Você está na página 1de 9

PERKEBUNAN

1. Kelapa sawit (CPO)


Ekspor minyak kelapa sawit adalah penghasil devisa yang penting dan industry ini
memberikan kesempatan kerja bagi jutaan orang Indonesia . hampir 70% perkebunan kelapa
sawit terletak disumatera dan sekitar 30% berada dipulau Kalimantan.
Menurut data dari kementrian pertanian di Indonesia, jumlah total luas perkebunan
sawit di Indonesia mencapai sekitar 8 jt hektar. Jumlah ini diduga akan bertambah menjadi 13 jt
pada tahun 2020
Pemanfaatan minyak kelapa sawit :
a. Sebagai minyak goreng
b. Sebagai bahan campuran biodiesel
c. Membantu mendinginkan kulit yang terbakar
d. Sebagai kosmetik dan obat seperti shampoo, lotion, pomade
2. Karet

Sumatera selatan adalah salah satu penghasil karet terbesar di indonessia. Karet yang dihasilkan
diekspor dalam bentuk bahan mentah atau bahan setengah jadi berupa lateks, sheet, crepe, dan crumb
rubber padahal jika barang tersebut diolah akan menghasilkan manfaat yang lebih besar seperti
meningkatnya kesempatan kerja, menambah nilai jual, meningkatnya devisa negara.

Manfaat pertanian karet :


- Mengurangi emisi rumah kaca
- Untuk industry mebel
- Produk obat obatan
- Membuka lapangan pekerjaan

Luas pertanian karet di daerah sumatera ??


3. Kakao
Luas lahan perkebunan kakao di sumatera barat pada 2010 baru sekitar 101.014
hektare, meningkat drastis pada 2014 menjadi 154.129 hektare dengan produksi mencapai
88.967 ton pertahun. Pada tahun 2016 tercatat luas perkebunan kakao mencapai 157 ribu
hektaredan masih mungkin bertambah karena luas lahan yang tersedia masih cukup luas untuk
dikembangkan.
Manfaat tanaman kakao :
- Menurunkan kadar kolesterol tubuh
- Menjadi bahan dasar pembuatan coklat
- Menurunkan tekanan darah
- Memperbaiki mood

Permasalahan pertanian di sumatera

Rendahnya penggunaan teknologi untuk merubah hasil perkebunan menjadi bahan yang sudah jadi,
menjadi salah satu penyebab rendahnya pendapatan negara

Solusi :

1. Kualitas sumber daya manusiadi setiap daerah harus ditingkatkan


2. Menjalin kerjasama yang erat antara pemerintah dan masyarakat perkebunan
3. Memberikan sosialisasi penggunaan teknologi modern untuk meningkatkan kualitas produksi
hasil perkebunan, baik hasil dalam bentuk bahan mentah maupun bahan yang sudah jadi
KELAUTAN

Di dalam laut, tersimpan kekayaan alam yang luar biasa besarnya. Potensi kekayaan laut tidak
hanya berupa ikan, tetapi juga bahan tambang ada di bawah permukaan laut. Kekayaan lain dari
sumber daya laut adalah sumber daya alam berupa mangrove, terumbu karang, dan lain-lain.
Sumber daya ini dikenal dengan sumber daya pesisir.
Perairan laut di sekitar Pulau Bangka dan Pulau Belitung sebagian besar merupakan daerah
karang dengan pantai yang landai dan dikelilingi oleh pulau-pulau kecil. Airnya cukup jernih dan
banyak terdapat daerah yang terlindung dari pengaruh ombak baik karena letaknya di teluk-
teluk Pulau Bangka dan Pulau Belitung maupun terlindung oleh pulau-pulau kecil.
Biota yang terdapat di perairan laut Sumatera Selatan di samping ikan dan udang adalah kerang-
kerangan, kepiting, penyu, teripang dan rumput laut. Kerang-kerangan dan rumput laut belum
banyak dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan masyarakat.
Jenis ikan yang banyak ditemukan di Pulau Sumatera terutama Provinsi Sumatera Selatan adalah
ikan kerapu. Budidaya ikan kerapu dilakukan di Pulau Bangka dan Pulau Belitung.
Rumput laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai pesisir Sumatera Utara dan
Nanggroe Aceh Darussalam.
Terumbu karang dapat ditemukan sepanjang Pantai Barat Pulau Sumatera, dari Simeulue (Aceh)
hinggga ke Enggano (Bengkulu).
Terdapat tempat wisata mangrove yang dinamai Kampoeng Nipah yang terletak di Desa Muara
Maimbai Kec. Sei Nagalawan Kab. Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.
Pantai dan pulau di Pulau Sumatera yang terkenal yaitu Pantai Pasir Putih di Lampung, Pantai
Panjang di Bengkulu, Pulau Berhala di Jambi, Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat, Pantai
Rupat di Riau, Pantai Lampuuk di Aceh, dan Pantai Sorake di Sumatera Utara.

