Você está na página 1de 12

Gangguan Sistem Respirasi Pada Anak

Asma
A. Definisi

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan


karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan.
Penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan diantar episode penyempitan
bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (Sylvia dan Wilson
2006). Beberapa faktor penyebab asma antara lain jenis kelamin, umur pasien, faktor
keturunan, serta fator lingkungan.

Asma ialah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran napas sangat mudah
bereaksi terhadao berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa
serangan asma. Kelaian yang didapatkan adalah:

1. Otot bronkus akan mengerut (terjadi penyempitan)


2. selaput lendir bronkus edema.
3. produksi lendir makin banyak, lengket dan kental sehingga ketiga hal tersebut
menyebabkan saluran lobang bronkus menjadi sempit dan anak akan batuk bahkan
dapat sampai sesak napas. Serangan demikian dapat hilang sendiri atau hilang
dengan pertolongan obat.

Berdasarkan atas pengertian asma seperti yang telah diuraikan, untuk


manifestasi serangan asma harus ada pencetus dan ada dasar hiperaktivitas dari
bronkus. Serangan asma dapat berupa sesak napas ekspirator yang paroksimal
berulang-ulang dengan mengi dan batuk yang akibat kontriksi atau spasme otot
bronkus, inflamasi mukosa brobkus, dan produksi lendir kental yang berlebih. Asma
merupakan penyakit keturunan. Kira-kira 2-20% populasi anak dilaporkan pernah
menderita asma. Di indonesia belum ada penyidikan yang menyeluruh tetapi
diperkirakan berkisar antara 5-10%. Di poliklinik subbagian paru anak FKUI/RSCM
Jakarta lebih dari 50% kunjungan merupakan pasien asma.

Penyebab asma sama masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan
utama ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperaktivitas bronkus), yang
belum jelas diketahui penyebabnya. Diduga karena adanya hambatan dari sebagian

B. Tipe asma

Asma terbagi menjadi alergik, idiopatik, nonalergik, dan campuran.

1. Asma alergik atau ekstrinsik. Merupakan suatu jenis asma dengan yang
disebabkan oleh alergen (misal bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari,
makanan dll) alergen yang paling umum adalah alergen yang perantaraan
penyebarnya melalui udara (airbone) dan alergen muncul musiman (seasonal)
pasien dengan asma alergik biasnya mempunyai riwayat penyakit alergi pada
keluarga dan riwayat pengobatan ekzema atau rinithis alergik. Paparan terhadap
alergi akan mencetuskan serangan asma. Gejala asma umumnya dimulai saat
kanak-kanak.

2. Idiopatik atau nonallergic asthma atau instrinsik merupakan jenis asma yang tidak
berhubungan secara langsung dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti
common sold, infeksi saluran napas atas, aktivitas, emosi dan polusi lingkungan
yang dapat menimbulkan serangan asma. Beberapa agen farmakologi antagonis
beta-adrenergik, dan agen sulfite (penyedap makanan) juga dapat berperan sebagai
faktor pencetus. Serangan asma idiopatik atau nonalergik dan menjadi lebih berat
dan sering kali dengan berjalannya waktu dapat berkembang menjadi bronkhitis
an emfisema. Pada beberapa pasien asma jenis ini dapat berkembang menjadi
campuran. Bentuk asma ini biasnya dimuali pada saat dewasa (>35th).

3. Asma campuran. Merupakan bentuk asma yang paling sering ditemukan.


Dikarakteristikan dengan bentuk kedua jenis asma alergik dan idiopatik atau
nonalergik.

4. Asma bronkhial. Penderita asma bronkhial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap


rangsangan dari luar seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan penyebab
alergi.

5. Asma kradial

C. Etiologi

Sampai saat ini, etiologi asma belum diketahui pasti. Namun suatu hal yang
sering kali terjadi pada semua penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas
bronkhus. Bronkhus oenderita asma sangat oeka terhadap rangsangan imunologi
maupun nonimunologi. Karena sifat tersebut, maka serangan asma mudah terjadi
akibat betbagai rangsangan baik fisik, metabolisme, kimia, alergen , infeksi dsb.

