Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang di berikan oleh guru
kami.
Dalam pembuatan tugas ini,kami sudah berusaha semaksimal mungkin dalam
menyelesaikannya.kami berterimakasih kepada Ibu Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam yang telah memberikan saya tugas ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan tugas yang kami buat ini yang
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami memohon maaf apabila ada kekurangan
ataupun kesalahan. Kritik dan saran sangat diharapkan agar tugas ini menjadi lebih baik serta
berdaya guna dimasa yang akan datang.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
B.Perumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
BAB II ISI
A.Awal masuknya ajaran islam di Nusantara
B. Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara
C. Proses penyebaran Islam di Nusantara
D. Penyebaran Menurut Wilayah
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme,
dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa
wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan
Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa
Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-
wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-
prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan
dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan
membacadua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.
2. Kerajaan Malaka
Pendiri Kerajaan Malaka adalah Iskandar Syah. Kerajaan ini letaknya berhadapan
dengan Selat Malaka sehingga sangat strategis karena letaknya tersebut, kerajaan ini sering
kali menjadi tempat persinggahan para pedagang Islam yang berasal dari berbagai negara.
Selain Iskandar Syah, terdapat beberapa raja yang sempat memimpin Kerajaan Malaka, di
antaranya sebagai berikut.
3. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh
Raden Patah (1478). Raden Patah adalah putra Raja Majapahit Brawijaya, dengan ibu
keturunan Champa (perbatasan dengan Kamboja dan Vietnam). Kebudayaan masyarakat
Demak bercorak Islam yang terlihat dari banyaknya masjid, makam-makam, kitab suci Al-
Quran, ukir-ukiran berlanggam (bercorak) Islam, dan sebagainya. Sampai-sampai sekarang
Demak dikenal sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Islam di Jawa Tengah.
Bahkan, dalam sejarah Indonesia, Demak dikenal sebagai pusat daerah budaya Islam di Pulau
Jawa.
4. Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam berdiri berkat perjuangan dari Ki Ageng Pemanahan yang
meninggal pada 1575. Setelah meninggal, digantikan oleh anaknya Sutawijaya (Senopati Ing
Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah). Pada masanya, Kerajaan Mataram terus
berkembang dan menjadi kerajaan terbesar di Jawa. Wilayahnya berkembang seputar Jawa
Tengah, Jawa Timur, Cirebon, dan sebagian Priangan.
Setelah meninggal pada tahun 1601, Sutawijaya digantikan oleh Mas Jolang atau
Panembahan Seda Ing Krapyak (1601-1613). Selanjutnya, diteruskan oleh anak Mas Jolang
yaitu Raden Mas Martapura karena sering sakit-sakitan, Raden Mas Martapura digantikan
oleh anak Mas Jolang yang lain, yaitu Raden Mas Rangsang yang dikenal dengan nama
Sultan Agung (1613-1645). Pada masa Sultan Agung inilah Mataram mengalami puncak
kejayaan.
Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Mataram terpecah belah sehingga
berubah menjadi kerajaan kecil. Perpecahan disebabkan adanya gejolak politik di daerah-
daerah kekuasaan Mataram dan peran serta VOC dan penguasa Belanda yang menginginkan
menguasai tanah Jawa.
Dalam Perjanjian Giyanti (1755) disebutkan bahwa wilayah Mataram dibagi menjadi
dua wilayah kerajaan sebagai berikut.
a. Daerah Kesultanan Yogyakarta yang disebut Ngayogyakarta Hadiningrat dengan
Mangkubumi sebagai rajanya dan bergelar Hamengkubuwono.
b. Daerah Kasuhunan Surakarta yang diperintah oleh Pakubuwono.
Akibat Perjanjian Salatiga peranan Belanda dalam pemerintahan Mataram semakin
jauh sehingga pada 1913 Mataram akhirnya terpecah menjadi empat keluarga raja yang
masing-masing memiliki kekuasaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta,
Pakualaman dan Mangkunegaran.
5. Kerajaan Cirebon
Kerajaan ini lahir pada abad ke-16. Pada abad tersebut, daerah Cirebon berkembang
menjadi pelabuhan ramai dan menjadi pusat perdagangan di pantai utara Jawa Barat.
Majunya kegiatan perdagangan juga mendorong proses islamisasi semakin berkembang
sehingga Sunan Gunung Jati membentuk kerajaan Islam Cirebon. Dengan terbentuknya
kerajaan Islam Cirebon, maka Cirebon menjadi pusat perdagangan dan pusat penyebaran
Islam di Jawa Barat.