Untuk mengembangkan usaha budidaya laut di Pulau Sumatera terdapat beberapa masalah dan
hambatan yang perlu mendapatkan perhatian yaitu :

Tenaga terampil dalam bidang budidaya laut masih sangat langka.


Lokasi dan besarnya potensi benih belum diketahui secara terperinci.
Pemasaran lokal belum mendukung pengembangan budidaya laut.
Gangguan penyakit terutama terhadap penyakit yang menyerang ikan kerapu belum dapat
diatasi secara tuntas.
Para pengusaha swasta dan perbankan belum tertarik minatnya untuk pengembangan usaha
budidaya laut.
Infrastruktur kemaritiman yang belum memadai
Kurangnya lembaga pendidikan kemaritiman
Penegakan hukum terhadap pelanggaran yang terjadi belum maksimal
Solusi :

Dilakukan uji lapangan hasil-hasil percobaan Balai Budidaya Laut atau Balai Penelitian lainnya
sesuai dengan potensi daerah yang ada
Direktorat Jenderal Perikanan dapat melakukan survei tentang potensi benih, khususnya benih
ikan kerapu antara lain diperairan Pulau Bangka dan Pulau Belitung
Dilakukan latihan-latihan budidaya laut, baik di dalam maupun di luar negeri untuk
mempersiapkan tenaga kerja terampil

http://www.fao.org/docrep/field/003/ab882e/AB882E18.htm
http://www.academia.edu/8238749/Makalah_Potensi_dan_Pengelompokkan_Sumber_Daya_Al
am
http://tempatwisataseru.com/31-tempat-wisata-di-sumatera-utara-yang-menarik-dikunjungi/

PERTAMBANGAN

Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di dunia. Pulau ini
membujur dari barat laut ke arah tenggara dan melintasi khatulistiwa, seolah membagi pulau
Sumatra atas dua bagian, Sumatra belahan bumi utara dan Sumatra belahan bumi selatan.

Di bagian utara pulau Sumatra berbatasan dengan Laut Andaman dan di bagian selatan
dengan Selat Sunda. Pulau Sumatra ditutupi oleh hutan tropik primer dan hutan tropik sekunder
yang lebat dengan tanah yang subur. Gunung berapi yang tertinggi di Sumatra adalah Gunung
Kerinci di Jambi, dan Danau terbesar di Indonesia adalah Danau Toba terdapat di pulau Sumatra.

Kepadatan penduduk pulau Sumatra urutan kedua setelah pulau Jawa. Saat ini pulau
Sumatra secara administratif pemerintahan terbagi atas 8 provinsi yaitu: Aceh, Sumatra Utara,
Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu dan Lampung dan 2 provinsi lain yang
merupakan pecahan dari provinsi induk di pulau Sumatra yaitu Riau Kepulauan dan Kepulauan
Bangka Belitung.[1]

Kekayaan alam di setiap provinsi pulau ini juga sangat melimpah, di Aceh misalnya
Usaha pertambangan umum telah dimulai sejak 1900. Daerah operasi minyak dan gas di bagian
utara dan timur meliputi daratan seluas 8.225,19 km dan dilepas pantai Selat Malaka 38.122,68
km. Perusahaan migas yang mengeksploitasi tambang Aceh berdasarkan kontrak bagi hasil
(production sharing) saat ini adalah Gulf Resources Aceh, Mobil Oil-B, Mobil Oil-NSO, dan
Mobil Oil-Pase. Endapan batubara terkonsentrasi pada Cekungan Meulaboh di Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Terdapat 15 lapisan batubara hingga kedalaman 100 meter
dengan ketebalan lapisan bekisar antara 0,5 m 9,5 m. Jumlah cadangan terunjuk hingga
kedalam 80 meter mencapai 500 juta ton, sedeangkan cadangan hipotesis 1,7 miliar ton.[2]

Sumatera Utara juga memiliki kekayaan tambang. Survey 2006 mencatat bahwa terdapat
27 jenis barang tambang nonlogam (golongan C), 15 jenis barang tambang logam dan enam jenis
minyak, gas (migas) dan energi. Barang tambang nonlogam antara lain batu gamping, dolomite,
pasir kuarsa, belerang, kaolin, diatomea dan bentonit. Sedangkan barang tambang logam
mencakup emas, perak, tembaga dan timah hitam. Sementara potensi migas dan energi antara
lain minyak bumi, gas alam dan panas bumi. Saat ini telah dilakukan eksploitasi terhadap minyak
bumi di Sumatera Utara, dengan hasil produksi pada 2006 mencapai 21.000 barel minyak
bumi.[3]

