Você está na página 1de 14

TUGAS 3 SURVEY GNSS

DATA DAN SINYAL GNSS

Oleh :
Arizal Achmad Fauzi (15114027)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2016
1. Bandingkan struktur sinyal saat ini untuk sistem-sistem satelit GNSS :
GPS, GLONASS, Galileo dan Beidou

A. GPS

Satelit GPS memancarkan sinyal yang berfungsi memberikan informasi tentang posisi
satelit yang diamati, jarak satelit ke receiver, dan waktu, serta dapat juga untuk
memberikan informasi mengenai kesehatan satelit. Sinyal satelit ini dapat melewati awan,
kaca, atau plastik, tetapi tidak dapat melewati gedung atau gunung. Setiap sinyal dari
satelit GPS membawa data yang diperlukan untuk mendukung proses penentuan posisi,
kecepatan, maupun waktu. Data tersebut meliputi informasi yang diperlukan untuk :
Waktu pentransmisian sinyal dari satelit
Posisi satelit
Kesehatan satelit
Koreksi jam satelit
Efek refraksi ionosfir (untuk pengamat dengan receiver satu - frekuensi)
Transformasi waktu ke UTC
Status konstelasi satelit

Gambar 1. Satelit GPS di orbitnya

Sinyal GPS dibagi atas tiga komponen, yaitu (Abidin, 2000) :


1. Komponen penginformasi jarak (kode), di dalamnya terdapat dua kode Pseudo-
Random Noise (PRN) yang dikirim oleh satelit dan digunakan sebagai penginformasi
jarak, yaitu :
a. Kode-P (P = Precise atau Private) dengan frekuensi 10.23 Mhz.
b. kode-C/A (C/A = Coarse Acuisition) dengan frekuensi 1.023 Mhz.

Kode ini terdiri dari rangkaian bilangan biner (1 dan 0) yang mempunyai struktur yang
unik dan berbeda untuk setiap satelit GPS, sehingga receiver GPS dapat mengamati
dan membedakan sinyal-sinyal yang datang dari satelit yang berbeda. Dengan
mengamati kode-P(Y) atau kode-C/A jarak dari pengamat ke satelit dapat ditentukan.
Prinsip pengukuran jarak yang digunakan adalah dengan 7 membandingkan kode yang
diterima dari satelit dengan kode replika yang diformulasikan di dalam receiver.

2. Komponen penginformasi posisi satelit (Navigation message), memberikan


informasi tentang posisi dan kesehatan satelit juga informasi-informasi lainnya seperti
koefisien koreksi jam satelit, parameter orbit, almanak satelit, parameter koreksi
ionosfer, dan informasi kesehatan satelit. Pesan navigasi tersebut ditentukan oleh
segmen sistem kontrol dan dikirimkan ke pengguna menggunakan satelit GPS.
Struktur pesan navigasi GPS dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Struktur pesan navigasi GPS

Gambar 3. Isi pesan navigasi GPS


3. Komponen gelombang pembawa (carrier wave), terdiri dari dua buah gelombang
pembawa yaitu L1 (= 19.05 cm) dan L2 (= 24.25 cm) yang bertugas membawa kode
dan pesan navigasi dari satelit ke pengamat.
Gelombang L1 dengan frekuensi 1575.42 MHz membawa kode-P(Y), kode-C/A, dan
pesan navigasi. Gelombang L1 membawa koce C/A (coarse acquistion) bagi pengguna
sipil/umum sering disebut sebagai standart positioning services. Kode C/A
dipancarkan oleh satelit melalui frekuensi 1.023 MHz. Di ulang setiap 1 mili-detik.
Gelombang L2 dengan frekuensi 1.023 MHz membawa kode-P(Y) dan pesan navigasi.
Gelombang L2 membawa kode P (precision) bagi militer amerika. Kode P
ditransmisikan dengan frekuensi 10.23 MHz. Di ulang setiap 1 minggu.
Selain membawa jenis kode diatas setiap carrier ini juga membawa data (navigation
message) dengan kecepatan 50 bit/second. Data ini berisi telemetri, informasi
sinkronisasi, jalan satelit dan parameter ephemeris (broadcast), delay ionosfer, dan model
waktu UTC.

