Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
PUTRI NURFADILLAH SARI
10211018
Penulis menyadari bahwa studi kasus ini masih terdapat kekurangan, hal ini bukanlah
suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersidat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan studi kasus ini.
Demikian lah studi kausus ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi yang
membacanya. Lebih dan kurang penulis ucapkan terima kasih.
Wassalammualaikum Wr Wb
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBARAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah .................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Berat Badan Lahir rendah ...................................................................................................... 4
1. Defenisi ................................................................................................................................. 4
2. Etiologi .................................................................................................................................. 4
3. Masalah Bisa Timbul Pada BBLR ........................................................................................ 9
4. Gambaran Klinik Bayi Berat Lahir Rendah .......................................................................... 11
5. Pencegahan ............................................................................................................................ 13
6. Penatalaksanaan BBLR ......................................................................................................... 14
B. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan .................................................................................. 23
1. Identifikasi Data Dasar .......................................................................................................... 23
2. Merumuskan Diagnosa ......................................................................................................... 23
3. Masalah Potensial .................................................................................................................. 25
4. Tindakan Segera dan Kolaborasi ........................................................................................... 25
5. Rencana Asuhan Kebidanan .................................................................................................. 25
6. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan ............................................................................ 25
7. Evaluasi Asuhan Kebidanan .................................................................................................. 26
8. Dokumentasi .......................................................................................................................... 26
A. Latar Belakang
Bayi dengan berat lahir rendah merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada
sebahagian mcasyarakat. Bayi Berat Lahir Rendah
( BBLR ) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Yulianti L,
2010).
Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada
masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada
masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan komsumsi makanan pun
kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi pada mereka yang status perekonomiannya
cukup, hal ini berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan
pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas dan morbilitas
neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan dimasa
depan (bblr. co. id, online diakses 04 Juni 2011 ).
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15 % dari seluruh kelahiran
didunia dengan batasan 33%-38% dan lebih sering terjadi dinegara- Negara berkembang atau
sosial ekonomi rendah. Data statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan dinegara-
Negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan
berat lahir lebih dari 2500 gram ( depkes. go. Id, online diakses 04 Juni 2011).
Menurut perkiraan World Health Organisation (WHO), pada tahun 1995 hampir semua (
98 % ) dari 5 juta kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih
dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi dibanding
Negara-negara ASEAN lainnya. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2008 berkisar 248
per 100.000 kelahiran hidup. Kita bisa membandingkan dengan Malaysia yang tercatat angka
kematian 41 bayi per 100.000 kelahiran hidup, Thailand sebanyak 44 lahir mati per 100.000
kelahiran hidup dan Philiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup.
(Diakses tanggal 4 juni 2011 )
Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah
lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah Multicenter diperoleh angka BBLR
dengan rentan 2,1%-17,2%, Berdasarkan analisa nasional, Bayi prematur atau BBLR mempunyai
masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Berdasarkan estimasi dari Survei
Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI, 2007). Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar
9-30% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. BBLR masih merupakan masalah di
seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir,
Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50% meninggal saat bayi (Evariny,
2005).
Berdasarkan data di Sumatera Barat angka BBLR pada tahun 2007. 1,483 bayi (1,44%) dan
bayi BBLR yang ditangani 1.126 bayi (75,93%). 2008, 1.573 bayi ( 1,44 % ) dari bayi BBLR
yang ditangani 1.307 bayi (83%) (profil kesehatan sumbar).
Di RSUD. Dr. Rasidin Padang angka kejadian BBLR pada tanggal 7 Januari 2012 hingga
tanggal 1 November 2012 mencapai 13 bayi. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik
untuk melakukan pengkajian tentang manajemen asuhan kebidanan pada bayi NyS dengan
berat badan lahir rendah(BBLR).
B. Batasan Masalah
Dalam penulisan laporan ini, penulis mambatasi dalam hal penerapan Manajemen Asuhan
Kesehatan Pada Bayi NyS Dengan BBLR(Berat Badan Lahir Rendah) di Ruangan Perinatologi
RSUD Dr. Rasidin Padang, Tanggal 11 November 2012.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Selesai melakukan pembinaan penulis berharap mendapatkan gambara umum, menerapkan
asuhan dan mampu melakukan penatalaksanaan terahadap masalah yang mungkin terjadi pada
bayi dengan berat badan lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
Dalam melaksanakan pembinaan terhadap BBLR, penulis diharapkan dapat menggunakan
manajemen kebidanan 7 langkah Varney yaitu:
a. Mampu melaksanakan pengkajian dan pengumpulan semua data untuk mengevaluasi keadaan
pasien.
b. Mampu mengidentifikasi secara benar masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data tersebut.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial yang akan terjadi.
d. Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera baik secara mandiri, kolaborasi, atau rujukan.
e. Mampu merencanakan asuhan yang rasional sebagai dasar pengambilan keputusan.
f. Mampu melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.
g. Mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan.
h. Dapat mendokumentasikan asuhan pada BBLR dengan asuhan manajemen 7 langkah varney.