Lebih lagi pertambangan di Riau yang berdenyut relatif pesat, ditandai dengan banyaknya
perusahaan yang ikut andil bergerak di bidang ini. Mereka seolah berlomba mengeruk isi perut
bumi Riau, mulai dari menggali pasir laut, granit, bauksit, timah, emas, batu bara, gambut, pasir
kuarsa sampai andesit. Di samping minyak dan gas timah juga merupakan hasil tambang Riau.
Konstribusi sektor pertambangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riau
mencapai Rp.57.927.709,65,- atau sekitar 41,68 %. Karena itu, sektor pertambangan menjadi
andalan provinsi dalam memperkokoh perekonomiannya.[4]

Sumatera Barat, tambang yang diusahakan dengan skala besar hanyalah batubara. Selama
periode 2005 produksi batubara mencapai 787.404,58 ton, dikonsumsi untuk pasar dalam negeri
787,4 ribu ton dan sisanya 296,56 ton diekspor. Dari hasil penjualan ini berhasil diperoleh
pendapatan Rp. 299,06 miliar. Demikian juga Jambi sebagai penghasil batubara.

Data dari Departemen ESDM, Provinsi Bengkulu memiliki potensi pertambangan dan
energi diantaranya lima yang terbesar, yaitu: batu bara, emas, pasir besi, batu apung, bentonit.
Hasil produksi batu bara tercatat sebanyak 673.542.000 ton.

Sumatera Selatan, Provinsi ini memiliki potensi pertambangan yang besar, antara lain
cadangan minyak bumi sebanyak 5,03 miliar barrel (10% cl) atau 5.032.992 matrick stack tank
barrel. Cadangan minyak bumi diproduksi dengan pertumbuhan 10% per tahun dan dapat
bertahan 60 tahun, Sedangkan cadangan batu bara diperkirakan sebesar 16.953.615.000 ton atau
60% cadangan nasional. Luas areal usaha pertambangan umum mencapai 1.030.128,75 ha,
dengan pertambangan minyak dan gas 2.243,120,15 ha.

Bijih timah adalah sumberdaya alam yang paling bernilai di provinsi Bangka Belitung,
bahkan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan nasional. Di sini terdapat
satu BUMN yang menambang bijih timah, PT Timah Tbk, dan satu perusahaan asing, PT Koba
Tin. Luas area Kuasa Pertambangan (KP) PT Timah Tbk di darat sekitar 360.000 ha atau 35%
dari luas daratan Pulau Bangka. BUMN ini juga memiliki areal KP darat di Pulau Belitung seluas
126.455 ha atau 30% dari luas daratan Pulau Belitung. Untuk PT Koba Tin, diberikan sekitar
41.000 ha. Di luar area kuasa pertambangan PT Timah Tbk dan kontrak karya (KK) PT Koba
Tin, kegiatan penambangan juga diusahakan oleh pengusaha tambang inkonvensional dan
masyarakat secara tradisional yang juga memberikan nilai ekonomi masyarakat Kepulauan
Bangka Belitung.
Pada provinsi Lampung, bahan galian logam yang ada di provinsi ini meliputi emas,
mangaan, bijih besi dan pasir besi, namun baru sebagian saja dari potensi ini yang telah dikelola.

Permasalahan di Bidang Pertambangan


1. Maraknya penambangan secara ilegal
2. Tidak ada reklamasi pasca-tambang.
3. Alih fungsi lahan terutama pada kawasan hutan.
4. Transportasi pengangkutan bahan tambang mengakibat kerusakan jalan sehingga
menyebabkan kemacetan bahkan kecelakaan yang memakan korban.
5. Kerusakan lingkungan, misalnya : perubahan air sungai atau laut menjadi keruh akibat
buangan limbah hasil pengolahan tambang
http://www.mongabay.co.id/2014/12/31/batubara-emas-hitam-yang-sarat-permasalan/
http://m.kompasiana.com/marinaikasari/dampak-positif-dan-negatif-industri-pertambangan-di-
indonesia_5528d386f17e61780e8b457a
Pemecahan masalah di bidang Pertambangan di Sumatera
1. Pembuatan perizinan berdasarkan hukum yang berlaku. Disertai perjanjian untuk tetap
menjaga kelestarian alam. Dengan konsekuensi hukum atas pelanggaran dan kerusakan dari
penambangan yang dilakukan. Supaya meminimalisirkan kegiatan penambangan.
2. Pembangunan jalan khusus untuk angkutan barang tambang.
3. Mencari dan membuat sumber daya alternatif yang lebih ramah terhadap lingkuangan.
4. Pengolahan limbah tambang secara efisien yaitu dengan cara produksi bersih yang
menekankan tata cara produksi yang minim bahan pencemar serta diupayakan menggunakan
peralatan yang hemat air dan hemat energi.
SDM

Você também pode gostar