Você está na página 1de 10

Atelektasis

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Sistem pernapasan adalah salah satu bagian utama yang memiliki peranan penting bagi
kelangsungan hidup setiap individu. Mekanisme yang bertujuan memenuhi kebutuhan oksigen bagi
tubuh merupakan fungsi sistem ini. Dalam menjalankan peranannya sistem pernapasan disokong
oleh kondisi anatomis dan fisiologis dari masing-masing organ / bagiannya. Pada keadaan tertentu
yang menyebabkan perubahan negatif pada masing-masing bagian, secara otomatis akan
menyebabkan tergangunya fungsi utama yang vital dan menunjang kelangsungan hidup individu
tersebut. Dari berbagai jenis gangguan pada sistem pernapasan tersebut, atelektasis merupakan
salah satu gangguan yang menyerang sistem pernafasan khususnya bagian bawah dan seringkali
mengakibatkan kolaps paru yang berakibat fatal dan mengancam kehidupan.

2. Rumusan Masalah

Apa Definisi Atelektasis?


Bagaimana etiologi Atelektasis?
Bagaimana patosiologi Atelektasis?
Apa gejala-gejala Atelektasis?
Bagaimana perawatan Atelektasis?

3. Tujuan

Setelah mempelajari tentang angiografi diharapakan dapat :

Untuk menjelaskan definisi Atelektasis


Untuk menjelaskan etiologi Atelektasis
Untuk menjelasan patosiologi Atelektasis
Untuk menjelaskan gejala-gejala Atelektasis
Untuk menjelaskan perawatan Atelektasis
BAB II
ATELEKTASIS
1. Definisi
Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang secara sempurna
(Somantri, 2008).
Atelektasis disebut juga Kolapsnya paru atau alveolus. Alveolus yang kolaps tidak mengandung
udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam pertukaran gas. Kondisi ini mengakibatkan penurunan
luas permukaan yang tersedia untuk proses difusi dan kecepatan pernafasan berkurang. ( Elizabeth
J.Corwin , 2009)
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan menyiratkan
arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps.
(KeperawatanMedikalBedah,vol.2,penerbit buku kedokteran.EGC.2002).
Jadi, atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat mengembang
secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yang tidak mengandung udara.

2. Etiologi
Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan bronkus. Penyumbatan juga bisa terjadi pada
saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir,
tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu
yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening.
Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran darah
sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi
dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami infeksi.
Atelektasis merupakan suatu akibat dari kelainan paru yang dapat disebabkan :
a. Bronkus tersumbat
Penyumbatan bisa berasal didalam bronkus (tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif)
dan penyumbatan bronkus akibat penengkanan dari luar bronkus akibat penengkanan dari luar
bronkus (tumor sekitar bronkus, kelenjar membesar).
b. Tekanan ekstrapulmoner
Biasanya disebabkan oleh pneumothoraks, cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi alat perut
kedalam rongga thoraks, dan tumor intra thoraks tepe ekstrapulmuner (tumor mediastinum).
c. Paralisis atau paresis gerak pernapasan,
Menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalnya pada kasus poliomiolitis dan
kelainan neurologic lainya. Gerak nafas yang tergangu akan mempengaruhi kelancangan pengeluaran
secret bronkus dan ini menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan memperberat
keadaan atelektasis.
d. Hambatan gerak pernapasan
Kelainan pleura atau trauma toraks yang menahan rasa sakit. Keadaan ini juga akan menghambat
pengeluaran secret bronkus yang dapat memperhebat terjadinya atelektasis.
Ateleksasis dapat disebabkan oleh berbagai macam kelainan disekitar paru, yaitu :

