Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam cerita hikayat tersebut adalah bahasa Indonesia
2. Awal cerita
Awal cerita hikayat tersebut diawali dengan karena.
3. Unsur dalam cerita ini adalah :
a. Unsur intrinsik
1) Tokoh dalam cerita ini terdiri dari 2 orang, yaitu Abu Nawas dan Baginda
2) Alur (plot) yang terdapat dalam cerita hikayat tersebut adalah alur mundur, karena
dalam cerita hikayat tersebut paragraph pertama langsung pada pokok cerita hikayatnya,
kemudian paragraph kelima.
3) Latar (setting) yang terdapat dalam cerita hikayat ini adalah terdapat di sebuah istana
4) Sudut pandang
Abu nawas bersifat cerdik, ketika abu nawas ditangkap oleh prajurit yang diperintahkan
baginda dan langsung dimasukkan kedalam penjara. Didalm penjara abu nawas tidak bisa
tidur dan tidak enak makan karena memikirkan istrinya yang mengurus lading seorang
diri. Kemudian ia meminta sebuah pensil dan kertas, itu merupakan siasat yang dilakukan
abu nawas agar lading miliknya digali, karena dalam sebuah surat yang ditulis abu nawas
berisi kata bahwa diladang miliknya terdapat sebuah harta karun, surat tersebut dibaca
oleh baginda, sehingga ia langsung menyuruh prajuritnya untuk menggali lading abu
nawas.
5) Judul : Abu Nawas
6) 1.1 Gaya (bahasa) yang terdapat dalam hikayat ini adalah sedikit kasar
1.2 Imaji (citraan) yang terdapat dalam hikayat ini adalah penglihatan.
7) Amanat yang terkandung dalam hikayat ini adalah ketika kita dalam keadaan sesulit
apapun kita harus bersikap tenang, berpikir secara teliti agar kita mendapatkan solusi yang
tepat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
b. Unsur ekstrinsik
1) Nilai moral
Nilai moral yang terkandung dalam hikayat ini adalah bersikap tenang apabila dalam
keadaan sulit
2) Nilai pendidikan
Ketika dalam sebuah keadaan sulit, kita harus mempunyai pemikiran yang cerdas.
HIKAYAT PANJI SEMIRANG
Alkisah pada zaman dahulu hiduplah seorang raja di Tanah Jawa yang merupakan empat
bersaudara. Yang tua menjadi raja di Kuripan, yang muda menjadi raja di Daha, yang tengah menjadi
raja di Gegelang, dan yang bungsu menjadi rajadi Singasari. Empat orang bersaudara itu sangat
menyayangi satu sama lain. Negeri tempat mereka tinggal sangat ramai dan termasyur. Banyak
Bermula dari seseorang yang bernama Nata Kuripan dengan selirnya yang bernama Paduka
Mahadewi. Mereka memiliki anak laki-laki yang sangat tampan rupanya. Dari wajahnya sudah
terlihat jejak-jejak keagungan dari ayahnya. Maka, diberinyalah inang pengasuh serta tanah di Karang
Banjar Ketapang. Orang-orang menyebut anak tersebut dengan sebutan Raden Banjar Ketapang.
Permaisuri Kuripan yang mengetahui itu, juga ingin mempunyai anak laki-laki yang baik
parasnya. Ia pun mendiskusikannya dengan suaminya. Setelah beberapa lama, mereka memutuskan
untuk menyembah segala dewa-dewa selama 40 hari 40 malam agar keinginannya dikabulkan.
Analisis Hikayat Panji Semirang
B. Unsur Intrinsik
1. Tokoh atau Penokohan
a. Raja Nata Kuripan bersifat agung
Buktinya ada pada paragraph ke-2 kalimat ke-3, yaitu : jejak-jejak keagungan .
b. Permaisuri bersifat tekun dan berkeinginan kuat.
Buktinya ada pada paragraph ke-3 kalimat pertama, yaitu : juga ingin mempunyai anak
laki-laki yang baik parasnya.
c. Dan beberapa Raja. Seperti raja yang muda menjadi raja di daha. Yang tengah menjadi
raja di gegelang dan yang bungsu menjadi raja singasari. Tapi tidak disebutkan sifatnya
2. Alur (plot)
Alur dari cerita hikayat tersebut adalah alur maju, karena terdapat sebab akibat.
Buktinya : pada paragraph ke-2, yaitu sebab : Mereka memiliki anak laki-laki yang sangat
tampan rupanya . Sedangkan pada paragraph ke-3, yaitu akibat : .juga ingin mempunyai
anak laki-laki yang baik parasnya.
3. Latar (setting)
a. Latar waktu
Aa pada paragraph pertama, yaitu :pada zaman dahulu.
b. Latar tempat
1) Tanah jawa
Buktinya ada pada paragraph ke-1
hiduplah seorang raja di Tanah Jawa
2) Kuripan
Yang tua menjadi raja di Kuripan
3) Daha
.yang muda menjadi raja di Daha
4) Gegelang
. yang tengah menjadi raja di Gegelang
5) Karang banjar ketapang
Buktinya ada pada paragraph ke-2
. diberinyalah inang pengasuh serta tanah di Karang Banjar Ketapang .
4. Judul : Panji Semirang
5. Sudut pandang
Sudut pandang dari cerita hikayat tersebut adalah orang ketiga tunggal, karena tidak
emlibatkan sang pencerita didalamnya.