D. Manfaat penulisan
Berdasarkan penerapan manajemen asuhan kebidanan yang telah penulis lakukan terhadap
bayi NyS dengan BBLR maka penulis mengharapkan mendapatkan :
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan asuhan kebidanan pada bayi
dengan BBLR.
2. Mampu memberikan informasi tentang masalah yang dihadapi klien dengan BBLR.
3. Memberikan pelayanan yang berkualitas pada klien.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Toksemia gravidarum (pre eklamsi)
Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam
kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia / Eklampsia
pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah placenta, sedangkan bayi memperoleh
makanan dan oksigen dari placenta, dengan adanya perkapuran di daerah placenta, suplai
makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang (Ilyas, 1995).
b) Perdarahan antepartum
Perdarahan ante partum dapat menyebabkan ibu kehilangan Fe dan O 2 sehingga dapat
menyebabkan ibu menderita anemia, yang akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh
sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke janin. Jika suplai berkurang, akibatnya pertumbuhan organ
janin pun akan terhambat dan menyebabkan BBLR. (Winkjosastro, 2006)
c) Trauma fisik dan psikologis
Trauma adalah benturan fisik yang berpengaruh terhadap janin dan kandungan. Sekitar 6%
kehamilan mengalami komplikasi karena trauma.
Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian akan kembali mempengaruhi
aktivitas fisiologis dalam dirinya. Suasana hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat
mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat,
sekresi asam lambung, dan lain-lain. Trauma, stres, atau tekanan psikologis juga dapat
memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, mudah marah, gelisah, pening, mual atau merasa
malas.
Karena perubahan yang terjadi pada fisik mempengaruhi aspek psikologis dan sebaliknya,
maka mudah bagi ibu hamil untuk mengalami trauma. Menurut Shinto, trauma ini ternyata dapat
dirasakan juga oleh janin. Bahkan, janin sudah menunjukkan reaksi terhadap stimulasi yang
berasal dari luar tubuh ibunya. Sementara dalam masa perkembangan janin, ada masa-masa yang
dianggap kritis yang menyangkut pembentukan organ tubuh. Oleh karena itu, ibu hamil harus
menjaga kondisi fisik maupun psikisnya agar bayinya dapat tumbuh sehat.
d) Diabetes mellitus
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa
berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita
perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun
antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.
Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat
pemeriksaan rutin.
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi
komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi).
Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik
(hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
2) Usia ibu
a) Usia ibu < 20 tahun
Usia wanita saat perkawinan dapat mempengaruhi resiko kelahiran, semakin muda usia ibu
dalam perkawinan semakin besar risiko yang di hadapi bagi keselamatan ibu maupun anak
disebabkan belum matangnya rahim wanita usia muda untuk memproduksi anak. Ibu cenderung
menganggap bahwa ia menjadi jelek setelah hamil dan tidak menarik lagi, sehingga ibu merasa
takut. Ketakutan/kecemasan yang berlebihan akan berakibat terhadap perkembangan janin yang
sedang dikandung. Maka, kesiapan dari segi fisik dan psikologis sangat perlu disiapkan.
b) Usia > 35 tahun
Usia diatas 35 tahun telah terjadi sedikit penurunan curah jantung yang disebabkan oleh
kurangnya kontraksi miokardium. Sehingga, sirkulasi darah dan pengambilan oksigen dari darah
di paru-paru yang mengalami penurunan curah jantung ditambah lagi dengan tekanan darah yang
tinggi dan penyakit ibu yang lain yang akan melemahkan kondisi ibu sehingga dapat
mengganggu sirkulasi darah ibu ke janin akibatnya yang dapat mengakibatkan BBLR. (Lukman,
1996)
c) Multi gravid yang jarak kehamilannya terlalu dekat
Jarak terlalu dekat atau kurang dari duatahun membuat kondisi ibu belum pulih betul dari
masalah gizi, kehilangan darah serta kerusakan system reproduksi akibat kelahiran yang
sebelumnya, sehingga calon bayi mungkin tidak akan mendapatkan makan yang dibutuhkannya
dan berat badan ketika lahir rendah dan sistem tubuhnya sangat rendah. (Depkes RI, 2000)
Jarak yang dianjurkan untuk melahirkan berikutnya adalah berkisar 2-3 tahun karena alat
reproduksi sudah siap dan juga rahim serta kondisi ibu sudah pulih dengan baik. (Depkes RI,
2000
3) Keadaan sosial
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan
pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan
harga barang pokok (Kartono, 2006).