1) Penyumbatan/obstruksi pada bronkus


Penyumbatan dapat terjadi secara intrinsik (tumor pada bronkus, benda asing, cairan sekresi yang
massif) ataupun penyumbatan pada bronkus akibat penekanan dari luar bronkus (tumor di sekitar
bronkus,ataupun pembesaran kelenjar limfe)
2) Tekanan ekstra pulmoner
Biasa diakibatkan oleh karena pneumothoraks, adanya cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi
organ abdomen ke rongga thoraks,dan tumor intra thoraks tapi ekstra-pulmoner (tumor
mediastinum)
3) Paralisis atau paresis gerakan pernafasan
Hal ini akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalnya pada kasus
poliomyelitis, dan kelainan neurologil kalinnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi
kelancaran pengeluaran sekret dalam bronkus dan akhirnya akan memperberat keadaan atelektasis.
4) Hambatan gerakan pernafasan oleh kelainan pleura atau trauma thoraks yang menahan rasa sakit.
Keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat memperhebat terjadinya
atelektasis.
5) Adhesif atelektasis
Hal ini merujuk pada atelektasis non-obstruktif, dapat terjadi apabila permukaan luminal dinding
alveoli melekat satu dengan lain. Merupakan komponen penting pada khususnya respiratory distress
syndrome pada bayi baru lahir (HMD), dan emboli paru, namun dapat pula terjadi akibat pneumoitis
akibat radiasi.
6) Sikatriks atelektasis
Merupakan akibat utama dari fibrosis dan pembentukan jaringan parut (infiltrasi) di dalam ruang
intraalveolar dan intersisialis (pneumonitis intersisialis), umumnya berhubungan dengan tuberkulosis
paru.
Atelektasis seharusnya dapat dibedakan dengan pneumothoraks. Walaupun kolaps alveolar
terdapat pada kedua keadaan tersebut, penyebab kolapsnya dapat dibedakan dengan
jelas.Atelektasis timbul karna alveoli menjadi kurang berkembang atau tidak berkembang, sedangkan
pneumothoraks timbul karena udara masuk kedalam rongga pleura. Pada kebanyakan pasien,
pneumothoraks tidak dapat dicegah dengan perawatan yang tepat.

3. Patofisiologi
Pada atelektasis absorpsi, obstruksi saluran napas menghambat masuknya udara ke dalam
alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan.Udara yang sudah terdapat dalam alveolus tersebut
diabsorpsi sedikit demi sedikit ke dalam aliran darah dan alveolus kolaps. Atelektasis absorpsi dapat
disebabkan oleh obstruksi bronkus intrinsik atau ekstrinsik.Obstruksi bronkus intrinsik paling sering
disebabkan oleh secret atau eksudat yang tertahan.Tekanan ekstrinsik pada bronkus biasanya
disebabkan oleh pembesaran kelenjar getah benih.
Mekanisme pertahanan fisiologik yang bekerja mempertahankan sterilitas saluran nafas

bagian bawah bertindak mencegah atelektasis dengan menghalangi terjadinya obstruksi.


