Você está na página 1de 8

INDAH MEITA SAID

PSPD A 2013
04011381320031

ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana penyebab dan mekanisme tidak bisa menahan BAB pada kasus? Haidar,
indah
Jawab:
a. Kerusakan otot sfingter anus
Inkontinensia fecal paling sering terjadi karena cedera pada salah satu
atau kedua sfingter anus internal maupun eksternal yang terletak di dasar saluran
anus. Cedera sfingter anus pada wanita paling sering terjadi saat pelahiran. Resiko
tertinggi cedera pada anus tersebut terjadi pada pelahiran yang menggunakan alat
atau jika dilakukan episiotomi garis medial. Pembedahan untuk hemoroid juga
merusak sfingter tersebut.
b. Kerusakan saraf otot sfingter anus atau rectum
Jika terjadi kerusakan saraf sensorik, pasien tidak akan merasakan adanya
feses di dalam rektum dan terjadi kebocoran feses. Kerusakan saraf dapat
disebabkan oleh pelahiran, akibat tekanan jangka panjang saat feses lewat, stroke
dan kondisi kronik yang menyerang saraf, seperti diabetes melitus dan sklerosis
multipel.
c. Kehilangan kemampuan penyimpanan di dalam rectum
Hal ini biasanya terjadi disebabkan oleh pembedahan rektum, pengobatan
menggunakan radiasi dan penyakit yang menyebabkan inflamasi usus yang dapat
menyebabkan pembentukan jaringan parut pada dinding rektum, yang membuat
rektum kaku serta tidak elastis.
d. Diare
Saat mengalami diare,setiap orang akan mengalami inkontinensia fecal
sementara. Hal ini disebabkan karena ketidak mampuan seseorang untuk
mengatasi feses atau tinja yng lebih cair.
e. Disfungsi dasar panggul
Hal ini meliputi penurunan sensasi rektum dan anus, prolaps rektum dan
kelemahan umum dasar panggul. Jika hal tesebut terjadi karena faktor pelahiran,
maka inkontinensia fecal dapat terjadi diatas 50 tahun.
f. Konstipasi
Konstipasi diyakini sebagai penyebab utama inkontinensia fekal.

