi sistem kredo
kepercayaan atas adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia, sistem ritus tatacara
peribadatan manusia kepada yang mutlak dan sistem norma atau tata kaidah yang
mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam
lainnya sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan tersebut.

2.2. Pengertian Moral dan Akhlak


Kata moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti kebiasaan (Daud
Ali,2005:353). Moral juga berarti ajaran tentang baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban (Kamus Besar, l990: 592). Dengan
pengertian semacam ini moral berfungsi sebagai standart ukuran suatu perbuatan itu
baik atau buruk menurut adat istiadat atau pandangan umum suatu masyarakat, jadi

5
bersifat lokal. Sesuatu dikatakan baik menurut adat istiadat di Minangkabau Sumatera
belum tentu baik menurut adat istiadat di jawa Tengah. Setiap kelompok masyarakat
yang mendiami suatu wilayah memiliki adat istiadat sendiri-sendiri, dengan demikian
juga memiliki standart moral sendiri-sendiri pula.(Asmaran,l994:4). Moral memang
bersifat lokal.

Berdekatan dengan term moral dalam Islam dikenal istilah akhlaq (dalam ejaan
bahasa Indonesia menjadi akhlak). Akhlak menjadi salah satu kerangka dasar Islam di
samping aqidah dan syariah (Daud Ali, 2005:l33). Dengan demikian akhlak
menempati posisi penting di dalam Islam. Nabi Muhammad mengaku:
) (
Artinya: Aku di utus hanyalah untuk menyempurnakan kemulyaan akhlak : al-Hadis

Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq dan berarti tingkah
laku, perangai, dan tabiat (Djatnika,1987:25). Secara etimologis akhlak berarti
kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan secara spontan tanpa dipikirkan terlebih
dulu (Ibnu Maskawaih, l329 H: l5). Dengan demikian akhlak berarti kualitas pribadi
yang telah melekat pada jiwa. Apabila dorongan itu menurut akal maupun agama
dikatakan baik, maka akhlaknya dikatakan baik pula. Ia disebut orang yang memiliki
akhlakularimah. Sebaliknya, jika dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan buruk,
maka perbuatan itu disebut ber-akhlaq al-mazmumah (Mustofa, ed.,2006:256). Dalam
bahasa jawa, akhlak berarti budipekerti.Orang yang selalu berbuat baik disebut
berbudi bowo leksono (orang yang berbudi luhur), dan orang yang selalu berbuat jelek
disebut berbudhi candholo (orang yang budi pekertinya jelek).
Baik buruk akhlak didasarkan pada sumber nilai (Ibrahim, l979:124), dalam
hal ini akhlak identik dengan filsafat tingkah laku. Hanya saja sumber nilai akhlak
didasarkan pada Alquran dan Hadis Nabi Muhammad. Di sinilah letak perbedaan
antara moral dengan akhlak. Pertimbangan baik buruk dalam akhlak didasarkan pada
wahyu, sementara moral didasarkan pada kesepakatan bersama yang bersifat lokal.

2.3. Agama Sebagai Sumber Moral


Al-Quran dan As-Sunnah adalah sumber petunjuk bagi manusia, dan ini sesuai
dengan apa yang disebut dalam Ayat-ayat Al-Quran berikut :
Artinya : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil). (QS. Al Baqarah : l85 ).
Artinya : Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan
Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan

6
memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai Balasan
(siksa) . ( QS. Ali Imran : 4).
atau para hambanya yang takwa kepada-Nya atau muttaqin. Dalam hal ini Allah
berfirman yang artinya :
Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa . ( QS. Al Baqarah : l - 2 ).
Salah satu bagian dari kehidupan adalah moral. Dengan demikian perbuatan
manusia itu ketika dinilai baik atau buruk, sumber penilaian itu haruslah dari Alquran
dan Assunnah. Artinya Alquran dan Assunnah menjadi sumber nilai perbuatan
manusia. Pengertian sumber nilai tidak hanya suatu perbuatan itu dinilai baik atau
buruk, melainkan juga menjadi acuan untuk berbuat sesuai dengan yang dikatakan
baik oleh Alquran dan assunnah, dan berdiam diri tidak melakukan sesuatu karena
Alquran dan Assunnah mengatakannya tidak baik.
Orang tidak boleh mabuk-mabukan dan berjudi karena keduanya adalah
perbuatan setan yang berarti buruk. Seperti pada firman Allah yang Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan .
( QS. Al Maidah : 90 ).
Orang disuruh hanya memakan makanan yang halalan thayyiban karena itu adalah
baik. Seperti pada firman Allah yang Artinya :
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh yang nyata bagimu . (QS. Al Baqarah : l68).
Di Dalam Alquran sedemikian banyak, bahkan tak terhitung apa saja yang
dikatakan baik dan apa saja yang dikatakan buruk. Perbedaan baik dan buruk, halal
dan haram, hak dan batal dijelaskan kriterianya masing-masing oleh Alquran. Itulah
sebabnya Salah satu dari nama Alquran - di samping nama-nama yang lain - adalah al-
furqan.
Salah satu kriteria sesuatu dikatakan tidak baik karena akan berakibat dosa dan
tempat kembalinya ke neraka, sedangkan yang baik akan mendapatkan pahala dan
tempat kembalinya adalah surga dan ampunan Allah. Contohnya adalah seorang
muslim kawin dengan wanita musyrik atau seorang muslimah kawin dengan laki-laki
musyrik , baik laki-laki maupun wanita musyrik, keduanya mengajak ke neraka. Jika
seorang muslim hanya kawin dengan wanita muslimah, perkawinan itu diajak oleh
Allah kepada ampunan-Nya dan surga. Demikian firman Allah:
Artinya : dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik
(dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang
mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka
mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.
dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia
supaya mereka mengambil pelajaran. ( QS. Al Baqarah : 221 ).

7
Karena Alquran dan Assunnah sebagai sumber akhlak, setiap muslim untuk
bisa berakhlakulkarimah, pertama-tama harus mengetahui setiap yang dikatakan baik
dan buruk oleh Alquran maupun Assunnah. Alquran terdiri atas 30 juz (bagian). Setiap
juz terdiri ata 9 lembar. Setiap lembar terdiri atas 2 halaman. Setiap halaman terdiri
atas sejumlah ayat. Setiap ayat terdiri atas satu hingga sejumlah informasi atau
petunjuk. Melalui kegiatan pemahaman atau tafsir dapat diketahui maknanya
mengandung kualitas baik atau buruk, dosa atau pahala, manfaat atau madarat, hak
atau batal, surga atau neraka sebagai balasan pelaku kandungan makna tersebut.
sementra itu Assunnah lebih banyak lagi.
Naskah kitab-kitab hadis lebih tebal daripada Alquran. Shahih al-Bukhari
terdiri atas 99 kitab (dalam arti bab), Shahih Muslim terdiri atas 54 bab, Sunan Abu
Dawud terdiri atas 40 bab, Suinan at-Turmuzi terdiri atas 47 bab, Sunan Nasai terdiri
atas 51 bab, Sunan Ibnu Majah terdiri atas 38 bab, Sunan ad-Darimi terdiri atas 24
bab, Muwatta Malik terdiri 56 bab (Syuhudi Ismail, l99l:85-94).2 Setiap bab terdiri
atas sejumlah (secara umum banyak) sub bab. Setiap sub bab terdiri atas sejumlah
hadis. Setiap hadis terdiri atas sejumlah informasi atau petunjuk. Selain yang telah
disebutkan ini masih ada kitab-kitab hadis lain yang bersifat induk seperti Musnad
Imam Ahmad bin Hanbal. Kitab ini terdiri atas 6 jilid tebal, yang secara keseluruhan
mengandung l0.000 hadis. 9000 hadis lebih dalam kitab ini termasuk hadfis sahih
yang dapat dijadikan sebagai sumber hukum atau pedoman dalam beragama.
Ketidaktahuan apa yang dikatakan baik atau buruk oleh Alquran maupun
Assunnah menyebabkan ketidaktahuan pula perbuatan (perasaan, pikiran, keyakinan,
maupun perbuatan fisik) yang dilakukan itu baik atau buruk, masuk kategori akhlaqul
karimah atau akhaqul mazmuihah. Persoalannya adalah, seberapa banyak yang sudah
diketahui yang termasuk baik dan yang termasuk buruk menurut Alquran dan
Assunnah, dan seberapa banyak pula yang diketahui baik telah menjadi tabiat seorang
muslim. Dari sinilah setiap muslim telah dapat diukur atau mengukur dirinya sendiri
telah termasuk ber-akhlaqul karimah atau belum, masih jauh dari kriteria itu atau telah
mendekatinya, secara umum termasuk orang yang ber-akhlaqul karimah atau
termasuk orang yang ber-akhlaqul mazmuhah. Di sinilah sekali lagi arti penting
pengakuan Nabi :
-
Artinya: (Aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemulyaan akhlak- al-Hadis).
Langkah selanjutnya menyatakan komitmen atas dasar keyakinan
keharusan untuk menjadi orang baik, orang bermanfaat, orang yang ber-akhlaqul
karimah. Aku harus berbuat baik, Aku berhenti menjadi orang jahad, Aku harus
bermanfaat bagi orang lain, Aku tidak pernah akan merugikan orang lain. Supaya
komitmen itu memiliki energi sehingga mampu melahirkan perbuatan konkrit, maka
harus didasari argumentasi rasional atau bukti bahwa orang yang tidak baik, orang