Gambar 4. Struktur umum sinyal GPS

Gambar 5. Modernisasi sinyal GPS saat ini


B. GLONASS

Seperti halnya GPS, satelit GLONASS juga didesain untuk dapat memberikan posisi,
kecepatan, dan waktu dimana saja di permukaan bumi pada setiap saat tanpa tergantung
cuaca. Prinsip penentuan posisi menggunakan sistem ini juga pada dasarnya sama dengan
GPS, yaitu dengan mengukur jarak ke beberapa satelit sekaligus.

Sistem GLONASS didesain untuk operasional dengan 24 satelit. Pada sistem


GLONASS ke 24 satelitnya ditempatkan dalam tiga bidang orbit dengan inklinasi sekitar
64,80 dan masing-masing 8 satelit untuk setiap orbitnya. Orbit satelit sekitar 1000 km
lebih rendah dari orbit GPS. Orbit satelit ini memiliki altitude 1000 km lebih rendah
dibanding altitude orbit GPS sehingga periode orbitnya pun lebih pendek yaitu sekitar 43
menit.

GLONASS dioperasikan oleh Russian Aerospace Defence Forces.GLONASS


dijadikan sebagai alternative kedua dari sister navigasi yang ada.Satelit ini memiliki
cakupan global dan kepresisian yang dapat dibandingkan dengan GPS milik
Amerika.Pertama kali diluncurkan pada 12 Oktober 1982.

Gambar 2. Perkembangan satelit Glonass


Terdapat perbedaan karakteristik antara GPS dan Glonass dalam berbagai aspek
berikut, yang meliputi :

C. Galileo

Satelit Galileo akan menstransmisikan 10 sinyal yang berbeda. Dari sini, 6 sinyal
akan digunakan untuk keperluan sipil (Open Service) dan Safety of Life Service, 2 sinyal
untuk keperluan komersial dan sisanya 2 untuk keperluan Public Regulated Service.
Selain pelayanan navigasi dan transmisi waktu, Galileo akan menyediakan informasi
mengenai akurasi dan status sinyal tersebut. Seperti halnya GPS dan GLONASS, Galileo
akan memberikan service navigasi ke masyarakat umum untuk digunakan pada telepon
mobile (HP) canggih, peralatan-peralatan personal navigasi dan peralatan navigasi
lainnya yang membutuhkan data dari satelit. Secara umum pelayanan yang diberikan oleh
satelit Galileo adalah sebagai berikut :
Layanan terbuka (Open Service OS) yaitu layanan yang bebas untuk setiap
pengguna melalui frekuensi E5A, E5B dan frekuensi E2-L1-E1
Layanan aplikasi SOL yaitu untuk aplikasi keselamatan transportasi. Layanan ini
tersedia dengan dilengkapi dual frequency pada frekuensi L1-E5
Layanan komersil pada frekuensi C yang menggunakan 2 sinyal pada frekuensi E5B
dan E6 bersama-sama dengan frekuensi 0 untuk capaian yang lebih baik.

D. Beidou

CDMA atau Code Division Multiple Acces adalah suatu sistem komunikasi wireless
yang dipakai oleh para mobile operator seperti operator layanan seluler dan operator
penyedia layanan satelit navigasi. Sistem ini menggunakan teknologi spread spectrum
atau spektra kode yang menyebar yang memberikan akses pemakaian pada banyak
pengguna pada frekuensi dan waktu yang sama. Hal ini dapat dilakukan dengan
pemberian kode unik untuk setiap komunikasi. CDMA dapat menyediakan layanan bagi
banyak pengguna daripada teknologi komunikasi lainnya (Aingindra.com, 2009)

Pada teknologi satelit navigasi, prinsip CDMA banyak digunakan dalam


mendistribusikan sinyal dan frekuensi. Faktanya, GPS dan GALILEO menggunakan
sistem ini dalam beroperasi dan melayani para pengguna. CDMA tidak hanya dipakai
oleh dua layanan sistem navigasi itu, namun juga digunakan oleh sistem satelit navigasi
COMPASS. Melalui sistem ini, COMPASS berencana akan menyediakan dua layanan
navigasi, yaitu layanan terbuka (open service) untuk konsumen komersil dan layanan
penentuan posisi yang dilindungi (authorized service) seperti dalam kepentingan militer.

