Você está na página 1de 4

Lanjutan Tika [ Nyambung di paragrafnya ya]

Jika gaya (force) melebihi batas fisiologis, membran periodontal mengalami kerusakan
pada puncak lingual, pembuluh darah akan robek, aliran darah terhambat, dan terjadilah nekrosis.
Membran periodontal ( PDM ) pada 1/3 labial-apikal menerima tekanan yang parah, namun masih
dapat terlihat sama meskipun telah terjadi perubahan. Pada alveolar crest bagian labial, PDM
meregang dan sejumlah serat terkoyak sebagian, seiring dengan perdarahan di zona intermediet
atau pleksus membran periodontal. Pada permukaan labial terjadi aktivitas fagositik dan muncul
sel pembentuk tulang. Lebih dalam ke akar, jauh dari pressure site sebenarnya pada sisi lingual,
aliran darah meningkat, osteoklas berproliferasi dan mulai mempengaruhi tulang alveolar pada
area ini, menerobos ke dalam tulang di belakang pressure site yang nekrotik untuk memakan sel-
sel tulang dan sel mati. Setelah aktivitas fagositik, fibroblas menginvasi area, dan bekerja
mengembalikan kontinuitas jaringan periodontal seperti sedia kala. Fenomena ini disebut
Undermining Resorption.
Ortodontik (beberapa teknik) merupakan proses patologis di mana jaringan akan
melakukan pemulihan (recovery). Namun, jaringan tidak selalu (dapat) melakukan pemulihan
tersebut. Dengan gaya ringan dan kontinu, jaringan memang melakukan pemulihan. Pada
pergerakan tipping dengan alat cekat, kerusakan permanen tidak perlu dikhawatirkan selama gaya
tetap dalam range 50-300 gm. Durasi undermining bone resorption dipengaruhi oleh faktor
gaya/kekuatan. Dengan gaya tipping ringan (50-70 gm), cell-free area akan lebih kecil dan
undermining resorption selesai dalam periode dua minggu.
Sicher mengemukakan analisa mengenai membran/ligamen periodontal. Tahun 1923,
beliau menemukan zona/pleksus intermediet pada membran periodontal babi guinea. Karena gigi
babi tersebut tumbuh dengan cepat, sekitar 1/3 mm per hari, dibutuhkan proses penyesuaian dalam
membran periodontal untuk mengimbangi perubahan tersebut. Prinsip serat jaringan ikat adalah
terjangkar pada sementum gigi dan tulang alveolar, dan bergerak ke arah pusat ligamen
periodontal. Serat cenderung tegak lurus pada puncak alveolar, makin jauh ke akar menjadi lebih
oblik.. Sicher menyimpulkan bahwa dalam pleksus intermedietlah proses penyesuaian tersebut
terutama berlangsung.
Pleksus intermediet pada manusia dipengaruhi oleh kecepatan erupsi. Jika kecepatan erupsi
lambat, pleksus intermediet akan lebih tipis. Menurut Sicher, kerusakan yang timbul akibat
tekanan terjadi pada pleksus intermediet, bukan pada tulang alveolar atau permukaan gigi. Di
bawah tekanan berlebih, pleksus intermediet terurai dan jalinan serat terputus-putus,
memungkinkan gigi untuk bergerak ke arah tekanan dan mendesak tekanan yang tak dapat
ditoleransi pada ligament periodontal dalam arah berlawanan.
Dalam kekuatan ortodontik normal (50-300 gm), diharapkan tidak terjadi kerusakan pada
sisi tegangan (tension). Serat yang terlepas akan terikat kembali dengan adanya formasi osteoid
sepanjang permukaan tulang. Kerusakan serat pada sisi tegangan terjadi terutama karena tekanan
oklusi yang traumatik dan dalam durasi yang panjang.
Serat jaringan ikat lama tidak perlu digantikan dengan serat baru pada sisi penarikan. Pada
sisi tekan, hanya serat-serat alveolar yang terlepas karena resorpsi yang perlu digantikan, pleksus
intermediet dan serat dental tetap dapat berfungsi. Sicher menghubungkan repair ligamen
periodontal yang cepat dengan adanya serat kolagen argyrophilic-sensitive dan fibroblas pada zona
intermediet, di mana sejatinya merupakan zona pertumbuhan dan penyesuaian.