8
jahad, orang yang ber-akhlaqul mazmumah ternyata merugikan orang lain, bahkan
juga merugikan dirinya sendiri.
2.4. Akhlak Mulia Dalam Kehidupan
Akhlak merupakan garis pemisah antara yang berakhlak dengan orang yang
tidak berakhlak. Akhlak juga merupakan roh Islam yang mana agama tanpa akhlak
samalah seperti jasad yang tidak bernyawa, karena salah satu misi yang dibawa oleh
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ialah membina kembali akhlak manusia yang
telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu mulai pada jaman penyembahan
berhala oleh pengikutnya yang telah menyeleweng.
Hal ini juga berlaku pada zaman jahilliyyah dimana akhlak manusia telah
runtuh,perangai umat yang terdahulu dengan tradisi meminum arak, membuang anak,
membunuh, melakukan kezaliman sesuka hati, menindas, suka menjolimi kaum yang
rendah martabatnya dan sebagainya. Dengan itu mereka sebenarnya tidak berakhlak
dan tidak ada bedanya dengan manusia yang tidak beragama.
Akhlak juga merupakan nilai yang menjamin keselamatan kita dari siksa api
neraka. Islam menganggap mereka yang tidak berakhlak tempatnya di dalam neraka.
Umpamanya seseorang itu melakukan maksiat, durhaka kepada kedua orang tuanya,
melakukan kezhaliman dan sebagainya, sudah pasti Allah akan menolak mereka untuk
dijadikan ahli syurga.
Selain itu, akhlak juga merupakan ciri-ciri kelebihan di antara manusia karena
akhlak merupakan lambang kesempurnaan iman, ketinggian taqwa dan kealiman
seseorang manusia yang berakal. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda yang
bermaksud : Orang yang sempurna imannya ialah mereka yang paling baik
akhlaknya. Kekalnya suatu ummah juga karena kokohnya akhlak dan begitulah juga
runtuhnya suatu ummah itukarena lemahnya akhlaknya. Hakikat kenyataan di atas
dijelaskan dalam kisah-kisah sejarah dan tamadun manusia melalui al-Quran seperti
kisah kaum Lut, Samud, kaum nabi Ibrahim, Bani Israel dan lain-lain. Ummah yang
berakhlak tinggi dan sentiasa berada di bawah keridhoan dan perlindungan Allah ialah
ummah yang seperti pada zaman Rasulullah saw.
Tidak adanya akhlak yang baik pada diri individu atau masyarakat akan
menyebabkan manusia krisis akan nilai diri, keruntuhan rumah tangga, yang tentunya
hal seperti ini dapat membawa kehancuran dari suatu negara. Presiden Perancis ketika
memerintah Perancis dulu pernah berkata : Kekalahan Perancis di tangan tantara
Jerman disebabkan karena tentaranya runtuh moral dan akhlak Pencerminan diri
seseorang juga sering digambarkan melalui tingkah laku atau akhlak yang
ditunjukkan.
Malahan, akhlak merupakan perhiasan diri bagi seseorang karena orang yang
berakhlak jika dibandingkan dengan orang yang tidak berakhlak tentu sangat jauh
perbedaannya. Akhlak tidak dapat dibeli atau dinilai dengan suatu mata uang apapun,
akhlak merupakan wujud di dalam diri seseorang yang merupakan hasil didikan dari
kedua orang tua serta pengaruh dari masyarakat sekeliling mereka. Jika sejak kecil kita
kenalkan,didik serta diarahkan pada akhlak yang mulia, maka secara tidak langsung
akan mempengaruhi tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari hingga seterusnya.
Pada lingkungan masyarakat yang tak beragama, orang cenderung melakukan
beragam tindakan yang tak bermoral. Perbuatan buruk seperti penyogokkan, perjudian,
iri hati atau berbohong merupakan hal yang biasa. Hal demikian tidak terjadi pada
orang yang taat kepada agama. Mereka tidak akan melakukan semua perbuatan buruk
tadi karena mengetahui bahwa ia harus mempertanggungjawabkan semua tindakannya
di akhirat kelak.