Menurut pengajuan yang dilakukan China terhadap International Telecommunication


Union (ITU), satelit COMPASS akan memancarkan sinyal melalui empat frekuensi
membawa, yaitu 1561MHz (E2), 1589 MHz (E1), 1268MHz (E6) dan 1207MHz (E5b).
Sinyal navigasi ini dimodulasi dengan bit stream yang telah ditentukan sebelumnya,
mengandung data waktu dan kode ephemeris, serta memiliki bandwith yang cukup untuk
menghasilkan navigasi yang presisi.

Saat ini belum ada informasi resmi yang lebih terinci dari otoritas China mengenai
aspek teknis sinyal yang akan digunakan sistem COMPASSsecara global di masa depan.
Namun dengan adanya peluncuran satelit COMPASS pertama yaitu COMPASS-M1,
pemerintah China dapat mengidentifikasi sinyal-sinyal yang akan digunakan. Dari hasil
identifikasi transmisi Satelit COMPASS-M1 inilah pemerintah China mengajukan alokasi
frekuensi yang akan digunakan kepada ITU.

Satelit COMPASS-M1 adalah satelit pertama yang merepresentasikan generasi baru


sistem satelit navigasi China. Satelit ini adalah satelit MEO pertama China. Satelit
COMPASS-M1 yang diluncurkan pada 13 April 2007 merupakan satelit eksperimen
untuk menvalidasi sinyal serta frekuensi yang akan digunakan sistem COMPASS.

China mengizinkan para peneliti independen untuk meneliti dan mempelajari


karakteristik umum dari sinyal satelit itu. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh
Centre National dEtudes Spatiales (CNES) di Prancis yang dimulai sehari setelah satelit
itu mengangkasa. Menurut peneliti dari CNES, Thomas Grelier (2007), COMPASS-M1
mentransmisikan sinyal melalui 4 pita frekuensi yaitu E1, E2, E5b, dan E6, sama seperti
yang dinyatakan otoritas China kepada ITU. Namun dari hasil pengamatan, sinyal pada
frekuensi E1 sampai saat ini belum bisa terdeteksi. Setiap pita frekuensi memiliki dua
sub-sinyal yang koheren namun mempunyai beda fase 90. Dua komponen sinyal ini
kemudian dikenal dengan komponen I dan Q. Komponen I mempunyai kode yang
lebih pendek dan lebih diutamakan untuk frekuensi pelayanan terbuka (open service).
Sedangkan komponen Q mempunyai kode yang lebih panjang, lebih tahan gangguan
dan lebih digunakan pada layanan authorized. Karakteristik sinyal COMPASSmenurut
CNES berdasarkan penelitian pada satelit COMPASS-M1 ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Sinyal COMPASS B1
Meskipun semua aspek teknis dari sinyal COMPASS di B1 masih belum
didefinisikan lagi, sebuah perencanaan untuk sinyal gelombang sudah disampaikan
kepada International Telecommunication Union (ITU) seperti yang disimpulkan pada
tabel sebelumnya. Untuk menyimpulkan beberapa aspek teknis sinyal COMPASS di
B1 berdasarkan pengajuan yang dilakukan China pada ITU, dapat ditunjukkan oleh
Tabel 4.7 berikut (ESA navipedia, 2011).

