Você está na página 1de 77

BUKU AJAR

METODOLOGI
PENELITIAN FISIKA

Dikembangkan sebagai Pendukung Penelitian Disertasi:


Pengembangan Model Perkuliahan Metodologi Penelitian Fisika
untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis
Mahasiswa Calon Guru Fisika

Oleh: Fenno Farcis


Promotor/Kopromotor: Dr. Wahono Widodo, M.Si
Prof. Dr. Suyatno, M.Si

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan, rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa Atas
kasih karunia-Nya Buku Ajar ini dapat terselesaikan. Buku Ajar Metodologi Penelitian
Fisika ini adalah bahan ajar mata kuliah Metodologi Penelitian Fisika pada Program Studi
Pendidikan Fisika.
Penyajian buku ajar dengan judul di atas diperuntukkan bagi mahasiswa yang
menempuh mata kuliah metodologi penelitian Fisika. Buku ajar ini merupakan panduan
dalam mengikuti pembelajaran di setiap tatap muka perkuliahan. Buku ajar ini disusun dari
berbagai sumber. Melalui buku ajar ini diharapkan mahasiswa dan setiap pembaca da-
pat meningkatkan kemampuan dalam berpikir kritis melalui kegiatan analisis berbagai jur-
nal Fisika dan Pendidikan Fisika.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyusun buku ajar ini.
Akhir kata, kami menyadari dengan kerendahan hati bahwa penulisan buku ajar ini belum
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan kami terima dan pertimbangkan dengan
hati terbuka. Semoga buku ajar ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam
memajukan dunia pendidikan di Indonesia.

Surabaya, Agustus 2016


Peneliti

2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL . i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI .. ii
BAB 1. JENIS-JENIS PENELITIAN ..... 4
BAB 2. PERUMUSAN MASALAH . 23
BAB 3. VARIABEL DAN HIPOTESIS . 35
BAB 4. DESAIN PENELITIAN .. 51
BAB 5. INSTRUMEN DAN SAMPEL PENELITIAN 60
BAB 6. ANALISIS DATA PENELITIAN . 70
DAFTAR PUSTAKA .. 77

3
BAB 1
JENIS
JENIS--JENIS PENELITIAN

Capaian Pembelajaran

1. Memiliki sikap disposisi berpikir kritis: mengungkapkan dengan jelas tentang makna tujuan
dari apa yang dikatakan, yang ditulis atau bahkan yang dikomunikasikan; menentukan dan
tetap fokus pada kesimpulan atau pertanyaan; mencari dan memberikan alasan; beru-
saha mendapatkan pengetahuan atau informasi yang cukup aktual; mencoba untuk mere-
fleksikan apa yang menjadi keyakinan dasar; berpikiran terbuka.
2. Mampu menganalisis karya ilmiah secara mendalam serta mampu membuat rancangan
penelitian yang berkualitas yang ditunjukkan melalui keterampilan berpikir kritis dengan
memanfaatkan IPTEK untuk menyelesaikan masalah.
3. Mampu menganalisis hasil penelitian di bidang Fisika dan Pendidikan Fisika, serta mampu
membuat desain proposal penelitian yang berkualitas yang ditunjukkan melalui keterampi-
lan menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, menginferensi, menjelaskan, dan
meregulasi diri dengan memanfaatkan ICT untuk menyelesaikan masalah di bidang Fisika
dan Pendidikan Fisika.
4. Mampu mengombinasikan konsep-konsep teoritis penelitian, dasar-dasar metode ilmiah,
jenis-jenis penelitian, metode, teknik, dan prosedur berbagai jenis penelitian, menentukan
topik penelitian, merumusan masalah, menentukan variabel penelitian, membuat kajian
pustaka, memilih sampel penelitian, sumber data, instrumen penelitian, pengolahan data
dalam suatu proposal penelitian.

Kemampuan Akhir Mata Kuliah:


1. Merumuskan jenis-jenis penelitian, perumusan masalah, variabel dan hipote-
sis, desain penelitian, instrumen dan sampel penelitian, serta analisis data
penelitian secara komprehensif dan mendalam melalui kegiatan analisis jurnal
fisika dan pendidikan fisika secara kritis pada kegiatan tatap muka dan e-
learning.
2. Mampu mengembangkan jenis-jenis penelitian, perumusan masalah, variabel
dan hipotesis, desain penelitian, instrumen dan sampel penelitian, serta anal-
isis data penelitian dalam penyelesaian masalah autentik.
3. Mampu mendiseminasikan kajian analisis jenis penelitian, perumusan
masalah, variabel dan hipotesis, desain penelitian, sampel dan instrumen,
serta analisis data setiap jurnal dalam bentuk portofolio.
4. Mampu mengkomunikasikan hasil analisis jurnal secara mandiri dan kelom-
pok.
5. Mampu menghasilkan proposal penelitian skripsi.
6. Mengimplementasikan disposisi berpikir kritis dalam setiap kegiatan.

4
Indikator Kognitif: Indikator Disposisi Berpikir Kritis:
1. Menjelaskan mengapa pengetahuan 1. Pencari Kebenaran (Truth-Seeking)
tentang metodologi penelitian ilmiah 2. Berpikiran Terbuka (Open-
bermanfaat bagi pendidik fisika. Mindedness)
2. Menyimpulkan apa yang dimaksud 3. Analitis (Analyticity)
dengan istilah "Metode ilmiah." 4. Sistematis (Systematicity)
3. Mengidentifikasi berbagai jenis peneli- 5. Percaya Diri dalam Berpikir
tian. (Confidence in Reasoning)
4. Membandingkan penelitian kuantitatif 6. Teliti (Inquisitiveness)
dan kualitatif. 7. Dewasa dalam Menilai (Maturity of
5. Membandingkan penelitian dasar dan Judgement)
terapan.
6. Menunjukkan contoh jenis-jenis peneli-
tian yang digunakan oleh peneliti fisika
dan pendidikan fisika.
7. Mengkonstruksi hasil analisis isi suatu
jurnal hasil penelitian Fisika dan Pen-
didikan Fisika dalam bentuk portofolio
yang terstruktur dengan baik.
8. Menceritakan secara kritis hasil analisis
isi suatu jurnal hasil penelitian Fisika
dan Pendidikan Fisika.

Indikator Berpikir Kritis:


1. Memahami dan mengekspresikan
makna/arti dari permasalahan.
2. Mengidentifikasi dan menyimpulkan
hubungan antar pernyataan, pertan-
yaan, konsep, deskripsi, atau bentuk
lainnya.
3. Mengakses kredibilitas pernyataan/
representasi serta mampu mengakses
secara logika hubungan antar pern-
yataan, deskripsi, pertanyaan, maupun
konsep.
4. mengidentifikasi dan mendapatkan
unsur-unsur yang dibutuhkan dalam
menarik kesimpulan.
5. menetapkan dan memberikan alasan
secara secara logis berdasarkan hasil
yang diperoleh.
6. Memonitoring aktivitas kognitif seseo-
rang, unsur-unsur yang digunakan
dalam aktivitas menyelesaikan perma-
salahan, khususnya dalam menerapkan
kemampuan dalam menganalisi dan
mengevaluasi.

5
" Benar! Seperti
Bila kita kita tahu bukti
ingin sangat mendukung
menyele- bahwa phonics Ya,
saikan merupakan cara mungkin
suatu terbaik untuk nanti Anda
perma- mengajarkan berdua akan
salahan membaca ! " terkejut!
maka kita
harus tahu
benar
perma-
salahan
tersebut

Prof. Agung?, saya Ananda Putri. Saya menelepon Anda untuk


mendapatkan beberapa saran yang berkaitan dengan program
gelar magister di departemen Anda."
" Halo, Putri. Senang bertemu denganmu. Mari, apa yang bisa
saya bantu ? "
" Begini Prof, saya berpikir untuk mendaftar di program gelar magis-
ter dalam Pendidikan Fisika, namun saya ingin tahu apa per-
syaratannya."
" Saya tidak menyalahkan Anda. Adalah bijaksana untuk menge-
tahui apa yang akan Anda hadapi. Untuk mendapatkan gelar,
Anda harus mengambil sejumlah kursus, dan ada juga ujian lisan
setelah Anda menyelesaikan semua itu. Anda juga harus menyele-
saikan studi skala kecil."
"Apa maksud Anda?"
" Anda benar-benar harus melakukan penelitian."
"Wow! Apa saja yang harus saya lakukan? Apa yang Anda maksud
dengan penelitian? Dan bagaimana seseorang melakukannya?
Apa saja jenis penelitian yang ada? "
Untuk mengetahui jawaban atas pertanyaan Putri, serta beberapa
orang lain, kita akan mempelajari bab ini. (Adaptasi dari: Fraenkel
& Wallen, 2009)

6
BEBERAPA CONTOH bisa mendapatkan lebih banyak orang
PERMASALAHAN KEILMUAN DAN tua yang terlibat di sekolah dan aktif
PENDIDIKAN dalam kegiatan di sekolah.
Seorang mahasiswa ingin mengetahui
pengaruh nitridasi terhadap ketahanan
korosi stainless steel AISI 316L dalam
cairan tubuh tiruan.
Berbagai contoh penelitian keilmuan di
Seorang peneliti ingin mengetahui ban- atas merupakan ilustrasi kebutuhan dan
yaknya cadangan fosfat di kabupaten
Pati jawa Tengah. keingintahuan manusia terhadap segala
sesuatu yang terjadi di alam dan segala
Seorang pegawai dinas sosial ingin men-
getahui mengapa di Desa Kemuning sesuatu yang dapat diupayakan untuk
Lor, Kecamatan Arjasa Kabupaten Jem- menjawab permasalahan di dalam ke-
ber hampir tiap tahun terjadi bencana hidupan. Masyarakat harus tahu pen-
tanah longsor. garuh penggunaan Stainless steel AISI
PT. Pertamina ingin mengetahui penga- 316L termasuk salah satu logam yang
ruh temperatur terhadap laju volume oli.
digunakan sebagai implan dalam tubuh
Seseorang yang bekerja pada suatu pe- manusia. Kerusakan yang terjadi pada
rusahaan alat medis ingin merancang
suatu alat dengan sistem pengukuran logam tersebut sebagian besar (70%)
suhu dengan informasi suara bagi orang disebabkan oleh korosi sehingga umur
buta. pemakaian kira-kira sepuluh tahun.
Seorang kepala sekolah SMA di Ja- Bencana longsor adalah peristiwa alam
karta ingin meningkatkan kualitas yang disebabkan oleh proses geologi
karakter siswanya.
dan perbuatan manusia. Ketidaksiapan
Seorang guru fisika kelas X di suatu dalam menghadapi bencana, pe-
SMA di Palangkaraya bertanya-tanya
apakah diskusi lebih efektif dibanding cegahan dan mitigasi dapat mengaki-
dengan pemberian tugas mandiri bagi batkan jatuh korban baik jiwa maupun
siswa dalam mempelajari konsep- harta benda. Pada daerah rawan long-
konsep fisika. sor perlu diidentifikasi struktur bawah
Guru Bimbingan dan Konseling seko- permukaan untuk mengetahui dimana
lah dasar di Surabaya berharap
letak bidang longsor. Thermometer
bisa mendapatkan lebih banyak siswa
untuk membuka kekhawatiran dan per- badan untuk mereka yang memiliki
masalahan mereka kepadanya. keterbatasan melihat sangat diperlukan.
Guru olah raga dan pendidikan jas- Masih banyak penelitian lain yang akan
mani di Malang bertanya-tanya apakah atau telah dilakukan manusia untuk
kemampuan di salah satu olahraga menjawab keingintahuannya dan juga
berkorelasi dengan kemampuan dalam
merupakan upaya untuk menyelesaikan
olahraga lainnya.
permasalahan di dalam kehidupan.
Siswa kelas XI di suatu SMA di Sura-
baya meminta saran dari pembimbing Masing-masing contoh di atas,
akademiknya mengenai apa yang bisa meskipun hanya sekedar ilustrasi na-
ia lakukan untuk meningkatkan kebi-
asaan belajarnya. mun mewakili berbagai pertanyaan atau
pemikiran yang kita hadapi dalam dunia
Ketua komite sekolah di Suatu SMP di
Jakarta bertanya-tanya bagaimana dia pendidikan dan keilmuan saat ini.

7
Guru, konselor, administrator, orang tua,dan siswa terus membutuhkan informasi un-
tuk melakukan tugas mereka. Guru perlu tahu apa jenis, bahan,strategi, dan metode
yang dapat membantu siswa belajar dengan lebih baik. Guru BP perlu tahu masalah
apa yang menghambat atau menghalangi untuk belajar dan bagaimana cara untuk
membantu mereka memecahkan permasalahannya. Administrator perlu tahu bagai-
mana cara terbaik untuk memberikan lingkungan untuk belajar bahagia dan produktif.
Orangtua perlu tahu bagaimana untuk membantu anak-anak mereka berhasil dalam
sekolah. Siswa perlu tahu bagaimana untuk belajar sebanyak yang mereka bisa.
Peneliti bidang sains perlu tahu hasil dari perlakuan dan inovasi yang mereka laku-
kan.

MENGAPA PENELITIAN PERLU DILAKUKAN

Bagaimana pendidik, orang tua, dan siswa dapat memperoleh informasi yang
mereka butuhkan? Bagaimana para ahli atau peneliti memperoleh jawaban dari pertan-
yaan yang timbul di pikirannya? Banyak cara memperoleh informasi. Salah satunya
adalah, dapat berkonsultasi dengan ahli, review buku dan artikel, bertanya atau menga-
mati rekan dengan pengalaman yang relevan, memeriksa seseorang, pengalaman
masa lalu, atau bahkan mengandalkan intuisi. Semua pendekatan ini menunjukkan
berbagai cara untuk menjawabnya, namun jawaban yang dihasilkan tidak selalu dapat
diandalkan. Para ahli mungkin salah; sumber dokumen mungkin tidak mengandung
wawasan nilai; rekan mungkin tidak memiliki pengalaman dalam hal ini; dan pengalaman
diri sendiri atau intuisi mungkin tidak relevan atau disalah pahami. Inilah sebabnya men-
gapa pengetahuan tentang metodologi penelitian ilmiah bermanfaat. Metode ilmiah mem-
berikan kita cara lain untuk memperoleh informasi-informasi dengan cara yang lebih
akurat dan dapat diandalkan.

8
PENGERTIAN METODE ILMIAH
Ketika kita mendengar kata sains, kita berpikir mengenai jas lab putih, laborato-
rium, tabung, atau eksplorasi ruang angkasa. Ilmuwan adalah orang yang tahu banyak
hal, dan istilah sains menunjukkan hal yang berkaitan dengan pengetahuan. Apa
yang menarik di sini adalah sains sebagai metode untuk mengetahui. Metode yang di-
maksudkan adalah metode ilmiah yang penting untuk para peneliti.
Apa yang dimaksud dengan metode? Pada dasarnya metode melibatkan pen-
gujian ide di arena publik. Hampir semua dari kita manusia mampu membuat koneksi-
melihat hubungan dan asosiasi-antara informasi sensorik kami pengalaman. Sebagian
besar dari kita kemudian mengidentifikasi hubungan ini sebagai "Fakta" - Produk penge-
tahuan tentang dunia di mana kita hidup. Kita mungkin berspekulasi, misalnya, bahwa
siswa kami mungkin kurang perhatian di kelas ketika kita mengajar dengan ceramah
dibandingkan bila kita melibatkan mereka dalam diskusi. Seorang dokter dapat menebak
bahwa orang yang tidur antara enam dan delapan jam setiap malam akan lebih tidak
mudah cemas dibandingkan dengan mereka yang tidur lebih atau kurang dari jumlah
tersebut. Konselor mungkin merasa bahwa siswa sangat kurang membaca karena
mereka menghabiskan sebagian besar waktu luang mereka menonton TV. PT. Per-
tamina menduga bahwa produk Pertalite yang dikeluarkan memiliki kemampuan dalam
setiap liternya untuk menggerakkan mobil yang melaju dengan kecepatan 80 km/jam se-
jauh 11 km. Tapi di masing-masing kasus, kita tidak benar-benar tahu apakah keyakinan
mereka benar.
Apakah kita hanya berhadapan dengan tebakan atau firasat, atau sebagai ilmu-
wan kita harus mengajukan hipotesis. Apa yang kita harus lakukan sekarang adalah
menempatkan setiap tebakan ini atau firasat dalam suatu tes yang sangat detil untuk
melihat apakah kondisinya berada dibawah kontrol. Untuk menyelidiki spekulasi, te-
bakan, firasat atau dugaan secara ilmiah, kita dapat mengamati dengan seksama dan
sistematis bagaimana perhatian siswa ketika diberi ceramah dan ketika dilakukan diskusi
kelas. Dokter dapat menghitung jumlah jam individu tidur, kemudian mengukur dan
membandingkan tingkat kecemasan mereka. Konselor dapat membandingkan kebiasaan
membaca siswa yang menonton TV dengan yang tidak menonton TV.
Suatu penelitian, bukan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan bila tidak
dipublikasi. Ini berarti bahwa semua aspek penelitian harus dijelaskan secara terperinci
sehingga penelitian ini dapat diulang oleh siapa saja yang menginginkan jawaban lebih
lanjut, tentu saja, bila memiliki kompetensi dan sumber daya yang diperlukan. Prosedur
pribadi, spekulasi, dan kesimpulan tidak bersifat ilmiah jika tidak disampaikan ke publik.
Tidak ada yang sangat rahasia atau misterius tentang bagaimana
ilmuwan bekerja dalam pencarian mereka menemukan pengetahuan. Pada
kenyataannya, banyak dari kita yang melakukan cara ini ketika kita mencoba untuk men-
capai keputusan cerdas tentang masalah yang mengganggu kita. Prosedur ini dapat
dilakukan dengan lima langkah, yaitu:

9
1. Pertama, ada beberapa masalah yang mengganggu dalam kehidupan peneliti yang
menginginkan suatu keadaan yang normal. Misalnya, bila kita melihat berita di TV
atau di Surat Kabar tentang banjir akibat luapan sungai. Bagi ilmuwan, ataupun pro-
fessional, keadaan itu mungkin suatu keadaan yang harus diteliti penyebabnya dan
bagaimana mengatasinya.
2. Kedua, langkah-langkah yang diambil untuk menentukan lebih tepatnya masalah atau-
pertanyaan yang harus dijawab, untuk menjadi lebih jelas tentang apa tujuan dari
penelitian ini. Sebagai contoh, kita harus memikirkan alat apa yang telah digunakan
untuk mendeteksi secara dini sungai yang meluap dan mengapa kita menganggap itu
tidak cukup; seorang ilmuwan harus memperjelas apa yang dimaksud dengan alat
deteksi yang akurat dan efisien (misalnya, alat alternatif apa yang dapat dikembang-
kan untuk dapat mendekteksi banjir dari luapan sungai?).
3. Ketiga, peneliti mencoba untuk menentukan jenis informasi yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah. Secara umum, ada dua kemungkinan: pengkajian, apa
yang sudah dilakukan atau melaksanakan bagian dari penelitian. Pengkajian adalah
prasyarat untuk melaksanakan penelitian. Dalam persiapan, peneliti harus terbiasa
dengan berbagai kemungkinan untuk memperoleh informasi, sehingga untuk menda-
patkan informasi secara tepat berkaitan dengan masalah. Misalnya, ilmuwan memu-
tuskan untuk memeriksa alat yang digunakan saat ini, bahan, cara kerja,
keakuratan, catatan curah hujan dan ketinggian air hujan dalam setiap bulan sepan-
jang tahun dan lain sebagainya. Pengumpulan informasi merupakan aspek utama
perencanaan sebuah penelitian.
4. Keempat, peneliti harus memutuskan, seteliti mungkin, bagaimana
akan mengatur informasi yang diperoleh. .
5. K e l i m a , s e t e l a h i nf o r m a s i t e l a h s e l e s a i d i k u m p u l k a n d a n
dianalisis, selanjutnya harus ditafsirkan. Namun harus diingat bahwa peneliti harus
menafsirkan segala informasi awal dengan benar sehingga kesimpulan awal yang
disusun dapat digunakan sebagai landasan penelitiannya. (Sumber: Fraenkel &
Wallen, 2009)