6. Gaya dan Nada
Gaya bahasa yang terdapat pada hikayat tersebut adalah :
a. Majas repetisi (pengulangan)
Karena terdapat kata yang diulang
Buktinya pada paragraph ke-3, yaitu : .. segala dewa-dewa selama 40 hari 40 malam.
Majas repetisinya yaitu 40
b. Majas antithesis (ada lawan kata)
Buktinya pada paragraph ke-3, yaitu : .. segala dewa-dewa selama 40 hari 40 malam.
Majasnya hari-malam.
7. Tema dan amanat
a. Tema dari hikayat tersebut adalah silsilah Panji Semirang
b. Amanat dari hikayat tersebut adalah :
Jadi, kita jangan terlalu memutuskan sesuatu dengan cepat, kita juga jangan menyembah
dewa sesuka kita.
C. Unsur ekstrinsik
1. Religi (mengarah kepada ketuhanan)
Buktinya ada paragraph ke-3, yaitu terdapat dalam pemujaan dewa dan meyembah segala
dewa-dewa.
2. Kesabaran dan ketekunan
Buktinya ada pada paragraph ke-3, yaitu :
menyembah segala dewa-dewa selama 40 hari 40 malam. Dalam bukti tersebut Permaisuri
dan sang Nata sabar memuja dewa selama 40 hari 40 malam.
HIKAYAT ABU NAWAS
Gajah Ajaib
Abu Nawas sedang berjalan-jalan santai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas bertanya kepada
seorang kawan yang kebetulan berjumpa di tengah jalan.
"Apa maksudmu dengan gajah ajaib?" kata Abu Nawas ingin tahu.
Gajah yang bisa mengerti bahasa manusia, dan yang lebih menakjubkan adalah gajah itu hanya mau
tunduk kepada pemiliknya saja." kata kawan Abu Nawas menambahkan.
Abu Nawas semakin tertarik. Ia tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang
raksasa itu.
Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan para penonton. Karena begitu banyak penonton
yang menyaksikan pertunjukan itu, sang pemilik gajah dengan bangga menawarkan hadiah yang
cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat gajah itu menganggguk-angguk.
Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu. Mereka berupaya
dengan beragam cara untuk membuat gajah itu mengangguk-angguk, tetapi sia-sia. Gajah itu tetap
menggeleng-gelengkan kepala.
Melihat kegigihan gajah itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maju untuk mencoba.
Setelah berhadapan dengan binatang itu Abu Nawas bertanya,
"Apakah engkau tidak takut kepadaku?" tanya Abu Nawas lagi. Namun gajah tetap menggeleng.
"Apakah engkau takut kepada tuanmu?" tanya Abu Nawas memancing. Gajah itu mulai ragu.
"Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu." lanjut Abu Nawas mulai
mengancam. Akhirnya gajah itu terpaksa mengangguk-angguk.
Atas keberhasilan Abu Nawas membuat gajah itu mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah
berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik gajah itu hingga ia memukuli binatang yang
malang itu. Pemilik gajah itu malu bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus
kekalahannya. Kali ini ia melatih gajahnya mengangguk-angguk.
Bahkan ia mengancam akan menghukum berat gajahnya bila sampai bisa dipancing penonton
menggeleng-geleng terutama oleh Abu Nawas. Tak peduli apapun pertanyaan yang diajukan.
Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mencoba, harus sanggup membuat
gajah itu menggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari sebelumnya, banyak para penonton tidak
sanggup memaksa gajah itu menggeleng-gelengkan kepala. Setelah tidak ada lagi yang ingin
mencobanya, Abu Nawas maju. Ia mengulang pertanyaan yang sama.
"Tahukah engkau siapa daku?" gajah itu mengangguk.
"Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?" pancing Abu Nawas. Gajah itu tetap mengangguk
karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya daripada Abu Nawas.
"Tahukah engkau apa guna balsam ini?" gajah itu tetap mengangguk.
Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu. Tentu saja gajah itu merasa agak kepanasan
dan mulai panik.
Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan itu juga berisi
balsam.
"Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu?" Abu Nawas mulai
mengancam. Gajah itu mulai ketakutan. Dan rupanya ia lupa ancaman tuannya sehingga ia terpaksa
menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah.
Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara
meruntuhkan kegigihan gajah yang dianggap cerdik.
Ah, jangankan seekor gajah, manusia paling pandai saja bisa dikecoh Abu Nawas.
Analisis Hikayat Abu Nawas
A. Unsur Intrinsik
Amanat :
B. Unsur Ekstrinsik
1. Nilai Moral
Kita harus selalu optimis, percaya diri dalam mencoba suatu hal yang membuat kita penasaran
dan kita harus menggunakan berbagai cara / ide untuk menaklukkan hal yang membuat kita
penasaran itu selama cara itu hallal.
2. Nilai Religius
Jangan mempercayai kata kata orang sebelum kita sendiri mengetahui dengan mata kita sendiri.
Percayalah pada tuhan allah kita bahwa dialah sumber kebenaran.
3. Nilai Pendidikan :
Kita harus meniru cara abu nawas dalam mengecoh sang gajah ajaib, dia mengandalkan berbagai
cara untuk mengecoh gajah itu supaya menuruti permintaan nya (selama cara itu cara yang halal
tidak masalah) begitu juga kita sebagai siswa, jangan mudah menyerah pada tantangan yang kita
jumpai baik itu pelajaran yang sulit, jangan menyerah sebelum mencobanya.