Menurut Sudoyo dkk, 2009 patologi dan etiologi belum diketahui dengan
penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukan dasar gejala asma yang inflamasi dan
respon saluran napas yang berlebihan dengan ditandai dengan kalor (panas karena
vasodilatasi), tumor (esudasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsangan
sensori), dan fungtion laesa (fungsi yang terganggu). Dan harus disertai dengan
infiltrasi sel-sel radang.

Sebagai pemicu timbulnya serangan-serangan dapat berupa infeksi (infeksi


virus RSV) iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu, kapuk,
sisa-sisa seranga mati, tungau, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat), makan
(putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan
fisik (olah raga berat, kecapean, tertawa terbahak-bahakdan emopsi). Faktor
penyebab yang sering menimbulkan asma perlu diketahui dan sedapat mungkin
dihindarkan. Faktor tersebut adalah
1. Alergen utam ; debu rumah, spora jamur, tepung sari rerumputan.
2. Iritas seperti asap, bau-bauan yang disebabkan oleh virus
3. Infeksi saluran napas terutama disebabkan oleh virua
4. Perubahan cuaca ekstrim
5. Aktivitas fisik yang berlebihan
6. Lingkungan kerja
7. Obat-obatan
8. Emosi
9. Refluk gastro esofagus dll

D. Manifestasi klinis

Gejala asma terdiri atas triad; dipsnea, batuk, dan mengi (bengek atau sesak
nafas) gejala nafas sering dianggap sebagai gejala yang harus ada. Hal tersebut berarti
jika penderita menganggap penyakitnya adalah asma namun tidak mengeluhkan sesak
nafas, maka perawat harus yakin bahwa pasien bukan menderita asma.

1. Gambaran objektif yang ditangkap perawat adalah kondisi pasien dalam keadaan
seperti dibawah ini :
1) Sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing
2) Dapat sisertai batuk dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan
3) Bernafas dengan menggunakan otot napas tambahan
4) Sianosis, takikardi, gelisah, dan pulsus paradoksus.

2. Gambaran subjektif. Yang ditangkap perawat adalah pasien mengeluh sukar


bernafas, sesak dan anoreksia.
3. Gambaran psikososial. Yang diketahui perawat adalah cemas, takut, mudah
tersinggung, dan kurangnya pengetahuan pasien terhadap sistuasi penyakitnya.

Tanda dan gejala asma dan bervariasi sesuai dengan derajat bronkospasme.
Klasifikasi keparahan eksaserbasi asma.
gagal napas yang
Ringan sedang berat
mungkin terjadi
Gejala
sakit pada saat
Dispnea saat berbicara saat istirahat
beraktivitas istirahat
dalam kata-
Bicara dalam kalimat dalam frase diam
kata
Tanda
mampu lebih suka tidak mampu tidak mampu
posisi tubuh
berbaring duduk berbaring berbaring
frekuensi sering kali
meningkat meningkat > 30/ menit
pernapsan >30/ menit
penggunaan obat biasnya tidak gerakan
umunya ada biasanya ada
bantu ada torakoabdominal
pernapasan paradoksial

mengi sedang
pada mengi keras mengi keras gerakan udara
suara
pertengahan selama saat inspirasi sedikit tanpa
pernapasan
sampai akhir ekspirasi dan ekspirasi mengi
ekspirasi
frekuensi
jantung <100 100-120 >120 bradikardi reaktif
(kali/menit)
pulsus sering kali tidak
<10 10-25 sering >25
paradoksus ada
Mungkin biasanya bingung atau
status mental biasnya agitasi
agitasi agitasi mengantuk

E. Patofisiologi

Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh
limfosit T dan B. Asma diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE
yang berkaitan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang menimbulkan asma
bersifat airbone. Alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak dalam periode
waktu tertentu agar mampu menimbulkan gejala asma. Namun lain dikasus terdapat
pasien yang sangat responsif, sehingga sejumlah kecil alergen masuk ke dalam tubuh
sudah dapat mengakibatkan eksaserbasi penyakit yang jelas.

Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi fase akut asma adalah
aspirin, bahan pewrna seperti tartazin, antagonis beta-adregenik dan bahan sulfat.
Sidrom khusus pada sistem pernapasan sensitif terhadap aspirin terjadi pada orang
dewasa, namun dapat dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasnya berawal
dari rhinitis vasomotor perenial lalu menjadi rhinosinusitis hiperplastik dengan polip
nasal dan akhirnya diikuti oleh munculnya asma progresif.

Pasien yang sensitif terhap aspirin dapat dikurangi gejalanya dengan


pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi saling akan
terbentuk terhadap agen anti inflamasi nonsteroid. Mekanisme terjadinya
bronkospasme oleh aspirin ataupun obat lainnya belum diketahui, tetapi mungkin
berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi secara khusu oleh aspirin.

Antagonis beta-adrenergik merupakan hal yang biasanya menyebabkan


obstruksi jalan nafas pada pasien asma, demikian juga dengan oasien lain dengan
peningkatan reaktivitas jalan napas. Oleh karena itu antagonis beta-adrenergik harus
dihindarkan pada pasien tersebut. Senyawa sulfat yang secara luas digunakan sebagai
agen sanitasi dan pengawet dalam industri makanan dan farmasi juga dapat
menimbulkan obstruksi jalan napas akut pada pasien yang sensitif senyawa sulfat
tersebut adalah kalium metabisulfit, kalium dan natrium bisulfit, natrium sulfit, dan
sulfit klorida pada umunya tubuh akan terpapar setelah menelan makanan atau cairan
yang mengandung senyawa tersebut seperti salad, buah segar, kentang, kerang, dan
anggur.
Faktor pencetus; Antigen yang terikat Mengeluarkan Edema mukosa,
Permeabilitas
alergen, stres, dan IGE pada pada mediator; histamin, sekresi produktif,
kapiler
cuaca permukaan basofil platelet, bradikinin. kontriksi otot polos
meningkat
meningkat

Spasme otot polos sekresi Konsentrasi o2 dalam darah


kelenjar bronkus meningkat menurun
Hiperkapnea Gelisah; aansietas
Tekanana
n partial Hipoksemia
Penyempitan obstruksi oksigen
proksimal dari bronkus pada Suplay o2 keotak
dialveoli Koma
tahap ekspirasi dan inspirasi menurun
menurun

Gangguan pertukaran Asidosis metabolik Suplay darah dan o2


Mukus berlebih, batuk,
gas kejnatung berkurang
wheezing, dan sesak napas

Suplay o2 kejaringan
Perfusi jaringan perifer Penurunan cardiac output
menurun
Ketidakefektifan bersihan
jalan napas
Penyempitan jalan
pernapasan Penurunan curah jantung TD menurun

Nasfu makan menurun ;


ketidakseimbangan nutrisi Peningkatan kerja otot pernapasan
Kebutuhan o2 meningkat Kelemahan dan keletihan
kurang dari kebutuhan tubuh

Ketidakefektifan pola napas Hiperventilasi Retensi o2 Intoleransi aktivitas


F. Pentalaksanaan.

Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronkhial :

1. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan adalah.

1) Waktu terjadinya serangan.


2) Obat-obatan yang telah diberikan (jenis dan dosis)
a. Pemberian obat bronkodilator.
b. Penilaian terhadap perbaikan serangan.
c. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid.
d. Setelah serangan mereda
1) Cari faktor penyebab
2) Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya
e. Obat obatan
1) Beta antagonis
2) Bronkodikator
3) Kortikosteroid
4) Pemberian oksigen

G. Penatalaksanaan keperawatan

Perawatan pasien asma ditujukan bila pasien sedang tidak mendapat serangan
asma dan bila pasien sedang mendapat serangan. Jika pasien sedang tidak mendapat
serangan asma, perawatan ditunjukan untuk mencegah timbulnya serangan asma yang
memberikan pendidikan kepada pasien sendiri maupun keluarganya. Mencegah
serangan asama dengan jalan menghilangkan faktor pencetus timbulnya serangan.