10
PENGERTIAN PENELITIAN
Secara etimologis, istilah research berasal dari dua kata, yaitu re dan
search. Re berarti kembali atau berulang-ulang dan search berarti mencari, menjelajahi,
atau menemukan makna. Dengan demikian penelitian atau research berarti mencari,
menjelajahi atau menemukan makna kembali secara berulang-ulang (Sudarwan Danim
dan Darwis, 2003 : 29).
Penelitian dalam pengertian umum mengacu pada pencarian pengetahuan.
Selain itu penelitian juga dapat didefinisikan sebagai pencarian ilmiah dan sistematis un-
tuk informasi terkait menge nai topik tertentu. Bahkan, penelitian juga dapat disebut seni
pe-nyelidikan ilmiah. Advanced Learner Kamus Bahasa Inggris (1952) meletakkan
makna penelitian sebagai "penyelidikan yang cermat atau penyelidikan khusus melalui
pencarian fakta baru di setiap cabang pengetahuan." Redman dan Mory (1923)
mendefinisikan penelitian sebagai "upaya sistematis untuk mendapatkan pengetahuan
baru."
Beberapa orang menganggap penelitian sebagai suatu gerakan, gerakan dari
yang diketahui tidak diketahui. Hal ini sebenarnya merupakan perjalanan penemuan. Kita
semua memiliki naluri penting yaitu rasa ingin tahu, ketika kita dihadapkan pada sesuatu
yang tidak diketahui, kita bertanya-tanya dan rasa ingin tahu kita membuat kita berusaha
untuk mencapai pemahaman penuh dan lebih lengkap dari yang tidak diketahui. Rasa
ingin tahu ini adalah ibu dari semua pengetahuan dan metode, yang akan mempekerja-
kan manusia untuk mendapatkan pengetahuan apa pun yang tidak diketahui, hal ini yang
disebut sebagai penelitian.
Penelitian merupakan kegiatan akademik dan karenanya istilah tersebut harus
digunakan dalam pengertian teknis. Menurut Clifford Woody, penelitian terdiri dari
mendefinisikan dan mendefinisikan ulang masalah, merumuskan hipotesis atau me-
nyarankan solusi; mengumpulkan, mengorganisir dan mengevaluasi data; membuat
analisis dan mencapai kesimpulan; dan akhirnya dengan hati-hati menguji kesimpulan
untuk menentukan apakah kesimpulan yang telah diuji sesuai dengan hipotesis yang te-
lah dirumuskan sebelumnya.
D. Slesinger dan M. Stephenson dalam The Encyclopaedia of Social Sciences
(1930) mendefinisikan penelitian sebagai "manipulasi suatu hal, konsep atau simbol un-
tuk tujuan mengembangkan kesimpulan, membenarkan atau memverifikasi pengeta-
huan, baik pengetahuan yang mendukung teori atau dalam prakteknya." Dengan
demikian, penelitian merupakan kontribusi asli untuk bekal pengetahuan yang menun-
jang kemajuannya. Hal ini dipergunakan untuk mencari kebenaran dengan bantuan studi,
observasi, perbandingan dan percobaan. Singkatnya, penelitian adalah pencarian
pengetahuan melalui metode obyektif dan sistematis untuk menemukan solusi suatu per-
masalah. Pendekatan sistematis mengenai generalisasi dan perumusan teori juga dise-
but penelitian. Dengan demikian istilah 'penelitian' mengacu pada metode yang sistema-
tis yang terdiri dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan fakta-
11
fakta atau data, menganalisis fakta dan mencapai kesimpulan tertentu baik dalam bentuk
formula terhadap yang bersangkutan masalah atau generalisasi tertentu untuk beberapa
formulasi teoritis. (Sumber: Kothari, 2004:1)

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah untuk menemukan jawaban atas pertanyaan melalui penera-
pan prosedur ilmiah. Tujuan utama dari penelitian adalah untuk menemukan kebenaran
yang tersembunyi dan yang belum ditemukan. Meskipun setiap penelitian memiliki tujuan
masing-masing secara spesifik, kita dapat mengelompokkan tujuan penelitian pada
kelompok-kelompok berikut ini:
1. Untuk mendapatkan keakraban dengan fenomena atau untuk mencapai wawasan
baru di dalamnya (studi dengan sudut pandang ini disebut sebagai penelitian eksplo-
ratory atau penelitian formulative);
2. Untuk menggambarkan secara tepat karakteristik individu, situasi atau kelompok ter-
tentu (studi dengan sudut pandang ini dikenal sebagai penelitian deskriptif);
3. Untuk menentukan frekuensi yang terjadi pada sesuatu atau yang dikaitkan dengan
sesuatu yang lain (studi dengan sudut pandang ini dikenal sebagai penelitian diagnos-
tic);
4. Untuk menguji hipotesis hubungan kausal antara variabel (studi tersebut dikenal se-
bagai penelitian hypothesis-testing). (Sumber: Kothari 2004:2)

MOTIVASI PENELITIAN
Apa yang membuat orang untuk melakukan penelitian? Ini adalah pertanyaan
penting mendasar. Motivasi seseorang melakukan penelitian dapat berupa satu atau lebih
hal berikut:
1. Keinginan untuk mendapatkan gelar penelitian bersama dengan manfaat konsekuen-
sialnya;
2. Keinginan untuk menghadapi tantangan dalam memecahkan masalah yang belum
terpecahkan;
3. Keinginan untuk mendapatkan sukacita intelektual dalam melakukan beberapa peker-
jaan kreatif;
4. Keinginan untuk melayani masyarakat;
5. Keinginan untuk mendapatkan kehormatan.

Namun, ini bukan daftar lengkap dari faktor yang memotivasi seseorang untuk

12
melakukan studi penelitian. Banyak faktor lainnya, misalnya arahan dari pemerintah,
kondisi kerja, rasa ingin tahu tentang baru hal, keinginan untuk memahami hubungan
kausal, pemikiran dan kebangkitan sosial. (Sumber: Kothari 2004:2)

UNSUR-UNSUR PENELITIAN
Penelitian merupakan sistem berpikir dan bertindak, artinya ada berbagai faktor
dan tindakan yang harus dipikirkan dan dilakukan sehingga tujuan bisa tercapai. Sebagai
suatu sistem, penelitian terdiri dari berbagai unsur yang saling berhubungan secara
fungsional. Sebagai suatu sistem, penelitian memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. permasalahan
2. teori dan konsep-konsep ilmiah
3. variabel
4. hipotesis (fakultatif)
5. populasi, sampel, dan teknik sampling
6. data
7. instrumen pengumpul data
8. teknik analisis data

KLASIFIKASI PENELITIAN BERDASARKAN METODE


Pendekatan Kuantitatif
Definisi Penelitian Kuantitatif Kasiram (2008: 149) dalam bukunya Metodologi
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, mendefinisikan penelitian kuantitatif adalah suatu
proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.
Asumsi Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif didasarkan pada asumsi sebagai berikut (Nana Sudjana dan
Ibrahim, 2001; Del Siegle, 2005, dan Johnson, 2005).
a. Bahwa realitas yang menjadi sasaran penelitian berdimensi tunggal, fragmental, dan
cenderung bersifat tetap sehingga dapat diprediksi.
b. Variabel dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif dan baku.
Karakeristik Penelitian Kuantitatif

Karakteristik penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut (Nana Sudjana dan


Ibrahim, 2001 : 6-7; Suharsimi Arikunto, 2002 : 11; Johnson, 2005; dan Kasiram 2008: 149-
150) :

13
a. Menggunakan pola berpikir deduktif (rasional empiris atau topdown), yang
berusaha memahami suatu fenomena dengan cara menggunakan konsep-konsep
yang umum untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat khusus.
b. Logika yang dipakai adalah logika positivistik dan menghindari hal-hal yang bersifat
subjektif.
c. Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan.
d. Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyususun ilmu nomotetik yaitu ilmu
yang berupaya membuat hukum-hukum dari generalisasinya.
e. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data yang dibutuhkan, serta
alat pengumpul data yang dipakai sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya.
f. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat yang
objektif dan baku.
g. Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam arti dirinya
tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian.
h. A n a l i s i s d a t a d i l a k u k a n s e t e l a h s e m u a d a t a t e r k u m p u l .
Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari konteks waktu dan situasi.

Tipe-tipe Penelitian Kuantitatif


Dalam melakukan penelitian, peneliti dapat menggunakan metoda dan rancangan
(design) tertentu dengan mempertimbangkan tujuan penelitian dan sifat masalah yang
dihadapi. Berdasarkan sifat-sifat permasalahannya, penelitian kuantitatif dapat dibedakan
menjadi beberapa tipe sebagai berikut (Suryabrata, 2000 : 15 dan Sudarwan Danim dan
Darwis, 2003 : 69 78):
a. Penelitian Survei
b. Penelitian Korelasional
c. Penelitian Eksperimental
d. Penelitian Kausal Komparatif

Penelitian Survey
Tipe lain dari penelitian memperoleh data untuk menentukan karakteristik khusus
dari kelompok. Ini disebut penelitian survey. Contoh kasus Rektor Universitas Palang-
karaya ingin mengetahui bagaimana respon setiap fakultas terhadap kebijakan yang
diberikannya. Apa yang mereka sukai tentang kebijakannya? Apa yang mereka tidak
suka? Mengapa? kebijakan sudah dilakukan dengan sebaik-baiknya atau sebaliknya? Per-
14
tanyaan-pertanyaan semacam ini dapat dijawab melalui berbagai teknik survei yang men-
gukur sikap Fakultas terhadap kebijakan Rektor. Sebuah survei deskriptif melibatkan
suatu set pertanyaan yang sama (sering disiapkan dalam bentuk kuesioner atau tes ke-
mampuan) dari sejumlah besar individu baik melalui surat, melalui telepon, atau secara
pribadi. Bila jawaban untuk satu set pertanyaan dilakukan secara langsung, penelitian
disebut wawancara. Tanggapan kemudian ditabulasikan dan dilaporkan, biasanya dalam
bentuk frekuensi atau persentase dari jawaban untuk masing-masing pertanyaan. Terda-
pat tiga hal utama yang harus diperhatikan dalam penelitian survey, yaitu: (1) memastikan
bahwa pertanyaan-pertanyaan jelas dan tidak menyesatkan, (2) mendapatkan responden
untuk menjawab pertanyaan serius dan jujur, dan (3) mendapatkan jumlah responden
yang cukup dan memperoleh balikan kuesioner semaksimal mungkin sehingga analisis
yang dilakukan akan bermakna. Kelebihan dari penelitian survei adalah bahwa penelitian
survey memiliki potensi untuk memberikan kami banyak informasi yang diperoleh dari
sampel besar. Jika rincian lebih lanjut tentang pertanyaan survei tertentu yang diinginkan,
Rektor (atau orang lain) dapat melakukan wawancara pribadi dengan fakultas. Keuntun-
gan dari sebuah wawancara (lebih dari kuesioner) adalah pada pertanyaan terbuka (yang
memerlukan respon yang lebih panjang) dapat digunakan dengan keyakinan yang lebih
besar, pertanyaan tertentu minat khusus atau nilai dapat dikejar di mendalam, tindak lanjut
pertanyaan dapat ditanyakan, dan item yang tidak jelas dapat dijelaskan.

Penelitian Korelasional

Tipe lain dari penelitian dilakukan yang dilakukan untuk menentukan hubungan
antara dua atau lebih variabel dan untuk mengeksplorasi implikasinya terhadap sebab dan
akibat; ini disebut penelitian korelasional. Jenis penelitian ini dapat membantu kita mem-
buat prediksi yang lebih cerdas. Misalnya, dapatkah seorang dosen Fisika memprediksi
kecenderungan individu memiliki kesulitan belajar subyek Mekanika? Jika kita bisa mem-
buat cukup prediksi yang akurat dalam hal ini, maka mungkin kita bisa menyarankan be-
berapa langkah-langkah perbaikan bagi dosen untuk digunakan membantu individu terse-
but sehingga kelompok "Pembenci-Mekanika" tidak terbentuk.
Bagaimana kita melakukan ini? Pertama, kita perlu mengumpulkan berbagai jenis
informasi tentang mahasiswa yang kita anggap terkait untuk prestasi mereka dalam
Mekanika. Informasi tersebut mungkin termasuk kinerja mereka pada sejumlah tugas
logis terkait dengan pembelajaran Mekanika seperti penjabaran vektor, kemampuan untuk
memecahkan masalah pada kondisi rangkaian yang termuat dalam gambar, dan pemaha-
man konsep Fisika, kemampuan verbal mereka, kebiasaan belajar mereka, aspek latar
belakang mereka, mereka pengalaman awal dengan les Fisika dan guru Fisika, jumlah
dan jenis les Fisika yang mereka telah diambil, dan hal lain yang mungkin dilakukan untuk
mendeskripsikan bahwa mahasiswa tersebut telah melakukan upaya terbaiknya. Kami
kemudian memeriksa data untuk melihat apakah ada hubungan antara beberapa atau

15
semua karakteristik ini dan keberhasilan berikutnya dalam Mekanika. Mungkin mereka
yang tampil lebih baik dalam Mekanika memiliki keterampilan menguraikan vektor dengan
lebih baik atau lebih tinggi harga dirinya atau menerima lebih banyak perhatian dari
dosen. Informasi tersebut dapat membantu kita memprediksi lebih akurat kemungkinan
kesulitan belajar mahasiswa dalam belajar Mekanika. Mungkin bahkan menyarankan
beberapa cara-cara khusus untuk membantu mahasiswa belajar lebih baik. Singkatnya,
penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana satu atau lebih hubungan
beberapa Jenis ada. Pendekatan ini tidak memerlukan manipulasi atau intervensi pada
bagian dari peneliti selain pemberian instrumen yang diperlukan untuk mengumpulkan
data yang diinginkan. Secara umum, orang akan melakukan jenis penelitian untuk men-
cari dan menggambarkan hubungan yang mungkin ada di antara fenomena alami tanpa
berusaha dengan cara apapun untuk mengubah fenomena ini.

Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik.
Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab
akibat. Caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen
yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima
perlakuan.
Dalam penelitian eksperimen dikenal beberapa variabel. Variabel adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan yang
diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen. Variabel yang berkaitan secara
langsung dan diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan
mendapatkan dampak/akibat dari eksperimen sering disebut variabel eksperimental
(treatment variable), dan variabel yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat
memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel noneksperimental. Variabel
eksperimental adalah kondisi yang hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu
gejala. Untuk mengetahui pengaruh varibel itu, kedua kelompok, yaitu kelompok
eksperimental dan kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda atau yang
bervariasi.
Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel kontrol atau controlled variabel.
Akan tetapi, sebagian lagi dari variabel non-eksperimen ada di luar kekuasaan eksperimen
untuk dikontrol atau dikendalikan. Jenis variabel ini disebut variabel ekstrane atau
extraneous variabel. Dalam setiap eksperimen, hasil yang berbeda pada kelompok
eksperimen dan kontrol sebagian disebabkan oleh variabel eksperimental dan sebagian
lagi karena pengaruh variabel ekstrane. Oleh karena itu, setiap peneliti yang akan
melakukan eksperimen harus memprediksi akan munculnya variabel pengganggu ini.

16
Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitu: (1) pre-experimental
(nondesign), yang meliputi one-shot case studi, one group pretestposttest, intec-group
comparison; (2) true-experimental, meliputi posttest only control design, pretest-control
group design; (3) factorial experimental; dan (4) Quasi experimental, meliputi time series
design dan nonequivalent control group design.

Penelitian Kausal Komparatif

Studi kausal-komperatif adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk


menggambarkan skema hubungan dan pengaruh yang lebih dalam dari dua tau lebih fakta
-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan
penyebab atau alasan adanya perbedaan prilaku atau status kelompok indifidual. Studi
kausal-komperatif ini merupakan tindak lanjut dari studi korelasional. Jika studi
korelasional menggambarkan derajat hubungan antara dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-
sifat objek yang diteliti, maka studi kausal-komperatif menggambarkan sedemikian rupa
hubungan sebab akibat.
Tujuan penelitian kausal-komperatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab akibat dengan cara : berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang
ada mencari kembali faktor yang mungkin terjadi penyebab melalui data tertentu. Hal ini
berlainan degan metode eksperimental yang mengumpulkan datanya pada waktu kini
dalam kondisi yang dikontrol.
Penelitian kausal komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan
setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti mengambil satu
atau lebih akibat (sebagai dependent variable) dan menguji data itu dengan menelusuri
kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya.
Penelitian kausal komparatif dilakukan dalam lima tahap yakni, (1) merumuskan masalah,
(2) menentukan kelompok yang memiliki karakteristik yang ingin diteliti, (3) pemilihan
kelompok pembanding, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data. Sumber: Fraenkel &
Wallen, 2009)

Pendekatan Kualitatif
Menurut Moleong (2005: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi , tindakan, dll. secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

17
Asumsi Penelitian Kualitatif
Anggapan yang mendasari penelitian kualitatif adalah bahwa kenyataan sebagai
suatu yang berdimensi jamak, kesatuan, dan berubah-ubah (Nana Sudjana dan Ibrahim,
2001 : 7). Oleh karena itu tidak mungkin dapat disusun rancangan penelitian yang terinci
dan fixed sebelumnya. Rancangan penelitian berkembangan selama proses penelitian.
Karakteristik Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, metode fenomenologis, metode
impresionistik, dan metode post positivistic. Adapun karakteristik penelitian jenis ini adalah
sebagai berikut (Sujana dan Ibrahim, 2001 : 6-7; Suharsimi Arikunto, 2002: 11-12;
Moleong, 2005: 8-11; Johnson, 2005, dan Kasiram, 2008: 154-155):
a. Menggunakan pola berpikir induktif (empiris rasional atau bottomup). Metode
kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan grounded theory, yaitu teori yang
timbul dari data bukan dari hipotesis seperti dalam metode kuantitatif. Atas dasar itu
penelitian bersifat generating theory, sehingga teori yang dihasilkan berupa teori
substansif.
b. Perspektif emic/partisipan sangat diutamakan dan dihargai tinggi. Minat peneliti
banyak tercurah pada bagaimana persepsi dan makna menurut sudut pandang
partisipan yang diteliti, sehingga bisa menemukan apa yang disebut sebagai fakta
fenomenologis.
c. Penelitian kualitatif tidak menggunakan rancangan penelitian yang baku. Rancangan
penelitian berkembang selama proses penelitian.
d. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami, mencari makna di balik data,
untuk menemukan kebenaran, baik kebenaran empiris sensual, empiris logis, dan
empiris logis.
e. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, sumber data yang dibutuhkan, dan alat
pengumpul data bisa berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.
f. Pengumpulan data dilakukan atas dasar prinsip fenomenologis, yaitu dengan
memahami secara mendalam gejala atau fenomena yang dihadapi.
g. Peneliti berfungsi pula sebagai alat pengumpul data sehingga keberadaannya tidak
terpisahkan dengan apa yang diteliti.
h. Analisis data dapat dilakukan selama penelitian sedang dan telah berlangsung.
i. Hasil penelitian berupa deskripsi dan interpretasi dalam konteks waktu serta situasi
tertentu.
Prosedur Penelitian Kualitatif
Prosedur pelaksanaan penelitian kualitatif bersifat fleksibel sesuai dengan
kebutuhan, serta situasi dan kondisi di lapangan. Secara garis besar tahapan penelitian
kualitatif adalah sebagai berikut (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 80)

18
a. Merumuskan masalah sebagai fokus penelitian.
b. Mengumpulkan data di lapangan.
c. Menganalisis data.
d. Merumuskan hasil studi.
e. Menyusun rekomendasi untuk pembuatan keputusan.

Tipe-tipe Penelitian Kualitatif


Penelitian dengan pendekatan kualitatif dapat dibedakan menjadi lima tipe utama,
yaiu : phenomenology, ethnography, case study research, grounded theory, dan historical
research (Johnson, 2005 : 8)
a. Phenomenology : a form of qualitative research in which the researcher attempts to
understand how one or more individuals experience a phenemenon.
b. Ethnography : is the form of qualitative research that focuses on describing the
culture of a group of people.
c. Case study research : is a form of qualitative research that focused on providing a
detailed account of one or more cases.
d. Grounded theory : is a qualitative approach to generating and developing a theory
form data that the researcher collects.
e. Historical research : research about events that occurred in the past.

KLASIFIKASI PENELITIAN BERDASARKAN TUJUAN


Desain penelitian juga dapat diklasifikasikan oleh tingkat penerapan langsung dari
penelitian untuk praktik pendidikan atau pengaturan. Ketika tujuannya adalah kriteria klasi-
fikasi, semua studi penelitian jatuh menjadi salah satu dari dua kategori: penelitian dasar
dan terapan penelitian. Penelitian terapan dapat dibagi lagi dalam penelitian evaluasi,
penelitian dan pengembangan (R & D), dan penelitian tindakan.