Sinyal COMPASS B2
Sama dengan sinyal B1 dan B1-2, tidak semua aspek teknis dari sinyal COMPASS
pada B-2 telah terdefinisikan. Meskipun begitu, rencana dan karakteristik gelombang
sinyal yang digunakan telah diajukan ke ITU. Karakteristik sinyal COMPASSpada B-
2 ditunjukkan pada Tabel 4.8.
Sinyal COMPASS B3
Sinyal B3 adalah sinyal terakhir yang digunakan oleh sitem COMPASS. Pemakaian
sinyal ini hanya untuk pelayanan tertentu atau disebut juga authorized service. Sama
dengan dua sinyal sebelumnya, belum semua aspek teknis sinyal B3 yang telah
didefinisikan. Namun karakteristiknya sudah diajukan ke ITU. Tabel 4.9 berikut
menunjukkan beberapa karakteristik dari sinyal B3 pada COMPASS
.

2. Jelaskan secara singkat tapi menyeluruh metode : penentuan jarak GPS


dengan code (Pseudorange) !

Pengukuran jarak dengan data kode yang biasa disebut pseudorange adalah pengukuran
jarak berdasarkan korelasi antara kode yang dipancarkan oleh satelit dengan replika kode yg
dibuat oleh receiver. Disebut pseudorange (pseudo: semu, range: jarak, pseudorange:jarak
semu) karena jarak tersebut masih mengandung kesalahan karena dalam pendefinisian jarak
tersebut harga koreksi kesalahan dalam proses sinkronisasi jam satelit-jam receiver belum
diperhitungkan.

Kronologi prosedur penentuan jarak dengan kode (pseudorange), yaitu dengan


mengasumsikan bahwa jam receiver dan jam satelit sinkron secara sempurna satu sama lain,
ketika sinyal (PRNcode*) ditransmisikan dari satelit dan diterima oleh receiver, receiver
memproduki replika kode yang diterima. Receiver kemudian membandingkan kode yang
diterima dari satelit dengan replika-nya dan menghitung selang waktu sinyal merambat dari
satelit ke receiver. Selang waktu ini kemudian dikalikan dengan cepat rambat cahaya (3x108
atau tepatnya 299729458 meter per detik) dan didapatlah jarak antara receiver dan satelit.
Asumsi bahwa jam receiver sinkron secara sempurna adalah tidak sepenuhnya benar, atau
dengan kata lain proses sinkronisasi yang dilakukan oleh receiver tidaklah sempurna dan
masih mengandung kesalahan.

Receiver GPS membandingkan kode yang diterima dari satelit dengan replika kode yang
diformulasikan ke receiver. Agar gelombang pembawa dapat membawa code dan
navigation message, keduanya harus ditumpangkan ke gelombang pembawa, dengan kata
lain gelombang pembawa dimodulasi oleh code dan navigation message. Parameter
gelombang modulasi yang dapat diubah, yaitu frekuensi, amplitudo dan fase. Sinyal GPS
menggunakan modulasi fase yang dinamakan binary biphase modulation.

Waktu yang diperlukan untuk menghimpitkan kedua kode tersebut adalah waktu yang
diperlukan oleh kode tersebut untuk menempuh jarak dari satelit ke pengamat. Karena jam
receiver tidak sinkron dengan jam satelit maka jarak di atas masih terkontaminasi oleh
kesalahan waktu. Presisi jarak yang diberikan 1% dari code width (panjang gelombang
kode). Untuk kode-P = 0.3m dan untuk kode-C/A = 3m. Yang menyebabkan kode-P
memberikan presisi yang lebih baik adalah karena kode-P mempunyai frekuensi (chipping
rate yang lebih tinggi), yang menyebabkan Panjang gelombang (code width) lebih kecil,
efek dari multipath lebih kecil yang mengakibatkan posisi yang diberikan relative lebih
teliti. Tetapi, kode-P mempunyai kendala dalam hal anti spoofing.
3. Jelaskan secara singkat tapi menyeluruh metode : penentuan jarak GPS
dengan phase (Phaserange) !

