Você está na página 1de 6

ADNEKSITIS

Posted: January 7, 2011 in arti nama AKU


0
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan keturunan.
Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga seringkali mengalami hambatan atau
gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri) atau bahkan keduanya, mengalami
gangguan seksual. Jika tidak segera diobati, masalah tersebut dapat saja menyebabkan terjadinya
keretakan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal
organ reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan deteksi dini apabila terdapat
gangguan pada organ reproduksi. Organ reproduksi pada wanita dibedakan menjadi dua, yaitu
organ kelamin dalam dan organ kelamin luar. Organ kelamin luar memiliki dua fungsi, yaitu
sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam
dari organisme penyebab infeksi. Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan
dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan menyebabkan
infeksi kandungan salah satunya adalah radang yang terjadi akibat infeksi yang menjalar keatas
dari uterus dan bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari
jaringan-jaringan sekitarnya dan biasa disebut dengan adneksitis. Menurut
(Winkjosastro,Hanifa.Hal.396,2007) prevalensi adneksitis di Indonesia sebesar 1 : 1000 wanita
dan rata-rata terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.Adneksitis bila
tidak ditangani dengan baik akan menyebar keorgan lain disekitarnya seperti misalnya ruptur
piosalping atau abses ovarium,dan terjadinya gejala-gejala ileus karena perlekatan, serta
terjadinya appendisitis akuta dan salpingo ooforitis akuta. Maka dari itu sangat diperlukan peran
tenaga kesehatan dalam membantu perawatan klien adneksitis dengan baik agar radangnya tidak
menyebar ke organ lain dan para tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif.Salah satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan asuhan secara komprehensif
yaitu bidan melalui asuhan kebidanan yang sudah dimilikinya. Beberapa peran bidan diantaranya
yaitu peran bidan sebagai pengelola dimana bidan memiliki beberapa tugas salah satunya tugas
kolaborasi. Didalam kolaborasi ini bidan harus menerapkan manajemen kebidanan pada setiap
asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga serta
memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dan pertolongan pertama pada
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tim medis lain.
(Soepardan,Suryani.Hal 38.2008). Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami akan
membahas secara lebih dalam tentang adneksitis dan penatalaksanaannya dengan konsep asuhan
kebidanan.
B.Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan klien adneksitis dengan konsep asuhan kebidanan secara
komprehensif ?
C.Tujuan
1.Tujuan umum
Tujuan umum dari kami mempelajari kasus ini adalah untuk mengaplikasikan konsep asuhan
kebidanan secara komprehensif pada klien adneksitis.
2.Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian adneksitis.
b. Untuk mengetahui gejala dan tanda adneksitis.
c. Untuk mengetahui penyebab terjadinya adneksitis.
d. Untuk mengetahui patofisiologis dan penanganan adneksitis.
e. Untuk menerapkan asuhan kebidanan pada kasus adneksitis
D.Manfaat
Manfaat dari mempelajari kasus ini adalah :
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mempeerluas khasanah ilmu dan keterampilan klinik yang lebih luas terutama
dalam melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan adneksitis.
2. Bagi klien dan keluarga
Dapat terpenuhi kebutuhan psikologis, sosial, spritual serta dapat meningkatkan tingkat status
kesehatan dan dapat memberikan support bagi klien dan keluarga.
3. Bagi tenaga kesehatan
diharapkan agar dapat melakukan asuhan kebidanan dengan baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Adneksitis
Adneksitis atau Salpingo-ooforitis adalah radang pada tuba falopi dan radang ovarium yang
terjadi secara bersamaan, biasa terjadi karena infeksi yang menjalar ke atas sampai uterus, atau
akibat tindakan post kuretase maupun post pemasangan alat kontrasepsi (IUD)
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007). Adnexa atau salpingo-ooporitis terbagi atas :
1.Salpingo ooporitis akuta
Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus sampai ke
mukosa. Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium tuba abdominalis
yang menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang terkumpul dalam tuba menyebabkan
terjadi piosalping. Pada salpingitis gonoroika ada kecenderungan bahwa gonokokus menghilang
dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan negative. Salpingitis akut
banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic ada juga disebabkan oleh
berbagai tierti kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti streptokokus
( aerobic dan anaaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan lain-lain. Infeksi ini
menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus
ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Disini timbul salpingitis interstitial akuta ;
mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering
kali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, dimana
radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan lumen tuba.
( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
2.Salpingo ooporitis kronika
Dapat dibedakan pembagian antara:
a. Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari epitel mukosa tuba
masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping
sering kali ditemukan bilateral, berbentuk seperti pipa tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk
keprok. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping follikularis. Pada
hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping follikularis
terbagi dalam ruangan kecil.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
b.Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang berisi nanah.
Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan disekitarnya. Pada salpingitis
interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan
pengumpulan nanah sedikit di tengah tengah jaringan otot. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal
289.2007).
c.Salpingitis interstisialis kronika
Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula
ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengah-tengah jaringan otot.Terdapat pula perlekatan
dengan-dengan jaringan-jaringan disekitarnya, seperti ovarium, uterus, dan usus.(Sarwono.
Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
d.Kista tubo ovarial, abses tubo ovarial.
Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada abses
tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.Abses ovarium yang jarang terdapat
sendiri,dari stadium akut dapat memasuki stadium menahun.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal
289.2007).
e.Salpingitis tuberkulosa
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis genetalis.
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289,2007).
B.Etiologi (penyebab)
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara traktus
genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh :
1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman.
(Djuanda Adhi, Prof. DR. Hamzah Mochtar, Dr. Aisah Siti,DR ; Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, 1987, Hal. 103-106, 358-364).
Menurut (Djuanda Adhi,Hal 358-364,1987) Radang alat genetalia mungkin lebih sering terjadi di
negara tropis, karena:
1. Hygiene belum sempurna.
2. Perawatan persalinan dan abortus belum memenuhi syarat-syarat.
3. Infeksi veneris belum terkendali.
Infeksi alat kandungan/genetalia dapat menurunkan fertilitas, mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu keadaan sex. Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan
infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis.
Selanjutnya bisa timbul radang adnexa yang paling sering disebabkan oleh gonococcus,
disamping itu oleh stapylococus, streptococcus, E.Coli, clostridoium welchi dan bakteri sebagai
akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang
letaknya tidak jauh seperti appendiks (Sarwono.Wiknjosastro, Hanifa, Hal 287.2007). Ditemukan
1:1000 kasus operasi ginekologik abdominal,dapat dijumpai pada semua umur (dari 19-80
tahun),dengan rata-rata puncaknya pada usia 52 tahun dan terjadi pada wanita yang sudah pernah
melakukan hubungan seksual (Sarwono Winkjosastro, Hanifa. Hal 396. 2007).
C.Patofisiologi
1. Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Radang itu kebanyakan
akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari
tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan jaringan sekitarnya.
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa. Hal 287.2007).
2. Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada endosalping
tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan epitel masih utuh,
tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel yang kemudian menghilang pada
daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa.Dalam hal yang akhir ini
dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan
peradangan di sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
3. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke
parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik. Disini timbul salpingitis
interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi
mukosa seringkali normal. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287. 2007).
D.Tanda dan Gejala
1. Gambaran klinik salpingo ooforitis akuta ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri disebelah
kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang dijumpai terdapat pada kedua adneksa,
setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan nyeri tekan.
Pada pemeriksaan air kencing biasanya menunjukkan sel-sel radang pada pielitis. Pada torsi
adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence musculaire tidak terlalu keras, dapat
diraba nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa. Hal
288.2007).