PENELITIAN DASAR DAN TERAPAN

Sulit untuk membahas penelitian dasar dan terapan secara terpisah, karena
mereka pada kontinum tunggal. Di bentuk paling murni, penelitian dasar dilakukan semata-
matauntuk tujuan mengembangkan atau menyempurnakan teori. pengembangan teori
adalah proses konseptual yang membutuhkan banyak studi penelitian yang dilakukan
selama waktu. peneliti dasar mungkin tidak peduli dengan utilitas langsung dari temuan
mereka karena mungkin tahun sebelum penelitian dasar mengarah ke praktis aplikasi pen-
didikan. penelitian terapan, seperti namanya, dilakukan untuk tujuan menerapkan atau
19
pengujian teori untuk menentukan kegunaannya dalam memecahkan masalah-masalah
praktis. Seorang guru yang bertanya, "Apakah teori multiple kecerdasan membantu men-
ingkatkan pembelajaran siswa saya '? "adalah mencari jawaban untuk pertanyaan kelas
praktis. teori tetapi untuk menge bangkan produk yang efektif untuk digunakan di sekolah-
sekolah. Produk tersebut meliputi pelatihan guru bahan, materi pembelajaran, set tujuan
perilaku, bahan media, dan sistem manajemen. upaya R & D umumnya cukup luas dalam
hal tujuan, personel, dan waktu untuk penyelesaian. Produk dikembangkan sesuai dengan
spesifikasi rinci. Setelah selesai, produk lapangan diuji dan direvisi sampai tingkat pre-
specified efektivitas adalah dicapai. Meskipun siklus R & D adalah mahal, Hasil di produk-
produk berkualitas yang dirancang untuk memenuhi spesifik kebutuhan pendidikan. per-
sonil sekolah yang merupakan konsumen dari R & D upaya mungkin untuk pertama ka-
linya benar-benar melihat nilai penelitian pendidikan.

PENELITIAN TINDAKAN (ACTION RESEARCH)

Menurut Arikunto (2002: 18), penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal
yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasinya langsung dapat dikenakan
pada masyarakat yang bersangkutan. Karakteristik utama penelitian ini adalah partisipasi
dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota sasaran. Penelitian tindakan adalah salah
satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk
proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan
memecahkan masalah.
Kemmis (1983) menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan upaya
mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu
agar memperoleh dampak nyata dari situasi. Kemmis dan Taggar (1988) juga menyatakan
bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif
dilakukan peneliti dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek
pendidikan dan social mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktek dan terhadap
situasi temapat dilakukan praktek-praktek tersebut (Zuriah, 2003:54).

Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan

Arikunto (2002: 82) mengemukakan bahwa penelitian tindakan yang dilakukan


harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Permasalahan yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan
penting, menarik perhatian, mampu ditangani dan berada dalam
jangkauankewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
2. Kegiatan penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat
kegiatan utama

20
3. Jenis intervensi yang dicobakan yang harus efektif dan efisien, yaitu tepat sasaran dan
tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.
4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci dan terbuka.
5. Kegiatan penelitian diharapkan merupakan proses kegiatan proses kegiatan yang
berkelanjutan, mengingat pengembangan dan pengembangan dan perbaikan
terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat terhenti tetapi menjadi tantangan
sepanjang waktu.

Ciri-ciri Penelitian Tindakan


Dimyati (2000) menyatakan bahwa Action Research adalah penelitian tindakan
dengan tindakan untuk mengadakan perubahan-perubahan sehingga menjadi lebih baik.
Ciri-ciri Action reseach yang dikemukakan oleh Dimyati yaitu:
1. Kegiatan perbaikan yang merupakan suatu program berdasarkan penelitian.
2. Pelaku kegiatan dibedakan menjadi dua golongan, yaitu peneliti yang bertanggung
jawab atau tim peneliti di bawah pimpinan seorang ilmuan dan petugas yang bertugas
sehari-hari bertindak dalam lembaga yang bersangkutan.
3. Kegiatan pengumpulan informasi tentang system perilaku atau komponen-komponen
dalam kegiatan yang lengkap, rinci dan bermanfaat dalam perbaikan realitas sosial.
4. Kegiatan pengumpulan data yang keras selama waktu penelitian yang bermanfaat
bagi perbaikan realitas social dan bila mungkin dapat disebar luaskan pada realitas
lain yang konteksnya serupa.
5. Alat untuk membuat warga masyarakat atau petugas pada lembaga yang
bersangkutan memahami kekuatan mereka sendiri sehingga mendorong terwujudnya
perbaikan atau perubahan social secara terus-menerus.
6. Menghasilkan laporan penelitian yang berisi data perilaku, konsep dan teori mendasa
awal sifat kronologis yang diuji lebih lanjut.
7. Berakhirnya action research memberikan dua faedah ganda yaitu lembaga yang
menjadi sasaran penelitian dapat tumbuh menjadi lembaga perbaikan realitas social
yang diteliti.

Fungsi Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan memiliki lima kategori fungsi menurut Cohen dan Manion
(1989), yaitu:
1. Alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan diagnosis dalam situasi
tertentu.
21
1. Alat pelatihan dalam aktivitas
2. Alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau yang inovatif
3. Alat untuk meningkatkan komunikasi dan memperbaiki kegagalan penelitian
sebelumnya.
4. Alat untuk menyediakan alternative atau pilihan yang lebih baik untuk mengantisipasi
pendekatan yang lebih subyektif dalam memecehkan masalah.

22
BAB 2
PERUMUSAN MASALAH

Capaian Pembelajaran
1. Memiliki sikap disposisi berpikir kritis: mengungkapkan dengan jelas tentang makna tujuan
dari apa yang dikatakan, yang ditulis atau bahkan yang dikomunikasikan; menentukan dan
tetap fokus pada kesimpulan atau pertanyaan; mencari dan memberikan alasan; beru-
saha mendapatkan pengetahuan atau informasi yang cukup aktual; mencoba untuk mere-
fleksikan apa yang menjadi keyakinan dasar; berpikiran terbuka.
2. Mampu menganalisis karya ilmiah secara mendalam serta mampu membuat rancangan
penelitian yang berkualitas yang ditunjukkan melalui keterampilan berpikir kritis dengan
memanfaatkan IPTEK untuk menyelesaikan masalah.
3. Mampu menganalisis hasil penelitian di bidang Fisika dan Pendidikan Fisika, serta mampu
membuat desain proposal penelitian yang berkualitas yang ditunjukkan melalui keterampi-
lan menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, menginferensi, menjelaskan, dan
meregulasi diri dengan memanfaatkan ICT untuk menyelesaikan masalah di bidang Fisika
dan Pendidikan Fisika.
4. Mampu mengombinasikan konsep-konsep teoritis penelitian, dasar-dasar metode ilmiah,
jenis-jenis penelitian, metode, teknik, dan prosedur berbagai jenis penelitian, menentukan
topik penelitian, merumusan masalah, menentukan variabel penelitian, membuat kajian
pustaka, memilih sampel penelitian, sumber data, instrumen penelitian, pengolahan data
dalam suatu proposal penelitian.

Kemampuan Akhir Mata Kuliah:


1. Merumuskan jenis-jenis penelitian, perumusan masalah, variabel dan hipote-
sis, desain penelitian, instrumen dan sampel penelitian, serta analisis data
penelitian secara komprehensif dan mendalam melalui kegiatan analisis jurnal
fisika dan pendidikan fisika secara kritis pada kegiatan tatap muka dan e-
learning.
2. Mampu mengembangkan jenis-jenis penelitian, perumusan masalah, variabel
dan hipotesis, desain penelitian, instrumen dan sampel penelitian, serta anal-
isis data penelitian dalam penyelesaian masalah autentik.
3. Mampu mendiseminasikan kajian analisis jenis penelitian, perumusan
masalah, variabel dan hipotesis, desain penelitian, sampel dan instrumen,
serta analisis data setiap jurnal dalam bentuk portofolio.
4. Mampu mengkomunikasikan hasil analisis jurnal secara mandiri dan kelom-
pok.
5. Mampu menghasilkan proposal penelitian skripsi.
6. Mengimplementasikan disposisi berpikir kritis dalam setiap kegiatan.

23
Indikator Kognitif: Indikator Disposisi Berpikir Kritis:
1. Menunjukkan beberapa contoh 1. Pencari Kebenaran (Truth-Seeking)
rumusan masalah penelitian bidang 2. Berpikiran Terbuka (Open-
Fisika dan Pendidikan Fisika. Mindedness)
2. Merumuskan pertanyaan penelitian 3. Analitis (Analyticity)
3. Membedakan rumusan masalah 4. Sistematis (Systematicity)
yang dapat diteliti dan yang tidak 5. Percaya Diri dalam Berpikir
dapat diteliti (researchable dan (Confidence in Reasoning)
nonresearchable). 6. Teliti (Inquisitiveness)
4. Menunjukkan empat karakteristik 7. Dewasa dalam Menilai (Maturity of
pertanyaan penelitian yang baik. Judgement)
5. Menjelaskan tiga cara untuk
memperjelas pertanyaan
penelitian .
6. Menunjukkan contoh definisi
operasional dan membedakannya
dengan definisi operasional yang
lain.
7. Mengidentifikasi hubungan dalam
penelitian dan memberi contoh
penelitian yang melibatkan
hubungan.

Indikator Berpikir Kritis:


1. Memahami dan mengekspresikan
makna/arti dari permasalahan.
2. Mengidentifikasi dan menyimpulkan
hubungan antar pernyataan, pertan-
yaan, konsep, deskripsi, atau ben-
tuk lainnya.
3. Mengakses kredibilitas pernyataan/
representasi serta mampu mengak-
ses secara logika hubungan antar
pernyataan, deskripsi, pertanyaan,
maupun konsep.
4. Mengidentifikasi dan mendapatkan
unsur-unsur yang dibutuhkan dalam
menarik kesimpulan.
5. Menetapkan dan memberikan ala-
san secara secara logis berdasar-
kan hasil yang diperoleh.
6. Memonitoring aktivitas kognitif se-
seorang, unsur-unsur yang diguna-
kan dalam aktivitas menyelesaikan
permasalahan, khususnya dalam
menerapkan kemampuan dalam
menganalisi dan mengevaluasi.

24
" " Pertanyaan penelitian saya adalah :
Bagaimana cara terbaik untuk
mengajarkan fisika pada siswa kelas
10? "

" Maaf , Tinah, tapi


pertanyaan seperti
yang Anda nyatakan ,
tidak bisa diteliti . "

Robert Waluyo seorang guru SMA di Palangkaraya, ingin


menyelidiki apakah metode inquiry akan meningkatkan minat siswa
kelas sebelas terhadap mata pelajaran Fisika.
Nirina Wahyuni, guru pendidikan jasmani di sebuah sekolah dasar
di Kuala Kurun, ingin mengetahui bagaimana respon siswa kelas
enam tentang program latihan baru -baru ini dilaksanakan oleh
Dinas Pendidikan Kabupaten.
Tania Indriyani, seorang konselor di dalam kota besar SMA di
Pangkalan Bun, bertanya-tanya apakah pendekatan berpusat
pada klien dapat membantu meringankan rasa permusuhan yang
banyak ditunjukkan muridnya selama sesi konseling. Masing-masing
contoh menyajikan masalah yang bisa berfungsi sebagai dasar
untuk penelitian. Bab ini membahas rumusan masalah - fokus dari
investigasi penelitian.
Seorang pengerajin mempunyai beberapa bahan baku perak ber-
bagai bentuk dan ukuran. Pengerajin tersebut aingin membedakan
bahan yang murni dan bahan yang tidak murni. (Adaptasi dari:
Fraenkel & Wallen, 2009)

25
MASALAH PENELITIAN
Masalah penelitian adalah masalah yang seseorang ingin teliti. Masalah bisa apa
saja, misalkan seseorang menemukan sesuatu yang tidak memuaskan atau mengganggu,
sebuah kesulitan dari beberapa macam hal, suatu keadaan yang perlu berubah, apa pun
yang tidak bekerja dengan baik. Masalah melibatkan bidang yang menjadi perhatian para
peneliti, kondisi yang ingin mereka tingkatkan, kesulitan mereka ingin hilangkan, pertanyaan
yang mereka cari jawabannya.

PERTANYAAN PENELITIAN
Biasanya masalah penelitian awalnya diajukan sebagai pertanyaan, yang
berfungsi sebagai fokus penyelidikan peneliti. Metodologi yang tepat disediakan untuk
setiap pertanyaan . Meskipun ada kemungkinan metodologi lain yang dapat digunakan, kita
anggap yang diberikan di sini adalah yang sangat tepat .
Apakah bahan plat datar aluminium lebih efisien sebagai kolektor thermal daripada plat
datar baja? (Penelitian eksperimental)
Apakah modifikasi media pembelajaran Fisika mengurangi keengganan siswa kelas 7
terhadap mata pelajaran Fisika ? ( Penelitian single- subjek eksperimen)
Apakah deskripsi masyarakat dalam studi diskusi sosial bias ? ( Penelitian grounded
theory )
Apa yang terjadi di dalam kelas sekolah dasar rata-rata selama seminggu? ( Penelitian
etnografi )
Apakah dosen berperilaku berbeda terhadap mahasiswa jenis kelamin yang berbeda ?
( Penelitian kausal - komparatif )
Bagaimana kita bisa memprediksi siswa yang mengalami kesulitan belajar pada
berbagai materi pelajaran yang berbeda? ( penelitian korelasiona)
Bagaimana respon orang tua terhadap kegiatan ekstra kurikuler Kelompok Diskusi
Sains yang diselenggarakan oleh sekolah? (penelitian survei)
Bagaimana cara kepala sekolah meningkatkan kualitas moral di sekolahnya?
(penelitian wawancara)
Kesamaan semua pertanyaan ini adalah bahwa kita dapat mengumpulkan data
dari berbagai macam cara untuk menjawab mereka. Hal Itulah yang membuat pertanyaan
penelitian tersebut bisa diteliti. Sebagai contoh, seorang peneliti dapat mengukur
tingkat kepuasan responden yang menerima metode yang berbeda dari terapi atau
peneliti dapat mengamati dan wawancara untuk menjelaskan fungsi ruang kelas sekolah
dasar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apa yang membuat pertanyaan-

26
pertanyaan ini bisa diteliti adalah bila ada informasi yang dapat dikumpulkan untuk
menjawab pertanyaan tersebut. (Sumber: Fraenkel & Wallen, 2009)

NO YES
Tidak dapat diteliti Dapat diteliti

Apakah saya Apakah katrol yang


menggunakan katrol digunakan untuk
memindahkan benda ke
untuk memindahkan atas memiliki nilai efisiensi
buku-buku saya? yang lebih baik daripada
Arco?

Bagaimanakah cara Pada usia berapa anak


terbaik untuk belajar diperkenalkan phonics,
membaca? usia 5, 6 atau 7 tahun?

Apakah beberapa Siapakah yang lebih


manusia dilahirkan banyak melakukan
buruk? kejahatan, orang miskin
atau kaya?

Gambar 2.1
Pertanyaan penelitian yang
dapat diteliti (researchable)
dan yang tidak dapat diteliti
(nonresearchable)

Ada jenis lain dari pertanyaan yang bagaimanapun tidak dapat dijawab dengan
cara mengumpulkan dan menganalisis data. Berikut adalah dua contoh :
Haruskah Filsafat dimasukkan di dalam kurikulum sekolah tinggi?
Apa arti kehidupan?

27
Mengapa pertanyaan-pertanyaan ini tidak bisa diteliti? Apa yang menghambat kita untuk
mengumpulkan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut?Alasannya
adalah sederhana dan mudah: Tidak ada cara untuk mengumpulkan informasi untuk
menjawab kedua pertanyaan. Kedua pertanyaan tersebut, dalam analisis akhir nya
adalah tidak dapat diteliti.

KARAKTERISTIK PERTANYAAN PENELITIAN YANG BAIK

Setelah pertanyaan penelitian telah dirumuskan, peneliti ingin mengubahnya


menjadi bentuk pertanyaan yang baik. Pertanyaan penelitian yang baik memiliki empat
karakteristik penting.
1. Pertanyaannya adalah layak ( yaitu, dapat diselidiki tanpa pengeluaran jumlah waktu,
tenaga , atau uang yang tidak semestinya) .
2. Pertanyaannya adalah jelas ( yaitu, kebanyakan orang akan setuju terhadap kata-
kata kunci dalam yang dimaksud dalam pertanyaan tersebut) .
3. Pertanyaannya adalah signifikan (yakni, perlu diteliti karena akan menyumbangkan
pengetahuan penting tentang kondisi manusia ) .
4. Pertanyaannya adalah etis (yakni, tidak akan melibatkan fisik atau kerugian psikologis
atau kerusakan manusia atau dengan lingkungan alam atau sosial yang terlibat
didalamnya.

Pertanyaan Penelitian Harus Layak


Kelayakan merupakan isu penting dalam merancang penelitian. Sebuah
pertanyaan yang layak adalah salah satu yang dapat diselidiki dengan sumber daya yang
tersedia . Beberapa penelitian, misalnya studi pengaruh suatu program jangka panjang,
memerlukan banyak waktu dan uang; penelitian lain membutuhkan jauh lebih sedikit .
Bidang pendidikan, tidak seperti bidang sains, teknologi, obat-obatan, bisnis, hukum,
pertanian, farmakologi, atau militer, penelitian bidang pendidikan tidak pernah membentuk
upaya penelitian on going yang berkaitan erat dengan praktek. Kebanyakan penelitian
pendidikan melakukan dilakukan di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan lainnya
seperti layaknya yang dilakukan oleh " orang luar " - kebanyakan dilakukan oleh profesor
sebuah universitas dan mahasiswa mereka - dan biasanya didanai oleh dana hibah.
Dengan demikian , kurangnya kelayakan sering serius membatasi upaya penelitian .
Berikut ini adalah dua contoh pertanyaan penelitian , satu layak dan satu tidak begitu
layak .

28
Layak : Bagaimana respon siswa di SMA Petra Surabaya tentang
program bimbingan yang baru saja dilaksanakan oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten ?
Tidak begitu layak : Bagaimana pengaruh pemberian laptop untuk setiap siswa
untuk digunakan satu semester terhadap prestasi belajar
siswa?

Pertanyaan Penelitian Harus Jelas

Pertanyaan penelitian harus jelas karena pertanyaan penelitian merupakan fokus


dari investigasi penelitian penyelidikan. Apa sebenarnya yang sedang diselidiki? Mari
kita perhatikan contoh pertanyaan penelitian yang tidak cukup jelas .
Contoh "Apakah kelas berorientasi humanistically efektif? "Meskipun frase
humanistically berorientasi kelas mungkin tampak cukup jelas, banyak orang
mungkin belum dapat memastikan dengan pasti apa artinya. Jika kita
bertanya, Apa itu kelas berorientasi humanistically? Kits mulai menemukan
bahwa tidak semudah yang kita pikirkan untuk menggambarkan karakteristik
esensialnya. Apakah yang terjadi di kelas tersebut berbeda dari apa yang
terjadi di ruang kelas lain? Apakah guru menggunakan beberapa jenis
strategi? Apakah mereka dalam kegiatan kuliah? Kegiatan apa sajakah
yang diikuti siswa? Seperti apakah ruang kelas yang dipergunakan -
bagaimana tempat duduk diatur, misalnya? Bahan pembelajaran apa yang
digunakan? Apakah bahan pembelajaran yang digunakan bervariasi?
Strategi apa yang digunakan guru dalam melibatkan siswa? Istilah lain
dalam pertanyaan penelitian ini juga ambigu. Apa istilah yang efektif berarti?
Apakah itu berarti "hasil peningkatan kemampuan akademis, "" hasilnya
siswa lebih bahagia, membuat hidup lebih mudah bagi para guru, " atau "
biayanya lebih hemat"? Ada banyak kemungkinan lain.

Para peneliti tidak punya pilihan selain menjelaskan secara spesifik tentang
istilah yang digunakan dalam pertanyaan penelitian, untuk mendefinisikan dengan tepat
apa yang harus diteliti. Dalam membuat upaya ini, peneliti akan mendapatkan
gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana cara melanjutkan penelitian dan, pada
kenyataannya, kadang-kadang peneliti dapat memutuskan untuk mengubah sifat
penelitian. Dengan demikian, kejelasan dari pertanyaan penelitian ditingkatkan?