Status ekonomi biasanya erat hubungannya dengan pendapatan seseorang atau keluarga.
Penghasilan yang terbatas membuat kelangsungan kehamilanya membuat berbagai masalah
kebidanan. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stress dan nilai gizi yang
relatif rendah dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan sehingga memudahkan terjadinya
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Manuaba, 2010).
4) Sebab lain
Kebiasaan-kebiasaan ibu yang dapat merusak kesehatan seperti merokok, minum-minuman
beralkohol, dan obat-obatan berbahaya.
2. Faktor janin
1) Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di mana
banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena faktor
mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ seputarnya.
Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan
ibu dan anak
2) Kehamilan ganda
Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gannguan dibandingkan janin tunggal
yang tampak pada ukuran sonografi dan berat lahir. Semakin banyak jumlah bayi semakin besar
derajat retardasi pertumbuhan (Klaus, 1998). Pengaruh kehamilan kembar pada janin dapat
menyebabkan berat badan anak yang lebih kecil dari rata-rata dan malpresentasi. Mortalitas
janin meningkat hingga 4 kali dari pada kehamilan tunggal. Hal ini disebabkan oleh
prematuritas, berat lahir rendah, malpresentasi dan anomali kongenital. Kehamilan kembar juga
berpengaru terhadap peregangan uteerusyang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya partus
prematurus.(Oxorn, 2003)
Selain itu, kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi
defisiensi nutrisi anemia ibu hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan janin seperti BBLR.
(Manuaba, 1998)
3) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom pada janin bisa diturunkan dari salah satu orang tua yang membawa
kelainan kromosom, bisa juga terjadi secara spontan (dengan sendirinya) pada saat proses
reproduksi. Usia ibu pada saat hamil juga salah satu faktor penyebab kelainan kromosom. resiko
terjadinya kelainan kromosom pada janin adalah 4 kali lebih besar jika ibu berusia 35 tahun atau
lebih
4) Cacat bawaan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya
akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-
kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya
3. Faktor lingkungan
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obat-obatan (antara 11%
dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah mengakibatkan makin tingginya
insiden kelahiran premature, BBLR, defek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala putus
obat pada janin (Bobak, 2004). Konsumsi alkohol pada saat hamil: Penggunaan alkohol selama
masa hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan), retardasi mental, BBLR dan sindrom
alkohol janin.
g. Gangguan imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi
prematur relative belum sanggup membentuk anti bodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan masih belum baik.
h. Perdarahan intraventrikuler
Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea, asfiksia berat dan
syndrome gangguan pernapasan.Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea.
Keadaan ini menyebabkan aliran darah keotak bertambah. Penambahan aliran darah keotak akan
lebih banyak lagi karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur, sehingga mudah
terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia dilapisan germinal yang
terletak didasar ventrikel lateralis antara nukleus kaudatus dan ependim. Luasnya perdarahan
intraventrikuler ini dapat di diagnosis dengan ultrasonografi atau CT scan.
i. Retrolental fibroplasias
Keadaan ini disebabkan oleh penggunaan oksigen dengan konsentrasi tinggi ( Pa O2 lebih dari
115 mmHg = 15 k Pa ). Untuk menghindari retrolental fibroplasias maka oksigen yang diberikan
pada bayi prematur tidak lebih dari 40% atau dengan kecepatan 2 liter/ menit.
(Sarwono Prawirohardjo, 2007 )
5. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang
penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan
dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko
yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda
bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga
kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34
tahun)
d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan
ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil
<1500 34 36 33 35 33 34 32 33
1501-2000 33 34 33 32 34 32
2001-2500 33 32 34 32 32
> 2500 32 34 32 31 - 32 32
Catatan: apabila suhu kamar 28-29 derajat celcius hendaknya diturunkan 1 derajat celcius setiap
minggu dan apabila berat badan bayi sudah mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat diluar
inkubator dengan suhu 27 derajat celcius.
2) Ruangan yang hangat.