6. Kerajaan Banten
Pendiri Kerajaan Banten adalah Sunan Gunung Jati dan raja pertamanya adalah
Hasanuddin yang merupakan anak dari Sunan Gunung Jati. Semula wilayah ini termasuk
bagian dari Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Banten memiliki hubungan dengan kerajaan
Demak. Hasanuddin menikah dengan putri Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang
anak, yaitu Maulana Yusuf dan Pangeran Jepara.
Dalam perkembangan selanjutnya, Maulana Yusuf (1570) menggantikan ayahnya
untuk menjadi raja Kerajaan Banten yang kedua sampai dengan tahun 1580. Setelah itu,
dilanjutkan oleh anak Maulana Yusuf (1580-1605), kemudian Abdul Mufakhir, Abu Mali
Ahmad Rahmatullah (1640-1651) dan Abu Fatah Abdulfatah yang lebih dikenal dengan
Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1582). Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa inilah Kerajaan
Banten mengalami puncak kejayaan.
7. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh muncul setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis. Masa kejayaan
Kerajaan Aceh tercapai dalam pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Seni sastranya dalam
kebudayaan masyarakat Aceh dipengaruhi oleh budaya agama Islam. Rakyat Aceh terutama
kaum ulamanya gemar menulis buku kesusastraan. Misalnya, Nuruddin ar-Raniri menulis
buku Bustanus Salatin dan Hamzah Fansuri menulis Syair Perahu, Syair Burung Pingai, dan
Asrar al Arifin. Selain itu, hasil-hasil kebudayaan masyarakat Aceh dipengaruhi oleh
lingkungan alamnya, yaitu sungai dan lautan.Rakyat Aceh pandai membuat perahu dan
kapal-kapal layar. Dengan demikian, tampaklah bahwa masyarakat kerajaan Aceh
dipengaruhi oleh budaya Islam
8. Kerajaan Gowa-Tallo
Hasil kebudayaan masyarakat Makasar dipengaruhi oleh lingkungannya yang
dikelilingi lautan. Hasil budaya rakyat Makasar yang paling terkenal adalah perahu bercadik,
yang disebut Korakora. Ciri pertahanan dari kerajaan Makasar adalah adanya benteng-
benteng pertahanan. Sampai sekarang di Makasar masih terdapat benteng-benteng
pertahanan, yaitu benteng Sombaopu dan View Rotterdam. Jadi, aspek kehidupan budaya
rakyat Makkasar lebih bersifat aqraris dan bahari.
9. Kerajaan Ternate dan Tidore
Pengaruh agama dan budaya Islam di Maluku (Ternate dan Tidore) belum meluas ke
seluruh daerah. Sebabnya, masih banyak 89 rakyat Maluku yang mempertahankan
kepercayaan nenek moyangnya. Hal tersebut terbukti dari bekas peninggalan-
peninggalannya, yakni masjid, buku-buku tentang Islam, makam-makam yang berpolakan
Islam yang ada di Maluku tidak begitu banyak jumlah- nya. Dengan kata lain hasil-hasil
kebudayaan rakyat Maluku merupakan campuran antara budaya Islam dan pra islam
Proses penyebaran Islam di Indonesia berjalan secara damai. Hal ini terjadi karena
penyebaran Islam di Nusantara dilaksanakan melalui penyesuaian diri dengan adat istiadat
pendidika tanpa paksaan dan kekerasan. Itulah penyebab utama agama Islam mudah diterima
oleh masyarakat Indonesia. Faktor lainnya adalah karena agama Islam mengajarkan
persamaan derajat dan martabat manusia, tidak membeda-bedakan baik jenis kelamin
maupun kedudukan. Uka Tjandra Sasmita, menyatakan bahwa proses masuknya Islam di
Indonesia dilakukan melalui beberapa cara sebagai berikut:
1. PERDAGANGAN
Perdagangan merupakan proses pertama Islamisasi di Indonesia. Pada Abad ke-7 M,
bangsa Indonesia kedatangan para pedagang dari Arab, Persia dan India. Mereka telah
mengambil bagian dari kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal itu, mengakibatkan adanya
jalinan hubungan dagang antara pedagang Indonesia dengan pedagang Islam yang datang
dari Arab, Persia dan India.
