Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Arizal Achmad Fauzi (15114027)
A. GPS
Satelit GPS memancarkan sinyal yang berfungsi memberikan informasi tentang posisi
satelit yang diamati, jarak satelit ke receiver, dan waktu, serta dapat juga untuk
memberikan informasi mengenai kesehatan satelit. Sinyal satelit ini dapat melewati awan,
kaca, atau plastik, tetapi tidak dapat melewati gedung atau gunung. Setiap sinyal dari
satelit GPS membawa data yang diperlukan untuk mendukung proses penentuan posisi,
kecepatan, maupun waktu. Data tersebut meliputi informasi yang diperlukan untuk :
Waktu pentransmisian sinyal dari satelit
Posisi satelit
Kesehatan satelit
Koreksi jam satelit
Efek refraksi ionosfir (untuk pengamat dengan receiver satu - frekuensi)
Transformasi waktu ke UTC
Status konstelasi satelit
Kode ini terdiri dari rangkaian bilangan biner (1 dan 0) yang mempunyai struktur yang
unik dan berbeda untuk setiap satelit GPS, sehingga receiver GPS dapat mengamati
dan membedakan sinyal-sinyal yang datang dari satelit yang berbeda. Dengan
mengamati kode-P(Y) atau kode-C/A jarak dari pengamat ke satelit dapat ditentukan.
Prinsip pengukuran jarak yang digunakan adalah dengan 7 membandingkan kode yang
diterima dari satelit dengan kode replika yang diformulasikan di dalam receiver.
Seperti halnya GPS, satelit GLONASS juga didesain untuk dapat memberikan posisi,
kecepatan, dan waktu dimana saja di permukaan bumi pada setiap saat tanpa tergantung
cuaca. Prinsip penentuan posisi menggunakan sistem ini juga pada dasarnya sama dengan
GPS, yaitu dengan mengukur jarak ke beberapa satelit sekaligus.
C. Galileo
Satelit Galileo akan menstransmisikan 10 sinyal yang berbeda. Dari sini, 6 sinyal
akan digunakan untuk keperluan sipil (Open Service) dan Safety of Life Service, 2 sinyal
untuk keperluan komersial dan sisanya 2 untuk keperluan Public Regulated Service.
Selain pelayanan navigasi dan transmisi waktu, Galileo akan menyediakan informasi
mengenai akurasi dan status sinyal tersebut. Seperti halnya GPS dan GLONASS, Galileo
akan memberikan service navigasi ke masyarakat umum untuk digunakan pada telepon
mobile (HP) canggih, peralatan-peralatan personal navigasi dan peralatan navigasi
lainnya yang membutuhkan data dari satelit. Secara umum pelayanan yang diberikan oleh
satelit Galileo adalah sebagai berikut :
Layanan terbuka (Open Service OS) yaitu layanan yang bebas untuk setiap
pengguna melalui frekuensi E5A, E5B dan frekuensi E2-L1-E1
Layanan aplikasi SOL yaitu untuk aplikasi keselamatan transportasi. Layanan ini
tersedia dengan dilengkapi dual frequency pada frekuensi L1-E5
Layanan komersil pada frekuensi C yang menggunakan 2 sinyal pada frekuensi E5B
dan E6 bersama-sama dengan frekuensi 0 untuk capaian yang lebih baik.
D. Beidou
CDMA atau Code Division Multiple Acces adalah suatu sistem komunikasi wireless
yang dipakai oleh para mobile operator seperti operator layanan seluler dan operator
penyedia layanan satelit navigasi. Sistem ini menggunakan teknologi spread spectrum
atau spektra kode yang menyebar yang memberikan akses pemakaian pada banyak
pengguna pada frekuensi dan waktu yang sama. Hal ini dapat dilakukan dengan
pemberian kode unik untuk setiap komunikasi. CDMA dapat menyediakan layanan bagi
banyak pengguna daripada teknologi komunikasi lainnya (Aingindra.com, 2009)
Saat ini belum ada informasi resmi yang lebih terinci dari otoritas China mengenai
aspek teknis sinyal yang akan digunakan sistem COMPASSsecara global di masa depan.
Namun dengan adanya peluncuran satelit COMPASS pertama yaitu COMPASS-M1,
pemerintah China dapat mengidentifikasi sinyal-sinyal yang akan digunakan. Dari hasil
identifikasi transmisi Satelit COMPASS-M1 inilah pemerintah China mengajukan alokasi
frekuensi yang akan digunakan kepada ITU.
Sinyal COMPASS B2
Sama dengan sinyal B1 dan B1-2, tidak semua aspek teknis dari sinyal COMPASS
pada B-2 telah terdefinisikan. Meskipun begitu, rencana dan karakteristik gelombang
sinyal yang digunakan telah diajukan ke ITU. Karakteristik sinyal COMPASSpada B-
2 ditunjukkan pada Tabel 4.8.
Sinyal COMPASS B3
Sinyal B3 adalah sinyal terakhir yang digunakan oleh sitem COMPASS. Pemakaian
sinyal ini hanya untuk pelayanan tertentu atau disebut juga authorized service. Sama
dengan dua sinyal sebelumnya, belum semua aspek teknis sinyal B3 yang telah
didefinisikan. Namun karakteristiknya sudah diajukan ke ITU. Tabel 4.9 berikut
menunjukkan beberapa karakteristik dari sinyal B3 pada COMPASS
.