29
DEFINISI ISTILAH

Pada dasarnya ada tiga cara untuk memperjelas istilah penting dalam pertanyaan
penelitian. Yang pertama adalah dengan menggunakan definisi yang konstitutif, yaitu
menggunakan apa yang sering disebut sebagai pendekatan kamus. Peneliti hanya
menggunakan kata-kata lain untuk mengatakan lebih jelas apa yang dimaksud. Dengan
demikian, istilah kelas humanistik mungkin didefinisikan sebagai sebuah kelas di mana:
(1) kebutuhan dan kepentingan siswa memiliki prioritas tertinggi; (2) siswa bekerja secara
mandiri denga cukup banyak periode waktu di masing-masing kelas; dan (3) guru
bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator kegiatan bukan seorang informan.
Perlu dicatat bahwa bagaimanapun definisi ini keliatannya masih belum jelas,
karena kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan istilah humanistik itu sendiri ambigu.
Apa maksud kalimat "kebutuhan dan minat siswa memiliki prioritas tertinggi" atau bahwa
"siswa bekerja secar a mandiri"? Apa yang dimaksud dengan "cukup" dari masing-masing
periode kelas? Apa yang guru lakukan ketika bertindak sebagai "pembimbing" atau
"fasilitator"? klarifikasi lebih lanjut diperlukan. Mahasiswa jurusan komunikasi telah
menunjukkan bahwa betapa sulitnya untuk memastikan bahwa pesan yang dikirim adalah
pesan diterima. Hal ini mungkin benar bahwa tidak ada yang pernah benar-benar
memahami arti dari istilah yang digunakan untuk berkomunikasi. Artinya, kita tidak pernah
bisa yakin bahwa pesan yang kami terima yang pengirim maksudkan.
Hal lain yang penting untuk diingat adalah bahwa sering terdapat istilah majemuk
atau frase lebih dari satu kata yang perlu didefinisikan. Misalnya, istilah terapi
nondirective pasti tidak akan diklarifikasi oleh definisi yang tepat dari nondirective dan
terapi, karena memiliki arti yang lebih khusus dan tidak dapat didefinisikan secara
terpisah, hal yang sama juga halnya seperti, ketidakmampuan belajar, pendidikan
bilingual, video interaktif, dan perawatan kesehatan di rumah perlu didefinisikan sebagai
keutuhan linguistik.
Berikut adalah tiga definisi dari istilah termotivasi untuk belajar. Yang manakah
menurut Anda definisi yang paling jelas?
1. Bekerja keras
2. Bersemangat dan antusias
3. Memberi perhatian pada tugas *

Seperti yang Anda lihat , pendekatan kamus untuk mengklarifikasi istilah memiliki
keterbatasan. Kemungkinan kedua adalah untuk mengklarifikasi dengan contoh. Peneliti
mungkin berpikir dengan pandangan kelas humanistik yang mereka ketahui dan kemudian
mencoba untuk menggambarkan semaksimal mungkin apa yang terjadi di ruang kelas
tersebut. Biasanya kami menyarankan peneliti untuk langsung melihat sendiri ruang kelas
tersebut dan mengetahui bahwa kelas tersebut berbeda dari kelas lain. Pendekatan ini
juga memiliki kendala, karena deskripsi peneliti mungkin masih tidak jelas bagi

30
orang lain. Dengan demikian, metode ketiga klarifikasi adalah dengan menentukan
definisi operasional. Definisi operasional mengharuskan peneliti menentukan tindakan
atau operasi yang diperlukan untuk mengukur atau mengidentifikasi istilah. Sebagai
contoh, di sini adalah dua definisi operasional yang mungkin dari istilah kelas humanistik.
1. Setiap kelas diidentifikasi oleh para ahli bidang tertentu sebagai contoh dari kelas
humanistik
2. Setiap kelas dinilai (oleh seorang pengamat yang memerlukan setidaknya satu hari
per minggu selama empat sampai lima minggu) untuk mendapatkan semua
karakteristik sebagai berikut::
a. Tidak lebih dari tiga anak yang bekerja dengan bahan yang sama pada saat yang
sama.
b. Guru tidak pernah menghabiskan lebih dari 20 menit per hari menangani kelas
sebagai sebuah kelompok.
c. Setidaknya setengah dari setiap periode kelas terbuka untuk siswa untuk bekerja
pada proyek-proyek yang mereka pilih sendiri dengan langkah mereka sendiri.
d. Beberapa (lebih dari tiga) set dari berbagai jenis bahan pembelajaran tersedia
untuk digunakan setiap siswa di kelas.
e. Tempat duduk nontradisional-siswa duduk dalam lingkaran, pengelompokan
kecil, atau bahkan duduk di lantai untuk mengerjakan proyek-proyek mereka.
f. Diskusi sering (setidaknya dua per minggu) dilakukan untuk mendorong
keberanian siswa untuk menyampaikan pendapat dan ide-ide mereka tentang
topik yang mereka baca dari buku teks.
Daftar karakteristik dan perilaku diatas mungkin dapat menjadi definisi kelas
humanistik yang cukup memuaskan untuk banyak orang (dan mungkin untuk Anda). Tapi
itu jauh lebih spesifik dibanding dengan definisi awal kita. Berbekal definisi ini, peneliti
dapat memutuskan dengan cepat apakah suatu kelas tertentu memenuhi syarat sebagai
contoh dari kelas humanistik atau tidak. Mendefinisikan istilah operasional adalah cara
yang bermanfaat untuk memperjelas maknanya. Definisi operasional adalah alat yang
bermanfaat dan harus dikuasai oleh seluruh mahaiswa peneliti. Ingat bahwa operasi atau
kegiatan yang diperlukan untuk mengukur atau mengidentifikasi istilah harus ditentukan
secara spesifik. Manakah dari seluruh definisi di bawah ini yang merupakan definisi
operasional dari istilah termotivasi belajar Fisika
1. Hal yang ditunjukkan berdasarkan antusiasme di kelas
2. Hal yang dinilai oleh mahasiswa calon guru Fisika menggunakan skala penilaian
yang dikembangkan
3. Hal yang diukur dengan "Ketertarikan pada Fisika kuesioner

31
4. Hal yang ditunjukkan saat memperhatikan tugas Fisika di kelas
5. Hal yang ditampilkan prestasi dalam prestasi Fisika
6. Hal yang ditunjukkan oleh catatan menunjukkan pada saat mendaftar memilih Fisika
7. Hal yangditunjukkan oleh usaha yang dilakukan di kelas
8. Hal yang ditunjukkan oleh kelengkapan mengumpulkan tugas pilihan
9. Hal yang ditunjukkan dengan membaca buku Fisika di luar kelas
10. Hal yang diamati oleh pembantu guru menggunakan catatan pengamatan
"Ketertarikan pada Fisika
Selain membantu pembaca memahami bagaimana peneliti benar-benar
mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, definisi operasional sering membantu
dalam mengklarifikasi istilah. Berpikir tentang bagaimana mengukur kepuasan kerja,
misalnya, cenderung memaksa peneliti untuk memperjelas, di pikirannya sendiri, apa yang
dia maksudkan dengan istilah itu.

Pertanyaan Penelitian Harus Signifikan

Pertanyaan penelitian juga harus merupakan penyelidikan yang memiliki nilai.


Pada intinya, kita harus mempertimbangkan aspek waktu, energi, dan materi untuk
mendapatkan jawaban pertanyaan penilitian. Apa yang harus kita pertimbangkan adalah
penelitian kita memiliki nilai? Bagaimana kontribusinya bagi ilmu pengetahuan dan
pendidikan? Bagi pengetahuan umat manusia? Apakah pengetahuan tersebut penting?
Pertanyaan-pertanyaan ini mengharuskan peneliti untuk berpikir tentang mengapa
pertanyaan penelitian tersebut berharga, penting atau signifikan.
Salah satu tugas yang paling penting bagi peneliti adalah untuk memikirkan nilai
penelitian sebelum terlalu banyak pekerjaan awal dilakukan. Tiga pertanyaan penting
harus diajukan:
1. Apakah mungkin jawaban penelitian ini meningkatkan pengetahuan di bidang saya?
2. Apakah mungkin jawaban atas pertanyaan penelitian ini mengembangkan dunia
pendidikan?
3. Apakah mungkin jawaban atas pertanyaan penelitian ini memperbaiki kondisi
manusia?
Ketika Anda berpikir tentang pertanyaan penelitian yang mungkin dirumuskan,
tanyakan diri sendiri: Mengapa penting untuk menjawab pertanyaan tersebut? Apakah
pertanyaan tersebut memiliki implikasi untuk meningkatkan praktek? untuk membuat
keputusan administratif? untuk perencanaan program? Apakah ada masalah yang penting
yang dapat diperjelas oleh pertanyaan penelitian tersebut? Apakah itu terkait dengan

32
keraguan tentang teori yang saat ini saya miliki atau ingin membuktikan? Memikirkan
kemungkinan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membantu Anda
menilai pentingnya pertanyaan penelitian potensial. Dalam pengalaman kami, usulan
penelitian mahasiswa cenderung memiliki dua kelemahan. Pertama, anggapan
mahasiswa berlebihan, misalnya, bahwa setiap orang setuju dengan mereka bahwa
penting untuk mempelajari sesuatu seperti kepercayaan diri atau kemampuan untuk
membaca. Dalam kenyataannya, tidak semua orang setuju bahwa ini adalah topik
penting untuk dipelajari; walaupun begitu, itu adalah tugas peneliti untuk meyakinkan
bahwa kasus tersebut mereka penting bukan hanya penting bagi peneliti.
Kedua, siswa sering melebih-lebihkan implikasi dari belajar. Bukti efektivitas
metode pengajaran tertentu, misalnya, tidak menyiratkan bahwa metode tersebut akan
secara umum diadopsi atau bahwa prestasi siswa secara otomatis akan meningkat.
Implikasi yang mungkin terjadi adalah bahwa diharapkan adanya perhatian yang lebih
diberikan pada metode tersebut untuk diberikan pada program pelatihan guru.

Pertanyaan Penelitian Seringkali Menyelidiki Hubungan


Ada karakteristik tambahan yang dimiliki pertanyaan penelitian yang baik.
Pertanyaan penelitian yang baik seringkali (tetapi tidak selalu) menunjukkan adanya
semacam hubungan untuk diselidiki. Hubungan yang diharapkan berarti bahwa dua
kualitas atau karakteristik yang diikat bersama-sama atau terhubung dalam beberapa cara.
Apakah motivasi dan belajar memiliki keterkaitan? Jika demikian, bagaimana?
Bagaimana dengan usia dan daya tarik? kecepatan dan berat badan? tinggi dan
kekuatan? Suatu kebijakan administratif dan nilai moral? Hal ini penting untuk
memahami bagaimana istilah hubungan digunakan dalam penelitian, karena istilah
tersebut memiliki arti lain dalam kehidupan sehari-hari.

GRUP A: GRUP B:
TIDAK ADA HUBUNGAN ADA HUBUNGAN

MALE FEMALE MALE FEMALE

Gambar 2.2
Ilustrasi Hubungan Antara Pemilih Gender dan Partai Afiliasi

33
Ketika peneliti menggunakan istilah hubungan, mereka tidak mengacu pada sifat atau
kualitas dari hubungan antara orang, misalnya. Apa yang kami dan peneliti lain maksud
mungkin lebih baik diklarifikasi secara visual. Misalnya, di data untuk kelompok A dan B
pada Gambar 2. 2 , Apa yang Anda perhatikan? Data hipotetis untuk grup A menunjukkan
bahwa dari sebanyak 32 orang, 16 adalah Partai Republik dan 16 adalah Demokrat. Hal
ini juga menunjukkan bahwa setengah laki-laki dan setengah yang wanita. Grup B
menunjukkan rincian yang sama oleh pihak afiliasi dan jenis kelamin. Apa yang berbeda
antara dua kelompok adalah bahwa tidak ada asosiasi atau hubungan antara gender dan
partai politik dalam kelompok A, sedangkan ada hubungan yang sangat kuat antara kedua
faktor ini dalam kelompok B. Kita dapat mengungkapkan hubungan dalam kelompok B
dengan mengatakan bahwa laki-laki cenderung Partai Republik sementara betina
cenderung Demokrat. Kita juga dapat mengungkapkan hubungan ini dalam hal prediksi.
Haruskah wanita lain bergabung dengan grup B, kami akan memprediksi dia akan menjadi
Demokrat karena 14 dari sebelumnya 16 wanita adalah Demokrat. (Sumber: Fraenkel &
Wallen, 2009)

34
BAB 3
VARIABEL DAN HIPOTESIS

Capaian Pembelajaran

1. Memiliki sikap disposisi berpikir kritis: mengungkapkan dengan jelas tentang makna tujuan
dari apa yang dikatakan, yang ditulis atau bahkan yang dikomunikasikan; menentukan dan
tetap fokus pada kesimpulan atau pertanyaan; mencari dan memberikan alasan; beru-
saha mendapatkan pengetahuan atau informasi yang cukup aktual; mencoba untuk mere-
fleksikan apa yang menjadi keyakinan dasar; berpikiran terbuka.
2. Mampu menganalisis karya ilmiah secara mendalam serta mampu membuat rancangan
penelitian yang berkualitas yang ditunjukkan melalui keterampilan berpikir kritis dengan
memanfaatkan IPTEK untuk menyelesaikan masalah.
3. Mampu menganalisis hasil penelitian di bidang Fisika dan Pendidikan Fisika, serta mampu
membuat desain proposal penelitian yang berkualitas yang ditunjukkan melalui keterampi-
lan menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, menginferensi, menjelaskan, dan
meregulasi diri dengan memanfaatkan ICT untuk menyelesaikan masalah di bidang Fisika
dan Pendidikan Fisika.
4. Mampu mengombinasikan konsep-konsep teoritis penelitian, dasar-dasar metode ilmiah,
jenis-jenis penelitian, metode, teknik, dan prosedur berbagai jenis penelitian, menentukan
topik penelitian, merumusan masalah, menentukan variabel penelitian, membuat kajian
pustaka, memilih sampel penelitian, sumber data, instrumen penelitian, pengolahan data
dalam suatu proposal penelitian.

Kemampuan Akhir Mata Kuliah:


1. Merumuskan jenis-jenis penelitian, perumusan masalah, variabel dan hipote-
sis, desain penelitian, instrumen dan sampel penelitian, serta analisis data
penelitian secara komprehensif dan mendalam melalui kegiatan analisis jurnal
fisika dan pendidikan fisika secara kritis pada kegiatan tatap muka dan e-
learning.
2. Mampu mengembangkan jenis-jenis penelitian, perumusan masalah, variabel
dan hipotesis, desain penelitian, instrumen dan sampel penelitian, serta anal-
isis data penelitian dalam penyelesaian masalah autentik.
3. Mampu mendiseminasikan kajian analisis jenis penelitian, perumusan
masalah, variabel dan hipotesis, desain penelitian, sampel dan instrumen,
serta analisis data setiap jurnal dalam bentuk portofolio.
4. Mampu mengkomunikasikan hasil analisis jurnal secara mandiri dan kelom-
pok.
5. Mampu menghasilkan proposal penelitian skripsi.
6. Mengimplementasikan disposisi berpikir kritis dalam setiap kegiatan.

35
Indikator Kognitif: Indikator Disposisi Berpikir Kritis:
1. Pencari Kebenaran (Truth-Seeking)
1. Menjelaskan apa yang dimaksud den- 2. Berpikiran Terbuka (Open-
gan istilah variabel. Mindedness)
2. Mengategorikan lima jenis variabel 3. Analitis (Analyticity)
dalam penelitian . 4. Sistematis (Systematicity)
3. Membedakan variabel dan konstanta. 5. Percaya Diri dalam Berpikir
4. Mengidentifikasi keterkaitan variabel (Confidence in Reasoning)
bebas dan variabel terikat. 6. Teliti (Inquisitiveness)
5. Menunjukkan contoh variabel modera- 7. Dewasa dalam Menilai (Maturity of
tor. Judgement)
6. Menjelaskan pengertian hipotesis.
7. Merumuskan masing-masing 2 hipote-
sis yang dapat diteliti pada bidang
Fisika dan Pendidikan Fisika.
8. Menentukan kelebihan dan kelemahan
pertanyaan penelitian sebagai hipote-
sis.

Indikator Berpikir Kritis:


1. Memahami dan mengekspresikan
makna/arti dari permasalahan.
2. Mengidentifikasi dan menyimpul-
kan hubungan antar pernyataan,
pertanyaan, konsep, deskripsi,
atau bentuk lainnya.
3. Mengakses kredibilitas pern-
yataan/representasi serta mampu
mengakses secara logika hubun-
gan antar pernyataan, deskripsi,
pertanyaan, maupun konsep.
4. Mengidentifikasi dan mendapatkan
unsur-unsur yang dibutuhkan
dalam menarik kesimpulan.
5. Menetapkan dan memberikan ala-
san secara secara logis berdasar-
kan hasil yang diperoleh.
6. Memonitoring aktivitas kognitif seseo-
rang, unsur-unsur yang digunakan
dalam aktivitas menyelesaikan perma-
salahan, khususnya dalam menerap-
kan kemampuan dalam menganalisi
dan mengevaluasi.

36
Berapa banyak variabel yang dapat diidentifikasi dari gambar ini?

Lina Mahalia dan Jenna Mariani minum kopi bersama setelah


mengikuti suatu seminar penelitian Fisika di kampus mereka.
Keduanya bingung dengan beberapa ide yang muncul dalam
pertemuan tadi.
" Saya tidak yakin saya setuju dengan Ibu Naser " ( instruktur
mereka ), kata Jenna . " Dia mengatakan bahwa ada banyak
keuntungan bagi kita bila kita membuat memprediksi hasil
penelitian kita . "
" Ya , aku tahu , " jawab Marge . " Tapi merumuskan hipotesis
tampaknya merupakan ide yang baik bagi saya . "
" Yah, mungkin , tetapi ada beberapa kelemahan juga . "
"oh ya? Saya kok merasa tidak ada. "
" Nah begini, bagaimana dengan ......................? "
Sebenarnya, baik Jenna dan Marge benar. Ada keuntungan dan
kerugian bila kita membuat hipotesis. Sebagai kelanjutan dari
pertanyaan penelitian, kita akan membahasnya dalam bab ini .
(Adaptasi: Fraenkel & Wallen, 2009)

37
PENTINGNYA MEMPELAJARI HUBUNGAN
Pada Bab 2 sudah dijelaskan bahwa karakteristik penting dari pertanyaan
penelitian adalah pertanyaan tentang hubungan sesuatu dengan sesuatu yang ingin
diteliti. Namun tidak semua pertanyaan penelitian menunjukkan hubungan. Terkadang
peneliti hanya tertarik dalam memperoleh informasi secara deskriptif untuk mengetahui
bagaimana orang berpikir atau merasa atau menjelaskan bagaimana mereka berperilaku
dalam situasi tertentu. Atau tujuannya adalah untuk menggambarkan suatu program
atau kegiatan tertentu. Pertanyaan seperti itu juga layak untuk diteliti. Dengan
demikian, pertanyaan penelitian yang dapat dijukan adalah sebagai berikut :
Bagaimana pengaruh intensitas matahari terhadap efisiensi kolektor termal plat
datar?
Sejauh mana perubahan viscositas pelumas dapat mempengaruhi efisiensi mobil
balap?
Apakah jumlah siswa yang mendaftar di SMK dibandingkan dengan persiapan SMA
berubah selama empat tahun terakhir ?
Bagaimana perbedaan hasil belajar Listrik Magnet mahasiswa saat ini dengan yang
sebelum diberikan praktikum Listrik Magnet?
Apa yang dilakukan oleh dosen pada kegiatan belajar Thermodinamika berorientasi
inkuiri?
Perhatikan bahwa tidak ada hubungan yang disarankan pada pertanyaan-
pertanyaan penelitian diatas. Peneliti hanya ingin mengidentifikasi karakteristik, perilaku,
perasaan, atau pikiran. Hal ini diperlukan untuk memperoleh informasi tersebut sebagai
langkah pertama dalam merancang penelitian lain atau membuat beberapa macam
keputusan pendidikan. Pertanyaan penelitian murni deskriptif memiliki jawaban yang
tidak membantu kita memahami mengapa orang merasa atau berpikir atau berperilaku
dengan cara tertentu, mengapa program memiliki karakteristik tertentu mengapa Strategi
tertentu harus digunakan pada waktu tertentu, dan sebagainya . Kita dapat belajar apa
yang terjadi, atau di mana atau kapan ( dan bahkan bagaimana ) sesuatu yang terjadi,
tapi tidak mengapa hal itu terjadi. Akibatnya, pemahaman kita tentang situasi, kelompok,
atau fenomena terbatas. Karenanya, para ilmuwan lebih menghargai pertanyaan
penelitian yang menyarankan hubungan untuk diselidiki, karena jawaban penelitian
tersebut membantu menjelaskan sifat dari dunia di mana kita hidup. Kita belajar untuk
memahami dunia dengan belajar menjelaskan bagaimana bagian itu
berhubungan. Kita mulai mendeteksi pola atau hubungan antara bagian-bagian. Kami
percaya bahwa pemahaman umumnya dapat ditingkatkan dengan memperlihatkan
hubungan atau koneksi. Karenanya, kita mendukung pembuatan hipotesis yang
memprediksi keberadaan hubungan. Diperlukan banyak waktu untuk seorang peneliti
berhipotesis bahwa hubungan tidak ada. Mengapa begitu? Satu-satunya argumen
persuasif yang kita tahu adalah dari pertentangan luas (tapi mungkin bisa saja salah