Pendidikan tersebut mengenai:

1. Pasien atau orang tua harus mengenal tanda akan terjadi serangan asma
2. Cara memberikan obat bronkodilator sebagai pencegahan apabila dirasakan anak
akan mengalmai serangan asma. Apakah dengan aerosol atau semprot atau oral,
dan sebaginya srrta mengetahui obat mana yang masih efektif bila anak mendapat
serangan.
3. Mencegah serangan asma dengan menghilangkan faktor pencetus, miaal debu
rumah, bau-bau yang merangsang, dan lain sebaginya seperti yang telah
dikemukakan pada bab pencegahan serangan asma.

Sedangkan kepada orang tua pasien perlu diberi penjelasan tentang pentinya selalu
sedia obat baik untuk pencegah maupun untuk serangan. Untuk pencegahan mungkin
dokter memberikan obat misalnya ketotilen yang harus diminum dalam jangka waktu
tertentu atau segera diberikan begitu terlihat anak akan mendapat serangan. Selain itu
orang tua perlu memperthatikan hal sebagai berikut:
1. Menjaga keserasian keluarga agar tidak timbul maaalah psikologis bagi anak
(misalnya menunjukkan muka kesal, menggerutu, bertengakar antara ibu dan
ayah, memarahi anak kareba kurang patuh dsb).
2. Menjaga kesehatan anak dengan memberi makan cukup bergizi tetapi
menghindari makanan yang mengandung alergen bagi anaknya.
3. Kapan anak harus dibawa konsultasi. Persedian obat tidak boleh habis. Lebih
baik jika obat tinggal 1-2 kali pemakaian anak sudah dibawa kontrol ke
dokter. Atau jika anak batuk pilek walaupun belum terlihat sesak napas harus
dibawa berobat.
4. Ikut melaksanakan atau mengawasi kegiatan anak dalam batas-batas yang
ditentukan oleh dokter, misalnya dalam hal olah raga atau kegiatan bermain
bagi pasien asma berat perlu dibatasi (tidak boleh terlalu capek).
5. Kepada anak sendiri (yang telah mengerti) diberitahukan apa yang boleh ia
lakukan dan yang tidak. Juga jika telah terasa akan mendapatkan serangan
agar segera minum obat, tanpa menunggu orang tua mengambilkan.

Bila pasien sedang mendaparkan serangan asma, masalah yang perlu


diperhatikan pada saat serangan ialah pasien menderita kesukaran bernapas dan
gangguan rasa aman dan nyaman.

Pasien mengalami kesukaran bernapas. Sebagai akibat spasme bronkus dan


adanya lendir yang kental atau lengket dalam bronkus menyebabkan pasien
mwnderita keaukaran bernapas dan menyebabkan kebutuhan oksigen nya tidak
terpenuhi. Untuk menolong kesukaran bernapas tersebut hanya dengan memberikan
obat yang dapat menghilangkan spasme pada bronkusnya. Untuk menolong
meringankan kesukaran bernapas dapat mendudukan pasien. Biasanya pasien yang
sedang mendapat serangan asma akan lebih sering duduk di pinggir tempat tidur
dengan kedua tangannya berpegangan pada tepi tempat tidur atau bila duduk dikurai
berpegangan pada tanganan kursi. bila ada oksigen berikan sampai 2 liter atau lebih
jika sesak sekali ( kepada keluar yang mengerti atau mampu sebaiknya dianjurkan
menyediakan oksigen tabuh kecil dengan manometernya untuk menolong anak sesak
sekali. Terutama pada pasien yang menderita asma berat). Selain itu diberitahukan:

1. Pakaian yang menggangu pernapasannya supaya dilepas saja. Jika memakai baju
agar kancingnya dibuka.
2. Usahakan agar udara ruangan cukup mengandung o2; bila perlu jendela dibuka
tetapi anak jangan ditempatkan didepan jendel (bahaya terkena angin langsung).