Suhu kamar untuk bayi dengan pakaian
BB Suhu ruangan
1500-2000 gram 28 30 oC
>2000 gram 26 28 oC
Catatan : jangan digunakan untuk bayi < 1500 gram
3) Pemberian makanan bayi
a. Pada bayi prematur refleks isap, telan, dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih
sedikit, daya enzim pencernaan terutama lifase masih kurang, disamping itu kebutuhan protein 3-
5 gram/ hari dan tinggi Kalori ( 110/kg/ hari ) agar berat badan bertambah sebaik- baiknya.
b. Pemberian minuman dimulai pada waktu berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia
dan hiperbilirubinemia
c. Sebelum pemberian minuman pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung hal ini perlu
untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah. Pengisapan cairan
lambung juga dilakukan pada setiap pemberian minum selanjutnya.
d. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu dengan ibunya,
bayi degan kurang 1500 gram diberikan minum melalui sonde lambung. Sesudah 5 hari bayi
dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap bayi kecil ini lebih baik dengan dot dibandingkan
dengan putting susu ibu pada keadaan ASI dipompa dan diberikan melalui botol.
e. Cara pemberian ASI melalui susu botol adalah dengan frekuensi pemberian yang lebih sering
dalam jumlah susu yang sedikit, frekuensi pemberian minum makin berkurang dengan
bertambahnya berat bayi.
f. Jumlah cairan yang diberika pertama kali adalah 1- 5 ml/ jam dan jumlahnya dapat ditambah
sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Penambahan susu tersebut tergantung dari jumlah susu yang
tertinggal pada pemberian minum sebelumnya, untuk mencegah regurgitasi/ muntah atau distensi
abdomen.
g. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 ml/ kg/ hari, setiap hari dinaikkan 20 sampai 200
ml/kg/hari
h. Air susu yang paling baik adalah ASI, bila bayi belum dapat menyusu, ASI dipompa dan
dimasukkan kebotol steril. Bila ASI tidak ada susunya dapat diganti dengan susu buatan yang
rendah lemak yang mudah dicerna bayi dan mengandung 20 kalori/ 30 ml air atau sekurang-
kurangnya bayi mendapat 110 kalori/ kg BB/ hari.
oleh karena itu mudahnya terjadi regurgitasi dan pneumonia aspirasi pada bayi BBLR, maka
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan pada bayi dengan berat
lahir rendah, yaitu :
a) Bayi diletakkan pada sisi kanan untuk membantu mengosongkan lambung, atau dalam posisi
setengah duduk dipangkuan perawat atau dengan meninggikan kepala dan suhu 30C ditempat
tidur bayi
b) Sebelum susu diberikan diteteskan dahulu dipunggung tangan untuk merasakan apakah susu
cukup hangat dan apakah keluarnya satu tetes tiap detik.
c) Pada waktu bayi minum harus diperhatikan apakah ia menjadi biru, ada gangguan pernapasan
atau perut gembung. Pengamatan dilakukan terus sampai kira- kira setengah jam sesudah minum.
Gumpalan susu dimulut harus dibersihkan dengan memberikan 3- 4 sendok teh air putih yang
sudah dimasak.
d) Untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikit demi sedikit dengan perlahan-
perlahan dan hati- hati. Penambahan susu setiap kali minum tidak boleh lebih dari 5 ml setiap
kali minum.
e) Sesudah minum, bayi didudukkan atau diletakan diatas pundak selama 10-15 menit untuk
mengeluarkan udara dilambung dan kemudian ditidurkan pada posisi kanan atau tidur dalam
posisi tengkurap, hal ini dilakukan agar tidak terjadi regurgitasi atau muntah.
f) Bila biru dan mengalami gangguan pernapasan pada waktu minum, kepala bayi harus
direndahkan 30 cairan dimulut dan faring disuction, bila masih biru dan tidak bernapas harus
segera diberi oksigen dn pernapasan buatan. (Winkjosastro, H.2007)
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi
adalah sebagai berikut (3):
a. Berat lahir 1750 2500 gram
- Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan
malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila
bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif
cara pemberian minum.
- Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada
bayi sehat.
Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan
pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang),
berikan ASI peras melalui pipa lambung :
Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum
160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum.
Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk
menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
- Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan
menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau
tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan
cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung
setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara
perlahan.
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan
bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.
c. Berat lahir 1250-1499 gram
- Bayi Sehat
Beri ASI peras melalui pipa lambung
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minumLanjutkan
pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara
perlahan.
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160
ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.
d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)
Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan intravena
secara perlahan.
Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160
ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.