Kegiatan berdagang dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Selama melakukan kegiatan
dagang, para pedagang Muslim juga melakukan kegiatan dakwah. Dakwah ini sangat efektif,
karena dakwah itu kemudian diteruskan oleh pedagang Indonesia yang telah masuk Islam,
ketika mereka berdagang ke tempat lain. Sasmita menyatakan banyak di antara para
pedagang Islam yang kemudian tinggal menetap di daerah pesisir di pulau Jawa dan
Sumatera.
2. PERKAWINAN
Pedagang pada saat itu merupakan orang yang dihormati dan memiliki kedudukan
yang tinggi di tengah masyarakat. Kondisi ini mengakibatkan penduduk pribumi
menginginkan untuk menikahkan putri-putrinya dengan para pedagang tersebut, dengan
terlebih dahulu mereka diislamkan. Cara ini merupakan langkah efektif, karena dengan
pernikahan ini akan terlahir seorang anak yang muslim juga. Harapan lainnya, dengan
pernikahan akan terbentuk masyarakat sehingga suatu saat dapat terbentuk kerajaan dan
pemerintahan Islam.
Contoh peristiwa pernikahan antara pedagang Islam dengan penduduk pribumi adalah
perkawinan Raden Rakhmat atau Sunan Ampel dengan Nya Manila, perkawinan Sunan
Gunung Djati dengan putri Kawungaten, perkawinan antara Raja Brawijaya dengan putri
Jeumpa yang bergama Islam yang kemudian berputra Raden Patah yang menjadi Raja
Demak.
3. POLITIK
4. PENDIDIKAN
Islamisasi jalur pendidikan dilakukan melalui pendidikan pesantren oleh para guru
agama, kiyai dan ulama. Bahkan banyak diantara para santri itu yang mendirikan dan
memiliki pondok pesantren sendiri.
5. TASAWUF
Para sufi mengajarkan tasawuf yang diramu dengan ajaran yang suda h dikenal oleh
masyarakat Indonesia. Seorang sufi biasa dikenal dengan gaya hidup yang penuh
kesederhanaan. Seorang sufi biasa menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama
di tengah-tengah masyarakat. Para sufi terbiasa membantu masyarakat, diantara mereka ada
yang ahli dalam menyembuhkan penyakit. Selain itu juga aktif menyiarkan dan mengajarkan
ajaran Islam. Diantara para sufi itu yang melakukan islamisasi dengan pendekatan tasawuf
adalah Hamzah Fansuri dari Aceh dan Ki Ageng Pengging di Jawa.
6. KESENIAN
Islamisasi jalur kesenian yang paling terkenal adalah dengan cara mengadakan
pertunjukan seni gamelan dan wayang. Cara ini banyak ditemukan di kawasan Yogyakarta,
Solo, Cirebon. Seni wayang, adalah kesenian yang memiliki banyak penggemar pada saat itu.
Dengan mengemas cerita wayang, para ulama menyisipkan ajaran Islam ke dalamnya
sehingga masyarakat dapat dengan mudah menangkap dan memahami ajaran Islam. Contoh
pertunjukan wayang yang dilaskanakan oleh Sunan Kalijaga, dimana dalam pertunjukannya
masyarakat dapat menonton dengan karcis membaca dua kalimat syahadat.
Kesenian lainnya yang juga berkembang dan menjadi jalur dalam penyebaran Islam adalah
seni bangunan, seni rupa (kaligrafi), seni tarik suara, permainan anak-anak.
Selain beberapa cara di atas, ada beberapa faktor yang menjadi sebab kenapa Islam mudah
berkembang di tanah air, yaitu:
Agama Islam bersifat terbuka sehingga penyiaran dan pengajaran agama Islam dapat
dilakukan oleh setiap orang Islam;
Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara damai;
Islam tidak mengenal diskriminasi dan tidak membedakan kedudukan seseorang dalam
masyarakat;
Perayaan-perayaan dalam agama Islam dilakukan dengan sederhana;
Dalam Islam dikenal adanya kewajiban bagi orang yang mampu untuk mengeluarkan
zakat. Zakat ini bertujuan untuk menciptakan kesetaraan dan kepedulian hidup di
masyarakat
1. Malaka
Didirikan sekitar awal abad ke-15 , negara perdagangan Melayu Kesultanan Malaka
(sekarang bagian Malaysia) didirikan oleh Sultan Parameswara, adalah, sebagai pusat
perdagangan paling penting di kepulauan Asia Tenggara, pusat kedatangan Muslim asing,
dan dengan demikian muncul sebagai pendukung penyebaran Islam di Nusantara.