2. Bagaimana Gigi Bereaksi Terhadap Berbagai macam Tekanan?


a) Reaksi Terhadap Tipping Force
Pergerakan tipping yang dihasilkan dari aplikasi kekuatan ringan pada mahkota akan
memiliki pusat rotasi kira-kira pada titik setengah panjang akar dari apeks, sedangkan tenaga
putaran (couple/torque) yang diaplikasikan pada mahkota akan menghasilkan pusat rotasi pada
titik kira-kira 0.4 panjang akar diukur dari alveolar crest.
Pusat rotasi gigi dalam pergerakan gigi dapat digeser dengan aplikasi kombinasi yang tepat
antara gaya (force) dan putaran (toque). Dengan kata lain, rasio besarnya gaya dan putaran
menentukan posisi pusat rotasi pada pergerakan gigi. Posisi ini dapat bervariasi pada porsi akar
dan mahkota.
b) Reaksi Terhadap Bodily Force
Dalam koreksi beberapa maloklusi, gigi pasti bergerak bodily. Kedua akar dan mahkota
berubah posisi untuk mendapatkan inklinasi aksial, overbite, overjet,dll yang sesuao. Dengan
menggunakan torque force atau dengan aplikasi force lebih dari satu titik pada permukaan
gigi, bodily movement sebagian besar dapat dicapai. Gambaran histologi pada pergerakan ini
sama dengan tipping. Bodily movement pada I1 maksila pada arah lingual akan menunjukkan
resorpsi sepanjang permukaan lingual dan deposisi tulang sepanjang permukaan labial. Tidak
ada tumpuan (fulcrum).
Secara klinis, dengan alat cekat konvensional, gaya yang lebih besar biasanya dibutuhkan
untuk bodily movement. Sebuah ekperimen menunjukkan bodily movement dengan kekuatan
ringan dapat terjadi tanpa formasi zona tekanan (pressure zone) dan dengan resorpsi akar yang
sedikit daripada pergerakan tipping dengan kekuatan dan durasi yang sama. Pada tipping
movement, gaya terkonsentrasi pada area yang lebih kecil yang menanggung reaksi tersebut.
Perhatian lebih harus dilakukan untuk menghasilkan pergerakan yang diinginkan dengan gaya
minimum. Kelebihan gaya dapat merusak dan meninggalkan kerusakan permanen seperti
resorpsi akar, sobeknya crest, atau gingival detachment. Bukti klinis terbaru menunjukkan
bodily movement dapat dicapai dengan cepat dan dengan gaya minimal dari spring wire
intensitas tinggi. Adapun teknik continuous light force dari Jarabak, di mana gigi bergerak
secara bertahap dari tipping, bodily movement, serta continued upright and bodily movement.
Dengan teknik light wire ini, gigi dapat bergerak bodily movement dengan inklinasi ringan.
c) Reaksi Terhadap Rotating Force
Reaksi gigi terhadap rotasi lebih kompleks daripada pergerakan tipping atau bodily dalam
satu arah. Beberapa faktor harus dipertimbangkan seperti: posisi gigi, ukuran dan bentuk akar
(kebanyakan akar bentuknya ovoid), susunan serat periodontal, susunan serat serat free-gingival
dan jaringan supra-alveolar, derajat, arah, distribusi dan durasi gaya yang diaplikasikan, dan
usia pasien. Karena efek gaya rotasi yang menyebar, melibatkan lebih dari sekedar tulang dan
membran periodontal. Bentuk akar yang jarang bulat sempurna menyebabkan area tekanan dan
tegangan terjadi pada porsi akar, membran sekitar dan tulang alveolar yang bervariasi. Banyak
serat jaringan ikat periodontal meregang dan tersusun kembali pada arah tarikan.
Reitan mengatakan, kehadiran tambahan sejumlah serat elastic pada jaringan supra-alveolar
meningkatkan kecenderungan relaps. Relaps dikarenakan kontraksi displaced gingival fibers
dan struktur supra-alveolar lain yang berlawanan dengan serat PDM antara akar dan tulang
alveolar, beradaptasi sangat lambat ke posisi barunya. Menurutnya, over-rotasi tidak masalah,
transeksi dari serat supra-alveolar yang meregang pada margin gingival dapat membantu, dan
rotasi sedini mungkin merupakan rekomendasi. Hal ini memungkinkan pembentukan serat baru
yang akan membantu menjaga posisi gigi. Faktor lain dalam kecenderungan relaps pada gigi
rotasi secara ortodontik adalah fakta bahwa tipe pergerakan ini tidak sama dengan pergerakan
fisiologis. Penyesuain ligament periodontal yang lebih cepat dibutuhkan pada semua permukaan
daripada misalnya, pergerakan tipping.
d) Reaksi Terhadap Elongating Force
Sebuah elongating force ( gaya memperpanjang ) cenderung untuk menggerakkan gigi
keluar dari soket, dan jika tidak diimbangi dengan gaya fungsional dan occlusal prematurities,
tegangan (tension) yang meningkat pada serat-serat periodontal menyebabkan deposisi tulang
pada dinding alveolus, dengan sedikit aktivitas resorptif. Dari semua pergerakan ortodontik gigi,
elongasi merupakan yang paling banyak membuat gigi non vital. Tekanan yang sangat ringan
pun perlu perhatian yang besar.

e) Reaksi Terhadap Depressing Force


Serat-serat oblik membran periodontal sangat melekat pada permukaan gigi dan tulang
alveolar, di mana tekanan sepanjang sumbu panjang gigi tertahan dengan kuat oleh serat ini,
sebagaimana serat tersebut melindungi fundus alveolar terhadap kerusakan.
Sebuah gaya depresi pada sumbu panjang ditransmisi sebagai tegangan terhadap akar gigi
dan tulang alveolar. Untuk benar-benar mendepresi gigi, dibutuhkan gaya yang kuat sekali, gaya
yang cukup untuk melepaskan serat dari perlekatannya, memisahkan pleksus intermediet,
merobek pembuluh darah membran periodontal, dan kemudian mendesak tekanan pada dinding
alveolar dan apeks. Untungnya, bentuk akar gigi yaitu cone yang mengecil, mencegah kekuatan
penuh diberikan ke apeks, karena gigi juga melekat pada pertemuan dinding alveolar lateral.
Resorpsi sebagian besar merupakan proses perusakan alami, atau lebih jelas proses patologis.
Kebanyakan depresi klinis bukanlah tipe seperti itu. Tekanan yang diaplikasikan tidak
cukup untuk merobek serat periodontal, namun untuk mencegah gigi yang sedang didepresi dari
erupsi normal, seperti gigi lain yang tidak berada dalam gaya ini. Untuk gigi ankylosis seperti
submerging molar, tidak terjadi depresi secara nyata. Gigi lain hanya erupsi dan memanjang
melebihi gigi yang diberi gaya depresi Sejumlah penyesuaian pada arch wire disebut
depressing adjustment. Karena untuk setiap gaya yang diaplikasikan terdapat gaya yang sama
dan gaya berlawanan ( equal and opposite force ), disebut juga elevating/elongating adjustment.

Você também pode gostar