Catatan: (dalam keadaan darurat) anak yang sudah besar bila terkena serangan
sesak napas dan tidak ada obat untuk melonggarkan bronkusnya dapat dengan
meminta menghirup uap air panas yang di eri garam dapur. Harus ditunggui dan
dibantu sampai selesai.

Gangguan rasa aman dan nyaman. Keadaan sesak napas akan sangan tidak
menyenangkan bagi pasien, begitu sesaknya kadang-kadang anak takut tidak dapat
bernapas lagi. Oleh karena otu setiap serangan asma pasien perlu ada yang
mendapinginya untuk menolong bila ingin minum atau makan meludah karena
terbatuk-batuk. Juga sering mengelap keringatnya karena biasanya selama serangan
keringat keluar banyak sekali. Sambil mendapingi bujuk anak dengan kata-kata
lembut agar anak merasa aman. Jika serangannya sudah reda, gantilah pakaian yang
basah, biarkan anak tidur dengan seenaknya tunggu sampai keadaan tenang. Biasanya
anak akan lebih senang dalam suasana yang tidak terlalu terang (redup). Perhatikan
apakah pernapasan anak teratur kembali.

Juga harus diperhatikan jika terjadi serangan asma yang berat kemudian
mendadak tidak kedengaran adanya sesak napas, hal itu tidak selalu bahwa serangan
menjadi reda. Adakalanya terjadi obstruksi atau spasme bronkus yang berat yang
menyebabkan aliran udara sangat sedikit sehingga suara pernapasannya hampir tidak
terdengar; juga batuk seperti tertekan. Pernapasannya menjadi dangkal dan tidak
teratur frekuensinya dapat mendadak meninggi (hal ini dapat disebut stadium III,
dapat membahayakan karena anak dapat meninggal tidak ketahuan). Oleh karena itu
walauoun serangan telah lewat pasien perlu diobservasi terus sampai keadaan tenang.

H. Discharge Planning
a. Kenali alergen yang akan muncul yang dapat menimbulkan asma
b. Pelajari cara penanganan pertama pada asma dan cara menggunakan obat-obat
asma (inhalasi).
c. Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu, karpet, bulu binatang dsb.
d. Keluarga perlu memahami tentang pengobatatn, nama obat, dosis, efek samping,
dan waktu pemberian.
e. Pelajari cara kontrol kecemasan, takut dan stress.
f. Lakukan istirahata yang cukup dan latihan nafas dalam.
g. Hubungi dokter jika serangan asma masih timbul sesudah diobati dengan
kortikosteroid atau inhalasi.
h. Gunakan alat penyaring udara dan penyejuk ruangan (AC).
i. Bersihakan rumah sekurang-kurangnya seminggu sekali.
j. Gunakakan obat asma secara teratur.
k. Hindari asap rokok dan berhenti meroko.

4. konsep Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan asma bronkhial

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan (Gaffar, 1999). Pada
tahap ini akan dilaksanakan pengumpulan, pengelompokan dan penganalisaan
data. Pada pengumpulan data akan diperoleh data subyektif yaitu data yang
diperoleh dari keterangan pasien atau orang tua pasien. Data obyektif diperoleh
dari pemeriksaan fisik. Dari data subyektif pada pasien asma biasanya diperoleh
data anak dikeluhkan sesak nafas, batuk, pilek, nafsu makan menurun, lemah,
kelelahan dan gelisah. Dari data obyektif diperoleh data mengi/wheezing berulang,
ronchi, dada terasa tertekan atau sesak, pernapasan cepat (takipnea), sianosis, nafas
cuping hidung dan retraksi otot dada.

a. Diagnosa keperawatan

A. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan secret berlebih.


B. kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai Oksigen.
C. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, yang dibuktikan
oleh penurunan berat badan dan ketidakmampuan untuk makan

B. Intervensi Keperawatan

A. bersihkan jalan napas yang tidak efektif yang berhubungan denagan peningkatan
produksi sekret.
Tujuan: Anak menunjukkan pertukaran gas yang normal, bersihan jalan
nafas yang efektif dan pola nafas dalam batas normal.
Kriteria hasil : PO2dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak nafas, batuk
produktif, cianosis tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki dan wheesing tidak ada.

Intervensi Rasional

1. Auskultasi bunyi nafas dan catat 1. Beberapa derajat spasme


adanya abnormalitas, bunyi napas bronkus terjadi dengan obstruksi
seperti mengi jalan napas dan dapat/tidak
2. Kaji/pantau frekuensi pernapasan, dimanifestasikan dengan adanya
catat rasio inspirasi/ekspirasi napas yang abnormal
3. Catat adanya derajat dyspnea, 2. Takipnea biasanya ada pada
distress pernapasan, penggunaan beberapa derajat dan dapat
otot bantu pernapasan ditemukan pada penerimaan atau
4. Tempatkan anak pada posisi yang selama stress/adanya proses
nyaman, seperti meninggikan infeksi akut
kepala tempat tidur 3. Disfungsi pernafasan adalah
5. Pertahankan polusi lingkungan. variable yang tergantung pada
Contoh: debu, asap dll. tahap proses akut yang
6. Berikan obat bronkodilator sesuai menimbulkan perawatan di
indikasi rumah sakit
4. Peninggian kepala tempat tidur
memudahkan fungsi pernapasan
dengan menggunakan gravitasi
5. Pencetus tipe alergi pernapasan
dapat menimbulkan episode akut
6. Merelaksasikan otot halus dan
menurunkan spasme jalan napas,
mengi dan produksi mukosa

B. kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai O2


Tujuan: membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
Kriteria hasil: pertukaran gas adekuat
Intervensi Rasional

1. Kaji/awasi secara rutin kulit dan 1. Melihat adanya sianosis perifer


membran mukosa atau sentral
2. Palpasi fremitus 2. Penurunan getaran vibrasi
3. Awasi tanda vital dan irama diduga adanya pengumpulan
jantung cairan/udara
4. Posisikan pasien pada posisi yang 3. Takikardi, disritmia, dan
nyaman perubahan tekanan darah dapat
5. Berikan O2 sesuai indikasi menunjukan efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung
4. Untuk meningkatkan pertukaran
gas yang optimal
5. Memperbaiki atau mencegah
memburuknya hipoksia

C. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,


yang dibuktikan oleh penurunan berat badan dan ketidakmampuan untuk makan
Tujuan: meningkatkan asupan nutrisi anak
Kriteria hasil: pasien menunjukan peningkatan berat badan

Intervensi Rasional

1. Kaji kebiasaan diet, masukan 1. Pasien distress pernafasan akut


makanan saat ini dan catat sering anoreksia karena dyspnea
derajat kerusakan makanan 2. Rasa tak enak dan bau dapat
2. Sering lakukan perawatan oral, menurunkan nafsu makan dan
buang secret, berikan wadah dapat menyebabkan mual
khusus untuk sekali pakai muntah dengan peningkatan
3. Berikan O2 tambahan ketika kesulitan nafas
makan sesuai indikasi 3. Menurunkan dyspnea dan
meningkatkan energi untuk
makan, sehingga dapat
meningkatkan masukan

4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuaidengan


rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatandapat bersifat mandiri dan
kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatanperlu diawasi dan dimonitor kemajuan
kesehatan klien ( Santosa. NI,1989 ).

5. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulandata


subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuanpelayanan keperawatan
sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkahevaluasi ini merupakan langkah awal
dari identifikasi dan analisamasalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989).

Você também pode gostar