Parameswara sendiiri diketahui telah dikonversi ke Islam, dan mengambil nama Iskandar
Shah setelah kedatangan Laksamana Cheng Ho yang merupakan Suku Hui muslim dari
negeri China. Di Malaka dan di tempat lain batu-batu nisan bertahan dan menunjukkan tidak
hanya penyebaran Islam di kepulauan Melayu, tetapi juga sebagai agama dari sejumlah
budaya dan penguasa mereka pada akhir abad ke-15.
2. Sumatera Utara
Bukti yang lebih kuat mendokumentasikan transisi budaya yang berlanjut berasal dari dua
batu nisan akhir abad ke-14 dari Minye Tujoh di Sumatera Utara, masing-masing dengan
tulisan Islam tetapi dengan jenis karakter India dan lainnya Arab. Berasal dari abad ke-14,
batu nisan di Brunei, Trengganu (timur laut Malaysia) dan Jawa Timur adalah bukti
penyebaran Islam. Batu Trengganu memiliki dominasi bahasa Sansekerta atas kata-kata Arab,
menunjukkan representasi pengenalan hukum Islam. Menurut Ying-yai Sheng-lan: survei
umum pantai samudra (1433) yang ditulis oleh Ma Huan, pencatat sejarah dan penerjemah
Cheng Ho: "negara-negara utama di bagian utara Sumatra sudah merupakan Kesultanan
Islam. Pada tahun 1414, ia (Cheng Ho) mengunjungi Kesultanan Malaka, penguasanya
Iskandar Shah adalah Muslim dan juga warganya, dan mereka percaya dengan sangat taat".
4. Jawa Barat
Suma Oriental ("Dunia Timur") yang ditulis Tome Pires melaporkan juga bahwa Suku
Sunda di Jawa Barat bukanlah Muslim di zamannya, dan memang memusuhi Islam.[1]
Sebuah penaklukan oleh Muslim di daerah ini terjadi pada abad ke-16. Dalam studinya
tentang Kesultanan Banten, Martin van Bruinessen berfokus pada hubungan antara
mistik dan keluarga kerajaan, mengkontraskan bahwa proses Islamisasi dengan yang
yang berlaku di tempat lain di Pulau Jawa: "Dalam kasus Banten, sumber-sumber
pribumi mengasosiasikan "tarekat" tidak dengan perdagangan dan pedagang, tetapi
dengan raja, kekuatan magis dan legitimasi politik."[10] Ia menyajikan bukti bahwa
Sunan Gunungjati diinisiasi ke dalam aliran "Kubra", "Shattari", dan
"Naqsyabandiyah" dari sufisme.
5. Daerah lain
Tidak ada bukti dari penerapan Islam oleh orang Nusantara sebelum abad ke-16 di daerah
luar Pulau Jawa, Pulau Sumatera, Kesultanan Ternate dan Tidore di Maluku, dan
Kesultanan Brunei dan Semenanjung Melayu.
BAB III
KESIMPULAN
Islam masuk ke nusantara sekitar abad ke 7 masehi dan sebelum islam masuk di
nusantara , sudah banyak agama dan kepercayaan yang berkembang seperti animisme,
dinamisma,hindu, budha. Islam masuk di nusantara melalui berbagai macam cara yaitu
melalui perdagangan, kurtural, pendidikan, kekuasaan politik.
Setelah islam masuk di nusantara, islam langsung berkembang dengan sangat pesat
dan semakin banyak orang yang masuk islam karena cara penyebaran islam sangat
bagus dan tanpa paksaan. Karena semakin banyak orang yang memeluk agama islam
sehingga hal ini menyebabkan mulai banyak kerajaan kerajaan islam yeng berdiri di
nusantara. Kerajaan yang pertama berdiri di nusantara adalah samudera pasai, dan
setelah itu makin banyak kerajaan kerajaan yang berdiri seperti Demak, Cirebon,
Ternate, Tidore, Aceh, Perlak, Banten, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Umar. (2012). Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara. [ONLINE]. Tersedia di:
http://umarohsiti80.blogspot.com/2012/12/sejarah-perkembangan-islam-di-
nusantara.html (03 Oktober 2013)
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
XII.MIA 4
Karmila Nurhaedah
Mardatillah Nuryana Suhasni.S
Megawati Rahmawati
Nur Annisa Safitri