4) Pencegahan terjadinya infeksi
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi di bawah air yang mengalir dengan
menggunakan sabun cair.
b. Memakai masker dan gaun khusus dalam ruangan .
c. Pisahkan bayi infeksi dengan bayi yang sehat.
d. Setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri, bila memungkinkan bayi di mandikan ditempat
tidurnya masing masing .
e. Perawatan kulit dan tali pusat di lakukan dengan teknik aseptic dan antiseptic.
f. Para pengujung orang sakit hanya dapat melihat dari balik kaca.
g. Petugas kesehatan yang menderita penyakit menular , (ISPA, Konjungtivitis, dll) tidak boleh
merawat bayi.
h. Membersihkan ruang perinatal dan tempat tidur bayi paling sedikit seminggu sekali dengan
cairan antiseptic (winkjosastro, H. 2007)
Rencana asuhan yang diberikan pada Ny. S adalah memberitahu ibu dan keluarga
mengenai hasil pemeriksaan, pantau kondisi janin, siapkan informed consent, lakukan kolaborasi
dengan dokter untuk tindakan selanjutnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama Ibu : Ny S
Umur : 22 tahun
Suku/Bangsa : Minang / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : JL. Parak Jambu Tunggul Hitam RT 2, RW 3
Nama Suami : Tn I
Umur : 23 tahun
Suku/Bangsa : Minang / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : JL. Parak Jambu Tunggul Hitam RT 2, RW 3
B. Keadaan Sosial Ekonomi :
a. Penghasilan perbulan : Rp. 1.000.000
b. Jumlah anggota keluarga yang ditanggung : 2 orang
c. Penghasilan perkapita : Rp. 500.000
C. DATA SUBJEKTIF
Pada tanggal : 11 November 2012
Pukul : 21.00 WIB
Kronologi : pasien maasuk ke IGD pukul 10.00 WIB, langung lakukan perawatan dalam
inkubtor dengan oksigen, kemudian beri pasien therapy IVFD dekstrose 10%. Kemudian bayi di
kirim ke bangsal anak pukul 11.00 WIB, bayi dirawat diruang terpisah yaitu perinatologi, dan
lanjutkan terapi sesuai order dokter.
1. Riwayat penyakit kehamilan
Pasien mengatakan pernah mengalami perdarahan ketika usia kandungan 2 bulan, pasien
perdarahan selama 1 bulan, jumlah darah kurang dari 1 duk perhari. pasien berobat ke dokter dan
di anjurkan istirahat berbaring dirumahnya selama 1 bulan.
Pasien juga mengatakan ini kahemilannya yang pertama.
2. Kebiasaan waktu hamil
: 1 piring nasi ukuran sedang, 1 potong lauk ukuran sedang, 1 mangkok sayur
atan : Tidak ada
: Tidak ada
n : Tidak ada
3. Riwayat persalinan sekarang
persalinan : Spontan
ong oleh : Bidan
kehamilan : 28-29 minggu
plikasi : tidak ada
4. Keadaan bayi baru lahir :
Apgar Score : 6/8
Tanda 0 1 2 Jumlah
Frekuensi ( ) tidak ada ( ) < 100 ( ) > 100
Jantung
Usaha nafas ( ) tidak ada ( ) lambat tidak teratur ( ) menangis kuat
I Tonus otot ( ) lumpuh ( ) eks fleksi sedikit ( ) gerakan aktif 6
reflek ( ) tidak bereaksi ( ) gerakan sedikit ( ) menangis
Warna ( ) biru / pucat ( ) tubuh kemerahan ( ) kemerahan
tangan dan kaki biru
Frekuensi ( ) tidak ada ( ) < 100 ( ) > 100
Jantung
Usaha ( ) tidak ada ( ) lambat tidak teratur ( ) menangis kuat
II bernafas ( ) lumpuh ( ) eks fleksi sedikit ( ) gerakan aktif 8
Tonus otot ( ) tidak bereaksi ( ) gerakan sedikit ( ) menangis
reflek ( ) biru / pucat ( ) tubuh kemerahan ( ) kemerahan
warna tangan dan kaki biru
5. Resusitasi
. Penghisapan lendir : ya
. Ambu : Tidak dilakukan
. Masage jantung : Tidak dilakukan