38
begitu? Satu-satunya argumen persuasif yang kita tahu adalah dari pertentangan luas
(tapi mungkin bisa saja salah salah) kepercayaan. Sebagai contoh, jika dapat
menunjukkan bahwa banyak orang meyakini, namun tanpa adanya bukti yang memadai,
bahwa pria-pria muda adalah kurang memiliki empati dibandingkan gadis-gadis muda,
sebuah studi di mana peneliti tidak menemukan perbedaan antara anak laki-laki dan
perempuan (yaitu, tidak ada hubungan antara gender dan simpati). Sayangnya, sebagian
besar (tetapi tidak berarti semua) kesalahan metodologis yang dibuat dalam penelitian
(seperti menggunakan instrumen yang tidak memadai atau terlalu kecil sampel peserta)
meningkatkan peluang untuk menemukan tidak ada hubungan antara variabel. (Sumber:
Kothari 2004:2)

VARIABEL
Apakah Variabel?
Penting untuk memperkenalkan gagasan mengenai variabel, karena hubungan
adalah suatu pernyataan tentang variabel. Apakah variabel? Variabel adalah konsep
kata benda yang terdiri dari segala sesuatu mengenai kelas objek, seperti kursi, jenis
kelamin, warna mata, prestasi, motivasi, atau menjalankan kecepatan. Bahkan
keberanian, gaya, dan nafsu untuk hidup adalah variabel. Perhatikan bahwa anggota
individu di kelas objek, bagaimanapun, harus berbeda atau bervariasi untuk memenuhi
syarat kelas sebagai variabel. Jika semua anggota kelas identik, kita tidak memiliki
variabel. Karakteristik seperti disebut konstanta, karena anggota individu kelas tidak
bervariasi, melainkan yang dikondisikan konstan. Dalam penelitian apapun, beberapa
karakteristik adalah variabel, sementara karaktristik yang lain akan konstanta. Sebuah
contoh mungkin memperjelas perbedaan ini. Seorang peneliti tertarik dalam mempelajari
efek penguatan terhadap prestasi belajar mahasiswa. Peneliti secara sistematis membagi
sekelompok besar mahasiswa, menjadi tiga sub kelompok yang lebih kecil. Dia
kemudian melatih gdosen-dosen dari sub-kelompok untuk memperkuat mahasiswa
mereka dengan cara yang berbeda (satu memberikan lisan pujian, kedua memberikan
hadiah uang, ketiga memberikanpoin tambahan). Dalam penelitian ini, penguatan akan
menjadi variabel (mengandung tiga variasi), sedangkan tingkat kelas dari mahasiswa akan
menjadi konstanta.
Para peneliti harus bisa menentukan secara spesifik variabel dan alat ukurnya. Kita
tidak bisa mengukur atau memanipulasi variabel jika kita tidak bisa mendefinisikannya.
Seperti yang telah disebutkan di atas, banyak penelitian pendidikan melibatkan mencari
hubungan antara variabel. Tapi variabel apa? Ada banyak variabel "di luar sana" di
dunia yang bisa diselidiki. Jelas kita tidak dapat menyelidiki mereka semua, jadi kita
harus memilih. Peneliti memilih variabel tertentu untuk menyelidiki karena mereka
menduga bahwa variabel ini entah bagaimana terkait dan percaya bahwa akan
menemukan sifat hubungan ini. (Sumber: Fraenkel & Wallen, 2009)

39
VARIABEL KUANTITATIF VERSUS VARIABEL KUALITATIF
Variabel dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara. Ditinjau dari data
penelitian, variabel dapat dibedakan menjadi 2, yaitu variabel kuatitatif dan variabel
kualitatif (biasa disebut variabel kategorikal). Quantitative Variable, adalah variabel yang
datanya berupa angka (skala ordinal, interval, atau rasio). Sedangkan Qualitative
Variable, adalah variabel yang datanya berupa data kualitatif (skala nominal atau ordinal).

VARIABEL BEBAS VERSUS VARIABEL TERIKAT


Suatu cara yang umum dan berguna untuk mempelajari variabel adalah dengan
mengklasifikasikannya menjadi variabel independen (bebas) atau variabel dependen
(terikat). Variable Independen adalah variabel yang dipilih peneliti untuk meneliti
pengaruhnya terhadap satu atau lebih variabel lain. Variabel independen dianggap
mempengaruhi (setidaknya sebagian penyebab) atau entah bagaimana mempengaruhi
setidaknya satu variabel lainnya. Variabel yang diperkirakan dipengaruhi variabel
independen disebut Variabel Dependen. Variabel dependen "tergantung pada"
perlakuan variabel independen yang mempengaruhi. Misalnya, seorang peneliti
mempelajari hubungan antara keberhasilan anak di Fisika dan pilihan karir saat dewasa.
Peneliti cenderung merujuk pada anak yang sukses di Fisika pada saat lampau sebagai
variabel independen variabel dan selanjutnya pilihan karir sebagai variabel dependen.
Dalam suatu penelitian dimungkinkan untuk menyelidiki lebih dari satu variabel
independen. Untuk mudahnya, kami menyajikan contoh-contoh di mana hanya satu
independen dan satu dependen variabel yang terlibat.

Hubungan antara independen dan dependen variabel dapat digambarkan secara


grafis sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen


Memengaruhi
(asumsi awal atau (Hasil yang diperkirakan)
kemungkinan penyebab)

Sekarang mari kita periksa pemahaman Anda. Seorang peneliti berencana untuk meneliti
dengan pertanyaan penelitian: "Apakah mahasiswa yang diajar oleh tim dosen yang
terdiri dari tiga orang dosen memperoleh lebih banyak ilmu dari mahasiswa diajarkan oleh
satu orang dosen?" Apa variabel independen dan variabel dependen pada pertanyaan
penelitian ini ?*

40
Perhatikan bahwa ada dua kondisi (kadang-kadang disebut tingkat) pada
Variable independen "tiga dosen" dan "Satu dosen." Perhatikan juga bahwa variabel
dependennya adalah bukan "pembelajaran sains" tapi "jumlah pembelajaran sains."
Dapatkah Anda melihat mengapa? Pada titik ini, mulai mendapatkan sedikit kerumitan.
Independen variabel dapat dimanipulasi atau dipilih. Variabel Manipulasi adalah salah
satu variabel yang biasanya ditemukan pada penelitian eksperimental. Misalnya, peneliti
memutuskan untuk menyelidiki efek perbedaan jumlah penguatan terhadap prestasi
membaca dan secara sistematis membagi mahasiswa menjadi tiga kelompok yang
berbeda. Satu kelompok dipuji terus menerus setiap hari selama sesi membaca;
kelompok kedua hanya di sampaikan kalimat "tetaplah bekerja dengan baik"; kelompok
ketiga didiamkan saja. Peneliti, pada dasarnya, memanipulasi kondisi dipenelitian
eksperimen ini, sehingga menciptakan variabel jumlah penguatan. Setiap kali peneliti
mempersiapkan kondisi eksperimental, satu atau lebih variabel diciptakan. Variabel itu
disebut variabel manipulasi, variabel eksperimental atau variabel perlakuan.
Kadang-kadang peneliti memilih variabel independen yang sudah ada. Dalam hal
ini, peneliti harus mencari dan memilih dari contoh, daripada menciptakannya. Di contoh
kita sebelumnya, metode membaca, peneliti hanya mencari dan memilih contoh yang ada
dari setiap metode membaca, daripada merancangnya. Variabel independen yang dipilih
tidak terbatas studi yang membandingkan perlakuan yang berbeda; yang ditemukan dalam
studi kausal - komparatif dan korelasional, namun dapat berupa kategorikal atau
kuantitatif. Ide kunci di sini adalah bahwa independen variabel (baik dibuat atau dipilih)
diperkirakan mempengaruhi variabel dependen.
Perhatikan juga bahwa, dalam beberapa kasus, hubungan independen/depeden
mungkin bisa terbalik, tergantung pada sudut pandang peneliti. Misalnya, peneliti
mungkin berpikir bahwa hasil tes menyebabkan kecemasan, bukan sebaliknya. Secara
umum, kebanyakan penelitian pendidikan yang memiliki satu variabel kuantitatif dan satu
variabel kategoris adalah penelitian yang membandingkan metode atau perlakuan yang
berbeda.
Sekali lagi, mari kita periksa pemahaman Anda. Misalkan peneliti berencana
untuk meneliti pertanyaan berikut: "Apakah pipa baja karbon akan lebih cepat mengalami
korosi bila dicelup dalam larutan NaCl daripada jika dicelupkan dalam larutan asam
asetat? "Apakah variabel hasil dalam pertanyaan ini? (Adaptasi: Fraenkel & Wallen,
2009)

41
VARIABEL MODERATOR
Variabel moderator adalah tipe khusus dari variabel independen. Variabel
moderator adalah variabel independen sekunder yang dipilih untuk penelitian dengan
tujuan menentukan apakah variabel moderator itu mempengaruhi atau memodifikasi
hubungan mendasar antara variabel independen primer dan variabel dependen. Dengan
demikian, jika seorang peneliti berpikir bahwa hubungan antara variabel X dan Y mungkin
diubah dalam beberapa cara oleh variabel ketiga Z, maka Z dapat dimasukkan dalam
penelitian sebagai variabel moderator.
Misalkan seorang peneliti tertarik dalam membandingkan efektivitas dari
pendekatan discussion oriented dengan pendekatan yang lebih berorientasi visual untuk
mengajar suatu bagian materi Fisika di kelas. Misalkan, selanjutnya, peneliti
memperkirakan bahwa pendekatan diskusi mungkin sangat baik untuk siswa perempuan
di kelas (yang tampak lebih verbal dan belajar lebih baik melalui bercakap-cakap dengan
orang lain) dan bahwa pendekatan visual mungkin lebih efektif untuk siswa laki-laki (yang
tampaknya menjadi gembira setiap kali video ini ditunjukkan). Maka, ketika siswa diuji
bersama-sama di akhir materi, hasil keseluruhan dari dua pendekatan mungkin
menunjukkan tidak ada perbedaan, tapi ketika siswa perempuan dipisahkan dari siswa laki
-laki, dua pendekatan akan mungkin mengungkapkan hasil yang berbeda untuk masing-
masing sub-kelompok. Jika demikian, maka variabel moderator gender berhubungan
dengan pendekatan pembelajaran (variabel independen) dan efektivitas (variabel
dependen) . Pengaruh variabel moderator ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Berikut adalah dua contoh dari hipotesis yang mengandung variabel moderator.
Hipotesis 1 : "Kecemasan mempengaruhi tes kinerja, tetapi nilai hubungannya lebih
rendah untuk siswa yang berpengalaman mengerjakan tes."
variabel independen : tingkat kecemasan
variabel moderator : pengalaman mengerjakan tes
variabel dependen : hasil tes
Hipotesis 2 : "Kemampuan berpikir siswa SMA yang belajar dengan metode inkuiri
akan tampil lebih baik pada tes berpikir kritis dibanding dengan siswa
SMA yang belajar dengan metode demonstrasi, meskipun akan berlaku
sebaliknya bagi siswa SD. "
variabel independen : metode pembelajaran
variabel moderator : tingkat kelas
variabel dependen : kinerja pada tes berpikir kritis

42
ki
Sisw
a Pere aL aki-la
mpua Sisw
Prestasi Belajar
n

Sisw
a Pere
mpua
n
ki
aL aki-la
Sisw

Diskusi Visual
Pendekatan Pembelajaran

Gambar 3.1
Hubungan Antara Pendekatan Pembelajaran (Variabel Independen) dan Prestasi Belajar
(Dependen Variabel), sebagai Gender Siswa adalah Variabel Moderator

VARIABEL KONTROL DAN VARIABEL EXTRANEOUS

Ketika peneliti merasa tidak puas dengan hasil yang ditunjukkan oleh variabel
bebas dan variabel terikat yang dianalisis, maka perlu dilakukan analisis lanjutan dengan
memperhitungkan variabel-variabel yang lain (variabel-variabel penjelas) yang dapat lebih
menjelaskan realitas yang sesungguhnya. Analisis lanjutan ini disebut dengan analisis
penjelas (elaboration). Sedangkan variabel yang perlu diperhitungkan dalam analisis ini
antara lain adalah variabel kontrol dan variabel extraneous (variabel asing).

Variabel Kontrol
Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan pengaruhnya terhadap
variabel terikat. Pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan nilai yang sama
(dijadikan konstanta).
Contoh: Jika meneliti tentang Nilai yang Dicapai Mahasiswa dalam Perkuliahan
Mekanika (variabel terikat) yang diduga dipengaruhi oleh IQ-nya (variabel bebas), maka
variabel lain yang juga diduga berpengaruh terhadap Nilai dimaksud seperti Minat
dikendalikan (variabel kontrol), yaitu dengan menggunakan satu nilainya saja seperti
mahasiswa yang memiliki minat belajar Statistika yang Tinggi.
Variabel kontrol ini sering ditemukan pada penelitian di bidang eksakta,
terutama pada penelitian eksperimental. Pada bidang sosial, pengontrolan variabel lebih
sulit dilakukan terutama pada penelitian observasional.
Catatan: Pengontrolan variabel yang berpengaruh terhadap variabel terikat
selain dapat dilakukan dengan cara membuat variabel menjadi konstanta (secara
metodologis), juga dapat dilakukan dengan pengontrolan secara statistis/matematis.
Pengontrolan secara statistis dapat dilihat secara eksplisit pada analisis-analisis parsial.

43
Variabel Extraneous
Variabel Extraneous adalah adalah variabel yang diabaikan pengaruhnya
terhadap variabel terikat, karena pengaruhnya dianggap tidak signifikan. Masalah dasar
dalam penelitian adalah bahwa ada banyak variabel independen yang bisa memiliki
pengaruh pada variabel dependen. Setelah peneliti telah memutuskan variabel untuk
diteliti, mereka harus peduli tentang pengaruh atau efek dari variabel lain yang ada.
variabel tersebut biasanya disebut variabel extraneous (variabel asing).
Tugas kita adalah untuk mengontrol variabelvariabel asing dan menghilangkan
atau meminimalkan efeknya. variabel asing adalah variabel independen yang belum
terkontrol. Apa saja variabel lain yang bisa berpengaruh pada belajar dari siswa dalam
situasi kelas? Ada banyak variabel asing mungkin. Kepribadian dari guru yang terlibat,
tingkat pengalaman mahasiswa, saat hari kelas diajarkan, yang sifat subjek yang
diajarkan, buku teks yang digunakan, jenis kegiatan tugas dari guru, dan semua yang
mungkin mempengaruhi hasil belajar dalam penelitian ini.
Contoh: Jika meneliti tentang Nilai yang Dicapai Mahasiswa dalam Perkuliahan
Mekanika (variabel terikat yang diduga dipengaruhi oleh IQ-nya (variabel bebas), maka
variabel lain yang juga diduga berpengaruh terhadap nilai dimaksud namun dianggap
pengaruhnya kecil (negligible) sehingga tak berarti (nonsignificant) seperti Penggunaan
Ruangan ber-AC, diabaikan.

APAKAH HIPOTESIS ?
Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti kurang
dari dan thesis yang berarti pendapat. Jadi hipotesis merupakan suatu pendapat atau
kesimpulan yang belum final, yang harus diuji kebenarannya (Djarwanto, 1994 : 13).
Secara teknis, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan
diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian (Sumadi
Suryabrata, 1991 : 49). Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai
keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel (Sumadi Suryabrata, 2000 :
69).
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori dan
belum menggunakan fakta. Oleh karena itu, setiap penelitian yang dilakukan memiliki
suatu hipotesis atau jawaban sementara terhadap penelitian yang akan dilakukan. Dari
hipotesis tersebut akan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah
hipotesis tersebut benar adanya atau tidak benar. Dalam penelitian yang
menggunakan analisis statistik inferensial, terdapat dua hipotesis yang perlu diuji, yaitu
hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Menguji hipostesis penelitian berarti menguji
jawaban yang sementara itu apakah betul-betul terjadi pada sampel yang diteliti atau tidak.
Kalau erjadi berarti hipotesis penelitian terbukti dan kalau tidak berarti bahwa tidak

44
terbukti. Selanjutnya menguji hipotesis statistik, berarti menguji apakah hipotesis penelitian
yang telah terbukti atau tidak terbukti berdasarkan data sampel itu dapat diberlakukan
pada populasi atau tidak. Suatu hipotesis hanya menempatkan prediksi/ kemungkinan
hasil dari sebuah penelitian.
Pertanyaan Penelitian: apakah prestasi siswa yang diajar Fisika oleh guru dari jenis
kelamin yang sama seperti subjek lebih baik dibanding dengan guru dari jenis kelamin
yang berbeda?
Hipotesis : Prestasi siswa diajarkan Fisika dengan seorang guru dengan jenis kelamin
yang sama seperti subjek akan lebih baik dari siswa diajarkan sejarah dengan guru yang
berbeda jenis kelamin.
Contoh lainnya, seseorang dapat memulai dengan pertanyaan, apa peran
persepsi anak-anak tentang diri mereka sendiri dalam proses belajar membaca?.
Kemudian dari hal ini dapat dirumuskan suatu hipotesis bahwa ada hubungan positif
antara persepsi anak-anak terhadap diri mereka sendiri dan hasil belajar membaca di
kelas satu. Atau seseorang mungkin mulai dengan pertanyaan seperti, apa pengaruh
latihan prasekolah terhadap hasil belajar anak-anak kelas satu yang memgalami
hambatan kultur sekolah itu?. Hipotesisnya mungkin berbunyi, anak-anak yang mengalami
hambatan cultural dan telah menerima latihan prasekolah, akan memperoleh angka lebih
tinggi di kelas satu dari pada anak-anak yang mengalami hambatan cultural tetapi tidak
menerima latihan pra sekolah.
Dari kedua contoh di atas dapat dilihat bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan
yang menghubungkan dua variable. Dari contoh pertama, variable tersebut adalah
persepsi diri dan hasil belajar membaca, sedangkan dalam contoh kedua, variable tersebut
adalah latihan prasekolah dan hasil belajar di kelas satu. Dari uraian diatas tampak bahwa
hipotesis sangatlah penting kedudukannya dalam suatu penelitian, untuk itu pada bagian
berikut ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan langsung dengan pengertian
hipotesis, fungsi atau manfaat dari hipotesis, karakteristik hipotesis, jenis dan bentuk
hipotesis, cara merumuskan hipotesis, dan secara ringkas mengenai prosedur pengujian
hipotesis.