2. Gejala gejala salpingo ooforitis kronika tidak selalu jelas, penyakit bisa didahului oleh gejala
gejala penyakit akut dengan panas, rasa nyeri cukup kuat di perut bagian bawah, akan tetapi
bisa pula dari permulaan sudah subakut atau menahun. Penderita pada umumnya merasa nyeri di
perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai
dengan penyakit pinggang. Haid pada umumnya lebih banyak dari biasanya dengan siklus yang
sering kali tidak teratur, penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas dan dapat
pula ditemukan dismenorea. ( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
E.Komplikasi
Pembedahan pada salpingo-ooforitis akuta perlu dilakukan apabila:
1. Jika terjadi ruptur atau abses ovarium.
2. Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan.
3. Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan adneksitis akuta.
Gejala; nyeri kencing, rasa tidak enak di bawah perut, demam, ada lendir/bercak keputihan di
celana dalam yang terasa panas, infeksi yang mengenai organ-organ dalam panggul/ reproduksi.
Penyebab infeksi lanjutan dari saluran kencing dan daerah vagina.(Sarwono.Winkjosatro, Hanifa.
Hal 288.2007).Selain itu komplikasi yang terjadi dapat berupa appendisitis akuta, pielitis akuta,
torsi adneksa dan kehamilan ektopik yang terganggu. Biasanya lokasi nyeri tekan pada
appendisitis akuta (pada titik Mac Burney) lebih tinggi daripada adneksitis akuta, akan tetapi
apabila proses agak meluas perbedaan menjadi kurang jelas(Sarwono.Winkjosastro,Hanifa.Hal
288.2007).
F.Penatalaksanaan Medis
Terapi sederhana dapat dilakukan dengan duduk diantara 2 sujud, dua tangan dikepala
dipinggang, tarik nafas tangan ke pangkal paha lalu badan bungkuk, tangan putar simpan di
pantat bawah dan tahan nafas dada dan keluar nafas dihidung badan tegak tangan ke paha dan
simpan dipinggang 30 menit. Jika penyakitnya masih dalam keadaan subakut, penderita harus
diberi terapi dengan antibiotika dengan spektrum luas. Jika keadaan sudah tenang, dapat diberi
terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita dinasehatkan supaya jangan melakukan
pekerjaan yang berat-berat. Dengan terapi ini biarpun sisa-sisa peradangan masih ada, keluhan-
keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang. Sudah barang tentu perlekatan-
perlekatan tetap ada dan ini menyebabkan bahwa keluhan-keluhan tidak dapat hilang sama
sekali.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007).
Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis konika. Indikasi terapi ini adalah:
1.Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi dengan distermi keluhan tetap ada dan
mengganggu kehidupan sehari-hari.
2.Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang.
3.Apabila ada tumor disebelah uterus dan setelah dilakukan beberapa seri terapi diatermi tuor
tidak mengecil, sehingga timbul dugaan adanya hidrosalping, piosalping, kista tubo-ovarial dan
sebagainya.
4.Apabila ada infertilitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini sebaiknya dilakukan
laparoskopi dahulu untuk mengetahui apakah ada harapan yang cukup besar bahwa dengan
pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan dapat dilepaskan.
Terapi operatif kadang-kadang mengalami kesukaran berhubung dengan perlekatan yang erat
antara tuba/ ovarium dengan uterus, omentum dan usus, yang memberi harapan yang terbaik
untuk menyembuhkan penderita ialah operasi radikal, terdiri atas histerektomi dan salpingo-
ooforektomi bilateral. Akan tetapi, hal ini hanya dapat dilakukan pada wanita yang hampir
menopause. Pada wanita yang lebih muda satu ovarium untuk sebagian atau seluruhnya perlu
ditinggalkan, kadang-kadang uterus harus ditinggalkan dan hanya adneksa dengan kelainan yang
nyata diangkat. Jika operasi dilakukan atas dasar indikasi infertilitas, maka tujuannya adalah
untuk mengusahakan supaya fungsi tuba pulih kembali. Perlu dipikirkan kemungkinan diadakan
in vitro fertilization.