2. Bagaimana anatomi perineum dan otot-otot apa saja yang kemungkinan terpotong
saat episiotomi? Semua anggota
Jawab:
Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terletak antara
vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma pelvis.
Diafragma urogenitalis terletak menyilang arkus pubis diatas fascia superfisialis perinei
dan terdiri dari otot-otot transversus perinealis profunda. Diafragma pelvis dibenuk oleh
otot- otot koksigis dan levator ani yang terdiri dari otot penting, yaitu : m.puborektalis,
m.pubokoksigis dan m.iliokoksigis. Susunan otot tersebut merupakan penyangga dari
struktur pelvis, diantaranya lewat urethra, vagina dan rektum. Perineum berbatas sebagai
berikut :
1. Ligamentum arkuata dibagian depan tengah
2. Arkus iskiopubik dan tuber iskii dibagian lateral depan
3. Ligamentum sakrotuberosum dibagian lateral belakang
4. Tulang koksigis dibagian belakang tengah
Daerah perineum terdiri dari 2 bagian, yaitu :
1. Regio anal disebelah belakang.
Disini terdapat m.sfingter ani eksterna yang melingkari anus.
2. Regio urogenitalis.
Disini terdapat m.bulbokavernosus, m.transversus perinealis superfisialis dan
m.iskiokavernosus.
Perineal body merupakan struktur perineum yang terdiri dari tendon dan sebagai
tempat bertemunya serabut-serabut otot tersebut diatas. Persarafan perineum berasal dari
segmen sakral 2,3,4 dari sumsum tulang belakang (spinal cord) yang bergabung
membentuk nervus pudendus. Syarat ini meninggalkan pelvis melalui foramen sciatic
mayor dan melalui lateral ligamentum sakrospinosum, kembali memasuki pelvis melalui
foramen sciatic minor dan kemudian lewat sepanjang dinding sampai fossa iliorektal
dalam suatu ruang fasial yang disebut kanalis Alcock. Begitu memasuki kanalis Alcock,
n.pudendus terbagi menjadi 3 bagian/cabang utama, yaitu n.hemorrhoidalis inferior di
regio anal, n.perinealis yang juga membagi diri menjadi n.labialis posterior dan
n.perinealis profunda ke bagian anterior dari dasar pelvis dan diafragma urogenital; dan
cabang ketiga adalah n.dorsalis klitoris. Perdarahan ke perineum sama dengan perjalanan
saraf yaitu berasal dari arteri pudenda interna yang juga melalui kanalis Alcock dan
terbagi menjadi a.hemorrhoidalis inferior, a.perinealis dan a.dorsalis klitoris.
3. Bagaimana fisiologi proses penyembuhan luka dan goldent periode? Windi, afika
Jawab:
Penyembuhan luka adalah suatu proses upaya perbaikan jaringan. Proses
penyembuhan luka dapat kita kelompokkan dalam 3 fase; fase inflamasi, fase
proliferasi dan fase remodeling. Berbagai peristiwa setelah terjadinya luka berperan
sangat penting dalam mengawali mekanisme pertahanan dan menyebarkan
kandungan bahan-bahan dalam darah sel-sel darah dan substansi bioaktif ke daerah
luka. Perlakuan jaringan dalam penanganan luka secara baik akan memberikan hasil
penyembuhan yang baik. Produk akhir dari penyembuhan luka adalah parut, parut
yang baik akan terlihat lebih kecil, halus dan tidak kentara. Selain perlakuan jaringan
luka, faktor lain juga sangat berpengaruh pada penyembuhan luka seperti ras, genetik,
lokasi luka, berbagai hal yang menyebabkan penyembuhan luka menjadi lama.
Kolagen mikromolekul utama jaringan penyambung, merupakan protein yang
paling banyak dalam tubuh manusia. Sekitar 60-70% dari berat kering kulit terdiri
dari kolagen. Sekurangnya sekarang dikenal ada 13 macam tipe kolagen. Sifat
kolagen yang palng menentukan adalah tripel heliks yang terdiri dari 3 subunit
polypeptide. Sintesis dan degradasi kolagen dalam tubuh yang sehat diatur untuk
mempertahankan jumlah kolagen yang normal dalam jaringan luka. PO2 yang tinggi
juga dibutuhkan untuk sintesis dan degradasi akan menimbulkan koloid.
Pada fase inflamasi dipicu oleh 2 macam mediator yaitu; mediator pengendali
permiabilitas pembuluh darah dan mediator pengendali pengumpulan sel. Yang
termasuk dalam jenis mediator pengendali permiabilitas pembuluh darah,
diantaranya; histamin, serotonin dan bradikinin. Histamin berasal dari mastosit dalam
jaringan dan sel basofil dari peredaran darah. Serotonin berasal dari trombosit dan
bradikinin berasal dari sel netrofil.
Pengendalian permiabilitas pembuluh darah dalam luka yang oleh berbagai sebab
misalnya rusaknya mikrovaskuler oleh trauma, karena letak luka, fase inflamasi yang
memanjang akibat benda asing atau terjadi angiogenesis kembali pada luka yang
sama dimana histamin akan tetap dihasilkan terus menerus maka fase inflamasi akan
memanjang. Akibatnya yang ditandai oleh luka yang hiperemis (permiabilitas
meningkat) dan gatal-gatal. Keadaan ini akan menyebabkan terjadi peningkatan PO2
dan sintesis kolagen akan tetap berlansung.