Metode phaserange adalah metode penentuan jarak antara satelit ke receiver dengan
menggunakan data fase. Pada metode phaserange, jarak adalah jumlah gelombang penuh
yang terukur ditambah dengan nilai fraksional gelombang terakhir dan gelombang awal (saat
dipancarkan oleh satelit) dikalikan dengan panjang gelombangnya. Jarak hasil dari
phaserange jauh lebih teliti jika dibandingkan dengan jarak berdasarkan data kode
(pseudorange). Hal tersebut dikarenakan resolusi data fase jauh lebih kecil jika dibanding
dengan resolusi data kode. Namun demikian, ada satu masalah yang dihadapi dalam
penggunaan data fase, yaitu gelombang pembawa GPS adalah murni gelombang sinusoidal,
setiap cycle mempunyai bentuk yang sama dengan cycle yang lain.

Oleh karena itulah receiver GPS tidak dapat membedakan antara satu cycle dengan yang
lainnya. Dengan kata lain, ketika receiver dinyalakan dan lock on ke satelit, receiver mampu
menerima sinyal namun dia hanya merekamnya saja. Receiver tidak dapat menentukan
jumlah total cycle antara satelit dan dirinya. Hal ini yang menyebabkan terjadinya phase
ambiguity.

Untuk merubah data fase menjadi data jarak, cycle ambiguity N harus ditentukan terlebih
dahulu nilainya. Jika nilai bilangan bulat N bisa ditentukan secara benar :
- Jarak fase akan menjadi ukuran jarak yang sangat teliti (ordemm).
- Dapat digunakan untuk penentuan posisi secara teliti (orde mm - cm)

Metode dalam penentuan ambiguitas fase harus memperhatikan 3 aspek, yaitu eliminasi
kesalahan dan bias data dari pengamatan, geometri satelit dan teknik resolusi ambiguitas.
Pada kesalahan bias umumnya terkait dengan satelit seperti kesalahan ephemeris , jam
satelit, dan selective availability (SA) juga medium propagasi, seperti bias ionosfer dan
troposfer. Selain itu, di receiver GPS juga terdapat kesalahan jam receiver (kesalahan yang
terkait dengan antena dan noise atau derau). Terdapat juga kesalahan pada data pengamatan
seperti ambiguitas fase dan cycle slips, atau lingkungan sekitar GPS receiver seperti
multipath dan imaging.

Metode yang bisa digunakan untuk menyelesaikan atau mengatasi cycle ambiguity, yaitu:

Metode Data Dual Frekuensi


Teknik yang digunakan adalah teknik wide lane, yang menggabungkan data fase dari
frekuensi L1 dan L2.

Metode Kombinasi Dual Frekuensi Data Fase dan Data Fase

Kelebihan metode ini antara lain :


Tidak tergantung geometri
Dapat digunakan untuk aplikasi kinematic
Dapat digunakan untuk baseline yang panjang

Kekurangan metode ini antara lain :


Membutuhkan receiver dual frekuensi
Sensitive terhadap multipath
Hanya wide lane ambiguity yang terpecahkan

Metode Kuadrat Terkecil

Secara teoritik ambiguitas fase akan didapatkan secara akurat apabila:


Data pengamatan tidak dipengaruhi kesalahan non acak
Geometri satelit yang baik saat pengamatan
Model matematika yang digunakan sudah sesuai
Model pembobotan pengamatan yang sesuai

Metode Geometris
Metode ini memanfaatkan variasi yang bergantung waktu pada hibungan geometris
antara receiver dan satelit (Seeber, 1993). Kelebihan metode geometris :
Model sederhana
Bekerja untuk satelit yang relatif sedikit
Berguna untuk panjang baseline yang pendek, panjang, maupun sangat panjang
Ambiguity float solution dianggap sebagai hasil perkiraan.

Kekurangan metode geometri :


Waktu pengamatan yang relatif lama
Dipengaruhi efek yang tidak dapat dimodelkan
Tidak ada penggunaan apriori dari sifat bulat ambiguitas
Sensitif terhadap cycle slip yang belum diperbaiki

Metode Fast Ambiguity Resolution Approach

Metode ini hanya membutuhkan data untuk fase double difference, sehingga tidak
memerlukan data kode atau data dual frekuensi, tetapi data ini akan menambah jumlah set
ambiguitas.

Você também pode gostar