. Intubasi endotracheal : Tidak dilakukan
. Oksigen : ya
. Therapi : Tidak dilakukan
D. PEMERIKSAAN FISIK
adaan umum : jelek
hu : 36C
rnafasan : 50x/i
ntung : 126 x/i
rat badan : 900gram
njang badan : 35 cm
meriksaan fisik secara sistematis
un : Tidak ada caput / cepal hematoma
: Tidak oedema
: Simetris kiri dan kanan, daun dan lobang telinga ada
: Tidak ada labio palato skizis
: Septum ada
: Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan
: Agak membuncit
: Lembab, tidak ada perdarahan
g : Tidak ada kelainan
as : Tidak ada oedema
: Labia mayora belum menutupi labia minora
: Ada
Reflek
- Reflek morrow : (+) lemah
- Reflek rooting : (+) lemah
- Reflek sucking : (+) lemah
- Reflek tonic neck : (+) lemah
- Eliminasi
- Miksi : sudah ada
- Mekonium : sudah ada
MANAJEMEN ASUHAN KESEHATAN PADA BAYI NyS DENGA N BBLR(BERAT
BADAN LAHIR RENDAH) DI RUANGAN PERINATOLOGI RSUD Dr. RASIDIN
PADANG,
TANGGAL 11 NOVEMBER 2012
IDENTIFIKASI INTERPRETASI DIAGNOSA TINDAKAN INTERVENSI IMPLEMENTASI
DATA DATA POTENSIAL SEGERA
Tanggal : Diagnosa : Apneu Pemberian 1. Lanjutkan 1.Melanjutkan
11 November Bayi baru lahir O2 perawatan dalam perawatan dala
2012 hari pertama inkubator incubator unt
Jam : 21.00 dengan BBLER , mempertahankan
WIB KU Bayi buruk suhu tubuh bayi ag
tetap hangat d
Data subjektif : Dasar : stabil deng
ibu mengatakan Bayi lahir perawatan bayi
anaknya lahir tanggal 11 dalam incubator :
pada tanggal 11 November 2012 Hangatk
November 2012 Pukul 03.00 inkubator samp
Pukul 03.00 WIB suhu yang
WIB A/S : 6/8 tentukan sebelu
Ibu mengatakan PB 35 cm meletakkan bayi
anaknya belum BB 900 gram dalamnya
di satu JK : Perempuan Tutup kaca secep
ruangkan mungkin setel
Tanda Vital
bersama ibu meletakkan bayi
J : 126 x/i
dalamnya
P : 50 x/i
Data objektif :
S : 35,50C Lakukan perawat
Bayi lahir tempat bayi
BB sekarang :
tanggal 11 inkubator
900 gram
November
BAK : sudah
2012 Pukul 2. Memantau oksig
ada
03.00 wib, pada bayi sesu
A/S : 6/8 BAB : sudah dengan order,yaitu
PB : 35 cm ada 0.5 liter / menit
Kebutuhan :
Masukkan bayi
ke dalam
incubator
Pasang oksigen
bayi
4. Pantau IVFD dan
Atur posisi bayi
beri therapy sesuai
Pasang IVFD
order
dan berikan
therapy sesuai
order
Puasakan bayi
sementara
Lakukan
pemantauan dan
observasi pada
bayi
5. Mempuasakan ba
sementara unt
mencegah aspira
pada bayi.
6. Melakuk
pemantauan d
observasi pada ba
dengan mengontr
5. Puasakan bayi keadaan umum ba
sementara setiap 1 jam yai
mengontrol Na
dan Nafas pada ba
6. Lakukan
pemantauan dan
observasi pada bayi
1. Memantau KU ba
dengan mengontr
Nadi,Pernafasan d
Suhu bayi per 1 jam
2. Mengontrol IVF
dan Oksigen
Tanggal :
12 November
2012
Pukul 22..00
wib Diagnosa : 1. Pantau KU bayi
Bayi baru lahir Apneu Lanjutkan
Data subjektif : hari ke 2 dengan therapy
Ibu mengatakan BBLER keadaan Oksigen
anaknya masih umum bayi
dalam buruk.
perawatan di 2. Kontrol IVFD dan
dalam Oksigen 3. Memberik
incubator, therapy sesuai orde
Dasar :
Data objektif : Bayi lahir
J : 116 x /menit tanggal 11
P : 55x/ menit November 2012
S : 36 0C Pukul 04.00
O2 0,5 WIB
liter/menit TTV :
4. Menjaga person
hygiene
bayi,sehingga
mikroorganisme
bakteri tidak bi
hidup d
mengganggu
pertumbuhan bayi
5. Melakuk
perawatan tali pus
dengan H2O
Kemudian di bal
4. Jaga personal dengan kassa keri
hygiene bayi dan steril.