FUNGSI HIPOTESIS

Fungsi atau kegunaan hipotesis yang disusun dalam suatu rencana penelitian,
setidaknya ada empat yaitu:
1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta
memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
Untuk dapat sampai pada pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai masalah
pendidikan, peneliti harus melangkah lebih jauh dari pada sekedar mengumpukan
fakta yang berserakan, untuk mencari generalisasi dan antar hubungan yang ada

45
diantara fakta-fakta tersebut. Antar hubungan dan generalisasi ini akan memberikan
gambaran pola, yang penting untuk memahami persoalan. Pola semacam ini tidaklah
menjadi jelas selama pengumpulan data dilakukan tanpa arah. Hipotesis yang telah
terencana dengan baik akan memberikan arah dan mengemukakan penjelasan.
Karena hipotesis tersebut dapat diuji dan divalidasi (pengujian kesahiannya) melalui
penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat mebantu kita untuk memperluas
pengetahuan.
2. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam
penelitian. Pertanyaan tidak dapat diuji secara langsung. Penelitian memang dimulai
dengan suatu pertanyaan, akan tetapi hanya hubungan antara variabel yang akan
dapat duji. Misalnya, peneliti tidak akan menguji pertanyaan apakah komentar guru
terhadap pekerjaan murid menyebabkan yang tersirat dalam pertanyaan tersebut
komentar guru terhadap hasil pekerjaan murid, menyebabkan meningkatnya hasil
belajar murid secara nyata atau yang lebih spesifik lagi skor hasil belajar siswa yang
menerima komentar guru atas pekerjaan mereka sebelumnya akan lebih tinggi dari
pada skor siswa yang tidak menerima komentar guru atas pekerjaan mereka
sebelumnya. Selanjutnya peneliti, dapat melanjutkan penelitiannya dengan meneliti
hubngan antara kedua vatiabel tersebut, yaitu komentar guru dan prestasi siswa.
3. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
Hipotesis merupakan tujuan khusus. Dengan demikian hipotesis juga menentukan
sifat-sifat data yang diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut. Secara sangat
sederhana, hipotesis menunjukkan kepada para peneliti apa yang harus dilakukan.
Fakta yang harus dipilih dan diamati adalah fakta yang ada hubungannya dengan
pertanyaan tertentu. Hipotesislah yang mentukan relevansi fakta-fakta itu. Hipotesis
ini dapat memberikan dasar dalam pemilihan sampel serta prosedur penelitian yang
harus dipakai. Hipotesis juga dapat menunjukkan analisis satatistik yang diperlukan
dan hubungannya yang harus menunjukkan analisis statistik yang diperlukan agar
ruang lingkup studi tersebut tetap terbatas, dengan mencegahnya menjadi terlalu
sarat. Sebagai contoh, lihatlah kembali hipotesis tentang, latihan pra sekolah bagi
anak-anak kelas satu yang mengalami hambatan kultural. Hipotesi ini menunjukkan
metode penelitian yang diperlukan serta sampel yang harus digunakan. Hipotesis
inipun bahkan menuntun peneliti kepada tes statistik yang mungkin diperlukan untuk
menganalisis data. Dari pernyataan hipotesis itu, jelas bahwa peneliti harus
melakukan eksperimen yang membandingkan hasil belajar dikelas satu dari sampel
siswa yang mengalami hambatan kultural dan telah mengalami program prasekolah
dengan sekelompok anak serupa yang tidak mengalami progaram pra sekolah. Setiap
perbedaan hasil belajar rata-rata kedua kelompok tersebut dapat dianalisis denga tes
atau teknik analisis variansi, agar dapat diketahui signifikansinya menurut statistik.
4. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.
Akan sangat memudahkan peneliti jika mengambil s etiap hipotesis secara terpisah

46
dan menyatakan kesimpulan yang relevan dengan hipotesis tersebut. Artinya, peneliti
dapat menyusun bagian laporan tertulis ini diseputar jawaban-jawaban terhadap
hipotesis semula, sehingga membuat penyajian ini lebih berarti dan mudah dibaca.

JENIS DAN BENTUK HIPOTESIS


Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian antara lain :
1. Hipotesis kerja atau alternatif, disingkat Ha. Hipotesis alternatif diposisikan
sebagai bentuk batasan ilmu pengetahuan setelah diperoleh dari hasil kajian
teoritis. Mereka dapat digunakan untuk menempatkan bentuk pernyataan lain
selain hipotesis nol (nihil). Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan
antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja:
Jika... Maka...
Ada perbedaan antara... Dan... Dalam...
Ada pengaruh... Terhadap...

2. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho. Hipotesis ini menyatakan tidak
ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X
terhadap variabel Y. Rumusannya:
Tidak ada perbedaan antara......Dengan..... Dalam.....
Tidak ada pengaruh..... terhadap.......

Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah


penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah
penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (Variabel mandiri), Komparatif
(perbandingan), dan asosiasif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis
penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif/hubungan.
Hipotesis deskriptif, adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif,
hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah komparatif, dan
hipotesis asosiasif adalah jawaban sementara terhadap masalah asosiasif. Karakteristik
dari suatu hipotesis sangat terkait dengan
Hipotesis deskriptif

Hipotesis deskritif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang
berkenaan dengan variabel mandiri.
Hipotesis komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang
berbeda, atau
47
Dengan demikian berdasarkan cara memperolehnya dibagi atas dua yaitu
hipotesis yang diperoleh secara induktif dari pengamatan tingkah laku dan hipotesis yang
diperoleh secara deduktif dari hasil-hasil penelitian sebelumnya. keadaan itu terjadi pada
waktu yang berbeda.

Hipotesis deduktif
Hipotesis deduktif, merupakan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan teori
ilmiah yang telah ada (pada penelitian kuantitatif). Deduktif adalah pola proses logika
yang bermula dari hal yang bersifat umum kemudian mengarah ke hal yang spesifik.
Semua logam bila dipanaskan memuai. Emas adalah logam, dengan demikian jika
dipanaskan ia akan memuai. Besi adalah logam, dengan demikian jika dipanaskan maka
ia akan memuai. Itulah contoh berpikir deduktif. Dalam penelitian pendidikan, hipotesis
deduktif diturunkan dari teori yang sudah dikenal umum mempunyai kontribusi dalam
dunia ilmu pendidikan. Hipotesis tersebut kemudian diuji dengan menggunakan
buktibukti baru yang spesifik yang dapat bersifat mendukung, mengembangkan, atau
menentang teori tersebut.
Suatu hipotesis deduktif dapat ditarik dengan merujuk pada konsep tertentu dan
hal ini sangat menentukan isi hipotesis yang akan diajukan. Ada kemungkinan variabel
yang sama diukur dengan sudut pandang atau konsep yang berbeda sehingga bentuk
hipotesisnya berlainan. Contoh mengenai hal ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh
Tuckman (J 978), kurang lebih sebagai berikut. Secara umum dikenal bahwa waktu yang
diperlukan oleh seseorang untuk menyelesaikan suatu masalah di bidang tertentu akan
lebih sedikit seiring dengan meningkatnya kemampuan atau keahlian orang dalam bidang
tersebut. Kesimpulan semacam ini mungkin ditarik secara deduktif dari pemyataan
bahwa orang lebih cepat menyelesaikan pekerjaan di bidang tertentu karena orang terse
but bekerja lebih efisien. Di lain pihak, secara umum dikenal pula bahwa orang akan
menghabiskan banyak waktu dan membuahkan hasil baik ketika mengerjakan pekerjaan
yang ia sukai dan orang akan lebih cepat mengerjakan sesuatu dengan hasil buruk ketika
mengerjakan hal-hal yang tidak ia sukai. Jika kedua konsep tersebut diaplikasikan di
bidang yang lebih spesifik, dalam hal ini pendidikan, maka dua hipotesis deduktif yang
berbeda dapat dimunculkan. Pertama, dalam kondisi belajar yang menyenangkan, siswa
akan lebih cepat mengerjakan tugas-tugas karena mereka bekerja lebih efisien. Kedua,
dalam kondisi belajar yang menyenangkan, siswa akan lebih lama menyelesaikan
tugasnya karena mereka menyukai kondisi belajar yang menyenangkan tersebut. tampak
di sini bahwa pada topik kajian yang sama, kita dapat membuat hlpotesis deduksi yang
tampak kontradiktif, tergantung pada konsep atau tcori mana kita jadikan rujukan ketika
melakukan deduksi.

48
Hipotesis induktif

Hipotesis induktif kebalikan dari proses deduktif. Hipotesis induktif adalah proses
induksi yang merupakan proses logika yang bermula dari hal yang spesifik kemudian
mengarah ke hal yang umum. Istilah yang sangat dikenal yang mencerminkan proses ini
adalah generalisasi. Emas jika dipanaskan memuai, perak jika dipanaskan memuai, besi
jika dipanaskan rnemuai. Emas, besi, dan perak adalah logam. Dengan demikian,
semua logam apabila dipanaskan akan memuai. Itulah contoh berpikir induktif. Bisakah
Anda membedakan dengan proses deduktif seperti yang diuraikan sebelumnya?
Bagaimana dalam penelitian pendidikan? Langkah baku sebelum seorang peneliti
menyusun hipotesis pada umurnnya adalah membekali diri dengan teori yang cukup. Hal
ini dapat dilukukan dengan banyak cara dan salah satunya adalah melakukan review
literatur. Dengan mengkaji literatur secara intensif, kemungkinan besar peneliti akan
menemukan teori-teori spesifik yang kelak dapat dijadikan bahan untuk menyusun
hipotesis, dalam hal ini hipotesis induktif. Sebagai contoh, misalnya ketika melakukan
kajian pustaka peneliti menemukan hasil penelitian secara terpisah yang menunjukkan
bahwa pendidikan orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, demikian pula
halnya dengan status ekonomi, dan usia orang tua. Dari sini, peneliti dapat menarik
hipotesis induktif, misalnya: latar belakang kehidupan orang tua berpengaruh terhadap
prestasi belajar anaknya.
Dalam prosedur induktif, peneliti merumuskan hipotesis sebagai suatu
generalisasi dari hubungan-hubungan yang diamati. Maksudnya adalah peneliti
melakukan pengamatan terhadap tingkah laku, memperhatikan kecenderungan-
kecenderungan atau kemungkinan adanya hubungan-hubungan, dan kemudian
merumuskan penjelasan sementara tentang tingkah laku yang diamatinya. Sudah barang
tentu proses penalaran ini hendaknya disertai dengan pengkajian hasil penelitian lain
mengenai masalah tersebut. Prosedur induktif merupakan sumber hipotesis yang sangat
berguna bagi guru-guru kelas. Para guru dapat mengamati tingkah laku peserta didik
setiap hari dan mencoba menghubungkannya dengan tingkah laku guru itu sendiri, dengan
tingkah laku peserta didik lain, dengan metode mengajar yang dipakai, dengan perubahan-
perubahan di lingkunagan sekolah, dan sebagainya. Berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan mereka tentang tingkah laku disekolah, guru tersebut secara induktif dapat
merumuskan suatu generalisasi yang mencoba menjelaskan hubungan dari fakta-fakta
yang ditemukan atau yang diamati. Namun validitas penjelasan ini harus ditetapkan,
sehingga dapat menjadi hipotesis bagi penyelidikan ilmiah.
Mungkin seorang guru mengamati adanya kegelisahan di kalangan peserta didik
yang disebabkan oleh tes-tes di dalam kelas. Hal ini berakibat tidak baik terhadap hasil tes
para peserta didik. Disamping itu ia juga melihat bahwa jika siswa diberikan kesempatan
untuk menuliskan komentar mereka terhadap soal-soal obyektif, maka tes mereka tampak
lebih baik. Guru tersebut beranggapan bahwa kebebasan memberikan komentar ini, entah
bagaimana pasti telah membantu meredakan ketegangan mereka. Sebagai akibatnya hasil
tes mereka akan lebih baik.
49
MANFAAT HIPOTESIS
Penetapan hipotesis dalam sebuah penelitian memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
penelitian.
2. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang
kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai
tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar
fakta.
Oleh karena itu kualitas manfaat dari hipotesis tersebut akan sangat
tergantung pada:
1. Pengamatan yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta yang ada.
2. Imajinasi dan pemikiran kreatif dari si peneliti.
3. Kerangka analisa yang digunakan oleh si peneliti

KELEMAHAN MENYATAKAN HIPOTESIS


Pada dasarnya ada 3 kelemahan/kerugian dari menyatakan hipotesis.
Pertama, menyatakan hipotesis dapat menyebabkan bias, baik sadar atau tidak
sadar. Setelah peneliti menyatakan hipotesis, mereka mungkin tergoda untuk
mengatur prosedur atau memanipulasi data sedemikian rupa untuk membawa hasil
yang diinginkan. Namun, para peneliti diasumsikan intelektual jujur, meskipun ada
beberapa pengecualian
Kerugian kedua dari menyatakan hipotesis di awal adalah bahwa kadang-
kadang tidak diperlukan, atau bahkan tidak pantas, dalam proyek penelitian jenis
tertentu, seperti survei deskriptif dan studi etnografi. Di banyak studi tersebut, itu
akan menjadi terlalu sombong, karena akan sia-sia bila memprediksi apa temuan
penelitiannya.
Kerugian ketiga menyatakan hipotesis adalah bahwa fokus perhatian pada
hipotesis dapat menghalangi peneliti dari melihat fenomena lain yang mungkin
penting untuk diteliti. Misalnya, memutuskan untuk mempelajari pengaruh dari
"Humanistik" kelas terhadap motivasi siswa mungkin menyebabkan peneliti untuk
mengabaikan efeknya pada karakteristik pengambilan keputusan, yang akan
menjadi cukup terlihat oleh peneliti lain yang tidak fokus hanya pada hipotesis.

50
BAB 4
DESAIN PENELITIAN

Capaian Pembelajaran

1. Memiliki sikap disposisi berpikir kritis: mengungkapkan dengan jelas tentang makna tujuan
dari apa yang dikatakan, yang ditulis atau bahkan yang dikomunikasikan; menentukan dan
tetap fokus pada kesimpulan atau pertanyaan; mencari dan memberikan alasan; beru-
saha mendapatkan pengetahuan atau informasi yang cukup aktual; mencoba untuk mere-
fleksikan apa yang menjadi keyakinan dasar; berpikiran terbuka.
2. Mampu menganalisis karya ilmiah secara mendalam serta mampu membuat rancangan
penelitian yang berkualitas yang ditunjukkan melalui keterampilan berpikir kritis dengan
memanfaatkan IPTEK untuk menyelesaikan masalah.
3. Mampu menganalisis hasil penelitian di bidang Fisika dan Pendidikan Fisika, serta mampu
membuat desain proposal penelitian yang berkualitas yang ditunjukkan melalui keterampi-
lan menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, menginferensi, menjelaskan, dan
meregulasi diri dengan memanfaatkan ICT untuk menyelesaikan masalah di bidang Fisika
dan Pendidikan Fisika.
4. Mampu mengombinasikan konsep-konsep teoritis penelitian, dasar-dasar metode ilmiah,
jenis-jenis penelitian, metode, teknik, dan prosedur berbagai jenis penelitian, menentukan
topik penelitian, merumusan masalah, menentukan variabel penelitian, membuat kajian
pustaka, memilih sampel penelitian, sumber data, instrumen penelitian, pengolahan data
dalam suatu proposal penelitian.

Kemampuan Akhir Mata Kuliah:


1. Merumuskan jenis-jenis penelitian, perumusan masalah, variabel dan hipote-
sis, desain penelitian, instrumen dan sampel penelitian, serta analisis data
penelitian secara komprehensif dan mendalam melalui kegiatan analisis jurnal
fisika dan pendidikan fisika secara kritis pada kegiatan tatap muka dan e-
learning.
2. Mampu mengembangkan jenis-jenis penelitian, perumusan masalah, variabel
dan hipotesis, desain penelitian, instrumen dan sampel penelitian, serta anal-
isis data penelitian dalam penyelesaian masalah autentik.
3. Mampu mendiseminasikan kajian analisis jenis penelitian, perumusan
masalah, variabel dan hipotesis, desain penelitian, sampel dan instrumen,
serta analisis data setiap jurnal dalam bentuk portofolio.
4. Mampu mengkomunikasikan hasil analisis jurnal secara mandiri dan kelom-
pok.
5. Mampu menghasilkan proposal penelitian skripsi.
6. Mengimplementasikan disposisi berpikir kritis dalam setiap kegiatan.

51
Indikator Kognitif: Indikator Disposisi Berpikir Kritis:
1. Membedakan berbagai desain 1. Pencari Kebenaran (Truth-Seeking)
penelitian. 2. Berpikiran Terbuka (Open-
2. Mengidentifikasi desain penelitian Mindedness)
pada berbagai kasus penelitian. 3. Analitis (Analyticity)
3. Menentukan desain penelitian yang 4. Sistematis (Systematicity)
tepat bagi berbagai kasus 5. Percaya Diri dalam Berpikir
penelitian. (Confidence in Reasoning)
4. Mengkonstruksi desain penelitian 6. Teliti (Inquisitiveness)
dengan tepat. 7. Dewasa dalam Menilai (Maturity of
Judgement)

Indikator Berpikir Kritis:


1. Memahami dan mengekspresikan
makna/arti dari permasalahan.
2. Mengidentifikasi dan menyimpulkan
hubungan antar pernyataan, pertan-
yaan, konsep, deskripsi, atau ben-
tuk lainnya.
3. Mengakses kredibilitas pernyataan/
representasi serta mampu mengak-
ses secara logika hubungan antar
pernyataan, deskripsi, pertanyaan,
maupun konsep.
4. Mengidentifikasi dan mendapatkan
unsur-unsur yang dibutuhkan dalam
menarik kesimpulan.
5. Menetapkan dan memberikan ala-
san secara secara logis berdasar-
kan hasil yang diperoleh.
6. Memonitoring aktivitas kognitif seseo-
rang, unsur-unsur yang digunakan
dalam aktivitas menyelesaikan perma-
salahan, khususnya dalam menerapkan
kemampuan dalam menganalisi dan
mengevaluasi.

52
Anda peneliti kuantitatif
Anda peneliti kualitatif
Begitu disibukkan dengan
Begitu subjektif, Anda tidak
variabel kontrol Sehingga
pernah yakin apa telah Anda
tidak pernah melihat
temukan atau di
fakta secara luas!
Mengapa Anda mana itu berlaku !
Berdua tidak bekerja
bersama? Pasti hasilnya
akan sangat baik!

Hei, Brendan. "


"Oh, hai, Melissa. Mana saja kau? "
"Aku hanya datang dari kelas penelitian saya. Kami baru mulai belajar tentang
penelitian kualitatif. "
"Apa itu?"
"Yah, kadang-kadang seorang peneliti ingin mendapatkan mendalam pada individu
tertentu, misalnya, atau spesifik
situasi. Mungkin bahkan satu set tertentu dari bahan ajar. "
"Ya?"
"Ketika mereka melakukannya, mereka mengajukan beberapa pertanyaan menarik.
Alih-alih meminta sesuatu seperti 'Apa yang orang pikirkan
tentang ini? "atau" Apa yang akan terjadi jika saya melakukan ini? 'peneliti kualitatif
bertanya, "Bagaimana orang-orang ini bertindak?" atau "Bagaimana
hal-hal yang dilakukan? "atau" Bagaimana orang memberi makna pada hidup mereka?
'"
"Bagaimana bisa?"
"Karena apa yang mereka inginkan untuk mendapatkan beberapa ide tentang kualitas
pengalaman yang orang."
"Kedengarannya berbeda. Ceritakan lebih banyak. "
Kami akan memang "memberitahu Brendan (dan Anda) lebih" tentang penelitian
kualitatif. Sifat penelitian kualitatif, dan
bagaimana hal itu berbeda dari penelitian kuantitatif, adalah apa bab in . (Adaptasi
dari: Fraenkel & Wallen, 2009)

53
PENTINGNYA DESAIN PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian, terlebih lagi untuk penelitian kuantitatif, salah satu
langkah yang penting ialah membuat desain penelitian. Desain penelitian pada
hakikatnya merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah
ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses
penelitian (Nursalam, 2003 : 81). Hal senada juga dinyatakan oleh Sarwono. Menurut
Sarwono (2006) desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang
menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan
tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, tanpa desain yang benar seorang
peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan
tidak mempunyai pedoman arah yang jelas. Sukardi, membahas desain penelitian
berdasarkan definisi secara luas dan sempit. Secara luas, desain penelitian adalah
semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam
konteks ini komponen desain dapat mencakup semua struktur penelitian yang diawali
sejak ditemukannya ide sampai diperoleh hasil penelitian (Sukardi, 2004 : 183). Sedang
dalam arti sempit, desain penelitian merupakan penggambaran secara jelas tentang
hubungan antara variabel, pengumpulan data, dan analisis data, sehingga dengan desain
yang baik peneliti maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai gambaran tentang
bagaimana keterkaitan antar variabel, bagaimana mengukurnya, dst. (Sukardi, 2004 :
184).