Mekanisme-mekanisme yang beperan yaitu silia yang dibantu oleh batuk untuk
memindahkan sekret yang berbahaya ke dalam faring posterior. Mekanisme lain yang bertujuan
mencegah atelektasis adalah ventilasi kolateral. Hanya inspirasi dalam saja yang efektif untuk
membuka pori-pori Kohn dan menimbulkan ventilasi kolateral ke dalam alveolus disebelahnya yang
mengalami penyumbatan (dalam keadaan normal absorpsi gas ke dalam darah lebih mudah karena
tekanan parsial total gas-gas darah sedikit lebih rendah daripada tekanan atmosfer akibat lebih
banyaknya O2 yang diabsorpsi ke dalam jaringan daripada CO 2 yang diekskresikan).
(1) Atelektasis Obstruktif
Berhubungan dengan obstruksi bronkus, kapiler darah akan mengabsorbsi udara di sekitar alveolus,
dan menyebabkan retraksi paru dan akan terjadi kolaps dalam beberapa jam. Pada stadium awal,
darah melakukan perfusi paru tanpa udara, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan ventilasi dan
perfusi sehingga arterial mengalami hipoksemia. Jaringan hipoksia hasil dari transudasi cairan ke
dalam alveoli menyebabkan edema paru, yang mencegah atelektasis komplit. Ketika paru paru
kehilangan udara, bentuknya akan menjadi kaku dan mengakibatkan dyspnea, jika obstruksi berlanjut
dapat mengakibatkan fibrosis dan bronkiektasis. 5,6
(2) Atelektasis Non-Obstruktif
Penyebab utama yaitu oleh karena tidak adanya hubungan antara pleura viseralis dan pleura
parietalis. Efusi pleura maupun pneumothorax menyebabkan atelektasis pasif. Efusi pleura yang
mengenai lobus bawah lebih sering dibanding dengan pneumothorax yang sering menyebabkan
kolaps pada lobus atas. Atelektasis adhesive lebih sering dihubungkan dengan kurangnya surfaktan.
Surfaktan mengandung phispolipid dipalmitoy phosphatidyicholine, yang mencegah kolaps paru
dengan mengurangi tegangan permukaan alveoli. Berkurang atau tidaknya produksi surfaktan
biasanya terjadi pada ARDS, pneumonitis radiasi, ataupun akibat trauma paru sehingga alveoli tidak
stabil dan kolaps. Kerusakan parenkim paru pun dapat menyebabkan atelektasis sikatrik yang
membuat tarikan tarikan yang bila terlalu banyak membuat paru kolaps,
sedangkan replacement atelektasis dapat disebabkan oleh tumor sepertibronchialveolar
carcinoma.5,6
(3) Platlike atelektasis (Focal atelectasis)
Disebut juga discoid atau subsegmental atelektasis, tipe ini sering ditemukan pada penderita
obstruksi bronkus dan didapatkan pada keadaan hipoventilasi, emboli paru, infeksi saluran
pernafasan bagian bawah dengan horizontal atau platlike. Atelektasis minimal dapat terjadi karena
ventilasi regional yang tidak adekuat dan abnormalitas formasi surfaktan akibat hipoksia, iskemia,
hiperoxia, dan ekspos berbagai toksin. 5,6
(4) Postoperative atelektasis
Atelektasis merupakan komplikasi yang umum terjadi pada pasien yang melakukan anastesi ataupun
bedah dapat mengakibatkan atelektasis karena disfungsi dari diafragma dan berkurangnya aktivitas
surfaktan. Atelektasis ini biasanya pada bagian basal (bawah) paru ataupun segmen tertentu. 5

PATHWAY
4. Klasifikasi Atelektasis
a. Atelektasis kompresi

Atelektasis kompresis terjadi sewaktu suatu sumber diluar alveolus menimpakan gaya yang
cukup besar pada alveolus sehingga alveolus kolaps. Hal ini terjadi apabila dinding dada tertusuk
atau terbuka, karena tekanan di atmosfer lebih besar dari tekanan yang menahan paru (tekanan
pleura ). Atelektasis kompresi juga dapat terfjadi apabila terdapat suatu tekanan yang bekerja pada
paru atau alveolus akibat adanya tumor distensi abdomen, atau edema dan pembengkakan ruang
intertisium yang mengelilingi alveolus.

b. Atelektasis absorpsi

Atelektasis absorpsi terjadi akibat tidak adanya udara didalam alveolus. Apabila masuknya udara
didalam alveolus dihambat, maka udara yang sedang berada didalam alveolus akhirnya akan
berdifusi keluar dan alveolus akan kolaps. Hal ini terjadi biasanya akibat penimbunana mukus,
misalnya fiprosis kristik, pneumonia, atau bronkitis kronik, meningkatkan risiko atelektasis absorpsi.
Pembedahan juga merupakan faktor atelektasis absopsi karena efek anastesi yang menyebabkan
tebentuknya mukus serta keengganan membantukkan mukus yang berkumpul setelah pembedahan.
Hal ini terjadi pada pembedahan abdomen atau toraks dimana batuk akan menimbulkan nyeri yang
hebat. Tirah baring berkepanjangan setelah pembedahan meningkatkan resiko terbentuknya
atelektasis absopsi karena berbaring menyebabkan pengumpulan sekresi mukus didaerah dependen
paru sehingga ventilasi diaderah tersebut berkurang. Penimbunana mukus meningkatkan resiko
pneumonia karena mukus dapat berfungsi sebagai lahan berkembangbiakan mikroorganisme.

