Você está na página 1de 3

TUGAS 2

KELOMPOK III

PERILAKU ORAGNISASI

Nama Kelompok: NPM:

I Ketut Mudanayasa (Ketua) 1606857835


Ni Kadek Ayu Yuliani (Presenter) 1606945895
Ni Made Dahlia 1606858110
AA Gde Marvy Krisna P. 1606857450
Putu Ayu Novianitri Martha 1606857671
Made Juniartha Dwiputra 1606858011

Fasilitator: dr. Chairulsjah Sjahruddin, SpOG. MARS

MATA KULIAH: CORPORATE - CLINICAL GOVERNANCE di OPK


Progaram Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
2017

1
PERILAKU ORGANISASI

Perilaku organisasi sebagai studi dan pemahaman tentang perilaku individu dan
kelompok untuk membantu meningkatkan kinerja dan efektivitas organisasi (Mullins, 2005).
Menurut Cole (1998) menyatakan bahwa perilaku organisasi adalah istilah yang diterapkan pada
studi sistematis tentang perilaku individu dalam kelompok kerja, termasuk analisis sifat
kelompok, pengembangan struktur antara dan di dalam kelompok dan proses penerapan
perubahan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa masalah utama yang ditangani oleh perilaku
organisasi adalah: Perilaku dan kinerja individu di tempat kerja, Sifat dan kerja orang
berkelompok., Sifat struktur sosial dan desain organisasi di tempat kerja, Proses yang terlibat
dalam beradaptasi perilaku untuk memenuhi perubahan kondisi. Organisasi terdiri dari anggota
masing-masing. Individu adalah ciri utama perilaku organisasi dan bagian penting dari situasi
perilaku apa pun, baik yang beraksi maupun sebagai bagian dari kelompok, sebagai tanggapan
terhadap harapan organisasi atau sebagai akibat pengaruh lingkungan eksternal. Bila kebutuhan
individu dan tuntutan organisasi tidak sesuai, ini bisa mengakibatkan frustrasi dan konflik, maka
tugas manajemen untuk mengintegrasikan individu dan organisasi dan untuk menyediakan
lingkungan kerja yang memungkinkan kepuasan kebutuhan individu serta pencapaian tujuan
organisasi. Organisasi berfungsi sebagai bagian dari lingkungan eksternal yang lebih luas dimana
ia menjadi bagiannya. Lingkungan mempengaruhi organisasi melalui perkembangan teknologi
dan ilmiah, aktivitas ekonomi, pengaruh sosial dan budaya dan tindakan pemerintah, dampak
operasi organisasi dalam lingkungannya mencerminkan dalam hal pengelolaan peluang dan
risiko dan keberhasilan pencapaian tujuan dan sasarannya.

Dalam studi perilaku dapat dilihat dari segi tiga disiplin utama yaitu psikologi, sosiologi
dan antropologi. Ketiga disiplin ilmu tersebut telah memberikan kontribusi penting bagi bidang
perilaku organisasi. Perilaku organisasi, perhatian utamanya adalah pada sistem budaya,
kepercayaan, pelanggan, gagasan dan nilai dalam suatu kelompok dan perbandingan perilaku di
antara budaya yang berbeda. Kepribadian individu terdiri dari satu set sifat yang relatif permanen
dan stabil. Sebuah organisasi juga memiliki kepribadian yang kita sebut budaya. Budaya
organisasi adalah sistem makna bersama dalam sebuah organisasi yang menentukan, pada tingkat
besar, bagaimana karyawan bertindak. Budaya organisasi merupakan persepsi umum yang
dimiliki oleh karyawan organisasi, organisasi memiliki budaya yang mengatur bagaimana

2
seharusnya karyawan mereka berperilaku. Budaya organisasi inilah yang membatasi apa yang
dapat dilakukan karyawan dengan menyarankan cara yang benar untuk menyelesaikan masalah.
Terdapat tujuh dimensi yang secara agregat menangkap esensi budaya organisasi. Dimensinya
adalah: Inovasi dan pengambilan risiko: Tingkat di mana karyawan didorong untuk menjadi
inovatif dan mengambil risiko. Perhatian terhadap detail: Tingkat di mana karyawan
diharapkan menunjukkan presisi, analisis dan perhatian. Orientasi hasil: Tingkat di mana
manajer memusatkan perhatian pada hasil atau hasil daripada pada teknik dan proses yang
digunakan untuk mencapai hasil tersebut. Orientasi orang: Tingkat di mana keputusan
manajemen mempertimbangkan dampak hasil pada orang-orang dengan organisasi. Orientasi
tim: Tingkat aktivitas kerja diatur di sekitar tim dan bukan individu. Agresivitas: Tingkat di
mana orang agresif dan kompetitif daripada bersikap santai. Stabilitas: Tingkat aktivitas
organisasi yang menekankan pemeliharaan status quo.

Dengan demikian pandangan konvektif tentang budaya dan iklim adalah bahwa mereka
ada pada tingkat yang berbeda. Budaya biasanya diambil untuk tertanam sangat dalam dalam
nilai, keyakinan, dan asumsi dasar yang tidak disadari, dan begitu banyak anggota organisasi
yang mungkin tidak sadar bahwa budaya ada apalagi bagaimana hal itu mempengaruhi tingkah
lakunya. Sebaliknya, iklim cenderung dianggap lebih sebagai fenomena permukaan, dengan efek
mudah dikenali pada perilaku. Meskipun subkultur dapat eksis di dalam organisasi, budaya
cenderung dipandang sebagai fenomena persuasif, sedangkan iklim mikro cenderung dianggap
lebih dapat diinvestasikan karena banyak faktor penting yang secara langsung mempengaruhi
kondisi iklim tempat kelompok tersebut berada. Anteseden iklim lebih baik dipahami dan
biasanya diasumsikan bahwa iklim berubah lebih cepat daripada budaya.

Sumber:
Organization Behaviour
Journal of Comprehensive Research, Volume 8, Page 13
Dr. I. Chaneta Faculty of Commerce University of Zimbabwe

Você também pode gostar