6.melakukan
perawatan ba
dalam inkubator
5. lakukan perawatan
tali pusat
1. Memantau keada
umum bayi deng
mengontrol vi
6.Rawat bayi dalam sign bayi
inkubator
2. Melanjutk
pemberian Oksigen
6. Lakukan
pengontrolan Infus
bayi
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi NyS dengan tahap-tahap manajmen
asuhan kebidanan yang terdiri dari pengkajian data, interpretasi data, masalah dan diagnose
potensial, identifikasi kebutuhan, yang memerlukan penanganan dengan membuat rencana
asuhan kebidanan dan pelaksanaan tindakan serta evaluasi maka pembahasannya :
a. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti, baik
dalam pengumpulan data subjektif, data objektif, data primer and data sekunder, dimana
didukung oleh peralatan yang baik.
1. Riwayat penyakit selama kehamilan
Selama kehamilan ibu tidak mempunyai riwayat penyakit, seingga kondisi ibu selama hamil
tidak ada gangguan dari penyakit.
2. Riwayat social
a) Kebiasaan
Pasien pada kasus ini tidak ditemui kebiasan merugian kesehatan, baik pada masa hamil dan
persalinannya.
b) Penyakit spesifik
Pasien dalam kasus ini, ibu dari pasien tidak mengalami penyakit yang spesifik seperti
perdarahan, preeklamsi, penyakit kelamin dan lain-lain.
c) Social ekonomi
Pada kasus ini ditemukan tingkat social ekonomi ibu menengah.
d) Pemeiksaan umum dan khusus
Berdsarkan hasil pemeriksaan ditemukan keadaaan penyimpangan kearah patologis dimana
didapat berat badan bayi 900 gram.
e) Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.
b. INTERPRETASI DATA
1. Diagnose
BBLR :
BBLR hari ke-1, KU buruk
BBLR hari ke-2, KU buruk
BBLR hari ke-4, KU buruk
2. Masalah
Bayi baru lahir, berat badan lahir rendah dengan gangguan pola nafas
3. Kebutuhan
Penjelasan tentang hasil pemeriksaan
Perawatan bayi dalam incubator
Pengawasan bayi
Perawatan hygien bayi dalam incubator
Therapy oksigen pada bayi
e. PERNCANAAN TINDAKAN
Perencanaan dirumuskan mengacu pada masalah yang ditemui waktu melakukan pengkajian.
f. PELAKSANAAN TINDAKAN
Pada waktu pelaksanaan tindakan semua pelaksanaaan tindakan dapat dilakukan.
g. EVALUASI
Merupakan tahap akhir proses manajemen kebidanan dan semua tujuan yang direncanakan dapat
dilaksanakan dengan baik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis melakukan pembinaan serta membuat manajemen asuhan kebidanan pada bayi NyS
dari tanggal 11 November sampai tanggal 14 November 2012, penulis mendapatkan :
1. Pengumpulan data yang akurat akan mempermudah dalam pemberian asuhan.
2. Dalam memberikan asuhan kebidanan diperlukan ketelitian agar bisa menekan kemungkinan
resiko akan terjadi BBLR.
3. Dalam memberikan asuhan kebidanan harus menjalin hubungan baik dengan keluarga dan ibu
bayi agar tercipta suasana yang harmonis dan saling percaya.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan dalam memberikan pembinaan pada klien, ada beberapa saran yang
dianggap perlu diantaranya kepada klien, institute pelayanan,institute pendidikan, serta kepada
mahasiswa sebagai pemberi asuhan yang akan datang, antara lain:
1. Klien
a) Agar klien bisa menerima dan melaksanakan asuhan yang diberikan
b) Segera membawa bayi kepelayanan kesehatan apabila terdapat keluhan serta kelainan yang
dirasakan.
c) Dalam anamnesa, pasien mampu memberikan data yang sebenarnya.
2. Institute Pelayanan
Diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan pada bayi BBLR untuk mencapai pelayanan
yang optimal.
3. Institute pendidikan
Diharapkan dapat menambah sumber buku terbaru agar mempermudah mahasiswa dalam
meningkatkan pengeahuan.
4. Mahasiswa
Diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari asuhan kebidanan pada
BBLR dalam praktek klinik.
DAFTAR PUSTAKA
Mitayani, 2010, mengenal bayi baru lahir dan penatalaksanaanya, padang : praninta offset.