Atelektasis absopsi juga dapat disebabkan oleh segala sesuatu yang menggangu pembentukan
surfactan. Tanpa surfactan teganggan permukaan alveolus dangat tinggi sehingga kemungkinan
kolapsnya laveolus meningkat. Sebagian bayi permature tidak memiliki surfactan sehingga pada
kelompok ini insiden atelektasis tinggi.

Konsentrasi surfactan dalam alveolus dapat berkurang akibat serta pecahnya dinding alveolus
yang terjadi pada sindrom distres pernapasan dewasa. Surfactan juga dapat rusak akibat terapi
oksigen konsentrasi tinggi dalam waktu 24 jam. Oksigen murni dapat merusak sel sel alveolus tipe II
sehingga sel sel tersebut tidak menghasilkan surfactan.

SURFACTAN
`Sel sel tertentu didalam alveolus,yang disebut sel alveolus tipe II yang memproduksi suatu
zat penting yang disebut surfactan yang membantu mengurangi tegangan permukaan alveolus agar
alveolus mudah dikembangkan. Surfactan adalah suatu pospolifit yang bekeja seperti suatu deterjen
untuk memisahkan molekul-molekul air di alveolus sehinga melemahkan ikatan diantara molekul-
molekul tersebut

Menurut hukum laplace, semakin kecil jari-jari suatu bola maka semakin besar tekanan yang
di berikan untuk mengembangkannya. Namun apabila terdapat surfaktan maka alveolus kecil
memerlukan tekanan yang lebih kecil daripada alveolus yang lebih besar karena surfaktan
terkonsentrasi tinggi sehingga sangat menurunkan tegangan di permukaan alveolus.

5. Manifestasi Klinis
Menurut Paula Krisanti (2009), tanda dan gejala yang timbul pada penyakit atelectasis
adalah :
a. Dyspnea berat.
b. Sianosis.
c. Nyeri dada.
d. Takikardi.
e. Dapat mengeluh napas pendek, sesak dan kelemahan.
f. Ansietas
g. Pemeriksaan auskultasi menunjukkan penurunan bunyi napas.

6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik penderita sering tidak menunjukan suatu kelainan pun terutama pada kasus-
kasus yang dini atau yang sudah terinfiltarassi secara asimtomatik. Demikian juga bila sarang penyakit
terletak didalam, aakan sulit menemukan kelinan pada pemeriksaan fisik, karena hantaran getaran
yang lebih dari 4cm dalam paru sulit dinilai secara palpasi, perkusi, dan auskultasi.

Tempat kelainan yang paling dicurigai adalah abagian apekx(puncak)paru. bila dicurigai adanya
infiltrasi yang agak luas, didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara nafas yang bronchial.
Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring. Tetapi biloa
infiltarsi ini diliputi oleh penebalan pleura suara nafasnya menjadi vesicular melemah. Bila terdapat
kavitas yang cukup besar. Perkusi member suara hipersonor atau timpani dan auskultasi memberi
suara amforik.

Pada tuberculosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi
otot-otot interkostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan menarik isi mediastinum atau paru
lainnya. Paru yang sehat menjadi lebih hiperinflasi. Bila jaringan fibrotic amat luas yakni lebih dari
setengah jumlah jaringan paru-paru.meningkatnya tekanan arteri pulmonalis (hipertensi
pulmonal)terjadi cor pulmonalgagal jantung kanan. Disini akan didapatkan tanda-tanda cor
pulmonal dengan gagal jantung kanan seperti : takipnea, takikardi, sianosis, right ventricular lift, ringt
atrial gallop, graham-steel murmur, bunyi P2 yang mengeras, tekanan vena jugularis,yang meningkat,
hepatomegali, asites, dan edema.