Pengukuran jarak dengan data kode yang biasa disebut pseudorange adalah pengukuran
jarak berdasarkan korelasi antara kode yang dipancarkan oleh satelit dengan replika kode yg
dibuat oleh receiver. Disebut pseudorange (pseudo: semu, range: jarak, pseudorange:jarak
semu) karena jarak tersebut masih mengandung kesalahan karena dalam pendefinisian jarak
tersebut harga koreksi kesalahan dalam proses sinkronisasi jam satelit-jam receiver belum
diperhitungkan.
Receiver GPS membandingkan kode yang diterima dari satelit dengan replika kode yang
diformulasikan ke receiver. Agar gelombang pembawa dapat membawa code dan
navigation message, keduanya harus ditumpangkan ke gelombang pembawa, dengan kata
lain gelombang pembawa dimodulasi oleh code dan navigation message. Parameter
gelombang modulasi yang dapat diubah, yaitu frekuensi, amplitudo dan fase. Sinyal GPS
menggunakan modulasi fase yang dinamakan binary biphase modulation.
Waktu yang diperlukan untuk menghimpitkan kedua kode tersebut adalah waktu yang
diperlukan oleh kode tersebut untuk menempuh jarak dari satelit ke pengamat. Karena jam
receiver tidak sinkron dengan jam satelit maka jarak di atas masih terkontaminasi oleh
kesalahan waktu. Presisi jarak yang diberikan 1% dari code width (panjang gelombang
kode). Untuk kode-P = 0.3m dan untuk kode-C/A = 3m. Yang menyebabkan kode-P
memberikan presisi yang lebih baik adalah karena kode-P mempunyai frekuensi (chipping
rate yang lebih tinggi), yang menyebabkan Panjang gelombang (code width) lebih kecil,
efek dari multipath lebih kecil yang mengakibatkan posisi yang diberikan relative lebih
teliti. Tetapi, kode-P mempunyai kendala dalam hal anti spoofing.
3. Jelaskan secara singkat tapi menyeluruh metode : penentuan jarak GPS
dengan phase (Phaserange) !
Metode phaserange adalah metode penentuan jarak antara satelit ke receiver dengan
menggunakan data fase. Pada metode phaserange, jarak adalah jumlah gelombang penuh
yang terukur ditambah dengan nilai fraksional gelombang terakhir dan gelombang awal (saat
dipancarkan oleh satelit) dikalikan dengan panjang gelombangnya. Jarak hasil dari
phaserange jauh lebih teliti jika dibandingkan dengan jarak berdasarkan data kode
(pseudorange). Hal tersebut dikarenakan resolusi data fase jauh lebih kecil jika dibanding
dengan resolusi data kode. Namun demikian, ada satu masalah yang dihadapi dalam
penggunaan data fase, yaitu gelombang pembawa GPS adalah murni gelombang sinusoidal,
setiap cycle mempunyai bentuk yang sama dengan cycle yang lain.
Oleh karena itulah receiver GPS tidak dapat membedakan antara satu cycle dengan yang
lainnya. Dengan kata lain, ketika receiver dinyalakan dan lock on ke satelit, receiver mampu
menerima sinyal namun dia hanya merekamnya saja. Receiver tidak dapat menentukan
jumlah total cycle antara satelit dan dirinya. Hal ini yang menyebabkan terjadinya phase
ambiguity.
Untuk merubah data fase menjadi data jarak, cycle ambiguity N harus ditentukan terlebih
dahulu nilainya. Jika nilai bilangan bulat N bisa ditentukan secara benar :
- Jarak fase akan menjadi ukuran jarak yang sangat teliti (ordemm).
- Dapat digunakan untuk penentuan posisi secara teliti (orde mm - cm)
Metode dalam penentuan ambiguitas fase harus memperhatikan 3 aspek, yaitu eliminasi
kesalahan dan bias data dari pengamatan, geometri satelit dan teknik resolusi ambiguitas.
Pada kesalahan bias umumnya terkait dengan satelit seperti kesalahan ephemeris , jam
satelit, dan selective availability (SA) juga medium propagasi, seperti bias ionosfer dan
troposfer. Selain itu, di receiver GPS juga terdapat kesalahan jam receiver (kesalahan yang
terkait dengan antena dan noise atau derau). Terdapat juga kesalahan pada data pengamatan
seperti ambiguitas fase dan cycle slips, atau lingkungan sekitar GPS receiver seperti
multipath dan imaging.
Metode yang bisa digunakan untuk menyelesaikan atau mengatasi cycle ambiguity, yaitu:
Metode Geometris
Metode ini memanfaatkan variasi yang bergantung waktu pada hibungan geometris
antara receiver dan satelit (Seeber, 1993). Kelebihan metode geometris :
Model sederhana
Bekerja untuk satelit yang relatif sedikit
Berguna untuk panjang baseline yang pendek, panjang, maupun sangat panjang
Ambiguity float solution dianggap sebagai hasil perkiraan.
Metode ini hanya membutuhkan data untuk fase double difference, sehingga tidak
memerlukan data kode atau data dual frekuensi, tetapi data ini akan menambah jumlah set
ambiguitas.