Yulianti L, 2010 bblr. co. id, online diakses 04 Juni 2011 depkes. go. Id, online diakses 04 Juni 2011
Saifuddin AB, 2006 , Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2006: 377
CONTOH ASKEB BAYI DENGAN BBLR
No. Register :
Tanggal MRS : 10 September 2012
Tanggal Partus : 10 September 2012, jam 12.00 wita
Tanggal pengkajian : 11 September, jam 11.30 wita
C. Data Biologis
1. Tinjauan ANC
a. HPHT : 18 12 2011
b. TP : 25 09 2012
c. Pemeriksaan kehamilan 4 x selama hamil
d. Tempat pemeriksaan ANC di Bps Titiek.
e. Imunisasi 2 x
TT I : UK 24 minggu
TT II : UK 28 minggu
f. Tidak pernah mengalami penyakit selama hamil
g. Umur kehamilan 38-40 minggu
2. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar
Kebutuhan nutrisi / kebiasaan sebelum dan selama hamil
Pola makan teratur 3 x sehari
Kebutuhan minum / cairan 8 gelas / hari
Konsumsi nasi, ikan, telur, sayur dan buah-buahan
Nafsu makan baik
Tidak ada makanan pantangan
Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
3. Riwayat persalinan / kelahiran
1. Bayi lahir dengan spontan per vaginam dengan BB : 2400 gr, dan panjang badan 48 cm, segera
menangis.
2. Umur kehamilan 38-40 minggu.
Tempat persalinan : Di Bps
Tempat penolong persalinan : Bidan
3. Pola emosional orang tua
Kedua orang tua sangat senang dengan kelahiran bayinya.
Kedua orang tua sangat mengharapkan kelahiran anak perempuan
4. Keluhan utama bayi
Berat badan lahir rendah (BBLR)
5. Riwayat bayi baru lahir
BBL dengan BBLR
Bayi belum di beri ASI sejak lahir
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
1. BBL / PBL : 2400 gr / 48 cm
Jenis kelamin :
2. TTV : - Suhu : 36,5 OC
- P : 48 x / menit
3. Pemeriksaan fisik (Inspeksi, palpasi, perkusi)
a. Kepala = bersh, UUB datar, lingkar kepala: 32 cm
b. Wajah = tidak ikterus, wajah tidak pucat.
c. Mata= simetris, sclera putih, konjungtifa berwarna mera mudah.
d. Hidung = lubang hidung simetris dan tampak bersih.
e. Telinga = simetris, tampak bersih
f. Mulut = refleks mengisap masih rendah, bibir berwarna merah.
g. Leher = tidak ada pembesaran kelenjar.
h. Dada dan perut = payudara simetris, gerakan dada kuat, tali pusat masih basah, liingkar peru : 29
cm, lingkar dada : 31 cm.
i. Punggung = tidak ada benjolan pada tulang belakang
j. Genital = labia mayora dan lania minora terbentuk, anus ada lubangnya.
k. Ekstremitas = jari-jari tangan dan kaki lengkap, refleks menggenggam kuat.
No. Register :
Tanggal MRS : 10 September 2012
Tanggal Partus : 10 September 2012, jam 12.00 wita
Tanggal pengkajian : 11 September, jam 11.30 wita
Nama pengkaji : Musdalifa Ifrina
A. Identitas Bayi.
Nama : Bayi. A
Tanggal lahir / jam : 10 September 2012 / 12.00 wita
Anak ke : I (Pertama)
Jenis kelamin :
B. Identitas ibu / ayah
Nama : Ny. A / Tn. R.
Umur : 39 thn / 41 thn.
Suku : Bugis / Bugis
Pendidikan : S1 / S1
Nikah lamanya : 1 tahun
Pekerjaan : Swasta / wiraswasta
Alamat : Jl. Raya Pendidikan
Assesment (A)
Diagnosa / masalah aktual : Bayi berat lahir rendah (BBLR).
Masalah potensial : Potensial terjadinya hipotermi.
Planning (P)
Tanggal 11-09-2012
1. Membersihkan jalan napas. Tidak terdapat lendir pada hidung.
2. Merawat tali pusat. Tali pusat bersih tidak ada tanda-tanda infeksi.
3. Memasang pakaian bayi dan membungkus bayi dengan kain yang kering. Bayi terbungkus dan
memakai pakaian dengan rapi.
4. Mengganti pakaian / popok bayi setiap kali basah. Bayi memakai pakaian / popok yang kering
bersih.
5. Memonitor tanda-tanda vital
Suhu : 36,5 OC
Pernapasan : 48 x / m
Denyut jantung : 130 x / m
6. Menimbang berat badan bayi setiap hari. Berat badan bayi bertambah.
7. Mengobservasi tanda-tanda infeksi. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
8. Menginjeksi Vit-K 0,5 mg / im. Tidak terjadi perdarahan otak.