Terapi pada salpingo-ooforitis akuta bisa juga dilakukan dengan istirahat baring, perawatan
umum, pemberian antibiotika dan analgetika. Dengan terapi tersebut penyakit menjadi sembuh
atau menahun. Jarang sekali salpingo-ooforitis akuta memerlukan terapi pembedahan.
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007)
BAB III
PEMBAHASAN
Dari tinjauan kasus diatas didapatkan bahwa Klien Ny. SDL, seorang wanita dengan keluhan
nyeri cukup kuat di perut bagian bawah disertai dengan demam, rasa nyeri bertambah keras pada
saat melakukan pekerjaan yang berat-berat dan disertai dengan sakit pinggang dan keputihan hal
itu dikategorikankan kedalam golongan adneksitis kronika (salpingo ooforitis kronika). Hal ini
sesuai dengan teori (Sarwono.Wiknjosastro, Hanifa.Hal 289.2007) yang menyatakan bahwa
wanita dengan gejala gejala penyakit akut dengan panas, rasa nyeri cukup kuat di perut bagian
bawah. Pada umumnya penderita merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan,
yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan sakit pinggang ,haid tidak teratur
dan sering keputihan.
Penyebab dari adneksitis kronika itu sendiri itu adalah infeksi gonorroe, infeksi puerperal dan
postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang
adnexa yang paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh stapylococus,
streptococcus, E.Coli, clostridoium welchi dan bakteri sebagai akibat tindakan kerokan,
laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti
appendiks (Sarwono. Wiknjosastro, Hanifa.Hal 287.2007). Yang perlu kita ketahui bahwa
adneksitis hanya terjadi pada wanita yang sudah menikah atau pada wanita yang sudah pernah
melakukan hubungan seksual. Untuk kasus yang kita angkat ini diterangkan bahwa ibu dengan
inisial Ny.SDL status nya adalah sudah menikah. Pada kasus ini kemungkinan besar bahwa
infeksi disebabkan oleh infeksi hal ini dapat didasarkan pada seringnya ibu terkena keputihan
dan haid yang tidak teratur sejak 2 bulan terakhir .
Untuk penatalaksanaan medis terapi yang dapat diberikan adalah dengan memberikan pasien
kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu dapat pula dilakukan dengan istirahat
baring, perawatan umum, pemberian antibiotika dan analgetika. Dengan terapi tersebut penyakit
menjadi sembuh atau menahun. Jarang sekali salpingo-ooforitis akuta memerlukan terapi
pembedahan (Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007). Pada kasus adneksitis kronika yang diderita
oleh Ny.SDL terapi yang diberikan adalah pemberian antibiotik jenis Amoxan 31 amp,
Gentamicin 280 gr, dan infus Mitronidazole 3500 gr (diberikan secara IV) dan analgetika jenis
Antrain 31 amp (Diberikan secara IV), perawatan umum. Selain itu pasien dianjurkan untuk
istirahat baring. Jika keadaan sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan
penderita dinasehatkan supaya jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Hal ini sesuai
dengan teori (Menurut Sarwono. Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007), yang menyatakan bahwa
untuk penatalaksanaan medis terapi yang dapat diberikan adalah dengan memberikan pasien
kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu dapat pula dilakukan dengan istirahat
baring, perawatan umum, pemberian antibiotika dan analgetika.Dengan terapi ini biarpun sisa-
sisa peradangan masih ada, keluhan-keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang.
Sudah barang tentu perlekatan-perlekatan tetap ada dan ini menyebabkan bahwa keluhan-
keluhan tidak dapat hilang sama sekali (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007).
Adapun komplikasi dari salpingo ooforitis bila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan
terjadinya ruptur piosalping atau sbses ovarium, gejala gejala ileus karena terjadi perlekatan,
appendisitis akuta apendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa dan kehamilan ektopik yang
terganggu. Pada Ny.SDL komplikasi tersebut tidak terjadi hal ini karena terap

Você também pode gostar