4. Apa makna klinis dari: tidak mempunyai riwayat trauma pada tulang belakang,
pasien belum beraktifitas secara seksual settelah melahirkan, penggunaan obat
pencahar disangkal, dan riwayat nyeri (-) ? jason, indah
Jawab:
a. Tidak ada riwayat trauma pada tulang belakang
Pada kasus ini terjadi inkontinensia alvi bukan disebabkan oleh kerusakan
saraf sensorik otot sfingter anus atau rectum akibat trauma pada tulang
belakang
b. Penggunaan obat pencahar disangkal
Konstipasi diyakini sebagai penyebab utama inkontinensia alvi. Pada
kasus ini inkontinensia alvi bukan disebabkan oleh konstipasi yang diyakini
dengan penggunaan obat pencahar disangkal

5. Apa saja yang dinilai dari flour / fluksus? Haidar, indah


Jawab:
- Karakteristik penilaian fluor/ fluksus:
a. gatal
b. panas
c. bau
d. warna
e. konsistensi
f. jumlah

- Jenis keputihan:

a. Keputihan normal (keputihan fisiologis)

Keputihan normal merupakan respon tubuh normal yang biasa keluar


sebelum, saat dan sesudah masa siklus haid. Ciri yang lain yaitu, lendir bening,
tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal dan jumlahnya tidak berlebihan.
b. Keputihan abnormal (keputihan patologis)

Di dalam vagina juga hidup kuman pelindung, disebut Flora Doderleins.


Dalam keadaan normal flora ini menjaga keseimbangan ekosistem vagina. Namun
keseimbangan itu dapat terganggu, sehingga cairan yang keluar berlebihan.
Keputihan yang patologis mempunyai ciri-ciri : jumlahnya banyak, timbul terus
menerus, warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai
susu/yoghurt) disertai adanya keluhan (gatal, panas, nyeri) serta berbau
(Wijayanti, 2009, p.51).

6. Bagaimana epidemiologi dari diagnosis? Jason, indah


Jawab:
Kebanyakan cedera dan robekan pada perineum, vagina dan uterus serta jaringan
penyokong terjadi sewaktu melahirkan dan penanganannya merupakan asuhan
kebidanan. Beberapa cedera jaringan penyokong baik cedera akut maupun non akut,
baik telah diperbaiki atau belum, dapat menjad masalah ginekologis dikemudian hari.
Jaringan lunak jalan lahir dan struktur disekitarnya akan mengalami kerusakan
pada setiap persalinan. Kerusakan biasanya lebih nyata pada wanita nulipara, karena
jaringan pada nulipara lebih padat dan lebih resisten daripada wanita multipara. Kulit
perineum dan mukosa vagina dapat terlihat untuh, menutupi banyak robekan kecil
terjadi pada otot dan fsra dibawahnya. Kerusakan pada penyokong panggul biasanya
segera terlihat dan diperbaiki setelah persalinan.
Setiap wanita mempunyai kecederungan yang berbeda-beda untuk mengalami
robekan, maksudnya jaringan lunak pada sebagian wanita kurang mampu menahan
regangan. Hereditas juga merupakan faotr yang mempengaruhi. Contohnya, jaringan
pada wanita kulit, yang berambut kemerahan, tidak sekuat pada wanita berkulit gelap
dalam menahan regangan. Wanita yang jaringannya cenderungmengalami robekan
biasanya mengalami vases dan diastasis rektus abdominis, selain itu penyembuhan
juga kurang efisien pada wanita kelompok ini.
Penanganan untuk perbaikan segera mempercepat penyembuhan dan mengurangi
kerusakan lebih lanjut, sert amengurangi kemungkinan terjadinya infeksi. Selama
hari-hari awal pasca partum, perawat dan pemberi jasa kesehatan dengan seksama
memeriksa perineum dan menilai loka dan gejala untuk menemukan adanya
kerusakan yang tidak diketahui sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Enggar (2010) di RB harapan Bunda Surakarta
menunjukkan hasil sebagai berikut: Dari 67 sampel diperoleh kasus rupture perineum
sebanyak 52 (77,6%), yang terdiri dari 21 ibu yang melahirkan dengan BB lahir
2500-3000 gr (31,3%) dan 31 ibu yang melahirkan dengan BB lahir 3000-3500 gr
(46,3%).