Bila tuberculosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura, paru yang sakit terlihat agak
tertinggal didalam pernafasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi memberikan suara nafas
yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.

7. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan fisik :
- Pada tahap dini sulit diketahui.
- Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara umforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
- Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
2) Pemeriksaan Radiologi :
- Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.
- Pada kavitas bayangan berupa cincin.
- Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
3) Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan
paru karena TB.
4) Laboratorium :
- Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
- Sputum : pada kultur ditemukan BTA
- Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan klinis dan gambaran radiologis yang jelas dari
berkurangnya ukuran paru-paru (digambarkan dengan adanya penarikan tulang iga, peninggian
diafragma, penyimpangan dari trakea, jantung dan mediastinum dan sela lobus kehilangan udara, di
celah interlobus menjadi bergeser atau tidak pada tempatnya, dan densitas pada lobus menjadi lebih
opak, seperti pada bronkus, pembuluh darah kelenjar limfe menjadi tidak beraturan. Dan
pemeriksaan khusus misalnya dengan bronkoskopi dan bronkografi, dapat degan tepat menetukan
cabang bronkus yang tersumbat.

8. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali mengembangkan
jaringan paru yang terkena.
Tindakan yang biasa dilakukan :
a. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa
mengembang
b. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
c. Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )
d. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
e. Postural drainase
f. Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
g. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
h. Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau menyebabkan
perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat.

Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan
kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan lainnya.

Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:

1) Medis
a. Pemeriksaan bronkoskopi
b. Pemberian oksigenasi
c. Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid)
d. Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)\
e. Pemeriksaan bakteriologis
2) Keperawatan
a. Teknik batuk efektif
b. Pegaturan posisi secara teratur
c. Melakukan postural drainase dan perkusi dada
d. Melakukan pengawasan pemberian medikasi secara teratur

9. Komplikasi
Pada pasien yang mengalami penyakit atelektasis sering kali dapat menimbulkan beberapa penyakit,
diantaranya:
a. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura di mana masukan udara ke dalam rongga
pleura, dapat dibedakan menjadi pneumothorak spontan, udara lingkungan keluar masuk ke dalam
rongga pleura melalui luka tusuk, misalnya udara melalui mediastinum yang disebabkan oleh trauma.
b. Efusi pleura
Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang
dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat menyebabkan pirau (jalan pengalihan)
intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat menyebabkan hipoksemia
c. Hypoxemia dan gagal napas
Bila keadaan atelektasis dimana paru tidak mengembang dalam waktu yang cukup lama dan tidak
terjadi perfusi ke jaringan sekitar yang cukup maka dapat terjadi hypoxemia hingga gagal napas. Bila
paru yang masih sehat tidak dapat melakukan kompensasi dan keadaan hipoksia mudah terjadi pada
obstruksi bronkus.
d. Sepsis
Hal ini dapat terjadi bila penyebab atelektasis itu sendiri adalah suatu proses infeksi, dan bila
keadaan terus berlanjut tanoa diobati maka mudah terjadi sepsis karena banyak pembuluh darah di
paru, namun bila keadaa segera ditangani keadaan sepsis jarang terjadi.
e. Bronkiektasis
Ketika paru paru kehilangan udara, bentuknya akan menjadi kaku dan mengakibatkan dyspnea, jika
obstruksi berlanjut dapat mengakibatkan fibrosis dan bronkiektasis.
10. Pencegahan

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya atelektasis :

1) Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam, batuk teratur dan

kembali melakukan aktivitas secepat mungkin.

2) Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa diturunkan dengan berhenti

merokok dalam 6-8 minggu sebelum pembedahan.

3) Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan pernafasan dangkal

dalam jangka lama, mungkin akan lebih baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu

pernafasannya. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus-menerus ke paru-paru, sehingga

meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran pernafasan tidak dapat menciut.

Você também pode gostar