DESAIN PENELITIAN YANG TEPAT


Kualitas penelitian dan ketepatan penelitian antara lain ditentukan oleh desain
penelitian yang dipakai. Oleh karena itu desain yang dipergunakan dalam penelitian harus
desain yang tepat. Suatu desain penelitian dapat dikatakan berkualitas atau memiliki
ketepatan jika memenuhi dua syarat (Machfoedz, 2007: 101-102) , yaitu : 1. dapat

54
dipakai untuk menguji hipotesis (khusus untuk penelitian kuantitatif analitik) dan 2. dapat
mengendalikan atau mengontrol varians.

PEMILIHAN DESAIN PENELITIAN


Ada bermacam-macam desain penelitian. Dalam memilih desain mana yang
paling tepat, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dan jawaban-jawaban tersebut
merupakan acuan dalam menentukan desain penelitian. Burns dan Grovers (Nursalam,
2003: 80) telah mengidentifikasi seperangkat pertanyaan berkenaan dengan pemilihan
desain penelitian, yaitu :
1. Apakah tujuan utama penelitian untuk menjelaskan variable dan kelompok berdasarkan
situasi penelitian, menguji suatu hubungan, atau menguji sebab akibat pada situasi
tertentu?
2. Apakah suatu perlakuan (treatment) akan digunakan?
3. Jika ya, apakah treatment akan dikontrol oleh peneliti?
4. Apakah sampel akan dikenai pretest sebelum treatment?
5. Apakah sampel akan diseleksi secara random?
6. Apakah sampel akan diteliti sebagai satu kelompok atau dibagi menjadi beberapa
kelompok?
7. Berapa besarnya kelompok yang akan diteliti?
8. Berapa jumlah masing-masing kelompok?
9. Apakah setiap kelompok akan diberikan tanda secara random?
10. Apakah pengukuran variabelnya akan diulang?
11. Apakah menggunakan pengumpulan data corss-sectional atau cross time?
12. Apakah variable sudah diidentifikasi?
13. Apakah data yang sedang dikumpulkan memiliki banyak variable?
14. Strategi apa yang dipakai untuk mengontrol variable yang bervariasi?
15. Strategi apa yang digunakan untuk membandingkan suatu variable atau kelompok?
16. Apakah suatu variabel akan dikumpulkan secara singkat atau multipel?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dijawab secara cermat agar tidak terjadi
kesalahan dalam menentukan penelitian.

55
TIPE-TIPE DESAIN PENELITIAN
Secara garis besar ada dua macam tipe desain, yaitu: Desain Non-ekperimental
dan Desain Eskperimental. Faktor-faktor yang membedakan kedua desain ini ialah pada
desain pertama tidak terjadi manipulasi variabel bebas sedang pada desain yang kedua
terdapat adanya manipulasi variabel bebas. Tujuan utama penggunaan desain yang
pertama ialah bersifat eksplorasi dan deskriptif; sedang desain kedua bersifat eksplanatori
(sebab akibat). Jika dilihat dari sisi tingkat pemahaman permasalahan yang diteliti, maka
desain non-eksperimental menghasilkan tingkat pemahaman persoalan yang dikaji pada
tataran permukaan sedang desain eksperimental dapat menghasilkan tingkat pemahaman
yang lebih mendalam. Kedua desain utama tersebut mempunyai sub-sub desain yang
lebih khusus. Yang termasuk dalam kategori pertama desain penelitian deskriptif, desain
penelitian korelasional, Sedang yang termasuk dalam kategori kedua ialah percobaan di
lapangan (field experiment) dan percobaan di laboratorium (laboratory experiment).

Desain Penelitian Non-eksperimen


a. Desain Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptIf dilakukan dengan tujuan untuk mendiskripsikan atau
menggambarakan fakta-fakta mengenai populasi secara sistematis, dan akurat. Dalam
penelitian deskriptif fakta-fakta hasil penelitian disajikan apa adanya. Hasil penelitian
deskriptif sering digunakan, atau dilanjutkan dengan dilakukannya penelitian analitik.
Desain penelitian deskriptif dibedakan menjadi dua : desain penelitian studi kasus dan
desain penelitian survai (Nursalam, 2003: 83-84).
1) Desain penelitian studi kasus
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit

56
penelitian secara intensif, misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas, atau
institusi (Nursalam, 2003 : 83). Karakteristik studi kasus adalah subjek yang diteliti sedikit
tetapi aspek-aspek yang diteliti banyak.
2) Desain penelitian survai
Survai adalah suatu desain penelitian yang digunakan untuk menyediakan
informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variable
dalam suatu populasi (Nursalam, 2003 : 84). Karakteristik dari penelitian survai adalah
bahwa subjek yang diteliti banyak atau sangat banyak sedangkan aspek yang diteliti
sangat terbatas.

b. Desain Penelitian Korelasional


Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendetksi sejauh mana variasi-
variasi pada suatu factor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain
berdasarkan koefisien korelasi (Suryabrata, 2000 : 24). Hubungan korelatif mengacu pada
kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variasi variabel yang lain dan
dengan demikian dalam rancangan korelasional peneliti melibatkan paling tidak dua
variabel (Nursalam, 2003 : 84). Jika variabel yang diteliti ada dua, maka masing-masing
merupakan variabel bebas dan variabel terikat. Bila variabel yang diteliti lebih dari dua,
maka dua atau lebih variabel sebagai variabel bebas atau prediktor dan satu variabel
sebagai variabel terikat atau kriterium.

c. Desain Penelitian Kausal-komparatif

Penelitian kausal-komparatif difokuskan untuk membandingkan variable bebas


dari beberapa kelompok subjek yang mendapat pengaruh yang berbeda dari variabel
bebas. Pengaruh variabel bebas terhadap variable terikat terjadi bukan karena perlakuan
dari peneliti melainkan telah berlangsung sebelum penelitian dilakukan. Desain penelitian
kausal-komparatif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu desain penelitian kohort dan desain
penelitian kasus kontrol (Nursalam, 2003 : 86).
1) Desain penelitian kohort
Pendekatan yang dipakai pada desain penelitian kohort adalah pendekatan waktu
secara longitudinal atau time period approach. Sehingga penelitian ini disebut juga
penelitian prospektif.
2) Desain penelitian kasus kontrol
Desain penelitian kasus kontrol merupakan kebalikan dari desain penelitian
kohort, dimana peneliti melakukan pengukuran pada variabel terikat terlebih dahulu.
Sedangkan variabel bebas dteliti secara retrospektif untuk menentukan ada tidaknya
pengaruh pada variabel terikat.

57
d. Desain Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan atau action research merupakan penelitianyang bertujuan
mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk
memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia actual yang
lain (Sumadi Suryabrata, 2000 : 35). Penelitian tindakan mempunyai ciri-ciri : 1) praktis
dan langsung relevan untuk situasi actual dalam dunia kerja, 2) menyediakan kerangka
kerja yang teratur untuk pemecahan masalah dan perkembangan-perkembangan baru, 3)
fleksibel dan adaptatif, dan 4) memiliki kekurangan dalam hal ketertiban ilmiha (Sumadi
Suryabrata, 2000 : 35).

Desain Penelitian Eksperimen


a. Sistem notasi
Sebelum membicarakan desain dan eksperimental, sistem notasi yang digunakan
perlu diketahui terlebih dahulu. Sistem notasi tersebut adalah sebagai berikut (Sarwono,
2006) :
X : Digunakan untuk mewakili pemaparan (exposure) suatu kelompok yang
diuji terhadap suatu perlakuan eksperimental pada variabel bebas yang
kemudian efek pada variable tergantungnya akan diukur.
O : Menunjukkan adanya suatu pengukuran atau observasi terhadap variable
tergantung yang sedang diteliti pada individu, kelompok atau obyek tertentu.
R : Menunjukkan bahwa individu atau kelompok telah dipilih dan ditentukan
secara random.

b. Jenis-jenis desain ekperimental


Ditinjau berdasarkan tingkat pengendalian variable, desain penelitian
eksperimental dapat dibedakan menjadi 3, yaitu : a. Desain penelitian pra-eksperimental,
b. desaian penelitianeksperimental semu, dan c. desain penelitian eksperimental
sungguhan (Nursalam, 2003 : 87).

1) Desain penelitian pra-eksperimental

Desain penelitian pra-eksperimental ada tiga jenis yaitu a) one-shot case study,
b) one-group pre-post tes design, dan c) static group design (Suryabrata, 2000 : 55;
Nursalam, 2003 : 87).
a) One-shot Case Study

Prosedur desain penelitian one-shot case study adalah sebagai berikut.


Sekolompok subjek dikenai perlakuan tertentu (sebagai variable bebas) kemudian

58
dilakukan pengukuran terhadap variable bebas. Desain penelitian ini secara visual
dapat digambarkan sebagai:
X O2
b) One group pretest-posttes design
Prosedur desain penelitian ini adalah : a) dilakukan pengukuran variabel
tergantung dari satu kelompok subjek (pretest), b) subjek diberi perlakuan untuk
jangka waktu tertentu (exposure), c) dilakukan pengukuran ke-2 (posttest) terhadap
variable bebas, dan d) hasil pengukuran prestest dibandingan dengan hasil
pengukuran posttes. Prosedur one group pretest-posttes design dapat digambarkan
sebagai berikut:
O1 X O2
c) Static Group Comparison
Desain ketiga adalah static group comparison yang merupakan modifikasi
dari desain b. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih sebagai objek
penelitian. Kelompok pertama mendapatkan perlakuan sedang kelompok kedua tidak
mendapat perlakuan. Kelompok kedua ini berfungsi sebagai kelompok pembanding /
pengontrol. Desainnya adalah sebagai berikut:
O1 X O2
O2
2) Desain penelitian eksperimen semu (quasy-experiment)
Desain penelitian eksperimen semu berupaya mengungkap hubungan sebab
akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol dan kelompok ekperimen tetapi pemilihan
kedua kelompok tersebut tidak dilakukan secara acak (Nursalam, 2003 : 89). Kedua
kelompok tersebut ada secara alami. Desain penelitian jenis ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
O1 X O2
O1 O2
3) Desain eksperimen sungguhan (true-experiment)

Desain ini memiliki karakteristik dilibatkannya kelompok control dan kelompok


eksperimen yang ditentukan secara acak. Ada tiga jenis desain penelitian yang termasuk
desain eksperimental sungguhan , yaitu : a) pasca-tes dengan kelompok eksperimen dan
control yang diacak, b) pra-tes dan pasca-tes dengan kelompok eksperimen dan kontrol
yang diacak, dan c) gabungan desain pertama dan kedua (Nursalam, 2003 : 90-91).
a. Pasca-tes dengan pemilihan kelompok secara acak

Pada rancangan ini kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan kelompok


control tidak. Pengukuran hanya diberikan satu kali yaitu setelah perlakuan diberikan

59
kepada kelompok eksperimen. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut.
X O2
O2
b. Pra dan pasca tes dengan pemilihan kelompok secara acak
Dalam rancangan ini ada dua kelompok yang dipilih secara acak. Kelompok
pertama diberi perlakuan (kel. Ekperimen) dan kelopok kedua tidak diberi perlakuan (kel.
Control). Observasi atau pengkukuran dilakukan untuk kedua kelompok baik sebelum
maupun sesudah pemberian perlakuan. Desain ini dapat digambarkan berikut ini.
O1 X O2
O1 O2
c. Desain Solomon
Desain yang merupakan penggabungan dari desain 1) dan desain 2) disebut
desain Solomon atau Randomized Solomon Four-Group Design. Ada empat kelompok
yang dilibatkan dalam penelitian ini : dua kelompok kontrol dan dua kelompok eksperimen.
Pada satu pasangan kelompok eskperimen dan kontrol diawali dengan prates, sedangkan
pada pasangan yang lain tidak. Gambar dari desain Solomon adalah sebagai berikut.
X O2
O2
O1 X O2
O1 O2

60
BAB 5
INSTRUMEN DAN SAMPEL PENELITIAN

Capaian Pembelajaran

1. Memiliki sikap disposisi berpikir kritis: mengungkapkan dengan jelas tentang makna tujuan
dari apa yang dikatakan, yang ditulis atau bahkan yang dikomunikasikan; menentukan dan
tetap fokus pada kesimpulan atau pertanyaan; mencari dan memberikan alasan; beru-
saha mendapatkan pengetahuan atau informasi yang cukup aktual; mencoba untuk mere-
fleksikan apa yang menjadi keyakinan dasar; berpikiran terbuka.
2. Mampu menganalisis karya ilmiah secara mendalam serta mampu membuat rancangan
penelitian yang berkualitas yang ditunjukkan melalui keterampilan berpikir kritis dengan
memanfaatkan IPTEK untuk menyelesaikan masalah.
3. Mampu menganalisis hasil penelitian di bidang Fisika dan Pendidikan Fisika, serta mampu
membuat desain proposal penelitian yang berkualitas yang ditunjukkan melalui keterampi-
lan menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, menginferensi, menjelaskan, dan
meregulasi diri dengan memanfaatkan ICT untuk menyelesaikan masalah di bidang Fisika
dan Pendidikan Fisika.
4. Mampu mengombinasikan konsep-konsep teoritis penelitian, dasar-dasar metode ilmiah,
jenis-jenis penelitian, metode, teknik, dan prosedur berbagai jenis penelitian, menentukan
topik penelitian, merumusan masalah, menentukan variabel penelitian, membuat kajian
pustaka, memilih sampel penelitian, sumber data, instrumen penelitian, pengolahan data
dalam suatu proposal penelitian.

Kemampuan Akhir Mata Kuliah:


1. Merumuskan jenis-jenis penelitian, perumusan masalah, variabel dan hipote-
sis, desain penelitian, instrumen dan sampel penelitian, serta analisis data
penelitian secara komprehensif dan mendalam melalui kegiatan analisis jurnal
fisika dan pendidikan fisika secara kritis pada kegiatan tatap muka dan e-
learning.
2. Mampu mengembangkan jenis-jenis penelitian, perumusan masalah, variabel
dan hipotesis, desain penelitian, instrumen dan sampel penelitian, serta anal-
isis data penelitian dalam penyelesaian masalah autentik.
3. Mampu mendiseminasikan kajian analisis jenis penelitian, perumusan
masalah, variabel dan hipotesis, desain penelitian, sampel dan instrumen,
serta analisis data setiap jurnal dalam bentuk portofolio.
4. Mampu mengkomunikasikan hasil analisis jurnal secara mandiri dan kelom-
pok.
5. Mampu menghasilkan proposal penelitian skripsi.
6. Mengimplementasikan disposisi berpikir kritis dalam setiap kegiatan.

61
Indikator Kognitif: Indikator Disposisi Berpikir Kritis:
1. Mengidentifikasi instrumen 1. Pencari Kebenaran (Truth-Seeking)
penelitian pada berbagai kasus 2. Berpikiran Terbuka (Open-
penelitian. Mindedness)
2. Menentukan instrumen penelitian 3. Analitis (Analyticity)
yang tepat bagi berbagai kasus 4. Sistematis (Systematicity)
penelitian. 5. Percaya Diri dalam Berpikir
3. Mengkonstruksi instrumen (Confidence in Reasoning)
penelitian dengan tepat. 6. Teliti (Inquisitiveness)
4. Mengidentifikasi sampel penelitian 7. Dewasa dalam Menilai (Maturity of
pada berbagai kasus penelitian. Judgement)
5. Menentukan sampel penelitian
yang tepat bagi berbagai kasus
penelitian.
6. Merencanakan proses pengambilan
sampel penelitian.

Indikator Berpikir Kritis:


1. Memahami dan mengekspresikan
makna/arti dari permasalahan.
2. Mengidentifikasi dan menyimpulkan
hubungan antar pernyataan, pertan-
yaan, konsep, deskripsi, atau bentuk
lainnya.
3. Mengakses kredibilitas pernyataan/
representasi serta mampu mengak-
ses secara logika hubungan antar
pernyataan, deskripsi, pertanyaan,
maupun konsep.
4. Mengidentifikasi dan mendapatkan
unsur-unsur yang dibutuhkan dalam
menarik kesimpulan.
5. Menetapkan dan memberikan alasan
secara secara logis berdasarkan
hasil yang diperoleh.
6. Memonitoring aktivitas kognitif seseo-
rang, unsur-unsur yang digunakan dalam
aktivitas menyelesaikan permasalahan,
khususnya dalam menerapkan kemam-
puan dalam menganalisi dan menge-
valuasi.

62
Puji Astuti , seorang profesor riset di sebuah universitas di Indonesia,
ingin mempelajari pengaruh pembelajaran Fisika Kontekstual pada
prestasi Fisika siswa yang berkinerja buruk dalam matematika di
SMA sekolah di seluruh Indonesia. Karena sejumlah faktor, yaitu
waktu dan biaya, maka mustahil bagi Puji Astuti dan rekan-rekannya
untuk mencoba program baru dengan seluruh siswa. Mereka harus
memilih sampel. Apa sampel sih? Apakah ada berbagai jenis sampel ?
Adalah beberapa jenis yang lebih baik daripada yang lain untuk
belajar? Jawaban untuk pertanyaan seperti ini adalah beberapa hal
yang akan Anda pelajari pada bab ini. (Adaptasi Dari : Fraenkel &
Wallen , 2009).

63
Salah satu kegiatan penelitian adalah pengumpulan data. Kegiatan pengumpulan
data dilakukan dengan teknik tertentu dan menggunakan alat tertentu yang sering disebut
instrumen penelitian. Data yang diperoleh dari proses tersebut kemudian dihimpun, ditata,
dianalisis untuk menjadi informasi yang dapat menjelaskan suatu fenomena atau
keterkaitan antara fenomena. Secara garis besar teknik pengumpulan data dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu teknik tes dan nontes.

TEKNIK TES
Pengertian teknik tes
Teknik tes adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan
serentetan soal atau tugas serta alat lainnya kepada subjek yang diperlukan datanya.
Pengumpulan data dengan menggunakan teknik tes dapat disebut sebagai pengukuran
(measurement). Teknik semacam ini banyak digunakan dalam penelitian kuantitatif.

Jenis-jenis instrumen untuk teknik tes


Ditinjau berdasarkan sasaran atau objek yang diukur, instrument untuk teknik tes
dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
1) Tes hasil belajar (achievement test)
2) Tes kepribadian (personality test)
3) Tes bakat (aptitude test)
4) Tes inteligensi (intelligence test)
5) Tes sikap (attitude test)
6) Tes minat (interest test)

TEKNIK NON TES


Pengumpulan data penelitian dapat pula dilakukan dengan teknik non tes, yaitu
dengan tidak memberikan soal-soal atau tugas-tugas kepada subjek yang diperlukan
datanya. Dalam teknik non tes, data dari subjek penelitian dikumpulkan dengan :
1) Wawancara;
2) Kuesioner;
3) Observasi;
4) Pencatatan dokumen.
Instrumen untuk teknik tersebut pada penelitian kuantitatif adalah : pedoman
wawancara, kuesioner atau angket, pedoman observasi, tabel, kolom-kolom, ataupun alat

64
rekam elektronik yang dapat dipakai untuk menyimpan data. Sedangkan pada penelitian
kualitatif di samping instrument tersebut di atas peneliti juga merupakan instrumen.

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN


Validitas
Pengertian Validitas
Validitas mengacu pada kemampuan instrument pengumpulan data untuk
mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang
sedang diukur (Dempsey dan Dempsey, 2002 : 79). Dengan kata lain sebuah instrumen
dianggap memiliki validitas yang tinggi jika instrumen tersebut benar-benar dapat dijadikan
alat untuk mengukur sesuatu secara tepat. Validitas merupakan ciri yang harus dimiliki
oleh instrument pengukuran karena berhubungan langsung dengan dapat tidaknya data
dipercaya kebenarannya.

Macam-macam Validitas
Validitas subjektif sepenuhnya ditentukan berdasarkan pertimbangan peneliti, baik
pertimbangan nalar maupun pengalaman keilmuannya (Sudarwan Danim dan Darwis,
2003 : 250).
Validitas isi menunjuk pada sejauh mana instrument tersebut mencerminkan isi yang
dikehendaki (Donald Ary dkk., 1992 : 283). Vailiditas isi ialah derajat di mana sebuah
instrument mengukur cakupan subsansi yanghendak diukur (Sukardi, 2004 : 123).
Validitas criteria menunjuk pada hubungan antara skor yang diperoleh dengan
memakai instrument tertentu dengan suatu variabel luar (sebagai kriteria) yang
mandiri dan dipercaya dapat mengukur langsung fenomena yang diselidiki (Donald
Ary dkk., 1992 : 284).
Validitas konstruk (construct validity) menunjuk kepada sejauh mana hasil
pengukuran dapat ditafsirkan menurut bangunan pengertian tersebut (Donald Ary
dkk., 1992 : 288). Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan bahwa
suatu instrument dapat mengukur sebuah konstruk sementara atau hypothetical
construct (Sukardi, 2004 : 2004). Construct validity dipilih bila fenomena tidak dapat
diukur secara langsung sehingga pengukuran dilakukan terhadap indikator-indikator
atau unsur-unsur yang membentuk construct atau konsep tersebut.