7. Bagaimana patofisiologi dan patogenesis dari diagnosis? Haidar, indah


Jawab:
Ibu hamil dengan berat badan yang berlebihan akan mempunyai resiko lebih
tinggi untuk melahirkan anak dengan berat badan lebih dari normal (makrosomia).
Ibu yang melahirkan anak pertama kali (primigravida) biasanya mengalami
peregangan perineum yang berlebihan serta masih mempunyai anatomi jalan lahir
yang masih sempit dibandingkan dengan ibu yang sudah melahirkan lebih dari satu
kali. Keadaan primigravida serta melahirkan anak makrosomia merupakan salah satu
indikasi untuk dilakukannya episiotomi.
Pada kasus, ibu primigravida melahirkan anak makrosomia tidak dilakukan
episiotomi melainkan dilakukannya dorongan pada perut atau perasat kristaler. Hal
ini menyebabkan peregangan perineum yang berlebihan sehingga terjadi robekan
perineum derajat 4 dimana terjadi robekan pada otot sfingter ani dan fistula
rectovaginalis. Apabila robekan perienum ini tidak ditindaklanjuti dengan penjahitan
yang benar, maka akan terjadi inkontinensia alvi.

DAFTAR PUSTAKA
Bartz S. Constipation and fecal incontinence. In: Ham RJ, Sloane PD, Warshaw GA,
BernardMA, Flaherty E, eds.

Cunningham FG,Mac Donald PC, Gan NF et al. Williams Obstetrics, 20 th ed. Appleton
and Lange, 1997; 342-345

Você também pode gostar

  • Borang Geriatri Ny. A
    Borang Geriatri Ny. A
    Documento3 páginas
    Borang Geriatri Ny. A
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • Absen Bedah Saraf 12 Jan
    Absen Bedah Saraf 12 Jan
    Documento12 páginas
    Absen Bedah Saraf 12 Jan
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • LOGBOOK
    LOGBOOK
    Documento8 páginas
    LOGBOOK
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • BAB III Minipro
    BAB III Minipro
    Documento5 páginas
    BAB III Minipro
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • Case
    Case
    Documento1 página
    Case
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • Absen Orto April IS
    Absen Orto April IS
    Documento54 páginas
    Absen Orto April IS
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • Absen Bedah Thorax 17 Feb
    Absen Bedah Thorax 17 Feb
    Documento5 páginas
    Absen Bedah Thorax 17 Feb
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • Absen Bedah Saraf 20 Jan
    Absen Bedah Saraf 20 Jan
    Documento12 páginas
    Absen Bedah Saraf 20 Jan
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • Cover Proposal
    Cover Proposal
    Documento1 página
    Cover Proposal
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • Referat Hipoglikemia
    Referat Hipoglikemia
    Documento17 páginas
    Referat Hipoglikemia
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • LKJKLJLHG
    LKJKLJLHG
    Documento6 páginas
    LKJKLJLHG
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • DM Tipe 2 Dan Amplitudo Akomodasi
    DM Tipe 2 Dan Amplitudo Akomodasi
    Documento28 páginas
    DM Tipe 2 Dan Amplitudo Akomodasi
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • Absen Bedah Anak SI
    Absen Bedah Anak SI
    Documento21 páginas
    Absen Bedah Anak SI
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • Absen Bedah Ortho 3 Feb
    Absen Bedah Ortho 3 Feb
    Documento23 páginas
    Absen Bedah Ortho 3 Feb
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • Case Uap
    Case Uap
    Documento25 páginas
    Case Uap
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • Aaaa
    Aaaa
    Documento3 páginas
    Aaaa
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • Malrotasi
    Malrotasi
    Documento23 páginas
    Malrotasi
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações
  • Bab 2-3
    Bab 2-3
    Documento23 páginas
    Bab 2-3
    Hana Yuniko
    Ainda não há avaliações