9
Sukar dipercaya jika ada orang mengatakan, Saya ateis namun tidak menerima
sogokan, atau Saya ateis namun tidak berjudi. Mengapa? Karena orang yang tidak
takut kepada Allah dan tidak mempercayai adanya pertanggungjawaban di akhirat,
akan melakukan salah satu hal di atas jika situasi yang dihadapinya berubah.
Baik secara umum atau global maupun detail atau rinci, dalam semua bidang
kehidupan Islam menghendaki harus baik. Untuk diktum yang pertama Allah
berfirman yang artinya :
Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya
Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). ( QS.
Hud : 61 ).
Kebaikan yang diajarkan Islam tidak hanya terbatas didunia, melainkan mencakup
kehidupan akhirat. Tuntunan doa untuk ini sebagaimana firman Allah yang artinya :
dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka ". (
QS. Al Baqarah : 20l ).
Untuk diktum yang kedua, Allah berfirman yang artinya :
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Az-Zalzalah: 78)
Di antara dua kutub moralitas global dan detail manusia diberi kebebasan
untuk mengapresiasi diri, berlomba, berangan-angan, bercita-cita, bertutur kata, dan
berbuat yang baik. Allah berfirman yang artinya :
dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia
kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka
akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka.
Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek . ( QS. Al
Kahfi : 29 ).
Artinya : Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. ( QS. Al Baqarah :
l48 )
Semakin seseorang berpacu ke arah kebaikan dan dapat mengaktualisasikannya ke
dalam kehidupan praktis, ia akan memperoleh predikat muhsinin. Allah berfirman
yang artinya :
......dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik . ( QS. Al Baqarah : l95 ).
Orang-orang seperti ini akan dimulyakan Allah. Yang paling mulya
kedudukannnya di antara para muhsinin adalah yang paling takwa diantara mereka.
Allah berfirman yang artinya :
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu . ( QS. Al Hujarat : l3 ).
yaitu tipologi orang yang dalam hidup dan kehidupannya senantiasa berusaha
berbuat baik, berlomba dalam kebaikan, sekuat tenaga menghindari kejahatan (fahsya

10
wal munkar), dia itulah orang yang ber-akhlaqul karimah.Di dalam literatur klasik
Islam, orang semacam ini disebut insan kamil (manusia sempurna)
Ada jalan khusus untuk menjadi orang yang memiliki akhlaqul karimah atau
insan kamil, sebagaimana yang ditempuh oleh kaum sufi (kaum yang senantiasa
mengupayakan kesucian jiwa untuk secara ruhani mendekat kepada Allah). Jalan itu
disebut maqamat atau tingkatan dalam tangga. Secara kronologis, tingkatan tangga
menurut Mohammad Iqbal meliputi:
1. keberanian dan menghindari rasa takut
2. toleransi dan menghindari sukuisme berlebihan
3. kasbi halal dan tidak meminta-minta
4. kerja kreatif dan orisinal
5. cinta dan menjauhi sikap memperbudak.

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
1. Bahwa pada hakekatnya agama terutama islam merupakan sumber moral utama
dalam kehidupan bermasyarakat karena di dalam agama di ajarkan mana akhlak
yang baik dan mana akhlak yang buruk dan apa yang dilarang dan apa yang
diperbolehkan.

11
2. Dalam pembangunan suatu peradaban pembangunan moral sangatlah mutlak karena
suatu pembangunan tanpa moral yang kuat akan hanya membawa pembangunan itu
kepada suatu kehancuran.
3. Manusia harus memiliki moral dan akhlak yang baik karena tanpa moral dan akhlak
yang baik manusia itu akan hancur dan hanya menjadi pengikut dari paham-paham
yang menyimpang di dunia ini.
4. Dalam agama islam ajaran tentang moral dan akhlak telah menjadi inti dari
penyebaran agama islam.

DAFTAR PUSTAKA

Endang Saefudin Anshari. (1980). Kuliah Al-islam. Bandung: Pustaka salman ITB
(1980). Agama dan Kebudayaan. Surabaya: Bina Ilmu.
Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo, 2005
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , Kamus Besar
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, l990

Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo, 2005

12
Djatnika, Rahmat, Sistem Ethika Islam, Surabaya: Pustaka Islam, l987.
Ibnu Maskawaih, Tahzib al-Akhlaq wa Tathir al-Auraq, Mesir: al-Husainiyyah, l329 H.

Ismail, M.Syuhudi, Cara Praktis Mencari Hadis, Jakarta:Bulan Bintang, l99l.

Iqbal, Mohammad, Asrar-i Khudi (trans.) R.A. Nicholson: The Secrets of the Self , London:
Mohammad Ashraf, l950.

13

Você também pode gostar