Reliabilitas
Pengertian Reliabilitas
Reliabilitas instrumen adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah
alat ukur, meskipun dipakai secara berulang-ulang pada subjek yang sama atau berbeda.
65
kesukarannya. Artinya metoda ini hanya dimaksudkan untuk mengukur reliabilitas yang
mempunyai satu sifat (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 256).

4) Metoda paralel
Metoda paralel sering pula disebut reliabilitas bentuk setara (equivalent-form
reliability), yang mempunyai dua bentuk instrument. Metoda parallel dilakukan dengan dua
kemungkinan. Pertama, dua orang peneliti menggunakan instrument yang sama untuk
mengukur variabel yang sama dengan menggunakan responden dan waktu yang sama.
Kedua, peneliti tunggal menggunakan instrumen yang berbeda untuk mengukur variabel
yang sama dengan menggunakan responden dan waktu yang sama pula.

POPULASI DAN SAMPEL


Pengertian populasi
Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau
individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut
dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-benda,
dst. (Djawranto, 1994 : 420).

Pengertian Sampel
Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diteliti (Djarwanto, 1994 : 43). Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan
pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat
menggambarkan karakteristik populasi.

Kriteria Sampel
Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Penentuan
criteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil peneliian yang bias. Kriteria inklusi
adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau
yang akan diteliti (Nursalam, 2003: 96). Sedangkan yang dimaksud dengan Kriteria
eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari
penelitian karena sebab-sebab tertentu (Nursalam, 2003: 97). Sebab-sebab yang
dipertimbangkan dalam menentukan criteria ekslusi antara lain: a. subjek mematalkan
kesediannya untuk menjadi responden penelitian, dan b. subjek berhalangan hadir atau
tidak di tempat ketika pengumpulan data dilakukan.

66
Teknik Pengambilan Sampel
1. Pengertian teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah teknik pengambilan


sampel dari populasi. Sampel yang merupakan sebagian dari populasi tersebut kemudian
diteliti dan hasil penelitian (kesimpulan) kemudian dikenakan pada populasi (generalisasi).

2. Manfaat sampling

a. Menghemat biaya penelitian.


b. Menghemat waktu untuk penelitian.
c. Dapat menghasilkan data yang lebih akurat.
d. Memperluas ruang lingkup penlitian.
Syarat-syarat Teknik Sampling
Teknik sampling boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen atau memiliki
karakteristik yang sama atau setidak-tidaknya hampir sama. Bila keadaan populasi
bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya dapat bersifat tidak representatif atau tidak
dapat menggambarkan karakteristik populasi.

Jenis-jenis teknik sampling


1) Teknik sampling secara probabilitas
Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik sampling
yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota
populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan
merupakan sampel yang representatif. Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
a) Teknik sampling secara rambang sederhana.
Cara paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang
sederhana adalah dengan undian.
b) Teknik sampling secara sistematis (systematic sampling).

Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus
(nomor urut) yang kesekian dari daftar populasi.
c) Teknik sampling secara rambang proportional.
Jika populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian
diambil dari setiap subpopulasi. Adapun cara peng-ambilannya dapat dilakukan
secara undian maupun sistematis.

67
d) Teknik sampling secara rambang bertingkat.
Bila subpoplulasi-subpopulasi sifatnya bertingkat, cara pengambilan sampel
sama seperti pada teknik sampling secara proportional.
e) Teknik sampling secara kluster (cluster sampling)
Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan
subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti
hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang ditentukan
secara bertahap. Teknik pengambilan sample semacam ini disebut cluster sampling atau
multi-stage sampling.

2) Teknik sampling secara nonprobabilitas.


Teknik sampling nonprobabilitas adalah teknik pengambilan sample yang
ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar.
Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah sebagai berikut.
a) Puposive sampling atau judgmental sampling
Penarikan sampel secara puposif merupakan cara penarikan sample yang
dilakukan memiih subjek berdasarkan criteria spesifik yang dietapkan peneliti.
b) Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju).
Penarikan sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama.
Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample
ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga
jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek bola salju.
c) Quota sampling (penarikan sample secara jatah).
Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah
ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek yang mudah
ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.
d) Accidental sampling atau convenience sampling
Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya sampel yang tidak direncanakan
terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia bagi
peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam ini
disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.

PENENTUAN JUMLAH SAMPEL


Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud meng-hemat
waktu, biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila peneliti

68
bermaksud meneliti sebagian dari populasi saja (sampel), pertanyaan yang selalu muncul
adalah berapa jumlah sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum statistika dalam
menentukan jumlah sampel, yaitu semakin besar jumlah sampel semakin
menggambarkan keadaan populasi (Sukardi, 2004 : 55). Selain berdasarkan ketentuan di
atas perlu pula penentuan jumlah sampel dikaji dari karakteristik populasi. Bila populasi
bersifat homogen maka tidak dituntut sampel yang jumlahnya besar. Misalnya saja
dalampemeriksaan golongan darah. Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar
sangat dianjurkan, dengan pertimbangan adanya berbagai keterbatasan pada peneliti,
sehingga peneliti berusaha mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan
statistika tetap terpenuhi sebagaimana dianjurkan oleh Isaac dan Michael (Sukardi, 2004 :
55). Dengan menggunakan rumus tertentu (lihat Sukardi, 2004 : 55-56), Isaac dan Michael
memberikan hasil akhir jumlah sampel terhadap jumlah populasi antara 10 100.000.

69
BAB 6
ANALISIS DATA PENELITIAN

Capaian Pembelajaran

1. Memiliki sikap disposisi berpikir kritis: mengungkapkan dengan jelas tentang makna tujuan
dari apa yang dikatakan, yang ditulis atau bahkan yang dikomunikasikan; menentukan dan
tetap fokus pada kesimpulan atau pertanyaan; mencari dan memberikan alasan; beru-
saha mendapatkan pengetahuan atau informasi yang cukup aktual; mencoba untuk mere-
fleksikan apa yang menjadi keyakinan dasar; berpikiran terbuka.
2. Mampu menganalisis karya ilmiah secara mendalam serta mampu membuat rancangan
penelitian yang berkualitas yang ditunjukkan melalui keterampilan berpikir kritis dengan
memanfaatkan IPTEK untuk menyelesaikan masalah.
3. Mampu menganalisis hasil penelitian di bidang Fisika dan Pendidikan Fisika, serta mampu
membuat desain proposal penelitian yang berkualitas yang ditunjukkan melalui keterampi-
lan menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, menginferensi, menjelaskan, dan
meregulasi diri dengan memanfaatkan ICT untuk menyelesaikan masalah di bidang Fisika
dan Pendidikan Fisika.
4. Mampu mengombinasikan konsep-konsep teoritis penelitian, dasar-dasar metode ilmiah,
jenis-jenis penelitian, metode, teknik, dan prosedur berbagai jenis penelitian, menentukan
topik penelitian, merumusan masalah, menentukan variabel penelitian, membuat kajian
pustaka, memilih sampel penelitian, sumber data, instrumen penelitian, pengolahan data
dalam suatu proposal penelitian.

Kemampuan Akhir Mata Kuliah:


1. Merumuskan jenis-jenis penelitian, perumusan masalah, variabel dan hipote-
sis, desain penelitian, instrumen dan sampel penelitian, serta analisis data
penelitian secara komprehensif dan mendalam melalui kegiatan analisis jurnal
fisika dan pendidikan fisika secara kritis pada kegiatan tatap muka dan e-
learning.
2. Mampu mengembangkan jenis-jenis penelitian, perumusan masalah, variabel
dan hipotesis, desain penelitian, instrumen dan sampel penelitian, serta anal-
isis data penelitian dalam penyelesaian masalah autentik.
3. Mampu mendiseminasikan kajian analisis jenis penelitian, perumusan
masalah, variabel dan hipotesis, desain penelitian, sampel dan instrumen,
serta analisis data setiap jurnal dalam bentuk portofolio.
4. Mampu mengkomunikasikan hasil analisis jurnal secara mandiri dan kelom-
pok.
5. Mampu menghasilkan proposal penelitian skripsi.
6. Mengimplementasikan disposisi berpikir kritis dalam setiap kegiatan.

70
Indikator Kognitif: Indikator Disposisi Berpikir Kritis:
1. Mengidentifikasi teknik analisis 1. Pencari Kebenaran (Truth-Seeking)
data penelitian pada berbagai 2. Berpikiran Terbuka (Open-
kasus penelitian. Mindedness)
2. Menentukan teknik analisis data 3. Analitis (Analyticity)
penelitian. 4. Sistematis (Systematicity)
3. Merancang teknik analisis data 5. Percaya Diri dalam Berpikir
penelitian. (Confidence in Reasoning)
4. Mengkonstruksi teknik analisis data 6. Teliti (Inquisitiveness)
penelitian dengan tepat. 7. Dewasa dalam Menilai (Maturity of
Judgement)

Indikator Berpikir Kritis:


1. Memahami dan mengekspresikan
makna/arti dari permasalahan.
2. Mengidentifikasi dan menyimpulkan
hubungan antar pernyataan, pertan-
yaan, konsep, deskripsi, atau ben-
tuk lainnya.
3. Mengakses kredibilitas pernyataan/
representasi serta mampu mengak-
ses secara logika hubungan antar
pernyataan, deskripsi, pertanyaan,
maupun konsep.
4. Mengidentifikasi dan mendapatkan
unsur-unsur yang dibutuhkan dalam
menarik kesimpulan.
5. Menetapkan dan memberikan ala-
san secara secara logis berdasar-
kan hasil yang diperoleh.
6. Memonitoring aktivitas kognitif seseo-
rang, unsur-unsur yang digunakan
dalam aktivitas menyelesaikan perma-
salahan, khususnya dalam menerapkan
kemampuan dalam menganalisi dan
mengevaluasi.

71
Waspodo dan Martono baru saja keluar dari kelas Statistika Dasar.

" Aku butuh kopi , " kata Waspodo .

" Yeah, aku juga , " kata Martono . " Kuliah tadi sangat berat ya . "

" Ayo kita diskusikan apa yang sudahDr. Enny Wijayanti sampaikan tadi. Dia memberi
beberapa contoh yang cukup bagus , tapi tidakada salahnya untuk melihat apakah kita bisa
memberikan contoh juga . "

"Saya setuju. Anda tahu, saya pikir saya akhirnya mengerti apa yang dimaksud dengan
standar deviasi . "
" oh ya? Bagus itu, ayo tolong jelaskan kepada saya? Sayabelum mengerti. "

"Sepotong kue.......berpikirlah dengan cara ini...... . . "

Mungkin tidak persis sepotong kue , tapi kami pikir Anda akan menemukan konsep yang
cukup mudah dimengerti setelah Anda sudah mempelajari ide-ide dalam bab ini. (Adaptasi
Dari : Fraenkel & Wallen , 2009).

72
Rancangan analisis data merupakan bagian integral dari proses penelitian yang
dituangkan baik dalam bentuk tulisan atau tidak. Rancangan ini telah terformat sebelum
kegiatan pengumpulan data dan pada saat merumuskan hipotesis. Artinya, rancangan
analisis data hasil penelitian telah dipersiapkan mulai dari penentuan jenis data yang akan
dikumpulkan, sumber data yang ditemui, dan rumusan hipotesis yang akan diuji telah
dibuat.

PENELITIAN KUANTITATIF
Pada penelitian kuantitatif, analisis data pada umumnya mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Editing
Editing atau kegiatan mengedit data dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi
kelengkapan, konsistensi, dan kesesuaian antara kriteria data yang diperlukan untuk
menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian.
2. Coding
Coding atau memberi kode pada data dilakukan dengan tujuan merubah data
kualitatif menjadi data kuantitatif (kuantifikasi data) atau membedakan aneka karakter.
Pemberian kode sangat diperlukan terutama dalam rangka pengolahan data, baik
secara manual, menggunakan kalkulator atau komputer.
3. Tabulasi Data
Tabulasi data atau memasukkan data ke dalam tabel-tabel yang telah disediakan,
baik tabel untuk data mentah maupun tabel kerja untuk menghitung data tertentu
secara statistik.
4. Pembahasan atau Diskusi Hasil Penelitian
Pada tahap ini peneliti mengabstraksikan hasil uji hipotesis, membahas hasil
penelitian tersebut serta mengkonsultasikannya dengan hasil penelitian sebelumnya
(bila memungkinkan).
Analisis data untuk penelitian kuatitatif lebih banyak mengarah kepada
perhitungan dengan statistik.

PENELITIAN KUALITATIF
Pada penelitian dengan pendekatan kualitatif, fokus masalah penelitian menuntut
peneliti melakukan pengkajian secara sistematik, mendalam, danbermakna sebagaimana
ditegaskan oleh Burgess berikut ini. Dalam penelitian kualitatif, semua investigator atau
peneliti memfokuskan diri pada permasalahan yang dikaji, dengan dipandu oleh kerangka
konseptual atau teoritis (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 262).

73
1. Prinsip-prinsip Analisis Data
Atas dasar pendapat Bogdan dan Biklen serta Lincoln dan Guba, Sudarwan
Danim dan Darwis (2003 : 263 267) mengemukakan prinsip-prinsip analisis data pada
penelitian kualitatif sebagai berikut:
a. Peneliti menjadi instrumen utama pengumpulan data dan subjek yang diteliti
dipandang mempunyai kedudukan sama secara nisbi dengan peneliti. Sebagai
instrumen utama, peneliti melakukan wawancara kepada responden dan mengamati
sejumlah fenomena fokus penelitian yang tampak dan terjadi dilapangan
sebagaimana adanya.
b. Data penelitian yang dikumpulkan bersifat deskriptif. Peneliti mengumpulkan data dan
mencatat fenomena yang terkait langsung atau tidak langsung dengan fokus
penelitian. Karakteristik ini berimplikasi pada data yang terkumpul, yaitu cenderung
berupa kata-kata atau uraian deskriptif, tanpa mengabaikan data berbentuk angka-
angka.
c. Proses kerja penelitian dilakukan dengan menggunakan perspektif etik, yaitu dengan
mengutamakan pandangan dan pendirian responden terhadap sistuasi yang
dihadapinya. Peneliti meminimalkan perspektif etik dengan tujuan mereduksi
subjektivitas data yang dihimpun.
d. Verifikasi data dan fenomena dilakukan dengan cara mencari kasus yang berbeda
atau bertentangan dengan menggunakan metoda dan subjek yang berbeda.
e. Kegiatan penelitian lebih mengutamakan proses dari pada hasil dan data penelitian
dianalisis secara induktif untuk mendapatkan makna kondisi alami yang ada.
Pemaknaan atas data dilakukan dengan interpretasi idiografik (idiographic
interpretation) berupa analisis atas fenomena yang muncul namun bukan
dimaksudkan untuk merumuskan generalisasi.
f. Pemberian makna merupakan dasar utama dalam memahami situasi, di mana
pemaknaan itu selain dilakukan sendiri oleh peneliti juga didasari atas interpretasi
bersama dengan sumber data.

2. Proses Analisis Data


Bogdan dan Biklen mengemukakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan
melalui dua fase, yaitu selama dan setelah selesainya proses pengumpulan data
(Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 268 269).
a. Analsis data selama peneliti dilapangan dilakukan dengan cara :
1) mempersempit fokus dan menetapkan tipe studi;
2) mengembangkan secara terus-menerus pertanyaan analitis;
3) merencanakan sesi pengumpulan data secara jelas;
74
4) menjaga konsistensi atas ide dan tema atau fokus penelitian;
5) membuat catatan sistematis mengenai hasil pengamatan dan penelaahan;
6) mempelajari referensi yang relevan selama di lapangan;
7) menggunakan metafora, analogi dan konsep;
8) menggunakan alat-alat audio visual.

b. Analisis data setelah pengumpulan data selesai dilakukan dengan :


1) membuat kode data secara kategoris;
2) menata sekuensi atau uruan penelaahan. Disampling analisis kualitatif, data
yang telah terkumpul juga dianalisis dengan menggunakan prosentase.

3. Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian


Hasil penelitian kualitatif atau naturalistik dipandang memenuhi kriteria ilmiah jika
memiliki tingkat kepercayaan tertentu. Menurut Lincoln dan Guba, tingkat kepercayaan
hasil penelitian dapat dicapaijika peneliti berpegang pada 4 prinsip atau kriteria, yaitu :
credibility, dependability, corfirmability, dan transferability (Sudarwan Danim dan Darwis,
2003 : 269 270).
a. Credibility
Credibility atau prinsip kredibilitas menunjuk pada apakah kebenaran penelitian
kualitatif dapat dipercaya, dalam maknadapat mengungkapkan kenyataan yang
sesungguhnya. Untuk memenuhi criteria ini peneliti perlu melakukan trianggulasi, member
check, wawancara atau pengamatan secara terus menerus hingga mencapai tingkat
redundancy. Secara lebih spesifik, kredibilitas hasil penelitian kualitatif dapat dicapai
dengan beberapa cara, yaitu :
1) Peneliti tinggal cukup lama pada situasi penelitian;
2) Observasi dilakukan secara berlanjut dan cermat;
3) Melihat fenomena dari berbagai sudut pandang;
4) Diskusi dengan sejawat;
5) Analisis kasus negatif.

b. Dependebility
Prinsip dependabilitas merujuk pada apakah hasil penelitian memiliki keandalan
atau reliabilitas. Prinsip ini dapat dipenuhi dengan cara mempertahankan konsistensi
teknik pengumpulan data, dalam menggunakan konsep, dan membuat tafsiran atas

75
fenomena.
c. Corfirmability
Prinsip konfirmabilitas menunjuk pada sangat perlunya upaya untuk
mengkonfirmasikan bahwa temuan yang telah diperoleh dapat dipercaya kebenarannya.
Untuk memenuhi prinsip ini, peneliti dapat melakukan berbagai cara, yaitu :

1) Mengundang berbagai pihak untuk mendiskusikan temuan dan draf hasil penelitian;

2) Mendatangi pihak-pihak tertentu untuk melakukan audit trial, berupa jejak atau
sistematika kerja penelitian yang dapat dilacak dan diikuti, serta melakukan proses
kerja secara sistematis dan terdokumenasi, serta memeriksa secara teliti setiap
langkah kerja penelitian;

3) Mengonfirmasikan hasil penelitian dengan para ahli, khususnya para promoter.

d. Transferability
Prinsip transferabilitas mengandung makna apakah hail penelitian ini dapat
digeneralisasikan atau diaplikasikan pada situasi lain. Berkenaan dengan hal ini hasil
penelitian kualitatif tidak secara apriori dapat digeneralisasikan, kecuali situasi tersebut
memiliki karakteristik yang sama dengan situasi lapangan tempat penelitian. Dengan
demikian upaya untuk menstransfer hasil pebnelitian kualitatif pada situasi yang berbeda
sangat mungkin namun memerlukan penyesuaian menurut keadaan dan asumsi yang
mendasarinya.

76
KEPUSTAKAAN

Ary, Jacobs, dan Razavieh. 2000. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.


(Alih Bahasa : Arief Furchan). Surabaya : Usaha Nasional.
Djarwanto. 1994. Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis
Penulisan Skripsi. Yogyakarta : Liberty.
Fraenkel, Jack R., Wallen, Norman E. 2012. How to Design and Evaluate Re-
search in Education. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Johnson, R. Burke. 2005. Educatioal Research : Quantitative and Qualitative
Internet : www.south.edu/coe/bset/johnson.
Kothari, C. R. 2004. Research Methodology. Methods and Tecniques. Second
Revised Edition. New Delhi: New Age International (P) Limited Publish-
ers.
Mohammad Nazir. 1998. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Moleong, J. Lexi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Karya.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metodologi Penelitian. www.psend.users. com/jsarwono.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung :
Sinar Baru Algensindo.
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta : Bumi Aksara.
Sumadi Suryabrata. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Trochim, William, M.K. 2005. Research Methods Knowledge Base. Internet:
www.socialresearchmethods.net.

77

Você também pode gostar